1
MENINGKATKAN KONSENTRASI DALAM PEMBELAJARAN MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR PADA ANAK TK TINELO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO
Gustina M. Biga Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Gorontalo Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd1 Dr. Lukman A.R. Laliyo, M.Pd2
ABSTRAK Gustina M. Biga. NIM. 111 411 125. ”Meningkatkan Konsentrasi Dalam Pembelajaran Melalui Metode Bercerita Dengan Gambar pada Anak TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango”. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Pembimbing I: Dra. Hj. Maryam Rahim, M.Pd, Pembimbing II: Dr. Lukman A.R. Laliyo, M.Pd. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ” Apakah metode bercerita dengan gambar dapat meningkatkan konsentrasi anak dalam pembelajaran di TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango?. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi anak dalam pembelajaran melalui metode bercerita dengan gambar. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan teknik pengumpulan data melalui pedoman observasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa persentase. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I pertemuan 1, anak yang memiliki konsentrasi adalah 18 orang (50%), siklus I pertemuan 2 menjadi 22 orang (61%). Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1, terjadi peningkatan anak yang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran menjadi 25 orang (69%), siklus II pertemuan 2 menjadi 29 orang (80%) dari jumlah anak 36 orang. Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi: ”Jika guru menggunakan metode bercerita dengan gambar, maka konsentrasi dalam pembelajaran pada anak TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolang, dapat meningkat, dapat diterima”. Kata kunci: Konsentrasi, Metode Bercerita Dengan Gambar 1
Dra. Maryam Rahim, M.Pd. Pembimbing I. Dr. Lukman A.R. Laliyo, M.Pd. Pembimbing II Dosen Universitas Negeri Gorontalo, Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling 2
2
Kehidupan pada masa anak dengan berbagai pengaruhnya adalah masa kehidupan yang sangat penting khususnya berkaitan dengan diterimanya rangsangan (stimulasi) dan perlakuan dari lingkungan hidupnya. Kehidupan pada masa anak merupakan suatu periode yang disebut sebagai periode kritis atau pun periode sensitif di mana kualitas perangsangan harus diatur sebaik-baiknya. Periode kritis adalah saat di mana rangsangan, perlakuan atau pengaruh dari lingkungan pada masa atau saat yang tepat. Apabila saatnya tepat artinya dalam keadaan yang sensitif, keadaan yang siap menerima rangsangan dari luar dan memperolehnya maka akan terjadi hubungan yang positif dan berdampak positif pula. Namun sebaliknya, apabila tidak siap, maka tidak akan terjadi hubungan apapun, atau akan sia-sia. Pestalozzi (dalam Mutiah, 2010:4) menjelaskan bahwa anak belajar melalui pengamatan. Pengamatan seorang anak akan membangun pengertianpengertian. Hal ini dipertegas oleh Peoles (dalam Mutiah, 2010:4) menyebutkan bahwa 75% pengetahuan diperoleh melalui pengamatan. Dipahami bahwa sejak lahir anak diberikan berbagai macam kemampuan. Dengan demikian, anak belajar melalui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak ia lahir hingga memperoleh pengetahuan selama hidupnya. Dalam proses memperoleh pengetahuan, anak dihadapkan pada tugastugas perkembangan yang memerlukan bimbingan dari orang tua maupun guru. Hurlock (dalam Nuryanti, 2008:50) mengemukakan tugas perkembangan sebagai berikut: a) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainanpermainan yang umum dilakukan anak-anak; b) membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh; c) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya; d) mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita secara tepat; e) mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung; f) mengembangkan pengertianpengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari; g) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai; h) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial di lingkungan hidupnya; i) menjaga kebebasan pribadi.
3
Bertitik tolak pada tugas-tugas perkembangan anak, maka diperlukan kerja sama antara orang tua dan guru dalam meningkatkan upaya pemberian stimulasi, agar anak mencapai perkembangan yang optimal. Adanya perbedaan karakteristik setiap anak, menyebabkan pula terdapat perbedaan dalam hal konsentrasi anak pada proses pembelajaran. Mengenai konsentrasi pada anak usia dini dijelaskan oleh Soetjiningsih (2012:261) bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa memori jangka pendek (short term memory) meningkat selama masa kanak-kanak. Hal ini dibuktikan melalui penelitian dengan pemberian tugas “rentang memori”. Hasil penelitian menunjukkan memori jangka pendek bertumbuh selama masa kanak-kanak. Konsentrasinya juga membaik secara dogmatis, dan pada saat ini anak lebih mengikuti gambaran-gambaran tugas yang relevan dengan suatu pemecahan masalah daripada gambaran yang tampak menonjol. Pengertian ini memberi arti guru hendaknya merancang pembelajaran sesuai karakteristik anak, memberi motivasi, menyiapkan media, sehingga konsentrasi anak terhadap materi/tema yang diajarkan sesuai dengan yang diharapkan. Farida, dkk (2012:17) menyatakan belajar tidak perlu dipaksakan. Peran guru adalah memberikan stimulasi yang membuat anak tertarik dan mau belajar. Guru merancang kegiatan yang membuat anak bergairah dan ketagihan dalam belajar. Konsentrasi berkaitan dengan minat belajar. Tanpa minat, anak kurang memiliki konsentrasi dalam proses pembelajaran. Konsentrasi yang terfokus, memudahkan anak untuk melakukan aktivitas dan kreatif. Pada TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango dari jumlah anak 36 orang, terdapat 20 orang anak atau 55% yang kurang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran. Adapun fenomena di lapangan: a) anak tidak betah di dalam kelas; b) melakukan tugas tidak sesuai perintah; c) ketepatan dalam bercerita belum sesuai gambar; d) dalam bercerita belum sesuai isi cerita dengan gambar. Melihat hal ini, guru sebagai orang yang bertanggung jawab pada pendidikan anak, merasa perlu untuk mencari solusi pemecahannya. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan metode bercerita dengan gambar.
4
Melalui metode bercerita dengan gambar, anak diberi motivasi untuk memusatkan konsentrasinya pada pembelajaran. Moeslichatoen (1999:157) mengemukakan metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang konsentrasi anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh konsentrasi, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Selanjutnya Moeslichatoen (1999:158) menjelaskan pula bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik konsentrasi anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan konsentrasi yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat konsentrasi anak pada jalannya cerita. Bagi anak usia TK, mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan. Guru TK yang terampil bertutur dan kreatif dalam bercerita dapat menggetarkan perasaan anak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. Terkait
bercerita dengan gambar
pada prinsipnya
meningkatkan
konsentrasi aak, disebabkan anak dapat mengamati langsung tema yang sedang diceritakan guru. Di sisi lain anak gemar melihat gambar, terutama yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sejauhmana keefektifan metode bercerita untuk meningkatkan konsentrasi anak dalam pembelajaran perlu penelitian yang cermat.
5
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut: “Meningkatkan Konsentrasi Anak Dalam Pembelajaran Melalui Teknik Bercerita dengan Gambar pada TK Tenilo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango”. Dari uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yakni: a. Anak tidak betah di dalam kelas b. Melakukan tugas tidak sesuai perintah. c. Ketepatan dalam bercerita belum sesuai gambar d. Dalam bercerita belum sesuai isi cerita dengan gambar. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah konsentrasi dalam pembelajaran pada anak TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, dapat ditingkatkan melalui metode bercerita dengan gambar?”. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan konsentrasi dalam pembelajaran, melalui metode bercerita dengan gambar pada anak TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango. Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pembelajaran. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik meliputi fisik maupun psikis. Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif, guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi pembelajaran, sehingga guru akan merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Dalam dunia pendidikan terdapat tiga tujuan pendidikan yang sangat dikenal, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena
6
penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. Slameto (dalam Djamarah, 2008:202) menjelaskan ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Nasution (dalam Djamarah, 2000:61) menjelaskan konsentrasi penting dalam interaksi edukatif. Untuk mengamati sesuatu diperlukan konsentrasi. Untuk itu anak harus diberikan rangsangan yang dapat mempengaruhi kelakuannya agar terus memberikan konsentrasi kepada pelajaran. Selanjutnya Suryosubroto (2002:49) menyatakan belajar memerlukan konsentrasi, oleh karena itu perlu menciptakan suasana kelas yang dapat menunjang kegiatan belajar yang efektif. Konsentrasi pada anak berhubungan dengan motivasi. Hanafiah Suhana (2009:29) mengemukakan motivasi belajar peserta didik dapat diukur dengan target belajar yang kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan konsentrasi, anak dapat belajar kreatif. Bagi anak TK, pengembangan berbagai kemampuan memerlukan kreativitas anak, hal ini akan tercapai apabila anak dapat mengikuti pelajaran dan contoh yang diberikan guru. Selanjutnya pada inovatif, anak akan memiliki ide-ide dalam mengembangkan kemampuannya, misalnya pada menceritakan kembali isi cerita melalui gambar. Anak yang memiliki konsentrasi, di samping contoh yang disampaikan guru, mereka akan berinovatif dengan menambahkan kalimat-kalimat sederhana berupa pengalaman mereka terhadap isi cerita. Selanjutnya pada tahap efektif dan menyenangkan, bagi anak yang memiliki konsentrasi, terdapat kepuasan ketika mereka dapat menceritakan kembali isi cerita, sehingga akan tercipta suasana yang menyenangkan pada saat guru memberi penguatan. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan konsentrasi anak dalam pembelajaran yakni: a) anak dapat melakukan tugas yang diberikan guru; b) anak dapat berinovasi tentang tugas yang diberikan guru; c) anak dapat menyelesaikan tugas dengan tepat.
7
Terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi terbentuknya konsentrasi, antara lain: a. Guru Agustin (2011:14) menjelaskan guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Seorang guru harus mampu berhubungan baik dengan anak, karena seorang guru tidak hanya sekedar tampil di kelas, tetapi perlu melakukan langkahlangkah yang strategis yang dapat menimbulkan konsentrasi anak dalam pembelajaran. b. Sarana dan prasarana Anak yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, memerlukan lingkungan yang bersih dan sehat. Apabila jumlah anak dalam satu kelas, sudah melebihi yang sebenarnya, maka konsentrasi anak kurang terpusat, karena situasi yang panas, sirkulasi udara yang kurang normal. c. Perbedaan Psikologis Djamarah (2000:59) menguraikan di sekolah perbedaan aspek psikologis tak dapat dihindari, disebabkan pembawaan dan lingkungan anak didik yang berlainan antara satu dengan yang lainnya. Dalam pengelolaan pengajaran, aspek psikologis sering menjadi ajang persoalan, terutama yang menyangkut masalah minat dan perhatian anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan guru. d. Motivasi Konsentrasi anak akan timbul, apabila anak memiliki motivasi dalam pembelajaran. Tanpa motivasi, seperti penguatan oleh guru, metode pembelajaran yang bervariasi, media yang sesuai dengan tema, konsentrasi anak tidak akan terpusat pada apa yang diajarkan guru, bahkan konsentrasi mereka akan beralih pada objek yang disenangi seperti bermain di luar kelas. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi anak dalam pembelasjaran, antara lain: a) Pemberian Stimulasi Stimulasi identik dengan pemberian rangsangan yang berasal dari lingkungan di sekitar anak guna lebih mengoptimalkan aspek perkembangan anak. Hartono (dalam Mashar, 2011:117) menjelaskan pemberian stimulasi yang tepat
8
dapat mempertinggi kemampuan aspek-aspek perkembangan, namun apabila stimulasi yang diberikan tidak tepat, akan member akibat yang tidak baik. Stimulasi yang diberikan guru, seperti peneriaan anak pada saat datang ke sekolah, memberi penguatan; seperti kalimat: “pada hari ini, anak-anak lebih ceria, sehat dan hebat”, merupakan bentuk penguatan verbal, yang akan meningkatkan konsentrasi mereka pada pembelajaran. b) Pengelolaan Lingkungan Belajar di TK Mariyana,
dkk
(2010:19)
menjelaskan
dari
aspek
performance,
pengelolaan lingkungan belajar diarahkan untuk dapat menampilkan lingkungan yang mampu mengundang atau merangsang anak untuk tertarik beraktivitas di dalam lingkungan belajar yang telah disediakan. Sedangkan dari aspek isi, terdapat dua hal mendasar yang harus dicapai dari pengelolaan lingkungan belajar bagi anak TK, yaitu kemampuan lingkungan belajar tersebut dalam memfasilitasi multisensory anak serta kemampuan lingkungan belajar dalam memberi kesempatan pada anak untuk beraktivitas dan berkreasi secara efektif dan efisien. Konsentrasi anak akan terbentuk apabila lingkungan belajar benar-benar sesuai dengan karakteristik anak. Ruang kelas, media/alat permainan, guru yang sangat responsif terhadap anak, situasi pembelajaran yang menyenangkan, merupakan indicator dari penciptaan konsentrasi pada anak. e) Metode Pembelajaran yang digunakan guru Djamarah (2000:185) mengemukakan metode pembelajaran berhubungan erat dengan aktivitas anak didik. Keterlibatan intelek-emosional, intensitas keaktifan dan motivasi akan mengikat, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif. Metode bercerita dengan gambar, sangat relevan dengan pembentukan konsentrasi anak. Anak akan tertarik dengan gambar yang ditampilkan guru, sehingga konsentrasi mereka akan terpusat pada cerita yang dikemukakan guru. f) Media Pembelajaran Hanafiah dan Suhana (2009:59) mengemukakan media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya
9
verbalisme. Media pembelajaran merupakan alat bantu pendengar dan penglihatan (audio visual aid) bagi peserta didik dalam rangka memperoleh pengalaman belajar secara signifikan. Moeslichatoen (1999:157) mengemukakan metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang konsentrasi anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh konsentrasi dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Moeslichatoen (1999:158) menguraikan bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik konsentrasi anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan konsentrasi yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat konsentrasi anak pada jalannya cerita. Metode bercerita dipergunakan guru untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan bermacam pekerjaan. Orang-orang itu melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan bermacam pekerjaan: guru, pedagang, petani, tukang pos, tukang sayur, sopir, tentara, polisi, maka informasi itu dapat memberikan wawasan yang luas tentang bermacam peran yang dilakukan seseorang dalam masyarakat dan bermacam layanan jasa yang dapat diberikan kepada anggota masyarakat. Sesuai dengan manfaat penggunaan metode bercerita bagi anak TK yang telah dikemukakan, kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui bercerita anak menyerap pesan-pesan
10
yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan kegiatan bercerita bagi anak TK, akan meningkatkan konsentrasi anak dalam hal merespons kembali pengalaman-pengalaman anak di lingkungan keluarga. Seperti guru menampilkan cerita tentang keluarga, peran ayah, ibu, kakak maupun adik dalam sebuah rumah tangga. Anak akan berkomunikasi sambil menceritakan perannya di rumah, bahkan menambahkan peran nenek dan kakek apabila anak tersebut masih tinggal serumah dengan kakek dan nenek. Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan cerita, guru terlebih dahulu menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus dinilai dalam bercerita. Bentuk bercerita mana yang dipilih pada dasarnya langkah-langkah kegiatannya sama. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika guru menggunakan metode bercerita dengan gambar, maka konsentrasi dalam pembelajaran pada anak TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, dapat meningkat”. Sedangkan indikator kinerja dalam penelitian ini adalah: 80% anak telah memiliki konsentrasi dalam pembelajaran, atau terjadi peningkatan dari 16 orang anak atau 44% menjadi 29 orang atau 80% dari jumlah anak 36 orang. Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango. Adapun jumlah anak yang menjadi subjek penelitian adalah 36 orang, terdiri dari laki-laki 19 orang dan perempuan 17 orang. Berasal dari lingkungan keluarga yang berbeda dari tingkat pendidikan, maupun sosial ekonomi. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas direncanakan selama 2 bulan, yakni dari bulan Desember tahun 2013 sampai dengan bulan Januari tahun 2014. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dengan mengamati setiap perubahan objek penelitian. Pedoman observasi dilaksanakan berdasarkan indikator variabel, dilanjutkan dengan
11
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan teknik persentase, dimana data diperoleh dari hasil observasi, kemudian dianalisis.
Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango. Taman kanak-kanak ini memiliki fasilitas yang cukup, fasilitas tersebut antara lain berupa APE dalam dan APE luar. Berbagai fasilitas tersebut digunakan secara maksimal untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di TK ini. Saat ini jumlah anak didik yang ada di TK Tinelo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, yaitu berjumlah 56 orang yaitu kelompok A 20 orang dan kelompok B 36 orang. Jumlah pendidik yang ada di TK sebanyak 3 orang, terdiri dari 1 orang berstatus PNS dan 2 orang honor daerah. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama dua siklus. Pelaksanaan kegiatan pada setiap siklus mengacu pada rencana kegiatan harian (RKH), serta lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas anak. Dari kegiatan observasi awal menunjukkan bahwa yang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran hanya berjumlah 16 orang (44%) dari jumlah 36 orang anak. Pada siklus I pertemuan 1 terjadi peningkatan menjadi 18 orang anak (50%). Siklus I pertemuan 2 terjadi peningkatan pula, anak yang memiliki konsentrasi menjadi 22 orang (61%). Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 terjadi peningkatan menjadi 25 orang (69%), siklus II pertemuan 2 menjadi 29 orang (80%) anak mengalami peningkatan konsentrasi dalam pembelajaran melalui metode bercerita dengan gambar.
Pembahasan Pada setiap proses pembelajaran, diperlukan konsentrasi anak didik sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi hasil belajar. Tanpa konsentrasi, anak didik tidak dapat memahami dan selanjutnya melakukan apa yang menjadi tugas pembelajaran.
12
Bertitik tolak dari hal yang dikemukakan, guru sebagai pelaksana proses pembelajaran berupaya dari penciptaan kelas yang kondusif, metode yang sesuai dengan karakteristik anak didik, serta media pembelajaran yang dapat memotivasi anak untuk belajar. Naution (dalam Djamarah, 2000:61) menjelaskan konsentrasi penting dalam interaksi edukatif. Untuk mengamati sesuatu diperlukan konsentrasi.
Untuk
itu
anak
harus
diberikan rangsangan
ayng
dapat
mempengaruhi kelakuannya, agar terus memberikan konsentrasi kepada pelajaran. Anak usia dini, dalam proses pembelajaran perlu diberi rangsangan agar memiliki konsentrasi. Hal ini mengingat, apabila anak kurang dibiasakan untuk berkonsentrasi dalam pembelajaran, maka hal ini akan berpengaruh pada jenjang pendidikan selanjutnya. Metode bercerita dengan gambar yang digunakan dalam penelitian ini, sedikitnya melatih anak untuk berbicara. Hal ini sejalan dengan pendapat Fox (dalam Tate, 2013:55) menyatakan kata-kata sangat penting dalam membangun koneksi-koneksi pikiran dalam otak, lebih banyak bahasa yang akan ditemukan anak melalui percakapan dengan orang lain, hal ini lebih menguntungkan mereka secara sosial dan pendidikan selama hidup mereka. Pada observasi awal anak yang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran berjumlah 16 orang (44%), kurang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran 10 orang (28%), dan tidak memiliki konsentrasi dalam pembelajaran 10 orang (28%). Berdasar pada data awal tersebut, peneliti mengadakan diskusi bersama guru mitra terutama menentukan tema dan subtema dalam proses pembelajaran. Selanjutnya melalui diskusi itu pula diupayakan penyamaan persepsi terhadap aspek-aspek yang dinilai serta kriteria penilaian. Pelaksanaan siklus diawali dengan menyusun rencana kegiatan harian (RKH), langkah-langkah pelaksanaan metode bercerita dengan gambar, serta media yang digunakan. Untuk proses pelaksanaan kegiatan siklus I pertemuan I diperoleh hasil, anak yang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran berjumlah 18 orang (50%), kurang memiliki konsentrasi 10 orang (28%) dan tidak memiliki konsentrasi 8 orang (22%).
13
Pada siklus I pertemuan 1 terjadi peningkatan, tetapi belum mencapai hasil yang diharapkan. Untuk itu siklus I pertemuan 2 dilaksanakan dengan mengacu pada rencana kegiatan harian, penciptaan kelas yang kondusif, memotivasi anak untuk dapat berkonsentrasi terhadap tema yang dijelaskan guru. Atas upaya-upaya tersebut diperoleh hasil pengamatan siklus I pertemuan 2, anak yang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran meningkat menjadi 22 orang (61%), kurang memiliki konsentrasi 10 orang (28%), dan tidak memiliki konsentrasi 4 orang (11%). Untuk memperoleh hasil yang lebih optimal, pelaksanaan siklus dilanjutkan dengan siklus II. Dengan tema dan subtema yang berbeda, fokus pelaksanaan siklus II ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk bercerita sesuai gambar dan menyesuaikan isi cerita dengan gambar. Langkahlangkah pembelajaran sama dengan siklus I. Hasil yang diperoleh pada siklus II pertemuan 1 yakni terjadi peningkatan konsentrasi pembelajaran pada anak menjadi 25 orang (69%), kurang memiliki konsentrasi 10 orang (28%), dan tidak memiliki konsentrasi 1 orang (3%). Pada pelaksanaan siklus II pertemuan 2, diperoleh hasil anak yang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran berjumlah 29 orang (80%), kurang memiliki konsentrasi 7 orang (19%) dan tidak memiliki konsentrasi 0%. Peningkatan pada setiap siklus, diupayakan guru agar anak memiliki konsentrasi dalam pembelajaran. Metode bercerita dengan gambar, merupakan metode yang sangat sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Di samping tema maupun subtema, yakni hal-hal yang ada di lingkungan sekitar anak, dimana mereka mengamati langsung, maupun terlibat dalam kegiatan tersebut. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi selama pelaksanaan siklus, yakni masih
terdapatnya
beberapa
anak
yang
masih
kurang
menunjukkan
konsentrasinya, mereka memilih kegiatannya sendiri, seperti bermain di luar kelas. Hal ini pula terjadi pada anak yang belum mandiri, masih dijaga oleh orang tuanya. Sehingga pada proses pembelajaran belum dapat berbuat seperti temantemannya, banyak bergantung kepada guru maupun orang tua.
14
Pada kesimpulannya, metode bercerita dengan gambar sangat membantu anak usia dini dalam meningkatkan konsentrasinya dalam pembelajaran. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi anak dalam pembelajaran dapat
ditingkatkan melalui metode bercerita dengan gambar. Dari kegiatan observasi awal menunjukkan bahwa yang memiliki konsentrasi dalam pembelajaran hanya berjumlah 16 orang (44%) dari jumlah 36 orang anak. Pada siklus I pertemuan 1 terjadi peningkatan menjadi 18 orang anak (50%). Siklus I pertemuan 2 terjadi peningkatan pula, anak yang memiliki konsentrasi menjadi 22 orang (61%). Selanjutnya pada siklus II pertemuan 1 terjadi peningkatan menjadi 25 orang (69%), siklus II pertemuan 2 menjadi 29 orang (80%) anak mengalami peningkatan konsentrasi dalam pembelajaran melalui metode bercerita dengan gambar. Berdasar temuan di atas, maka hipotesis tindakan: “Jika guru menggunakan metode bercerita dengan gambar, maka konsentrasi dalam pembelajaran pada anak TK Tenilo Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango, dapat meningkat, dapat diterima”. Saran a) Konsentrasi anak usia dini dalam pembelajaran perlu ditumbuhkembangkan. Untuk itu peran guru dalam memilih metode yang sesuai dengan karakteristik perlu diupayakan. b) Penelitian tindakan kelas, hendaknya dapat dilaksanakan sebagai koreksi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini. a) Temuan-temuan yang diperoleh selama proses pelaksanaan tindakan kelas, perlu ditindaklanjuti, terutama menjadi materi pada MGMP guru-guru TK.
15
DAFTAR PUSTAKA Agustin, Mubins. 2011. Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran, Bandung: Rafika Aditama Anita Yus. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada Media Group Djamarah, B. Syaiful. 2010. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta --------------; Djamarah, B. Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta Farida, dkk. 2012. Sekolah Yang Menyenangkan, Bandung: Nuansa Hanafiah, Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Rafika Aditama Isjoni. 2009. Model Pembelajaran Usia Dini, Alfabeta Mashar, Riana. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, Jakarta: Prenada Media Group Mariyana, dkk. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar, Jakarta: Prenada Media Group Moeslichatoen. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta Kurniati, Rohmawati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak. Prenada, Media Group Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak, Jakarta: Indeks Rohani, Ahmad. 2009. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta Suyadi. 2009. Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius, Power Books (Ihdina) Sujiono N. Yuliani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks Soetjiningsih, H. Christina. 2012. Perkembangan Anak, Jakarta: Prenada Media Group Wesik dan Seefeldt. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini, PT. Indeks
16