FAQIH ASHRI & INDRA ‘LARA HATI’
MIMBAR SYAIR
Penerbit Andromeda Press
MIMBAR SYAIR Oleh: Faqih Ashri & Indra Lara Hati Copyright © 2014 by Faqih Ashri
Penerbit Andromeda Press www.plannermuda.blogspot.com
[email protected]
Desain Sampul: Indra Lara Hati
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2
2
Ucapan Terimakasih:
Teruntuk ibu dan ayah yang selalu jadi pelita inspirasi dalam setiap langkah hidupku, kuhaturkan sejuta salam hormat untuk kalian. Teruntuk adik-adik yang tiada henti memberikan senyuman paling tulus untuk setiap keputusanku, sehingga aku selalu yakin langkahku adalah yang terbaik. Teruntuk kekasihku yang cantik, senantiasa menaburi bumbu spirit yang berbeda hingga rasa bahagia menjadi hadiah untukku setiap hari. Teruntuk para sahabat karibku, tiada nampak rembulan bisa bersinar penuh, tanpa kalian terus berada di sisi, meyakinkan aku bahwa kalian selalu ada saat kubutuhkan.
Love you all.
33
DAFTAR ISI Ucapan Terima Kasih……………………………..... 3 Daftar Isi…………………………………………………….. 4
Chapter I : Puisi 1.
Setegar Batu Karang.................................... 9
2.
Kasih dari Surga…………………………... 12
3.
Antara Kenangan dan Impian…………… 14
4.
Kanvas Rindu untuk Nonaku…………… 15
5.
Setangkai Rindu tuk Ibu di Alam Baru…. 17
6.
Cinta Ibu Tak Terganti…………………. 19
7.
Cemburu………………………………….. 21
8.
Kekasih idaman, Pendamping Hidup…… 23
9.
Ibu (Saya) Kartini………………………… 25
10. Getirnya Menunggu Cinta……………… 27 11. Pergilah Kau Masa Lalu…………………. 29 12. Izinkan Aku Selingkuh, Istriku!................. 31 13. Satu Ragu untuk Pemimpin……………… 35 44
14. Anga dan Sejarah…………………………. 36 15. Dari : Bukan Siapa-Siapa, tuk : Indonesia.. 37 16. Era-nya Pemimpin Berbeda……………….. 39 17. Bima, Tanah Magisnya Indonesia………. 41 18. Izinkan Aku Tidak Memilih Kalian……... 44 19. Hamba-Hamba Politik …………………... 46 20. Remaja di Ujung Zaman………………… 49 21. Gadis Muda di Persimpangan Jalan…….. 51 22. Kalian, Sejiwa yang Hilang……………… 53 23. Bayang Nostalgia………………………… 55 24. Serasa Mati Suri………………………….. 57 25. Teruntuk Para Korban Banjir……………. 58 26. Hariku di Damaskus……………………… 60 Chapter II : Prosa 1. Saat Kutahu Kamu, di Sekolahku………… 63 2. Selamat Tahun Baru 2012…………………. 64 3. Yang Tertinggal Selamanya……………… 66 4. Malam Tenang Ku Berdoa……………….. 68 55
5. November Berlalu Bersama Kawan………. 70 6. Menjadi Jiwa Baru Dalam Roman……….. 72 7. Lamunanku Terhapus Pagi………………... 74 8. Belajar Memahami Ironi………………….. 76 9. Tegar Menantang Sesal………………….. 78 10. Antara Kebaikan dan Kebencian…………. 80 11. Persahabatan dan Cinta………………….. 82 12. Menyesal, Awal dari Perubahan…………. 84 13. Dia Kekasihku…………………………….. 86 14. Merangkai Ulang Rencana………………. 88 15. Selalu Ada Rindu………………………… 90 16. Napak Tilas Kenangan…………………… 92 17. Balada Sedih………………………………. 94 18. Lamunan Senandung Malam…………….. 96 19. Air Mata Kedamaian……………………… 98
66
CHAPTER 1 PUISI
7
7
[ I ] C.I.N.T.A. Jika dirimu yakin ingin selalu di sampingku hingga digit usia yang sudah tidak bisa bertambah lagi, jangan pernah ada kata ragu, dan jangan biarkan diriku meragu.
8
8
SETEGAR BATU KARANG
Aku tahu alaminya cinta pastilah indah.. Wajah mereka yang jatuh cinta selalu cerah. Ucapan keluar dari hati, tak pernah ada amarah.. Sikap atas dasar cinta terlihat megah.. Perasaan itu terbentuk sesaat ku mengenalmu.. Ada desiran berbeda saat jemari kecilmu kugeggam.. Inginku membawamu lari dari hiruk-pikuk dunia.. Senyummmu menjadi bahan bakar daya juang kerjaku.. Celotehmu ciptakan tangga lagu dalam rongga telingaku.. Hingga ku tertidur, kepalaku serasa selalu di pangkuanmu.. Aku begitu menyayangimu lebih dari hidupku sendiri.. Tak pernah ku tersiksa dengan tubuh yang kering kerontang.. Tak pernah aku risih dengan uban yang mulai menjamur..
9
9
Hidup ini sudah kian berat.. Tapi tak mengurangi niatku untuk selalu memikirkanmu.. Cerita indah akan selalu dikenang.. Meskipun seluruh dunia sudah tak indah lagi.. Rasa sayang yang terucap lisan entahkah masih terjaga.. Atau malah telah sirna pergi berganti sepi.. Kesibukan duniamu membuat semua berubah.. Adakah rasa sayang tulus bisa tergerus oleh kesibukan dunia? Kau kini sudah tak memiliki rasa itu lagi, semua sirna.. Ribuan alasan pun tidak akan menyelesaikan konflik batin yang tercipta.. Ketika hati telah menilai maka tidak akan berlaku logika.. Kau selalu melakukan apa yang baik menurut hatimu.. Tanpa mau sedikit pun mengerti apa yang terbaik untuk kita..
10
10
Kenapa hanya aku, selalu aku yang harus mengerti? Bukankah cinta itu tentang ‘kita’, bukan ‘aku atau kamu’.. Aku pun hanya bisa berharap cinta kasih sayang yang terucap.. Benar-benar tertancap kuat di lubuk hatimu terdalam.. Agar nampaklah ketulusan dalam bersikap.. Tiada mudah kita untuk saling melupakan..
11
11
KASIH DARI SURGA
Pendar kemilau cahaya matahari pagi.. Terduduk masih dalam bayangan rembulan malam tadi.. Hembusan nafas perlahan mungkin tenangkan hati.. Lamunan tiada berhenti datang silih berganti.. Wajah-wajah yang sangat kukenal bergelayut lagi.. Menggantung kaku di ujung mata membentuk bias pelangi.. Hanya deraian air mata kerinduan sebagai jawaban pasti.. Air mata membuncah simbol ketulusan dalam diri.. Atas ribuan memori kenangan yang tercetak rapi.. Atas doa yang masih tetap dipanjatkan, agar aku bahagia sebelum menyusul mati.. Atas titipan patuah yang seakan tak pernah hanyut bersama badai hidup ini.. Mereka sungguh hebat, tak henti lisanku meracau memuji.. 12
12
Sebuah kenangan hidup, dan tak akan terganti.. Peluk seluruh keresahanku, hidup tlah penuh dengan duri.. Yakinkan aku bahwa kasih sayang kalian masih menemani.. Hingga kelak aku bisa untuk sekedar melukis sketsa kebahagiaan surgawi..
13
13
ANTARA KENANGAN DAN IMPIAN
Akhirnya hati akan terbawa pergi.. Terbang bersama harap dan benci yang tak pudar.. Mendaki asa bak sandiwara berujung luka.. Merajut kembali puing-puing dari pecahan kenangan.. Sulit kata dalam nada, mudah jatuh dalam dosa.. Seringai tipis usaha hapuskan getir hidup.. Coba berdiskusi dengan tembok lusuh nan bisu.. Tatapan nanar begitu saja kuterima, dingin & lembab.. Disana ada sepenggal nama, kini hanya ada sebait doa.. Mengusung rindu terbawa badai ketidakpastian.. Kemudian hilang oleh sepoi angin bertema ilalang.. Tidak pernah hati bisa terungkap kata.. Kadangpun bisa, hanya sia-sia.. Hilang harap munculkan jawab.. Bagai mentari yang sinari alam semesta.. Kini kukencangkan pelana kuda ksatria.. Siap kugapai mimpi yang tertulis disana.. Jauh diatas sana.. 14
14
KANVAS RINDU UNTUK NONAKU
Nonaku.. Kutulis ini dalam kaku.. Dalam ketersendirian waktu.. Hanya ada siluet raut wajahmu.. Gores perlahan kanvas ungu.. Cibiran indah sang saksi bisu.. Nonaku.. Sabarlah dalam menunggu.. Hidup amat naif untuk diburu.. Zaman memang brganti melulu.. Kuatkan hatimu agar tetap satu.. Ikat rindumu agar tetap syahdu.. Nonaku.. Banyak sudah episode berlalu.. Kau lihat langit tetap biru.. Desir angin semilir tetap merdu.. Jika utuh kau jaga rasa yakin itu.. Aku tetap menjadi langit dan angin bagi hidupmu.. 15
15
Nonaku.. Kau tahu, Tuhan tahu segala sesuatu.. Sudikah kau merajut padaNya untukku.. bisakah kau merayuNya dalam sujudmu.. Lalu beritahu aku.. Bahwa Dia akan meridhoi satu.. Kebersamaan yang tak lekang oleh waktu..
16
16
SETANGKAI RINDU UNTUK IBU DI ALAM BARU
Kasih sayangmu ibu.. Tercurah penuh waktu.. Padaku sang anakmu.. Menguntai syahdu.. Semerdu lagu.. Ribuan laku sia-sia.. Bermodal nafsu dunia.. Mengiris hatimu terluka.. Meluka jiwamu durja.. Hilangkan senyum tawa.. Sakitmu meluruh ketegaran.. Jeritmu meruntuh keceriaan.. Terkulai lemas kau kesakitan.. Ruang medis tak meringankan.. ‘Enyahlah kau sakit, sialan!’.. Hancur lebur.. Ombak berdebur.. 17
17
Mengalur.. Mengubur.. Harap tlah menjamur.. Maaf untuk ibu tercinta.. Kau tinggalkan aku putus asa.. Anakmu tak tahu balas jasa.. Kini, meronta pun ku tak bisa.. Hanya doa di atas nisanmu saja.. Terima kasih ibu terkasih.. Tiada aku ingin berdalih.. Hidup ini telah menyerpih.. Ku berusaha ntuk tidak tertatih.. Jalani nuansa kehidupan hitam dan putih..
18
18