FAKTOR MANAJEMEN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN PROGRAM RUMAH SEHAT DI DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA Oleh; Ayi Mukaromah, Andik Setiyono, Lilik Hidayanti Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya
ABSTRAK Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum, rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, seperti ISPA, malaria, dan diare. Belum tercapainya cakupan rumah sehat berkaitan dengan kinerja sanitarian yang memiliki tugas pokok dalam pengelolaan program rumah sehat, baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun evaluasi program rumah sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor manajemen yang berhubungan dengan pencapaian program rumah sehat di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Metode penelitian analitik dengan pendekatan korelasional, populasi dan sampel sebanyak 20 tenaga sanitarian, instrumen penelitian kuesioner, teknik analisis menggunakan analisis univariat yaitu distribusi frekuensi dan nilai statistik, analisis bivariat menggunakan korelasi pearson dan rank spearman, yang ditetapkan berdasarkan uji normalistas menggunakan shaprio wilk. Hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan program rumah sehat termasuk kategori baik ( X =18,15), pelaksanaan baik ( X =20,80), pengawasan baik ( X =20,25), evaluasi program rumah sehat termasuk kategori baik ( X =26,15), dan pencapaian program rumah sehat belum mencapai target (56,49%). Faktor manajemen yang memiliki hubungan dengan pencapaian program rumah sehat adalah pelaksanaan (p value = 0,008), pengawasan (p value = 0,001), sedangkan yang tidak memiliki hubungan adalah perencanaan (p value = 0,257), dan evaluasi (p value = 0,656). Diharapkan dapat meningkatkan kinerja, terutama dalam pelaksanaan program rumah melalui pendekatan secara personal dan menyelenggarakan penyuluhan melalui kegiatan posyandu. Kata Kunci Kepustakaan
: Faktor Manajemen, Pencapaian Program Rumah Sehat : 2001-2009
A healthy home is one of the means to achieve the optimum level of health, homes that do not meet health requirements would be closely linked to the environment-based diseases, such as respiratory infections, malaria, and diarrhea. Not yet achieved a healthy home coverage with regard to the performance of sanitarians who has the main task in healthy homes program management, both in the planning, implementation, monitoring and evaluation of healthy home program. This study aims to determine the factors associated with achievement of management healthy homes program in Tasikmalaya City Health Department. Analytical korelational research method, population and sample of 20 sanitarian, questionnaire research instruments, analytical techniques using univariate analysis of the distribution of the frequency and value of statistics, bivariate analysis using Spearman rank correlation and the pearson, which is determined based on normalistas using shaprio Wilks test. The results reveal that healthy homes program planning including both categories ( X = 18.15), the implementation of good ( X = 20.80), better supervision ( X = 20.25), healthy homes program evaluation including both categories ( X =26.15), and the achievement of a healthy home program has not reached the target (56.49%). Management factors linked to the achievement of a healthy home is the implementation of the program (p value = 0.008), supervision (p value = 0.001), whereas no relationship was planning (p value = 0.257), and evaluation (p value = 0.656). Expected to improve performance, especially in the implementation of the home through a personal approach and conducting outreach through growth monitoring sessions. Keywords: Factor Management, Achieving Healthy Homes Program Bibliography: 2001-2009
PENDAHULUAN Masalah perumahan telah diatur dalam undang-undang pemerintahan tentang perumahan dan pemukiman No.4/1992 Bab III pasal 5 ayat I yang berbunyi “Setiap warga Negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Rumah juga merupakan salah satu bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Munif Arifin, 2009). Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti : infeksi saluran nafas, infeksi pada kulit, infeksi saluran pencernaan, kecelakaan, dan gangguan mental (Winslow dalam Wicaksono (2009) Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan, dan merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian, dimana kecenderungannya belum menurun secara signifikan. Menurut Riskesdas 2013, Period prevalence ISPA sebesar 25,0% tidak jauh berbeda dengan 2007 (25,5%), prevalensi malaria 6%, Period prevalen diare 3,5% (Kemenkes, 2013). Menurut profil kesehatan Indonesia pada tahun 2013 Kejadian Luar Biasa (KLB) diare mencapai 1,08% yang lebih besar dibanding tahun 2011 dengan KLB diare sebesar 0,29% (Kemenkes, 2014). Rumah yang memenuhi syarat kesehatan adalah rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003). Menurut Riskesdas 2013 Secara nasional proporsi rumah tangga yang telah memiliki akses terhadap sumber air minum improved sebesar 66,8%, sedangkan rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum unimproved sebesar 33,2%, akses buang air besar milik sendiri sebesar 76,2% dan sebesar 66% menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir tinja, dan proporsi rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi berdasarkan kriteria JMP WHO - UNICEF 2006 hanya 59,8%. Upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan rumah sehat telah dilakukan melalui program kesehatan lingkungan yang mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoadmodjo, 2003). Petugas pelaksana program rumah sehat adalah sanitarian yaitu pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan, dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka perbaikan kualitas kesehatan lingkungan untuk dapat memelihara, melindungi dan meningkatkan cara-cara hidup bersih dan sehat (Kemenpan, 2000). Tugas pokok tenaga sanitarian diantaranya ; 1) menyusun rencana kegiatan kesehatan lingkungan berdasarkan data program Puskesmas dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku sebagai pedoman kerja, 2) melaksanakan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan meliputi pengawasan dan pembinaan sarana air bersih, pengawasan dan pembinaan jamban, pengawasan dan pembinaan tempat-tempat umum (TTU), tempat pengelola makanan (TPM) atau pestisida, pelayanan klinik sanitasi, penyuluhan kesehatan lingkungan dan koordinasi lintas program terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, 3) mengevaluasi hasil kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan secara keseluruhan, dan 4) membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2015, cakupan program kesehatan lingkungan di Puskesmas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya pada tahun 2013 masih belum mencapai target. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya cakupan program kesehatan lingkungan yang dibagi menjadi beberapa indikator menerangkan bahwa indikator-indikator kesehatan lingkungan belum tercapai. Dimana pencapaian program tertinggi adalah program TTU MS yang mencapai 81,43% yang melebihi target 80%, akses air bersih 76,78% masih dibawah target 75%, Cakupan jamban 65,36% dibawah target 75%, TPM MS 59,53% dibawah target 75%, cakupan SPAL 59,29% dari target 75%, dan yang terendah adalah program rumah sehat yang hanya mencapai 40,12% dari target 75%. Program kesehatan lingkungan di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya yang mencapai target pada tahun 2013 hanya program TTU MS, sedang program lainnya belum mencapai target dan pencapaian terendah adalah program rumah sehat yang hanya mencapai 40,12%, hal itu dimungkinkan karena kurang optimalnya fungsi manajemen yang dilakukan oleh pengelola program kesehatan lingkungan. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan penulis pada 20 Januari 2015 terhadap 5 petugas sanitarian di wilayah puskesmas Kota Tasikmalaya, dengan menggunakan kuesioner, diketahui perencanaan program terkait rumah sehat hanya mencapai 78%, dimana kekurangan dalam perencanaan diantaranya 80% petugas tidak merencanakan program rumah sehat dengan masyarakat, 60% tidak dengan
kelurahan atau kecamatan, 80% sasaran dari rencana program rumah sehat di tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan, 40% tidak merencanakan kaderisasi. Pelaksanaan program terkait rumah sehat masih rendah yaitu hanya mencapai rata-rata 46%, di mana diantaranya sebanyak 60% tidak melakukan kunjungan ke rumah tanggal, 60% tidak melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan sampah dan jamban keluarga, tidak melakukan pengamatan terhadap PHBS dan penggunaan air bersih rumah tanggap. Pengawasan mencapai 63%, diantaranya sebanyak 80% dari 5 petugas sanitarian tidak melakukan pengambilan sampel air rumah tanggal, 60% tidak melakukan pemeriksaan ventilasi, pencahayaan, tata ruang, dinding rumah dan lantai, selain itu sebanyak 40% hanya melaksanakan pengawasan di 2 kali dalam satu tahun, 80% hanya menggunakan alat ukur sederhana yaitu menggunakan format, melihat, meraba, membau. Evaluasi mencapai 56%, dimana sebanyak 60% dalam laporan tidak memuat kualitas ventilasi rumah keluarga, pencahayaan, dan ruangan rumah, 60% tidak memuat permasalahan/kendala yang dihadapi masyarakat. Hal itu menunjukkan bahwa program rumah sehat belum menjadi prioritas utama oleh sanitarian di wilayah puskesmas Kota Tasikmalaya, sehingga dapat berdampak terhadap tidak tercapainya target rumah sehat di wilayah Kota Tasikmalaya. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor manajemen yang berhubungan dengan pencapaian program rumah sehat di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, dan secara khusus mengidentifikasi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dan menganalisis hubungannya dengan pencapaian program rumah sehat di Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek atau faktor risiko (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara du variabel pada situasi atau sekelompok objek (Notoatmodjo, 2010). Populasi dan sampel sebanyak 20 tenaga sanitarian Puskesmas yang ada di Kota Tasikmalaya. Instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan kuesioner yang diuji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis menggunakan analisis univariat yaitu untuk menggambarkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan evaluasi, dan pencapaian program rumah sehat dengan tabel distribusi frekuensi dan perhitungan nilai statistik. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui uji statistik yang proses perhitungannya menggunakan program SPSS. Uji statistik korelasi pearson dilakukan pada variabel-variabel dengan data yang berdistribusi normal dan uji statistik korelasi rank spearman dilakukan jika salah satu variabel (variabel bebas atau variabel terikat) tidak berdistribusi normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah shapiro wilks, data masing-masing variabel dinyatakan berdistribusi normal, apabila nilai probabilitas pada kolom shapiro wilks lebih besar dari alpha 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Jenis kelamin yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besarnya yaitu 11 orang (55%) adalah laki-laki, sedangkan sisa yaitu 9 orang (45%) adalah perempuan. Rata-rata berumur 42 tahun, dengan umur termuda 27 tahun dan tertua 55 tahun. Latar belakang pendidikan DIII Kesehatan Lingkungan (90%), S1 Kesehatan Masyarakat (5%), dan perawat (5%). Status pegawai sebagai Pegawai Negeri Sipil (90%), dan sukwan (10%). Masa kerja rata-rata 8,45 tahun, masa kerja terendah 5 tahun, terlama 14 tahun. Tabel 1. Deskripsi Data Statistik Perencanaan Program Rumah Sehat Perencanaan Data Statistik Min 11 Max 24 Standar Deviasi 4,58 Mean 18.15 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perencanaan Program Rumah Sehat Persentase No Perencanaan Frekuensi (%) 1 Kurang 6 30.0 2 Baik 14 70.0 Jumlah 20 100 Perencanaan program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya termasuk kategori baik ( X =18,15). Perencanaan program rumah sehat yang sudah termasuk kategori baik diantaranya; melakukan pendataan terkait rumah sehat, inventarisasi masalah dan penyebabnya yang dihadapi masyarakat terkait rumah sehat, peningkatan akses air bersih, peningkatan akses jamban bersih, melakukan kerja sama lintas
sektoral, menyelenggarakan penyuluhan, Perencanaan yang dinilai kurang baik diantaranya; peningkatan akses pembuangan sampah, kunjungan /bimtek ke rumah warga, dan kaderisasi (membentuk kader). Penyusunan program rumah sehat paling banyak dilakukan melibatkan pemerintah pusat/dinas kesehatan Kota Tasikmalaya melalui standar dan target, sedangkan yang terendah dengan melibatkan rekan kerja. Target atau sasaran dari rencana program rumah sehat sebagian besarnya berorientasi pada tempat-tempat umum dan lingkungan masyarakat. Rencana kerja dilakukan tahunan dan bulanan, sedangkan rencana kerja mingguan hanya dilakukan oleh sebagian kecil (20%). Strategi pelaksanaan program rumah sehat, sebagian besar dengan melibatkan masyarakat sekitar dan lintas sektoral, hanya sebagian kecil yang merencanakan dengan melibatkan individu masyarakat. Tabel 3. Deskripsi Data Statistik Pelaksanaan Program Rumah Sehat Pelaksanaan Data Statistik Min 12 Max 29 Standar Deviasi 4,86 Mean 20.80 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Program Rumah Sehat Persentase No Peleksanaan Frekuensi (%) 1 Kurang 9 45.0 2 Baik 11 55.0 Jumlah 20 100 Pelaksanaan program rumah sehat di puskesmas Kota Tasikmalaya termasuk kategori baik ( X = 20,80). Pelaksanaan yang telah baik dilakukan oleh sanitarian (responden) adalah melakukan pengamatan terhadap perilaku masyarakat dalam penggunaan air bersih, jamban dan sampah, sedangkan pengamatan terhadap PHBS belum optimal. Pelaksanaan kunjungan atau bimtek dengan mengambil sampel air yang termasuk kategori baik adalah terhadap selokan dan depo air minum, sedangkan terhadap sumber air minum (sumur) dan bak mandi masyarakat belum dilaksanakan secara baik. Pelaksanaan program rumah sehat terkait dengan penyuluhan, yang dinilai baik adalah penyuluhan melalui leaflet dan pamlet, sedangkan penyuluhan melalui kegiatan di sekolah-sekolah dan posyandu masih belum optimal karena hanya dilakukan oleh sebagian kecil sanitarian. Pelaksanaan program rumah sehat terkait dengan kaderisasi yang termasuk kategori baik adalah melakukan kaderisasi di tingkat desa atau kelurahan, sedangkan kaderisasi di tingkat RW dan RT belum optimal atau hanya dilakukan oleh sebagian kecil sanitarian. Pelaksanaan pembinaan yang termasuk kategori baik adalah yang diselenggarakan di lingkungan puskesmas, sedangkan yang dinilai kurang optimal diantaranya yang dilaksanakan dalam gedung di lingkungan masyarakat, pembinaan secara personal, dan di selenggarakan di posyandu. Pembiayaan dan pembangunan sanitasi dasar sebagian besar dikoordinasikan dengan pihak swasta, pemerintah, dan melalui pemberdayaan masyarakat, sedangkan yang dinilai kurang dengan memberdayakan masyarakat secara individu. Pelaksanaan program rumah sehat terkait dengan melakukan intervensi yang dinilai baik hanya melalui program pelayanan konsultasi kesehatan lingkungan, sedangkan secara langsung melalui kunjungan ke rumah masih kurang baik atau jarang dilakukan oleh tenaga sanitarian. Tabel 5. Deskripsi Data Statistik Pengawasan Program Rumah Sehat Pengawasan Data Statistik Min 11 Max 31 Standar Deviasi 5,25 Mean 20.25 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pengawasan Program Rumah Sehat Persentase No Pengawasan Frekuensi (%) 1 Kurang 7 35.0 2 Baik 13 65.0 Jumlah 20 100
Pengawasan program rumah sehat di puskesmas Kota Tasikmalaya termasuk kategori baik ( X = 20,25). Pengawasan yang sudah baik dilakukan meliputi pengawasan terhadap akses jamban, akses air bersih, pengelolaan sampah, dan tata ruang, sedangkan pengawasan terhadap ventilasi, pencahayaan, dinding rumah, lantai dan luas rumah belum dilakukan secara optimal. Waktu pengawasan terhadap program rumah sehat sangat berpariatif, rata-rata dilakukan sebulan sekali. Metode pengawasan sebagian besarnya menggunakan alat ukur sederhana. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan masih belum optimal, dimana hanya 70% yang melakukan dengan memberikan treatmen, menyelenggarakan konsultasi (65%) dan memberikan bimbingan teknologi (55%). Penyelenggaraan pelayanan konsultasi dan bimbingan teknologi sebagian besar dilakukan di puskesmas, sedangkan melalui kegiatan posyandu dan lingkungan RT/RW belum dilakukan secara optimal. Tabel 7. Deskripsi Data Statistik Evaluasi Program Rumah Sehat Evaluasi Data Statistik Min 12 Max 35 Standar Deviasi 8,34 Mean 26.15 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Evaluasi Program Rumah Sehat Persentase No Evaluasi Frekuensi (%) 1 Kurang 6 30.0 2 Baik 14 70.0 Jumlah 20 100 Evaluasi program rumah sehat di puskesmas Kota Tasikmalaya termasuk kategori baik ( X = 26,15). Evaluasi pencatatan kegiatan program yang dinilai baik meliputi pencatatan kualitas air bersih, jamban keluarga, pembuangan sampah, ventilasi rumah, pencahayaan, dan pencatatan kualitas ruangan rumah, sedangkan yang dinilai kurang adalah dalam pencatatan kesadaran dan pengelolaan rumah sehat. Pelaporan kegiatan program rumah sehat kepada kepala puskesmas dilakukan per tahun, sedangkan yang dilakukan per bulan sangat berpariatif, dimana yang paling banyak adalah pada bulan Agustus yaitu dilakukan oleh 80% responden. Pelaporan kepada dinas kesehatan Kota Tasikmalaya dilakukan setahun sekali, dan dilakukan pada rentang bulan Januari sampai Mei. Pelaporan pada umumnya menunjukkan tingkat kesehatan puskesmas, dan hanya sebagian yang menunjukkan tingkat kesehatan per kelurahan, RW ataupun RT. Pembaharuan pelaporan secara periode kepada kepala puskesmas dilakukan per tahun, sedangkan yang dilakukan per bulan hanya 80%. Pelaporan yang memuat masalah yang disertai dengan saran pemecahannya, dilakukan pada pelaporan mengenai kesehatan air bersih keluarga, ventilasi, pencahayaan, kesehatan ruangan, dan kesadaran dan pengelolaan rumah sehat. Sedangkan yang dinilai kurang meliputi kesehatan jamban keluarga, pembuangan sampah dan kerja sama lintas sektoral. Tabel 9. Deskripsi Data Statistik Pencapaian Program Rumah Sehat Pencapaian Program Data Statistik Rumah Sehat Min 15.90 Max 99.00 Standar Deviasi 26,61 Mean 56.49 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Pencapaian Program Rumah Sehat Persentase No Pencapaian Frekuensi (%) 1 Tidak Mencapai Target (< 75%) 11 55.0 2 Mencapai Target (> 75%) 9 45.0 Jumlah 20 100 Pencapaian program rumah sehat di puskesmas Kota Tasikmalaya tahun 2014 rata-rata mencapai 56,53%, dengan pencapai tertinggi sebesar 99,06%, dan pencapaian terendah 15,98%, dimana sebanyak 11 puskesmas (55%) belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah yaitu 75%, sedangkan yang telah mencapai target sebanyak 9 puskesmas (45%).
Berdasarkan rata-rata menunjukkan pencapai rumah sehat Kota Tasikmalaya masih di bawah target 75%, yang dikarenakan belum optimalnya pelaksanaan program rumah sehat, hal itu dimungkinkan karena tenaga sanitarian ditingkat puskesmas masih kurang, dimana sampai saat ini tenaga sanitarian yang ada ditingkat puskesmas hanya satu orang, sedangkan cakupan wilayahnya relatif luas yaitu mencakup beberapa kelurahan, bahkan beberapa puskesmas mencakup satu kecamatan, selain itu tanggung jawab tenaga sanitarian di tingkat puskesmas tidak hanya pada program rumah sehat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 373/Menkes/SKIIII/2007 tentang standar profesi sanitarian menyatakan bahwa sanitarian/Ahli Kesehatan Lingkungan adalah tenaga profesional di bidang kesehatan Iingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan Iingkungan air, udara, tanah, makanan dan vector penyakit pada kawasan perumahan, tempat-tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan matra. Hubungan Perencanaan dengan Pencapaian Program Rumah Sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya
P value = 0,257
Gambar 1. Scatter Plot Hubungan Perencanaan dengan Pencapaian Program Rumah Sehat Gambar 1 menunjukkan sebaran data (titik-titik) yang menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, hal itu menunjukkan bahwa tidak ada pola hubungan antara perencanaan dengan pencapaian program rumah sehat, artinya perencanaan bukan faktor penyebab pencapaian program rumah sehat. Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi rank spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,257 yang lebih besar dari 0,05, artinya tidak ada hubungan antara perencanaan dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya. Hubungan Pelaksanaan dengan Pencapaian Program Rumah Sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya
P value = 0,008 = 0, 577
Gambar 2. Scatter Plot Hubungan Pelaksanaan dengan Pencapaian Program Rumah Sehat Gambar 2 menunjukkan sebaran data (titik-titik) cukup berdekatan membentuk suatu kemiringan, sebaran data cenderung naik dari arah kiri ke arah kanan seolah membentuk sudut atau membentuk garis
miring ke kanan, hal itu menunjukkan pola hubungan positif, artinya ada hubungan positif antara pelaksanaan dengan pencapaian program rumah sehat, dan pelaksanaan merupakan faktor penyebab pencapaian program rumah sehat. Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi person diperoleh nilai p value sebesar 0,008 yang lebih kecil dari 0,05, artinya ada hubungan antara pelaksanaan dengan pencapaian program rumah sehat, dengan nilai korelasi sebesar 0,577, berdasarkan tabel interpretasi (Tabel 3.2) nilai korelasi (0,577) berada pada rentang antara 0,40 – 0,599 dengan kategori hubungan sedang, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sedang (cukup kuat) antara pelaksanaan dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya. Hubungan Pengawasan dengan Pencapaian Program Rumah Sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya
P value = 0,001 = 0,682
Gambar 3.Scatter Plot Hubungan Pengawasan dengan Pencapaian Program Rumah Sehat Gambar 3 menunjukkan sebaran data (titik-titik) cukup berdekatan membentuk suatu kemiringan, sebaran data cenderung naik dari arah kiri ke arah kanan seolah membentuk sudut atau membentuk garis miring ke kanan, hal itu menunjukkan pola hubungan positif, artinya ada hubungan positif antara pengawasan dengan pencapaian program rumah sehat dan pelaksanaan merupakan faktor penyebab pencapaian program rumah sehat. Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi person diperoleh nilai p value sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,05, artinya ada hubungan antara pengawasan dengan pencapaian program rumah sehat, dengan nilai korelasi) sebesar 0,682, berdasarkan tabel interpretasi (Tabel 3.2) nilai korelasi (0,682) berada pada rentang antara 0,60 – 0,799 dengan kategori hubungan kuat, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang kuat antara pengawasan dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya. Hubungan Evaluasi dengan Pencapaian Program Rumah Sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya
P value = 0,656
Gambar 4. Scatter Plot Hubungan Evaluasi dengan Pencapaian Program Rumah Sehat
Gambar 4. menunjukkan sebaran data (titik-titik) cenderung menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, hal itu menunjukkan bahwa tidak ada pola hubungan antara evaluasi dengan pencapaian program rumah sehat, artinya evaluasi bukan merupakan faktor penyebab pencapaian program rumah sehat. Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi rank spearman diperoleh nilai p value sebesar 0,656 yang lebih besar dari 0,05, artinya tidak ada hubungan antara evaluasi dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya. Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Statistik Variabel Variabel Bebas Statistik Terikat Faktor Manajemen Korelasi a. Perencanaan Rank Speraman Pencapaian Korelasi Person b. Pelaksanaan Program Rumah Sehat Korelasi Person c. Pengawasan d. Evaluasi
Korelasi Rank Speraman
value
Keterangan
0,275
Tidak Ada Hubungan
0,008
Ada Hubungan
0,001
Ada Hubungan
0,656
Tidak Ada Hubungan
Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa dari 4 faktor manajemen yang memiliki hubungan dengan pencapaian program rumah sehat adalah variabel pelaksanaan dan pengawasan, sedangkan variabel perencanaan, dan evaluasi tidak memiliki hubungan dengan pencapai program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya SIMPULAN Perencanaan program rumah sehat termasuk kategori baik ( X =18,15), pelaksanaan baik ( X =20,80), pengawasan baik ( X =20,25), evaluasi program rumah sehat termasuk kategori baik (26,15), dan pencapaian program rumah sehat belum mencapai target (56,49%). Tidak ada hubungan perencanaan dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya tahun 2014 (p value = 0,257), Ada hubungan pelaksanaan dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya tahun 2014 (p value = 0,008). Ada hubungan pengawasan dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya tahun 2014 (p value = 0,001). Tidak ada hubungan evaluasi dengan pencapaian program rumah sehat di Puskesmas Kota Tasikmalaya tahun 2014 (p value. = 0,656). SARAN Untuk mempercepat pencapaian program rumah sehat, diharapkan dapat menambah tenaga sanitarian di tingkat puskesmas, mengingat wilayah kerja relatif luas, dan dalam pelaksanaan program rumah sehat melibatkan berbagai pihak yang pada dasarnya memerlukan waktu dan biaya yang relatif tidak sedikit. Diharapkan puskesmas dapat memfasilitasi tenaga sanitarian dalam melaksanakan program rumah sehat, seperti dengan melakukan koordinasi dengan program pemerintah, seperti PNPM, selain itu juga diharapkan dapat terciptanya akses informasi akurat yaitu mengenai hasil diagnosis penyakit yang terkait dengan kesehatan lingkungan, sehingga memudahkan tenaga sanitarian dalam membuat target dan sasaran dalam program rumah sehat. Upaya yang dapat dilakukan terka mencitakan terciptanya informasi yang akurat tersebut adalah dengan adanya sistem informasi manajemen secara terkomputerisasi. Bagi penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap faktor lain yang dimungkinkan memiliki hubungan dengan pencapai rumah sehat, seperti sikap, perilaku masyarakat ataupun dengan mengukur kinerja atau hasil kerja sanitarian dengan menggunakan metode observasi. DAFTAR PUSTAKA Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta: Alex Media Komputindo. Azwar, Azrul (1996) Pengantar administrasi kesehatan edisi ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara Chandra (2007) Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Depkes RI, (2002) Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Direktorat Jenderal PPM & PL, Jakarta. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2011. RPJMD Kota Tasikmalaya Entjang Indan (2000) Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung Hindarto, Probo (2007) Inspirasi Rumah Sehat di Perkotaan. Yogyakarta: Andi Offset. Kemenpan Nomor 19/KEPIM.PAN/11/2000 Tentang Jabatan Fungsional Sanitarian Dan Angka Kreditnya
Kementerian Kesehatan RI. 2012. Sistem Kesehatan Nasional 2012. Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 373/Menkes/SKIIII/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 373/Menkes/SKIIII/2007 Tentang Standar Profesi Sanitarian Kusnoputranto, (2000) Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian Pusat Bahasa (2008) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Sanropie dkk, (1991) Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Depkes, Jakarta Wicaksono (2009) Menciptakan Rumah Sehat. Jakarta : Griya Asri. Terry, George R & Rue, Leslie W. Rue. 2010. Dasar-dasar Manajemen. (Terjemahan: G.A. Ticoalu). Jakarta: Bumi Aksara. Hasbullah (2005) Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, Hasibuan, Malayu SP (1994) Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: CV. Haji Masagung, Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin AJ. (2008) Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Abdul Wahab, Solichin (2002) Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Danim, Sudarwan. (2000) Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan Mulyono (2008) Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Gibson, James L., John M. Ivancevich, dan James H. Donelly, Jr., (1996) Organisasi dan Manajemen; Perilaku, Struktur, Proses, (Terjemahan Djoerban Wahid) Jakarta : Erlangga. Hoetomo. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar Robinson, Pearce (2003) Manajemen Strategik : Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Binarupa Aksara Machfoedz, I., dan Suryani, E. (2007) Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan. Fitrayama: Yogyakarta Mangkunegara, Anwar Prabu (2003). Perencanaan dan Pengembangan Sumber. Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama Foster, Bill. (2001) Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan. PPM. Jakarta.