ARTIKEL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEREP KABUPATEN SEMARANG
Oleh : Rizky Chaeriza Umami 040113a025
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel Karya Tulis Ilmih dengan judul “Faktor – Faktor Yaang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep Kabupaten Semarang” yan disusun oleh : Nama
: Rizky Chaeriza Umami
NIM
: 040113a025
Program Studi : DIII Kebidanan Telah disetujui oleh Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Kebidanan.
Ungaran,
Agustus 2016
Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes NIDN. 0602048302
ii
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015 The Factors Associated With The Premature Rupture Membrane In Lerep Health Center In 2015 Rizky Chaeriza1 , Anggun Trisnasari, S.SiT., M.Kes2 , Sundari, S.SiT3 123 Program Studi DIII Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Di Indonesia angka kematian ibu masih tinggi dan merupakan masalah yang menjadi prioritas dibidang kesehatan, hal ini menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat.Penyebab angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan, salah satunya adalah infeksi. Penyebab terjadinya infeksi adalah dikarenakan ketuban pecah dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi yaitu semua ibu bersalin di Pusekemas Lerep pada tahun 2015. Pengambilan sempel menggunakan Total Sampling 75 responden. Pengumpulan data menggunakan data pada buku register pasien. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (α = 0,05). Hasil penelitian dari 75 responden menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian KPD p-value 0,021 < α (0,05), ada hubungan antara paritas dengan kejadian KPD p-value 0,015 < α (0,05), dan tidak ada hubungan antara anemia dengan kejadian KPD p-value 0,456 > α (0,05). Diharapkan bagi pihak tenaga kesehatan Pusekesmas Lerep melakukan penyuluhan kesehatan untuk menginformasikan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya dari 4 Terlalu, sehingga kejadian KPD bisa diantisipasi. Kata kunci
: Usia Ibu, Paritas, Anemia, Ketuban Pecah Dini
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
1
ABSTRACT In Indonesia mortality rate is still high and become priority within health issue, this show that the health standart in society and welfare. The cause of mother mortality in Indonesia was complication in pregnancy and labor. One of them is infection. The cause of infection ware premature rupture of membrane. This research was to understand the factors dealing with the occurrence of premature rupture of membrane in Lerep Health Center. The study used analitic correlation method with cross sectional approach. The population in this study was all of the mother giving birth at Lerep Health Center in 2015. The samples of this study were taken by total sampling who were 75 respondents. The data were collected from the register book. Bivariete analysis used chi square test (α = 0,05).. The results of this study indicate that there ia a correlation between age and the incidance of ProM with p-value of 0,021 < α (0,05), there is a correclation between parity and the incidance of ProM with p-value of 0,015 < α (0,05), and there is no correclation between anemia and the incidance of ProM with p-value of 0,456 > α (0,05). It is expected for thr health workes, to privide helth eduction about reproductive health and dangerous of 4 Terlalu, and the incidance of ProM can anticipation.
Keywords
: Ages, Parity, Anemia, Premature rupture of membrane
PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 kematian ibu (maternal) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama persalinan dan penelolaanya per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian sebesar 500.000 jiwa pertahun, artinya setiap menit ada satu perempuan meninggal dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 pertahun. Diwilayah ASEAN pada tahun 2010 angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI) masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Sebagian besar mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin terjadi di negara berkembang diperkirakan mencapai 100-1000/100.000 kelahiran hidup, ini berarti kematian maternal 1 diantara 29 persalinan sedangkan di negara maju 1 diantara 29.000 persalinan (WHO, 2010).
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang angka kematian ibu dari tahun 2010 sampai tahun 2013 mengalami kenaikan dan penurunan, pada tahun 2010 terdapat19 kasus (73,8/100.000 KH), pada tahun 2011 terdapat 31 kasus (19,9/100.000 KH), pada tahun 2012 terdapat 22 kasus (102,22/100.000 KH). Angka kematian pada tahun 2013 meningkat tajam 42,21% lebih tinggi dari pada tahu 2012. Penyebab kematian atau mortalitas ibu disebabkan oleh eklamsi (40%), perdarahan (23%), jantung (23%), lainlain emboli air ketuban (9%), dan infeksi (4%). Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi atau penyulit kehamilan, seperti korioamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (Dinkes Kab.Semarang, 2013). Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi pada usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur yang terjadi pada 1% kehamilan. Dalam keadaan normal 8-10% perempuan
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
2
hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo, 2009) Dampak yang paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS atau Respiratory Disterss Syndrome), yang terjadi pada 10 40% bayi baru lahir. Resiko infeksi akan meningkat, prematuritas, asfiksia dan hipoksia, prolapse atau keluarnya tali pusat, resiko kecacatan dan hypoplasia paru janin pada aterm (Nugroho, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Lerep jumlah kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2013 sebanyak 58 kasus (38,9%) dari 149 persalinan, sedangkan pada tahun 2014 kejadian ketuban pecah dini sebanyak 72 kasus (25,3%) dari 284 persalinan. Sedangkan pada bulan Januari sampai Desember tahun 2015 kejadian ketuban pecah dini tercatat sebanyak 97 kasus (28,5%) dari 340 persalinan. Dari 340 ibu bersalin ibu bersalin normal sebanyak 109 (32,0%), KPD 97 (28,5%), preeklampsi 31 (9,1%), perdarahan 43 (12,6%), partus lama 11 (3,2%), kelainan letak 22 (6,4%), dan kasus lain 27 (7,9%). Komplikasi yang terjadi pada bayi dengan kasus ketuban pecah dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep adalah prematuritas 31 kasus (31,9%), asfiksia 30 kasus (30,9%), sedangkan pada ibu dari 97 kasus, komplikasi yang banyak terjadi adalah partus lama yaitu 36 kasus (37,1%) dari 97 ibu yang mengalami KPD (PWS KIA Puskesmas Lerep, 2015). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Faktorfaktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep?”
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan antara umur dengan kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Rawat Inap Lerep b. Mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Rawat Inap Lerep c. Mengetahui hubungan antara anemia dengan kejadian ketuaban pecah dini di Puskesmas Rawat Inap Lerep. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya dan memberikan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan diri mahasiswa sebagai peneliti 2. Bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat akademik berupa tambahan wawasan dan pengetahuan yang tekait dengan faktor faktor penyebab kejadian ketuban pecah dini. 3. Bagi Pihak Puskesmas Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola untuk mempertimbangkan faktor penyebab kejadian ketuban pecah dini 4. Bagi Pembaca Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor penyebab ketuban pecah dini.
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
2
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk melakukan diskripsi terhadap variabel dan mencari hubungan antar variabel (Notoatmodjo, 2010). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Cross Sectional” dimana variabel umur, paritas, anemia diobservasi sekaligus dalam waktu yang sama atau pengukuran sesaat dan dinilai satu kali saja (Saryono, 2010). Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang dan waktu penelitian dilakukan pada tanggal 3 – 4 Agustus 2016. Tehnik pengambilan sampel kasus yang digunakan dalam penelitian dengan tehnik Total Sampling (total populasi) yaitu tehnik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Saryono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah 97 ibu bersalin dengan KPD di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep pada bulan Januari s.d Desember tahun 2015. Ibu bersalin dengan KPD yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel sebanyak 75 bulin. Sedangkan ibu bersalin dengan KPD yang tidak dijadikan sampel sebanyak 22 bulin, dikarenakan ibu bersalin tidak memiliki rekam medik lengkap. Untuk mendapatkan data sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti menentukan responden penelitian dengan kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi yaitu karakteristik subyek penelitian dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: a. Ibu bersalin yang mempunyai data rekam medik lengkap (umur, paritas, dan anemia) 2. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah: a. Ibu bersalin yang didiagnosa mengalami kelainan letak b. Ibu bersalin yang didiagnosa mengalami hidramnion c. Ibu bersalin yang didiagnosa mengalami kehamilan kembar d. Ibu bersalin yang didiagnosa mengalami bayi besar/makrosomia ANALISA UNIVARIAT 1. Umur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Umur
Frekuensi
Beresiko (< 20 th atau > 35 th) Tidak Beresiko (20-35 th) Jumlah
30
Persentase (%) 40,0
45
60,0
75
100,0
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 75 responden ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang, sebagian besar berumur kategori tidak beresiko (20-35 tahun), yaitu sejumlah 45 orang (60,0%). 2. Paritas Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Paritas Primipara Multipara Grandemultipara Jumlah
Frekuensi 27 37 11 75
Persentase (%) 36,0 49,3 14,7 100,0
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 75 responden ibu
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
3
bersalin di wilayah kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang, sebagian besar merupakan ibu multipara, yaitu sejumlah 37 orang (49,3%). 3. Kejadian Anemia Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Anemia pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Anemia
Frekuensi
Anemia Tidak Anemia Jumlah
47 28 75
Persentase (%) 62,7 37,3 100,0
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 75 responden ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang, sebagian besar ibu mengalami anemia, yaitu sejumlah 47 orang (62,7%). 4. Ketuban Pecah Dini Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Ketuban Pecah Dini KPD Tidak KPD Jumlah
Frekuensi 39 36 75
Persentase (%) 52,0 48,0 100,0
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang, mengalami ketuban pecah dini, yaitu sejumlah 39 orang (52,7%).
ANALISA BIVARIAT 1. Hubungan Umur dengan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin Tabel 5 Hubungan Umur dengan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep Ketuban Pecah Dini (KPD) pTidak Umur KPD Total value OR KPD f % f % f % Beresiko 21 70,0 9 30,0 30 100 0,021 3,5 Tidak Beresiko 18 40,0 27 60,0 45 100 Total 39 52,0 36 48,0 75 100
Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5 ditemukan bahwa ibu dengan umur beresiko (< 20 tahun atau > 35 tahun) sebagian besar mengalami ketuban pecah dini sejumlah 21 orang (70,0%). Sementara ibu dengan umur tidak beresiko (20-35 tahun) sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sejumlah 27 orang (60,0%). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa nilai ² hitung 5,344 dengan pvalue 0,021. Oleh karena p-value 0,021 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan ketuban pecah dini pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep, Kabupaten Semarang. 2. Hubungan Paritas dengan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin Tabel 6 Hubungan Paritas dengan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep Paritas Primipara Multipara Grandemulti Total
Ketuban Pecah Dini (KPD) Tidak p2 KPD Total KPD value f % f % f % 8 29,6 19 70,4 27 100 8,463 0,015 24 64,9 13 35,1 37 100 7 63,6 4 36,4 11 100 39 52,0 36 48,0 75 100
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
4
Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada tabel 6 ditemukan bahwa ibu primipara sebagian besar tidak mengalami ketuban pecah dini sejumlah 19 orang (70,4%). Ibu multipara sebagian besar mengalami ketuban pecah dini sejumlah 24 orang (64,9%). Ibu grandemultipara sebagian besar mengalami ketuban pecah dini sejumlah 7 orang (63,6%). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa nilai ² hitung 8,463 dengan pvalue 0,015. Oleh karena p-value 0,015 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan ketuban pecah dini pada ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep, Kabupaten Semarang. 3. Hubungan Anemia dengan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin Tabel 7 Hubungan Anemia dengan Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Rawat Inap Lerep Ketuban Pecah Dini (KPD) pAnemia KPD Tidak Total OR value KPD f % f % f % Anemia 26 55,3 21 44,7 47 100 0,456 1,4 Tidak 13 46,4 15 53,6 28 100 Total 39 52,0 36 48,0 75 100
Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada tabel 7 ditemukan bahwa ibu yang anemia sebagian besar mengalami ketuban pecah dini sejumlah 26 orang (55,3%). Ibu yang tidak sebagian besar mengalami tida ketuban pecah dini sejumlah 15 orang (53,6%). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa p-value 0,456. Oleh karena pvalue 0,456 > α (0,05), maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara anemia dengan ketuban pecah dini pada ibu bersalin di wilayah kerja
Puskesmas Rawat Kabupaten Semarang
Inap
Lerep,
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dalm bab ini disampaikan pembahasan mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang. Penjelasan dari hasil penelitian tersebut peneliti membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori dan hasil penelitian terkait. Analisa Univariat 1. Gambaran Usia Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015 Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 75 ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015, sebagian besar berumur kategori tidak beresiko (20-35 tahun), sejumlah 45 orang (60,0%) lebih tinggi jika dibandingkan dengan usia yang beresiko (< 20 tahun dan > 35 tahun) yaitu 30 orang (40,0%). Kehamilan pada rentang usia 2035 tahun, umumnya lebih sehat karena kondisi fisik perempuan dalam keadaan prima. Rahim dinilai sudah kuat untuk memberi perlindungan pada janin. Indung telur juga memproduksi sel telur yang berkualitas, pada usia ini juga secara mental perempuan akan lebih siap merawat dan menjaga kehamilannya, sehingga tumbuh kesadaran untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dan menjaga kehamilannya secara hati-hati (Depkes RI, 2005). 2. Gambaran Paritas Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 75 responden ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015, sebagian besar merupakan ibu multipara sejumlah 37
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
5
orang (49,3%), pada primipara sejumlah 27 orang (36,0%) orang, dan pada grandemultipara sejumlah 11 orang (14,7%). Multipara lebih besar kemungkinan terjadinya infeksi karena proses pembukaan serviks lebih cepat dari nulipara, sehingga dapat terjadi pecahnya ketuban lebih dini. Pada kasus infeksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah (Manuaba 2007). 3. Gambaran Anemia Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Pusekesmas Lerep tahun 2015 Hasil penelitian dari 75 responden didapat ibu anemia sebanyak 47 (62,7%) orang, sedangkan ibu yang tidak anemia 28 (37,3%) orang. Hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Lerep didominasi oleh ibu yang anemia, anemia ini menyebabkan menurunnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat oksigen, sehingga meningkatkan resiko komplikasi (Saifuddin, 2006). 4. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Pusekesmas Lerep tahun 2015 Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 75 ibu bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015, sebagian besar ibu mengalami ketuban pecah dini sebanyak 39 (52,0%) sedangkan yang tidak mengalami ketuban pecah dini sejumlah 36 (48,0%). ANALISIS BIVARIAT 1. Hubungan Antara Umur dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa ibu bersalin dengan kategori usia < 20 tahun atau > 35
tahun (beresiko) lebih banyak mengalami ketuban pecah dini, yaitu 21 orang (70,0%), dibandingkan dengan ibu yang berumur 20-35 tahun (tidak beresiko) yaitu 18 orang. Menurut Prawirohardjo (2009), usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia < 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usai 20 sampai 35 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia > 35 tahun. Selaras dengan penelitian yang dilakukan Itsna (2008) dengan hasil peneltian bahwa faktor umur ibu ada hubungan dengan kejadian komplikasi persalinan dan sesuai dengan penelitian Ima (2005), dengan hasil ada hubungan umur ibu dengan kejadian komplikasi persalinan. 2. Hubungan Antara Paritas dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015 Berdasarkan penelitian diketahui bahwa dari 75 ibu bersalin dapat diketahui bahwa ibu primipara yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 8 orang (29,6%), sedangkan ibu multipara yang mengalami ketuban pecah dini sebanyak 24 orang (64,9%), dan ibu grandemultipara yang mengalami ketuban pecah din sebanyak 7 orang (63,6%). Pada multipara dengan konsistensi serviks yang tipis, kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini lebih besar dengan adanya tekanan intrauterin pada saat persalinan. Konsistensi serviks yang tipis dengan proses pembukaan serviks pada multipara (mendatar sambil membuka hampir sekaligus) dapat mempercepat pembukaan serviks sehingga dapat beresiko ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap (Mochtar, 2007).
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
6
Selaras dengan penelitian yang dilakukan Itsna (2008) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor paritas ada hubungan dengan kejadian kompikasi persalinan. 3. Hubungan Antara Anemia dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015 Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 75 ibu bersalin, dapat diketahui bahwa ibu anemia yang mengalami KPD sejumlah 26 orang (55,3%), dan ibu yang tidak anemia dan tidak mengalami KPD sejumlah 15 orang (53,6%). Sesuai dangan teori yang dikemukan oleh Wiwik (2008) bahaya yang ditimbulkan karena anemia ini yaitu, persalinan prematur, abortus, mudah terjadi infeksi, mola hidatidosa, perdarahan dan KPD. Pada ibu bersalin yang anemia dan mengalami ketuban pecah dini terdapat 26 (55,3%) ibu hal ini sesuai dengan Allen (2010) yang menyatakan bahwa anemia dapat menyebabkan hipoksia dan defisiensi besi sehingga dapat meningkatkan konsentrasi norepinefrin serum yang dapat menginduksi stres ibu dan janin, yang merangsang sintesis corticotropin releasing hormone ( CRH ) sehingga menyebabkan KPD. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil mengenai “Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep tahun 2015” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden berusia tidak beresiko (20-35 tahun) yaitu 45 (60,0%) ibu bersalin. 2. Sebagian besar responden memiliki paritas multipara sejumlah 37 (49,3%) ibu bersalin.
3. Sebagian besar responden adalah ibu bersalin mengalami anemia sebanyak 47 (62,7%) ibu bersalin. 4. Sebagian besar responden mengalami ketuban pecah dini sebanyak 39 (52,0%) ibu bersalin. 5. Ada hubungan antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuaban pecah dini di Puskesmas Lerep dengan P value 0,021 < α (0,05) dan OR = 3,5. 6. Ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Lerep dengan P value 0,015 < α (0,05) 7. Tidak ada hubungan antara anemia dengan kejadian ketuban pecah dini di Puskesmas Lerep dengan P value 0,456 > α (0,05). SARAN 1. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. 2. Bagi Puskesmas Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan serta masukan kepada pihak Puskesmas Lerep untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi yang sehat dan bahaya 4 terlalu, sehingga kejadian KPD bisa diantisipasi. 3. Bagi Institusi Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bacaan perpustakaan dan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi mahasiswa tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini. 4. Bagi Ibu Hamil Pada ibu hamil diharapkan dapat mematuhi anjuran yang diberikan oleh bidan ataupun tenaga kesehatan, seperti rutin melakukan pemeriksaan kehamilan / ANC agar dapat mendeteksi adanya penyulit dan dapat diketahui sedini mungkin.
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
7
5. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti dapat melakukan penelitian terhadap beberapa variabel penyebab KPD yang belum diteliti yaitu infeksi, faktor keturunan, faktor obsteri, dan riwayat KPD sebelumnya DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Asfuah, Proverawati. 2009. Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. 2010. Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Seri L2. Jakarta, Indonesia : BPS BKKBN. 2006. Menurut Survey Kesehatan Maternal Neonatal Persen Angka Kematian Ibu dan Bayi. Cunningham, F. Gary. 2006. Obstetri Williamedisi 21 . Jakarta : YBP-SP Dinkes Kabupaten Semarang. 2015. Buku Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2015. Semarang Dinkes Kabupaten Semarang. 2015. Buku Profil Kesehatan Kabupaten Semarang 2014. Semarang Dorlan. 2005. Kamus Saku Kedokteranedisi 21. Jakarta : EGC Handayani, Wiwik. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika Helen. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP Ima, Retnowati. 2005. Hubungan Faktor – Faktor Ibu dengan Kejadian Komplikasi Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gesi Kabupaten
Sragen Bulan Oktober Tahun 2015 : Skripsi Itsna, Nofianti Fajrin. 2008. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Komplikasi Persalinan Di Rumah Sakit Roemani Kota Semarang Tahun 2008 : Skripsi Manuaba, I.B.G. 2009. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC Maria. 2007. Ketuban Pecah Dini Berhubungan Erat dengan Persalinan Preterm dan Infeksi Inpartum. Yogyakarta : Mitra Cendika Mochtar, R. 2007. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi (Edisi Ketiga). Jilid Pertama. Jakarta : EGC Morgan, Gery. 2009. Obstetri Ginekologi. Jakarta : EGC
dan
Muamar, K . 2015. Pengaruh Pemberian Tablet Besi dan Vitamin C Terhadap Kadar Hb Mahasiswi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Tahun 2015 : Skripsi Norma, Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika Notoatmodjo. 2010. Meteodologi Penelitian. Jakarta : EGC Nugroho, F. 2010. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Nugroho, F. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika Prawirohardjo,S. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC Prawirohardjo,S. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : YBP-SP
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
8
Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta : CV. Trans Info Media
Sofyan, Mustika. (2005). 50 Tahun IBI. Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta : EGC
Ruswana. 2006. Ibu Hamil Resiko Tinggi.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia. 2012. Angka Kematian Ibu. Jakarta
Saifudin, AB. 2010 . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta : YPB-SP Saryono. 2010. Meteodologi Penelitian Kesehatan. Bandung : Alfabeta Setiawan, A dan Saryono. 2010. Meteodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Sofian, A. 2012. Sinopsis Obstetri (Edisi Ketiga), Jilid Pertama. Jakarta : EGC
Varney, dkk. 2007 . Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Volume Kedua). Jakarta : EGC Wiknjosastro. 2007. Jakarta : EGC
Ilmu Kebidanan.
Yuni, E. 2015. Kelainan Yogyakata : Nuha Medika
Darah.
Zulaekah, S. (2009) Efek Suplementasi Besi, Vitamin C, Dan Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, Jurnal Kesehatan. ISSN:
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep, Kabupaten Semarang Tahun 2015
9