Volume 17, Nomor 2, Hal. 01-08 Januari – Juni 2015
ISSN:0852-8349
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI Ardhiyan Saputra Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo – Darat Jambi 36361 Email :
[email protected] ABSTRAK Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu daerah pengembangan kakao di Provinsi Jambi. Dalam rentang waktu lima tahun terakhir terjadi peningkatan luas areal panen dan produksi. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan produktivitas tanaman kakao. Produktifitas tanaman kakao di Kabupaten Muaro Jambi masih rendah yaitu hanya sebesar 0.73 ton per hektar bila dibadingkan dengan produktifitas potensial kakao yang mampu mencapai 2 ton per hektar. Metode analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan fungsi produksi produksi CobbDouglas dengan jumlah petani sampel sebanyak 70 orang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi adalah Tenaga Kerja, Pupuk Kandang, Pupuk Kimia, Luas Lahan Garapan dan Kemitraan, sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap produksi kakao. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi PENDAHULUAN Salah satu komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional adalah tanaman kakao. Indonesia merupakan negara produsen ketiga terbesar kakao dunia setelah Evory Coast (Pantai Gading) dan Ghana. Luas areal tanaman kakao Indonesia tercatat seluas 1.4 juta hektar dengan produksi kurang lebih 500 ribu ton pertahun. Pantai Gading yang menempati urutan pertama negara terbesar penghasil kakao memiliki luas areal 1.6 juta hektar dengan produksi sebesar 1.3 juta ton pertahun dan Ghana sebesar 900 ribu ton pertahun . Pengembangan tanaman kakao di Indonesia sudah dilakukan sejak awal tahun 1980-an. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao mendorong
berkembangnya budidaya kakao. Pengusahaan tanaman kakao dilakukan oleh perkebunan besar negara dan swasta maupun perkebunan rakyat. Sentra budidaya kakao yang diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar umumnya terletak di beberapa provinsi seperti Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan untuk perkebunan rakyat terutama terdapat di Indonesia bagian timur seperti di Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Luas perkebunan kakao yang dikelola oleh rakyat sebesar 798.880 hektar, sedangkan luas perkebunan besar negara dan swasta masing-masing sebesar 54.843 hektar dan 61.214 hektar (Ditjenbun, 2013). Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penghasil kakao di Indonesia. Dalam rentang waktu tahun 2007 sampai dengan 2012 terjadi 01
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
peningkatan luas areal tanam, produksi dan jumlah petani yang membudidayakan tanaman kakao. Luas areal tanam pada tahun 2007 seluas 1.320 hektar meningkat menjadi 2.040 hektar pada tahun 2012. Peningkatan luas areal diikuti pula dengan meningkatnya produksi kakao sebesar 455 ton pada tahun 2007 menjadi 673 ton pada tahun 2012. Jumlah petani yang mengusahakan tananam kakao juga meningkat sebesar 19 persen menjadi 6.933 kepala keluarga. Kondisi ini menandakan bahwa tanaman kakao sudah mulai dilirik dan diminati oleh masyarakat (Disbun Jambi, 2013). Pengusahaan perkebunan kakao yang terdapat di Provinsi Jambi tersebar hampir disemua daerah, kecuali Kabupaten Sarolangun yang tidak memiliki lahan perkebunan kakao (Disbun Jambi, 2013). Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu sentra pengembangan perkebunan kakao rakyat di Provinsi Jambi. Tabel 1 menunjukkan bahwa secara kuantitas luas areal tanaman dan produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi terbesar dibandingkan dengan daerah lainnya. Kabupaten Muaro Jambi memiliki luar areal tanaman kakao seluas 580 hektar dan produksi kakao sebesar 263 ton. Jumlah petani yang bermata pencaharian sebagai petani kakao sebanyak 584 kepala keluarga. Pada umumnya petani perkebunan rakyat yang mengusahakan tanaman kakao di Kabupaten Muaro Jambi menjadikan komoditas ini sebagai sumber mata pencaharian utama. Kegiatan usahatani kakao masih diusahakan dalam skala kecil dan bersifat tradisional. Dalam pengelolaan tanaman kakao hampir sama dengan daerah lain, yaitu dilakukan secara monokultur maupun polikultur. Secara polikultur tanaman kakao ini sering dibudidayakan dengan tanaman
02
perkebunan lain seperti kelapa dan tanaman buah-buahan. Pola tanam dengan cara polikultur ini dilakukan agar petani tetap menerima pendapatan dari tanaman sela sebelum tanaman utama menghasilkan. Belum adanya perusahaan besar negara dan swasta yang mengembangkan budidaya tanaman kakao menyebabkan pemerintah daerah setempat tidak menjadikan tanaman ini dalam prioritas pengembangan komoditas perkebunan unggulan dibandingkan tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa sawit dan karet. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu wilayah yang potensial untuk pengembangan komoditas kakao. Pengembangan usahatani kakao dalam skala yang lebih luas memerlukan perhatian khusus karena biji kakao maupun produk olahan kakao merupakan produk yang diperdagangkan secara international sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi dan mutu hasil dalam memenuhi kebutuhan nasional dan ekspor. Pengembangan tanaman perkebunan khususnya tanaman kakao sudah selayaknya mendapat perhatian yang besar. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor penting dalam perdagangan biji kakao dunia, namun untuk ekspor produk olahan kakao masih belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara pesaing produk olahan kakao yang memiliki keterbatasan bahan baku yang memadai, seperti malaysia. Keterbatasan sumberdaya yang yang dimiliki oleh petani menjadi masalah umum dalam pengelolaan usahatani kakao. Masalah tersebut terutama modal kerja, produktifitas dan peluang
Ardhiyan Saputra: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi
dalam pengembangan tanaman kakao. Modal kerja merupakan faktor yang penting dalam kegiatan usahatani karena bersama-sama faktor produksi lainnya untuk menghasilkan barangbarang baru yaitu produksi pertanian. Petani harus mampu mengembangkan usahatani kakao sementara disisi lain petani dihadapkan oleh meningkatnya harga faktor-faktor produksi dan kebutuhan pokok keluarga dengan pendapatan yang tetap. Penampilan suatu kinerja usaha tani diukur melalui produktifitas. Untuk meningkatkan produksi, secara teknis pertanian dilakukan dengan cara menggunakan bibit unggul, memperluas areal tanaman dan penanganan gangguan hama dan penyakit dengan tepat . Berdasarkan laporan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (2013) bahwa produktifitas tanaman kakao rakyat di Kabupaten Muaro Jambi hanya sebesar 0.73 ton per hektar. Jumlah itu masih jauh dibawah produktifitas potensial kakao yang mencapai 2 ton per hektar. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Muaro Jambi. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu sentra produksi tanaman kakao yang memiliki luas areal dan produksi terbesar. Selanjutnya dipilih Kecamatan Kumpeh sebagai unit analisis. Penelitian ini merupakan studi kasus untuk memberi gambaran rinci tentang situasi keseluruhan mengenai proses dan urut-urutan objek yang diteliti
sehingga penelitian akan lebih terarah pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum. Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan April sampai September 2014. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan keterlibatan sampel secara langsung dalam kegiatan usahatani kakao. Sampel dipilih berdasarkan penilaian bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel dalam penelitian (Neuman, 2003). Sampel diambil dari petani yang mempunyai curahan kerja utama pada usahatani kakao dan baik yang belum menghasilkan maupun yang sudah menghasilkan. Jumlah keseluruhan sampel petani sebanyak 70 orang. Model pendugaan produksi CobbDouglas yang digunakan terdiri dari empat input tidak tetap, dua input tetap dan satu dummy. Adapun model tersebut dirumuskan sebagai berikut: LnY = ln a0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + c1 Ln Z1 + c2 Ln Z2 + d1 Ln D1 + ui (1) Dimana : Y
= Produksi kakao (kg/ha) a0 = Intersep X1 =Tenaga kerja (HOK) X2 = Pupuk kandang (kg/ha) X3 = Pupuk kimia (kg/ha) X4 = Pestisida (liter/ha) Z1 = luas lahan (ha) Z2 = Jumlah tanaman menghasilkan (batang) D1 = Dummy pendidikan petani, dimana: 1 = SLTP keatas (> 6 tahun) 0 = SD (≤ 6 tahun) D2 = Dummy kemitraan petani, dimana : 1 = bermitra 2 = tidak bermitra 03
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
bi, cj, dk = Parameter yang diduga ui = Pengubah pengganggu parameter yang diharapkan
Tanda adalah: b1, b2, b3, b4, c1, c2, c3, c4, d1, d2 > 0
Model ekonometrika dari fungsi produksi disusun bertujuan untuk menduga hubungan antara variabel tak bebas dan bebas dari suatu fungsi dalam usahatani kakao, yang sesuai dengan kriteria model yang baik dengan melihat kriteria ekonomi, statistik dan ekonometrika. Pada analisis produksi menggunakan model fungsi produksi Cobb-Douglas karena model inilah yang relevan untuk menganalisis usahatani. Analisis dapat dilakukan terhadap produksi total atau analisis per hektar. Persyaratan yang diperlukan untuk mendapatkan fungsi produksi yang baik adalah terjadi hubungan yang logis dan benar antara variabel yang dijelaskan dengan variabel yang menjelaskan. Ada dua parameter statistik yang penting dan diperlukan, yaitu: (1) koefisien determinasi atau R2 yaitu parameter yang menjelaskan besarnya variasi dari variabel yang dijelaskan oleh variabel penjelas, dan (2) uji-t pada masing-masing variabel penjelas (Juanda, 2009). Analisis dilakukan untuk keseluruhan data sampel petani di daerah yang sudah dipilih di wilayah Kabupaten Muaro Jambi. Model penduga fungsi produksi CobbDouglas digunakan untuk menjawab tujuan penelitian pertama. Faktorfaktor yang mempengaruhi produksi dapat di deteksi dengan menggunakan uji-t. Penilaian apakah fungsi produksi ini dapat dipertanggungjawabkan dimana terjadi hubungan yang logis dan benar antara variabel yang dijelaskan dengan variabel yang
04
menjelaskan atau tidak terjadi kesalahan spesifikasi adalah dengan melakukan pengujian model secara keseluruhan dengan menggunakan statistik uji F. Nilai level signifikansi yang digunakan atau derajat α adalah pada taraf 1 persen, 5 persen dan 10 persen. Kriteria keputusan dilakukan dengan menggunakan angka probabilitas (P_value atau sign.) yang diperoleh dari perhitungan komputer kemudian dibandingkan dengan taraf nyata pengujian yang dilakukan, misalnya (α=5 persen). Jika probabilitas (sign.) lebih kecil dari taraf nyata (α=5 persen), maka keputusannya adalah menolak H0 atau menerima hipotesis alternatif H1. P_value atau significance yang dikeluarkan oleh software statistik tertentu dapat juga diinterpretasikan sebagai peluang (resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H1 (Juanda, 2009). Pengujian model dilanjutkan dengan uji asumsi Ordinary Least Squares (OLS) untuk melihat apakah model yang ada sudah menghasilkan estimator yang linier, tidak bias dengan varian yang minimum, atau model regresi sudah memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Kakao Proses produksi dalam penelitian ini merupakan kegiatan budidaya kakao sebagai salah satu komoditas tanaman perkebunan tahunan dengan menggunakan faktor-faktor produksi (input). Hubungan input dan produksi pertanian mengikuti kaidah hasil yang berkurang (law of deminising return), dimana tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut.
Ardhiyan Saputra: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi
Sebelum dilakukan pendugaan persamaan regresi dari fungsi produksi kakao, persamaan tersebut harus memenuhi spesifikasi. Spesifikasi model dalam ekonometrika menyangkut tiga hal yaitu: (1) pemilihan variabel-variabel independen yang tepat, (2) pemilihan bentuk fungsi yang tepat, dan (3) error term yang bersifat stokastik (Koutsoyiannis, 1977). Berikut ini penjelasan tentang cara mengukur variabel atau input yang digunakan dalam analisis produksi usahatani kakao dan definisi terhadap masing-masing variabel. Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diaplikasikan pada kasus usaha tani di lokasi penelitian. Pemilihan peubahpeubah yang digunakan dalam model didasarkan teori produksi dan hasilhasil penelitian terdahulu. Model fungsi yang diajukan melalui pertimbangan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya. Untuk menduga fungsi produksi digunakan metode OLS. Beberapa faktor yang diduga mempengaruhi produksi kakao adalah
Tenaga Kerja (X1), Pupuk Kandang (X2), Pupuk Kimia (X3), Luas Garapan (X4), Jumlah Tanaman (Z1), Umur Tanaman (Z2), Tingkat Pendidikan (D1), dan Kemitraan (D2). Pengujian Fungsi Produksi Kakao Model produksi Cobb-Douglas yang terbentuk terdiri dari enam variabel independen dan dua variabel dummy yang diduga mempengaruhi produksi kakao yaitu Tenaga Kerja (X1), Pupuk Kandang (X2), Pupuk Buatan (X3), Luas Garapan (X4), Jumlah Tanaman (Z1), Umur Tanaman (Z2), Tingkat Pendidikan (D1), dan Kemitraan (D2). Model ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural (ln) atau bentuk double-log, untuk menaksir parameterparameternya, sehingga menjadi bentuk linier berganda. Model kemudian dianalisis dengan analisis regresi berganda menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program SAS 9.1. Pengujian parameter dilakukan pada taraf nyata pengujian 99 persen (α = 1 persen). Hasil pendugaannya disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk Analisis Ekonomi Skala Usaha Kakao di Lokasi Penelitian Peubah penjelas Parameter dugaan P_value (significance) Intercep 5.396 0.2430 Tenaga Kerja (LnX1) 0.304 0.0195 Pupuk Kandang (LnX2) 0.009 0.4595 Pupuk Kimia (LnX3) 0.170 0.0690 Luas Garapan (LnX4) 0.282 0.2920 Jumlah Tanaman (LnZ1) 0.228 0.3185 Umur Tanaman (LnZ2) 0.165 0.1240 Tingkat Pendidikan (D1) -0.422 0.0045 Kemitraan (D2) 0.591 0.0055 2 R =0.87, Fhitung=34.97 Ket : Probabilitas untuk uji satu arah α=nyata pada taraf 1% Dari hasil tersebut terlihat nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.87, artinya keragaman produksi kakao dapat
dijelaskan oleh keragaman input sebesar 87%. Nilai F hitung sebesar 34.97 dan nyata pada taraf 0.01%. Dari
05
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Tabel 1 juga terlihat bahwa jumlah tanaman dan umur tanaman nyata pada α=10% atau kurang. Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh adanya multikolinier antara peubah tersebut dengan luas lahan. Untuk menguji adanya multikolinier dilakukan dengan membandingkan antara koefisien determinasi (R 2 ) dengan koefisien korelasi antar peubah bebas. Hasil pengujian menunjukkan adanya koefisien korelasi parsial antar peubah bebas yang lebih besar daripada koefisien determinasi fungsi produksi Cobb-Douglas yang digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut terdapat multikolinier yang serius. Untuk mengatasi adanya multikolinier dilakukan dengan mengeluarkan peubah yang diduga menyebabkan multikolinier, yaitu peubah jumlah tanaman dan umur tanaman. Setelah
kedua peubah tersebut dihilangkan maka model fungsi produksi disajikan pada Tabel 2. Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa koefisien korelasi antar peubah yang masuk dalam model lebih kecil dari R2. Hal ini mengindikasikan tidak adanya multikolinier yang serius. Faktor - faktor yang mempengaruhi Produksi Kakao Setelah dilakukan pengujian dan diindikasikan terjadi multikolinier, maka variabel jumlah tanaman dan umur tanaman dihilangkan sehingga model dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi keragaman produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi. Hasil analisis pendugaan parameter model fungsi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usaha Tani Kakao di Lokasi Penelitian Peubah penjelas Parameter dugaan P_value (significance) Intercep 7.116 0.0001 Tenaga Kerja (LnX1) 0.317 0.01055 Pupuk Kandang (LnX2) 0.025 0.08810 Pupuk Kimia (LnX3) 0.031 0.00370 Luas Garapan (LnX4) 0.471 0.00495 Tingkat Pendidikan (D1) -0.487 0.00070 Kemitraan (D2) 0.624 0.00005 2 R =0.86, Fhitung=46.73 Ket : Probabilitas untuk uji satu arah α=nyata pada taraf 1% Nilai parameter dugaan juga merupakan nilai elastisitas produksi yang menunjukkan perubahan produksi akibat adanya perubahan pada input. Hasil pendugaan model fungsi produksi kakao memperlihatkan bahwa variabel tenaga kerja (X1) bertanda positif dan berpengaruh sangat signifikan pada keragaman produksi kakao pada taraf nyata pengujian α = 1 persen dengan
06
nilai parameter dugaan 0.32. Artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1 persen, produksi kakao akan naik sebesar 0.32 persen, cateris paribus. Reata-rata petani sampel kakao mempekerjakan tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini dikarenakan jumlah anggota keluarga petani lebih dari 5 orang. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga juga akan menghemat
Ardhiyan Saputra: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi
biaya sewa tenaga kerja luar keluarga. Selain itu tenaga kerja terkait erat dengan jumlah produksi, semakin tinggi produksi maka jumlah hari kerja tenaga kerja akan ikut menyesuaikan. Meskipun batas penggunaan tenaga kerja yang optimal belum teridentifikasi. Variable pupuk kandang (X2) peubahnya bertanda positif dan berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan nilai parameter dugaan 0.08. Artinya bahwa setiap pemberian pupuk kandang sebesar 1 persen, produksi kakao akan naik sebesar 0.08 persen, cateris paribus. Menurut penelitian yang dilakukan oleh PPKKI (2006), penggunaan pupuk kandang secara teknis dapat meningkatkan ketersedian pupuk N, P dan K bagi tanaman. Tanaman kakao memerlukan pupuk kandang sebanyak 1000 kg per hektar. Dan pupuk kandang merupakan pupuk alternatif pelengkap atau pengganti pupuk kimia yang dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman yang berdampak kepada produksi. Sehingga sangat besar peluang untuk meningkatkan penggunaan pupuk agar produksi kakao meningkat. Pupuk kandang ini tersedia di lahan petani, karena pada umumnya petani memiliki usaha peternakan seperti sapi, kambing atau ayam. Hanya saja petani tidak mengetahui kebutuhan tanaman kakao terhadap pupuk kandang. Pupuk kimia (X3) bertanda posotif dan berpengaruh nyata pada α = 5 persen dengan nilai parameter dugaan 0.03. Artinya secara parsial penggunaan pupuk kimia sebanyak 1 persen dalam pemeliharaan akan meningkatkan produksi sebesar 0.03 persen. Berdasarkan hasil survei di lokasi penelitian, hanya 42.38 persen petani yang menggunakan pupuk kimia dan jumlah pupuk yang digunakan pun relatif sedikit. Hal ini disebabkan harga
pupuk kimia yang relatif mahal dan kadang-kadang susah untuk mendapatkannya sehingga petani lebih banyak menggunakan pupuk kandang. Luas lahan (Z1) bertanda positif dan berpengaruh nyata terhadap produksi kakao pada taraf kepercayaan 99 persen (α = 1 persen) dengan nilai parameter dugaan sebesar 0.47 yang berarti penambahan luas lahan 1 persen akan meningkatkan produksi kakao sebesar 0.47 persen. Hal ini memungkinkan karena dengan penambahan luas lahan maka populasi kakao akan bertambah dan produksi akan meningkat. Dummy tingkat pendidikan petani (D1), berpengaruh negatif terhadap produksi kakao. Berdasarkan data, petani yang memiliki pendidikan hingga menamatkan SMA berjumlah 32 orang (45.71%). Hal ini berarti jika pendidikan petani makin tinggi maka produksi kakao akan turun. Keadaan ini bisa disebabkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan maka waktu kerja mereka akan banyak digunakan di luar sektor pertanian, sehingga pengelolaan usaha tani kakao menjadi agak terabaikan. Menurut Saputra (2013), petani yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan cenderung mencari kerja yang lain karena menganggap pekerjaan di sektor pertanian sebagai pekerjaan sampingan untuk sekedar menambah penghasilan saja, sehingga mereka lebih menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga untuk menjalankan kegiatan usaha taninya. Tenaga kerja dalam keluarga hanya untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja sewaan tersebut. Dummy kemitraan (D2), berpengaruh positif terhadap produksi kakao. Petani yang melakukan kemitraan dengan koperasi dan swasta akan dapat meningkatkan produksi
07
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
kakao. Hal ini disebabkan karena dengan kemitraan dan kerjasama diharapkan petani dapat mengadopsi mengenai teknologi budidaya kakao sehingga produksi kakao dapat meningkat. Selain itu, dengan kemitraan petani tidak merasa khawatir hasil panen yang berlimpah tidak dapat dipasarkan karena ada mitra yang akan menyalurkan biji kakao yang sudah dipanen. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil pembahasan mengenai analisis produksi dan kelayakan usaha tani kakao, maka dapat disimpulkan : faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muaro Jambi dan berpengaruh nyata sebagai input adalah tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk kimia, luas lahan garapan, dan kemitraan. Faktor yang berpengaruh negatif terhadap tingkat produksi kakao adalah tingkat pendidikan. Pemerintah juga perlu memperhatikan petani perkebunan kakao disamping petani kelapa sawit karena secara ekonomi tanaman kakao juga menguntungkan dan mayoritas dikembangkan oleh petani secara swadaya. Perlunya menyiapkan sarana produksi, seperti pupuk, pestida dan obat-obatan yang sering tidak tersedia dipasaran atau kalaupun ada, harganya jauh diatas harga pasaran sehingga mengakibatkan peningkatan biaya produksi.
08
DAFTAR PUSTAKA [DISHUTBUN] Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2013. Statistik Perkebunan Jambi. Jambi . [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia : Kakao. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 30] tersedia pada http://ditjenbun.deptan.go.id/cigr aph/index.php/viewstat/komoditi utama/2-Kakao Juanda, B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introduc-tory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. The Macmillan Press Limited. London Neuman, W.L. 2003. Social Research Methods Fifith edition. Pearson Education, Inc, United States of America.