ANALISIS STILISTIKA KUMPULAN PUISI SYAIR PEMANGGUL MAYAT KARYA Indra Tjahyadi
Oleh
MAKALAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Puisi merupakan penghayatan kehidupan manusia yang tercemin oleh pendapatnya
dengan
segala
pribadinya,
pikirannya,
perasaannya,
kemauannya, dll. Oleh karena itu dari puisi seorang pembaca dapat memetik dan mengambil manfaat dan pengetahuan serta pengaalaman dari pengarang, Jassin (dalam Situmorang, 1980:7) Di dalam sebuah puisi terkadang apa yang dipikirkan pengarang berbeda dengan interpretasi dari pembaca. Memang dalam mengapresiasi sebuah karya sastra hal tersebut menjadi sah karena setiap orang atau pembaca memiliki daya interpretasi tersendiri sesuai dengan keadaan dan pengalamannya dalam memahami sebuah karya sastra. Karya sastra (puisi) diciptakan oleh manusia untuk dinikmati, dipahami, dirasakan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat atau pembaca. Pada saat pembaca menikmati karya sastra, maka ia memperoleh hiburan dan pelajaran. Melalui karya sastra pembaca mendapat kesenangan dan melalui karya sastra pula pembaca mendapat pelajaran yang berupa ajaran-ajaran seperti ajaran moral, etika, dan berbagai hal dalam kehidupan (Mahayana, 2005:58). Puisi juga menawarkan serangkaian makna kepada pembaca, untuk menangkap serangkaian makna ini, tentu pembaca perlu menafsirkan puisi tersebut lebih jauh. Untuk dapat menafsirkan sebuah karya sastra (puisi) diperlukan pendekatan agar makna yang disampaikan pengarang dapat dipahami. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami makna
tersebut.
Diantaranya
adalah
pendekatan
Stilistika,
sebagai
penerapannya penulis mencoba menganalisis kumpulan puisi karya Indra Tjahyadi (Syair Pemanggul Mayat).
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan ulasan di atas, maka penulis menemukan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah: analisis kumpulan puisi Syair Pemanggul Mayat karya Indra Tjahyadi dengan menggunakan pendekatan Stilistika.
1.3
Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan konsep dan aplikasi kajian stilistika pada kumpulan puisi Syair Pemanggul Mayat karya Indra Tjahyadi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1.1.Pengertian Stilistika Stilistika (stylistic) dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Dengan demikian stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya (Endraswara, 2011:72—73). Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin (1997:68) mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati (2008:8) ―Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra‖. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. 1.2.Pengertian Majas Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni: majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan dan majas pertentangan. Dari keempat jenis majas ini masing-masing akan terbagi lagi. 1. Majas perbandingan terdiri dari:
alegori
yaitu
penggambara.
menyatakan
dengan
cara
lain,
melalui
kiasan
Simile yaitu pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan dll.
Antromorfisme yaitu metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Alusio yaitu pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Antonomasia yaitu penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
2. Majas sindiran meliputi:
Ironi
yaitu
sindiran dengan
menyembunyikan
fakta
yang
sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Santire yaitu ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parody, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan dan lain-lain.
3. Majas penegasan meliputi:
Klimaks yaitu pemaparanpikiran atau hal secara berturut-turut, dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Anti klimaks yaitu pemaparanpikiran atau hal secara berturut-turut, dari yang kompleks/lebih penting. menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting
Asyndeton yaitu pengungkapan suatu kalimat atau wacan tanpa kata penghubung.
Enumerasio yaitu ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan (Mustofa Sadikin 2010: 32-41).
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Data Dan Sumber Data a. Data Data merupakan informasi yang digunakan dalam penelitian. Data yang telah terkumpul digunakan sebagai bahan analisis sesuai dengan masalah yang dirumuskan. Data yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Indra Tjahyadi yang berjudul Syair Pemanggul Mayat. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari beberapa situs di internet, skripsi Silvesta Matilda tahun 2006, dan buku kumpulan sastra indonesi tahun 2010. Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian adalah subyek darimana data-data diperoleh. (Arikunto, 1999: 114, dikutip dari skripsi Silvesta Matilda).
3.2
Metode Penelitian
Metode pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam
rangka
mencapai
tujuan
penelitian
untuk
mengumpulkan data-data dari sampel penelitian dilakukan dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Pengumpulan data
merupakan suatu
usaha
sadar
untuk
mengumpulkan data secara sistematis dengan prosedur yang standar ((Arikunto, 1999: 114, dikutip dari skripsi Silvesta Matilda). Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam meneliti adalah metode pustaka. Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk menemukan masalah yang diteliti dengan memanfaatkan buku-buku. Dalam hal ini masalah yang akan diteliti adalah menganalisis kumpulan
puisi ―Syair Pemanggul Mayat‖ karya Indra Tjahyadi dengan pendekatan Stilistika.
3.3
Metode analisis data Metode analisis data merupakan suatu metode untuk mendapatkan secara keseluruhan yang sesuai dengan kenyataan berdasarkan ilmu pengetahuan. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Yudin, 2007:81).
BAB IV PEMBAHASAN
LAGU BENGKARAK Aku berdiri di dasar bayangan. Tubuh yang terancah. Jasad yang pecah dan tak dihuni cahaya, lahat dari seluruh rasa sakit yang mengerikan. Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan rasa sakit yang di derita atau yang di alami oleh tokoh aku dimana sakit itu merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan oleh manusia. Gaya bahasa yang digunakan pengarang adalah menggunakan gaya bahasa/majas litotes. Jadi, maknanya adalah rasa sakit yang dialami oleh penulis. Aku keajaiban, mayat-mayat, yang lebih mistis Ketimbang dosa. Hujan hitam menari di ujung Jasadku yang renta. Seumpama malaikat, malaikat Murung yang memekik tanpa suara. Iblis yang mengajariku Bercinta di dasar kegelapan Pada larik – larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan penulis yang berada dalam keimanan yang lemah atau hidup bersama iblis. Majas yang digunakan adalah alegori. Jadi maknanya adalah iman yang morat-marit yang dijalani oleh penulis mengertikannya bahwa segala kejahatan atau keburukan yang terjadi dalam hidupnya dikarenakan oleh rayuan iblis.
KEPOMPONG WAKTU Seperti kepompong waktu, gerimis menyeret jejakku. Ikhtiar angin mengalirkan taufan, meledak di timur Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan penulis yang hidupnya berada dalam dilemma. Majas yang digunakan adalah similie. Jadi maknanya adalah kehidupan penulis yang terbawa dalam alur hidup yang tidak dinginkannya yang dapat menyebabkan penulis berada diantara dilema. Fantasi tanah tandus tergores seribu khidir ajalku. Kesadarn musim berkhianat pada kalbu.
Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan penulis yang tertampar oleh karena kerasnya kehidupan duniawi. Majas yang digunakan adalah alusio. Maknanya adalah penghianatan yang dirasakan penulis oleh karena dera alam yang menyiratkan hidupnya yang menggoreskan kalbu. Tangan kesia-siaan membekap jasadku. Udara mengelus Maut dan seratus kunang-kunang melepas jalan laut Ke ulu mayatku. Tapi, adakah kau pernah tahu kerahasiaan Atas mendung, cintaku? Keteguhan bebatu membakari perdu Cuaca mengular-lesu, mengingkari rindu Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan kesia-siaan yang dialami penulis dalam kelemahannya yang sudah tak berdaya dan tak terarah. Majas yang digunakan adalah perifrase. Maknanya adalah jalan hidup yang sia-sia dan tak terarah. Impian kupu-kupu membangun cenotaph beburung. Kudengar Suara iklim melebihi gema kesunyianku. Tak ada bulan, Bahkan cahaya telah raib dari pengetahuanku. Karena esok Telah musnah, melayang, memaki tubuhmu. Dendam kegelapan. Lengkap, derita sempurna dalam kuburku. Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan sunyi dalam dunia. Majas yang digunakan adalah ironi. Maknanya adalah sepi dalam kehidupan tanpa cahaya dan pengharapan akan menjadi sempurna ketika kehidupan berakhir dalam kuburan.
SEPOI TELUH Seteguk tanah gersang, aku titpkan mataku padamu. Persetubuhan Kita hanya beranak batu-batu, beburung melayang, terkapar Di dasar nafasku. Patung-patung kuyup. Hancur di gejolak Darahku. “ah, sungguh, betapa kerinduan hanyalah anak-anak Belatung yang hanya membangkitkan hantu-hantu liar dalam nafsu, cintaku.” Loron-lorong dipenuhi kelam dan belatung. Sepanjang tidur, kesadaranku Raib, ditundukan kebinalanmu. Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan penulis yang berada dalam suatu kerinduan akan momongan dalam kesempurnaan cinta dan kehidupannya yang pada akhirnya kehidupannya berada dalam kekelaman. Majas
yang
digunakannya
adalah
antonomasio.
Maknanya
adalah
penulis
menyampaikan rasa hatinya tertang kerinduan dalam hidupnya dan keadaan yang dialaminya, yaitu bahwa ia berada dalam kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Karena ziarah telah kehilangan makna di tubuhku, kau pun beringsut Seperti waktu, matilah aku dan seluruh kekejaman memaki Keremajaanku. Dengang-dengung lebah menjelma mozaik ungu, Terperangkap dalam ingatanku. Akan kukubur hidup-hidup bayi-bayi Tikus disepanjang payudaramu. Aku luka kebiusan. Kesucian hitam yang Diingkari Tuhan, dan dikutukan sepanjang gemuruh. Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang sebuah kehidupan yang jauh dari norma atau kebudayaan yang biasa dilakukan, menyebabkan sakit dan amarah dalam diri penulis yang juga merupan murka Tuhan. Majas yang digunakannya adalah antonomasia. Maknanya adalah kehidupan yang tidak bermakna yang dialami penulis.
BULAN MALAM Bulan malam merangkak diatas wuwungan. Dimuka parit Bayang-bayangnya terang berpendaraan. Ribuan kunang Melesat, berlalu hilang. Tubuhku kisut, merambah Gelap. Keheningan menyelimuti langit sekalian sorga. Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan penulis yang berada dalm kegelapan nan sunyi. Majas yangdigunakannya adalah anti klimaks. Maknanya adalah keheningan malam yang dialami penulis.
Sepercik air menggenang, diserap akar, dosam dan rerumputan Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang
kehidupan tentang
kenangaan seorang penulis dalam jalan kehidupan yang telah ia lalui. Majas yang digunakannya adalah asindon. Maknanya adalah sebuah kenangan dimasa lalu penulis yang membawanya pada satu harapan menghidupkannya.
Kebisuanku menjelma sajak. Selangkang iklim mengerkah Taufan. Aku muram. Pelacur-pelacur purba dan buta Adalah fenomena yang berhenti di ujung zakarku
Kerontang. Kesunyianku perih, berporos ratap. Seteguk Kekudusan membesatkan luka dan tarian murung penyaliban. Aku meraung, segenap persetubuhan menua tanpa usia. Kumulai kembali segala pembunuhan. Ingatanku sekarat, sajakku, shalatku tumbuh tanpa tuhan Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang
kehidupan tentang
kenangaan seorang penulis yang hidup dalam pancaroba yang berakhir dengan siasia. Majas yang digunakannya adalah satire. Maknanya adalah kesia-siaan hidup yang dialami penulis yang menyadarkannya bahwa selama hidupnya berada diluar Iman yang tumbuh tanpa Tuhan.
HAMPA LUSKA Kekasih! Penyihir! Angin yang dingin membeku. Lari, lari, lari! Bintang-bintang meledak dan raib. Ada mayat-mayat. Burung burung melayang tak kembali. O telah kupahami segala gerak dan bunyi. Tapi, mimpi, selalu hadir dari harapan tentang mati. Kenang. Kenanglah olehmu requim requim panjang detak jam yang berhenti. Gagak-gagak hitam matahari menyambut saus gerimis. O kalbuku yang sepih! Jiwa yang hanya merindukan maut sendiri! Reguklah olehmu gairah yang tumbuh tanpa cinta dan birahi! Pada larik-larik puisi diatas menggambarkan tentang kehidupan kenangan dan pengalaman hidup sang penulis. Majas yang digunakannya adalah kliamaks. Maknanya adalah kenangan dan pengalaman dalam kehidupan penulis yang menyadarkan pembaca untuk hidup dalam cinta.
PENUTUP
Simpulan Stilistika adalah ilmu gaya bahasa yang digunakan untuk mengkaji suatu makna dalam sebuah karya sastra, dengan adanya stilistika kita bisa lebih memahami makna yang sesungguhnya yang terdapat dalam sebuah puisi secara mendetail, mulai dari struktur bahasa, penggunaan kata hingga mengamati antar hubungan pilihan kata. Adapun ruang lingkup stilistika, yaitu aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya kata, gaya bunyi, dan gaya kalimat.
DAFTAR PUSTAKA Tjahyadi Indra. 2011. Syair Pemanggul Mayat. Surabaya: Yayasan Seni Surabaya. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pastaka Pelajar. Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang: CV. IKIP Semarang Press Sutejo & Kusnadi. 2010. Kajian Prosa. Yogyakarta: Pustaka Felicha. Mustofa, Sadikin 2010.
ABSTRAK Penelitian ini berjudul: Analisis Stilistika Kumpulan Puisi “Syair Pemanggul Mayat” Karya Indra Tjahyadi. Kata kunci:
Analisis, stilistika, Puisi.
Makalah ini di latar belakangi oleh karya sastra yang merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Stilistika merupakan ilmu gaya bahasa yang bisa digunakan untuk mengkaji sebuah karya sastra yang bisa lebih memahami makna yang sesungguhnya yang terdapat dalam sebuah puisi secara mendetail. Oleh karena itu dari puisi seorang pembaca dapat memetik dan mengambil manfaat dan pengetahuan serta pengaalaman dari pengarang. Puisi juga menawarkan serangkaian makna kepada pembaca, untuk menangkap serangkaian makna ini, tentu pembaca perlu menafsirkan puisi tersebut lebih jauh. Untuk dapat menafsirkan sebuah karya sastra (puisi) diperlukan pendekatan agar makna yang disampaikan pengarang dapat dipahami. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami makna tersebut. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami makna tersebut, diantaranya adalah pendekatan Stilistika. Diman digunakan oleh penulis dalam menganalisis kumpulan puisi Syair Pemanggul Mayat karya Indra Tjahya. Stilistika (stylistic) dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya (Endraswara, 2011:72—73).