FAKTOR PEMBEDA STATUS KREDIT DEBITUR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN Penulis : 1. Ana Mufidah, SE.,MM 2. Ferisa Ayu Prameswari, SE Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor pembeda lancar tidaknya debitur UKM yang mendapat kredit modal kerja dari PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen (X) yang terdiri dari angsuran kredit (X1), jumlah anggota (X2), dan durasi organisasi (X3). Variabel dependen (Z) dimana jika dinyatakan Z = 1 maka status kredit debitur UKM dinyatakan “Lancar”, dan jika dinyatakan Z = 0 maka status kredit debitur UKM dinyatakan “ Tidak Lancar”. Data yang digunakan adalah data sekunder dari PNPM Mandiri Perdesaan tahun 2006-2011. Sampel diambil dengan menggunakan metode snowball sampling. Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini maka digunakan alat analisis diskriminan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ketiga variabel yang digunakan terdapat dua variabel yang signifikan. Variabel itu adalah angsuran kredit dan durasi organisasi, berarti kedua variabel tersebut mampu membedakan status kredit debitur UKM. Sedangkan variabel jumlah anggota tidak signifikan berarti tidak mampu membedakan status kredit debitur UKM. Kata kunci: angsuran kredit, jumlah anggota , durasi organisasi , analisis discriminant, status kredit. PENDAHULUAN Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat”. Dimana usaha kecil menengah (UKM) adalah jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta usaha yang berdiri sendiri.
Peran pengusaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi merupakan jalur utama dalam pengembangan perekonomian nasional. Pengusaha kecil dan menengah (UKM) merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia. Jumlah usaha disektor usaha kecil dan menengah (UKM) mencapai lebih dari 90% dari total unit usaha, kontribusinya dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) mencapai lebih dari 53%. (Abdullah, 2006:65). Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Mahmoeddin, 2004:2). Dimana kredit merupakan produk jasa lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan bukan perbankan yang bisa digunakan sebagai alat kebijakan untuk mengatasi masalah kekurangan modal pada UKM. Keberadaan lembaga kredit ini tentunya akan sangat membantu bagi UKM. Suntikan dana dari luar bisa membuat UKM berkembang, karena bisa lebih berkreasi dengan usahanya tanpa ada rasa kawatir kekurangan biaya. Kekurangan modal tidak lagi menjadi pembatas ruang gerak UKM untuk mengembangkan usaha, sehingga UKM bisa menjadi semakin berkembang. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan atau PNPM-Perdesaan atau Rural PNPM) merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank yang menyalurkan kredit bagi masyarakat. PNPM-Perdesaan merupakan mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan mengadopsi sepenuhnya mekanisme dan prosedur Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang telah dilaksanakan sejak 1998. PNPM Mandiri sendiri dikukuhkan secara resmi oleh Presiden RI pada 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah (http://www.pnpmlumajang.com). Laporan pengembalian pinjaman debitur UKM dan proposal usulan kegiatan adalah data yang akan digunakan untuk menganalisis kelancaran pembayaran debitur UKM. Kelancaran nasabah dalam membayar kredit dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu kelompok debitur “Lancar” dan “Tidak Lancar”. Debitur dikatakan masuk kedalam kelompok “Lancar” apabila prosentase pengembalian pinjaman mencapai 100%, dan dikatakan kelompok kredit “Tidak Lancar” apabila tingkat pengembalian pinjaman kurang dari 100%. Dengan adanya
pengelompokan ini pihak PNPM Mandiri Perdesaan dapat lebih memfokuskan perhatiannya pada debitur UKM yang “Tidak Lancar”. Pengklasifikasian debitur kedalam kelompok “Lancar” dan “Tidak Lancar”dapat dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan. Obyek penelitian ini adalah PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Sedangkan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah variabel angsuran kredit, jumlah anggota dan durasi organisasi mampu membedakan debitur UKM pada PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang kedalam kelompok kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar”? METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian uji hipotesis. Penelitian ini akan menguji apakah indikator angsuran kredit, jumlah anggota dan durasi organisasi dapat membedakan debitur UKM di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang kedalam kelompok kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Populasi dan Sampel Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah debitur UKM Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang yang mengambil kredit pada tahun 2006-2011. Sedangkan sampel dalam penelitian ini karena data yang dianalisis bersifat data rahasia PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, sehingga tidak semua data tentang populasi dapat diberikan untuk diteliti. Pengambilan sampel diperoleh dengan menggunakan metode snowball sampling. Ukuran sampel yang digunakan terbatas sesuai dengan data yang diberikan PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang untuk diteliti. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Berupa data laporan pengembalian pinjaman debitur UKM yang mendapat kredit modal kerja berstatus “Lancar” dan “Tidak Lancar” dan proposal usulan kegiatan. Data dari laporan pengembalian pinjaman di atas berfungsi untuk memberikan informasi angsuran kredit (X1). Sementara proposal usulan kegiatan berfungsi untuk memberikan informasi jumlah anggota (X2) dan durasi organisasi (X3). Data tersebut diperoleh dari PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dinyatakan dengan notasi Z dan variabel independen dinyatakan dengan notasi X. 1.
Variabel Dependen (Z) Adapun variabel Z dalam penelitian ini adalah status kredit debitur UKM yang mendapat kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, dimana skala pengukuran variabel Z ini menggunakan skala nominal. Debitur UKM dinyatakan berstatus “Lancar” apabila debitur UKM bisa membayar angsuran kredit tiap bulan secara teratur dengan prosentase pembayaran 100%. Sebaliknya Debitur UKM dinyatakan berstatus “Tidak Lancar” apabila debitur UKM tidak bisa membayar angsuran kredit tiap bulan secara teratur dengan prosentase pembayaran kurang dari 100%.
2.
Variabel Independen (X) Adapun variabel Xdalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Angsuran kredit (X1) adalah jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasahah setiap bulannya. Skala pengukuran variabel X1 ini adalah skala rasio. b.
Jumlah anggota (X2) adalah jumlah peserta didalam kelompok yang mendapatkan kredit. Skala pengukuran variabel X2 ini adalah skala rasio.
c. Durasi organisasi (X3) adalah rentang waktu berdirinya suatu organisasi dengan pengajuan kredit. Skala pengukuran variabel X3 ini adalah skala rasio. Metode Analisis Data Analisis Diskriminan Tujuan penelitian ini dapat terjawab dengan menggunakan analisis diskriminan, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Merumuskan masalah Penggunaan analisis ini sesuai dengan rumusan masalah penelitian sebagaimana dikemukakan dalam bab 1. Yaitu apakah indikator angsuran kredit, jumlah anggota dan durasi organisasi mampu membedakan status kredit debitur UKM di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang kedalam kelompok kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Pemilihan ketiga indikator tersebut didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya dan kondisi realita dilapangan saat melakukan penelitian. b. Merancang penelitian berdasarkan analisis diskriminan
Penelitian ini menggunakan dua variabel sesuai dengan yang telah diterangkan pada sub bab 3.4 yaitu definisi operasional variabel dan skala pengukuran, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel Dependen (Z) : status kredit debitur UKM, Z = 1 mempunyai arti bahwa debitur UKM masuk kedalam kelompok kredit “Lancar”, Z = 0 mempunyai arti bahwa debitur UKM masuk kedalam kelompok kredit d. “Tidak Lancar”. Variabel Independen (X) : Angsuran kredit (X1), Jumlah anggota (X2) dan Durasi organisasi (X3). e. c. Membentuk persamaan diskriminan, menguji signifikansi persamaan maupun koefisien diskriminan dan interpretasi persamaan diskriminan. Menentukan fungsi diskriminan dengan menggunakan indikator angsuran kredit, jumlah anggota dan durasi organisasi terhadap pengelompokan status kredit debitur UKM yang mendapat kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang f.
sebagai berikut : Z=b0+b1x1+b2x2+b3x3............................................
(1)
Dimana : Z = Status Kredit debitur UKM b0 = Konstanta b1=Bobot atau koefisien diskriminan x1 =Angsuran kredit x2 = Jumlah anggota x3 = Durasi organisasi Koefisien diskriminan dihitung berdasarkan persamaan (b1) dengan formulasi sebagai berikut :
=
Xi1
Xi2 ................................................................................ (2)
Dimana : b1 i Xi1 Xi2
= Koefisien diskriminan = Invers matrik variance covariance = 1,2,3,...n = Rata–rata variabel independen ke i = Rata–ratavariabel independen ke i
Pengujian signifikansi persamaan dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square terhadap persamaan (1). H0 = 0, artinya persamaan (1) tidak dapat digunakan untuk membedakan status kredit debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak Lancar”. ≠ 0, artinya persamaan (1) dapat digunakan untuk membedakan status kredit debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak H1 Lancar”. Penelitian ini menggunakan α (=5%), dengan kriteria pengujian yaitu: Apabila Signifikan > 0,05, maka H0 diterima Apabila Signifikan < 0,05, maka H0 ditolak Untuk menguji keofisien diskriminan dilakukan dengan uji Wilk’s Lambda, ). H0: bi = 0, artinya variabel xi tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak Lancar”. H1: bi ≠ 0, artinya variabel xi dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak Lancar”. Penelitian ini menggunakan α (=5%), dengan kriteria pengujian yaitu: Apabila Signifikan > 0,05, maka H0 diterima Apabila Signifikan < 0,05, maka H0 ditolak d. Melakukan uji validasi terhadap analisis diskriminan Merupakan tingkat kemampuan model (1) dalam mengklasifikasikan dengan benar (tingkat akurasi) yang dapat dilakukan dengan menggunakan matrik klasifikasi yang ada pada kolom vertikal dan horizontal. Dari matrik tersebut dapat diketahui kesalahan klasifikasi atau tingkat akurasi untuk dua kelompok. Matrik yang dimaksud adalah : Tabel 1 : Classification Result Matrix Actual Group
Predicted Group Membership
Membership
1
0
1 0 Sumber: Supranto (2004:92) Keterangan tabel:
Benar Salah
Salah Benar
Kolom vertikal Actual Group Membership: Kelompok 1 = Kelompok debitur UKM berstatus “Lancar” Kelompok 0 = Kelompok debitur UKM berstatus “Tidak Lancar” Kolom horisontal Predicted Group Membership : 0 = Klasifikasi salah untuk kelompok debitur UKM dengan status kredit “Lancar” (1) dan klasifikasi benar untuk kelompok debitur UKM dengan status kredit “Tidak Lancar” (0). 1 = Klasifikasi benar untuk kelompok debitur UKM dengan status kredit “Lancar” (1) dan klasifikasi salah untuk kelompok debitur UKM dengan status kredit “Tidak Lancar” (0). Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis penelitian ini adalah: a. Hipotesis Pertama H01: b1 = 0, artinya variabel angsuran kredit tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. H1: b1 ≠ 0, artinya angsuran kredit dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak Lancar”. b. Hipotesis Kedua H02: b2 = 0, artinya variabel jumlah anggota tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. H2: b2 ≠ 0, artinya jumlah anggota dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak Lancar”. c. Hipotesis Ketiga H03: b3 = 0, artinya variabel durasi organisasi tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. H3: b3 ≠ 0, artinya variabel durasi organisasi dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. Pengujian signifikansi koefisien penelitian ini menggunakan uji Wilk’s Lambda pada output analisis diskriminan. Penelitian ini menggunakan α (=5%), dengan kriteria pengujian yaitu: Angka Signifikan > 0,05, maka Ho diterima
Angka Signifikan < 0,05, maka Ho ditolak
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Sampel dalam penelitian ini sebanyak 71 debitur berasal dari debitur yang telah mendapatkan kredit modal kerja dari PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang dalam tahun penerimaan kredit antara 2006-2011. Ukuran sampel yang dianalisis telah diklasifikasikan kedalam kelompok kredit debitur berstatus ”Lancar” dan kredit debitur berstatus “Tidak Lancar”. Sebanyak 59 debitur tergolong dalam kelompok kredit berstatus “Lancar” dan 12 debitur tergolong dalam kelompok kredit berstatus “Tidak Lancar”. Analisis Diskriminan Tahap yang harus dilakukan adalah: a. Merumuskan masalah Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Bab 1. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah indikator angsuran kredit, jumlah anggota dan durasi organisasi mampu membedakan debitur UKM pada PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang kedalam kelompok kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar”. b.Membentuk persamaan diskriminan, menguji signifikansi persamaan maupun koefisien diskriminan dan interpretasi persamaan diskriminan. Membentuk persamaan diskriminan didasarkan pada hasil Canonical Discriminant Function Coefficient dalam Tabel 2: Tabel 2. Koefisien Kanonikal Fungsi Diskriminan Untuk Membentuk Persamaan Diskriminan Function Variabel 1 Angsuran Kredit(X1)
0,001
Jumlah Anggota (X2)
-0,022
Durasi Organisasi(X3)
0,130
Konstanta
-3,267
Sumber: lampiran 3
Persamaan yang diperoleh dari Tabel 2 adalah sebagai berikut: Z = -3,267+0,001 X1 -0,022 X2 + 0,130 X3 ...…………………….......…(3) 1
Pengujian signifikansi persamaan dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square terhadap persamaan (3), sedangkan untuk menguji keofisien diskriminan dilakukan dengan uji Wilk’s Lambda. Untuk menguji signifikansi statistik dari koefisien diskriminan digunakan multivariate test of significance. Oleh karena itu dalam kasus ini lebih dari satu variabel diskriminator yaitu “Lancar” dan “Tidak Lancar” maka untuk menguji perbedaan kedua kelompok calon debitur untuk semua variabel secara bersama-sama digunakan multivariate test. Uji Wilk’s Lambda menunjukkan hasil yang proporsional dengan statistik Chi Square yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Wilk’s Lambda Untuk Menguji Persamaan Diskriminan Tes of Function
Wilk’s Lambda
Chi-Square
Df
Sig
0,547
40,688
3
0,000
(s)
1
Sumber: lampiran 3 Hasil output tabel Wilk’s Lambda di atas menunjukkan angka Wilk’s Lambda sebesar 0,547 atau sama dengan Chi-Square 40,688 dan nilai signifikan 0,000. Hal ini mengindikasikan bahwa fungsi diskriminan signifikan secara statistik, yang berarti nilai mean (rata-rata) score diskriminan untuk kedua kelompok debitur berbeda secara signifikan. H0 = 0, artinya persamaan (3) tidak dapat digunakan untuk membedakan status kredit debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak Lancar”. H1 ≠ 0, artinya persamaan (3) dapat digunakan untuk membedakan status kredit debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang “Tidak Lancar”. Penelitian ini menggunakan α (=5%) dengan kriteria: Apabila Sig.> α maka H0 diterima Apabila Sig.< α maka H0 ditolak Hasil output pada tabel (3) menunjukka bahwa, signifikansi (=0,000) lebih kecil dari α (=5%) maka H0 ditolak. Artinya persamaan (3) bisa digunakan untuk membedakan status kredit debitur UKM yang “Lancar” dan debitur UKM yang “Tidak Lancar”. Karena persamaan (3) bisa menunjukkan adanya perbedaan yang jelas antara debitur UKM yang “Lancar” dan debitur UKM yang “Tidak Lancar”. 2
Selanjutnya untuk menguji signifikansi koefisien diskriminan digunakan hipotesis statistik: 1. Hipotesis Pertama H01: b1 = 0, artinya variabel angsuran kredit tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. H1: b1 ≠ 0, artinya variabel angsuran kredit dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. 2. Hipotesis Kedua H02: b2 = 0, artinya variabel jumlah anggota tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. H2: b2 ≠ 0, artinya variabel jumlah anggota dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. a. Hipotesis Ketiga H03: b3 = 0, artinya variabel durasi organisasi tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. H3: b3 ≠ 0, artinya variabel durasi organisasi dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” atau debitur UKM yang“Tidak Lancar”. Penelitian ini menggunakan α (=5%) dengan kriteria : Sig.> α maka H0 diterima Sig.< α maka H0 ditolak Tabel 4. Kesamaan Rata-rata Kelompok Untuk Menguji Koefisien Diskriminan Wilks' Lambda
F
df1
df2
Sig.
Angsuran Kredit (X1)
0,879
9,518
1
69
0,003
Jumlah Anggota (X2)
0,988
0,856
1
69
0,358
Durasi Organisasi (X3)
0,622
41,845
1
69
0,000
3
Sumber: lampiran 3 Berdasarkan Tabel 4 diketahui nilai signifikasi angsuran kredit sebesar 0,003, jumlah anggota dengan signifikansi sebesar 0,358 dan durasi organisasi sebesar 0,000. Dengan menggunakan α sebesar 5%, maka kedua nilai signifikansi tersebut ternyata lebih kecil dari α (=5%). Hal ini berarti H01 dan H03 ditolak, artinya kedua variabel tersebut dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” dan debitur UKM yang “Tidak Lancar”. Variabel jumlah anggota dengan signifikansi sebesar 0,358. Hal ini menandakan nilai signifikansi lebih besar dari α (=5%). Hal ini berarti H02 diterima, artinya variabel tersebut tidak dapat digunakan untuk membedakan antara debitur UKM yang “Lancar” dan debitur UKM yang “Tidak Lancar”. c. Melakukan uji validasi terhadap analisis diskriminan Validasi analisis diskriminan dilakukan dengan menggunakan matrik klasifikasi (Tabel 5). Pada kolom vertikal Tabel 5 merupakan data aktual dari objek yang diteliti dan pada kolom horisontal merupakan hasil prediksi berdasarkan persamaan (3). Kemudian dari Tabel 5 dapat diketahui kesalahan klasifikasi dan tingkat akurasi untuk dua kelompok (kelompok debitur UKM yang “Lancar” dan kelompok debitur UKM yang “Tidak Lancar”).
Tabel 5. Klasifikasi Hasil Untuk Mengklasifikasi Ketepatan Persamaan (3) STATUS KREDIT (Z)
Predicted Group Membership Lancar
Original
Count
% a
Cross-validated
Count
%
Tidak Lancar
Total
Lancar
52
7
59
Tidak Lancar
1
11
12
Lancar
88,1
11,9
100,0
Tidak Lancar
8,3
91,7
100,0
Lancar
51
8
59
Tidak Lancar
1
11
12
Lancar
86,4
13,6
100,0
Tidak Lancar
8,3
91,7
100,0
4
Sumber: lampiran 3 c. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. d. 88,7% of original grouped cases correctly classified. e. 87,3% of cross-validated grouped cases correctly classified.
Berdasarkan Tabel 5 pada bagian original diketahui bahwa debitur UKM terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan status kreditnya, satu kelompok merupakan debitur UKM yang status kreditnya “Lancar” yaitu sebesar 52 orang dan kelompok yang lain merupakan debitur UKM dengan status kredit “Tidak Lancar” sebanyak 11 orang, status kredit tersebut merupakan data realita di lapangan. Perbandingan antara kondisi di lapangan dan hasil analisa diskriminan ternyata untuk debitur UKM yang status kreditnya “Lancar” pada kondisi realita sesuai dengan prediksi diskriminator penaksir, yakni terdapat 52 debitur UKM yang status kreditnya “Lancar”, tetapi terjadi ketidak tepatan pada 1 debitur UKM harusnya status kreditnya “Tidak Lancar”. Berdasarkan analisis tersebut terdapat ketidak-akurasian sebanyak 1 debitur UKM. Sedangkan untuk debitur UKM yang status kreditnya “Tidak Lancar” 11 orang pada kondisi realita, sesuai dengan prediksi diskriminator penaksir, sedangkan 7 debitur UKM terjadi ketidak tepatan prediksi harusnya status kreditnya “Tidak Lancar”. Berdasarkan analisis tersebut terdapat ketidak-akurasian sebanyak 7 debitur UKM. Dengan demikian ketepatan prediksi dari persamaan (3) adalah 88,7%. Selain itu ketepatan prediksi dari persamaan (3) dalam mengklasifikasikan debitur UKM menjadi kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar” juga didukung dari nilai cross-validated sebesar 87,3%.
5
Pembahasan Status kredit debitur UKM yang mendapat kredit dari PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang pada penelitian ini digunakan sebagai varibel dependen (Z). Skala pengukuran variabel Z ini menggunakan skala nominal. Debitur UKM dinyatakan berstatus “Lancar” apabila debitur UKM bisa membayar angsuran kredit tiap bulan secara teratur dengan prosentase pembayaran 100%. Sebaliknya Debitur UKM dinyatakan berstatus “Tidak Lancar” apabila debitur UKM tidak bisa membayar angsuran kredit tiap bulan secara teratur dengan prosentase pembayaran kurang dari 100%. Diduga ada beberapa faktor yang dapat membedakan status kredit debitur, yaitu variabel independen (X). Variabel X tersebut adalah angsuran kredit (X1), jumlah anggota (X2), dan durasi organisasi (X3). Ketiga variabel independen tersebut menggunakan skala rasio dalam pengukurannya, seperti yang dijelaskan sebagai berikut. Angsuran Kredit Terhadap Penentuan Status Kredit Debitur UKM Penelitian ini berusaha untuk menguji hipotesis jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasahah setiap bulannya terhadap status debitur UKM dilihat dari “Lancar” dan “Tidak Lancar”nya kredit. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa angsuran kredit dapat digunakan untuk membedakan status debitur UKM menjadi kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Hal ini berarti variabel angsuran kredit membedakan secara signifikan terhadap status debitur UKM, artinya jumlah angsuran kredit mampu membedakan klasifikasi pada kelompok debitur yang “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Semakin besar jumlah angsuran kredit maka debitur semakin tidak lancar. Sebaliknya semakin kecil jumlah angsuran kredit maka semakin lancar angsuran kreditnya. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel angsuran kredit merupakan pembeda status “Lancar” atau “Tidak Lancar” nya kredit debitur UKM. Menurut PNPM Mandiri Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang variabel tersebut merupakan variabel yang memiliki peran dominan dibandingkan variabel yang lainnya. Apabila angsuran mampu terpenuhi oleh debitur PNPM Mandiri Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, maka status kredit debitur UKM dinyatakan “Lancar” walaupun variabel indikator yang lainnya tidak memenuhi kriteria. Angsuran kredit dapat membedakan kelompok debitur menjadi “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan Bapak
Imam Santoso (27 Februari 2012), selaku ketua kepengurusan UPK Kecamatan Senduro, yang menyatakan bahwa: “Angsuran kredit yang dibayarkan oleh UKM dapat mempengaruhi status kredit debitur menjadi kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Hal itu didasarkan pada besar kecilnya angsuran yang ditanggung per bulan. Apabila UKM memiliki angsuran kredit yang tinggi, maka itu akan berpengaruh lebih besar pada ketidakmampuan debitur untuk membayar, dan akan menjadi faktor ketidaklancaran kredit debitur kepada PNPM Mandiri Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Sebaliknya apabila UKM memiliki angsuran kredit yang kecil, maka hal itu berpengaruh lebih besar pada kemampuan debitur untuk membayar, dan akan menjadi faktor kelancaran kredit debitur kepada PNPM Mandiri Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang”. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rachmat (2009) dan Afriana (2010). Penelitian keduanya menyatakan bahwa angsuran dapat membedakan debitur menjadi “Lancar”atau “Tidak lancar”. Jumlah Anggota Terhadap Penentuan Status Kredit Debitur UKM Jumlah anggota adalah jumlah peserta didalam kelompok yang mendapatkan kredit. Penelitian ini berusaha untuk menguji hipotesis jumlah anggota organisasi terhadap status debitur UKM dilihat dari “Lancar” dan “Tidak Lancar” nya kredit. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah anggota tidak dapat digunakan untuk membedakan status debitur UKM “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Hal ini berarti variabel jumlah anggota tidak bisa membedakan secara signifikan terhadap status debitur UKM, artinya sedikit banyaknya jumlah anggota tidak mampu membedakan klasifikasi pada kelompok debitur yang “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Semakin besar jumlah anggota UKM belum tentu dapat meningkatkan kelancaran kredit suatu kelompok. Meskipun jumlah anggota kelompok kredit kecil, tetapi kalau manajemen pengelolaan kreditnya bagus maka kreditnya bisa lancar. Sebaliknya meskipun jumlah anggota kelompok besar, tetapi kalu manajemen pengelolaan kreditnya kurang baik maka kreditnya bisa tidak lancar. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel jumlah anggota tidak mampu menjadi pembeda status “Lancar” atau “Tidak Lancar” nya kredit debitur UKM. Menurut PNPM Mandiri Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang variabel tersebut merupakan variabel yang tidak berperan dibandingkan variabel indikator yang lainnya. Status kredit “Lancar” atau
“Tidak Lancar” tidak dapat dilihat dari banyaknya jumlah anggota, tetapi pengelolaan kredit dalam membina anggota-anggotanya. Meskipun anggota organisasi banyak tetapi tidak mampu melakukan pengelolaan terhadap pinjamannya maka kreditnya menjadi tidak lancar. Sebaliknya meskipun jumlah anggota sedikit tetapi mampu mengelola kreditnya maka pembayaran debitur juga akan lancar. Menurut Bapak Imam Santoso (27 Februari 2012), selaku ketua kepengurusan UPK Kecamatan Senduro menyatakan bahwa: “Jumlah anggota dapat menjadi pertimbangan suatu UKM dalam pengambilan kredit, tetapi tergantung pula pada kemampuan UKM dalam mengelola kredit yang diambilnya. Jumlah anggota yang banyak tidak menjamin kelancaran kredit demikian juga sebaliknya, jumlah anggota yang sedikit tidak juga dapat menjadikan debitur menjadi kelompok yang tidak lancar. Hal yang paling penting dalam kelancaran kredit adalah pengelolaan dana UKM setelah mengambil kredit dan kekompakan anggota dalam menggunakan uang kredit yang diambil untuk mengembangkan usahanya”. Hasil penelitian ini sejauh peneliti melakukan riset belum diperoleh riset pembandingnya. Sehingga komparasi dengan riset pembanding belum bisa dilakukan. Durasi Organisasi Terhadap Penentuan Status Kredit Debitur UKM Durasi organisasi adalah rentang waktu berdirinya suatu organisasi dengan pengajuan kredit. Durasi organisasi yang merupakan rentang waktu berdirinya suatu organisasi dengan pengajuan kredit terhadap status debitur UKM dilihat dari “Lancar” dan “Tidak Lancar” nya kredit. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa durasi organisasi dapat digunakan untuk mengklasifikasikan status debitur UKM menjadi kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Hal ini berarti variabel durasi organisasi membedakan secara signifikan terhadap status debitur UKM artinya lama tidaknya durasi organisasi mampu membedakan klasifikasi pada kelompok debitur yang “Lancar” atau “Tidak Lancar”. Semakin lama suatu organisasi berdiri maka debitur semakin lancar. Sebaliknya semakin singkat umur atau durasi organisasi berdiri makadebitursemakin tidak lancar.. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel durasi organisasi merupakan pembeda status “Lancar” atau “Tidak Lancar”nya kredit debitur
UKM. Durasi organsiasi dapat menjadi tolok ukur untuk lancarnya suatu kredit. Bagi organsisasi yang baru berdiri, manajemen pengelolaan kreditnya kurang berpengalaman dan masih sering ada prosedur yang kurang dimengerti sehingga manajemen pengelolaan kreditnya bisa kurang bagus. Tetapi bagi organsiasi yang lama berdiri dan telah berpengalaman dalam mengelola kredit terhadap anggotanya menyebabkan kelancaran pembayaran kredit dari masingmasing peserta. Meskipun kadang kala ada organisasi yang baru berdiri tetapi telah memiliki manajemen yang bagus dalam kredit. Status kredit “Lancar” atau “Tidak Lancar” dapat dilihat dari lamanya durasi organisasi, selain itu juga pengelolaan kredit dalam membina anggota-anggotanya. Durasi organisasi yang lama akan memiliki manajemen organisasi yang baik dan berpengalaman sehingga pembayaran kredit anggotanya bisa “Lancar”. Durasi organisasi dapat membedakan kelompok debitur menjadi “Lancar” dan “Tidak Lancar”, didukung dengan hasil wawancara dengan Bapak Imam Santoso (27 Februari 2012) selaku ketua kepengurusan UPK Kecamatan Senduro yangmenyatakan bahwa: “Durasi organisasi bisa mempengaruhi kelancaran kredit sebuah organisasi. Suatu organisasi yang telah lama berdiri otomatis akan memiliki pengalaman yang lebih dari pada organisasi yang baru berdiri. Kasus yang sering terjadi pada PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Senduro ini adalah kelompok yang durasi organisasinya kurang dari 1 tahun sering terjadi kredit tidak lancar. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengalaman sebuah organisasi yang bersangkutan”. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mukodin dan Setiawan (2008). Penelitian Mukodin dan Setiawan (2008) menyatakan bahwa umur atau durasi organisasi tidak dapat membedakan kelompok kelancaran kredit.
Daftar Pustaka Abdullah, Burhanuddin. 2006. Jalan Menuju Stabilitas Mencapai pembangunan Ekonomi Berkelanjutan. Cetakan kedua. Jakarta : LP3ES. Afriana, Wendra. 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kolektibilitas Pembayaran Kredit UKM Petani Bawang Pada Bank BRI Cabang Brebes. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma. www.gunadarma.ac.id/library/articles/.../Artikel_11204070.pdf. [19 Maret 2012]. Keppres. 1998. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 1998. www.deptan.go.id/bdd/admin/k_presiden/Keppres-99-98.pdf [21 November 2011]. Mahmoeddin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta : Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Mukodin, Didin & Setiawan, Ari. 2008. Faktor-faktor Yang Menentukan Kelayakan Pemberian Kredit Pada Kopaas Hippatas. Jurnal Ekonomi Bisnis. No.3 Vol 13. Jakarta: Universitas Gunadarma. ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/view/360. [20 Maret 2012]. PNPM. 2012. Asosiasi UPK PNPM Mandiri http://www.pnpmlumajang.com [ 5 Maret 2012 ].
Perdesaan
Kabupaten
Lumajang.
Rachmat, Marisa Inggita. 2009. Pengaruh Karakteristik Debitur Terhadap Kelancaran Pembayaran Kredit Bank XYZ. Tesis. Bogor: Program Pasca Sarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor. elibrary.mb.ipb.ac.id/download.php?id=14724. [19 Maret 2012].