PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DI KELAS II SLTP NEGERI 1 DORO PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2003/2004
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Rukhil Isnaini NIM 1314981106
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING i
2004
ii
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada: Hari
: Kamis
Tanggal
: 25 Maret 2004
Panitia Ujian Ketua
Sekretaris
Drs. Siswanto NIP. 130515769
Drs. Suharso, M.Pd NIP. 131754158
Pembimbing I
Angggota Penguji
Dra. Awalya, M.Pd NIP. 131754159
1. Drs. B. Purwanto, M.Pd NIP. 130515770
Pembimbing II
Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si NIP. 132255795
2. Dra. Awalya, M.Pd NIP. 131754159
3. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si NIP. 132255795 iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
The most beautiful side in life is an experience to strungle in life, idealistics and realistics in life without giving up in hopes and purposes and don’t forget to pray to Allah The All Mighty. Amien
Persembahan Skripsi ini ku persembahkan untuk: 1. Bapak Munasir dan Ibu Surati tercinta 2. Mas Nasrumin, Nasrudin, Imam, Mbak Afifah, Adik Fifi, dan Dik Ana yang memberikan dukungan dan do’a. 3. IMM, FOSI, REM-FM, MBB dalam perjuangan selalu semangat 4. Jamparing Kost, Muin, Kanthi, Teguh, Arif, Vita, Sobirin, Untung, Mbak Erna 5. Saudara-saudaraku & anak-anakku di SLTP N 3 Kedungwuni Pekalongan
iv
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi karunia, rahmat, taufik dan hidayah-Nya hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar di kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004”. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan fenomena yang menunjukkan kurangnya motivasi belajar pada siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, terlihat dari sikap siswa yang kurang menyenangi suatu pelajaran tertentu, sering datang terlambat, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, acuh tak acuh pada saat proses pelajaran berlangsung, anak belajar tanpa persiapan dan kurang aktif dalam pembelajaran. Gejala rendahnya motivasi belajar ini diprediksikan, berkaitan dengan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran yang kurang baik. Dalam penelitian diungkap secara empiris gejala-gejala tersebut dan pengaruhnya terhadap motivasi belajarnya. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada yang terhormat : 1. Drs. A.T Sugito, SH., MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi. 2. Drs. Siswanto, Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Drs. Suharso, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP UNNES, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
v
4. Dra. Awalya, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam pelaksanaan ujian skripsi. 7. Kepala Sekolah SLTP Negeri I Doro Pekalongan, berkenan memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 8. Para guru dan karyawan SLTP Negeri I Doro Pekalongan, berkenan memberi bantuan informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian. 9. Siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, yang bersedia menjadi sampel penelitian. 10. Bapak Ibu tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, rasa manis seperti madu, dan doa seperti air yang mengalir tanpa henti dalam mendukung penelitian, semoga Allah memberikan pahala yang sesuai. 11. Mas Nasrudin, Mas Nasrumin, Mas Imam, Mbak Afifah, Dik Fifi dan Dik Ana yang setia selalu dalam memberikan doa dalam penelitian. 12. Rekan-rekan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik material maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca semua. Semarang,
Maret 2004
Penulis vi
SARI Rukhil Isnaini. 2004. Pengaruh Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar di kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNNES. Fenomena yang terjadi di SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, menunjukkan ada kecenderungan prestasi belajar siswa masih di bawah batas pengentasan, yang disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, terlihat dari sikap siswa yang kurang menyenangi suatu pelajaran tertentu, sering datang terlambat, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, acuh tak acuh pada saat proses pelajaran berlangsung, anak belajar tanpa persiapan dan kurang aktif dalam pembelajaran. Gejala kurangnya motivasi belajar antara lain: rendahnya kesadaran untuk membaca buku pelajaran, kurangnya keingintahuan terhadap permasalahan pelajaran, kurang optimalnya siswa pada saat membuat tugas yang diberikan guru. Untuk mengatasi tersebut, guru BK telah menyampaikan layanan pembelajaran dengan maksud agar siswa mampu memahami tujuan belajar dan cara belajar efektif sehingga mencapai hasil yang optimal. Namun demikian, masih juga gejala-gejala motivasi belajar yang rendah. Diprediksikan, berkaitan dengan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran yang kurang baik. Melalui penelitian diungkap secara empiris gejala-gejala tersebut dan pengaruhnya terhadap motivasi belajarnya. Masalah dalam penelitian ini adalah 1) Seberapa besar tingkat persepsi siswa tentang layanan pembelajaran. 2) Seberapa besar tingkat motivasi belajar siswa, 3) Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) Tingkat persepsi siswa tentang layanan pembelajaran, 2) Tingkat motivasi belajar siswa dan 3) menguji secara empiris ada tidaknya pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa. Hipotesis penelitian ini ada tiga yaitu: 1) Persepsi siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan tentang layanan pembelajaran dalam kategori rendah. 2) Motivasi belajar siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan dalam kategori rendah. 3) Ada pengaruh positif yang signifikan persepsi tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa kelas II di SLTP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan tahun pelajaran 2003/2004 sebanyak 179. Sampel diambil secara proporsional random sampling sebanyak 124 siswa. Variabel yang diteliti ada dua yaitu persepsi siswa tentang layanan pembelajaran sebagai variabel bebas dan motivasi belajar sebagai variabel terikat. Data diambil dengan skala psikologis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat persepsi siswa tentang layanan pembelajaran mencapai 61.9738%, dan diperoleh thitung (-1.028) dengan probabilitas 0.306 > α = 0.05, yang berarti persepsi siswa tentang cara penyampaian dan materi layanan pembelajaran oleh guru pembimbing dalam kategori rendah. Tingkat motivasi belajar siswa mencapai 62.3854%, dan vii
diperoleh thitung (-0.204) dengan probabilitas 0.839 > α = 0.05, yang berarti motivasi belajar siswa dalam kategori rendah, yang berarti keinginan belajar siswa ingin mengetahui seluk beluk masalah masih kurang, kurang kesadaran kemauan senang membaca, kurang tekun menghadapi tugas, kurang ulet menghadapi kesulitan, minat terhadap suatu masalah belajar masih rendah, dan kurang senang bekerja mandiri Hasil analisis regresi diperoleh F hitung sebesar 73.809 dengan probabilitas 0.000 < α = 0.00, yang berarti ada pengaruh yang signifikan persepsi layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa di kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Simpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Persepsi siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan dalam aktegori rendah, 2) Motivasi belajar siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan dalam kategori rendah. 3) Ada pengaruh persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa. Berkaitan dengan hasil penelitian ini dapat disarankan pada guru BK: 1) Kepada guru BK, hendaknya dapat mengubah persepsi siswa tentang layanan pembelajaran menjadi lebih baik, dengan cara memperdalam materi layananan seperti cara belajar yang efektif, strategi menghadapi tes, cara efektif menggunakan waktu, meringkas buku bacaan dan cara mengikuti pelajaran yang diberikan dengan pemberian contoh-contoh konkrit. 2) Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang cara penyampaian guru pembimbing pada saat menyampaikan materi layanan dalam kategori rendah, maka hendaknya mengedepankan kejelasan, kedalaman materi, penampilan, kesiapan guru, dan penyampaian materi lebih ditikberatkan pada cara dan kebiasaan belajar yang positif.
viii
DAFTAR ISI
ix
Halaman Judul..................................................................................................
i
Halaman Pengesahan .......................................................................................
ii
Motto dan Persembahan...................................................................................
iii
Prakata .............................................................................................................
iv
Sari ...................................................................................................................
vi
Daftar Isi...........................................................................................................
viii
Daftar Tabel .....................................................................................................
x
Daftar Gambar..................................................................................................
xii
Daftar Lampiran ...............................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
5
1.3 Penegasan Istilah............................................................................
5
1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
1.5 Manfaat Penelitian .........................................................................
7
1.6 Sistematika Skripsi.........................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ..........................................
9
2.1.............................................................................................. M otivasi Belajar .............................................................................
9
2.2.............................................................................................. F aktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ...................
11
2.3.............................................................................................. U paya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa ..............................
16
2.4.............................................................................................. P eranan Motivasi Belajar ..............................................................
17
2.5.............................................................................................. B entuk-bentuk Motivasi Belajar....................................................
18
2.6.............................................................................................. B imbingan Belajar.........................................................................
x
19
2.7.............................................................................................. T ujuan Bimbingan Belajar ............................................................
20
2.8.............................................................................................. L ayanan Pembelajaran ..................................................................
22
2.9.............................................................................................. T eknik Pelaksanaan Layanan Pembelajaran .................................
24
2.10............................................................................................ P ersepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran ............................
xi
25
2.11............................................................................................ K erangka Berpikir .........................................................................
29
2.12............................................................................................ H ipotesis ........................................................................................
30
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
31
4.1
Jenis dan Desain Penelitian.........................................................
31
4.2
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel...................
31
4.3
Variabel Penelitian......................................................................
33
4.4
Teknik Pengumpulan Data..........................................................
35
4.5
Uji Coba Instrumen Penelitian....................................................
38
4.6
Metode Analisis Data..................................................................
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................
43
4.1
Hasil Uji Coba Instrumen ...........................................................
43
4.2
Hasil Penelitian ...........................................................................
44
4.3
Pembahasan ................................................................................
55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................
60
5.1
Simpulan ....................................................................................
60
5.2
Saran ...........................................................................................
61
Daftar Pustaka ..................................................................................................
62
Lampiran ..........................................................................................................
63
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
1. Jumlah Populasi .........................................................................................
31
2. Ukuran Sampel...........................................................................................
32
3. Indikator Skala Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran................
35
4. Kriteria Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran ............................
36
5. Indikator tentang Motivasi Belajar.............................................................
37
6. Kriteria Motivasi Belajar............................................................................
38
7. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran........
44
8. Tingkat Persepsi Siswa tentang Cara Penyampaian Guru dalam Memberikan Layanan.................................................................................
46
9. Tingkat Persepsi Siswa tentang Materi Layanan Pembelajaran ................
47
10. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar .......................................................
48
11. Distribusi Frekuensi Motivasi Instrinsik....................................................
49
12. Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik...................................................
49
13. Rata-rata Tingkat Persepsi (dalam %) tentang Layanan Pembelajaran .....
51
14. Hasil Uji t ...................................................................................................
51
15. Rata-rata Tingkat Motivasi Belajar............................................................
52
16. Hasil Uji t ...................................................................................................
52
17. Hasil Persamaan Regresi............................................................................
53
18. Hasil Uji F..................................................................................................
54
19. Hasil Uji R-Square .....................................................................................
55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
1. Hubungan antara Stimulus dan Respon .....................................................
17
2. Kerangka Berpikir......................................................................................
30
3. Kerangka Berpikir Keterkaitan Persepsi terhadap Layanan Pembelajaran dengan Motivasi Belajar ............................................................................
xiv
34
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Hal
1.
Kisi-Kisi Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran .........
63
2.
Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran .........................
64
3.
Kisi-Kisi Ujicoba Skala Motivasi Belajar ..............................................
67
4.
Ujicoba Skala Motivasi Belajar ..............................................................
68
5.
Analisis Hasil Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran..
72
6.
Perhitungan Validitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ...
73
7.
Perhitungan Reliabilitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran
74
8.
Analisis Hasil Ujicoba Skala Motivasi Belajar ......................................
76
9.
Perhitungan Validitas Skala Motivasi Belajar........................................
77
10.
Perhitungan Reliabilitas Skala Motivasi Belajar ....................................
78
11.
Instrumen Skala Psikologi Persepsi tentang Layanan Pembelajaran .....
80
12.
Instrumen Skala Motivasi Belajar ..........................................................
83
13.
Data Hasil Penelitian Persepsi tentang Layanan Pembelajaran..............
86
14.
Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar...................................................
90
15.
Uji Normalitas Data Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ...............
94
16.
Uji Normalitas Data Motivasi Belajar ....................................................
95
xv
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Kampus Sekaran Gunungpati Gd. A2 Telp (024) 3562685 Semarang
SURAT KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini dosen pembimbing skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang menerangkan: Nama
: Puan Maharani
NIM
: 1314000010
Jurusan
: Bimbingan dan Konseling
Judul Skripsi : Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Anak Asuh Angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran 2005. Telah selesai bimbingan dan siap ujian di hadapan sidang penguji Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Demikian Surat keterangan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sugiyo, M.Si. NIP. 131754156
Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si NIP. 132255795 Mengetahui Ketua Jurusan Bimbuingan dan Konseling
Drs. Suharso, M.Pd NIP. 131754158 xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari pasti individu tidak terlepas dari kegiatan rutin yang dilakukannya. Lingkungan masyarakat menuntut individu untuk dapat bertanggung jawab dalam setiap kegiatan tersebut, individu juga harus mempunyai sikap yang mandiri. Realita dalam kehidupan di lingkungan masyarakat akhir-akhir ini menunjukkan bahwa individu kurang memiliki sikap kemandirian. Kemandirian sangat berkaitan dengan pengambilan inisiatif, mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh dirinya sendiri. Menurut Budiarjo (1987:20) dalam kamus psikologi mengemukakan pengertian kemandirian, yaitu kecenderungan tidak tergantung pada orang lain dalam membuat keputusan. Jadi seseorang dikatakan mandiri apabila mampu menentukan keputusan yang berkaitan dengan dirinya dan sesuai dengan keinginannya. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain. Seseorang yang mandiri akan merasa bangga bila ia bisa mengerjakan sesuatu dengan sendiri. Sedangkan menurut Brawer dalam Chabib Toha (1993:121) kemandirian adalah suatu perasaan xvii
otonomi, sehingga pengertian mandiri adalah suatu kepercayaan terhadap dirinya sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam dan tidak terpengaruh orang lain. Sejalan dengan pendapat itu Kartini Kartono (1985:21) mengatakan bahwa kemandirian pada seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri. Dari beberapa pengertian diatas kemandirian yang dimaksud disini adalah mampu menyelesaikan segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan secara sendiri dan bertanggung jawab tanpa bantuan dari orang lain yang ditandai dengan sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif dan pengendalian diri dari dalam. Kemandirian dalam penelitian ini lebih difokuskan dalam hal kehidupan seharihari di Panti Asuhan dan dalam pelaksanaan kegiatan keterampilan. Indikatornya yaitu dengan melihat atau mengamati kehidupan dan pelaksanaan kegiatan keterampilan di Panti Asuhan tersebut. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini adalah kemandiriannya. Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas untuk kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam xviii
kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada anak asuh di lingkungan Panti Asuhan. Panti Asuhan merupakan salah satu sarana pelayanan/unit pelaksana teknis yang berupaya untuk menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan potensi anak-anak terlantar serta putus sekolah dengan memberikan pelayanan yang bersifat bimbingan sosial, mental dan fisik serta keterampilan kerja. Di Panti Asuhan ini terdapat berbagai macam jenis anak asuh, antara lain: anak putus sekolah terlantar berumur 15-21 tahun yang belum menikah terutama tingkat SLTP, tidak bekerja/menganggur, anak mempunyai masalah sosial seperti anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah, keterlantaran dibidang pendidikan dan lain-lain. Pada umumnya tingkat kemandirian mereka sangat bervariasi, dari yang tidak mandiri sampai dengan yang mandiri. Partisipasi aktif di Panti Asuhan berarti kesadaran dan tanggung jawab, tidak saja terciptanya perkembangan dan kemajuan diri sendiri tetapi juga perkembangan dan kemajuan lingkungan sosialnya. Mereka yang memiliki kemandirian tercermin pada perilaku mereka sehari-hari di lingkungan wisma ataupun pada saat pelajaran di kelas. Mereka yang dari kalangan keluarga ekonomi lemah akan terlihat lebih menunjukkan sikap mandiri daripada mereka yang berasal dari keluarga mampu. Menurut Sriati Sosiawati dalam tesis (2004:64) kemandirian belajar mempunyai hubungan dengan motivasi belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar memberikan pengaruh positif terhadap motivasi berprestasi dalam melaksanakan xix
proses pembelajaran. Dengan signifikan dan positifnya pengaruh antara kemandirian belajar akan menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar. Didalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, Panti Asuhan berupaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial dan keterampilan kerja sebagai satu kesatuan. Yang dimaksud keterampilan sosial adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang serasi dan memuaskan, mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan sosial, memecahkan masalah sosial serta mewujudkan aspirasinya. Sedangkan keterampilan kerja adalah kemampuan untuk menemukan, memanfaatkan mengembangkan potensi dan etos kerja guna mendapatkan sumber nafkah/mata pencaharian. Di Panti Asuhan terdapat banyak sekali kegiatan keterampilan yang nantinya akan diberikan kepada anak asuh, kegiatan itu meliputi otomotif (montir sepeda motor dan mobil), penjahitan (menjahit dan bordir), pertukangan las (karbit/listrik dan perkayuan), keperawatan rumah tangga/home nurse (keterampilan salon, tata boga, tata graha, tata busana, dan home industri). Selain kegiatan keterampilan juga diberikan materi pengetahuan umum (Pendidikan Pancasila dan bela negara), budi pekerti, mental kerohanian/agama, olah raga dan kesenian. Mereka terbagi dalam 4 kelas besar, tetapi didalam kelas tersebut terdapat berbagai macam jurusan. Ketika kegiatan keterampilan berlangsung mereka terpisah-pisah sesuai dengan jurusan mereka masing-masing. Keterampilan-keterampilan inilah yang nantinya bisa dipakai mereka sebagai
xx
bekal hidup di lingkungan bermasyarakat dan juga sikap kemandirian yang sudah ditanamkan pada diri mereka selama berada di Panti Asuhan tersebut. Tetapi anak-anak asuh tersebut cenderung mengabaikan kegiatan keterampilan mereka. Ketika diberikan tugas oleh instruktur, mereka kurang dapat memahami sehingga ada siswa yang mampu berusaha sendiri tetapi ada juga yang bergantung dengan temannya. Mereka hanya menunggu hasil dari temannya dan tidak mau berusaha sendiri. Melihat hal tersebut maka orang tua asuh yang berada di wisma, pembimbing sosial akan lebih sering menyuruh anaknya untuk mengikuti kegiatan belajar keterampilan di Panti Asuhan tersebut. Hal ini dikarenakan dalam diri anak kurang memiliki inisiatif dan sikap mandiri. Untuk mencapai kemandirian perlu menumbuhkan konsep diri yang positif dalam diri anak asuh. Menurut B. Purwanto dalam tesis (2002:60) konsep diri penting artinya bagaimana individu memandang diri dan dunianya mempengaruhi tidak hanya ia berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidup. Individu memandang diri dan dunianya dari segi yang positif dan menyenangkan, pada umumnya berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Individu itu kebanyakan puas terhadap dirinya danpengalamanpengalaman hidupnya. Individu yang memandang diri dan dunianya dari kacamata seram akan cenderung tidak mencoba pengalaman-pengalaman hidup karena mereka selalu khawatir akan menemui kegagalan, individu seperti ini kebanyakan tidak bahagia dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimilikinya itu negatif atau positif. Sikap dan keyakinan individu terhadap dirinya menentukan xxi
keberhasilan yang dicapainya. Konsep diri yang dimiliki anak asuh tersebut sangat berpengaruh pada perilaku mereka di lingkungannya. Menurut Burns (1993:4) konsep diri sebagai objek yang paling penting dan terpusat didalam pengalaman masing-masing individu karena keunggulannya, sentralitasnya, kontinuitasnya dan selalu berada dimana-mana didalam semua aspek tingkah laku, bertindak menengahi baik sebagai perangsang maupun respon. Sejalan dengan hal itu Cawagas (1983) dalam Pudjijogyanti (1988:2) mengemukakan bahwa konsep diri meliputi seluruh pandangan individu terhadap dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya, kegagalannya dan sebagainya. Dari kedua pendapat tersebut, secara singkat dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri merupakan gambaran penilaian terhadap diri sendiri yang dapat digunakan sebagai dasar dalam berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciriciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar atau situasi kehidupan. Menurut Nurnanik (2003:46) bahwa kemampuan penyesuaian diri seseorang sangat bergantung dengan konsep diri, yaitu pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Individu pada umumnya mempunyai persepsi tentang dirinya berbedabeda antara individu yang satu dengan yang lain, ada yang mempersepsikan dirinya dengan wajar, postif, dan realitas, sehingga mereka cenderung xxii
memperhatikan sikap dan tingkah lakunya, seperti rendah hati, percaya diri, selalu berusaha sesuai dengan kemampuannya dan sebagainya. Tetapi ada juga yang memandang dirinya negatif dan tidak realistis atau tidak menerima eksistensi dirinya sebagaimana adanya. Mereka cenderung bersikap angkuh, sombong, merasa dirinya lebih pintar, merasa dirinya terlalu jelek, merasa paling disukai, merasa pendek, merasa tidak berguna dan sebagainya. Semua sikap dan tingkah laku yang ditampilkan diatas merupakan manisfestasi dari kemampuan dan ketidakmampuan dalam memahami dirinya. Disini konsep diri yang ada dalam diri anak asuh tersebut memegang peranan penting dalam kemandiriannya. Anak asuh yang mempunyai konsep diri positif ia akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri sehingga dapat mengarahkan dirinya dalam segala kegiatan. Konsep diri positif bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi lebih berupa penerimaan diri. Anak asuh yang memiliki konsep diri positif dia dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Dalam hal ini dia dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Bila anak asuh tersebut telah mampu menumbuhkan konsep dirinya dengan baik maka secara tidak langsung sikap kemandiriannya akan muncul. Namun anak asuh yang mempunyai konsep diri negatif, ia tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mampu mengenal dirin baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau apa yang ia hargai dalam hidupnya. xxiii
Informasi baru tentang diri hampir pasti menjadi penyebab kecemasan, rasa ancaman terhadap diri. Oleh karena itu anak asuh yang memiliki konsep diri negatif ia akan selalu mengubah terus-menerus konsep dirinya, atau melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau menolak informasi baru (Calhoun,1989:72-73). Maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan dirinya. Secara teoritis antara konsep diri dengan kemandirian memiliki hubungan yang erat. Namun setelah melihat kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hubungan antara konsep diri dengan kemandirian belum diketahui. Di Panti Asuhan tersebut terlihat anak yang konsep dirinya positif tidak memiliki sikap mandiri begitu pula sebaliknya anak yang konsep dirinya negatif memiliki sikap mandiri. Disamping itu di Panti Asuhan tersebut belum pernah diadakan penelitian mengenai hubungan antara konsep diri dengan kemandirian. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian mengenai “HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN PADA ANAK ASUH ANGKATAN I DI PANTI ASUHAN WIRA ADI KARYA UNGARAN TAHUN 2005”.
B. Permasalahan Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang diangkat antara lain: 1. Bagaimanakah gambaran konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005 ? xxiv
2. Bagaimanakah gambaran kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005 ? 3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005 ?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah diajukan maka peneliti memilih tujuan antara lain: 1. Untuk mengetahui gambaran konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005. 2. Untuk mengetahui kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005. 3. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005.
D. Manfaat Penelitian Manfaat secara teoritis yang dapat diambil antara lain: a.
Memperkaya serta mengembangkan ilmu dalam bidang Bimbingan dan Konseling terutama tentang konsep diri dan kemandirian.
b. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan pertimbangan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling di Panti Asuhan yang berkaitan dengan konsep diri dan kemandirian.
Sedangkan manfaat praktis yang dapat diambil antara lain:
xxv
a.
Memberi bahan rujukan kepada pihak Panti Asuhan mengenai gambaran konsep diri dan kemandirian anak asuh untuk mempermudah dalam menangani masalah anak asuh tersebut.
b. Memberi bahan acuan kepada pihak Panti Asuhan dalam memahami hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh.
E. Penegasan Istilah Untuk memberikan kejelasan arti dan sekaligus menghindari kesalahan pengertian dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan penegasan beberapa istilah yaitu: 1.
Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan individu tentang dirinya sendiri. Konsep diri ini memiliki tiga dimensi antara lain: pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan tentang diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri (James F Calhoun,1995:67). 2.
Kemandirian
Brawer berpendapat bahwa kemandirian adalah suatu perasaan yang otonom, sehingga perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan pada diri sendiri dan perasaan otonom diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena pengaruh orang lain (Chabib Toha,1990:121)
3.
Panti Asuhan
Panti Asuhan ialah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan xxvi
kesejahteraan sosial kepada anak putus sekolah dan dalam keadaan terlantar, guna penumbuhan dan pengembangan keterampilanketerampilan sosial dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan (Petunjuk Teknis Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Melaui Panti Sosial Bina Remaja,1995:2). F. Sistematika Skripsi Bab I
: Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika skripsi. Bab II
: Landasan teori yang memuat pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, faktor-
faktor kemandirian, proses terbentuknya kemandiriran, pengertian konsep diri, isi konsep diri, karakteristik konsep diri, pembentukan dan perkembangan konsep diri, hubungan antara konsep diri dengan kemandirian, hipotesis. Bab III : Metodologi penelitian yang memuat populasi, sampel, variabel penelitian, validitas dan reliabilitas, metode pengumpulan data dan analisis data. Bab IV : Hasil penelitian, pada bab ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang sudah dilakukan. Bab V
: Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Panti Asuhan
1. Pengertian dan Sejarahnya Panti Asuhan ialah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak putus sekolah dan dalam keadaan terlantar, guna penumbuhan dan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan (Petunjuk Teknis xxvii
Kesejahteraan Sosial Remaja,1995:2).
Anak
Terlantar
Melaui
Panti
Sosial
Bina
Panti Asuhan ini terletak di Jl. Ki Sarino Mangunpranoto No. 39 Ungaran. Panti Asuhan ini adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Jawa Tengah. Bertugas memberikan pelayanan kepada anak putus sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu. Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran ini mulai dirintis Departmen Sosial bersama masyarakat sejak Tahun 1976, sedang kegiatan operasionalnya dimulai tanggal 1 Juli 1979, kemudian secara resmi tanggal 2 Oktober 1979 diresmikan oleh Gurbernur Jawa Tengah Soepardjo Roestam ataas nama Menteri Sosial RI dengan nama panti Penyantunan Anak (PPA) Ungaran. 2. Tujuan Tujuan dari Panti Asuhan ini adalah mempersiapkan dan membantu anak putus sekolah dan kurang mampu dengan memberikan pelayanan kesejahteraan sosal yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial dan keterampilan kerja agar mampu bekerja secara mandiri maupun kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Fungsi Dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari fungsi dari Panti Asuhan antara lain: a. Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yaitu memberikan pelayanan kepada anak remaja putus sekolah agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. b. Pusat Informasi Usaha Kesejahteraan Sosial Yaitu memberikan informasi dan konsultasi tentang pelayanan kesejahteraan sosial terutama yang mnjadi penangan Departemen Sosial. c. Pusat Usaha Ekonomis Produktif (UEP) Yaitu digunakan sebagai tempat kegiatan berbagai macam keterampilan yang mengarah kepada usaha ekonomis produktif antara lain: keterampilan otomotif, las karbit/listrik, menjahit, pertukangan kayu, elektronika, salon/rias, bordir dan farming.
xxviii
d. Pusat Pengembangan Kesejahteraan Sosial Yaitu digunakan sebagai lokasi penelitian terutama untuk pengembangan model-model pelayanan dan kebijakan sosial serta untuk pengembangan jangkauan pelayanan ke luar panti (open system) terhadap masyarakat sekitar panti atau pelayanan lain yang memungkinkan. 4. Sasaran Pelayanan Anak remaja putus sekolah SLTP dan SLTA berasal dari keluarga kurang mampu dengan syarat-syarat sebagai berikut: a. Warga Negara Indonesia putra/putri b. Umur 15 s/d 21 tahun c. Belum menikah d. Tidak bekerja e. Sehat jasmani dan rohani f. Berkelakuan baik
B. Tinjauan Tentang Kemandirian
1. Pengertian dan Sejarahnya Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002:145). Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang xxix
sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang kuat. Menurut Brawer dalam Chabib Toha (1993:121) kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain. Menurut Kartini Kartono (1985:21) kemandirian seseorang terlihat padawaktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dariorang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya. 2. Ciri-ciri Kemandirian Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Gilmore dalam Chabib Thoha (1993:123) merumuskan ciri kemandirian itu meliputi: a. Ada rasa tanggung jawab b. Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara intelegen c. Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain d. Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain. Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter, 1975 dalam Hasan Basri (2000:56) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi xxx
b. Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain c. Menunjukkan rasa percaya diri d. Mempunyai rasa ingin menonjol Sejalan dengan dua pendapat dari ahli diatas, Antonius (2002:145) mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut: a. Percaya diri b. Mampu bekerja sendiri c. Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya d. Menghargai waktu e. Tanggung jawab Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian tersebut antara lain: a. Individu yang berinisiatif dalam segala hal b. Mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan padanya, tanpa mencari pertolongan dari orang lain c. Memperoleh kepuasan dari pekerjaannya d. Mampu mengatasi rintangan yang dihadapi dalam mencapai kesuksesan e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan kegiatan yang dihadapi f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan orang lain, dan merasa senang karena dia berani mengemukakan pendapatnya walaupun nantinya berbeda dengan orang lain 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada remaja menurut Masrun, (1986:4) yaitu: xxxi
1. Usia Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. 2. Jenis kelamin Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifatsifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Dan perbedaan jasmani yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita. 3. Konsep diri Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang mmandang dan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain. 4. Pendidikan Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat mewujudkan dirinya sendiri sehingga orang memiliki keinginan sesuatu secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain. 5. Keluarga Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam melatarkan dasar-dasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam pembentukan kemandirian pada diri seseorang.
6. Interaksi sosial Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik tidak mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku mandiri. xxxii
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berpikir cara mandiri dalam menjalani kehidupan lebih lanjut. 4. Proses Terbentuknya Kemandirian Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini adalah kemandiriannya. Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. Sikap orang tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya anak yang dimanjakan akan mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya. Pola pendidikan yang baik selalu ditegakkan dengan prinsip-prinsip memberi hadiah dan memberi hukuman yang akan menyebabkan anak-anak dalam keluarga memiliki taraf kesadaran dan pengalaman nilai-nilai kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang terkesan amburadul, anormatif dan gersang dari keteladanan yang terpuji, menyebabkan anak-anak didik yang tumbuh dalam keluarga tersebut akan menunjukkan keadaan kepribadian yang kurang bahkan tidak menggembirakan. Menurut Antonius (2002:146) lingkungan sosial ekonomi yang memadai dengan pola pendidikan dan pembiasaan yang baik akan mendukung perkembangan anak-anak menjadi mandiri, demikian pula sebaliknya. Keadaan sosial ekonomi yang belum menguntungkan bahkan paspasan jika ditunjang dengan penanaman taraf kesadaran yang baik terutama dalam hal upaya mencari nafkah dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan, akan menyebabkan anak-anak mempunyai nilai kemandirian yang baik. Sebaliknya jika keadaan sosial ekonomi masih kurang menggembirakan, sedang kedua orang tua tidak menghiraukan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan taraf keteladanan pun jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin anak-anak berkembang salah dan sangat merugikan masa depannya jika tidak tertolong dengan pendidikan selanjutnya. Lingkungan keluarga yang mempunyai nilai-nilai yang baik akan memungkinkan anak berkemampuan untuk melakukan pilihan terhadap sesuatu secara baik. Sebaliknya keluarga yang tidak mempunyai nilai-nilai baik akan membiarkan anaknya. Orang tua yang baik tentu akan menuntun anak-anaknya agar selalu memperhatikan teman sepergaulannya. Dianjurkan untuk selalu mencari teman yang baik akhlaknya, bukan sekedar mempunyai teman dalam kehidupan tanpa memperhatikan taraf kebaikan sikap dan tingkah lakunya (Hasan Basri,2000:55). Individu yang memiliki konsep diri xxxiii
positif akan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain. C. Tinjauan Tentang Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya dapat menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan menunjukkan adanya sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang ia miliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Rogers menganggap konsep diri berada didalam kesadaran seseorang, jadi konsep diri ini merupakan suatu konfigurasi dari persepsipersepsi terorganisasikan mengenai diri yang dapat masuk ke dalam kesadaran (Burns,1993:53). Menurut Cawagas bahwa konsep diri adalah pandangan menyeluruh individu tentang dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya, maupun kegagalannya (Pudjijogyanti,1988:2). Sedangkan menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah pandangan tentang totalitas psikis, sosial dan fisik tentang dirinya yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Jalaludin Rahmat,1986:99). Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara lain: 1) Komponen kognitif yang disebut juga citra diri (Self Image), komponen ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini meliputi: kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya. 2) Komponen xxxiv
afektif yang sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen ini berhubungan dengan perasaan. Harga diri (Self Esteem) meliputi: perasaan, penyesuaian diri, penerimaan diri, penghargaan, pujianKonsep diri merupakan gambaran dan penilaian positif terhadap diri sendiri dapat digunakan sebagai dasar berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-ciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak. Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya sendiri. Pandangan tentang diri sendiri yang tercermin dalam konsep diri antara lain meliputi karakteristik kepribadan, nilai-nilai kehidupan, prinsip hidup, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksi dengan orang lain. 2. Isi Konsep Diri Sewaktu lingkungan anak yang sedang bertumbuh itu meluas, isi dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti pemilikan, teman-teman, nilai-nilai, dan khusunya orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Secara umum isi dari konsep diri dapat dirumuskan. Menurut Jersild dalam penelitiannya pada anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah seperti dikutip oleh Burns (1993:209-210) mendiskripsikan isi dari konsep diri sebagai berikut: a. Karakteristik fisik b. Penampilan c. Kesehatan dan kondisi fisik d. Rumah dan hubungan keluarga e. Sikap dan hubungan sosial f. Bakat dan minat sosial g. Kecerdasan h. Hobi dan permainan
Sementara itu Livesly dan Barmly (1973) seperti yang dikutip Burns (1993:211). Mendeskripsikan isi konsep diri dalam kategori-kategori sebagai berikut: a. Penampilan b. Identitas diri xxxv
c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Persahabatan Keluarga dan pertalian keluarga Pemilikan Sifat kepribadian secara umum Tingkah laku yang spesifik Minat dan hobi Keyakinan akan nilai-nilai Sikap terhadap diri Hubungan dengan lawan jenis Perbandingan dengan orang lain
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa isi konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi. 3. Karakteristik Konsep Diri Menurut Jalaluddin Rahmat (1986:104) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif sebagai berikut: a. Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah b. Ia merasa setara dengan orang lain c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu d. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat e. Ia mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya Sedangkan tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah: a. Ia peka terhadap kritik b. Ia responsif sekali terhadap pujian c. Ia terlalu kritis, tidak sanggup menghargai dan tidak mengakui kelebihan orang lain
xxxvi
d. Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain e. Ia bersikap pesimis terhadap kompetisi, ditandai dengan keengganan untk bersaing (Jalaluddin Rahmat,1986:105) Sejalan dengan hal itu, Calhoun (1990:72-74) mengatakan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif yang keduanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a. Konsep diri positif 1) Dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya 2) Berkepribadian yang sifatnya stabil dan bervariasi 3) Dapat menyimpan informasi, baik informasi negatif maupun informasi positif 4) Dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri 5) Dapat mengenal dirinya dengan baik 6) Dapat menerima dirinya sendiri, juga menerima orang lain 7) Dapat menghadapi kehidupan didepannya 8) Selalu bertindak berani dan sopan b. Konsep diri negatif 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Cara pandang terhadap dirinya sendiri tidak teratur Tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri Tidak tahu tentang siapa dirinya, apa kelebihan dan kelemahannya Menerima informasi tentang diri, dan hampir pasti menjadi penyebab kecemasan, rasa ancaman terhadap dirinya Tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi yang bertentangan dengan dirinya Selalu melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau menolak informasi baru Selalu menilai atau memandang negatif terhadap diri Selalu menganggap diri tidak berharga dibandingkan dengan orang lain
Dengan melihat beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif, dimana keduanya memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dengan karakteristik konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif, dia akan mengubah terus-menerus konsep dirinya atau melindungi
xxxvii
konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak informasi baru dari lingkungannya. 4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak menuju masa dewasa. Sebagai masa peralihan, masa remaja juga disebut masa transisi dimana hal itu diawali dengan adanya perubahan fisik yang menimbulkan perasaan aneh dan berbeda dengan orang lain. Situasi ini sangat mempengaruhi pembentukan citra fisiknya yang menjadi dasar konsep diri. Menurut Erikson (1968) dalam Pudjijogyanti (1988:42) keadaan fisik pada masa remaja merupakan sumber pembentukan identitas diri dan konsep diri. Konsep diri adalah aspek diri yang paling penting, konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam interaksi ini, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi, konsep diri terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lain (Pudjijogyanti,1988:12). Dengan demikian konsep diri itu muncul berdasarkan pengalaman, kebiasaan dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Setelah anak terlahir ia dapat memberikan respon terhadap dunia sekitarnya, orang yang dikenal pertama kali oleh individu adalah orang tua dan anggota keluarga lain. Ini berarti individu akan menerima tanggapan pertama dari lingkungan keluarga. Konsep diri yang tinggi pada anak dapat tercipta apabila kondisi keluarga ditandai dengan adanya integritas dan tenggang rasa yang tinggi antar anggota keluarga (Pudjijogyanti,1988:31). Barulah setelah individu mampu melepaskan diri dari ketergantungannya kepada keluarga, ia akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas. Apa yang tampak pertama kali dalam diri setiap individu adalah keadaan fisik dan jenis kelaminnya. Dengan demikian apa yang direfleksikan pertama kali oleh individu lain mengenai diri individu adalah keadaan fisik dan jenis kelaminnya itu. Masa remaja sebagai masa yang potensial untuk mengembangkan konsep diri, sebab masa remaja merupakan masa yang penuh dengan tekanan yang memungkinkan individu menemukan identitas dirinya. Hal tersebut senada dengan pendapat Singgih D. Gunarso (1983:238) bahwa konsep diri terjadi atas tahapan-tahapan yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer yang terbentuk berdasarkan kenyataan pengalaman individu dengan lingkungannya terdekat yaitu keluarga, konsep bagaimana dirinya tumbuh dan berkembang dari perbandingan antara dirinya dan keluarganya. Konsep diri sekunder yang terbentuk setelah anak tumbuh, maupun berinteraksi dengan lingkungan luas sehingga terbentuk konsep diri baru yang lebih berkembang dari apa yang telah diperoleh dari lingkungan tertentu. xxxviii
Jadi jelas kiranya bahwa konsep diri terbentuk dari hasil kerjasama antara pembentukan konsep diri pada tahap primer dengan tahap sekunder, namun terbentuknya konsep diri sekunder ditentukan oleh konsep diri primernya. Ketika seseorang memasuki jenjang keremajaannya, maka ia mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah laku yang ditampilkannya juga akan mengalami perubahan dan sebagai akibatnya sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah-ubah menyesuaikan dengan perubahan yang terampil dalam dirinya. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada seorang remaja cenderung untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan oleh si remaja itu juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki suatu konsep diri yang konsisten. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah luasnya pengalaman yang diperoleh individu, maka akan semakin bertambah pula aspek yang akan turut mewarnai konsep diri dan juga semakin bertambah tinggi kemandiriannya. D. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kemandirian Menurut paham religi khususnya Islam manusia terlahir dalam keadaan putih bersih seperti kertas yang belum tertulis. Konsep diri muncul berdasarkan pengalaman, kebiasaan dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan kata lain konsep diri merupakan suatu produk, anak tersebut ternoda setelah ia bereaksi dengan lingkungan sekitarnya. Setelah anak itu terlahir dapat memberikan respon terhadap dunia sekitarnya, maka sejak itu pula kesadaran dirinya muncul menjadi dasar dalam pembentukan konsep dirinya. Pudjijogyanti (1988:2) mengatakan bahwa konsep diri merupakan hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri dan Kartini Kartono (1987:441) menjelaskan bahwa konsep diri adalah keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh sesorang mengenai dirinya. Dengan demikian konsep diri berperan sebagai inti dari ciri-ciri individu. Konsep diri dan tidak bisa lepas dari sifat-sifat kepribadian. Salah satu kualitas kepribadian seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk sikap dan kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan ini antara lain adalah kemandirian. Kedua aspek saling berhubungan dan dapat diilustrasikan bahwa konsep diri diibaratkan sebagai poros sedangkan sifat-sifatnya sebagai jari-jarinya. Jadi pusat kepribadian tersebut adalah konsep diri, dimana sifat-sifatnya yang menjadi karakteristiknya sebagai kecenderungan reaksi individu dalam penyesuaian sosial dan personal yang berkembang dipengaruhi langsung oleh inti kepribadian. Sifat-sifat yang ditampilkan individu dalam berperilaku merupakan penerimaan konsep diri. Jadi individu dalam berperilaku dan berinteraksi dalam lingkungan sosial dan personal tidak terlepas dari konsep dirinya. Seseorang memiliki yang konsep diri positif mendukung adanya perasaan kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang memandang dan menilai dirinya xxxix
mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain. Menurut B. Purwanto dalam tesis (2002:60) konsep diri penting artinya bagaimana individu memandang diri dan dunianya mempengaruhi tidak hanya ia berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidup. Individu memandang diri dan dunianya dari segi yang positif dan menyenangkan, pada umumnya berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Individu itu kebanyakan puas terhadap dirinya danpengalaman-pengalaman hidupnya. Individu yang memandang diri dan dunianya dari kacamata seram akan cenderung tidak mencoba pengalaman-pengalaman hidup karena mereka selalu khawatir akan menemui kegagalan, individu seperti ini kebanyakan tidak bahagia dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimilikinya itu negatif atau positif. Sikap dan keyakinan individu terhadap dirinya menentukan keberhasilan yang dicapainya. Konsep diri yang dimiliki anak asuh tersebut sangat berpengaruh pada perilaku mereka di lingkungannya. Sedangkan kemandirian merupakan kemampuan untuk tidak tergantung kepada orang lain, selalu mencoba mengatasi masalah atau kesulitan dan rintangan yang ada dalam lingkungannya, mengambil inisiatif, rasa tanggung jawab dan mengarahkan perilakunya menuju kesempurnaan. Menurut Sriati Sosiawati (2004:64) kemandirian belajar mempunyai hubungan dengan motivasi belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar memberikan pengaruh positif terhadap motivasi berprestasi dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dengan signifikan dan positifnya pengaruh antara kemandirian belajar akan menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar. Dalam skripsi ini yang dimaksudkan adalah hubungan antara konsep diri dan kemandirian yang sifatnya positif. Misalnya apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif maka diasumsikan akan memiliki kemandirian yang tinggi begitu pula sebaliknya. Apabila seseorang memiliki konsep diri negatif maka dimungkinkan kemandiriannya juga kurang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
xl
konsep diri seseorang sangat berhubungan dengan kemandirian, yaitu keyakinan terhadap dirinya sendiri yang diyakini benar dan bisa dipertanggung jawabkan. Paradigma hubungan antara konsep diri dengan kemandirian sangat luas. Seperti banyak anggapan yang ada bahwa masa remaja adalah saat-saat yang dipenuhi dengan berbagai macam perubahan dan terkadang tampil sebagai masa yang tersulit dalam kehidupannya sebelum ia kemudian memasuki dunia kedewasaan. Perubahan yang dialami seseorang tidak saja menyangkut perubahan yang dapat teramati secara langsung, misalnya perubahan tinggi badan, berat badan, wajah ataupun tingkah laku tetapi juga menyangkut perubahan yang lebih halus yang tidak dapat dengan segera teramati, misalnya konsep diri (Singgih D Gunarso,1983:236). Tentang pengertian konsep itu sendiri maka kita harus dapat membedakannya dengan kepribadian. Kepribadian itu terbentuk berdasarkan penglihatan orang lain terhadap diri saya sendiri, jadi pandangan dari luar. Konsep diri sebaliknya merupakan sesuatu yang ada dalam diri saya sendiri, jadi pandangan dari dalam. Atau dengan kata lain kepribadian adlah orang lain melihat saya dan konsep diri adalah saya melihat diri saya sendiri. Baik konsep diri maupun kepribadian merupakan sesuatu yang sifatnya statis. Pada penelitian ini akan lebih difokuskan pada hal konsep diri. Seperti telah dikemukakan diatas bahwa konsep diri merupakan pendapat kita mengenai diri kita sendiri dan seperti konsep-konsep lainnya maka konsep tentang diri juga hanya terdapat dalam pikiran seseorang dan bukan dalam realitas yang konkrit. Walaupun demikian, nyatanya konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan seseorang terutama dalam hal kemandiriannya. Konsep diri meliputi seluruh pandangan individu terhadap dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya, kegagalannya dan sebagainya (Pudjijogyanti,1988:2). Masa remaja merupakan masa yang potensial untuk mengembangkan konsep diri, sebab masa remaja adalah masa yang penuh dengan tekanan yang memungkinkan individu menemukan identitas dirinya. Ketika seseorang memasuki jenjang keremajaannya, maka ia mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah laku yang ditampilkannya juga akan mengalami perubahan dan sebagai akibatnya sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah-ubah menyesuaikan perubahan yang tertampil dalam dirinya. Menurut Nurnanik (2003:46) bahwa
xli
kemampuan penyesuaian diri seseorang sangat bergantung dengan konsep diri, yaitu pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada seorang remaja cenderung untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan oleh si remaja juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki suatu konsep diri yang konsisten. Dengan mencoba berbagai peran, remaja mengharapkan bahwa ia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan konsep diri. Apabila pada masa remaja individu tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangannya, maka ia juga kehilangan kesempatan untuk mengembangkan konsep dirinya. Penelitian Rosenberg dalam Burns (1982) terhadap anak-anak dari kelas sosial ekonomi tinggi menunjukkan bahwa mereka lebih menerima diri mereka dibandingkan anak-anak dari sosial ekonomi rendah. Penelitian itu memberi petunjuk bahwa pengaruh perkembangan konsep diri kearah negatif bukan semata-mata karena tingkat sosial ekonomi orang tua, tetapi lebih dipengaruhi oleh adanya perbedaan perlakuan orang tua dari status sosial ekonomi yang berbeda. Pada umumnya orang tua dari kelas sosial ekonomi menengah dan tinggi akan menekankan kemandirian, memberi tingkat aspirasi yang tinggi, mendukung, dan memberi perhatian serta kasih sayang kepada anak mereka. Sedangkan orang tua dari kelas sosial ekonomi rendah lebih menekankan pada pemberian hukuman, aspirasi yang rendah dan memberi sedikit perhatian dan kasih sayang (Pudjijogyanti,1988:38-39). Dalam kehidupan bermasyarakat, saat ini remaja dituntut untuk menunjukkan keremajaannya karena mereka dianggap bukan lagi anak kecil. Tuntutan lingkungan terhadap peran remaja menimbulkan kegelisahan dan ketegangan dalam berperilaku. Kegelisahan dan ketegangan ini menyebabkan banyaknya konflik yang sering dialami remaja. Menghadapi hal semacam ini remaja harus memiliki sikap kemandirian yang tinggi terutama dalam setiap tindakan yang akan dilakukannya. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya. xlii
Akantetapi biasanya mereka lebih memilih hal-halyang menguntungkan bagi dirinya dibandingkan dengan hal yang merugikan dirinya. Kemandirian seorang remaja sangat berpengaruh pada sikap dan perilakunya didalam lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini kemandiriannya. Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan baik dalam melaksanakan tugastugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. E. Hipotesis Berdasarkan uraian tersebut diatas maka hipotesis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: ”Ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bersifat korelasional, yakni untuk melihat ada atau tidaknya suatu hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih (Sugiyono,2001:98) B. Variabel Penelitian
xliii
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang manjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1997:97). Dalam penelitian ini mengenai variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Identifikasi variabel Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu sebagai berikut: a. Konsep diri merupakan variabel bebas. Dimana variabel ini merupakan variabel yang mempunyai fungsi utama yang mempunyai hubungan mempengaruhi fungsi variabel lain. b. Kemandirian merupakan variabel terikat. Variabel tersebut merupakan variabel yang fungsinya dipengaruhi oleh fungsi dari variabel utama. 2. Hubungan antar variabel Variabel diatas mempunyai hubungan sebagai berikut: a. Variabel bebas dalam penelitian yang fungsinya tidak tergantung dengan variabel lain, yaitu konsep diri yang disimbolkan dengan ‘X’ b. Variabel terikat dalam penelitian yang dimanipulasikan dan tergantung fungsinya dari variabel lain adalah kemandirian yang disimbolkan dengan ‘Y’ 3. Definisi Operasional Untuk mengoperasikan variabel penelitian tersebut, maka perlu dirumuskan definisi opersional. Definisi opersional adalah sesuatudefinisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut (Syaifuddin Azwar,1999:74). Variabel dalam penelitian ini mempunyai definisi operasional sebagai berikut: a. Konsep Diri Menurut William D. Brooks dalam Jalaludin Rahmat adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan xliv
dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara lain:
1. Komponen kognitif Komponen kognitif sering disebut juga citra diri (Self Image), komponen ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini meliputi: kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya. 2. Komponen afektif Komponen afektif sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen ini berhubungan dengan perasaan. Harga diri (Self Esteem) meliputi: perasaan, penyesuaian diri, penerimaan diri, penghargaan, pujian. b. Kemandirian Kemandirian menurut menurut Masrun adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. 1. Bebas Komponen ini mencakup tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak tergantung dengan orang lain. Komponen ini meliputi : bertindak dan bersikap yang tidak tergantung dengan orang lain.
2. Ulet Komponen ini tampak dari usaha untuk mengejar prestasi, tekun berusaha untuk mewujudkan harapan-harapannya. xlv
3. Inisiatif Komponen ini meliputi kemampuan berpikir dan bertindak yang original/kreatif, dan penuh inisiatif. 4. Pengendalian diri Komponen ini meliputi perasaan mampu menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk mempengaruhi lingkungan. 5. kemantapan diri Komponen ini meliputi menerima diri, percaya terhadap kemampuan sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,1997:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Periode I Tahun 2005 yang berjumlah 100 siswa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto,1997:117). Dalam pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika sampelnya lebih dari 100 maka diambil 10%, 15%, 50% tergantung kemampuan peneliti (Suharsimi Arikunto,1997:107). Menurut Krejeie dan Morgan dalam Sugiyono (2001:11) telah menentukan jumlah anggota sampel dari populasi tertentu dengan taraf kepercayaan 95%, yaitu untuk populasi 100 maka sampelnya berjumlah 80. Dengan demikian dalampenelitian ini akan diambil sampel sebanyak 80 siswa asuh. D. Metode dan Alat Pengumpul Data Suatu penilaian data merupakan hal yang penting, karena dengan terkumpulnya data maka analisis data akan dapat dilakukan. Kemudian setelah dilakukan analisis data dapat ditarik suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi. Karena data yang akan diungkap berupa konsep atau konstrak yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Syaifuddin Azwar,2000:105). Skala psikologi dalam penelitian ini meliputi instrumen skala konsep diri dan skala kemandirian. Dalam penelitian ini skala psikologi yang digunakan adalah skala psikologi model Likert, yakni skala psikologi metode rating dengan pertimbangan xlvi
metode ini menggunakan distribusi respons sebagai dasar penelitian nilai skalanya. Skala ini berisikan seperangkat pernyataan yang merupakan pendapat mengenai konsep diri dan kemandirian. Sebagian dari pernyataan-pernyataan itu menunjukkan pendapat yang positif maupun negatif. Responden menilai pernyataan dengan salah satu jawaban sebagai berikut: 1. Sangat Setuju (SS) 2. Setuju
(S)
3. Ragu-ragu
(R)
4. Tidak Setuju
(TS)
5. Sangat Tidak Setuju
(STS)
Setiap jenis respons mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan yang bersangkutan yaitu: Arah dari pernyataan: (SS) (S) (R) (TS) (STS) Positif 5 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 5 Dengan dasar objek skala dalam penelitian ini serta rambu-rambu penyusunan skala psikologi tersebut diatas maka dapat disusun rancangan atau kisi-kisi instrumen peneliltian. Adapun kisi-kisi penelitian itu sebagai berikut:
KISI-KISI INSTRUMEN SKALA KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN No item Variabel Sub variabel Indikator Jumlah + 1. Konsep diri
a. Citra diri (kognitif)
a.1 Kecerdasan a.2 Kepercayaan
(1),2
4,6
4
3,5,(9)
8,11
5
7,12
14,16
4
10,17 13,18
19,21 20,24
4 4
15,23
22,(25)
4
diri a.3 Daya tarik fisik a.4 Tujuan hidup a.5
Kedudukan
dan sosial xlvii
peran
a.6
Kesukaan
orang b. Harga diri (afektif)
lain
26,28
27,30, 32
5
29,31, 37
33,35
5
34,36
38,40, 42
5
39,41, 45
43,47
5
(44),49
46,48, 50
5
51,(53)
52,54
4
55,57
56,58
4
59,61
60
3
62
(63),65
3
pada dirinya b.1 Perasaan
b.2 Penyesuaian diri b.3 Penerimaan diri b.4 Penghargaan
b.5 Pujian 2.
Ke a. Bebas
a.1
Tindakan
mandiri
yang
an
dilakukan atas
usaha
sendiri a.2
Memiliki sikap
tidak
tergantung dengan
b. Ulet
orang lain b.1 Pribadi yang memiliki ketekunan b.2
Memiliki
64,66
67,69
4
usaha untuk mewujudkan c. Inisiatif
harapannya
68,70 72,74
71,73 75,77
4 4
b.3 Tidak mudah putus asa xlviii
76,78
79,(80)
4
c.1 Kreatif c.2 Memiliki ide
81,83
82,84, 85
5
86
87,88
3
89,91
90
3
92,(94),
93,95
5
98,100
4
50
100
yang banyak d. Pengendalia
c.3
n diri
Berusaha untuk maju
d.1
Mampu menyelesai kan masalah
d.2 e. Kemantapan
Mampu mempenga
diri
96
ruhi lingkungan e.1
97,99
Menerima diri
e.2
Percaya terhadap kemampuan sendiri
e.3 Merasa puas atas usahanya Jumlah 50 Keterangan ( ) = Item yang tidak dipakai E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
a. Dalam penelitian ini jenis validitas instrumen yang digunakan adalah validitas internal. Validits internal tercapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.
xlix
b. Caranya untuk menguji validitas internal yaitu dengan cara mengkorelasikan skor per butir item dan skor total, dengan rumus product moment (r xy ) sebagai berikut: r xy =
N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑ Y ) {N ∑ X 2 − ( ∑ X ) 2 }{N ∑ Y 2 − ( ∑ Y ) 2 }
Keterangan: r xy = Koefisien validitas dalam hitungan N = Jumlah anggota sampel ∑ X = Jumlah keseluruhan skor pada suatu item ∑ Y = Jumlah keseluruhan skor total ∑ XY = Jumlah keseluruhan ‘X’ dikalikan ‘Y’ ∑ X 2 = Jumlah keseluruhan ‘X’ yang telah dikuadratkan ∑ Y 2 = Jumlah keseluruhan ‘Y’ yang telah dikuadratkan c. Reliabilitas instrumen yang diukur dengan pendekatan konsistensi internal, yang dilakukan dengan menggunakan satu kali pengisian skala psikologi yang dikenakan hanya untuk satu kali pengisian pada kelompok subyek (single-trial administrasion) (Syaifuddin Azwar,2000:42). Perhitungan koefisiennya dengan rumus alpha (r 11 ), rumusnya sebagai berikut: 2 k ∑δ h r 11 = 1 − δ t2 k − 1 Keterangan: r 11 = Koefisien reliabilitas k = Jumlah item soal
δ b2 δ t2
= Jumlah keseluruhan perbutir varian = Varian total
F. TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan korelasi Spearman Rank. Korelasi Spearman Rank digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono,2003:106). Dalam menganalisa data dilakukan dengan mengkorelasikan hasil data yang diperoleh secara kuantitatif yang menggunakan rumus korelasi Spearman Rank untuk mengetahui koefisien suatu hubungan dan seberapa besar tingkat suatu hubungan, dengan tingkat signifikansi 5%. Tingkat signifikansi 5% digunakan karena ini merupakan ilmu non eksak atau ilmu yang sifatnya sosial. Rumus yang digunakan untuk menganalisa data sebagai berikut (Sugiyono,2003:107)
l
6 ∑ bt n(n 2 − 1) Keterangan: ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank Dari analisa rumus diatas untuk menginterpretasikan perlu dibandingkan dengan tabel nilai-nilai rho. Koefisien korelasi Spearman Rank diketahui mempunyai korelasi atau hubungan antara variabel ‘X’ dan ‘Y’ setelah dibandingkan dengan hasil rho hitung lebih besar dari rho tabel, hal ini berarti hipotesis (Ha) diterima. 2
ρ
= 1-
BAB IV
li
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1.
Hasil Ujicoba Instrumen Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi tentang konsep diri dan kemandirian. Sebelum instrumen digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan ujicoba instrumen di lapangan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan yaitu valid dan reliabel atau tidak. Skala psikologi konsep diri dan kemandirian yang terdiri dari 100 item, setelah diujicobakan pada 20 responden dan dianalisis menggunakan rumus product moment terdapat 8 item yang tidak valid, yakni item no 1, 3, 25, 44, 53, 63, 80 dan 94 karena koefisien korelasi dari delapan item tersebut lebih kecil dari rtabel = 4,444 untuk α = 5% dengan N = 20. Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,721. pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 dieroleh harga rtabel= 0,444. karena koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa skala psikologi tersebut reliabel. Berdasarkan kedua analisis tersebut, selanjutnya untuk keperluan penelitian, item-item soal yang tidak valid tersebut di buang dan yang valid diurutkan kembali penomorannya dan dapat digunakan untuk pengambilam data penelitian sehingga penelitian ini menggunakan 82 item.
2.
Sedkripsi Variabel Penelitian a.
Deskripsi Variabel Penelitian Gambaran tentang konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 berdasarkan jawaban skala psikologi pada lampiran diperoleh rata-rata skor sebesar 154,9 dengan persentase skor 67,34 dan termasuk kategori cukup baik. Lebih jelasnya tentang konsep diri dari masing-masing anak
lii
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 dapat disajikan pada tebel berikut : Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Asuh Panti Asuhan Wira Adi Karya. Skor
Kriteria
f
Persentase
193,1-230,0
Sangat baik
0
0.00%
156,3-193,2
Baik
31
38.75%
119,5-156,4
Kurang baik
49
61.25%
82,7-119,6
Tidak bak
0
0.00%
46,0-82,8
0
0.00%
Jumlah
80
100%
Sumber : Data Penelitian yang diolah Pada tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa sebagian besar anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran (61.25%) memiliki konsep diri dalam kategori cukup baik, sedangkan selebihnya yaitu 38.75% dalam kategori baik. Lebih jelasnya konsep dari anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 terebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.1 Bagan Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005. Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 ditinjau dari indikator dapat disajikan pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Deskripsi Tiap Indikator Konsep Diri Anak Asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya. No
Sub Variabel/Indikator
Skor Total
liii
Skor Maks.
%
Kriteria
I. a b c d e f
Citra Diri Kecerdasan Kepercayaan Daya tarik fisik Tujuan hidup Kedudukan dan peran sosial Kesukaan orang lain pada dirinya
5628 868 973 995 1029 768
8800 1200 1600 1600 1600 1600
63.95 72.33 60.81 62.19 64.31 66.50
Cukup baik Baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik Cukup baik
795
1200
66.25
Cukup baik
II.
Harga Diri 6762 9600 70.44 Baik a Perasaan 1490 2000 74.50 Baik b Penyesuaian diri 1597 2000 79.85 Baik c Penerimaan diri 1364 2000 68.20 Baik d Penghargaan 1310 2000 65.50 Cukup baik e Pujian 1001 1600 62.56 Cukup baik Sumber : Data yang diolah Berdasarkan tabel 4.2 tersebut di atas menunjukan faktor citra diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 telah masuk dalam kategori cukup baik. Hal tersebut didukung oleh baiknya kecerdasan, cukup baiknya kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan dan perasaan serta kesukaan orang lain pada diri anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran. Sedangkan faktor harga diri siswa telah masuk dalam kategori baik. Hal ini didukung oleh perasaan, penyesuaian diri, dan penerimaan diri pada anak asuh yang telah baik. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa diantara faktor citra diri dengan harga diri yang paling mendukung konsep diri anak asuh adalah faktor citra diri anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran perlu ditingkatkan agar konsep diri mereka juga meningkat dari kategori cukup baik menjadi baik ataupun sangat baik. b.
Deskripsi Variabel Kemandirian Gambaran tentang kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 berdasarkan jawaban skala psikologi pada lampiran diperoleh rata-rata skor sebesar 148,2 dengan persentase sor 64,42% dan termasuk kategori cukup baik. Lebih jelasnya tentang kemandirian dari masing-masing anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 dapat disajikan pada tabel berikut :
liv
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Asuh Panti Asuhan Wira Adi Karya. Skor
Kriteria
F
193.1-230.0
Sangat baik
0
0.00%
156.3-193.2
Baik
23
28.75%
119.5-156.4
Cukup baik
57
71.25%
82.7-119.6
Kurang baik
0
0.00%
46.0-82.8
Tidak bak
0
0.00%
80
100%
Jumlah
Persentase
Sumber : Data Penelitian yang diolah Berdasarkan tabel 4.3 tersebut di atas menunjukan bahwa sebagian besar anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya (71.25%) memiliki kemandirian dalam kategori cukup baik, sedangkan selebihnya yaitu 28,75% dalam kategori baik. Lebih jelasnya kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.2
Bagan Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005. Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang kemandirian anak asuh
angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 ditinjau dari tiaptiap indikator dapat disajikan pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 No
Deskripsi Tiap Indikator Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya. Sub Variabel/Indikator Skor Skor % Kriteria Total Maks.
lv
1. a b 2. a b
Bebas Tindakan yang dilakukan atas usaha sendiri Memiliki sikap tidak tergantung pada orang lain Ulet Pribadi yang memiliki ketekunan Memiliki usaha untuk mewujudkan harapannya Tidak mudah putus asa
1537 709
2800 1200
54.89 59.08
Cukup baik Cukup baik
828
1600
51.75
Kurang baik
2088 664
3600 1200
58.00 55.33
Cukup baik Cukup baik
533 891
800 1600
66.63 55.69
Baik Baik
Inisiatif Kreatif Memiliki ide yang banyak Berusaha untuk maju
3405 1188
4400 1600
77.39 74.25
Baik Baik
1294 923
1600 1200
80.88 76.92
Baik Baik
Pengendalian diri Mampu menyelesaikan masalah. Mampu mempengaruhi lingkungan
2078
3200
64.94
Cukup baik
1418
2000
70.90
Baik
660
1200
55.00
Cukup baik
2745 601
4400 1200
62.39 50.08
Cukup baik Kurang baik
1011
1600 . 1600
63.19
Cuup baik
70.81
Baik
c 3. a b c 4. a b 5. a b c
Harga Diri Menerima diri Percaya terhadap kemampuan sendiri Merasa puas atas usahanya
1133 Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas menunjukan faktor kebebasan anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 yaitu selalu bertindak atas usaha sendiri dan tidak tergantung pada orang lain masuk dalam kategori cukup baik, sifat ulet yaitu memiliki ketakutan, memiliki usaha untuk mewujudkan harapannya dan tidak mudah putus asa masuk dalam kategori cukup, faktor inisiatif yaitu kreatif, memiliki ide yang banyak, dan berusaha untuk maju masuk dalam kategori baik, faktor pengendalian diri yang terdiri dari kemampuan menyelesaikan masalah masuk dalam kategori baik, dan kemampuan mempengaruhi lingkungan masuk dalam kategori cukup baik, dan faktor kematangan diri yang terdiri penerimaan diri, kepercayaan terhadap diri sendiri masuk dalam kategori cukup baik, perasaan puas atas usahanya masuk dalam kategori baik. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa faktor yang paling menunjang kemandirian anak asuh di
lvi
Panti Asuhan Wira Adi karya Ungaran adalah faktor insiatif anak asuh yang telah baik, sedangkan perlu diperhatikan agar kemandirian anak asuh dapat meningkat menjadi baik ataupun sangat baik adalah faktor kebebasan, keuletan, pengendalian diri dan kemantapan diri.
3.
Pengujian Hipotesis Sebagaimana dinayatakan dalam bab II, hipotesis dalam penelitian iji adalah “Ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”. Dalam rangka menguji hipotesis kerja (Ha) tersebut maka dinyatakan hipotesis nihil (Ho) sebahai berikut :” Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”. Guna keperluan pengujian hipotesis tersebut, maka digunakan analisis korelasi spearman. Berdasarkan analisis korelasi spearman pada lampiran diperoleh koefisien korelasi 0,6106. Uji signifikansi koefisien korelasi yang diperoleh tersebut dilakukan uji Z. berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh Zhitung = 5,43 > Ztabel = 1,96. Karena Zhitung > Ztabel
maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut
signifikan sehingga hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “ Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005” ditolak dan menerima hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi ” Ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”. Bentuk hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 merupakan hubungan yang positif, hal ini ditunjukan dari harga koefisien korelasi yang diperoleh bertanda positif. Lebih jelasnya bentuk hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
lvii
Gambar 4.3
Bagan Bentuk Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya.
Berdasarkan gambar 4.3 di atas terlihat bahwa semakin tinggi konsep diri siswa maka akan semakin tinggi pula kemandirian siswa maka akan semakin rendah pula kemandiriannya.
B. Pembahasan Konsep diri merupakan gambaran penilaian terhadap diri sendiri yang dapat digunakan sebagai dasar dalam berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-ciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar atau situasi kehidupan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 memiliki konsep diri yang masuk dalam kategori cukup baik. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar dari mereka yang masih meragukan daya tarik fisiknya, belum memiliki tujuan hidup yang pasti, belum mampu berperan aktif dalam lingkungan sosialnya di panti asuhan maupun di masyarakat, serta belum mampu menempatkan dirinya secara baik untuk dapat menarik simpati orang lain pada dirinya. Dengan konsep diri yang belum optimal tersebut, maka dapat menghambat kemandirian anak.
lviii
Ditinjau dari kemandiriannya, ternayata anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 telah memiliki kemandirian yang cukup baik. Hal ini ditunjukan dari tingkah laku anak yang mulai melakukan sesuatu atas usahanya sendiri dan sedikit demi sedikit melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Mereka juga cukup ulet yaitu tekun dalam mewujudkan harapannya yaitu mulai berusaha untuk maju dengan mengembangkan ide-ide dan daya kreatifitasnya. Pengendalian gejolak dalam dirinya juga mulai terlihat dengan adanya usaha dari mereka untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Kemantapan diri mereka jugta mulai terlihat yaitu mereka mulai percaya dengan kemampuan dirinya dan akan merasa puas jika usaha yang dilakukannya berhasil. Hasan Basri (2000:53) menegaskan bahwa seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain dan akan merasa bangga bila dapat mengerjakan sesuatu sendiri.
BAB V lix
SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Tahun 2005.
b. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konsep diri berhubungan dengan kemandirian, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi instruktur hendaknya meningkatkan layanan konseling pada materi pengenalan diri bagi anak asuh agar konsep diri mereka menjadi positif serta kemandiriannya meningkat 2. Panti asuhan sebagai salah satu sarana pelayanan teknis hendaknya berupaya menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan potensi-potensi anak terlantar serta putus sekolah dengan memberikan pelayanan yang bersifat bimbingan sosial, mental dan fisik serta keterampilan kerja agar anak asuh semakin mandiri dalam menyongsong masa depannya 3. Bagi instruktur sebaiknya tidak hanya memberikan materi dan praktek keterampilan pada anak asuh saja tetapi juga harus bisa memahami dan memberikan kasih sayang kepada mereka
lx
4. Bagi instruktur sebaiknya bisa mengajarkan kepada anak asuh tentang apa saja yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak menggantungkan diri dengan orang lain (mandiri) dan menerima diri apa adanya.
lxi