p
ffiffi HH*
11 ;- .rq111-,
1,;i1iti.:i.i:,'7:ir-t
.t,:-t;,-'ljrjl.l.tarl E,Ltl':.;r
i. /
-(
'tt
'i
,,i.-:
H$&
'll ,
i;:,
,ri:.g -i-.tlpitiit::rii.iil
i(uii ,t-ll' Sekc lal'i ji iin,i,i
m, d**
ffi,H
;n{irrs
ii
,, '_-i:.l,.i
T'-_llr.i1;,.,;a,
'ir,.l1,:, 1rel.l.r-
l,l -,:;l.ri!.ii t r i,r4tt:,"ji: l
!.il-r-,i,.r,1
[:'tn.,reciiaarr lF'a:tilitas,jtr:rll:ir-'y':.r-ll-. ir/ii;itrr,1,i;,lrriri ]i;,.rr Arset;,r-iill.;r s il-trlia'bet L-l
,,)
al
pa,,ra.
Seklia.lir
dalarr-L lPiln.]--re;r.rlrlk-::n .jl.:.,
l,,zit'nrL:utja"y'aka,i',1 l"..llriei
ll-rtri:i Fl'oiesl :lj
.
,'
--
L-
,'
,, ilr. iii
':ltrai i(oniltir,r,-l t:-ilaii:ii,, Iret,::.r.1ia,-i
.1
it,c,rrlbeLatiar,:i.1.:r
,-r- li:: ,r, _
)
t,
1; t
"..,
i
Plolj:1cm" Da"l.i-lpak-, clan Solusi 'Ira.,:l,.riirrmLa:,,1 Lrl'L,ir'1"-rila.i Ag;.r-i'riil pad:i Arl;t'k .jra:;el,.ci rir
ill
lPen"u ir-l
ii
F
gnyar Fen
sensi
id i
I
a
di
rjilka,r
lui
ora
i ele i an r Xtrl'rsoerti
l bau i Anal,.
Sek
r,a''i jaL:;iu'
1' K,-ebi j r1n-;r r,'
ffi*li'r*rh:$*
r,&K&.,LY&*$ eLffitr pr$sffi$ffiIK&ru &"rrurwffiffis|il&s rumsrrux
..
v*il,\,AlrAH :A
dinomiko PENDIDII(AN MAJALAH ILMU PENDIDIKAN No. 01/Th. IV Mei 2007 Pelindung dan Penasihat Penanggung Jawab Pemimpin Redaksi Wakil Pemimpin Redaksi Sekretaris Redaksi
Muh. Farozin, M Pd. Tatang M. Amirin, IVI.SI. Prof. Suyata, Ph.D. Sumarno, Ph.D. Eko Budi Prasetyo, M.Pd. Rosita Endang Kusmaryani, M.Si.
Anggota Redaksi : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman Prof. Dr. Suharsimi Arikunto FX. Sudarsono, Ph.D. Prof. Dr. Noeng Muhadjir (UAD Yog,,akarta) Prof. Dr. M. Sastrapratedja, SJ. (Universitas Sugiyopranoto Semarang) Dwi Siswoyo, M.Hum. Dr. C. Asri Budiningsih Dr. A. Dardiri Edi Purwanta, M.Pd. Tata Letak Tata Usaha/Pelaksana
: Setya Raharja, M.Pd. : Rumijan, SIP/Ratna Ekawati, A.Md.
Alamat Redaksi FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Karangmalang, Yogyakarta. 55281 Telp. 027 4 586168. pesw. 22L 223. F ax. 027 4 54061 1 E - m ail. fiprury@tpgy qla; a n t a t. a. n e r. Redaksi menerima tulisan masalah pendidikan Tu-isar bel:::t:emah dipublikasikan, dengan panjang lebih k-uran_s l-i h:r:r::: k:,::... iteri* spasi ganda, tulisan disusun dengan sistematil:: .Tl:.;-. i.:.:::r. P;:;::--u:n. Pembahasan, Penulup. dan Daftar Pustar:.. T..--s:r ;--c::,,,,:, j::;,:. l_-rcarl. S3.-
*r
-.11I- .
;
ISSN:0853-15lX
Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XIY
lMei
2007
DAFTAR ISI
Kepemimpinan yang Amanah
Oleh:ThtangM.Amirin Pendidikan Etika yang Terpinggirkan dan Terlupakan Oleh: Fx. Sudarsono
t2
Pengembangan Pembelaj aran Berbasis Kompetensi Bervisi
Moral di Sekolah Oleh:AnikGhufron*) Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi Anak
Kultur Sekolahyang Kondusif bagi Pengembangan Moral Siswa Oleh:fuiefaEfianingrum"
24
ffi''' 45
Penyediaan Fasilitas Publik yang Manusiawi Bagi Aksesibilitas Difabel
Oleh:MujiminWM.
60
Upaya Sekolah dalam Pembenttkan SelfEsteem Siswa melalui Pembelajaran
Oleh:RahmaniaUtari*
76
Membudayakan Ni lai-nilai Komitmen terhadap Pekerj aan dalam Upaya Menegakkan Etika Profesi Oleh: Rosita Endang Kusmaryani
90
Problem, Dampak, dan Solusi Transformasi Nilai-nilai Agama padaAnak Prasekolah Oleh : KartikaNur Fathiyatr
102
Pentingnya Pendidikan Moral bagi Anak Sekolah Dasar Oleh: Sigit Dwi Kusratrmadi
fi7
Esensi Nilai dalam Perspektif Kebijakan
Oleh: Sudiyono
127
Dinamika Pendidikan No.
34
1
/ Th. XtV / Mei 2OO7
KEMITRAAN SEKOLAH DAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN MORAL BAGI ANAK Oleh : Tina Rahmawati, S.Pd3
Abstract The quality of our next generation and citizens depends,
partly on hou, our schools prepare them through curriculum development and implementation. One of the important thing the school should prepare is moral education, since it is one of the means of nations and character building. Our nation and country needs moral citizens, scholars, and also leaders to be a prosperous and justice nation. It is not only school that have responsibility for character and moral building. School, community, and parents should act cooperatively in children moral education. The moral atmosphere at home, school and community should be created to give the chance for children to observe and imitate. Moral education, however, will not be ffictive through lecturing alone. Parents, teachers, comntunity leaders and government afficials should be a model of moral behavior.
Keyu
ord : moral
educat ion, school-parents-communi ty c ooperat i on, n ode
I
1. Pendahuluan
Kondisi masyarakat Indonesia saat
ini
menunjukkan bahwa telah terjadi
kegoncangan yang cukup mengerikan dalam perkembangan peradaban bangsa kita.
Nilai-nilai fundamental seperti penghargaan atas hak hidup seseorang ternyata
sudah
tidak lagi dijadikan landasan dalam bertindak oleh berbagai kelompok masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Kondisi yang sangat menyedihkan tersebut diatas masih
ditambah dengan merosotnya moralitas sebagian masyarakat dalam bentuk i.
ketergantungan pada narkotika dan obat terlarang. Norma-norma hubungan antara pria dan wanita yang bukan makhromnya juga sering dilanggar. Demikian juga nilai-
Dinamika Pendidikan No. 1/Th.XtV /
Mei
20A7
35
nilai kejujuran tampak seakan-akan telah terkubur oreh kebohongan dan tipu daya. Melihat perkembangan dunia saat ini, setiap bangsa membutuhkan kualitas manusianya yang mampu bersaing, mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu memecahkan berbagai masalah yang timbul dari berbagai tuntutan global. Bahkan anak dituntut untuk menguasai akan keterampilan dasar (membaca, menulis. menutur, menyimak, dan menghitung yang sesuai dengan tingkat pendidikan masingmasing).
Karena permasalahan yang ditemukan dalam era globalisasi saat ini juga
makin kompleks, maka keterampilan berpikir seperti berpikir kreatif, mampu mengambil keputusan, terampil memecahkan masalah, mampu menalar, dan mengetahui cara belajar (lerning how to learn) perlu dikuasai dengan baik. Dengan
diaplikasikannya teknologi pada semua bidang kehidupan maka terjadilah sistem informasi yang yang tak mengenal batas (borderless information). Akibatnya dunia menjadi sempit namun kita dituntut memiliki wawasan luas untuk mampu berenang didalamnya.
Keadaan tersebut sudah barang tentu dapat membuat tidak tenang, dan bahkan meresahkan setiap orang, yang peduli pada pendidikan anak. Sebenarnya permasalahan nilai-nilai moral spiritual sekarang ini bukan mutlak
milik Indonesia
akan tetapi hampir seluruh negara mengalaminya.
2' Pendidikan morar dan spirituar sebagai ungguran sekorah
Nilai atau value adalah suatu patokan yang menjadi standar bagi suatu 'Dosen Jurusan Ap, prodi Manajemen pendidikan Flp UNy
36
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XtV / Mei
ZOOT
masyarakat tentang peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat tersebut (lokal,
nasional maupun internasionar), mengenai apa yang boreh dan apa yang dilarang
dilakukan oleh anggotanya, termasuk semua taboo dan anjuran yang harus dilaksanakan baik secara formal maupun informal.
Teori
Ki
Hadjar Dewantara mengenai pentingnya pendidikan nilai-nilai
spiritual, yang disebut dengan budi pekerti, dalam keluarga, dengan ibu sebagai
pendidik utama, sampai sekarang
ini
ternyata tetap berlaku. Setiap masyarakat
memiliki tata nilai dan wisdom (kebijaksanaan) yang digunakan agar masyarakatnya dapat berfungsi. Karena itu tata nilai erat sekali hubungannya dengan budaya yang berlaku di masyarakat tersebut.
Bagi suatu masyarakat, nilai bisa saja berasal dari nilai-nilai agama yang
dianut oleh anggotanya, undang-undang atau peraturan yang dikenakan oleh pemerintah (formal), tetapi bisa juga
nilai yang hanya berlaku pada
masyarakat yang terbatas serta bersifat informal. Nilai-nilai
anggota
itu sendiri ada yang
bersifat hakiki yang menyangkut dasar-dasar kemanusiaaan dan berlaku secara universal, namun ada yang sangat spesifik yang hanya bersifat lokal.
Masih banyak orang mempertanyakan keberhasilan sekolah pendidikan agama
di sekolah' Hal ini terjadi karena banyaknya terjadi tawuran antar siswa yang
tidak jarang memamakan korban jiwa, pelanggaran susila, penggunaan obat terlarang
dan minuman keras
di
kalangan sekolah, bahkan kasus Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN) di semua sektor masyarakat merupakan isyarat masih lemahnya kendali nilai moral di dalam diri seseorang.
Pentingnya pendidikan nilai-nilai moral spiritual
di
sekolah akhir-akhir ini
37
Dinamika Pendidikan No. 1lTh.XlV / Mei 2007
memperoleh respon positif dari masyarakat luas dan orang tua siswa. Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat bahwa sebagai lembaga pendidikan maka sekolah hendaknya mampu memberikan pendidkan yang efektif dan sistematis untuk
menanamkan nilai-nilai moral spiritual pada seluruh siswanya; terlepas dari apakah
pendidikan moral atau apapun namanya itu menjadi mata pelajaran tersendiri atau tidak menjadi mata pelajaran tersendiri.
Pendidikan
nilai hendaknya tidak diberikan dalam bentuk indoktrinasi.
Kirchenbaum (1995, lewat Zuchdi, 1999: 10-24) menyarankan penerapan pendidikan
nilai
secara komprehensif, yang meliputi inkulkasi (inculcation), pemodelan
(modeling), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan ketrampilan (skill building).
Kekurangberhasilan pendidikan agama
di sekolah dalam penanaman nilai
moral pada diri anak didik karena isi pendidikan agama yang ada terlalu akademis, terlalu akademis, terlalu banyak topik, banyak pengulangan yang tidak perlu. Akhlak
dalam arti perilaku hampir tidak diperhatikan kecuali yang bersifat kognitif (pengetahuan) dan hafalan. Seharusnya evaluasi pendidikan agama dapat dilakukan
dengan cara observasi (pengamatan). Melalui pengamatan yang cermat orangtua/guru dapat menilai sejauh mana pendidikan agama/nilai moral diikuti oleh anak dan menentukan bahan pengajaran yang sesuai bagi mereka.
Hal tersebut tidak sesuai bangsa Jepang dalam praktik pendidikan nilai-nilai moral spiritual yang barangkali kita dapat melihat keseriusan dalam menanamkannya pada anak didik. Dengan mengaplikasi pendekatan cultural, Jepang cukup berhasil
menanamkan budi pekerti kepada anak-anak.
Hal itu sangat beralasan
masyarakat Jepang berkeyakinan atas kemampuan pendidikan
di
karena
sekolah untuk
38
Dinamika Pendidikan No.
menanamkan
1
/ Th. XtV / Mei
2007
nilai dan ide guna membangun bangsa Jepang sesuai dengan jati
dirinya.
Pendidikan budi pekerti, yang dalam hal
ini
merupakan perwujudan dari
pendidikan nilai-nilai moral spiritual, seharusnya masuk didalam kriteria keunggulal sekolah; disamping ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta iman dan takwa
(imtak). Jadi, kiranya sangat beralasan bagi kita untuk menjadikan pendidikan nilai-
nilai moral spiritual, yang dalam hal ini khususnya pendidikan budi pekerti, unggulan sekolah. Kalau sekolah-sekolah kita saat
ini
sebagai
sudah ketinggalan dalam
penyampaian ilmu dan teknologi kepada anak didik dibanding sekolah-sekolah di negara maju tentu
kita tidak ingin ketinggalan lagi dalam menanamkan nilai moral
spiritual kepada anak didik di sekolah kita.
3. Wujud kemitraan sekolah dan keluarga terhadap pendidikan moral spiritual bagi anak Pengajaran pendidikan agama agama yang diperoleh anak
sebagai berikut
l.
sekolah akan memperkuat pendidikan
di rumah. Biasanya anak belajar agama melalui cara-cara
:
Secara sadar anak menyerap tingkah laku orang tua/guru pada waktu orangtua/guru melaksanakan
2.
di
ke
giatan agama.
Memberi penguatan secara terus menerus terhadap praktek keagamaan yang dilakukan oleh anak
3.
Secara sadar atau tidak, menginternalisasikan (menghayati) nilai-nilai keagamaan yang terkandung dalam cerita-cerita agama.
Dinamika pendidikan
No. t/Th.XlV
/ Mei 2007
39
oleh karena itu pendekatan yang harus diambir oreh guru daram pemberian materi agama/pendidikan n,ai yaitu dengan memberikan contoh, bercerita dan memberikan penguatan bila anak melakukan kegiatan keagamaan. pendekatan ini lebih bersifat proses.
mengasuh daripada mengajar, atau dikenar pura sebagai ketramp,an
Kerjasama antara sekorah dan keruarga perru ditingkatkan supaya tidak terjadi kontradiksi atau ketidakselarasan antara nilai-nirai yang harus dipegang teguh oleh anak di sekolah dan yang harus mereka ikuti di keruarga atau masyarakat. Hal tersebut tentu saja agar anak memiriki pegangan nirai yang menjadi acuan daram berperilaku sehingga tetap terkontrol dari pengaruh-pengaruh negatif dari ringkungan sekitar mereka. pora kemitraan antara sekorah dan keruarg
a yangbagaimana yang kiranya efektif, dalam rangka pendidikan nilai dan spiritaritas bagi masyarakat Indonesia? Tentu saja bukann ya yangbersifat formar seperti penandatangan surat pedanjian atau yang serupa dengan itu akan tetapi penciptaan situasi yang kondusif bagi pendidikan nilai dan spiritualitas baik di sekolah maupun di rumah tampaknya merupakan sarah
satu bentuk kemitraan yang perlu dikembangkan.
Menurut Schmuck dan Schumuck (19g3) perlu dikembangkan suasana kelas yang positii yang memiliki karakteristik sebagai berikur :
(l)
Murid-murid menginginkan hasil yang terbaik maslng-masing dan saling memberikan dukungan.
sesuai
dengan kemampuan
(2)
Murid-murid saling mem berikan pengaruh positi f.
(3)
Kegembiraan muncur di sekorah secara umum dan di keras secara khusus.
Dinamika Pendidikan No.
40
(4)
1
/ Th. XIV / Mei
2007
Peraturan sekolah diikuti secara tertib tanpa paksaan, sehingga tugas-tugas dapat dikerjakan dengan baik.
(5)
Komunikasi antarwarga sekolah bersifat terbuka dan diwarnai dengan dialog secara akrab.
(6)
Proses bekerja dan berkembang bersama sebagai suatu kelompok dipandang cocok untuk belajar.
Suasana
kelas atau sekolah yang positif dengan ciri-ciri tersebut
sangat
memungkinkan anak dapat mengembangkan nilai-nilai fundamental yang sangat diperlukan dalam kehidupan sosial.
Menurut Djamaluddin Ancok (2002:52) Sekolah sebagai salah satu tempat pembentuk kepribadian anak; Kedisiplinan serta konformitas terhadap peraturan dan tugas adalah aspek kepribadian yang
ikut dibentuk oleh sekolah, adanya peer group
(teman sepermainan/ sebaya) sangat besar fungsinya bagi si anak serta hubungan
dengan guru yang akrab akan menumbuhkan sikap
positif
terhadap sekolah
khususnya menghargai otoritas guru.
Nilai-nilai positif yang hendak dikembangkan
di
sekolah, yang juga
diprogramkan untuk dikembangkan di lingkungan keluarga, hendaknya merupakan hasil diskusi pihak sekolah dan perwakilan orang tua murid. Selanjutnya hal itu perlu
disosialisasikan kepada seluruh orang
tua murid. Caranya tidak harus lewat
pertemuan tatap muka, tetapi dapat pula lewat brosur-brosur sehingga dapat dibaca
ulang oleh orang tua atau apabila memungkinkan lebih baik dibacakan oleh anak kepada orang tuanya masing-masing. Komunikasi tertulis
ini
sedapat mungkin
dikembangkan, agar pihak sekolah dan keluarga dapat secara mudah saling
Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007
mengingatkan apabila terjadi penyimpangan
41
dari keputusan yang telah
dibuat
bersama.
Sebenarnya harapan masyarakat dan orang tua tersebut tidak berlebihan
mengingat terdapat dua realitas sosial yang tidak lagi menjadi rahasia umum; pertama, semakin banyaknya anak dan remaja (sekolah) yang melakukan tindakan asosial di masyarakat, dan kedua, makin banyaknya lembaga keluarga yang kurang berhasil menjalankan fungsinya untuk menanamkan nilai-nilai moral spiritual kepada sang anak.
Para ahli yang berorientasi 'social learning' dan 'information processing
theory'dapat membantu dalam memahami strtegi pendidikan nilai dan pemahaman tentang bagaimana anak belajar untuk menahan godaan dan mempraktekan perilaku
moral, serta bagaimana mereka menghambat tingkah laku berbohong, mencuri, menipu dll, yang melanggar norma-nonna moral. Pandangan ini lebih menekankan pada sisi perbuatan dari moralitas. Yang penting adalah adanya model yang berbuat
baik yang dapat ditiru perbuatannya (modeling), memberi penguatan jika
anak
berbuat baik (reinforcement), dan dihukum jika berbuat salah sehingga anak mampu menahan diri
jika mengalami godaan untuk pelanggaran norma moral.
Pendidikan
nilai dan spiritualitas di lingkungan keluarga dan
sekolah
memang memerlukan berbagai inovasi, guna mengatasi masalah-masalah yang kita
hadapi saat
ini dan untuk mengantisipasi
masalah-masalah yang mungkin muncul
pada masa yang akan dating. Karena masalah-masalah besar hanya mungkin dapat
diatasi secara bersama-sama dan dengan koordinasi yang bagus, perlu dipikirkan kemungkinan diciptakannya suatu bentuk kemitraan antara sekolah dan keluarga
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XIV / Mei 2007
dalam melaksanakan pendidikan nilai dan spiritualitas, yang secara secara relatif sesuai dengan tantangan masa
kini dan masa yang akan datang.
Pendekatan yang baru juga diperlukan, selaras dengan kekompleksan masalah
yang muncul pada era global ini. Banyak nilai yang sering kontradiktif, sehingga diperlukan tidak hanya pemahaman tetapi juga kemampuan dan ketetapan hati untuk
memilih dan mengamalkannya secara konsisten. Dengan kata lain peran guru dan orang tua dalam pendidikan nilai dan spiritualitas juga memerlukan perubahan yang mendasar. Penggunaan pendekatan tunggal dalam pendidikan nilai, misalnya pemberian
teladan saja tampaknya sudah tidak sesuai lagi pada era global. Seperti telah disebutkan pada bagian depan, banyak nilai yang kadang-kadang saling bertentangan sehingga tidak mudah bagi anak untuk memilih yang mana yang akan dijadikan
contoh. Lebih-lebih lagi nilai-nilai negatif biasanya dikemas dalam media yang sangat memikat dan disampaikan dengan bujuk rayu yang dapat meruntuhkan iman anak bahkan juga orang dewasa.
Pendidikan seharusnya
nilai dan spiritualitas baik di sekolah maupun di
keluarga
tidak dilakukan dengan indoktrinasi artinya guru dan orang
tua
hendaknya berperan sebagai pemimpin bukan penguasa. Menurut Dale Timpe (alih bahasa Boedidharmo, 1999: 4-8), idealnya pemimpin
memiliki delapan sifat, yaitu
dapat menangkap perhatian setiap insane yang dipimpinya, menekankan nilai yang sederhana, selalu bergaul dengan orang
lain, menghindari profesionalisme tiruan,
mengelola perubahan, memilih orang yang berbakat, menghindari 'mengerjakan semua sendiri', serta menghadapi kegagalan dengan sabar, dan belajar dari kesalahan
43
Dinamika Pendidikan No. l/Th.XlV / Mei 2007
yang telah diperbuat. Kombinasi dari delapan sifat ini menghasilkan pemimpin yang
sejati, yang antara lain memiliki kekuatan dan dedikasi, memiliki gairah yang tak kunjung padam, dan dapat membidik sasaran.
Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, pemodelan atau pemberian teladan merupakan strategi yang biasa digunakan. Orang tua memegang peran penting dalam
pendidikan
nilai moral di rumah, tokoh
masyarakat mempunyai peran dalam
pelaksanaan agama di masyarakat. Keduanya dapat menerapkan strategi ini, yakni guru, tokoh masyarakat dan orang tua harus berperan sebagai model yang baik bagi
murid-murid atau anak-anaknya; anak-anak harus meneladani orang-orang terkenal yang berakhlak mulia, terutama Nabi Muhammad SAW.
Cara guru dan orang tua menyelesaikan masalah secara adil, menghargai pendapat anak, mengritik orang lain secara santun merupakan perilaku yang secara
alami dijadikan model oleh anak-anak. Demikian juga apabila guru dan orang tua berperilaku yang sebaliknya., anak-anak juga secara tidak sadar akan menirunya.
Oleh karena itu para guru dan orang tua harus hati-hati dalam bertutur kata dan bertindak, supaya tidak tertanamkan nilai-nilai negatif dalam sanubari anak.
4. Penutup
Penanaman nilai moral sudah semestinya menjadi tanggung jawab bersama
antara orangtua, guru dan masyarakat. Sebagai orangtua yang perlu diperhatikan bahwa pendidikan agama berakar dari rumah, harus dimulai sejak
dini bagi anak, dan
harus pula diikuti dengan contoh dari kedua orangtua. Bagi sekolah beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kurikulum pendidikan agama yang
44
Dinamika Pendidikan No.
1
/ Th. XtV / Mei 2OO7
kongkrit dan dapat dilaksanakan, melalui pendekatan yang berbentuk pengasuhan, penyediaan alat belajar yang sesuai terutama buku-buku cerita agama yang menarik
dan dapat dijadikan contoh, evaluasi tidak terlalu ketat dan lebih berdasarkan observasi (pengamatan).
Kualitas moral SDM kita sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam keluarga, di sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Peranan dari ketiga aspek tersebut sebagai
pembentuk dan pembina moral sangat berpengaruh terhadap kualitas kepribadian anak yang kemudian dapat dijadikan modal untuk menghadapi tuntutan global. Keberhasilan pendidikan
nilai moral bagi generasi bangsa tidak hanya
tanggung jawab guru agama
di
menjadi
sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita.
Sudah menjadi tugas dalam meningkatkan pelaksanaan pendidikan agama
di sekolah
agar berjalan efektif. Jalinan kerjasama antara sekolah dan keluarga dalam penanaman
nilai moral anak menjadi modal utama keberhasilan pembangunan dan
kesiapan menghadapi persaingan bebas di era globalisasi.
Referensi Djamaluddin, Ancok. 2002. Pendidikan dan Agama Akhlak Bagi Anak dan Remaja. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu
Schumuck, Richard
A. and Schumuck,
Patricia
A.
1983. Group Process
in
the
ClassRoom. Wm.C. Brown Company Publisher.
Timpe, A. Dale (Boedidharmo, penerjemah). 1999. Kepemimpinan. Jakarta: pT Elex Media Komputindo.