FENOL PHENOL 1. N a m a Golongan Fenol, alkohol aromatik (9) Sinonim / Nama Dagang (6,8,9,10) Acidum carbolicum; Acidum phenolicum; Acidum phenylicum;
Benzophenol;
Benzene phenol; Benzenol; Carbolic acid; Hydroxybenzene (IUPAC); Oxybenzene; Monohydroxybenzene; Phenic acid; Phenol; Phenyl hydrate; Phenyl hydroxide; Phenylic acid; Phenylic alcohol. Nomor Identifikasi Nomor CAS
: 108-95-2 (1,3,5,6,7,8,9,10)
Nomor RTECS
: SJ3325000 (3,5,6,7,8,9)
Nomor EC (EINECS)
: 203-632-7 (7,8)
UN
: 1671 (5,8)
2. Sifat Fisika Kimia Nama bahan Fenol Deskripsi (2,6,7,8) Bentuk padatan kristal atau cairan, tidak berwarna hingga merah muda; Rumus molekul C6H5OH; Berat molekul 94,11; Titik lebur 40-42 oC; Titik didih 182oC; Kerapatan uap 3,24 (udara=1); Mudah larut dalam metanol, dietil eter; Larut dalam air dingin, aseton, benzen; Sangat larut dalam alkohol, kloroform, gliserol, petroleum, karbon tetraklorida, asam asetat, belerang dioksida cair; Kelarutan dalam air 1 g/15 mL air. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4) (6): Kesehatan 4
= Tingkat keparahan amat sangat tinggi.
Kebakaran 2
= Mudah terbakar.
Reaktivitas 0
= Tidak reaktif
Klasifikasi EC (6,7,8)
T
= Beracun
C
= Korosif
F
= Sangat mudah terbakar
Xn
= Berbahaya
R34
= Menyebabkan terbakar
R40
= Risiko karena pengaruh yang tidak dapat balik
R43
= Dapat menyebabkan sensitisasi karena bersinggungan / kontak dengan kulit
R48
= Bahaya menimbulkan kerusakan serius terhadap kesehatan bila terpapar jangka panjang
R52
= Berbahaya bagi organisme perairan
R24/25
= Beracun bila bersinggungan / kontak dengan kulit dan jika tertelan
S24
= Hindari persinggungan / kontak dengan kulit
S26
= Jika mengenai mata, bilas segera dengan sejumlah besar air dan cari pertolongan medis
S28
= Setelah mengenai / kontak dengan kulit, cuci segera dengan sejumlah besar .... (ditunjukkan oleh produsen)
S45
= Jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika memungkinkan segera bawa ke dokter / rumah sakit / puskesmas (perlihatkan label kemasan)
S46
= Jika tertelan, cari segera pertolongan medis dan perlihatkan wadah ini atau label
S56
= Buang bahan ini dan wadahnya ke tempat pengumpulan limbah khusus atau limbah berbahaya
S1/2
= Jaga agar tetap pada posisi menghadap ke atas dan jauhkan dari jangkauan anak-anak
S24/25
= Hindari/cegah persinggungan/kontak dengan kulit dan mata
S37/39
= Pakai/kenakan sarung tangan dan pelindung mata/wajah yang baik
3. Penggunaan Sebagai bahan untuk produk topikal, bahan untuk pengelupasan kulit (peeling), antiseptik topikal
(2)
; sebagai reagen di laboratorium
di bidang genetika molekuler (7).
(9)
; dimurnikan untuk keperluan
4. Identifikasi Bahaya Risiko utama dan sasaran organ Bahaya utama terhadap kesehatan: Berbahaya jika terkena kulit, mata, tertelan, atau terhirup karena bersifat korosif dan iritan (6). Organ yang terserang: Ginjal, hati, sistem saraf pusat (6). Rute paparan Paparan jangka pendek Terhirup Menghirup debu bahan ini dapat mengiritasi saluran pernafasan atau saluran pencernaan yang ditandai dengan rasa terbakar, bersin, dan batuk (6). Kontak dengan kulit Dapat menyebabkan peradangan, yang ditandai dengan rasa gatal, kulit mengelupas, berwarna kemerahan, dan melepuh (6). Kontak dengan mata Dapat menyebabkan kerusakan kornea atau kebutaan (6). Tertelan Bersifat korosif dan sangat beracun
(9)
. Dapat menyebabkan muntah dan diare
(2)
.
Iritasi saluran pencernaan (1). Paparan jangka panjang Terhirup Iritasi saluran pernafasan dalam beberapa tingkat kerusakan atau kerusakan paruparu (6). Kontak dengan kulit Kerusakan kulit, dermatitis (6). Kontak dengan mata Paparan debu bahan ini yang berulang dalam kadar rendah dapat menyebabkan iritasi mata (6). Tertelan Absorpsi sistemik dapat menyebabkan agitasi, kebingungan, kejang, koma, hipotensi, aritmia, dan serangan jantung (2). 5. Stabilitas dan Reaktivitas
Reaktivitas
: Stabil pada suhu dan tekanan normal (9)
Kondisi yang harus
: Panas, sumber api (nyala, percikan), cahaya, bahan tancampurkan (9).
dihindarkan Tancampurkan
: Bahan
pengoksidasi,
campuran
alumunium
klorida/nitrobenzen (7). Fenol dengan Asetaldehid
: Reaksi kondensasi kuat (9)
1,3-Butadien
: Reaksi eksotermik kuat (9)
Kompleks
dietil
eter : Reaksi eksotermik kuat (9)
borontriklorida Asam triflouroasetat
: Reaksi eksotermik kuat (9)
Kalsium hipoklorit
: Reaksi eksotermik yang menghasilkan uap toksik yang dapat terbakar (6)
Formaldehid
: Meningkatkan tekanan dan suhu di dalam wadah tertutup (9)
Oksidator kuat
: Reaksi eksplosif (9)
Natrium nitrit
: Menimbulkan ledakan pada pemanasan
Asam peroksidisulfurat
: Reaksi eksplosif (6,9)
Bahan pereduksi
: Memancarkan gas hidrogen yang dapat terbakar
(6)
(9)
.
Bahaya dekomposisi
: Produk dekomposisi termal: oksida karbon (9)
Polimerisasi
: Tidak terpolimerisasi (6)
Korosivitas
: Korosif terhadap tembaga
(6)
, aluminium
(9)
, dan seng (9).
6. Penyimpanan
Simpan dalam wadah tertutup rapat (6).
Hindarkan dari panas dan nyala (5).
Simpan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi baik
Hindarkan dari bahan tancampurkan
7. Toksikologi Toksisitas Data pada manusia
(8)
.
(5)
.
(9)
, timbal
LDL oral-manusia 140 mg/kg
(6)
; LDL oral-bayi 10.000 mg/kg
(6)
; rata-rata dosis letal
fenol terhadap manusia dewasa adalah 15 gram, meskipun pernah dilaporkan adanya kematian pada dosis 1 gram
(10)
; menelan 50-500 mg fenol pada bayi
dilaporkan bersifat letal (10). Data pada hewan Data toksisitas (6,9,10): LD50 oral-tikus 317 mg/kg; LD50 oral-tikus 320 mg/kg, 530 mg/kg (larutan 2 dan 5%); LD50 kulit-tikus 669 mg/kg; LD50 oral-mencit 270 mg/kg; LD50 kulit-kelinci 630 mg/kg; LDL0 oral-kucing 80 mg/kg; LDL0 oral-anjing 500 mg/kg; LDL0 oral-kelinci 420 mg/kg; LD50 kulit-babi 500 mg/kg (larutan, 45oC); LC50 inhalasi-mencit 177 mg/m3/3 jam; LC50 tikus 316 mg/m3/3 jam. Data Karsinogenik ACGIH: A4 – Tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen terhadap manusia atau hewan (6,9). IARC: Grup 3 – Tidak diklasifikasikan sebagai karsinogen terhadap manusia
(6,9)
.
Data Mutagenik Mutagenik terhadap sel somatik mamalia (6). Mutagenik terhadap bakteri dan/atau ragi (6). Data Reproduksi Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa bahan ini dapat menembus plasenta, dapat menyebabkan efek merugikan pada sistem reproduksi, dan menimbulkan cacat lahir (teratogenik) (6). Tidak tersedia informasi pada manusia. Pada pengujian terhadap tikus selama dua generasi, tidak diperoleh efek yang nyata pada organ reproduksi (9). Pemberian fenol 200 mg/kg pada tikus betina yang sedang hamil secara intraperitoneal tidak menunjukan adanya efek buruk terhadap fetus (10). Informasi Ekologi Toksisitas pada ikan
:
LC50 Goldfish 125 mg/L selama 24 jam (6) LC50 Fathead minnow >50 mg/L selama 24 jam (6) LC50 Fathead minnow >33 mg/L selama 72 jam (6) LC50 Fathead minnow >33 ppm selama 96 jam (6) LC50 Brachydanio rerio 31 mg/L pada 25 oC dan pH
8-8,3 selama 48 jam (Fogels & Sprague, 1977) (8) LC50 Jordanella floridae 36 mg/L pada 25 oC dan pH 8-8,3 selama 48 jam (Fogels & Sprague, 1977) (8) LC50 Lebistes reticulatus 64 mg/L pada 28-31 oC dan pH 7,8-8,2 selama 48 jam (Gupta et al., 1982a) (8)
Toksisitas pada
EC50 Daphnia magna 13 mg/L pada 19,8-20,9 oC
:
dan pH 7,7-8,3 selama 48 jam (Gersich et al., 1986)
invertebrata
(8)
LC50 Indoplanorbis exustus 200 mg/L selama 48 jam (Agrawal,1987) (8)
Toksisitas pada
TT Alga hijau (Scenedesmus quadricauda) 6 mg/L
:
tumbuhan perairan,
pada 27 oC dan pH 7 selama 7 hari (Bringmann &
misalnya alga
Kuhn, 1980) (8)
Toksisitas
EC50 Pseudomonas putida 244 mg/L selama 6-18
:
jam (8).
mikroorganisme
EC50 Photobacterium phosphoreum 28-34 mg/L (Dutka et. al., 1983) dan 40 mg/L litre (Curtis et al., 1982) (8).
Lingkungan
:
Berdasarkan estimasi faktor biokonsentrasi pada organisme akuatik, fenol diperkirakan tidak memiliki bioakumulasi yang berarti (8).
8. Efek Klinis Keracunan akut Terhirup Menghirup uap fenol atau kabut yang mengandung fenol dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan atas sistem saraf pusat
(8)
.
Kontak dengan kulit
(10)
. Inflamasi dan edema sistem pernafasan, depresi
Dapat menimbulkan aritmia jantung setelah paparan larutan 3 mL fenol 88%. (2)
Larutan fenol >5% bersifat korosif
. Paparan bahan terhadap kulit dapat
meninggalkan bekas berwarna putih lalu berubah menjadi kemerahan kemudian meninggalkan noda coklat di kulit. Luka tersebut sering tanpa disertai rasa nyeri (2). Kontak dengan mata Kontak dengan bahan dapat menyebabkan iritasi dan kerusakan kornea yang parah (2)
dan dapat bersifat permanen
(10)
. Uap bahan dapat menyebabkan iritasi, (8)
sedangkan bahan dalam bentuk cair bersifat korosif
.
Tertelan Menelan fenol dapat menyebabkan luka bakar pada mulut, kerongkongan, dan lambung, nyeri perut, mual, muntah, dan diare
(10)
. Dapat menimbulkan kematian
pada orang dewasa yang menelan fenol 1-32 gram, tetapi juga telah dilaporkan bahwa ada pasien yang bertahan hidup setelah menelan fenol 45-65 gram bayi, fenol sejumlah 50-500 mg dilaporkan bersifat fatal
(2)
. Pada
(2)
. Depresi sistem saraf
yang disertai dengan gangguan pernafasan, edema paru, gagal ginjal
(8)
.
Keracunan kronik Terhirup Uap fenol dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan pnemonia
(2)
.
Menghisap rokok yang mengandung cengkeh dapat menyebabkan trakeobronkitis berat karena minyak cengkeh mengandung eugenol yang merupakan turunan fenol (2)
. Dapat menimbulkan kerusakan hati dan ginjal (8).
Kontak dengan kulit Dapat menimbulkan kematian pada bayi yang terpapar fenol dalam dosis kecil (2)
secara berulang melalui kulit menimbulkan efek sistemik
. Dermatitis dan jika masuk ke dalam tubuh dapat
(8)
.
Kontak dengan mata Paparan jangka panjang atau berulang dapat menyebabkan iritasi mata Tertelan Dapat menimbulkan kerusakan hati dan ginjal (8). 9. Pertolongan Pertama Terhirup (6,9)
(6)
.
Segera pindahkan dari tempat paparan ke tempat yang berudara segar. Longgarkan bagaian pakaian yang kencang, seperti kerah baju, dasi, ikat pinggang. Jika terjadi kesulitan bernapas dapat diberikan oksigen. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika terjadi henti nafas. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Kontak dengan kulit (6,9) Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit). Dapat digunakan air dingin. Tutup bagian yang teriritasi dengan emolien. Cuci pakaian dan sepatu yang terkontaminasi sebelum digunakan kembali. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Jika tersedia polietilen glikol-300, setelah penyiraman dengan air pada bagian yang terpapar selesai dilakukan, rendam bagian yang sakit dalam PEG-300, atau jika tidak mungkin dilakukan perendaman dapat dilakukan penyemprotan atau pengolesan dengan PEG-300 pada bagian yang terkontaminasi hingga mendapat pertolongan medis. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Jika terjadi henti nafas, berikan nafas buatan. Lakukan RJP jika tidak ada denyut jantung. Kontak dengan mata (9) Segera cuci mata dengan air hangat mengalir selama 60 menit dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Jika tersedia, dapat digunakan larutan garam normal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Tertelan (9) Longgarkan bagian pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat pinggang. Jangan merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Jangan lakukan rangsang muntah karena berisiko terjadi aspirasi akibat emesis. Jika pasien dalam keadaan sadar dan tidak mengalami kejang, bilas mulut pasien dengan air dan berikan 15-30 cc minyak jarak atau minyak sayur. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Catatan untuk dokter:
Setelah dilakukan dekontaminasi awal dengam air putih, dapat digunakan PEG:Alkohol (2:1) untuk menghilangkan sisa fenol di kulit (jangan digunakan untuk mata). Penentuan kadar fenol dalam urin dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah paparan. Jika dilakukan kumbah lambung, pertimbangkan dilakukannya kontrol endotrakeal dan/atau kontrol esofagoskopik (9). Antidotum Tidak tersedia antidotum spesifik
(2,10)
. Jika timbul methemoglobinemia dapat
diberikan metilen biru (2). 10. Penatalaksanaan Stabilisasi a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara. b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Jika ada kejang, beri diazepam dengan dosis: Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau 0,5 mL/30 menit, jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-60 menit. Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal 3 mg/kg BB/24 jam. Anak-anak: 200-300 µg/kg BB. (2)
e. Obati kejang, hipotensi, aritmia, atau koma jika terjadi
f. Jika dicurigai terjadi luka korosif pada saluran pencernaan, konsultasikan pada gastroenterologis untuk kemungkinan pemeriksaan secara endoskopi (2) Dekontaminasi a. Dekontaminasi mata Dilakukan sebelum membersihkan kulit: -
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
-
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata. Dapat digunakan air hangat atau larutan garam normal
(2)
.
-
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
-
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
-
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
-
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku) -
Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
-
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit. Jika ada, dapat digunakan polietilen glikol 300, mineral oil, minyak zaitun, atau petroleum jelly (2).
-
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
-
Lepaskan
pakaian,
arloji,
dan
sepatu
yang
terkontaminasi
atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup. -
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
-
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
c. Dekontaminasi saluran pencernaan -
Jika kondisinya memungkinkan, berikan karbon aktif secara hati-hati karena fenol dapat menyebabkan kejang sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya aspirasi paru (2).
-
Jika pasien telah diberi karbon aktif segera setelah terpapar bahan dalam jumlah sedang, maka tidak diperlukan tindakan kumbah lambung (2).
11. Batas Paparan dan Alat Pelindung Diri Batas paparan Fenol: ACGIH TLV-TWA: 5 ppm (2,6) atau 19 mg/m3 (2) ACGIH (TLV) kulit-TWA: 19 mg/m3 (6) NIOSH TWA: 19 mg/m3 (6) OSHA (PEL) TWA: 5 ppm (6) OSHA (PEL) TWA: 19 mg/m3 (6) Konsentrasi paparan yang dipertimbangkan dapat segera menimbulkan bahaya terhadap kehidupan atau kesehatan adalah 250 ppm
(2)
Ventilasi: Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang berlaku (6). (6,9)
Proteksi mata: Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan
. Sediakan kran
pencuci mata untuk keadaan darurat serta semprotan air deras dekat dengan area kerja (9). Pakaian: Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia
(6)
.
Sarung tangan: Gunakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia
(6)
.
Respirator: Gunakan peralatan pernafasan serba lengkap untuk menghindari menghirup bahan (6). 50 ppm: NIOSH/MSHA menyetujui respirator dengan cartridge kimia beserta cartridge uap organik dan penyaring debu atau kabut. 125 ppm: Respirator pemasok udara yang dioperasikan dalam modus aliran kontinyu atau respirator pemurni udara yang bertenaga dengan cartridge uap organik dan penyaring debu dan kabut. 250 ppm: Respirator pemurni udara yang dilengkapi masker wajah penuh dengan cartridge uap organik dan penyaring pertikel efisiensi tinggi atau respirator pemurni udara yang bertenaga yang dilengkapi cartridge uap organik dan penyaring pertikel efisiensi tinggi. Untuk konsentrasi yang lebih tinggi atau tidak diketahui, seperti dalam kondisi kebakaran atau bahan tertumpah, gunakan peralatan pernafasan serba lengkap dengan masker wajah penuh yang dioperasikan dengan mode perlu tekanan positif atau respirator pemasok udara dengan masker wajah penuh yang dioperasikan dengan tekanan positif serta peralatan bantu pernafasan serba lengkap bertekanan positif
(9)
.
12. Manajemen Pemadam Kebakaran Media pemadam kebakaran: Busa alkohol, karbon dioksida, bahan kimia kering, semprotan air, halon (8). Kebakaran kecil: Gunakan serbuk kimia kering (6). Kebakaran besar: Gunakan semprotan air, asap, atau busa. Jangan gunakan water jet (6).
13. Manajemen Tumpahan Tumpahan kecil: Gunakan peralatan yang sesuai untuk mengumpulkan tumpahan yang berupa padatan untuk dipindahkan ke wadah pembuangan (6). Tumpahan besar: Bahan ini bersifat korosif. Hentikan tumpahan/kebocoran jika dapat dilakukan tanpa menimbulkan risiko. Jangan memasukkan air ke dalam wadah. Jangan menyentuh bahan. Gunakan semprotan air untuk mengurangi uap. Hindarkan tumpahan bahan yang berbentuk cair mengalir ke dalam selokan atau saluran pembuangan lain. Hindarkan dari semua sumber api (6). 14. Daftar Pustaka 1. Cahpman, R.L., Cosmetic Bench Reference (CBR) 2007, Allured, USA, 2007. 2. Olson, Kent R., Poisoning & Drug Overdose, 2007, Mc Graw Hill, San Francissco 3. Sittig, M. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals and Carcinogens. Third Edition. Noyes Publications. New Jersey. 1991. 4. The Merck Index An Encyclopedia of Chemicals, Drugs and BIologicals, twelfth edition, Merck & Co INC, 1996 5. http://www.sciencestuff.com/msds/C2221.html (diunduh Juni 2011) 6. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926463 (diunduh Juni 2011) 7. http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB4362168_EN.htm (diunduh Juni 2011) 8. http://www.inchem.org/documents/ehc/ehc/ehc161.htm (diunduh Juni 2011) 9. http://www.caledonlabs.com/upload/msds/5523-1e.pdf (diunduh Juni 2011) 10. http://www.toxinz.com/Spec/1886369 (diunduh Juni 2011)
Disusun oleh: Sentra Informasi Keracunan Nasional Bidang Informasi Keracunan, Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan POM RI, Tahun 2011