No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
1
SYALOM
PENASEHAT • Pdt. Drs. Nugroho Adi, Th.M • Pdt. Marya Sri Hartati, S.Si PENANGGUNG JAWAB • Majelis GKJ Joglo • Pnt. Didik Soejatmiko PEMIMPIN REDAKSI • Aditya Wardhana SEKRETARIS • Elisa Kusumaningtyas BENDAHARA • Apsee Fransetya TIM EDITOR • Aditya Wardhana • Widyo Prayoga • Apsee Fransetya • Debora Kusumaningtyas FOTOGRAFER • Agung Tri • Oki Pradono • Andree Widjayanto DITERBITKAN OLEH Komisi Komunikasi GKJ Joglo Nawala Joglo menerima kiriman artikel atau photo atau saran dan masukan. Silakan kirim email ke:
[email protected] atau langsung pada redaksi
COVER Sarasehan Awal Pelayanan
• Selamat Tahun Baru 2015, kiranya kasih karunia Tuhan selalu menyertai kita sepanjang tahun 2015 • Selamat Melayani bagi seluruh pengurus Komisi, Bebadan, Tim yang baru diteguhkan • Selamat Valentine–kasih sayang di antara kita, terus makin bertumbuh • Selamat tahun baru 2556, tahun kambing menambah semangat kita dalam melayani. Gong Xi Fa Chai • Selamat menyambut pra-Paskah, mempersiapkan hati dan pikiran kita dengan perenungan betapa besar kasih Allah hingga IA memberikan anak-Nya yang tunggal untuk penebus dosa kita.
A
da banyak ucapan, peristiwa di awal tahun ini yang bisa menjadi titik balik perubahan hidup kita. Titik Balik? Maksudnya? Ketika kita mengatakan, “YA, DENGAN SEPENUH HATI” di depan Tuhan dan Jemaat GKJ Joglo sebagai pengurus Komisi, Bebadan atau Tim pada saat itulah kehidupan kita berubah. Jadwal, waktu, energi, pemikiran dan lain-lain sepanjang tahun 2015 s/d 2017 jadi berubah dan berbeda. Ketika akan menginjak tahun 2015 atau 2556, ada banyak ramalan, prediksi entah berdasarkan tanggal lahir, situasi ekonomi dan politik secara global mau pun nasional. Beberapa ramalan mungkin membuat kita enggan melangkah ke tahun baru. Tapi… bukankah tidak ada satu orang pun yang bisa tahu apa yang akan terjadi esok hari? Tetap berpegang dan menyerahkan perjalanan hidup ke dalam tangan Tuhan–hari lepas hari–menjadi sebuah pilihan yang sangat bijak. Karena kita tahu, Tuhan pasti merencanakan dan memberikan yang terbaik untuk kita. Nawala Februari hadir dengan tema “Melayani dengan Kasih”. Melayani dalam segala aspek kehidupan. Baik bagi sesama, di dalam gereja mau pun lingkungan dan di mana pun Tuhan menempatkan kita.
Selamat membaca Redaksi
2
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
DAFTAR ISI SYALOM
2
JENDELA UTAMA • Melayani dengan Kasih • Utuslah Aku Ya Tuhan • Siap Bekerja untuk Tuhan, SEKARANG! • Motivasi Utama vs Motivasi Sampingan • Ngapain Melayani di Gereja?
4 4 8 13 15 17
RENUNGAN • Masa Raya Paskah-Pentakosta
20 20
KESAKSIAN • Kisah Kasih, Karena kasih bukan sekedar...
23 23
CAKRAWALA • Ketika Saya, Kami dan Kita Mengucapkan... • Fakta dan Harapan Natal • Melampaui Penghakiman • Refleksi Makna Peristiwa Natal • Dunia Kerja
28 28 31 35 37 42
BERITA KOMISI • Berbagi bagi Sesama • Natal 2014? Jelas Beda!!! • Perayaan Malam Tahun Baru 2015 • Sarasehan Awal Pelayanan • Tuhan Memanggilmu... Ya dengan Segenap Hati
44 44 48 51 54 57
KOMUNITAS • Bolang
59 59
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
3
JENDELA UTAMA
MELAYANI DENGAN KASIH I Korintus 16:14
PENDAHULUAN
K
asih adalah pengajaran yang sangat utama dan penting dalam kehidupan kristiani. Dalam Perjanjian Baru saja tidak kurang 381 kata “kasih” disebutkan. Banyak ayat Alkitab menegaskan betapa penting dan dalamnya makna kasih itu, misalnya: Yohanes 13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” I Yohanes 4:7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Melalui ayat-ayat ini kita disadarkan bahwa kasih adalah penanda dari kehidupan anak-anak Tuhan. Kita patut bertanya: jadi kalau seseorang tidak mengasihi, patutkah ia disebut sebagai anak Tuhan? I Korintus 13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. 4
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
Di sini dijelaskan bahwa dalam kehidupan iman di duna ini ada 3 hal yang terpenting yaitu iman, pengharapan dan kasih. Iman, pengharapan dan kasih adalah hal yang kita butuhkan untuk mencapai keselamatan sorgawi. Ketika keselamatan yang sempurna itu terjadi iman dan pengharapan telah “menyelesaikan tugasnya” tetapi kasih terus menjadi milik anakanak Tuhan sampai kekal. Dalam pelayanan, kasih itu juga menjadi dasar yang membuat pelayanan dan pekerjaan itu berarti. Tanpa kasih, pelayanan menjadi kehilangan maknanya. Apakah pelayanan itu? Ada banyak definisi tentang itu, tetapi secara sederhana dapat dikatakan bahwa pelayanan adalah memberi diri kita bagi kebaikan orang lain dengan dasar kasih. Kita bisa saja memberi apa-apa bahkan dalam jumlah banyak, tetapi tidak setiap pemberian adalah mengasihi dan melayani. Sebaliknya, kasih dan pelayanan tidak mungkin terjadi tanpa memberi. Jadi kasih dan pelayanan tidak mungkin tanpa memberi, tetapi tidak setiap memberi adalah kasih dan pelayanan. Pelayanan haruslah berdasarkan kasih. Tanpa dasar kasih tiap pekerjaan bukanlah pelayanan.
KORINTUS: JEMAAT KAYA KARUNIA, TAPI MISKIN DALAM KASIH Membaca bagian-bagian surat Korintus, terutama I Korintus pasal 12-14, kita sebenarnya harus menjadi terperangah dan sedih. Terperangah dan sedih, ka-
rena dalam kehidupan dan pelayanan jemaat Korintus telah terjadi banyak penyimpangan sejak dari motivasi sampai kepada praktek pelayanan. Dalam pelayanan, terjadi iri hati dan perselisihan. Kasih telah hilang dalam praktek pelayanan, sehingga karunia-karunia yang banyak dan beraneka itu tidak dikerjakan sebagai alat pelayanan yang membangun dan mengasihi sesama. Terhadap kenyataan itu, Paulus mengingatkan bahwa hal itu adalah tanda
dan wujud hidup dari sebuah jemaat yang duniawi dan menonjolkan kemanusiawian mereka. Seperti diketahui, Korintus adalah jemaat yang cukup kaya dalam banyak hal: kaya SDM, kaya karunia, kaya pelayanan, tapi juga “kaya” dalam masalah. Di jemaat Korintus banyak anggota jemaat terpecah dalam semacam “partai-partai”. Ya! Di dalam jemaat! Ada “partai Paulus” “partai Petrus” “partai Apolos”, “partai Kristus”. Mereka juga bangga dengan karunia yang mereka miliki sampai-sampai melecehkan karunia dan orang lain yang karunianya dianggap “kecil”. Jadi, pelayanan sudah menjadi persaingan, “oncor-oncoran”. Tidak rela dan sakit hati kalau orang lain melayani dengan baik. Pelayanan bukan lagi kesediaan dengan kasih, pengorbanan dan tulus serta rendah hati memberi kepada orang lain, tetapi pelayanan sudah menjadi kerinduan untuk dipuji dan harus bisa mengalahkan pelayanan orang lain. Dalam melayani, orang harus menjadi nomor satu. Tersinggung, marah dan kecewa, kalau ada orang lain lebih baik. Paulus menegur dengan tegas dan mengatakan bahwa itu adalah tanda bahwa banyak warga jemaat Krintus masih belum dewasa dalam Kristus (I Kor. 3:1 dan seterusnya.). Itulah sebabnya kemudian Paulus minta agar mereka meninggalkan sifat kekanak-kanakan mereka dan menjadi dewasa di dalam Kristus. (I Kor 13:11). Dalam kehidupan jemaat dewasa seperti Korintus, gambar kedewasaan jemaat menjadi rusak oleh karena ketidak-dewasaan warganya. No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
5
Itulah sebabnya ketika Paulus mengingatkan bagaimana seharusnya jemaat Korintus yang kaya itu juga harus punya hati dan membantu jemaat Yerusalem yang teraniaya, serta bagaimana mereka juga seharusnya menunjukkan komitmen terhadap pekabaran injil, Paulus meminta supaya mereka melaku-
layanan, dalam komunikasi yang baik, dalam belajar dan bertumbuh bersama dan dalam banyak hal yang lain. Masing-masing memiliki karunia dan talenta, tetapi semua memiliki komitmen untuk membangun dan bekerja bagi tujuan bersama. Mereka mengembangkan kerja sama, dalam sebuah team work yang tiap bagiannya termotivasi dan terikat oleh dasar yang sama yaitu kasih.
Dengan demikian, sebagai orang yang sungguh dewasa dalam Kristus, mereka tidak lagi diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.
KASIH ITU MEMBERI Kasih yang sungguh-sungguh dan mendalam, tak pernah membuat seseorang merasa enggan atau sulit untuk berkorban bagi orang yang dikasihi, atau merasa rugi untuk memberi. Ambilah kisah Maria perempuan yang meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang amat mahal. Maria mewujudkan kasihnya yang dalam kepada Yesus, ketika ia mengambil setengah kati minyak Narwastu murni yang amat mahal harganya lalu meminyaki kaki Yesus. Menurut perhitungan, setengah kati minyak Narwastu kira-kira setara dengan 273 gram, dan minyak Narwastu setakaran itu dapat dijual seharga 300 dinar. Pada jaman itu, uang 300 Dinar adalah upah seorang yang bekerja selama 300 hari, karena upah pekerja harian adalah 1 Dinar sehari. Pantas, Yudas Iskariot yang materialistis itu menganggap bahwa peminyakan itu sebuah pemborosan. Yudas hanya melihat dari sudut harga minyak, dan tidak melihat dari sudut makna hormat dan kasih Maria. Kita dapat memberi tanpa mengasihi, tetapi tidak dapat mengasihi tanpa memberi. Kasih kita kepada Yesus atau
kan segala pekerjaan mereka baik yang biasa disebut sebagai “pelayanan” atau yang secara umum disebut sebagai ‘bekerja dalam arti sehari-hari”, mendasarkannya dengan kasih. Pada bagian lain, kepada jemaat Efesus Rasul Paulus mendorong agar warga jemaat dengan pembinaan yang baik, bersama-sama bertumbuh ke arah kedewasaan di dalam Kristus. Kedewasaan itu secara nyata disertai dengan kesatuan iman, dengan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, dan secara dinamis terus mengalami proses pertumbuhan yang benar. Dengan demikian, sebagai orang yang sungguh dewasa dalam Kristus, mereka tidak lagi diombang-ambingkan oleh ruparupa angin pengajaran. Kedewasaan diwujudkan bersama dalam kehidupan bergereja, dalam pe6
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
kepada sesama hanya akan menjadi nyata bila kita mewujudkannya secara nyata dalam tindakan mengasihi, bukan hanya dalam kata-kata kasih. Kasih mendapatkan maknanya dalam tindakan nyata. Tindakan nyata yang mengasihi itulah pelayanan, yaitu memberi diri bagi kebaikan orang lain dengan kasih yang nyata. Mungkin kita dapat berkata: ”Seandainya Yesus masih berada di dunia dan saya berhadapan langsung dengan Dia, saya pasti bersedia melakukan dan memberikan apa saja bagi Dia”. Tapi dalam banyak pengajaran-Nya, Yesus berkata bahwa keterlibatan kita terhadap pekerjaan dan pelayanan-Nya, tindakan kita terhadap mereka yang sederhana, yang miskin, yang membutuhkan pertolongan dan pelayanan, diperhitungkan sebagai tindakan bagi Dia. Terlalu banyak “obyek” yang amat nyata , yang ada di sekitar kita, yang dapat kita kasihi, kita beri, kita perhatikan, kita layani, yang dinilai sama dengan mengasihi Yesus. MEMBERI dan MEMBERI Ada banyak dalam kehidupan seharihari di mana orang melakukan tindakan memberi. Tetapi sebenarnya memberi dan memberi tidak selalu sama. Ada orang yang memberi sedikit dari banyak yang dimilikinya. Itu pun diberikan, agar mendapatkan penghargaan. Keinginan tersembunyi itu menjadikan pemberiannya tidak utuh. Ada orang yang memberi, tetapi selalu ia melakukannya dengan sedih dan mengeluh. Ia “dibaptis” ke dalam ke-
sedihan, dan kesedihan menjadi bagian kehidupannya. Ada orang yang tekun, tetapi hanya memiliki sedikit, dan ia masih berusaha untuk memberi dari yang sedikit itu. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang percaya akan daya kehidupan. Mereka tidak pernah merasa kekurangan. Ada orang yang suka memberi, dan tidak kenal menyesal dalam setiap pemberiannya. Ia melakukannya tidak untuk mencari kegembiraan dan bukan untuk mengejar keutamaan dan kesalehan. Ia memberi seperti bunga-bunga di lembah yang menyebarkan keharuman. Lewat tangan-tangan orang-orang seperti itu Tuhan berbicara dan dari balik mata mereka, Ia tersenyum kepada dunia. Disadur dari karya Khalil Gibran: SANG NABI • Khalil belajar bagaimana Bapa di sorga memberikan hujan dan matahari kepada manusia yang baik atau yang tidak baik sekali pun, dan khususnya bagaimana dalam Yesus, Allah memberi Dirinya untuk manusia, Itulah teladan yang sempurna tentang melayani dengan kasih. Kata Yesus: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; (Pak Nug) No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
7
JENDELA UTAMA
UTUSLAH AKU YA TUHAN
B
erbicara mengenai anak muda, Timotius menulis demikian, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu dan dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” (1 Timotius 4:12) ANAK MUDA YANG DIKENAL DUNIA Manusia menjadi ciptaan-Nya yang paling istimewa karena diciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej 1:26-27). Kita, manusia adalah ciptaan yang memiliki roh (Kej 2:7; Zak 12:1). Dalam kehidupan manusia, Tuhan mengijinkan dan memakai banyak anak muda untuk menjadi pembawa perubahan dan menoreh prestasi dan sejarah baru dalam kehidupan manusia yang lalu diingat oleh generasi-generasi selanjutnya. Di Perjanjian Lama, kita mengenal beberapa nama berikut: • Daud, seorang anak gembala yang menyerahkan diri kepada Tuhan untuk dipakai-Nya. Ia disebut sebagai seorang yang berkenan di hati-Nya dan yang melakukan segala kehendak-Nya (Kisah Para Rasul 13:22). 8
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
• Gideon, seorang anak petani yang dipakai Tuhan menjadi penyelamat bagi pergumulan bangsa Israel. Ia memiliki kerendahan hati, percaya dan taat kepada-Nya, senantiasa melibatkan Tuhan dalam langkahnya. (Kitab Hakim-hakim 6 dan 7). • Timotius, seorang yang saleh, seorang yang menghormati Tuhan. Sejak kecil ia mengenal ajaran Alkitab. Paulus menemukannya pada awal perjalanan pengijilan kedua. Timotius tampil sebagai mitra kerja Paulus yang melakukan tugasnya de-
ngan bertanggung jawab (lihat Filipi 2:19-20, 1 Tesalonika 3:2, 1 Korintus 16:10). Ia memiliki kedekatan kepada Paulus seperti bapak dan anak (1 Korintus 4:17). • Yusuf, seorang yang rendah hati dan taat kepada-Nya, bertanggung jawab, menjadi pembawa berkat. Ia lebih memilih taat kepada Tuhan daripada tergoda oleh kenikmatan dunia. Ia juga mengasihi saudarasaudaranya dan tidak mengingat kesalahannya. Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia kepadanya (Kejadian 39). Dalam kekinian, muncul sederet nama lain, berikut diantaranya: • Abraham Lincoln, anak seorang petani yang kehidupannya penuh kesulitan. Ia memiliki keterbatasan dalam kemampuan berbicara. Ia gagap. Ia tumbuh menjadi pemuda yang sadar arti kebenaran, kemerdekaan dan perdamaian. Ia melatih diri dan menembus keterbatasannya. Ia memilih jalur karir politik untuk dapat membebaskan perbudakan. Dalam karir politiknya, ia menembus posisi Presiden Amerika Serikat yang ke-16. • Hee Ah Lee, seorang pianis Korea Selatan. Ia lahir tahun 1985 dari seorang ibu bernama Woo Kap Sun, seorang ibu yang mencintai anak perempuannya sepenuh hati, meski dari sejak dalam kandungan dia mengetahui kalau anaknya akan lahir de-
ngan kondisi fisik yang tidak sempurna. Hee Ah Lee merupakan penderita sindrom down, dan dengan kedua tangan yang hanya memiliki empat jari. Kelainan jemari tangan seperti ini disebut lobster claw syndrome, berbentuk seperti capit udang, tanpa telapak tangan.Dia juga terlahir dengan kaki hanya sebatas lutut hingga tidak dapat menginjak pedal piano standar. Untuk itu, pedal sengaja ditinggikan agar bisa diinjak oleh kakinya yang pendek. Dengan kondisi serba terbatas itu, ia menyebut dirinya sebagai, “Special gift, anugerah spesial dari Tuhan.” Ia bisa memainkan Piano Concerto No 21 dari Mozart bersama orkes simfoni. Ia mendapat sederet penghargaan atas keterampilan bermain piano dan membawanya berkeliling dunia, termasuk bermain bersama pianis Richard Clayderman di Gedung Putih, Amerika Serikat. Ia melakukan konser piano tunggal di Balai Kartini, Jakarta pada tahun 2007 sebagai bagian dari konsernya di beberapa negara. • Nicholas James Vujicic, dikenal dengan nama panggilan “Nick”, lahir pada tahun 1982. Ia mengidap sindrom tetra-amelia (gangguan kelahiran yang sangat langka, dimana anak tersebut dilahirkan tanpa tangan dan kaki. Satu atau lebih lengan atau kaki tidak pernah berkembang selama pertumbuhan janin). Pada usia 17 tahun, ia mulai menjadi pembicara dan membuat sebuah organisasi nirlaba bernama No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
9
Life Without Limbs. Ia lulus dari universitas pada usia 21 tahun dengan dua gelar. Ia lalu menjadi motivator dan berfokus pada permasalahan remaja. Ia telah mengunjungi 3 juta orang lebih di 44 negara dan 5 benua; memberikan motivasi bagi kalangan bisnis, konggregasi dan siswa di sekolah.
• Berakar, semakin berakar sebuah pohon, semakin kuat tertancap dalam tanah, semakin kokoh walau angin kuat menerpa. Fungsi akar, selain menyerap air dan zat makanan yang larut di air dalam tanah. Seperti kehidupan kita, saat angin dan “badai kehidupan” menerpa, kita tetap kuat dan kokoh dalam iman kepada Yesus. –istilah akar dipakai dalam Yesaya 40:24, Matius 13:6, Lukas 8:13, Kolose 2:7.
• Thomas Alva Edison telah mempatenkan sekitar 1.093 hasil penemuannya, termasuk bola lampu␣ listrik dan␣ gramophone, juga kamera film. • Bertumbuh, berarti menandakan ada perubahan. Akar yang sehat Ketiga penemuannya membangkitakan menghasilkan pertumbuhan, kan industri-industri besar bagi inkehidupan orang percaya juga sedustri listrik, rekaman dan film yang harusnya bertumbuh dengan peakhirnya mempengaruhi kehidupan ngenalan akan Kristus (Efesus 4:15masyarakat di seluruh dunia. Pada 24), yang adalah pusat dari kehitahun 1868, di usia 21 tahun, dia telah dupan Kristiani. Hambatan dalam mengembangkan dan mempatenkan pertumbuhan adalah rasa malas, puas penemuannya yang berupa sebuah diri dan tinggi hati (sombong). mesin yang merekam telegraph. BAGAIMANA DENGAN KAUM MUDA GKJ JOGLO? Siapa Kita? Dalam Matius 5:13-16 tertulis, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam ini menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi”. Untuk dapat menggarami dan menerangi dunia (seturut kehendak-Nya), maka menjadi syarat wajib bagi kita adalah memiliki pengenalan yang benar tentang Yesus dan memiliki hubungan yang kuat kepada Sang Sumber itu. Inilah 3 syarat utama: 10
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
• Berbuah, menghasilkan buah. Ranting yang tidak berbuah akan dipotongnya, pohon yang tidak berbuah akan ditebang (Matius 3:10, Matius 7:15-20, Lukas 13:7-9). “Buah” dari bergaul akrab dengan Yesus dinyatakan dalam sikap hidup seharihari. Melalui sikap hidup kita, orang lain dapat mengenal Yesus yang “hidup” dalam kehidupan kita. Setiap orang yang percaya kepada Yesus memiliki tugas untuk membagikan “garam” dan meneruskan “terang” kepada sekitar. Membaca, memahami dan melakukan isi Alkitab, berdoa, ter-
libat dalam pekerjaan pelayanan, berani menunjukkan identitas diri dengan integritas pada bidang yang kita tekuni (apa pun peran yang kita pilih); melakukannya dengan bijaksana dan bertanggung jawab seturut kehendak-Nya; meneladani karakter Kristus Yesus. TUHAN MELIBATKAN KITA DALAM PEKERJAAN-NYA Seringkali tanpa kita sadari, Tuhan membentuk dan mendidik kita melalui berbagai peristiwa dalam perjalanan kehidupan kita. Kita “dipakai”, karena Tuhan sendiri ikut bekerja melalui segala upaya yang kita lakukan. Kita menjadi sarana atau alat-Nya. Kita dibawaNya terlibat dalam pekerjaan-Nya, mengalami dan meyaksikan sendiri kebesaran dan kemuliaan-Nya. Tiap kaum muda, tentu mengalami masa anak-anak dan tumbuh dalam keluarga. Saat berusia remaja atau pemuda, seiring pertumbuhan intelektual dan pengalaman bertumbuh bersama rekan-rekan kita dapat mengatakan sesuatu dengan bahasa yang lebih lugas, lebih ekspresif, lebih detil. Dalam suatu diskusi kelompok, beberapa kaum muda mengatakan betapa mereka tidak bahagia menjadi bagian dari keluarga yang dihadirkanNya. “Saya tahu dan setuju bahwa keluarga adalah orang-orang yang dipilih Tuhan bagi saya, tetapi saya bisa memilih orang lain menjadi keluarga bagi saya karena membuat saya merasa lebih bahagia”. Benar, menjalin kehidupan bersama dengan keluarga membutuhkan kete-
rampilan untuk mengelolanya (kita sepakati bahwa yang dimaksud “keluarga” dalam konteks ini adalah orangorang yang setiap hari atau dalam banyak hari pernah atau ada bersama kita, dibandingkan dengan teman-teman atau orang lain yang hanya bersama kita hanya di waktu tertentu. Kepada
Untuk dapat menggarami dan menerangi dunia (seturut kehendak-Nya), maka menjadi syarat wajib bagi kita adalah memiliki pengenalan yang benar tentang Yesus dan memiliki hubungan yang kuat kepada Sang Sumber itu
orang lain yang kita anggap seperti keluarga, disadari atau tidak, kita membangun relasi dengan lebih dulu menentukan dasar berpijak yang sama, misalnya karena kesamaan hobi, minat, dan sebagainya. Sementara tiap orang di dalam keluarga tidak bisa kita pilih). Setiap individu dalam keluarga, sejatinya memiliki karakter dasar yang berbeda. Sekadar mengetahui karakter saja ternyata tidak cukup, diperlukan pengenalan lanjut diantara anggota keluarga juga kemauan untuk melatih diri untuk dapat menikmati kehidupan bersama. Mari mengingat hal ini:
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
11
• Keluarga adalah institusi pertama yang didirikan Allah (Kejadian 2:18-25) • Keluarga Kristen di dunia merupakan pusat dan tujuan dari Perjanjian Allah (Kejadian 12:13), di mana melalui berkat Allah kepada Abraham sekeluarga, seluruh bumi akan diberkati. • Keluarga Kristen merupakan miniatur keluarga Allah di dalam kekekalan. Keberhasilan membangun keluarga Kristen yang benar (sesuai ajaranNya) akan menjadi kesaksian bagi sekitar. Gambaran bapak dan ibu yang diberikan kepada Allah di dalam Alkitab (Efesus 3:13-15, Mazmur 103:13, Yesaya 66:13) KARENANYA, KELUARGA MENJADI SASARAN IBLIS UNTUK DIRUSAK Adalah gambaran ideal, jika setiap anak memperoleh keteladanan dari orang tua. Namun, jika situasi belum ideal, sebagai kaum muda dengan kemampuan berpikir yang terus berkembang, kaum muda bisa Tuhan pakai menjadi alat perubahan bagi keluarga juga komunitas jemaat (dalam arti sebagai keluarga dalam Kristus Yesus). Bukankah dari individu yang kuat dan keluarga yang kuat akan menghasilkan jemaat yang juga kuat? Menjadi individu, keluarga, dan jemaat yang kuat adalah peran nyata (“buah” yang kita berikan) bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. 12
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
Kita sepakat, ada hal yang tidak dapat kita ubah, namun juga ada yang bisa kita ubah. Seperti pada contoh anak muda di atas, kita temukan bahwa mereka tidak dapat mengubah keterbatasannya secara fisik. Sama seperti kita, mereka juga tidak dapat memilih lahir dalam kondisi keluarga yang seperti apa. Mari kita meminta kepadaNya untuk dengan damai sejahtera menerima hal yang tidak bisa diubah. Mari kita meminta kepada-Nya untuk memiliki keberanian menjadi agen perubahan pada hal yang dapat kita ubah. Di atas keduanya, kita meminta kebijaksanaan-Nya untuk dapat memaknai perbedaan itu. Karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil. Tuhan tidak memandang rupa. Tuhan tidak memakai seseorang karena kehebatannya. IA melihat hati. IA menanti siapa pun yang “mau” melayani-Nya dengan sepenuh hati. IA yang akan memperbesar kapasitasnya dan memampukannya dalam melakukan tugas panggilan-Nya. Kaum Muda, mari terus bergaul erat dengan-Nya, ketahui kehendakNya dan dengar “panggilan-Nya”. Mari katakan, “Saya mau Engkau pakai. Utuslah aku, Tuhan” “Tuhan Yesus dapat memakai siapa pun dan apa pun juga menjadi bagian dari cara-Nya untuk mendidik kita dan menunjukkan betapa besar kasih dan kuasa-Nya”.
(SK, agent of change) (*DD/ed.DR) dari berbagai sumber
JENDELA UTAMA
SIAP BEKERJA UNTUK TUHAN
SEKARANG!
B
ulan April 2015, ada beberapa anggota majelis yang akan mengakhiri masa jabatannya (lereh). Gereja kemudian harus mencari calon pengganti, agar pelayanan gereja terhadap jemaatnya tidak terganggu. Jemaat gereja dapat berperan aktif dalam proses pencarian anggota majelis. Jemaat bisa mengajukan diri menjadi calon majelis, mencalonkan jemaat yang lain, atau majelis kelompok/wilayah meminta kesediaan jemaat untuk menjadi majelis. Telah menjadi kebiasaan di GKJ Joglo, majelis yang akan lereh harus mencari 2 (dua) orang calon pengganti. Sengaja saya akan berbagi pengalaman bagaimana proses pencarian calon anggota majelis. Tujuannya, agar kita sama-sama mengetahui sejauh mana panggilan untuk melayani ini ditanggapi secara serius oleh jemaat. Dari 6 (enam) warga jemaat yang saya datangi (saya harus mencari 4 calon majelis pengganti) dan saya minta kesediaannya menjadi calon majelis. Dua warga jemaat menyatakan bersedia, sisanya dengan berbagai macam penjelasan tidak bersedia. Ada yang merasa tidak mampu, merasa tidak layak. Ada yang sebenarnya bersedia akan tetapi kondisi pekerjaan yang mengharuskan keluar
kota secara rutin menjadikannya takut tidak bisa memenuhi komitmennya sebagai majelis. Ada pula yang merasa belum siap, dengan alasan nanti kalau sudah siap akan mengajukan diri. Memang benar jabatan majelis bukan jabatan yang sembarangan. Bukan pula tanggung jawab yang ringan. Tidak mudah untuk menjadi seorang majelis. Misalnya jabatan penatua. Tugas penatua tidak mudah. Sejak awal seorang penatua diharapkan memiliki sikap sebagai seorang sesepuh, yaitu orang yang dituakan atau orang yang dipandang tua karena sifatnya yang bijak. Kisah Para Rasul menggambarkan tugas para penatua pada kehidupan gereja abad pertama. Tugas pertama adalah memelihara dan menggembalakan jemaat (Kis 20:28). Dalam ayat ini terdapat kata penilik yang artinya mempedulikan, mengindahkan, atau memelihara, sama seperti orang memelihara tanaman. Tugas kedua adalah memimpin dan mengatur jemaat atau pengatur rumah Allah (Titus 1:7). Tugas ketiga adalah menjaga kemurnian ajaran gereja (I Korintus 3:11). Beratnya tugas dan tanggung jawab, menyebabkan beratnya pula kualifikasi jabatan penatua. Dalam 1 Timotius 3 No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
13
memuat daftar rinci perilaku yang dijadikan syarat sebagai penatua. Daftar ini bisa membuat ciut hati kita, bagaimana bisa memenuhi segala persyaratan itu? Pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang mampu memenuhi semua persyaratan itu. Namun bukan berarti juga syarat itu kita abaikan dalam mencari seorang anggota majelis. Beratnya syarat itu mengingatkan kita bahwa jabatan penatua (majelis) bukan jabatan sembarangan. Untuk melaksanakan tugas sebagai majelis dituntut perilaku yang bisa dijadikan teladan bagi jemaat yang lain. Namun, beratnya tugas dan ketatnya persyaratan yang diajukan sebagai majelis bukan dimaksudkan agar kita menyerah dan dan berkata “Saya tidak layak”. Jabatan gerejawi adalah anugerah Tuhan yang diberikan atas dasar kemurahan hati-Nya. Jadi jabatan gerejawi “tidak berdasar atas kebaikan atau prestasi dari orang yang menjabatnya”, Jika Tuhan memakai kita sebagai alatNya, maka kita bisa menjadi alat yang berguna di dalam tangan-Nya. Beratnya tanggung jawab tidak boleh membuat kita berkata “Saya tidak sanggup”. Pelayanan kepada Tuhan tidak diukur dengan berapa banyak pekerjaan yang kita lakukan, tetapi dari kesungguhan dan kesetiaan kita melaksanakan pelayanan itu. Calvin berkata ”Yang penting bukan apa yang kita kerjakan dengan kekuatan kita, namun
apa yang dikerjakan oleh Allah melalui kita”. Kita harus meneladani Yesus saat melaksanakan tugas pelayanan-Nya. Tuhan Yesus pun tidak merasa yang dilakukan-Nya adalah pekerjaan-Nya sendiri. Ia melihat itu sebagai pekerjaan Bapa-Nya yang menyuruh atau mengutus Dia. “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri. AKu tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku” (Yoh 5:30). “…segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakan-Nya. Pekerjaan itu juga Ku-kerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa mengutus Aku” (Yoh 5:36). “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang, akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.” (Yoh 9:4). Kita melihat betapa Yesus sangat taat memenuhi panggilan tugas BapaNya, Ia berkata “Pekerjaan itu juga Kukerjakan sekarang” bukan nanti kalau sudah siap, kalau sudah tidak sibuk dan lain sebagainya. Ketaatan, integritas, dan komitmen ini yang harus kita teladani, sehingga saat kita dipanggil Bapa untuk bekerja sebagai penatua atau diaken (majelis) di gereja-Nya yang kita cintai, kita bisa langsung menjawab “Ya Tuhan, aku akan mengerjakannya sekarang, dengan kesungguhan”. Tuhan merindukan jawaban ini dari jemaat GKJ Joglo.
(J-three)
14
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
JENDELA UTAMA
MOTIVASI UTAMA VS MOTIVASI SAMPINGAN
D
alam iman Kristen, pelayanan dipandang sebagai ungkapan syukur. Sebab Tuhan sudah lebih dulu melayani kita. Ini yang selalu diajarkan sebagai motivasi utama dalam pelayanan. Dan memang, seharusnyalah demikian. Namun, jujur saja… selain motivasi utama itu, bisa saja kita memiliki motivasi-motivasi yang lain, yang disebut dengan motivasi sampingan. Misalnya, kita bersedia melayani karena diminta oleh orang yang kita segani. Kita melayani karena tidak ada orang yang mau melakukannya sehingga kita menyediakan diri untuk menjadi sukarelawan. Ada juga yang melayani untuk menyalurkan hobi. Mengisi waktu. Melayani karena ‘si dia’ juga melayani. Atau untuk mengaktualisasikan diri dalam hidup bergereja. Motivasimotivasi sampingan itu dimungkinkan terjadi karena motivasi adalah sesuatu yang timbulnya dari hati. Apa yang ada dalam hati manusia, itu pula yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Disadari atau tidak disadari. Sedangkan, isi hati manusia itu sangatlah kompleks. Sulit untuk diselami. Justru karena itulah, dalam pelayanan kita perlu rendah hati mengakui hal ini. Bahwa betapa sulitnya bagi kita untuk memiliki hati yang murni di hadapan Tuhan. Serohani-rohaninya No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
15
seseorang, tidaklah mungkin ia memiliki hati yang melulu hanya untuk melayani Tuhan. Pasti ada alasan-alasan lain yang ikut memotivasi pekerjaan pelayanannya. Motivasi-motivasi sampingan yang ada pada kita merupakan hal yang dapat dimaklumi. Namun jangan kita ja-
Kita perlu benar-benar waspada dan menjaga agar motivasi-motivasi sampingan itu tidak berubah menjadi motivasi utama dalam pelayanan. Sebab, hal ini akan sangat menganggu pelayanan kita.
tuh pada sikap yang menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Lalu kita lalai untuk mengendalikannya. Sebab, motivasi sampingan itu bisa menggeser motivasi utama. Oleh karenanya, ‘yang wajar’ itu tak boleh selalu kita maklumi. Kita perlu benar-benar waspada dan menjaga agar motivasi-motivasi sampingan itu tidak berubah menjadi motivasi utama dalam pelayanan. Sebab, hal ini akan sangat mengganggu pelayanan kita. Kita harus terus belajar dan berusaha agar keutamaan pelayan-
an kita adalah ‘ungkapan syukur kepada Tuhan’. Sebagai ungkapan syukur maka Tuhanlah yang utama dalam pelayanan kita. Sedangkan kepentingan kita, harus menjadi motivasi sampingan yang seringkali perlu benarbenar kita kesampingkan. Kita dapat belajar dari Rasul Paulus. Filipi 1:18-26, memperlihatkan pergumulan Rasul Paulus sebagai pelayan Tuhan dalam mengelola keinginan pribadi dan pelayanan. Paulus menuliskan suratnya ini ketika ia berada di dalam penjara. Ia harus berhadapan dengan orang-orang yang berusaha menyengsarakannya di penjara. Memfitnah dan memanfaatkan penderitaannya. Ada orang-orang tertentu yang nampaknya mengharapkan kematiannya. Sehingga wajarlah jika Paulus berbicara tentang hidup dan matinya. Ia merasa didesak dari dua pihak: pergi dan diam bersama dengan Kristus (yang artinya mati), menurutnya itu jauh lebih baik. Namun, ia merasa lebih perlu dan lebih bermanfaat jika ia tetap hidup. Paulus mengatakan, “tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.” (ay.24). Sekali pun itu berarti ia harus menghadapi lawan-lawannya dan menanggung kesulitan hidup. Apakah yang menjadi motivasi terbesar Anda dalam pelayanan? Masihkah ‘Tuhan’ menjadi alasan utama? Semoga kita dapat terus berlatih untuk mengelola motivasi-motivasi sampingan yang ada pada kita, supaya tidak menodai pelayanan kita. (msh)
16
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
JENDELA UTAMA
NGAPAIN MELAYANI DI GEREJA?
S
iapa yang tidak tahu dengan kata “pelayanan”. Kata ini sangat popular di kalangan orang Kristen. Hampir semua aktivis gereja yang ditanya sewaktu berangkat ke gereja: mau ngapain? Mau pelayanan dong... Kata “pelayanan” itu sendiri menunjukkan adanya hubungan antara yang dilayani dengan yang melayani. Tuhan di pihak yang harus dilayani, sedang kita sebagai hamba-Nya berada di pihak yang melayani. Jelas sekali bahwa posisi kita adalah di bawah, yang selalu dan sepenuhnya harus taat kepada sang Tuan yang kita layani, yaitu Kristus sendiri. Pertanyaan mendasar, kenapa kita harus melayani atau mengambil bagian di dalam pelayanan baik di gereja atau pun di luar lingkungan gereja? Sebenarnya jawabannya sederhana, “karena kita sudah lebih dulu diselamatkan dan dilayani oleh Tuhan, maka kita manifestasikan sukacita keselamatan ini dengan melayani Tuhan”. Dengan kata lain “kita diselamatkan untuk melayani”. Jadi kalau kita melayani, itu adalah ungkapan syukur dari hati kita atas keselamatan yang telah kita terima. Jadi melayani adalah panggilan setiap orang yang percaya kepada Kristus tanpa pengecualian.
Tujuan Allah menyelamatkan kita, supaya kita “melakukan pekerjaan baik” yang sudah disiapkan oleh Allah sebelumnya dan supaya kita hidup di dalam pekerjaan itu (Ef. 2:10). Kita diselamatkan untuk melayani, menjadi berkat dan untuk memenuhi kebutuhan orang lain di dalam nama Yesus. Ada beberapa poin yang dapat kita ambil dan kita pelajari dalam melayani Dia: 1. PELAYANAN ADALAH KOMITMEN PRIBADI Maksudnya pribadi adalah kita yang memilih untuk pelayanan, jangan melayani karena dipaksa; entah itu dipaksa majelis, pembina rohani, atau pun karena gak enak sama temen karena sudah diajak berulang kali. Karena pelayanan adalah komitmen pribadi, jangan bersungut-sungut, jangan berkata “Tuhan, ko gue lagi sih yang angkat-angkat kursi, pembina gue malah enak-enak cuma salam sana sini ketawa-ketawa.” Pelayanan adalah pribadi, kita yang memilih dan mengambil keputusan untuk melayani-Nya. Pelayanan harus dilakukan dengan komitmen, dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Mengatur dan meluangkan waktu sedemikian rupa, sehingga pelayanan menjadi salah satu No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
17
prioritas. Bukan dilakukan karena ada waktu senggang, atau kebetulan lagi nganggur, atau daripada bengong di rumah, dan lain-lain. Pelayanan juga akan lebih baik disesuaikan dengan talenta yang kita miliki, sehingga kita bisa eksis dan menyumbangkan banyak hal bagi perkembangan pelayanan itu sendiri, misalnya: pemikiran, ide segar, dan lain-lain sehingga buah pelayanan akan memiliki dampak yang cukup dirasakan oleh warga jemaat yang lain. Seorang teman saya, si A menjadi Ketua Tim Perpustakaan di gerejanya. Banyak yang menyayangkan, karena si A memiliki potensi cukup bagus, rajin, semangat dan lebih baik di komisi X atau Y. Tapi si A tidak bergeming. Ia membuat banyak perubahan dan gebrakan kegiatan yang berbeda. Tim Perpustakaan yang biasanya program kerjanya hanya tiap Minggu kelar ibadah pagi buka dari pukul 08.00 s/d 12.00 WIB. Beberapa kegiatan yang dibuat antara lain: a. Kegiatan Pameran Buku dengan mengundang penerbit-penerbit buku, baik penerbit kecil sampai besar seperti Gramedia, Gunung Mulia, Immanuel, dan lain-lain. b. Program “Bulan Bahasa” tidak hanya memberikan artikel-artikel tentang bagaimana berbahasa Indonesia yang baik, tapi juga mengajak jemaat untuk memberi masukan bila dalam ibadah ada petugas yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam menggunakan bahasa Indonesia. 18
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
c. Mengajak jemaat untuk memberikan/menyumbang koleksi buku-buku yang ada di rumah dan tidak terpakai untuk menambah perbendaharaan buku di Perpustakaan gereja. d. Membuat resume dan promo buku-buku baru sehingga menarik minat warga jemaat untuk datang ke Perpusatakaan yang selama ini sunyi senyap. e. Dan beberapa program-program lain yang membuat Tim Perpustakaan menjadi “berbeda” dengan periodeperiode sebelumnya. Ehm… sekarang, apa posisi Anda dalam pelayanan di gereja? Apakah warga jemaat merasakan “sentuhan” yang berbeda? atau...??? Jangan-jangan sama saja dan Anda masih berpikir,” yang penting kegiatan jalan”. 2. DUDUKLAH YANG CUKUP DI BAWAH KAKI-NYA Sebelum kita bisa melayani Dia, biarlah Dia melayani kita lebih dahulu. Seperti Maria yang duduk di kaki Tuhan, dia dilayani Tuhan terlebih dahulu. Bagaimana mungkin kita bisa melayani-Nya tanpa dilayani terlebih dahulu? Ibarat bejana, kalau bejana itu kosong, dan pemiliknya tidak menuangkan air terlebih dahulu ke bejana tersebut, bejana tersebut tidak akan dapat berfungsi dan melayani pemilik-Nya. Bagian ini yang sering kali kita abaikan. Terlalu sibuk mengurus persiapan ini itu, tidak mempersiapkan suatu acara
dengan baik, dan pada saat acara pontang-panting sehingga kita sendiri tidak pernah menikmati acara yang disusun, tidak tahu apa yang dibicarakan sesi tersebut. Atau pemahaman yang salah, acara dengan tema ini bagus untuk si A, si B dan seterusnya, tanpa kita sendiri menyadari bejana kita perlu diisi. Gereja, dalam hal ini majelis melalui KPWG juga seharusnya mempersiapkan, memberi pembekalan dan penyegaran bagi para aktivis. 3. SENYUMMU TIDAK AKAN MENYAKITI SIAPA PUN Kita tidak akan pernah tahu kondisi masing-masing pribadi yang datang ke gereja. Mungkin ada yang semalam habis bertengkar dengan suami/istrinya. Mungkin juga ada yang bisnis atau usahanya sedang mengalami kendala. Mungkin juga ada anak remaja yang gayanya nyeleneh karena orang tuanya ribut terus dirumah. Kita tidak akan pernah tau apa yang sedang mereka alami, oleh karena itu tetaplah tersenyum. Segalak, sejutek, sekasar apa pun mereka tetaplah berikan senyuman yang manis dan pelayanan yang baik untuk mereka. Kita tidak akan pernah tau betapa senyuman kita membantu mengangkat mood mereka. At the end, our smile is not harmful to them. 4. BERTUMBUH Bertumbuh adalah konsekuensi alamiah dari semua makhluk hidup. Seorang bayi yang baru lahir akan mengalami proses “bertumbuh” dari bayi, kanakkanak sampai menjadi dewasa. Sebuah
biji dari tumbuhan kalau ditanam di tanah yang subur dan dipelihara dengan baik, akan mengalami pertumbuhan/perkembangan, mulai dari akar, tunas, batang dan sampai pada akhirnya akan mengeluarkan buahnya. Begitu juga setiap orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus, juga harus mengalami pertumbuhan secara rohani. Iman kita harus bertumbuh semakin dewasa sejalan dengan waktu dan pelayanan yang kita jalani. Kita juga harus memahami perintah Tuhan untuk kita terus bisa bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala (Ef. 4:15). Kita harus berupaya untuk bertumbuh terus di dalam dan melalui pelayanan sehingga semakin dewasa di dalam iman dan kasih kita, melalui pelayanan dan kehidupan bergereja di mana Tuhan menempatkan kita. Sehingga kita selalu disegarkan melalui Firman Tuhan dan saling mengasah hati kita dalam kasih dan kepedulian terhadap sesama manusia. Pelayanan dan jerih payah kita akan terasa menjadi sia-sia, buangbuang waktu ketika kita tidak mengalami pertumbuhan. Selamat duduk di kaki-Nya, melayani-Nya saat kita sudah dilayani-Nya, dan memberikan yang terbaik dalam pelayanan. Biarlah kita menjadi kitab yang terbaca bagi orang lain, tidak hanya bagi orang yang ada dalam gereja saja melainkan juga untuk saudara-saudara kita di luar sana. Biarlah kita bisa berkata Tuhan ini aku, utuslah aku. (wp) No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
19
RENUNGAN
MASA RAYA PASKAH- PENTAKOSTA
G
ereja menandai ‘apa yang penting dalam kehidupannya’ dengan menandai peristiwaperistiwa penting yang dialami oleh Tuhan Yesus Kristus dalam rangka menyelamatkan dunia (bdk Lukas 1:1). Yang terpenting dalam iman Kristen atau yang menjadi pusat iman Kristen adalah dalam peristiwa kebangkitan Yesus. Gereja menandai peristiwa itu dengan menyelenggarakan ibadah setiap hari minggu. Jadi, ibadah minggu sesungguhnya adalah perayaan mengenang kebangkitan dan kemenangan Tuhan Yesus Kristus mengalahkan maut. Sehingga sesungguhnya setiap hari Minggu adalah paskah, disebut juga dengan paskah kecil. Selain paskah-paskah kecil yang dirayakan setiap minggu, ada pula ibadah masa raya paskah dan pentakosta. Ibadah dalam masa raya paskah dikembangkan untuk mengenang peristiwa yang dialami oleh Yesus. Rangkaian peribadatan ini berakar dari ibadah-ibadah Yahudi yang telah tercatat di dalam Alkitab, namun diberi warna baru oleh peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus. Paskah Yahudi memperingati peristiwa pembebasan bangsa Israel dari tanah perbudakan menuju tanah perjanjian. Dalam Perjan20
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
jian Baru, Yesus memberikan makna baru bahwa Paskah bagi kita kini adalah peristiwa kemenangan Kristus yang sudah mengalahkan maut. Membebaskan kita dari belenggu dosa dengan kebangkitan-Nya. Membawa kita dari gelap menuju terang. Mengenang dalam konteks ibadah sebenarnya juga merupakan saat ketika kita sendiri hadir dalam peristiwa yang kita ingat itu. Kita terhisap dalam sejarah penyelamatan Allah, karena inisiatif Allah, bukan karena usaha kita sendiri. Dengan merayakan peristiwa penyelamatan itu, kita sebenarnya sedang hadir dalam peristiwa di masa lampau itu dan turut terlibat di dalamnya.
Lingkaran Paskah • Masa Pra Paskah - Rabu Abu - Minggu Palma - Kamis Putih - Jumat Agung - Sabtu Sunyi • Masa/Minggu-minggu Paskah • Kenaikan Tuhan Yesus • Pentakosta
Yesus memasuki Yerusalem untuk kemudian mengalami saat kesengsaraan. Oleh karena itu ada tradisi yang menyebutkan Minggu Palem sebagai awal Pekan Suci yang berlangsung hingga hari Paskah. Bagi orang kristen yang sudah dibaptis, masa ini dapat ditujukan sebagai saat khusus usaha pembangunan rohani dengan menjalankan disiplin rohani (spritualitas). Khususnya diwujudkan dengan pertobatan, devosi doa, perenungan dan pembacaan Alkitab, berpuasa atau berpantang, bersedekah, merenungkan dan menjalankan makna baptisan. Devosi berasal dari kata Latin ‘devotio’ yang berarti kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, dan cinta. Devosi selalu menunjuk pada sikap hati di mana seorang mengarahkan diri kepada seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicintai. RABU ABU Ibadah Rabu Abu menandai dimulainya masa PraPaskah. ‘Waktu’ ini adalah waktu khusus yang menandai masa permulaan baru, dalam iman, saat untuk berbalik (bertobat) pada Tuhan. Mengenang kefanaan hidup manusia dan pengharapan akan hidup dalam keabadian bersama Kristus. MINGGU PALEM/ MINGGU SENGSARA Setelah umat dihantar untuk mengalami sukacita ‘waktu’ penyambutan Kristus sebagai Raja, kemudian umat diajak untuk mengenang ‘waktu’ ketika
KAMIS PUTIH Dalam ibadah Kamis Putih, jemaat diajak untuk mengenang 2 peristiwa penting, yaitu ‘waktu’: • Yesus memberikan perintah baru untuk perintah saling mengasihi. Perintah ini diberikan oleh Tuhan Yesus ketika IA membasuh kaki para murid. • Yesus mengadakan perjamuan malam terakhir dan pemberian perintah agar para murid mengadakan perjamuan kudus. Dalam ibadah ini, ada tradisi pembacaan kisah penangkapan Yesus setelah perjamuan yang didahului dengan ‘pembersihan’ ruang ibadah setelah perjamuan. JUMAT AGUNG Ibadah Jumat Agung adalah ibadah untuk mengenang ‘waktu’ atau peristiwa penyaliban Yesus. Pengenangan peristiwa itu dilakukan dengan pembacaan Injil Yohanes. Selain pembacaan kisah sengsara, titik berat lain pada ibadah ini adalah doa syafaat gereja untuk berbagai persoalan dan penderitaan di dunia. Simbol utama yang diarak pada awal ibadah dan ditempatkan pada posisi sentral adalah salib. No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
21
SABTU SUNYI Setelah selesai ibadah Jumat Agung, gereja tetap menjaga keheningan. Apabila ada persekutuan pada hari Sabtu, maka hanya dibacakan beberapa ayat dari Alkitab dan doa. Ibadah pada hari ini menandai ‘waktu’ ketika Tuhan Yesus turun ke alam maut/mati (sheol). MINGGU PASKAH Ibadah Paskah adalah peristiwa mengenang ‘waktu’ kebangkitan Yesus. Biasanya gereja-gereja Protestan baru merayakan Paskah menjelang atau setelah fajar menyingsing pada hari Minggu. Namun ada juga gereja yang merayakan ibadah Paskah pertama pada hari Sabtu, setelah matahari terbenam atau menjelang tengah malam dengan menggunakan tata ibadah Paskah pertama. Unsur-unsur yang ada dalam ibadah malam Paskah diserap dalam ibadah Minggu Paskah pertama ini, secara khusus daftar pembacaan Alkitab yang mengisahkan tentang penciptaan dan penyelamatan Allah bagi dunia. Perayaan Paskah tidak berhenti pada hari Paskah saja. Berlangsung selama 50 hari yaitu sampai perayaan Pentakosta.
sempurna. Ciptaan Allah yang telah jatuh dalam dosa dibangkitkan kembali dan dumuliakan. Ibadah ini juga menjadi penandakan kepastian bahwa Allah selalu peduli pada orang yang menderita. Kristus yang tak dibatasi ruang dan waktu. PENTAKOSTA Ibadah ini dilakukan untuk mengenang peristiwa ‘waktu’ pencurahan Roh Kudus yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2. Hari ini merupakan hari terakhir Masa Raya Paskah. Ibadah ini memperingati dan merayakan: • Lahirnya gereja, sebagai panen pertama dari karya penyelamatan Kristus. • Turunnya Roh Kudus yang menguatkan para murid untuk bersaksi. • Karunia Roh Kudus dalam pelayanan gereja. • Pengucapan syukur atas panen tahunan.
(Tim Ibadah) KENAIKAN TUHAN YESUS KE SORGA Ibadah ini dilakukan untuk mengenang peristiwa ‘waktu’ Yesus diangkat ke sorga. Dirayakan pada hari ke 40 pada masa Paskah (sesudah Minggu Paskah I). Ibadah ini terkait erat dengan kebangkitan. Kemuliaan dan kuasa Yang Disalibkan dikukuhkan kembali. Karya penyelamatan Allah dalam Yesus telah 22
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
Dikutib dan dikembangkan dari Lokakarya Masa Raya Paskah (ditulis dan disampaikan oleh Pdt. Ester Pudjo Widiasih, Ph.D.; programme␣ executive for spiritual life at the World Council of Churches/WCC), Spiritualitas Masa Raya Paskah bagi gereja Masa Kini (ditulis oleh Pdt. Rasid Rachman, M.Th., STT Jakarta) dan berbagai sumber.
KESAKSIAN
KISAH KASIH KARENA KASIH BUKAN SEKEDAR KATA-KATA SEMATA…
S
aya seorang perempuan. Seperti kebanyakan orang, sejak kecil saya juga bertumbuh dengan semua jender; laki-laki dan perempuan. Para lelaki terdekat adalah ayah, paman, dan kakek. Mereka pernah menoreh jejak dalam kehidupan saya, sedikit tawa dan kebanyakan duka. Kepada saya, sekitar ratusan kali, saya menerima perlakuan tidak menyenangkan, tanpa sepengetahuan ibu. Namun demikian, saya tidak memiliki keberanian untuk melawannya. Ini membuat saya kelihatan oke dari luar, namun sebenarnya tidak demikian. Perasaan saya sangat kacau. Saya merasa tidak aman, tidak percaya diri, ketakutan, memiliki cara berpikir yang kacau, memiliki pola pikir yang tidak benar mengenai orang lain, dan tidak berpikir benar tentang lakilaki dan diri sendiri. Ya, saya menjadi saksi atas sederet peristiwa yang tidak menyenangkan yang terjadi terhadap perempuan. Ketika masa remaja biasanya penuh dengan sukacita, saya justru ingin segera bekerja dan mendapatkan uang sendiri, lalu menentukan kehidupan sendiri. Usai pendidikan wajib, saya tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Saat berusia 9 tahun, dalam kunjungan keluarga ke luar kota, saya menyelinap ke sebuah gereja dan mengikuti ibadah. Saya mendapati “rasa” yang berbeda. Namun, ketika kembali ke rumah, semua kembali ke kondisi awal. Sejalan waktu, saya tumNo. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
23
buh menjadi gadis remaja. Saya mempunyai ketertarikan terhadap hal-hal rohani: kisah-kisah persepsi ekstra-inderawi, fiksi ilmiah dan film horor. Saya juga berminat pada hipnotis dan astrologi. Ketika saya berusia 13 tahun, saya mulai bekerja di toko dan restoran setempat agar bisa mandiri. Di usia 18 tahun, saya menerima lamaran dari seorang rekan laki-laki. Saat itu saya merasa hanya dia yang peduli dan mau dengan diri saya. Dalam perjalanan pernikahan kami, saya mendapati dirinya yang manipulatif. Ia bekerja asal-asalan, suka mencuri, menjual barang-barang di dalam rumah, suka mabuk, dan melakukan berbagai tindakan yang merugikan orang lain. Di usia ke-21 tahun saya mengalami keguguran, namun tahun berikutnya saya mengandung lagi. Ia terus melakukan sejumlah tindakan yang melanggar hukum, hingga suatu ketika, ia dipenjara. Saat itu pikiran saya sangat kacau. Kondisi pernikahan dan keuangan saya berantakan. Saya menjadi frustrasi. Saya mendapati keadaan diri yang sebenarnya: saya tak cukup pandai, saya terlalu muda menikah, dan saya tak memiliki rencana yang matang. Kelahiran anak juga tidak serta-merta membuat sikap suami saya berubah. Sederet tutur kata dan tindakan yang tidak menyenangkan masih terus ada. Singkatnya, saya berpisah dengan suami dan kembali pulang ke rumah orang tua. Di usia 23, saya bertemu dengan seorang pria yang mau menerima keadaan saya. Ia seorang yang baik hati dan pekerja keras. Namun demikian tak ber24
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
arti perjalanan pernikahan berjalan mulus. Dalam keadaan frustrasi, saya datang dalam penyerahan diri dan berseru kepada Tuhan. Dalam doa saya mendapati Tuhan berbicara kepada saya dan meminta saya untuk bersabar. Saya juga diminta-Nya untuk melakukan beberapa perjalanan misionari. Penyerahan penuh, sebuah titik balik di mana saya menyakini bahwa Tuhan Yesus memiliki rancangan terbaik untuk saya, bahkan sejak saya masih di dalam kandungan. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru. Saya mengubah cara berpikir. Saya memang tak bisa memilih dilahirkan dalam keluarga yang harmonis, namun keputusan saya ikut menentukan bagaimana caranya menjalani hidup. Saat itu, saya mengambil keputusan untuk menempatkan pribadi Yesus di atas siapa pun. Saya berani menempatkan kehendakNya di atas kehendak siapa pun. Saya dan suami memutuskan untuk melakukan perjalanan sebagai pekerja misionaris. Tak semudah yang dipikirkan. Saya dan suami harus berpindahpindah tempat tinggal, bahkan sering tidur di dalam mobil, di parkiran sebuah restoran cepat saji karena tidak mampu membayar biaya sewa kamar. Sejalan dengan waktu, ada begitu banyak hal yang terjadi dalam kehidupan keluarga saya. Saya juga mengalami hubungan yang retak dengan anak saya. Saya juga menderita kanker. Saya kembali disadarkan akan penyerahan diri kepada Tuhan Yesus, mengikuti kehendak-Nya. Di tengah prestasi dalam pekerjaan misionaris dan
juga serangkaian kemenangan dalam kehidupan pribadi, Tuhan menyembuhkan penyakit kanker saya. Roh Tuhan juga memperbaiki hubungan yang retak antara saya dengan anak. Dari sederet pengalaman hidup, saya mendapati bahwa kemerdekaan hidup berkemenangan diperoleh melalui penerapan Firman. Tantangan terbesar adalah menghadapi masa lalu. Dengan hidup dalam kemenangan, saya akan dapat menuntun banyak orang lain menuju kemenangan. Beberapa kali saya mendatangi ayah saya untuk mengampuni apa yang pernah beliau lakukan terhadap saya dahulu. Namun ayah saya selalu menolak untuk mengakui perbuatannya. Meski demikian, saya dan suami tidak putus asa. Kami justru bersepakat untuk membelikan rumah bagi ayah dan ibu. Pemulihan terjadi 3 tahun kemudian dalam suatu perayaan syukur. Ketika saya memasuki pintu rumah, ayah menyambut saya dan menangis. Ia menyatakan penyesalan yang mendalam atas apa yang pernah ia perbuat terhadap saya. Beberapa hari kemudian, ayah saya menerima sakramen baptis. Saya tidak pernah menempuh pendidikan formal dalam bidang public speaking dan tulis menulis, namun kini Tuhan memakai diri saya melalui bahasa lisan dan tulisan; dengan menjadi pembicara dan penulis. Ini semua adalah rancangan-Nya “sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-ku, demikianlah firman Tuhan...“ (Yesaya 55:8). Atas beberapa karya yang telah saya lakukan (dengan petunjuk-
Nya dan dukungan yang sangat besar dari suami), sebuah universitas memberikan beberapa gelar honoraris kepada saya. Perjalanan hidup saya penuh liku. Saya tidak ingin orang lain mengalami apa yang saya alami. Jika memungkinkan, orang lain dapat mengalami hidup yang berkemenangan dengan cara yang lebih cepat. Inilah beberapa hal yang dapat dipelajari dari kisah hidup saya: • Manusia tidak dapat mengubah manusia. Hanya Tuhan Yesus yang dapat mengubah manusia. “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya” (1 Timotius. 4:10) • Dahulu, saya mendapat perlakuan yang kasar oleh beberapa laki-laki, namun kini, kemana pun saya pergi, saya dihormati laki-laki. Saya mendapat dukungan penuh dari lakilaki, saya diantar laki-laki, duduk berkarya bersama laki-laki. Diberikan-Nya beberapa anak laki-laki. Apa yang pernah dicuri, dikembalikanNya berlipatganda. “berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya...” (Amsal 10:22) • Tiap orang memiliki kesempatan untuk tersinggung, tersakiti, terhina, dan sebagainya. Namun demikian kita bisa memilih untuk tidak tersinggung, tidak mau menjadi sakit, No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
25
tidak terhina, mengasihi dan mengampuni, dan mengambil langkah untuk terus maju. Jika ada orang yang marah, ambil energi yang sama untuk mendoakannya, bukan terbawa dan ikut marah. Belajarlah untuk melakukan hal-hal ini: - Ambil keputusan untuk tidak marah atau tersakiti, dan tidak mendendam. -
-
Bergantung kepada Tuhan, meminta pertolongan Roh Kudus. Marah itu adalah reaksi alami atas sesuatu, tindakan atas rasa marah itu biasanya menjadikan kita berdosa. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:26-27) Berhenti berkata buruk mengenai mereka, berhenti menceritakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Bergantunglah pada Roh Kudus untuk membantu. “...Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:3-4).
• Tuhan memiliki rencana yang terbaik bagi setiap kita. Berpikir sebagaimana yang Tuhan pikirkan. Untuk itu, kita harus memiliki per26
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
gaulan yang mendalam denganNya. Ingat perjalanan bangsa Israel ke padang gurun. Perjalanan itu bisa lebih cepat kalau mengikuti Tuhan. Namun sebagai manusia kadang kita memilih untuk lebih dulu “berkelana”. Maka, belajarlah dengan orang yang sudah lebih dulu sukses. “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. (1 Korintus 15:33) • Milikilah orang-orang yang dapat memberikan dampak positif. • Walau Tuhan sudah “menyediakan” pertolongan bagi kita, namun jika kita berkutat pada pikirankita sendiri, kita akan berkutat di “padang gurun”. Ingat, kita bisa memilih atas apa yang kita pikirkan. Temukan senjata peperangan kita untuk “meruntuhkan benteng” itu. Runtuhkan “mental block” itu. Atas perilaku yang tidak menyenangkan sekali pun, kita bisa memilih: mau dendam atau mengasihinya, mau memaafkan atau membencinya. • Janji Tuhan ada bagi setiap pribadi. Ia tidak memilih-milih. Namun demikian, bukan berarti kita hanya berdoa saja dan tak melakukan upaya. Milikilah hati yang bersedia untuk “terus diisi”, sikap untuk terus belajar dan bertumbuh dengan positif, berpikir positif atas tiap hal, mengambil keputusan dan menentukan sikap yang tepat; melepaskan diri dari ikatan masa lalu.
• Jika kita memiliki Yesus, kita memiliki segalanya. “Sebagai ganti bahwa kamu mendapat malu dua kali lipat, dan sebagai ganti noda dan ludah yang menjadi bagianmu, kamu akan mendapat warisan dua kali lipat di negerimu dan sukacita abadi akan menjadi kepunyaanmu.” (Yesaya 61:7) • Masa lampau tidak menentukan masa depan kita. Masa depan kita ditentukan oleh keputusan kita saat ini. Jangan pernah berpikir, “Saya tidak bisa, saya tidak cukup pintar”. Tetapi berpikirlah, “Jika saya mau, Tuhan Yesus akan memampukan saya. Saya bisa jika bersama Tuhan Yesus. Tidak ada hal yang terlalu sulit jika kita mengandalkan Tuhan Yesus sebagai nahkoda dan mitra dalam setiap hal yang kita lakukan. “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi” (Filipi 2:10) • Kotbah-kotbah yang kita dengarkan akan bisa bekerja jika kita melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. “Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada ku.” (Filipi 4: 13) • Belajarlah untuk menantikan sesuatu. Waktu Tuhan itu sempurna. Tuhan tidak terlalu buru-buru dan juga tidak terlalu lambat untuk bertindak. “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.” (Mazmur
126:5). Menantikan bukan berarti hanya diam dalam doa dan pujian kepada-Nya, tetapi menantikan dengan melakukan karya dan upaya sesuai kehendak-Nya. (Yakobus 5:7-11) • Berhentilah berpikir yang negatif. Lakukan dengan maksimal dengan apa yang kita miliki. Lakukan dengan sepenuh hati, untuk Tuhan. “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Markus 9:23b) • Taat kepada-Nya. Melatih diri,. temukan apa yang Dia berikan, latih, lakukan, kembangkan, lakukan, terus… dan terus. Berdoa, berkomunikasi, terkoneksi dengan-Nya tiap waktu. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4:6). Jika Anda bisa menjadi lebih baik dengan waktu yang lebih cepat daripada yang harus saya lalui, mengapa tidak? Pilihan ada pada Anda.
(*/DD)
*
Dari sebuah kisah nyata, dituliskan kembali dengan penyesuaian.
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
27
CAKRAWALA
KETIKA SAYA, KAMI DAN KITA MENGUCAPKAN
DIKUDUSKANLAH NAMA-MU
K
etika kita sudah memahami sapaan: “Bapa kami yang disorga...” adalah menjadikan kita merasa akrab dengan Sang Pencipta di tempat Yang Mahatinggi dan Mahajauh itu, benar-benar menjadi dekat dan mengeratkan hubungan Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya tanpa melecehkan-Nya, rangkaian kata selanjutnya yang diajarkan adalah: “Dikuduskanlah nama-Mu...” Kudus adalah kata pertama yang diajarkan pada doa Bapa kami. Dengan demikian yang pertama adalah: mengingatkan dan mengajarkan bahwa kedekatan dan keakraban dengan Tuhan tidak boleh mengurangi dan bahkan menghilangkan rasa hormat dan menghormati jati diri Tuhan yaitu bahwa Dia adalah kudus. Ada pun yang kedua adalah: mengingatkan bahwa kebiasaan manusia yang lebih mendahulukan memohon dan mengajukan kepentingan/ kebutuhannya terlebih dahulu dari pada menghormati Tuhan dalam berdoa. Ketika kita membaca Kitab Yesaya 6: 1-3, yaitu ketika Yesaya dipanggil menjadi nabi yang peristiwanya kurang lebih pada pertengahan abad ke-8 sM, ia dibuka matanya dan melihat Tuhan duduk di atas takhta yang menjulang ting28
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
gi dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para seraphim berdiri di sebelah atas-Nya dengan dua sayapnya menutupi kaki mereka, sambil berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemulianNya!” Hal ini menunjukkan bahwa kekudusan-Nya tidak hanya terbatas dan terbatasi hanya pada jati diri Tuhan saja atau hanya disurga, tetapi semua yang ada di sekitar-Nya bahkan di alam semesta itu juga kudus. (Bandingkan Keluaran 3: 5). Apalagi kalau kita bandingkan dengan Imamat 20:1-3 yang berfirman kepada Nabi Musa: “Engkau harus berkata kepada orang Israel: Setiap orang, baik dari antara orang Israel maupun dari antara orang asing yang tinggal di tengah-tengah orang Israel, yang menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, pastilah ia dihukum mati, yakni rakyat negeri harus melontari dia dengan batu. Aku sendiri akan menentang orang itu dan akan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya, karena ia menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, dengan maksud menajiskan tempat kudus-Ku dan melanggar keku-
dusan nama-Ku yang kudus.” (Masih banyak di Perjanjian Lama yang nadanya seperti tersebut di muka). Mari kita perdalam alinea ke-2 di muka sebagai berikut: “Dikuduskanlah...“ adalah kalimat pasif. Hal ini menandakan: PERTAMA Bahwa manusia secara mendasar dengan kekuatan dan sifatnya sendiri tidak mungkin dapat bertindak “mengkuduskan nama Tuhan”. Sebab dari permulaan ketika manusia jatuh ke dalam dosa, selalu saja melakukan pemberontakan kepada Tuhan yang adalah Sang Penciptanya. Tetapi kita harus ingat bahwa setiap orang percaya di dalam Kristus telah dijadikan “manusia baru”, bahkan disebut “anak-anak Tuhan” dan dijadikan “umat yang kudus” bersama dengan semua/segala orang percaya disegala jaman dan tempat. Pada Tanya-jawab di PPAG nomor 134: Apa artinya bahwa sakramen baptis dilaksanakan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus? Jawab: Hal itu berarti sakramen baptis terjadi di dalam pekerjaan penyelamatan Allah. Penyelamatan Allah adalah tindakan Allah melepaskan manusia dari kondisi tidak selamat (PPAG nomor 19 dan seterusnya sampai dengan nomor 68 ). Dengan demikian tindakan mengkuduskan nama Tuhan dilakukan sendiri oleh Tuhan karena manusia pada dasarnya tidak dapat mengkuduskan nama Tuhan. Pada Tanya jawab PPAG nomor 135 dan 136 mengenai pengertian dan manfaat sakramen perjamuan kudus. Ketika roti dan anggur itu melambangkan tu-
buh dan darah Kristus yang menunjukkan pada keyakinan bahwa pertama: penyaliban dan kematian Yesus adalah dasar penyelamatan bagi manusia maka hal ini harus bermanfaat dan bermakna mengingatkan bagi orang-orang percaya kepada penyaliban dan kematian Kristus. Kedua: melalui bentuk makan dan minum bersama yang melambangkan kehidupan keluarga Allah, harus bermanfaat dan bermakna mengingatkan orang-orang percaya kepada kedudukan mereka sebagai anggota keluarga Allah. Yang Ketiga: Sakramen perjamuan juga mengacu ke depan, ke perjamuan yang sempurna di sorga, harus bermanfaat dan bermakna mengingatkan orang-orang percaya kepada kesempurnaan keselamatan yang dijanjikan oleh Allah. Inilah anugerah dari karya penyelamatan Sang Maha Kudus yang menjadikan kita “manusia baru” yang adalah “anak-anak Tuhan” yang juga “umat yang kudus” yang memampukan kita dapat menaikkan doa dengan kata “dikuduskanlah nama-Mu.” KEDUA Di samping mengingatkan bahwa manusia pada dasarnya tidak mungkin mengkuduskan seperti yang sudah dibicarakan di muka, IA tetap mengajarkan mendahulukan mengkuduskan dan memuliakan nama Tuhan, sebab pada dasarnya manusia selalu mementingkan/mendahulukan semua kepentingan dan kebutuhannya sendiri terlebih dahulu untuk dimintakan pertolongan dan kemurahan Tuhan. No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
29
Dengan karya penebusan Tuhan dalam diri Kristus yang menjadikan manusia ada kesempatan untuk hidup sebagai “manusia baru” dan dengan adanya anugerah alat pemeliharaan iman yaitu sakramen ( Tanya-jawab PPAG nomor 128 –lihat catatan kaki- ) dengan pertolongan Roh Kudus, maka manusia dimampukan untuk dapat mendahulukan mengkuduskan nama Tuhan dari pada mendahulukan semua kepentingan dan kebutuhan untuk dimohonkan pertolongan dan kemurahan Tuhan. Lebih dari itu ketika diajarkan “Dikuduskanlah...” itu punya arti yang mendalam, yaitu tidak hanya untuk diucapkan, tetapi juga merupakan tugas yang mulia yang harus dilaksanakan di tengah dunia ini, sebagai pengucapan syukur dan kesaksian yang mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan Yang Kudus. Tugas mengkuduskan ini merupakan tugas yang permanen (terus-menerus) sepanjang waktu dan tempat. Itu berarti harus dilakukan di tengah keluarga, di tempat kerja, di sekolah, di kegiatan bisnis, di jalan, di tempat hiburan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan semua kegiatan. Juga di waktu suka dan duka, pada masa kini dan yang akan datang, pada saat sehat dan sakit dan lain sebagainya. Sebaliknya ketika tingkah laku kita tidak senonoh, fanatik sempit saat beragama sehingga dapat menjadi batu sandungan bagi mereka yang tidak seiman akan merupakan kesaksian yang tidak hanya menjelekan dan bahan ejekan bagi diri sendiri tetapi punya akibat
ke gereja dan akhirnya nama Tuhan pun tidak dimuliakan. “Dikuduskanlah nama-Mu,” tidak hanya diucapkan saja, tetapi mengucapkan kata-kata itu harus juga tercermin dalam tingkah laku kita di semua sudut hidup dan kehidupan kita di dunia dimana kita masing-masing ditempatkan, pada setiap/seluruh waktu, sehingga setiap kita memperlihatkan/ mencerminkan suasana dan nuansa KESUCIAN KEHIDUPAN.
Sumber-sumber: 1.
Alkitab Edisi Studi – LAI Cetakan Kedua Tahun 2011.
2.
Iman Kristen - Dr. Harun Hadiwojono, BPK Gunung Mulia Cetakan Ke-12Tahun 1999
3.
Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi
4.
Doa Bapa Kami – Pdt. S.H. Widyapranawa, Ph.D.
5.
Khotbah Di Bukit – Dr. J.L.Ch. Abineno, Tahun
6.
Khotbah Di Bukit – Dr. J. Verkuyl, Tahun 1989.
7.
Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Matius – Lem-
2005 – Sinode GKJ Cetakan Pertama TPK Tahun 2011. 2012.
baga Alkitab Indonesia dan Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia Edisi kedua Tahun 2008. 8.
Pedoman Penafsiran Alkitab Injil Lukas – Lembaga Alkitab Indonesia dan Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia Edisi Pertama Tahun 2005.
Catatan kaki: Tanya-jawab PPAG nomor 128: Tanya: Apa arti sakramen? Jawab: Sakramen adalah: alat pelayanan yang dikhususkan di dalam pekerjaan penyelamatan Allah, yaitu sebagai penyataan dan pemeliharaan iman.
(Sri Sampurna) 30
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
CAKRAWALA
FAKTA DAN HARAPAN NATAL
D
ua kata fakta dan harapan, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dinamika, romantika dan problematika tata kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk Tuhan diyakini sebagai perwujudan dari gambar dan rupa Allah sehingga manusia mempunyai hubungan sangat dekat dengan Tuhan. Namun setelah manusia jatuh dalam dosa dan diusir Tuhan dari taman Eden, hubungan manusia dengan Tuhan sampai sekarang ini menjadi renggang dan jauh. Sedangkan sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri, baik saat beinteraksi, berkomunikasi maupun tentang eksistensinya. Seorang manusia memerlukan bantuan pengakuan dari manusia lain. Posisi manusia yang seperti itulah, dapat diduga bahwa perilaku tata kehidupan manusia menjadi sangat dinamis, romantis dan penuh problematika. Sesuai fakta, banyak tantangan, hambatan, serta ancaman yang dihadapi dan harus diatasi oleh manusia. Apa lagi pertumbuhan dan perkembangan kreativitas, pola pikir dan kecerdasan manusia mempunyai kecenderungan terus meningkat. Hal ini da-
pat dikenali dari peradaban budaya dan karya manusia dari zaman ke zaman hingga saat ini. Begitu pula saat memasuki zaman modern, manusia lebur dalam peradaban budaya dan kreativitas yang terus bekembang pesat dengan karya dan temuan baru yang melahirkan teknologi kian canggih. Sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain di dunia, manusia diberi kewenangan untuk mengusahakan tanah dengan segala isinya guna memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Ironisnya, kewenangan yang diberikan Tuhan tersebut membuat manusia untuk saling berlomba satu dengan lainnya atau sekelompok manusia dengan sekelompok manusia lain. Manusia saling berebut kekuasaan untuk mengusahakan tanah yang dijadikan sumber pemenuhan kehidupan, yang awalnya untuk diri sendiri, untuk keluarga, sampai bekembang untuk memenuhi kebutuhan kelompok atau komunitasnya. Kalau sudah demikian akan saling berhadapan antara manusia dengan manusia lain atau sekelompok manusia dengan sekelompok manusia lain. Usaha seperti itu, pastilah membangkitkan semangat egoisme yang tercermin dari No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
31
perilaku. Manusia semakin sarat dengan perasaan nan tumpul, kian serakah karena dorongan niat untuk memenuhi kebutuhan daging dan hawa nafsu secara berlebihan, serta tidak menutup kemungkinan melahirkan perilaku yang melanggar hak asasi manusia. Kesemuanya itu sesungguhnya disulut oleh pengaruh dosa. Situasi dan kondisi semacam itu sangat berpotensi melahirkan sebuah peperangan. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa penguasaan tanah bagi manusia adalah sangat penting. Tanah menjadi sumber pemenuhan kebutuhan manusia. Dengan mengusahakan atau mengikhtiarkan atau mencari daya upaya mengolah tanah supaya mengeluarkan hasil yang digunakan untuk memelihara kelangsungan hidup manusia. Upaya seperti itu, terkait erat dan menjadi konsekuensi logis ketidaksetiaan Adam dan Hawa terhadap perturan dan ketetapan Tuhan. Adam dan Hawa tidak hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan sehingga seluruh manusia menanggung dosa turunan. Untuk memperjelas paparan di atas secara singkat mengenai Adam Hawa jatuh dosa yaitu, ketika mereka tinggal di Taman Eden melanggar aturan Tuhan, dimana Adam dan Hawa dilarang makan buah pohon kehidupan dan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Namun karena kelicikan sang iblis, Hawa pun tergoda. Iblis membujuk dan merayu Hawa agar mau makan buah pengetahuan. Bahkan Hawa pun membujuk Adam untuk memakannya. Karena itulah Hawa dan 32
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
Adam mengetahui mana yang baik dan mana yang jahat sehingga menumbuhkan rasa malu bahwa dirinya telanjang. Ketika Tuhan mengetahui, marahlah Tuhan dan mengusir Adam dan Hawa pergi dari taman Eden. Dari peristiwa ini dapat disimpulkan dengan suatu penafsiran bahwa dosa Adam dan Hawa melekat di alam tubuhnya yang selanjutnya akan lebih dikenal dengan dosa turunan manusia yang berupa hawa nafsu atau keinginan daging. Dari uraian yang sangat singkat tersebut di atas, dapat diperoleh pemahaman bahwa secara rohani, manusia sebagai makhluk Tuhan tetap mempunyai hubungan langsung dengan penciptanya. Sementara itu, sebagai makhluk sosial adalah hubungan manusia dengan sesamanya yang sebagian besar bersifat jasmaniah. Kedua sifat manusia seperti itu merupakan buah dari perbuatan manusia sehingga jatuh dalam dosa yang menjadikan dalam diri atau tubuh manusia ada dualisme kebutuhan, yaitu kebutuhan rohani dan kebutuhan jasmani– yang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan daging atau hawa nafsu. Sedangkan faktor yang sangat dominan dalam melahirkan ancaman, tantangan dan hambatan itu adalah dinamika dan problematika manusia untuk memenuhi kebutuhan jasmani atau daging dengan segala hawa nafsunya. Oleh karenanya, menjadi sebuah fakta dan keniscayaan untuk menghadapi, mengatasi, dan mencari solusi terhadap ancaman, tantangan, dan hambatan yang lahir dari dinamika dan problematika serta roman-
tika manusia manusia untuk memenuhi sebagian besar dari kebutuhan jasmani atau daging dan segala hawa nafsunya yang dilakukan antara manusia dengan manusia lain dan manusia dengan alam lingkungannya Tampaknya perilaku tata kehidupan manusia sejak zaman dahulu, sekarang dan zaman yang akan datang, dalam rangka upaya untuk mengatasi tantangan, hambatan, dan ancaman akan selalu dihadapi manusia seperti yang diuraikan sebelumnya. Sehingga diperlukan suatu pemahaman dengan menggunakan satu kata kunci yaitu “setia”. Jikalau dicermati, penjelasan sebelumnya menyatakan bahwa kesetiaan telah menjadi fakta atau keadaan sesuai dengan kenyatan (das sein) di mana ketidaksetiaan Adam dan Hawa terhadap perintah dan ketetapan Tuhan mengakibatkan seluruh umat manusia yang lahir ke dunia telah membawa dosa warisan. Oleh karenanya, kesetiaan terhadap perintah dan ketetapan Tuhan sesungguhnya merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia untuk mentaati dan melakukannya, agar perilaku perbuatan manusia akan senantiasa hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Dengan kesetiaan semacam itulah, manusia diberi kasih karunia-Nya dan mempunyai harapan untuk memperoleh hidup kekal dan keselamatan. Harapan tersebut juga menjadi (das sollen) apa yang seharusnya atau cita-cita atau sesuatu yang dinginkan. Kesetiaan juga bermakna kekuatan dahsyat untuk mengeliminasi dosa yang telah menguasai
tubuh yang berupa hawa nafsu dan keinginan daging. Karena kesalahan memakan buah pohon pengetahuan, maka dosa meresap masuk ke dalam tubuh Adam dan Hawa. Dosa tersebut terus mewarnai hidup dan segala perilaku manusia dari zaman dahulu hingga sekarang. Seluruh keturunan Adam dan Hawa sejak lahir dari rahim ibunya telah menanggung dosa kedagingan. Dosa oleh karena keinginan daging manusia seperti ditegaskan Tuhan melalui firman-Nya dalam Perjanjian Lama “Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja.”murnya akan seratus dua puluh tahun saja.” (Kejadian 6:3). Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh . Perbuatan atau keinginan daging telah nyata antara lain percabulan, kecemaran, hawa nafsu, amarah, kepentingan diri sendiri, menjadi hamba uang, dan lain yang sejenis. Perbuatan manusia untuk memenuhi keinginan daging sama artinya dengan melakukan perbuatan perseteruan dengan Tuhan pastilah berbuah maut. Sedangkan perbuatan melakukan keinginan Roh sama artinya dengan melakukan perbuatan yang dikehendaki Allah antara lain’ kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran dan kebajikan atau perbuatan baik lainnya dan perbuatan Roh ini berbuah hidup dan damai sejahtera. (Galatia 5:16-21) Kendati pun manusia telah jatuh dalam dosa, namun Tuhan tidak pernah tidur dan tidak pernah terlelap dan No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
33
terus memantau perkembangan pertumbuhan tentang perilaku hidup manusia. Fakta membuktikan bahwa perilaku manusia tidak sedikit yang terus melakukan perlawanan terhadap ketetapan dan perintah Tuhan. Bahkan manusia hidup dengan melakukan perbuatan tidak menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan. Manusia justru melakukan perbuatan yang menduakan Tuhan atau menyembah kepada allah lain. Merespon situasi, kondisi dan posisi manusia yang demikian ini, Tuhan tetap setia dan melalui kasih-Nya bertkali-kali Tuhan mengutus manusia pilihan-Nya atau para nabi untuk mengajarkan manusia agar bertobat hidup sesuai dengan jalan yang ditunjukkan Tuhan dengan melakukan perbuatan sesuai dengan ketentuan dan peraturan Tuhan yang dituliskan dalam berbagai firman-Nya. Namun sebagian besar manusia menolak dan bahkan ada beberapa nabi dibunuh karena dianggap mengganggu kepentingannya. Oleh karena itulah melalui peristiwa “Natal” juga merupakan bagian fakta tentang sejarah perkembangan dan pertubuhan perilaku hidup manusia, dimana Tuhan sendiri datang ke dunia dengan melalui Roh Kudus bersemayam dalam rahim perawan Maria dan lahir sebagai manusia yang diberi nama “Yesus” terang dunia atau raja damai, yang bertujuan antara lain: Pertama, menyelamatkan dunia dengan pemahaman jangan sampai dunia terus menerus dirusak oleh manusia. Kedua, Tuhan bukan memanggil orang benar, tetapi memanggil orang berdosa supaya bertobat dan dibaptis.
Bagi manusia yang seperti itu akan diselamatkan, tetapi bagi manusia yang tidak mau bertobat dan dibaptis telah berada dalam hukum dan tidak mampu mengeliminasi dosa dari dirinya. Dengan demikian selain menjadi fakta sejarah tentang pertumbuhan dan perkembangan perilaku hidup manusia “Natal” juga mempunyai makna, bahwa dalam diri manusia yang percaya mengalami proses pembaharuan serta perubahan hidup untuk melawan dirinya sendiri yaitu melawan keinginan daging dan segala hawa nafsunya untuk memasuki hidup baru yang dipimpin oleh Roh Kudus. Roh Allah sendiri yang senantiasa mengarahkan perbuatan manusia percaya untuk melakukan perbuatan sesuai kehendak Tuhan, yakni taat dan setia melakukan perintah dan peraturan Tuhan serta hidup menurut jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Proses pembaharuan dan perubahan seperti itu, menjadikan situasi, kondisi dan posisi manusia menjadi ciptaan baru di mana yang lama dan dikuasia daging dan hawa nafsu telah berlalu, sesungguhnya yang baru telah datang. Selain itu, Allah akan melimpahkan segala kasih karunia supaya manusia yang percaya senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan dalam pelbagai kebajikan atau perbuatan baik, dan memperoleh pengharapan berupa hidup kekal serta nama-nama manusia yang percaya ada terdaftar di sorga. (II Kor. 9: 8, Luk.10: 20). Jakarta 7 JANUARI 2015 (Suroso)
34
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
CAKRAWALA
MELAMPAUI PENGHAKIMAN
K
ita pasti pernah mendengar ungkapan: “Tidak seorang pun yang sempurna”. Ya, kita semua pasti pernah membuat kesalahan; kita semua mempunyai kelemahan pribadi; dan kita semua membutuhkan pertolongan dalam bidang tertentu. Tidak seorang pun dari kita yang telah “tiba”; kita semua berusaha untuk maju. Namun begitu, jika kita mau melihat fakta yang ada dewasa ini, betapa banyaknya orang memperlakukan orang lain dengan cara yang mengerikan. Jarang sekali terlihat atau terdengar orang mendorong semangat, mengampuni, atau memuji orang lain. Yang banyak terjadi adalah betapa banyak orang yang menjadi marah hanya karena halhal yang sepele. Contoh yang paling mudah ditemui adalah dalam berlalulintas di jalan raya. Saya percaya bahwa banyak kritik serta kurangnya anugerah dan kemurahan berasal dari fakta bahwa kita ingin diri sendiri dan orang lain menjadi sempurna. Kita ingin hubungan kita menjadi sempurna. Hanya saja, harapan tidaklah seperti realitanya. Solusi atas permasalahan ketidaksamaan harapan dengan realitas kehidupan bukanlah penghakiman, tetapi
justru adalah kemurahan. Abraham Lincoln suatu kali pernah berkata, “Saya selalu menemukan bahwa kemurahan menghasilkan buah dibandingkan keadilan yang keras.” Pengalamannya didasarkan pada Firman Tuhan pada Yakobus 2:13: “Sebab penghakiman yang tak No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
35
berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. Tetapi belas kasihan (penuh dengan keyakinan yang bahagia) akan menang atas penghakiman.” Jika orang-orang di sekitar kita sedang bergumul atau berbuat salah, kita perlu menolong mereka, bukan menghakimi dan mengkritik mereka. Bukan-
Abraham Lincoln suatu kali pernah berkata, “Saya selalu menemukan bahwa kemurahan menghasilkan buah dibandingkan keadilan yang keras.”
kah ini cara kita ingin diperlakukan jika kita tidak melakukan segala sesuatu dengan benar? Di mata Tuhan, kemurahan dan kasih lebih besar dari penghakiman, dan kita seharusnya selalu memilih untuk bersikap penuh kemurahan dan kasih daripada menghakimi atau bersikap kritis. Ini tidak berarti bahwa kita seharusnya tidak pernah memperbaiki atau mengkritik orang lain atau sebaliknya mengizinkan orang lain menginjak-injak kita, atau menganiaya dan salah memperlakukan kita. Sebaliknya itu justru berarti bahwa kita menahan
diri untuk tidak menunjuk-nunjuk dan mengkritik setiap kesalahan orang lain. Kemurahan dan kasih yang sejati tidak tunduk pada kesalahan atau dosa yang disengaja atau dilakukan dengan tidak tahu malu. Kemurahan menantang dalam kasih, dengan tujuan menolong orang lain hidup dalam berkat kepatuhan pada Firman Tuhan. Tetapi jika orang lain melakukan yang terbaik dengan motivasi yang murni, kemurahan tidak menarik perhatian pada kesalahan dan kekurangan. Saya percaya bahwa banyak hubungan sedang bermasalah serius pada masa kini karena orang sama sekali tidak memperhatikan anugerah dan kemurahan terhadap orang lain. Banyak orang bosan dituduh dan dikritik atas kesalahan dan ketidaksempurnaan mereka– dan ini telah membahayakan hubungan yang tidak terhitung banyaknya. Jika Anda sedang berada dalam situasi ini Anda sedang bersikap terlalu keras kepada seseorang–biarkanlah saya mendesak Anda untuk mengembangkan sikap yang penuh kemurahan terhadap kegagalan dan kesalahan orang lain. Penyesuaian sikap yang sederhana ini dapat menyelamatkan hubungan yang penting dan mengubah situasi yang menyedihkan menjadi hubungan yang benar-benar Anda nikmati.
*
Disadur dari buku: “The Secret To True Happiness” Joyce Mayer. Maju Terus dalam Tuhan, Tuhan Yesus Memberkati (Macil)
36
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
CAKRAWALA
REFLEKSI MAKNA
PERISTIWA NATAL
S
ebagai umat Kristiani, kita semua sudah mengetahui dari Alkitab, tentang kisah hubungan pertunangan antara Yusuf dengan Maria. Di dalam budaya masyarakat Yahudi, saat itu, status hubungan pertunangan mereka sudah merupakan suatu pengesahan yang kuat di dalam masyarakat Yahudi. Namun, Yusuf terkejut setelah mengetahui dan mendapati Maria sebagai tunangannya hamil (Mat 1:18-19), dapat mengandaikan kecurigaannya bahwa Maria telah berzinah atau diperkosa oleh pria lain. Sebagai seorang Yahudi, Yusuf harus mentaati hukum dalam Perjanjian Lama, tidak bisa mengambil Maria sebagai istrinya (lihat Ul 22:23-27), karena tidak ingin keberadaan Maria dipermalukan oleh pengadilan agama sebagai seorang istri yang dituduhkan sebagai telah berzinah (Bil 5:11-31), maka Yusuf merencanakan mengambil keputusan sendiri dan mengambil tanggung jawab untuk menceraikan Maria. Di tengah rencana Yusuf sebagaimana disebut di atas, Yusuf dalam mimpinya telah didatangi malaikat utusan Allah, dan pesan Allah melalui malaikat-Nya, memberitahukan kepada Yusuf bahwa yang dikandung dalam rahim Maria itu disebabkan kuasa dan karya Roh Kudus,
dan ditekankan pentingnya untuk memusatkan perhatiannya terhadap kehendak dan rencana Allah terhadap ‘bayi’ yang dikandung Maria itu. Dengan mimpi Yusuf yang dialaminya, sudah menentramkan hatinya dari syak kecurigaan yang negatif terhadap pribadi Maria atas kejadian kehamilannya. Dan Yusuf telah menjadi percaya bahwa peristiwa kehamilan Maria adalah rancangan dan kehendak Allah Yang Maha Kuasa, dan pada akhirnya Yusuf mengambil Maria sebagai istrinya (Mat 1:24). Dan kemudian ‘Bayi’ yang dilahirkan Maria diberi nama ‘Yesus’, dalam kata kerja bahasa Ibraninya berarti ‘menyelamatkan’ Nama lain yang diberikan kepadaNya di dalam kitab Yesaya 7: 14 adalah: “Dan ia akan menamakan Dia Immanuel’’ yang dalam bahasa Ibraninya berarti ‘Tuhan beserta kita’. Bayi Yesus adalah merupakan keturunan dari Abraham, yang merupakan pemenuhan janji Allah yang berkaitan dengan tokohtokoh besar dalam kitab Perjanjian Lama. Nama ‘Yesus’ maupun ‘Immanuel’ yang melekat kepadaNya mengisyaratkan dan menunjukkan bahwa keberadaan-Nya jauh lebih tinggi melampaui semua nenek moyangnya. No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
37
Peristiwa terjadinya kelahiran ‘bayi Yesus’ di Betlehem yang ditempatkan pada palungan kandang hewan, oleh seluruh umat Kristiani diperingati sebagai hari Raya Natal. Namun sesungguhnya bahwa kelahiran-Nya di Betlehem itu bukanlah merupakan suatu ‘permulaan’ dari kelahiran kehidupanNya sendiri. Hal ini pun dinyatakan pula oleh Rasul Yohanes dalam wahyu yang diterimanya, tentang siapakah Yesus, dikatakannya sebagai berikut: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (Yoh 1:1). “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1: 14). Alkitab menyatakan bahwa Bapa, Putra dan Roh Kudus adalah satu (sering disebut Allah Tritunggal), bahwa sebenarnya Yesus Kristus adalah pencipta bersama Bapa dan Roh Kudus” (Yoh 1: 3; Kolose 1:16). Jadi keberadaan-Nya memang sudah ada sejak sebelum kelahiran-Nya– bukanlah sesuatu yang diambil dari memori-Nya ketika berada di bumi. Yesus sendiri bersabda: “Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa” (Yoh 16: 28). Begitu pula perkataan Yesus yang disampaikan kepada para pemimpin 38
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
agama di jaman-Nya, bahwa Dia sudah pernah bertemu dengan Abraham. Lalu para pemuka agama berkata kepadaNya: , “Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?!”. Jawab Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada (Yoh 8:57-58)”. Dan itu dikatakan ulang oleh Rasul Paulus: “Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu di dalam Dia” (Kolose 1:14). Kelahiran ‘bayi Yesus’ merupakan aspek yang lebih paling dikenal dari pada tentang keberadaan-Nya yang sesungguhnya–Allah yang berinkarnasi manusia. Dan tentang hari kelahiran-Nya di dunia itu setiap tahunnya diperingati dan dirayakan oleh seluruh umat Kristiani sebagai hari raya Natal. Apabila hari raya Natal tiba, umat Kristiani sebelumnya disibukkan dengan meluangkan waktu di luar jadwal rutinnya untuk mempersiapkan dengan berbagai ornamen-ornamen dan lain-lainnya dalam rangka menyambut perayaan Natal dengan bermacam refleksi kegiatan yang berhubungan momen kelahiran-Nya di kala 2000 tahun yang lalu. Dan sudah menjadi kebiasaan umat Kristiani untuk saling berkirim kartu ucapan Natal dan bersemangat serta antusias untuk bisa mengikuti acara-acara ibadah Natal yang biasanya disertai visualisasi atau drama peristiwa bersejarah yang ada di sekitar kelahiran-Nya. Semua hal yang dilakukan dalam memperingati dan merayakan hari Natal sebagaimana seperti disebut di atas bukanlah tidak penting, namun yang sering
terabaikan adalah esensi pemahaman makna Natal kurang berhasil menembus melampaui sanubari dari jiwa dan roh kita akan maksud dan tujuan kedatangan-Nya ke dalam dunia ini. Misteri ‘inkarnasi’-Nya berujud ‘bayi Yesus’ ke dalam dunia, dapat menyiratkan beberapa hal atas keberadaan-Nya: • Pertama: hal itu menyiratkan eksistensi Yesus, sebelum kelahiran-Nya sendiri di dunia • Kedua: selama ‘berinkarnasi’ dalam wujud manusia, Dia memperlihatkan sejumlah keterbatasan sebagai manusia, padahal sesungguhnya Dia adalah Pencipta, yang mau taat dan menderita karena peran yang harus dijalani-Nya–sebagai ‘korban’ penghapus dosa manusia.
terhadap manusia adalah karena Dia sudah sejak awalnya mengasihi manusia, walaupun manusia telah melakukan dosa pemberontakan kepada-Nya. “Karena Dia mengasihi umat manusia, Ia pun siap menjadi seorang manusia dan naik ke atas kayu salib sekali pun dunia terus menerus menolak-Nya” (Roma 5:8). • Kedua: ini merupakan cara terbaik bagi-Nya untuk mengungkapkan tentang Bapa kepada manusia (Yoh 1:14-18; Yoh 14:7-11) • Ketiga: merupakan satu-satunya cara bagi-Nya untuk dapat memberikan keselamatan dan melawan akibat dosa yang dilakukan ‘manusia pertama’– Adam & Hawa (Roma 5: 12-21).
• Ketiga: hal ini juga menjelaskan perbedaan antara keberadaan ‘bayi Yesus’ yang dikandung Maria dengan keberadaan ‘bayi’ dari reproduksi manusia di dunia.
Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
• Keempat: ini menjadi dasar pula untuk memahami sifat manusiawiNya sekaligus Ilahi-Nya.
Filipi 2:5 “Ia juga merendahkan diriNya sendiri sebagai teladan bagi kita untuk kita ikuti”
Yang menjadi pertanyaan kita adalah “Mengapa Dia bersedia ‘berinkarnasi’ menjadi manusia yang terbatas?”Hal itu ada beberapa alasan yang mungkin memotivasi-Nya untuk menjalani dan melakukan peran-Nya tersebut:
Jadi pada saat seseorang telah memahami tentang Ketuhanan Yesus Kristus bahwa Dia adalah Allah Tritunggal, maka akan lebih mudah di dalam memahami mengapa Ia dikandung secara ‘ajaib’ di dalam rahim perawan Maria, walau proses kelahiran-Nya sama dengan kelahiran bayi lain di dunia ini.
• Pertama: tindakan berkorban Allah
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
39
Perbedaannya adalah ‘mukjizat’ cara terjadinya pembuahan di dalam rahim perawan Maria itu karena kuasa dan karya Roh Kudus-Nya, bukan karena melalui cara reproduksi oleh manusia lazimnya. Maka peristiwa Natal adalah merupakan tindakan Allah dengan maksud dan tujuan demi melepaskan manusia dari cengkeraman dosa dan sekaligus menyelamatkan manusia dari ‘upah dosa’ – maut! Allah sendirilah yang memenuhi dan menggenapi janji-Nya kepada tokoh-tokoh besar di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama bahkan sejak kejatuhan ‘manusia pertama’ dalam dosa pemberontakannya di Taman Eden, Allah sudah bernubuat di dalam kitab Kejadian 3:15. Dialah yang membuat prakarsa ‘pendamaian’ hubungan antara diri-Nya dengan manusia yang telah jatuh dalam cengkeraman dosa yaitu kuasa maut. Hal itu dilakukan Allah hanya karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia ciptaan-Nya, dan peristiwa ‘pendamaian’ itu bukanlah merupakan upaya dan usaha dari kekuatan manusia. Akan menjadi suatu ‘kesombongan’ apabila kita selaku manusia menganggap bahwa ‘agamawilah’ yang membuat bisa pulihnya ‘jurang pemisah’ dengan Allah–Sang Pencipta alam semesta, dari akibat dosa pemberontakan ‘manusia pertama’ itu, manusia keberadaannya hanyalah diibaratkan setitik debu di atas bumi–apalagi kalau di tengah alam jagat raya, dan manusia ada karena Allah lah yang menciptakannya, dapatkah manusia menggapai surga dengan mengan40
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
dalkan kekuatan dan kemampuan serta usahanya sendiri?! Hakikat Natal adalah merupakan wujud kasih Allah yang begitu besar kepada manusia ciptaan-Nya. Dasar teologi pemahamannya adalah Allah pihak pemberi sedangkan manusia pihak penerima. Dia tahu tentang nasib keberadaan manusia yang seharusnya diterima yaitu upah dosa adalah maut! Hal ini dikatakan oleh Rasul Paulus dalam kitab Roma 7: 24-26, yang berkata: “Aku manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! Oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa” Natal adalah ‘simbol akta’ mencari dan memberi yang diperbuat Allah kepada umat manusia dengan kasih-Nya yang bukan kasih yang menguasai, melainkan kasih yang mencari. Pemahaman mi dna makna dasariah peristiwa Natal sering kurang membuat dampak yang berarti dalam perjalanan kedewasaan beriman bagi banyak umat Kristiani untuk menghadapi tantangan dan godaan dunia. Karena makna Natal yang sebagai simbol akta untuk mencari dan memberi sebagaimana seperti yang diperbuat Allah, telah banyak berubah menjadi suatu kegiatan yang hanya diperbuat menurut keinginan dan selera manusia sendiri. Oleh karena itu, sebagai umat Kristiani baik selaku individu atau keluarga maupun lembaga ke-Kristen-an dari de-
nominasi mana pun, perlunya menunjukkan sikap rendah hati dan membuka diri dalam menerima pemberian anugerah Natal dengan kepedulian dan memberi kasih kepada sesama manusia dalam merealisasikan kasih-Nya di tengah dunia ini. Jadi bukanlah perayaan seremonialnya yang menjadi perhatian-
Natal adalah ‘simbol akta’ mencari dan memberi yang diperbuat Allah kepada umat manusia dengan kasih-Nya yang bukan kasih yang menguasai, melainkan kasih yang mencari nya tetapi ungkapan syukur kepada Allah dengan rasa takjub dan khidmat atas pemberian peristiwa Natal sebagai umat yang berdosa dengan setiap hari tertunduk dan malu atas dosa kita, bukan dalam bentuk eforia pesta perayaan Natal yang berlebihan tetapi tanpa mempunyai makna dan kurang menghargai maksud dan tujuan Allah terhadap pemberian Natal bagi umat-Nya. Dari konteks hakikat Natal nampak kontradiksi antara kondisi perayaan Natal yang dapat dilihat dan ditemui dibandingkan dengan konteks kondisi kelahiran-Nya di dunia, dan sebagai Putra Tunggal Allah sesungguhnya Dialah yang empunya kekayaan dan kemuliaan baik di bumi maupun di Sorga, tetapi kedatangan-Nya atau kelahiran-Nya di dunia bukan memilih melalui jalur keluarga yang kaya raya, melainkan memilih melalui jalur keluarga tukang kayu dan bukan di rumah yang pantas dan
layak melainkan di kandang hewan dengan suasana yang sunyi senyap–sebagai sarana dan tempat kelahiran-Nya. Peristiwa Natal berfungsi untuk suatu momen kabar suka cita dalam sejarah manusia untuk mengokohkan janji Allah (Roma 15:8; Matius 5:17), menyatakan keberadaan Allah Bapa (Yoh 1:18), menghapus dosa (Kejadian 22:8; Yoh 1:29), dan memberi teladan bagi orang-orang percaya supaya mengikuti jejak-Nya (1Yoh 2:6; 1 Petrus 2:21). Yesus Kristus adalah ‘sang bayi Natal’ yang telah menyatakan diri-Nya kepada semua orang yang mau percaya kepada-Nya dengan bersabda: “Akulah terang dunia’’ (Yoh 8: 12), “Akulah gembala yang baik” (Yoh 10:11,14), “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25) dan “Akulah jalan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Dialah bayi Natal–‘Yesus Kristus’ yang adalah Tuhan dan Juru Selamat dunia–Sang inti Natal!. Hanya satu hal yang bisa kita perbuat dalam momen Natal selain suka cita dalam merayakannya–perlu ada waktu untuk berdiam diri dengan khidmat dan penuh dengan rasa takjub serta mengucap syukur atas kasih Allah yang begitu besar, yang telah diwujudnyatakan dalam anugerah Natal–untuk menyelamatkan umat manusia dan menghapus dosa manusia. Kepustakaan: -
Inti Kekristenan (terjemahan dari: Elmer L. Towns)
-
Tafsir Alkitab PB (terjemahan dari: Dianne Bergent CSA; Robert J. Karris OFM)
-
Selamat Berkarunia (oleh: Andar Ismail)
(Dirangkum oleh: Krisadji) No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
41
CAKRAWALA
DUNIA KERJA
S
ebelum masuk dunia kerja, kita harus melihat apakah kita bermaksud untuk cari pekerjaan atau bekerja untuk diri sendiri dan di kemudian hari baru mengembangkan menjadi suatu usaha bersama atau sebuah perusahaan. Yang pertama-tama kita tinjau adalah mengenai mencari pekerjaan. Pertama-tama adalah mencari lowongan kerja. Ini dapat kita ketahui dari teman-teman, kalangan keluarga, iklan di papan-tulis (misalnya papantulis gereja atau papan-tulis di sekolah atau tempat umum lainnya), iklan surat kabar, iklan di internet. Kedua macam iklan biasanya terdapat dalam Bahasa Indonesia atau pun Bahasa Inggris. Karena itu sangat dianjurkan agar kita dapat berbahasa Inggris selain berbahasa Indonesia (apalagi berbahasa daerah). Saat ini sebagian besar pekerjaan kantor mengharuskan dapat sekurang-kurangnya berbahasa Inggris selain bahasa Indonesia. Memang kemampuan berbahasa Inggris ada tingkatannya. Biasanya kemampuan berbahasa Inggris secara proporsional terlihat pada gaji yang akan diperoleh. Tujuan memperkenalkan diri adalah pertama-tama membuat surat lamaran 42
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
kerja berikut “Riwayat Hidup” atau “Curriculum Vitae” (= “Resume”) dengan tujuan agar dapat sekurang-kurangnya dipanggil untuk testing maupun wawancara/interview. Di dalam “Riwayat Hidup” kita memperkenalkan diri kita, yaitu antara lain: Nama, Tanggal Lahir (di Indonesia sangat penting), Agama, Alamat Rumah, Alamat Pos (kalau alamat rumah sulit didatangi tukang pos); Telepon yang bisa segera dihubungi (bisa telepon genggam), E-mail address (kalau ada), Pendidikan, Kursus, Bahasa dengan dijelaskan tingkat penguasaannya (bicara, membaca, menulis, mendengar) dan paling penting “Riwayat Pekerjaan” (kalau sudah ada). Yang harus diperhatikan adalah pekerjaan apa yang akan dilamar. Kalau bisa pekerjaan yang dilamar sesuai pendidikan dan kemampuan kita. Sangatlah penting disini kalau seandainya kita belum punya pengalaman kerja dan hanya latar belakang pendidikan. Awalnya gaji yang diinginkan jangan terlalu tinggi. Kalau sudah ada pengalaman kerja, sebaiknya arahkan pekerjaan yang akan dilamar sesuai dengan pengalaman kerja kita. Kemungkinan akan terpilih lebih besar. Kalau pekerjaan tersebut banyak
peminatnya, biasanya akan dibuat “short list” atau daftar dari calon-calon yang akan dipanggil untuk testing dan interview (wawancara). Kalau sudah termasuk “short list” janganlah seratus persen pasti bahwa akan terpilih untuk mengisi lowongan tersebut. Seandainya sudah terpilih untuk diwawancara: 1. Perlihatkan bahwa kita tepat waktu. 2. Berpenampilan sopan, berpakaian sopan, tetapi tidak berlebihan 3. Jangan memberikan keterangan yang berlawanan dengan apa yang tercantum dalam “Riwayat Hidup” kita. 4. Kita harus berbicara sopan tetapi tetap tegas dan yakin akan diri kita sendiri. 5. Jangan memberikan keterangan palsu, karena seandainya ketahuan walau pun di kemudian hari boleh jadi akan kena sanksi, dan sanksi paling berat adalah pemecatan. 6. Khusus untuk wanita biasanya akan ditanyakan soal kehamilan dan harus siap menghadapi pertanyaan sekitar itu. Di dalam pekerjaan, kita harus perhatikan struktur pekerjaan. Kepada siapa kita harus bertanggung jawab atau melaporkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan kita. Masalah pribadi tidak perlu diketahui atasan kita, kecuali jikalau sehubungan dengan permintaan kita yang ada hubungan dengan pekerjaan kita, misalnya permintaan kita untuk absen dari pekerjaan. Terhadap rekan kerja lain, kita haruslah bijaksana mempertimbangkan segala sesuatu. Kita harus siap untuk
bekerjasama dengan prinsip yang saling menguntungkan, yaitu sama-sama “take and give”. Kita harus sadar bahwa di dalam suatu organisasi seperti suatu perusahaan tidaklah mungkin kalau kita hanya mengadakan hubungan kerja vertikal saja, tetapi perlu juga hubungan horizontal. Vertikal artinya hubungan kerja yang mengandalkan hubungan dengan pimpinan/ke atas dan hubungan ke bawah dengan anak-buah. Horizontal artinya hubungan dengan rekan-rekan kerja dari departemen lain, tetapi tetap dalam satu perusahaan. Di samping itu, kita juga harus secara bijaksana dapat berhubungan dengan rekan-rekan yang berada di luar perusahaan. Yang kami ingin singgung sedikit adalah masalah “globalisasi” di mana kemungkinan memperoleh pekerjaan lebih besar dan juga gaji lebih tinggi, bila dapat berbahasa Inggris dan akhirakhir ini juga berbahasa Mandarin/ Cina. Bila kita buka iklan-iklan pencarian kerja di internet (terutama jobsdb.com dan jobstreet.com) mau pun melalui iklan di koran, kita lihat bahwa pengetahuan berbahasa Inggris dan mungkin bahasa Mandarin akan sangat menguntungkan keberhasilan kita. Sebenarnya mengenai dunia kerja masih banyak hal yang masih bisa diuraikan, dan kebetulan penulis artikel ini telah bekerja dalam banyak fungsi empat puluh tahun lebih dan bersedia untuk menjawab atau pun membagi (sharing) pengalaman kerja dengan saudara-saudara lainnya. (Jorn Lapian) No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
43
BERITA KOMISI
Berbagi Bagi Sesama
K
esaksian dan Pelayanan (KESPEL) GKJ Joglo adalah bagian dari Misi Gereja yang diwujudkan untuk berperan serta menghadirkan damai sejahtera Allah. Hal ini dilakukan antara lain dengan melayani satu sama lain dalam tindakan kasih nyata dalam lingkungan masyarakat. Bidang KESPEL mempunyai Pelayanan khusus menjangkau masyarakat di luar gereja yang meliputi pelayanan sosial yang terjadwal seperti: program kemanusiaan aksi donor darah, program orang tua asuh, program bantuan guru pendidikan agama Kristen, program
44
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
kunjungan ke lembaga pemasyarakatan, program berbagi kasih, program bimbingan belajar, dan bakti sosial. Terselenggaranya program-program tersebut di atas adalah berkat tuntunan Roh Kudus serta keterlibatan dan peran serta seluruh Jemaat GKJ Joglo. Mengawali tahun 2015, tepatnya pada Minggu, 08 Februari 2015, komisi KESPEL telah menyelenggarakan kegiatan aksi Donor Darah. Kegiatan ini rutin dilaksanakan oleh GKJ Joglo selama empat kali dalam satu tahun. Apakah Anda tahu bahwa aksi nyata donor darah ini ternyata bukan hanya
bermanfaat bagi penerima saja, tetapi juga banyak bermanfaat bagi pendonor. Oleh karena itu, banyak orang yang selalu rutin mendonorkan darahnya demi menolong orang dan mendapatkan manfaat yang diperoleh. Manfaat mendonorkan darah untuk kesehatan sangat banyak terutama jika Anda mendonorkan secara rutin dan berkala. Mendonorkan darah bukan hanya bukti bahwa Anda peduli terhadap sesama, tetapi juga merupakan upaya untuk hidup sehat. Berikut adalah manfaat donor darah bagi kesehatan: • Menurunkan berat badan • Meningkatkan sel darah merah • Mencegah stroke • Meningkatkan kesehatan psikologis • Memperbaharui sel darah baru • Mencegah risiko terkena penyakit langka • Menurunkan risiko kanker • Meningkatkan produksi darah
• Pikiran menjadi stabil • Menurunkan kolesterol Selain baik untuk kesehatan, bagi perempuan yang mendonorkan darahnya secara rutin ternyata juga baik untuk kecantikan. Merawat wajah dan tubuh tidak harus dengan menjalani perawatan mahal di salon, tetapi donor darah sebagai kegiatan sosial juga dapat merawat kecantikan anda. Kenapa? donor darah dapat membantu para perempuan untuk memperoleh tubuh ideal dan kulit kencang. Puji Syukur, peran serta aksi donor darah kali ini, baik dari Jemaat maupun warga masyarakat sekitar, bahkan ada yang datang dari daerah Petukangan, luar biasa. Petugas dibuat kewalahan, bahkan pendaftaran ditutup sebelum waktunya. Hal ini terpaksa dilakukan karena keterbatasan kantong darah yang tersedia (kuota: 75 kantong). Awalnya, pendaftaran donor darah
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
45
BERIKUT DIAGRAM HISTORI SELAMA SATU TAHUN TERAKHIR AKSI DONOR DARAH GKJ JOGLO Tanggal Donor Darah
Jumlah donor dari Jemaat (orang)
Jumlah donor umum (orang)
Total Pendonor (orang)
26 Januari 2014
36
39
75
27 April 2014
27
32
59
20 Juli 2014
35
39
74
19 Oktober 2014
37
38
75
8 Februari 2015
46
41
87
JUMLAH PENDONOR BERDASARKAN PERSENTASE Tanggal Donor Darah
46
Jumlah pendonor dari Jemaat
Jumlah pendonor umum
26 Januari 2014
48.00%
52.00%
27 April 2014
45.76%
54.24%
20 Juli 2014
47.30%
52.70%
19 Oktober 2014
49.33%
50.67%
8 Februari 2015
52.87%
47.13%
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
dimulai pukul 09.00 s/d 11.00 WIB. Namun atas permintaan petugas PMI, maka pendaftaran ditutup setengah jam lebih awal. Alasannya, jumlah pendaftar sudah melebihi kuota yaitu 87 orang. Memang sangat disayangkan, kami pun terpaksa harus menolak beberapa orang yang datang. Sungguh hal ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya, karena berdasarkan catatan kegiatan donor darah sebelumnya jumlah pendafar tidak pernah melebihi 75 orang. Dari histori di atas terlihat bahwa baru kali ini jumlah pendonor dari Jemaat lebih besar dari jumlah pendonor umum/di luar Jemaat (46 atau 52.87%: 41 atau 47.13%). Namun bila dibandingkan dari total Jemaat GKJ Joglo, jemaat
yang berpartisipasi mendonor hanya sekitar 10%. Dengan melonjaknya pendonor, kami telah mengajukan permintaan tambahan kuota ke Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jaya menjadi 100 kantong. Diharapkan dengan bertambahnya kuota ini, dukungan dan partisipasi dari jemaat GKJ Joglo juga bertambah. Semoga sedikit ulasan ini dapat menambah wawasan kita semua mengenai pentingnya donor darah. Mari kita mendonorkan darah pada periode berikutnya, 26 April 2015. Tuhan Memberkati. Amin. (Komisi KESPEL)
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
47
BERITA KOMISI
NATAL 2014?
JELAS BEDA!!!
M
asihkan kita mengingat apa yang terjadi dan kita rasakan saat perayaan Natal 2014 di GKJ Joglo? Apa yang bisa membuat Anda teringat momen dua bulan silam itu? Mungkin di gereja pohon natalnya aneh, yang biasanya adalah pohon cemara, pada Natal tahun lalu terdiri dari boneka. Atau mungkin dekorasinya juga lain dari sebelumnya, yang cuma memajang
Ceria anak-anak pada malam Natal 2014 di GKJ Joglo 48
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
kain hitam ditempel-tempel dengan gambar cerita kelahiran Tuhan Yesus. Atau mungkin Anda terkesan dengan ibadah perayaannya? Ya, saat ada sendratari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus karya Bagong Kussudiardjo. Sendratari ini diawali dengan kisah tentang Maria dan Yusuf yang dikejutkan dengan kehadiran Malaikat yang memberitakan bahwa Maria akan mengandung dan melahirkan seorang anak,
yang kemudian akan disebut dengan Yesus, Anak Allah. Dalam sendratari juga diceritakan bagaimana Maria dan Yusuf berjuang mencari penginapan di Betlehem. Saat itu Maria sudah mengandung bayi Yesus, datang bersama Yusuf untuk mendaftarkan diri untuk mengikuti sensus. Karena sudah waktunya Maria melahirkan, maka bayi Yesus lahir dan diletakkan di palungan. Cerita juga belanjut dengan berita suka cita tentang lahirnya seorang Raja, dan yang menerima kabar baik itu adalah para gembala di padang. Para gembala juga menyaksikan bagaimana para malaikat memuji Allah. Para gembala bergegas mencari pergi dan menemukan Maria dan Yusuf, dan bayi berbaring di palungan. Kemudian cerita sendratari berlanjut dengan cerita
Berbagi kasih di malam Natal
orang Majus atau orang-orang yang ahli ilmu perbintangan (astronomi). Berbekal nubuat di kitab Perjanjian Lama, mereka menemukan adanya suatu tanda tentang bintang timur, yang menandakan telah lahir seorang Raja. Dan Orang Majus itu percaya dan mencari Raja yang mereka percayai berdasarkan keahlian mereka,
dan akhirnya menemukan Yesus dan memberikan persembahan. Atau mungkin Anda teringat dengan renungan malam Natal yang disampaikan oleh Pdt. Em. Nugroho Adhi? Renungan yang mengingatkan kita bahwa pertama, Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menyatakan pengampunan dan memberikan jalan keselamatan untuk manusia melalui kelahiran Yesus. Mulai dari orang yang pintar yang menguasai ahli perbintangan, orang muda seperti Maria dan Yusuf, orang yang sudah memasuki masa Adiyuswa seperti Zakaria dan Elisabeth, orang biasa seperti gembala, para ahli Taurat dan para imam kepala, bahkan raja Herodes. Semuanya Tuhan pakai untuk menyatakan keselamatan-Nya dengan peran masing-masing. Mereka semua menunjukkan sikap dan respon yang berbeda saat menerima berita keselamatan itu. Apa sebenarnya yang bisa kita pelajari dan kita teladani (yang baik) dari orangorang ini? Pertama adalah sikap ketika mereka diminta untuk dipakai Tuhan dalam menyatakan karya keselamatan-Nya. Zakaria, Elisabeth, Maria, dan Yusuf adalah orang-orang yang sangat taat dan dengan kesungguhan mau menerima kehendak Tuhan dalam kehidupan mereka. Kemudian sikap ketika mendengar berita kelahiran Yesus. Para gembala mendengar dengan sukacita, dan kemudian mereka pergi mencari bayi Yesus, mendapatkannya dan kemudian memuji Allah. Demikian juga dengan orang Majus, dengan bekal keahliannya mencari Raja yang telah lahir. Mereka percaya, mendapatkannya dan kemudian No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
49
memberikan persembahan kepada Yesus. Respon yang berbeda diperlihatkan oleh para ahli Taurat, para imam kepala dan Raja Herodes. Mereka mendengar bahwa telah lahir seorang Raja. Para ahli Taurat tidak pergi mencari Sang Bayi Yesus. Pun demikian Raja Herodes yang memberikan respon mencari Bayi Yesus,
Pohon natal unik kreasi baru GKJ Joglo
bukan untuk memuji, namun untuk membunuh Yesus karena takut kedudukannya sebagai raja terancam. Itulah beberapa hal yang kita bisa pakai untuk mengingat-ingat apa yang terjadi saat perayaan Natal tahun 2014. Lantas apa yang berbeda? Apakah kita merasakan perayaan yang berbeda dengan perayaan tahun-tahun sebelumnya atau sama saja? Perbedaan yang kita rasakan saat kita merayakan Natal 50
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
hanya bisa kita rasakan dari dalam diri kita masing-masing. Semua tergantung dari penghayatan kita, bukan dari pohon natalnya, bukan dari dekorasinya, dan bukan dari sendratarinya. Gereja dan Panitia Natal boleh memberikan sarana, acara, dan tata ibadah untuk membantu penghayatan masa Natal. Namun apakah Natal 2014 menjadi satu perayaan yang berbeda dengan perayaan sebelumnya, kesemuanya itu tergantung bagaimana kita menghayatinya. Setiap tahun, setiap bulan Desember, setiap Natal, kita mendengar anugerah keselamatan dari Allah melalui kelahiran Yesus. Namun apakah kemudian kita menerima berita itu dan apa respon kita? Secara aktif mencari penghayatan yang semakin menguatkan keyakinan kita bahwa kelahiran-Nya memberikan anugerah keselamatan, atau ya biarin saja, tiap tahun juga nanti ada? Sikap dan respon kita ini akan tercermin dari kehidupan kita sekarang ini. Ketika kita mencari, dan mendapatkan, serta menerima anugerah keselamatan itu, maka kita akan memberikan respon yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Walau pun masa Natal sudah beberapa bulan kita lewati dan kita masuk dalam masa PraPaskah, semangat untuk melayani Tuhan, mencari kehendak Tuhan dalam kehidupan kita, selalu memuji Tuhan dan mengucap syukur atas anugerah keselamatan Allah, akan tercermin dalam kehidupan kita setiap hari. Kehidupan iman kita seharusnya berubah dan semakin bertumbuh dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Itulah yang membedakan Natal tahun 2014 dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kita seharusnya bertumbuh dalam penghayatan iman. Kita sikapi dengan cara hidup yang berbeda yang lebih baik dari tahuntahun sebelumnya. Berita sukacita yang dibawa para malaikat yang setiap tahun
kita rayakan seharusnya memberikan dampak buat kita. Dampak pertama adalah kemuliaan Allah itu nyata (seperti tema Natal 2014 ”Keselamatan itu Nyata”). Kedatangan Yesus merupakan dimulainya zaman baru dimana kuasa dan kasih Allah diwujudkan dalam dunia. Dampak kedua adalah dimulai pula zaman baru di mana hubungan manusia dengan Allah dipulihkan, sehingga hubungan manusia dengan Allah seperti hubungan bapa dengan anak. Seharusnya, setiap kali kita merayakan Natal, hubungan kita dengan Allah menjadi semakin intim dan lebih dekat lagi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jadi, apakah sekarang Anda telah merasakan Natal 2014 yang berbeda dibanding natal tahun sebelumnya? Jelas Beda!!! (J-three)
Baptis pada tanggal 25 Desember 2014
Kebaktian Natal 25 Desember 2014 di GKJ Joglo No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
51
BERITA KOMISI
PERAYAAN MALAM TAHUN BARU 2015 KOMISI PEMUDA GKJ JOGLO
S
ebelum membahas acara malam tahun baru 2015 mulai dari persiapan sampai ke acara intinya, saya akan menceritakan dahulu alasan mengapa kami, komisi pemuda GKJ Joglo mempunyai inisiatif untuk mengadakan acara tersebut. Usia remaja dan pemuda adalah masa-masa mencari identitas diri yang sesungguhnya dan pengaruh teman sepermainan menjadi sangat penting dan biasanya pertemanan di antara remaja dan pemuda keakrabannya sangat kuat. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa acara perayaan malam tahun baru rutin diadakan. Remaja dan pemuda menjadi merasa punya wadah untuk bersosialisasi, mengaktualisasi diri bersama dengan komunitas remaja pemuda GKJ Joglo. Hal ini menjadi sangat penting karena jika komunitas remaja pemuda GKJ Joglo sudah solid, ini akan membentengi mereka dari pengaruh negatif komunitas lain di luar GKJ Joglo. Selain itu, dengan bonding yang lebih kuat, usaha mengajak mereka untuk terlibat dalam pelayanan gerejawi menjadi sedikit lebih mudah. Setelah mengetahui alasan mengapa acara perayaan malam tahun baru dilaksanakan, saya akan menceritakan ba52
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
gaimana jalannya acara tersebut, mulai dari membicarakan konsep acara, persiapan, sampai ke acara intinya. Acara perayaan malam tahun baru sudah pernah sukses dilaksanakan pada tahun sebelumnya maka, konsep acara yang diusung pada tahun ini pun hampir sama dengan konsep acara tahun sebelumnya. Acara intinya adalah makan bersama, renungan, pelepasan lampion harapan, dan yang terakhir adalah nonton film bareng. Pada tahap persiapan, kami membagi dalam beberapa tim dengan tugas masing-masing. Tim pertama menyiapkan pembicara untuk renungan dan belanja makanan, tim kedua juga bertugas untuk membeli bahan makanan, dan tim ketiga bertugas untuk menyiapkan lampion dan kembang api. Dengan anggaran yang sudah diberikan oleh majelis gereja, saya menyerahi tugas kepada masing-masing penanggung jawab tim untuk bertanggung jawab memegang dana dan juga laporan penggunaan dana tersebut. Jadwal berkumpul peserta pukul 21.00 di gedung sarana pengabdian (GSP) GKJ Joglo. Sudah ada tim yang mempersiapkan projector untuk menonton film, ada yang menyiapkan tungku
untuk barbeque, dan ada juga yang menyiapkan kompor untuk menggoreng cemilan seperti kentang goreng, nugget, dan sosis. Setelah semua makanan siap, para peserta menyantapnya bersamasama. Peserta makan cemilan sambil ngobrol dan bersenda-gurau. Ada juga yang naik ke GSP lantai dua untuk bermain game di komputer. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 24.00, ketua pemuda mengajak semua peserta berkumpul di GSP lantai dua untuk mengadakan renungan dan berdoa bersama. Ketua pemuda memimpin renungan pada malam itu karena majelis pembimbing pemuda belum siap untuk membawakan renungan karena beliau diberitahu untuk memimpin renungan hanya beberapa hari sebelum hari-H. Renungan pada malam itu bertemakan refleksi diri mengenai hal-hal apa sajakah yang sudah dilakukan sepanjang tahun 2014. Hal-hal apa yang berguna dan bermanfaat, begitu pula hal-hal apa saja yang kurang membangun. Di situ kami disadarkan untuk memperbaiki diri menyongsong tahun baru yang akan datang. Renungan berjalan dengan kondusif, peserta juga ada yang membagikan pengalaman mereka dalam forum tersebut. Forum tersebut juga dipergunakan untuk memperkenalkan pengurus komisi pemuda GKJ Joglo yang baru. Setelah renungan selesai, kami berdoa bersama dengan pokok-pokok doa yang diajukan oleh peserta. Acara selanjutnya adalah pelepasan lampion harapan dan juga menyalakan kembang api. Pada acara tersebut, peserta terlihat
senang dan saling berfoto bersama. Ada kejadian unik pada saat kembang api sudah mau habis. Kembang api yang diletakkan di papan, jatuh dan meledak di tengah-tengah ruangan GSP lantai dasar di mana di situ masih ada beberapa jemaat yang berkumpul. Kami pemuda remaja ditegur dengan keras
Di situ kami disadarkan untuk memperbaiki diri menyongsong tahun baru yang akan datang
oleh majelis dan pada tahun depan kami tidak boleh menyalakan kembang api lagi. Setelah suasana sudah berangsur kondusif, kami naik ke GSP lantai dua untuk berkumpul dan nonton film bersama. Acara berlangsung sampai pagi. Setelah matahari terbit, kami gotong-royong untuk membersihkan sampah dan merapikan kembali ruangan yang kami pakai. Demikian acara perayaan malam tahun baru 2015 Komisi Remaja dan Pemuda GKJ Joglo. Harapan kami, semoga di tahun yang akan datang acara ini bisa terus dilakukan dan bisa lebih baik lagi dari tahun-tahun yang terdahulu dan Komisi Remaja dan Pemuda bisa semakin akrab dan semakin giat melayani dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. (Andreas Gilar Samudro) Ketua Komisi Pemuda GKJ Joglo 2013-2014 No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
53
BERITA KOMISI
SARASEHAN AWAL PELAYANAN “Maju Bersama Mewujudkan Panggilan Bagi Kemuliaan Tuhan” “Yesusku luar biasa!”
B
agian akhir lagu “Allah itu baik” mengawali acara Sarasehan Awal Pelayanan Pengurus Komisi, Bebadan dan Tim yang diadakan pada 31 Januari 2015. Pujian yang dipilih Komisi Pembinaan Warga Gereja (KPWG) ini juga hendak memberikan keyakinan bahwa Allah akan menyertai pelayanan sepanjang tahun 2015. Tema pelayanan GKJ Joglo tahun 2015 adalah “Maju Bersama Mewujudkan Panggilan Bagi Kemuliaan Tuhan”. Dalam pengantar diskusi disampaikan bahwa Gereja merupakan tempat berkumpulnya orangorang percaya. Kehidupan bersama itu mempunyai peran yang besar untuk menjangkau jiwa, menyebarkan kasih sehingga dampaknya bisa memberikan suatu perubahan baik secara kualitas dan kuantitas. Para peserta dimotivasi bahwa mereka adalah orang-orang yang dipanggil, dipilih, dan diteguhkan untuk menjadi kepanjangan Tuhan dalam melakukan karya penyelamatan-Nya di dunia. Gereja memiliki dua sisi. Sisi Ilahi di mana Allah sendiri yang menjadi penguasa dan pemimpin Gereja. Perlu kita ingat segala sesuatu yang telah 54
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
dilakukan dalam pelayanan ke dalam gereja harus dipertanggungjawabkan kepada Allah sebagai pemimpin tertinggi. Sisi Manusiawi, di mana Majelis ditunjuk untuk menjadi kepanjangan tangan Tuhan. Secara manusiawi/lembagawi, majelis adalah pemimpin Gereja. Sementara itu, Komisi, Bebadan dan Tim adalah mitra kerja Majelis, kepanjangan tangan majelis untuk bersama-sama maju dalam menjalankan program-program kegiatan dalam rangka melaksanakan karya penyelamatan Allah. Untuk itu, dalam melayani dengan tema “Maju Bersama Mewujudkan Panggilan Bagi Kemuliaan Tuhan”, ada tiga hal penting yang perlu diingat: 1. Maju Bersama. Untuk maju bersama, maka setiap pelayan harus kompak. Masing-masing pelayan harus dapat menyesuaikan diri dengan sesama pelayan. Dan yang terutama, dalam ‘rombongan’ maju bersamasama itu, kita tidak boleh melupakan TUHAN ALLAH sebagai pemimpin rombongan. Di situlah pentingnya setiap kita memeriksa kembali program-program yang kita laksanakan dan melihatnya sebagai ‘orang luar’, adakah kita masih menyertakan TUHAN ALLAH sebagai
pemimpin rombongan. Atau secara tidak sadar, kita terpisah dari Sang Pemimpin Gereja? 2. Mewujudkan Panggilan. Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita h idup di dalamnya.” Menurut Paulus, panggilan kita adalah ‘melakukan pekerjaan-pekerjaan baik’. Pekerjaan baik itu adalah tugas tanggung jawab kita sebagai pelayan Tuhan di Gereja-Nya. 3. Bagi Kemuliaan Tuhan. Segala yang kita lakukan bertujuan untuk kemuliaan Tuhan. Karena itu, kerendahan hati merupakan ujung tombak bagi semua pelayan Tuhan, jangan sampai sedikit pun kita mencuri kemuliaan Tuhan.
Jelaslah bahwa perlu ada sinergi agar program-program yang telah disusun itu memiliki dampak terhadap pertumbuhan jemaat. Sinkronisasi program adalah salah satu cara di mana setiap Komisi, Bebadan, dan Tim bisa saling melengkapi serta berkordinasi terkait program yang akan dijalankan. Program yang
Kehidupan bersama itu mempunyai peran yang besar untuk menjangkau jiwa, menyebarkan kasih sehingga dampaknya bisa memberikan suatu perubahan baik secara kualitas dan kuantitas
sudah disusun semoga bukan sekedar program atau kegiatan seremonial saja. Diharapkan tahun demi tahun kegiatan
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
55
dan program tersebut sungguh bermanfaat bagi jemaat. Di masa depan, kita berharap banyak jiwa yang terpanggil untuk terlibat dalam pelayanan baik sebagai Majelis, Komisi, Bebadan, dan Tim. Sangat bersyukur, walau pun cuaca sempat hujan dan mendung tapi semangat tidak menyurutkan mereka yang sudah terpanggil di dalam kepengurusan untuk hadir dalam acara Sarasehan
Awal Pelayanan 2015. Setidaknya, sebagai modal yang cukup baik karena semangat pengabdian akan mewujudkan kebersamaan dalam memenuhi panggilan Tuhan. Teruslah berkarya, jangan lupakan Tuhan dalam setiap perencanaanmu, berdirilah bersama dalam kerendahan hati, berjalanlah bersama dalam kehendak Tuhan dan berikan hormat yang setinggi-tingginya bagi Allah. Sebagai bentuk komitmen bersama dalam menjalankan tugas panggilan tersebut, di akhir sarasehan seluruh peserta memberikan tanda tangan sebagai bentuk kesungguhan untuk senantiasa melakukan yang terbaik bagi Tuhan. “Jika aku bisa karena Allah yang memberiku kemampuan, jika pelayananku baik memang seharusnyalah demikian.” (ar)
56
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
BERITA KOMISI
Tuhan Memanggilmu… Ya Dengan Segenap Hati (PENEGUHAN PENGURUS KOMISI, BEBADAN DAN TIM GKJ JOGLO PERIODE 2015-2016)
D
alam kesempatan kali ini kami mengajak pembaca sekalian untuk menghayati serta mencerna sepenggal kalimat yang ditulis oleh Oswald Chamber dalam bukunya yang berjudul My Utmost for His Highest, “Jika kita melayani karena manusia, kita mudah jatuh dan patah hati, tetapi jika motivasi kita untuk melayani Allah, kita akan melayani dengan rasa syukur.” Sekarang pertanyaan bagi kita semua, apa motivasi kita dalam melayani Tuhan? Tidak perlu terburu-buru untuk menjawab pertanyaan tersebut, silakan direnungkan, dicerna, dan selidiki terlebih dahulu dalam hati dan kehidupan kita bersama. Setelah menemukan jawabannya, sampaikan jawaban itu dalam doa pribadi kepada Tuhan. Dalam ibadah Minggu, 18 Januari 2015, dilaksanakan pelerehan dan juga pelantikan pengurus Komisi, Bebadan, dan Tim periode 2015-2016. Tema yang diangkat pun begitu menggugah kita, “Tuhan Memanggilmu”. Lantas pertanyaannya: Siapa yang dipanggil? Bagaimana kita bisa tahu bahwa itu panggilan dari Tuhan? Sebenarnya pertanyaan tersebut sangat relevan dengan pernyataan Oswald. Berkaitan dengan panggilan Tuhan
ini cukup menarik untuk dibahas karena tidak semua orang sadar dan tahu bahwa dirinya dipanggil melakukan sebuah misi yang sangat mulia yaitu mewartakan tentang Tuhan. Dan yang lebih menarik lagi, kita akan belajar dari Samuel. Kondisi yang dialami oleh bangsa dan orang-orang pada masa itu adalah Allah sudah jarang menampakkan diri secara langsung kepada manusia. Samuel dipanggil ketika dia sedang tidur, panggilan pertama sampai ketiga direspon dengan mendatangi Eli. De-
ngan arahan dari Eli, ketika Allah memanggil untuk kesekian kalinya, barulah Samuel menjawabnya dengan berkata “Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar” (1 Sam 3:10b). Saat ini pun kita diperhadapkan dengan hal yang sama di mana Allah jaNo. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
57
rang dan hampir tidak pernah memanggil manusia dengan menampakkan diri secara kasat mata. Bukannya Allah tidak mau ataupun tidak peduli kepada manusia. Namun sesungguhnya, Allah ingin setiap umat yang dipanggil-Nya memberi respon atas panggilan tersebut. Setiap saat Tuhan memanggil kita
hendaknya dengan sepenuh hati bersama-sama sehati, sepikir dan satu tujuan mewujudkan panggilan Tuhan yaitu saling melayani dan melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Seperti burung gagak yang dipakai Allah untuk memelihara Elia, apalagi kita sebagai manusia pasti akan diperlengkapi oleh Tuhan da-
baik melalui firman dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita, hendaknya kita sebagai anak-Nya dengan cepat merespon dengan melakukan apa yang Tuhan inginkan baik dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, sekolah, dan juga pelayanan. Melakukan Firman Tuhan dan menuruti kehendak-Nya itulah wujud respon kita atas panggilan Tuhan. Di tahun 2015, Tuhan melalui Majelis Jemaat GKJ Joglo memanggil anak-anakNya untuk menjadi pengurus baik dalam Komisi, Bebadan, dan Tim, bukan hanya mereka yang terpilih untuk memenuhi pangilan Tuhan dalam pelayanan, tapi setiap jemaat diberi talenta maka
lam menjalankan tugas dan tanggungjawab kita sebagai umat yang dipanggil. “Dipuji tidak terbang, dicaci tidak tumbang” itulah sifat dan mental yang harus dimiliki seorang pelayan, memiliki hati yang tulus juga kerendahan hati sebab Tuhanlah yang layak menerima pujian dan juga kehormatan. 1 Kor 14: 16 Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih, sebagai bekal dalam menjalankan tugas dan panggilan baik sebagai pengurus Komisi, Bebadan, dan Tim serta menjadi jemaat yang terus berkarya di mana pun Tuhan menempatkan kita. Tunaikan tugas pelayanan itu dengan sukacita dan penuh rasa syukur. (ar)
58
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
KOMUNITAS
BOLANG
B
osan pergi ke mal, toko dan pusat perbelanjaan? Bosan mendengarkan rengekan anak di kala liburan,yang mengajak untuk jalan-jalan? Bingung mencari tempat yang lain untuk berwisata? Jenuh dengan tempat keramaian yang begitubegitu saja? Yuk, sekali-sekali kita jadi Bolang saja… ”Bocah Petualang”, atau malah “Bocah Ilang”… hahahahaha… Kalau Anda ingin mencari tempat liburan dengan suasana yang berbeda, saya ingin menunjukkan salah satu tempat yang layak Anda kunjungi. Lokasi liburan yang bisa juga menjadi saran edukasi lingkungan bagi anak-anak. Tempat yang terletak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat itu bernama Ujung Genteng. Sesuai dengan namanya, Ujung Genteng memang terletak di ujung selatan pulau Jawa Bagian Barat. Bahkan lebih ke Selatan lagi jika dibanding dengan Pelabuhan Ratu. Dari Jakarta, Anda dapat mencapai lokasi dalam rentang waktu 8-9 jam perjalanan. Rute yang musti dilewati termasuk cukup mudah untuk dicari. Bila Anda penggila turing motor, jalurnya adalah melalui Parung-Bogor-Ciawi. Untuk perjalanan menggunakan mobil akan
lebih mudah lagi, karena hanya perlu masuk tol Jagorawi, keluar di perempatan Ciawi. Selepas dari perempatan Ciawi, silakan mengarah ke jalan raya Ciawi-Sukabumi. Jalur menuju Ujung Genteng terletak sebelum masuk kota Sukabumi. Cari saja penunjuk jalan ke arah Pelabuhan Ratu di sebelah kanan No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
59
jalan. O iya, ada dua rute yang bisa dipilih. Bila Anda suka tantangan, saya sarankan Anda lewat jalur CikidangPelabuhan Ratu. Namun jika Anda pilih aman silakan ambil jalur Cibadak-Pelabuhan Ratu. Belokan menuju Cikidang terletak lebih dahulu sebelum belokan jalur Cibadak. Nah, kalau Anda pilih jalur Cikidang, Anda akan disuguhi trek jalan yang menantang dan penuh tikungan tajam serta tanjakan terjal. Konsentrasi penuh sangat dibutuhkan bila Anda memilih jalur ini, karena rutenya dihiasi dengan jurang di tepi jalan. Tikungan-tikungan rapat nan tajam dikombinasikan dengan tanjakan dan turunan yang curam tentunya sangat pas untuk Anda yang doyan tantangan. Rute ini melewati kawasan perkebunan kelapa sawit dan kawasan perhutani, sehingga dijamin udaranya segar karena banyaknya pohon di sekitar jalan. Lain halnya bila Anda termasuk yang cari aman, jalur Cibadak memiliki jalan yang lebih lebar dan tikungannya tak setajam rute Cikidang. Namun di rute ini Anda akan lebih sering berpapasan atau beriring-iringan dengan truk serta angkutan umum, kesabaran dituntut lebih ketika ingin mencari celah untuk mendahului kendaraan-kendaraan tersebut. Sesampainya di Pelabuhan Ratu, silakan mengarah ke jalur yang menuju ke Jampang Kulon, di sepanjang jalur ini Anda kembali akan disuguhi trek jalan khas daerah pedalaman Jawa Barat yang berkontur pegunungan dan perbukitan. Perlu saya ingatkan, jalur ini termasuk jalur yang rawan longsor. Selepas Anda 60
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
melewati kota kecamatan Jampang Kulon, Anda akan menemui kecamatan kecil bernama Surade. Inilah “kota” kecil terakhir yang akan Anda temui sebelum Ujung Genteng. Di sinilah pula trayek bus dari Sukabumi atau Bogor berakhir. Saya sarankan Anda mengisi penuh tangki bensin di kota kecamatan ini, karena setelah Surade, Anda tak akan lagi menemui pom bensin. Nah, sebelum Anda masuk kawasan Ujung Genteng, tak ada salahnya mampir sebentar ke lokasi air terjun Curug Cikaso. Curug ini dapat Anda temui selepas Surade, belok ke arah kiri. Curug yang juga dikenal dengan nama “Air Terjun Pengantin” ini saya jamin akan membuat Anda terhibur, apalagi dengan ketinggian tebing curahan sekitar 30 meter. Dari lokasi parkir kendaraan, Anda dapat mencapai air terjun dengan cara berjalan kaki atau menaiki perahu yang disewakan. Dari lokasi Curug Cikaso Anda dapat mencapai Ujung Genteng dalam waktu sekitar 45 menit dengan kondisi jalan yang naik turun. Ada retribusi yang harus Anda bayar saat masuk ke lokasi ini, namun harganya masih wajar. Di Ujung Genteng terdapat lumayan banyak penginapan yang berjajar di sepanjang bibir pantai. Pantai Ujung Genteng masih tergolong bersih karena mungkin belum terlalu banyak orang datang berkunjung, tidak seperti Pelabuhan Ratu yang relatif lebih dekat dari Jakarta. Ombaknya pun tak terlalu keras, padahal Ujung Genteng adalah bagian dari pesisir selatan Jawa yang dikenal memiliki tipe ombak yang ga-
nas. Mungkin karena pantainya dilindungi oleh karang-karang yang menjorok sekitar 20-30 meter ke arah laut, sehingga ombak tertahan dan terpecahkan sebelum mencapai pantai. Soal makanan, Anda bisa membeli ikan di Pasar Ikan yang dapat Anda temui tak jauh dari jalan masuk menuju
pantai. Begitu Anda menemukan pertigaan, ambil ke arah kiri. Bisa Anda olah sendiri, atau minta tolong kepada pengelola penginapan untuk memasaknya. Tapi soal makanan jenis lain, jangan berharap banyak, karena makanan di Ujung Genteng menurut saya rasanya sangat pas-pasan. Yah, kalau hanya se-
kedar untuk melawan lapar, bolehlah… Nah, bila Anda sudah sampai di Ujung Genteng, ada satu tempat yang wajib dikunjungi, yaitu tempat penangkaran Penyu. Ya! Ujung Genteng adalah salah satu lokasi di Indonesia yang memiliki Balai Konservasi Penangkaran Penyu. Di sinilah kita, baik orang dewasa maupun anak-anak dapat belajar banyak mengenai kehidupan penyu, dan terlibat aktif dalam usaha perlindungan serta penangkaran penyu. Berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat penginapan, Balai Konservasi terletak di Pantai Pangumbahan. Jalanan menuju ke situ memang tak bagus, tapi semuanya akan terbayar begitu Anda tiba di Balai Konservasi. Balai Konservasi ini memiliki beberapa bangunan dalam 1 lokasi. Ada beberapa rumah yang ternyata digunakan untuk menampung penyu-penyu dewasa. Ada juga yang digunakan sebagai tempat penampungan tukik. O iya, tukik adalah sebutan bagi anak penyu yang siap dilepaskan ke laut. Ada juga beberapa kapling tanah berpagar yang isinya pasir penuh dengan tonggak-tonggak. Ternyata kapling ini adalah tempat pengeraman telur penyu yang diambil dari pantai tempat penyupenyu dewasa bertelur. Dari pemandu di lokasi, kita bisa mengetahui banyak hal soal kehidupan penyu. Mungkin kita sebelumnya tak pernah tahu bahwa dalam masa-masa tertentu, penyu-penyu betina dewasa datang dari laut dan mendarat di pantai untuk bertelur. Sekali bertelur mereka bisa menetaskan banyak telur. Kejadian No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
61
ini berlangsung pada malam hari, karena ternyata penyu peka sekali terhadap cahaya. Oleh karena itu pengunjung yang hendak menyaksikan penyu bertelur dilarang membawa lampu senter, dan memotret dengan menggunakan lampu kilat. Kilatan cahaya akan membuat penyu enggan bertelur. Telur-telur yang sudah dikeluarkan oleh induk penyu kemudian akan diambil oleh petugas konservasi untuk dibawa ke Balai Konservasi lalu ditetaskan di situ. Setelah menetas, tukik atau anak penyu akan dikumpulkan tersendiri. Pada waktunya, tukik-tukik ini akan dilepaskan ke laut bebas. Perlu diketahui juga bahwa ada waktu khusus untuk melepaskan tukik ke laut. Biasanya sore menjelang malam hari. Alasannya, bila terlalu siang, resiko bagi tukik-tukik itu terlalu besar. Resiko yang berupa ancaman dari predator seperti burung, kepiting dan ikan karnivor. Itulah sebabnya petugas tidak akan melayani permintaan pengunjung untuk melepaskan tukik sebelum sore hari. Faktanya, dari sekian ribu tukik yang dilepaskan, hanya akan ada sekian puluh tukik yang selamat bisa mencapai laut dan kembali lagi untuk bertelur. Di Balai Konservasi Penangkaran Penyu ini anak-anak dapat belajar banyak tentang alam dan mendapatkan pengalaman langsung terlibat dalam usaha pelestarian penyu. Petugas biasanya memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk boleh menyentuh dan menggendong penyu dewasa serta tukik-tu-
kiknya, pengunjung juga boleh ikut melepaskan tukik-tukik ke laut. Pengalaman ini tentu akan sangat berkesan bagi anak-anak. Paling tidak itu yang saya tangkap dari pengalaman anak saya ketika saya ajak mengunjungi Balai Konservasi Penangkaran Penyu. Dia merasa bangga karena merasa terlibat langsung dengan usaha pelestarian penyu, dengan cara ikut melepas tukiktukik ke laut. O ya, pantai Pangumbahan tempat pelepasan tukik tersebut juga terjaga kebersihannya. Menikmati pemandangan matahari tenggelam setelah melepas tukik bakal menjadi kenangan yang tak terlupakan. Nah... ketika semua orang tampaknya gandrung akan berwisata ke mal atau pusat hiburan lainnya di tengah kota, mungkin ada baiknya Anda menantang diri Anda untuk berpetualang ke Ujung Genteng. Ajaklah anak Anda supaya mereka juga bisa mendapatkan edukasi lingkungan yang sangat berharga. Dari hal-hal seperti inilah diharapkan generasi penerus mulai memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup secara aktif. Daripada mengunjungi pusat hiburan yang penuh dengan hingar bingar dan atmosfer konsumerisme, coba deh, sesekali datang ke Ujung Genteng. Saya jamin Anda akan merasakan sensasi liburan yang unik dan tak terlupakan. Jadi tunggu apalagi? Jangan ragu, dan ayo... jadilah BOLANG! Woohooo…!!! (PapaMonique@Feb2015)
62
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
GALERI FOTO
25 Desember 2014, kebaktian Natal di GKJ Mergangsan-Jogjakarta pukul 8.30. Liturgi dan Tembang berbahasa Jawa diiringi Gamelan yang dimainkan oleh jemaat GKJ Mergangsan
Sebelum ke klinik ikut perjamuan kasih dulu
Pelayanan tidak terbatas bagi sesama, semua dilayani dengan penuh sukacita
Rapat Tim Diakonia dengan Orang Tua Warga No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo
63
64
No. 91 Tahun XXI/Februari 2015 - Nawala Joglo