Farmaka 108
Volume 15 Nomor 2
TEKNOLOGI INDUCED PLURIPOTENT STEM CELL (IPSC) BERBASIS METODE 3D HANGING DROP SEBAGAI TERAPI GENODERMATOSIS GENERASI BARU Doni Dermawan, Eli Halimah Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21 Jatinangor 45363
[email protected] Abstrak Genodermatosis merupakan penyakit kulit disebabkan oleh faktor genetik yang berkaitan langsung dengan defisiensi struktur dan fungsi kulit. Beberapa jenis genodermatosis diakibatkan oleh adanya keterlibatan multisistem patologis yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas bagi penderitanya. Tingkat insidensi genodermatosis di seluruh dunia yakni antara 1:6000 sampai 1:500.000 dari penyakit kulit secara keseluruhan dan biasanya terjadi sejak lahir dan beberapa terjadi pada usia anak-anak. Keterbatasan akses terapi yang efektif, aman, dan terbukti secara klinis merupakan permasalahan utama dalam penanganan genodermatosis. Terapi gen merupakan fokus utama penelitian sebagai pilihan terapi genodermatosis namun juga memiliki keterbatasan meliputi risiko induksi tumor, pemilihan vektor, ekspresi gen dengan waktu yang singkat, adanya respons imun terhadap terapi gen yang diberikan, terbatas pada penyakit monogenik, dan risiko munculnya efek genotoksisitas. Tujuan dari literature review ini adalah untuk menganalisis secara komprehensif mengenai teknologi Induced Pluripotent Stem Cell (iPSC) berbasis metode kultur sel 3D Hanging Drop sebagai generasi baru terapi genodermatosis. Hasil studi menunjukkan Teknologi induced pluripotent stem cell (iPSC) yang dikombinasikan dengan metode kultur sel 3D hanging drop memiliki potensi yang sangat tinggi dalam penanganan penyakit genodermatosis ditinjau dari aspek keamanan berdasarkan profil keunggulan karakteristik koreksi secara genetik dengan mengganti jaringan yang mengalami mutasi dengan jaringan yang telah diprogram ulang. Kata Kunci: 3D hanging drop, Genodermatosis, iPSC (induced Pluripotent Stem Cell) Abstract Genodermatoses are skin diseases caused by genetic factors that are directly related to structural deficiencies and skin functions. Several types of genodermatoses are caused by pathological multisystem involvement that can increases morbidity and mortality for the patients. The worldwide incidence rate of genodermatoses is between 1: 6000 to 1: 500,000 of skin diseases as a whole and usually occurs at birth and some occur at the age of the children. Limited access to effective, safety, and clinically proven therapy are the major problems in the treatment of genodermatoses. Gene therapy is the main focus of the study as a choice of genodermatoses therapy but also has limitations including the risk of tumor induction, vector selection, short gene expression, immune response to gene therapy, limited to monogenic diseases, and risk of genotoxicity. The purpose of this literature review is to analyze the Induced Pluripotent Stem Cell (iPSC) technology based on the Hanging Drop 3D cell culture method as a new generation of genodermatoses therapy. The results of the study showed that induced pluripotent stem cell technology (iPSC) combined with 3D hanging drop cell culture method has a very high potential in the treatment of genodermatoses disease in terms of safety aspects based on genetic correction characteristics advantage profile by replacing tissue mutated with tissue which have been reprogrammed. Keywords: 3D hanging drop, Genodermatoses, iPSC (induced Pluripotent Stem Cell)
Farmaka 109
Volume 15 Nomor 2
PENDAHULUAN
kelamin pria dan 50% berjenis kelamin
Genodermatosis
merupakan
wanita dengan kelompok usia terbanyak
penyakit kulit disebabkan oleh faktor
yaitu 5-14 tahun sebanyak 5 orang (50%).
genetik yang berkaitan langsung dengan
Genodermatosis yang ditemukan terdiri
defisiensi
dari
struktur
dan
fungsi
kulit.
3
pasien
Beberapa jenis genodermatosis diakibatkan
epidermolisis
oleh
xeroderma
adanya
patologis
keterlibatan
yang
morbiditas
dapat
dan
multisistem meningkatkan
iktiosis,
bulosa
(EB),
pigmentosum
neurofibromatosis
2
pasien
(XP),
1
tipe-1,
1
bagi
Genodermatosis
secara
epidermal verukosa. Data lainnya yakni
umum dikelompokkan dalam tiga jenis
sebanyak dua pasien (0,59%) dengan
yakni kromosom, gen tunggal, dan poligen.
genodermatosis terdapat di rumah sakit Dr.
Genodermatosis merupakan penyakit kulit
Moewardi Surakarta pada periode 2011-
yang jarang ditemukan namun dapat
2012. [4,5,6]
berbahaya
bagi
berimplikasi
terhadap
sirkumkripta,
pasien
mortalitas
penderitanya.
limfangioma
(NF)
2
1
nevus
kehidupan
dan
Sampai saat ini hanya terdapat
kualitas
hidup
terapi simptomatik yang tersedia dalam
penderitanya meliputi pengucilan sosial,
penanganan genodermatosis. Keterbatasan
disabilitas, dan ekspektasi harapan hidup
akses terapi yang efektif, aman, dan
yang rendah. Jenis genodermatosis yang
terbukti
menjadi perhatian utama penelitian klinis
permasalahan utama dalam penanganan
berdasarkan efek patologisnya mencakup
genodermatosis. Terapi gen merupakan
iktiosis,
fokus utama penelitian sebagai pilihan
epidermolisis
bulosa,
dan
xeroderma pigmentosum.[1,2,3]
terapi
Tingkat kejadian atau insidensi
secara
klinis
genodermatosis
memiliki
keterbatasan
merupakan
namun
juga
meliputi
risiko
genodermatosis di seluruh dunia yakni
induksi tumor, pemilihan vektor, ekspresi
antara 1:6000 sampai 1:500.000 dari
gen dengan waktu yang singkat, adanya
penyakit kulit secara keseluruhan dan
respons imun terhadap terapi gen yang
biasanya terjadi sejak lahir dan beberapa
diberikan,
terjadi pada usia anak-anak. Di Indonesia
monogenik, dan risiko munculnya efek
belum terdapat prevalensi genodermatosis
genotoksisitas.[7]
secara menyeluruh namun tercatat terdapat
terbatas
pada
penyakit
Penelitian terkini untuk menangani
atau
genodermatosis berbasis terapi gen yakni
0,52% di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pemanfaatan sel punca (stem cell) untuk
dengan
menggantikan
sebanyak 10 orang yang dirawat
kasus
genodermatosis
selama
periode 2010-2014. Dimana 50% berjenis
jaringan
kulit
yang
mengalami mutasi serta defisiensi struktur
Farmaka 110
Volume 15 Nomor 2
dan fungsi. Induced pluripotent stem cell
terakreditasi seperti Journal of Pharmacy
(iPSC) merupakan jenis sel punca yang
and
memiliki prospek yang memiliki tingkat
Investigative Dermatology, Periodical of
efisiensi dan keamanan paling tinggi di
Dermatology and Venereology, dan Nature
antara jenis sel punca lainnya. iPSC dapat
Molecular Cell Biology. Data sekunder
berdiferensiasi menjadi keratinosit dan
juga
fibroblast yakni komponen seluler utama
dermatologi yakni Andrews' Diseases of
kulit dan dapat merekonstruksi struktur
the Skin Clinical Dermatology.
Bioallied
Sciences,
didapatkan
dari
Journal
buku
of
bidang
kulit. iPSC memiliki keunggulan utama
Data yang didapatkan merupakan
yakni sifatnya yang pluripotent (dapat
data kualitatif dan data kuantitatif. Data
berdiferensiasi menjadi berbagai jaringan
kualitatif diolah melalui suatu proses
dan organ), tingkat proliferasi yang tinggi,
pemilihan dan penyederhanaan data yang
dan sesuai dengan kode etik dikarenakan
disajikan dalam bentuk naratif. Kemudian
diperoleh dari jaringan dewasa serta tidak
ditarik kesimpulan secara bertahap dengan
adanya proses penghacuran embrio.[8,9]
mempertimbangkan dan memperhatikan
Tujuan dari literature review ini adalah
untuk
menganalisis
perkembangan
perolehan
data.
Data
secara
kuantitatif diolah dengan mendeskripsikan
komprehensif mengenai teknologi Induced
variabel penelitian yang telah diambil dari
Pluripotent Stem Cell (iPSC) berbasis
berbagai
metode kultur sel 3D Hanging Drop
menjadi suatu bentuk paragraf, sehingga
sebagai terapi genodermatosis generasi
data yang dihasilkan memiliki penjelasan.
baru yang memiliki tingkat efektivitas dan
PEMBAHASAN
efisiensi yang tinggi.
Induced
METODE
karya
ilmiah
ini
adalah
Cochrane Collaboration Review mencakup kualitas
dengan
menarasikan
pluripotent
stem
cell
(iPSC) merupakan pemprograman ulang
Metode yang digunakan dalam penulisan
sumber
studi studi,
literatur,
secara langsung sel somatik menjadi sel punca
oleh
empat
faktor
transkripsi
yang
(Oct3/4, Sox2, c-Myc, dan Klf4) atau yang
pengujian
dikenal dengan Faktor Yamanaka dapat
pengumpulan
dan
menghasilkan sifat pluripoten seperti sel
karakterisasi data, analisis, interpretasi
punca embrionik dan menjadi awal era
hasil, dan rekomendasi uji klinik serta
baru penelitian dan terapi berbasis sel
penelitian lebih lanjut.
punca termasuk pada bidang dermatologi.
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan
data
dari
berbagai
Pembentukkan iPSC dilakukan melalui tahapan preparasi gen Fbx15, kultur sel,
penelitian yang telah dipublikasi dalam
infeksi
jurnal
analisis histologi, perunutan genomik,
nasional
dan
internasional
retroviral,
konstruksi
plasmid,
Farmaka 111
Volume 15 Nomor 2
penentuan kariotipe, DNA microarray,
pengobatan
diferensiasi secara in vitro, dan uji
degeneratif, pemodelan penyakit, serta
imunopresipitasi.
penemuan obat baru.[10]
Teknologi
iPSC
penyakit
genetik
dan
mengalami kemajuan yang pesat dalam pengaplikasiannya
terhadap
bidang
Tabel 1. Perbandingan antara iPSC dengan Sel Punca Embrionik dan Sel Punca Dewasa.[11,12] induced
Sel Punca
Sel Punca
Embrionik
Dewasa
Sumber
embrio
jaringan dewasa
jaringan dewasa
Potensi
pluripoten
multipoten
pluripoten
sangat tinggi
terbatas
sangat tinggi
Aspek
Proliferasi in vitro Penggunaan klinik Kode etik
Pluripotent Stem Cell (iPSC)
dapat langsung
perlu induksi
perlu induksi
ditransplantasi
tidak sesuai
sesuai
Keunggulan iPSC memiliki potensi yang baik dalam bidang dermatologi
sesuai
terkoreksi ke dalam sel kulit yang sifatnya autolog untuk transplantasi.
dimana kulit merupakan jaringan ideal
Keberhasilan pengembangan terapi
untuk pengaplikasian awal terapi berbasis
genodermatosis
iPSC dikarenakan kulit mudah diperoleh
bergantung pada empat tahapan penting.
dan digunakan serta jika terjadi efek yang
Pertama, isolasi sel dari pasien melalui
tidak diinginkan pada area tertentu dapat
biopsi
dikeluarkan. Penggunaan iPSC terhadap
diperoleh kemudian diprogram ulang untuk
terapi genodermatosis dapat mengoreksi
menghasilkan iPSC dengan empat faktor
pada
induksi
tingkat
genetik
seperti
pada
kulit.
berbasis
Kedua,
sel
iPSC
sangat
yang telah
(Faktor
Yamanaka)
sehingga
sifat
pluripoten.
Ketiga,
epidermolisis bullosa dan iktiosis yang
diperoleh
disebabkan oleh cacat monogenik. Koreksi
kecacatan genetik pada iPSC yang telah
yang dicapai pada iPSC yang berasal dari
dihasilkan perlu untuk dikoreksi secara
pasien
dapat
genetik dengan rekombinasi homolog.
dihasilkan oleh diferensiasi iPSC yang
Keempat, sel pluripoten spesifik yang
dengan
penyakit
kulit
diperoleh
perlu
untuk
berdiferensiasi
Farmaka 112
Volume 15 Nomor 2
menjadi tipe sel yang relevan dan penyakit
dengan
pasien
penyakit secara in vitro sehingga dapat
kemudian
ditransplantasikan
penyakit
untuk
sebagai
pemodelan
terhadap pasien tersebut (autograft). iPSC
digunakan
sarana
analisis
yang belum terkoreksi dapat digunakan
mekanisme penyakit dan penemuan obat
sebagai sumber sel spesifik yang relevan
baru.[9]
Gambar 1. Tahapan Aplikasi iPSC Terhadap Genodermatosis.[9] Pemprograman Ulang Sel dari Pasien dengan Genodermatosis
Gen yang Terkoreksi
Pembentukkan iPSC dari pasien genodermatosis telah berhasil secara klinis
Penyakit Junctional
LAMB3
Epidermolisis Bullosa
dengan mengoreksi gen yang relevan
(JEB)
dengan penyakit melalui pemprograman
Resesif Distropik
ulang sel.
Col7A1
Epidermolisis Bullosa (RDEB)
Tabel 2. Gen yang terkoreksi berbasis
KRT5,
Epidermolisis Bullosa
iPSC
KRT14
Simpleks
pada
Bullosa.
[13,14]
penyakit
Epidermolisis
Farmaka 113
Volume 15 Nomor 2
Epidermolisis bullosa (EB) adalah
pada keratinosit. Dengan demikian, terapi
jenis penyakit kulit lepuh kongenital
koreksi
dengan manifestasi klinis mulai dari ringan
homolog mungkin
berupa lepuh pada kulit akibat trauma (EB
untuk genodermatosis, terutama untuk
simpleks) hingga bentuk parah berupa
penyakit
epidermolisis yang tersebar luas disertai
kehilangan fungsi secara resesif, seperti
ulserasi kronis dan pembentukan skar
yang terjadi pada JEB dan RDEB. Karena
(junctional EB dan recessive dystrophic
epidermis terus diperbarui oleh sel induk
EB). Terapi gen bertujuan mengembalikan
dewasa yang berada di lapisan basal
kadar protein struktural yang hilang.[15]
proliferatif, koreksi
Diferensiasi iPSC Menjadi Sel Kulit
harus menargetkan populasi iPSC.[18]
Kemampuan
iPSC
untuk
berdiferensiasi menjadi tipe sel kulit menentukan
keberhasilan
terapi.
genetik
melalui
yang
rekombinasi
satu-satunya
melibatkan
terapi
mutasi
genetik permanen
iPSC Untuk Pemodelan Penyakit Meskipun sel kulit dapat dengan mudah diisolasi dari biopsi pasien, dapat
Keratinosit, melanosit, dan fibroblast telah
diperbanyak,
dan
berhasil diperoleh dari iPSC dengan
pemodelan
mekanisme
penggunaan
bone
genodermatosis namun siklus hidup yang
(BMP4).
singkat menjadi kendala pengujian secara
Keratinosit yang diperoleh dari iPSC dapat
in vitro. Sel kulit yang diperoleh dari iPSC
membentuk jaringan epidermis dan kulit
dapat mempertahankan fenotipnya pada
fungsional ketika ditransplantasi dengan
kultur 3D contohnya pada diferensiasi
fibroblast. Melanosit dapat diperoleh dari
RDEB-iPSC menjadi keratinosit dan sangat
iPSC
berguna bagi penelitian aspek fisiologis
asam
morphogenetic
retinoat protein-4
dengan
transkripsi
dan
penambahan
Wnt3a
dan
faktor
endotelin-3.
digunakan
untuk penyakit
dan patologis kulit pada genodermatosis.
Sedangkan fibroblast dapat diperoleh dari
3D Hanging Drop Sebagai Metode
kultur iPSC dengan EGF dan BMP4.[16,17]
Kultur Sel iPSC
Terapi
Koreksi
Genetik
pada
Genodermatosis Berbasis iPSC
Kultur
sel
tiga
dimensi
(3D)
diperlukan dalam percobaan model seluler
Salah satu hambatan terapi gen
dengan tingkat kesamaan dengan jaringan
adalah ketersediaan vektor yang aman dan
fisiologis tubuh yang lebih baik. Kultur sel
mampu
terapeutik
dua dimensi (2D) konvensional sering kali
jangka panjang dengan risiko mutagenesis
gagal dalam memperoleh fungsi seluler
yang rendah. Pendekatan berbasis vektor
dan respon yang terdapat pada jaringan.
plasmid
untuk
Hasilnya yakni pengujian suatu senyawa
penghantaran gen kurang efisien dalam
obat dan pengujian biologi berbasis kultur
menginduksi efek korektif jangka panjang
2D cenderung tidak simetris dan memiliki
menghasilkan
dan
efek
adenoviral
Farmaka 114
Volume 15 Nomor 2
keterbatasan kapabilitas hasilnya. Untuk
konvensional yakni sulitnya melakukan
memperoleh data fisiologis yang lebih
pertukaran media kultur tanpa merusak
relevan, telah dikembangkan bermacam
spheroid serta kesulitan dalam peningkatan
teknik kultur sel 3D untuk mereplikasi
skala kultur spheroid untuk skrining dan
karakteristik
jaringan
pengujian senyawa obat melalui High
fisiologis. Beberapa metode ini melibatkan
Throughput Screening (HTS). Diperlukan
penggunaan
ekstraseluler,
metode pembentukkan kultur spheroid
hidrogel, dan matriks penyangga, metode
yang efektif dan efisien dalam proses
lainnya
kultur sel iPSC.[21]
in
vivo
dari
matriks
memerlukan
penggunaan
bioreaktor dan permukaan substrat yang direkayasa.[19,20]
3D
Hanging
Drop
Method
merupakan metode dan perangkat baru yang dapat membentuk spheroid yang
Kultur sel dalam bentuk spheroid (bentuk
bola)
keseragaman
ukuran
pada
memiliki
mikroplat 384-lubang dan menggunakan
reproduksibilitas dan tingkat kesamaan
instrumen High Throughput Screening
yang tinggi dengan jaringan fisiologis.
(HTS) mencakup pembaca plat, sistem
Pembentukkan
analisis,
kultivasi
3D
memiliki
spheroid
sel
tersuspensi
melibatkan dalam
tetes
dan
pencitraan
otomatis.
Teknologi ini ditemukan oleh Dr. Shuichi
gantung pada bagian bawah plat. Proses ini
Takayama
memerlukan
diikuti
disempurnakan pada tahun 2013. Tujuan
tetesan.
Hasilnya
dirancangnya teknologi ini yakni untuk
rentan
terhadap
menghasilkan lingkungan in vitro yang
dengan yakni
pembalikan
penggantian tetesan
akan
tutup
pada
2011
relevan
tetesan, penyebaran yang berlebih, dan
sehingga fungsi dan karakteristik sel pada
tersatukannya
kondisi sehat dan patologis dapat ditinjau
tetesan
disebelahnya. Kelemahan lainnya dari metode
pembentukkan
spheroid
lingkungan
dengan jauh lebih baik.[22]
in
dan
gangguan yang mengakibatkan jatuhnya
dengan
dengan
tahun
vivo
Farmaka 115
Volume 15 Nomor 2
Gambar 2. Teknologi Kultur Sel 3D Hanging Drop. a) Plat kultur spheroid 384 hanging drop. b) Chamber humidifikasi yang digunakan untuk kultur spheroid 3D pada plat hanging drop. c) Proses pembentukkan hanging drop pada plat.[22]
Berdasarkan penelitian Takayama,
kemudian tetes gantung distabilkan oleh
3D Hanging Drop Method memungkinkan
struktur bagian bawah dari mikroplat
pembentukkan, pengujian, dan analisis dari
kemudian
spheroid 3D mudah untuk dilakukan.
ditambahkan atau dikeluarkan pada setiap
Perangkat terdiri dari plat kultur tetes
tetes gantung. Pengujian kolorimetri dan
gantung
fluoresensi dapat dengan mudah dilakukan
utama,
komplementer menjaga
penutup,
yang
sterilitas
dan
berfungsi dan
trei untuk
mengurangi
dengan
senyawa
obat
memasukkan
Hanging
Drop
ke
dapat
mikroplat suatu
3D
instrumen
kemungkinan terjadinya evaporasi. Plat
pembaca plat. Kultur sel spheroid yang
kultur utama terdiri dari lubang akses yang
dikombinasikan dengan High Throughput
memungkinkan pemasukkan cairan dan
Screening
spheroid dari sisi atas. Terdapat sebuah
akurasi terhadap upaya pembentukkan
reservoir di sekitar plat kultur yang
iPSC serta penemuan dan pengembangan
berfungsi untuk mengurangi evaporasi.
obat.[22]
Dimensi
SIMPULAN
keseluruhan
perangkat
telah
(HTS)
dapat
meningkatkan
memenuhi standar American National
Teknologi induced pluripotent stem
Standards Institute (ANSI) dan Society of
cell (iPSC) yang dikombinasikan dengan
Biomolecular
3D
metode kultur sel 3D hanging drop
Hanging Drop Method dilakukan dengan
memiliki potensi yang sangat tinggi dalam
meneteskan
penanganan
Screening
volume
yang
(SBS).
kecil
dari
penyakit
genodermatosis
suspensi sel melalui tip pipet ke dalam
ditinjau dari aspek efisiensi dan keamanan
lubang akses dari mikroplat bagian atas
berdasarkan
profil
keunggulan
Farmaka 116
Volume 15 Nomor 2
karakteristik koreksi secara genetik dengan
2.
mengganti
2011. Andrews' Diseases of the Skin
mutasi
jaringan
dengan
yang
jaringan
mengalami yang
telah
James WD, Elston DM, Berger TG.
Clinical
11th
Dermatology
Edition.
diprogram ulang. iPSC juga berpotensi
London: Saunders.p.542-78.
sebagai sarana pemodelan mekanisme
3.
penyakit dan skrining obat baru dalam
A. 2002. Cutaneous Gene Transfer for
penanganan genodermatosis.
Skin and Systemic Diseases. Journal of
SARAN
Internal Medicine 252(2):1-10.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut dalam
aspek
implementasi
induced
4.
Khavari PA, Rollman O, Vahlquist
Tadini G, Brena M, Carlo. 2015.
Atlas of Genodermatoses, 2nd
pluripotent stem cell (iPSC) berbasis
Milan : CRC Press. p.56.
metode kultur sel 3D hanging drop sebagai
5.
terapi genodermatosis generasi baru.
Retrospektif
Adisty D, Zulkarnain I. 2016. Studi :
Insidensi
Penatalaksanaan UCAPAN TERIMAKASIH
Periodical
Penulis menyadari bahwa terdapat beberapa pihak yang membantu dalam penyusunan literature review ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih
Halimah,
MS.,
kepada,
Apt
selaku
Dr.
Eli
dosen
pembimbing dan Rizky Abdullah, Ph.D., Apt selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
dan
Genodermatosis.
of
Dermatology
and
Venereology 28(2):35–41. 6.
Pramuningtyas
R,
Yuniar
K,
Widhiati S, Julianto I, Kariosentono H. 2012. Pola Penyakit Kulit dan Kelamin pada Anak di Bawah 14 Tahun di RS Dr.Moewardi Surakarta. Media Dermato Venerelogica
Indonesiana
(MDVI)
39(1):19-23. 7.
Tanojo H, Yenny SW. 2012. Terapi
Gen
Untuk
Dermato
KONFLIK KEPENTINGAN
Edition.
Genodermatosis.
Venerelogica
Media
Indonesiana
(MDVI) 39(1):134-140. Penulis menyatakan tidak terdapat potensi
konflik
kepentingan
dengan
kepenulisan dan atau publikasi literature review ini.
Gnananandar G. 2015. Genodermatoses. of
Higgins
C,
Pharmacy
Sciences 7(1):203-206.
Christiano
AM.
2013.
Generation of 3D Skin Equivalent Fully from
Human
Induced
Pluripotent Stem Cells (iPSCs). PloS ONE
Aravindha NB, Rajesh E, Kruppa J,
Journal
Itoh M, Arao NU, Guo Z, Liu Z,
Reconstituted
DAFTAR PUSTAKA 1.
8.
and
Bioallied
8(10):1-9. 9.
Bilousova G, Roop D.
Induced
Pluripotent
Stem
2014.
Cells
in
Dermatology: Potentials, Advances, and
Farmaka 117
Volume 15 Nomor 2
Limitations.
Cold
Spring
Harbor
Perspective in Medicine 4(11):151-166. 10.
disease. Trends in Molecular Medicine 13(1):219-222.
Yamanaka S, Takahashi K. 2016. A
Ohta S, Imaizumi Y, Okada Y,
16.
Decade of Transcription Factor mediated
Akamatsu W, Kuwahara R, Ohyama M,
Reprogramming to Pluripotency. Nature
Amagai M,Matsuzaki Y, Yamanaka S,
Molecular Cell Biology 17(3):183-193.
Okano H, et al. 2011. Generation of human
11.
Sreenivas
D,
Sreenivasa
A,
melanocytes from induced pluripotent stem
Satyavani S, Reddy B, Vasudevan S. 2011.
cells. PloS ONE 6(2):e16182.
Where Will the Stem Cells Lead Us?
17.
Prospects for Dentistry in the 21st Century.
Margvelashvili M, Dong S, CarlsonMW,
Journal
Garlick
of
Indian
Society
of
Periodontology 15(3): 199-204. 12.
Hewitt KJ, Shamis Y, Hayman RB,
JA.
2011.
from induced pluripotent stem cells. PloS
2013. Stem Cell Therapy : an Exercise in
ONE. 6(2):e17128.
Patience
18.
Prudence.
and
phenotypic profile of fibroblasts derived
Lin, H., Otsu, M., Nakauchi, H.
and
Epigenetic
London
:
Osborn MJ, Starker CG, McElroy
Philosophical Transactions and The Royal
AN, Webber BR, Riddle MJ, Xia L, DeFeo
Society Publisher. p.137.
AP, Gabriel R, Schmidt M, von Kalle C, et
13.
Tolar J, Xia L, Riddle MJ, Lees CJ,
al. 2013. TALEN-based gene correction
Eide CR, McElmurry RT, Titeux M,
for
Osborn MJ, Lund TC, Hovnanian A, et al.
Therapy 21(3):1151–1159.
2011. Induced pluripotent stem cells from
19.
individuals
EH. 2007. The Third Dimension Bridges
with
recessive
epidermolysis
bullosa.
Investigative
Dermatology
dystrophic
Journal
bullosa.
Molecular
Pampaloni F, Reynaud EG, Stelzer
of
the Gap Between Cell Culture and Live
131(1):848–
Tissue. Nature Reviews Molecular Cell
856. 14.
epidermolysis
Biology 8(2):839–845. Tolar J, Xia L, Lees CJ, Riddle M,
20.
Friedrich
J,
Ebner
R,
Kunz-
McElroy A, Keene DR, Lund TC, Osborn
Schughart L.A. 2007. Experimental Anti-
MJ, Marinkovich MP, Blazar BR, et al.
tumor Therapy in 3-D: Spheroids – Old
2013.
induced
Hat or New Challenge? International
junctional
Jounal of Radiation Biology 83(1):849–
Keratinocytes
pluripotent
stem
epidermolysis
cells
bullosa.
from in
Journal
of
871.
Investigative Dermatology 133(2): 562–
21.
565.
Advances
15.
Featherstone C, Uitto J. 2007. Ex
vivo gene therapy cures a blistering skin
Lin RZ, Chang HY. 2008. Recent
Multicellular Biomedical
in
Three
Dimensional
Spheroid
Culture
for
Research.
Journal
of
Biotechnology 3(5):1172–1184.
Farmaka Volume 15 Nomor 2
22.
Takayama S, Tung Y, Hsiao A,
Allen S, Torisawa Y, Ho M. 2011. Hightroughput 3D Spheroid Culture and Drug Testing Using a 384 Hanging Drop Array. Journal of Royal Society of Chemistry 136(3):473-478.
118