No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
1
SYALOM
PENASEHAT • Pdt. Drs. Nugroho Adi, Th.M • Pdt. Marya Sri Hartati, S.Si PENANGGUNG JAWAB • Sasotya Pratama (Ketua Komisi Komunikasi) PEMIMPIN REDAKSI • Didik Soedjatmiko REDAKTUR • Novi Susanto • Debora Kusumaningtyas • Oki Adhi Pradana • Agung Tri Nugroho • Krisna Susanto • Budi Prasetyo DITERBITKAN OLEH Komisi Komunikasi GKJ Joglo Nawala Joglo menerima kiriman artikel atau photo atau saran dan masukan. Silakan kirim email ke:
[email protected] atau langsung pada redaksi
COVER Basuki Tjahaja Purnama Gubernur DKI
2
N
atal telah diambang pintu. Perayaan untuk memperingati suatu kelahiran ajaib yang memberikan karunia keselamatan bagi umat manusia, akan dilakukan lagi oleh manusia di jagad ini. Berbagai ragam cara manusia merayakan kehadiran-Nya, mulai dari ritual religius maupun ritual hedonis. Ritual hedonis makin mengemuka karena adanya dorongan komersialisme dan munculnya sekularisme. Natal semakin berubah menjadi suatu ‘holiday season’ yang dirayakan dengan penuh kegembiraan dan kehebohan seperti layaknya suatu rehat di tengahtengah perjuangan mengejar kesenangan dan citacita duniawi. Dalam suasana Natal yang semakin profan dan semakin jauh dari makna sesungguhnya itulah kita dapat kehilangan perasaan takjub dan terkesan akan karya besar Allah dalam menyelamatkan umat manusia. Kehidupan di kota besar pada jaman modern ini telah memaksa kita untuk bersinggungan dengan suatu mentalitas kota. Salah satu gejala mentalitas kota yaitu alienasi: manusia cenderung makin menjadi pribadi yang terpencil, kesepian, tersendiri, dan asing dengan sekelilingnya. Pada waktu Nawala ini terbit, kita baru saja meninggalkan masa penghayatan hidup berkeluarga dan memasuki masa Adven. Inilah saat yang tepat bagi kita untuk kembali merenungkan hubungan kita dengan Allah. Sebagai individu yang terikat dalam suatu keluarga yang saling mengasihi haruslah hidup dengan dasar yang diberikan Allah. ”BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KELUARGA” (Imamat 26:12), menjadi tema Nawala edisi Desember 2014. Diharapkan, dengan menjadi keluarga Allah, kita dapat mempersiapkan diri kita menyambut Natal yang penuh makna dengan perasaan takjub dan gentar akan karya besar Allah. Selamat membaca dan menyambut Kristus.
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
DAFTAR ISI SYALOM
2
JENDELA UTAMA • Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga • Saatnya Berkumpul dan Memperbaharui ... • Membuka Tabir Rahasia Keluarga dalam Tuhan
4 4 11 15
RENUNGAN • Menyediakan diri sebagai Rahim bagi Allah
18 18
CAKRAWALA • Berjuang untuk Merasakan Kehadiran Tuhan • Ketika Saya, Kami dan Kita Mengucapkan... • Adiyuswa Menyongsong Masa Adven...
20 20 23 26
BERITA KOMISI • Dimerdekakan untuk Melayani • Bakti Sosial 2014 di Wilayah GKJ Purbo • Sekilas Gathering Komisi Dewasa
28 28 30 38
TOKOH • Ahok si “Batu Karang”dari Bangka Belitung
41 41
RAPAT JEMAAT • Rapat Jemaat GKJ Joglo
47 47
PEMANGGILAN PENDETA • Pemanggilan Pendeta ke-3
51 51
KELUARGA • Kekuatan Kata
52 52
KOMUNITAS • GKJ EXPO 2014
57 57
ANDA BERTANYA KAMI MENJAWAB
59
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
3
JENDELA UTAMA
BERJUMPA DENGAN ALLAH DALAM KELUARGA Imamat 26:12
K
etika Ibu Theresa menerima hadiah Nobel perdamaian, ia ditanya “Ibu, apa yang harus kita lakukan untuk meningkatkan perdamaian dunia?” Dengan amat tenang, pasti dan lembut ia menjawab: ”Pulanglah, dan cintailah keluargamu...”
1. Keluarga adalah persekutuan hidup manusia yang terpenting. Sejak semula Allah menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan mereka itu sejodoh dan di dalamnya lahir anak-anak. Itu gambaran teologis awal dari sebuah lembaga yang disebut “keluarga”. Keluarga terbentuk oleh individu-individu yang memiliki hubungan yang erat dan saling mengasihi. Jadi keluarga terbentuk oleh individu-individu. Dalam keadaan yang normal dan wajar, setiap individu/orang seharusnya lahir dan tumbuh dalam keluarga. Individu adalah bagian keluarga. Maka dari arah pandang sebaliknya, dapat dikatakan juga: Individu dibentuk oleh keluarga. Jadi, keluarga adalah “produk” individu, sebaliknya individu adalah juga “pro4
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
duk” keluarga. Bila individu atau keluarga bermasalah, masyarakat juga akan mengalami masalah. Sebagai contoh ada banyak anak jalanan yang lahir dan tumbuh di luar kasih sayang keluarga. Sebaliknya ada semacam kumpulan orang yang terbentuk dan merasa menjadi “semacam keluarga” (misalnya kumpul kebo atau hidup bersama tanpa nikah) tanpa ikatan kasih. Gejala-gejala itu adalah tantangan serius dalam kehidupan manusia di masa depan, di mana keluarga menjadi rapuh dan kehilangan perannya yang amat penting dalam hidup manusia dan masyarakat.
Oleh sebab itu meskipun individu, keluarga dan masyarakat adalah 3 hal yang berbeda, namun ketiganya tak dapat dipisahkan begitu saja. Bagaimana jadinya kalau individuindividu itu “berkeliaran” dan lepas tanpa hubungan keluarga dan tanpa masyarakat yang memiliki tata nilai dan budaya? Masyarakat dan bangsa serta umat yang baik hanya ada bila keluarga yang membentuknya baik. Demikian juga keluarga yang baik hanya ada bila individu-individu di dalamnya baik. Sebaliknya, individu yang baik terbentuk oleh keluarga dan masyarakat yang baik.
dengan Allah itu haruslah hidup dengan dasar yang diberikan Allah. Dengan kekhasan itu sebuah masyarakat atau bangsa menjadi sebuah umat. Ciri dan dasar keumatan adalah adanya hubungan kesetiaan dengan Allah. Bila kehidupan mereka keluar dari dasar itu maka masyarakat itu sebenarnya tak layak lagi disebut “umat”. Dan dalam sejarah umat Israel, hal itu terjadi, sehingga Allah memanggil sebuah umat yang baru dalam sebuah perjanjian yang baru.
2. Dalam bahasa agama, masyarakat atau komunitas yang memiliki dasar keyakinan/kepercayaan dan tatanan yang sama disebut umat. Umat adalah kumpulan manusia yang bersama-sama memiliki hubungan khusus dengan yang mereka yakini sebagai Tuhan. Dalam Alkitab (khususnya PL), keluarga besar keturunan Yakub yang telah berkembang menjadi bangsa di Mesir selama 400 tahun itu, dalam perjanjian di Sinai telah diteguhkan menjadi umat Allah. “Aku akan menjadi Allahmu, dan kamu akan menjadi umat-Ku” (Imamat 26:11-12).
Di sinilah fokus kita ketika kita membahas tema “Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga”: Umat adalah umat bila ia hidup dalam hubungan yang benar dan setia dengan Allah. Dan keluarga-keluarga serta individu yang ada di dalamnya juga harus demikian. Hidup sebagai umat itu harus dinampakkan secara nyata dalam ketaatan. Itulah sebabnya keluarga-keluarga itu juga disebut keluarga Allah, keluarga di mana Allah berkenan tinggal dan bertakhta di dalamnya. Individu dan keluarga tumbuh dalam kasih dan kesetiaan karena mereka merasakan kehadiran dan pimpinan Allah dalam kehidupan nyata keluarga mereka.
Dengan itu ada satu hal lagi yang amat penting ditambahkan kepada pemahaman sebelumnya, :yaitu bahwa individu-individu, keluarga-keluarga dalam “masyarakat” yang kemudian punya hubungan perjanjian
3. Salah satu wujud ketaatan yang menjadi tanda keumatan itu, dalam tema Nawala edisi ini diangkat dalam Imamat 26:11, 12 “Aku akan menempatkan Kemah Suci-Ku di tengahtengahmu dan hati-Ku tidak akan No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
5
muak melihat kamu. Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku”. Apa yang dinyatakan Allah dalam bagian itu sebenarnya masih merupakan kelanjutan dari imamat pasal 25 yang memuat peraturan tentang tahun Yobel. Aturan yang mengajarkan umat dan keluarga-keluarga Israel untuk merayakan tahun Yobel. Perayaan yang dirayakan setiap 50 tahun sekali itu sebenarnya merupakan kemuncak dari perayaan-perayaan sabat dalam tingkat dan daur yang lebih kecil, yaitu hari Sabat (sekali dalam 7 hari), tahun Sabat (sekali dalam 7 tahun) dan Tahun Yobel sekali dalam 50 tahun. Dalam perayaan-perayaan Sabat dalam berbagai tingkat itu setidaknya umat Israel dituntut untuk: a. Menyediakan waktu khusus dan perhatian untuk ibadah kepada Tuhan, di antara waktu-waktu mereka untuk bekerja dengan keras dan tekun. Ada perintah untuk hidup dalam kesibukan dan kerajinan serta ketekunan kerja, tetapi juga ada kesetiaan dan kesungguhan untuk menyediakan waktu dan hati bagi Tuhan dalam hubungan kesetiaan yang ditunjukkan dengan ibadah. b. Sabat juga mengajarkan untuk memberlakukan kasih yang membebaskan, pemulihan dan keadilan, agar 6
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
keharmonisan hubungan antar manusia, hubungan dengan alam dan dengan Tuhan senantiasa dipulihkan. Sabat menjadi gambaran dari hubungan manusia dengan Tuhan dalam perhentian yang sejati. (Alkitab memiliki konotasi makna “perhentian” sebagai gambaran kebebasan dari belenggu dan beban, keselamatan dan sukacita dalam pembebasan yang Allah berikan dari segala beban dan penderitaan). Dengan melakukan itu semua secara mendalam, maka ingatan, kesetiaan dan hubungan mereka dengan sesama, alam dan dengan Tuhan tetap terjaga. Jadi dapat diduga, ketika hal itu terlupakan atau terabaikan dari hidup umatNya dan oleh keluargakeluarga di dalamnya, maka keumatan mereka merosot dan terancam oleh keruntuhan. Itulah sebabnya dalam pasal 26 Allah memberi peringatan dan berbicara mengenai berkat dan kutuk sebagai konsekuensi ketaatan atau ketidaktaatan itu. Umat harus tetap memiliki hubungan ibadat dan ketaatan dengan Allah di antara kegiatan hidup mereka, dengan cara menyediakan waktu khusus dan hati yang senantiasa dibuka untuk Tuhan. Mereka juga harus memberlakukan kasih yang membebaskan dan memulihkan hubungan, baik dengan sesama, dengan alam dan akhirnya dengan Tuhan. Jika mereka taat, Allah menjanjikan berkat
dan tetap akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatNya. Dalam keluarga mereka, Allah berkenan tinggal (mendirikan kemah), menyertai dan memberi berkat. Kalau mereka melakukan dua hal itu mereka diberkati, tetapi apabila mereka tidak melakukannya, mereka dikutuk. Ketetapan ini akan menjadi lebih terasa penting ketika umat yang sementara itu berjalan di padang gurun sebagai keluarga dan masyarakat nomaden serta relative homogen terpisah dengan masyarakat “nonumat”, ke depan akan mengalami perubahan karena memasuki Kanaan dan berbaur dengan suku-suku dan berinteraksi dengan kepercayaan-kepercayaan lain. 4. Sekarang mari kita amati dan kita renungkan kehidupan kita sebagai keluarga Allah dan umat Tuhan di jaman modern di kota metropolitan seperti kita alami sekarang. Studi ilmu sosiologi yang khusus berbicara tentang modernisasi dan perubahan sosial menunjukkan kecenderungan demikian: Dalam masyarakat kota modern ada gejala-gejala yang disebut sebagai mentalitas kota, atau sikap mental yang cenderung diidap oleh masyarakat kota. Mentalitas itu tampak dalam beberapa gejala: a. Atomisasi dan pembentukan massa Manusia secara individu dalam kehidupan kota cenderung makin menjadi pribadi yang terpencil, kesepian,
tersendiri, seperti sebuah atom di tengah sesamanya. Namun sebaliknya juga terjadi sebuah proses lain yang disebut massifikasi, di mana timbul gejala-gejala masal, yang membuat manusia kota mudah sekali larut dalam arus massa. b. Makin intensifnya stimulans dan sebaliknya juga menipisnya kepekaan Masyarakat kota mengalami sarat dan derasnya informasi, tapi juga tekanan dan persaingan termasuk yang tidak sehat. Orang menjadi tidak lagi memiliki kepekaan yang baik dalam berkomunikasi. Akibatnya, komunikasi dan persekutuan yang sehat menjadi rusak oleh karena orang telah kehilangan kepercayaan satu dengan yang lain. c. Suburnya industri hiburan Manusia kota adalah manusia yang cenderung sibuk, lelah dan menanggung banyak beban dan persoalan. Persaingan dalam berbagai bidang juga menambahkan kepada masyarakat beban tersendiri. Kelelahan dan kepenatan, ditambah kesepian dan kekosongan, sementara tersedia uang dan kesempatan, menjadikan mereka sangat membutuhkan hiburan. Industri hiburan dalam arti luas menjamur, baik yang rekreatif dan positif, sampai yang mengandung banyak penggodaan dan kemaksiatan, tersedia dengan mudah di kota besar.
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
7
d. Teknologi telah mengubah sikap manusia dalam hubungannya dengan sesama dan Tuhan Teknologi sebenarnya dikembangkan sebagai alat bagi manusia untuk dapat lebih mengelola dan menguasai masalah-masalah dalam hidupnya. Namun demikian, dalam tahaptahap yang lebih lanjut, teknologi telah sedemikian mengubah hidup manusia sehingga bahkan manusia bukan hanya dipengaruhi oleh teknologi, tetapi telah menjadi sedemikian tergantung kepadanya. Masyarakat seperti itulah yang dalam istilah sosiologi disebut the technological society, masyarakat teknologis, masyarakat yang sangat bersifat dan dengan sendirinya juga sangat tergantung dari teknologi. Mentalitas dan sikap manusia dalam pengaruh besar dan mengalami ketergantungan dengan teknologi juga berubah. Dalam hubungan dengan Tuhan gejalanya sama. Karena teknologi sudah sedemikian menolong, maka sebenarnya terjadi proses pergeseran “kepercayaan dan ketergantungan”, dari percaya kepada Tuhan menjadi “percaya kepada teknologi”. Kepercayaan dan hubungan dengan Tuhan juga semakin menipis, karena memang “juru selamat” nya adalah teknologi. e. Sistem nilai yang berubah Nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat kota metropolitan juga telah sedemikian berubah. Hubungan-hu8
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
bungan lama yang tradisional, aturan-aturan pergaulan, tata-krama dan banyak hal harus disesuaikan dengan pola kehidupan kota. f. Hidup dan banyak hal menjadi komersial Dalam masyarakat yang makin didominasi oleh kecenderungan komersialisme, segala sesuatu juga cenderung komersial. g. Tendensi kearah sekularisasi Dengan makin tingginya ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik; dan dengan makin tingginya kemampuan manusia dalam mengusahakan, menguasai dan mengelola alam, ada godaan timbulnya sekularisme, (berbeda dengan sekularisasi sebagai sebuah proses), yaitu pandangan yang sekaligus bahkan sudah menjadi sikap hidup. Sekularisme sebagai pandangan dan sikap hidup itu berpusat pada: 1. Hanya ada satu realitas yaitu alam (Tuhan disisihkan). 2. Dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik, manusia adalah satu-satunya penguasa alam. Inilah salah satu godaan dan bahaya yang timbul jika manusia terlalu mengagungkan akal budi. Bahaya yang sangat potensial dan bahkan sangat besar pengaruhnya dalam kenyataan kehidupan manusia modern yang amat mengedepankan secara mutlak akal budi dan iptek.
h. Pecahnya persekutuan hidup rumah tangga Dalam masyarakat di mana kesibukan sangat menyita waktu dan hubungan antar manusia yang semakin renggang, maka tak ayal lagi keluarga sebagai persekutuan hidup yang paling akrab pun mengalami banyak tantangan dalam hal kerenggangan atau bahkan keretakan. Dalam masyarakat seperti itu sering terjadi perjumpaan dan interaksi antar anggota keluarga menjadi sangat minimal baik dalam kuantitas waktu mau pun kualitasnya. Masing-masing sibuk dengan kegiatannya, dan juga dengan lingkungan dan dunianya sendiri. Umumnya mereka baru bisa berkumpul dan berinteraksi sesudah mereka pulang kerja atau pun pada hari libur. Itu pun sering masih dikurangi dengan kegiatan di luar jam kerja yang kadang juga masih banyak. Keadaan seperti itu menyebabkan hubungan antar anggota keluarga menjadi terlalu renggang. Lebih renggang lagi karena tiap anggota mempunyai lingkungan, kultur dan kelompoknya sendiri yang mengakibatkan kebiasaan, sistem nilai dan cara berfikir mereka berbeda satu sama lain. Satu di kantor, satu di rumah atau di lingkungan lain, satu di sekolah, dan itu berlangsung hampir setiap hari selama bertahuntahun. Ketika mereka berkumpul serumah menjadi sebuah keluarga, sebenarnya mereka adalah kumpulan dari orang-orang yang sikap, sis-
tem nilai dan cara berfikir yang amat berbeda. Sementara itu penggodaan yang mengancam keutuhan keluarga dalam kehidupan di kota besar juga cukup banyak. Dengan faktor-faktor terdahulu yang telah disebutkan seperti lelah, kosong, renggang, kesepian, haus hiburan, ditambah dengan penggodaan dan ketersediaan kesempatan, maka dalam masyarakat sering terjadi keretakan keluarga, KDRT dan selingkuh, dan tidak jarang berujung pada perceraian. Di kalangan anakanak pun penggodaan untuk terjadi kenakalan, kurangnya perhatian terhadap anak, narkoba, anak jalanan, geng, menjadi tantangan potensial bagi keutuhan keluarga. i. Nihilisme, yaitu sikap hidup yang meremehkan pertanggungan jawab religius dan moral dari tingkah laku Nihilisme adalah sikap hidup yang tidak lagi peka terhadap pertanggungan jawab moral atas tingkah laku. Orang menjadi sangat permissive, cuek dan kehilangan perasaan dan kesadaran bersalah ketika melakukan perbuatan salah. j. Walaupun dalam beberapa hal ada arus sebaliknya, tapi agama pada umumnya cenderung kehilangan pengaruh dalam kehidupan Memang dalam beberapa kasus, dalam masyarakat kota terjadi peningkatan peran agama dalam masyarakat. Tempat-tempat ibadah, acaraNo. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
9
acara keagamaan, pemakaian simbol-simbol keagamaan dalam berbagai kegiatan seperti sosial, politik, kelembagaan, dan bahkan juga sering adanya fanatisme dan radikalisasi agama, namun demikian dalam realita yang lain terjadi pula kemunduran peran agama dalam masyarakat dan individu. Orang tidak lagi menganggap agama sebagai suatu yang penting, atau nilai-nilai agama dianggap sudah kurang relevan dalam hidup yang makin modern. 5. Mengkritisi hasil studi itu tampak jelas kalau kita sorot secara iman bahwa manusia akan mengalami problematik iman, yang serius. Kekeringan spiritual, kesibukan yang membuat keropos nilai-nilai kemanusiaan, teknologi yang menyingkirkan spiritualitas dan moral, dan cenderung tidak lagi member tempat bagi tuhan. Secara khusus, keluarga dan agama mengalami penurunan peran. Apa yang kita dapat dari studi sosiologi ini, dengan bahasa yang berbeda tetapi dengan arah yang sama dikemukakan Paulus dalam suratnya kepada Timotius ketika Paulus mengingatkan akan kecenderungan manusia pada jaman akhir. Cobalah baca II Timotius 3:1-5, Anda akan tersentak betapa benar dan cocoknya peringatan Paulus bagi kita juga masa kini. Ada tiga hal yang dalam pembahasan 10
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
ini menjadi penting untuk kita perhatikan sebagai peringatan: • Manusia cenderung mengalami kekeringan spiritual • Iman, etika dan agama kehilangan peran, • dan hubungan serta peran keluarga melemah dan renggang. Adakah dalam situasi dan kondisi yang demikian Tuhan masih dapat kita temui dalam keluarga? Apakah generasi yang kemudian juga terdidik dalam tetap memberi waktu dan perhatian untuk Tuhan dan memberlakukan kasih di tengah kesibukan dan derasnya penggodaan dunia?Ada bahaya besar di mana anak tidak mengalami kasih dan pengasuhan yang hangat. Beragama tanpa spiritualitas. Keluarga amat longgar dan kehilangan banyak peran dan fungsi karena digantikan oleh yang lain. Lahirlah keluarga dan generasi yang makin jauh dari Tuhan. Itulah sebabnya, masih dalam konteks yang sama, umat Allah dan keluarga-keluarga terpanggil untuk tetap menjaga, mendidik keluarga dan melestarikan takut akan Tuhan kapan saja dan di mana saja, agar rumah dan keluarga tetap menjadi Bait Allah, dan generasi demi generasi tetap memiliki kesetiaan kepadaNya. (baca dan renungkan Ulangan 6:3-9) Apakah kita mau mengabaikan Tuhan? Jangan! Supaya jangan kutuk itu datang. Tetaplah beri tempat khusus dan undang Tuhan untuk bertakhta dalam keluarga dan memimpin serta memberi berkat. (Nug)
JENDELA UTAMA
SAATNYA BERKUMPUL DAN MEMPERBAHARUI
PERJANJIAN DENGAN ALLAH
K
itab Ulangan berisi amanat perpisahan Musa yang dalamnya ia mengulas kembali dan memperbaharui perjanjian Allah dengan Israel demi angkatan Israel yang baru. Mereka kini sudah mencapai akhir dari pengembaraan di padang gurun dan siap masuk ke Kanaan. Sebagian besar angkatan ini tidak mengingat Paskah yang pertama, penyeberangan Laut Merah, atau pemberian Hukum di Gunung Sinai.␣ Mer eka me-
merlukan pengisahan kembali yang bersemangat mengenai perjanjian, hukum Taurat, dan kesetiaan Allah, dan suatu pernyataan baru mengenai berbagai berkat yang menyertai ketaatan dan kutuk yang menyertai ketidaktaatan. Berbeda dengan kitab Bilangan yang mencatat pengembaraan “angkatan keluaran” bangsa Israel yang suka memberontak selama 39 tahun, kitab Ulangan meliputi masa yang pendek sekitar satu bulan pada satu tempat di dataran Moab
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
11
sebelah timur Yerikho dan Sungai Yordan. Kitab Ulangan ditulis oleh Musa dan diwariskan kepada Israel sebagai dokumen perjanjian untuk dibacakan seluruhnya di hadapan seluruh bangsa setiap tujuh tahun (Ul 31:10-13). Musa mungkin menyelesaikan penulisan kitab ini menjelang kematiannya sekitar tahun 1405 SM. Sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada Yosua untuk penaklukan Kanaan, maksud Musa mula-mula ialah untuk menasihati dan mengarahkan angkatan Israel yang baru tentang: 1. Perbuatan-perbuatan perkasa dan janji-janji Allah, 2. Kewajiban mereka bertalian dengan perjanjian untuk beriman dan taat, dan 3. Perlunya mereka menyerahkan diri untuk takut kepada Tuhan, hidup di dalam kehendak-Nya, serta mengasihi dan menghormati Dia dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka. Kitab Ulangan menyediakan bagi angkatan Israel yang baru (yang sebentar lagi akan masuk Kanaan) landasan dan motivasi yang diperlukan untuk mewarisi tanah yang dijanjikan dengan memusatkan perhatian kepada Allah dan perjanjian-Nya dengan Israel. Dasar pikiran yang penting dalam kitab ini adalah rumusan “iman-tambah-ketaatan.” Israel dipanggil untuk mempercayai Allah dengan segenap jiwa raga dan menaati perintah-perintah-Nya dengan tekun. Iman-tambah-ketaatan akan memungkinkan mereka mewarisi janjijanji berkat Allah yang penuh. Ketiadaan 12
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
iman dan ketaatan, akan mengakibatkan kegagalan dan hukuman. Tema bulan keluarga tahun 2014 adalah “TEKNOLOGI DI TENGAH KELUARGA: mendekatkan yang jauh atau menjauhkan yang dekat”. Landasan tema diambil dari Kitab Ulangan 29:18 “Sebab itu janganlah di antaramu ada laki-laki atau perempuan, kaum keluarga atau suku yang hatinya pada hari ini berpaling meninggalkan TUHAN, Allah kita, untuk pergi berbakti kepada allah bangsa-
bangsa itu; (18b) janganlah di antaramu ada akar yang menghasilkan racun atau ipuh.” Ya, tanpa disadari, umat Kristiani saat ini tengah menuju satu dunia yang baru, peradaban baru, abad teknologi. Perkembangan teknologi yang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini telah mengubah cara hidup dan gaya hidup manusia. Gaya hidup yang mengandalkan teknologi ini tanpa disadari mulai mengikis hubungan antar sesama sebagai akibat kemudahan yang diberikan teknologi sebagai media penghubung antar manusia. Lebih dari itu, dalam lingkup yang lebih kecil lagi, dalam keluarga, hubungan antar ang-
gota keluarga juga mulai terpengaruh oleh kehadiran teknologi. Pengaruh positif pasti dirasakan, namun pengaruh yang kurang baik pun mengancam hubungan dalam keluarga. Sebelum teknologi berkembang sangat pesat seperti sekarang, interaksi antar anggota keluarga lebih banyak dilakukan secara fisik. Dalam berbagai kesempatan satu keluarga dapat berkumpul dan berinteraksi secara langsung, merasakan kehangatan cinta kasih antar anggota keluarga. Namun saat ini interaksi-interaksi tersebut mulai terancam oleh kehadiran teknologi, yang secara positif dapat mempermudah hubungan disaat satu sama lain dipisahkan oleh jarak dan waktu, namun bisa “terbawa” dalam sikap hidup sehari-hari walaupun secara fisik saling berdekatan. Teknologi seakan-akan menghadirkan dan menjanjikan “hubungan“ yang lebih menarik daripada hubungan antara suami dengan istri, atau orang tua dengan anak-anaknya. Orang tua terancam melupakan kewajibannya untuk memberikan nasehat kepada anak-anaknya, karena mereka justru lebih asik dengan keindahan teknologi yang mereka nikmati. Anak-anak mungkin merasa tidak perlu mendapatkan nasehat dan didikan dari orang tuanya, karena secara mandiri mereka bisa menggunakan “mesin pencari” untuk menyelesaikan permasalahan khas mereka dengan tampilan dan kemasan yang lebih menarik daripada wejangan dari orang tua. Inilah yang tengah dihadapi manusia, saat memasuki era baru, dunia baru yang dikendalikan oleh teknologi,
yang secara duniawi mungkin sangat “menjanjikan”, namun juga penuh dengan tantangan. Untuk itu seperti Musa yang perlu mengumpulkan bangsa Israel, memberi nasehat dan memberikan arahan kepada angkatan baru Israel yang akan memasuki tanah Kanaan, kita juga harus mulai mengumpulkan kembali “keluarga” kita, baik dalam lingkup setiap keluarga maupun lingkup “keluarga GKJ Joglo” untuk bersama-sama saling memberikan nasehat dan mem-
berikan arahan, untuk tetap setia dan taat kepada Allah. Hal itu terwujud dalam pelaksanaan Pemahaman Alkitab bulan Oktober dalam rangka Bulan Keluarga, PA yang dilaksanakan adalah PA gabungan, di mana seluruh anggota keluarga dikumpulkan, baik eyang kakung, eyang putri, bapak, ibu, anak, semua bergabung, berkumpul, untuk saling mengingatkan dan memberi nasehat saat kita bersamasama masuk ke era yang baru ini. Materi PA pun dibuat secara khusus, yang mengingatkan manusia untuk tidak sombong terhadap kemajuan teknologi yang sudah dicapai dan dinikmati bersama-
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
13
sama. Dalam materi tersebut diingatkan bahwa kita boleh mengusahakan segala hal dengan menggunakan akal budi yang diberikan Allah, karena hal itu adalah anugerah, namun kita juga harus menselaraskannya dengan iman kita kepada Allah. Kita tidak boleh sombong dan melupakan Allah dengan kemajuan yang kita capai. Di tengah-tengah kemajuan teknologi yang kita nikmati, kita juga harus selalu mengingat bahwa tanpa Dia hal itu mustahil dapat dicapai. Sebagai contoh, wujud kecil dalam konteks “tidak boleh melupakan Allah” adalah bagaimana sikap kita saat kita bangun tidur waktu pagi. Apa yang kita lakukan? Mengambil handphone dan membaca status-status di media sosial, menyalakan televisi, atau langsung berdoa dan mengambil waktu teduh untuk menghadap Allah, dan mengucap syukur karena hari itu masih diberikan nafas kehidupan? Dengan materi dan kegiatan Pemahaman Alkitab yang sudah kita laksanakan, banyak hal yang seharusnya dapat kita renungkan. Memanggil keluarga untuk berkumpul, berinteraksi bersama, merasakan kehangatan kasih antar anggota keluarga ternyata sangat dibutuhkan, ditengah-tengah gempuran teknologi yang semakin mengasyikan. Kita ternyata masih perlu untuk saling memberikan nasehat dan peri-
ngatan kepada sesame anggota keluarga kita, untuk tidak melupakan Allah dan lebih mengutamakan kemajuan teknologi. Kita diingatkan agar seluruh anggota keluarga kita tidak melupakan Allah dan menjadikan kita lebih berbakti kepada teknologi sebagai allah lain. Selain itu kita juga dapat saling menasehati, dan membangun anggota keluarga kita sehingga keluarga kita yang tumbuh adalah keluarga yang taat dan takut akan Tuhan, bukan keluarga yang justru tumbuh mengikuti arus teknologi, sebagai pohon ipuh yang menghasilkan racun yang mempengaruhi keluarga-keluarga lainnya sehingga mereka melupakan Tuhan. Inilah wujud keluarga Kristen GKJ Joglo yang memiliki keinginan untuk bersama-sama berkumpul, saling memberikan nasehat dan arahan, kembali berikrar bersama-sama untuk tetap setia kepada Allah, serta menghasilkan keluarga yang bertumbuh, takut, dan taat kepada Tuhan. (J-Three) Catatan: Ipuh, ipoh atau upas (antiaris toxicaria) adalah sejenis pohon anggota “Familia” suku Moraceae. Pohon ini sangat terkenal karena “Lateks” getahnya sangat beracun, yang digunakan untuk meracuni mata panah.
SENTILAN Jika orang-orang suka bilang, “yukkk kita cari ‘pencuci mulut’ dulu!”, di mana ya bisa cari ‘pencuci otak’ supaya otak kita juga bersih dan bisa memproduksi kata-kata positif.
14
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
JENDELA UTAMA
MEMBUKA TABIR
RAHASIA KELUARGA DALAM TUHAN
D
alam kehidupan bermasya rakat, berbangsa, dan bernegara yang berkembang maju, seiring kemajuan peradaban manusia purba hingga era kemajuan peradaban dan budaya manusia yang kian modern. Hal ini ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia di negara mana pun berada. Apalagi jika berbicara mengenai teknologi komunikasi yang memberi kemudahan memperoleh informasi Pada umumnya, informasi diperoleh dari melihat, membaca, atau mendengar pemberitaan media cetak danatau media elektronika. Pemberitaan tersebut sangat luas ruang lingkupnya, antara lain meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, agama, dan lain sebagainya. Tentu, pemberitaan yang berkaitan kehidupan rumah tangga atau keluarga dari beberapa orang. Menyimak berbagai pemberitaan yang terkait dengan kehidupan rumah tangga atau keluarga dari berbagai kalangan, ada yang bernuansa positif, ada yang negatif. Yang bernuansa positif, pada umumnya masih dalam proses panjang serta masih merupakan harapan, misalnya berita keluarga muda
atau yang baru-baru berumah tangga. Biasanya menonjolkan sisi romantik dan janji-janji yang indah, seakan-akan tidak terjadi apa-apa di dalam kehidupan berumah tangganya. Sedangkan berita-berita rumah tangga atau keluarga yang berdampak atau berakibat negatif, juga tidak kalah serunya. Pada umumnya kurang memahami bahwa dalam keluarga pasti ada perbedaan dan dari waktu kewaktu tumbuh dan berkembangnya perbedaan justru makin nampak pada kepribadian atau karakter baik bagi istri maupun suami. Jikalau perbedaan ini dibiarkan atau bahkan dipelihara untuk tumbuh dan berkembang yang didorong oleh sifat egois pada diri suami dan istri, lama kelamaan akan menimbulkan sikap dan perilaku suami atau istri yang tidak jujur, tidak terbuka, kurang peduli sehingga menimbulkan kecurigaan, kecemburuan dan kurang percaya. Apabila masalah ini tidak mampu mengelola dengan baik, bahkan diperuncing dibenturkan pastilah menjadi konflik di dalam rumah tangga atau keluarga. Konflik rumah tangga atau keluarga yang masih terus berproses sangat berpotensi terjadinya kasus tindak pidana kekerasan rumah tangga, seperti suami
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
15
menganiaya istri, ayah menganiaya atau memperkosa anaknya sendiri, bahkan ada ayah dan ibu membunuh anaknya, dan semuanya ini berujung perceraian yang menghancurkan eksistensi sebuah keluarga atau rumah tangga. Berita seperti itu sangat memprihatinkan, dan memicu timbulnya pertanyaaan; mengapa bisa terjadi kasus tindak pidana kekerasan rumah tangga, dan bagaimana metode atau cara mengatasi dan mencari solusinya? Untuk menjawab pertanyaan dimaksud, perlu upaya membaca dengan cermat, mengkaji secara mendalam dan menganalisanya. Dalam kasus tersebut, terlihat kecil dan sempit ruang lingkupnya, tetapi sesungguhnya persoalan rumah tangga atau keluarga menjadi luas cakupannya karena melibatkan berbagai unsur latar belakang dari suami atau istri. Unsur latar tersebut yang menjadi lingkup persoalan meliputi budaya adat, psikologi, agama, dan hukum. Oleh karena dibedah berdasarkan hukum dan teologi. Untuk mengawalinya, perlu mengerti tentang bagaimana terbentuknya sebuah rumah tangga atau keluarga. Terbentuknya melalui proses pernikahan dan perkawinan, di mana seorang pria dengan seorang wanita melakukan ikatan lahir batin sebagai suami istri. Oleh karena itu, perkawinan mempunyai hubungan erat dengan ajaran agama atau kerohanian. Bahkan bagi ajaran Kristen, perkawinan adalah suci dan merupakan salah satu ibadah, mejalankan perbuatan yang dikehendaki Tuhan. Dasarnya adalah Firman Tuhan yang dinyatakan dalam Kitab Kejadian 16
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
2:24, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Firman ini ditegaskan kembali oleh Tuhan Yesus Kristus melalui Injil Matius 19:5,6, bahkan dalam perkawinan terlibat campur tangan Tuhan, sehingga apa yang sudah disatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia. Dengan demikian, perceraian itu adalah suatu perbuatan manusia yang mengkhianati dan melawan Tuhan. Perbuatan perceraian ini dipahami dan diimani mempunyai resiko luar biasa. Oleh karena itu bagi yang melakukan perceraian akan memperoleh pidana dari Tuhan, baik di dunia maupun akhirat. Perkawinan juga dapat diartikan menjalankan kehendak Allah untuk melakukan pengudusan agar jauh dari perselingkuhan dan percabulan. Perintah Tuhan agar hidup dalam penghormatan dan pengkudusan kepada seorang laki-laki diperintahkan untuk mengambil seorang perempuan menjadi istrinya sendiri. Perintah ini ada maksudnya, yaitu supaya tidak hidup atas perintah daging dan hawa nafsu seperti yang dilakukan oleh orangorang yang tidak mengenal Allah (I Tesalonika 4:3,4,5). Baik dari segi yuridis maupun teologi, hak dan kewajiban istri seimbang dengan hak dan kedudukan suami, di dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga juga di dalam pergaulan masyarakat. Keseimbangan hak dan kedudukan ini dimaksudkan agar segala sesuatu yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga dibicarakan, dibahas, dan dirundingkan dengan norma-nor-
ma keluarga dan menghasilkan mufakat bulat dalam menyelesaikannya. Secara teologis, suami, istri dan anak, mempunyai tugas pokok masing-masing, sebagai berikut: Pertama, suami wajib mengasihi istrinya sebagaimana Kristus mengasihi jemaat, dan telah menyerahkan diri-Nya bagi jemaat. Jadi posisi dan interaksi antara suami dengan istri digambarkan sama dengan posisi dan interaksi antara Tuhan Yesus Kristus dengan jemaat. Konsekuensi logis suami menjadi kepala istri sama dengan Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala jemaat. Posisi seperti ini harus dipahami oleh seorang suami dengan suatu keyakinan, bahwa Kristus adalah kasih tidak ada kekerasan, sehingga tidak ada suatu alasan apa pun seorang suami untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Jikalau seorang suami melakukan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga atau keluarga sama halnya melakukan pengkhianatan terhadap perintah dan ajaran Tuhan khususnya yang terkait posisi sebagai kepala istri yang sama dengan posisi Kristus sebagai kepala bagi jemaat. Kedua, seorang suami juga diwajibkan untuk mengasihi istrinya sama seperti mengasihi dirinya. Artinya, bahwa sesungguhnya di dunia ini tidak ada manusia yang membenci tubuhnya sendiri, yang ada justru semua orang termasuk seorang suami pasti mengasihi dirinya bahkan merawat dan mengasuh tubuhnya, begitu pulalah perilaku seorang suami mengasihi istri. Kemudian anak diwajibkan untuk mentaati dan menghormati nasihat orang tua atau ayah dan ibunya. Sebab kewajiban yang demikian ini, datang dan
asalnya dari ajaran dan perintah penting serta hal nyata dari janji Tunan supaya anak berbahagia dan panjang umur di bumi. Sebaliknya ayah dan ibu tidak boleh membangkitkan amarah di dalam hati anaknya, tetapi ayah dan ibu wajib mendidik dan mengajar anaknya sesuai ajaran dan nasihat Tuhan. Hal ini dapat dimengerti, karena kemarahan hati anak yang disebabkan oleh ketidakpedulian, ketidaksabaran, tidak mau mendengar, dan memposisiskan anak selalu salah berbahaya bagi masa depan anak dan berpotensi bagi anak untuk mencari kompensasi dan penyelesaian rumah dan lepas dari pembinaan dan kendali orang tua atau ayah serta ibunya. Paparan dan penjelasan singkat di atas sesungguhnya bagian kecil dari rahasia kehidupan rumah tangga atau keluarga yang diajarkan Tuhan yang masih tertutup oleh selubung atau tabir keinginan hawa nafsu, sehingga terkesan diabaikan oleh beberapa anakanak Tuhan jika dalam kehidupan rumah tangga atau keluarganya sedang dilanda perselisihan. Tabir tersebut perlu dibuka agar rahasia keluarga dalam Tuhan menjadi kelihatan nyata dapat dibaca, didengar, dan diimani supaya meperoleh daya mampu untuk mengimplementasikan dalam kehidupan rumah tangga atau keluarga dan menjadi solusi terindah dalam mengatasi terjadinya perselesian dan konflik kehidupan rumah tangga atau keluarga.
Jakarta, 20 Oktober 2014 (Suroso)
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
17
RENUNGAN
MENYEDIAKAN DIRI SEBAGAI
RAHIM BAGI ALLAH Injil Lukas 1:41-45 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.”
P
eristiwa Natal memang tidak disebutkan di dalam Alkitab. Namun peristiwa Natal menjadi salah satu perayaan penting bagi umat Kristiani. Bukan karena kemeriahannya. Tetapi karena makna yang terkandung dalam peristiwa tersebut. Melalui peristiwa Natal kita diingatkan kembali akan 18
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
kemurahan Tuhan yang berkenan hadir ditengah manusia. IA yang adalah Allah berkenan mengosongkan diri, menjelma atau nitis dalam rupa manusia. Dalam proses realisasi kasih Allah atas manusia itu, ada tokoh ‘di balik layar’ yang mendapat peran penting namun seringkali tidak terperhatikan dengan sungguh. Allah yang ‘nitis’ itu, memerlukan jalan atau wadah agar dapat hadir sebagai manusia seutuhnya. Sebagaimana sebelum manusia berada di dunia, ia berada di dalam rahim ibunya. Demikian pula, ‘rahim’ Maria dipilih Tuhan sebagai tempat bagi bayi Yesus. Selain Maria, ada juga perempuan lain yang rahimnya dipakai Tuhan untuk mempersiapkan kehadiran Yesus, yaitu Elizabeth. Rahim yang dinyatakan mandul oleh manusia dan rahim seorang adiyuswa, dipilih Tuhan untuk menjadi tempat berdiam Yohanes Pembaptis, ia yang menyerukan pertobatan menyongsong kehadiran Yesus. Rahim Maria, yang semula kosong diisi oleh Allah. Sehingga Allah dapat berada di antara manusia, bersama manusia, menyatakan keselamatan yang dijanjikan-Nya. Kita pun bisa menjadi seperti Maria
dan Elizabeth; menjadi ‘rahim’ bagi Allah. Bukan ‘rahim’ dalam arti kandungan tempat tinggal seorang bayi sebelum ia hadir di dunia. Namun ‘rahim’ dalam arti ‘tempat bagi Allah untuk hadir diantara manusia’. Kita mengosongkan diri sehingga tubuh kita dan hidup kita menjadi tempat bagi Allah untuk berdiam (bdk. Filipi 2:5-7). Kita menjadi tempat bagi Allah untuk berada diantara manusia, yaitu orangorang yang berada di dekat kita. Hidup kita, tutur kata, perbuatan dan pemikiran kita menjadi ‘wadah’ bagi Allah untuk ‘nitis’ sehingga dapat disaksikan oleh manusia. Untuk kita, kita perlu menyediakan diri sebagai ‘rahim Allah’. Perlu menjaga tubuh dan kehidupan kita, sehingga layak bagi Tuhan. Kata ‘rahim’ memiliki arti penyayang, berbelas kasih atau berbela rasa. Menyediakan diri sebagai rahim bagi Allah berarti memiliki sifat dasar hidup
yang mau berbela rasa, penyayang dan kasih. Bukan hanya kepada orang lain, tetapi juga kepada diri sendiri. Berbela rasa terhadap tubuh adalah salah satu bentuk konkrit untuk menyediakan diri sebagai rahim Allah. Menjaga kesehatan tubuh, memberi waktu bagi tubuh untuk beristirahat, kontrol kesehatan, mengukur kemampuan tubuh dan merawatnya untuk kesehatan adalah wujud kepedulian kita dalam menjaga diri untuk dipakai Tuhan. Mengelola kehidupan rohani juga bagian dari mempersiapkan diri untuk menjadi ‘rahim Allah’. Dalam kehidupan rohani yang baik, akan terpancar sifat-sifat penyayang, kasih dan bela rasa sebagaimana Kristus Yesus pun memilikinya. Mari kita menyediakan diri untuk menjadi ‘rahim’ bagi Allah, jalan bagi Allah untuk hadir di antara umat manusia. Amin. (Marya)
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
19
CAKRAWALA
BERJUANG UNTUK MERASAKAN KEHADIRAN TUHAN
W
alau terlahir sebagai kristiani, harus saya akui bahwa saya bukanlah penganut Kristiani yang “taat” seperti jemaat kebanyakan. Parah. Jangankan kegiatan “ritual” yang lain, bahkan paling banter hanya dua kali saja dalam sebulan saya ikut ibadah Minggu. Saya dulu juga macem serupa “kutu loncat” karena bahkan mungkin sudah belasan “sekte denominasi” gereja saya ikuti ibadahnya. Mengapa saya menjadi macem serupa “kutu loncat” begitu? Bagi saya, sebagai salah satu dari sekian banyak jemaat, saya hanya ingin merasakan “dekat” dengan Tuhan yang selalu dikatakan oleh para pengkhotbah di atas mimbar sebagai penuh kasih, penuh berkat dan penuh janji-janji yang lain. Karenanya, saya begitu “haus” untuk dekat dengan Tuhan, saya selalu mencari dan ingin tahu bagaimana supaya bisa dekat dengan Tuhan, itulah yang membuat saya selalu berpindah dari denominasi satu ke denominasi gereja yang lain karena saya merasa belum mendapatkan jawaban. Saya terkadang berpikir, bagaimana dengan jemaat yang berpendidikan biasa saja, wong saya yang berpendidikan sarjana saja jarang bahkan begitu ter-
20
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
amat jarang bisa mendapatkan jawaban dari para pengkhotbah mengenai tata cara supaya bisa dekat dengan Tuhan karena khotbahnya selalu dipenuhi kalimat “retorika” yang begitu panjang muter-muter dan sulit dimengerti yang ujung-ujungnya hanya menuntut kegiatan atau acara “fisik” berupa “ritual” yang nyata-nyata dibenci oleh Yesus sendiri ketika Dia hadir dalam suatu peristiwa di mana Dia mengkritik keras beberapa perempuan yang justru sibuk melayani dan bukan mendengarkan pengajaran-Nya. Karena rasa “haus” saya akan Tuhan lantas saya berusaha mencari tahu, apakah saya harus berdoa seperti cara yang dilakukan para pengkhotbah berdoa? Dari “sekte-sekte” yang saya ikuti, ada pengkhotbah yang berdoa sambil menyanyi, ada yang sambil mengutip satu ayat bahkan beberapa ayat Alkitab sekaligus dalam doanya, yang pasti mereka selalu ada menyebut nama warga jemaat yang sakit (saya selalu bertanyatanya dalam hati: bagaimana bila suatu saat ada setengah jumlah warga jemaat yang sakit karena ada wabah atau pageblug?, waktu ibadah akan habis hanya untuk menyebut ratusan nama-nama mereka!), ada pengkhotbah yang berdoa
tiga menit, lima menit, sepuluh menit, bahkan belum lama ini saya pernah hampir tertidur karena pengkhotbah berdoa ngelantur sampai hampir lima belas menit! Mengapa berdoa harus bertele-tele? Apakah Tuhan sebegitu sibuknya ngurusin negara-negara di Timur Tengah yang bergolak tiada henti sehingga pengkhotbah kuatir Tuhan akan lupa pada kita sehingga kita mesti berdoa dengan begitu mendetail dan bertele-tele seperti dosen mengajar muridnya di kelas agar Tuhan mudah memahami doa kita? Bahkan dahulu saya juga beberapa kali ikut ibadah hari Minggu di denominasi gereja lain yang ritual ibadahnya bisa memakan waktu sampai 4-5 jam dalam satu ritual ibadah! Tapi saya tetap belum mendapatkan jawaban. Kadang-kadang gereja dari denominasi apapun, mengadakan KKR atau “retret” bagi jemaatnya pada waktuwaktu tertentu, semua upaya itu dilakukan semata karena agar jemaat selalu dekat dengan Tuhan. Apakah semua upaya tersebut selalu berhasil? Tentu sulit menjawabnya, karena hubungan kita dengan Tuhan adalah rahasia pribadi kita, namun jujur, saya belum dapat merasakan semua sentuhan Tuhan secara pribadi yang selama ini saya kejar, hingga pada suatu hari pada tahun 2005*), saat mana ketika tahun-tahun itu saya begitu malas ke gereja entah sudah berapa lama karena ketika itu saya sendiri bingung mesti ikut ibadah di gereja yang mana. Hari sabtu di bulan Juli sepulang kerja di tengah hari saya mendapatkan
anak laki-laki saya yang ketika itu berusia 2 tahun tergeletak terlelap di lantai, ketika saya pegang jidatnya panas banget, yang ternyata telah menyentuh angka 41,5 derajat celcius! Walaupun saya seorang paramedis, namun saya tetap panik, karena bila naik satu level
Hari sabtu di bulan Juli sepulang kerja di tengah hari saya mendapatkan anak laki-laki saya yang ketika itu berusia 2 tahun tergeletak terlelap di lantai, ketika saya pegang jidatnya panas banget, yang ternyata telah menyentuh angka 41,5 derajat celcius! Walaupun saya seorang paramedis, namun saya tetap panik, karena bila naik satu level lagi otak anak saya akan rusak!
lagi otak anak saya akan rusak! Bila dilarikan ke RS atau mencari Panadol atau Proris suppose pasti makan waktu dan belum tentu bisa nguber waktu yang mengejar saya. Otak saya mandek! Pikiran kosongblong, tidak ada yang saya pikirkan kecuali apa yang bisa saya lakukan untuk anak saya. Nol! Lantas saya tersungkur, bersujud di lantai di sebelah
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
21
anak saya, air mata menetes perlahan sambil terisak saya berucap lirih, “Ya Yesus bila memang dalam keluarga ini mesti ada yang sakit, biarlah saya yang menanggungnya, jangan anak saya. Tuhan saya siap sekarang juga.” Detik berikutnya saya puyeng, tergeletak dan tidak bisa mengontrol anggota gerak kiri, mulut bleweran ludah, namun saya bersukacita luar biasa karena untuk pertama kali dalam seumur hidup, doa saya langsung dijawab Tuhan! Lantas saya berusaha menggapai jidat anak saya dengan tangan sebelah, dan benar saja, anak saya sudah adhem! Saya sangat bersyukur dan bersuka cita karena saya bisa menggantikan anak saya dan “kegilaan” saya ternyata menabrak semua “rumus” medis, karena saya baru mau ke RS setelah empat hari kemudian, dan gilanya lagi, ternyata pada MRI ditemukan akumulasi penumpukan darah sebanyak 26ml! Ya, saya ternyata dapat serangan stroke haemoragic, pembuluh darah otak saya telah pecah empat hari yang lalu tanpa pertolongan medis apapun! Lima hari di RS lantas dua minggu kemudian saya sudah normal kembali! Ini pun juga telah menabrak semua rumus medis! Ternyata selama ini Tuhan begitu dekat dengan saya, cuma saya belum menemukan bagaimana supaya bisa berkomunikasi dengan Dia. Butuh waktu yang lama bagi saya untuk “memahami” semua yang saya alami di atas. Lantas saya sadari bahwa
22
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
ternyata Tuhan akan hadir bila kita mampu memenuhi syarat kehadiranNya, yaitu bila kita mampu “mengosongkan” semua kepentingan dunia ini dengan lurus hanya mengarah pada Tuhan saja dan hanya memiliki kasih “agape” sebuah kasih tanpa pamrih, rela menyerahkan diri demi orang lain! Namun, kebanyakan orang pada lupa bahwa kedekatan kita dengan Tuhan itu benar-benar merupakan relasi yang sepenuhnya begitu pribadi secara vertikal sekaligus horizontal terhadap sesama dalam bentuk kasih agape. Ketika dua hal ini bergabung menjadi satu tanpa halangan, ternyata Tuhan hadir dan akan memberi apapun yang kita inginkan tanpa perlu doa yang panjang bertele-tele dan sebegitu detail hingga terkesan “mengkuliahi” Tuhan dan bikin jemaat tertidur pulas. Kita harus puas dengan merasakan kehadiran Tuhan walau pun tidak dapat melihat-Nya, bukankah siapa pun yang melihat-Nya justru malah akan mati? (Keluaran 33:20). (Tjamboek Berdoeri)
*)
Saya tercatat bergabung dengan GKJ Joglo kalo tidak salah sekitar tahun 2011, dan bahkan hingga kini pun masih belum mampu menjadi jemaat yang “taat” karena belum mampu hadir di setiap ibadah Minggu. (mohon pembaca jangan meniru saya).
CAKRAWALA
KETIKA SAYA, KAMI DAN KITA MENGUCAPKAN
BAPA KAMI YANG DI SORGA
S
etidaknya, setiap kebaktian hari Minggu, “Doa Bapa Kami” selalu diucapkan bersama-sama oleh jemaat. Bahkan dapat dikatakan, dalam kehidupan gereja dan bergereja umat Kristen sepanjang abad, Doa Bapa Kami merupakan doa yang diutamakan. Bagi
anak orang Kristen, sejak kanak-kanak biasanya diajarkan kepada mereka. Oleh karenanya, ”Doa Bapa Kami” adalah doa yang paling dikenal sepanjang abad, -selalu diucapkan-, sehingga sangat hafal dan menjadi hafalan juga, diucapkan dengan amat lancar secara otomatis yang
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
23
kadang-kadang dengan kecepatan tinggi. Kalau sudah demikian, akibatnya bagi sebagian orang Kristen menjadi kehilangan makna dan juga isi teologisnya kurang. Malahan sering makna dan isi teologisnya tidak diperhatikan dan atau dilupakan sama sekali. Sampai-sampai ada juga orang Kristen yang menjadikan Doa Bapa Kami sebagai “rapal” (ucapan mantera) sebelum melakukan apa yang ingin ia lakukan. Tindakan dan memaknai Doa Bapa Kami seperti itu sangat disayangkan, karena merendahkan nilai doa itu, sehingga tidak membawa kepada terang tetapi menuju ke kegelapan. Dengan mengingat bahwa hakekat doa adalah suatu cara bagi orang beragama untuk mengungkapkan dan menghayati hubungannya dengan Allah. Khusus bagi orang Kristen, doa itu mempunyai keistimewaan, yaitu bahwa doanya adalah merupakan cara untuk mengungkapkan atau menghayati hubungan manusia dengan Allah berdasarkan penyelamatan Allah yang dilaksanakan oleh Tuhan Yesus Kritus. Itulah sebabnya doa orang Kristen dipanjatkan di dalam nama Tuhan Yesus Kristus (Lihat “Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, dikenal dengan PPAGKJ, pertanyaan nomor 247 dan 248 ). Dimulai dengan permohonan seorang murid Tuhan Yesus, “Tuhan, ajarlah kami berdoa…” (Lukas 11:1) yang dapat ditegaskan, “Tuhan, ajarlah kami bagaimana kami harus berdoa…” Kemudian Tuhan Yesus mengajarkan yang kita kenal dengan “Doa Bapa Kami” tersebut, seperti tertulis di Matius 6: 924
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
13 dan juga Lukas 11:2-4. Doa yang diajarkan sederhana, tetapi setiap kata dan kalimatnya penuh makna, untuk mengungkapkan dan menghayati hubungan manusia dengan Allah yang benar atau yang seharusnya. (Ini kemudian kata-NYA) Karena itu berdoalah demikian, “Bapa kami yang di sorga…” Kata pertama untuk memanggil/menyebut/menyapa Allah, bukan YHWH/TUHAN atau pun Elohim Allah yang dirasakan sangat jauh jaraknya, tetapi Tuhan Yesus memakai kata, “Bapa”. Dengan kata Bapa itu sendiri sudah menyatakan disamping kedekatan atau adanya keakraban tapi juga ada rasa melindungi. Sehingga ketika disebutkan Bapa kami, benar-benar menyatakan adanya hubungan yang akrab antara seorang bapa dengan anak-anaknya yaitu semua orang percaya. Dengan demikian semua orang percaya (kita ini) merupakan anak-anak dari satu Bapa adalah satu keluarga besar. Keluarga besar tidak hanya di GKJ Joglo dan/atau hanya GKJ saja, tetapi harus menunjukkan adanya satu ikatan persaudaraan yang erat seantero orang-orang percaya di seluruh dunia dengan menembus batasbatas kebangsaan, bahasa, latar belakang budaya dan lain sebagainya. Dengan menyebut, “Bapa kami”, akan memicu semua orang percaya mempunyai satu bahasa iman dan satu pengabdian terhadap satu Bapa itu, sehingga menjadikan (mempunyai akibat) adanya rasa kesatuan dan persatuan, kerja sama, saling memperhatikan dalam satu persekutuan iman
yang hidup. Dengan demikian ada kesediaan untuk membagi suka-duka bersama, memperhatikan penderitaan yang dialami oleh sesama saudara yang jauh maupun yang dekat dalam doa-doa yang kita panjatkan. Lebih dari itu, kita semua dapat bersama-sama mempunyai tekad, untuk mematuhi pesanpesan-Nya untuk mengabdi, mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Kata-kata berikutnya, “yang di sorga”, adalah kata-kata lanjutan. Meski pun dengan sebutan Bapa itu menjadikan hubungan yang akrab antara Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya, hal yang demikian tidak menjadikan Tuhan sebagai Alkhalik yang menguasai seluruh ciptaan-Nya, kemudian dilecehkan kemuliaan dan kebesaran-Nya, tidak. Sebutan “yang di sorga” memang menunjukkan bahwa Tuhan Allah, Alkhalik, yang adalah Bapa kita itu adalah Yang Mahatinggi, Mahabesar dan kita adalah manusia ciptaan-Nya, masih hidup di dunia (yang juga pernah memberontak-Nya). Ketika kita menyadari seperti itu, maka dengan kerendahan hati tetap mengakui bahwa sebenarnya kita tidak layak untuk menyapa Alkhalik itu dengan “Bapa”. Tetapi syukurlah, sejak Perjanjian Lama, yang memperlihatkan bagaimana sejarah manusia terlihat selalu tidak setia/membrontak kepada Sang Alkhalik, tetapi tetap bersedia disebut sebagai Bapa (Ulangan 32:6; Mazmur 103:13; Yesaya 63:16 dan lain-lainnya). Atas kesetiaan Sang Alkhalik untuk tetap bersedia menjadi Bapa itulah, maka diutus-Nya Anaknya Yang Tunggal itu
untuk menebus, mencari tanpa lelah para anak-anak-Nya, yang selalu “melupakan”, “menjauhkan diri”, “tidak mau mengabdikan diri kepada Sang Alkhalik” dan sebagainya, yang kemudian menjadi terasing dari Bapanya. Tetapi IA tetap menjadi Bapa kita. Biarlah sapaan, “Bapa kami yang di sorga…” menjadikan kita merasa akrab dengan Sang Alkhalik di tempat Yang Mahatinggi dan Mahajauh itu, benarbenar menjadi dekat dan mengeratkan hubungan Sang Pencipta dengan ciptaan-Nya tanpa melecehkanya yaitu dengan menjadikan Doa Bapa Kami hanya suatu hafalan formula yang diucapkan dengan cepat tanpa dihayati maknanya, bahkan merendahkan nilainya menjadi “rapal” atau “mantera.”
Sumber-sumber: 1.
Alkitab Edisi Studi-LAI Cetakan Ke 2 Tahun 2011
2.
Iman Kristen-Dr. Harun Hadiwojono, BPK Gunung Mulia Cetakan Ke-12 Tahun 1999.
3.
Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005- Sinode GKJ
4.
Doa Bapa Kami-Pdt. S.H. Widyapranawa, Ph.D. Cetakan Pertama TPK Tahun 2011.
5.
Pedoman Penafsiran Alkitab Injil MatiusLembaga AlkitabIndonesia dan Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia Edisi kedua Tahun 2008.
6.
Pedoman Penafsiran Alkitab Injil LukasLembaga Alkitab Indonesia dan Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia Edisi Pertama Tahun 2005.
(Sri Sampurna)
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
25
CAKRAWALA
ADIYUSWA MENYONGSONG MASA ADVEN DALAM KEBAKTIAN
K
angen adalah perasaan yang timbul ketika sudah “lama” tidak bertemu dengan seseorang yang dapat masih saudara, teman dan lain sebagainya. Dari kangen itulah timbul ingin bertemu dengan seseorang tersebut, sebagai ”obat” kangen. Bertemu tentu tidak saja bertatap muka, tetapi jaman sekarang dapat dengan telpon, sms, facebook dan macam lainnya yang dapat ditempuh. Di kalangan Adiyuswa, timbul rasa kangen terhadap sesama Adiyuswa yang disebabkan lama tidak berjumpa. Misalnya, setidaknya pada setiap hari Minggu, satu sama lain dapat berjumpa. Tetapi ada dua minggu saja tidak bertemu di kebaktian minggu saja tentu akan ditanyakan. Kenapa sudah dua minggu tidak kelihatan ke gereja, sakit atau ada masalah lainnya? Pertanyaan tidak hanya dalam satu masalah saja. Para Adiyuswa (semuanya) merasa kangen bertemu itu antara lain untuk curhat, untuk menceriterakan hal-hal yang sudah berlalu sekian tahun yang lalu waktu melakukan kegiatan bersama dan hal-hal lain yang dapat menjadikan para Adiyuswa tertawa bersama dan lain sebagainya.
26
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
Selain itu juga saling “garap-garapan” bukan karena kebencian tetapi untuk membuat suasana lebih meriah dan gembira. Dalam bergembira, sampai-sampai tidak ingat bahwa usianya sudah lanjut. Keadaan seperti itulah yang menjadikan para Adiyuswa menjadi “AWET TUA”. Artinya sudah tua tapi masih awet ada. Karena timbul rasa kangen itulah ketika Komisi Adiyuswa terbentuk maka disusunlah rencana kegiatan temu kangen disamping kegiatan unggulan Adiyuswa yaitu Kegiatan Kunjungan ke Warga Adiyuswa yang “lama” tidak kelihatan ke gereja, atau yang sakit. Kunjungan biasanya hanya diikuti oleh pengurus saja. Sedangkan temu kangen diperuntukan bagi seluruh warga Adiyuswa. Temu kangen pada mulanya diadakan dua atau tiga bulan sekali di gedung
gereja, kemudian dirubah menjadi jangka waktu yang sama tapi disatukan dengan jadwal kunjungan ke warga Adiyuswa yang dapat menerima sebagai tempat pertemuan dengan jumlah banyak. Pada perkembangan selanjutnya, temu kangen tersebut dilaksanakan di luar kota Jakarta. Jadi ada unsur tamasyanya. Berkembang kemudian dilaksanakan di luar kota Jakarta di hubungkan dengan Paskah. Jadi temu kangen tidak hanya berkangen-kangenan, tetapi utamanya merayakan Paskah yang adalah Hari Kebangkitan dan Hari Kemenangan Kristus bagi umat manusia. Karena kemudian Paguyuban Adiyuswa Sinode GKJ mengadakan Perayaan Paskah Se- Sinode setiap dua tahun sekali, maka kemudian temu kangen yang keluar kota tersebut diubah pelaksanaannya yaitu pada setiap minggu terakhir sebelum Minggu Adven Pertama. Tahun 2014 ini diadakan dua minggu sebelum Minggu Adven Pertama karena pada minggu akhir November ada GKJ Expo di Senayan dalam rangka Ulang Tahun Sinode GKJ. Memang temu kangen Adiyuswa yang biasanya dilaksanakan satu minggu sebelum Minggu Adven Pertama diadakan pada hari Sabtu berangkat pagi pulang sore. Tetapi ketika komisi KPWG menganggarkan agar temu kangen Adiyuswa dapat diadakan dua hari yaitu berangkat hari Jumat dan pulang hari Sabtu, maka temu kangen tersebut berselingan pelaksanaannya yaitu: tahun A hanya satu hari saja dan tahun B dilaksanakan dua hari dan seterusnya.
Semua acara yang dilakukan di luar kota, khotbahnya “dipentaskan” oleh para Adiyuswa sesuai dengan tema. Adapun temanya disesuaikan dengan tema natal dari GKJ Joglo. Ada kalanya tema diambil pada tema tanggal 25 Desember tapi untuk tahun ini diambil tema pada Minngu Adven Pertama. Tema tahun ini adalah, “MENSYUKURI KERAHIMAN ALLAH DENGAN PERBUATAN NYATA DALAM KESETIAAN.” (I Korintus 1:4-9). Sedangkan sub tema, “MEMELIHARA SEMANGAT/ JIWA MUDA PADA MASA TUA.” Kali ini, pelaksanaannya direncanakan pada hari Jumat dan Sabtu tanggal 21-22 November 2014 bertempat di SLDC Sentul karena KPWG tahun ini telah menganggarkannya. Acara dimusyawarahkan antara KPWG dan Komisi Adiyuswa. Di samping kebaktian pembukaan ada dua sesi ceramah atau uraian yang pertama, “MENSYUKURI KERAHIMAN ALLAH DENGAN PERBUATAN NYATA DALAM KESETIAAN.”` dibawakan oleh Pdt. Em. Nugroho Adhi dan yang kedua, “MEMELIHARA SEMANGAT/JIWA MUDA PADA MASA TUA.” dibawakan Pdt. Andreas Untung Wiyono dari GKJ Tanjungpriok yang juga Ketua Umum Bapelsin. Demikianlah gambaran mengapa Adiyuswa ketika mengadakan acara menyongsong masa adven dalam kebaktian.
(Sri Sampurna)
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
27
BERITA KOMISI
DIMERDEKAKAN UNTUK MELAYANI (KOMISI KESAKSIAN DAN PELAYANAN-KESPEL)
69 Tahun Kemerdekaan Indonesia mengingatkan kita tentang tahun pemeliharaan Tuhan, seharusnyalah kita makin setia dalam memenuhi panggilan sebagai Gereja di tengah Pembangunan Bangsa Indonesia.
D
alam rangka HUT RI 69, GKJ Joglo yang tergabung menjadi anggota Kelompok Kerja Pelayanan Lembaga Pemasyarakatan (POKJA PLP)–PGI bersama anggota lainnya (GKI Pondok Indah, GKI Cipinang Indah & GKP Rehoboth Jatinegara), pada hari Sabtu, tanggal 23 Agustus 2014 telah mengadakan acara Kunjungan ke LP Tiga Raksa–Tangerang. (kunjungan sebelumnya dilaksanakan dalam rangka Paskah di LP Wanita Tangerang pada tanggal 10 Mei 2014) Kita patut bangga dan bersyukur bahwa di tengah-tengah kesibukannya Bp. Priyo Utomo, Ibu Ina Bugo, Ibu Ririn, Bp. Sumardjo, Bp. Sri Bugo S & Bp. Suyanto, masih bisa meluangkan waktu melayani untuk Tuhan. Perjalanan + 2 jam, dengan jalanan yang sempit, belokan tajam, rusak, na28
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
mun berkat kelihaian driver kita (Pak Priyo) dan atas bimbingan Tuhan, akhirnya pukul 9.30 rombongan tiba di lokasi. Kemudian tepat pukul 10.00 acara Ibadah dimulai. MC (Ibu Ina) membuka pengantar dimulainya ibadah dengan Doa & Puji-pujian Ibadah dipimpin oleh Pdt. Lusie Sia Panjaitan (GKI Pondok Indah), pelayanan Firman Tuhan diambil dari Galatia 5:13, yang berbunyi: Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. Dalam kotbahnya beliau menanyakan kepada warga binaan, apakah kita sudah merdeka? Dengan spontan warga binaan menjawab bahwa mereka belum merdeka karena masih terbelenggu dalam LP, memang betul secara duniawi mereka belum bebas, banyak hal yang tidak dapat mereka lakukan dalam LP, namun kemerdekaan sejati adalah karena kita telah diselamatkan/dibebaskan melalui karya Penyelamatan Allah dalam diri Tuhan Yesus Kristus yang rela berkorban dan mati di kayu salib untuk menebus dosa kita semua.
Atas Firman itulah warga binaan menyadari, meski pun mereka belum bebas (duniawi), tapi mereka bersyukur bahwa Allah masih memberikan kesempatan untuk bertobat secara total, dan di manapun tempatnya kita dapat melayani untuk Tuhan. Seusai ibadah, dilanjutkan dengan ramah tamah dan juga ditampilkan puji-pujian baik dari warga binaan mau pun dari POKJA PLP, tak lupa diserahkan juga bantuan dana kepada pengurus Gereja LP, meski pun tidak seberapa
jumlahnya, namun sangat bermanfaat untuk pelayanan di sana, dan mereka berharap tidak hanya sampai di sini saja tetapi akan terus berlanjut. Acara Kunjungan di tutup dengan foto bersama dan dilanjutkan dengan kunjungan ke stand hasil karya warga binaan, waktunya ibu-ibu belanja sayur-sayuran (hasil cocok tanam warga binaan). Sekitar pukul 14.00 rombongan GKJ Joglo telah tiba dengan selamat di Gereja dengan oleh-oleh bayam dan terong. (Suyanto Nugroho)
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
29
BERITA KOMISI
BAKTI SOSIAL 2014 DI WILAYAH GKJ PURBO
Y
ayasan Melati Joglo adalah sebuah organisasi non profit dengan salah satu tujuannya membantu masyarakat di bidang kemanusiaan, dalam bentuk kesehatan, pendidikan, pembangunan fasilitas umum dan pemberian bahan kebutuhan pokok. Dalam masyarakat kita menemukan fakta kemiskinan dan tingkat kemakmuran yang belum merata, tingkat pengangguran yang relatif tinggi juga kesadaran akan pemeliharaan kesehatan
30
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
yang masih rendah. Untuk itu diperlukan usaha dari semua pihak untuk dapat saling membantu, bukan semata menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah saja. Yayasan Melati Joglo tergerak untuk ambil bagian dalam kerja nyata itu dalam bentuk “Bakti Sosial (Baksos) Pengobatan Gratis”. Kami berharap, hal kecil yang akan kami lakukan ini dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat kurang mampu yang membutuhkan. 3 tahun terakhir Yayasan Melati Jo-
glo telah melakukan aksi Bakti Sosial Pengobatan Gratis pada: 1. Tanggal 2 Juli 2011 di Wilayah GKJ Muntilan, Jawa Tengah dengan jumlah warga yang berobat sebanyak 444 orang. 2. Tanggal 20 Oktober 2012 di wilayah blok Rehoboth, desa Jaya Mulya, kec. Kroya, Indramayu dengan jumlah warga yang berobat sebanyak 543 orang. 3. Tanggal 15 Desember 2013 di wilayah GKJ Pepanthan Pengaringan, desa Pengaringan, Kec. Pejagoan, Kabupaten Kebumen, dengan jumlah pasien yang berobat adalah maksimal sebanyak 60 orang. BAKSOS 2014 kali ini memilih tempat baru dengan tujuan yang sama yaitu membantu masyarakat yang kurang mampu di bidang kemanusiaan secara gratis: penyuluhan kesehatan, pemeriksaan kesehatan umum dan pemeriksaan kesehatan gigi. Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama dengan warga jemaat GKJ Purbo, Pekalongan yaitu pada: Hari Minggu, 16 November 2014, pukul 09.00 s/d 14.00 WIB, bertempat di GKJ Purbo Dusun Purbo, Kelurahan Jolotigo, Kecamatan Talun Kabupaten PekalonganKajen, Jawa Tengah.
KEBERANGKATAN ROMBONGAN Hore..!, akhirnya datang juga bus yang telah dinanti-nantikan setelah + 1.5 jam rombongan menunggu sejak Jumat malam pukul 24.00 (12 malam), di GKJ Joglo. Dan pada pukul 1.30 dini hari, Sabtu, 15 November 2014 rombongan baru berangkat menuju lokasi. Rasa kantuk sudah tidak dapat ditahan lagi, rombongan lelap tertidur di kursi bus yang telah tersedia, dan wajahwajah terlihat lelah serta lesu. Rombongan peserta baksos sebanyak 28 orang dengan komandan pasukan Ibu Erry Untung, sekitar 10 jam perjalanan sampailah di kota Pekalongan (sekitar pukul 13.00). Rasa lapar kami terobati dengan menyantap makan siang di RM bu Leman, mantap dan mak nyus. Halo, halo..! instruksi komandan sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi Baksos, pasukan diberi kesempatan se-
BENTUK KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN • Pemeriksaan Umum • Pemeriksaan lab. sederhana • Pemeriksaan Gigi No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
31
kitar 2 jam untuk berwisata batik, waktunya pasukan bedah koceknya masingmasing, dipilih-dipilih, BUNGKUS !!! Sekitar pukul 16.00 bus tiba di lokasi penjemputan yaitu di pasar Pandan Sari dengan jarak tempuh sekitar 10-15 km (60 menit) dari GKJ Purbo. Tim penjemputan yang terdiri dari bapak-bapak majelis GKJ Purbo sudah siap di lokasi, pergantian kendaraan harus dilakukan karena jalanan yang sempit yang tidak memungkinkan untuk dilalui bus besar, rombongan harus memindahkan semua barang bawaannya dari bus ke mobil colt/doplak, 4 mobil colt (1 colt terbuka, 3 colt tertutup) telah tersedia. Sesuai dengan instruksi komandan, kami harus tiba di lokasi sebelum pukul 17.00 agar tidak kemalaman dan dapat melakukan persiapan untuk Baksos esok hari. Eeh... weleh-weleh, di tengah perjalanan salah satu mobil mogok. ”Aku ra popo!”, celetuk salah seorang ibu. katanya aku ra popo... ha... ha... wkwk, geer, kemudian keluar deh... asap mengepul dari tempat duduk sopir, kepanikan pun terjadi, semua bergegas keluar dari mobil., dengan santainya pak sopir yang notabene adalah ketua majelis mengatakan, “Tenang saja, gak pa pa kok dan ini juga sering terjadi., Hah..!? Tidak berapa lama semua penumpang telah berpindah ke mobil lain yang kebetulan sedang lewat. Sesuai dengan rencana awal, akhirnya rombongan sampai di lokasi baksos sekitar pukul 17.00, di mana Lokasi Baksos ini berada pada ketinggian sekitar 400 km dari permukaan air laut, tepatnya di wilayah GKJ Purbo. 32
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
Sesampai di lokasi waktunya kami berbenah diri, istirahat dan mandi, penginapan rombongan berada di rumah warga jemaat yang dekat dengan lokasi baksos. Airnya adalah air alami, yang langsung dialirkan dari mata air menuju ke setiap rumah dengan menggunakan selang, suhu terasa dingin, dan peserta menghabiskan waktu bersama-sama. Setelah makan malam yang telah disediakan oleh ibu-ibu jemaat GKJ Purbo sekitar pukul 19.00, kami berkumpul di gereja untuk rapat koordinasi sekaligus perkenalan antara peserta rombongan tim Baksos dengan majelis GKJ Purbo yang dipimpin oleh Bapak Bowo Irianto (ketua majelis GKJ Purbo). Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan rencana kegiatan Baksos yang disampaikan oleh Dr. Krisman Hutadjulu. Pertemuan selesai sekitar pukul 21.00, dan dilanjutkan tidur. PELAKSANAAN BAKTI SOSIAL Hari Minggu pun tiba (16 Nov 2014), Ibadah umum yang biasanya dilaksanakan pukul 9.00 pagi dimajukan menjadi pukul 7.00 pagi. Sejak pagi, sudah terlihat jemaat berdatangan menuju gereja. Dikarenakan bertepatan dengan adanya Perjamuan Kudus, sebagian peserta Baksos sebelum ke Gereja berkumpul untuk pendadaran yang dipimpin oleh Wakil ketua Majelis GKJ Joglo (Bp. Widyo Prayogo). Tepat pukul 07.00 kebaktian dimulai yang dipimpin oleh Bapak Pdt. Alfius Sokidi, yang dihadiri sekitar 200 orang jemaat GKJ Purbo. Gedung gereja dipenuhi jemaat, bahkan banyak juga
yang harus duduk di luar gereja. Lebih menarik lagi, di sela-sela kebaktian, para remaja GKJ Purbo mempersembahkan pujian dengan vokal group-nya. Kami pun sempat dibuat terkejut oleh Bapak Pendeta yang mengatakan bahwa tim baksos akan mempersembahkan satu lagu pujian, ”Kapan kami berlatih?”, pikir kami. Puji Tuhan, ternyata tim baksos kita tak kalah sigap dan kami bisa mempersembahkan satu lagu pujian. Setelah Ibadah selesai, dilanjutkan dengan acara Penyuluhan Kesehatan. Sebelum dimulainya penyuluhan kesehatan, sebagai tanda kasih Yayasan Melati Joglo mempersembahkan 1 buah LCD & layar kepada GKJ Purbo, LCD diserahkan oleh Bapak Agus Witjaksono (Ketua Yayasan) dan diterima oleh Ketua Majelis GKJ Purbo Bapak Bowo Irianto. Rasa syukur dan terima kasih disampaikan oleh pak Bowo, karena selama ini mereka mengidam-idamkan LCD dan akhirnya harapan tersebut terkabul. Penyuluhan kesehatan dibawakan oleh Bp. Dr. Krisman Hutadjulu dan sebelumnya mohon ijin untuk pinjam LCD-nya, ha ha ha ha... Tema Penyuluhan Kesehatan adalah KANKER, penyuluhan sangat interaktif dan menarik seluruh peserta yang hadir dapat bertanya apa saja, tidak hanya pada masalah penyakit kanker saja, tapi apa pun pertanyaan akan dijawab oleh dokter yang hadir, tim dokter Yayasan Melati Joglo adalah Dokter Krisman Hutadjulu, Dokter Ratih, Drg. Endah dan Drg. Akira. Peserta sangat antusias bertanya dan dokter Krisman menjelaskan dengan lugas dan jelas, peserta merasa
puas. Dan lebih menarik lagi peserta menanyakan bagaimana caranya pasang gigi palsu untuk nenek yang sudah tidak punya gigi, wk wk wk wk... Drg. Akira akhirnya unjuk gigi juga menjelaskan. Penyuluhan kesehatan selesai sekitar pukul 10.00. Dikarenakan pengobatan dimulai pukul 09.00, para dokter berbagi tugas, sebagian dokter sudah bisa mulai praktek pengobatan.
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
33
Agar tidak terjadi antrian panjang kupon pengobatan terbagi menjadi 3 periode waktu, Kupon 1 warna hijau untuk warga umum sebanyak 50 kupon dengan pengobatan mulai pukul 09.0010.00, Kupon 2 warna ungu untuk jemaat GKJ Purbo sebanyak 100 kupon dengan pengobatan mulai pukul 10.00-12.00 dan kupon 3 warna orange untuk warga umum sebanyak 50 kupon dengan pengobatan mulai pukul 12.00-13.00. Berikut adalah perincian laporan hasil baksos dari sisi layanan pasien:
1. Jumlah Pasien Jumlah seluruh pasien 207 orang, terdiri dari a. Laki-laki: 90 orang. b. Perempuan: 117 orang.
• Seorang berobat umum dan gigi dianggap 2 orang. 2. Komposisi pasien a. Usia termuda: 3 bulan b. Usia tertua: 90 tahun c. Terbanyak usia 50-60 tahun: 58 orang
34
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
d. Usia 61-70 tahun: 14 orang. e. Usia di atas 70 tahun: 12 orang.
3. Penyakit yang ditemukan Dari 169 jumlah pasien, jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 212 Ini berarti lebih dari 43 orang mengidap penyakit lebih dari 1 jenis.
4. Gigi Dari 38 pasien di bagian Gigi. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 26 pria, 12 wanita. Berdasarkan usia terdiri dari 13 anak-anak dan 25 dewasa.
5. Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium penunjang • Cholesterol: 21 orang • Gula darah: 33 orang • Asam Urat: 56 orang.
6. Analisis a. Pasien terdiri dari sebagian besar orang dewasa (95%), dan hanya sedikit anak anak dan remaja (5%). b. Ketidak hadiran anak mungkin disebabkan jumlah populasinya memang sedikit dan yang membutuhkan pengobatan terutama penduduk usia lanjut. c. Lima penyakit yang terbanyak adalah myalgia (40 orang) dimana rasa ngilu di otot, diikuti dengan reumatik (35 orang), sakit kepala (31 orang), hipertensi (26 orang) dan gastritis (18 orang). d. Yang berobat gigi juga banyak (38 orang) terutama pria (68%). e. Pasien yang tidak bisa hadir ada 8 orang dan pemeriksaan tetap dilakukan dengan mendatangi rumahnya. Pada umumnya pasien ini tidak bisa bangun karena lumpuh atau tidak mampu berjalan ke Lokasi Baksos. Tempat yang berjauhan ditempuh dengan naik motor oleh para dokter. f. Pemeriksaan penunjang Laboratorium sangat membantu menegakkan diagnose terutama untuk Diabetes Mellitus dan Rheumatik dan penyakit hipercholesterol. 7. Kesimpulan a. Pasien didominasi oleh dewasa dan manula. b. Kegiatan berjalan lancar, tertib dan mendapatkan simpati dan partisipasi dari warga setempat. c. Masyarakat sangat sabar dan tertib.
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
35
AKHIR KEGIATAN BAKSOS Yah! sesuai perkiraan sebelumnya bahwa pengobatan selesai sekitar jam 14.00, waktunya peserta siap-siap kembali ke Jakarta, makan siang, beres-beres, mandi kumpul lagi di gedung pertemuan jam 15.00. Acara ramah tamah, foto bersama dan ditutup dengan doa oleh bapak Pdt Alfius Sokidi, kemudian kami berpamitan dengan segenap jemaat GKJ Purbo, dan sekitar jam 15.30 kami
36
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
naik mobil colt yang telah siap membawa kami turun ke tempat penjemputan bus. Rasa kebersamaan dan keakraban serta momen-momen seperti inilah yang sulit kami temui, baik kami sesama peserta maupun warga GKJ Purbo membuat kami merasa nyaman dan betah disana, namun, karena waktu jugalah yang harus memisahkannya. Sekitar pukul 16.30 peserta sampai dilokasi bus yang telah menanti. Puji
Tuhan, perjalanan pulang ke Jakarta berjalan lancar dan sekitar pukul 04.30 dini hai (Senin, 17 Nov 2014) tiba di GKJ Joglo. Banyak makna yang dapat kami peroleh dari kegiatan Baksos ini, kami mendapatkan pengalaman yang berharga dan bermanfaat bagi masyarakat di pedesaan. Semoga dapat memberikan inspirasi kepada seluruh jemaat GKJ Joglo di kemudian hari.
Kami merasa bangga dan mengapresiasi kepada seluruh rombongan tim baksos serta pendampingan Tuhan Yesus dan Ibu pdt Marya Sri Hartati yang luar biasa, sehingga kegiatan Bakti Sosial ini dapat terlaksana dengan lancar.
(yanto)
Banyak makna yang dapat kami peroleh dari kegiatan Baksos ini, kami mendapatkan pengalaman yang berharga dan bermanfaat bagi masyarakat di pedesaan. Semoga dapat memberikan inspirasi kepada seluruh jemaat GKJ Joglo di kemudian hari
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
37
BERITA KOMISI
SEKILAS GATHERING KOMISI DEWASA KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
“My Family, My Best Friend” “Bila Tuhan menjadi kepala rumah ini, Maka berkat kehidupan tercurah selalu, Datanglah k`rajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, Ku alami setiap waktu, keluargaku adalah surgaku”
K
alimat refrein dari sebulah lagu yang berjudul “Keluargaku adalah Surgaku” mungkin singkat dan biasa namun di dalamnya terdapat makna yang begitu dalam, bahwa keluarga merupakan anugerah dari Tuhan yang perlu kita syukuri dan jaga bersama, bahkan di dalam bait refrein tersebut mengatakan Keluargaku adalah Surgaku namun dengan catatan bila Tuhan menjadi kepala dalam keluarga tersebut. Kita tidak akan secara khusus membahas atau pun membedah sebuah syair lagu, namun berangkat dari makna keluarga itulah akhirnya muncul sebuah kerinduan dan harapan pentingnya pemeliharaan baik dari segi iman, kebersamaan serta komunikasi di dalam keluarga. Seperti kita ketahui bersama bahwa di bulan Oktober kemarin bersama dengan Gereja-Gereja se-Sinode GKI dan GKJ mencanangkan bulan tersebut se38
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
bagai bulan keluarga, ini sebuah langkah yang sangat baik karena tidak bisa kita pungkiri bahwa keluarga merupakan bagian terkecil di mana kita belajar tentang kehidupan dan keluarga juga memiliki peranan penting di dalam pelayanan dan pertumbuhan Gereja. Melalui Komisi Dewasa GKJ Joglo pada tanggal 18 Oktober 2014 di Taman Wisata Situ Gintung, Ciputat Tangerang mengadakan sebuah acara untuk keluarga dan jemaat GKJ Joglo yaitu Gathering Keluarga dengan tema My Family, My Best Friend (Komunikasi yang efektif), dengan Pembicara Bp. Martin Manurung, MA in counseling. Dengan semangat dan juga pengharapan yang besar bahwa acara ini bisa memberikan penyegaran kepada keluarga-keluarga, yaitu pentingnya komunikasi. Kurang lebih pukul 08.00 peserta berangkat dengan bus untuk menuju ke lokasi acara, sedangkan di lokasi seluruh Panitia yang sudah hadir mempersiapkan segala sesuatunya agar semua berjalan lancar. Sebuah Pujian mengawali acara gathering tersebut dan dibuka dengan doa. Berbicara masalah komunikasi seperti kita ketahui bersama bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan melalui bahasa,
pembicaraan, mendengar, gerak tubuh atau pun ungkapan emosi, itu sebuah pembukaan yang disampaikan oleh pembicara. Bahwa dalam hal berkomunikasi khususnya kepada keluarga itu bukan hal yang mudah harus tapi harus dengan hati, penuh empati serta kesungguhan untuk mendengar. Gaya komunikasi pun bermacam-macam diantaranya: memerintah, menyalahkan, meremehkan, membandingkan, memberi cap/label, mengancam, menasehati, membohongi, menghibur, mengkritik, menyindir, menganalisa. Dari bermacam contoh tersebut peserta diajak untuk berdiskusi dan juga menyampaikan pendapat tentang pengalaman komunikasi dalam keluarga masing-masing, hasilnya para peserta menyampaikan pengalaman komunikasi yang sudah mereka terapkan dan bisa menjadi masukan bagi peserta yang lain. Para peserta juga dibantu dengan ta-
yangan-tayangan film yang menggambarkan bahwa dengan komunikasi kita bisa mengetahui apa yang menjadi harapan mereka, kebutuhan dan mengenal satu dengan lain keluarga kita. Membangun sebuah keluarga yang bahagia dan sejahtera salah satu kuncinya adalah bagaimana kita bisa menciptakan komunikasi yang baik dan efektif antar sesama anggota keluarga, tidak cukup dengan harta benda, walau pun itu juga kita butuhkan, namun tanpa sebuah komunikasi di mana kita bisa menyampaikan perasaan dan juga aspirasi ini akan menjadi masalah kecil tapi berdampak besar bagi keluarga. Sikap yang mendengar dan juga memahami orang lain merupakan sebuah langkah yang manjur dalam memberikan rasa aman, nyaman dan diterima dalam sebuah keluarga. Seperti apa yang dituliskan dalam Yakobus 1:19,
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
39
“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah”. Ketika kita sudah menerapkan sebuah komunikasi yang baik di dalam keluarga maka keluarga itu akan menjadi sahabat bagi seluruh anggota keluarga sehingga bisa saling menguatkan, menegur, mendukung dan bertumbuh bersama. Memang bukanlah sesuatu yang mudah dibutuhkan kerendahan hati dan juga hati yang terbuka untuk menerima segala hal secara sabar, dan kasih itu sendiri merupakan pondasi dasar dalam iman kita, dengan kasih yang sungguh tidak ada sesuatu pun yang menjadi sia-sia, komunikasi yang efektif yang didasari dengan kasih Tuhan maka keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang bahagia karena Tuhan sendirilah yang menjadi kepalanya. Sungguh peserta sangat terberkati dalam acara Gathering tersebut, peserta mendapat pengetahuan betapa pentingnya komunikasi di dalam keluarga karena komunikasi juga merupakan bagian terpenting dalam membangun keluarga yang indah. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, terimakasih Tuhan untuk berkat-Mu karena seluruh peserta bisa merasakan pemeliharaan Tuhan. Kemudian acara dilanjutkan dengan games yang berkaitan dengan komunikasi, ada pesan berantai, membawa balon bersama keluarga dan juga membangun sebuah objek dengan spagheti dan marshmallows, dari permain ini peserta diajak
mempraktekkan langsung bahwa komunikasi itu memang benar-benar dibutuhkan, selamat buat para pemenang yang sudah mendapatkan hadiah, semua bergembira dan bersukacita. Saatnya berenang, begitu antusiasnya anakanak waktu acara berenang tiba, sungguh suasana yang membahagiakan bisa belajar, berkumpul bersama keluarga dan saudara seiman. Keluarga itu ibarat bola kaca, kalau sudah pecah maka butuh waktu dan juga pengorbanan yang luar biasa untuk memulihkan, oleh karena itu jagalah keluarga sebagai anugerah Tuhan itu baik, lakukan komunikasi yang efektif, saling jujur dan terbuka dan mengerti satu sama lain dengan penuh kasih, sehingga “My Family, My Best Friends” itu bisa terwujud, dan alangkah indahnya jika keluarga juga menjadi Surga, dari keluargalah akan muncul generasi-generasi penerus dan juga para pelayanan Tuhan. Jadikan Tuhan sebagai kepala dalam rumah tangga dan keluarga kita, biarkahlah Ia menjadi nahkoda sepenuhnya, percaya dan yakinlah berkat kehidupan akan senantiasa tercurah dalam menghadapi kondisi apa pun. Akhir kata, Terimakasih buat Tuhan yang sungguh luar biasa, terimakasih buat Komisi Warga Dewasa GKJ Joglo dan juga seluruh Panitia dan semua orang yang terlibat dan ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut, Anda adalah orang-orang yang luar biasa, tetaplah semangat dan melayani, sebab dalam Tuhan jerih payahmu tidak akan sia-sia. Selamat Hidup Berkeluarga. (Bapake Es-Fan)
40
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
TOKOH
AHOK SI “BATU KARANG” DARI BANGKA BELITUNG
P
uji Tuhan, GKJ Joglo sangat bersyukur mendapat anugerah kedatangan Gubernur DKI meski saat itu masih Plt (saat artikel ini ditulis sudah sah sebagai Gubernur) yang sangat populer pada tanggal 8 Nopember 2014. Tidak hanya beribadah bersama, bahkan Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil Ahok juga menyediakan waktu untuk berbincangbincang dan berinteraksi dengan jemaat GKJ Joglo, dalam suasana dekat, hangat, akrab, dan interaktif. Sosoknya yang tinggi, cukup ganteng oriental, membuatnya tampil sangat “eye catching” di atas panggung pendek yang disiapkan panitia Bulan Keluarga. Meski pernah bertemu di ruang kerjanya dan berpapasan kala sedang di Balai Kota, namun suasana Minggu pagi seusai ibadah waktu itu sempat membuat penulis agak-agak tidak percaya, bener nih yang akan di “tanya-tanya” ini seorang Ahok. Sosok yang sangat dikenal lewat media, suka berpembawaan meledak-ledak, sosok yang kalau sudah punya keyakinan dan kemauan tak bergeming, sosok yang bisa membuat stafnya terbirit-birit kalau melakukan kesalahan, sosok yang tidak ada takutnya menghadapi siapa pun termasuk wartawan, demonstran,
yang kadang dengan “bengis” mencacinya, sosok yang digambarkan arogan, kasar, temperamental, dsb. Yah ternyata memang Ahok sang gubernur ini yang penulis hadapi. Betapa penulis menyadari posisi berdiri yang “diharuskan” panitia sempat membuat “kagok” karena Ahok ternyata tinggi sekali, dan penulis terlihat sangat pendek. Strategi yang memungkinkan adalah mengambil jarak agak jauh, supaya penulis tidak perlu mendongak dan Ahok tidak perlu terlalu menunduk.
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
41
Tugas yang dibebankan panitia kepada penulis adalah membuat pertanyaan-pertanyaan kepada sang gubernur DKI ini yang harus dihubungkan dengan tema Bulan Keluarga: “Keluarga di tengah kemajuan tehnologi, menjauhkan yang dekat, atau mendekatkan yang jauh”. Penulis tidak memiliki referensi yang cukup memadai yang mendukung saat itu, karena kebanyakan berita mengungkap sisi-sisi “kekhasan” karakternya yang cenderung dinilai negatif, kebijakan politisnya yang tidak populer, serta kebijakan-kebijakan pelayanan publik di lingkup Pemprov DKI. Namun, Tuhan sangat baik, pagi-pagi menjelang berangkat ke gereja, penulis sempat menemukan sedikit artikel tentang latar belakang kehidupan keluarga dan kehidupan bergerejanya. Merujuk pada referensi minimalis inilah percakapan mengalir demikian lancar, dan jemaat GKJ Joglo khususnya penulis sendiri sungguh kagum tak terkira, mendengarkan jawaban-jawabannya yang disampaikan dengan sangat cerdas, apa adanya, mengalir, dan yang luar biasa adalah tertangkapnya sisi pertumbuhan imannya yang luar biasa yang menginspirasi banyak jemaat termasuk penulis. Barangkali di tempat lain, belum pernah sang gubernur fenomenal ini mengungkapkan kesaksian sepribadi itu, seperti yang di “sharingkan” di GKJ Joglo. Dimulai dengan ceritanya, sejak awal Ahok sudah menjadi orang Kristen yang tidak hanya Kristen KTP. Ia berkecimpung aktif sejak muda di berbagai kegiatan di gerejanya, yaitu Gereja Kristus 42
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
Yesus di Pluit. Dari menjadi guru sekolah Minggu sampai menjadi Ketua Majelis. Ia begitu total, serius dan sungguh-sungguh dalam melakukan kegiatan pelayanan, bahkan sempat bercitacita menjadi pendeta, sehingga berharap mendapatkan istri yang pandai memainkan organ dan bernyanyi agar supaya
Dimulai dengan ceritanya, sejak awal Ahok sudah menjadi orang Kristen yang tidak hanya Kristen KTP. Ia berkecimpung aktif sejak muda di berbagai kegiatan di gerejanya, yaitu Gereja Kristus Yesus di Pluit.
bisa menjadi pasangan yang ideal dalam pelayanan. Meski rancangan Tuhan atas hidupnya tidak menjadikannya seorang pendeta, namun Tuhan ternyata mengabulkan keinginannya yang lain. Gadis idaman sesama aktifis di gerejanya yang pandai memainkan organ dan bersuara merdu, Tuhan karuniakan sebagai pasangan hidupnya, yang akhirnya sungguh-sungguh menjadi pasangan yang ideal dalam pelayanan di “ladang” yang lain, dengan mendampingi beliau sebagai politisi, bupati, maupun sekarang menjadi gubernur DKI. Ia begitu bangga dan berseri-seri saat menceritakan pasangan hidupnya, meski secara berseloroh mengaku sebagai “Istikomah” (Ikatan suami takut isteri kalau di rumah), namun diperbincangan ia sempat
“meluruskan” takut yang dimaksud artinya lebih pada sangat mencintai sang istri. Bahkan baginya Veronika Tan sang istri tidak hanya istri namun pendukung utama dalam kehidupannya. Ya, dari beberapa ceritanya tergambar, dialogdialognya dengan sang istri yang begitu cair, dekat, dan kuat. Tergambar ekspresi
ngelolanya dengan sangat baik, penuh cinta dan pengertian, karena kehidupan rumah tangganya yang selalu menempatkan Tuhan Yesus sebagai nahkoda bahtera rumah tangga mereka. Sama halnya ketika sedang menceritakan sang istri, iapun terlihat berseri-seri dan bangga ketika mencerita-
bangganya ketika bercerita tentang sang istri yang dengan tenang bisa memberikan jawaban imaniah yang begitu kuat: “gue yakin lu engga bakalan kenapa-kenapa” ketika Ahok merasa “tertekan” dengan kasus Blok G Tanah Abang, dan merasa panik karena telpon sejak siang tidak diangkat sang istri. Satu hal yang bisa kita teladani dari pasangan Ahok dan Veronica ini mereka adalah pasangan Kristen yang saling mencintai, saling mendukung, saling menguatkan, dan saling mengenal kekuatan dan kelemahan pasangannya, namun bisa me-
kan tentang anak-anak yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Bahkan yang membuat terkagum-kagum adalah, di sela waktunya yang demikian padat untuk membenahi Jakarta yang carut marut dengan berbagai problematikanya yang super rumit, ia masih dapat mengenali kebiasaan, watak, hobi anakanaknya dengan sangat detil, seperti merk “smartphone” anak sulungnya Nicholas (1998), anak keduanya Nathania (2001), yang berganti merk “smartphone” berikut alasannya ganti, atau “gamegame” dan acara TV yang digandrungi
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
43
anak bungsunya Daud Albeenner (2006). Seorang Ahok yang gubernur super sibuk itu hafal persis, kebiasaan-kebiasaan anak-anaknya, sungguh luar biasa. Seorang ayah, yang beban pekerjaannya sangat banyak, tekanan-tekanan dari berbagai penjuru sangat kuat, yang setiap hari harus menerima ribuan keluhan, komplain masyarakat baik melalui sms, telpon, bahkan demo yang hampir setiap hari menyambangi kantornya. Seorang ayah yang sarat dengan caci maki dari orang-orang yang memusuhinya, berbagai ancaman, teror, namun ia masih mampu memanfaatkan sedikit sisa waktu yang dimilikinya untuk anak dan keluarganya, secara cerdas, efektif, dan sangat berkualitas. Meski HP-nya ada belasan, namun tidak ada yang secara khusus ia peruntukkan untuk keluarga, bahkan diakuinya keluarga pun kadang sulit menghubunginya. Namun meski demikian ia tidak “kehilangan” anak-anaknya, meski dekapan fisik mungkin minim ia berikan, namun dekapan batiniah, cinta kasih yang kuat mampu membuatnya tetap dekat, bahkan mendapatkan dukungan luar biasa dari anakanaknya yang secara umur kalender sebenarnya belumlah cukup matang dan dewasa untuk bisa memahami bahwa sang ayah yang mereka cintai adalah abdi dan “milik” masyarakat. Kebiasaan sangat bagus yang ia terapkan di keluarganya untuk selalu mengawali kegiatan dengan doa pagi bersama, dan mengakhiri kegiatan dengan doa malam bersama, adalah keteladanan yang luar biasa. Inilah ajang 44
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
yang ia pakai untuk sharing dengan anak dan isteri tercintanya. Kemajuan teknologi khususnya terkait dengan teknologi komunikasi tampak tidak begitu berarti bagi keluarganya, meski pasti ada gunanya. Namun melalu media komunikasi secara langsung, dalam doa pagi dan malam bersama inilah,
Dengan serius ia bercerita, tentang kebiasaannya setiap pagi ia bangun pukul 04.30, ia lakukan saat teduh, ia buka The Chronological Bible, ia pergumulkan secara pribadi Firman Tuhan yang sedang ia baca.
menjadi media yang ia pakai untuk mendidik dan memperkenalkan pergumulan-pergumulan yang ia akan hadapi dan sedang ia hadapi setiap harinya, agar supaya istri dan anak-anaknya bisa paham dan mendukungnya melalui doa-doa. Disini pulalah ia mendengar keluh kesah, persoalan, dan berbagai pengalaman masing-masing anak dalam kesehariannya, dan mereka saling mendoakan, dan porsi tersering adalah anak-anaknyalah yang ia minta mendoakan orang tua dan saudara-saudaranya yang lain. Kebiasaan manis inipun berbuah manis. Meski mereka masih belum cukup dewasa, namun telah mampu menunjukkan sikap “paham” konsekuensi menjadi anakanak seorang Ahok. Dan ia pun dengan
bangga mengkisahkan bagaimana sikap anak-anaknya ketika menghadapi ancaman “serangan” organisasi massa yang akan mengeroyok rumahnya, yang tidak suka dengan kebijakannya terkait permasalahan di Tanah Abang. Si sulung yang merespon: “Kita tetap fight sampai mati Pa!!”, yang perempuan:
Perbincangan pun bergulir terus mengalir dengan hangat. Meski penulis sempat tidak tentram karena sang ajudan sering membisikkan waktunya sangat terbatas, namun rupanya ia sendiri sangat antusias menanggapi pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan. Sampailah pada pertanyaan di penghujung
“kalau kita mati beneran bagaimana?”, yang bungsu: “kalau kita mati ngapain masuk surga, rumah kita saja sudah kayak surga.” Respon-respon inilah yang menguatkan seorang Ahok. Tidak tercermin cerita, bahwa anak-anak itu berada dalam situasi ketakutan. Gambaran keluarga Kristen yang sangat solid, semua saling mendukung dan saling menguatkan. Si bungsu yang menggambarkan suasana di rumah seperti di surga, menggambarkan nyamannya situasi di rumah yang memancarkan aura yang sangat positif dan penuh damai sejahtera.
acara, yakni tips apa yang membuat seorang Ahok seolah tidak punya rasa takut menghadapi tekanan yang begitu hebat dari berbagai pihak, serta kesan pesan kepada jemaat GKJ Joglo. Inilah klimaks perbincangan acara ini. Dengan serius ia bercerita, tentang kebiasaannya setiap pagi ia bangun pukul 04.30, ia lakukan saat teduh, ia buka The Chronological Bible, ia pergumulkan secara pribadi Firman Tuhan yang sedang ia baca. Ia renungkan apa yang Tuhan kehendaki untuk ia lakukan di hari yang akan ia hadapi. Dan itulah yang menjadi dasar dan pegangan setiap hari
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
45
saat ia memulai aktifitas hariannya. Ia sudah menghabiskan beberapa Alkitab karena setiap kali dibaca ia memberi tanda dengan stabilo, sehingga ketika Alkitabnya penuh stabilo, ia pun menggantinya dengan yang baru. Ia tidak hanya membaca Firman, namun berusaha menerapkannya dan menjadikan
tuntutan bagi kehidupannya. Ia begitu kuat dan kokoh imannya kepada Tuhan Yesus. Baginya, menyitir kata-kata Rasul Paulus, “mati adalah keuntungan”, dan mati di dalam Tuhan Yesus tidak boleh membuatnya takut. Manusia tidak bisa memperpanjang sejengkalpun umur, lalu mengapa mesti takut? Inilah jawaban imaniah yang sangat tegas dari seorang Ahok. Inilah rupanya yang selama ini menjadi pegangan seorang Ahok, sehingga ia terlihat sebagai sosok yang tak gentar dan dipandang tidak punya rasa takut. Baginya prinsipnya adalah, ia bekerja di jalan Tuhan, ia tidak mau berkompromi pada hal-hal yang bertentangan dengan Firman dan Imannya. Betapa godaan untuk berpindah keyakinan terus menerus menderanya, namun sejauh ini ia tak bergeming. Ia
sekokoh batu karang. Penulis menjadi teringat sosok Rasul Petrus, ada beberapa kemiripan diantara keduanya. Rasul Petrus adalah sosok yang dijuluki batu karang, ia berkarakter keras dan emosional, ia militan dalam mempertahankan imannya meski pernah “tergelincir”, dan ia berasal dari masyarakat yang terpinggirkan (karena berasal dari seorang penjala ikan yang sederhana). Dan, Ahok sebagai keturunan Tionghoa, iapun dianggap sebagai warga negara kelas dua, ia keras, ia juga reaktif dan emosional, namun ia juga sangat militan dalam upaya mempertahankan dan mempraktekkan imannya kepada Yesus, (semoga Ahok tidak mengalami pengalaman tergelincir seperti Rasul Petrus). Perjuangannya sangat berat, tantangannya sangat besar. Sang “batu karang” kelahiran Bangka Belitung ini tidak dapat berjalan sendiri, ia butuh dukungan doa banyak orang, khususnya setiap orang percaya. Ia aset orang percaya yang sedang dipakai Tuhan untuk membenahi masyarakat Jakarta yang carut marut. Ia perlu “supply” hikmat dari Tuhan agar lebih bijak, lebih mampu menguasai diri. Ia sungguh perlu dukungan doa kita semua, agar supaya tidak tergelincir dan terjatuh. Dan diakhir sesi perbincangan, inilah permintaannya kepada jemaat GKJ Joglo yang diucapkan dengan nada merendah namun tegas: “Tolong doakan saya”. SELAMAT BERJUANG PAK AHOK, TUHAN YESUS MEMBERKATI DAN MENYERTAI SETIAP LANGKAHMU. (ISB)
46
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
RAPAT JEMAT
RAPAT JEMAAT GKJ JOGLO 30 NOVEMBER 2014
R
apat Jemaat atau Sidang Majelis Gereja Terbuka diatur sesuai dengan Tata Gereja Pasal 9 ayat 2 point 2 merupakan persidangan majelis yang dihadiri oleh Warga Gereja, untuk membicarakan masalah-masalah tertentu yang berkaitan dengan kehidupan Gereja dan tugas panggilannya berdasarkan kehendak Kristus Raja Gereja, sidang ini diadakan sekurang-kurangnya setahun sekali. Untuk rapat jemaat tahun ini majelis GKJ Joglo menyelenggarakannya pada tgl 30 November 2014 pertepatan dengan minggu adven pertama. Rapat kali ini berdasarkan data dari absen yang ada dihadiri oleh 80 Jemaat dan majelis, rapat dibuka oleh Ketua Majelis Dkn. Priyo Utomo pada pukul 09.45, melalui do’a, dengan beberapa agenda utama yaitu: Penyampaian Laporan Kegiatan Tahun 2014 dan rencana kegiatan pada Tahun 2015. KEGIATAN TAHUN 2014 Tahun 2014 yang menggambil tema “Memantapkan ke dalam untuk membangun kebersamaan dengan pimpinan Roh Kudus “ hampir sampai pada penghujung tahun, beberapa kegiatan komisi sudah dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan namun beberapa kegiatan khususnya dalam mendukung tema tsb, sepertinya masih belum dapat terlaksana pada tahun ini, seperti kegiatan penyusunan standard operasional pelayanan kita, yang akan menjadi pedoman bagi pelayanan bersama sepenuhnya belum dapat diselesaikan untuk kemudian dituangkan menjadi buku acuan bersama. Adapun untuk keuangan gereja posisi buku per akhir bulan September 2014 total penerimaan Rp 1.283.616.340,- atau telah mencapai 89% dari anggaran yang ada yaitu sebesar Rp 1.450.000.000,- dengan sumber penerimaan 51% dari Persembahan melalui kartu, 27% dari persembahan melalui kantong dan 22% persembahan lainnya. Adapun untuk pengeluaran realisasi pengeluaran sebesar Rp 824.405.026,- atau sekitar 57% dari anggaran yang ada. RENCANA KEGIATAN TAHUN 2015 Tahun 2015 mengambil tema “Maju bersama mewujudkan panggilan Allah bagi kemuliaan Kristus”. Menyadari bahwa tema ini merupakan kelanjutan dari tema tahun sebelumnya, maka tugas penyelesaian standard operasional pelayanan juga menjadi PR majelis yang
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
47
harus diselesaikan pada Tahun 2015, selain pengkinian daftar inventaris barang/asset gereja dan data warga di setiap kelompok menjadi sangat penting. Pada tahun-tahun selanjutnya GKJ Joglo akan fokus kepada persiapan pemanggilan pendeta ke-3, di samping kegiatan lainnya seperti persekutuan dan peme-
kita tetap dapat mempertahankan identitas GKJ Joglo atau jati diri kita, di tengah-tengah pertumbuhan kota metropolitan yang begitu pesat. Kegiatan pada Tahun 2015 akan didukung dengan rencana finansial sebesar Rp 1.575.000.000,atau naik sekitar 8.62% dari anggaran Tahun 2014.
liharaan iman serta kesaksian dan pelayanan tetap menjadi hal yang utama, yang diturunkan kedalam program kerja setiap komisi/tim/badan maupun wilayah, terlebih tahun depan merupakan tahun kepengurusan baru bagi semua komisi/tim/badan dan 9 majelis akan lereh di bulan april dan telah menyelesaikan pelayanan dua kali periode, menjadi tantangan sendiri bagi gereja untuk tetap menjaga kesinambungan pelayanan. Ada pun jumlah KK + 289 dan jemaat + 889 orang ( warga Dewasa 578 orang dan Anak anak 311 orang), menjadikan GKJ Joglo merupakan gereja yang ideal, gereja yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlalu kecil , tantangan kedepan adalah bagaimana
Rapat yang dipandu langsung oleh Ketua Majelis ini berlangsung sangat interaktif, banyak hal dibahas untuk kemajuan gereja dan pelayanan ke depan, seperti dalam menyoroti keberadaan Nawala, seluruh jemaat masih mengharapkan adanya Nawala dalam bentuk cetak yang terbit secara berkala disamping juga tersedia dalam bentuk digital. Untuk ibadah diharapkan adanya peran penerima tahu yang lebih baik dan model bacaan secara leksionari 3 bacaan dan 1 mazmur tanggapan tetap dipertahankan. Ada beberapa hal yang perlu serius ditindaklanjuti oleh majelis seperti Perkunjungan dan pengeloaan data warga menjadi kunci utama dalam mengetahui warga secara
48
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
menyeluruh dan menjadi “dekat” dengan gerejanya dan pelayanan terhadap kelompok kategori pemuda menjadi fokus dan sangat penting agar mereka tidak “hilang” tetapi justru menjadi nyaman karena merasa menemukan komunitasnya. Adapun wacana untuk menutup gereja pada saat ibadah dan me-
gereja, tak lupa tulisan yang terpampang di depan ( dekat mimbar ) juga perlu menjadi perhatian kita untuk perawatan dan keberadaannya. Secara keseluruhan rapat jemaat berlangsung cukup baik dan waktu yang ada pun dirasa kurang cukup, ke depan mungkin lebih diperhatikan keterlibat-
nambahkan AC di dalamnya, sepertinya hal ini masih memerlukan pembahasan yang lebih lanjut dengan tidak menghilangkan konsep dan filosofi awal yang telah disiapkan oleh para pendiri
an seluruh jemaat dalam kegiatan tahunan ini, dan menjadikan kegiatan ini menjadi momentum bagi jemaat untuk memberikan “warna” dan arah gereja ke depan menjadi PR bersama. (AA)
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
49
PEMANGGILAN PENDETA
PEMANGGILAN PENDETA KE-3
LATAR BELAKANG
L
atar belakang dan dasar pemikiran pemanggilan Pendeta Ke-3 antara lain adalah sebagai berikut:
1. Dalam Sidang Majelis Terbuka tanggal 24 November 2013, Majelis telah menyampaikan rencana Pemanggilan Pendeta ke-3 dan akan dibentuk TAPP (Tim Awal Pemanggilan Pendeta) setelah Pemilihan dan Peneguhan Anggota Majelis tahun 2014. 2. Semakin meningkatnya kegiatan pelayanan GKJ Joglo baik di lingkungan internal, Klasis JBB maupun Sinode. 3. Untuk meningkatkan pelayanan kepada Jemaat yang semakin banyak dengan penyebaran geografis yang semakin luas. 4. Dukungan/kondisi keuangan gereja yang dipandang sudah memadai. SYARAT-SYARAT CALON PENDETA Sesuai dengan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa Pasal 7, syarat-syarat Bakal Calon Pendeta adalah sebagai berikut: 1. Warga Sidi GKJ atau Gereja lain yang ajarannya seasas, yang tidak sedang dalam pamerdi, dan dipandang layak untuk menjadi seorang Pendeta.
50
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
2. Telah menamatkan studi teologia sekurang-kurangnya jenjang S1 dari pendidikan teologia yang didukung oleh Sinode GKJ. 3. Bersedia menerima Pokok-Pokok Ajaran GKJ serta Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ. 4. Memiliki kemampuan dan bersedia untuk menjadi Pendeta sebagai panggilan spiritual. 5. Syarat-syarat Tambahan Bakal Calon Pendeta Ke-3 adalah sebagai berikut: 1. Laki-laki yang belum berjabatan Pendeta. 2. Usia +27 tahun saat penjaringan awal. 3. Sehat jiwa, jasmani dan rohani. JADWAL DAN RENCANA KERJA PEMANGGILAN PENDETA KE-3
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
51
KELUARGA
KEKUATAN KATA Sebuah kata, bagaikan pisau bermata dua. Satu sisi dapat bermanfaat dan di sisi lain yang dapat menghancurkan
KISAH BOY
B
oy, tak bisa memilih, terlahir dengan kulit berwarna gelap, rambut keriting, dan memiliki postur tubuh berisi. Kenangan masa anak-anak adalah: ia suka membantu pekerjaan rumah atau membantu orang lain, di manapun ia berada. Atas hal itu, ia jarang mendapatkan apresiasi, malahan kakaknya sering memberi julukan “Ih, anak mama!” atau “Ahh... suka ngebantu itu kan buat cari perhatian!”. Di waktu yang lain, kakaknya sering menyebutnya “tua”, saat mendapati Boy sedang berkomunikasi dengan orang dewasa sekali pun baru dikenalnya. Kakak juga mengatakan bahwa dirinya “bawel” dan “anak aneh”, manakala saat berkumpul keluarga, Boy menceritakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya. Itu juga dikatakan kakak jika Boy bermain peran seperti tokoh dalam imajinasinya atau saat Boy menganalisa berita di televisi. Tidak pernah bertengkar dengan ayah dan dipenuhinya kebutuhan secara materi, namun ada ingatan tentang ayah, “Kamu kok kayak pemulung sih!”. Itu kalimat yang ia terima setiap kali Boy mengumpulkan kemasan (seperti botol 52
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
dan kotak kemasan, kardus, dan lainlain) tak terpakai dan diolah menjadi sebuah karya (sebuah benda bermanfaat dan memiliki nilai yang lebih). Di lain waktu, ayah selalu membandingkan prestasi dirinya dengan anak-anak lain. Semakin bertambah usia, Boy mendapati kakak semakin sering membentak dan berkata kasar kepadanya juga kepada ibunya. Sementara itu, dalam interaksi di lingkungan teman dan guru, Boy dikenal sebagai anak yang cerdas, kreatif dan memiliki analisa yang tajam. Hasil karya yang dibuatnya, selalu ia berikan sebagai hadiah untuk teman-teman, diantaranya bahkan meminta dibuatkan dan mau membayarnya (membeli). Diam-diam, tanpa sepengetahuan ke-
luarga, Boy membuat lebih banyak karya dan menjualnya. Uang yang didapat, ia kumpulkan untuk membeli alat gambar atau membeli hadiah yang ditujukan bagi orang tua atau kakaknya. Seiring pertumbuhan intelektual dan perkembangan dirinya, di akhir masa SMP ia membuat analisa dan mengatakan pada dirinya bahwa ia memang berbeda. Tuduhan pada diri sendiri kerap datang. “Mungkin benar ya, aku anak yang tidak diharapkan. Mengapa ayah dan kakak sering memberi julukan negative. Ah, kalau saja aku tidak pernah tahu isi Alkitab yang menyatakan betapa berharganya aku dimata Tuhan dan betapa sayang Tuhan padaku, aku bisa sangat membenci keluarga ini!” Beranjak semakin besar, ia banyak mencari referensi atas apa yang terjadi di dalam keluarga. Beragam jenis buku, dibacanya. Bacaan yang nyaris bukan pilihan bagi teman seusianya. Ada masa di mana Boy melewatkan sederet kesempatan “unjuk potensi diri”, sementara teman-teman lain berlomba-lomba untuk mendapatkan prestasi atas potensi yang dimiliki. Boy lebih menikmati sebagai pengamat saja. Ketika SMU, ia mengenal lebih dalam keluarga sahabatnya yang bernama Sam. Boy merasa keluarga itu lebih menerima dirinya dengan utuh. Bukan hanya perhatian fisik (makanan, minuman yang disajikan setiap kali ia datang atau adanya ruang baca dengan bangku yang nyaman), teguran dan apresiasi selalu dinyatakan secara terbuka, dengan cara yang dapat ia pahami. Di keluarga itu pula, Boy sering diajak untuk berbincang dan ber-
aktivitas bersama, mulai dari hal sederhana (menonton TV bersama, bermain tebak-tebakan, jalan sore, merawat taman dan hewan peliharaan, bermain sepeda dan jenis lainnya, juga membahas hal-hal dari sisi rohani dan pendidikan). Boy juga sering dirangkul oleh Sam dan ayahnya. Di lain waktu, Boy
Di lain waktu, ayah selalu membandingkan prestasi dirinya dengan anak-anak lain. Semakin bertambah usia, Boy mendapati kakak semakin sering membentak dan berkata kasar kepadanya juga kepada ibunya.
diberi kesempatan untuk membagi keahliannya “mengolah benda tak terpakai” pada komunitas anak-anak di permukiman itu. Lalu, oleh ayah Sam dicarikan acara-acara yang mendukung penjualan produk tersebut. Hingga saat ia menempuh pendidikan tinggi, ia tersadar, ternyata ada yang terhilang dalam dirinya. Suatu hari, Sam menghampirinya. Sam memilih Boy untuk bergabung dalam “tim riset dan pengembangan” di Himpunan Mahasiswa, di mana Sam dipercaya menjadi Ketua. Bagi Sam, membentuk tim kerja dengan menggandeng orangorang dengan karakter dan kompetensi
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
53
yang berbeda, lebih berfokus pada kekuatan atau kelebihan seseorang dan mengelola kekurangan akan membuat kinerja tim menjadi lengkap. Jika digerakkan bersama-sama dengan maksimal, ini akan menjadi tim yang dapat berdampak positif. Boy tercengang dan menolak per-
Dampak ini disebut “negatif bias”. Karena itu, kritikan akan lebih membekas di ingatan dibandingkan pujian. Kalimat negatif yang diucapkan kepada anak yang masih kecil, maka efeknya bisa fatal.
mintaan Sam. Jantungnya berdebar, raut wajahnya menjadi pucat. Rupanya Boy merasa “tidak percaya diri”. Sam merangkul Boy dan mengatakan alasannya. Di mata Sam, Boy memiliki karakter kuat yang bisa memberi pengaruh positif. Sam juga supel dan terbiasa berbicara dengan berbagai usia. Tentu, kebiasaan “yang tidak biasa”, yang secara konsisten dilakukan Boy berperan membentuknya sehingga memiliki tingkat kematangan, analisa, kreativitas dan daya juang melebihi rekan sebaya. Namun demikian, selama Sam mengenal Boy, ia merasa ada hal yang membuat Boy sering enggan secara 54
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
spontan menampilkan potensi dirinya saat berada di lingkungan baru atau dalam komunitas yang sangat besar. Boy luluh dengan analisa Sam. Ia pun menceritakan pengalamannya semasa anak-anak. Kata-kata negatif yang ditujukan kepadanya, tanpa disadari membuat Boy menjadi tidak percaya diri. Ia merasa dirinya yang “berbeda” itu, tidak diterima oleh ayah dan kakaknya, yang juga sama-sama seorang laki-laki. Pengalaman itu rupanya sangat membekas baginya memperlambat pertumbuhannya sebagai individu yang utuh. KELOLA KATA Penelitian dr. John Cacioppo dari Universitas Chicago menemukan bahwa “kalimat negatif memberikan efek besar terhadap otak. Dampak ini disebut “negatif bias”. Karena itu, kritikan akan lebih membekas di ingatan dibandingkan pujian. Kalimat negatif yang diucapkan kepada anak yang masih kecil, maka efeknya bisa fatal. ␣ Sementara itu, dalam buku T “ he True Power of Water”, Dr. Masaro Emoto membuktikan bahwa air dapat membawa pesan dan informasi positif. Air yang dibacakan kata-kata positif akan merespon dan membentuk kristal-kristal positif yang merekah bagaikan bunga di pagi hari. Sebaliknya, jika yang diucapkan adalah kata-kata negatif, maka air akan membentuk kristal-kristal pecah yang berdampak negatif.␣ Hasil pene litian Dr. Masaro Emoto ini menegaskan betapa pentingnya kata-kata positif bagi manusia yang 70% tubuhnya terdiri dari
air. Selain berdampak menyakitkan hati –yang berarti merusak hubungan sosial– kata-kata negatif juga mempengaruhi orang yang menjadi sasaran kata-kata itu secara psikologis. Kisah Boy di atas, hanya satu dari sederet kisah nyata yang terjadi di Indonesia. Boy masih beruntung, ia cukup “mengenal” Tuhan yang menciptakannya, sejak muda. Itu adalah alasan dirinya berjuang untuk bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan berjuang untuk membuat perubahan dalam keluarganya. Perkenalan Boy dengan keluarga Sam yang menerimanya, tentu membawa banyak pengaruh positif bagi dirinya. Di luar kisah Boy, banyak kisah yang berakhir lebih tragis. Semua adalah dampak dari kata negatif. Hasil penelitian Emoto juga menegaskan bahwa pada hakikatnya katakata memiliki kekuatan “mencipta”. Kata-kata negatif akan menciptakan sesuatu yang negatif dan kata-kata positif akan menciptakan sesuatu yang positif.␣
jadi karena belum memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang bahaya dari ucapan negatif. Namun, ada juga yang sudah tahu tetapi enggan untuk membiasakan atau melakukan yang sudah diketahuinya itu. Kata “payah”, “gak asik”, “sok pinter”, “goblok lu”, “ah sok tahu”, “penakut banget sih”, “dasar
BE POSITIVE! Dalam kehidupan berkeluarga, idealnya terjadi interaksi dengan komunikasi verbal (lisan) dan non-verbal (gerakan tangan, mimik wajah, tatapan mata, dan sebagainya) dengan kualitas yang tepat. Dalam segala situasi, sesungguhya ada celah bagi tiap anggota keluarga mengucapkan kata negatif atau kata yang positif kepada anggota keluarga lainnya. Tentu, apa yang terucap, sebelumnya sudah lebih dulu diolah di dalam pikiran. Dampak dari ucapan negatif ini seringkali tidak disadari, bisa
pemalas!”, “cengeng”, “reseh deh”, “belagu”, “ih jelek banget! dan lain-lain mungkin salah satu yang pernah terlontar kepada orang lain atau kepada diri sendiri. Entah hanya sebatas pada pikiran dan atau juga diucapkan; sekali atau malah beberapa kali. Selain itu, seorang psikolog anak, Vera Itailiana, menyarankan agar kita menghindari penggunaan kalimat negatif yang mengandung kata “jangan”, yang ditujukan kepada anak-anak. Selain sedang anti dilarang, anak juga masih sulit menyimpulkan bentuk ka-
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
55
limat negatif. Jika orang dewasa ingin mengatakan “Jangan lari!”, maksud yang hendak dinyatakan adalah “jalan”. Maka, sebaiknya kita mengatakan secara langsung saja pada perilaku yang diharapkan. “Jalan saja!”, sebagai pengganti “Jangan lari!”. DITERIMA, DIHARGAI, BAHAGIA Tak ada satu pun bayi yang lahir ke dunia ini dapat membuat permintaan untuk lahir dengan bentuk tertentu dan ditempatkan dalam keluarga yang tertentu. Para pendahulu mengatakan bahwa keluarga adalah pemberian Tuhan; sebuah anugerah. Bagaimana hal ini dapat dimaknai demikian oleh seorang anak, ditentukan oleh bagaimana orang tua dan orang dewasa pendamping anak memberikan pemahaman dan keteladanan kepada mereka. Apa yang sebenarnya diharapkan anak-anak dari orang tua (termasuk orang dewasa pendamping anak)? Kepada anak berusia 8-14 tahun, Rick dan Kathy Hicks melakukan penelitian tersebut. Setidaknya, inilah 2 hal (dari sederet hal lainnya), yang didambakan anak-anak: menunjukkan bahwa dirinya disukai dan diungkapkannya penghargaan bagi setiap anggota keluarga. Bahagia tidak berarti keadaan itu sempurna. Sebagai makhluk yang hidup bersama dengan orang lain, diperlukan keterlibatan setiap individu dalam kelompok untuk mengupayakan terciptanya rasa bahagia atas kebersamaan itu, dan dilakukan secara konsisten. Untuk itu, dimulai dengan me-
56
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
miliki pikiran positif lalu mengungkapkan kata positif dan menyatakan suatu hal dengan cara yang positif; menghargai diri sendiri dan orang lain. Sebuah teguran sekali pun dapat dimaknai dengan positif oleh penerima teguran dan menghasilkan perubahan sikap dan perilaku yang signifikan, jika
Para pendahulu mengatakan bahwa keluarga adalah pemberian Tuhan; sebuah anugerah. Bagaimana hal ini dapat dimaknai demikian oleh seorang anak, ditentukan oleh bagaimana orang tua dan orang dewasa pendamping anak memberikan pemahaman dan keteladanan kepada mereka.
dikemas dan diungkapkan dengan cara yang positif, pada waktu yang tepat. Setiap individu mempunyai pilihan, menjadi penyebab atas kebahagiaan seseorang atau menjadi penyebab atas kehancurannya. Mari bijak, kelola kata! “Setiap orang berhak untuk dihargai dan menjadi bahagia di jalan-Nya.” (agent of change) (sumber: istimewa)
KOMUNITAS
GKJ EXPO 2014 MENGHAYATI PEMELIHARAAN TUHAN
G
ereja Kristen Jawa (GKJ) Expo bukan ajang kesombongan atau kepongahan GKJ, melainkan sebagai sarana umat Kristen mengenal kasih Kristus. “Ajang pameran ini memang saat yang tepat dikhususkan oleh GKJ untuk belajar mengetahui betapa lebarnya Kasih Kristus kepada Sinode GKJ,” kata Pdt. Simon Julianto, Sekretaris Umum
Badan Pelaksana Sinode GKJ saat acara Talk Show “Tantangan Gereja di Masa Mendatang” sebagai bagian dari GKJ Expo Rayon I yang digelar di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (29 November 2014). GKJ Expo diadakan memperingati hari jadi Sinode GKJ yang ke-83, hingga saat ini beranggotakan 321 GKJ dewasa, dan 555␣ pepanthan␣ (bakal ger eja) tersebar di enam propinsi di Pulau Jawa, GKJ dilayani 327 pendeta aktif yang terdiri dari 295 pendeta pria dan 32 pendeta perempuan. “GKJ Expo yang baru diselenggarakan sebuah pameran atau expo, bertujuan menghayati pemeliharaan Tuhan, melalui GKJ Expo umat Kristen disadarkan bahwa jaman sudah semakin berubah dan harus disikapi oleh gereja-Nya dengan arif.” Pelaksanaan GKJ Expo terbagi dalam tiga rayon berbeda yakni rayon 3 yang meliputi Klasis Purworejo ke timur sampai Wonogiri, Sragen dan sekitarnya, telah melakukan GKJ Expo pada April 2014 lalu di Stadion Sriwedari, Solo. Acara difokuskan untuk exposisi kebudayaan. Expo tersebut telah berlangsung dengan sangat meriah, dihadiri sekitar 10.000 jemaat.
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
57
Sedangkan rayon 2 yang meliputi GKJ Jawa Tengah dari bagian Utara, dari Batang ke timur, telah melaksanakan GKJ EXPO di Salatiga bulan Mei 2014. Terakhir, Rayon 1, yang meliput Klasis Pekalongan Timur, Klasis Kebumen ke barat sampai Klasis Jakarta Bagian Timur dan Barat, telah melaksanakan GKJ EXPO pada Sabtu (29/11)␣ bertempat di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta. GKJ Expo dimulai Rayon I digelar mulai pukul 08:00 di mana terdapat puluhan stand yang digelar di bagian luar arena Istora Gelora Bung Karno, Jakarta. Stand pameran diisi oleh berbagai klasis gereja-gereja yang tercakup dalam Rayon I GKJ.
58
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
Tidak hanya itu berbagai toko buku Kristen ternama di tanah air ikut memamerkan produk di stand yang digelar berselang-seling dengan stand milik GKJ. Rangkaian acara GKJ Expo Rayon I dimulai dengan Ibadah Raya yang digelar di arena Istora GBK mulai pukul 09:00, dan seusai ibadah para jemaat dari berbagai wilayah dapat menyaksikan stand pameran, menikmati makanan khas lokal dari berbagai gereja di Jakarta, Jawa Barat, dan sebagian kecil Jawa Tengah. Pada bagian akhir GKJ Expo ditutup dengan digelarnya GKJ Bermazmur yang digelar sebagai salah satu bentuk pujipujian dari anak muda kristen. (wp)
ANDA BERTANYA, KAMI MENJAWAB
secara litani (bersahut-sahutan), didaraskan atau dinyanyikan.
TANYA:
M
engapa pada ibadah Minggu jemaat diajak membaca rangkaian Alkitab (sebelum firman pengantar kotbah)?
Bacaan Kedua: Diambil dari surat-surat dalam Perjanjian Baru. Bacaan Ketiga: Diambil dari Injil.
JAWAB: Ibadah di GKJ Joglo menggunakan sistem pembacaan alkitab secara Leksionaris versi RCL atau the Rivised Common of Lectionary. Versi ini banyak digunakan oleh gereja-gereja yang menempatkan pelayanan firman sebagai fokus ibadah. Oleh karena itu, Leksionari versi RCL digunakan oleh gereja seperti GKJ, GKI, GKSBS, HKBP, GBKP, Roma Katolik dan lain sebagainya. Dengan sistem ini, umat dapat membaca alkitab secara lebih luas, sehingga kekayaan Firman Tuhan dapat dibaca dan didengar. Selain itu, dengan sistem ini, pembacaan Alkitab dari minggu ke minggu dapat saling berkaitan dan berkesinambungan sesuai dengan kalender gerejawi. Daftar bacaan leksionari terdiri dari tiga bacaan dan 1 mazmur tanggapan, dengan pola:
Melalui pembacaan leksionari ini, tahun gerejawi diatur dalam siklus 3 tahun, yaitu Tahun A, Tahun B dan Tahun C. Di mana setiap siklusnya dimulai pada adven 1. Masing-masing siklus dibedakan menurut bacaan Injil yang dibaca. Tahun A: Matius, B: Markus, C: Lukas; dengan bagian-bagian dari Injil Yohanes setiap tahun. Dengan pola bacaan seperti ini, hampir seluruh bagian alkitab dapat dibaca dan diperdengarkan dalam kurun waktu 3 tahun. Dengan sistem bacaan leksionari, diharapkan umat dapat lebih ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan ibadah. Umat tidak berperan sebagai penonton
Bacaan Pertama: Diambil dari Perjanjian Lama. Mazmur Tanggapan: Digunakan untuk menanggapi Bacaan Pertama. Diambil dari Kitab Mazmur. Tanggapan dilakukan dengan dibaca No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
59
suatu kebaktian. Namun, berperan sebagai para aktor di mana pengkhotbah sebagai sutradara yang bersama-sama mempermuliakan Allah dalam ibadah. Perlu kita akui, model pembacaan leksionari seperti ini masih tergolong baru bagi GKJ Joglo. Karenanya, sebagai sesuatu yang baru maka diperlukan penyesuaian dan kemauan untuk belajar sehingga jemaat maupun pengkhotbah dapat menemukan cara dalam memanfaatkannya. Perlu kita ingat juga, bahwa sistem bacaan ini adalah sebuah sistem yang disusun oleh manusia, karena itu sebagai buatan manusia maka bisa saja kita menemukan kelemahan-kelemahan dari sistem pembacaan ini. Oleh karenanya sikap kritis yang didasari dari kerinduan untuk belajar Firman Tuhan lebih luas dan dalam, sangat kita perlukan. TANYA:
S
eperti peserta didik di sekolah (yang dapat memprediksi kenaikan tingkat kelas di tahun mendatang jika ia rajin belajar, mengikuti ketentuan dan ‘kurikulum’), apakah sebagai kumpulan jemaat GKJ memiliki ‘kurikulum’ sesuai kategorial jemaat? JAWAB: Pertama Perlu saya sampaikan pemahaman terhadap kata ‘jemaat’. Kata ‘jemaat’ dalam Alkitab Perjanjian Baru berbahasa Indonesia diterjemahkan dari kata ‘ekklesia’ dalam bahasa Yunani. Kata ini 60
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
dibentuk dari kata depan ‘ek’ yang berarti ‘keluar dari’ dan kata kerja ‘kaleoo’ yang berarti ‘dipanggil’. Sehingga ekklesia berarti ‘orang-orang yang dipanggil keluar’. Pada zaman PB, kata ekklesia umum digunakan untuk menyebut orang-orang yang dipanggil keluar untuk berkumpul dan mendengarkan apa yang hendak disampaikan oleh seseorang (bisa pemerintah kota atau pemuka agama). Kata ini kemudian diadopsi oleh jemaat perdana dan diberikan arti khusus. Kata ekklesia atau jemaat atau jemaah dimengerti sebagai ‘persekutuan atau pertemuan orangorang percaya, mereka yang dipanggil keluar oleh Tuhan, dari gelap menuju terang’, dipanggil untuk menjadi milik Tuhan, berada bersama-sama untuk sesamanya. Dengan demikian, jemaat adalah sekelompok orang yang dipanggil secara khusus dengan tujuan yang jelas dan khusus pula. Berbeda dengan kumpulan. Kata kumpulan lebih menunjuk dan memberi kesan pada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat. Mereka ada bersama-sama di tempat yang sama, namun tidak untuk sesamanya. Misalnya sekumpulan orang yang berada di pasar. Mereka ada bersama-sama di pasar, namun tidak untuk sesamanya. Mereka ada di pasar karena mereka memiliki keperluan pribadi, untuk tujuan pribadilah maka mereka ada di pasar. Atau sekelompok orang yang menonton konser. Ada bersama-sama namun tidak untuk sesamanya. Mereka menonton konser karena mereka ingin melihat konser tersebut.
Kedua Sebuah analogi digunakan untuk memberikan gambaran atau penjelasan tentang sesuatu dengan harapan melalui analogi tersebut seseorang dapat lebih mudah memahaminya. Sekali pun sebagai sebuah analogi maka penggambaran itu tidak dapat kita artikan secara tepat atau persis. Yesus sering menggunakan metode analogi ini untuk menjelaskan pengajaran-pengajaran-Nya. Demikian pula, pertanyaan ini mengandung suatu analogi, bahwa hidup manusia di dunia ibarat seorang anak didik yang sedang menjalani masa study di ‘sekolah kehidupan’ dengan Tuhan sebagai guru. Sang Guru mendidik kita dengan kurikulum khusus dimana masing-masing murid mendapatkan kurikulum yang berbeda. Tidak ada silabus yang dibagikan, sehingga sebagai murid kita tidak dapat melihat ‘ke depan’ apa yang hendak diajarkan oleh Sang Guru. Kita juga tidak dapat melihat kapan kita dapat menyelesaikan seluruh materi yang dijadwalkan. Untuk itu, diperlukan kreatifitas dan ketekunan dalam belajar sehingga kita
dapat memiliki kepekaan tertentu untuk mengetahui pelajaran apa yang sedang diberikan oleh Sang Guru. Sekolah kehidupan ini tidak berorientasi sekedar pada ‘kenaikan kelas’. Seperti anak sekolah yang asal belajar, memperoleh nilai sekedar dapat naik kelas. Anak yang belajar secara demikian, belum dapat memahami sepenuhnya identitas mereka sebagai pelajar yang tanggung jawabnya adalah belajar. Di ‘sekolah kehidupan’ milik Tuhan, kita perlu menyadari identitas kita sebagai anak-anak yang dididik oleh Sang Guru untuk menjadi lebih baik. Karena itu, kerelaan diri untuk dididik dan dibentuk sangat diperlukan. Sikap seperti ini memerlukan kepercayaan penuh kepada Tuhan sebagai Sang Guru, bahwa IA mendidik dan membentuk kita untuk suatu tujuan yang baik. Orientasinya bukan sekedar ‘kenaikan kelas’, namun pembentukan karakter yang menyerupai Kristus. Tentang apakah kita sudah naik kelas atau belum? Saya rasa hanya Tuhan sebagai Sang Guru yang berhak untuk menilainya.
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
61
Iklan
UNJUK RASA ATAU UNJUK PRESTASI
A
pakah Anda seorang karyawan yang ingin “unjuk rasa” atau “unjuk prestasi?” Unjuk rasa mungkin lebih mudah dari pada unjuk prestasi. Buktinya banyak karyawan yang berunjukrasa (berdemo) jika merasa tidak terpenuhi haknya. Tetapi di balik itu, apakah Anda seorang karyawan yang juga bisa menunjukkan prestasi Anda? Karyawan yang unjuk prestasi adalah karyawan yang selalu melaporkan hasil kerja kepada atasan secara langsung. Dari situlah, Anda bisa menunjukkan prestasi. Bagi pengusaha, apakah Anda pengusaha yang dapat memimpin karyawan Anda? Banyak karyawan yang istilahnya hanya memakan “gaji buta” alias tidak bekerja atau bekerja jika dilihat atasannya. Jika hal ini terjadi, Anda juga harus melihat apakah karyawan Anda sudah cukup mendapatkan haknya sebagai karyawan. Anda juga harus melihat tingkat stres dari karyawan. Karena jika karyawan Anda stres itu dapat menghambat karyawan Anda untuk unjuk prestasi. Mungkin Anda pernah mendengar kata “tekad” dan “nekat”. Ya, sebuah kata yang memiliki konotasi berbeda, namun bisa bermakna positif dan negatif. Dalam membangun sebuah bisnis atau menciptakan sebuah perusahaan, terkadang kita harus memilih untuk
62
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
“tekad” atau “nekat”. Jika Anda seorang pengusaha mana yang akan Anda pilih, “tekad” atau “nekat”? Terdapat tiga parameter dalam membangun sebuah bisnis: 1. Mengetahui karir, Anda tentunya harus mengetahui persis bagaimana karir Anda di dalam suatu perusahaan. 2. “Job Description” (deskripsi pekerjaan; biasa kita singkat “jobdes”) Anda bertambah atau gaji Anda yang bertambah? Terkadang, kita melupakan soal kewajiban kita di kantor sebagai karyawan dan hanya meminta hak (gaji bertambah). Atau dengan kata lain kita sering melupakan “jobdes” kita. Mungkin itu hal yang lumrah, karena kita tidak bisa mengingat semua dalam waktu yang lama. Namun, alangkah lebih baik jika kita meminta gaji kita bertambah, kita juga harus menambah “jobdes” kita. 3. Anda siap menjadi pemimpin atau menciptakan pemimpin atau menciptakan anak buah? Unjuk rasa bisa menciptakan anak buah. Anak buah yang mampu unjuk rasa berarti Ia seorang karyawan yang berani atau istilah “nekat” dan bisa mengubah itu menjadi sebuah “tekad”. Namun, bukan berarti Anda harus menjadi kar-
yawan yang berani unjuk rasa. Alangkah baiknya jika unjuk rasa itu dibarengi dengan unjuk prestasi. Tidak hanya meminta gaji tapi Anda juga haru meminta menambahkan “jobdes” Anda. Lalu, bagaimana menerima karyawan yang baik? Ada tiga hal yang harus dilihat: sebelum, pada saat, dan “future”. Sebelum, Anda harus mencari orang dari apa saja. Sudah seberapa nekatkah ia mengikut bos (atasan). Lalu “pada saat”, Anda memberikan masa percobaan atau pelatihan bagi karyawan Anda dalam waktu 3-6 bulan, dan di saat itu Anda dapat melihat kemampuan apa yang ia miliki. Dan “future”, setelah masa percobaan Anda mempekerjakan karyawan tersebut dan memimpin karyawan ter-
sebut sehingga ia dapat menjadi karyawan yang unjuk prestasi. Jika Anda seorang karyawan, jadilah karyawan yang dapat menunjukkan prestasi Anda dengan menambah “jobdes” Anda dan suatu saat saya yakin Anda dapat menjadi pemimpin. Dan jika Anda seorang pengusaha, jadilah pengusaha yang tidak menghambat karyawan Anda untuk unjuk prestasi, dan jadilah pengusaha yang dapat menciptakan anak buah. (ed/DTK) Salam Karakter,
Ir. William Wiguna, CPHR., CBA., CPI. http://www.careplusindonesia.com/ unjuk-rasa-nekad-atau-unjuk-prestasiprestasi/
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo
63
Iklan
64
No. 90 Tahun XX/Desember 2014 - Nawala Joglo