HUBUNGAN STATUS PARITAS DENGAN KEJADIAN PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD dr. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2008 The correlation between parity status with premature rupture of membranes on dr. Soeselo Slawi Hospital Tegal Regency at 2008th Natiqotul Fatkhiyah (STIKES BHAMADA – SLAWI) Abstract Labor with premature ruptur of membranes is high risk to maternal and infant mortality, Which one of the cause is multiparity. the research’s goal is to know The correlation between parity status with premature rupture of membranes, is the parity status can caused premature ruptur of membranes. This research used discriptive correlation method with cross sectional approach. The sampling technic by purposive random sampling and total sample are 620 from 1.235 total population. The result of research, amount of multiparous mother with premature ruptur of membranes 161 (48.35%) and multiparous mother without premature ruptur of membranes 171 (51.65%). Whereas amount of nulliparous mother with premature ruptur of membranes 146 (50.87%) and nulliparous mother without premature ruptur of membranes 141 (49.13%). After analized by chi square test (X2) and p value with 5 % significance level obtained results X2 (0.392) and p value (0.531) showed “there is no significant correlation between parity status with premature rupture of membranes”. Key word: multiparous, nulliparous, labor, Premature Ruptur of Membranes
penting
PENDAHULUAN
dalam
upaya
meningkatkan
Menurut SDKI tahun 2005-2006 Angka
kesehatan mental dan fisik kehamilan untuk
Kematian Ibu (AKI) sebesar 307 per
menghadapi persalinan (Manuaba, 2002:
100.000 Kelahiran Hidup. Tingginya angka
88).
kematian ibu ini dilatarbelakangi salah
Persalinan adalah proses alami yang
satunya adalah ibu terlalu sering melahirkan
akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi
atau banyak mempunyai anak (Depkes RI,
persalinan
2003: 2). Namun sebenarnya AKI tersebut
terancam penyulit yang membahayakan ibu
dapat
maupun janinnya sehingga memerlukan
dicegah
kehamilan
dengan
setiap
saat
pengawasan, pertolongan dan pelayanan
2000).
dengan fasilitas yang memadai (Manuaba,
(antenatal)
2002: 138). Dalam persalinan, pengeluaran
terbukti mempunyai kedudukan yang sangat
air ketuban (amnion) sebagian besar terjadi
(GOI
Pengawasan
dan
sebelum
care/ANC)
manusia
yang
memadai
(antenatal
pemeriksaan
pada
UNICEF, lahir
64
menjelang persalinan dengan pembukaan
kejadian KPD tahun 2006 sebanyak 172
mendekati
kasus (11,41%) dari 1.508 persalinan, tahun
lengkap. Pembukaan lengkap
menyebabkan
selaput
bagian
depan
2007 sebanyak 217 kasus (26,96%) dari 805
menonjol dan merupakan bagian paling
persalinan, sedangkan pada tahun 2008
lemah yang dapat menyebabkan selaput
jumlah persalinan sebanyak 1.578 persalinan
pecah dengan mengeluarkan air (Manuaba,
yang terdiri dari 343 (21,74%) persalinan
2002: 112).
normal dan 1.235 persalinan patologis yaitu
Selama terjadi his (kekuatan kontraksi
KPD sebanyak 307 (19,46%) kasus, pre
untuk melahirkan) selaput janin menjadi
eklampsia/eklampsia sebanyak 98 (6,2%)
pelindung bagian terendah, sedangkan air
kasus, presentasi bokong sebanyak 73
ketuban yang keluar setelah selaput pecah
(4,63%) kasus, partus lama sebanyak 38
menjadi sarana penting persalinan yaitu
(2,4%) kasus, letak sungsang sebanyak 28
untuk
bersifat
(1,77%) kasus, gemeli sebanyak 27 (1,7%)
steril
kasus, serotinus sebanyak 26 (1,65%) kasus,
(Manuaba, 2002: 112). Pecahnya ketuban
letak lintang sebanyak 23 (1,46%) kasus,
sebelum terdapat tanda persalinan dan
lain-lain sebanyak 615 (38,97%) kasus. Jadi
ditunggu satu jam belum dimulainya tanda
Ketuban Pecah Dini
persalinan disebut Ketuban Pecah Dini
morbiditas ibu bersalin terbesar di RSUD dr.
(KPD) (Manuaba, 1998: 229).
Soeselo Slawi Kabupaten Tegal pada tahun
melicinkan
antibiotika
jalan
sehingga
lahir,
jalan
lahir
KPD
merupakan masalah
merupakan salah satu faktor risiko tinggi
2008
yang dapat secara langsung menyebabkan
persalinan
kematian ibu atau bayinya (Depkes RI,
Soeselo, 2008). Sedangkan status paritas
2000: 84). Faktor–faktor penyebab dari KPD
merupakan
ialah multiparitas, hidramnion, kelainan
penyebabnya.
letak
janin,
kehamilan
chepalopelvik
ganda,
perut
disproporsi,
gantung
yaitu 307 (19,46%) dari 1.578 (Rekam salah
Medik satu
RSUD
factor
dr.
resiko
Berdasarkan pernyataan tersebut di
atau
atas, masalah yang dirumuskan “Adakah
pendular abdomen (Manuaba, 1996: 130).
Hubungan Status Paritas Dengan Kejadian
Kejadian KPD mendekati 10% dari semua
Persalinan Ketuban Pecah Dini di RSUD dr.
persalinan (Manuaba, 2002: 229).
Soeselo Slawi Kabupaten Tegal Tahun 2008
Fenomena penelitian di RSUD dr.
“.
Soeselo Slawi Kabupaten Tegal, bahwa 65
Tujuan dalam penelitian ini adalah
dengan letak lintang sebanyak 23 responden,
untuk mengetahui hubungan status paritas
ibu
dengan kejadian persalinan KPD di RSUD
responden, ibu bersalin dengan gemeli
dr. Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun
sebanyak 27 responden.
2008.
bersalin
serotinus
Analisa
yang
sebanyak
digunakan
26
dalam
penelitian ini analisis univariat, Uji statistik yang
METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif
korelasi yaitu
digunakan
adalah
koefisiensi
kontingensi (C) yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel dengan
penelitian yang bertujuan untuk melakukan
perhitungan
eksplorasi deskriptif terhadap fenomena
melakukan uji statistik chi kuadrat (chi
kesehatan dalam masyarakat, baik yang
square) peneliti juga menggunakan bantuan
berhubungan dengan faktor resiko maupun
komputerisasi program SPSS (Statistical
yang bersifat efek (Notoatmodjo, 2002: 139-
Package for Social Sciences) versi 12.0.
143)
dan
pendekatan
penelitian
chi
kuadrat
(X²).
Dalam
yang
digunakan adalah cross sectional artinya
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasar
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
atas
penelitian
yang
dilakukan pada 620 responden dari 1.235
(Notoatmodjo, 2002: 145-150). Populasi dalam penelitian ini adalah
populasi seluruh ibu bersalin patologis di
semua ibu bersalin patologis di RSUD dr.
ruang kebidanan di RSUD
Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2008
Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005 yang
sejumlah
terdiri dari persalinan KPD sebanyak 307
digunakan
1.235
ibu.
berdasarkan
Sampel kriteria
yang inklusi
responden,
pre
eklampsia/eklampsia
sebanyak 620 responden yang terdiri dari
sebanyak
ibu bersalin KPD sebanyak 307 responden,
sebanyak 38 responden, letak sungsang
ibu
sebanyak 28 responden, presentasi bokong
bersalin
pre
eklampsia/eklampsia
98
dr. Soeselo
responden,
73
responden,
partus
sebanyak 98 responden, ibu bersalin dengan
sebanyak
partus lama sebanyak 38 responden, ibu
sebanyak 23 responden, serotinus sebanyak
bersalin dengan letak sungsang sebanyak 28
26
responden, ibu bersalin dengan presentasi
responden
bokong sebanyak 73 responden, ibu bersalin
menggunakan Uji Chi Square (X²) dan p
responden, dan
gemeli
letak
lama
lintang
sebanyak
dianalisis
27
dengan
66
value dengan taraf signifikansi 5% diperoleh
karena proses pembukaan serviks lebih
hasil X² (0,392) dan p value (0,531) yang
cepat dari nulipara, sehingga dapat terjadi
berarti tidak ada hubungan yang bermakna
pecahnya ketuban lebih dini. Pada kasus
antara
infeksi
status
paritas
dengan
kejadian
tersebut
dapat
menyebabkan
persalinan ketuban pecah dini sehingga
terjadinya proses biomekanik pada selaput
hipotesis penelitian tidak terbukti. Artinya
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
status paritas bukan sebagai faktor utama
memudahkan ketuban pecah (Manuaba,
penyebab persalinan KPD dan kemungkinan
2002: 229). Pada multipara, karena adanya
terjadinya KPD dikarenakan oleh faktor
riwayat persalinan yang lalu maka keadaan
penyebab lain. Menurut Mochtar dalam
jaringan ikatnya lebih longgar dari pada
buku berjudul sinopsis obstetri (2002: 256),
nulipara. Pada multipara jaringan ikat yang
bahwa faktor predisposisi KPD adalah
menyangga
multipara, malposisi, disproporsi dan cerviks
berkurang sehingga multipara lebih beresiko
incompeten. Menurut Manuaba dalam buku
terjadi ketuban pecah dini dibandingkan
berjudul
klinik
nulipara (Manuaba, 2002: 222). Berdasarkan
obstetri dan ginekologi (2000: 130), bahwa
asumsi peneliti, konsistensi serviks pada
sebab-sebab
multiparitas,
persalinan sangat mempengaruhi terjadinya
hidramnion, kelainan letak (sungsang atau
ketuban pecah dini. Pada multipara dengan
lintang),
disproporsi,
konsistensi serviks yang tipis, kemungkinan
kehamilan ganda, pendular abdomen (perut
terjadinya ketuban pecah dini lebih besar
gantung). Serta Menurut Manuaba dalam
dengan adanya tekanan intrauterin pada saat
buku lain berjudul memahami kesehatan
persalinan. Konsistensi serviks yang tipis
reproduksi wanita (2002: 112), bahwa sebab
dengan proses pembukaan serviks pada
terjadinya ketuban pecah (selaput janin)
multipara
diantaranya karena trauma langsung pada
hampir
perut ibu kelainan letak janin dalam rahim
pembukaan serviks sehingga dapat beresiko
dan kehamilan grande multipara atau hamil
ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap.
penuntun KPD
kepaniteraan adalah
sepalopelvik
lebih dari lima kali.
membran
(mendatar sekaligus)
ketuban
sambil dapat
makin
membuka
mempercepat
Penyebab KPD menurut Manuaba
Penyebab KPD menurut Manuaba
(2000: 130) yaitu kelainan letak janin
(2002: 130) yaitu multiparitas. Multipara
(sungsang atau lintang). Didukung pendapat
lebih besar kemungkinan terjadinya infeksi
Mochtar (2002: 356), bahwa prognosis bagi 67
ibu
pada
letak
sungsang
adalah
Penyebab KPD menurut Mochtar
kemungkinan robekan pada perineum lebih
(2002: 256) yaitu cerviks incompeten.
besar, juga karena dilakukan tindakan.
Didukung pendapat Wheeler (2003: 10),
Selain itu ketuban pecah dan partus lebih
bahwa
lama, jadi mudah terkena infeksi. Didukung
abnormal
pula pendapat Mochtar (2002: 370), bahwa
prosedur ginekologi dapat merusak serviks,
pada letak lintang biasanya ketuban cepat
sehingga serviks tidak mampu menyokong
pecah, pembukaan lambat jalannya, partus
berat bayi yang sedang tumbuh. Akibatnya
jadi lebih lama, tangan menumbung (20-
serviks yang tidak kompeten berdilatasi
50%), tali pusat menumbung (10%).
tanpa disertai nyeri pada mid-trimester
perkembangan atau
trauma
serviks
yang
serviks
akibat
Penyebab KPD menurut Manuaba
kehamilan dan janin yang tidak matur
(2000: 130) yaitu sepalopelvik disproporsi.
keluar. Didukung pendapat Verralls (2000:
Didukung pendapat Mochtar (2002: 326-
132), bahwa pada minggu ke 12 sampai ke
327), bahwa mekanisme persalinan kala I
28 kehamilan, oleh karena tekanan intrauteri
dengan panggul sempit, kepala tidak masuk
yang
PAP maka pembukaan berlangsung lama,
mengalami dilatasi dan membran pecah
besar kemungkinan ketuban pecah sebelum
sehingga fetus dikeluarkan. Didukung pula
waktunya, kepala tidak mau turun. Setelah
pendapat
ketuban pecah, maka kepala tidak dapat
robeknya selaput janin dalam kehamilan
menekan serviks kecuali kalau his kuat
dapat secara spontan karena selaputnya
sekali sehingga terjadi moulage yang hebat
lemah atau kurang terlindung karena serviks
pada kepala, sering tali pusat menumbung,
terbuka (serviks yang inkompeten) dan juga
inersia uteri sekunder, pada panggul sempit
karena trauma, jatuh, coitus atau alat-alat.
menyeluruh bahkan sering didapati inersia
Serta didukung pula
uteri primer, partus lama, ruptura uteri,
(2001: 159), bahwa serviks inkompeten
infeksi intrapartal, edema dan hemetoma
harus dicurigai bilamana pecah ketuban dini
jalan lahir. Jalannya pembukaan dapat
atau partus prematurus terjadi berulang
menentukan prognosa. Pembukaan lambat,
dalam trimester kedua atau awal trimester
maka besar kemungkinan janin tidak dapat
ketiga.
melewati panggul.
meningkat
maka
UNPAD
(1984:
serviks
50),
pendapat
akan
bahwa
Rayburn
Penyebab KPD menurut Manuaba (2000: 130) yaitu hidramnion. Didukung 68
pendapat
Taber
(2000:
231),
bahwa
hipertensi,
solusio
plasenta,
anemia,
saluran
kencing,
komplikasi dari hidramnion antara lain
hidramnion,
malformasi janin, presentasi janin yang
perdarahan post partum dan bedah sesar.
abnormal, persalinan prematur, ketuban
Didukung pula pendapat Manuaba (2002:
pecah dini dan prolaps tali pusat, yang dapat
268), bahwa komplikasi kehamilan kembar
menambah peningkatan mortalitas perinatal.
adalah hidramnion, prematuritas, kelainan
Didukung pula pendapat Pillitteri (2002:
letak, plasenta previa, solusio plasenta dan
69),
monster fetus.
bahwa
hidramnion
menyebabkan
infeksi
ketuban pecah dini, sehingga muncul risiko
Penyebab KPD menurut Manuaba
terjadinya infeksi tambahan dan prolaps
(2000: 130) yaitu perut gantung (abdomen
korda
pendulum).
dan
persalinan
prematur
akibat
peningkatan tekanan pada intrauterin.
Apabila
pendapat
tersebut
dikaitkan juga dengan pendapat Manuaba
Penyebab KPD menurut Manuaba
(2000: 130), bahwa penyebab KPD yaitu
(2000: 130) yaitu kehamilan ganda. Apabila
multiparitas, maka pendapat tersebut juga
pendapat tersebut dikaitkan juga dengan
didukung pendapat Wiknjosastro (2005:
pendapat
yang
417-418), yang mengemukakan bahwa perut
menyatakan bahwa penyebab lain KPD
gantung terdapat pada multipara karena
yaitu hidramnion, maka pendapat tersebut
melemahnya
didukung pendapat Taber (2000: 283), yang
multipara yang gemuk. Perut gantung
mengemukakan
komplikasi
menghalang-halangi masuknya kepala ke
kehamilan ganda antara lain persalinan dan
dalam panggul, sehingga sering terjadi
kelahiran
kelainan letak anak seperti letak sungsang
Manuaba
kelainan
persalinan
peregangan
malformasi
130)
bahwa
prematur,
(malpresentasi), disertai
(2000:
janin,
letak
disfungsional
uterus prolaps
perut,
terutama
dan letak lintang.
berlebihan,
Dilihat dari hasil penelitian dengan
pusat,
jumlah sampel yang diteliti sebanyak 620
hidramnion, anemia defisiensi besi pada ibu,
responden berdasarkan kriteria inklusi, dari
pre eklampsia atau eklampsia, perdarahan
1.235
antepartum,
besarnya sampel sudah cukup mewakili
perdarahan
tali
dinding
post
partum.
Didukung pendapat Scoot (2002: 193),
populasi
menunjukkan
bahwa
populasi.
bahwa komplikasi maternal pada kehamilan kembar
adalah
persalinan
preterm, 69
bersalin nulipara sebanyak 146
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelitian
yang
tentang
diperoleh
kejadian
dari
persalinan
(47,56%). 5. Faktor
penyebab
lain
dari
Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD dr.
kejadian
Soeselo Slawi Kabupaten Tegal tahun 2005
RSUD
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian
Kabupaten Tegal tahun 2005
ini adalah:
terbesar
1. Tidak
ada
hubungan
yang
signifikan antara status paritas
persalinan dr.
KPD
Soeselo
yaitu
di
Slawi
malpresentasi
sebanyak 22 (75,86%). 6. Komplikasi
yang
menyertai
dengan kejadian persalinan KPD
persalinan KPD di RSUD dr.
dengan hasil X² sebesar 0,392 (X²
Soeselo Slawi Kabupaten Tegal
hitung < X² tabel) dan p value
tahun
sebesar 0,531 (p value > 0,05).
persalinan preterm sebanyak 7
2. Kejadian RSUD
persalinan dr.
KPD
terbesar
yaitu
(38,9%).
Slawi
7. Penatalaksanaan persalinan KPD
2005
di RSUD dr. Soeselo Slawi
sebagian besar terjadi pada umur
Kabupaten Tegal tahun 2005
reproduksi
sebagian besar adalah dengan
Kabupaten
Soeselo
di
2005
Tegal yaitu
tahun 20-35
tahun
sebanyak 242 (78,83%). 3. Persalinan
KPD
persalinan spontan sebanyak 180
merupakan
persalinan patologis terbesar di RSUD
dr.
Soeselo
Slawi
Kabupaten Tegal tahun 2005, dimana kejadian persalinan KPD
(58,63%). Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, beberapa saran
yang dapat
disampaikan adalah: 1. KPD
termasuk
salah
satu
sebanyak 307 (24,86%) dari 1.235
kelompok faktor risiko tinggi
persalinan patologis.
yang
4. Kejadian
langsung
menyebabkan kematian ibu atau
Slawi
bayinya sehingga perlu dilakukan
Kabupaten Tegal tahun 2005 pada
pemeriksaan kesejahteraan ibu
ibu bersalin multipara sebanyak
dan janin sebelum, selama dan
161 (52,44%)
setelah
dr.
KPD
secara
di
RSUD
persalinan
dapat
Soeselo
dan
pada
ibu
persalinan
serta 70
penatalaksanaan
KPD
secara
cepat dan tepat. 2. Tidak menjadikan status paritas sebagai
patokan
terjadinya
persalinan KPD karena status paritas
bukan
faktor
utama
penyebab persalinan KPD dan kemungkinan
terjadinya
dikarenakan
oleh
KPD faktor
penyebab lain. 3. Tetap waspada bila menjumpai kasus KPD dan menghubungi tenaga
kesehatan
untuk
mendapatkan penanganan segera sehingga
dapat
mengurangi
angka kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayi. 4. Perlu
penelitian
tentang
faktor
persalinan
KPD
lebih
lanjut
penyebab yang
lebih
lengkap.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (edisi 5). Jakarta: Rineka Cipta. Christina, Y. 2001. Esensial obstetri dan ginekologi. Jakarta: Hipokrates. Cunningham, FG. 1995. Obstetri williams. Jakarta: EGC.
Depkes RI. 1993. Asuhan kebidanan pada ibu hamil dalam konteks keluarga. Jakarta: Depkes RI. Depkes RI. 2003. Pedoman pemantauan dan penyeliaan program kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Jakarta: Depkes RI. Dinkes propinsi Jateng. 2001. Penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal. Semarang: Dinkes propinsi Jateng. GOI dan UNICEF. 2006. Meningkatkan kesehatan ibu. http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/ BI/IndonesiaMDG_BI_Goal5.pdf. Harjono, R. 1996. Kamus kedokteran dorland. Jakarta: EGC. Hinchliff, S. 1999. Kamus keperawatan. Jakarta: EGC. Kapita selekta Mansjoer, A. 1999. kedokteran (jilid 1). Jakarta: Media Aesculapius. Penuntun Manuaba, IBG. 1999. kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. 2000. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana Jakarta: untuk pendidikan bidan. EGC. 2000. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: Arcan. Manuaba, IBG. 2001. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri, ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. Mochtar, R. 2002. Sinopsis obstetri (jilid 1). Jakarta: EGC. Metodologi Notoatmodjo, S. 2002. penelitian kesehatan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta. 71
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pillitteri, A. 2002. Buku saku perawatan kesehatan ibu dan anak. Jakarta: EGC. Ramali, A. 2000. Kamus kedokteran. Jakarta: Djambatan. Rayburn, WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Rekam medik. 2006. Laporan bulanan persalinan dan rujukan. Slawi: RSUD dr. Soeselo Slawi. Saifuddin, AB. 2001. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Verralls, S. 1997. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan. Jakarta: EGC. Wheeler, L. 2003. Buku saku perawatan pranatal dan pascapartum. Jakarta: EGC. Meningkatkan WHO-SEARO. 2006. kesehatan ibu. http://www.undp.or.id/pubs/imdg2004/ BI/IndonesiaMDG_B_Goal5.pdf. Wahyuningsih, HP.
2005.
Etika profesi
kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Yuwono, L. 1995. Jakarta: Arcan.
Kamus Kesehatan.
Scoot, JR. 2002. Danforth buku saku Jakarta: obstetri dan ginekologi. Widya Medika. Sugiyono. 2000. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. 2005. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Taber, B. 1994. Kapita selekta kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC. UNPAD. 1983. Obstetri Bandung: FK UNPAD.
fisiologi.
1984. Obstetri fisiologi. Bandung: FK UNPAD. Varney, H. 2001. Jakarta: EGC.
Buku saku bidan.
72