FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011 Dini Nurhayati, Lia Natalia, S.Si.T (Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) YPIB Majalengka
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011 Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. Ketuban pecah dini merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas. Kejadian ketuban pecah dini pada tahun 2011 sebesar 14,01% mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2010 sebesar 6,3% atau mengalami kenaikan sebesar 7,79%. Faktor yang mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini antara lain pekerjaan, usia dan paritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pe ndekatan desain case control, populasi kontrol dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2011 yaitu sebanyak 658 ibu bersalin dan populasi kasusnya yang mengalami kejadian ketuban pecah dini sebanyak 108 ibu bersalin. Sampelnya sebanyak 108 kasus : 108 kontrol. Analisis data terdiri dari analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji chi square dengan α = 0,05 disertai nilai OR. Hasil penelitian menyatakan bahwa ibu bersalin mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja (35,2%), ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primipara dan grandemultipara (77,8%) dan ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun (14,8%). Ada hubungan antara paritas ( value = 0,018 dan OR = 2,142) dan usia ( value = 0,022 dan OR = 3,583) dengan kejadian ketuban pecah dini. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ( value = 0,072 dan OR = 1,802) dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Ibu hamil sebaiknya memperhatikan pekerjaan selama kehamilan dan bagi ibu primipara dan grandemultipara agar melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan jadwal yang memenuhi standar, bagi ibu hamil yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun dianjurkan mengikuti program KB untuk rencana kehamilan berikutnya. Bagi RSUD Cideres perlunya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil dan ibu bersalin,
dan untuk variabel pekerjaan sebaiknya tidak perlu diambil sebagai variabel independen. Kata Kunci : Kejadian Ketuban Pecah Dini Kepustakaan : 28 sumber (2002-2012)
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus menerus (Departemen Kesehatan RI, 2012). Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Program Safe Motherhood merupakan upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan utamanya adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas serta menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditujukan bagi negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut (Saefudin, 2006).
Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, AKI di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 228 orang per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI 2007). Demikian pula AKI di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai angka 250 per 100.000 kelahiran hidup (BPS Propinsi Jawa Barat, 2007). Sementara kematian maternal di Kabupaten Majalengka sendiri pada tahun 2011 sebesar 43 kematian dengan penyebab utamanya yaitu hipertensi dalam kehamilan sebesar 16 kasus (37,2%), perdarahan sebesar 8 kasus (18,6%), dan infeksi sebesar 6 kasus (13,9%) (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2011). Menurut Sualman (2009) menyatakan sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas dan ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang paling sering dijumpai. Ketuban pecah dini merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas perinatal serta berhubungan dengan infeksi perinatal dan kompresi umbilical cord akibat oligohidramnion.
Insiden ketuban pecah ini dilaporkan bervariasi dari 6% hingga 10%, dimana sekitar 20% kasus terjadi sebelum memasuki masa gestasi 37 minggu. Sekitar 8% hingga 10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi infeksi intrauterine akibat interval antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan dengan 30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan mengalami persalinan satu minggu lebih dini dari jadwal (Rahmat, 2010). Ketuban pecah dini dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi pada neonatus meliputi respiratory distress syndrome, cord compression, oligohidramnion, enterokolitis nekrotikans, gangguan neurology, infeksi neonatal dan perdarahan interventrikular. Oleh sebab itu petugas kesehatan yang mengawasi pasien harus mampu menegakkan diagnosis ketuban pecah dini dan memberikan terapi yang akurat untuk memperbaiki luaran dan prognosis pasien ketuban pecah dini dan bayinya (Cuningham, 2006). Pada tahun 2011 jumlah persalinan di RSUD Cideres
sebanyak 766 persalinan, terdiri dari persalinan spontan 422 persalinan (55,09%), malposisi 48 persalinan (6,2%), sectio caesarea 113 persalinan (14,7%), vakum ekstrasi 18 persalinan (2,3%), dan partus lama 13 persalinan. Kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres pada tahun 2011 sebanyak 108 kasus (14,09%) dari seluruh persalinan. Kejadian ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2010 kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres sebanyak 77 kasus (6,3%) dari 1.210 persalinan. Dengan demikian kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres tahun 2010-2010 mengalami kenaikan sebesar 7,79%. Hasil penelitian Kumala (2011) menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini dan hasil penelitian Manalu (2007) menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011”
HASIL PENELITIAN a.
Bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Gambaran Kasus dan Kontrol Berdasarkan Pekerjaan Ibu
KPD (Kasus) f % 38 35,2
Tidak KPD (Kontrol) f % 25 23,1
f 63
% 29,2
Tidak Bekerja
70
64,8
83
76,9
153
70,8
Jumlah
108
100
108
100
216
100
Pekerjaan Ibu Bersalin Bekerja
Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja sebesar 35,2%, sedangkan proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami
b.
Jumlah
kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja sebesar 23,1%. Gambaran Kasus dan Kontrol Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011
KPD (Kasus) f % 84 77,8
Tidak KPD (Kontrol) f % 67 62,0
f 151
% 69,9
Multipara
24
22,2
41
38,0
65
30,1
Jumlah
108
100
108
100
216
100
Paritas Ibu Bersalin Primi dan grandemultipara
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primi dan grande sebesar 77,8%, sedangkan
Jumlah
proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primi dan grandemultipara sebesar 62,0%.
c.
Gambaran Kasus dan Kontrol Berdasarkan Usia Ibu Bersalin di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011
KPD (Kasus) f % 16 14,8
Tidak KPD (Kontrol) f % 5 4,6
f 21
% 9,7
20-35 tahun
92
85,2
103
95,4
195
90,3
Jumlah
108
100
108
100
216
100
Usia Ibu Bersalin < 20 th dan > 35 th
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa proporsi ibu bersalin yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun sebesar 14,8%, sedangkan proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban
Pekerjaan Ibu Bersalin Bekerja
KPD (Kasus) f % 38 35,2
d.
pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun sebesar 4,6%. Hubungan antara Pekerjaan Ibu Bersalin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Tidak KPD (Kontrol) f % 25 23,1
Tidak Bekerja
70
64,8
83
76,9
Jumlah
108
100
108
100
Dari hasil uji statistik ternyata tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna pada kasus dan kontrol menurut pekerjaan ibu bersalin, yang terlihat dari value = 0,072 dengan α = 0,05 ( value > α) yang berarti Ho gagal ditolak atau tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres
Jumlah
OR (95% CI)
value
1,802 (0,993-3,273)
0,072
Kabupaten Majalengka Tahun 2011.
e.
Hubungan antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Paritas Ibu Bersalin Primi dan grande
f.
KPD (Kasus) f % 84 77,8
Tidak KPD (Kontrol) f % 67 62,0
Multipara
24
22,2
41
38,0
Jumlah
108
100
108
100
OR (95% CI)
value
2,142 (1,179-3,892)
0,018
Dari hasil uji statistik ternyata ada perbedaan proporsi yang bermakna pada kasus dan kontrol menurut paritas ibu bersalin, yang terlihat dari value = 0,018 dengan α = 0,05 ( value < α) yang berarti Ho ditolak atau ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres
Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Berdasarkan nilai OR maka ibu dengan paritas primi dan grande mempunyai peluang 2,1 kali lebih besar akan mengalami kejadian ketuban pecah dini dibandingkan ibu bersalin dengan paritas multipara di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011.
Hubungan antara Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di
RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011
KPD (Kasus) f % 16 14,8
Tidak KPD (Kontrol) f % 5 4,6
20-35 tahun
92
85,2
103
95,4
Jumlah
108
100
108
100
Usia Ibu Bersalin < 20 th dan > 35 th
Dari hasil uji statistik ternyata ada perbedaan proporsi yang bermakna pada kasus dan kontrol menurut usia ibu bersalin, yang terlihat dari value = 0,022 dengan α = 0,05 ( value < α) yang berarti Ho
OR (95% CI)
value
3,583 (1,263-10,164)
0,022
ditolak atau ada hubungan antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Berdasarkan nilai OR maka ibu dengan usia < 20 tahun
dan > 35 tahun mempunyai peluang 3,6 kali lebih besar akan mengalami kejadian ketuban pecah dini dibandingkan ibu bersalin dengan umur 20-35 tahun di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011. PEMBAHASAN a. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Berdasarkan Pekerjan Ibu Bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proporsi ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja lebih besar (35,2%) dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja. Pada masa kehamilan, perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas ibu hamil yaitu apakah aktivitasnya beresiko bagi kehamilan atau tidak. Menurut Kusmiyati (2009) bahwa pekerjaan pada ibu hamil dengan beban atau aktivitas yang terlalu berat dan beresiko akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim karena adanya hubungan
aksis fetoplasenta dan sirkulasi retroplasenta yang merupakan satu kesatuan. Bila terjadi gangguan atau kegagalan salah satu akan menimbulkan resiko pada ibu atau pada janin. Kusmiyati (2009) menambahkan bahwa aktivitas yang beresiko bagi ibu hamil adalah aktivitas yang meningkatkan stress, mengangkat sesuatu yang berat, berdiri lama sepanjang hari. Nasehat yang perlu disampaikan adalah bahwa ibu hamil tetap boleh melakukan aktivitas atau pekerjaan tetapi cermati apakah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan beresiko atau tidak untuk kehamilan dan juga persalinannya. Dengan demikian maka untuk mengantisipasi kejadian ketuban pecah dini dapat dilakukan dengan cara mengurangi beban pekerjaan yang berat pada masa kehamilan. b. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Berdasarkan Paritas Ibu Bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proporsi ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 yang mengalami
kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primi dan grande lebih besar (77,8%) dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primipara dan grande multipara. Menurut Prawirohardjo (2009) dalam Suparyanto (2010) menyatakan bahwa paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita dan paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Sementara menurut Saifuddin (2006) bahwa kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas. c. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Berdasarkan Usia Ibu Bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proporsi ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 yang mengalami
kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun lebih besar (14,8%) dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Menurut teori Manuaba (2008) bahwa wanita muda yang umurnya di bawah 20 tahun terhitung masih dalam proses pertumbuhan. Memang mereka sudah mendapatkan haid (menstruasi), namun sebenarnya bukan berarti organ reproduksinya sudah matang seratus persen. Sedangkan untuk wanita dewasa berusia lebih dari 35 tahun ke atas, kondisi organ-organ reproduksinya berbanding terbalik dengan yang di bawah 20 tahun. Pada usia itu wanita mulai mengalami proses penuaan. Dengan kondisi seperti itu maka terjadi regresi atau kemunduran dimana alat reproduksi tidak sebagus layaknya normal, sehingga sangat berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan. Selain berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan, kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun juga berisiko untuk melahirkan bayi prematur.
d. Hubungan antara Pekerjaan Ibu Bersalin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 dengan nilai OR = 1,802. Hal ini dapat dikarenakan tidak semua ibu yang bekerja melakukan aktifitas yang terlalu berat sehingga belum tentu berisiko terhadap kejadian KPD. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Sujiyantini (2009) yang menyatakan bahwa status sosio ekonomi merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya ketuban pecah dini. Demikian pula dengan teori Varney (2006) yang menyatakan bahwa hubungan yang signifikan juga telah ditemukan antara keletihan karena bekerja dan peningkatan risiko ketuban pecah dini sebelum cukup bulan. e. Hubungan antara Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 dengan nilai OR = 2,142. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sujiyantini (2009) yang menyatakan bahwa paritas merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya ketuban pecah dini. Demikian pula dengan teori Sualman (2009), yang mengatakan bahwa ibu dengan paritas primipara dan grandemultipara lebih berisiko terhadap kejadian ketuban pecah dini. Hal tersebut dapat terjadi karena ibu dengan primipara yaitu yang melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya, maka kemungkinan kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin (passager). Sementara pada grande multipara dimana ibu sudah lebih dari 4 kali melahirkan bayi maka kondisi ibu sesungguhnya sudah mengalami penurunan secara fisiologis dan psikologis sehingga peluang komplikasi pada kehamilan pun akan lebih besar. Kondisi tersebut menyebabkan kemungkinan
terjadinya persalinan dengan kejadian ketuban pecah dini. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Manalu (2007) di Rumah Bersalin Tiyanti, Maospati Jawa Barat, menyebutkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian ketuban pecah dini dengan OR = 3,7. Juga dengan hasil penelitian Kumala (2011) tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini di Ruang VK RS Bhakti Rahayu Surabaya menyatakan bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian ketuban pecah dini dengan OR = 2,4. f. Hubungan antara Usia Ibu Bersalin dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 dengan nilai OR = 3,583. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sujiyantini (2009) yang menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor risiko berhubungan dengan timbulnya ketuban pecah dini. Juga dengan teori
Saifuddin (2006) menyebutkan bahwa ibu bersalin dengan usia kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengidap komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan. Menurut Sualman (2009) menyatakan bahwa usia yang dipandang memiliki risiko saat melahirkan adalah di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun. Sedangkan antara 20-35 tahun dari segi usia risiko melahirkannya nol. Untuk yang usia di bawah 20 tahun, risiko kehamilannya karena alat-alat atau organ reproduksinya belum siap untuk menerima kehamilan dan melahirkan. Alat-alat reproduksi yang belum siap itu antara lain organ luar seperti liang vagina, bibir kemaluan, muara saluran kencing dan perinium (batas antara liang vagina dan anus) tidak siap untuk bekerja mendukung persalinan. Begitu pula halnya dengan organ dalam seperti rahim, saluran rahim dan indung telur. KESIMPULAN 1. Proporsi ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja lebih besar (35,2%) dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin yang tidak
2.
3.
4.
5.
mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan status bekerja. Proporsi ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primi dan grande lebih besar (77,8%) dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan paritas primi dan grande. Proporsi ibu bersalin di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011 yang mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun lebih besar (14,8%) dibandingkan dengan proporsi ibu bersalin yang tidak mengalami kejadian ketuban pecah dini dengan usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011, hal ini dibuktikan dengan value = 0,072 dan OR = 1,802 (95% CI: 0,993 < OR < 3,273). Ada hubungan antara paritas ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011, hal ini dibuktikan dengan value = 0,018 dan OR = 2,142 (95% CI: 1,179 < OR < 3,892.
6. Ada hubungan antara usia ibu bersalin dengan kejadian ketuban pecah dini (KPD) di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2011, hal ini dibuktikan dengan value = 0,022 dan OR = 3,583 (95% CI: 1,263 < OR < 10,164). SARAN Ibu hamil agar memperhatikan aktifitas atau beban pekerjaan saat kehamilan dan bagi ibu primipara dan grandemultipara dan ibu yang berumur < 20 tahun dan > 35 tahun agar melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan jadwal yang dianjurkan dan dianjurkan mengikuti program KB untuk rencana kehamilan selanjutnya. Untuk mengurangi komplikasi KPD di RSUD Cideres maka perlunya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan yang komprehensif pada ibu hamil dan ibu bersalin agar kehamilan dan persalinannya berjalan dengan normal sehingga tidak terjadi komplikasi lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. BPS Propinsi Jawa Barat. 2007. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Propinsi Jawa Barat. www.jabar.bps.go.id, diakses tanggal 11 Maret 2012. Cuningham, Mc Donald. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Denise. 2008. Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan RI. 2009. Strategi dan Kebijakan 20052009. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. ____________. 2012. Capaian Pembangunan Kesehatan. http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 22 Maret 2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. 2011. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2011. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka Hanifa, Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Indriyani. 2007. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Sebelum Waktunya Pada Ibu yang Pernah Dirawat Di Instalasi
Kebidanan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI tahun 2006. share.stikesyarsis.ac.id, diakses tanggal 20 April 2012. Kumala. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Ruang VK RS Bhakti Rahayu Surabaya tahun 2010. www.stikesalirsyadclp.ac.id, diakses tanggal 20 April 2012. Kusmiyati. 2009. Perawatan ibu hamil (Asuhan Ibu hamil).Yogyakarta: Nuha. Manuaba, IBG. 2008. Buku Ajar: Patologi Obstetri - Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. ____________. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Arcan. ____________. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rachimhadi. 2005. Perdarahan Antepartum. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rahayu, L. Dewi. 2006. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin RSUD dr. Soeban di Jember. alumni.unair.ac.id, diakses tanggal 20 April 2012. Rahmat. 2010. Ketuban Pecah Dini (Untukt Ibu Hamil). http://depokpvpgn.forumotion.com, diakses tanggal 10 April 2012. RSUD Cideres tahun 2010-2011. Data Rekam Medik Kejadian Ketuban Pecah Dini RSUD Cideres tahun 2010-2011. Majalengka: RSUD Cideres. Safuddin, Abdul Bari. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sualman. 2009. Penatalaksaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Preterm. Pekanbaru : Universitas Riau. Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Sujiyantini, 2009. Panduan Lengkap Pelayanan. Jakarta: Arcan. Suparyanto. 2010. Konsep Paritas dan Partus. http://drsuparyanto.blogspot.com, diakses tanggal 10 Juni 2012.
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi IV. Jakarta: EGC. Yulaikhah. 2009. Seri Asuhan Kebidanan; Kehamilan. Jakarta: EGC.