FAKTOR MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INDUSTRI KECIL MENENGAH GERABAH DAN KERAMIK HIAS SYARIFUDDIN PANDIANGAN1 R. TOTOK HERU PARNANTO2 Program Studi Manajemen Produksi Politeknik APP Jakarta1 Program Studi Manajemen Pemasaran Politeknik APP Jakarta2 e-mail:
[email protected] 1
[email protected] 2
ABSTRAK Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi factor mempengaruhi keberhasilan industri kecil menengah gerabah dan keramik hias, agar diperoleh pembinaan yang optimal. Sebagai alat analisisnya digunakan analisis faktor yang dapat mereduksi sejumlah variable awal ke dalam kelompok variabel utama, cluster untuk mengelompokan karakteristik industri ini, dan diskriminan untuk memperoleh karakteristik yang membedakan antar cluster yang terbentuk. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner terhadap sejumlah pengusaha IKM (tidak termasuk industri rumah tangga) di daerah Desa Pleret Jawa barat; Bajar Negara Jawa Tengah; Kasongan DI Yogyakarta; dan Malang Jawa Timur. Hasil analisis menunjukan bahwa kemampuan bertahan dari industri ini adalah kepercayaan diri dalam menghadapi tekan pasar terutama menghadapi perubahan model dan disain dan evaluasi harga; kecepatan memperoleh informasi kebutuhan pasar yang didukung oleh kemampuan manajemen dalam pembagian tugas dan tanggung jawab dan pengusaha memasarkan; manfaat pelatihan hanya dalam tehnologi proses produksi. Selanjutnya harapan pengusaha dalam pengembangan antara lain; peranan karyawan dalam pengelolaan perusahaan (dalam bentuk motivasi); kemampuan membuat keputusan yang meyakinkan karyawan terutama dalam model dan disain; perencanaan produksi; bank (pusat data) informasi harga dan disain secara local/nasional/ dan ekspor; dan jejaring bisnis pemasaran produk. Pengusaha dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok yang dapat membedakan antar kelompok adalah industri yang menuju maju adalah mampu mengantisipasi kejenuhan pasar dan pengambil keputusan perubahan produk yang cepat dan industri yang belum maju adalah kurang kuat mengalami tekanan pasar sehingga mudah berpindah dan menahan produk dan hanya mengandalkan karyawan untuk berproduksi. Untuk itu diperlukan pendekatan dalam pelatihan tentang motivasi berkarya terhadap yang belum maju dan penyediaan sarana informasi dan membangun jejaring bisnis antar daerah yang dilakukan melaui pertemuan pelaku bisnis antar daerah yang disponsori pemerintah pusat atau daerah. Kata kunci: persepsi, gerabah, keberhasilan, pembinaan
ABSTRACT This research is to identification of factors affecting the success of small and medium industri, pottery and decorative ceramics to obtain optimal successflly developing. The tool’s of analysis, are factor analysis to reduce the number of initial variables into groups the main variables, cluster to classify the some characteristics of this industri, and the discriminant to obtain the distinguishing characteristics between the clusters. Data was collected through questionnaires from a number of SME entrepreneurs (not including household industri) in the Pleret area of West Java ; Bajar Negara of Central Java ; Kasongan of DI Yogyakarta, and Malang of East Java. The results of the analysis showed that the survival of this industri is the confidence in the market presure,
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 1
especially changes the design and evaluation of models and prices ; pace obtain market information needs backed by the ability of management to the division of tasks and responsibilities and employers' market ; training benefits only in production process technology . Further expectations of employers in the development of , among others: the role of employees in corporate management ( in the form of motivation ) ; ability to make decisions that persuade employees especially in the model and design; production planning; information’s bank of pricing and design products for local, national & exports; and market business networking. Entrepreneurs can be classified into three groups that can distinguish between groups is the leading industri forward is able to anticipate market saturation and decision makers rapid changes in products and industries that have not been developed is less strong market pressure making it easy to move and hold the product and just rely on employees to production . It required training on motivational approaches that have not worked to advance and provision of business information and networking between regions that do business through inter- regional meetings sponsored by national or local governments . Key Word: perception, pottery, affecting
meningkatkan kemampuan wirausaha industri kecil gerabah dan keramik hias mulai dari karekteristik survival sampai dengan menuju mutu dan pengembangannya. Daerah penenlitian dilakukan di empat lokasi yaitu Desa Pleret Purwakarta (Jawa Barat); Daerah Banjarnegara (Jawa Tengah); Kasongan (DI Yogyakarta) dan Daerah Kota Madya Malang (Jawa Timur). Penelitian dilakukan selama enam bulan pada tahun 2013, khususnya dalam pengumpulan data di 150 Unit usaha, melalui penyebaran daftar pertanyaan dengan jawaban tertutup. Metode penelitian yang digunakan adalah dalam penelitian ini adalah survey dengan pendekatan penilaian kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat digambarkan dengan informasi secara aktual. Kondisi aktual bersifat terbuka dan tidak terbatas, maka dalam penelitian ini diberikan batas-batas dari konsep ideal pengelolaan usaha. Data yang diperoleh diseleksi atas kelengkapan data dan disajikan dalam bentuk matriks n x p agar mempermudah dalam perhitungan. Sebelum data tersebut digunakan sebagai bahan analisis terlebih dahulu di uji validasi dan uji reabilitas.
PENDAHULUAN Salah satu strategi pengembangan IKM dari Kementerian Perindustrian RI telah dituangkan dalam program pengembangan 6 klaster IKM. Satu dari 6 klaster tersebut adalah IKM gerabah dan keramik hias yang ditetapkan dalam peraturan Kementerian Perindustrian Nomor: 135/M-IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Roadmap) Pengembangan Klaster Industri Gerabah dan Keramik Hias. Dengan demikian perlu meningkatkan performansi dan menumbuh kembangkan Industri Kecil bersangkutan. Beberapa usaha sudah dilakukan secara umum maupun secara spesifik yang dilakukan pemerintah maupun masyrakat yang sudah dirasakan oleh pelaku usaha, namun masih perlu dilakukan secara terus menerus tanpa mengenal waktu demi pembangunan industri ini. Berbagai produk gerabah dan keramik hias kita temukan di etalase pedagang hasil produk luar negeri, tetapi produk dalam negeri sangat terbatas. Dalam penelitan ini di arahkan kepada kewirausahaan dari para pengrajin atau IKM untuk menggali informasi tentang factor yang mereka butuhkan (persepsi pengusaha) dalam pengembangan usaha secara internal atau eksternal perusahaan.
Uji Validitas Variabel Variabel penelitian harus valid atau tidak bias. Validasi diakukan terhadap nilai korelasi antara variabel utama yaitu kemampuan
METODE PENELITIAN Tujuan mendiagnosis
penelitian faktor-faktor
ini yang
adalah dapat
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 2
berirawusaha (sifat wirausaha; kepemempinan; pengambilan keputusan; perencanaan bisnis; dan pengelolaan usaha) terhadap vaiabel penelitian. Pengukuran nilai korelasi adalah Pearson’s Product Moment).Kriteria penerimaan validitas variabel dengan membandingkan r perhitungan terhadap r tabel dengan derajad signifikasi (α) sebesar 5%, derajad kebebasan(dk) = n – k dimana k adalah jumlah variabel penelitian tiap variabel utama. Bila r perhitungan > r tabel, maka variabel tersebut valid dan bila perhitungan < r tabel, variabel tersebut bias (tidak digunakan dalam peritungan lanjutan).
Gambar Langkah Penentuan Variabel Utama Wirausaha Industri Gerabah dan Keramik Hias Diskripsi Konsumen Penyajian data dalam matriks dari profil dan persepsi pengusaha
Analisis Klaster untuk Persepsi Analisis Diskriminant
Penggabungan Untuk memperoleh Variabel Utama
Reduksi Variabel Analisis Faktor/ Component
Uji Rentabilitas Variabel Variabel yang tidak bias tersebut (valid) akan diuji keandalan digunakan sebagai variabel analisis dengan mengacu kepada uji korelasi Alpha Cronbach. Pengujian dilakukan dengan membandingkan ralpha terhadap rtabel.
Langkah-langkah analisis dilakukan dalam penelitian ini dikategorikan kedalam:
yang dapat
1.
Mereduksi Variabel (Analysis Factor) Analisis faktor adalah untuk menentukan komponen utama yang dapat memberikan penjelasan semaksimal mungkin variasi dari variabel awal dengan jumlah komponen utama seminimal mungkin (Dillon). Komponen utama dibentuk dari kombinasi linier variabel-variabel pengamatan awal yang menerangkan jumlah terbesar dari variansi total data dan merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel pengamatan Xj , j = 1, 2, 3 ..........., n. Dilambangkan seperti berikut PC(m) = B(m)1 X1 + B(m)2 X2 + .............. B(m)p Xp, dimana koefisien B11, B12, ...........B1p dipilih untuk memaksimumkan ratio dari varians PC(1) terhadap varians total, dengan kendala (constrain)
Perhitungan selanjutnya diarahkan dalam bentuk diskripitif untuk profil perusahaan dan reduksi variabel serta pengelompokan pengusaha untuk membedakan tiap kelompok untuk mecari factor keberhasilan pengusaha mengelola usahanya yang digambarkan seperti dibawah ini.
p
∑ B2(dj) = 1 j=1
Komponen utama kedua PC(2) tidak berkorelasi dengan PC(1) dan menerangkan jumlah terbesar dari varisi total sisa yang belum diterangkan oleh PC(1) . k
Xj = i=1
∑Wij.PC(j) k
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 3
Wij = Score coefisien factor (common factor) PC(j)k = bobot (loading) dari variable asal ke j pada factor ke k
Matrik Korelasi antar Variabel dan Faktor Setelah penentuan komponen/faktor utama, maka menginterpretasikan komponen ini harus ditinjuau kembali varibelnya, misalnya dilakukan dengan melihat nilai korelasi antara faktor dan nilai variabel yang bersangkutan dengan memperhatikan variabel mana yang memiliki korelasi terbesar dalam factor tersebut. Dengan demikian diperoleh variabel initial yang mempunyai perbedaan yang lebih besar pada pembentukan faktor yang bersangkutan dan selanjutnya menginterpretasikan faktor tersebut.
Matriks Koefisien Korelasi dan Kecukupan Data Pendekatan umum yang digunakan adalah matriks data mentah awal ( n x p) menjadi matriks korelasi r (p x p), terlihat hubungan antar dua variabel. Selanjutnya dilakukan uji kesamaan sampel dengan nilai seperti yang diusulkan oleh Kaiser Meyer Olkin (KMO).
k
rij = ∑ rfi . rfj
∑ ∑r2ij
f=1
ij
k = jumlah faktor dan rf i = korelasi antar faktor ke f dan variabel ke I dan rf j = korelasi antar faktor ke f dan variabel ke j
KMO = ∑ ∑r2ij + ∑a2ij ij
Rotasi Faktor Faktor yang dihasilkan masih sukar untuk diintepretasikan, maka digunakan metoda rotasi antar faktor sehingga faktor tidak saling berkorelasi (ortogonal), dalam penelitian ini digunakan metode varimax.
rij = Koefisien korelasi antar variabel ke I dan j aij = Parsial korelasi antar variabel ke i dan j KMO mendekati 1 disebut KMO ideal, bila 0,9 (sangat baik); 0,8 (bermanfaat); 0,7 (cukup); 0,6 (sedang); 0,5 (kurang); < 0,5 (tidak dapat digunakan).
2. Pengelompokan Industri (Cluster) Metode yang digunakan adalah non berhirarki dengan jumlah kelompok ditetapkan sebanyak 3 kelompok dengan assumsi industri menuju maju dan industri sudah maju atau sudah mempunyai pasar. Ukuran jarak yang biasa digunakan adalah jarak Euclid dan Mahalanobis. Jarak Euclid digunakan jika informasi mengenai sebaran data asal tidak diketahui dan variabel yang diamati tidak berkorelasi (tidap pengusaha tidak saling berhubungan). Misalkan matriks X = (X ,X ,....., X ),
Faktor Dalam analisis ini akan dicari sekumpulan variabel baru yang saling tidak berkorelasi dan varians-variansnya berurutan dari yang terbesar sampai ke terkecil. Variabel baru ini disebut faktor (komponent) dan digunakan untuk mempresentasikan varians dari variabel awal atau data dari pengamatan. Selanjutnya faktor-faktor tersebut disusun menurut variansnya, dari yang terbesar sampai terkecil dengan masing-masing tidak saling berkorelasi. Menentukan jumlah faktor didekati dengan cara yang diusulkan oleh Kaiser, yaitu menggunakan kriteria eigen value > 1, artinya mempunyai akar karakteristik lebih besar sama dengan satu.
1
2
n
maka jarak Euclid kuadrat antara x dan x yang i
j
didefinisikan sebagai dij2 = (Xi – Xj) T (Xi – Xj) Jika antara variabel yang diamati terdapat korelasi maka dapat dilakukan transformasi data asal menjadi komponen utamanya. Jika tidak dilakukan transformasi maka digunakan ukuran jarak Mahalanobis -1
yang didefinisikan sebagai: dij2 = (Xi – Xj) T S -1
(Xi – Xj), dengan S adalah matriks ragam. MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 4
Tabel 1. Besar Varians dari Tiap Faktor Berpengaruh Terhadap Seluruh Variabel Pengamatan
3.
Pembedaan antar Kelompok (diskriminant) Kelompok-kelompok ini terjadi karena ada pengaruh satu atau lebih variabel lain yang merupakan variabel independen. Kombinasi linier dari variabel-variabel ini akan membentuk suatu fungsi diskriminan Zjk = a+W1X1k+W2X2k+ . . + WiXik Zjk : Nilai diskriminan Z dari fungsi diskriminan j untuk obyek k a : intersep Wi : Koefisien diskriminan untuk variabel independen ke-i Xik : Nilai variabel ke-i untuk obyek ke-k
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil survei dari bulan Juni sampai September 2013 didaerah Pleret Jawa Barat; Banjarnegara Jawa Tengah; Bantul/Kasongan DI Yogyakarta; dan Malang Jawa Timur, terhadap 138 unit usaha, kemudian diseleksi kelengkapan jawaban. Hasilnya adalah 128 unit usaha yang layak dijadikan bahan bahasan yang disajikan dalam matriks 126 x 65. 1.
Analisis Faktor. Sebelum reduksi variabel perlu dilakukan uji kecukupan data yang digambarkan oleh KMO/MSA tentang persepsi pengusaha, yaitu sebesar 0,698 dan juga nilai chi kuadrat sebesar 6238.092 (dengan alpha sebesar 0,00) menunjukkan, bahwa jumlah data persepsi pengusaha cukup untuk dianalisis. Walaupun demikian terdapat tiga variabel yang tidak cukup tetapi tidak mempengaruhi analisis. Dengan menggunakan eigen value lebih besar dari satu, diperoleh 20 faktor/kelompok persepsi pengusaha dengan persentase varians komulatifnya 75,504 % terhadap 65variabel (tabel 1). Varians komulatif ini dapat menerangkan keseluruhan hasil pengamatan.
Dari 20 faktor tersebut dilakukan rotasi antar faktor terhadap seluruh variabel pengamatan. Kemudian diperoleh nilai loading dari tiap variabel. Pengidentifikasian variabel tiap faktor dilakukan dengan pengumpulan nilai rotasi lebih besar dari 0,5, maka diperoleh pengurangan faktor dari 20 menjadi 2 faktor dengan jumlah variabel menjadi 29 dari 65 variabel dan diurutkan nilai loading terbesar sampai terkecil, sehingga diperoleh tingkat perlunya variabel tersebut bagi pengembangan industri kecil ini.
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 5
Tabel 2. Besar Variance Per Jenis Variabel Dalam Faktor Pertama dan Kedua No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Diskripsi Variabel
Faktor Pertama Pemberian dukungan dan dorongan bagi karyawan yang berprestasi Mendorong karyawan membuat usulan baru Tujuan dan misi perusahaan perlu ditetapkan Mengorganisasi perusahaan Menyakinkan karyawan terhadap seluruh keputusan yang diambil Mampu membuat keputusan dengan mudah dan yakin dimengerti karyawan Strategi promosi & penjualan produk Perencanaan produksi Menjalin kerjasama pemasaran dengan pihak/pengusaha lain (konsinyasi) Pengembangan kemampuan karyawan Kerjasama tenaga ahli dari luar perusahaan di bidang produksi Menetapkan tujuan yang ingin dicapai merupakan tantangan yang harus dipenuhi Pengelolaan sumber-sumber pendanaan Penyusunan laporan keuangan (laporan harian, mingguan, bulanan) Perencanaan struktur keuangan perusahaan Perlunya informasi yang diperlukan sebelum resiko diambil Arus kas (cash flow) perusahaan Antisipasi resiko yang diambil Membagi/menginformasikan keberhasilan perusahaan kepada karyawan Membuat program atau rencana untuk meningkatkan kemampuan usaha Informasi mengenai harga produk yang sejenis di pasaran
22 Ada motivasi diri untuk lebih 0,515 berhasil dari orang lain
23 Pengambilan keputusan menjalan 0,510
sroce Loadin g
0,716
24 25
0,710
26
0,707
27
0,612 0,561
28 0,639
29 0,606 0,602 0,587
usaha dengan melibatkan karyawan Disain produksi Melakukan penambahan pengetahuan dengan membaca dan mengikuti kursus/latihan Bidang teknik produksi (alur proses produksi) Faktor Kedua Kemampuan mengevaluasi setiap kesalahan pengambilan keputusan untuk perbaikan. Perlunya perencanaan waktu penyelesaian pekerjaan dalam proses produksi Memerlukan informasi mengenai harga produk yang sejenis di pasaran sebagai pembanding terhadap produk yang dihasil perusahaan
0,505 0,504
0,504
0,568
0,529
0,519
2. Cluster Hasil pengelompokan menunjukan terdapat 39 unit usaha masuk dalam kelompok (cluster) pertama (1); 47 unit usaha di kelompok ke dua (2); dan 42 unit usaha masuk kelompok ke tiga (3) dari 128 unit usaha yang dianalisis. Jawaban responden dengan bobot 1 sampai dengan bobot 5 (skala likert), maka dapat di buatkan nilai persepsi positif dan persepsi kurang. Nilai tersebut (1 + 5) : 3 adalah 3. Nilai diatas 3 (>3) menyatakan nilai kelompok terbesar dan <3 nilai kelompok terkecil atau kurang diperlukan. Untuk itu dapat dibedakan variable yang menjadi ciri dalam kelompoknya seperti dibawah ini.
0,575 0,571 0,562
0,557 0,555
0,552 0,550
a. Klaster Pertama (nilai bobot >3 terjadi hanya di klaster 1) Pembangunan Jiwa Wirausaha 1) Harus memiliki citra diri yang positif Kepemimpinan untuk menjadi wirausaha berhasil 2) Mencari ide-ide baru lalu didiskusikan dengan karyawan 3) belajar dari kesalahn untuk melakukan perbaikan produk
0,548 0,545 0,543
0,538
0,512
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 6
4) Perlu mengubah pekerjaan saat ini agar perusahaan menjadi lebih baik Pengambilan keputusan dengan resiko 5) Kemampuan mengambil resiko sepadan dengan hasilnya 6) Kemampuan mengurangi resiko 7) Informasi yang diperlukan sebelum resiko diambil 8) Kebutuhan saran orang lain untuk mengurangi resiko dan mencapai Perencanaan Bisnis 9) Perencanaan waktu penyelesaian pekerjaan Pengelolaan Usaha 10) Mendorong karyawan bekerja 11) Pengawasan kerja 12) Membangun relasi/hubungan baik dengan pihak lain. 13) Menjalin kerjasama pemasaran dengan pihak/pengusaha lain (konsinyasi) 14) Bidang teknik produksi (alur proses produksi) 15) Pemberian imbalan terhadap karyawan
6) Penilaian prestasi kerja karyawan Manfaat Pelatihan yang di selenggarakan pemerintah terhadap; 7) Pemasaran 8) Proses Produksi 9) Disain produksi 3. Diskriminan Estimasi fungsi diskriminan dapat digambarkan oleh Canonical Discriminant Function Coefisients yang dapat menghasilkan variable yang dapat digunakan untuk membedakan antar klaster (variable enter) atau tidak membedakan antar klaster. Variabel yang tidak dapat digunakan untuk membandingkan antara klaster (removed) Untuk menguji signifikan dari fungsi diskriminan digunakan multivariate test of significance dengan uji wlk’s labda yang diaproksimasi dengan statistic che kuadrat. Hasil pengujian menunjukan wlk’s labda function 1 sebesar 0,353 atau chi kuadrat 104,638 dan function 2 wlk’s labdanya 0,679 atau chi kuadratnya 38,901 serta sig. 0,00 maka tiap klaster berbeda. Nilai score diskriminan adalah gabungan dari semua variabel, maka diperlukan nilai loading dari struktur coefisen dari fungsi diskrimina. Nilai loading akan berkisar - 1 sd. +1. Nilai mendekati 1 menunjukan makin tinggi komunalitas antar variabel diskriminan atau sebaliknya. Dengan membandingkan nilai loading ini untuk setiap variabel antar klaster digambarkan oleh Struktur Matriks yang menunjukan pembendaan taiap variable antar klaster (fungsi 1 adalah perbandingan antara klaster 1 terhadap ke klaster ke dua dan fungsi 2 adalah perbandingan antara klaster ke dua terhadap klaster ke tiga). Dibawah ini digambarkan perbedaan anatar kelompok dengan variabel analisis adalah profil pengusaha
b. Klaster Kedua (nilai bobot >3 terjadi hanya di klaster 2) Seluruh variabel pengelolaan usaha dianggap sama derajat perlunya kecuali variabel berikut ini dianggap paling perlu diperhatikan dalam pengelolaan usaha, terdiri dari: Pengelolaan Usaha 1) Pemberian dukungan dan dorongan bagi karyawan yang berprestasi 2) Pengawasan kerja 3) Membangun relasi/hubungan baik dengan pihak lain. c. Klaster Ketiga (nilai bobot >3 terjadi hanya di klaster 3) Kepemimpinan untuk menjadi wirausaha berhasil 1) Belajar dari kesalahn untuk melakukan perbaikan produk 2) Mendorong karyawan membuat usulan Perencanaan Bisnis 3) Merencanakan tugas dan tanggung jawab kepada karyawan Pengelolaan Usaha 4) Hubungan pemasaran dengan Perencanaan produksi 5) Keberhasilan perusahaan diukur dari penjualan
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 7
Tabel 3. Variabel Pembeda antar Kelompok (Dilihat dari Profil Pengusaha) No
1
2
3
41)
52)
61)
Diskripsi Variabel Wirausaha Kemampuan pengambilan sikap terdapat kemunduran usaha Perencanaan Bisnis Melakukan pengembangan usaha Pengelolaan Pasar (market) Perlunya memperoleh keinginan konsumen dengan mensurvei pasar Pengelolaan Sumber Daya Manusia (tenaga kerja) Jumlah karyawan mempengaruhi produksi Pembagian pekerjaan dan tanggung jawab Pengembangan usaha melalui pelatihan dan manfaatnya Mengikuti pelatihan dengan mengirim ke instansi lain
Fungsi 1
Fungsi 2
0,750
0,160
b.
c. 0,542
0,224
0,305
-0,057
d. 1) a)
-0,352
0,582
0,178
0,488
b) c) d)
-0, 136
2) a)
0,270
b) c)
Profil IKM Gerabah dan Keramik Hias Dari beberapa analisis sebagaimana diuraikan tersebut, maka perlu dirumuskan strategi pengembangan IKM gerabah dan Keramik. Keseluruhan penilaian antara diskripsi; faktor; klaster; maupun diskriminan menunjukkan bahwa variabel yang ditemukan merupakan faktor yang selalu di pertimbangkan dalam mengelola usahanya (profil pengusaha) maupun harapan mereka yang dapat dipertimbangkan untuk pembinaan oleh pelaku usaha di jenis industri ini. Rangkuman dari keseluruhan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hasil Kebutuhan/Harapan Pengusaha Harapan IKM dalam pengembangan usaha yang dituangkan dalam daftar pertanyaan tingkat perlunya dapat diidentifikasi sebagai factor pendorong sebagai berikut: a. Pengusaha mengharapkan peningkatan kemampuan peningkatan kepercaayaan diri dalam membuat keputusan; penetapan
d) 3)
4)
tujuan jangka panjang; menengah dan pendek (target-target) Motivasi sering dipengaruhi oleh pihak ke tiga utamanya pihak keluarga atau teman terdekat, belum muncul dari dalam diri sendiri. Adapun yang diluarnya itu jumlahnya kecil (2-5%) dibandingkan dengan jumlah pengusaha. Dirasakan kebutuhan sumber informasi baik melalui media cetak maupun melalui pelatihan tentang disain dan teknologi proses, karena pengusaha berorientasi hasil dan jumlah produksi dan pemasaran. Pengusaha membutuhkan beberapa elemen wirausaha yang bersifat operasional, yaitu: Manajemen Usaha Memerlukan ketrampilan dalam menetapkan tujuan dan misi yang terukur dan logis bagi pengusaha Kemampuan mengorganisasikan semua sumber daya yang ada Kemampuan memberi dukungan atau motivasi bagai karyawan Meningkatkan kepercayaan bisnis antara pengusaha dan konsumen (kemitraan dalam bentuk aglomerasi). Pemasaran Merancangkan suatu strategi pemasaran melalui promosi untuk meningkatkan penjualan Membuat rencana produksi Kemampuan membuat networking (jaringan) pemasaran dengan pihak lian Kebutuhan terhadap informasi harga produk yang sejenis di pasaran Kemampuan Proses produksi Pengusaha memerlukan bantuan tanaga ahli dari luar usahanya untuk meningkatkan dalam disain/model dan teknik produksi Kebutuhan Pengelolaan Keuangan
a) Kebutuhan penyusunan laporan keuangan secara menyeluruh (laporan harian, mingguan, dan bulanan) b) Perencanaan struktur keuangan dan sumber keuangan 5) Pelatihan Pelatihan yang paing bermanfaat bagi pengusaha adalah perancanan disain/model dan teknik produksi (alur proses produksi)
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 8
partisipasi usaha; (2) Dalam pengelolaan usaha diperlukan penetapan tujuan dan misi perusahaan, organisasi dengan penugasan yang bertanggung jawab; (3) Kemampuan membuat keputusan menjadi faktor penentu dalam usaha yang dapat memberikan keyakinan kepada karyawan, penetapan strategi promosi yang dilakukan, mengantisipasi resiko yang akan ditanggung; (4) Dalam proses produksi diperlukan perencanaan produksi, Disain produk, teknik produksi, kerja sama dengan tenaga ahli dalam bidang produksi; (5) Dalam pemasaran diperlukan informasi harga produk dipasaran maupun produksi local/nasional/import, membentuk jaringan bisnis dengan unit pemasaran produk; (6) Dalam hal pengelolaan keuangan diperlukan kemampuan penyusunan laporan keuangan; (7) Kebutuhan pelatihan terhadap disain produk, adanya keinginan untuk menambah pengetahuan melalui proses mandiri (membaca). Ketiga, faktor yang dapat dijadikan meningkatkan keberhasilan dari satu kelompok ke dalam kepompok lainnya akan dijelaskan berikut ini; (1) industri yang menuju maju mempunyai kemampuan mengantisipasi kejenuhan pasar, pengambilan keputusan dalam perubahan yang dinamis, Kemampuan memperoleh informasi konsumen dan membuat keputusan perubahan model dan disain, serta harga, Kemampuan memberikan penugasan dan tanggung jawan kepada karyawan, serta respon terhadap pelatihan yang diselenggarakan pihak luar dari perusahaan. (2) industri yang belum maju kurang kuat menghadapi tekanan pasar (sering berpindah usaha dan selalu bersifat statis/menunggu), mengandalkan jumlah karyawan dalam berproduksi, sehingga sering berganti karyawan, ada kemampuan mengevaluasi model dan disain tetapi masih kalah cepat dari industri yang sudah maju, pembagian tugas dan tanggung jawab
PENUTUP Berdasarkan bahasan diatas diambil beberapa kesimpulan dan saran. Kesimpulan Pertama, berbagai jawaban pengusaha IKM gerabah dan keramik hias menunjukan bahwa pengusaha dapat bertahan dalam berbagai hambatan hingga mereka dapat mengembangkan usahanya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang utama yaitu; (1) kepercayaan diri dalam menghadapai tekanan pasar terutama mengantisipasi perubahan model dan disain produk; (2) kemampuan mengevaluasi harga jual produk; (3) pengusaha menyadari informasi kebutuhan pasar merupakan kecepatan merebut pasar; (4) Dalam pengelolaan usaha juga dipengaruhi oleh pembagian tugas dan tanggung jawab kepada karyawan. Namun demikian peran serta karyawan dalam pengembangan usaha belum dilibatkan kecuali dalam proses produksi. (5) Pelatihan yang diselenggarakan pemerintah dapat membantu pengusaha dalam proses produksi atau teknik produksi saja. Kedua, dalam penelitian ini juga dihimpun persepsi pengusaha tentang perlu tidaknya faktor kewirausahaan dalam mengembangkan usahanya yang diasumsikan sebagai ciri faktor pendorong kedepan. Faktor ini dirinci menurut nilai bobot pengaruhnya (variance) dalam menjalankan dan mengembangkan usaha dibidang industri gerabah dan keramik hias, yaitu; (1) perlunya meningkatkan peran dari karyawan dalam pengelolaan usaha terutama terhadap pemberian motivasi/dukungan, membangkitkan pendapat-pendapat dari karyawan, menyakinkan karyawan terhadap keputusan yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan, pengembangan kemampuan karyawan dalam teknik produksi maupun dalam
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 9
kepada karyawan masih dalam pertimbangan, respon terhadap pelatihan diikuti bila diperlukan (kadang-kadang) Keempat, kebijakan pemerintah yang direspon pengusaha pada umumnya adalah tentang pelatihan. Hal ini terbatas dalam teknik produksi dan alur produksi.
usaha; proses produksi; mutu; pengelolaan SDM; pemasaran; dan Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA Dillon, Williams R and Goldstein Matthew, 2000, Multivariate AnalisysMethods and Applications, John Wiley and Sons, New York. Hubeis, M., 1997, Manajemen Industri Kecil Profesional di era Globalisasi Melalui Pemberdayaan Manajemen Industri, Orasi Ilmiah, Institut Pertanian Bogor. Imam Ghozali,H, Prof. Dr. M.Com, Akt., 2001, Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Kachigan, S.K., 2002, Statistical Analysis: An Interdisciplinary Introduction to Univariate & Multivariate Methods, Radius Press, New York. Santoso, Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS Statistik multivariate, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Supranto J., 2004, Analisis Multivariat: Arti & Interpretasi, Rineka Cipta,
Saran Saran dalam studi ini ditujukan menjadi perhatian pihak institusi pembina untuk menindak lanjuti kegiatan yang perlu dilakukan dalam mengembangkan industri gerabah dan keramik hias. Pertama, konsumen merupakan faktor penting melanjutkan usaha. Antisipasi karakteristik kebutuhan konsumen mutlak diperhatikan pengusaha, untuk itu perlu dilakukan pendalaman pengusaha agar terfokus kepada konsumen sebagaimana menjadi titik awal dalam penerapan manajemen mutu ; perlunya pengadaan pusat informasi yang mudah diakses pengusaha tentang perkembangan disain; model; dan harga keramik hias hasil produksi dalam negeri maupun impor/ekspor, sehingga dapat memperkirakan pekembangan kedepan. Kedua, menumbuhkan kaum intelektual untuk menjadi konsultan disain dan model serta masalah teknologi sebagai jaringan kerja (net work) yang saling menguntungkan dalam lingkup industri kecil. Penumbuhan ini dapat di motori oleh pemerintah daerah maupun pusat. Ketiga, mengoptimalkan beberapa lembaga yang sudah ada berperan aktif dalam mengembangkan IKM gerabah dan keramik hias antara lain; lembaga pendidikan dibidang disain dan seni; lembaga penelitian keramik dan lembaga pelatihan BID (pelatihan motivasi; manajemen usaha; AMT; CEFE dan Manajemen Mutu/ISO 9001; GKM). Keempat, membuat buku panduan tentang kreatifitas dalam pengelolaan
Jakarta
MAJALAH MANAJEMEN INDUSTRI DAN PERDAGANGAN VOL.17 NO.1 TAHUN 2015 10