FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014
SKRIPSI
Oleh: IKA NUR ATIKOH NIM: 1111101000138
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2015
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, Oktober 2015 Nama: Ika Nur Atikoh, NIM: 1111101000138 Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 xvii + 103 halaman, 10 tabel, 2 gambar, 2 bagan, 3 lampiran ABSTRAK Latar Belakang: Malaria merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan segera. Salah satu daerah endemis Malaria ialah Purbalingga. Kasus Malaria di Desa Selakambang meningkat dari 23 kasus menjadi 91 kasus pada tahun 2014 dan menyumbang 80,5% kasus Malaria di Kecamatan Kaligondang yang menyebabkan Purbalingga termasuk dalam daerah endemis Malaria. Tujuan: Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang. Metode: Desain studi yang digunakan ialah cross sectional dengan populasi penelitian adalah seluruh warga di Desa Selakambang. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling sebanyak 138 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ialah lembar kuesioner dengan analisis hubungan menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebanyak 12 orang dari 138 sampel diketahui menderita Malaria. Sebagian besar penderita Malaria ialah perempuan (66,7%), berusia 25 – 45 tahun (58,3%) dan memiliki pekerjaan berisiko (58,3%). Ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan (p.value = 0,001), pemakaian kelambu (p.value = 0,000) dan keberadaan ternak (p.value = 0,035) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang. Simpulan: Faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang ialah faktor demografi individu (pekerjaan), faktor perilaku (penggunaan kelambu) dan faktor lingkungan (keberadaan kandang ternak). Puskesmas Kaligondang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga diharapkan tetap memberikan penyuluhan terkait Malaria dan membuat program ataupun kebijakan yang terfokus pada ketiga faktor risiko tersebut. Kata Kunci: Faktor risiko, Malaria, Purbalingga Daftar Bacaan: 80 (1989 – 2015)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR ENVIRONMENTAL HEALTH Undergraduate Thesis, October 2015 Name: Ika Nur Atikoh, NIM: 1111101000138 Factors Associated to the Incidence of Malaria in Selakambang, Kaligondang, Purbalingga 2014 xvii + 103 pages, 10 tables, 2 pictures, 2 schemes, 3 attachments ABSTRACT Background: Malaria can be fatal if not treated immediately. One of the areas where Malaria is endemic is Purbalingga. Cases of Malaria in Selakambang increased from 23 cases to 91 cases in 2014 and 80.5% of the cases are in district Kaligondang. It makes Purbalingga as Malaria-endemic areas. Objective: to find out factors associated to the incidence of Malaria in the village Selakambang. Methods: The study design used is cross sectional study, population is all residents in the village Selakambang. Samples were taken with stratified random sampling of at least 138 people. The instrument used in this study is the questionnaire and technique data analysis using Chi Square test. Results: There are 12 of the 138 samples were suffering from Malaria. Most patients with Malaria are women (66.7%), aged 25-45 years (58.3%) and have a risky job (58.3%). There is a significant relationship between the type of work (p.value = 0.001), use of mosquito nets (p.value = 0.000) and the presence of cattle (p.value = 0.035) with the incidence of Malaria in the village Selakambang. Conclusion: Factors associated to the incidence of Malaria in Selakambang is individual demographic factors (work), behavioral factors (use of mosquito nets) and environmental factors (the existence of cattle). Kaligondang Health Center and District Health Offices of Purbalingga must to continue to provide counseling related to Malaria and make program or policy that focuses on these three risk factors. Keywords: Risk factors, Malaria, Purbalingga Reference: 80 (1989 – 2015)
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
vi
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Percayalah bahwa sesuatu yang dilandasi dengan keyakinan akan dapat tercapai. “Apa yang Anda yakini, itu yang akan terjadi” --------Atas segala rahmat, ni’mat, ridho dan karunia Allah yang Maha Kuasa yang telah memberi kemudahan dan segala keajaiban pada penulis, serta dengan melimpahkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk: Papa dan Mama Semoga skripsi ini dapat menjadi karya yang layak untuk sedikit mewakili rasa terimakasihku untuk Papa dan Mama atas segala usaha, do’a, kasih sayang dan semangat yang dengan tulus diberikan padaku. Trimakasih atas kepercayaan yang diberikan padaku bahwa aku pasti bisa sampai sejauh ini. Nila dan Agha Keceriaan yang kalian berikan selalu memberikan warna dan semangat sepanjang proses penyelesaian skripsi ini. Kedua adikku tersayang, karya ini ada karena kalian.
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Ika Nur Atikoh
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Purbalingga, 13 Juli 1994
Warganegara
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat Asal
: Jl. Al Ikhlas, Kembangan RT 04/07, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga
Telepon
: 085740264830
Email
:
[email protected]
Pendidikan Formal: 1.
RA Diponegoro (1998 – 1999)
2.
MI YAPPI Kembangan I (1999 – 2005)
3.
MTs Minhajut Tholabah Bukateja (2005 – 2008)
4.
MA Minhajut Tholabah Bukateja (2008 – 2011)
5.
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan (2011 – 2015)
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tidak ada halangan yang berarti. Skripsi yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014” ini penulis susun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Selama proses penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat dan sangat membantu penulis baik dalam hal moril maupun materiil. Untuk itu, penulis sampaikan terima kasih kepada: 1.
Papa dan Mama, yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan semangat kepada penulis sehingga penulis tidak putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat yang membangun.
3.
Ketua Program Studi, Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D beserta jajaran dosen khususnya Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan ilmu dan petunjuk dalam mengerjakan skripsi ini sehingga penulis tahu kemana arah dan tujuan pembuatan skripsi ini.
4.
Kepala Puskesmas Kaligondang dan Kepala Desa Selakambang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
x
5.
Kepala Dusun 2, Kepala Dusun 3 dan Kepala Dusun 5 Desa Selakambang atas semua jasa dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses pengambilan data.
6.
Nila, atas kesetiannya menemani penulis selama proses pengambilan data hingga selesainya skripsi.
7.
Agha dan Mas Faishal yang selalu menghibur saat bosan, menemani saat lelah dan membakar kembali semangat penulis ketika mulai padam.
8.
Pak Azib Rasyidi yang senantiasa meluangkan waktu disela – sela kesibukannya untuk membantu proses penyelesaian administrasi sampai akhir.
9.
Keluarga CSSMoRA UIN Jakarta khususnya CSSMoRA 2011 untuk Kesmas Bahagia, Keluarga Jambu dan Keluarga Cemara.
10. Teman – teman seperjuangan Kesehatan Masyarakat 2011 khususnya peminatan Kesehatan Lingkungan, Keluarga ENVIHSA, DEMA FKIK dan PMII KOMFAKKES atas pengalaman luar biasa yang dapat memotivasi penulis. 11. Seluruh pihak terkait yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, atas semua jasa dan waktu yang disediakan untuk penulis guna menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat diterima dan memberi manfaat bagi siapapun yang membacanya. Akhir kata, semua kritik dan saran penulis nantikan untuk perbaikan kedepan. Terimakasih. Jakarta, Oktober 2015 Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii ABSTRAK ............................................................................................................. iii PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................................................... v LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................... vii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A.
Latar Belakang ............................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C.
Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 5
D.
Tujuan Penelitian......................................................................................... 6
E.
Manfaat Penelitian....................................................................................... 8
F.
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11 A.
Pengertian Malaria .................................................................................... 11
B.
Gejala Malaria ........................................................................................... 12
C.
Faktor Penyebab Infeksi Malaria .............................................................. 14
D.
1.
Faktor Host ..........................................................................................14
2.
Faktor Agent ........................................................................................22
3.
Faktor Lingkungan ..............................................................................24
Kerangka Teori .......................................................................................... 30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 34 A.
Kerangka Konsep ...................................................................................... 34
B.
Definisi Operasional .................................................................................. 40
C.
Hipotesis .................................................................................................... 48
xii
BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 49 A.
Desain Penelitian ....................................................................................... 49
B.
Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 49
C.
Populasi dan Sampel ................................................................................. 49
D.
Pengumpulan Data .................................................................................... 52 1.
Sumber Data ........................................................................................52
2.
Metode Pengumpulan Data .................................................................53
3.
Instrumen Penelitian ............................................................................53
E.
Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................... 54
F.
Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 55
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................. 58 A.
B.
C.
Gambaran Tempat Penelitian .................................................................... 58 1.
Profil Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga..........................................................................................58
2.
Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .............................59
Analisis Univariat ...................................................................................... 60 1.
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Demografi Penduduk pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ...................................................60
2.
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Perilaku pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .....................................................................61
3.
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .....................................................................62
Analisis Bivariat ........................................................................................ 64 1.
Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ..........................................................................................64
2.
Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .....................................................................................................65
xiii
3.
Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .....................................................................................................66
BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 68 A.
Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 68
B.
Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Bukateja Kabupaten Purbalingga ................................................................................................ 69
C.
Hubungan antara Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ................................................................................................ 70
D.
E.
1.
Usia......................................................................................................70
2.
Jenis Kelamin ......................................................................................72
3.
Pekerjaan .............................................................................................73
Hubungan antara Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ........................................................................................................... 75 1.
Perilaku Keluar Rumah pada Malam Hari ..........................................75
2.
Penggunaan Kelambu ..........................................................................78
3.
Pemasangan Kasa Anti Nyamuk .........................................................80
4.
Penggunaan Obat Nyamuk ..................................................................82
Hubungan antara Faktor Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ................................................................................................ 83 1.
Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk...........................................83
2.
Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk ............................85
3.
Keberadaan Kandang Ternak ..............................................................87
4.
Jarak Rumah dengan Kandang Ternak................................................88
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 90 A.
Simpulan.................................................................................................... 90
B.
Saran .......................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 40 Tabel 4.1 Proporsi Sampel Menurut RW di Desa Selakambang ....................... 53 Tabel 4.2 Hasil r Hitung Pertanyaan Terkait Variabel yang diteliti ................... 56 Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ............................ 61 Tabel 5.2 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Demografi Penduduk Pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .................................................. 61 Tabel 5.3 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Perilaku pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .................................................................... 62 Tabel 5.4 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .................................................. 64 Tabel 5.5 Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 .................................................................... 65 Tabel 5.6 Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ......................................................................................... 66 Tabel 5.7 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ......................................................................................... 67
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Anopheles .................................................... 17 Gambar 2.2 Siklus Hidup Plasmodium ................................................................ 24
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................................... 33 Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................ 34
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit serius dan fatal yang ditularkan oleh nyamuk dan jika tidak segera diobati maka penderita akan mengalami komplikasi yang parah dan dapat meninggal (CDC, 2015). Menurut WHO (2014), angka kematian Malaria di dunia pada tahun 2013 masih mencapai 47% dan 78% diantaranya ialah anak – anak yang berumur dibawah 5 tahun. Indonesia masih menjadi negara transmisi Malaria atau berisiko Malaria karena pada tahun 2010 terdapat 229.819 kasus positif Malaria dan meningkat menjadi 256.592 kasus pada tahun 2011 (Kemenkes, 2012). Sesuai profil kesehatan Indonesia tahun 2010, terdapat sekitar 80% kabupaten/kota di Indonesia termasuk kategori endemis Malaria dengan lebih dari 45% penduduknya berdomisili di desa endemis. Pada tahun 2013, data menunjukkan bahwa terdapat 14% daerah endemis tinggi Malaria dan 71% daerah endemis rendah Malaria di Indonesia (Kemenkes, 2014). Sedangkan untuk Annual Paracite Incidence (API) di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1,38 per 1000 penduduk, artinya masih ada 138 penduduk yang sakit Malaria dari 100.000 penduduk. Angka tersebut masih belum mencapai target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan RI yakni <1,25 per 1000 penduduk pada tahun 2013 (Kemenkes, 2014). Selain itu, lebih dari 70% kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh diare, pneumonia, campak, malnutrisi dan Malaria (Depkes, 2008).
1
2
Jika dilihat dari tren API untuk Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, angka API Provinsi Jawa Tengah sampai tahun 2013 belum mencapai 0,00 (Kemenkes, 2014). Pada tahun 2015, Pulau Jawa beserta dua Provinsi NAD dan Kepulauan Riau telah ditargetkan menjadi sasaran eliminasi Malaria tahap II oleh Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes, 2011). Angka API di Jawa Tengah secara berturut-turut selama 7 tahun terakhir (tahun 2007 – 2013) masih fluktuatif yakni 0,12; 0,07; 0,08; 0,1; 0,01; 0,03; 0,04 per 1000 penduduk, hal ini menunjukkan bahwa Malaria masih menjadi masalah di Jawa Tengah (Kemenkes, 2014). Menurut data Riskesdas, sebanyak 7,1% penderita bertempat tinggal di daerah pedesaan dan sebanyak 7,8% merupakan petani, nelayan atau buruh (Kemenkes, 2013). Selain itu, diketahui masih terdapat 2.420 kasus Malaria di Jawa Tengah pada tahun 2012 (Dinkes, 2012). Data menunjukkan bahwa Purbalingga pernah mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Malaria pada tahun 2003 dengan 1.418 kasus positif terdapat Plasmodium, sp dan tahun 2010 dengan 952 kasus positif terdapat Plasmodium, sp. Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga (2014) penyakit menular yang terdapat di Purbalingga antara lain ialah Malaria, TB paru, HIV/AIDS, ISPA dan kusta. Malaria diketahui sebagai penyakit menular dengan kasus tertinggi di Purbalingga yang angka kasusnya meningkat tajam dari 1.355 kasus di tahun 2012 menjadi 1.943 kasus di tahun 2013. Pada tahun 2013, kasus tersebut tersebar di 9 kecamatan di Purbalingga dengan 187 diantaranya dinyatakan positif terdapat Plasmodium, sp didalam darah.
3
Selama lima tahun terakhir terdapat 5 kecamatan yang masih terdapat kasus Malaria di Kabupaten Purbalingga yaitu Pengadegan, Karanganyar, Karangmoncol, Rembang dan Kaligondang. Namun pada tahu 2014, dari kelima kecamatan
tersebut
kasus
terbanyak berada di
Kecamatan
Kaligondang yaitu sebanyak 113 kasus dengan 91 kasus tersebut berada di Desa Selakambang dengan API 11,83 per 1000 penduduk (DKK, 2014). Responden dalam penelitian tentang Malaria yang dilakukan oleh Nurbayani (2013) sebagian besar (43,4%) bekerja sebagai buruh, sedangkan dalam penelitian Bagaray et al. (2015) sebesar 73,7% respondennya bekerja sebagai petani. Menurut beberapa penelitian keluar rumah pada malam hari merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria seperti penelitian yang dilakukan oleh Asa et al. (2015), Bagaray et al. (2015) dan Budiyanto (2011). Yawan (2006) dan Rooroh (2013) juga mendukung pernyataan tersebut bahwa orang yang keluar rumah pada malam hari memiliki risiko lebih besar terkena Malaria dibandingkan dengan orang yang tidak keluar rumah pada malam hari. Selain itu, penggunaan kelambu juga merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurbayani (2013), Erdinal et al. (2006) dan Bagaray et al. (2015). Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahrain et al. (2015) dan Yawan (2006). Menurut Syahrain et al. (2015), Sagay et al. (2015) dan Nurfitrianah et al. (2015) selain faktor di atas pemakaian obat anti nyamuk juga berhubungan dengan kejadian Malaria. Pemasangan kasa ventilasi juga diketahui
4
berhubungan dengan kejadian Malaria (Erdinal et al. (2006) dan Budiyanto (2011)). Selain faktor dari manusia, faktor lingkungan juga berhubungan dengan kejadian Malaria. Faktor tersebut ialah tempat perindukan nyamuk (Walean et al. (2015), Nurbayani (2013) dan Yawan (2006)) dan keberadaan ternak (Bagaray et al. (2015) dan Mulyono et al. (2013)). Kusdaryanto et al. (2005) melakukan penelitian di Jepara dengan hasil bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kepadatan nyamuk didalam rumah antara lain ialah letak kandang yang berada didalam rumah dan jarak tempat perindukan nyamuk yang dekat. Angka API di Kecamatan Kaligondang selama 5 tahun terakhir (2010 – 2014) menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga (DKK, 2014) masih fluktuatif, yakni 3,81; 1,43; 0,66; 0,86; 2,84. Sampai saat ini di Kecamatan Kaligondang khususnya Desa Selakambang dengan kondisi tersebut belum pernah dilakukan penelitian terkait faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria di daerah tersebut. Hal tersebut menjadikan peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Tahun 2015. B. Rumusan Masalah Banyaknya kasus Malaria yang terjadi di Desa Selakambang setahun terakhir yakni 91 kasus menyumbang 80,5% untuk kasus Malaria di Kecamatan Kaligondang dan menyebabkan Purbalingga termasuk dalam daerah endemis Malaria. Menurut laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga tahun 2014, angka API Desa Selakambang selama 3 tahun
5
terakhir (2010 – 2014) ialah 0,13; 2,99; 11,83 per 1000 penduduk. Artinya penderita Malaria pada tahun 2010 meningkat dari 13 orang per 100.000 penduduk menjadi 1.183 orang per 100.000 penduduk pada tahun 2014. Meningkatnya angka kesakitan Malaria tersebut menunjukkan Malaria masih menjadi masalah yang belum diselesaikan. Selain itu, di Desa Selakambang belum pernah dilakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di daerah tersebut. Untuk itu, peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014. C. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana distribusi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
2.
Bagaimana frekuensi
kejadian
Malaria berdasarkan
karakteristik
demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014? 3.
Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
4.
Bagaimana frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak,
6
jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014? 5.
Apakah ada hubungan antara karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
6.
Apakah ada hubungan antara perilaku masyarakat (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
7.
Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014?
D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Diketahuinya faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
7
2.
Tujuan Khusus Tujuan Khusus dari penelitian ini ialah sebagai berikut: a.
Diketahuinya ditribusi kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
b.
Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) pada masyarakat di
Desa
Selakambang
Kecamatan
Kaligondang
Kabupaten
Purbalingga tahun 2014. c.
Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) pada masyarakat di
Desa
Selakambang
Kecamatan
Kaligondang
Kabupaten
Purbalingga tahun 2014. d.
Diketahuinya frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
e.
Diketahuinya hubungan antara karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
f.
Diketahuinya hubungan antara perilaku masyarakat (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti
8
nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014. g.
Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
E. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini akan memberi manfaat kepada berbagai pihak dan instansi, manfaat tersebut antara lain ialah: 1.
Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti lain jika membutuhkan referensi terkait penelitian dengan topik yang sama.
2.
Bagi Masyarakat Desa Selakambang Penelitian ini akan membantu masyarakat untuk mengetahui cara mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Malaria terutama yang diakibatkan oleh faktor host dan faktor lingkungan sekitar sehingga masyarakat mampu mandiri dan berpartisipasi aktif dalam mencegah, mengendalikan serta mengeliminasi penyakit Malaria, khususnya bagi warga
Desa
Purbalingga.
Selakambang
Kecamatan
Kaligondang
Kabupaten
9
3.
Bagi Puskesmas Kaligondang Adanya penelitian ini akan membantu Puskesmas Kaligondang dalam menemukan faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyakit Malaria di wilayah kerja Puskemas Kaligondang. Kemiripan karakteristik daerah di wilayah kerja puskesmas menjadikan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan di wilayah kerja Puskesmas Kaligondang sehingga pemilihan program eliminasi dapat diterapkan sesuai dengan faktor penyebab yang ditemukan.
4.
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga akan terbantu dengan adanya penelitian ini karena hasil dari penelitian ini akan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan selanjutnya terhadap program eliminasi penyakit Malaria sehingga kebijakan dan program yang akan dilakukan sesuai kondisi lapangan dan tepat sasaran berdasarkan faktor penyebab kejadian Malaria khususnya di Kabupaten Purbalingga.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
di
Desa
Selakambang
Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga pada bulan Juli hingga bulan Agustus tahun 2015. Tujuan dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014. Subjek yang diteliti ialah warga Desa Selakambang yang tinggal selama lebih dari satu tahun. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional menggunakan
10
data primer yang didapatkan dari hasil kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 138 sampel. Sampel ditentukan dengan teknik stratified random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini ialah karakteristik demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan), perilaku (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan ternak). Sedangkan variabel dependen dari penelitian ini ialah kejadian Malaria pada warga Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Tahun 2014. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan Puskesmas Kaligondang dan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga terbantu dalam menetapkan program yang sesuai dan tepat sasaran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Malaria Malaria ialah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang sebagian siklus hidupnya berada di dalam tubuh manusia dan sebagian di dalam tubuh nyamuk (NIAD, 2007). Parasit tersebut berkembang biak dalam hati manusia dan kemudian menginfeksi sel darah merah (WHO, 2015). Malaria terjadi bila eritrosit diinvasi oleh salah satu dari empat spesies parasit ptotozoa dari genus Plasmodium (Wahab, 2000). Spesies yang paling banyak dijumpai ialah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium Malariae dijumpai di Indonesia bagian Timur sedangkan Plasmodium ovale pernah ditemukan di Papua dan Nusa Tenggara Timur (Prabowo, 2004). Malaria pada manusia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (Anies (2006) dan (Tjay and Rahardja, 2007)): 1.
Malaria Tropika Malaria tropika juga disebut sebagai demam rimba (jungle fever). Merupakan Malaria terganas dengan mortalitas terbesar yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum dengan masa inkubasi 7 – 12 hari. Jika tidak diobati Malaria jenis ini akan dapat menyebabkan penderita mengigau, koma hingga kematian akibat eritrosit yang menyumbat kapiler otak. Gejala dari Malaria ini ialah berkurangnya kesadaran dan demam yang tidak menentu dan terkadang terus menerus dengan suhu yang sangat tinggi (di atas 48oC). 11
12
2.
Malaria Tersiana Malaria jenis ini disebabkan oleh dua Plasmodium, yakni Plasmodium
vivax
dan
Plasmodium
ovale.
Malaria
ini
tidak
menyebabkan kematian meski tidak dilakukan pengobatan. Ciri – ciri dari Malaria ini ialah penderita mengalami demam secara berkala 3 hari sekali dengan puncak setelah setiap 48 jam. Masa inkubasi untuk Malaria ini ialah 10 – 14 hari. Gejala lain yang biasanya terjadi ialah malaise umum, nyeri kepala, nyeri punggung dan mual. 3.
Malaria Kwartana Malaria kwartana mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam. Gejala Malaria ini mirip dengan Malaria tertiana namun gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Parasit yang menyebabkan Malaria kwartana ialah Plasmodium Malariae dengan masa inkubasi selama 4 – 6 minggu.
B. Gejala Malaria Penderita yang terserang Malaria biasanya melalui tiga tahap yakni menggigil, diikuti oleh demam kemudian berkeringat. Saat menggigil, orang tersebut cenderung sakit kepala, malaise, kelelahan dan nyeri otot. Selain itu, kadang mual, muntah dan diare. (NIAD, 2007). Gejala pertama dari Malaria ini dimulai bertepatan dengan pecahnya sel darah merah yang terinfeksi. Semakin banyak sel darah yang pecah di waktu yang sama maka serangan Malaria dapat terjadi berulang – ulang
13
secara teratur. Periode untuk masing – masing spesies berbeda, untuk P. vivax dan P. ovale setiap 2 hari sedangkan untuk P. Malariae 3 hari (NIAD, 2007). UNICEF (2000) menjelaskan bahwa berikut merupakan tanda – tanda seseorang yang menderita Malaria: 1.
Terjadi perubahan perilaku seperti kebingungan, dll.
2.
Muntah, tidak dapat makan ataupun minum.
3.
Diare hebat.
4.
Pendarahan berat di hidung, gusi atau bagian lain.
5.
Demam tinggi melebihi 39o C
6.
Dehidrasi
7.
Anemia
8.
Kekuningan pada mata Gejala penting lain menurut Tjay and Rahardja (2007) ialah
membesarnya limpa dan anemia yang diakibatkan oleh hemolisa semua sel baik yang sehat maupun terinfeksi yang menyebabkan urin warna hitam (blackwater fever). Selain itu juga terjadi serangan panas – dingin yang terdiri atas tiga fase, yaitu: 1.
Fase dingin, berlangsung dari 30 sampai 60 menit karena terjadinya penyempitan pembuluh. Penderita menggigil karena merasa sangat dingin dan suhu badan meningkat dengan cepat sampai dengan 41oC.
2.
Fase panas, menyusul setelah fase dingin yang berlangsung selama 2 – 6 jam. Fase ini menyebabkan penderita kadang – kadang mengigau.
3.
Fase berkeringat, fase dimana penderita merasa letih dan merasa ingin tidur.
14
C. Faktor Penyebab Infeksi Malaria Penyakit menular disebabkan oleh interaksi antara faktor host (pejamu), agent (penyebab penyakit) dan environment (lingkungan) (Nisa, 2007). 1. Faktor Host Host dibagi menjadi dua yakni definitive host dan intermediate host. Definitive host ialah jika siklus seksual suatu agent terjadi pada tubuh host, jika yang terjadi pada tubuh host ialah siklus aseksual agent maka itu disebut sebagai intermediate host. definitive host penyakit Malaria ialah nyamuk Anopheles dan intermediate host Malaria ialah manusia (Chandra, 2009). a.
Definitive Host Malaria Terdapat sekitar 3450 spesies nyamuk, 400 spesies diantaranya ialah nyamuk Anopheles dengan 70 spesies merupakan vektor Malaria. Anopheles yang menjadi vektor Malaria di Indonesia terdiri dari 24 spesies. Spesies nyamuk Anopheles yang menjadi vektor ini berbeda – beda menurut daerah, yaitu (Natadisastra and Agoes, 2009): a.
Jawa dan Bali, terdiri dari Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus,
Anopheles
maculatus,
Anopheles
subpictus,
Anopheles flavirostris, Anopheles tesselatus. b.
Sumatera, yaitu Anopheles sundaicus, Anopheles aconitus, Anopheles nigerrimus, Anopheles barbirostris, Anopheles
15
sinensis, Anopheles kochi, Anopheles leucosphyrus, Anopheles subpictus, Anopheles annularis, Anopheles maculatus. c.
Sulawesi,
antara lain
subpictus,
Anopheles
Anopheles sundaicus, Anopheles flavirostris,
Anopheles
minimus,
Anopheles vanus. d.
Kalimantan, vektornya adalah Anopheles sundaicus, Anopheles umbrosus, Anopheles balabacensis, Anopheles baezai.
e.
Irian Jaya, yaitu Anopheles farauti, Anopheles punctulatus, Anopheles bancrofti, Anopheles koliensis. Siklus hidup dari nyamuk melalui 4 tahap yakni telur, larva,
pupa dan dewasa. Fase tersebut dapat mudah dikenali dari bentuk fisik nyamuk tersebut (AMCA, 2014). 1) Telur Anopheles dan beberapa genus lain bertelur tunggal dan tidak meletakkan telur mereka membentuk rakit seperti spesies nyamuk lain (Gambar 2.1a). Anopheles meletakkan telur di permukaan air dan kebanyakan telur menetas menjadi larva dalam waktu 48 jam. 2) Larva Larva hidup di dalam air dan muncul ke permukaan air untuk bernafas. Larva melepaskan kulit mereka sebanyak 4 kali dan terus mengalami pertumbuhan setelah melepas kulit. Kebanyakan larva memiliki sejenis pipa untuk bernafas dan menggantung terbalik dari permukaan air. Akan tetapi
16
Anopheles tidak memiliki pipa sehingga larva terletak sejajar dengan permukaan air untuk mendapat pasokan oksigen melalui saluran pernafasan (Gambar 2.1b). Sumber makanan larva ialah mikroorganisme dan bahan organik yang ada di dalam air. Larva kemudian berubah menjadi pupa saat pelepasan kulit yang ke-empat. 3) Pupa Tahap pupa ialah tahap istirahat, tidak makan saat tahap perkembangan, tetapi tetap dapat berpindah, bereaksi terhadap perubahan cahaya dan bergerak (terbalik) dengan memutar ekor mereka ke bagian bawah atau daerah yang terlindung (Gambar 2.1c). Kemudian nyamuk berubah dari tahap pupa menjadi dewasa. 4) Dewasa Nyamuk yang baru saja menjadi dewasa akan bertumpu pada permukaan air dalam waktu yang singkat untuk membuat tubuhnya kering dan mengeras (Gambar 2.1d). Sayap nyamuk yang baru menjadi dewasa ini harus menyebar dan dalam keadaan kering sebelum terbang. Mereka belum berburu darah dan tidak kawin selama beberapa hari. Lamanya setiap tahap pertumbuhan nyamuk tergantung pada suhu dan karakteristik spesies.
17
a.
b.
c.
d.
Gambar 2.1 Siklus hidup nyamuk Anopheles Sumber: Tjay and Rahardja (2007) Menurut Achmadi (2005), beberapa kebiasaan makan dan istirahat nyamuk Anopheles ialah sebagai berikut: 1). Zoofilik: nyamuk yang menyukai darah binatang. 2). Anthropofilik: nyamuk yang menyukai darah manusia. 3). Zooanthropofilik: nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia. 4). Endofilik:
nyamuk
yang
suka
tinggal
di
dalam
di
dalam
rumah/bangunan. 5). Eksofilik: nyamuk yang suka tinggal di luar rumah. 6). Endofagik:
nyamuk
yang
suka
menggigit
rumah/bangunan. 7). Eksofagik: nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.
18
b.
Intermediate Host Malaria Manusia dalam hal ini merupakan pengandung gametosit (gametocyte carrier) dan meneruskan siklus hidup parasit yang ada dalam nyamuk (Natadisastra and Agoes, 2009). Faktor manusia ini meliputi usia, jenis kelamin, ras, genetik, perilaku, nutrisi, imunitas, pekerjaan, riwayat Malaria dan rekreasi (Nisa (2007) dan Arsin (2012)). a.
Usia Secara umum, penyakit Malaria tidak mengenal tingkatan usia namun anak – anak lebih rentan terhadap infeksi Malaria (Arsin, 2012). Ernawati et al. (2011) melakukan penelitian di Pesawaran, Lampung dengan hasil bahwa 100% bayi dan 52,5% anak – anak yang menjadi responden didapatkan terinfeksi Malaria. Mendukung hal tersebut data menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat 300 – 500 juta kasus dengan 1 juta diantaranya meninggal dan sebagian besar diantara mereka ialah anak – anak (UNICEF, 2000).
b.
Jenis Kelamin Infeksi Malaria tidak melihat jenis kelamin, namun jika terjadi pada ibu hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat (Arsin, 2012).
c.
Genetik Beberapa kelompok penduduk diketahui memiliki kekebalan terhadap Plasmodium falciparum, yakni kelompok
19
penduduk yang memiliki Haemoglobin S (Hb S). Hb S sendiri merupakan kelainan darah dan merupakan penyakit keturunan yang disebut sickle cell anemia (Arsin, 2012). d.
Perilaku Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Malaria. Penelitian – peneltian tersebut dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional (Jane et al. (2015), Mulyono et al. (2013), Ernawati et al. (2011)). Faktor perilaku yang menjadi faktor risiko terjadinya Malaria ialah: 1) Kebiasaan Memakai Kelambu Nurbayani (2013) melakukan penelitian terkait dengan
faktor
risiko
Malaria
dan
hasilnya
ialah
penggunaan kelambu menjadi salah satu faktor risiko di wilayah kerja Puskesmas Mayong. Selain itu Kalangie et al. (2015) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa responden yang tidak menggunakan kelambu memiliki risiko 4,727 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memakai kelambu. 2) Kebiasaan Menggantung Pakaian di dalam Ruangan Kebiasaan menggantung pakaian dapat digunakan sebagai
tempat
persembunyian
nyamuk
sehingga
meningkatkan potensi kontak antara nyamuk dengan manusia (Nurbayani, 2013). Kebiasaan menggantung
20
pakaian
ini
merupakan
salah
satu
faktor
yang
meningkatkan insiden Malaria di Kelurahan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan (Suhardiono, 2005). 3) Kebiasaan Keluar Rumah dimalam Hari Orang yang memiliki kebiasaan keluar pada malam hari memiliki risiko terkena Malaria 2,32 kali lebih besar dari orang yang tidak keluar rumah pada malam hari. (Anjasmoro, 2013). 4) Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk Responden yang tidak menggunakan obat anti nyamuk memiliki risiko 5,979 lebih besar terkena Malaria dari responden yang selalu menggunakan obat anti nyamuk (Kalangie et al., 2015). 5) Pemasangan Kawat Kasa Kejadian Malaria di Desa Ranoketang Tua berhubungan dengan pemakaian ventilasi pada rumah warga, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Kodongan et al. (2015) yang menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,03 (p<0,05). e.
Pekerjaan Pasien Malaria yang telah di skrining oleh klinik khusus Malaria di Thailand bagian barat 75% diantaranya merupakan pekerja migrasi yang berumur dibawah 25 tahun. Sekitar 1 juta warga Nepal setiap tahunnya meninggalkan
21
negaranya dan mencari pekerjaan ke India dan 80% diantaranya dilaporkan terjangkit Malaria. Kasus yang sama juga terjadi di beberapa negara lain seperti Iran, Brazil dan Papua Nugini (Service, 1989). Menurut Winardi (2004), ada beberapa pekerjaan yang lebih berisiko terkena Malaria dibandingkan dengan beberapa pekerjaan lain, pekerjaan tersebut antara lain: 1) Penebang kayu 2) Petani 3) Peternak 4) Berkebun 5) Penyadap nira pohon kelapa Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak berisiko antara lain ialah: 1) Pegawai negeri 2) Pegawai swasta 3) TNI/POLRI 4) Pedagang 5) Mahasiswa/pelajar Penelitian yang dilakukan Bagaray et al. (2015) dan Anjasmoro (2013) menunjukkan bahwa responden yang mereka teliti sebagian besar bekerja sebagai petani.
22
f.
Riwayat Malaria Orang yang sebelumnya pernah mengalami Malaria biasanya akan lebih tahan terhadap infeksi Malaria karena telah terbentuk imunitasnya. Sebagai contoh, orang yang tinggal di daerah endemis Malaria lebih tahan terhadap Malaria dibandingkan dengan pendatang (Arsin, 2012).
g.
Rekreasi Bepergian ke suatu daerah yang bernuansa alam seperti hutan hujan juga dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit. Sekitar 30.000 warga Amerika dan Eropa yang melakukan perjalanan alam terinfeksi Malaria setiap tahunnya (Marcus, 2009).
2. Faktor Agent Merupakan penyebab penyakit menular berupa mikroorganisme infeksius atau elemen hidup yang kehadirannya dapat menjadi stimulus untuk memudahkan terjadinya penyakit jika kontak secara efektif dengan manusia yang rentan dan pada keadaan yang memungkinkan. Agent untuk penyakit Malaria ialah spesies dari Plasmodium yang merupakan protozoa dengan unisel (satu sel) (Nisa, 2007). Jenis Plasmodium penyebab Malaria yang biasa ditemukan pada manusia ada empat jenis, yaitu (Anies, 2006): 1) Plasmodium vivax, merupakan penyebab Malaria tertiana. Merupakan jenis Malaria paling ringan dengan gejala demam selama 2 hari sekali
23
setelah gejala pertama terjadi. Gejala ini timbul 2 minggu setelah Plasmodium menginfeksi. 2) Plasmodium falciparum, menyebabkan Malaria tropika yang juga disebut sebagai demam rimba (jungle fever). Plasmodium jenis ini merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat Malaria karena organisme ini menghalangi jalan darah menuju otak. 3) Plasmodium malariae, Plasmodium yang menyebabkan Malaria kuartana. 4) Plasmodium ovale, merupakan jenis Plasmodium yang paling langka dan menyebabkan Malaria yang hampir mirip dengan Malaria tertiana. Parasit Malaria ini memiliki dua host sepanjang siklus hidupnya. Selama menghisap darah Anopheles betina yang mengandung parasit menyuntikan sporozoit pada manusia sebagai host, maka dimulailah siklus aseksual parasit (1-7) pada tubuh manusia. Setelah itu, parasit dalam bentuk gamet akan dicerna oleh nyamuk Anopheles kembali dan dimulailah siklus seksual parasit di tubuh nyamuk (8-12) (Gambar 2.2).
24
Gambar 2.2. Siklus Hidup Plasmodium Sumber: Centre of Disease Control and Prevention (CDC, 2015). Diakses dari http://www.cdc.gov/Malaria/about/biology/ 3. Faktor Lingkungan Faktor lain diluar host dan agent ialah faktor lingkungan yang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi agent dan merupakan peluang terpapar agent sehingga menyebabkan transmisi penyakit (Nisa, 2007). a.
Lingkungan Fisik Lingkungan
yang
mendukung
untuk
tempat
nyamuk
berkembang biak berbeda – beda. Anopheles aconitus cocok pada daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras dan pada saluran air yang ditumbuhi rumput yang menghambat aliran, sedangkan untuk Anopheles balabacensis cocok pada daerah perbukitan dengan banyak hutan dan perkebunan. Begitupun untuk nyamuk lain, pengaruh lingkungan tidak hanya pada Anopheles akan tetapi juga berpengaruh
25
pada spesies lain termasuk Plasmodium yang dalam hal ini ialah agent Malaria.
Berikut
merupakan
faktor
lingkungan
fisik
yang
mempengaruhi kejadian Malaria (Arsin, 2012): 1) Suhu Suhu yang lebih panas di wilayah pegunungan daerah selatan Republik Rakyat China dari daerah utara menyebabkan daerah
tersebut
sesuai
untuk
perkembangbiakan
nyamuk
Anopheles dan penyebaran Malaria (Zhou et al., 2014). Selain itu, perkembangan terbaik untuk siklus seksual dari parasit Malaria ialah pada suhu antara 20o C hingga 30o C (Sinha, 2005). 2) Kelembaban Kelembaban udara faktor penyebab yang besar terhadap penyebaran Malaria. Kelembaban berpengaruh langsung terhadap kelangsungan hidup nyamuk meskipun tak berpengaruh terhadap parasit Malaria. Nyamuk dapat hidup dalam kelembaban 60%, jika terlalu tinggi maka nyamuk akan hiperaktif dan menghisap darah sebaliknya jika terlalu rendah maka nyamuk akan lamban dan waktu hidupnya lebih singkat. Maka, kelembaban yang tinggi dapat dikatakan sebagai faktor penyebaran Malaria (Sinha, 2005). 3) Hujan Beberapa
penelitian
menyebutkan
bahwa
hujan
merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian Malaria, di Afrika hujan berhubungan dengan kepadatan Anopheles gambiae sensus lato (vektor P. falciparum di Afrika). Hal ini dikarenakan
26
tanpa adanya permukaan air Anopheles betina tidak dapat bertelur (Jamison et al., 2006). 4) Angin Kecepatan dan arah angin dapat mempengaruhi jarak terbang nyamuk dan turut serta menentukan jumlah kontak antara nyamuk dan manusia (Arsin, 2012). 5) Arus Air Sungai merupakan faktor penting terhadap banyaknya vektor Malaria di Sri Lanka, penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara arus air sungai dengan tempat perindukan nyamuk yang diketahui di awal abad 20 ini (Boelee et al., 2002). 6) Topografi/Ketinggian Ketinggian yang memungkinkan parasit Malaria hidup adalah 400 m di bawah permukaan laut (Laut Mati) dan 2.600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Di Indonesia, Malaria dapat ditemukan di daerah dengan ketinggian hingga 1.800 di atas permukaan laut (Prabowo, 2004). 7) Sinar Matahari Masing – masing nyamuk Malaria memiliki karakteristik yang berbeda, salah satunya tempat untuk pertumbuhan larvanya. An. sundaicus lebih suka di tempat yang teduh, An. hircanus dan An. pinctulatus lebih suka di tempat yang terbuka yang terkena sinar matahari sedangkan An. barbirotris dapat hidup dimana saja (Arsin, 2012).
27
b.
Lingkungan Biologi Lingkungan biologi dapat mempengaruhi kejadian Malaria melalui perkembangan nyamuk, baik saat menjadi larva, nimfa maupun setelah nyamuk itu sudah dewasa. 1) Tempat Perindukan Nyamuk Adanya danau air payau, genangan air, pesawahan, tambak
ikan
dan
pertambangan
di
suatu
daerah
akan
menimbulkan penyakit Malaria karena tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk Malaria (Prabowo, 2004). Jane et al. (2015)
mengatakan
bahwa
tempat
perindukan
nyamuk
berhubungan dengan kejadian Malaria di Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Menurut Hakim (2010) dan Prabowo (2004) beberapa tempat potensial yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk ialah: a) Sungai yang jernih dengan aliran air perlahan b) Kolam dengan air jenih c) Mata air yang jernih d) Lagun e) Genangan atau cekungan air f)
Sawah
g) Saluran irigasi dengan aliran lambat h) Danau i)
Tambak ikan, tambak udang
28
j)
Pertambangan
k) Hutan bakau 2) Tempat Peristirahatan Nyamuk Tempat
peristirahatan
nyamuk
telah
dibuktikan
berhubungan dengan kejadian Malaria, tempat tersebut antara lain ialah semak – semak, kebun, rumpun bambu, rembulung. Kodongan et al. (2015) menyebutkan bahwa kejadian Malaria di desa Ranoketang Tua berhubungan dengan adanya semak – semak di sekitar rumah warga. Warga yang tinggal di sekitar semak – semak memiliki risiko 3,188 kali menderita penyakit Malaria dibandingkan dengan warga yang tidak tinggal di sekitar semak – semak. Kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Mayong I Jepara disebabkan antara lain karena adanya semak – semak dengan risiko 4,632 kali lebih besar terkena Malaria untuk warga yang di sekitar tempat tinggalnya terdapat semak – semak (Nurbayani, 2013). 3) Keberadaan Ternak Adanya ternak seperti kerbau, sapi dan babi juga dapat mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia apabila kandang ternak tersebut diletakkan tidak jauh dari tempat perindukan nyamuk (Arsin, 2012). Kandang ternak harus diletakkan kurang dari 50 meter dari tempat perindukan nyamuk agar nyamuk tetap dapat mencium darah binatang dalam kandang
29
karena menurut Syamsir (2015) nyamuk memiliki kemampuan mencium bau makanan mereka hingga jarak 50 meter. 4) Keberadaan Ikan Pemakan Larva Kegiatan penebaran ikan kepala timah, ikan guppy di genangan – genangan air akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu wilayah (Arsin, 2012). Kandang ternak harus diletakkan kurang dari 50 meter dari tempat perindukan nyamuk agar nyamuk tetap dapat mencium darah binatang dalam kandang karena menurut Syamsir (2015) nyamuk memiliki kemampuan mencium bau makanan mereka hingga jarak 50 meter. 5) Keberadaan Tumbuhan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Larva Tumbuhan bakau, lumut dan berbagai tumbuhan lain dapat mempengaruhi pertumbuhan larva karena ia dapat menghalangi sinar matahari atau melindungi diri dari serangan makhluk hidup lain (Arsin, 2012). c.
Lingkungan Sosial Berbagai kegiatan seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan, pertambangan dan pembangunan pemukiman baru akibat perpindahan
penduduk
juga sering mengakibatkan perubahan
lingkungan sehingga penularan Malaria dapat terjadi (Muslim, dkk, 2011). Pada tahun 2011 terjadi peningkatan kasus Malaria di Kecamatan Sebuku Kabupaten Nunukan, setelah dilakukan penelitian oleh Indriyati and Waris (2012) dapat disimpulkan bahwa penularan
30
Malaria di daerah tersebut disebabkan oleh pembukaan lahan hutan menjadi pemukiman baru oleh masyarakat setempat. D. Kerangka Teori Terjadinya penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara host, agent dan lingkungan. Faktor host antara lain ialah nyamuk Anopheles dan manusia. Faktor dari manusia yang berpengaruh terhadap kejadian Malaria antara lain ialah usia, jenis kelamin, genetik, perilaku, pekerjaan, riwayat Malaria dan rekreasi (Arsin (2012) dan Nisa (2007)). Sedangkan agent yang merupakan penyebab Malaria ialah Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium Malariae dan Plasmodium ovale (Anies, 2006). Nisa (2007) menyebutkan bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakit ialah lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial (Bagan 2.1). Pada penelitian ini variabel yang diteliti ialah variabel yang melekat pada host dan lingkungan. Variabel tersebut meliputi faktor demografi individu, faktor perilaku dan faktor lingkungan. Faktor demografi individu meliputi faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Faktor perilaku meliputi perilaku keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk dan penggunaan obat nyamuk. Faktor lingkungan antara lain keberadaan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak serta jarak rumah dengan keberadaan kandang ternak.
31
Variabel lain yang tidak diteliti antara lain ialah lingkungan fisik, lingkungan sosial, beberapa variabel lingkungan biologi, agent, vektor penyakit dan beberapa faktor manusia. Variabel tersebut tidak diteliti karena: 1.
Faktor Lingkungan Fisik Faktor lingkungan fisik meliputi suhu, kelembaban, hujan, angin, arus air, ketinggian dan sinar matahari. Penelitian ini dilakukan dengan wilayah yang terbatas karena hanya meliputi satu desa. Jika variabel dari faktor tersebut diteliti maka data yang didapat akan homogen dan cenderung tidak ada perbedaan antar wilayah desa. Penelitian terkait faktor lingkungan fisik diperlukan cakupan daerah yang lebih luas dengan perbedaan kondisi geografis dan dalam kurun waktu yang lama sehingga penelitian yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi tersebut.
2.
Faktor Lingkungan Sosial Aktivitas sosial seperti perpidahan penduduk, pembuatan bendungan, pembukaan jalan, pembukaan lahan untuk pemukiman baru serta pembukaan pertambangan tidak dilakukan pada daerah penelitian. Untuk itu, faktor lingkungan sosial tidak diteliti dalam penelitian ini.
3.
Faktor Lingkungan Biologi Faktor lingkungan biologi yang tidak diteliti ialah keberadaan tempat
peristirahatan
nyamuk,
keberadaan
tumbuhan
yang
mempengaruhi pertumbuhan larva dan keberadaan ikan pemakan larva. Variabel tersebut tidak diteliti karena hampir semua daerah di tempat penelitian terdapat vegetasi yang dapat dijadikan tempat peristirahatan nyamuk. Selain itu, daerah penelitian bukan daerah dengan tanaman
32
bakau atau dominasi lumut – lumutan yang dapat dijadikan sebagai pelindung larva serta tidak ada aktivitas penebaran ikan kepala timah ataupun ikan guppy di daerah tersebut. 4.
Faktor Agent Untuk
meneliti
agent
dari
penyakit
Malaria
diperlukan
kemampuan untuk mengambil darah manusia karena Plasmodium, sp terdapat dalam darah manusia, sedangkan peneliti tidak memiliki kewenangan tersebut. Selain itu, masih jarang penelitian mengenai Plasmodium, sp sehingga peneliti kesulitan mencari referensi terkait. 5.
Faktor Nyamuk (Vektor) Faktor nyamuk erat kaitannya dengan faktor lingkungan fisik karena lingkungan fisik secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perilaku nyamuk. Faktor lingkungan fisik tidak diteliti sehingga faktor nyamuk juga sulit diidentifikasi.
6.
Faktor Manusia Faktor genetik, kebiasaan menggantung pakaian, tidur malam, rekreasi dan riwayat Malaria tidak diteliti karena data yang didapat akan homogen, hal tersebut merupakan kebiasaan yang dilakukan masyarakat setempat. Sedangkan faktor genetik, rekreasi dan riwayat Malaria merupakan penelitian yang jarang dilakukan sehingga sulit ditemukan referensi yang tepat. Selain itu, penelitian terkait genetik dibutuhkan keahlian khusus yang tidak dipelajari dalam mata kuliah serta membutuhkan biaya yang lebih banyak.
Suhu Kelembaban Hujan Agen Penyakit: Angin Arus Air Ketinggian
Diteliti
1. 2. 3. 4.
P. falciparum P. vivax P. malariae P. ovale
Tidak diteliti
Sinar Matahari
Usia
Perpindahan Penduduk
Jenis Kelamin
Pembuatan Bendungan Pembukaan Pertambangan
Sumber Agen Penyakit:
Pembangunan Pemukiman Baru
Manusia sakit
Genetik Kebiasaan Memakai Kelambu Menggantung Pakaian
Pembukaan Jalan
Keluar rumah dimalam hari
Tempat Peristirahatan Nyamuk
Penggunaan obat anti nyamuk
Keberadaan Tumbuhan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Larva
Media Transmisi:
Pemasangan kasa nyamuk
Vektor (Nyamuk Anopheles, sp)
Kebiasaan tidur malam
Keberadaan Ikan Pemakan Larva
Pekerjaan
Tempat Perindukan Nyamuk
Riwayat Malaria
Keberadaan Kandang Ternak
Rekreasi
Lingkungan
Agent
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
33
Host
Kejadian Malaria
Penyakit
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang dipaparkan sebelumnya, kerangka konsep dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
Karakteristik Individu 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Pekerjaan Faktor Perilaku 1. Keluar pada malam hari 2. Penggunaan kelambu 3. Pemasangan kasa anti nyamuk 4. Penggunaan obat anti nyamuk
Kejadian Malaria
Faktor Lingkungan 1. Keberadaan tempat perindukan nyamuk 2. Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk 3. Keberadaan kandang ternak 4. Jarak rumah dengan kandang ternak
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
34
35
Variabel independen dalam penelitian ini ialah karakteristik demografi individu, perilaku masyarakat dan faktor lingkungan. Karakteristik demografi individu dari responden yang diteliti adalah usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Faktor perilaku yang diteliti ialah keluar pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk dan penggunaan obat anti nyamuk. Untuk faktor lingkungan ialah tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, ternak, serta jarak rumah dengan ternak. Kejadian Malaria pada tahun 2014 di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga merupakan variabel dependen yang akan diteliti. 1.
Usia Usia merupakan salah satu karakteristik utama manusia. Adanya golongan usia ini dapat membedakan tingkat kerentanan manusia terhadap infeksi suatu penyakit termasuk Malaria. Usia yang diteliti dalam penelitian ini ialah usia remaja hingga lanjut usia yakni responden dengan usia > 12 tahun. Usia bayi, balita maupun anak – anak dengan usia dibawah 12 tahun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena sesuai penelitian – penelitian sebelumnya sudah diketahui bahwa anak – anak memang rentan terhadap infeksi Malaria. Untuk mengantisipasi data yang homogen pada usia tersebut, peneliti tidak mengikutsertakan responden dengan usia dibawah 12 tahun. Usia ini dikategorikan menjadi usia remaja (12 – 25 tahun), dewasa (26 – 45 tahun) dan lansia (> 46 tahun). Usia ini diteliti karena terdapat perbedaan karakteristik pada masing – masing kategori usia
36
tersebut. Perbedaan tersebut terjadi antara lain karena perbedaan daya tahan tubuh, aktivitas, pergaulan, tanggungjawab dan peran serta dalam masyarakat. Hal itu menjadikan masing – masing kategori usia memiliki risiko yang berbeda terhadap penyakit Malaria. 2.
Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan variabel yang membedakan angka kasus pada laki – laki dan perempuan. Perbedaan jenis kelamin ini berpengaruh terhadap tingkat risiko terkena Malaria. Namun, dalam penelitian ini perempuan dengan kondisi hamil tidak diikutsertakan karena sudah diketahui berisiko terkena Malaria.
3.
Pekerjaan Pekerjaan responden diteliti untuk mengetahui kegiatan sehari – hari dari responden sehingga dapat disimpulkan apakah responden memiliki risiko untuk tergigit oleh nyamuk atau tidak. Pekerjaan yang diteliti terbagi menjadi dua yaitu pekerjaan berisiko dan pekerjaan tidak berisiko. Perbedaan kategori pekerjaan ini dikarenakan terdapat pekerjaan yang memiliki risiko lebih tinggi untuk tergigit nyamuk yang dapat menyebabkan Malaria dan pekerjaan yang memiliki risiko lebih rendah untuk digigit nyamuk dan tidak menyebabkan Malaria. Pekerjaan berisiko ialah pekerjaan yang dilakukan dengan berhubungan langsung dengan vektor penyakit. Pekerjaan tersebut antara lain penebang kayu, petani, peternak, berkebun, penyadap nira pohon kelapa. Sedangkan pekerjaan yang tidak berisiko ialah pekerjaan yang dilakukan dengan kemungkinan berinteraksi dengan vektor sedikit.
37
Pekerjaan tersebut antara lain pegawai negeri, pegawai swasta, TNI/POLRI, pedagang. 4.
Keluar Rumah pada Malam Hari Perilaku keluar rumah pada malam hari diteliti karena berperan langsung dalam penularan Malaria. Responden yang keluar rumah pada malam hari akan berinteraksi dengan nyamuk Anopheles, sp. Hal tersebut menjadikan responden yang keluar rumah pada malam hari lebih rentan terkena malaria dibandingkan responden yang tidak keluar rumah pada malam hari.
5.
Penggunaan Kelambu Penggunaan kelambu merupakan salah satu perilaku untuk mecegah gigitan nyamuk. Responden yang menggunakan kelambu akan lebih terlindung dari gigitan nyamuk dibandingkan dengan responden yang tidak menggunakan kelambu.
6.
Pemasangan Kasa Nyamuk Pemasangan kasa anti nyamuk diteliti karena berpengaruh terhadap akses nyamuk dalam mencari darah. Nyamuk mencari darah dengan masuk kedalam rumah melalui pintu, jendela dan ventilasi rumah. Ventilasi rumah yang dipasang kasa anti nyamuk akan meminimalisir nyamuk yang masuk ke dalam rumah sehingga penularan Malaria melalui gigitan nyamuk dapat dicegah.
7.
Penggunaan Obat Anti Nyamuk Penggunaan obat anti nyamuk diteliti karena diketahui merupakan salah satu cara efektif untuk menghindari gigitan nyamuk. Responden
38
yang tidak menggunakan obat nyamuk memiliki risiko lebih tinggi digigit oleh nyamuk dibandingkan dengan responden yang menggunakan obat nyamuk. 8.
Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk Keberadaan tempat perindukan nyamuk di sekitar rumah akan memungkinkan responden untuk selalu terpapar nyamuk. Hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku pencegahan penyakit Malaria yang dilakukan responden. Artinya, meskipun telah dilakukan perilaku pencegahan, nyamuk akan tetap ada karena sumbernya berada di sekitar rumah. Berbeda dengan hal tersebut, kemungkinan keberhasilan perilaku pencegahan Malaria akan lebih besar terealisasi pada responden yang tidak terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya karena tidak ditemukan sumber nyamuk di sekitar rumah.
9.
Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk Jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk menentukan responden dapat tergigit oleh nyamuk atau tidak. Jika terdapat tempat perindukan nyamuk dengan jarak yang jauh dari rumah maka intensitas nyamuk menggigit kemungkinan lebih sedikit dibandingkan dengan jarak yang dekat. Hal tersebut berhubungan dengan jarak terbang nyamuk dalam mencari makan.
10. Keberadaan Kandang Ternak Keberadaan kandang ternak yang dimaksud ialah kandang ternak sapi, kerbau ataupun kambing. Keberadaan kandang ternak ini diketahui dapat dijadikan tempat peristirahatn bagi nyamuk Anopheles, sp. Selain
39
itu, sifat dasar Anopheles, sp ialah suka terhadap darah binatang. Untuk itu, akan ditemukan banyak nyamuk di sekitar kandang sapi, kerbau, atau kambing. Keadaan ini menjadikan adanya ternak di sekitar rumah responden menjadi ancaman penularan Malaria melalui gigitan nyamuk Anopheles, sp yang berasal dari kandang. 11. Jarak Rumah dengan Kandang Ternak Jarak rumah dengan ternak memiliki risiko yang berbeda pada setiap kategori. Penelitian ini membedakan jarak ternak dalam dua kategori yakni dekat (<10 meter) dan jauh (>10 meter). Adanya ternak dengan jarak yang dekat dengan rumah akan menjadi ancaman untuk penghuni rumah karena nyamuk yang mencari makan dapat berpindah kedalam rumah. Sebaliknya, jika jarak ternak jauh dari rumah maka dapat dijadikan pelindung bagi rumah karena nyamuk akan mengigit binatang dan tidak berpindah ke rumah untuk menggigit manusia karena jaraknya yang jauh.
B. Definisi Operasional Adapun definisi operasional dari variabel independen dan dependen yang diteliti ialah sebagai berikut: Tabel 3.1. Definisi Operasional No 1.
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Kejadian
Pengakuan responden terkait penyakit Kuesioner
Malaria
Malaria
yang
dicocokkan
pernah
dengan
diderita data
dan dan
Alat Ukur Lembar
telaah kuesioner dan
Laporan dokumen
Bulanan Puskesmas Kaligondang.
0. Tidak,
Ukur jika Ordinal
responden mengaku
Laporan
tidak
Puskesmas
malaria.
Kaligondang
Skala
Hasil Ukur
menderita
1. Ya, jika responden mengaku menderita malaria dan cocok dengan
Laporan
Bulanan Puskesmas. 2.
Usia
Umur dari responden yang terhitung Kuesioner
Lembar
dari
kuesioner
hari
lahir
sampai
dengan
0. Dewasa (26 – 45 Ordinal tahun)
dilakukannya penelitian dengan usia
1. Lansia (> 46 tahun)
lebih dari 12 tahun yang diketahui
2. Remaja (12 – 25
40
41
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
berdasarkan pengakuan responden.
Skala
Hasil Ukur
Ukur
tahun) (Depkes, 2009)
3.
Lembar
0. Laki – laki
kuesioner
1. Perempuan
Kegiatan sehari – hari atau kegiatan Kuesioner
Lembar
0. Berisiko
rutin yang dilakukan oleh responden
kuesioner
Jenis
Sifat
jasmani
atau
rohani
yang Kuesioner
Kelamin
membedakan dua makhluk sebagai laki
Ordinal
– laki dan perempuan. 4.
Pekerjaan
Ordinal
(penebang
kayu,
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari
petani,
peternak,
– hari yang diketahui berdasarkan
berkebun, penyadap
pengakuan responden.
nira pohon kelapa) 1. Tidak Berisiko (pegawai
negeri,
pegawai
swasta,
TNI/POLRI, pedagang) (Winardi, 2004)
42
No 5.
Variabel Keluar rumah
Definisi
Cara Ukur
Perilaku responden keluar dari rumah di Kuesioner pada malam hari terhitung antara pukul 18.00
malam hari
Alat Ukur Lembar kuesioner
Skala
Hasil Ukur
Ukur
0. Ya, jika responden Ordinal keluar rumah pada
hingga pukul 06.00 WIB yang diketahui
malam hari selama 1
berdasarkan pengakuan responden.
sampai 7 kali dalam seminggu. 1. Tidak, responden
jika tidak
keluar rumah pada malam hari. 6.
Penggunaan
Perilaku
menggunakan
kelambu
di Kuesioner
kelambu
kamar tidur saat tidur di malam hari
Lembar kuesioner
0. Tidak, responden
jika Ordinal tidak
yang dipasang 1 sampai 7 kali dalam
menggunakan
seminggu dan diketahui berdasarkan
kelambu saat tidur
pengakuan responden.
dimalam hari. 1. Ya, jika responden menggunakan kelambu saat tidur
43
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Hasil Ukur
Ukur
dimalam hari selama 1
sampai
7
kali
dalam seminggu. 7.
Pemasangan kasa
Perilaku memasang kasa anti nyamuk Kuesioner
anti pada ventilasi ruangan di dalam rumah dan observasi
nyamuk
Lembar
0. Tidak ada, jika tidak Ordinal
kuesioner dan
dipasang kasa anti
yang diketahui berdasarkan pengakuan
lembar
nyamuk
responden serta dicocokkan dengan
observasi
ventilasi ruangan di
observasi peneliti.
di
setiap
rumah. 1. Ada, jika dipasang kasa anti nyamuk pada sebagian atau seluruh
ventilasi
ruangan di rumah. 8.
Penggunaan obat nyamuk
Perilaku responden dalam menggunakan Kuesioner
anti obat anti nyamuk di malam hari baik
Lembar kuesioner
0. Tidak,
jika Ordinal
responden
tidak
saat di dalam rumah maupun di luar
menggunakan
obat
rumah, obat nyamuk tersebut termasuk
anti
saat
nyamuk
44
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Hasil Ukur
Ukur
obat nyamuk elektrik, semprot, bakar,
tidur dimalam hari
oles maupun spray yang digunakan 1
atau
sampai 7 kali dalam seminggu dan
rumah pada malam
diketahui
hari.
berdasarkan
pengakuan
responden.
saat
keluar
1. Ya, jika responden menggunakan
obat
anti
saat
nyamuk
tidur dimalam hari atau
saat
keluar
rumah pada malam hari selama 1 sampai 7
kali
dalam
seminggu. 9.
Keberadaan
Adanya
lingkungan
yang
menjadi Kuesioner
Lembar
0. Ada, jika di sekitar Ordinal
Tempat
tempat berkembang biaknya nyamuk dan observasi
kuesioner dan
rumah
Perindukan
yang diketahui berdasarkan pengakuan
lembar
terdapat salah satu,
Nyamuk
responden. Tempat perindukan nyamuk
observasi
sebagian atau semua
responden
45
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Hasil Ukur
tersebut ialah:
tempat
a. Sungai
nyamuk.
Ukur
perindukan
1. Tidak ada, jika di
b. Kolam
sekitar c. Mata air
rumah
responden tidak ada
d. Genangan atau cekungan air
tempat
perindukan
nyamuk.
e. Sawah f. Saluran irigasi (Prabowo, 2004) 10.
Jarak rumah Jarak rumah dengan tempat perindukan Kuesioner
Lembar
dengan
nyamuk yang diketahui berdasarkan
kuesioner
Tempat
pengakuan responden.
Perindukan Nyamuk
0. Dekat,
jika
jarak Ordinal
rumah
dengan
tempat
perindukan
nyamuk <50 meter.
46
No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Skala
Hasil Ukur 1. Jauh,
jika
Ukur jarak
rumah
dengan
tempat
perindukan
nyamuk >50 meter. (Kusdaryanto
et
al.,
2005) 11.
Keberadaan
Adanya kandang ternak yang berada di Kuesioner
Lembar
Kandang
sekitar rumah responden dengan radius dan observasi
kuesioner
Ternak
50 meter yang diketahui berdasarkan
terdapat
pengakuan responden, kandang ternak
sapi, kerbau, atau
tersebut antara lain ialah kandang sapi,
kambing.
kerbau dan kambing.
0. Ada, jika di sekitar Ordinal rumah
responden kandang
1. Tidak ada, jika di sekitar responden terdapat
rumah tidak kandang
sapi, kerbau, atau kambing.
47
No 12.
Variabel
Definisi
Jarak rumah Jarak
rumah
yang
keberadaan Kuesioner
dengan
kandang
kandang
berdasarkan pengakuan responden.
ternak
ternak
dengan
Cara Ukur
diketahui
Alat Ukur Lembar kuesioner
Skala
Hasil Ukur 0. Dekat,
jika
rumah
Ukur jarak Ordinal
dengan
kandang ternak <10 meter. 1. Jauh,
jika
rumah
jarak dengan
kandang ternak >10 meter. (Kusdaryanto 2005)
et
al.,
48
C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini ialah : 1.
Ada hubungan antara faktor demografi individu (usia, jenis kelamin, pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
2.
Ada hubungan antara faktor perilaku (keluar rumah pada malam hari, memakai pakaian terbuka, tidak menggunakan kelambu, tidak memasang kasa anti nyamuk, tidak memakai obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
3.
Ada hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tahun 2014.
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan studi cross sectional. Data Malaria yang dibutuhkan dalam penelitian ini ialah data prevalensi yang menjadikan desain tersebut cocok untuk penelitian ini. Selain itu, desain tersebut dipilih dengan pertimbangan bahwa penyakit Malaria merupakan penyakit dengan masa inkubasi yang singkat yakni 1 – 6 minggu sehingga penelitian tipe restrospektif kurang sesuai karena dikhawatirkan kondisi di masa lalu dan masa sekarang telah berbeda terutama pada variabel perilaku dan variabel lingkungan yang diteliti. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga selama bulan Juli – Agustus tahun 2015. C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Target Populasi dalam penelitian ini ialah semua warga Desa Selakambang yakni sebanyak 7.755 orang.
49
50
2.
Sampel Sampel merupakan warga Desa Selakambang yang terpilih menjadi responden melalui teknik pengambilan sampel yang dapat mewakili seluruh populasi. Kriteria inklusi: i.
Warga yang tinggal minimal satu tahun di Desa Selakambang.
ii. Warga yang berumur di atas 12 tahun. iii. Bersedia ikut dalam penelitian dibuktikan dengan informed consent. Kriteria eksklusi: i.
Bukan warga Desa Selakambang.
ii. Ibu hamil. iii. Warga pindahan atau yang baru menetap kurang dari satu tahun. iv. Tidak bersedia ikut dalam penelitian. 3.
Besar Sampel Perhitungan sampel ini dilakukan dengan perhitungan yang dipaparkan oleh Lemeshow et al. (1997). Rumus perhitungannya ialah sebagai berikut: *
⁄
√,
(
)-
√, ( (
)
(
)-+
)
Keterangan: n P1 P2 Z1-α/2 Z1-β
: Jumlah sampel minimal : Proporsi subjek yang tidak terpajan pada kelompok kasus pada penelitian sebelumnya : Proporsi subjek yang terpajan pada kelompok kasus pada penelitian sebelumnya : 1,96 pada 95% CI : 0,842
51
Berdasarkan perhitungan sampel di atas jumlah sampel yang didapat yakni 69 responden, dengan estimasi efek desain = 2, maka besar sampel menjadi 138 responden. 4.
Teknik Pengambilan Sampel Sampel diambil dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Banyaknya jumlah populasi yang mencapai 7.755 orang menjadikan teknik tersebut dipilih untuk mendapat sampel yang proporsional. Selain itu, dibuat dua strata dalam populasi tersebut agar data yang didapat heterogen yaitu data untuk responden yang menderita Malaria dan responden yang tidak menderita Malaria. Penderita Malaria ini tersebar di beberapa RW di Desa Selakambang. Untuk itu, pengambilan sampel ini diawali dengan pemilihan sampel tingkat RW. Pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut: a.
Populasi dibagi menjadi dua strata yaitu strata I dan strata II. Populasi dengan angka API kurang dari 1 per 100 penduduk atau bahkan tidak ada kasus Malaria masuk dalam strata I. Sedangkan populasi dengan banyak kasus Malaria dan angka API >1 per 100 penduduk masuk dalam strata II. Strata tersebut ialah: i. Strata I ialah RW 02 (API: 0), RW 06 (API: 0), RW 07 (API: 0,4), RW 08 (API: 0,6), RW 09 (API: 0,8), RW 10 (API: 0), RW 11 (API: 0). ii. Strata II ialah RW 01 (API: 1,1), RW 03 (API: 4,1), RW 04 (API: 3,1), RW 05 (API: 1,1).
52
b.
Masing – masing dari strata tersebut kemudian dipilih dua RW untuk pengambilan sampel. Pengambilan RW tersebut dipilih secara acak berdasarkan perbandingan 1:2, dimana strata II yang merupakan RW dengan kasus yang banyak lebih besar diambil karena diharapkan dapat lebih banyak terjaring responden yang sakit. RW yang terpilih untuk strata I ialah RW 06 dan RW 10. Sedangkan RW 03 dan RW 04 ialah RW yang terpilih untuk strata II.
c.
Jumlah responden di setiap RW terpilih dihitung sesuai dengan proporsinya dan sebelumnya telah dikeluarkan penduduk yang berusia dibawah 12 tahun serta tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Tabel 4.1 Proporsi Sampel Menurut RW di Desa Selakambang RW 03 04 06 10 Jumlah
d.
Jumlah Penduduk 680 887 812 574 2953
Jumlah Sampel 32 41 38 27 138
Pemilihan responden dilakukan dengan simple random sampling menggunakan data penduduk yang diperoleh dari balai desa setempat, jumlah sampel yang dipilih sesuai proporsi pada masing – masing RW.
D. Pengumpulan Data 1.
Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer didapat dari lembar
53
kuesioner, sedangkan data sekunder didapat Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang. 2.
Metode Pengumpulan Data Metode yang dilakukan dalam pengumpulan data ialah metode kuesioner, observasi dan telaah dokumen.
3.
Instrumen Penelitian Instrumen
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
keseluruhan ialah kuesioner tertutup. Selain kuesioner tertutup, penelitian ini juga menggunakan Laporan Bulanan Puskesmas Kaligondang dan lembar observasi. Rincian instrumen untuk setiap variabel ialah sebagai berikut: a.
Variabel yang menggunakan kuesioner ialah variabel usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat nyamuk, keberadaan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak dan jarak rumah dengan keberadaan kandang ternak.
b.
Variabel yang menggunakan metode observasi ialah pemasangan kasa anti nyamuk, keberadaan tempat perindukan nyamuk dan keberadaan kandang ternak.
c.
Laporan
Bulanan
Puskesmas
Kaligondang
digunakan
memastikan pengakuan responden terhadap kejadian malaria.
untuk
54
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji terlebih dahulu menggunakan metode Product Moment Pearson Correlation. Kuesioner dikatakan valid jika alat ukur yang ditentukan tepat dapat mengukur objek yang akan diukur ataupun dapat mengukur apa yang harus diukur. Sedangkan kuesioner dinilai reliabel jika alat ukur menghasilkan hasil ukur yang konsisten jika dilakukan pengkuruan berkali – kali. Kuesioner yang digunakan telah diuji kepada 40 orang responden dengan hasil sebagai berikut: 1.
Validitas Kuesioner Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid jika r hitung > r tabel (0,304). Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 32 pertanyaan, setelah diuji validitas terdapat 5 pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan D2, D5, E3, E4, E5. Pertanyaan tersebut kemudian diubah redaksinya sehingga dapat dipahami lebih baik oleh responden. Adapun hasil dari r hitung dari pertanyaan terkait variabel yang diteliti ialah sebagai berikut:
55
Tabel 4.2 Hasil r Hitung Pertanyaan Terkait Variabel yang diteliti No. Pertanyaan C4 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 E1 E3 E4 E5
2.
r Hitung 0,631 0,337 0,306 0,440 0,331 0,582 0,337 0,778 0,382 0,305 0,364 0,409
Reliabilitas Kuesioner Pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid jika r Alpha cronbach > r tabel (0,304). Setelah dilakukan uji reliabilitas didapatkan r Alpha cronbach sebesar 0,806, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner dapat digunakan sebagai instrumen penelitian mendatang karena dinyatakan reliabel.
F. Pengolahan dan Analisis Data Setelah
jawaban
kuesioner
dikumpulkan,
penulis
melakukan
pengolahan data melalui berapa tahapan, yaitu: 1.
Editing, penulis melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.
2.
Coding, penulis merubah data yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka yang berguna untuk mempermudah analisis data dan mempercepat entry data.
56
3.
Entry data, penulis meng-entry data dari kuesioner dengan program komputer tertentu.
4.
Cleaning data, penulis mengecek kembali data yang sudah di-entry apakah terdapat kesalahan atau tidak.
5.
Analisa
data,
penulis
menganalisa
data
secara
statistik
untuk
memudahkan interpretasi dan pengujian hipotesis lebih lanjut. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup dua macam analisis data, yakni: a.
Analisis Univariat Analisis univariat ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel dalam penelitian ini. Analisis dilakukan terhadap masing – masing dari setiap variabel. Hasil dari analisis ini menunjukkan frekuensi dan presentase dari setiap variabel.
b.
Analisis Bivariat Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji Chi square untuk menguji hipotesis penelitian antar variabel independen dan variabel dependen. Analisis ini dilakukan untuk semua variabel pada penelitian ini, yaitu faktor demografi penduduk (usia, jenis kelamin dan pekerjaan), faktor perilaku (keluar rumah pada malam hari,
penggunaan
kelambu,
pemasangan
kasa
nyamuk
dan
penggunaan obat anti nyamuk) dan faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak dan jarak rumah dengan keberadaan ternak).
57
Hasil yang disajikan berupa p.value yang digunakan untuk menentukan hubungan kemaknaan dari hasil uji statistik. Jika p.value < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen dan dependen. Sedangkan, jika diketahui p.value > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen.
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian 1.
Profil Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Selakambang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Kaligondang
Kabupaten
Purbalingga.
Letak
desa
Selakambang tidak jauh dari ibukota kecamatan. Jarak dari desa Selakambang ke ibukota kecamatan ialah 3 Km. Namun, tidak ada kendaraan yang langsung menuju ibukota kecamatan. Batas wilayah desa Selakambang ini ialah: a.
Utara: Pagerandong
b.
Selatan: Sinduraja
c.
Timur: Sidareja
d.
Barat: Selanegara Desa Selakambang merupakan desa dengan dominan vegetasi
berupa perkebunan tak terawat. Adapun tanaman yang dikembangkan untuk diproduksi ialah tanaman jagung dan kelapa. Luas tanaman jagung mencapai 25, 05 ha dan pohon kelapa seluas 9,0 ha. Sebanyak 511 keluarga diketahui merupakan rumah tangga perkebunan. Mata pencaharian pokok masyarakat desa Selakambang ialah petani dan buruh tani. Jumlah petani yang ada di desa Selakambang ialah 3.186 orang dan jumlah buruh tani adalah 3.897 orang. Selain menjadi
58
59
petani dan buruh tani masyarakat juga memiliki ternak dan perikanan. Namun, yang diproduksi hanya kambing dan ikan bawal. Jumlah pemilik kambing di desa Selakambang ialah 750 dengan populasi kambing 821 ekor dan 550 orang yang memiliki budidaya ikan bawal. Sumber air bersih yang digunakan antara lain ialah terdapat sungai dan mata air. Terdapat sekitar 490 keluarga yang menjadi pemanfaat mata air, 1.871 keluarga pemanfaat sumur gali, 951 pemanfaat PAM dan 1.781 keluarga memanfaatkan sungai sebagai sumber air bersih. Sedangkan, kondisi sungai keruh dan banyak endapan lumpur. Sanitasi yang ada di desa Selakambang sudah cukup baik. Terdapat sumur resapan air rumah tangga sebanyak 1.525 dan jumlah pemilik jamban keluarga mencapai 2.155. Kondisi rumah warga juga sudah baik karena hanya terdapat 7 rumah bambu. Pengobatan sudah melalui tenaga kesehatan dengan jumlah prasarana kesehatan yang memenuhi, yakni 2 puskesmas pembantu, 10 Posyandu dan 1 rumah bersalin. Selain itu, terdapat 4 paramedis, 7 dukun bersalin terlatih, 2 bidan dan 2 perawat. 2.
Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Distribusi
kejadian
Malaria
di
Desa
Selakambang
Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ada dalam tabel 5.1.
60
Tabel 5.1 Distribusi Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Malaria
Jumlah
Ya Tidak Jumlah
Presentase (%) 12 126 138
8,7 91,3 100
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebanyak 8,7% dari 138 responden menderita Malaria. B. Analisis Univariat 1.
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Demografi Penduduk pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan demografi penduduk yang diteliti yaitu usia, jenis kelamin dan pekerjaan pada masyarakat Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 terdapat dalam tabel 5.2. Tabel 5.2 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Demografi Penduduk pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Malaria Kategori
Ya n (%)
Tidak n (%)
Usia Dewasa (26 – 45 th) Lansia (>46 th) Remaja (12 – 25 th) Jumlah
7 (58,3) 5 (41,7) 0 (0,0) 12 (100,0)
72 (57,1) 29 (23,0) 25 (19,8) 126 (100,0)
Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Jumlah
4 (33,3) 8 (66,7) 12 (100,0)
53 (42,1) 73 (57,9) 126 (100,0)
Pekerjaan Berisiko Tidak Berisiko Jumlah
7 (58,3) 5 (41,7) 12 (100,0)
22 (17,5) 104 (82,5) 126 (100,0)
61
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar (58,3%) penderita Malaria berusia antara 26 – 45 tahun. Malaria juga banyak terjadi pada perempuan (66,7%) dibanding laki – laki. Selain itu, sebagian besar (58,3%) masyarakat yang terkena Malaria diketahui memiliki pekerjaan berisiko. 2.
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Perilaku pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Perilaku masyarakat yang diteliti ialah perilaku keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk dan penggunaan obat anti nyamuk. Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ditampilkan dalam tabel 5.3. Tabel 5.3 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Perilaku pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Malaria Kategori
Ya n (%)
Tidak n (%)
Keluar Pada Malam Hari Ya Tidak Jumlah
7 (58,3) 5 (41,7) 12 (100,0)
82 (65,1) 44 (34,9) 126 (100,0)
Penggunaan Kelambu Tidak Ya Jumlah
2 (16,7) 10 (83,3) 12 (100,0)
89 (70,6) 37 (29,4) 126 (100,0)
Pemasangan Kasa Anti Nyamuk Tidak Ada Jumlah
10 (83,3) 2 (16,7) 12 (100,0)
107 (84,9) 19 (15,1) 126 (100,0)
62
Malaria Kategori
Ya n (%)
Penggunaan Obat Anti Nyamuk Tidak Ya Jumlah
Tidak n (%)
9 (75,0) 3 (25,0) 12 (100,0)
91 (72,2) 35 (27,8) 126 (100,0)
Tabel 5.3 menjelaskan bahwa sebagian besar (58,3%) responden yang menderita Malaria keluar rumah dimalam hari dan sebanyak 83,3% responden yang menderita menggununakan kelambu saat tidur dimalam hari. Pada variabel pemasangan kasa anti nyamuk diketahui sebagian besar (83,3%) masyarakat yang menderita Malaria tidak memasang kasa anti nyamuk. Data tersebut serupa dengan penggunaan obat anti nyamuk, diketahui sebagian besar (75%) masyarakat yang menderita Malaria tidak menggunakan obat anti nyamuk saat tidur dimalam hari. 3.
Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ada dalam Tabel 5.4. Faktor lingkungan tersebut antara lain ialah keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk dan jarak rumah dengan kandang ternak.
63
Tabel 5.4 Frekuensi Kejadian Malaria Berdasarkan Faktor Lingkungan pada Masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Malaria Kategori
Ya n (%)
Tidak n (%)
Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk Ada 8 (66,7) Tidak 4 (33,3) Jumlah 12 (100,0)
102 (81,0) 24 (19,0) 126 (100,0)
Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk Dekat (<50 m) 8 (100,0) Jauh (>50 m) 0 (0,0) Jumlah 8 (100,0)
96 (94,1) 6 (5,9) 102 (100,0)
Keberadaan Kandang Ternak Ada Tidak Jumlah
9 (75,0) 3 (25,0) 12 (100,0)
53 (42,1) 73 (57,9) 126 (100,0)
7 (77,8) 2 (22,2) 9 (100,0)
40 (75,5) 13 (24,5) 53 (100,0)
Jarak Rumah dengan Kandang Ternak Dekat (<10 m) Jauh (>10 m) Jumlah
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa di sekitar rumah responden yang menderita Malaria sebagian besar (66,7%) terdapat tempat perindukan nyamuk, sedangkan responden yang menderita Malaria sebagian besar (75,0%) juga terdapat kandang ternak di sekitar rumah. Jarak semua rumah responden yang menderita Malaria dan terdapat tempat perindukan nyamuk diketahui dekat dengan tempat perindukan nyamuk tersebut. Selain itu, sebagian besar responden yang menderita Malaria (77,8%) memiliki rumah yang jaraknya dekat dengan kandang ternak.
64
C. Analisis Bivariat 1.
Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Hubungan antara faktor demografi penduduk (usia, jenis kelamin dan pekerjaan) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 tersaji dalam Tabel 5.5. Tabel 5.5 Hubungan Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Malaria Kategori
Ya n (%)
Tidak n (%)
p.value
Usia Dewasa (26 – 45 th)
7 (58,3)
72 (57,1)
Lansia (>46 th)
5 (41,7)
29 (23,0)
0 (0,0)
25 (19,8)
Jumlah
12 (100,0)
126 (100,0)
Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Jumlah
4 (33,3) 8 (66,7) 12 (100,0)
53 (42,1) 73 (57,9) 126 (100,0)
0,761
Pekerjaan Berisiko Tidak Berisiko Jumlah
7 (58,3) 5 (41,7) 12 (100,0)
22 (17,5) 104 (82,5) 126 (100,0)
0,001
Remaja (12 – 25 th)
0,192 0,066
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari ketiga variabel demografi penduduk, hanya satu yang berhubungan dengan kejadian Malaria. Usia (p.value = 0,140) dan jenis kelamin (p.value = 0,761) tidak berhubungan dengan kejadian Malaria. Sedangkan variabel yang berhubungan dengan kejadian Malaria ialah pekerjaan dengan p.value = 0,001.
65
2.
Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Hubungan antara faktor perilaku (keluar rumah pada malam hari, penggunaan kelambu, pemasangan kasa anti nyamuk, penggunaan obat anti nyamuk) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 tersaji dalam Tabel 5.6. Tabel 5.6 Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Malaria Kategori
Ya n (%)
Tidak n (%)
p.value
Keluar Pada Malam Hari Ya Tidak Jumlah
7 (58,3) 5 (41,7) 12 (100,0)
82 (65,1) 44 (34,9) 126 (100,0)
0,641
Penggunaan Kelambu Tidak Ya Jumlah
2 (16,7) 10 (83,3) 12 (100,0)
89 (70,6) 37 (29,4) 126 (100,0)
0,000
Pemasangan Kasa Anti Nyamuk Tidak Ada Jumlah
10 (83,3) 2 (16,7) 12 (100,0)
107 (84,9) 19 (15,1) 126 (100,0)
1,000
Penggunaan Obat Anti Nyamuk Tidak Ya Jumlah
9 (75,0) 3 (25,0) 12 (100,0)
91 (72,2) 35 (27,8) 126 (100,0)
1,000
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa perilaku keluar pada malam hari tidak berhubungan dengan kejadian Malaria. Pemasangan kasa anti nyamuk (p.value = 1,000) dan penggunaan obat anti nyamuk (p.value = 1,000) juga tidak berhubungan dengan kejadian
66
Malaria. Faktor perilaku yang berhubungan dengan kejadian Malaria ialah penggunaan kelambu (p.value = 0,000). 3.
Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Hubungan antara faktor lingkungan (keberadaan tempat perindukan nyamuk, keberadaan kandang ternak, jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk, jarak rumah dengan kandang ternak) dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 tersaji dalam Tabel 5.7. Tabel 5.7 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 Malaria Kategori
Ya n (%)
Tidak n (%)
p.value
Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk Ada 8 (66,7) Tidak 4 (33,3) Jumlah 12 (100,0)
102 (81,0) 24 (19,0) 126 (100,0)
0,263
Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk Dekat (<50 m) 8 (100,0) Jauh (>50 m) 0 (0,0) Jumlah 8 (100,0)
96 (94,1) 6 (5,9) 102 (100,0)
1,000
Keberadaan kandang ternak Ada Tidak Jumlah
9 (75,0) 3 (25,0) 12 (100,0)
53 (42,1) 73 (57,9) 126 (100,0)
0,035
7 (77,8) 2 (22,2) 9 (100,0)
40 (75,5) 13 (24,5) 53 (100,0)
1,000
Jarak Rumah dengan kandang ternak Dekat (<10 m) Jauh (>10 m) Jumlah
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian Malaria ialah keberadaan kandang
67
ternak (p.value = 0,035). Sedangkan faktor lingkungan yang tidak berhubungan dengan kejadian Malaria ialah keberadaan tempat perindukan nyamuk (p.value = 0,263), jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk (p.value = 1,000) dan jarak rumah dengan kandang ternak (p.value = 1,000).
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus Tahun 2015. Selama proses penelitian terdapat berbagai kelemahan. Kelemahan tersebut ialah: 1.
Penderita Malaria tidak diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan hanya berdasarkan pengakuan responden. Untuk itu peneliti mencocokkan data pengakuan responden dengan data Puskesmas Kaligondang untuk memastikan kebenaran pengakuan responden. Namun, peniliti tidak memastikan kebenaran responden yang mengaku tidak menderita malaria di data Puskesmas Kaligondang.
2.
Terdapat responden berumur lanjut usia yang tidak dapat menulis dan sulit untuk diwawancarai sehingga banyak jawaban yang tidak diisi. Hal tersebut di atasi dengan mewawancarai orang terdekat dengan responden.
3.
Saat ditempat penelitian tidak semua tempat perindukan nyamuk dapat diobservasi keberadaannya karena medan di tempat penelitian yang sulit diakses. Tempat perindukan nyamuk tersebut ialah sungai dan mata air. Hal tersebut di atasi dengan mencari informasi dari responden lain serta tokoh masyarakat setempat mengenai keberadaan tempat perindukan nyamuk tersebut.
68
69
B. Kejadian Malaria di Kabupaten Purbalingga
Desa
Selakambang
Kecamatan
Bukateja
Kejadian Malaria di Desa Selakambang diketahui meningkat sejak tiga tahun terakhir. Peningkatan tajam terjadi pada tahun 2014 dengan penderita mencapai 91 kasus. Peningkatan tersebut sesuai dengan peningkatan kasus di Kecamatan Kaligondang dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Berdasarkan data Puskesmas Kaligondang, jumlah kasus pada tahun 2012 ialah 23 kasus, meningkat menjadi 35 kasus pada tahun 2013 dan mencapai 113 kasus pada tahun 2014. Kasus Malaria di Kabupaten Purbalingga secara keseluruhan selama tahun 2012 hingga tahun 2014 ialah 168, 187 dan 158 kasus. Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga menyebutkan bahwa selama tiga tahun berturut – turut wilayah yang masih terjangkit kasus Malaria ialah Kecamatan Kaligondang, Pengadegan, Karanganyar, Karangmoncol dan Rembang. Peningkatan kasus Malaria secara signifikan hanya terjadi di Kecamatan Kaligondang sedangkan wilayah lain yang termasuk daerah Malaria telah mengalami penurunan kasus. Kecamatan Kaligondang merupakan Kecamatan yang memiliki presentase terbesar kasus Malaria di Kabupaten Purbalingga yakni mencapai 71,5%. Sedangkan dari 71,5% kasus di Kecamatan Kaligondang sebesar 80,5% kasus terdapat di Desa Selakambang. Sebanyak 19,5% kasus di Kaligondang terjadi di Desa Sidareja dan Desa Sidanegara. Peningkatan kasus tersebut disebabkan oleh masyarakat yang bekerja ditempat endemis Malaria. Pekerja yang bekerja diluar daerah pulang dengan membawa Plasmodium, sp didalam tubuhnya dan menyebarkan penyakit
70
Malaria di sekitar tempat tinggalnya. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga mencatat bahwa kasus Malaria di Kecamatan Kaligondang berawal dari kasus impor dan berkembang menjadi kasus indiginous dengan mengalami
peningkatan
di
setiap
tahunnya.
Berdasarkan
informasi
responden, sebagian besar masyarakat Desa Selakambang yang menjadi buruh diluar daerah merantau ke Batam yang masuk dalam daerah endemis Malaria. C. Hubungan antara Faktor Demografi Penduduk dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 1.
Usia Pada dasarnya, malaria dapat menyerang semua kelompok manusia dan tidak mengenal usia, jenis kelamin maupun ras. Namun, perbedaan usia merupakan salah satu yang menyebabkan perbedaan kekebalan tubuh terhadap gigitan nyamuk (Arsin, 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian Malaria (Saikhu (2011) dan Kusdaryanto et al. (2005)). Sebagian besar (58,3%) penderita Malaria di Desa Selakambang diketahui berusia antara 26 – 45 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Arsin et al. (2013), Sagay et al. (2015) dan Sibala et al. (2013) yang menjelaskan bahwa sebagian besar responden yang menderita Malaria berusia dewasa yakni 25 – 44 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Tahun 2014. Hal ini
71
didukung oleh penelitian Ernawati et al. (2011) yang menunjukkan bahwa usia juga tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun 2010 (p.value = 0,252). Hasil penelitian tersebut antara lain dapat disebabkan karena perilaku berisiko Malaria sebagian besar dilakukan oleh responden dengan rentang usia dewasa. Data menunjukkan bahwa sebanyak 51,7% responden yang keluar rumah pada malam hari dan 50,5% reponden yang tidak memakai kelambu pada saat tidur dimalam hari diketahui berusia dewasa. Selain itu, sebagian besar masyarakat (57%) yang tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam hari juga diketahui merupakan responden usia dewasa. Beberapa perilaku berisiko tersebut dilakukan oleh responden karena beberapa hal antara lain karena ingin berpartisipasi di kelompok masyarakat. Suroso et al. (2014) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain ialah faktor usia, pekerjaan dan pendidikan. Masyarakat dengan umur 41 – 50 tahun cenderung lebih aktif mengikuti musyawarah daripada usia yang lebih muda atau lebih tua. Hal ini dapat dikarenakan kelompok dengan usia lebih muda merasa sungkan terhadap masyarakat yang lebih tua karena dianggap lebih senior dan lebih banyak memberikan masukan sehingga mereka memilih untuk tidak berpartisipasi. Musyawarah yang sering dilakukan di daerah penelitian antara lain ialah rapat pengurus RT, rapat tersebut dilaksanakan dimalam hari
72
dan bergilir di rumah – rumah penduduk setempat. Artinya, warga yang mengikuti rapat tersebut secara rutin keluar rumah pada malam hari untuk mengikuti rapat tersebut. Seperti dijelaskan sebelumnya, warga yang rapat ialah warga yang berusia 25 tahun keatas. Warga tersebut memiliki risiko lebih tinggi digigit nyamuk Anopheles, sp diluar rumah. Berdasarkan informasi, warga yang tidak berpartisipasi dalam rapat juga memiliki kebiasaan berkumpul di tempat tertentu dimalam hari meskipun sekedar minum kopi. 2.
Jenis Kelamin Malaria tidak menyerang manusia berdasarkan jenis kelamin tertentu karena vektor penyakit Malaria menularkan Malaria kepada laki – laki dan perempuan. Namun, secara kekebalan tubuh yang dimiliki perempuan hamil akan memiliki risiko lebih tinggi terkena Malaria dibandingkan dengan laki – laki atau perempuan biasa. Hal tersebut dikarenakan Malaria dapat menyebabkan anemia yang lebih berat pada perempuan dengan kondisi hamil (Arsin, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita Malaria lebih banyak terjadi pada perempuan (66,7%) dibanding laki – laki (33,3%). Nurlette et al. (2012) menyebutkan hal yang sama bahwa 71,4% penderita Malaria dalam penelitiannya ialah perempuan sedangkan hanya 28,6% penderita Malaria ialah laki – laki. Banyaknya kasus Malaria yang terjadi pada perempuan dibanding laki – laki dalam penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sagay et al. (2015) bahwa penderita
73
Malaria dalam penelitiannya lebih banyak laki – laki dibanding perempuan yakni sebanyak 51,22%. Variabel jenis kelamin secara statistik tidak berhubungan dengan kejadian Malaria. Ernawati et al. (2011) menyatakan hal yang sama bahwa di tempat penelitian yang ia lakukan juga tidak ditemukan hubungan antara jenis kelamin dan kejadian Malaria. Sejalan dengan Ernawati et al. (2011), Saikhu (2011) juga menjelaskan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2007. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kejadian malaria. Banyaknya perempuan yang terkena malaria ini dapat disebabkan antara lain karena sebanyak 59% responden perempuan tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam hari. Selain itu, sebagian besar (62%) responden dengan usia dewasa yang merupakan usia paling rentan terkena malaria ialah perempuan. Data juga menunjukkan bahwa sebanyak 55% responden yang keluar rumah pada malam hari ialah perempuan. 3.
Pekerjaan Pekerjaan dapat berperan penting terhadap penyakit Malaria karena berhubungan dengan kondisi lingkungan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dilakukan diluar rumah, di pedesaan atau di perkebunan akan memiliki risiko yang lebih besar untuk tergigit nyamuk Malaria. Besarnya risiko tergigit nyamuk tersebut menjadikan jenis pekerjaan
74
dapat menyebabkan responden juga memiliki risiko tinggi terkena Malaria (Sulistiani, 2012). Sebagian besar (58,3%) masyarakat yang terkena Malaria diketahui memiliki pekerjaan berisiko. Tallane et al. (2013) juga menjelaskan
bahwa
responden
yang
menderita
Malaria
dalam
penelitiannya lebih banyak pada masyarakat yang memiliki pekerjaan berisiko (83,2%) daripada masyarakat yang memiliki pekerjaan tidak berisiko (57,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pekerjaan berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang pada tahun 2014 dengan p.value = 0,001. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Saikhu (2011) dan Kusdaryanto et al. (2005) bahwa pekerjaan merupakan faktor risiko terjadinya Malaria. Hal tersebut didukung dengan penelitian Friaraiyatini et al. (2006) bahwa jenis pekerjaan berhubungan dengan kejadian Malaria di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimanta Tengah. Setelah dilakukan perhitungan, diketahui sebanyak 79,3% responden yang mempunyai pekerjaan berisiko memiliki kebiasaan keluar rumah dimalam hari. Selain itu, sebagian besar (75,9%) responden yang memiliki pekerjaan berisiko juga memiliki rumah yang terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitarnya. Sebanyak 75,9% responden yang memiliki pekerjaan berisiko juga diketahui terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya. Pekerjaan berisiko yang dilakukan oleh responden antara lain ialah bertani dan beternak. Hiswani (2004) menjelaskan bahwa sawah
75
merupakan tempat perindukan nyamuk Anopheles aconitus dan Anopheles
barbirostris.
Nyamuk
Anopheles
aconitus
diketahui
merupakan tersangka vektor penyakit Malaria di Jawa Tengah (Ikawati et al., 2010). Pekerjaan berisiko tersebut sebagian besar dilakukan di tempat peristirahatan nyamuk. Selain petani, penyadap pohon nira dan pembuat gula jawa juga dapat berinteraksi dengan nyamuk Anopheles maculatus, salah satu vektor di Pulau Jawa yang erat kaitannya dengan vegetasi pada sungai di sekitar hutan (Ambarita et al., 2011). Selain itu peternak juga memiliki risiko tergigit nyamuk karena Sedangkan sudah diketahui bahwa kandang merupakan tempat yang disukai nyamuk Anopheles maculatus untuk beristirahat (Handayani and Darwin, 2006). D. Hubungan antara Faktor Perilaku dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 1.
Perilaku Keluar Rumah pada Malam Hari Perilaku keluar rumah malam hari merupakan salah satu tindakan berisiko yang dapat menyebabkan manusia tergigit oleh nyamuk. Anopheles, sp merupakan vektor yang aktif mencari makan pada malam hari sehingga manusia yang keluar rumah pada malam hari memiliki kemungkinan untuk terkena Malaria (Hiswani, 2004). Perilaku keluar rumah pada malam hari pada masyarakat Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga tidak berhubungan dengan kejadian Malaria. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kurniawan (2008) di Kabupaten Asmat, Budiyanto
76
(2011) di Kabupaten OKU dan Anjasmoro (2013) di wilayah kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa keluar rumah pada malam hari merupakan faktor risiko kejadian Malaria (Santy et al. (2014), Nurlette et al. (2012), Salim et al. (2012)). Asa et al. (2015) mendukung pernyataan tersebut bahwa perilaku keluar rumah pada malam hari berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Lobu dan Lobu II Kecamatan Touluan Kabupaten Minahasa dengan p.value = 0,007. Salim et al. (2012) menjelaskan bahwa masyarakat yang keluar rumah pada malam hari memiliki risiko 7,8 kali lebih besar terkena Malaria dibanding masyarakat yang tidak keluar rumah pada malam hari. Hasil penelitian dapat disebabkan karena sebanyak 75,3% responden yang keluar rumah pada malam hari tidak memakai obat anti nyamuk dimalam hari. Sebagian besar (79,8%) responden yang keluar rumah dimalam hari juga diketahui terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat yang keluar rumah pada malam hari memiliki risiko tergigit nyamuk lebih besar dibanding dengan yang tidak keluar rumah pada malam hari. Perilaku berisiko tersebut dilakukan salah satunya karena dipengaruhi oleh keaktifan berpartisipasi masyarakat, termasuk perilaku keluar rumah pada malam hari. Partisipasi tersebut antara lain ialah dalam musyawarah desa. Partisipasi masyarakat dapat dipengaruhi oleh pekerjaan dan pendidikan. Sebagai contoh masyarakat yang bekerja sebagai petani akan dapat meluangkan waktunya karena waktu bekerja
77
yang fleksibel. Berbeda dengan pekerja industri yang telah memiliki jadwal
tertentu
yang
dapat
menyebabkan
mereka
tidak
dapat
berpartisipasi. Selain itu, semakin rendah latar belakang pendidikan masyarakat maka semakin rendah pula partisipasi mereka dalam musyawarah desa (Suroso et al., 2014). Hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis bahwa perilaku keluar rumah pada malam hari berhubungan dengan kejadian Malaria. Berdasarkan temuan pada saat penelitian, terdapat informasi bahwa perempuan maupun laki – laki dengan umur di atas 26 tahun sering keluar rumah pada malam hari juga menjelang shubuh. Hal tersebut dikarenakan mereka menjalankan ibadah sholat di masjid setempat. Berbeda pada laki – laki pada umur tersebut, selain keluar rumah pada malah hari karena pergi ke masjid untuk beribadah mereka juga sering melaksanakan rapat dengan warga setempat baik rapat pengurus RT ataupun rapat untuk musyawarah masalah tertentu. Rapat atau musyawarah yang dilakukan ini merupakan bentuk partisipasi dari masyarakat setempat. Pelaksanaan rapat tersebut dilakukan pada pukul 20.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB atau bahkan lebih. Hal tersebut meningkatkan risiko masyarakat untuk tergigit nyamuk. Nyamuk Anopheles, sp terhitung menggigit pada pukul 18.00 dan puncak gigitan nyamuk terjadi pada pukul 22.00 WIB (Friaraiyatini et al. (2006), Samarang et al. (2007), Ikawati et al. (2010)). Pada jam tersebut bukan
78
tidak memungkinkan bahwa masyarakat tergigit nyamuk pada saat perjalanan menuju tempat perkumpulan warga. 2.
Penggunaan Kelambu Penggunaan kelambu telah diketahui sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya Malaria. Penggunaan kelambu diharapkan dapat melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk dimalam hari. Sebagian besar (83,3%) responden yang menggunakan kelambu dalam penelitian ini terkena Malaria sedangkan 16,7% responden lain yang terkena Malaria tidak memakai kelambu. Hal tersebut bertentangan dengan teori bahwa penggunaan kelambu dapat mecegah terjadinya Malaria sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saikhu et al. (2011) bahwa proporsi yang tidak menggunakan kelambu lebih tinggi pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol. Berdasarkan uji statistik, penggunaan kelambu berinsektisida berhubungan dengan kejadian Malaria. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian Malaria (p.value = 0,000). Bagaray et al. (2015) juga mengatakan bahwa penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian Malaria. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Sagay et al. (2015) bahwa responden yang tidak sering menggunakan kelambu memiliki risiko 2,447 kali menderita Malaria dibandingkan dengan responden yang sering menggunakan kelambu. Salim et al. (2012), Ristadeli et al. (2013) dan Santy et al. (2014) mendukung hasil penelitian tersebut dengan menyatakan bahwa
79
penggunaan kelambu berhubungan dengan kejadian Malaria. Namun, Imbiri et al. (2012) memiliki hasil penelitian yang berbeda bahwa penggunaan kelambu tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di wilayah kerja Puskesmas Sarmi Kota Tahun 2012. Diketahui 67% responden dalam penelitian ini yang tidak memakai kelambu juga tidak memakai obat nyamuk. Selain itu, sebanyak 84,6% responden yang tidak memakai kelambu tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah. Sedangkan sebanyak 80,8% responden yang memakai kelambu memiliki rumah dengan jarak yang dekat dengan ternak. Hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain ialah
apakah
kelambu
yang dipakai
merupakan kelambu
berinsektisida atau tidak. Ikawati et al. (2010) menjelaskan bahwa kelambu dengan insektisida lebih efektif dibandingkan dengan kelambu biasa. Hasil uji hayati kelambu yang dipakai di masyarakat di daerah Dukuh Lamuk, Desa Kalibening, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Wonosobo menunjukkan bahwa nyamuk uji mati sebanyak 70% pada 30 menit pertama dan meningkat hingga 93,3% setelah 24 jam. Kematian nyamuk uji yang mencapai angka tersebut menunjukkan bahwa kelambu dengan insektisida efektif bahkan hingga 24 jam pemakaian. Arsin et al. (2013) memperhatikan beberapa hal dalam penelitiannya tentang penggunaan kelambu selain jenis kelambu yang berinsektisida atau tidak. Hal tersebut yakni penggunaan kelambu (dimasukkan kebawah kasur atau tidak), waktu penggunaan kelambu
80
(sebelum atau sesudah pukul 21.00 WIB), frekuensi penggunaan kelambu (sering atau kadang – kadang), perawatan kelambu (dirawat atau tidak) dan bahan kelambu (polyester atau bukan). Penggunaan kelambu, frekuensi penggunaan kelambu dan perawatan kelambu diketahui berhubungan dengan kejadian Malaria. Selain itu kondisi kelambu yang tidak baik seperti ada lubang atau robekan dan jenis dinding serta lantai rumah berupa kayu juga memungkinkan nyamuk untuk masuk (Media et al., 2011). Penggunaan kelambu yang tidak dimasukkan kebawah kasur lebih berisiko dibanding dengan penggunaan kelambu yang tidak dimasukkan kedalam kasur. Waktu penggunaan kelambu diketahui lebih aman sebelum pukul 21.00 WIB daripada setelah pukul 21.00 WIB. Selain itu, sering atau tidaknya kelambu digunakan juga berpengaruh terhadap kejadian Malaria dimana penggunaan yang lebih sering akan lebih aman dibandingkan dengan penggunaan yang jarang atau kadang – kadang (Arsin et al., 2013). Artinya, variabel penggunaan kelambu tidak dapat berdiri sendiri dan diperlukan penelitian lebih dalam mengenai penggunaan kelambu. 3.
Pemasangan Kasa Anti Nyamuk Kasa anti nyamuk diketahui merupakan salah satu perilaku pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk. Ristadeli et al. (2013) melakukan penelitian dengan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemasangan kasa anti nyamuk dengan kejadian Malaria di Kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi
81
Provinsi Kalimantan Barat dengan nilai OR sebesar 10,5. Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah memiliki risiko 10,5 kali lebih besar terkena Malaria dibandingkan dengan masyarakat yang memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (83,3%) masyarakat yang menderita Malaria dan sebanyak 84,9% masyarakat yang tidak menderita Malaria tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah mereka. Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara pemasangan kasa anti nyamuk pada ventilasi dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang. Hasil
penelitian
ini
dapat
dipengaruhi
oleh
kebiasaan
masyarakat yang tidak menggunakan kasa maupun penutup pada ventilasi rumah. Pemasangan kasa anti nyamuk ventilasi rumah ini dengan kejadian Malaria berpengaruh terhadap mudah tidaknya nyamuk masuk kedalam rumah, ventilasi yang tidak menggunakan kasa akan memudahkan nyamuk masuk kedalam rumah (Imbiri et al., 2012). Sebagian besar (76,1%) responden di Desa Selakambang yang tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah juga diketahui tidak memakai obat anti nyamuk pada malam hari. Sedangkan sebanyak 93,5% responden yang tidak memasang kasa anti nyamuk memiliki rumah dengan jarak yang dekat dengan tempat perindukan nyamuk. Selain itu, sebanyak 76,9% responden yang tidak memasang kasa anti
82
nyamuk diketahui memiliki rumah dengan jarak yang dekat dengan ternak. 4.
Penggunaan Obat Nyamuk Pengendalian vektor secara umum dapat dilakukan dengan dua cara yakni pemberantasan sarang nyamuk dan pencegahan gigitan nyamuk. Penggunaan obat nyamuk merupakan salah satu perilaku pencegahan terhadap gigitan nyamuk. Selain menggunakan obat nyamuk, penggunaan kelambu dan tidak pergi ke daerah endemis Malaria ialah cara lain yang dapat dilakukan untuk menghindari gigitan nyamuk (Komariah et al., 2010). Masyarakat di Desa Selakambang yang menderita Malaria sebagian besar (75%) tidak menggunakan obat nyamuk saat tidur dimalam hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria dengan p.value = 1,000. Hal tersebut dapat dikarenakan sebanyak 67% responden yang tidak menggunakan obat nyamuk diketahui juga memiliki kebiasan keluar rumah pada malam hari. Sedangkan sebanyak 61% responden yang tidak menggunakan obat nyamuk diketahui tidak memakai kelambu saat tidur malam hari. Selain itu, sebagian besar (89%) responden yang tidak menggunakan obat nyamuk juga tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Santy et al. (2014) bahwa masyarakat yang tidak menggunakan obat nyamuk di Desa Sungai Ayak 3 berisiko 2,17 kali lebih besar dibandingkan dengan
83
masyarakat yang menggunakan obat anti nyamuk. Nurlette et al. (2012) juga menyatakan bahwa penggunaan obat nyamuk berhubungan dengan kejadian Malaria dengan p.value = 0,000. E. Hubungan antara Faktor Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 1.
Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk Tempat perindukan nyamuk merupakan tempat yang digunakan nyamuk untuk berkembangbiak. Tempat yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk antara lain ialah sungai yang jernih dengan aliran air perlahan, kolam dengan air jenih, mata air yang jernih, lagun, genangan atau cekungan air, sawah, saluran irigasi dengan aliran lambat danau, tambak ikan, tambak udang, pertambangan dan hutan bakau (Prabowo (2004) dan Hakim (2010)). Tempat perindukan nyamuk yang ditemukan di tempat penelitian antara lain ialah kolam, mata air, sungai, genangan air, cekungan air dan saluran irigasi yang lambat. Sedangkan tidak ditemukan keberadaan sawah, lagun danau, tambak ikan, tambak udang, pertambangan maupun hutan bakau. Hal tersebut dikarenakan Desa Selakambang merupakan daerah dataran tinggi dan bukan daerah penghasil tambang maupun tambak ikan ataupun udang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (66,7%) masyarakat yang menderita Malaria terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya. Pada saat penelitian dilakukan ditemukan sejumlah kolam ikan yang ada di sekitar rumah warga yang menjadi responden.
84
Diketahui 80% responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk juga memiliki pekerjaan yang tidak berisiko. Sebanyak 64,5% responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk juga keluar rumah dimalam hari. Selain itu, sebagian besar (85,4%) responden yang di sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk diketahui tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah. Uji statistik menunjukkan bahwa keberadaan tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian
Malaria di Desa
Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Walean et al. (2015) bahwa tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Kecamatan Touluan Kabupaten Minahasa Tenggara (p.value = 0,642). Santy et al. (2014) mendukung pernyataan tersebut bahwa perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria dengan p.value = 0,141. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tempat perindukan nyamuk berhubungan dengan kejadian Malaria. Hakim (2010) menjelaskan tempat perindukan nyamuk merupakan faktor risiko kejadian Malaria di Tasikmalaya, Ciamis, Garut dan Sukabumi. Ristadeli et al. (2013) juga menjelaskan bahwa masyarakat yang di sekitar rumahnya terdapat tempat perindukan nyamuk memiliki risiko 2,4 kali dibanding dengan masyarakat yang tidak terdapat terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya.
85
Hasil penelitian ini antara lain dapat dipengaruhi oleh mata pencaharian dan penggunaan sumber air oleh masyarakat setempat. Menurut data dari Balaidesa Selakambang diketahui selain beternak kambing masyarakat setempat juga memproduksi ikan berupa ikan bawal, sebanyak 550 orang di Desa Selakambang memiliki budidaya ikan bawal. Ikan tersebut dibudidayakan di kolam buatan, kolam – kolam yang ada ditempatkan didekat rumah dan merupakan kolam yang tenang. Keadaan kolam tersebut sangat memungkinkan untuk hidup nyamuk Anopheles, sp. Yunianto et al. (2009) menjelaskan bahwa di Desa Kendaga telah ditemukan kolam sebagai tempat perindukan nyamuk Anopheles, sp. Selain kolam, terdapat dua sungai yang melintasi Desa Selakambang. Berdasarkan data dari Balaidesa Selakambang diketahui sebanyak 1.781 keluarga memanfaatkan sungai sebagai sumber air utama mereka. Artinya, warga yang memanfaatkan sungai tersebut memiliki kontak lebih sering dengan nyamuk yang memungkinkan warga dapat tergigit oleh nyamuk di sekitarnya. 2.
Jarak Rumah dengan Tempat Perindukan Nyamuk Nyamuk diketahui memiliki kemampuan mencium bau makanan mereka hingga jarak 50 meter. Untuk itu, responden dengan rumah yang berjarak <50 meter dari tempat perindukan nyamuk memiliki risiko lebih tinggi untuk digigit oleh nyamuk (Syamsir, 2015). Kurniawan (2008) menjelaskan bahwa jarak tempat perindukan nyamuk berhubungan dengan kejadian Malaria.
86
Penelitian di Desa Selakambang ini menunjukkan bahwa jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian Malaria. Hakim et al. (2013), Kusdaryanto et al. (2005) dan Mofu (2013) mendukung hasil penelitian dengan menyampaikan bahwa jarak tempat perindukan nyamuk tidak berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk Anopheles, sp. Namun, pada rumah yang berjarak dekat dengan tempat perindukan nyamuk, ditemukan kepadatan nyamuk yang lebih besar dibandingkan pada jarak yang lebih jauh. Keberadaan genangan air yang mengandung jentik dan berada pada jarak <100 meter diketahui berisiko menyebabkan Malaria. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sarmi Kota yang tinggal di sekitar genangan air dalam jarak tersebut memiliki risiko 6,827 kali lebih besar menderita Malaria dibanding dengan masyarakat yang tinggal dalam jarak >100 meter (Imbiri et al., 2012). Jarak rumah dengan
tempat
perindukan
nyamuk
tidak
berhubungan dengan kejadian malaria dapat dipengaruhi oleh jarak terbang nyamuk ini dapat mencapai 2 – 3 Km sehingga dapat menentukan keberadaan nyamuk (Kusdaryanto et al., (2005), Handayani and Darwin (2006)). Selain itu, faktor iklim seperti suhu, kelembaban dan curah hujan juga berpengaruh terhadap perilaku nyamuk tersebut (Mardiana and Musadad, 2012). Hasil penelitian juga didukung dengan data bahwa semua responden yang menderita Malaria dan 94,1% masyarakat yang tidak menderita Malaria memiliki rumah dengan jarak yang dekat dengan
87
tempat perindukan nyamuk. Selain itu, diketahui sebagian besar (83,7%) responden yang rumahnya dekat dengan tempat perindukan nyamuk diketahui juga tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumahnya. Sebanyak 67,3% responden yang rumahnya dekat dengan tempat perindukan nyamuk tidak memakai kelambu saat tidur dimalam hari. 3.
Keberadaan Kandang Ternak Beternak
merupakan
salah
satu
pekerjaan
pokok
bagi
masyarakat Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Sebanyak 750 warga Desa Selakambang diketahui memiliki ternak dan dari jumlah tersebut ada beberapa rumah yang letaknya berada di sekitar kandang. Keberadaan kandang ternak ini dapat menjadi ancaman bagi masyarakat karena sebagian besar nyamuk mencari darah kandang ternak. Perilaku nyamuk dalam mencari makan berbeda antar spesies, diketahui Anopheles aconitus, Anopheles maculatus dan Anopheles barbirostris lebih suka terhadap darah hewan atau biasa disebut zoofilik. Sedangkan Anopheles sundaicus lebih suka dengan darah manusia (Hiswani (2004), Indriyati and Waris (2012)). Kandang ternak ditemukan sebagai tempat peristirahatan bagi nyamuk Anopheles aconitus dengan presentase jumlah nyamuk mencapai 60% (Handayani and Darwin, 2006). Jika terdapat kandang ternak di sekitar rumah, maka tidak menutup kemungkinan bahwa nyamuk yang mencari makan di kandang juga masuk kedalam rumah.
88
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% penderita Malaria terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya. Secara statistik, keberadaan kandang ternak ini memiliki hubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang
Kecamatan
Kaligondang
Kabupaten
Purbalingga.
Penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Hasyimi and Herawati (2012), Mulyono et al. (2013) dan Pamela (2009) bahwa kandang ternak berhubungan dengan kejadian malaria. Responden yang di sekitar rumahnya terdapat ternak memiliki risiko 1,64 kali lebih besar terkena malaria dibandingkan responden yang di sekitar rumahnya tidak ada ternak (Hasyimi, 2012). 4.
Jarak Rumah dengan Kandang Ternak Jarak kandang ternak dengan rumah dapat menentukan risiko penularan Malaria. Jarak ternak dengan rumah yang terlalu dekat dapat memudahkan nyamuk bertransmigrasi dari kandang hingga masuk ke rumah. Akibatnya, penghuni rumah tergigit oleh nyamuk dan dapat terserang Malaria (Kusdaryanto, 2005).. Hasil
penelitian
menyebutkan
bahwa
masyarakat
yang
menderita Malaria sebagian besar memiliki jarak yang dekat dengan kandang ternak dengan presentase 77,8%. Berdasarkan hasil uji statistik jarak rumah dengan kandang ternak tidak berhubungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang. Hal tersebut dapat dikarenakan sebagian besar (80,9%) responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak juga terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya. Sebanyak
89
70,2% responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak diketahui tidak memakai obat anti nyamuk saat tidur dimalam hari. Selain itu, sebanyak 85,1% responden yang jarak rumahnya dekat dengan kandang ternak juga tidak memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumahnya dan 55,3% tidak memakai kelambu. Hasil penelitian serupa juga disampaikan oleh Kusdaryanto et al. (2005) yang menjelaskan bahwa kandang ternak yang ditempatkan dengan jarak 10 meter hingga 20 meter tidak berhubungan dengan kepadatan nyamuk Anopheles aconitus. Namun, Pemeliharaan ternak ini juga merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah (Erdinal et al., 2006).
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2015, didapatkan hasil sebagai berikut: 1.
Kejadian
penyakit
Malaria
di
Desa
Selakambang
Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014 ialah sebanyak 8,7% dari 138 responden. 2.
Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan karakteristik demografi individu pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014: a.
Masyarakat yang menderita Malaria sebagian besar (58,3%) ialah kelompok dewasa dengan usia 25 – 45 tahun.
b.
Sebagian besar (66,7%) penderita Malaria pada penelitian ini ialah perempuan.
c.
Masyarakat yang menderita Malaria sebagian besar (58,3%) memiliki pekerjaan berisiko.
3.
Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan perilaku pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014:
90
91
a.
Sebagian besar (58,3%) masyarakat yang menderita Malaria dan 65,1% masyarakat yang tidak menderita Malaria keluar rumah pada malam hari.
b.
Sebanyak 16,7% penderita Malaria dan 70,6% masyarakat yang bukan penderita Malaria tidak menggunakan kelambu saat tidur dimalam hari.
c.
Terdapat 83,3% masyarakat yang menderita Malaria dan 84,9% masyarakat yang tidak menderita yang tidak memasang kasa anti nyamuk di rumahnya.
d.
Sebanyak 75% masyarakat yang menderita Malaria dan 72,2% masyarakat yang tidak menderita Malaria tidak menggunakan obat anti nyamuk saat tidur.
4.
Frekuensi kejadian Malaria berdasarkan faktor lingkungan pada masyarakat di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014: a.
Terdapat 66,7% penderita Malaria dan 81% masyarakat yang bukan penderita Malaria yang terdapat tempat perindukan nyamuk di sekitar rumahnya.
b.
Semua masyarakat yang menderita Malaria dan 94,1% masyarakat yang tidak menderita Malaria rumahnya berjarak dekat (<50 meter) dengan tempat perindukan nyamuk.
c.
Sebanyak 75% penderita Malaria dan 42,1% masyarakat yang tidak menderita Malaria terdapat kandang ternak di sekitar rumahnya.
92
d.
Sebanyak 77,8% masyarakat yang menderita Malaria dan 75,5% masyarakat yang tidak menderita Malaria rumahnya berjarak dekat (<10 meter) dengan kandang ternak.
5.
Hubungan antara karakteristik demografi individu dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014: a.
Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian Malaria. 1) Usia dewasa dengan remaja (p.value = 0,192). 2) Usia lansia dengan remaja (p.value = 0,066).
b.
Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Malaria (p.value = 0,761).
c.
Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian Malaria (p.value = 0,001).
6.
Hubungan antara karakteristik demografi individu perilaku masyarakat dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014: a.
Tidak terdapat hubungan antara keluar rumah pada malam hari dengan kejadian Malaria (p.value = 0,641).
b.
Terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian Malaria (p.value = 0,000).
c.
Tidak terdapat hubungan antara pemasangan kasa anti nyamuk dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
d.
Tidak terdapat hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
93
7.
Hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014: a.
Tidak terdapat hubungan antara keberadaan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian Malaria (p.value = 0,263).
b.
Tidak terdapat hubungan antara jarak rumah dengan tempat perindukan nyamuk dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
c.
Terdapat hubungan antara keberadaan kandang ternak dengan kejadian Malaria (p.value = 0,035).
d.
Tidak terdapat hubungan antara jarak rumah dengan kandang ternak dengan kejadian Malaria (p.value = 1,000).
B. Saran 1.
Peneliti Selanjutnya a.
Memperbanyak sampel penelitian agar didapatkan data yang lebih baik dan terjaring lebih banyak penderita Malaria.
b.
Menggunakan meteran atau teknologi lain untuk mengukur variabel jarak sehingga data yang didapat lebih jelas.
c.
Memperbanyak referensi terkait pembahasan di setiap variabel sehingga dapat memperkaya informasi kepada pembaca.
2.
Masyarakat Desa Selakambang a.
Selalu menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang saat malam hari yakni pukul 18.00 – 06.00 WIB terutama jika akan keluar rumah.
b.
Selalu menggunakan obat anti nyamuk saat malam hari.
94
c.
Selalu menggunakan kelambu saat tidur dimalam hari, disarankan memakai kelambu yang berinsektisida.
d.
Memasang kelambu dengan dimasukkan kedalam kasur sebelum pukul 21.00 WIB dan dipakai setiap hari.
e.
Memasang kasa anti nyamuk pada setiap ventilasi rumah.
f.
Mengubur dan membersihkan tempat – tempat yang dapat dijadikan sebagai tempat perindukan nyamuk seperti genangan air, cekungan air, dsb.
g.
Membersihkan dan merapikan lingkungan rumah yang dapat dijadikan sebagai tempat peristirahatan nyamuk seperti timbunan dedaunan, cekungan yang tertutup tumbuhan dan lubang yang lembab.
h.
Memindahkan kandang ternak agar tidak terlalu dekat dengan rumah yakni sejauh 10 meter. Ternak ditempatkan sebelum tempat perindukan nyamuk sehingga kandang ternak dapat dijadikan perlindungan bukan menjadi risiko terkena Malaria.
3.
Puskesmas Kaligondang a.
Mensosialisasikan secara rutin mengenai perilaku pencegahan penyakit Malaria bagi masyarakat setempat.
b.
Sasaran sosialisasi terkait perilaku pencegahan tersebut difokuskan kepada masyarakat yang memiliki pekerjaan berisiko seperti penyadap
nira
pohon
kelapa,
peternak,
berkebun/bertani dan pembuat gula jawa.
masyarakat
yang
95
c.
Menyertakan penyuluhan terkait penggunaan kelambu yang baik dan benar saat pembagian kelambu berinsektisida sehingga kelambu dapat dijadikan alat pencegahan yang efektif.
d.
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah terutama sampah daun – daunan didekat rumah karena dapat dijadikan tempat peristirahatan nyamuk.
e.
Memberikan pelatihan pembuatan kompos agar masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan dan sampah organik di sekitar rumahnya agar lingkungan bersih dan tumbuhan di sekitar rumah tidak dijadikan tempat peristirahatan nyamuk.
f.
Memberikan penyuluhan khusus kepada masyarakat yang memiliki ternak agar menempatkan kandang ternaknya 10 meter jauhnya dari pemukiman serta ditempatkan diantara pemukiman dan tempat perindukan nyamuk seperti sungai atau mata air. Kandang ternak yang ditempatkan dengan teknik tersebut dapat dijadikan umpan untuk nyamuk sehingga dapat meminimalisir nyamuk yang terbang masuk kedalam pemukiman.
4.
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga a.
Mengalokasikan dana lebih banyak untuk penyediaan kelambu berinsektisida.
b.
Memfokuskan program dan kebijakan pada perlindungan pekerja yang bekerja diluar rumah hingga larut malam. Kebijakan yang dapat dibuat antara lain ialah larangan menggunakan baju dan celana
96
pendek setelah pukul 18.00 WIB. Penerapan kebijakan tersebut dapat dibantu oleh perangkat setempat untuk selalu menegur, menginformasikan gambaran dampak negatif akibat memakai pakaian terbuka dan menasehati agar masyarakat dapat terbiasa. c.
Memberikan fasilitas dan sumber daya manusia untuk pelatihan pembuatan kompos agar masyarakat dapat memanfaatkan tumbuhan dan sampah organik di sekitar rumahnya untuk dijadikan barang yang bernilai ekonomi. Sehingga tidak dijadikan sebagai tempat peristirahatan nyamuk.
d.
Mengajak semua masyarakat yang memiliki ternak untuk bergabung dengan kelompok ternak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Purbalingga. Rekayasa
ternak
yang
baik
idealnya
ditempatkan
diantara
pemukiman dan tempat perindukan nyamuk dengan jarak 10 meter dari pemukiman.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U. F. 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Jakarta, PT. Kompas Media Nusantara. Ambarita, L. P., et al. 2011. Beberapa Aspek Bionomik Anopheles Maculatus dan Anopheles Leucosphyrus di Perkebunan Kopi Daerah Endemis Malaria Kabupaten OKU Selatan. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 10 No. 4, 10. AMCA. 2014. Life Cycle [Online]. Mount Laurel: American Mosquito Control Association. Available: www.mosquito.org/life-cycle [Accessed 20 Maret 2014 2015]. Anies
2006. Manajemen Berbasis Lingkungan: Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo.
Anjasmoro, R. 2013. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2. Arsin, A. A. 2012. Malaria di Indonesia: Tinjauan Aspek Epidemiologi, Makasar, MASAGENA PRESS. Arsin, A. A., Nasir, M. & Nawi, R. 2013. Hubungan Penggunaan Kelambu Berinsektisida dengan Kejadian Malaria di Kabupaten Halmahera Timur. Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia, Vol. 1 No. 3 6. Asa, P. E., Umboh, J. M. L. & Pangemanan, J. 2015. Pengaruh Penggunaan Kelambu, Repellent, Bahan Anti Nyamuk dan Kebiasaan Keluar Rumah Malam Hari Terhadap Kejadian Malaria di Desa Lobu dan Lobu II Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2013. Jurnal Media Kesehatan, Vol.3, 7. Azis, P. A. 2013. Survei Malariometrik di Kelurahan Kalumata Kecamatan Kota Ternate Selatan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara Tahun 2013. S1, Universitas Sam Ratulangi. Bagaray, E. F., Umboh, J. M. L. & Kawatu, P. A. T. 2015. Hubungan antara Faktor - Faktor Risiko dengan Kejadian Malaria di Kecamatan KEI Besar Kabupaten Maluku Tenggara Provinsi Maluku. Jurnal Media Kesehatan, Vol. 3, 7. Boelee, E., Konradsen, F. & Hoek, W. V. D. 2002. Malaria in Irrigated Agriculture, South Africa, Clifford Mutero, International Water Management Institute.
97
98
Budiyanto, A. 2011. Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Malaria di Daerah Endemis di Kabupaten OKU. Jurnal Pembangunan Manusia, Vol. 5, 10. CDC. 2015. Malaria [Online]. Atlanta, Georgia: Centers for Disease Control and Prevention. Available: http://www.cdc.gov/malaria/ [Accessed 04 Februari 2015 2015]. Chandra, B. 2009. Ilmu Kedokteran dan Komunitas, Jakarta, EGC. DEPKES 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. DEPKES 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta, Departemen Kesehatan RI. DINKES 2012. Profil Jawa Tengah Tahun 2012, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. DKK 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Purbalingga Tahun 2013, Purbalingga, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purbalingga. Erdinal, Susanna, D. & Wulandari, R. A. 2006. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah, Kabupaten Kampar, 2005/2006. Jurnal Makara, Kesehatan, Vol. 10, 7. Ernawati, K., et al. 2011. Hubungan Faktor Risiko Individu dan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria di Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Indonesia 2010. Jurnal Makara, Kesehatan, 15, 7. Friaraiyatini, Keman, S. & Yudhastuti, R. 2006. Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2 No. 2, 9. Hakim, L. 2010. Faktor Risiko Penularan Malaria di Jawa Barat (Kajian Epidemiologi tentang Vektor, Parasit Plasmodium dan Lingkungan Sebagai Faktor Risiko Kesehatan Malaria). Jurnal Aspirator, Vol. 1, 10. Hakim, L., et al. 2013. Hubungan Keberadaan Pekerja Migrasi Ke Daerah Endemis Malaria dan Jarak Ke Tempat Perkembangbiakan Vektor dengan Keberadaan Parasit Malaria. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 12 No. 1, 7. Handayani, F. D. & Darwin, A. 2006. Habitat Istirahat Vektor Malaria di Daerah Endemis Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 5 No. 2, 10. Hasyimi, M. & Herawati, M. H. 2012. Hubungan Faktor Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Timur Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2010). Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 11 No 1, 9.
99
Hiswani 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria. Medan: Universitas Sumatera Utara. Ikawati, B., Yunianto, B. & D, R. A. P. 2010. Efektifitas Pemakaian Kelambu Berinsektisida di Desa Endemis Malaria di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Balaba, Vol. 6 No. 2, 6. Imbiri, J. K., Suhartono & Nurjazuli 2012. Analisis Faktor Risiko Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Sarmi Kota, Kabupaten Sarmi Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11 No. 2, 8. Indriyati, L. & Waris, L. 2012. Epidemiologi Malaria di Daerah Pedalaman Nunukan. Jurnal Buski, Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang, Vol. 4, 6. Jamison, D. T., et al. 2006. Disease adn Mortality in Sub-Saharan Africa, Washington, DC, The World Bank. Jane, D., Rattu, J. & Rombot, D. 2015. Hubungan antara Faktor Lingkungan dengan Kejadian Penyakit Malaria Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Media Kesehatan, Vol. 3, 6. Kalangie, F., Rombot, D. V. & Kawatu, P. A. T. 2015. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Media Kesehatan, Vol. 3, 7. KEMENKES 2011. Buku Saku Menuju Eliminasi Malaria, Jakarta, Direktorat PPBB, Ditjen PP dan PL. KEMENKES 2012. Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2011, Jakarta, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. KEMENKES 2013. Riset Kesehatan Dasar Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. KEMENKES 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013, Jakarta, Kementerian Kesehatan RI. Kodongan, M., Rombot, D. V. & Malonda, N. S. H. 2015. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Ranoketang Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Media Kesehatan, Vol. 13, 5. Komariah, Pratita, S. & Malaka, T. 2010. Pengendalian Vektor. Jurnal Kesehatan Bina Husada, Vol. 6 No. 1, 10. Kurniawan, J. 2008. Analisis Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku Penduduk Terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Asmat Tahun 2008. Universitas Diponegoro.
100
Kusdaryanto, B. H., Hadisaputro, S. & Setiawan, H. 2005. Kandang Ternak dan Lingkungan Kaitannya dengan Kepadatan Vektor Anopheles aconitus di Daerah Endemis Malaria (Studi Kasus di Kabupaten Jepara). UNDIP Semarang. Lemeshow, S., et al. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Marcus, B. 2009. Malaria, New York, Chelsea House. Mardiana & Musadad, D. A. 2012. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Insiden Malaria di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dan Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol. 11 No. 1, 11. Media, Y., Trinabasilih & Sofyan, S. 2011. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Kaitannya dengan Penularan dan Pencegahan Malaria di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Ekologi Kesehatanx, Vol. 10 No. 3, 8. Mofu, R. M. 2013. Hubungan Lingkungan Fisik, Kimia dan Biologi dengan Kepadatan Vektor Anopheles di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 12 No. 2, 7. Mulyono, A., et al. 2013. Hubungan Keberadaan Ternak dan Lokasi Pemeliharaan Ternak Terhadap Kasus Malaria di Provinsi NTT (Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007). Jurnal Vektora, Vol. 5, 5. Natadisastra, D. & Agoes, R. 2009. Parasitologi Kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang diserang, Jakarta, EGC. NIAD 2007. Understanding Malaria Fighting an Ancient Scourage, National Institute of Allergy and Infectious Disease, U.S. Department of Health and Human Services. Nisa, H. 2007. Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, UIN Jakarta Press. Nurbayani, L. 2013. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong I Kabupaten Jepara. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 2, 10. Nurfitrianah, R., Ishak, H. & Ane, R. L. 2015. Analisis Faktor Risiko Lingkungan Terhadap Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Durikumba Kecamatan Karossa Kabupaten Mamuju. Jurnal Media Kesehatan. Nurlette, F. R., Ishak, H. & Manyullei, S. 2012. Hubungan Upaya Masyarakat Menghindari Keterpaparan Nyamuk dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Rijali Kecamatan Sirimau Kota Ambon Tahun 2012. 11. Pamela, A. A. 2009. Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah dengan Kejadian Malaria di Desa Ketosar Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. S1, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Prabowo, A. 2004. Malaria: Mencegah dan Mengatasinya.
101
Ristadeli, T., Suhartono & Suwondo, A. 2013. Beberapa Faktor Risiko Lingkungan yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Nanga Ella Hilir Kabupaten Melawi Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 12 No. 1, 6. Rooroh, R. M. 2013. Hubungan Antara Keluar Malam dan Pengetahuan tentang Malaria Pada Masyarakat di Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013. Jurnal Media Kesehatan, 7. Sagay, A. R., Rattu, J. A. M. & Tarumingkeng, A. A. 2015. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Media Kesehatan, Vol. 3, 7. Saikhu, A. 2011. Faktor Risiko Lingkungan dan Perilaku yang Mempengaruhi Kejadian Kesakitan Malaria di Propinsi Sumatera Selatan (Analisis Lanjut Data Riset Kesehatan Dasar 2007). Jurnal Aspirator, Vol. 3 No. 1, 10. Salim, M., Suhartono & W, N. E. 2012. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Kecamatan Mandor Kabupaten Landak Propinsi Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11 No. 2, 6. Samarang, Anastasia, H., N, M. A. & Maksud, M. 2007. Survei Malaria di Wilayah Puskesmas Singgani Kota Palu Sulawesi Tengah Tahun 2005. Jurnal Vektor Penyakit, Vol. 1 No. 1, 6. Santy, Fitriangga, A. & Natalia, D. 2014. Hubungan Faktor Individu dan Lingkungan dengan Kejadian Malaria di Desa Sungai Ayak 3 Kecamatan Belitang Hilir Kabupaten Sekadau. eJK, Vol. 2 No, 1, 8. Service, M. W. 1989. Demography and vector-borne diseases, Florida, CRC Press. Sibala, R., Ishak, H. & Indar. 2013. Faktor Risiko Kejadian Malaria di Kabupaten Toraja Utara. S1, Universitas Hasanudin. Sinha, A. K. 2005. Malaria, New Delhi, S. B. Nangia. Suhardiono 2005. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Insiden Penyakit Malaria di Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan Tahun 2005. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia, Vol. 1, 13. Sulistiani, N. E. 2012. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Kokap 2 Kabupaten Kulon Progo Provinsi Yogyakarta Tahun 2012. S1, Universitas Indonesia. Suroso, H., Hakim, A. & Noor, I. 2014. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Jurnal Wacana, Vol. 17 No.1, 9.
102
Syahrain, S. W., Kapantow, N. H. & Joseph, W. B. S. 2015. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado Tahun 2014. Jurnal Media Kesehatan, 8. Syamsir. 2015. Penyebab Nyamuk Memilih Korbannya [Online]. Bengkulu: Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. Available: http://dinkes.bengkuluprov.go.id/ver1/index.php/agenda/8-umum/117jenis-jenis-dan-gambar-nyamuk-yang-sering-dijumpai [Accessed 23 Oktober 2015 2015]. Tallane, F., Arsin, A. A. & Daud, A. 2013. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Relaps Malaria di Kabupaten Sorong Tahun 2013. Tjay, T. H. & Rahardja, K. 2007. Obat - obat Penting, Jakarta, PT. Elex Media. UNICEF. 2000. The Prescriber. Malaria Prevention and Treatment [Online]. Wahab, A. S. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Jakarta, EGC. Walean, S. K., Kekenusa, J. M. & Loho, H. 2015. Hubungan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Malaria di Desa Ranoketang Atas dan Desa Toundanouw Kecamatan Touluaan Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Media Kesehatan, 8. WHO 2014. World Malaria Report 2014, Switzerland, World Health Organization. WHO. 2015. Malaria [Online]. Available: http://www.who.int/topics/malaria/en/ [Accessed 02 Februari 2015]. Winardi, E. 2004. Faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di kecamatan Selebar kota Bengkulu tahun 2004. Skripsi, Universitas Indonesia. Yawan, S. F. 2006. Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Bosnik Kecamatan Biak Timur Kabupaten Biak - Numfor Papua. Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro Semarang. Yunianto, B., Ikawati, B. & Sunaryo 2009. Studi Ekologi Anopheles balabacensis di Daerah dengan atau Tanpa Kebun Salak di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Balaba, Vol. 5 No. 02, 6. Zhou, X.-N., Kramer, R. & Yang, W.-Z. 2014. Advances in Parasitology, Oxford, Academic Press.
LAMPIRAN
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014 SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Ika Nur Atikoh
NIM
: 1111101000138
Program Studi
: Kesehatan Masyarakat
Asal Institusi
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri untuk menjadi responden pada penelitian saya untuk penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Malaria di Desa Selakambang Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga Tahun 2014”. Berikut terlampir kuesioner untuk diisi oleh Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, lingkari pada jawaban yang sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Semua jawaban yang diberikan tidak ada yang salah dan hanya digunakan untuk keperluan penyusunan skripsi. Jawaban tidak akan mempengaruhi keberadaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dan akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Atas kesediaan dan perhatian Bapak/Ibu/Sdr/Sdri, saya ucapkan terimakasih.
Kaligondang, Mahasiswa
Responden
Ika Nur Atikoh
(.................................................)
Juli 2015
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014 KUESIONER PENELITIAN KODE NO.
PERTANYAAN
JAWABAN
(diisi oleh petugas)
A. IDENTITAS RESPONDEN A1
Nama
A2
Usia
A3
Alamat rumah
A4 A5 A6 A7 A8
Jenis kelamin Sedang hamil (Pr) Status kawin Lama tinggal di desa Pendidikan terakhir
RT.......... RW............. 0. Laki-laki 1. Perempuan 0. Ya 1. Tidak 0. Belum menikah 1. Menikah 2. Janda/duda 0. < 1 tahun 1. > 1 tahun 0. Belum pernah sekolah 3. Tamat SMP/sederajat 1. Tidak lulus SD 4. Tamat SMA/sederajat 2. Tamat SD 5. Tamat Perguruan Tinggi
B. RIWAYAT MALARIA B1 Apakah Anda tahu penyakit malaria? 0. Ya 1. Tidak B2 Apakah dalam sebulan ini Anda pernah mengalami gejala berupa demam secara berkala, menggigil, sakit kepala dan sering disertai diare? 0. Ya 1. Tidak B3 Apakah Anda pernah didiagnosa oleh dokter, tenaga kesehatan atau positif terkena malaria? 0. Ya 1. Tidak B4 Tahun berapa Anda didiagnosa oleh dokter atau tenaga kesehatan positif terkena malaria? [ ...................] C. FAKTOR RISIKO C1 Apakah Anda tinggal bersama penderita malaria? 0. Ya 1. Tidak C2 Apakah Anda pernah pergi ke luar daerah? 0. Ya 1. Tidak C3 Jika ya, apa nama nama daerah tersebut?
C4
C5 C6
C7
C8
................................................ Apa pekerjaan Anda saat ini? (jawaban boleh lebih dari satu) 0. Pelajar/Mahasiswa 7. Wiraswasta 1. Penebang kayu 8. TNI/POLRI 2. Penyadap nira pohon kelapa 9. Pedagang 3. Peternak 10. Ibu rumah tangga 4. Berkebun/bertani 11. Tidak bekerja 5. Pembuat gula jawa 12. Lain-lain, sebutkan .................................... 6. PNS Sudah berapa lama Anda melakukan pekerjaan tersebut? 0. > 1 tahun 1. < 1 tahun Apa pekerjaan Anda sebelumnya? ................................................ Apakah pekerjaan Anda mengharuskan Anda untuk keluar ruangan saat petang, malam hari atau menjelang subuh? 0. Ya 1. Tidak Jika ya, berapa hari dalam seminggu? ................................................
A4 [ A5 [ A6 [ A7 [ A8 [
] ] ] ] ]
B1 [ ] B2 [ ]
B3 [ ] B4 [ ]
C1 [
]
C2 [
]
C3 [
]
C4 [
]
C5 [
]
C6 [
]
C7 [
]
C8 [
]
D. PERILAKU D1 Jika di rumah, apakah Anda keluar rumah saat petang, malam hari atau dini hari menjelang subuh? 0. Ya 1. Tidak D2 Jika ya, berapa hari dalam seminggu?
D3 D4
................................................ Apakah Anda memakai kelambu saat tidur di malam hari? 0. Ya 1. Tidak Jika ya, berapa hari dalam seminggu?
................................................ Apakah Anda memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi rumah? 0. Ya 1. Tidak D6 Apakah Anda menggunakan obat anti nyamuk saat tidur? 0. Ya 1. Tidak D7 Jika ya, berapa hari dalam seminggu? ................................................ E. LINGKUNGAN E1 Apakah disekitar rumah anda terdapat: (jawaban boleh lebih dari satu) a. Sungai b. Kolam c. Mata air d. Genangan air e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam) f. Sawah g. Saluran irigasi E2 Apakah jarak rumah anda dekat dengan: a. Sungai 0. Ya 1. Tidak b. Kolam 0. Ya 1. Tidak c. Mata air 0. Ya 1. Tidak d. Genangan air 0. Ya 1. Tidak e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam) 0. Ya 1. Tidak f. Sawah 0. Ya 1. Tidak g. Saluran irigasi 0. Ya 1. Tidak E3 Berapa meter jarak rumah Anda dengan: (di ukur dalam meter) a. Sungai [............... meter] b. Kolam [............... meter] c. Mata air [............... meter] d. Genangan air [............... meter] e. Cekungan air (contoh: bekas galian, bekas kolam) [............... meter] f. Sawah [............... meter] g. Saluran irigasi [............... meter] E4 Apakah terdapat kandang sapi, kerbau atau kambing disekitar rumah Anda? 0. Ya 1. Tidak E5 Berapa meter jarak antara rumah Anda dengan kandang sapi atau kambing tersebut? (di ukur dalam meter) D5
[............... meter]
D1 [
]
D2 [
]
D3 [
]
D4 [
]
D5 [
]
D6 [
]
D7 [
]
E1a [ E1b [ E1c [ E1d [ E1e [ E1f [ E1g [
] ] ] ] ] ] ]
E2a [ ] E2b [ ] E2c [ ] E2d [ ] E2e [ ] E2f [
]
E2g [
]
E3a [ ] E3b [ ] E3c [ ] E3d [ ] E3e [ ] E3f [ ] E3g [ ] E4 [ ] E5 [ ]
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MALARIA DI DESA SELAKAMBANG KECAMATAN KALIGONDANG KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2014
LEMBAR OBSERVASI
Nama
Kasa Nyamuk
Variabel Tempat Perindukan Nyamuk
Kandang Ternak
Validitas Correlations
Correlations c4 c4
d1
e5
skortotal
.131
-.071
-.087
.140
.169
.224
.035
.341
.329
.758
.941
.420
.675
.594
.470
.000
40
40
21
40
13
40
40
12
40
37
40
29
40
Pearson Correlation
.222
1
-.393
.019
.132
.271
.076
-.504
-.081
-.150
-.025
.098
.337
Sig. (2-tailed)
.169
.078
.909
.667
.091
.639
.095
.620
.376
.877
.614
.033
1
.631
**
*
40
40
21
40
13
40
40
12
40
37
40
29
40
-.277
-.393
1
.500
*
.387
.153
.322
.343
.237
.205
.113
.103
.306
.224
.078
.021
.448
.507
.155
.405
.300
.399
.627
.715
.042
21
21
21
21
6
21
21
8
21
19
21
15
21
*
.019
.500
*
1
.
a
.005
.012
-.096
**
.065
-.170
.247
.035
.909
.021
.000
.975
.943
.767
.009
.700
.293
.196
.004
40
40
21
40
13
40
40
12
40
37
40
29
40
-.287
.132
.387
a
1
.341
.258
-.711
.030
.045
.322
-.344
.331
.341
.667
.448
.000
.254
.395
.289
.923
.902
.283
.403
.029
13
13
6
13
13
13
13
4
13
10
13
8
13
-.158
.271
.153
.005
.341
1
.021
-.286
.081
.011
-.037
.183
.582
.329
.091
.507
.975
.254
.899
.368
.619
.947
.820
.343
.047
40
40
21
40
13
40
40
12
40
37
40
29
40
-.050
.076
.322
.012
.258
.021
1
.
a
-.021
.107
-.086
-.086
.337
.758
.639
.155
.943
.395
.899
.000
.899
.528
.600
.656
.033
40
40
21
40
13
40
40
12
40
37
40
29
40
Pearson Correlation
.024
-.504
.343
-.096
-.711
-.286
a
1
.286
.136
.455
.550
Sig. (2-tailed)
.941
.095
.405
.767
.289
.368
.000
.368
.691
.137
.158
.003
12
12
8
12
4
12
12
12
12
11
12
8
12
Pearson Correlation
.131
-.081
.237
**
.030
.081
-.021
.286
1
.
Sig. (2-tailed)
.420
.620
.300
.009
.923
.619
.899
.368
40
40
21
40
13
40
40
12
-.071
-.150
.205
.065
.045
.011
.107
.136
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N
N e3
e4
.024
Sig. (2-tailed)
e1
e3
-.050
N
d7
e1
-.158
Sig. (2-tailed)
d6
d7
-.287
N
d5
d7
*
Sig. (2-tailed)
d4
d5
-.335
N
d3
d4
-.277
N
d2
d3
.222
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
d1
d2
Pearson Correlation
-.335
.
-.410
.
-.410
a
.462
**
.
a
.440
.778
*
**
*
*
*
**
.382
*
.000
.003
.000
.015
40
37
40
29
40
a
1
.026
-.330
.305
.
*
Sig. (2-tailed)
.675
.376
.399
.700
.902
.947
.528
.691
.000
37
37
19
37
10
37
37
11
37
-.087
-.025
.113
-.170
.322
-.037
-.086
.455
.594
.877
.627
.293
.283
.820
.600
40
40
21
40
13
40
Pearson Correlation
.140
.098
.103
.247
-.344
Sig. (2-tailed)
.470
.614
.715
.196
29
29
15
29
N e4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
e5
N skortotal
Pearson Correlation
.631
Sig. (2-tailed) N
**
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 40
100.0
0
.0
40
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
a
N of Items .806
12
.306
*
.440
**
.041
37
37
29
37
**
.026
1
.
.137
.003
.879
40
12
40
37
.183
-.086
.550
a
-.330
.403
.343
.656
.158
.000
.081
.000
8
29
29
8
29
29
29
.331
*
.582
*
.337
*
.778
**
.462
.
.382
*
.305
*
a
.364
*
.000
.034
40
29
40
a
1
.409
.
.364
*
*
.033 29
29
*
1
.409
.033
.042
.004
.029
.047
.033
.003
.015
.041
.034
.033
40
40
21
40
13
40
40
12
40
37
40
29
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
[DataSet2]
*
.081
.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability
.337
.879
40
Lampiran Output Bivariat Case Processing Summary Cases Valid N usiapas * malaria jeniskelamin * malaria pekerjaan1 * malaria keluarrumah1 * malaria kelambu1 * malaria kasa1 * malaria obatnyamuk1 * malaria tpn1 * malaria jaraktpn1 * malaria ternak1 * malaria jarakternak1 * malaria
Missing
Percent
138 138 138 138 138 138 138 138 110 138 62
N
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 79.7% 100.0% 44.9%
Total
Percent 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 76
N
Percent
.0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% .0% 20.3% .0% 55.1%
138 138 138 138 138 138 138 138 138 138 138
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
tidak
Total
usiapas * malaria Crosstabulation malaria ya usiapas
dewasa
Count % within malaria
remaja
7
72
79
100.0%
74.2%
76.0%
0
25
25
.0%
25.8%
24.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
7
97
104
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
a
1
.123
1.173
1
.279
4.007
1
.045
2.375 b
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b N of Valid Cases
Exact Sig. (1sided)
.192 2.352
1
.125
104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68. b. Computed only for a 2x2 table
.136
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
.911
Upper
.851
.976
104
usiapas * malaria Crosstabulation malaria ya usiapas
remaja
tidak
Count
0
25
25
.0%
46.3%
42.4%
5
29
34
100.0%
53.7%
57.6%
% within malaria lansia
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
5
54
59
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.045
2.345
1
.126
5.850
1
.016
4.017 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.066
Linear-by-Linear Association
3.949
b
N of Valid Cases
1
.047
59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
1.172
Upper
1.020
1.348
59
jeniskelamin * malaria Crosstab malaria ya jeniskelamin
Laki - laki
Count % within malaria
Perempuan
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
tidak
Total
4
53
57
33.3%
42.1%
41.3%
8
73
81
66.7%
57.9%
58.7%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Exact Sig. (1sided)
.056
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.557
.078
1
.779
.352
1
.553
.344 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.761
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.342
1
Exact Sig. (1sided)
.396
.559
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for jeniskelamin (Laki - laki / Perempuan) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.689
.197
2.407
.711 1.032
.225 .932
2.247 1.142
138
pekerjaan1 * malaria Crosstab malaria ya pekerjaan1
berisiko
Count % within malaria
tidak
% within malaria
22
29
58.3%
17.5%
21.0%
5
104
109
41.7%
82.5%
79.0%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
7
Count
Total
tidak
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.001
8.703
1
.003
8.901
1
.003
11.028 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
.003 10.948
1
.001
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,52. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.003
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pekerjaan1 (berisiko / tidak) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
6.618
1.922
22.787
5.262 .795
1.801 .645
15.373 .980
138
keluarrumah1 * malaria Crosstab malaria ya keluarrumah1
ya
tidak
Count
82
89
58.3%
65.1%
64.5%
5
44
49
41.7%
34.9%
35.5%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
% within malaria tidak
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
7
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.641
.023
1
.880
.213
1
.644
.218 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
.754
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.216
1
.642
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for keluarrumah1 (ya / tidak) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.751
.225
2.506
.771 1.026
.258 .917
2.300 1.148
138
Exact Sig. (1sided)
.430
kelambu1 * malaria Crosstab malaria ya kelambu1
tidak
tidak
Count % within malaria
ya
2
89
91
16.7%
70.6%
65.9%
10
37
47
83.3%
29.4%
34.1%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.000
11.908
1
.001
13.660
1
.000
14.209 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
14.106
b
N of Valid Cases
1
.000
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,09. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kelambu1 (tidak / ya) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.083
.017
.398
.103 1.242
.024 1.067
.452 1.446
138
kasa1 * malaria Crosstab malaria ya kasa1
tidak
Count % within malaria
ya
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
tidak
Total
10
107
117
83.3%
84.9%
84.8%
2
19
21
16.7%
15.1%
15.2%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Exact Sig. (1sided)
.000
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.884
.000
1
1.000
.021
1
.885
.021 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.021
b
N of Valid Cases
1
Exact Sig. (1sided)
.575
.884
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,83. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kasa1 (tidak / ya) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.888
.180
4.374
.897 1.011
.211 .871
3.808 1.174
138
obatnyamuk1 * malaria Crosstab malaria ya obatnyamuk1
tidak
Count % within malaria
ya Total
91
100
75.0%
72.2%
72.5%
3
35
38
25.0%
27.8%
27.5%
Count % within malaria
Total
9
Count % within malaria
tidak
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.837
.000
1
1.000
.043
1
.835
.042 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
1.000 .042
1
.838
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,30. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.569
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for obatnyamuk1 (tidak / ya) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
1.154
.295
4.512
1.140 .988
.326 .884
3.987 1.105
138
tpn1 * malaria Crosstab malaria ya tpn1
ya
Count % within malaria
tidak
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
tidak
Total
8
102
110
66.7%
81.0%
79.7%
4
24
28
33.3%
19.0%
20.3%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.240
.640
1
.424
1.235
1
.267
1.383 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
.263
Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
1.373
1
.241
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,43. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for tpn1 (ya / tidak) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.471
.131
1.692
.509 1.082
.165 .922
1.570 1.270
138
Exact Sig. (1sided)
.205
jaraktpn1 * malaria Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.480
.000
1
1.000
.933
1
.334
.498 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Exact Sig. (2sided)
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.493
b
N of Valid Cases
1
Exact Sig. (1sided)
.629
.482
110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
.923
Upper
.873
.976
110
ternak1 * malaria Crosstab malaria ya ternak1
ya
Count % within malaria
tidak Total
9
53
62
42.1%
44.9%
3
73
76
25.0%
57.9%
55.1%
Count % within malaria
Total
75.0%
Count % within malaria
tidak
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.028
3.565
1
.059
4.905
1
.027
4.804 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
.035 4.769
1
.029
138
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,39. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1sided)
.029
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for ternak1 (ya / tidak) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
4.132
1.067
15.998
3.677 .890
1.040 .795
13.002 .996
138
jarakternak1 * malaria Crosstab malaria ya jarakternak1
dekat
Count % within malaria
jauh
tidak 7
40
47
77.8%
75.5%
75.8%
2
13
15
22.2%
24.5%
24.2%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
9
53
62
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
a
1
.881
.000
1
1.000
.023
1
.880
.022 b
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2sided)
df
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2sided)
1.000
Linear-by-Linear Association
.022
b
N of Valid Cases
1
.882
62
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,18. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for jarakternak1 (dekat / jauh) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
1.138
.210
6.174
1.117 .982
.259 .779
4.810 1.238
62
Exact Sig. (1sided)
.625
Crosstabs Antar Variabel Case Processing Summary Cases Valid N usia4 * malaria
Missing Percent
59
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 59
100.0%
usia4 * malaria Crosstabulation malaria ya usia4
0
tidak
Count % within malaria
1
5
29
34
100.0%
53.7%
57.6%
0
25
25
.0%
46.3%
42.4%
5
54
59
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
Crosstab malaria ya jaraktpn1
dekat
Count % within malaria
jauh
96
104
100.0%
94.1%
94.5%
0
6
6
.0%
5.9%
5.5%
8
102
110
100.0%
100.0%
100.0%
% within malaria Count % within malaria
Total
8
Count
Total
tidak
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.045
2.345
1
.126
5.850
1
.016
4.017 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
.066 3.949
1
.047
.056
b
N of Valid Cases
59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort malaria = tidak
Lower
.853
N of Valid Cases
Upper
.742
.981
59
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N usiapas * malaria
Missing Percent
104
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 104
100.0%
usiapas * malaria Crosstabulation malaria ya usiapas
dewasa
tidak
Count % within malaria
remaja
7
72
79
100.0%
74.2%
76.0%
0
25
25
.0%
25.8%
24.0%
7
97
104
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.123
1.173
1
.279
4.007
1
.045
2.375 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.192 2.352
1
.125
104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68. b. Computed only for a 2x2 table
.136
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
For cohort malaria = tidak
.911
N of Valid Cases
104
Upper
.851
.976
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N usia2 * malaria
Missing Percent
104
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 104
100.0%
usia2 * malaria Crosstabulation malaria ya usia2
Remaja
Count
25
25
.0%
25.8%
24.0%
7
72
79
100.0%
74.2%
76.0%
7
97
104
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
0
% within malaria dewasa
tidak
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.123
1.173
1
.279
4.007
1
.045
2.375 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.192 2.352
1
.125
104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68. b. Computed only for a 2x2 table
.136
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort malaria = tidak
Lower
1.097
N of Valid Cases
Upper
1.024
1.175
104
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N usiapas * malaria
Missing Percent
59
N
Total
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
59
100.0%
usiapas * malaria Crosstabulation malaria ya usiapas
remaja
Count
25
25
.0%
46.3%
42.4%
5
29
34
100.0%
53.7%
57.6%
5
54
59
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
0
% within malaria lansia
tidak
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.045
2.345
1
.126
5.850
1
.016
4.017 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.066 3.949
1
.047
59
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12. b. Computed only for a 2x2 table
.056
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort malaria = tidak
Lower
1.172
N of Valid Cases
Upper
1.020
1.348
59
Case Processing Summary Cases Valid N usiapas * malaria
Missing Percent
104
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 104
100.0%
usiapas * malaria Crosstabulation malaria ya usiapas
dewasa
tidak
Count % within malaria
remaja
7
72
79
100.0%
74.2%
76.0%
0
25
25
.0%
25.8%
24.0%
7
97
104
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.123
1.173
1
.279
4.007
1
.045
2.375 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
.192 2.352
1
.125
104
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68. b. Computed only for a 2x2 table
.136
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value For cohort malaria = tidak
.911
N of Valid Cases
104
Lower
Upper
.851
.976
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Total
Percent
N
Percent
usiapas * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
jeniskelamin * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
pekerjaan1 * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
keluarrumah1 * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
kelambu1 * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
kasa1 * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
obatnyamuk1 * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
tpn1 * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
jaraktpn1 * malaria
110
79.7%
28
20.3%
138
100.0%
ternak1 * malaria
138
100.0%
0
.0%
138
100.0%
62
44.9%
76
55.1%
138
100.0%
jarakternak1 * malaria
jarakternak1 * malaria Crosstab malaria ya jarakternak1
dekat
Count % within malaria
jauh
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
tidak
Total
7
40
47
77.8%
75.5%
75.8%
2
13
15
22.2%
24.5%
24.2%
9
53
62
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
df a
1
.881
.000
1
1.000
.023
1
.880
.022 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.022
b
N of Valid Cases
1
.882
62
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,18. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for jarakternak1 (dekat / jauh) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
1.138
.210
6.174
1.117
.259
4.810
.982
.779
1.238
62
ternak1 * malaria Crosstab malaria ya ternak1
ya
Count % within malaria
tidak
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
tidak
Total
9
53
62
75.0%
42.1%
44.9%
3
73
76
25.0%
57.9%
55.1%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
.625
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.028
3.565
1
.059
4.905
1
.027
4.804 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.035
Linear-by-Linear Association
4.769
b
N of Valid Cases
1
.029
.029
138
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,39. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for ternak1 (ya /
Lower
Upper
4.132
1.067
15.998
3.677
1.040
13.002
For cohort malaria = tidak
.890
.795
.996
N of Valid Cases
138
tidak) For cohort malaria = ya
jaraktpn1 * malaria Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.480
.000
1
1.000
.933
1
.334
.498 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
1.000 .493
1
.482
110
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44. b. Computed only for a 2x2 table
.629
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
For cohort malaria = tidak
.923
N of Valid Cases
110
Upper
.873
.976
tpn1 * malaria Crosstab malaria ya tpn1
ya
Count % within malaria
tidak
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
tidak
Total
8
102
110
66.7%
81.0%
79.7%
4
24
28
33.3%
19.0%
20.3%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.240
.640
1
.424
1.235
1
.267
1.383 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.263
Linear-by-Linear Association
1.373
b
N of Valid Cases
1
.241
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,43. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for tpn1 (ya / tidak)
.471
.131
1.692
For cohort malaria = ya
.509
.165
1.570
1.082
.922
1.270
For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
138
.205
obatnyamuk1 * malaria Crosstab malaria ya obatnyamuk1
tidak
Count
91
100
75.0%
72.2%
72.5%
3
35
38
25.0%
27.8%
27.5%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
9
% within malaria ya
tidak
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.837
.000
1
1.000
.043
1
.835
.042 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.042
b
N of Valid Cases
1
.838
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,30. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for obatnyamuk1
Lower
Upper
1.154
.295
4.512
1.140
.326
3.987
For cohort malaria = tidak
.988
.884
1.105
N of Valid Cases
138
(tidak / ya) For cohort malaria = ya
.569
kasa1 * malaria Crosstab malaria ya kasa1
tidak
Count % within malaria
ya
tidak 10
107
117
83.3%
84.9%
84.8%
2
19
21
16.7%
15.1%
15.2%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.884
.000
1
1.000
.021
1
.885
.021 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.021
b
N of Valid Cases
1
.884
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,83. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kasa1 (tidak / ya) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.888
.180
4.374
.897
.211
3.808
1.011
.871
1.174
138
.575
kelambu1 * malaria Crosstab malaria ya kelambu1
tidak
tidak
Count
2
89
91
16.7%
70.6%
65.9%
10
37
47
83.3%
29.4%
34.1%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
% within malaria ya
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
11.908
1
.001
13.660
1
.000
14.209 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
14.106
b
N of Valid Cases
1
.000
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,09. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for kelambu1 (tidak / ya) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.083
.017
.398
.103
.024
.452
1.242
1.067
1.446
138
.000
keluarrumah1 * malaria Crosstab malaria ya keluarrumah1
ya
Count % within malaria
tidak
Total
82
89
58.3%
65.1%
64.5%
5
44
49
41.7%
34.9%
35.5%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
7
Count % within malaria
tidak
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.641
.023
1
.880
.213
1
.644
.218 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.754
Linear-by-Linear Association
.216
b
N of Valid Cases
1
.642
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,26. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for keluarrumah1 (ya / tidak) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.751
.225
2.506
.771
.258
2.300
1.026
.917
1.148
138
.430
pekerjaan1 * malaria Crosstab malaria ya pekerjaan1
berisiko
Count % within malaria
tidak
Total
22
29
58.3%
17.5%
21.0%
5
104
109
41.7%
82.5%
79.0%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
7
Count % within malaria
tidak
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.001
8.703
1
.003
8.901
1
.003
11.028 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.003
Linear-by-Linear Association
10.948
b
N of Valid Cases
1
.001
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,52. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for pekerjaan1
Lower
Upper
6.618
1.922
22.787
5.262
1.801
15.373
For cohort malaria = tidak
.795
.645
.980
N of Valid Cases
138
(berisiko / tidak) For cohort malaria = ya
.003
jeniskelamin * malaria Crosstab malaria ya jeniskelamin
Laki - laki
tidak
Count % within malaria
Perempuan
4
53
57
33.3%
42.1%
41.3%
8
73
81
66.7%
57.9%
58.7%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.557
.078
1
.779
.352
1
.553
.344 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
.761
Linear-by-Linear Association
.342
b
N of Valid Cases
1
.559
138
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for jeniskelamin (Laki - laki / Perempuan) For cohort malaria = ya For cohort malaria = tidak N of Valid Cases
Lower
Upper
.689
.197
2.407
.711
.225
2.247
1.032
.932
1.142
138
.396
usiapas * malaria Crosstab malaria ya usiapas
dewasa
Count
72
79
58.3%
57.1%
57.2%
0
25
25
.0%
19.8%
18.1%
5
29
34
41.7%
23.0%
24.6%
12
126
138
100.0%
100.0%
100.0%
Count % within malaria
lansia
Count % within malaria
Total
Count % within malaria
Total
7
% within malaria remaja
tidak
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
2
.140
5.856
2
.054
Linear-by-Linear Association
.465
1
.495
N of Valid Cases
138
Pearson Chi-Square
3.931
Likelihood Ratio
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,17.
Risk Estimate Value Odds Ratio for usiapas
a
(dewasa / remaja) a. Risk Estimate statistics cannot be computed. They are only computed for a 2*2 table without empty cells.