1
MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT PADA ANAK KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK INOGALUMA KECAMATAN SUWAWA SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO
Ratna Ishak Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Dr. Wenny Hulukati, M.Pd1 Dra. Mardia Bin Smith, S.Pd, M.Si2 ABSTRAK RATNA ISHAK, NIM. 111 411 142. 2014. Meningkatkan Perilaku Sopan Santun melalui Teknik Behavior Contract pada Anak Kelompok B di Taman Kanakkanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango. Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, DR. Hj. Wenny Hulukati, M.Pd., dan Pembimbing II, Dra. Mardia Bin Smith, S.Pd, M.Si. Permasalahan yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah apakah perilaku sopan santun anak pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan dapat ditingkatkan melalui teknik behavior contract? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sopan santun anak pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan dapat ditingkatkan melalui teknik behavior contract. Untuk mendapatkan jawaban terhadap permasalahan di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango yang jumlah siswanya 20 orang, dengan sistem pembahasan dalam dua siklus yang masing-masing siklus dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, perilaku sopan santun anak kelompok B TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknik behavior contract. Peningkatan tersebut dicapai secara bertahap yaitu; pada observasi awal, hanya 35% atau 7 orang anak yang memiliki yakni perilaku sopan santun yang diharapkan, pada siklus I terjadi peningkatan manjadi 60 % atau 12 orang anak yang memiliki yakni perilaku sopan santun yang diharapkan, dan pada siklus II mencapai 85 % atau 17 orang anak yang memiliki yakni perilaku sopan santun yang diharapkan. Dengan demikian, anak yang belum dapat memperlihatkan perilaku sopan santun yang diharapkan hingga akhir penelitian ini sebanyak 3 orang. Sebagai implikasi atau saran dalam penelitian ini adalah diharapkan kepada guru B TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten dapat mengoptimalkan penggunaan teknik behavior contract pada kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan perilaku sopan santun anak. Di samping itu, diharapkan kepada pihak-pihak terkait untuk memberikan dukungan dalam setiap pelaksanaan tindakan kelas demi perbaikan mutu pendidikan secara multi kompleks. Kata Kunci: Perilaku Sopan Santun, Teknik Behavior Contract.
1
Dr. Wenny Hulukati, M.Pd. Pembimbing I. Dra. Mardia Bin Smith, S.Pd, M.Si. Pembimbing II Dosen Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling 2
2
Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan SDM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia Taman Kanak-kanak. Pendidikan merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Memberikan perhatian yang lebih kepada anak Taman Kanak-kanak untuk mendapatkan pendidikan, merupakan salah satu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi unggul yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Usia Taman Kanak-kanak merupakan masa keemasan (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Masa ini sekaligus merupakan masa yang kritis dalam perkembangan anak. Jika pada masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. (Depdiknas, 2003:5) Menurut Darmiyati (2003:54), salah satu bagian penting yang harus mendapatkan perhatian terkait dengan pendidikan yang diberikan sejak usia Taman Kanak-kanak adalah meningkatkan perilaku sopan santun. Pendidikan perilaku sopan santun yang dilakukan sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu akan berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal bersosialisasi. Pendidikan perilaku sopan santun sejak usia Taman Kanak-kanak merupakan tanggung jawab bersama semua pihak. Salah satu lembaga pendidikan yang dapat melakukan hal itu adalah Taman Kanak-kanak yang bersifat informal. Anak Taman Kanak-kanak dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan, norma, etika, dan berbagai hal lain yang terkait dengan kehidupan duniawi. Usia Taman Kanak-kanak merupakan masa bagi seorang anak untuk belajar berkomunikasi dengan orang lain serta memahaminya. Oleh karena itu seorang anak perlu
3
dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang kehidupan dunia dan segala isinya. Anak Taman Kanak-kanak adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra operasional kongkrit, sedangkan perilaku sopan santun merupakan konsep-konsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum dapat dengan serta merta menerima apa yang diajarkan guru atau orang tua yang sifatnya abstrak secara cepat. Untuk itulah guru atau pendidik di Taman Kanakkanak harus pandai dalam memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan untuk menanamkan dan mengembangkan perilaku sopan santun kepada anak agar pesan moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal kehidupannya di masa depan. Pemahaman yang dimiliki guru atau pendidik akan mempengaruhi keberhasilan perilaku sopan santun anak secara optimal, (Anas, 1999:32). Dalam meningkatkan perilaku sopan santun anak di Taman Kanak-kanak banyak teknik yang dapat digunakan oleh guru atau pendidik. Namun sebelum memilih dan menerapkan teknik yang ada, perlu diketahui bahwa guru atau pendidik harus memahami teknik yang akan dipakai, karena ini akan berpengaruh terhadap optimal tidaknya keberhasilan meningkatkan perilaku sopan santun anak tersebut. Salah satu teknik bimbingan yang paling efektif digunakan oleh guru dalam meningkatkan perilaku sopan santun anak usia Taman Kanak-kanak adalah teknik behavior contract. Menurut Fauzan (2009:36), teknik behavior contract adalah bentuk perbaikan tingkah laku dan kemampuan belajar anak yang dilakukan melalui pemberian reward atau panacement. Dengan pemberian rangsangan seperti itu, anak dapat merefleksikan dirinya dengan berperilaku sopan santun sebagaimana yang menjadi kontrak perilaku antara guru dan anak. Di samping itu, behavior contract ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang
4
dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian. Dengan demikian, tujuan bimbingan teknik behavior contract yaitu untuk mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati karakteristik model ini adalah penjabaran tugastugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan beraturan. Berdasarkan uraian tersebut, maka usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan perilaku sopan santun kepada anak di Taman Kanak-kanak adalah memaksimalkan behavior contract. Behavior contract tersebut tidak hanya berlangsung ketika anak berada di sekolah, tetapi berkelanjutan pula ketika anak berada di rumah atau di lingkungan pergaulannya, dengan cara menugaskan anak untuk berperilaku sopan santun terhadap teman-temannya, saudaranya, orang tua, dan masyarakat lainnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, dari jumlah anak yang menjadi obyek penelitan yaitu 20 orang anak, ada 35 % atau 7 orang anak yang berperilaku sopan santun, sedangkan 65 % atau 13 orang anak di Taman Kanakkanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan belum dapat berperilaku sopan santun. Hal ini terjadi oleh karena teknik bimbingan yang digunakan guru kurang bersentuhan dengan kepribadian anak. Misalnya; anak tidak suka mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang telah memberikan pertolongan kepadanya, anak suka menggangu teman, dan anak tidak suka berbicara dengan suara yang lembut. Dengan adanya kondisi nyata yang menunjukkan bahwa, anak-anak pada Kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan yang berjumlah 20 orang, dan sebagian besar tingkat perilaku sopan santunnya belum menunjukkan taraf optimal. apabila hal ini dibiarkan, maka anak akan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada fase-fase perkembangan berikutnya.
5
Bertitik tolak dari penjelasan yang telah dikemukakan, maka teknik bimbingan yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan perilaku sopan santun Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan adalah melalui teknik behavior contract. Atas dasar tersebut, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Meningkatkan Perilaku Sopan Santun melalui Teknik Behavior Contract pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango”. Dari uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yakni: a. Sebagian anak belum terbiasa mengucapkan terima kasih b. Sebagian anak suka mengganggu teman c. Sebagian anak tidak berbicara dengan suara yang lembut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah perilaku sopan santun anak pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan dapat ditingkatkan melalui teknik behavior contract? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan perilaku sopan santun pada anak kelompok B di TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan melalui teknik behavior contract. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap situasi tertentu atau lingkungan. (Depdiknas, 2003:249). Pengertian perilaku menurut etimologi ialah budi pekerti, etika, tata krama, sopan santun, atau moral. Sedangkan secara terminologi perilaku mempunyai pengertian luas yaitu tidak hanya mencakup kemampuan motoris saja, seperti berbicara, berjalan, berlari, berolah raga, bergerak dll, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi dalam bentuk tangis dan senyum. Menurut Makmun (2004:24), perilaku dapat pula diartikan tanggapan atau reaksi individu terhadap situasi tertentu atau lingkungan tertentu. Perilaku dalam sistem pembelajaran dikaitkan dengan berbagai istilah. Ada yang menyebutkan sebagai wujud hasil belajar, ada yang menyebut objective, skill, dan kata kerja
6
operasional yang ditambah dengan objek. Jadi perilaku adalah gambaran jiwa individu yang nampak pada perbuatan dalam kehidupan sosialnya. Selanjutnya Makmun (2004:25) menambahkan, bahwa perilaku tersusun dari unsur-unsur yang paling sederhana yaitu kebiasaan-kebiasaan. Asosiasi dalan kebiasaan-kebiasaan ini menimbulkan perilaku yang kompleks. makin bertambah umur anak makin banyak kebiasaan-kebiasan yang tersusun, tingkah lakunya makin kompleks, ini berarti anak makin berkembang. Dalam konteks pendidikan Bloom (2005:10) menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang berorientasi pada perilaku dapat diukur dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan pendapat tersebut maka perilaku individu dapat diukur dari tiga ranah yang ditampilkan anak sehari-hari yakni: a) Kognitif yang berhubungan dengan: pengetahuan, pemahaman, penerapan, penguraian, perpaduan dan penilaian. b) Afektif yang berhubungan dengan penerimaan, sambutan, penghargaan, pengorganisasian, karakter, internalisasi dan penjelmaan. c) Psikomotor yang berhubungan dengan: gerakan jasmaniah, gerakan indah, komunikasi non verbal dan perilaku verbal. Perilaku anak tergolong kepada perilaku afektif yakni perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungan kepada sesuatu untuk membuat pilihan atau keputusan atau berinteraksi di dalam lingkungan tertentu. Menganggukkan kepala yang ditafsirkan sebagai tanda setuju, meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan adalah contoh perilaku dalam kawasan afektif atau sikap. Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa, kunci dari dapat atau tidaknya perilaku itu dijadikan alat untuk menafsirkan kemampuan orang, baik dalam
kawasan
kognitif, psikomotor maupun sikap terletak pada cara atau
metode dan instrumen yang digunakan untuk memunculkan perilaku tersebut, bukan tergantung kepada jenis kawasan perilaku tersebut dan ini sekaligus sebagai contoh pernyataan yang mengandung sikap. Selanjutnya berbicara tentang bagaimana menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus dalam kawasan afektif pada dasarnya tidak berbeda dengan kawasan kognitif dan psikomotor. Memang disadari bahwa untuk mengukur pencapaian perilaku waktunya tidak
7
secepat dengan menilai/mengukur aspek kognitif dan psikomotorik yang bisa titagi pada setiap akhir pertemuan pembelajaran. Perilaku pada hakekatnya merupakan dampak penyerta pembelajaran atau dengan istilah nurturant effect. Selanjutnya menurut Arikunto (2006:73), sopan santun merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia. Pengejawantahan atau perwujudan dari sikap sopan santun ini adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Dalam budaya jawa sikap sopan salah satunya ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong. Sopan santun dapat diartikan pula peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Contoh-contoh norma kesopanan ialah: menghormati orang yang lebih tua, menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan, tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong. Perilaku sopan santun dilakukan anak dalam rangka memelihara kehidupan yang baik, rasa hormat, saling menghargai demi kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah terutama yang berkaitan dengan kemanfataan anak itu sendiri. Berperilaku sopan santun bagi anak tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan atau kemerdekaan anak, akan tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang besar kepada anak di dalam batas-batas kemampuannya. Penerapan perilaku sopan santun bagi anak bertujuan untuk mengontrol tingkah laku anak agar sesuai dengan apa yang dikehendaki dapat berjalan secara optimal, efektif dan efisien. Behavior adalah suatu studi tentang perilaku manusia. Behavior memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, mengabaikan aspekaspek mental (kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu). Dengan kata lain, behavior tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
8
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Secara umum behavior berpendapat bahwa seseorang dibentuk sesuai dengan keinginan orang yang membentuknya. (Light, 2011:16) Adapun behavior contract, mengandung pengertian adanya ikatan kontrak dari klien dalam proses konseling mengenai tingkah laku yang akan diubah dalam bentuk kesediaan klien melakukan sesuatu tingkah laku yang sesuai dengan arah pengubahan tingkahlaku. (Fauzan, 2009:9) Menurut Degeng, (2009:18), faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavior contract adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat. Model behavior contract menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behavior contract menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavior contract, yaitu bertujuan untuk mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan beraturan.
Pada teori ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Kaum behavior contract menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus
9
untuk
merangsang
pebelajar
dalam
berperilaku.
Pendidik
yang
masih
menggunakan kerangka behavior contract biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Sutarno. 2002:43). Karena teori behavior contract memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidak mampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa. Tujuan pembelajaran menurut teori behavior contract ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. (Corey, 2005:81). Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila siswa menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari
10
kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavior contract ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Di bawah ini akan diketengahkan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan manfaat teknik behavior contract pada kegiatan pembelajaran dalam kaitannya dengan perilaku sopan santun anak pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan. Hasil penelitian pendukung dimaksud antara lain: 1. Rahmawati Ibrahim, 2008. Judul penelitian ”Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Melalui Teknik Behavior Contract di Taman Kanak-kanak Perintis Suwawa Kabupaten Bone Bolango”. 2. Femi Akuba, 2010. Judul penelitian ”Membentuk Perilaku Sopan Santun melalui Metode Pembiasaan pada Anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Cempaka Desa Ayula Selatan Kecamatan Tapa kabupaten Bone Bolango” 3. Rosnawati Abu Bakar, 2011. Judul penelitian ”Meningkatkan Perilaku Mandiri melalui Belajar Kelompok dengan Teknik Behavior Contract pada Anak Kelompok B di Taman Kanak-kanak Harapan Kota Barat Kota Gorontalo” Berdasarkan ketiga penelitian yang diuraian literatur di atas, maka setelah dianalisis secara tidak langsung memiliki keterkaitan erat dengan penelitian yang akan dilakukan. Namun demikian, fokus yang akan dikaji penulis dalam penelitian ini memiliki spesifikasi tersendiri dari peneliti sebelumnya, yaitu seberapa jauh peranan guru dalam menggunakan teknik behavior contract pada
11
kegiatan pembelajaran sehingga perilaku sopan santun pada Anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan dapat meningkat. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Jika guru menggunakan teknik behavior contract dalam pembelajaran, maka perilaku sopan santun pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan dapat ditingkatkan. Adapun indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah, apabila sudah 17 orang anak atau 85 % anak pada kelompok B di Taman Kanak-kanak Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan terjadi peningkatan perilaku sopan santunnya melalui teknik behavior contract, dan masih ada 3 orang anak atau 15% yang perilaku sopan santunnya belum meningkat. Dengan demikian, perilaku sopan santun anak diharapkan terjadi peningkatan dari 7 orang atau 35 % pada observasi awal, menjadi 17 orang atau 85 % pada tindakan siklus II. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok B di TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan. Pemilihan tempat dan lokasi tersebut adalah berdasarkan pertimbangan tempat tinggal peneliti, serta sangat relevan dengan permasalahan dan iklim pembelajaran anak usia TK dimaksud.
Waktu
penelitian berlangsung selama 2 bulan yaitu sejak minggu pertama bulan Maret 2013 sampai dengan minggu pertama bulan Mei 2014. Selanjutnya, obyek penelitian ini adalah pada anak kelompok B di TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan yang berusia 4-6 Tahun. Namun demikian, dalam penelitian ini peneliti memilih kelompok B dengan mempertimbangkan bahwa anak kelompok B merupakan kelompok belajar yang dipersiapkan untuk menuju jenjang pendidikan sekolah dasar. Dengan demikian harapan untuk menggunakan teknik behavior contract yang akan diterapkan sangat besar peluangnya dalam meningkatkan perilaku sopan santun anak. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak kelompok B berjumlah 20 anak, yang terdiri dari laki-laki 10 orang dan perempuan 10 orang dengan rata-rata usia mereka 4–6 tahun. Anak tersebut mempunyai tingkat kemampuan belajar yang
12
berbeda-beda. Tingkat kemampuan anak-anak ini sebagai akibat dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda pula. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, pemberian tes dan catatan lapangan. Data yang diperoleh dengan teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan analisis terhadap masalah yang ditemui di lapangan, maka pemecahan permasalahan akan diselesaikan dengan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masingmasing siklus meliputi kegiatan penyusunan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok B, TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango, dengan jumlah anak 20 orang. Peneliti adalah Guru Kelompok B dan yang menjadi mitra kerja sekaligus pengamat adalah dua orang guru. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dua kali pertemuan. Penelitian ini diawali dengan observasi awal terhadap subyek penelitian sebagai data awal yang menjadi dasar dipilihnya masalah dalam penelitian ini.
Pembahasan Kegiatan penelitian tindakan kelas di kelompok B TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango memiliki indikator kinerja; apabila minimal 85 % anak sudah memiliki perilaku sopan santun yang diharapkan, Dalam pelaksanakan pembelajaran mulai observasi awal sampai pada siklus I telah dilaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan skenario teknik behavior contract sebagai berikut. 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Guru menggunakan teknik behavior contract
13
3) Guru mengarahkan anak untuk memperhatikan dan mempraktekkan perilaku sopan santun 4) Guru memberikan reinforcement kepada anak yang mampu memperaktekkan secara sempurna perilaku sopan santun. Dari kegiatan tersebut maka pada siklus I terjadi perubahan yaitu meningkatnya jumlah siswa yang menunjukan perilaku sopan santun yang diharapkan, yaitu pada pada observasi awal, hanya 35 % atau 7 orang anak yang memiliki perilaku sopan santun yang diharapkan, pada siklus I terjadi peningkatan manjadi 60 % atau 12 orang anak yang memiliki perilaku sopan santun yang diharapkan. Meskipun terjadi peningkatan namun belum mencapai indaktor kinerja yang ditetapkan karena masih ada kelemahan-kelemahan, yaitu; -
Masih ada sebagian kecil anak yang belum memiliki perilaku sopan santun
-
Belum optimalnya tekhnik pembelajaran yang digunakan oleh guru Untuk itu pada siklus II dilakukan kegiatan-kegiatan berikut sebagai upaya
perbaikan terhadap kelemahan yang di alami pada siklus I, yaitu; a. Guru menyampaikan materi pelajaran melalui teknik behavior contract yang disajian b. Guru mengarahkan anak untuk memperhatikan dan mempraktekkan perilaku sopan santun, c. Guru memberikan penguatan positif
bagi anak yang memperlihatkan
perilaku sopan santun yang diharapkan dan memberikan penguatan negatif kepada anak yang tidak memiliki perilaku sopan santun yang diharapkan. Dari pelaksanaan kegiatan siklus II tersebut, maka hasil yang diperoleh adalah meningkatnya rata-rata persentasi jumlah anak yang memperlihatkan perilaku sopan santun yang diharapkan yaitu; jika pada siklus I hanya 60 % atau 12 orang anak yang memiliki perilaku sopan santun yang diharapkan, maka pada siklus II menjadi 85 % atau 17 orang anak telah memiliki perilaku sopan santun yang diharapkan, serta telah mencapai target indikator kinreja yang ditetapkan sehingga tidak dilanjutkan pada kajian siklus selanjutnya.
14
Dari hasil yang dicapai pada siklus II, maka dapat disimpulkan hipotesis penelitian tindakan yang menyatakan bahwa: ”jika guru menggunakan teknik behavior contract, maka perilaku sopan santun anak kelompok B TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan. Simpulan Simpulan hasil penelitian ini secara singkat yakni perilaku sopan santun anak kelompok B TK Inogaluma Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui penggunaan teknik behavior contract. Peningkatan tersebut dicapai secara bertahap yaitu; pada observasi awal, hanya 35% atau 7 orang anak yang memiliki yakni perilaku sopan santun yang diharapkan, pada siklus I terjadi peningkatan manjadi 60 % atau 12 orang anak yang memiliki yakni perilaku sopan santun yang diharapkan, dan pada siklus II mencapai 85 % atau 17 orang anak yang memiliki yakni perilaku sopan santun yang diharapkan. Dengan demikian, anak yang belum dapat memperlihatkan perilaku sopan santun yang diharapkan hingga akhir penelitian ini sebanyak 3 orang.
Saran 1.
Bagi Anak; hendaknya secara aktif mengikuti kegiatan pembelajaran, agar kemampuan berperilaku sopan santun dapat meningkat secara maksimal yang pada akhirnya potensi lainnya pun akan berkembangan dan mengalami perkembangan secara sempurna.
2.
Bagi guru, diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan teknik behavior contract pada kegiatan pembelajaran dalam rangka meningkatkan perilaku sopan santun.
3.
Bagi seluruh peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan di TK lainnya. Namun tentu saja dalam penerapannya harus diikuti oleh penyesuaian dan modifikasi seperlunya sesuai dengan konteks anak ataupun sekolah masing-masing.
15
DAFTAR PUSTAKA Anas, Suwarsiyah, 2009. Menumbuhkan Kemandirian Anak, Kreativitas dan Konsep Diri yang Sehat Anak Usia Dini; Sebuah Tinjauan, Yogyakarta: UII Arikunto, 2006. Mandiri Nasional dan Etos Kerja di Indonesia, Jakarta Selatan: Citra Luhur Tata Mandiri. Bell Gredler, E. Margaret. 2005. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali Bloom, Benyamin S. 2005. Taksonomi of Education Objektives: The Classification of Education Goals, New Yoark: Logman Corey, G. 2005. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy (7th ed.). Belmont, CA: Brooks/Cole-Thomson Learning Darmiyati, Zuchdi. 2003. Humanisasi pendidikan (kumpulan makalah dan artikel tentang kemandirian anak). Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY Degeng, I Nyoman Sudana. 2009. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Depdikbud Departemen Pendidian Nasional, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendiikan Nasional. Desmita, 2009. Psikologi Perkembangan Peserta didik. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Iskandar, 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press. Komalasari, Dantina dan Eka Wahyuni. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks. Light, G. and Cox, R, 2011. Learning and Teaching ini Higher Education. London: Paul Chapman Publising Makmun, Abim Syamsudin, 2004. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya. Rachman, Maman, 2008. Manajemen Kelas, Gorontalo: Uneversitas Gorontalo. Slavin, R.E, 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon Suparman, 2002. Desain Insruksional, Jakarta: Bina Ilmu. Sutanto, L. 2006. Kemanjuran Terapi Kedamaian: Suatu Randomized Controlled Trial. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Sutarno. 2002. Segi-segi Dasar Konseling (Suatu Uraian Singkat). Makalah pembuka dalam Seminar nasional peningkatan profesionalisme Guru Pembimbing dalam rangka Dies Natalis UNS ke 26 pada tanggal 22 April 2002. Surakarta: UNS. Fauzan, Lutfi, 2009. Kontrak Perilaku. Dalam Error! Hyperlink reference not valid. 22/12/2011 http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teori_Belajar_Behavior&oldid=5141004"
16