FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN DERMATITIS PADA SANTRI DI PESANTREN MODERN AL MUKHLISHIN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2014 MEUTIA NANDA Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Email :
[email protected] ABSTRACT Skin disease is one disease that is still a public health problem in Indonesia. Dermatitis is inflammation of the skin (epidermis and dermis) as a response to the influence of exogenous factors and endogenous factors and complaints or itchy places like dormitories populous and humid places and lack of sunshine a major factor in the spread of skin diseases. One of the places that are at high risk of developing this disease is a boarding school. This type of observational analytic study with cross-sectional research design to analyze the influence of the factors influencing the incidence of dermatitis in children boarding students Al Mukhlishin Tanjung Morawa. Data Analysis with Chi Square and logistic regression. Expected the students to be able to keep his own personal hygiene such as bathing twice a day, not an exchange of towels, no exchange of clothes, changing, washing bedding once a week and to avoid moisture drying mattress Keywords: Dermatitis, Length of Stay, Health Towel, Health Beds
mengenai semua golongan umur (Harahap,
PENDAHULUAN Dermatitis adalah peradangan kulit
2000). Penyakit kulit merupakan penyakit
(epidermis dan dermis) sebagai respons
yang mudah menular. Penyakit ini dapat
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau
ditularkan secara langsung (kontak kulit
faktor endogen, menimbulkan kelainan
dengan kulit) misalnya berjabat tangan,
klinis
polimorfik
tidur bersama, dan melalui hubungan
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
seksual. Penularan secara tidak langsung
likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda
(melalui benda), misalnya pakaian, handuk,
polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,
sprei, bantal, dan selimut (Djuanda, 2007).
berupa
bahkan
efloresensi
mungkin
hanya
beberapa
Klasifikasi
(ekzema)
kriteria
patogenik,
(oligomorfik). Dermatitis cenderung residif
didasarkan
dan
2007).
walaupun kebanyakan bentuk penyakit
Penyakit dermatitis banyak dijumpai pada
tidak diketahui. Contoh dermatitis endogen
anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat
adalah
menjadi
kronis
(Djuanda,
atas
dermatitis
dermatitis
atopik,
dermatitis
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 121
seboroik, liken simplek kronis, dermatitis
school) dan pendidikan umum yang persentase
nonspesifik dan dermatitis karena obat.
ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan
Sedangkan
eksogen
agama Islam daripada ilmu umum. Para pelajar
adalah dermatitis kontak iritan , dermatitis
pesantren disebut sebagai santri belajar pada
kontak
sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang
contoh
alergik,
dermatitis
dermatitis
dermatitis
infektif,
dan
fotoalergik, dermatofitid
disediakan oleh pesantren. (Haedari, 2007).
Hidup bersama dengan sekelompok
(Marwali, 2000). Penyakit kulit menurut Ganong
orang seperti di pesantren memang berisiko
kulit
mudah tertular berbagai penyakit kulit,
(epidermis dan dermis) sebagai respons
khususnya penyakit skabies. Penularan
terhadap faktor endogen (alergi) atau
terjadi
eksogen (bakteri, jamur). Gambarannya
lingkungan tidak terjaga dengan baik.
polimorfi, dalam artian berbagai macam
Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam
bentuk, dari bentol-bentol, bercak-bercak
lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan
merah, lenting-lenting, basah, keropeng
WC yang kotor, lingkungan yang lembab,
kering, penebalan kulit disertai lipatan kulit
dan sanitasi buruk). Ditambah lagi dengan
yang semakin jelas, serta gejala utama
perilaku tidak sehat, seperti menggantung
adalah gatal. Dermatitis termasuk penyakit
pakaian di kamar, tidak membolehkan
kulit
karena
pakaian santri wanita dijemur di bawah
kekambuhannya, serta penyebabnya yang
terik matahari, dan saling bertukar pakai
sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat
benda pribadi, seperti sisir dan handuk
dermatitis adalah residif, dalam artian bisa
(Depkes, 2007).
(2006),
merupakan
yang
peradangan
menyebalkan,
kambuh-kambuhan,
tergantung
dari
bila
kebersihan
Berdasarkan
pribadi
hasil
dan
penelitian
jenisnya dan faktor pencetusnya, maka
Handayani (2007), di Pondok Pesantren
kekambuhan bisa dihindari.
Niha yatul Amal menunjukkan bahwa
Pondok Pesantren adalah lembaga
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan
pendidikan Islam tertua yang merupakan
yang signifikan antara kebiasaan pemakaian
produk
Keberadaan
sabun mandi, kebiasaan pemakaian handuk,
Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam
kebiasaan berganti pakaian, kebiasaan tidur
masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem
bersama, dan kebiasaan mencuci pakaian
pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah
dengan
lama berkembang sebelum kedatangan Islam.
responden yang terkena skabies ada 62,9%,
Pesantren atau Pondok Pesantren adalah
mempunyai kebiasaan mencuci pakaian
sekolah Islam berasrama (Islamic boarding
bersama
budaya
Indonesia.
kejadian
pakaian
scabies.
temannya
Persentase
61,4%,
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 122
mempunyai
kebiasaan
tidur
bersama
kulit pada bulan Januari, 23 orang pada
temannya yang menderita skabies 60,0%,
bulan Februari, dan pada bulan Maret
mempunyai kebiasaan memakai selimut
sebanyak 29 orang yang menderita kejadian
bersama-sama temannya yang menderita
penyakit kulit. Berdasarkan latar belakang
skabies 54,3% dan 32,8% yang mempunyai
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
kebiasaan berwudhu tidak menggunakan
penelitian
kran.
memengaruhi kejadian Dermatitis pada Pembangunan peran serta masyarakat
menjadikan
pesantren
sebagai
pusat
tentang
faktor-faktor
yang
Santri di Pondok Pesantren Al Mukhlishin Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
gerakan masyarakat hidup sehat dimana hal ini
merupakan
upaya
pemerintah
PERMASALAHAN
memberdayaan pesantren sebagai pusat
Berdasarkan laporan dari Poskestren
gerakan masyarakat hidup sehat, karena
data tahun 2014 jumlah penderita penyakit
pesantren merupakan lembaga pendidikan
kulit pada anak santri di Pondok Pesantren
agama pontensial. Banyak santri yang
setiap bulannya mengalami
menetap di asrama dan melakukan aktifitas
ditambah dengan hygiene perorangan para
sehari-hari
pesantren,
santri yang kurang baik seperti tukar baju,
menyebabkan pesantren mempunyai potensi
saling tukar handuk, dan kebiasaan mandi
terhadap kemungkinan terjadinya penularan
dalam satu bak menyebabkan semakin
penyakit
lingkungan
tingginya resiko para santri tertular penyakit
pesantren karena lingkungan yang tidak
kulit, oleh karena itu belum diketahuinya
hygiene dan saniter. Misalnya penyediaan
faktor-faktor yang memengaruhi kejadian
air bersih yang kurang penghuni yang
dermatitis
terlalu padat, kebersihan dan kesehatan
Mukhlishin Tanjung Morawa.
di
dan
lingkungan
pencemaran
pada
anak
peningkatan
pesantren
Al
kamar kurang, serta kebersihan perorangan yang tidak terjaga. Kondisi kesehatan yang tidak baik tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit kulit. Berdasarkan
survei
TUJUAN PENELITIAN Untuk menganalisa faktor-faktor yang memengaruhi dengan kejadian penyakit
awal
terlihat
sejumlah santri yang menderita penyakit
dermatitis pada santri di pesantren Al Mukhlishin Tanjung Morawa
peradangan pada kulit dengan keluhan gatal-gatal disertai luka bekas garukan. Data yang didapat pada Poskestren (2014), didapatkan 17 orang menderita penyakit
MANFAAT PENELITIAN Bagi
ilmu
pengetahuan
sebagai
sumber informasi dan bahan kepustakaan Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 123
dalam
pengembangan
keilmuan
dalam
tertinggi pada kelompok < 16 tahun sebesar
bidang kesehatan masyarakat. Bagi santri
54,8% dan umur responden ≥ 16 tahun
dapat menjadi masukan terhadap perbaikan
sebesar 45,2%. Berdasarkan pendidikan,
kebiasaan hidup yang merugikan bagi
proporsi pendidikan yang paling banyak
kesehatan
yaitu
sehingga
dapat
menjaga
pendidikan
SMP/
sederajat
kesehatan diri khususnya yang berkaitan
Tsanawiyah sebesar 57,3% dan pendidikan
dengan penyakit kulit dermatitis.
SMA/ sederajat Aliyah sebesar 42,7%. Berdasarkan lama tinggal
banyak ≤ 3 tahun sebesar 65,4% dan > 3
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain
cross
sectional.
yang paling
Penelitian
ini
tahun 34,7%. Pada penelitian ini, personal higiene meliputi
kebersihan
tubuh,
kebersihan
dilakukan pada Pesantren Al Mukhlishin.
pakaian, kebersihan handuk, dan kebersihan
Populasi dan sampel dalam penelitian ini
tempat tidur. Pada Tabel 4.3 menunjukkan
adalah adalah seluruh santri di pesantren Al
bahwa
Mukhlishin yang tinggal di pondokan
proporsi kebersihan tubuh mayoritas bersih
pesantren yang berjumlah 124 orang. Data
sebesar 65,3%. Berdasarkan kebersihan
penelitian ini adalah data primer dan data
pakaian,
sekunder.
mayoritas
Analisis
data
dilakukan
berdasarkan
proporsi bersih
kebersihan
kebersihan sebesar
tubuh,
pakaian 83,1%.
menggunakan analisis univariat, analisis
Berdasarkan kebersihan handuk mayoritas
bivariat (uji Chi-square), dan uji Regresi
kurang bersih sebesar 58,8% dan mayoritas
Logistik Berganda.
kebersihan tempat tidur masih kurang bersih sebesar 63,7%.
1. Karakteristik Responden, Personal Hygiene dan Kejadian Dermatitis Pada
penelitian
ini,
Hasil pengukuran variabel dermatitis ditemukan
bahwa
responden
yang
karakteristik
mengalami dermatitis sebesar 41,1% dan
responden yang dilihat meliputi umur,
yang tidak mengalami dermatitis sebesar
pendidikan, dan lama tinggal berjumlah 124
58,9%.
santri di Pondok Pesantren Al Mukhlishin. Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur, proporsi umur responden
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 124
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden, Personal Hygiene dan Kejadian Dermatitis Variabel n % Karakteristik Responden Umur <16 tahun 68 54,8 >=16 tahun 56 45,2 Pendidikan SMP/ Tsanawiyah 71 57,3 SMA/Aliyah 53 42,7 Lama Tinggal ≤ 3 tahun 81 65,3 > 3 tahun 43 34,7 Personal Hygiene Kebersihan Tubuh Kurang bersih 43 34,7 Bersih 81 65,3 Kebersihan Pakaian Kurang bersih 21 16,9 Bersih 103 83,1 Kebersihan Handuk Kurang bersih 73 58,9 Bersih 51 41,1 Kebersihan tempat tidur Kurang bersih 79 63,7 Bersih 45 36,3 Dermatitis Ya 51 41,1 Tidak 73 58,9 Total 124 100,0 2. Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian Dermatitis Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,266 > 0,05, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara umur dengan
kejadian dermatitis. Terdapat hubungan antara
pendidikan
dengan
kejadian
dermatitis nilai p=0,032 < 0,05. terdapat hubungan antara lama tinggal dengan kejadian dermatitis dengan p=0,003 < 0,05
Tabel 2 Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian Dermatitis di Pesantren Al Mukhlishin Kejadian Dermatitis Ya Tidak p. PR Variabel (95% CI) n % n % Umur <16 tahun 31 45,6 37 54,4 0,266 1,276 ≥ 16 tahun 20 35,7 36 64,3 (0,825-1,976) Pendidikan SMP 35 49,3 36 50,7 0,032 1,633 Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 125
SMA Lama Tinggal ≤ 3 tahun >3tahun 3.
16
30,2
37
69,8
41 10
50,6 23,3
40 33
49,4 76,7
Hubungan Kualitas Fisik air dan Kualitas Kimia Air dengan Kejadian Dermatitis Hasil
analisis
hubungan
(1,018-2,619) 0,003
2,177 (1,214-3,903)
Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,793> 0,05, dengan demikian tidak
antara
terdapat hubungan antara kebersihan tubuh
kualitas fisik air dan kualitas kimia air
dengan kejadian dermatitis. Tidak terdapat
yang dibandingkan kejadian dermatitis
hubungan antara kebersihan pakaian dengan
menunjukkan bahwa dari 124 reponden
kejadian dermatitis, nilai p=0,102 > 0,05.
yang kualitas air baik fisik dan kimia yang
Terdapat
sudah memenuhi syarat sebanyak 51 orang
handuknya
(41,1%) yang mengalami dermatitis. Hasil
dengan nilai p=0,001 < 0,05. Hasil uji chi
uji chi square tidak dapat dilakukan karena
square diperoleh nilai p=0,0001 < 0,05,
kualitas fisik air dan kualitas kimia air
dengan demikian terdapat hubungan antara
semuanya memenuhi syarat.
kebersihan tempat tidur dengan kejadian
hubungan
antara
kebersihan
dengan
kejadian
dermatitis
dermatitis. 4.
Hubungan Responden Dermatitis
Personal dengan
Hygiene Kejadian
Tabel 3 Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis di Pesantren Al Mukhlishin Tanjung Morawa Kejadian Dermatitis Ya Tidak p. PR Variabel (95% CI) n % n % Kebersihan Tubuh Kurang 17 39,5 26 60,5 0,942 0,793 Bersih 34 42,0 47 58,0 (0,601-1,477) Kebersihan Pakaian Kurang 12 57,1 9 42,9 1,509 0,102 Bersih 39 37,9 64 62,1 (0,967-2,356) Kebersihan Handuk Kurang 39 53,4 34 46,6 2,271 0,001 Bersih 12 23,5 39 76,5 (1,324-3,893) Kebersihan tempat tidur Kurang 44 55,7 35 44,3 3,580 0,0001 Bersih 7 15,6 38 84,4 (1,763-7,272) 5. Hubungan Lingkungan Fisik dengan Kejadian Dermatitis
Hasil analisis hubungan antara antara kepadatan,
ventilasi,
pencahayaan,
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 126
kelembaban dan suhu yang dibandingkan
Variabel yang paling dominan adalah
kejadian dermatitis menunjukkan bahwa
variabel kebersihan temapt tidur yaitu
dari 124 reponden yang yang kepadatan,
dengan nilai Exp B= 5,031. Variabel lama
ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan
tinggal diperoleh nilai Exp (B) sebesar
suhu tercukupi sebanyak 51 orang (41,1%)
4,801artinya responden yang lama tinggal ≤
yang mengalami dermatitis. Hasil uji chi
3
square tidak dapat dilakukan karena semua
menderita dermatitis 2,801 kali lebih besar
lingkungan fisik memenuhi syarat.
dibandingkan dengan responden yang lama
tahun
mempunyai
peluang
untuk
tinggal > 3 tahun. Kebersihan handuk 6. Faktor-faktor
yang
Memengaruhi
diperoleh niilai Exp (B) sebesar 32,672
Kejadian Dermatitis di Pesantren Al
artinya
Mukhlishin Tahun 2014
handuknya kurang mempunyai peluang
Untuk
menganalisis
responden
yang
kebersihan
pengaruh
untuk menderita dermatitis 2,672 kali lebih
karakteristik, lingkungan fisik ruangan dan
besar dibandingkan dengan responden yang
personal
kejadian
kebersihan handuknya bersih. Variabel
dermatitis menggunakan uji regresi logistik
kebersihan tempat tidur diperoleh nilai Exp
ganda (multiple logistic regression). Hasil
(B) sebesar ,031 artinya responden yang
analisis
kebersihan
tempat
tidurnya
menunjukkan bahwa variabel lama tinggal
mempunyai
peluang
untuk
(p=0,026), kebersihan handuk (p=0,026),
dermatitis
dan kebersihan tempat tidur (p=0,001)
dibandingkan
berpengaruh terhadap kejadian dermatitis.
kebersihan tempat tidurnya bersih.
hygiene
uji
terhadap
regresi
logistik
juga
5,031
kali
dengan
kurang menderita
lebih
besar
responden
yang
Tabel 4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Dermatitis di Pesantren Al Mukhlishin Tanjung Morawa Tahun 2014
Variabel
Koefisien B
Exp (B)
p.
95%CI
Lama tinggal
1,030
2,801
0,026
1,133-6,925
Kebersihan handuk
0,983
2,672
0,026
1,122-6,362
Kebersihan tempat tidur
1,616
5,031
0,001
1,922-13,169
Constant
-4,452
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 127
PEMBAHASAN
baru saja tinggal di pondok pensantren tentu
1. Pengaruh Lama Tinggal Terhadap
menghadapi
hal
yang
baru
dan
Kejadian Dermatitis di Pesantren Al
kemungkinan sangat berbeda dengan waktu
Mukhlishin
masih tinggal bersama orang tua atau
Hasil
penelitian
menunjukkan
tempat
lain.
Dengan
demikian
perlu
variabel lama tinggal menunjukkan terdapat
adaptasi lingkungan pondok yang sama
pengaruh
dermatitis
sekali baru baginya. Kecepatan adaptasi
dengan nilai p = (0,026) < α (0,05). Hasil
santri yang baru tinggal tersebut lebih
uji penelitian menunjukkan nilai p=0,003 <
lambat
α = 0,05 menunjukkan terdapat hubungan
berbagai masalah kesehatan. Oleh sebab itu
antara
kejadian
dermatitis bukan merupakan trade-mark
dermatitis. Santri yang lama tinggal ≤ 3
atau identik dengan pondok pesantren, yang
tahun mempunyai peluang untuk menderita
sebenarnya dapat dicegah penularannya.
dermatitis
Sedangkan santri yang sudah lama tinggal
terhadap
lama
kejadian
tinggal
2,801
dengan
kali
lebih
besar
dengan
kecepatan
sudah
menularnya
dibandingkan dengan responden yang lama
kemungkinan
kebal
terhadap
tinggal > 3 tahun.
hasil penelitian
dermatitis ataupun sudah tahu cara yang
menyatakan santri yang baru tinggal di
ampuh untuk menghadapinya (Kuspriyanto,
pondok pesantren lebih beresiko mengalami
2013).
kejadian dermatitis dibanding dengan santri yang
telah
lama
tinggal
di
pondok
pesantren.
Fisik Ruangan Terhadap Kejadian
Hasil Penelitian sesuai dengan oleh Kuspriyanto (2013), di Pondok Pesantren Kabupaten
2. Pengaruh Karakteristik Lingkungan
Pasuruan
Jawa
Dermatitis
di
Pesantren
Al
Mukhlishin
Timur
Hasil
penelitian
menunjukkan
menyatakan terdapat hubungan bermakna
karakteristik lingkungan fisik ruangan yang
antara lama tinggal dengan kejadian scabies
dilihat meliputi kepadatan
dengan nilai p sebesar 0,000 < 0,05 dan
ventilasi,
nilai odds-ratio sebesar 0.302 yang berarti
ruangan dan suhu ruangan menunjukkan
santri yang baru tinggal < 1 tahun
bahwa semua variabel lingkungan fisik
mempunyai ratio terkena skabies 1/0,302
ruangan sebesar 100% telah mencukupi
atau 3,5 kali lebih besar daripada santri
sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
yang sudah lebih lama (> 1 tahun). Hal
pemerintah atau memenuhi standart yang
tersebut dapat dijelaskan bahwa santri yang
telah
pencahayaan,
ditentukan,
penghuni, kelembaban
dikarenakan
semua
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 128
karakteristik
lingkungan
fisik
ruangan
antara kebersihan diri (personal hygiene)
memenuhi standart sehingga tidak bisa
dengan
dilakukan
pesantren
analisi
lebih
lanjut.
Hasil
kejadian
skabies
Kabupaten
di
pondok
Aceh
Besar.
pengamatan secara langsung di Pondok
Penelitian ini menunjukkan beberapa faktor
Pesantren terlihat kamar para santri cukup
yang
luas, satu kamar santri seluas 56 m2 yang
penyakit dermatitis yaitu kebersihan diri
ditempati oleh 7 hingga 8 orang santri.
pada saat mandi dua kali dalam sehari,
Rata-rata kelembapan ruangan diantara
kebersihan dalam mengenakan pakaian dan
42% hingga 50%. Pencahayaan rata-rata
menggantikan
70-80 lux dan rata-rata suhu udara
di
kebiasaan menggunakan handuk sendiri dan
kamar para santri 24-25˚C. Hasil yang
menjemurnya setelah selesai digunakan,
didapat disimpulkan bahwa kondisi ruangan
kebiasaan menggunakan perlengkapan tidur
fisik di Pesantren Al Mukhlishin sudah baik
sendiri
dan dapat direkomendasikan.
seminggu serta menjemur kasur dalam
berhubungan
dan
dengan
pakaian
kejadian
dalam
mengganti
sprei
sehari,
dalam
sebulan. Berdasarkan observasi yang telah 3. Pengaruh Terhadap
Kebersihan Kejadian
Handuk
Dermatitis
di
penelitian
meminjamkan
handuk
kepada
anggota
keluarganya, sehingga pada handuk yang
Pesantren Al Mukhlishin Hasil
dilakukan, kebanyakan keluarga masih
menunjukkan
dipakai oleh penderita skabies, terdapat
variabel kebersihan handuk berpengaruh
tungau Sarcoptes scabiei yang akan ikut
terhadap kejadian dermatitis dengan nilai p
terbawa. Jika handuk penderita dermatitis
= (0,026) < α (0,05). Hasil uji penelitian
tersebut dipakai bergantian dengan anggota
menunjukkan nilai p = 0,001 < α = 0,05
keluarganya maka tungau tersebut akan
dapat
berpindah di kulit yang meminjam handuk
disimpulkan
bahwa
terdapat
hubungan antara kebersihan handuk dengan
tersebut.
kejadian dermatitis. Santri yang kebersihan
Pondok pesantren merupakan institusi
handuknya kurang mempunyai peluang
yang
untuk menderita dermatitis 2,672 kali lebih
asrama yang digunakan secara bersama,
besar dibandingkan dengan responden yang
oleh karena itu santri rentan tertular
kebersihan handuknya bersih.
penyakit kulit. Penularan penyakit kulit
Hasil penelitian ini sesuai dengan
menyediakan
beberapa
fasilitas
dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
hasil penelitian Muzakir (2008) yang
Adapun
menemukan
menyebabkan terjadinya penularan penyakit
bahwa
terdapat
hubungan
faktor-faktor
yang
dapat
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 129
kulit yaitu kontak langsung (kontak kulit),
menjadi
misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
seringnya berbaring dan suhu kamar yang
dan hubungan seksual. Selain itu juga dapat
berubah-rubah.
melalui kontak tidak langsung (melalui
kuman penyebab penyakit kulit paling
benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
senang hidup dan berkembang biak di
bantal,dan lain-lain (Djuanda A, 2006).
perlengkapan
Menurut Handayani (2007) terhadap 70
kasur sekali seminggu dan mengganti sprei
santri,
sekali
didapatkan
62,9%
santri
yang
lembab
hal
ini
Menurut
tidur.
seminggu
dikarenakan
Lita
Dengan
ini
bisa
(2005),
menjemur
mengurangi
terkena skabies. Hal ini dikarenakan saling
perkembangbiakan kuman penyakit kulit.
bertukar pakaian, selimut, handuk dan tidur
Hasil
bersama serta kebiasaan santri berwudhu
Pesantren Kyai Gading Kabupaten Demak
tidak menggunakan air kran.
menunjukkan hasil yang sama terdapat
penelitian
hubungan
Afraniza
antara
(2011),
praktik
di
menjaga
4. Pengaruh Kebersihan Tempat Tidur
kebersihan tempat tidur dengan kejadian
Terhadap Kejadian Dermatitis di
skabies didapat nilai-p sebesar 0,031 (p <
Pesantren Al Mukhlishin
0,05).
Hasil variabel
Penelitian kebersihan
menunjukkan tidur
sangat berkaitan dengan tempat tidur yang
berpengaruh terhadap kejadian dermatitis
digunakan sehari-hari. Hasil penelitian Irijal
dengan nilai p = (0,001 < α (0,05). Hasil
(2004) menyatakan bahwa kebersihan diri
penelitian menunjukkan nilai p=0,0001 < α
tersebut dikaitkan dengan yang pernah
= 0,05 terdapat hubungan antara kebersihan
menderita penyakit kulit 51,9% karena
tempat tidur dengan kejadian dermatitis.
kurangnya
Santri yang kebersihan kebersihan tempat
Penyakit kulit yang terjadi disebabkan oleh
tidurnya kurang mempunyai peluang untuk
pemeriksaan yang tidak dilakukan secara
menderita dermatitis 5,031 kali lebih besar
rutin.
dibandingkan
khususnya gatal-gatal. Kebiasaan diri perlu
dengan
tempat
Kebersihan diri (personal hygiene)
responden
yang
kebersihan tempat tidurnya bersih.
menjaga
Penyakit
kulit
kebersihan
yang
diri.
diderita
dijaga, untuk terhindar dari penyakit kulit.
Tempat tidur merupakan salah satu
Menurut Mansyur (2007) penularan skabies
faktor yang menentukan kualitas tidur. Agar
secara tidak langsung dapat disebabkan
kasur tetap bersih dan terhindar dari kuman
melalui perlengkapan tidur, pakaian atau
penyakit maka perlu menjemur kasur 1x
handuk.
seminggu karena tanpa disadari kasur akan Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 130
5. Pengaruh Kualitas Air Terhadap
Penyebabnya
adalah
tinggal
bersama
Kejadian Dermatitis di Pesantren Al
dengan sekelompok orang di pondok
Mukhlishin
pesantren memang beresiko mudah tertular
Hasil penelitian menunjukkan kualitas
berbagai penyakit terutama penyakit kulit.
air meliputi kualitas fisik (bau, kekeruhan
Perilaku hidup bersih dan sehat terutama
dan rasa) dan kualitas kimia (kromium dan
kebersihan perseorangan umumnya kurang
PH) yang diukur pada tiga sumber air
mendapatkan perhatian dari para santri.
(sumur)
ke
Tinggal bersama dengan sekelompok orang
hasil
seperti di pesantren memang berisiko
laboratorium kualitas air baik fisik dan
mudah tertular berbagai penyakit kulit.
kimia dinyatakan semua kualitas air di
Penularan terjadi bila kebersihan pribadi
pesantren Al Mukhlishin sudah memenuhi
dan lingkungan tidak terjaga dengan baik.
syarat. Kualitas fisik air 100% tidak berbau,
Masih ada pesantren yang tumbuh dalam
sebesar 100% air tidak keruh, sebesar 100%
lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan
air tidak berasa, sebesar 100% kromium
wc yang kotor, lingkungan yang lembab,
memenuhi syarat dan sebesar 100% PH air
dan sanitasi yang buruk. Ditambah lagi
memenuhi syarat, sehingga tidak bisa
dengan
dilakukan
menggantung pakaian dalam kamar, tidak
yang
laboratorium.
analisis
telah
diujikan
Berdasarkan
lebih
lanjut.
Hasil
perilaku
tidak
santri
sehat,
wanita
seperti
observasi yang dilakukan pada ketiga sumur
membolehkan
menjemur
terlihat airnya memang jernih dan bersih
pakaian dibawah terik matahari, dan saling
dan berdasarkan informasi yang didapat
bertukar benda pribadi, seperti sisir dan
dari para santri, tidak ada pernah ada
tempat tidur dan handuk.
keluhan kualitas air sumur di di Pesantren Al
Mukhlishin.
Hasil
yang
didapat
disimpulkan bahwa kualitas fisik dan kimia
6. Kejadian Dermatitis Hasil penelitian variabel dermatitis
air di Pesantren Al Mukhlishin sudah baik,
ditemukan
sehingga
mengalami dermatitis sebesar 41,1% dan
resiko
penyakit
kulit
bagi
penggunanya kemungkinan sangat kecil. Siswa pondok pesantren merupakan subjek
penting
responden
yang
yang tidak mengalami dermatitis sebesar 58,9%. Dermatitis adalah peradangan kulit
permasalahan
(epidermis dan dermis) sebagai respon
penyakit kulit. Karena dari data-data yang
terhadap pengaruh faktor eksogen atau
ada sebagian besar yang menderita penyakit
pengaruh faktor endogen, menimbulkan
adalah
kelainan
siswa
dalam
bahwa
pondok
pesantren.
klinis
berupa
efloresensi
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 131
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
kebersihan tempat tidurnya kurang
skuama) dan keluhan gatal (Djuanda 2007).
mempunyai peluang untuk menderita
Dermatitis atopik adalah keadaan
dermatitis 5,031
kali lebih besar
peradangan kulit kronis dan resedif, disertai
dibandingkan dengan responden yang
gatal yanmg umumnya sering terjadi selama
kebersihan tempat tidurnya bersih.
masa
bayi
berhubungan
dan
anak-anak,
dengan
sering
peningkatan
IgE
dalam serum dan riwayat atopi keluarga
Saran 1.
Diharapkan bagi pengelola pesantren
atau penderita (DA, rhinitis alergi, dan atau
Al Mukhlishin Tanjung Morawa dapat
asma
meningkatkan pola personal hygiene
bronchial)
(Sularsito,
2005).
Dermatitis pada penelitian disebabkan oleh
khususnya
kebersihan
handuk
dan
parasit yaitu scabies.
tempat tidur para santri dengan cara memberikan penyuluhan oleh tenaga
KESIMPULAN DAN SARAN
kesehatan mengenai pola hidup bersih
Kesimpulan
dan sehat sehingga terhindar dari
1.
Penderita dermatitis di Pesantren Al
penyakit yang berhubungan dengan
Mukhlishin Tanjung Morawa sebanyak
kebersihan diri seperti dermatitis dan
51 orang (41,1%)
memberikan informasi kesehatan bagi
2.
3.
Ada
pengaruh
karakteristik
(lama
tinggal) terhadap kejadian penyakit
tentang
dermatitis pada anak santri di pesantren
resikonya
Al Mukhlishin Tanjung Morawa.
sepervisi secara berkala supaya santri
Ada
hygiene
terhindar
dari
(kebersihan handuk dan tempat tidur)
penyakit
melalui
terhadap kejadian penyakit dermatitis
dengan barang seperti pakaian, handuk,
pada anak santri di pesantren Al
seprai dan kasur.
pengaruh
personal
Mukhlishin Tanjung Morawa. 4.
para santri yang baru masuk pesantren
Faktor
yang
paling
2.
dermatistis dan
dan
juga
penularan kontak
faktor
melakukan
langsung langsung
Diharapkan bagi pengelola pesantren
berpengaruh
Al Muchlisin Tanjung Morawa dapat
terhadap kejadian penyakit dermatitis
melakukan pemeriksaan ruangan secara
pada anak santri di pesantren Al
rutin dan berkala dan mengganti tempat
Mukhlishin Tanjung Morawa adalah
tidur yang lama dengan tempat tidur
kebersihan tempat tidur dengan nilai
yang baru
Exp (B) 5,031 artinya responden yang Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 132
3.
Mengaktifkan dan membina
Unit
Kesehatan Sekolah (UKS) di Pesantren serta
memberikan
kesehatan
di
pelatihan
asrama
kader
Pesantren
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan santri di Pesantren. 4.
Diharapkan para santri untuk dapat menjaga kebersihan diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, tidak bertukaran handuk,
tidak
bertukaran
pakaian,
mengganti, mencuci seprai seminggu sekali dan menjemur kasur seminggu
Haedari, A. 2007. Pondok Pesantren. Jurnal Pondok Pesantren Mihrab Vol II No 1 hal 1-8 Juli 2007. Irijal.
2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sanitasi Dasar di Pesantren Banda Aceh. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Aceh : FKM.
Kusprianto. 2013. Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Sehat Santri terhadap Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Surabaya: Jurnal Pendidikan Geografi UNESA Vo 3 No. 5 hal 30-38.
sekali agar tidak lembab. 5.
Bagi
penelitian
selanjutnya,
perlu
dikembangkan lagi dengan variabel variabel yang lebih kompleks, karena masih
banyak
mempengaruhi
faktor dalam
yang kejadian
dermatitis DAFTAR PUSTAKA Depkes. 2007, Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Jakarta : Depkes. Djuanda. A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Universitas Indonesia. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.
Mansyur, M., Wibowo, A. A., Maria, A., Munandar, Abdillah, A., Ramadora, A. F. 2007. Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra-Sekolah. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 57, No. 2, Februari 2007:63-67. Muzakir. 2008. Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit skabies pada pesantren di Kabupaten Aceh Besar tahun 2007. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. Pusat Kesehatan Pesantren Al-Muayyad, 2009. Jumlah kasus Skabies Tahun 2009. Surakarta. Yusrizal, 2008. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat terhadap Status Gizi Anak Balita di Wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen. Tesis S2 FKM USU. Medan.
Handayani. 2007. Hubungan Antara Praktik Kebersihan Diri dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Nihayatul Amal Waled Kabupaten Cirebon. Semarang: Abstrak FKM Undip. Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 133