FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI INTEGRASI SAPI POTONG PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI SULAWESI TENGAH Lintje Hutahaean dan Heni Sulistyawati PR Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK Keberhasilan adopsi teknologi dipengaruhi oleh berbagai foktor. Kajian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi teknologi; dan (2) mendapatkan umpan balik dari pengguna inovasi teknologi. Kajian dilaksanakan melalui survei dilakukan pada bulan Juni-Juli tahun 2008 di desa Boyantongo, kecamatan Parigi Selatan, kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data dianalisis secara deskriptif dan matematis menggunakan regresi linear berganda. Hasil kajian menunjukkan faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi integrasi sapi potong pada lahan sawah irigasi hanya motivasi petani/peternak. Ketersediaan jenis pakan jerami segar dan fermentasi yang dianjurkan terbatas, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sepanjang tahun. Pembuatan jerami fermentasi dan pupuk bokasi sulit dilakukan pada musim hujan, dan membutuhkan waktu yang cukup lama (21 hari). . Kata kunci: Faktor sosial ekonomi, adops, integrasi, sapi potong, sawah irigasi PENDAHULUAN Usaha sapi potong yang diperuntukkan menghasilkan daging dengan kualitas baik di Sulawesi Tengah dihadapkan pada masalah ketidak tersediaan pakan baik berupa hijauan maupun pakan penguat, untuk penyediaan bahan pakan hijauan diperlukan lahan yang luas dan pengolahan intensif, harga konsentrat mahal, sehingga peternak dengan cara konvensional tidak memperoleh keuntungan. Jerami padi sebagai limbah pertanian padi sawah yang selama ini hanya dibakar atau dibuang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang berkualitas. Kotoran sapi dan sisa makanan dapat diolah menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah (Bulo et al., 2002). Berhasil tidaknya pengembangan teknologi ditentukan oleh mau tidaknya petani mengadopsi teknologi yang dianjurkan (Pranadji, 1984). Keputusan untuk mengadopsi suatu teknologi bagi petani dipengaruhi oleh sifat teknologi yaitu: (1) keuntungan relatif, (2) kompatibilitas, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan (5) observabilitas. Keuntungan relatif yang dimaksud adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap suatu yang lebih baik daripada ide-ide yang ada sebelumnya. Kompabilitas adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilainilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima. Kompleksitas
503
adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relatif sulit untuk dimengerti dan digunakan. Triabilitas adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil, sedangkan observabilitas adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Petani akan mengadopsi suatu teknologi jika teknologi itu sudah pernah dicoba oleh orang lain dan berhasil. Petani tidak akan mengadopsi suatu teknologi jika masih harus menanggung resiko kegagalan atau ketidakpastian. Kajian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi teknologi; dan (2) mendapatkan umpan balik dari pengguna inovasi teknologi. METODOLOGI Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survei dan metode fenomenologi (Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995). Lokasi pengkajian adalah desa Boyantongo kecamatan Parigi Selatan kabupaten Parigi Moutong yang pernah dilakukan pengkajian paket teknologi. Penentuan responden dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling, jumlah petani responden sebanyak 15 petani eks peserta dan 15 petani non peserta, sehingga jumlah petani responden sebanyak 30 responden. Pengumpulan data dengan metode survei menggunakan kuesioner pada bulan Juni-Juli 2008, meliputi : • Karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah tenaga kerja keluarga, penguasaan lahan, dan pemilikan ternak). • Sikap petani, motivasi petani, intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan, pengalaman berusahatani, peran ketua kelompok tani, ketersediaan input/sarana produksi, sifat teknologi, ketersediaan modal, produktivitas dan pendapatan usahatani • Umpan balik masing-masing komponen teknologi Untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti dibuat difinisi operasionalnya sebagai berikut: • Tingkat adopsi didasarkan pada penilaian setiap komponen teknologi yang meliputi ¾ Tepat/Sesuai dengan anjuran, nilai 4 ¾ Cukup sesuai dengan anjuran, nilai 3 ¾ Kurang sesuai dengan anjuran, nilai 2 ¾ Tidak sesuai dengan anjuran, nilai 1 Pengukuran tingkat adopsi dengan teknik skoring dan tertimbang berdasarkan bobot skor dari masing-masing komponen teknologi. • Sikap petani/persepsi petani diukur dengan cara skoring, apabila berdampak positif maka skor untuk setuju adalah 3, ragu-ragu = 2, tidak setuju =1, sebaliknya jika berdampak negatif terhadap perubahan perilaku maka skor untuk setuju = 1, ragu-ragu 2 dan tidak setuju = 3. • Motivasi petani dibedakan menjadi motivasi tinggi, sedang dan rendah, diukur menggunakan skor, motivasi tinggi dengan nilai 3, motivasi sedang
504
dengan nilai 2, dan motivasi rendah dengan nilai 1. • Intensitas/keaktifan petani untuk mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian yang diselenggarakan oleh penyuluh pertanian/petugas pertanian terkait ataupun dalam pertemuan yang diselenggarakan kelompok tani. Dalam pengukurannya dinyatakan dalam frekuensi (kali/tahun). • Pengalaman berusahatani adalalah lamanya petani mengusahakan usahatani/usaha ternaknya (tahun). • Peran ketua kelompok tani untuk memimpin, menggerakkan, mendinamiskan kelompoknya juga dalam mengakses inovasi teknologi. Bberperan diberi nilai 3, cukup berperan diberi nilai 2, dan tidak berperan diberi nilai 1. • Ketersediaan input/alat dinilai sbb; bila selalu tersedia = 3, kadang-kadang tersedia = 2, dan tidak tersedia =1. • Sifat teknologi: mudah dilaksanakan = 3, cukup mudah = 2, sulit =1 • Ketersediaan modal adalah jumlah modal kerja yang digunakan dalam usahatani/usaha ternak untuk membeli sarana produksi dan upah tenaga kerja, dinyatakan dalam rupiah. • Pendapatan usahatani/usaha ternak berasal dari nilai produksi (penerimaan) yang diperoleh dikurangi dengan biaya. Pengukuran pendapatan usahatani dinyatakan dalam rupiah/ha, sedangkan pendapatan ternak dinyatakan dalam rupiah/skala pemilikan/tahun. • Produktivitas adalah produksi tanaman dinyatakan dalam kg/ha dan produksi ternak dinyatakan dalam ekor/skala pemilikan/tahun. Tingkat adopsi yang didasarkan pada klasifikasi tingkat adopsi (tinggi, rendah dan sedang) dihitung dengan menggunakan teknik tertimbang (Anonim, 1986 dalam Kasdono, 1990), cara perhitungannya pada Tabel 1, sedangkan bobot skor pada Tabel 2. Tabel 1. Teknik Skoring Tingkat Adopsi Tiap Responden Nomor Responden 1 2 . .
1 NfxNB NM
Komponen Teknologi 2 3 4 5 6
Tingkat Adopsi 7
8
Keterangan: Nf = Nilai faktor yaitu nilai dari masing-masing komponen teknologi yang diperoleh dilapangan (nilai 1s/d 4) NB = Nilai bobot yaitu nilai bobot dari masing-masing komponen teknologi (0 s/d100) NM = Nilai maximum dari setiap paket teknologi (nilai 400)
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi menggunakan regresi linear berganda sbb (Gudjarati, 1995): Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + b10X8 + D + e Keterangan : Y X1 X2 X3 X4 X5 X6
= = = = = = =
Tingkat adopsi teknologi Sikap petani/peternak (skor) Motivasi petani/peternak (skor) Intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan (kali) Pengalaman berusahatani/usaha ternak (tahun) Peran ketua kelompok tani (skor) Ketersediaan input/sarana produksi (skor)
505
X7 X8 D
= = =
bi a e
= = =
Sifat teknologi (skor) Ketersediaan modal (rp) Dummy peserta pengkajian =1 Dummy non peserta pengkajian = 0 Parameter yang diestimasi Intersept Error term
Tabel 2. Bobot skor teknologi integrasi sapi potong pada lahan sawah irigasi di Sulawesi Tengah Komponen Teknologi Pengandangan Ternak Tepat letak, bentuk dan ukuran kandang Tepat cara pengandangan Pakan Ternak Tepat jenis pakan Tepat komposisi pakan Pemupukan Tanaman Padi Tepat jenis pupuk Tepat dosis pupuk Jerami Fermentasi dan Pupuk kandang/bokasi Tepat cara pembuatan jerami fermentasi Tepat cara pembuatan pupuk kandang/bokasi Total
Bobot Skor 50 50 50 50 50 50 50 50 400
Untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan, dihitung nilai koefisien determinasi ganda (R2). Nilai determinasi ini menunjukkan besarnya kemampuan menerangkan variabel bebasnya. Nilai R2 ini berkisar antara 0-1 dan bila hasil yang diperoleh nilai R2 nya sama dengan 1 atau mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik. Koefisien determinasi (R2) dinyatakan sebagai berikut: ESS R2 = -----TSS
Untuk mengetahui pengaruh semua variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent digunakan uji F dilanjtkan dengan uji t untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variabel independen. Untuk mengetahui umpan balik paket teknologi pengkajian dijelaskan secara deskriptif dengan menggali permasalahan yang dihadapi petani dalam menerapkan tiap komponen teknologi pengkajian. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Petani/Peternak dalam mengadopsi suatu inovasi Integrasi Sapi Potong Pada Lahan Sawah Irigasi dipengaruhi oleh faktor dalam diri individu petani (faktor internal) dan faktor dari luar individu petani (faktor eksternal). Faktor internal meliputi: (1) sikap petani/peternak terhadap teknologi; (2) motivasi petani/peternak; (3) intensitas mengikuti penyuluhan; (4) pengalaman usaha ternak sapi; (5) peran ketua kelompok tani; (6) ketersediaan input/sarana produksi; (7) sifat teknologi; (8) ketersediaan modal usahatani. Sikap Petani/Peternak Terhadap Teknologi Sebagian besar petani/peternak memberikan respon positif terhadap teknologi Integrasi Sapi Potong Pada Lahan Sawah Irigasi (Tabel 3). Ini berarti
506
sebagian besar petani peserta dan non peserta pengkajian tertarik teknologi Integrasi Sapi Potong Pada Lahan Sawah Irigasi. Tabel 3. Sikap petani terhadap teknologi integrasi sapi potong di lahan sawah No 1 2 3
Petani/peternak peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase (%) 0 0 0 0 15 100,00 15 100,00
Kategori sikap Negatif Netral Positif Jumlah
Petani/peternak non peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase )%) 0 0 2 13,33 13 86,67 15 100,00
Motivasi Petani/Peternak Terhadap Teknologi Sebagian besar petani peserta dan non peserta pengkajian memiliki motivasi tinggi, yaitu petani peserta (46,67%) dan petani non peserta (77,50%) (Tabel 4). Ciri dari motivasi tinggi terhadap teknologi di antaranya: (1) sangat ingin mengikuti penyuluhan atau pertemuan kelompok tani; (2) berkeinginan menerapkan teknologi; (3) rela meninggalkan tugas atau pekerjaan lain saat dilaksanakan pembinaan/penyuluhan; (4) selalu mengikuti pertemuan atau pembinaan (5) tidak keberatan menyiapkan modal untuk menerapkan teknologi. Subagiyo et al. (2005) menyatakan salah satu faktor internal motivasi petani sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Tabel 4. Motivasi petani/peternak terhadap teknologi No 1 2 3
Klasifikasi motivasi Motivasi Rendah Motivasi Sedang Motivasi Tinggi Jumlah
Petani/peternak peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase (%) 4 26,67 7 46,67 4 26,67 15
100,00
Petani/peternak non peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase (%) 5 13,33 8 53,33 2 13,33 15
100,00
Intensitas/Keaktifan Mengikuti Penyuluhan Sebagian besar petani/peternak peserta dan non peserta pengkajian mengikuti penyuluhan 3-4 kali per tahun, yaitu peserta sebesar 40,00% dan non peserta sebesar 53,33%. Hanya sebagian kecil (6,67%) petani/peternak peserta mengikuti penyuluhan >6 kali per tahun, sedangkan petani/peternak peserta sebagian kecil 13,33% mengikuti penyuluhan sebanyak 5-6 kali (Tabel 5). Tabel 5. Intensitas/keaktifan petani/peternak mengikuti penyuluhan per tahun No 1 2 3 4
Tingkat Intensitas 1-2 3-4 5-6 >6 Jumlah
Petani/Peternak Peserta Jumlah PersenPetani/Peternak tase (%) 4 26,67 6 40,00 4 26,67 1 6,67 15 100,00
Petani/Peternak Non Peserta Jumlah PersenPetani/Peternak tase (%) 5 33,33 8 53,33 2 13,33 0 0 15 100,00
Pengalaman Usaha Ternak Sapi dan Usahatani Padi Rata-rata pengalaman dalam usaha ternak sapi petani/peternak peserta dan non peserta masing-masing adalah 111,87 tahun dan 13,40 tahun.
507
Sebaliknya pengalaman usahatani padi petani/peternak peserta adalah 14 tahun sedangkan petani/ peternak non peserta adalah 10,80 tahun (Tabel 6). Tabel 6. Pengalaman Usaha Ternak Sapi dan Usahatani Padi Jenis Usaha Usaha Ternak Sapi Usahatani Padi
Pengalaman (tahun) Petani/peternak Petani/peternak non peserta peserta 11,87 13,40 14,00 10,80
Peran Ketua Kelompok Tani Sebagian besar (80,00%) petani/peternak peserta menyatakan ketua kelompok taninya berperan dalam penerapan teknologi, sedangkan hanya 20,00% yang menyatakan cukup berperan. Sebaliknya 53,33% petani/peternak non peserta menyatakan ketua kelompoknya cukup berperan, 13,33% menyatakan berperan, dan 33,33% menyatakan tidak berperan (Tabel 7). Jika dijumpai permasalahan, ketua kelompok membantu mengatasi masalah. Tabel 7. Penilaian petani terhadap peran ketua kelompok tani dalam penerapan teknologi No 1 2 3
Kategori Tidak Berperan Cukup Berperan Berperan Jumlah
Petani/peternak peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase (%) 0 0,00 3 20,00 12 80,00 15 100,00
Petani/peternak non peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase (%) 5 33,33 8 53,33 2 13,33 15 100,00
Ketersediaan Input Input adalah sarana produksi seperti pupuk urea, SP36, KCl, bahan fermentasi (jerami segar + urea + probiotik), bahan pembuatan pupuk kandang dan bokasi (kotoran sapi + jerami segar + SP36 + urea + probiotik). Sebagian besar petani/peternak peserta (53,33%) dan non peserta (66,67%) pengkajian menyatakan input untuk penerapan teknologi cukup tersedia atau cukup mudah mendapatkannya (Tabel 8). Jerami hasil panen petani hanya mencukupi pakan ternak selama 2 bulan, setelah itu petani sulit mendapatkannya. Tabel 8. Ketersediaan input dalam penerapan teknologi No 1 2 3
Kategori Tidak Tersedia Cukup Tersedia Tersedia Jumlah
Petani/peternak peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase (%) 0 0,00 8 53,33 7 46,67 15 100,00
Petani/peternak non peserta Jumlah Persenpetani/peternak tase (%) 0 0,00 10 66,67 5 33,33 15 100,00
Sifat Teknologi Sebagian besar petani/peternak peserta (60,00%) dan non peserta (73,33%) menyatakan teknologi cukup mudah dilakukan. Hanya 6,67% petani/peternak peserta yang menyatakan teknologi sulit dilakukan (Tabel 9). Ketersediaan Modal Ketersediaan modal petani/peternak peserta pengkajian baik untuk usaha ternak sapi maupun usahatani padi lebih besar dibandingkan dengan petani/peternak non peserta (Tabel 10).
508
Tabel 9. Penilaian petani terhadap tingkat kemudahan/kesulitan penerapan teknologi integrasi sapi potong pada lahan sawah irigasi No 1 2 3
Kategori Tidak Mudah Cukup Mudah Mudah Jumlah
Petani/Peternak Peserta Jumlah PersenPetani/Peternak tase (%) 1 6,67 9 60,00 5 33,33 15 100,00
Petani/Peternak Non Peserta Jumlah PersenPetani/Peternak tase (%) 0 0,00 11 73,33 4 26,67 15 100,00
Tabel 10. Ketersediaan modal untuk usaha ternak sapi dan usahatani padi per tahun Jenis usaha Usaha ternak sapi Usahatani padi Total
Ketersediaan modal (rp/tahun) Petani/peternak peserta Petani/peternak non peserta 673.231 488.000 2.384.267 2.266.667 3.394.113 2.998.667
Faktor yang mempengaruhi tingkat adaopsi Sekitar 69,90% dipengaruhi oleh sikap petani/peternak, motivasi petani/ peternak, intensitas/ keaktifan mengikuti penyuluhan, pengalaman usahatani/usaha ternak, peran ketua kelompok tani, ketersedian input, sifat teknologi, dan ketersediaan modal usahatani/usaha ternak. Namun demikian sikap petani/peternak, intensitas/keaktifan mengikuti penyuluhan, pengalaman usahatani/usaha ternak, peran ketua kelompok tani, ketersedian input, sifat teknologi, dan ketersediaan modal usahatani/usaha ternak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi. Sebaliknya motivasi petani berpangaruh nyata terhadap tingpat adopsi, dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,49, yang berarti makin tinggi motivasi petani makin tinggi tingkat adopsinya (Tabel 11). Hasil penelitian Kushartanti (2001) melaporkan motivasi petani berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi jagung bisma di Kabupaten Semarang. Tabel 11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Teknologi Variabel Independen Koefisien Regresi X1 ( Sikap Petani/Peternak) -0,0466 (-0,184) X2 (Motivasi Petani/Peternak) 0,49 (5,532)*** X3 (Intensitas Mengikuti Penyuluhan) 0,0422 (0,845) X4 (Pengalaman Usahatani/Usaha Ternak) -0,0081 (-0,406) X5 (Peran Ketua Kelompok Tani) 0,0266 (0,232) X6 (Ketersediaan Input/Sarana Produksi) 0,0215 (0,082) X7 (Sifat Teknologi) -0,0464 (-0,141) X8 (Ketersediaan Modal) 0,000379 (0,70) D1 (Keikutsertaan) -0,0853 (-0,574) Konstanta 2,260 (2,858)** R2 69,90 F-hitung 35,118*** Keterangan : ** = beda nyata pada tingkat kesalahan 5 % *** = beda nyata pada tingkat kesalahan 1 % angka dalam kurung menunjukkan nilai t hitung
Umpan Balik Paket Teknologi Jenis pakan anjuran jerami segar dan fermentasi ketersediannya terbatas, sehingga petani tidak dapat memberikan pakan terse-but setiap hari. Jerami hasil panen petani hanya dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sekitar 1-2 bulan setelah panen, sementara jerami fermentasi tidak tersedia di pasar, petani/ peternak hanya mengandalkan pakan jerami segar hasil panen dan jerami
509
fermentasi hasil buatan petani sendiri. Di samping membutuhkan ketrampilan, pembuatan jerami fermentasi dan pupuk kandang/bokasi memerlukan waktu lama, sekitar 15 hari untuk pembuatan pupuk kandang dan 21 hari untuk pembuatan jerami fermentasi dan pupuk bokasi (Tabel 12). Tabel 13. Umpan Balik Teknologi Integrasi Sapi Potong Pada Lahan Sawah Irigasi No 1
Komponen Teknologi Pakan
2
Pembuatan jerami fermentasi dan pupuk kandang/bokasi
Umpan Balik dalam Penerapan Teknologi •Jenis pakan jerami segar dan fermentasi ketersediaannya terbatas, tidak dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sepanjang tahun •Pembuatan jerami fermentasi dan pupuk bokasi sulit dilakukan saat musim hujan, dan membutuhkan waktu yang cukup lama (21 hari)
KESIMPULAN 1. Faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi integrasi sapi potong pada lahan sawah irigasi hanya faktor motivasi petani/peternak. 2. Ketersediaan jenis pakan jerami segar dan fermentasi yang dianjurkan terbatas, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sepanjang tahun. Pembuatan jerami fermentasi dan pupuk bokasi sulit dilakukan pada musim hujan, dan membutuhkan waktu yang cukup lama (21 hari). DAFTAR PUSTAKA Bulo, D, A.N. Kairupan, F.F. Munier, Femmy N.F, Trixa P. Rumayar, Y. Bunga, A. Lasenggo, S. Bakhri, dan J. Limbongan. 2002. Pengkajian Integrasi Sapi Potong Pada Lahan Sawah Irigasi di Sulawesi Tengah. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Sulawesi Tengah. Gudjarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta Kasdono. 1990. Beberapa Factor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi Petani Peserta PIRBUN X Kelapa Hibrida di PTP XI, Kabupaten Lebak Jawa Barat. Thesis Pasca Sarjana UGM Yogyakarta. Tidak diterbitkan. Kushartanti, E. 2001. Keefektifan Media Cetak Pada Diseminasi dan Adopsi Teknologi Jagung Bisma di Kabupaten Semarang. Thesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pranadji, T. 1984. Partisipasi Petani dalam Program Pengembangan Teknologi Tanaman Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor Subagiyo, Rusidi, dan R. Sekarningsih. 2005. Kajian Faktor-Faktor Sosial Yang Berpengaruh Terhadap Adopsi Inovasi Usaha Perikanan Laut Di Desa Pantai Selatan Kabupaten Bantul, DIY. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 8 (2).
510