FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN DINI DI DESA TEMANGGUNG KABUPATEN MAGELANG Linda Dian Anggraeni1),Masruroh2), Faridah Aini3) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
[email protected] Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi Waluyo
[email protected] Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
[email protected]
ABSTRAK Latar Belakang : Pernikahan dini adalahpernikahan yang dilakukan dengan usia pria di bawah 19 tahun, dan wanita dibawah usia 16 tahun. Faktor-faktor yang menjadi alasan pernikahan dini yaitu, faktor sosial budaya, ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dorongan orang tua, pandangan dan kepercayaan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian pernikahan dini di desa Teamanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang tahun 2016. Metode :Rancangan penelitian ini adalah studi korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan metode purposive sampling dengan jumlah sampel 61 responnden. Penilaian sosial budaya dan dorongan orang tua diukur menggunakan kuesionerdengan skala Likert. Analisis data menggunakan uji Kendal Tau dengan α = 0,05 Hasil:Hasil tiap variabel menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna tingkat pendidikan terhadap pernikahan dini (p-value 0,002),pekerjaan terhadap pernikahan dini (p-value 0,038), sosial budaya terhadap pernikahan dini (p-value 0,003), sedangkan dorongan orang tua terhadap pernikahan dini p-value (0,018) Saran : Tenaga kesehatan bekerja sama dengan pemerintah desa dan tokoh masyarakat dalam rangka memberikan penyuluhan pendidikan kcsehatan kepada masyarakat, khususnya para orang tua mengenai pengertian, tujuan, penyebab serta dampak dari pernikahan usia dini untuk mengurangi kejadian pernikahan usia dini. Kata Kunci: Pernikahan Dini, Pendidikan, Pekerjaan, Sosial Budaya, Dorongan Orang Tua
| 147
PENDAHULUAN Pernikahan dini masih menjadi masalah yang serius, Indonesia menempati urutan ke 37 di antara negara-negara yang memiliki jumlah pernikahan dini tertinggi di dunia, bahkan Indonesia menempati urutan ke 2 tertinggi di ASEAN, setelah Kamboja. Perempuan muda di Indonesia dengan usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2 % atau lebih dari 22.000 wanita berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki berusia 1519 tahun (11.7% p : 1,6% L). Diantara kelompok umur 20-24 tahun- lebih dari 56,2 % sudah menikah. Pada tahun 2012 di Indonesia angka perempuan menikah usia 10-14 sebesar 4,2 persen, sementara perempuan menikah usia 15-19 tahun sebesar 41,18 persen.(BKKBN dalam Desiyanti, 2015). Pernikahan yang dilangsungkan pada usia remaja pada umumnya akan menimbulkan masalah baik secara fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi. Dampak pernikahan usia dini lebih tampak nyata pada remaja putri dibandingkan remaja laki-laki. Dampak nyata pernikahan dini adalah terjadinya abortus atau keguguran karena secara fisiologis organ reproduksi (khusunya rahim) belum sempurna (Roumali & Vindari, 2012). Adapun faktor-faktor yang menjadi alasan pernikahan dini dilangsungkan yaitu, faktor sosial budaya, faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan, media masa, agama, dorongan dari orang tua, pandangan dan kepercayaan. Berdasarkan data Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Kaliangkrik 148 |
mendapatkan jumlah remaja putri yang menikah pada usia di bawah 20 tahun pada tahun 2016 dari bulan Januari hingga bulan Desember 2016terdapat 205 dari 512 wanita yang menikah. Di kecamatan Kaliangkrik terdapat 3 desa dengan angka kejadian pernikahan usia muda tertinggi pada tahun 2016 yaitu desa Temanggung terdapat 54 dari 91 wanita yang menikah, desa Ngargosuko terdapat 34 dari 72 wanita yang menikah, desa Mangli terdapat 29 dari 69 wanita yang menikah. Desa Temanggung memiliki angka kejadian pernikahan usia muda tertinggi di kecamatan Kaliangkrik tahun 2016. Studi pendahuluan yang dilakukan kepada delapan remaja putri yang melakukan pernikahan usia muda, dua orang (25%) tingkat pendidikan SMP, lima orang (62,5%) tingkat pendidikan SD dan satu orang (12,5%) tidak sekolah. Dilihat dari segi pekerjaan, lima orang (62,5%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, dua orang (25%) sebagai pedagang dan satu orang (12,5%) sebagai buruh. Dilihat dari segi dorongan orang tua, enam orang (75%) menyatakan dorongan orang tua berpengaruh dalam mengambil keputusan untuk melakukan pernikahan dini, sedangkan dua orang (25%) menyatakan tidak ada dorongan dari orang tua untuk melakukan pernikahan dini . Dalam hal kebudayaan, enam orang (75%) mengatakan percaya terhadap kebudayaan tentang pernikahan usia muda di lingkungan sekitar, dan dua orang (25%) mengatakan tidak percaya pada budaya tentang pernikahan usia muda yang ada di lingkungan sekitarnya. Masih banyaknya kejadian pernikahan usia muda pada remaja putri,
maka menarik minat peneliti untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian pernikahan usia muda pada remaja putri di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelatif. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang pada tanggal 24 Januari 2017 sejumlah 91 orang yang terdiri dari semua perempuan yang melakukan pernikahan di Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelangpada bulan Januari sampai dengan Desember 2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling.. Sampel dalam penelitian ini adalah 61 orang yaitu jumlah yang melakukan pernikahan di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang pada tahun 2016.
Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari kuisioner dorongan orang tua dan kuisioner kebudayaan. Dalam penelitian ini data sekundernyadiperoleh dari KUA Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat. Analisa univariat dalah untukmengetahui tabel distribusi frekuensi darisampel masing-masing variabel yang diteliti..Analisa bivariat dalam penelitian iniadalah untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian pernikahan usiamuda pada remaja putri, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan dorongan orang tua dan sosial budaya.Analisis data bersifat bivariat untukmengetahui hubungan antara dua variabel.Analisa statistik yang digunakan dengan software menggunakan uji statistik korelasi dengan meggunakan Uji Kendall Tau. Variabel dinyatakan berhubungansignifikan apabila hasil pengujian Kendall Tau α = 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN Variabel Pendidikan Pendidikan tinggi Pendidikan menengah Pendidikan rendah Pekerjaan Bekerja Buruh Petani Pedagang Wiraswasta Lainnya (karyawan toko) Tidak bekerja
Jumlah Persentase (%) 4,9 16,4 78,7 67,2 9,8 29,5 6,6 16,4 4,9 32,8
| 149
Variabel Sosial Budaya Lemah Kuat Dorongan Orang Tua Lemah Kuat Kejadian Pernikahan Dini Ya Tidak
Tingkat Pendidikan Remaja Putri Penelitian ini menggunakan 61 respondendimana didapatkan hasil bahwa lebih banyakresponden memiliki tingkat pendidikan dasar(SD/SMP), yaitu sejumlah 48 remaja (78,7%)dibandingkan dengan responden yangmemiliki tingkat pendidikan menengah (SMA), yaitu sejumlah 10 remaja (16,4%). Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai korelasi 0,394, dengan p value hitung 0,002, oleh karena p-value = 0,002< α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian pernikahan dini di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.Hubungan ini memiliki arah positif karena nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin rendah terjadinya tingkat pernikahan dini dengan keeratan hubungan rendah dengan nilai r= 0,349. Dari hasil penelitian didapatkan bahwapaling banyak responden memiliki tingkat pendidikan dasar(SD/SMP), hal ini dikarenakan faktor ekonomi di lingkungan sekitar. Dimana banyak orangtua yang tidak membiayai kelanjutan sekolahanaknya dengan beralasan tidak memilikibiaya untuk melanjutkan sekolah, selain ituorang tua berpendapat bahwa 150 |
Jumlah Persentase (%) 14,8 85,2 9,8 90,2 45,9 54,1
remaja putritidak perlu untuk sekolah terlalu tinggi karenabiaya hidupnya kelak akan ditanggung olehsuami.Tingkat pendidikan dan pengetahuan yangrendah dapat mempengaruhi pola pikir terbatas yang akan berdampak kepada perilaku individu(Romauli dan Vindari,2012). Dalam pemikiran yang terbatas ini remaja lebih memikirkan hal yang tidak begitu penting dalam hidupnya.Perilaku remaja tersebut seperti remaja yang lebih memfokuskan dirinya untuk memikirkanhal-hal menikah muda, hal ini dilakukansupaya lebih dihargai. Dengan pendidikanakan bertambah pengetahuan yang akanmelandasi setiap keputusankeputusan dalammenghadapi masalah kehidupan, sehinggaperempuan akan lebih dihargai bila berilmu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yulianti pada tahun 2016. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi terjadinya pernikahan dini. Hal tersebut membuktikan bahwa ada hubungan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang dilakukan di desa Temanggung ini, yang membuktikan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kejadian pernikahan dini.
Pekerjaan Remaja Putri Dilihat dari status pekerjaanmenggambarkan paling banyak responden bekerja, yaitu sejumlah 41 remaja (67,2%) dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja, yaitu sejumlah 20 remaja (32,8%). Berdasarkan hasil penelitiandidapat nilai korelasi 0,268, dengan p value hitung 0,038, oleh karena p-value = 0,038< α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian pernikahan dini di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.Hubungan ini memiliki arah positif karena nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukkan bahwa semakin bekerja maka semakin rendah terjadinya tingkat pernikahan dini dengan keeratan hubungan rendah dengan nilai r= 0,268 Pada saat penelitian didapatkan hasilbahwa sebagian besar remaja putri yang sudah menikah di Desa Temanggung bekerja. Sebagian besar pekerjaan mereka adalah sebagai petani. banyak remaja putri yangberalasan bahwa dengan pendidikan yangrendah tentunya mengalami kesulitan untuk mendapat pekerjaan yang layak selain ituumur yang masih muda dianggap bahwaremaja tersebut masih meminta uang sakukepada orang tua, sehingga dengan tidakbekerja pun tidak menjadi masalah dalamkehidupannya sehari-hari. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, pencaharian. Pekerjaan secara umum di definisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan
sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Pekerjaan juga mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja seseorang akan lebih banyak informasi (Khusniyah, 2011). Sosial Budaya Pernikahan Dini Dari hasil yang didapatkan dapatdiketahui bahwa remaja putri di Desa Temanggung Kabupaten Magelang, memiliki sosial budaya kuat sejumlah 52 remaja (85,2%), sedangkanuntuk sosial budaya lemah sebanyak 9remaja (14,8%). Berdasarkan uji Kendal Tau didapat nilai korelasi 0,383, dengan p value hitung 0,003, oleh karena p-value = 0,003< α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sosial budaya dengan kejadian pernikahan dini di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.Hubungan ini memiliki arah positif karena nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukkan bahwa semakin lemah sosial budaya terhadap pernikahan dini maka semakin rendah terjadinya tingkat pernikahan dini dengan keeratan hubungan rendah dengan nilai r= 0,383. Dari hasil penelitan dapat dilihat masih banyak remajaputri yang percaya terhadap kebudayaantentang pernikahan usia muda di Desa Temanggung. Anggapan-anggapan yang salahtentang pernikahan usia muda tidak hanyadipercaya oleh remaja putri, melainkan jugaoleh masyarakat sekitar. Dari hasil kuisioneryang didapatkan bahwa paling banyak mepercayai kebudayaanbahwa pernikahan usia muda boleh | 151
dilakukankarena kedewasaan seseorang itu dinilaidengan status pernikahan. Berkembangnya kepercayaan terhadap kebudayaan tentang pernikahan usia muda tersebut terjadi karena kebiasaan saling berbicara dengan tetangga dan juga pada saat ada acara seperti arisan danpengajian terkadang membahas tentang haltersebut, sehingga kepercayaannya masih melekat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Izzaty pada tahun 2016. Kuatnya sosial budaya terhadap pernikahan dini seseorang dapat mempengaruhi terjadinya pernikahan dini. Hal tersebut membuktikan bahwa ada hubungan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang dilakukan di desa Temanggung ini, yang membuktikan bahwa kuatnya sosial budaya pernikahan dini dapat mempengaruhi kejadian pernikahan dini. Dorongan Orang Tua Pernikahan Dini Dari hasil yang didapatkan dapatdiketahui bahwa remaja putri di Desa Temanggung Kabupaten Magelang, memiliki dorongan orang tua kuat sejumlah 55 remaja (90,2%), sedangkan untuk dorongan orang tua lemah sebanyak 6 remaja (9,8%). Berdasarkan uji Kendal Tau didapat nilai korelasi 0,304, dengan p value hitung 0,018, oleh karena p-value = 0,018< α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dorongan orang tua dengan kejadian pernikahan dini di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang.Hubungan ini memiliki arah positif karena nilai korelasi bertanda positif, yang menunjukkan bahwa semakin lemah dorongan orang tua 152 |
terhadap pernikahan dini maka semakin rendah terjadinya tingkat pernikahan dini dengan keeratan hubungan rendah dengan nilai r= 0,304. Dari hasil penelitan dapat dilihat masih banyak remaja putri yang menikah atas dasar dorongan dari orang tua . Di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang Orang tua beranggapan bahwa apabila anak perempuannya sudah menikah orang tua merasa bahwa anaknya sudah laku untuk menjadi istri dan orang tua sudah merasa terlepas dari tanggung jawab anak perempuannya setelah dinikahkan. Menurut Darnita (2013) dalam masyarakat perdesaan kebiasaan terjadi pada keluarga yang merasa malu mempunyai anak gadis yang belum menikah diusia muda, gaya berfikir masyarakat perdesaan sangatlah sederhana, masyarakat perdesaan lebih suka melihat sesuatu dari bentuk lahirnya saja. Menurut Al Ghifari (2012) peran orang tua sangat menentukan remaja untuk menjalani pernikahan di usia muda. Nurhajati (2013) juuga mengungkapkan bahwa orang tua yang memiliki keterbatasan pemahaman khususnya tentang kesehatan reproduksi, hak anak maka kecenderungan yang terjadi adalah menikahkan anaknya. Orang tua memiliki peran yang besar terhadap kejadian pernikahan dini. Selain itu orang tua juga memiliki peran besar dalam penundaan usia perkawinan anak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar remaja putri yang menikah di desa Temanggung tahun 2016 tidak melakukan pernikahan dini sebanyak 33 responden
(54,1%). Hasil penelitian mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian pernikahan dini di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang tahun 2016 ada hubungan antara tingkat pendidikan, pekerjaan, dorongan orang tua, dan sosial budaya terhadap kejadian pernikahan dini. DAFTAR PUSTAKA Al-Ghifari, A.,2013.PernikahanDini,DilemaG enerasiEkstravaganza.Bandung: Mujahid Budioro, 2013. Pola Perkawinan Indonesia. Yogyakarta : Widya Medika. Darnita, 2013. Gambaran FaktorFaktor Penyebab Pernikahan Usia Dini Di Kemukiman Lhok Kaju Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie, Jurnal Ilmiah Stikes U‘budiyah Banda Aceh DepartemenKesehatanRepublikIndonesia.2 011.ProfilKesehatanIndonesia2010. Jakarta. Desiyanti IW. 2015. ―Faktor-Faktor Yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Manpanget Kota Manado Haditono, Sri Rahayu. 2006. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Izzaty , Nofia 2016. hubungan sosial budaya dengan kejadian pernikahan dini di Desa Munding, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmiah STIKES
Ngudi Waluyo Ungaran, Jawa Tengah. Juspin, L., Ridwan T., Zulkifli A., Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Makasar: Jurnal MKMI, Vol 5 No.4. Oktober 2009, hal 8994. Kemenkes RI. 2013. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. Kumalasari I, Andhyantoro I. 2013. Kesehatan Reproduksi. Jakarta selatan : Salemba Landung dkk. 2009. Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Jurnal MKMI, Vol 5 No.4. Noorkasiani, Heryati & Rita Ismail. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta. EGC Priyoto. 2014. Teori Sikap Dan Prilaku Dalam Kesehatan. Yogyakarta : Nuhamedika Rafidah dkk, 2009. Faktor-faktoryang Berhubungan dengan Pernikahan UsiaDinidi Kabupaten Purworejo JawaTengah.Yogyakarta:BeritaKe dokteran Masyarakat. Roumali S, Vindari VA. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuhamedika SariF P. 2010. Perkawinan Usia Muda:FaktorfaktorPendorong dan Dampaknya terhadapPolaAsuhKeluarga(Studi KasusdidesaMandalagirikecamatan | 153
Leuwisari kabupaten Tasikmalaya). http:// www. pustaka skripsi.com, diaksestanggal 9 September2016. SDKI,2012.DataPernikahanDini diIndonesia
154 |
DanAKI.http://chnrl.org/pelatihandemografi/SDKI-2012.pdf , diaksestanggal9September 2016 Walgito B.2010. Bimbingan Konseling Perkawinan. Yogyakarta : C.V Andi