Jamaluddin
Mengenal Allah Seringan Kapas & Selembut Sutera
Penerbit DU16 Press
Mengenal Allah Seringan Kapas & Selembut Sutera Oleh: (Jamaluddin) Copyright © 2013 by (Jamaluddin)
Penerbit (DU16 Press) (
[email protected])
Desain Sampul: (Taufik Fadhilah)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Ucapan Terima Kasih: Terima kasih kepada Allah SWT. Tuhan pencipta alam yang telah menciptakan penulis mampu menulis apa yang telah dipelajarinya di MI Darul Ulum 16, Pondok Pesantren Darul Ulum I Banyuanyar Madura, Al ashriyyah Nurul Iman Boarding School Parung Bogor, dan UMJ. Tidak lupa salawat
dan salam penulis
haturkan kepada teladan agung dan penebar cinta, baginda
Muhammad
SAW.
yang
dengan
derajatnyalah penulis bisa selalu berdoa dengan harapan yang suci. Guru besar penulis, sayyiduna al syeikh al habib Saggaf ibn Mahdi ibn Idrus ibn al syeikh qutb al ghauts Abi Bakar ibn Salim dan sayyiduna al syeikh Muhammad Syams al ‘Arifin. Orang Rummanah
tua
penulis
yang
telah
Abd
Karim.k
melahirkan
dan
penulis.
3
Rabbighfirliy wa liwalidayya warham huma kama robbayani shoghiro. Teman-teman pendiri Hornet: Maryono HR, Sutrisno Dahlan, Ridwanullah, Solehoddin al ayubi, dan saya sendiri. Juga, untuk designer cover buku ini: Taufik Fadhilah yang telah meluangkan waktunya, thanks a lot. Dan tak lupa pula, mbah Google selaku sumber gambar cover buku ini. Teman satu kos: Burhan, Syafie, Herman, Wafi, Taufik di JL. Bulak Raya Rt. 002/Rw. 02 No. 22 Kec. Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Provinsi: Banten Kode Pos (15412). Dan ibu kos yang baik hati: Hj Nana Zainab. Terakhir, kepada semua guru, keluarga dan teman yang nama-namanya tidak bisa tertulis di sini tetaplah menjadi kebanggaan penulis untuk pernah dan selalu mengenal anda semua. Juga kepada Nulisbuku.com, terima kasih tak terhingga penulis ungkapkan dari rasa cinta yang terdalam.
4
Ucapan Terima Kasih, 3 Daftar Isi, 5 BAB I TENTANG TUHAN, 7 a. Definisi Tuhan, 8 b. Menemukan tempat Tuhan, 24 c. Menghitung Tuhan, 31 d. Melihat Tuhan dengan Mata Terbuka, 35 e. Memastikan Tuhan, 37 f. Kekuasaan Tuhan, 44 g. Beriman Pada Tuhan, 51 BAB II BAGINDA RASULULLAH MUHAMMAD SAW, 53 a. Mencintai-Nya dengan Yakin, 54 b. Bukan Hanya Dongeng Belaka, 60 c. Berani Jujur Itu Hebat!, 63 d. Membangun Dasar Kepercayaan, 66 e. Penyampaian Rasa Percaya dan Yakin, 70 f. Korelasi Nilai Masa Lalu dengan Sistem Nilai Masa Kini, 75 5
g. Mencintai Rasulullah SAW, 80 h. Misiku Adalah Agar Manusia Mencintai Nabi Besar Muhammad SAW, 87 BAB III LIMA PULUH AKIDAH ISLAM, 93 TENTANG PENULIS, 102
6
BAB I TENTANG TUHAN Membicarakan agama tidak bisa lepas dari Tuhan.
Sulit
sekali
ditemukan
agama
tanpa
kepercayaan tentang Tuhan. Tuhan dalam sebuah agama ibarat satu benda yang tidak terpisahkan. Memisahkan Tuhan dari sebuah agama seperti memisahkan kapur tulis dari warnanya. Tuhan mesti ada dalam sebuah agama. Agama apapun itu. Tuhannya umat Muslim Allah SWT. Menariknya, membicarakan Tuhan sangat menarik. Karena ia menyentuh bagian yang sangat mendasar dalam sebuah agama. Sementara agama merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi umat manusia. Membicarakan agama tidak pernah garing. Selalu ada yang baru dalam pembahasan agama. Sebagaimana cinta, agama selalu indah diperbincangkan.
Hanya
saja,
perbincangan 7
mengenai agama lebih up date daripada perbincangan mengenai cinta. Dengan demikian, membicarakan Tuhan berarti membicarakan dasar dari kebutuhan dasar umat manusia. Manusia membutuhkan Tuhan sebagaimana bangku membutuhkan tukang kayu yang menciptakan dan mencintainya. a. Definisi Tuhan Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal definisi. Biasanya definisi ditandai dengan kata ‘adalah’ atau ‘ialah’. Misalnya, kucing adalah hewan yang mengeong. Ayam adalah hewan yang berkokok. Manusia ialah makhluk yang berpikir (anima intelektiva/al hayawan al natiq). Kata yang terletak sebelum ‘adalah’ atau ‘ialah’ disebut definindum. Sedangkan kata yang terletak setelah ‘adalah’ atau ‘ialah’ disebut definisi. Definisi dikenal dalam ‘ilmu mantiq (ilmu logika) dengan ta’rif atau hadd. Fungsi dari definisi untuk menjelaskan definindum sekaligus membedakannya dari definindum yang lain. Pada
8
contoh ini, ayam dijelaskan sebagai hewan yang berkokok, ‘yang berkokok’ membedakannya dari sejenisnya berupa sesama hewan. Ayam dan kucing sama-sama hewan. Untuk membedakannya satu dari yang lainnya dibedakan dengan ‘sifat khusus’ (fashil) yang melekat padanya.
9