FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN PERIODE 2004-2013
E-JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
Oleh : LITA FAUZIAH 11090143
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PADANG PARIAMAN PERIODE 2004-2013 Oleh , Rika Verawati, M.Pd3 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar 2, 3) Dosen Program Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar Jl. Gunung Panggilun No.1 Padang Sumatra Barat Email:
[email protected]
ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) investasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto, hal ini terjadi karena diperoleh nilai koefisien regresi yang bertanda positif sebesar 0.025 dengan nilai thitung sebesar 0.982 < 1,895 ttabel; (2) Tenaga Kerja (Upah) berpengaruh positif dan signifikan karena diperoleh nilai koefisien regresi yang bertanda positif sebesar 0,495 dengan nilai thitung sebesar 11.992 > ttabel sebesar 1,895.;(3) Pengeluaran pemerintah (pembangunan) berpengaruh positif dan tidak signifikan hal ini terjadi karena diperoleh nilai koefisien regresi yang bertanda positif sebesar 0.003.; (4) investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Brito Kabupaten Padang Pariaman Periode 2004-2013 hal ini terbukti dengan perolehan Fhitung sebesar 114.368 > 3.708 Ftabel dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05. Untuk nilai R2 diperoleh nilainya adalah sebesar 0.983 menunjukan bahwa besarnya pengaruh variabel X (investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan)) terhadap variabel Y (Produk Domestik Regional Bruto) adalah sebesar 98,3 % sedangkan sisanya sebesar 1.7 % dipengaruhi oleh variabel lain. Kata Kunci : Produk Domestik Regional Bruto, Investasi, Tenaga Kerja (Upah), Pengeluaran Pemerintah (Pembangunan) ABSTRACT The results showed that (1) investment and no significant positive effect on the Gross Regional Domestic Product, this happens because the values obtained koofesien regression that is positive is 0.025 with tcount of 0.982 <1.895 ttabel; (2) Labor (Wages) positive and significant impact because the values obtained koefisien regression is positive at 0,495 with tcount amounted thitung11 992> ttabel 1,895.; (3) Government expenditure (development) positive effect and insignificant this happens because koefisien values obtained were marked positive regression 0.003 .; (4) investment, labor (wages) and government spending (construction) significantly influence Regional Domestic Product Brito Padang Pariaman regency period 2004-2013 it is proved by the acquisition Fhitung 114 368> 3708 F tabel and significant value 0,000 <α = 0.05 , R2 values obtained for its value amounted to 0983 shows that the magnitude of the effect of variable X (investment, labor (wages) and government spending (construction) to variable Y (Gross Domestic Product) was 98.3% remaining 1.7% is affected by other variables. Keyword : Gross Regionl Domestic Bruto, investment, Labour (wages), Exspenditure Government (Development)
PENDAHULUAN Permasalahan kondisi PDRB Kabupaten Padang Pariaman mengalami fluktuasi dari tahun 2004-2013, persentase terbesar PDRB adalah Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2006 yaitu sebesar 19,01%. Penurunan PDRB Kabupaten Padang Pariaman terjadi pada tahun 2007 dan 2009. Jika pada tahun 2006 angka persentase PDRB Kabupaten Padang Pariaman adalah sebesar 19,01% pada tahun 2007 turun menjadi 6,11%, dan pada tahun 2008 persentase PDRB Kabupaten Padang Pariaman meningkat sebanyak 0,13% menjadi sebesar 6,24%, di tahun 2009 kondisi PDRB Kabupaten Padang Pariaman mengalami penurunan yang drastis yaitu mencapai angka persentase sebesar menjadi 3,93%. Selanjutnya untuk investasi Kabupaten Padang Pariaman juga mengalami fluktuasi, peningkatan investasi di Kabupaten Padang Pariaman terjadi pada tahun 2007, yaitu dengan nilai persentase sebesar 46,25 %. Sedangkan penurunan investasi di Kabupaten Padang Pariaman terjadi pada tahun 2008-2013. Pada tabel 2 dapat menjelaskan seberapa besar sumbangan investor baik PMA dan PMDN, dari tahun 2004-2013 dapat terlihat bahwa investasi PMA (Penanam Modal Asing) adalah sebesar Puluhan Milyaran Rupiah, sedangkan jika dilihat dari investasi yang dilakukan oleh PMDN (Penanam Modal Dalam Negeri) pada tahun 2004-2008 dalam bentuk Ratusan Milyar Rupiah dan pada tahun 2009-2013 mengalami penurunan, dimana investasi yang dilakukan sebesar Puluhan Milyar Rupiah. Dari keterangan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa investasi tersebar dilakukan oleh investor dari dalam negeri (PMDN) dimana, hal ini tergambar jelas dari nilai atau nominal yang siberikan oleh investor dalam negeri (PMDN) lebih besar daripada investasi asing (PMA). Pada tabel 1 juga menjelaskan bagaimana keadaan tenaga kerja yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman. Pada data tenaga kerja tersebut, dapat dilihat meskipun tingkat upah yang diberikan pada setiap tahunnya meningkat, akan tetapi tidak berpengaruh positif terhadap peningkatan
jumlah tenaga kerja di Kabupaten Padang Pariaman. Pada tahun 2005 peningkatan upah tenaga kerja adalah sebesar 18,46 % hal ini tidak berpengaruh terhadap tingkat kenaikan tenaga kerja yaitu turun menjadi 129 768 orang, dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 140 097 orang. Begitu juga pada tahun 2010, meskipun peningkatan upah secara persentase tetap sebesar 8,24 %, akan tetapi dari segi nominal jumlahnya bertambah dari tahun sebelumnya, meskipun tingkat upah meningkat secara nominal menigkat tidak menyebabkan jumlah tenaga kerja meningkat, akan tetapi jumlah tenaga kerja menurun sebanyak 134 719 orang dari angka sebelumnya yaitu sebanyak 154 674 orang. Peningkatan jumlah tenaga kerja terjadi pada tahun 2012 pada tingkat upah meningkat sebesar 9% jumlah tenaga kerja juga meningkat sebanyak 156 765 orang. Faktor yang mempengaruhi PDRB Kabupaten Padang Pariaman selain investasi, dan tenaga kerja adalah pengeluaran pemerintah, pengeluaran pemerintah pada penelitian ini adalah dana yang disumbangkan atau untuk semua pembangunan yang diberikan kepada pemerintah daerah, dan semua instansi pemerintahan. Total dana yang diberikan setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan, pada data diatas, dapat dilihat pada tahun 2007, terjadi penurunan belanja pemerintah (pembangunan) mencapai angka negatif yaitu sebesar -51,39%, begitu juga tahun 2009 yaitu sebesar -80,53% dan 7,54% pada tahun 2011. Peningakatan belanja pemerintah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 270, 92% dan pada tahun 2010 sebesar 564, 95%. Peningkatan dan penurunan yang terjadi dapat menjadi penentu PDRB dan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kabupaten Padang Pariaman, untuk menentukan pertumbuhan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan Produk Domemestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan. Berikut adalah bentuk pertumbuhan perekonomian Kabupaten Padang Pariaman dari tahun 2004-2013 yang diperoleh dari data BPS Kabupaten Padang Pariaman.
19,01 9,96
6,116,24 6,096,67 3,945,145,56
0 2004200520062007200820092010201120122013 Grafik. Pertumbuhan Perekonomian Daerah Kabupaten Padang Pariaman Periode 2004-2013 Sama halnya dengan kondisi PDRB, pertumbuhan perekonomian Kabupaten Padang Pariaman juga terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 19,01% dan terendah adalah pada tahun 2009 yaitu sebesar 3,94%. Peningkatan ekonomi daerah Padang
Pariaman juga dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Padang Pariaman atas harga konstan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan penurunan. Untuk menggambarkan secara jelas bentuk perekonomian Kabupaten Padang Pariaman berikut adalah data yang diambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman tentang faktor yang mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan di Kabupaten Padang Pariaman.
Tabel 1. Keadaan Investasi, Tenaga Kerja, Pengeluaran Pemerintah (Pembangunan), Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2004-2013 Tahun PDRB Investasi Laju Jumlah Upah Laju Pengeluaran Atas Harga Laju (Rp) pertu tenaga Tenaga pertu Pemerintah Konstan (Rp) pertu (PMA & PMDN) mbuha kerja Kerja mbuha (Pembangunan) mbuha n (%) (orang) (Rp) n (%) (Rp) n (%) 2004 1.793.018.970 161.772.751.000 140 097 363 000 - 250.970.037.880 262.275.865.945 2005 1.971.582.480 9,96 161.772.751.000 129 768 430 000 0 18,46 2006 2.346.365.510 19,01 193.656.923.889 9,71 137 187 516 000 20 339.967.489.998 2007 2.489.734.430 6,11 283.215.968.983 46,25 142 222 644 838 24,97 165.265.248.000 2008 2.645.119.060 6,24 242.126.285.000 -14,51 154 287 800.000 24,06 612.997.145.000 2009 2.749.336.740 3,93 60.356.075.000 -75,07 154 674 880.000 6,82 119 357 937.000 2010 2.890.752.900 5,14 73.821.274.280 2,31 134 719 940.000 6,82 793.674.062.000 2011 3.052.007.180 5,58 73.800.465.000 -0,03 139 051 1.055.000 12,23 738.004.650.000 2012 3.238.016.010 6,09 81.303.294.000 10,17 156 765 1.150.000 9,01 813 032.940.000 2013 3.454.009.540 6,67 88.865.641.000 13,19 150 723 1.350.000 17,39 917.003.827.963 Sumber : BPS Kabupaten Padang Pariaman
Menentukan tingkat ekonomi suatu daerah dapat diperhitungkan dengan menggunakan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk daerah dan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk suatu negara. Menurut Sukirno (2008:34) Produk Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainya. Menurut Sukirno (2008:35) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut yang diproduksi oleh warga negara itu sendiri dan warga negara asing dalam satu tahun tertentu. Sedangkan definisi Produk domestik regional bruto (PDRB). Sjafrizal (2014:182) mengungkapkan definisi tentang Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai produksi yang dihasilkan pada suatu daerah dalam periode
tertentu. Produk Domestik Regional Bruto adalah metode yang digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan dalam perekonomian di suatu daerah, dan dalam hal ini PDRB dapat menggunakan 2 cara perhitungan yaitu PDRB atas harga berlaku (GDP nominal) dan PDRB atas harga konstan (GDP riil). PDRB atas harga berlaku digunakan untuk menggambarkan dan menghitung nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas harga konstan digunakan untuk menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun tertentu. Menurut Tarigan (2009:24) Dalam perhitungan PDRB menggunakan 3 pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan produksi Dalam pendekatan produksi Produk Domestik Regional Bruto adalah menghitung nilai tambah dari barang dan
Laju pertumb uhan (%) 4,50 29,62 -51,39 270,92 -80,53 564,95 -7,54 10,16 12,79
jasa yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antara masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara biaya bahan baku dari luar yang dipakai dalam proses produksi. 2. Pendekatan pendapatan Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan diperoleh dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi/ perekonomian atau dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima oleh faktor produksi berupa upah/ gaji, laba usaha, tingkat suku bunga dan sewa, (Hasanah, 2013:28). 3. Pendekatan pengeluaran Menurut Hasanah (2013:22) Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran yaitu menghitung pendapatan nasional dengan metode yang dihitung dengan menjelaskan nilai pengeluaran (exspenditure) sektor-sektor yang terdapat dalam sektor perekonomian atau menjumlahkan pengeluaran dari masyarakat ke dalam barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian, dalam hal ini aspek yang harus diperhatikan adalah nilai barang dan jasa, jumlah barang dan jasa dalam pendapatan nasional yang diperhitungkan hanyalah nilai barang jadi dan bukan barang yang setengah jadi. Hasanah (2013:23) juga menjelaskan bahwa pengeluaran dalam perekonomian adalah sebagai berikut : 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga 2. Pengeluaran konsumsi pemerintah 3. Pembentukan modal tetap domestik bruto 4. Perubahan inventori 5. Ekspor neto Menurut Afrizal (2013:16) Adapun manfaat perhitungan nilai PDRB adalah untuk mengetahui dan menela’ah struktur atau susunan perekonomian. Dari perhitungan PDRB dapat diketahui apakah suatu daerah termasuk daerah industri, pertanian, dan jasa serta berapa besar sumbangan masing-masing sektor dan membandingkan keadaan perekonomian dari waktu ke waktu. Dengan demikian
diharapkan dapat diperoleh keterangan kenaikan atau penurunan apakah ada perubahan atau pengurangan kemakmuran material atau tidak. Menurut Badan Pusat Statistik (2007:3) kegunaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah untuk menganalisa, merencanakan, dan sebagai evaluasi pembangunan ekonomi yang akan dicapai, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan regional maupun sektoral 2. Tingkat kemakmuran penduduk disuatu daerah 3. Perubahan harga barang secara keseluruhan 4. Struktur perekonomian dan perubahanya 5. Elastisitas kesempatan kerja dengan bantuan data tenaga kerja 6. Produktivitas persektoral 7. Berbagai macam rasio Sukirno (2008:44) berpendapat bahwa ada 9 sektor menurut lapangan usaha dalam PDB, dimana dari 9 sektor tersebut dapat dibagi 2 yaitu sektor primer yang terdiri dari Industri pengolahan, listrik, gas, dan air, dan bangunan. Bagian yang termasuk sektor sekunder adalah sektor jasa. Berikut adalah ke-9 sektor yang termasuk dalam PDRB : 1. Pertanian 2. Pertambangan dan penggalian 3. Industri pengolahan 4. Listrik, gas, dan air minum 5. Bangunan/ konstruksi 6. Perdagangan, hotel dan restoran 7. Pengangkutan dan komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 9. Jasa-jasa Banyak faktor penentu dalam PDRB diantaranya ada yang berasal dari sektor utama yang diperhitungkan yaitu dari sektor pertanian pertambangan, industri pengolahan, listrik, bangunan perdagangan, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa. Menurut Hasibuan (2011:9) faktor yang mempengaruhi PDRB diantarannya adalah investasi. Investasi dapat berpengaruh positif terhadap PDRB, jika Investasi naik maka PDRB juga akan naik. Menurut Mankiw (2003:24) untuk menghitung GDP dapat dihitung dengan Y=(C+I+G+(N-X), dari formula tersebut faktor yang mempengaruhi GDP (Y) adalah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekpor, impor. GDP adalah jumlah konsumsi, investasi
pemerintah dan ekspor impor. Konsumsi merupakan barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, investasi adalah barang yang dibeli untuk penggunaan masa depan, fungsi G adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, sedangkan X-N adalah perdagangan yang dilakukan dengan negeri lain. Selanjutnya yang menjadi penentu PDRB adalah tenaga kerja, hal ini diterangkan oleh Sukirno (2008:78) berpendapat bahwa tingkat perekonomian itu ditentukan oleh fungsi Y= (K,L,R,T) yaitu menurut pandangan ekonomi neo klasik yang dikembangkan oleh Abramovits da Solow mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara akan tercapai apabila terciptanya kesempatan kerja penuh (full employment) dengan fungsi Y= (K,L,R,T) dimana K adalah fungsi dari modal (Kapital), L adalah tenaga kerja (labour), R adalah sumber daya yang tersedia (Resourch) dan T adalah fungsi dari teknologi (Tecnology). Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pendidikan yang tinggi, karena pendidikan bisa menentukan tingkat upah yang akan diterima oleh tenaga kerja, kesesuaian jumlah upah yang diterima tergantung profesionalitas yang dimiliki dan profesionalitas dipengaruhi oleh pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut (Sukirno, 2008:443) Dari fungsi penentu PDRB atau pertumbuhan dapat diterangkan oleh ahli ekonomi modern dan ekonomi klasik, secara teoritis pandangan ahli ekonomi modern (Keynesian) menyatakan bahwa yang mempengaruhi perekonomian dan pertumbuhan itu adalah Konsumsi, Investasi, dan pengeluaran pemerintah (pemerintah) sedangkan menurut paradigma ekonomi klasik yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah modal, tenaga kerja dan campur tangan pemerintah. Dalam teori Schumpeter menjelaskan bahwa tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini menunjukan bahwa para pengusaha merupakan golongan yang terus menerus membuat inovasi dalam kegiatan ekonomi, inovasi tersebut meliputi memperkenalkan barang baru, mempertinggi efisiensi cara memproduksi dan memperluas pasaran
produksi serta mempertinggi efisiensi perubahan dalam perusahaan. Oleh karena itu, dalam melakukan inovasi tersebut diperlukan investasi baru (Sukirno, 2008:434). Menurut Sukirno (2008:121) Investasi adalah pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Sedangkan menurut Dombush dan Fisher dalam Afrizal (2013:17) Investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan dimasa yang akan datang. Modal perekonomian yang penting selain keuangan daerah dan investasi adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan mempercepat perekonomian daerah karena rasa kepemilikan yang lebih besar terhadap daerah. Hasil yang dicapai dalam perekonomian juga akan lebih cepat dirasakan untuk daerah sendiri sehingga nantinya dapat merangsang kesadaran masyarakat membangun wilayah lokal masing-masing. Untuk mendukung peningkatan adalah memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas disamping terpenuhinya kuantitas permintaan tenaga kerja, (Suryono, 2008: 8) Menurut Suindyah (2011:482) Faktor produksi manusia sifatnya berubah-ubah. Nilai tenaga kerja yang dicerminkan dengan upah sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia tersebut. Makin tinggi kualitas tenaga kerja tersebut, maka makin tinggi pula upah yang diterima, dan sebaliknya, jika kualitas tenaga kerja tersebut rendah, maka tingkat upah yang diterima juga rendah. Selain itu, tenaga kerja yang berkualitas akan mampu untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Menurut Sukirno (2008:430) Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat menjadi pendorong terhambatnya perkembangan ekonomi. Penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dan penambahan tersebut memungkin negara itu menambah produksi. Apabila pertambahan penduduk jauh berlebihan maka akan
2. keterbatasan tempat kerja 3. sistem pengupahan yang kurang efektif Tenaga kerja erat hubungannya dengan tingkat upah yang diberikan, oleh karena itu teori ekonomi makro menjelaskan hubungan fleksibelitas tingkat upah dengan kegiatan ekonomi (Tenaga Kerja). Dalam teori makro menjelaskan hubungan tingkat upah dengan tenaga kerja dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Tingkat Upah
mengakibatkan ketidakseimbangan produksi marjinal sehingga meskipun penambahan tenga kerja dilakukan tidak akan menambah produksi marjinal di negara tersebut. Tenaga kerja akan bertambah sesuai dengan kebutuhan jika upah dibayarkan di atas upah subsistem (upah untuk bertahan hidup atau upah alam). Menurut UU No. 13 dan 30 tahun 2003 tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Hasibuan (2011:34) tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja yaitu dari 15-64 tahun. Penduduk yang berusia dalam usia ini dinamakan usia angkatan kerja. Tenaga kerja dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : 1. Angkatan kerja Angkatan kerja (labor force) terdiri dari golongan yang bekerja dan menganggur atau yang mencari pekerjaan 2. Bukan angkatan kerja. Golongan yang bukan angkatan kerja terdiri dari yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain. Sukirno (2008:229) Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi penggerak dalam perekonomian, dimana menurut ekonom yaitu pandangan ahli ekonomi klasik yang dikemukan oleh Jean Baptish Say, dimana dalam padangannya mengungkapkanbahwa perekonomian selalu mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Dalam kegiatan perekonomian yang menjadi penentu produksi nasional adalah modal, tenaga kerja, jumlah kekayaan alam dan teknologi, atau dengan persamaan sebagai berikut Y= f (K, L, R, T) Dimana : Y : pendapatan (Income) f : Fungsi (Funtion) K : modal yang tersedia (Kapital) R : Resources ( Sumberdaya yang tersedia) L : tenaga kerja (labour) T : teknologi (Tecnology) Sukirno (2008:77) berpendapat bahwa Tenaga kerja suatu negara maupun daerah pasti mengalami permasalah diantaranya yaitu : 1. kurangnya mutu dan kualitas dari tenaga kerja
W0 W1
MVP=dL L0 L1 Tenaga kerja Gambar 4. Jumlah Tenaga Kerja (Perusahaan) Dari gambar diatas dapat menjelaskan hubungan tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada perusahaan dimana permintaan tenaga kerja pada gambar (a) dilambangkan dengan MVP= dL, MVP adalah Marjinal Value Produk dimana MVP adalah tingkat upah dan dL adalah Demand Labour atau permintaan akan tenaga kerja oleh suatu perusahaan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa apabila tingkat upah adalah W0 perusahaan tersebut akan menyerap tenaga kerja sebesar L0 untuk memaksimumkan keuntungan, dan jika tingkat upah merosot maka W0 berubah posisi menjadi W1 dan perusahaan akan menggunakan tenaga kerja sebesar L1 . METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan asosiatif. Menurut Sugiyono (2009: 56-57) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik itu satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Assosiatif adalah penelitian yang menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih. Untuk langkah selanjutnya yaitu untuk menganalisis data dan pengujian hipotesis peneliti menggunakan teknik perhitungan secara statistik yang berbentuk data kuantitatif. Dan
Pelaksanaan dan pengambilan data pada penelitian ini adalah pada Badan Pusat Statistik, Kantor Penanaman Modal dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Padang Pariaman yang pengambilan datanya diambil selama 10 tahun yaitu di tahun 2004-2013. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan bersifat time series. Dimana data sekunder adalah data yang diambil secara lansung dari sumbernya dari badan atau unit yang telah diolah melalui komputer dan pencatatan pembukuan yaitu dari tahun 2004-2013 di Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Penanaman Modal dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Padang Pariaman. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu pengambilan data yang berhubungan dengan variabel penelitian tentang PDRB yaitu investasi, tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) Kabupaten Padang Pariaman selama 10 tahun yaitu dari tahun 2004-2013 pengambilan data diambil pada data yang tersedia di Badan Pusat Statistik, dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (kantor Bupati Padang Pariaman). TEKNIK ANALISIS DATA 1. Analisis Deduktif a. Mean b. Median c. Modus 2. Analisis Induktif A. Uji Kelayakan Model 1. Uji Kelayakan Model Likelihood 2. Uji Ramsey 3. Uji Stasioner B. Uji asumsi klasik a. Uji Normalitas (Jarque Bera) b. Uji Multikolineritas (TOL dan VIF) c. Uji Heteroskedastisitas ( Glejser) d. Uji AutoKorelasi (Durbin Watson) C. Analisis Regresi Linier Berganda D. Koefisien Determinasi (R2) E. Uji Hipotesis 1.Uji t (uji Parsial) 2.Uji f (uji Simultan)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Uji Spesifikasi Model a. Uji Likelihood Ratio Uji ini mengikuti distribusi Chi square (X2) dengan derajat bebas sebesar jumlah variabel yang dihilangkan. Berikut kriteria pengambilan keputusan: jika nilai statistik X2 hitung > nilai X2tabel maka tolak H0, berarti menolak untuk menghilangkan variabel tersebut. Jika nilai statistik X2 hitung < nilai X2 tabel maka terima H0, berarti menghilangkan variabel tersebut dibenarkan. Nilai hitung statistik X2hitung pada penelitian ini diperoleh dengan bantuan Eviews Hasil uji pengurangan untuk variabel investasi diperoleh X2 hitung log likelihood ratio adalah sebesar 0.048458 sedangkan nilai X2 tabel adalah sebesar 7.815, dengan nilai df1 atau α = 0,05 dimana menunjukkan X2hitung < X2 tabel, dengan demikian berarti menerima Ho yang berarti dibenarkan menghilangkan variabel investasi (X1) dan menggunakan model persamaan ini adalah tepat, hal ini berdasarkan pengurangan salah satu variabel yaitu variabel investasi (X1). Dan hasil uji pengurangan untuk variabel Tenaga Kerja (upah) diperoleh nilai statistik X2hitung sebesar 34.55452 sedangkan nilai X2 tabel adalah sebesar 7.815 dengan nilai df1 atau α = 0,05 dimana menunjukkan X2hitung > X2 tabel, dengan demikian berarti menolak Ho dan menerima Ha yang berarti tidak dibenarkan menghilangkan variabel tenaga kerja (upah) (X2). Selanjutnya untuk pengurangan variabel pengeluaran pemerintah (pembangunan) X3 diperoleh nilai statistik X2 hitung log likelihood ratio adalah sebesar 0.000205 sedangkan nilai X2 tabel adalah sebesar 7.815 dengan nilai df1 atau α = 0,05 dimana menunjukkan X2hitung < X2 tabel, dengan demikian berarti menerima Ho yang berarti dibenarkan menghilangkan variabel pengeluaran pemerintah (X3) dan menggunakan
model persamaan ini adalah tepat, hal ini berdasarkan pengurangan salah satu variabel yaitu variabel pengeluaran pemerintah (X3). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dari model persamaan diperlukan pengurangan variabel karena dari hasil uji likelihood ratio telah dibuktikan bahwa penghilangan atau pengurangan variabel dibenarkan pada variabel X1 dan X3 sedangkan untuk variabel x2 tidak dibenarkan karena X2hitung < X2 tabel b. Uji Ramsey Dengan bantuan Program Eviews.6 diperoleh nilai Fhitung sebesar 0.636594 lebih kecil dari pada nilai Ftabel yaitu 4.74 pada α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa nilai Fhitung < Ftabel yang menyatakan bahwa spesifikasi model digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tidak dapat di tolak. c. Uji Stasioner Uji stasioner dengan Augmented Dickey Fuller (ADF) merupakan pengujian stasioner dengan menentukan apakah data runtun waktu mengandung akar unit (Unit root). Uji stasioner adalah teknik pengujian yang dilakukan untuk mengetahui jangka waktu efek/perubahan dari suatu varibel terhadap variabel lain. Uji stasioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji akar unit (unit root test) yang dikembangkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller, atau yang lebih dikenal dengan uji akar unit Dickey Fuller (DF) (Dickey Fuller Test Statistic) probabilitasnya kecil dari α = 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya data tadi stasioner pada level 1 st different atau 2st different. Jika nilai statistik DF probabilitas besar dari α = 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya variabel tersebut tidak stasioner atau mengandung unit root. Dengan menggunakan bantuan eviews maka diperoleh hasil variabel Y adalah PDRB Kabupaten Padang Pariaman memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0048 kecil dari nilai alpha
(α) sebesar 0.05 (0.0048 < 0.05) pada tingkat nilai unit root tes berada pada 1st different, sedangkan variabel X1 yaitu investasi memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0438 < dari nilai alpha 0.05 dan berada pada tingkat unit root level, sedangkan untuk variabel X2 atau tenaga kerja (upah) mamiliki nilai probabilitas sebesar 0.0431 < 0.05 (alpha) dengan tingkat unit root pada 2nd different, dan variabel X3 atau pengeluaran pemerintah (pembangunan) memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0013 yang berada pada tingkat unit root 2nd different, dari penjelasan diatas menjelaskan bahwa variabel investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) memiliki nilai stasioner dengan tingkat unit root pada level, 1st different dan 2Nd Different. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Menurut suliyanto (2011:75) Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan berdasarkan pada koefisien keruncingan (kurtosis) dan koefisien kemiringan (skewness). Uji ini dilakukan dengan membandingkan statistic Jarque-Bera (JB) dengan nilai X2 tabel. Jika nilai Jargue-Bera (JB) ≤ X2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai Jargue-Bera (JB) > X2 tabel maka nilai residual terstandarisasi dinyatakan berdistribusi tidak normal. [
]
Nilai statistik Jerque-Bera sebesar 0.58 sedangkan nilai X2 tabel dengan nilai df1 dengan nilai alpha sebesar 0,05 adalah 7.815 karena nilai statistik Jeque-Bera (JB) (0.58) ≤ nilai X2 tabel (7.815), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas untuk menguji gejala multikolinearitas dalam model regresi adalah dengan melihat nilai TOL (Tolerance) dan nilai VIF (Varians Inflantion Factor) dari masingmasing variabel bebas (Suliyanto, 2011:82). Jika nilai VIF kurang dari 10 (VIF<10) maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak memiliki gejala multikolinearitas. variabel investasi (X1) memiliki nilai koefisien determinasi sebesar 0,691, variabel tenaga kerja (upah) (X2) sebesar 0.784 dan variabel pengeluaran pemerintah (X3) sebesar 0.608. Dari nilai koefisien determinasi diatas dapat dicari nilai Tolerance (TOL) dan VIF dari masing-masing variabel dengan cara seperti berikut: a. Regresi variabel X1 = (X2 dengan X3) Nilai TOL = (1-R2) = 1 – 0,691= 0.309 Nilai VIF = 1 / TOL = 1 / 0.309 = 3.236 b. Regresi variabel X2 = (X1 dengan X3) Nilai TOL = (1-R2) = 1 – 0.784 = 0.216 Nilai VIF = 1 / TOL = 1 / 0.216 = 4.269 c. Regresi variabel X2 = (X1 dengan X3) Nilai TOL = (1-R2) = 1 – 0.608 = 0.392 Nilai VIF = 1 / TOL = 1 / 0.392 = 2.551 Dari tabel di atas menunjukan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai VIF < 10. Dimana, nilai VIF variabel investasi sebesar 3.236, tenaga kerja (upah) sebesar 4.269 dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) sebesar 2.551, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas Uji ini merupakan pengujian terhadap ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu dengan
metode glejser. Uji glejser ini dilakukan dengan meregresikan variabel independen yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model ini terdapat masalah heteroskedastisitas. jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (sig. > α) maka dapat dipastikan model ini tidak mengandung heteroskedastisitas atau dikatakan tidak terdapat gejala heteroskedastitas apabila t hitung < t tabel.Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan jika nilai X2 hitung > X2 tabel. Dari hasil olahan data dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai sig. variabel investasi terhadap obsolut residual sebesar 0.342 > 0.05, sedangkan sig variabel tenaga kerja (upah) terhadap absolut residual adalah sebesar 0.582 > 0.05, begitu juga dengan sig. Pengeluaran pemerintah terhadap absolut residual adalah sebesar 0.567 > 0.05, dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya heteroskedastisitas karena X hitung > X tabel. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode berjalan dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Uji Statistik Durbin Watson (DW). Dengan keterangan tabel Durbin-Watson nilai n=10 dan k=3, maka akan diperoleh nilai dL= 0.525 dan dU=2.016, sehingga nilai 4 –dU sebesar 4 – 2.016 = 1.984 Sedangkan nilai 4 – dL sebesar 4 – 0.525 = 3.475 sedangkan nilai Durbin-Watson adalah sebesar (1.921). suatu pengujian dikatakan mengandung autokorelasi apabila nilai Dw terletak antara nilai dU dan 4-dU, jika dilihat dari hasil output yang diperoleh nilai DW tidak terletak antara nilai Du dan 4-dU. Pada output diatas dapat dijelaskan bahwa nilai Du = 2.016 Dw = 1.921 4-du = 1.984, maka dapat dikatakan hasil analisis tidak mengandung unsur autokorelasi.
3. Analisis Regresi Linier Berganda Analinis linear berganda adalah persamaan regresi yang melibatkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Dari hasil olahan data dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 dapat disimpulkan bahwa : 1. Koefisien regresi variabel investasi (X1) sebesar 0.025 yang bertanda positif. Hal ini berarti adanya pengaruh positif investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto, apabila nilai variabel investasi meningkat sebesar satu satuan maka akan meningkat produk domestik regional bruto sebesar 0.025 dalam setiap satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan. 2. Koefisien regresi variabel tenaga kerja (upah) (X2) sebesar 0,495 yang bertanda positif. Hal ini berarti adanya pengaruh positif tenaga kerja (upah) terhadap Produk Domestik Regional Bruto, apabila nilai variabel tenaga kerja (upah) meningkat sebesar satu satuan maka akan meningkat Produk Domestik Regional Bruto sebesar 0.495 dalam setiap satuannya. Dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan. 3. Koefisien regresi variabel pengeluaran pemerintah (pembangunan) (X3) sebesar 0.003 yang bertanda positif. Hal ini berarti adanya pengaruh positif pengeluaran pemerintah (pembangunan) terhadap Produk Domestik Regional Bruto, apabila nilai variabel pengeluaran pemerintah (pembangunan) meningkat sebesar 0,003 dalam setiap satu satuannya maka akan meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto sebesar dalam setiap satuannya, dengan asumsi variabel lain tidak mengalami perubahan atau konstan. Selanjutnya untuk pengujian secara parsial dan simultan digunakan uji t (parsial) dan uji f (simultan) berikut adalah hasil analisis yang diperoleh : 1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara investasi (X1) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Y) di Kabupaten Padang
Pariaman. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 0.982 < 1,895 ttabel dengan nilai signifikan 0,000 > = 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja (upah) (X2) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 11.992 > ttabel sebesar 1,895 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak. 3. Tidak terdapat pengaruh signifikan antara pengeluaran pemerintah (pembangunan) (X3) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 0.150 < ttabel sebesar 1,895 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 berarti Ha ditolak dan H0 diterima 4. Terdapar pengaruh yang signifikan secara simultan antara investasi, renaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman, dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 114.368 > 3.708 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. PEMBAHASAN 1. Pengaruh Investasi Tehadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman Periode 2004-2013 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dijawab hipotesis pertama terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial antara investasi (x1) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Y) di Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 0.982 < 1,895 ttabel dengan nilai signifikan 0.634 < = 0,05 berarti ha ditolak dan h0 diterima. Hal ini berarti secara parsial jumlah investasi yang disumbangkan oleh investor pada periode 2004-2013 tidak mempengaruhi kondisi Pdrb Di Kabupaten Padang Pariaman secara signifikan, dengan kata lain ada variabel lain yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan kondisi PDRB
Kabupaten Padang Pariaman selain investasi. Todaro (2006:130) mengungkapkan bahwa dalam teori Harrod-Domar menyatakan bahwa pemicu pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (Capital Stock). Dalam teori ini mengungkapkan pendapat bahwa setiap tambahan neto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasil kenaikan arus output nasional/GDP. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil output yang dihasilkan dalam penelitian ini, bahwasannya investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap produk domestik regional bruto. Ada beberapa jenis investasi, salah satunya adalah investasi bruto, Variabel investasi pada penelitian ini termasuk investasi bruto karena kegiatan yang dilakukan dalam pengambilan data adalah kegiatan yang dilakukan oleh para investor dalam melakukan investasi pada perusahaan. Investasi bruto adalah investasi yang dilakukan utnuk menambah kemampuan produksi dalam perekonomian dan untuk mengganti barang modal yang telah di depresiasikan. Untuk melakukan investasi di sebuah perusahaan para investor harus memperhatikan faktor penentu investasi sebagai berikut: 1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh 2. Suku bunga 3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan 4. Kemajuan teknologi 5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya 6. Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan Dengan memperhatikan ke-6 penentu kegiatan investasi tersebut, para investor menentukan akan melakukan investasi atau tidak. Tidak berpengaruh positifnya investasi terhadap PDRB Kabupaten Padang Pariaman salah satunya karena kurangnya minat investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Padang Pariaman, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian pemerintah dalam memanfaatkan Sumber daya yang tersedia di Kabupaten Padang Pariaman,
hal ini tergambar jelas dari 17 kecamatan hanya ada 5 kecamatan yang diminati untuk berinvestasi di Kabupaten Padang Pariaman. Para investor lebih banyak melakukan investasi di kota Padang, karena kota padang lebih dominan memenuhi kriteria penentu investasi. 2. Pengaruh Tenaga Kerja (Upah) Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Padang Pariaman Periode 2004-2013 Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis dengan. uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier diperoleh thitung sebesar 19.755 > 1.895 t tabel, hal ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak, sedangkan uji hipotesis dengan Analisis Regresi Berganda diperoleh hasil bahwa variabel tenaga kerja (upah) (X2) diperoleh thitung sebesar 11.992 > 1,895 ttabel dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 hal ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara tenga kerja (upah) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Padang Pariaman Periode 2004-2013. Hal ini berarti bahwa jika jumlah upah yang diberikan meningkat sebesar 3.90 % maka akan meningkatkan jumlah tenaga kerja sehingga semakin berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto sebesar 3.90 % begitu pula sebaliknya tingkat upah yang diberikan rendah maka akan menurunkan jumlah tenaga kerja, hal ini akan berdampak buruk terhadap kondisi Produk Domestik Regional Bruto dan juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Padang Pariaman. 3. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah (Pembangunan) Terhadap Pdrb Kabupaten Padang Pariaman Periode 2004-2013 Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa variabel pengeluaran pemerintah (pembangunan) (x3) diperoleh thitung sebesar 0.150 < ttabel sebesar 1,812 dengan signifikan 0,000 < 0,05 berarti h0 diterima dan ha ditolak. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara parsial antara pengeluaran pemerintah (pembangunan) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Padang Pariaman periode 2004-2013. Hal ini berarti semakin tinggi pengeluaran pemerintah (pembangunan) maka tidak akan berpengaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari hasil output yang diperoleh tidak adanya pengaruh yang signifikan antara pengeluaran pemerintah (pembangunan) terhadap PDRB maka diharapkan masih banyak variabel selain pengeluran pemerintah (pembangunan) yang berpengaruh signifikan terhadap perekonomian Kabupaten Padang Pariaman. Pengeluaran pemerintah di Kabupaten Padang Pariaman, tidak hanya untuk pembangunan akan tetapi pengeluaran pemerintah juga diperuntukan untuk konsumsi pemerintah yang diberikan untuk pengeluaran atau pembiayaan gaji, dll. 4. Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja (Upah) Dan Pengeluaran Pemerintah (Pembangunan) Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Di Kabupaten Padang Pariaman Periode 2004-2013 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman secara simultan berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dengan menggunakan, uji hipoteis uji f diperoleh nilai fhitung sebesar 114.368 > 3.708 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. Maksudnya, semakin banyak jumlah investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) akan meningkatkan jumlah Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Padang Pariaman atau pertumbuhan perekonomian akan semakin baik. Dari uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara simultan investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman sedangkan secara parsial yang berpegaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman hanyalah tenaga kerja (upah) sedangkan investasi dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) tidak berpengaruh signifikan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. PENUTUP Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan dan telah dilakukan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan secara parsial antara investasi (X1) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Y) di Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 0.982 < 1,895 ttabel dengan nilai signifikan 0,000 > = 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tenaga kerja (upah) (X2) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 11.992 > ttabel sebesar 1,895 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak. 3. Terdapar pengaruh positif dan Tidak signifikan antara pengeluaran pemerintah (pembangunan) (X3) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Y). Hal ini dapat dilihat dari nilai thitung sebesar 0.150 < ttabel sebesar 1,895 dengan nilai signifikan 0,000 < = 0,05 berarti Ha ditolak dan H0 diterima 4. Terdapar pengaruh yang signifikan secara simultan antara investasi, renaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman, dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 114.368 > 3.708 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa pengaruh investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah (pembangunan) berpengaruh signifikan terhadap produk domestik regional bruto Kabupaten Padang Pariaman. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas yang telah peneliti uraikan, maka penulis dapat menyimpulka dan menyarankan sebagai berikut: 1. Variabel investasi berpengaruh positif terhadap PDRB Kabupaten Padang Pariaman, akan tetapi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini terlihat pada nilai koefisien uji thitung sebesar 0.982 < ttabel 1.895 dengan nilai signifikan 0,364 > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil ini menunjukan bahwa kurangnya peranan investasi yang dilakukan oleh investor di Kabupaten Padang Pariaman sehingga tidak mempengaruh pertumbuhan ekonomi yang dapat diperhitungkan dengan menggunakan perhitungan Produk Domestik Regional Bruto. 2. Variabel tenaga kerja (upah) berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini terlihat pada nilai koefisien sebesar 0.364 dengan nilai uji t hitung sebesar 11.992 > 1.895 dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi jumlah tenaga kerja dan tingkat upah maka akan semakin baik juga kondisi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. 3. Variabel pengeluaran pemerintah (pembangunan) berpengaruh positf dan tidak berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini terlihat pada nilai uji thitung sebesar 0.150 < ttabel sebesar 1.895 dengan nilai signifikan 0,886 < 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi pengeluaran pemerintah maka semakin rendah pula Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. 4. Variabel investasi, tenaga kerja (upah) dan pengeluaran pemerintah
(pembangunan) berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini terlihat pada nilai uji Fhitung 114.368 > 4,74 Ftabel dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05. Hal ini berarti Ha ditolak dan H0 diterima. DAFTAR PUSTAKA Afrizal, Fitrah. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat investasi, Pengeluaran Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2011. Jurnal penelitian. Hal 1-79. Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman. 2003-2013. Padang Pariaman Dalam Angka. Pariaman. Hasanah, Erni Umi & Sunyoto, Danang. 2013. Penghantar Ilmu ekonomi Makro. CAPS (Center For Academic Pubishing Service). Yogyakarta. Hasibuan, Muhammad Idris. 2011. Analisi Faktor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Jurnal Penelitian. Hal 1-69. Republik Indonesia. Undang-Undang No. 13 dan 30 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan. Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Alfabet: Bandung. Suindiyah D, Sayekti. 2009. Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Timur. Jurnal Penelitian. Hal 147. Sukirno, Sadono. 2008. Makro Ekonomi Teori Penghantar Edisi ketiga. Rajawali Pers: Jakarta. Tarigan, Robinson. 2009. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi. Aksara: Jakarta Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan Jilid 1. Erlangga: Jakarta. Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi Dengan SPSS. CV Andi Ofsset: Yogyakarta.