MAKALAH GERAKAN POLITIK Ditujukan untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Genap (IV) GERAKAN REKLAIMING TANAH PETANI KALIBAKAR DARI PTPN XII
Disusun oleh : Ahidcha Fitra G
21633
Dara Nurita S
21401
Wildan Mahendra
21529
Septianto S Hari Nugroho
21652
Anni Farida I
21833
Wasis Dwi
21384
Putu Aria S
21487
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2008
BAB I
PENDAHULUAN Gerakan petani menjadi sebuah suatu fenomena sosial yang sering terjadi dalam sistem sosial masyarakat. Masyarakat petani merupakan suatu bagian dari sebuah sistem sosial masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dan mereka mempunyai fungsi dan pengaruh dalam masyarakat. Masyarakat petani pada umumnya memiliki persamaan dengan masyarakat yang lain dalam sebuah sistem sosial, oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam masyarakat, baik dalam hal politik, ekonomi maupun sosial, masyarakat petani juga akan mengalami sebuah dinamika tersendiri. Sebagai negara agraris yang sebagian besar dari penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, ini berarti sumber ekonomi dan sosial penduduk sangat tergantung pada tata produksi dan hasil-hasil pertanian. Dengan demikian, persoalan pertanian sesungguhnya merupakan masalah pokok bagi masyarakat Indonesia. Masalah pertanian merupakan indikator penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan kehidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tulisan singkat ini mencoba melihat kembali secara lebih spesifik makalah tahun lalu mengenai gerakan sosial-politik kaum petani di Indonesia dengan mengambil contoh kasus yang pernah diteliti di wilayah Kalibakar, sebuah wilayah di daerah Malang Selatan. Bagi kami, kelas petani di Indonesia menjadi kelas yang tidak bisa dinafikan ketika berbicara mengenai gerakan sosial, mengingat kelas petani sejak dulu telah terlibat dalam beberapa asosiasi gerakan sosialpolitik di Indonesia, dengan beragam tujuan, pola, dan implikasi yang dibawanya. Pengertian petani dalam studi ini lebih merujuk pada istilah peasant, bukan farmer. Istilah peasant lebih diterjemahkan sebagai buruh tani, atau petani yang tidak memiliki lahan, atau petani yang hasil produksinya hanya dapat untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarganya, bahkan untuk diperdagangkan untuk pemenuhan kebutuhan tersier. Sedangkan istilah farmer lebih diberi pengertian sebagai petani yang memiliki lahan sendiri, petani yang
hasil produksianya sudah lebih jika hanya untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder saja.1 Petani memberi makna pada tanah bersifat “ideologi”. Petani mempertahankan tanah bukan semata akibat nilai komoditasnya, tetapi merupakan rangkuman nilai-nilai ideologis yang membentuknya, jalan hidup sebagai petani sesuatu yang mulia, petani tanpa tanah serasa bukan menjadi manusia lagi, tanah sebagai warisan leluhur (bernilai sakral), dan tanah secara utuh gambaran eksistensi diri si petani sendiri. Begitulah kiranya arti tanah bagi petani yang akan mengawali kisah gerakan reclaiming tanah di Kalibakar.
1
Formasi dan struktur gerakan social petani, hal 5, Dr. Wahyudi
BAB II
STRATEGI GERAKAN PETANI KALIBAKAR Pola pengorganisasian gerakan petani kalibakar ini menggunakan dua pola yaitu , yang pertama berpusat pada seorang pemimpin (kharismatik) pada kasus ini tokoh kharismatiknya adalah ketua FORKOTMAS berinisial “P”. Peran tokoh kharismatik sebelum partai Politik masuk dan membantu gerakan petani kalibakar sangat sentral sekali, tokoh inilah yang mengatur bagaimana petani-petani tersebut mengutarakan maksudnya untuk mengambil alih kembali tanah dari PTPN. Hal ini terlihat dari adanya pemilihan pemimpin gerakan yang kriteria utamanya hanya satu yaitu bersemangat dan bisa memprovokasi petani lain dalam melakukan gerakan reklaiming. Sistem jaringan terlihat dari petani (utama) berusaha mempengaruhi pihak – pihak lain, baik petani lain maupun pihak – pihak yang ‘dekat’ dengan pejabat daerah. Kemudian pola gerakan yang kedua adalah berbasis pada jaringan. Setelah jaringan ini masuk yang didalamnya ada peran serta partai politik dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maka timbul ketergantungan para petani kalibakar ini kepada jaringan tersebut. Perubahan afiliasi politik terjadi lagi tepatnya dalam Pemilu 1999. Ketika itu ada tarik menarik antara ketiga partai, yakni GOLKAR, PDI-P, dan PKB. Partai lama yang menghilang dari hati masyarakat adalah PPP dan PDI, bahkan tokohnya pun berbondong-bondong berubah afiliasinya. Pendukung PPP berubah mendukung PKB, sedang pendukung PDI berubah mendukung PDI-P. Pendek kata, alasan yang melatar belakangi parpol tersebut adalah masalah vote getter dan cos benefit Muncul tiga partai politik besar disini yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Golongan Karya dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tentunya dengan membawa maksud tersendiri dalam membantu gerakan petani ini. Ada juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) didalamnya yang membantu petani. Dengan adanya partai politik pola gerakan petani menjadi lebih progresif. Seperti dijelaskan sebelumnya, pola gerakan petani sebelum partai-partai tersebut masuk masih belum terorganisir dengan baik. Pergerakan hanya berkutat pada hubungan petani dengan pihak perkebunan saja, belum ada kemajuan yang berarti. Akan tetapi semenjak hadirnya partai pergerakan ini tidak dapat dielakkan mengalami kemajuan terutama akses pada perluasan
jaringan dan dukungan.2 Gerakan petani itu senantiasa melibatkan jaringan sebagai pendukung perjuangannya. Bahwa tanpa dukungan jaringan maka petani akan powerless. Fenomena ini semacam ini pula terjadi di Kalibakar. Keberadaan jaringan dalam mendukung gerakan petani sangat menentukan sukses tidaknya perjuangan mereka3 Fenomena hubungan antara masyarakat Kalibakar dengan partai politik tersebut sebenarnya menegaskan, bahwa masyarakat Kalibakar itu tidak fanatik buta terhadap satu partai politik tertentu. Mereka akan dengan mudah merubah afiliasi partai politiknya, selama partai politik itu bersedia memberikan dukungan politik kepada para petani untuk mendapatkan tanah yang dianggap sebagai eks perkebunan Belanda. Jadi apapun partainya jika mereka mampu memperjuangkan nasib petani maka tidak ada masalah. Alasan utama menurut kami kenapa partai politik itu masuk dan terlibat gerakan ini adalah untuk mencari dukungan dari warga gar bersimpati untuk memilih partai tersebut. Ada beberapa strategi reclaiming petani Kalibakar menurut Dr. Wahyudi dalam bukunya yang berjudul Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani. ERA “ Jaringan
SASARAN Areal Hutan “TT”
STRATEGI Diskusi social (kritik & persuasi kepada petani),
Terbatas”
Tekanan
1992-1993
perkebunan, serta kepada legislative. Oleh
Orde baru , situasi
karena cara ini tidak berhasil, & karena petani
normal
mendapat dukungan dari suatu Ormas, maka petani
politik
langsung
kepada
pemerintah
melakukan
&
reclaiming/
penjarahan. “Perluasan
Areal
Jaringan”
Petungombo
1996-1997 Orde baru, situasi social: krisis 2
Afdeling Tekanan kepada pemerintah agar mengeluarkan sertifikat atas tanah hutan “TT” dan kelebihan 136
ha.
Oleh
karena
permohonan
tidak
dikabulkan, dan karena ada perluasan dukungan kepada
petani,
maka
mereka
langsung
Menjawab pertanyaan dari Nizam mengenai pola pergerakan petani sebelum masuknya partai, pada diskusi mata kuliah Gerakan Politik (Rabu, 16 April 2008). 3 Mengutip dari buku “Formasi dan Struktur gerakan Sosial Petani” karangan Dr. Wahyudi hal 42.
ekonomi “Puncak jaringan” 1998-200
melakukan reclaiming/ penjarahan. Seluruh
areal
eks Meniru strategi yang pernah dilakukan oleh
perkebunan Belanda
petani Simojayan, senyampang memanfaatkan
Era Reformasi,
mengalirnya dukungan berbagai pihak di luar
euphoria politik
petani.
“Deklinasi
Mempertahankan tanah Menjaga keamanan setiap tanah yang sudah
Gerakan”
yang sudah diduduki.
2001-2005
diduduki,
sambil
selalu
memperjuangkan
sertifikat hak milik.
Era Demokrasi Tabel di atas menegaskan bahwa strategi gerakan yang dilakukan oleh para petani dalam setiap periode relatif mempunyai perbedaan, meskipun perbedaan tersebut tidak begitu menyolok. Hal itu karena mereka berada di dalam struktur konflik yang tidak jauh berbeda, serta setiap gerakan mempunyai tujuan yang sama yaitu reklaiming/penjarahan terhadap eks tanah perkebunan Belanda. Grafik perjuangan Kalibakar itu tumbuh secara pelan-pelan sejak tahun 1993, kemudian mencapai puncaknya pada tahun 1998 dan kemudian turun kembali sejak akhir 1999 atau kirakira setelah Gus Dur turun dari kursi kepresidenan. Naik turunnya grafik gerakan sosial ini dipengaruhi oleh sikap pemerintah terhadap norma-norma yang diperjuangkan oleh petani. Jika pemerintah memiliki sikap positif atas apa yang diperjuangkan oleh petani, maka perjuangan itu meningkat pula grafiknya, begitu pula sebaliknya. Peranan kebijakan politik sangat determinan atas grafik pertumbuhan gerakan petani.4 Dukungan yang diberikan oleh jaringan gerakan petani itu tidak hanya sebatas pernyataan lisan saja, tetapi langsung dituangkan dalam sebuah surat yang dilampiri dengan bukti-bukti yang memperkuat reclaiming yang dilakukan oleh para petani Kalibakar. Surat ke pemerintah pusat itu ditanda tangani dan di stempel secara resmi oleh pejabat serta institusi yang memberikan dukungan itu. Meskipun surat itu tidak begitu ampuh untuk serta merta pemerintah pusat menurunkan sertifikat hak milik atas tanah yang dipersengketakan, namun setidaknya cukup memperkuat 4
Dr. Wahyudi, ibid hal 234.
kepercayaan petani yang sedang menduduki tanahnya bahwa sesungguhnya ada beberapa unsur kekuasaan maupun rakyat biasa yang mendukung gerakannya. Dukungan berbagai pihak tersebut ternyata tidak didasarkan pada ketulusan, pendek kata semua dukungan mempunyai pamrih. Pemerintah daerah misalnya memberikan dukungan kepada rakyat karena pada saat itu mereka dihadapkan pada kondisi social and political pressure yang dilakukan rakyat kepada pemerintah serta manifestasi kesadaran penguasa untuk membela rakyat yang mungkin sudah lama terpendam. Implementasi dari peran pemerintah lokal tersebut adalah dengan diterbitkannya SK Bupati Kabupaten Malang No.180/207/Kep/421.03/2007 tentang penanganan masalah pertanahan kabupaten Malang. Inilah yang melatar belakangi pemerintah untuk bertindak sebagai mediator atau pihak yang memediasi.5 Mobilisasi yang dilakukan oleh para pemimpin gerakan sosial petani Kalibakar cenderung tidak menggunakan instrument organisasi. Sebab organisasi petani hanya digunakan dalam peristiwa-peristiwa formal tertentu saja. Model mobilisasi dalam periode ini agak mirip dengan pola mobilisasi sebelum dilakukan reklaiming/ penjarahan, baik itu berupa aktivasi yang bersifat alamiah maupun melalui jalur lobi-lobi informal. Perbedaannya yakni jika dahulu mobilisasi bertujuan untuk mengaktualisasikan segenap nilai, pengetahuan, norma serta kepercayaan masyarakat tentang pentingnya dilakukan reklaiming maka mobilisasi dalam periode ini lebih bertujuan bagaimana agar tertanam kepercayaan bahwa tanah yang diduduki itu adalah kepemilikan yang sah sehingga harus dipertahankan walau harus mempertaruhkan nyawa sekalipun.6 Model mobilisasi lain yang pernah dipraktekkan adalah dengan cara mendatangkan tokoh agama dari luar Kalibakar untuk memberikan semangat baru kepada petani yang biasanya cenderung memudar seiring dengan bertambahnya waktu. Begitulah cara-cara mobilisasi yang dilakukan oleh para pemimpin petani untuk mengikat dan menumbuhkan kepercayaan diri para petani.7
5
Menjawab pertanyaan dari Mas Eko mengenai peran pemerintah lokal dalam konflik tanah di Kalibakar dan alasan yang melatar belakanginya, pada diskusi dalam mata kuliah Gerakan Politik (Rabu, 16 April 2008). 6 Dr. Wahyudi, ibid hal 170. 7 Dr. Wahyudi, ibid hal 173.
Gerakan ini dahulu menggunakan metode gerakan yang non konvensional dengan menggunakan saluran penyerobotan, terror dan menggunakan keras dalam meminta tuntutan atas tanah kepada PTPN. Namun gerakan ini lambat laun berubah menggunakan metode konvensional setelah jaringan-jarinag itu masuk, mereka menggunakan saluran yang legal seperti advokasi, unjuk rasa, lobby maupun negosiasi. Keberadaan actor yang intelektual dibalik gerakan iini membuat metode yang digunakan tidak menggunakan kekerasan namun lebih banyak dengan mekanisme negosiasi maupun unjuk rasa ldam menyampai tuntutan kepada pihak PTPN agar mengembalikan tanah yang diklaim milik petani warga Kalibakar. Dalam dimensi lain, dapat juga dikatakan bahwa gerakan petani Kalibakar itu bergerak dari non antagonistic contradictions menjadi antagonistic contradictions, dan kembali lagi menjadi non antagonistic contradictions. Target petani Kalibakar ini adalah simbol dominasi yaitu kepemilikan tanah yang dimiliki oleh pihak PTPN Kalibakar. Petani menganggap bahwa tanah itu adalah peninggalan dari nenek moyang sehingga muncul suatu anggapan tanah itu harus digarap dan dimiliki oelh petani itu sendiri. Hak Guna Usaha (HGU) PTPN itu sampai tahun 2013, sehingga tuntutan yang disampaikan petani kepada pihak PTPN dapat diserahkan kembali pada tahun tersebut. Pembiayaan gerakan ini didapatkan secara kolektif oleh petani Kalibakar sendiri. Setelah jaringan-jaringan itu masuk tentui saja ada bantuan pembiayaan yang diberikan guna membantu eksisnya gerakan petani ini. Gerakan yang menginginkan agar tanah nenek moyang menjadi milik mereka kembali. Pembiayaan ini tidak bersumber dari aktivitas seperti pasar gelap. Pembiayaan ini disediakan petani untuk merebut tanh itu kembali. Tentunya dengan maksud bahwa petani yang membantu biaya gerakan mendapatkan tanah itu nantinya. Medium gerakan yang digunakan petani kalibakar ini adalah kombinasi antara medium yang bersifat terbuka dan bersifat tertutup. Mekanisme lobbi dalam sifatnya yang terbuka juga digunakan guna memenuhi apa yang menjadi tuntutan mereka. Jika metode terbuka gagal maka mereka beralih ke tertutup dengan cara gerilya seperti menjarah hasil tanah perkebunan Kalibakar. Dimaksudkan dengan cara itu maka pihak perkebunan mau menyerahkan kembali tanah yang diklaim menjadi milik petani Kalibakar.
Corak gerakan yang digunakan petani kalibakar ini adalah kombinasi dengan menggunakan kekerasan dan tanpa kekerasan. Dari semula mereka menjarah tanah perkebunan berubah ke arah mekanisme diplomasi antara kedua belah pihak. Tahapan gerakan petani kalibakar ini dimulai dari tahap inisiasi yaitu gerakan ini diawali dari inisiatif patani kalibakar untuk memgambil kembali tanah yang diduduki PTPN, yang diakui milik warga kalibakar tersebut. Tokoh kharismatik berperan disini yaitu dengan membantu para petani dalam rangka mencapai tujuan untuk mengambil tanah mereka kembali. Setelah tahap inisiasi ini terjadi maka ada proses pematangan gerakan ini, dari semula gerakan ini mengandalkan tokoh kharismatik menjadi berbasis jaringan guna membantu upaya para petani untuk mengambil tanah mereka yang diduduki oleh pihak PTPN. Gerakan reklaiming tanah secara gerilya dalam pengambil alihan kembali tanah kalibakar oleh petani. Namun gerakan secara gerilya ini gagal dan berpindah ke arah yang lebih diplomatis. Ini adalah suatu proses kematangan gerakan petani Kalibakar dalam usaha-usahanya merebut kembali tanah yang sudah menjadi milik pihak PTPN. Gerakan petani kalibakar sekarang boleh dikatakan memasuki tahapan survival yaitu fase kritis antara sukses dan gagal. Dapat dinilai sukses karena yaitu;8 a. Seluruh tanah eks Perkebunan kalibakar telah didistribusikan kepada para petani di ‘enam desa’, kecuali areal di sekitar emplacement atau perkantoran perkebunan Kalibakar. b. Para petani ‘enam desa’ telah memanfaatkan tanah tersebut untuk usaha pertanian tanaman pangan. c. Para pemimpin gerakan Kalibakar banyak yang kemudian menjadi elite politik desa, baik dalam posisi formal maupun non-formal d. Ketika era reformasi bergulir par petani mendapatkam dukungan politik baik dari badan eksekutif maupun legislative, meskipun sekarang ini institusi tersebut menjadi nertal, dan; e. Tidak adanya pelaku reclaiming/ penjarahan yang menjadi tersangka tindak kriminalitas, meskipun pernah beberapa orang mengalami proses itu. 8
Dr. Wahyudi,ibid hal 235.
Selain dinilai sukses gerakan ini dinilai juga gagal demngan alasannya yaitu9: a. Tidak adanya transparansi bagi publik tentang peta redistribusi tanah yang ada b. Adanya konflik internal diantara petani secara laten, karena menganggap pembangiannya tidak adil, yaitu panitianya mendapatkan tanah dengan lokasi yang strategis serta lebih luas c. Adanya isu bahwa orang-orang di luar petani atas jasa politiknya justru mendapatkan jatah tanah yang lebih luas dari petani d. Kepemilikan atas tanah eks perkebunan tidak dengan sendirinya dapat mengkatrol tingkat ekonomi petani, karena mereka terjebak pada tanaman pangan yang masa tanamnya panjang dan harganya murah, dan; e. Kegagalan para petani mendapatkan sertifikat hak milik atas tanah eks perkebunan itu Pelaksanaan gerakan petani itu bermula dari gerakan yang semula tidak terorganisir menjadi gerakan terorganisir. Gerakan yang awalnya tidak terorganisir itu dimana para petani bergerak secara tersendiri tanpa terkoordinasi oleh suatu wadah untuk membantu gerakan tersebut. Setelah ada wadah gerakan petani FORKOTMAS para petani tersebut menggunakan wadah tersebut untuk mencapai tujuan pangambilalihan tanah di perkebunan kalibakar. Lambat laun ada pihak lain yang terlibat termasuk partai politik yang punya kepentingan didalamnya. Walaupun memang mengaku mereka membantu gerakan petani tersebut karena merasa terpanggil oleh permasalahan yang diakibatkan pengakuan hak milik tanah kalibakar.
9
Dr. Wahyudi, ibid, hal 235-236.
BAB III
ANALISIS Gerakan petani Kalibakar merupakan gerakan yang bisa dibilang cukup menarik. Gerakan ini oleh para petani dari enam desa (Simojayan, Tlogosari, Tirtoyudo, Kepatihan, Baturetno, dan Bumirejo) dalam memperjuangkan pemberlakuan program land reform atas tanah eks HGU perkebunan Belanda di Kalibakar merupakan sebuah fenomena gerakan sosial. Hal tersebut terlihat dari pola gerakan yang mengalami fluktuasi, naik dan turun. Kemajuan (red. kenaikan) datang ketika gerakan petani Kalibakar ini mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak, bukan saja dari organisasi partai politik, pemerintah daerah atau eksekutif, dan institusi penting negara yang lain , tetapi juga dari organisasi non partai politik semacam LSM. Bahkan ada juga aktor pendukung yang berupa perorangan, namun ia memiliki hubungan lobi hingga tingkat nasional. Karakteristik dari gerakan petani Kalibakar itu sendiri adalah merupakan gerakan yang berbasis jaringan walaupun pada awalnya gerakan ini menitikberatkan atau tergantung pada tokoh kharismatik yaitu orang yang dapat dikatakan memiliki gagasan awal menyatukan para petani Kalibakar untuk merebut tanahnya kembali. Namun dalam perkembangannya hanya dengan adanya peran tokoh kharismatik belum cukup mampu untuk meraih apa yang menjadi target mereka. Hal ini karena tokoh/peminpin ini tidak mampu bekerja sendiri untuk mencapi tujuannya, sebab para petani Kalibakar merupakan petani yang tingkat pendidikannya rendah dan kesadaran terhadap tujuan dari gerakan mereka bersifat fluktuatif. Sehingga tokoh/pemimpin ini perlu untuk membangun jaringan dengan pihak atau aktor lain yang dapat membantu. Gerakan sosial petani Kalibakar membuktikan bahwa peranan pemimpin adalah sangat penting sekali, bukan hanya pada tahap mobilisasi motivasi tetapi juga dalam setiap fase, khususnya dalam fungsi aktivasi. Sedikit berbeda dengan teori Smelser yang menempatkan peranan pemimpin lebih banyak pada fase mobilisasi motivasi, maka studi gerakan petani Kalibakar justru melihat peran pemimpin gerakan itu berada dalam setiap fase perilaku kolektif. Selama ada pemimpin, maka selama itu pula gerakan akan dapat hidup, begitu juga sebaliknya. Gerakan sosial petani Kalibakar memiliki satu pemimpin di tingkat pusat gerakan, kemudian
diperkuat dengan pemimpin-pemimpin level ke-2 yang berkedudukan di enam desa masingmasing. Pemimpin-pemimpin itu adalah orang-orang yang pada umumnya memiliki kedudukan formal di institusi pemerintahan desa.10 Gerakan sosial petani Kalibakar dapat masuk kategori gerakan sosial ‘lama’ dan sekaligus ‘baru’. Termasuk kategori gerakan lama karena gerakn itu berkaitan dengan pemenuhan kebutuha ekonomi dan aspek materiil lain. Sedang dianggap baru, akrena juga mengusung isu: humanitas, budaya, keadilan dan hal-hal yang non materialistic. Tujuan gerakannya universalistic, yakni untuk mempertahankan esesnsi manusia dan menproteksi kondisinya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.11 Dalam langkah selanjutnya jaringan tersebut dapat dibangun dengan bukti adanya keterlibatan partai politik, LSM dan aktor-aktor lain sebagai free rider yang dapat membantu gerakan petani Kalibakar ini dalam mencapai tujuannya. Keberadaan jaringan atau pihak-pihak yang mendukung gerakan petani ini memang sangat berpengaruh kuat bagi perkembangan gerakan petani Kalibakar ini karena setelah ada dukungan dari jaringan-jaringan yang dibangun mereka mampu mendapatkan tanah yang diperjuangkan itu kembali. Sedikit berbeda dengan sebelumnya, LSM yang ikut membantu gerakan petani Kalibakar ini mempunyai alasan tersendiri. Meskipun LSM juga tidak bisa dikatakan organisasi yang tanpa pamrih ekonomi sama sekali, namun alasan idealisme lebih mendominasi mereka dalam setiap tindakan advokasi yang diberikan. Salah satu LSM dalam memberikan bantuan kepada masyarakat secara ikhlas walaupun mereka mempunyai hutang kepada pihak lain akan tetapi LSM tersebut tidak sampai hati untuk meminta ganti rugi kepada para petani. Hubungan mutualisme yang terjalin antara kedua belah pihak baik petani dengan parpol, pemerintah maupun LSM merupakan tahun emas bagi perjuangan petani Kalibakar secara keseluruhan. Sebaliknya, berarti merupakan tahun paling suram bagi perkebunan sejak keberadaannya dari jaman penjajahan Belanda. Puncak gerakan ini ditandai dengan dibentuknya organisasi petani yang diberi nama Forum Komunikasi Petani Malang Selatan (FORKOTMAS) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
10 11
Dr. Wahyudi, ibid hal 230-231. Dr. Wahyudi, ibid hal 198-199.
Ada beberapa LSM yang ikut andil dalam gerakan petani Kalibakar, yang seharusnya memberikan bantuan kepada petani tetapi Cuma bisa memberikan saran maupun pendapat saja. Ada sebuah LSM yang bergerak di bidang advokasi masalah ekonomi kerakyatan dan penataan tanah, justru lebih banyak memberikan kritikan yang konstruktif untuk penataan organisasi petani. Sementara itu ada sebuah LSM lain yang bergerak di bidang hokum dimana sekarang ini sudah kurang frekuensinya dalam memberikan advokasi kepada petani Kalibakar dengan beralasan bahwa kemampuaj untuk bergerak ke Kalibakar sudah menipis dan mereka juga mempunyai program advokasi lain.12 Setali tiga uang, partai politik juga memanfaatkan kondisi ini untuk mendapat dukungan. Afiliasi politik ini sebenarnya sudah sejak lama muncul. Sebelum dinyatakan terlarang, PKI merupakan partai yang cukup mendapat porsi di hati masyarakat Kalibakar setelah NU. Dapat dimaklumi karena PKI memang mengusung isu-isu yang berbasis pada kondisi kaum buruh dan petani. Akan tetapi pada perkembangannya tepatnya dalam pemilu 1997, afiliasi politik masyarakat Kalibakar banyak diberikan kepada GOLKAR. Dalam sejarahnya, partai politik ini pula yang memberikan dukungan yang signifikan bahkan formal kepada para petani Kalibakar dalam tindakan reclaiming/penjarahan.13 Dimata petani Kalibakar mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau sering kita sebut Gus Dur yang sangat jelas memberikan dukungannya untuk segera melakukan land reform14. Apresiasi Gus Dur yang tinggi inilah yang membuat petani warga Kalibakar mempunyai harapan agar tanah tersebut bisa dimiliki saat Gus Dur masih menjabat sebagai Presiden Indonesia. Gus Dur bahkan berani mencela fatwa dari Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur yang berisi fatwa haram atas tindakan reclaiming/ penjarahan Kalibakar. Setelah Gus Dur lengser dari jabatannnya sebagai Presiden Indonesia para petani kehilangan tokoh intelektual yang berani membela mereka. Kehilangan Gus Dur adalah merupakan kehilangan terbesar mereka karena harapan mereka tidak bisa diwujudkan dalam waktu yang singkat. Terlepas dari itu semua, dapat dianalisa bahwa selama perjalanannya (red gerakan petani Kalibakar) tidak dapat dipungkiri gerakan ini mengalami ketergantungan. Hal tersebut dapat dimaklumi karena jika melihat latar 12
Dr. Wahyudi, ibid hal 176-177. Menjawab pertanyaan dari Hastyo mengenai cara parpol masuk dalam gerakan petani Kalibakar dan apa perannya, pada diskusi dalam mata kuliah Gerakan Politik (Rabu, 16 April 2008). 14 Dr. Wahyudi, ibid hal 156. 13
belakang pendidikan penduduknya hampir 50% lulusan SD. Dimana tingkat penduduk yang rendah, berpengaruh terhadap gerakan yang dilakukan. Sehingga terlihat kecenderungan bahwa mereka lebih fokus pada leader movemen.15 Ketika petani mendapatkan dan meyakini keseriusan dukungan dari pihak-pihak luar petani, berupa dukungan dari individual maupun institusional, maka para petani baru berani turun ke lapangan untuk melakukan reclaiming. Kini setelah jaringan dukungan itu mundur satu persatu, posisi petani menjadi kembali melemah. Memudarnya konsistensi komitmen dari para aktor yang pernah mendukung gerakan sosial petani Kalibakar itu sangat berpengaruh sekali dinamika gerakan petani saat ini. Mundurnya aktor-aktor lain dari jaringan gerakan petani yang merupakan free riders disebabkan oleh pertimbangan cost dan benefit. Para aktor ini menganggap bahwa persoalan Kalibakar sudah tidak lagi merupakan media sosial yang dapat mendatangkan keuntungan material bagi mereka.
Dengan anggapan itulah mereka mengundurkan diri secara teratur,
meskipun dulunya para petani telah mempercayakan proses kepengurusan sertifikat.16 Dalam proses ini, HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) tidak mempunyai peranan maupun kontribusi sama sekali. Mengingat ranah dari HKTI sendiri lebih kepada pengembangan pertanian dan kesejahteraan petani bukan kasus penjarahan lahan atau reclaiming. Selanjutnya FORKOTMAS yang merupakan forum dari masyarakat petani Kalibakar sendiri merupakan organisasi yang independen. Dan tidak semua organisasi maupun gerakan petani dinaungi oleh HKTI.17 Tidak ada yang abadi di dunia ini selain perubahan itu sendiri. Dalam perkembangannya gerakan petani Kalibakar tersebut mengalami penurunan atau deklinasi. Ada dua faktor yang melatar belakanginya, yakni dari internal petani itu sendiri maupun eksternal. Kurang bergairahnya pergerakan petani ini sebenarnya sudah dirasakan oleh pimpinan gerakan. Persoalan yang dihadapi adalah sudah terlenanya para petani reclaiming atas tanha yang ada. Padahal para pemimpin itu tahu, tujuan yang sebenarnya belum tercapai, yakni diterapkannya 15
Menjawab pertanyaan dari Mas Reza mengenai mengapa gerakan ini menciptakan ketergantungan, pada diskusi mata kuliah Gerakan Politik (Rabu, 16 April 2008) 16 Dr. Wahyudi, ibid hal 181. 17 Menjawab pertanyaan dari Hendra Januariansyah mengenai hubungan gerakan petani Kalibakar dengan HKTI, pada diskusi mata kuliah Gerakan Politik (Rabu, 16 April 2008).
land reform. Dinamika gerakan petani kurang nampak gregetnya, intensitas pertemuan internal organisasi kurang, gerkan untuk melakukan tekanan politik kurang dan hanya mengandalkan komunikasi “curhat” secara terbatas saja.18 Para petani Kalibakar juga sebenarnya hanya dimanfaatkan oleh para aktor dari partai politik untuk kepentingan pengalihan kekuasaan.19 Niatan partai politik dalam kasus petani Kalibakar sebenarnya adalah memanfaatkan isu tersebut agar dapat mendongkrak jumlah suara agar dapat memenangi pemilihan umum. Petani kerap dirugikan oleh janji-janji partai politik yang ingin membantu. Mereka juga meminta kepada para petani Kalibakar untuk memilih partai trersebut dalam pemilihan umum sebagai timbal balik karena partai tersebut telah membantu gerakan petani Kalibakar. Seperti digambarkan pada diagram Formasi Gerakan Sosial Petani kalibakar Era Deklinasi Gerakan, dalam buku Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani karya Dr. Wahyudi. Pergantian pemerintahan dari pusat s/d daerah yang berdampak pada pergantian pejabat pada posisi structural yang pernah mendukung petani.
Dukungan psikologis dari beberapa org. non partai politik atau LSM. Sementara kalangan ini tidak memiliki posisi tawar di depan pemegang kekuasaan.
Hilangnya dukungan politik dari badan eksekutif, legislaif dan partai politik
Hilangnya komitmen dari free riders yg pernah terikat kontrak sosial untuk menguruskan sertikasi tanah.
Lemahnya upaya mobilisasi organisasi petani Kalibakar.
Proses sertifikasi mengalami jalan buntu
Penguasaan thd tanah eks HGU perkebunan Belanda yg hanya bersifat de fgcto saja.
18 19
Dr. Wahyudi,ibid hal 174. Dr. Wahyudi, ibid hal 184.
Perjuangan petani Kalibakar setengah jalan. Tidak ada kejelasan penyelesaian konflik atas status tanah eks HGU Belanda.
Ada ketegangan structural baru, sehingga membuka peluang bagi terjadinya gerakan kolektif baru menjelang atau di sekitar masa habis HGU th 2013.
Selain gerakan sosial petani Kalibakar ternyata ada gerakan petani yang sama di Meksiko yang dikenal dengan gerakan Zapatista. Ada persamaan dan perbedaan dari kedua gerakan petani tersebut. Persamaan dari gerakan petani Kalibakar dan Zapatista adalah sebagai berikut Gerakan Petani Zapatista
Gerakan Petani Kalibakar
•
Gerakan ini berbasis jaringan
•
Gerakan ini berbasis jaringan
•
Tokoh kharismatik
•
Tokoh kharismatik
•
Pola gerakan dari non konvensional
•
Pola gerakan dari non konvensional
menjadi konvensional.
menjadi konvensional
•
Gerakan berbasis ideology
•
Gerakan berbasis ideology
•
Pembiayaan bersumber dari kolektif
•
Pembiayaan bersumber dari kolektif
dan bantuan dari pihak-pihak lain. Medium gerakan kombinasi antara
•
sab bantuan dari pihak-pihak lain. •
terbuka dan tertutup.
Medium gerakan kombinasi antara terbuka dan tertutup
Sedangkan perbedaan gerakan antara petani Kalibakar dan Zapatista dapat dilihat dibawah ini yaitu: Gerakan Petani Zapatista • Kepentingannya untuk merubah keadaan sosial ekonomi di Meksiko.
Gerakan Petani Kalibakar •
Kepentingannya hanya untuk petani kalibakar itu sendiri.
• Kesadaran petani adat Chiapas tinggi.
•
Kesadaran petani rendah.
• Peran media massa penting
•
Peran media massa hampir tidak ada.
• Peran tokoh kharismatik yang kuat
•
Peran tokoh kharismatik kurang begitu kuat.
• Masih bisa bertahan karena membangun
•
jaringan sampe ke internasional, dengan bukti
ada
pemain
Inter
Milan
yang
Petani hanya dijadikan kendaraan politik semata oleh aktor-aktor tertentu.
•
Jaringannya hanya bersifat lokal.
bersimpati. Ini menunjukkan jaringan luas
Walaupun gerakan petani kedua contoh mempunyai kesamaan dan perbedaan tersendiri tetapi kita meyakini bahwa gerakan ini berbasis ideology. Gerakan petani ini dilakukan untuk mengubah kehidupan petani menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jaringan dan peran tokoh kharismatik adalah salah satu kunci keberhasilan gerakan-gerakan ini. .
BAB IV
KESIMPULAN Dari penjelasan-penjelasan yang telah disampaikan di atas maka kami menyimpulkan bahwa gerakan petani adalah gerakan yang membutuhkan peran dari jaraingan agar gerakan tersebut dapat berjalan dan tidak terjadi stagnansi. Hal ini terjadi pada gerakan petani Kalibakar karena mundurnya jaringan-jaringan yang semula membantu membuat gerakan petani ini seakan kehilangan arah dan menimbulka ketergantungan terhadap jaringan tersebut. Kemudian kami melihat bahwa gerakan petani Zapatista dalam jaringan, skala lebih luas walaupun mempunyai pola yang sama dengan gerakan petani Kalibakar. Perbedaaan yang mendasar adalah gerkan petani Zapatista ini masih bertahan dan kuat karena mempunyai jaringan yang kuat pula. Dibandingkan dengan gerakan Kalibakar yang memang mempunyai jaringan namunjaringan tersebut seakan menyerah terhadap kondisi yang ada. Isu ini hanya dimanfaatkan oleh para aktor-aktor yang terlibat guna mengangkat nama dari aktor tersebut bahwa mereka pernah membantu gerakan petani walaupun pada akhirnya tidak ada kejelasan mengenai peran dari aktor-aktor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Mustain, Dr. 2007. Petani VS Negara Gerakan Sosial Petani Melawan Hegemoni Negara. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media, Wahyudi, Dr. 2005. Formasi dan Struktur Gerakan Sosial Petani. Malang. UMM Press.