FENOMENA URBAN HEAT ISLAND (UHI) PADA BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN GLOBAL Erwin Hermawan Abstrak Secara umum, UHI mengacu pada peningkatan suhu udara, tetapi UHI dapat juga mengacu pada panas relatif sebuah permukaan atau material diatasnya. UHI secara tidak sengaja meningkatkan perubahan iklim lokal karena modifikasi atmosfer dan permukaan pada daerah urban. Namun, UHI tidak berpengaruh langsung terhadap pemanasan global karena pendudukan suatu kota hanya merupakan sebagian kecil dari seluruh permukaan bumi. UHI mempunyai implikasi penting bagi kesehatan dan kenyamanan manusia, polusi udara, neraca energi, dan perencanaan kota. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah Literature Review Method dan Comparison Method. Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa proses alih fungsi lahan yang terjadinya mengakibatkan perubahan kualitas lingkungan yakni terjadinya perubahan iklim mikro dimana kondisi suhu udara di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara di sekitarnya ; Hasil penelitian menunjukan di wilayah Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya terjadi peningkatan suhu udara dan bertambah luasnya suhu udara yang tinggi seiring dengan meluasnya konversi dari lahan vegetasi menjadi lahan terbangun. Keywords : Urban Heat Island, Pemanasan Global, Alih Fungsi Lahan
lingkungan adalah terjadinya perubahan iklim
PENDAHULUAN Perubahan
lingkungan
mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang terjadi pada lingkungan menyebabkan adanya gangguan terhadap keseimbangan karena sebagian dari komponen
lingkungan
menjadi
berkurang
mikro dimana kondisi suhu udara di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara di sekitarnya (Lo and Quattrochi, 2003; Chen et al., 2006). Fenomena ini sering disebut sebagai efek Urban Heat Island (UHI). Makalah ini mencoba mengkaji Fenomena
fungsinya. Perubahan lingkungan dapat terjadi karena campur tangan manusia dan dapat pula karena faktor alami. Dampak dari perubahannya belum tentu sama, namun akhirnya manusia juga yang mesti memikul serta mengatasinya. Salah satu bentuk aktivitas manusia yang menyebakan terjadinya perubahan lingkungan yakni melalui proses urbanisasi.
UHI Pada Beberapa Kota Besar Di Indonesia Sebagai
Lingkungan
jumlah penduduk. Akibat proses urbanisasi adalah adanya alih fungsi lahan dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun. Dampak dari proses urbaniasi selain mempengaruhi kondisi kulitas
Satu
Global.
Dampak Studi
Perubahan
literature
terkait
dilakukan dengan mengkaji penelitian – penelitian yang penah dilakukan tentang fenomena UHI di wilayah Kota Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
Proses urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar membawa pengaruh terhadap peningkatan
Salah
1) Mengkaji dan menganalisa fenomena UHI yang terjadi berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kota Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya ; 2) Mendapatkan solusi terhadap antisipasi dampak fenomena UHI.
33
Secara umum, UHI mengacu pada peningkatan
LANDASAN TEORI
suhu udara, tetapi UHI dapat juga mengacu pada
Perubahan Lingkungan Global
panas relatif sebuah permukaan atau material Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
diatasnya. UHI secara tidak sengaja meningkatkan
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
perubahan iklim lokal karena modifikasi atmosfer
hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yang
dan permukaan pada daerah urban.
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
Namun, UHI tidak berpengaruh langsung
makhluk hidup lain (UU 32 Tahun 2009 tentang
terhadap pemanasan global karena pendudukan
Perlindungan
Lingkungan
suatu kota hanya merupakan sebagian kecil dari
Faktor penyebab terjadinya perubahan
seluruh permukaan bumi. UHI mempunyai
lingkungan global bisa terjadi secara alamiah
implikasi penting bagi kesehatan dan kenyamanan
maupun atropogenik yakni sebagai akibat tingkah
manusia, polusi udara, neraca energi, dan
laku manusia. Perubahan lingkungan Global yang
perencanaan kota. UHI di kota beriklim panas
disebabkan secara antropogenik yang diakibatkan
sangat tidak menguntungkan karena menyebabkan
oleh adanya aktifitas manusia meliputi :
kapasitas udara semakin banyak menyimpan udara
Hidup).
dan
Pengelolaan
panas dibandingkan udara dinginnya, selain itu 1)
Perubahan Bentang Alam : a.
Penambahan luas gurun
b.
Perubahan DAS
juga meningkatkan ketidak-nyamanan manusia, dan meningkatkan konsentrasi polusi udara. Meningkatnya jumlah populasi di dunia, terutama
2)
Penurunan Kualitas Udara
3)
Penurunan Kualitas Air
4)
Kondisi Tanah Tercemar
5)
Terjadinya Urban Heat Island
6)
Pemanasan dan Perubahan Iklim Gobal
7)
Peningkatan wabah penyakit
pada
negara
berkembang,
berarti
akan
meningkatkan intensitas UHI di negara tersebut yang akan mempengaruhi kehidupan manusia (Voogt 2002). Menurut Voogt (2002) fenomena UHI merupakan gambaran
Fenomena Urban Heat Island
peningkatan
suhu
udara
urban
(perkotaan) pada urban cover layer (UCL) atau
Pulau panas perkotaan (Inggris: urban
lapisan di bawah gedung dan tajuk vegetasi
heat island (UHI)) adalah sebuah wilayah
dibandingkan
metropolitan yang lebih hangat dibanding wilayah
khususnya di malam hari yang tenang dan cerah
pedesaan sekitarnya. Fenomena ini pertama
(Gambar 2.1). Dinamakan pulau panas karena
diselidiki dan dijelaskan oleh Luke Howard pada
bentuk fenomena UHI bila digambarkan secara
1810-an.Urban
spasial berbentuk isoterm seperti sebuah pulau
heat
island
(UHI)
adalah
wilayah
rural
(pinggiran),
karakteristik panasnya daerah urban dibandingkan
dengan
dengan daerah non-urban yang mengelilinginya.
dibandingkan areal sekitarnya (Gambar 2.2).
34
suhu
tertinggi
di
pulau
tersebut
Sumber: Voogt (2002) Gambar 2.1. Fenomena UHI di malam dan siang hari, suhu udara (garis tebal), suhu permukaan (garis putus-putus).
Sumber: Voogt (2002) Gambar 2.2. Fenomena UHI secara spasial dalam bentuk isotherm. Istilah UHI timbul karena pola isoterm
pinggiran sampai memuncak di pusat kota.
yang membentuk seperti pulau. Besarnya pola
Perbedaan suhu antara urban dan desa di
yang
yang
sekelilingnya dapat mencapai 12 °C pada kota-
terurbanisasi. Pola ini akan membentuk gradien
kota metropolitan. Di dalam wilayah terbangun,
suhu yang yang membentuk mulai dari daerah
pola ini dipengaruhi secara lokal oleh adanya
timbul
tergantung
dari
daerah
35
ruang terbuka hijau seperti taman kota, badan air,
antara wilayah urban dan rural. Perbedaan ini akan
dan banyak sedikitnya ruang terbangun (Voogt
semakin tinggi saat keadaan cerah dan tidak
2002). Pola spasial isoterm biasanya mengikuti
berangin/lemah. Intensitas heat island secara
daerah terurbanisasi. Pola topografi (pesisir atau
umum meningkat mulai saat matahari tenggelam,
lokasi
menambah
walaupun puncaknya bergantung pada keadaan
kompleksitas kepada karakteristik spasial UHI.
cuaca dan musim. Dalam beberapa kasus, nilai
Besarnya heat island atau intensitas heat island
intensitas yang bernilai negatif yang disebut Cool
diukur dari perbedaan antara suhu udara rural dan
Island,
suhu tertinggi di daerah urban (Voogt 2002).
perkotaan yang lambat dalam meningkatkan suhu
lembah)
juga
dapat
terjadi
karena
karakteristik
dalam
akibat adanya halangan radiasi yang masuk UHI pada malam hari akan meningkat
dibandingkan di daerah pinggiran yang memiliki
sebagai akibat perbedaan rata-rata pendinginan
lahan terbuka.
Sumber (Voogt 2002) Gambar 2.3. Perkembangan umum suhu udara harian perkotaan dan pedesaan (garis tebal) dan intensitas heat island (garis tipis) Intensitas atau besarnya heat island
polusi yang terangkat yang mengakibatkan suhu
maksimum biasanya terjadi pada saat malam hari
udara meningkat lebih lambat pada pagi hari. Pada
dimana perbedaan suhu udara wilayah urban dan
lintang rendah, efek ini dapat saja memproduksi
suburban mencapai maksimum. Wilayah urban
urban cool island di mana daerah rural lebih panas
akan cenderung mempertahankan suhu dalam kota
daripada daerah urban (Voogt 2002). Selain itu
dibandingkan wilayah suburban. Lebih lanjut lagi,
kondisi lokal seperti topografi, daerah iklim, dan
setelah matahari terbit suhu udara di daerah rural
musim mempengaruhi karakteristik urban heat
akan menyamai suhu udara di wilayah urban. Hal
island wilayah lokal tersebut (Oke 1997).
ini disebabkan wilayah urban memiliki tutupan Beberapa hasil kajian UHI mencatat
bayangan oleh bangunan tinggi (urban canopy)
bahwa perbedaan suhu udara perkotaan lebih
dan melemahnya sinar matahari karena lapisan
36
tinggi 0.02-1oC dibandingkan daerah daerah
METODE
sekitarnya (daerah pinggiran/rural) di kota-kota
Metode yang digunakan dalam penulisan
tropis (Hidayati, 1990; Karjoto, et al. , 1992;
makalah ini adalah menggunakan Literature
Santosa, 1998; Mulyana et al. (2003).
Review Method dan Comparison Method. Datadata yang telah terkumpul kemudian dianalisis
Penelitian tentang UHI di beberapa kota besar
di
Indonesia
dengan
data
menggunakan metode Deskriptif Kualitatif.
satelit
menunjukkan adanya perubahan temperatur yang HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan salah satu indikasi adanya perubahan iklim, hal ini ada hubungannya dengan perubahan
Fenomena UHI di Dki Jakarta
lahan yang terjadi akibat urbanisasi. Di Bandung
Haldaet
teramati perluasan UHI (daerah dengan suhu tinggi
al,(2012)
mengkaji
tentang
fenomena Urban Heat Island yang terjadi di
30-35 0C yang terletak pada kawasan terbangun di
wilayah Kota Jakarta. Penelitian yang berjudul
pusat kota per tahun kira-kira 12606 ha atau
“Studi Pulau Panas Perkotaan Dan Kaitannya
4.47%, di Semarang 12174 ha atau 8.4%, di
Dengan Perubahan Parameter Iklim Suhu Dan
Surabaya 1512 ha atau 4.8%. Pertumbuhan
Curah Hujan Menggunakan Citra Satelit Landsat
kawasan terbangun di Bandung per tahun kurang
TM Studi Kasus Dki Jakarta Dan Sekitarnya” ,
lebih 1029 ha (0.36%), Semarang 1200 ha
menggunakan data Citra satelit Landsat 7 ETM+
(0.83%), dan Surabaya 531.28 ha (1.69%)
path / row 122/064 yang direkam pada tanggal 15
(Tursilowati 2007).
– Juli – 2001 untuk mengkaji UHI yang terjadi.
Sumber : Hayda et al, 2012 Gambar. 3.1. Distribusi spasial temperatur permukaan.
37
Pada gambar 3.2 terlihat bahwa lokasi
terdapat di lokasi tersebut merupakan lahan
pulau panas perkotaan terdapat di daerah pusat
terbangun yang terdiri dari bangunan perumahan,
hingga utara Jakarta, dan tata guna lahan yang
perkantoran, dan juga jalan raya.
Sumber : Hayda et al, 2012 Gambar 3.2. Urban Heat Island dan kondisi tata guna Lahan Gambar 3.3 menunjukkan lokasi yang
distribusi spasial temperatur udara dalam bentuk
memiliki nilai temperatur permukaan diatas
isotherm untuk keseluruhan daerah pengamatan.
27.5˚C
merah),
Temperatur udara tertinggi (28.6˚C) terdapat pada
menunjukkan nilai
daerah Kota Jakarta, kemudian menurun kearah
temperatur permukaan dibawah 27˚C. Nilai
selatan dan timur Kota Jakarta, yaitu Kota Bogor
tersebut diambil dikarenakan definisi pulau panas
dan Tangerang, dan terus menurun sampai
perkotaan yang mengharuskanperbedaan suhu
temperature udara terendah di daerah pegunungan
mencapai 1.5° - 3° C dibandingkan dengan daerah
di sebelah barat dan timur Kota Bogor. Untuk
sekitarnya.
mendapatkan
(ditunjukkan
oleh
sedangkan warna hitam
warna
hubungan
antara
temperatur
permukaan dan temperatur udara, maka dilakukan Gambar . 3.4 Distribusi temperatur udara
proses overlay antara peta distribusi spasial
koreksi Dari data temperatur udara tanggal 15 Juli
temperature permukaan dan peta distribusi spasial
2001 dari lima stasiun pengamatan diperoleh
temperature udara (gambar 3.4)
38
Sumber :Hayda et al, 2012 Gambar 3.3. Temperatur permukaan di atas 27.5˚C
Sumber : Hayda et al, 2012 Gambar 3.4. Distribusi temperatur udara Dengan menggunakan persamaan regresi
menggunakan metoda kuadrat terkecil, akan dicari
y = 1.0681x - 3.8997, yang didapat dari hasil
nilai temperature udara di lokasi yang tidak
regresi linier antara temperatur udara dan data
terlingkup oleh stasiun pengamatan, Gambar 5.5
temperature
permukaan
dari
citra
satelit
39
merupakan citra temperatur udara hasil koreksi
memperlihatkan Urban Heat Island Bandung pada
menggunakan persamaan regressi tersebut.
tahun 1994 dan 2001. Dari pengamatan secara spasial terlihat bahwa ada perluasan UHI. Secara
Fenomena UHI di Wilayah Bandung
analisa kuantiatif dengan statistik terhitung adanya
Tursilowati et al, pada Tahun 2007
perluasan UHI (daerah dengan suhu tinggi 30-35
melakukan penelitian dengan melihat dampak dari
0
perubahan penutupan lahan yang terjadi di wilayah
terdiri dari pemukiman dan industri di pusat kota
Bandung pada Tahun 1994 dan 2011, terhadap
Bandung per tahun kira-kira 12606 ha atau 4.47%
fenomena
UHI.Gambar
3.5.
dan
C )yang terletak pada kawasan terbangun yang
3.6.
Gambar 3.5. UHI Bandung 1994
Gambar 3.6. UHI Bandung 2001
Sumber : Tursilowati et al, 2007 Gambar 3.7. dan 3.8. menunjukkan peta
Bandung per tahun kurang lebih 1029 ha (0,36%),
spasial klasifikasi penutup lahan Bandung tahun
sedangkan kawasan vegetasi (hutan) mengalami
1994 dan 2001 yang diklasifikasikan dari data
pengurangan
satelit Landsat. Dari kenampakan spasial terlihat
Pertumbuhan kawasan terbangun inilah yang
adanya
menyebabkan perluasan UHI.
perluasan
wilayah
pemukiman
dan
industri. Pertumbuhan kawasan terbangun di
40
sebesar
3932
ha
(1,4%).
Gambar3.7.KlasifikasilahanBandung1994
Gambar 3.8. Klasifikasi lahan Bandung 2001
Sumber : Tursilowati et al, 2007 Dari pengamatan secara spasial terlihat bahwa ada
Fenomena UHI Di Wilayah Semarang Dan Surabaya
perluasan UHI. Analisa kuantiatif dengan statistik
Penelitian serupa dilakukan Tursilowati et
terhitung adanya perluasan UHI (daerah dengan
al di Tahun 2007 dengan mengambil lokasi studi
suhu tinggi 30-35 0C )yang terletak pada kawasan
penilitian di wilayah Semarang dan Surabaya.
terbangun yang terdiri dari pemukiman dan
Gambar 3.9. dan 3.10. memperlihatkanUrban
industri di Semarang pertahun kira-kira 12174 ha
Heat Island Semarang pada tahun 1994 dan 2002.
atau 8,4%.
Gambar 3.9. UHI Semarang 1994
Gambar 3.10. UHI Semarang 2002
Sumber : Tursilowati et al, 2007
41
Gambar 3.11. Klasifikasi Lahan Semarang 1994
Gambar 3.12. Klasifikasi Lahan Semaran2002
Sumber : Tursilowati et al, 2007 Gambar 3.13. dan3.14., memperlihatkan
(daerah dengan suhu tinggi 30-35 0C )yang terletak
Urban Heat Island Surabaya pada tahun 1994 dan
pada kawasan terbangun yang terdiri dari
2002. Dari pengamatan secara spasial terlihat
pemukiman dan industri di Surabaya per tahun kira
bahwa ada perluasan UHI. Analisa kuantiatif
kira1512 ha atau 4,8%
dengan statistik terhitung adanya perluasan UHI
Gambar 3.14. UHI Surabaya 2002
Gambar 3.13. UHI Surabaya 1994 Sumber : Tursilowati et al, 2007
2
Gambar 3.15. Klasifikasi Lahan Surabaya 1994
Gambar 3.16. Klasifikasi Lahan Surabaya 2002
Sumber : Tursilowati et al, 2007 Dari gambar 3.15. dan 3.16. diperlihatkan
pepohonan sebagai elemen struktur kotatelah
peta spasial klasifikasi penutup lahan Surabaya
banyak dimanfaatkan untuk fungsi estetik. Namun
tahun 1994 dan 2002 yang diklasifikasikan dari
proporsi pohon yang mampu memberi kesan
data satelit Landsat. Dari kenampakan spasial
estetik sering kali belum cukup memenuhi fungsi
terlihat adanya perluasan wilayah pemukiman dan
ekologis. Oleh karena itu, penekanan pada fungsi
industri. Pertumbuhan kawasan terbangun di
ekologis
Surabaya per tahun kurang lebih 531,28 ha
khususnya suhu udara masih perlu optimalisasi.
(1,69%), sedangkan lahan perkebunan mengalami
Operasionalnya dapat berupa kegiatan berlabel
pengurangan sebesar 361,215 ha (1,15%), area
perhutanan kota, penghijauan kota, pertamanan
tambak juga berkurang sebesar 210,66 ha (0,67%).
kota, arboretum, atau yang semacamnya.
karena tahan air dan mudah untuk diaplikasikan ke
(RTH) di sudut-sudut kota dapat mengurangi
berbagai bentuk bangunan. Karena kecenderungan
dampak UHI sekaligus menjadi paru-paru kota
benda berwarna gelap adalah menyerap panas dan
serta menambah nilai estetika. Ruang Terbuka
lambat dalam melepas panas. Panas dari radiasi
hijau selalu terbentur dengan kepentingan para
sinar matahari yang tertahan akan perlahan-lahan
pengusaha yang ingin memperluas bisnis mereka, kesadaran
mikro,
putih. Gedung-gedung tinggi menggunakan aspal
dampak, pembangunan Ruang Terbuka Hijau
dan
iklim
berwarna gelap menjadi berwarna terang atau
Sebagai salah satu bentuk antisipasi
ketegasan
ameliorasi
Solusi kedua adalah mengubah atap yang
Antisipasi Dampak Terhadap UHI
diperlukan
berupa
dilepas pada malam harinya, hal ini menyebabkan
dari
suhu pada malam hari lebih hangat daripada
pemerintah untuk tetap mempertahankan atau
daerah sekitarnya.
malah menambah jumlah dan kualitas RTH di wilayah perkotaan. Memanfaatkan pepohonan sebagai pengendali suhu udara adalah satu
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
alternatif yang tepat. Sebenarnya, eksistensi
43
Hasil kajian terhadap beberapa hasil
masih perlu optimalisasi. Operasionalnya
penelitian terkait fenomena Urban Heat Island
dapat berupa kegiatan berlabel perhutanan
yang terjadi di beberapa Kota Besar di Indonesia,
kota, penghijauan kota, pertamanan kota,
dalam hal ini yang terjadi di Wilayah Jakarta,
arboretum, atau yang semacamnya.
Bandung,
Semarang
dan
Surabaya,
dapat
3.
disimpulkan bahwa :
Solusi lain yang dapat diterapkan adalah mengubah atap yang berwarna gelap menjadi berwarna
1. Pertambahan jumlah penduduk didukung oleh
terang
atau
putih,
karena
kecenderungan benda berwarna gelap adalah
proses urbanisasi ke wilayah perkotaan,
menyerap panas dan lambat dalam melepas
menyebabkan populasi pertumbuhan penduduk
panas. Panas dari radiasi sinar matahari yang
di wilayah urban/perkotaan semakin padat ;
tertahan akan perlahan-lahan dilepas pada
2. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya
malam harinya, hal ini menyebabkan suhu
alih fungsi lahan secara besar-besaran dari
pada malam hari lebih hangat daripada daerah
tutupan lahan vegetasi yang dikonversi menjadi
sekitarnya.
pemukiman, industry dan bangunan-bangunan komersil seperti hotel dan pusat perbelanjaan ;
DAFTAR PUSTAKA
3. Proses alih fungsi lahan yang terjadinya
Adiningsih ES. 1997. Perkembangan Perkotaan dan Dampaknya Terhadap Kualitas Udara dan Iklim di Jakarta dan Sekitarnya. Majalah Lapan No. 68: 38-52.
mengakibatkan perubahan kualitas lingkungan yakni terjadinya perubahan iklim mikro dimana kondisi suhu udara di perkotaan lebih tinggi
Effendy S, Bey A, Zain AFM, Santosa I. 2006. Peranan Ruang Terbuka Hijau Dalam Mengendalikan Suhu Udara dan Urban Heat Island Wilayah Jabotabek. Jurnal Agromet Indonesia. 20 (1): 23-33
dibandingkan dengan suhu udara di sekitarnya ; 4. Hasil penelitian menunjukan di wilayah Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya terjadi peningkatan suhu udara dan bertambah
Effendy S. 2009. Dampak Pengurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Terhadap Peningkatan Suhu Udara dengan Metode Pengindraan Jauh. Jurnal Agromet Indonesia. 23 (2): 169-181.
luasnya suhu udara yang tinggi seiring dengan meluasnya
konversi
dari
lahan
vegetasi
dibutuhkan
sebagai
menjadi lahan terbangun. Beberapa
solusi
Hayda et al., 2012. Studi Pulau Panas Perkotaan Dan Kaitannya Dengan Perubahan Parameter Iklim Suhu dan Curah Hujan Menggunakan Citra Satelit Landsat TM Studi Kasus DKI Jakarta dan Sekitarnya.Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 13, No. 1, 2012: 19-24
antisipasi dampak dari fenomena UHI yang telah terjadi, diantaranya : 1.
Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
sudut-sudut
kota
dapat
mengurangi
dampak UHI sekaligus menjadi paru-paru kota serta menambah nilai estetika ; 2.
Oke TR. 1997. Urban Climate and Global Environmental Change. Di dalam: Thompson RD, A Perry, editor. Applied
Penekanan pada fungsi ekologis berupa ameliorasi iklim mikro, khususnya suhu udara
44
Global – Fakta, Mitigasi, dan Adaptasi. Bandung: Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN. hlm 89-96.
Climatology: Priciples and Practices. London. hlm 273-287. Tursilowati L. 2007. Urban Heat Island dan Kontribusinya pada Perubahan Iklim dan Hubungannya dengan Perubahan Lahan. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Pemanasan Global dan Perubahan
Voogt JA. 2002. Urban Heat Island: Causes and Consequences of Global Environmental Change. Chichester: John Wiley and Sons, Ltd..hlm 660-666.
45