FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean, Saidah, dan Ferry. F. Munier Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK Lembah Palu merupakan kawasan lahan kering dataran rendah yang potensial untuk pengembangan usaha pertanian. Domba ekor gemuk (DEG) merupakan ternak unggulan spesifik daerah yang hanya berkembang baik di kawasan Lembah Palu. Produktivitas DEG yang masih rendah disebabkan karena pola pemeliharaan ternak masih tradisional dan kurangnya pemberian pakan yang berkualitas. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman palawija yang umum dibudidayakan petani di kawasan Lembah Palu, saat panen cukup banyak tersedia brangkasan kacang tanah yang merupakan sumber hijauan pakan yang bergizi karena mengandung protein kasar yang cukup tinggi. Limbah pertanian tersebut belum dimanfaatkan optimal sebagai pakan ternak. Mendasari hal tersebut BPTP Sulawesi tengah telah melakukan pengkajian sistem usahatani lahan kering dataran rendah di Lembah Palu. Tolok ukur berhasil tidaknya pengkajian, salah satunya ditentukan mau tidaknya petani mengadopsi teknologi tersebut. Oleh karena itu, kajian untuk mengetahui faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat adopsi petani diperlukan sebagai dasar evaluasi. Kajian menggunakan metode survai di kecamatan Marawola kabupaten Donggala, dengan responden petani/peternak eks peserta pengkajian dan petani/peternak non peserta pengkajian. Analisis data secara deskriptif dan matematis menggunakan regresi linear berganda. Hasil kajian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat adopsi petani diklasifikasikan dalam tingkat adopsi sedang. Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi yaitu motivasi petani, pengalaman usahatani, ketersediaan input, pendapatan usahatani, dan keikutsertaan dalam pengkajian. Kata kunci : Faktor sosial ekonomi, usahatani lahan kering, adopsi PENDAHULUAN Lembah Palu merupakan kawasan lahan kering dataran rendah yang potensial untuk pengembangan usaha pertanian di Sulawesi Tengah. Usaha pertanian yang cukup berkembang dan mendominasi di Lembah Palu adalah hortikultura, ternak ruminansia kecil, dan tanaman palawija (Fagi et al, 1993). Domba Ekor Gemuk (DEG) merupakan ternak unggulan spesifik daerah yang hanya berkembang baik di kawasan Lembah Palu, oleh karena itu pemerintah daerah kota Palu memprioritaskan pengembangan ternak ruminansia kecil dan palawija di wilayah lembah Palu Produktivitas DEG yang masih rendah disebabkan karena pola pemeliharaan ternak masih tradisional dan kurangnya pemberian pakan yang berkualitas. Selain itu, kacang tanah merupakan salah satu tanaman palawija yang umum dibudidayakan petani di kawasan Lembah Palu, saat panen cukup banyak tersedia brangkasan kacang tanah yang merupakan sumber hijauan pakan yang bergizi karena mengandung protein kasar yang cukup tinggi. Hal tersebut yang mendasari perlunya dilakukan pengkajian sistem usahatani lahan kering dataran rendah di Lembah Palu (Munier et al, 2004). Pengkajian sistem usahatani lahan kering dataran rendah di lembah Palu yang terdiri dari pengkajian pemeliharaan DEG semi intensif dan pengkajian budidaya kacang tanah telah dilakukan BPTP Sulawesi Tengah di Desa Porame Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala dengan melibatkan petani sebagai petani kooperator. Tolok ukur berhasil tidaknya pengkajian, salah satunya ditentukan mau tidaknya petani menerapkan atau mengadopsi teknologi tersebut. TUJUAN Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi petani mengadopsi teknologi pengkajian sistem usahatani lahan kering dataran rendah METODOLOGI
Survai faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat adopsi pengkajian sistem usahatani lahan kering dataran rendah telah dilakukan pada tahun 2006. Lokasi pengkajian adalah desa Porame kecamatan Marawola kabupaten Donggala. Penentuan responden dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling yaitu penentuan responden berdasarkan kelompok sasaran atau pengguna teknologi, yang meliputi petani eks peserta pengkajian dan petani non peserta. Jumlah responden petani eks peserta pengkajian sebanyak 18 responden dan 18 petani non peserta pengkajian, sehingga total responden sebanyak 36 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survai dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur/kuesioner. Jenis data yang dikumpulkan meliputi : (1) karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, penguasaan lahan, dan pemilikan ternak); (2) sikap petani, motivasi petani, intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan, pengalaman berusahatani, peran ketua kelompok tani, ketersediaan input/sarana produksi, sifat teknologi, produktivitas dan pendapatan usahatani Tingkat adopsi didasarkan pada klasifikasi tingkat adopsi (tinggi, rendah dan sedang) dihitung dengan menggunakan teknik tertimbang (Kasdono, 1990). Adapun cara perhitungannya dapat dilakukan berdasarkan tabel berikut : Tabel 1. Teknik skoring tingkat Adopsi tiap responden Nomor Respon den 1 2 3 4 . 46
Komponen Teknologi 1 NfxN B NM
Keterangan : Nf NB NM
2
3
4
5
6
7
Tingkat Adopsi 8
9
10
11
= Nilai faktor yaitu nilai dari masing-masing komponen teknologi yang diperoleh dilapangan (nilai 1s/d 4) = Nilai bobot yaitu nilai bobot dari masing-masing komponen teknologi (0 s/d100) = Nilai maximum dari setiap paket teknologi (nilai 400)
Tingkat adopsi secara keseluruhan diklasifikasikan sebagai berikut : • Adopsi rendah, jika skor 0 – 44,99% • Adopsi sedang, jika skor 45 – 64,99% • Adopsi tinggi, jika skor 65 – 100% Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi/difusi digunakan regresi linear berganda (Gudjarati, 1995). Adapun bentuk rumus matematis dari model regresi berganda adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + b10X8 + D + e Keterangan : Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 D
= = = = = = = = = =
bi a e
= = =
Tingkat adopsi Sikap petani/peternak (skor) Motivasi petani/peternak (skor) Intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan (kali) Pengalaman berusahatani/usaha ternak (tahun) Peran ketua kelompok tani (skor) Ketersediaan input/sarana produksi (skor) Sifat teknologi (skor) Pendapatan usahatani/usaha ternak (rp) Dummy peserta pengkajian =1 Dummy non peserta pengkajian = 0 Parameter yang diestimasi Intersept Error term
Untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan, dihitung nilai koefisien determinasi ganda (R2). Nilai determinasi ini menunjukkan besarnya kemampuan menerangkan variabel bebasnya. Nilai R 2 ini berkisar antara 0-1 dan bila hasil yang diperoleh nilai R 2 nya sama dengan 1 atau mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Peternak Domba Ekor Gemuk Peternak responden terdiri dari petani eks peserta pengkajian pemeliharaan DEG dan sebagai pembanding adalah peternak non peserta pengkajian yang berdomisili tidak berjauhan dengan peternak peserta. Karakteristik peternak dicerminkan oleh umur, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha ternak, jumlah pemilikan ternak serta luas lahan garapan. Rata-rata umur peserta pengkajian lebih tua (53 tahun) dibandingkan dengan umur peserta non pengkajian (43 tahun), hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata umur peternak peserta maupun non peserta pengkajian sebagian besar masih berada dalam usia produktif untuk melakukan usaha ternak. Tingkat pendidikan formal yang dicapai peternak peserta yaitu lulus SD, sedangkan peternak non peserta pengkajian yaitu lulus SMP. Dalam hal jumlah tanggungan keluarga (dalam hal ini tidak termasuk kepala keluarga), antara peternak peserta dan non peserta pengkajian juga sama yaitu rata-rata 2- 3 orang. Dari jumlah tersebut yang membantu kegiatan usahatani rata-rata 2 orang. Rata-rata pemilikan ternak, peternak peserta hampir sama dengan peternak non peserta. Ratarata ternak jantan yang dimiliki peternak peserta 2 ekor, peternak non peserta 1 ekor, sedangkan ratarata ternak betina yang dimiliki peternak peserta dan peternak non peserta sama yaitu 5 ekor.
Tabel 2. Karakteristik petani peserta dan non peserta pengkajian teknologi pemeliharaan domba ekor gemuk semi intensif, 2006 No Karakteristik Petani Petani Peserta Petani Non Peserta 1 Umur (tahun) 53 43 2 Pendidikan (tahun) 6 9 3 Jumlah Tanggungan (jiwa) 2 3 4 Luas Lahan Garapan (ha) a. Sawah 0,50 0,19 b. Lahan Kering/Kebun 1,10 0,41 5 Pemilikan Ternak DEG (ekor) a. Jantan 2 1 b Betina 5 5 Petani Tanaman Kacang Tanah Petani responden terdiri dari petani eks peserta pengkajian dan sebagai pembanding adalah petani non peserta yang berdomisili atau lahannya tidak berjauhan dengan petani peserta. Karakteristik petani dicerminkan oleh umur, pendidikan formal, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usahatani kacang tanah, serta luas lahan garapan. Rata-rata umur peserta pengkajian lebih tua (53 tahun) dibandingkan dengan umur peserta non pengkajian (41 tahun), hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata umur petani peserta maupun non peserta pengkajian sebagian besar masih berada dalam usia produktif untuk melakukan usahatani kacang tanah. Tingkat pendidikan formal yang dicapai, petani peserta yaitu lulus SD, sedangkan non peserta pengkajian yaitu lulus SMP. Dalam hal jumlah tanggungan keluarga (dalam hal ini tidak termasuk kepala keluarga), antara petani peserta dan non peserta pengkajian juga sama yaitu rata-rata 3 orang. Dari jumlah tersebut yang membantu kegiatan usahatani rata-rata 2 orang. Luas garapan untuk lahan sawah rata-rata lebih sempit dibandingkan untuk lahan kering. Luas lahan garapan untuk kacang tanah yang digarap petani peserta hampir sama dengan petani non peserta, masing-masing 0,35 ha dan 0,30 ha. Tabel 3. Karakteristik petani peserta dan non peserta pengkajian teknologi budidaya kacang tanah, 2006 No Karakteristik Petani Petani Peserta Petani Non Peserta 1 Umur (tahun) 53 41 2 Pendidikan (tahun) 7 9 3 Jumlah Tanggungan (jiwa) 3 3 4 Luas Lahan Garapan (ha) a. Sawah 0,48 0,33 b. Lahan Kering/Kebun 0,18 0,08 5 Luas Lahan Garapan Kacang 0,35 0,30 Tanah 6 Pemilikan Ternak DEG (ekor) 3 1 Tingkat Adopsi Teknologi Tingkat Adopsi Teknologi Pemeliharaan DEG Semi Intensif Teknologi Pemeliharaan Ternak DEG yang dianjurkan dalam pengkajian terdiri dari 10 komponen teknologi yaitu: (1) tepat pemilihan bibit pejantan; (2) tepat pemilihan bibit induk; (3) tepat letak kandang; (4) tepat bentuk dan bahan kandang; (5) tepat ukuran/luas kandang; (6) tepat jenis pakan; (7) tepat komposisi pakan; (8) tepat pemberian mineral, vitamin, dan vaksin; (9) tepat cara pengendalian penyakit; (10) tepat cara pengobatan penyakit. Tabel 4. Distribusi peternak berdasarkan klasifikasi tingkat adopsi teknologi pemeliharaan ternak DEG semi intensif, 2006
Tingkat Adopsi/ Difusi
Klasifikasi
Peternak Peserta
Peternak Non Peserta
Jumlah Peternak
%
Jumlah Peternak
%
0 – 44,49 %
Adopsi Rendah
3
37,50
6
75,00
45 – 64,49 %
Adopsi Sedang
4
50,00
2
25,00
65 – 100
Adopsi Tinggi
1
12,50
0
0
8
100,00
8
100,00
%
Jumlah
Jika diklasifikasikan berdasarkan tingkat adopsi/difusi, maka sebagian besar peternak peserta (50,00%) sudah berada dalam klasifikasi tingkat adopsi sedang, hanya sebagian kecil yang telah berada dalam taraf tingkat adopsi tinggi (12,50%) dan sekitar 37,50% masih berada dalam tingkat adopsi sedang. Sedangkan sebagian besar (75%) peternak non peserta masih berada dalam tingkat adopsi rendah dan 25% telah dalam taraf tingkat adopsi sedang, dan belum ada yang mencapai tingkat adopsi tinggi. Tingkat Adopsi Teknologi Budidaya Tanaman Kacang Tanah Teknologi Budidaya Kacang Tanah yang dianjurkan pada saat dilakukan pengkajian terdiri dari 11 komponen yaitu: (1) tepat cara pengolahan tanah; (2) tepat pembuatan bedengan; (3) tepat ukuran bedengan; (4) tepat pemilihan benih; (5) tepat jumlah benih; (6) tepat perlakuan benih sebelum tanam; (7) tepat jarak tanam; (8) tepat jenis pupuk; (9) tepat dosis pupuk; (10) tepat waktu penyiangan; (11) tepat cara pengendalian hama dan penyakit Jika diklasifikasikan berdasarkan tingkat adopsi/difusi, maka petani peserta (40%) telah berada dalam klasifikasi tingkat adopsi sedang, 40% berada dalam tingkat adopsi rendah dan sekitar 20% telah mencapai tingkat adopsi tinggi. Sedangkan sebagian besar (60%) petani non peserta masih berada dalam tingkat adopsi rendah, dan 40% telah berada dalam taraf tingkat adopsi sedang. Tabel 5. Distribusi petani berdasarkan klasifikasi tingkat adopsi teknologi budidaya tanaman kacang tanah, 2006 Tingkat Adopsi/Difusi
Klasifikasi
Petani Peserta
Petani Non Peserta
Jumlah Petani
%
Jumlah Petani
%
0 – 44,49 %
Adopsi Rendah
4
40,00
6
60,00
45 – 64,49 %
Adopsi Sedang
4
40,00
4
40,00
65 – 100
Adopsi Tinggi
2
20,00
0
0
10
100,00
10
100,00
%
Jumlah
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Analisis Deskriptif Petani dalam mengadopsi suatu inovasi dalam hal ini teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya kacang tanah dipengaruhi oleh faktor dalam diri individu petani (faktor internal) dan juga oleh faktor dari luar individu petani (faktor eksternal). Faktor internal yang ditinjau dalam kajian ini meliputi: (1) sikap petani/peternak terhadap teknologi; (2) motivasi petani/peternak; (3) intensitas mengikuti penyuluhan; (4) pengalaman berusahatani/ternak; (5) peran ketua kelompok; (6) ketersediaan input/sarana produksi; (7) sifat teknologi; (8) pendapatan usahatani kacang tanah dan ternak Sikap Petani/Peternak Terhadap Teknologi Sikap petani/peternak terhadap teknologi merupakan respon evaluatif dari diri petani/peternak terhadap teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya kacang tanah dalam bentuk respon positif, netral atau negatif. Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar petani memberikan respon positif terhadap teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya tanaman kacang tanah, hanya 10% petani peserta pengkajian budidaya tanaman kacang tanah yang memberikan respon negatif. Hal ini diartikan
bahwa sebagian besar petani peserta dan non peserta pengkajian merespon teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya tanaman kacang tanah. Tabel 6. Sikap petani/peternak terhadap teknologi pemeliharan ternak DEG dan budidaya tanaman kacang tanah, 2006 Teknologi Ternak DEG
Teknologi Budidaya Kacang Tanah
No
Kategori Sikap
Jumlah Peternak Peserta
Jumlah Peternak Non Peserta
Jumlah Petani Peserta
Jumlah Petani Non Peserta
1 2 3
Negatif Netral Positif
0 1 (12,50) 7 (87,50)
0 3 (37,50) 5 (62,50)
1 (10,00) 2 (20,00) 7 (70,00)
0 6 (60,00) 4 (40,00)
8 (100,00)
10 (100,00)
10 (100,00)
Jumlah
Keterangan : (
8 (100,00)
) persentase petani/peternak
Motivasi Petani/Peternak Terhadap Teknologi Motivasi petani adalah kekuatan atau dorongan pada diri petani/peternak baik dari dalam maupun dari luar/orang lain sehingga petani/peternak tersebut rela dan bersedia mengerjakan berbagai hal yang berkaitan dengan teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya tanaman kacang tanah. Tabel 7. Motivasi petani/peternak terhadap teknologi pemeliharan ternak DEG dan budidaya tanaman kacang tanah, 2006 No
Klasifikasi Motivasi
Teknologi Ternak DEG
Teknologi Budidaya Kacang Tanah
Jumlah Peternak Peserta
Jumlah Peternak Non Peserta
Jumlah Petani Peserta
Jumlah Petani Non Peserta
0 4 (50,00) 4 (50,00)
5 (62,50) 2 (25,00) 1 (12,50)
0 3 (30,00) 7 (70,00)
3 (30,00) 2 (20,00) 5 (50,00)
Jumlah 8 (100,00) Keterangan : ( ) persentase petani
8 (100,00)
10 (100,00)
10 (100,00)
1 2 3
Motivasi Rendah Motivasi Sedang Motivasi Tinggi
Tabel 7 menunjukkan bahwa sekitar 50% peternak peserta teknologi pemeliharaan ternak DEG memiliki motivasi tinggi, sedangkan peternak non peserta sebagian besar (62,50%) memiliki motivasi rendah. Petani peserta teknologi budidaya kacang tanah sebagian besar (70%) memiliki motivasi tinggi, begitu juga halnya dengan petani non peserta sebagian besar (50%) memiliki motivasi tinggi. Intensitas/Keaktifan Mengikuti Penyuluhan Intensitas dan keaktifan peternak peserta pengkajian pemeliharaan ternak DEG mengikuti penyuluhan sebagian besar (50%) sebanyak 5-6 kali per tahun, sedangkan non peserta sebagian besar (50%) sebanyak 3-4 kali. Petani peserta pengkajian budidaya kacang tanah sebagian besar (50%) mengikuti penyuluhan sebanyak 5-6 kali per tahun, sedangkan petani non peserta sebagian besar (40%) mengikuti penyuluhan sebanyak 1-2 kali, 30 % petani mengikuti penyuluhan sebanyak 3-4 kali. Tabel 8. Intensitas petani/peternak mengikuti penyuluhan per tahun, 2006 No
1 2 3 4
Tingkat Intensitas
0 1-2 3-4 5-6
Teknologi Ternak DEG
Teknologi Budidaya Kacang Tanah
Jumlah Peternak Peserta
Jumlah Peternak Non Peserta
Jumlah Petani Peserta
Jumlah Petani Non Peserta
0 1 (12,50) 3 (37,50) 4 (50,00)
0 4 (50,00) 4 (50,00) 0 ( 0,00)
0 3 (30,00) 3 (30,00) 4 (50,00)
3 (30,00) 4 (40,00) 3 (30,00) 0
Jumlah 8 (100,00) 8 (100,00) Keterangan : ( ) persentase petani
10 (100,00)
10 (100,00)
Pengalaman Usahatani/ternak Peternak peserta pengkajian pemeliharaan ternak DEG sebagian besar (55%) telah mengusahakan ternak DEG selama >10 tahun, sedangkan sekitar ( 37,5%) mengusahakan ternak antara 5-10 tahun. Petani non peserta pengkajian sebagian besar (50%) mengusahakan ternak DEG >10 tahun, sedangkan sekitar 25% mengusahakan ternak < 5 tahun dan antara 5-10 tahun. Jika dirata-rata, maka pengalaman peternak peserta 13 tahun sedangkan non peserta dan 10 tahun. Petani peserta pengkajian budidaya kacang tanah sebagian besar (60%) telah mengusahakan kacang tanah >10 tahun, sedangkan sekitar 30% mengusahakan kacang tanah antara 6-10 tahun. Petani non peserta pengkajian sebagian besar (50,00%) mengusahakan kacang tanah antara 5-10 tahun, sedangkan sekitar 40% mengusahakan kacang tanah < 5 tahun, dan hanya sebagian kecil (10%) yang mengusahakan kacang tanah > 10 tahun. Jika dirata-rata maka pengalaman berusahatani kacang tanah petani peserta sekitar 12 tahun, sedangkan petani non peserta selama 7 tahun. Tabel 9. Pengalaman usaha ternak DEG dan usahatani kacang tanah, 2006 No
1 2 3
Pengalaman (Tahun)
<5 6-10 > 10
Teknologi Ternak DEG
Teknologi Budidaya Kacang Tanah
Jumlah Peternak Peserta
Jumlah Peternak Non Peserta
Jumlah Petani Peserta
Jumlah Petani Non Peserta
0 3 (37,50) 5 (62,50)
2 (25,00) 2 (25,00) 4 (50,00)
1 (10,00) 3 (30,00) 6 (60,00)
4 (40,00) 5 (50,00) 1 (10,00)
8 (100,00)
10 (100,00)
10 (100,00)
Jumlah 8 (100,00) Keterangan : ( ) persentase petani
Peran Ketua Kelompok Tani Ketua kelompok tani merupakan mitra penyuluh pertanian dalam rangka penyebaran inovasi. Ketua kelompok tani adalah orang yang ditunjuk untuk menjadi pemimpin dalam kelompoknya, biasanya mempunyai kemampuan untuk membimbing, menggerakkan, mendinamiskan para anggotanya dan sering dijadikan tempat untuk meminta nasehat para anggotanya. Kadang ketua kelompok tani tersebut mempunyai pengaruh dalam menyetujui ataupun menolak suatu inovasi atau gagasan-gagasan baru. Tabel 10. Penilaian petani terhadap peran ketua kelompok tani dalam penerapan teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya kacang tanah, 2006 No
Kategori
Teknologi Ternak DEG Jumlah Peternak Peserta
1 2 3
Teknologi Budidaya Kacang Tanah
Jumlah Peternak Non Peserta
Jumlah Petani Peserta
Jumlah Petani Non Peserta
Tidak Berperan Cukup Berperan Berperan
2 (25,00) 3 (37,50) 3 (37,50)
5 (62,50) 1 (12,50) 2 (25,00)
40 (40,00) 20 (20,00) 40 (40,00)
6 (60,00) 2 (20,00) 2 (20,00)
Jumlah
8 (100,00)
8 (100,00)
10 (100,00)
10 (100,00)
Keterangan : (
) persentase petani
Tabel 10 menunjukkan bahwa peternak peserta pengkajian pemeliharaan ternak DEG menyatakan bahwa ketua kelompoknya cukup berperan (37,5%) dan berperan (37,5%) dalam penerapan teknologi, sedangkan 25% menyatakan tidak berperan. Sebagian besar (62,5%) peternak non peserta pengkajian menyatakan bahwa ketua kelompoknya tidak berperan. Petani peserta pengkajian budidaya kacang tanah, 40% menyatakan berperan, 40% juga menyatakan tidak berperan, dan 20% menyatakan cukup berperan. Sedangkan sebagian besar (60%)
petani non peserta menyatakan tidak berperan, 20 % menyatakan cukup berperan, dan 20% lagi menyatakan berperan. Ketersediaan Input Ketersediaan input yang dimaksud adalah ketersediaan sarana produksi (benih, pakan ternak, pupuk, herbisida, insektisida). Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar (75%) peternak peserta dan non peserta pengkajian menyatakan bahwa input dalam penerapan teknologi cukup tersedia di lokasi atau petani cukup mudah mendapatkannya. Ketersediaan pakan tambahan anjuran seperti gamal dan desmanthus ketersediaannya terbatas, sedangkan pakan tambahan dari hasil pertanian seperti dedak padi, bungkil kelapa tidak selalu tersedia. Tabel 11. Ketersediaan input dalam penerapan teknologi pemeliharaan ternak DEG dan teknologi budidaya kacang tanah, 2006 No
Kategori
Teknologi Ternak DEG Jumlah Peternak Peserta
1 2 3
Jumlah Peternak Non Peserta
Teknologi Budidaya Kacang Tanah Jumlah Petani Peserta
Jumlah Petani Non Peserta
Tidak Tersedia Cukup Tersedia Tersedia
2 (25,00) 6 (75,00) 0
2 (25,00) 6 (75,00) 0
0 2 (20,00) 8 (80,00)
0 5 (50,00) 5 (50,00)
Jumlah
8 (100,00)
8 (100,00)
10 (100,00)
10 (100,00)
Keterangan : (
) persentase petani
Dalam penerapan teknologi budidaya tanaman kacang tanah, sebagian besar (80%) petani peserta menyatakan bahwa input tersedia dilapangan, sedangkan sebagian besar (50%) petani non peserta juga menyatakan bahwa input tersedia dilokasi. Sifat Teknologi Sifat teknologi yang dimaksud adalah tingkat kemudahan atau kesulitan dalam menerapkan teknologi pemeliharaan ternak DEG dan teknologi budidaya tanaman kacang tanah. Tabel 12 menunjukkan bahwa sebagian besar (75%) peternak peserta menyatakan bahwa teknologi pemeliharaan ternak DEG mudah dilakukan, sedangkan sebagian kecil menyatakan bahwa teknologi cukup mudah dilakukan (1,25%) dan mudah dilakukan (1,25%). Sedangkan peternak non peserta menyatakan mudah dilakukan (37,5%), cukup mudah dilakukan (37,5%), dan tidak mudah dilakukan (25%) Begitu juga halnya dengan penerapan teknologi budidaya kacang tanah, sebagian besar (70%) petani peserta menyatakan bahwa teknologi mudah dilakukan, sedangkan petani non peserta sebagian besar (60%) menyatakan bahwa teknologi cukup mudah dilakukan. Tabel 12. Penilaian petani terhadap tingkat kemudahan/kesulitan penerapan teknologi ternak DEG dan budidaya kacang tanah, 2006 No
Kategori
Teknologi Ternak DEG Jumlah Peternak Peserta
1 2 3
Jumlah Peternak Non Peserta
Teknologi Budidaya Kacang Tanah Jumlah Petani Peserta
Jumlah Petani Non Peserta
Tidak Mudah Cukup Mudah Mudah
1 (12,50) 1 (12,50) 6 (75,00)
2 (25,00) 3 (37,50) 3 (37,50)
0 3 (30,00) 7 (70,00)
0 6 (60,00) 4 (40,00)
Jumlah
8 (100,00)
8 (100,00)
10 (100,00)
10 (100,00)
Keterangan : (
) persentase petani
Analisis Regresi Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkap adopsi teknologi pemeliharaan ternak DEG dan teknologi budidaya kacang tanah dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, dengan variabel
independen : sikap petani/peternak, motivasi petani/peternak, intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan, pengalaman usahatani/ternak, peran ketua kelompok, ketersedian input, sifat teknologi, dan pendapatan usahatani/ternak Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 35,163 dan nyata pada tingkat kesalahan 1%. Hal ini berarti secara bersama-sama variabel sikap petani/peternak (X1), motivasi petani/peternak (X2), intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan (X3), pengalaman usahatani/ternak (X4), peran ketua kelompok (X5), ketersedian input (X6), sifat teknologi(X7), pendapatan usahatani/ternak (X8), dan dummi keikutsertaan (D) berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi (Y). Koefisien R2 (determinasi) sebesar 0,924%, berarti sekitar 92,40% variasi variabel dependen (Y) dipengaruhi variabelvariabel independen (Xi). Hasil uji-t (individul test) menunjukkan bahwa variabel sikap petani (X1), intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan (X3), peran ketua kelompok tani (X5), sifat teknologi (X7), tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya tanaman kacang tanah. Selanjutnya, hasil uji-t (individul test) menunjukkan bahwa variabel motivasi petani (X2), pengalaman usahatani/ternak (X4), ketersedian input (X6), pendapatan usahatani/ternak (X8), dan dummi keikutsertaan (D), berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi (Y). Motivasi petani mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,258, berarti setiap peningkatan nilai motivasi satu satuan, maka tingkat adopsi petani/peternak terhadap teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya kacang tanah meningkat sebesar 0,258 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Pengalaman dalam usahatani/ternak berpengaruh nyata dengan nilai koefisien regresi sebesar 3,354E-02, yang berarti setiap peningkatan pengalaman usaha ternak sebesar satu satuan, maka tingkat adopsi terhadap teknologi meningkat sebesar 3,354E-02 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Ketersediaan input dalam penerapan teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya kacang tanah berpengaruh nyata dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,153 yang berarti setiap peningkatan ketersediaan input sebesar satu satuan, maka tingkat adopsi petani terhadap teknologi meningkat sebesar 0,153 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi/ Difusi Teknologi Pemeliharaan Ternak DEG dan Budidaya Kacang Tanah Variabel Independen Koefisien Regresi X1 ( Sikap Petani/Peternak) 9,090E-02 (1,011) X2 (Motivasi Petani/Peternak) 0,258 (2,951)*** X3 (Intensitas Mengikuti Penyuluhan) -4,40E-02 (-1,021) X4 (Pengalaman Berusahatani) 3,354E-02 (2,042)* X5 (Peran Ketua Kelompok) 2,834E-02 (0,495) X6 (Ketersediaan Input/Alat) 0,153 (1,846)* X7 (Sifat Teknologi) 1,377E-02 (0,209) X8 (Pendapatan Usahatani/usaha 7,184E-14 (2,776)** ternak) D1 (Keikutsertaan) 0,615 (4,622)*** Konstanta 0,416 (1,276) R2 0,924 F-hitung 35,163*** Keterangan :
* ** *** ( )
= beda nyata pada tingkat kesalahan 10 % = beda nyata pada tingkat kesalahan 5 % = beda nyata pada tingkat kesalahan 1 % = nilai t hitung
Pendapatan usahatani/ternak berpengaruh nyata dengan nilai koefisien regresi sebesar 7,184E-14 yang berarti setiap peningkatan usahatani/ternak sebesar satu satuan, maka tingkat adopsi
petani terhadap teknologi meningkat sebesar 4,062E-08 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Dummi keikursertaan juga berpengaruh nyata dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,615 yang berarti dengan keikutsertaan sebagai petani kooperator, maka tingkat adopsi petani terhadap teknologi pemeliharaan ternak DEG dan budidaya kacang tanah meningkat sebesar 0,615 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hariyadi (1996) yang menyatakan bahwa variabel keikutsertaan petani dalam suatu kegiataan berpengaruh nyata terhadap penerapan suatu teknologi.
KESIMPULAN Rata-rata tingkat adopsi petani dalam pengkajian sistem usahatani lahan kering dataran rendah di lembah Palu diklasifikasikan dalam tingkat adopsi sedang. Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi yaitu motivasi petani, pengalaman usahatani, ketersediaan input, pendapatan usahatani, dan keikutsertaan dalam pengkajian DAFTAR PUSTAKA Fagi, A.M., Soeripto, Badruddin, Yunus Dai, Herdiarto, Dam Dam, dan S. Sudarman, 1993. Potensi dan Peluang Pengembangan serta Strategi Penelitian Pertanian Propinsi Sulawesi Tengah. Badan Ltbang Pertanian. Deptan. Bogor. 108 hal. Gudjarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta Hariyadi, Sunarru Samsi. 1996. Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Petani Dalam Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 2, No 1. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Kasdono. 1990. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Petani Peserta PIRBUN X Kelapa Hibrida di PTP XI, Kabupaten Lebak Jawa Barat. Thesis Pasca Sarjana UGM Yogyakarta. Tidak diterbitkan Munier, F.F, Saidah, D. Bulo, Chatijah, Syafruddin, M. Rusdi, A. Ardjanhar, A.N. Kairupan, A. Lasenggo, Y. Bunga, dan M. Takdir. 2004. Laporan Hasil Pengkajian Sistem Usahatani Lahan Kering Dataran Rendah Lembah Palu di Sulawesi Tengah. BPTP Sulawesi Tengah. Palu. Tidak diterbitkan.