AT-TA’LIM; Vol. 4, Tahun 2013
PROSES PENDIDIKAN ANAK UNTUK MENGENAL ALLAH Anna Firdaus A.
PENDAHULUAN Penanaman dasar-dasar keagamaan kepeda anak yang secara fisik maupun psokis masih masa pertumbuhan dan perkembangan adalah dengan mengindoktrinkanasikan nilai-nilai keagamaan melalui sikap dan perbuatan yang secara informal dapat menumbuhkan rasa keagamaan. Dan pada akhirnya menjelma menjadi kesadaran ber agama. Dari kesadaran beragama anak akan memiliki kecenderungan mengelkan agamanya dalam bentuk ibadah dengan segala aspeknya. Sehingga pada saat mereka dapat memenuhi tuntuttan tujuan penciptaan dirinya, sebagaimana firman Allah dalam al-qur’an surat AZ-Zariat ayat 56;
Artinya : Dan tidak aku jadikan jin dan manusia itu kecuali supaya mereka menyembahku’. (Departemen agama RI, 1982 : 862) Sesuai dengan konsepsi islam bahwa penanaman iman bagi seorang anak merupakan rangkaiaan tanggung jawab yang paling urgens,yang harus ditanamkan sejak anak mulai dapat memahami dan mengerti tentang wibawa, pendidikan keimanan yang diajarkan anak-anak sebagai. Tonggak Prakteknya ternyata, hal ini lebih sukar untuk dilaksanaka, karena sifat pendidikan agama itu sangat halus sekali,menyangkut dengan keyakinan dan keimanan yang abstrak dan bersumber pada hidaya tuhan. di samping itu belum adanya metodologi yang khusus penddikan agama islam yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaan anak. Secara konsepsional,menurut pandangan islam bahwa anak sejak lahir telah dibekali dengan suatu pembawaan yang dikenal dengan fitrah. Fitrah ( bakat keagamaan ) yang merupakan esensi dasar yang perkembangannyaeantung dengan pengaruh lingkungannya.dalam arti terbukanya kemungkinan bagi anak untuk mengikuti agama orang tuanya. Sebagai yang dijelaskan Rasulullah Saw. Dalam haditsnya yang berbunyi :
10
Proses …
Artinya :
Setiap anak dilahirkandalam keadaan suci (fitrah),sehingga faseh lidahnya : maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi nasrani atau majusi. ( imam jalaludin as-sayuthy,1954 : 242 )
Konsep pendidikan anak uantuk mangenai Allah pada masa kanak-kanak bertujuan untuk menamkan dasar-dasar keyakinan beragama pada anak memerlukan dasar-dasar keyakinan beragama pada diri anak memerlukan suatu metode yang infuentif ( tepat ) sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan harus menyadari akan beban tugas dan tanggung jawab dalam proses pendidikan anak. Baik yang berkenaan dengan keimanan ,akhlak, mental spiritual maupun sosial.mereka selalu berusaha untuk mencari berbagai cara yang lebih efektif dan efisien sehingga anak dapat mencapai tingkat kematangan yang lebih sempurna. Proses pendidikan anak pada masa kanak-kanak menuntut adanya peran dan tanggung jawab orang tua sebagai kepala keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam kesatuan hidup masyarakat. Lebih dari pada itu keluarga merupakan lembaga bagi kehidupan anak yang dapat menentukan dan mmberikan kemungkinan bahagia atau celakanya anak . oleh sebab itu ajaran islam menilai beratkan pada orng tua mengajar dan mendidik keluarga lebih dahulu sebelum mengajar dan memiliki orang lain. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat ASY-Syu’arah ayat 214 :
Artinya : Dan berikanlah peringatan terhadap kaum kerabat mu yang lebih dekat. ( Depag. Ri 1982 : 589 )
Artinya : Ditambah lagi ayat yang lain memerintahkan agar para orang tua bererkewajiban untuk memlihara keluarganya dari api neraka. sebagai mana firman Allah surat Al-Tahrim ayat 6 Dari ayat di atas, dapat dilihat adanya fungsi orang tua (ayah-ibu ) dwi tunggal yang mempunyai tanggung jawab akan pertumbuhan dan perkembangan anaknya secara fisik dan psikis, yang sekaligus sebagai factor penentu bagi masa depan anakanaknya. Sebagai mana implikasinya orng tua tidak hanya diperintahkan untuk melihat dirinya secara pribadi, tetapi juga untuk 11
AT-TA’LIM; Vol. 4, Tahun 2013
menjaga dan melindungi keluarganya. Hal ini mengandung arti bahwa fungsi orang tua dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab terhadap anak-anaknya dapat dilihat dalam berbagai fungsinya, Baik sebagai pendidik keluarga maupun sebagai pemeliharaan dan pelindung keluarga. Pendidikan yang dilalui oleh anak dalam lingkungan keluarga, merupakan pendidikan pra-sekolah yang berawal dari perhatian dalam pengertian orang tua ( orang dewasa ) untuk menanamkan nilai-nilai normative ke dalam jiwa anak. Kondisi demikian sejalan dengan kesadaran dan pandangan bahwa : dalam dunia modern sekarang anak-anak tidak hanya diharapkan hidup dalam lingungan keluarga saja, melainkan harus dipersiapkan untuk pada gilirannya ( saat umur tertentu ), dimana mereka mulai melepaskan ikatan hidup dengan orang tuanya, dan harus mempunyai pengalaman-pengalaman yang bermanfaat dalam hidup bermasyarakat. Keluarga adalah tanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan anak, kebenarannya berpengaruh langsung terhadap pembinaan kepribadian anak. Lahirnya tanggung jawab tersebut disebabkan posisi keluarga sebagai tempat lahir dan tempat pertama anak menerima pendidikan. Dengan demikian pembentukan kepribadian anak harus berawal dari upaya penanaman nilai-nilai dasar kehidupan. Baik dalam kaitannya hubungan vertical yang bersifat horizontal. Kenyata seperti ini jika dihubungkan dengan masyarakat Islam, dimana di dalam kehidupan masyarakat Islam dari zaman kezaman dikenal adanya anjuranuntuk membina kesejahteraan hidup keluarga melalui pendidkan yang berlangsung dalam tatanan kehidupan keluarga. H. Muzaiyin Arifin menegaskan bahwa : Anak adalah cermin keluarga, yang didalamnya ada yang baik dan ada pula yang jelek, dan segala yang didengar atau dilihat oleh anak tertanam pada jiwanya. Maka dari itu usaha ibulah yang paling penting dalam mendidik anak-anaknya. Dan adapun pendidikan keutamaan tak mungkin diperoleh di sekolahan, tetapi wajiblah anak dibiasakan dengan keutamaan sejak ia memahamin pembicaraan. (H. Muzaiyin Arifin, 1988:117) Dari ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan yang berlangsung dalam kehidupan keluarga akan menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan yang akan berlangsung di sekolah secara formal. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam pembentukan kepribadian anak dalam lingkungan keluarga sangat menentukan baik buruknya tingkah laku dan akhlak anak dalam pertumbahan dan perkembangan kepribadiannya pada masa-masa berikut. 12
Proses …
Berbagai tanggung jawab yang harus dipikul oleh keluarga dalam proses pembentukan keluarga dalam peruses pembentukan kepribadian anak, menurut pandangan islam harus berawal dari upaya penanaman rasa keimanan dan pembentukan budi perkerti anak-anak, disamping berbagai tanggung jawab lainnya. 1. Penanaman dasar-dasar keimanan kepada Allah Interaksi antara orang tua dengan anaknya pada dasarnya telah terjadi sejak anak dilahirkan, didalam keluarga pula anak mendapat pendidikan pertama dalam memfungsikan jiwanya. Bimbingan dan pendidikan anak dalankeluarga terutama yang dilakukan oleh orang tua merupakan fondamen bagi pertumbuhan dan perkembangan pada lembaga-lembaga pendidikan berikutnya. Rumah adalah lingkungan pertama dimana ia hidup ia mendapatkan pendidikan kerumahtanggaan. Rumah adalah sebagai tempat belajar yang pertama yang mendidik anakanaknya tentang kerumahtanggaan atau membiasakan akan suatu keiasaan serta mengenal tentang banyak cita-cita dan irtikad keluarga, maka bila hidup keluarga itu dalam kondisi baik anak akan mendapat pengaruh kebaikannya dan bila tidak demikian maka anak akan tenggelam dalam kesukarannya. (H. Muzaiyin Arifin, 1998:72). Menurut Dr. Abdullah Nasih Ulwan (1998) terjamahan Anwar Rasyidi dkk. Menyebutkan bahwa : Tanggung jawab dan kewjiban menanamkan rsa keimanan yaitu dengan cara membina anak untuk percaya kepada Tuhannya melalui berbagai pembuktian tentang ciptaan-ciptaan Tuhannya. Pembinaan dan bimbingan ini diberikan pada saat anak saudah dapat mengenal dan membedakan sesuatu, melalui metode sosialisasi pendidikan berjenjang yaitu bertolak dari hal-hal yang dapat dicerna hanya dengan menggunakan indra sampai kepada hal-hal yang bersifat abstrak melalui ungkapan-nungkapan yang sistematis, logis dan argumentif. Kondisi anak yang sejak dilahirkan telah memiliki dasardasarkeimanan yang terus berkembang dan menjelma menjadi pemikiran-pemikiran yang disinarin oleh dalil-dalil Tauhid akan sulit dipengaruhi dan dirusak berbagai pengaruh yang mungkin dating dari luar, sebab sudah dibentangin dengan tembok yang berlandaskan sudah keyakinan-keyakinan yang tak tergoyahkan dan sudah mendarah daging, sehingga kondisi tersebut berfungsi dalam membentuk tingkah laku dan perbuatannya.
13
AT-TA’LIM; Vol. 4, Tahun 2013
2. Tangung Jawab Pembinaan Akhlak Upaya pembinaan akhlak anak merupakan rangkaian tugas dan tangung jawab keluarga dalam pembentukan kepribadian anak secara menyeluruh. Jika sejak masa kanak-kanakan, anak tumbuh berkembang secara baik-baik dengan berpijak pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, inagt bersandar, meminta pertolongan dan berserah diri kepada-Nya, ia akan memiliki potensi dan respons secara instingtif di dalam menerima setiap keutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa melakukan aklhlak mulia. Rasyidi dkk, 1998 : 174). Anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan berpijak dan kepercayaan yang kuat kepada Allah pencipta alam, siterdidik secara baik akan memiliki rasa takut, ingat dan patuh kepada Allah disamping selalu berserah diri dengan tawakal meminta pertolongan Allah yang merupakan manifestasi dari akhlak kepada-Nya. Sebab kesadaran yang berakar dari hati sanubari merupakan disiplin pribadi yang dapat dijadikan alat kontrol yang efektif terhadap setiap aktivitas dan tindak tanduk prilakunya. Pendidikan akhlak atau budi perkerti merupakan usaha dan ikhtiar orang tua yang bertujuaun untuk mentransformasikan nialai-nilai akhlak yang tumbuh,bekembang dan terpelihara dalam tatnan kehidupan masyarakat. Mengingat pentingnya hal tersebut,maka seharusnya orang tua melakukan pembinaan akhlak anak-anaknya sejak sedini mungkin. Usaha-usaha yang dapat ditempuh kearah itu antara lain: 1. Sejak masih kecil benar anak itu sudah dibebaskan hidup menurut kebersihan dan tata tertib yang teratur; dimandikan, makan, tidur, bermain dan sebagainya. Pada waktunya dan pada tempatnya, semakin besar anak itu, hidup secara tertib dan teratur itu hendaklah makin menjadi biasa. 2. Juga anak-anak harus diajarkan menyesuiakan diri dengan lingkungannya. Di dalam rumah tangga anak-anak belajar mengenal dasar-dasar pergaulan hidup yang pertama; termasuk didalam nya; 3. Anak-anak juga belajar menahan diri dan belajar mengekang keinginan dan kehendaknya, melatih diri kepada kebiasaan bekerja samadan tolong –menolong dengan angota-angota keluarganya. 4. Kebiasaan-kebiasan yang baik harus mekin lama makin diinsafi oleh anak-anak sendiri, sehingga anak-anak mempunyai sifat patuh kepada perintah dan larangan-
14
Proses …
larangan orang tuanya dan juga patuh kepada peraturanperaturan rumah tangga. (M. Ngalim Purwanto, 1988 ;218). B. MATERI POKOK DALAM PENDIDIKAN ANAK Suatu hal yang tidak dapat diragukan lagi bahwa sejak anak mencapai usia mumayyiz atau dapat membeda-bedakan sesuatu, telah terjalin ikatan akidah ataua keyakinan terhadap adanya kekuasaan tuhan. Ikatan itu terjadi bersamaan dengan perkembangan pola fikirnya, terhadap keunikan ciptaan Tuhan melalui pengetahuan-pengetahuan yang mereka peroleh dilingkungan keluarganya terutama yang menyangkut dengan dasardasar keyakinan seperti rukun iman. Hakekat kehidupan termasuk segala sesuatu yang dapat dan mungkin diterima oleh si anak dengan penuturan berita-berita yang benar. Kewajiban orang tua (orang dewasa lainnya) adalah untuk menanamkan tantang iman kepada Allah ke dalam jiwa anak, seperti percaya kepada Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul Allah, Hari akhir, Qodho dan Qaqar serta berbagai berita gaib lainnya. Suatu kenyataan yang sulit untuk dipungkiri bahwa; Jika orang tua (orang dewasa lainnya) berusaha untuk menanamkan hakekat iman sejak sedini mngkin kedalam jiwa anak, di samping selalu memotivasi anak agar senantiasa berada didalam suatu ikatan akidah dengan Tuhannya, mudah-mudahan anak akan selalu tumbuh dan berkembang mempunyai rasa muroqabah kepada Allah dengan prinsip merasa diawasi dalam segala tindakan dan perbuatan. Disamping itu, hendaknya orang tua ( orang dewasa lainnya). Medidik anak-anak untuk mengadakan ikatan rohani dengan Tuhannya penuh rasa iman dan keikhlasan. Dalam islam dikenal adanya beberap materi poko untuk mengikat rohani anak dengan Tuhannya agar kehidupan anak berada dalam suasana ketulusan dan keihlasan antra lain: 1. Ikatan Melalui Ibadah. Dalam islam dikenal adanya suatu perintah kepada orang tua (orang dewasa lainnya) sebagai kepala keluarga untuk membentuk kepribadian anak-anaknya melalui ikatan ibadah. Hal itu terlihat dari adanya perintah, agar anak mengerjakan sholat dikala ia telah mencapai usia tertentu, apabila dalam batas umur tersebut ternyata anak belum melaksanakannya maka orang tua haruslah memerintahkannya. Hal ini sesuai dengan hadist Rassulullah Saw. Yakni : Artinya : Suruhla anak-anakmu mengrjakan sholat mana kala mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukulah mereka jika pada usia sepuluh tahun masih 15
AT-TA’LIM; Vol. 4, Tahun 2013
melalaikannya, dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (Iman Jalaluddin AS-Sayuthy, 1954 ; 462). Dalam arti yang lebih luas, ibadah dalam Islam tidak hanya terbatas pada pengertian sholat, puasa, zakat dan haji saja, tetapi juga mecakup semua aspek perbuatan yang tergolong amal saleh yang berorientasi kepada maghfirah Allah dan keridhoan-Nya. Dengan kata lain; setiap orang tua hendaklah menanamkan prinsip-prinsipyang mejelaskan baik buruk, halal-haram, sah-batal sehingga anak-anak dapat mengerjakan apa-apa yang menjadi perintah dan apa-apa yang tergolong sebagai larangan. Berkerjalah dengan taat kepada Allah peliharalah dirimu dari berbuat durhaka kepada Allah. Suruhlah anak-anakmu mentaati perintah dan menjauhi larangan. Maka yang demikian itu adalah penjagaan diri mereka dan dirimu dari api neraka, (Anwar Rasyidi, dkk, 1988 : 215 – 216). 2. Mengajarkan Membaca Al-Qur’an Uapaya menanamkan dasar-dasar keimanan kepada Allah pada masa kanak-kanak harus melalui berbagai strategi dan pendekatan. Penanaman rasa keimanan tentunya dengan bahasa agama itu bersifat Quarani. Untuk itu pula keberhasilan upaya tersebut erat sekali kaitannya dengan sejauhmana anak dapat mengamalkan dan membaca Al-Qur’an. Para cedekiawan muslim abad pertengahan pernah menenasehat agar setiap orang tua dalam mempersiapkan fisik dan mental anak-anaknya hendaklah dimulai dengan mengajarkan Al-Qur’an dan menghafalnya. Al-Ghazali pernah mewariskan dalam Al-Ihya’ nya, agar setiap orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya akan AlQur’an. Hadits dan cerita-cerita orang saleh, kemudian baru mempelajari hukum-hukum agama. Oleh karean itu, hendaknya setiap orang tua mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mengajarkan anak-anaknya membaca Al-Qur’an, baik dilakukan sendiri, maupun dengan cara menyerahkan anak-anaknya kepada orang lain melalui lembaga-lembaga yang tumbuh dan berkembang dalam tatanan kehidupan suatu masyarakat. C. METODE-METODE PENDIDIKAN ANAK UNTUK MENGENAL ALLAH Metode-metode pendidikan yang dapat dipergunakan untuk mendidik anak mengenal Allah pada masa kanak-kanak, menyangkut dengan tujuan yang ingin dicapai dalam system pendidikan itu sendiri. Secara umum tujuan pendidikan itu adalah : 16
Proses …
1. Menanamkan rasa cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya ; 2. Menanamkan I’tikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada kanak-kanak; 3. Mendidikan kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikuti suruhan Allah dan meninggalkan segala larangannya, baik terhadap Allah maupun terhadap masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalanya; 4. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik; 5. Mengajarkan pelajaran-pelajaran supaya mengetahui macam ibadah yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya serta mengetahui hikmah-hikmah dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagian didunia dan akhirat. Begitu juga mengajarkan hokum-hukum agama yang perlu diketahui oleh tiap-tiap orang islam serta taat mengikutinya; 6. Memberi petunjuk kepada mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat; 7. Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik serta mengajarkan nasehat-nasehat; 8. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik dan berbudi luhur dan berakhlak mulia serta berpegang teguh dengan ajaran agama. (H. Mahmud Yunus, 1989 : 13) Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan pendidikan anak untuk mengenal Allah pada masa kanak-kanak merupakan upaya pembentukan kepribadian muslim sejati yang beriman, beramal dan berakhlak mulia dan mampu memenuhi panggilantugas dan tanggung jawabnya baik dari segi pengabdiannya kepada Allah secara vertikal maupun dalam hubungannya sesame manusia serta alam sekitarnya secara horizontal. Untuk menyesuaikan bentuk pendidikan anakyang berada pada rentangan usia pertumbuhan dan perkembangan maka diperlukan adanya metode-metode yang influentif, antara lain : 1. Pendidikan secara langsung Pendidikan dilakukan dengan cara mempergunakan petunjuk-petunjuk, nasehat-nasehat di samping menyebutkan manfaat dan mudhorat dari suatu perbuatan melalui metode-metode umum pendidikan agama antara lain sebagai berikut :
17
AT-TA’LIM; Vol. 4, Tahun 2013
a. Pendidikan agama harus diberikan dengan lekas kepada anakanak mulai dari kecilnya dirumah dan ditaman kanak-kanak. b. Pendidikan kanak-kanak harus diberikan menurut sistem baru, sitem yang menarik hati kanak-kanak dan membukkan rahasia dan faedah agama, serta mendorong mereka untuk berpegang teguh kepada ajaran agama; c. Dalam pelajaran ibadat harus dipentingkan bidang alamiah dan praktek,serta hikamh-hikamhnya dan pengaruhnya yang baik dalam kehidupan perseorangan dan masyarakat. d. Harus diusahakan menarik kanak-kanak supaya mengamalkan ajaran agama yang telah dipelajarinya …(H.Mahmud Yunus, 1983 : 20) 2. Pendidikan Tidak Langsung Pada bentuk ini orang tua (orang dewasa lainnya) dapat memberikan sugesti keagamaan dengan cara mendiktekan katakata hikmah kepada anak0anak yang mengandung nasehat-nasehat dengan cara mengajarkan anak-anak untuk membaqca cerita yang bernilai dan berharga, disamping mencegah mereka untuk membaca tulisan dan karangan-karangan yang dapat merusak pola pikiran anak-anak sesuai dengan tingkat kematangan psiko-fisiknya. Karena kata-kata mutiara itu dapat dianggap sebagai sugesti dari luar. Didalam Ilmu Jiwa (psikologi) kita buktikan bahwa sejaksejak itu sangat berpengaruh dalam pendidikan anak-anak, mereka membenarkan apa yang didengarnya dan mempercayai sekali apa yang mereka baca dalam buku pelajarannya. Sajak-sajak kata-kata berhikmat dan nasehat-nasehat tentang budi perkerti itu sangat berpengaruh terhadap mereka, (M. Athiyah Al-Abrsyi, 1990 : 108). 3. Pendidikan Keteladanan Pendidikan keteladanan merupakan salah satu cara yang cukup efektif dalam pembentukan kepribadian anak, khususnya yang berkaitan dengan upaya penanaman dasar-dasar keimanan dan pembentukan akhlak anak-anak, sebab pada masa kanak-kanak muncul masa kecenderungan untuk meniru, baik uacapaucapanmaupun berbuatan-perbuatan terutama ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya (orang dewasa lainnya). Penanaman keimanan dan sikap beragama didalam diri anak kecil, pada mulanya berdiri diatas keteladanan yang baik. Maka meski perintah kita kepadanya tentang sholat umpamanya, perintah kita tersebut tidak ada pengaruhnya melainakan apabila ia sering melihat dengan mata kepala, kita melakukan sholat. Bahkan untuk itu kita harus memelihara pelaksanaan sholat lima waktu tepat pada
18
Proses …
waktunya masing-masing, dengan penuh kecintaan, keagungan dan kekhusukan. (,2002:170) Dari ungkapan di atas, dapat dipahami bahwa keberhasilan pendidikan anak yang berlangsung dalam kehidupan keluarga berawal dari keteladanan yang diberikan oleh orang tua (orang dewasa lainnya ) dalam mempersiapkan pembentukan moral spiritual anak. Karena orang tuanyalah (orange dewasa lainnya) yang merupakan teladanan utama yang akan ditirunya. Disadar atau tidak oleh orang tua bahwa kepribadian anaknya akan banyak dipengaruhi oleh tindak tanduk prilaku yang dilihat dan diperhatikan langsung oleh orang tuanya. Kesucian fitrah anak yang didorong oleh kemampuan yang besar, terpenuhinya kebutuhan materi tanpa diiringi keteladanan yang baik bukanlah jaminan bagi terbentuknya kepribadian anak yang sempurna. Setiap anak lahir dengan dilengkapin seperangkat fitrah tauhid yang murni, agama yang lurus untuk beriman kepada Allah harus dikembangkan melalui pembiasaan dalam arti perkembangan fitrah tersebut akan dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan (tradisi) lingkungannya. Sehingga pontesi yang ada sebagai hereditas anugrah tuhan itu anak diwarnai oleh keadaan lingkungannya. Pola-pola penanaman rasa keimanan kepada Allah pada masa kanak-kanak adalah dengan cara memberikan nasehatnasehat yang dapat menggugah dan membuka mata anak-anak mengerti hakekat sesuatu, terutama dalam hal yang menyangkut dengan akidah, agar diberikan suatu penekanan bahwa akidah itu merupakan modal dasar bagi kelangsungan hubungan mahluk dengan khaliqnya dan tidak boleh diganggu dan dirusak dalam berbagai bentuk syirik dan sebagainya. Disamping itu juga, dapat dilakukan dengan cara memberikan sugesti keagaman dalam arti memberikan perhatian sepenuhnya dalam upaya menanamkan ras keimanan dikala anak sedang mengalami pertumbuhan danperkembangan. Dan tidak kalah pentinganya ialah dengan memberikan hukuman terhadap halhal yang kurang baik dari reaksi (tingkah laku) anak dalam arti mendidik secara preventif dengan menjelaskan akibat-akibat dari suatu perbuatan, baik yang menyangkut dengan dirinya maupun dampak perbuatan itu sendiri bagi kehidupan orang lain. D. KESIMPULAN 1. Proses pendidikan anak untuk mengenal Allah telah dapat dimulai pada masa kanak-kanak, karena pada masa itu telah timbul kesadaran tentang adanya Tuhan. Kesadaran tersebut akan terus meningkat sejalan dengan pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis. 19
AT-TA’LIM; Vol. 4, Tahun 2013
2. Pendidikan yang sesuai dengan pertumbauhan dan perkembangan jiwa anak, untuk mengenal Allah ialah pendidikan yang berlangsung dalam keluarga; 3. Metode pendidikan anak untuk mengenal Allah ialah : a. Langsung seperti memberikan petunjuk, nasehat; b. Tidak langsung menyuruh membaca berbagai kata hikmah , kisah-kisah para Nabi dan Rasul-Nya dan lain-lain; c. Keteladanan yang baik dari orang tua, para pengasih berupa ucapan tingakh laku dan perbuatan. DAFTAR PUSTAKA Al –Qur’an anul karim,Departeman Agama RI, (1982), AlQur’an dan terjemahan, Jarkarta. Abdullah Nashih Ulwan, Dr. (1988) pedoman pendidikan anak dalam islam. Terjemahan Anwar Rasyidi, dkk, Asya Syifa Bandung. Ahmad D. Marimba, Drs., (1981),pengantar filsafat pendidikan, Ma’arif, Bandung.
Al-
Imam AS-Sayuhty, Jalaluddin Abdur Rahman Ibn Bakri, (1954), Aljami’us shoghir, Tijariatul Kubro, Mesir. Thiyah AL-Abrasyi M, (1970), Dasar-dasar pokok pendidikan islam, Terjemahan H. Bustami A. GAni, Djohar Bahry, Bulan Bintang, Jakarta. Hamid Abdul Khalik Hamid, Dr., (tt) Bimbinglah Anakmu Mengenal Allah,Husaini. Hasan Langgulung, Prof. Dr., (1986), Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, Pustaka Al-Husna, Jakarta. ------------------------, (1985), Pendidikan dan Peradaban Islam, Pustaka Al-husna, Jakarta. Imam Barnadib, Prof. M.A Ph.D, (1985), Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, IKIP Yogyakarta. Asiram, M. Drs., (1983), Ilmu Jiwa Perkembangan, Bagian Ilmu Jiwa Anak, Usaha Nasional, Surabaya. Muzaiyin Arifin, Drs.H., (1988) Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama dilingkungan Sekolah dan keluarga, Bulan Bintang, Jakarta. Ngalim Purwanto, Drs. M., (1986) Ilmu Pendidikan Teoritis Praktis, Remaja Karya, Jakarta. 20