Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PENDAPATAN STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA Siti Zaenab Al Chaulany
[email protected]
Wahidawati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this this study was to analyze the effect of investment, labor, inflation and gross regional domestic product, the effect on revenues Haji General Hospital Surabaya. This research is quantitative by taking the data from the period of December 2000-2013 financial statements that have met the rules of the financial statements. The analytical method used is multiple linear regression model with ordinary least square method. Based on these results, it is shown that the variables are jointly investing, employment, inflation and gross regional domestic product, the effect on revenues of Haji General Hospital Surabaya. Partially, the variable investment, employment, inflation and gross regional domestic product, and the effect on revenues of Haji General Hospital Surabaya. This means revenue Surabaya Hajj General Hospital is affected by four variables stretcher, it is because the community has been aware of the importance of health. Too good investment, and labor to work in a professional manner. GDP is also stable. Keywords: Investment, Employment, Inflation, Gross Domestic Product, and income. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, inflasi dan produk domestik regional bruto berpengaruh terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan mengambil data dari laporan keuangan periode Desember 2000-2013 yang telah memenuhi kaidah-kaidah laporan keuangan. Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda dengan metode ordinary least square. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel investasi, tenaga kerja, inflasi dan produk domestik regional bruto berpengaruh terhadap peningktan pendapatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Secara parsial, variabel investasi, tenaga kerja, inflasi dan produk domestik regional bruto berpengaruh juga terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Dengan demikianpeningkatan pendapatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dipengaruhi oleh keempat variabel terebut, hal ini dikarena masyarakat semakin sadar akan kebutuhan kesehatan. Pengaruh investasi, tenaga kerja, inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto dalam kondisi baik. Kata kunci: Investasi, Tenaga Kerja, Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto, dan Pendapatan.
PENDAHULUAN Pemberlakuan Undang-undang No. 32/2004 tentang pemerintahan daerah dimana “pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan nasional negara Republik Indonesia” dan pemberlakuan Undang-undang 33/2004 tentang “perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah”, diharapkan bisa memotifasi peningkatan kreatifitas dan inisiatif untuk lebih menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah, dan dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan terarah agar pembangunan disetiap daerah dapat benar-benar sesuai dengan prioritas dan potensi daerah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
2
Amanat Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan kegiatan operasional suatu instansi diharapkan tidak hanya berorientasi pada sosial tetapi juga berorientasi pada profit. Dalam amanat dimaksud suatu Institusi harus bisa membiayai kegiatan operasionalnya sendiri dengan anggaran yang berasal dari pendapatan operasionalnya. Suatu kajian oleh Wiratno Bagus Suryono (2010) menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, tingkat investasi, dan jumlah tenaga kerja sangat mempengaruhi peningkatan Produk Domestik Regional Bruto, mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap daerah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah. Penelitian juga dilakukan oleh Sigit Yulianto (2005) di puskesmas Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), jumlah penduduk dan jumlah kunjungan pasien berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan. Gambaran lain juga dingkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ririn Indriani(2009) yang menyatakan pengaruh investasi pemerintah dan investasi swasta berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dikawasan Gerbang Kertasusilo Plus (Periode 2001-2006). Sukirno (1995) dalam bukunya mengatakan pada saat tingkat inflasi tinggi, maka kondisi perekonomian menjadi lesu. Hal ini secara otomatis akan berpengaruh terhadap kegairahan usaha diberbagai bidang. Pelaksanaan investasi menjadi terlambat, sehingga produksi nasional akan menurun. Menurunnya produksi secara nasional dapat mengakibatkan penurunan pendapatan nasional.Turunnya pendapatan nasional suatu indikator menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi suatu Negara tersebut mengalami penurunan.Oleh karena itu, pada saat tingkat inflasi tinggi, maka pemerintah harus cepat tanggap dalam menentukan kebijakan dalam pengendalian tingkat inflasi. Hal ini akan mempengaruhi suatu institusi untuk samakin bijak dalam mengelola keuangan sebagai upaya untuk peningkatan penerimaan pendapatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan yang ada di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.Hal ini mengingat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur nomor nomor 188/441/KPTS/013/2008.Pengelolaan keuangan rumah sakit sebagai Badan Layanan Umum Daerah menjadi lebih fleksibel dan berdaya ungkit pada peningkatan mutu pelayanan. Amanah Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah bahwa bahwa dalam rangka penyelenggaraan kegiatan operasional suatu instansi diharapkan tidak hanya berorientasi pada sosial (Social Oriented) tetapi juga berorientasi pada profit (Profit Oriented). Dalam amanat peraturan dimaksud diharapkan suatu Institusi yang berstatus Badan Layanan Umum Daerah mampu membiayai kegiatan operasionalnya sendiri dengan anggaran yang berasal dari pendapatan operasional sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Stewardship Theory
Stewardship Theory mengatakan bahwa harmonisasi antara pemilik modal (principles) dengan pengelola modal (steward) dalam mencapai tujuan bersama, tetapi secara implisit merefleksikan bagaimana akuntansi membangun sebuah konstruk pola kepemimpinan dan hubungan komunikasi stakeholder dan manajemen, atau
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
3
dapat juga terjadi antara top manajemen dengan jajaran manajemen lain dibawahnya dalam sebuah organisasi perusahaan dengan mekanisme situasional yang mencakup filosofis manajemen dan perbedaan budaya organisasi, dan kepemimpinan dalam pencapaian tujuan bersama tanpa menghalangi kepentingan masing-masing pihak.
Direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya adalah pimpinan rumah sakit dimana penunjukan direktur adalah berdasarkan Surat Keputusan Gubernur.Berdasarkan Stewardship Theoryharmonisasi antara pemilik modal (Pemerintah Provinsi Jawa Timur) dengan pengelola modal (Direktur) dalam mencapai tujuan bersama. Sebagai Badan Layanan Umum Daerah tingkat kemandirian rumah sakit dalam rangka mengembangkan rumah sakit untuk dapat membiayai sendiri kebutuhan operasionalnya wajib dipenuhi dan dijalankan.Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini Gubernur memberikan wewenang penuh kepada Direkur rumah sakit untuk dapat meningkatkan kinerja pelayanan, kinerja manfaat dan kinerja keuangan.Kemandirian keuangan dalam penelitian ini adalah upaya peningkatan pendapatan rumah sakit. Upaya peningkatan pendapatan rumah sakit adalah agar rumah sakit dapat memenuhi kebutuhan operaionalnya melalui penjualan jasa layanan yang diberikan kepada pasien.Untuk dapat meningkatkan penjualan jasa layanan kepada pasien tentunya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor dimaksud antara lain rumah sakit dapat melakukan investasi dengan cara menambah peralatan kedokteran/kesehatan, menambah jumlah tenaga kerja, dimana diharapkan tidak adanya komplain msyarakat akan pelayanan yang lamban tertangani. Inflai yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pningkatan pedapatan yang dapat dilihat dari semakin menurunnya pemeriksaan yang dilakukan yang dikarenakan menurunya jumlah pasien yang datang. Pendapatan Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004). Pendapatan rumah sakit adalah hasil yang didapat rumah sakit karena telah memberikn jasa layanan kepada pasien.Sebagai Badan Layanan Umum Daerah pendapatan rumah sakit diharapkan dapat memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama pada pengadaan barang dan jas yang langsung berkaitan dengan pasien seperti makan minum pasien, obat dan alat kesehatan pakaihabis serta pembayaran jasa pelayanan kepada pegawai rumah sakit.Tidak menutup kemungkinan dengan status rumah sakit yang telah Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) semakin lama subsidi pemerintah semakin berkurang kecuali untuk gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) nya. Amanah Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007 bahwa kinerja rumah sakit Badan Layanan Umum Daerah harus meningkatkan kinerja baik kinerja pelayanan, kinerja manfaat dan kinerja keuangan. Untuk itu Badan Layanan Umum Daerah harus meningkatkan pendapatan baik intensifikasi dan ekstensifikasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
4
Investasi Menurut Sukirno (2002:107) mengemukakan bahwa Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam- penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.Investasi atau penanam modal itu merupakan penanaman modal atau penggunaan bagi peningkatan kapasitas system produksi atau peningkatan asset dengan harapan modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang. Investasi di rumah sakit merupakan unsur penting guna meningkatkan pelayanan kepada pasien.Investasi terutama dilakukan untuk pembelian peralatan-peralatan kedokteran/kesehatan yang baru dimana rumah sakit selalu meningkatkan jenis layanan yang disediakan.Pembelian peralatan kedokteran/pelayanan yang baru diharapkan bisa mendatangkan keuntungan yaitu dengan adanya peningkatan pelayanan kepada pasien satu atap dalam artian pelayanan pasien tanpa harus dirujuk ke luar rumah sakit karena bermacam tindakan dari peralatan yang baru dapat dilakukan di rumah sakit. Sehingga pasien dalam kondisi apapun cukup dilayani di satu rumah sakit dengan peralatan kedokteran/kesehatan yang ada Bagi rumah sakit tujuan investasi adalah untuk meningkatkan pendapatan dari hasil pengoperasian peralatan-peralatan kedokteran/kesehatan yang telah dibeli. Peralatan kedokteran/kesehatan merupakan faktor yang sangat penting guna pemeriksaan tindakan yang akan dilakukan dokter. Semakin lengkap peralatan kedokteran/kesehatan yang di miliki rumah sakit semakin banyak tindakan yang bisa dilakukan sehingga akan meningkatkan pendapatan rumah sakit. Tenaga Kerja Pengertian tenaga kerja sudah sering dipergunakan oleh masyarakat Indonesia. Secara luas pengertian dari tenaga kerja mencakup penduduk yang bekerja yang sedang cari kerja dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga walaupun sedang tidak bekerja, sebab secara fisik mereka mampu bekerja dan sewaktuwaktu dapat ikut bekerja.(Simajuntak dan Iman 2004 :16)Jika diperhatikan tentang pengertian tenaga kerja seperti yang terbaca dalam kutipan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja di Indonesia dapat dikelompokkan menurut usia 10 tahun sampai lebih secara langsung bersumber pada penduduk usia kerja. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 Tahun 1997, Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pekerjaan adalah tenaga kerja yang bekerja dalam hubungan kerja pada pengusaha dengan menerima upah, sedangkan pengusaha itu sendiri artinya orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri.Kebutuhan akan tenaga kerja memungkainkan peningkatan kualitas pelayanan dikarenakan dengan semakin berkembangnya rumah sakit dan semakin banyaknya masyarakat yang datang baik untuk berobat maupun memeriksakan kondisi tubuhnya maka dengan adanya penambahan tenaga kerja diharapkan masyarakat semakin setia datang ke rumah sakit yang memungkinkan terjadi kenaikan pendapatan. Inflasi Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan ditemukan hampir di semua negara, dapat juga diartikan sebagai salah satu bentuk penyakit ekonomi yang sering kambuh dan harus berupaya untuk dikendalikan. Inflasi dimaksudkan keadaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
5
dimana senantiasa terjadi peningkatan harga-harga pada umumnya, atau suatu keadaan dimana terjadi turunnya nilai uang. Menurut Boediono (2001;152) yang dimaksud dengan inflasi itu adalah “Kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan secara terus-menerus”. Tetapi Inflasi juga dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan harga – harga yang berlaku dalam suatu perekonomian (Sukirno, 1995 : 15) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah proses kenaikan harga harga umum barang-barang secara terus menerus, ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga umum secara terus menerus selama satu periode tertentu.Inflasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap perekonomian suatu Negara. Agar inflasi dapat digunakan sebagai satu tolak ukur perekonomian secara umum, maka angka inflasi ini mencerminkan kondisi stabilitas perekonomian suatu Negara. Angka laju inflasi yang tinggi menunjukkan bahwa suatu perekonomian mengalami gangguan, baik berupa ekspor yang menurun karena turunnya daya saing, menurunnya tabungan dan investasi maupun gangguan-gangguan lainnya.Pada saat tingkat inflasi tinggi, maka kondisi perekonomian menjadi lesu. Hal ini secara otomatis akan berpengaruh terhadap kegairahan usaha diberbagai bidang. Pelaksanaan investasi menjadi terlambat, sehingga produksi nasional akan menurun. Menurunnya produksi secara nasional dapat mengakibatkan penurunan pendapatan nasional.Turunnya pendapatan nasional suatu Negara. Inflasi sangat berpengaruh terhadap industry perumah sakitan, dimana apabila terjadi inflasi maka terjadi kenaikan harga barang-barang. Apabila terjadi kenaikan harga terhadap barang-barang, masyarakat akan berpikir ulang untuk pergi kerumah sakit guna memeriksakan kesehatannya yang mengakibatkan menurunnya tingkat kunjungan pasien. Kebanyakan masyarakat akan mengobati penyakitnya dengan membeli obat yang beredar dipasaran daripada harus berobat kerumah sakit dengan bermacam-macam pemeriksaaan. Sehingga kesehatan menjadi nomor kesekian dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto mengalami peningkatan cenderung akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang akan diserap apabila upah tenaga kerja tinggi. Maka hal ini secara tidak langsung akan menaikkan pendapatan perkapita masyarakat, sehingga masyarakat akan mampu membayar pajak daerah dan hal ini dapat menambah pendapatan asli daerah (Mankiw, 2003 : 19)Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu daerah pada satu tahun. PDRB (Pendapatan Daerah Regional Bruto) secara tidak langsung akan mempengaruhi pendapatan rumah sakit apabila dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat dalam memnuhi kebutuhan hidunya termasuk kesehatan. Apabila PDRB suatu daerah meningkat secara tidak langsung meningkat pula pendapatan perkapita masing-masing tenaga kerja yang ada didaerah tersebut, berarti meningkat pula pendapatan masyarakat sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan akan kesehatan. Pengembangan Hipotesis
Pengaruh nilai investasi terhadap peningkatan pendapatan rumah sakit Pendapatan Asli Daerah adalah suatu pendapatan yang menunjukkan kemampuan suatu daerah untuk menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai kegiatan daerah (Sutrisno, 1984: 200). Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
6
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barangbarang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 1994: 107). Investasi tidak hanya untuk memaksimalkan output, tetapi untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi. Harorld dan Dommar memberikan peranan kunci kepada investasi terhadap peranannya dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua, investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan, 1999: 291). Penelitian yang dilakukan oleh Indriani, Ririn (2009) yang berjudul “Pengaruh investasi pemerintah dan investasi swasta terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dikawasan Gerbang Kertasusilo Plus (Periode 2001-2006)” menunjukkan bahwa investasi pemerintah mempunyai pengaruh signifikan terhadap PDRB dengan koefisien determinasi sebesar 0,876943 yang berarti bahwa investasi pemerintah dan investasi swasta mampu menjelaskan variable Produk Domestik Regional Bruto sebesar 87,70% sedangkan sisanya sebesar 12,30% dijelaskan oleh variable lain.Petritno (2012) judul penelitian “Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal dalam Negeri, Modal Manusia dan Jumlah Pekerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDRB) di Indonesia Periode 1985 – 2010” menjelaskan bahwa Penanaman modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri, Modal Manusia dan pekerja mampu dan berprngaruh terhadap Produk Domestik Regional Bruto Indonesia sebesar 98%, sisanya sebesar 2% dijelaskan oleh variable lain. Hipotesis alternatif (H1) dalam penelitian ini adalah: H1 ............. : Nilai Investasi berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan
Pengaruh tenaga kerja terhadap peningkatan pendapatan rumah sakit Tenaga kerja dalam suatu kegiatan usaha pasti sangat dibutuhkan dan sangat berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Beberapa kriteria tenaga kerja menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 pasal 12 menyatakan bahwa persyaratan tenaga kerja rumah sakit meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kemarfasian, tenaga mamanemen rumah sakit dan tenaga non kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Suryono (2010)penelitiandengan judul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Jawa Tengah” menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat investasi dengan PDRB berdasarkan hasil regresi dengan koefisien tingkat investasi 0,036.Juga terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tenaga kerja dengan PDRB Jawa tengah berdasarkan hasil regresi dengan koefisien 0,924 tenaga kerja. Hipotesis alternatif (H2) dalam penelitian ini adalah : H2 : Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan
Pengaruh Inflasi terhadap peningkatan pendapatan rumah sakit Kenaikan harga-harga umum barang-barang yang terjadi dimasyarakat secara terus menerus atau disebut dengan inflasi sangat berpengaruh terhadap pola hidup masyarakat. Dimana dengan adanya inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Sukirno (1995: 345-352) mengemukakan bahwa pada saat tingkat inflasi tinggi, maka kondisi perekonomian menjadi lesu. Hal ini secara otomatis akan berpengaruh terhadap kegairahan usaha diberbagai bidang. Pelaksanaan investasi menjadi terlambat, sehingga
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
7
produksi nasional akan menurun. Menurunnya produksi secara nasional dapat mengakibatkan penurunan pendapatan nasional.Turunnya pendapatan nasional suatu indikator menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi suatu negara tersebut mengalami penurunan. Demikian juga dengan Halim (2003:2) bahwa investasi merupakan penanaman modal bagi penigkatan kapasitas system produksi (pelayanan) dengan harapan modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Hipotesis alternatif (H3) dalam penelitian ini adalah : : Inflasi berpengaruh negatif terhadap peningkatan pendapatan H3
Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap peningkatan pendapatan rumah sakit Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu seperti misalnya upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Peningkatan PDRB suatu daerah secara tidak langsung mempengaruhi pendapatan perkapita masing-masing tenaga kerja. Sehingga tenaga kerja dimaksud dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Penelitian yang dilakukan Yulianto (2005) menunjukkan bahwa PDRB dan jumlah kunjungan pasien berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan dengan koefisien determinasi sebesar 0,722 atau 72,2% yang berarti bahwa sebesar 72,2 % realisasi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Boyolali mampu dijelaskan oleh indikator PDRB, jumlah penduduk, dan jumlah kunjungan pasien, sedangkan sisanya sebesar 27,8 % dijelaskan oleh 7indikator lain di luar model. Hipotesis alternatif (H4) dalam penelitian ini adalah : H4 : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pendekatan kuantitatif pada dasarnya dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2001:5). Populasi (obyek) dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Data yang diambil selama 14 (empat belas) tahun dimulai dari tahun 2000 sampai dengan 2013. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data yang ada di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya data penerimaan pendapatan, data investasi, data penerimaan tenaga kerja, data perkembangan inflasi, data perkembangan PDRB Jawa Timur. Pengambilan data tahun 2000 dikarenakan data sebelum tahun 2000 tidak sesuai dengan standr akuntansi keuangan. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen Pendapatan adalah penghasilan rumah sakit atas pelaksanaan pelayanan jasa kesehatan.Pendapatan diukur dari sejumlah penghasilan dari pelaksanaan jasa pelayanan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
8
kesehatan dalam satuan rupiah atau dapat dihitung tindakan/pemeriksaan yang dilakukan dikalikan jumlah pasien.
berdasarkan
jumlah
Variabel Independen 1. Nilai Investasi (NI) Merupakan suatu pengeluaran yang sengaja disediakan untuk mempertahankan/meningkatkan barang-barang modal setiap tahun.Dimana Nilai Investasi adalah penanaman modal atau penggunaan bagi peningkatan kapasitas system produksi atau peningkatan asset dengan harapan modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang dan modal tersebut digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang ada di rumah sakit. Bila nilai investasi meningkat maka kemampuan rumah sakit dalam menjalankan proses kegiatan akan meningkatkan pendapatan di Rumah Sakit Haji. Investasi diukur berdasarkan perbandingan antara pendapatan yang diperoleh dengan aset (investasi) yang dipergunakan. 2. Jumlah tenaga kerja (TK) Adalah banyaknya faktor produksi dari sumber daya manusia yang mampu menjalankan proses kegiatan untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas. Dimana jumlah Tenaga Kerja adalah jumlah karyawan baik itu tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit dan tenga non kesehatan.(UU RI No. 44 Pasal 12 tahun 2009). Dengan jumlah tenga kerja yang meningkat maka akan meningkatkan kinerja pelayanan sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan secara otomatis juga akan meningkatkan pendapatan di Rumah Sakit Haji Surabaya. Tenaga kerja diukur berdasarkan jumlah tenaga kerja yang direkrut rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. 3. Inflasi (IF) Adalah merupakan kenaikan harga umum barang-barang secara terus menerus selama satu periode tertentu yang di nyatakan dalam satuan prosentase (%). Dimana Dengan menurunnya inflasi maka tingkat resiko atas ketidak pastian yang dihadapi rumah sakit dalam berinvestasi menurun sehingga dalam pengembangan rumah sakit haji akan meningkat, dengan meningkatnya perkembangan rumah sakit haji maka akan meningkat pula pendapatan rumah sakit. 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu daerah pada satu tahun.Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang berarti kemampuan daya beli masyarakat meningkat. Di rumah sakit PDRB diukur berdasarkan kenaikan permintaan pelayanan dimana pasien akan membayar sejumlah tarif untuk memperoleh pelayanan yang di inginkan pasien sehingga semakin banyak tarif yang dibayarkan oleh pasien maka pendapatan rumah sakit akan meningkat. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini diawali dengan menggunakan uji asumsi klasik antara lain :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
9
1. Uji Normalitas Data Variabel pengganggu e dari suatu regresi disyaratkan berdistribusi normal. Hal ini untuk memenuhi asumsi zero mean . Jika variabel e berdistribusi normal, maka variabel yang diteliti Y juga berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas e, dapat digunakan formula Jarqu Berra ( JB test ) model Gujarati (1995:11) 2. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan di mana terdapat trend di dalam variabel yang diteliti sehingga mengakibatkan e juga mengandung trend . Menurut Hanke & Reitsch, autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Autokorelasi terjadi karena adanya korelasi yang kuat antara et dengan series et-1. Dengan kata lain data berkorelasi dengan dirinya sendiri (Kuncoro, 2001:106). 3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran atau varian faktor pengganggu (disturbance) tidak konstan sepanjang observasi. Jika harga Z makin besar maka sebaran Y makin lebar atau sempit. Untuk menguji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji LM (lagrange multiplier). Menurut Hanke & Reitsch, heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau residu dan model yang diamati tidak memiliki varian yang konstan dari satu observasi ke observasi lain. Permasalahan heteroskedastisitas menyebabkan bias pada variasi dari standar error. Hal ini akan mengakibatkan uji-t menjadi bias (tidak dapat dipercaya) sehingga penaksir regresi tidak dapat dipakai untuk mengambil kesimpulan (Kuncoro, 2001:112). 4. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linier di antara variabel-variabel penjelas (Sumodiningrat, 1999:282). Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui terjadi-tidaknya korelasi di antara variabel penjelas dalam proses regresi. Multikolinieritas adalah korelasi linier yang perfect (100%) atau eksak di antara variabel penjelas yang dimasukkan ke dalam model (Setiaji, 2004:39). Dalam uji multikolinieritas melalui print out komputer terlihat adanya hasil collinierity diagnosis dan coefficient correlation . Nilai koefisien korelasi variabel bebas bila mendekati angka 1 menunjukkan adanya multikolinieritas. Demikian pula nilai toleransi yang mendekati nol atau Variance Inflation Facfor/ VIF cenderung besar/mendekati 10 (Setiaji, 2004:75-76). Persamaan Regresi Berganda Penelitian ini menggunakan alat analisis berupa regresi linier berganda. Analisis regresi pada dasarnya adalah studi atas ketergantungan suatu variabel yaitu variabel yang tergantung pada variabel yang lain yang di sebut dengan variabel bebas dengan tujuan untuk mengestimasi dengan meramalkan nilai populasi berdasarkan nilai tertentu dari variabel yang di ketahui (Gujarati, 1996: 13-14). Untuk menganalisis pengaruh yang disebutkan dalam hipotesis maka dalam melakukan analisa data dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan asumsi BLUE(Best Linier Unbiased Estimation) untuk mengetahui koefisiensi pada persamaan tersebut betul – betul linier (tidak bias), hal ini disebabkan juga karena data yang diambil kurang dari 20 yaitu laporan keuangan rumah sakit selama 14 tahun dimulai tahun 2000. Pengambilan laporan keuangan mulai tahun 2000 dikarenakan laporan keuangan yang ada di rumah sakit sebelum tahun 2000 belum memenuhi standar laporan keuangan secara umum dan belum terinci.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
10
Bentuk perumusannya adalah sebagai berikut : PD =βo + β1NI+ β2TK + β3IF + β4PDRB+ e Di mana: PD = Realisasi Pendapatan Rumah Sakit NI = Jumlah Investasi di Rumah Sakit TK = Jumlah Tenaga di Rumah Sakit IF = Inflasi di Provinsi Jawa Timur PDRB = Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur βo = Konstansa β 1, β 2, β 3, β 4 = Koofesien Regresi e = Variabel pengganggu Goodness of fit models Goodness of fit models digunakan untuk mengetahui apakah suatu model regresi layak untuk dipakai. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah keempat variabel independen berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi atau derajat kebebasan 0,05 dan analisis satu sisi (one tail). Goodness of fit models dilakukan dengan melihat F hitung dan nilai siginifkannya. Pengambilan keputusan berdasarkan ketentuan berikut: 1. Bila signifikasi < 0,05 maka Ha diterima. Artinya secara simultan berpengaruh variabel indenpenden terhadap dependen. 2. Bila signifikasi >0,05 maka Ho diterima. Artinya secara simultan tidak berpengaruh variabel indenpenden terhadap dependen. Uji t Uji-t digunakan untuk menguji apakah pertanyaan hipotesis benar (Setiaji,2004:13). Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variabel terikat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif variable-variabel dalam penelitian ini, meliputi: pendapatan (PDN), Nilai Investasi (NI), Tenaga Kerja (TK), Inflasi(I) dan Produk Doemetik Regional Bruto (PDRB), sebagai berikut: Tabel. 1 Deskriptif Variabel Penelitian Pendapatan Investasi Tenaga Kerja Inflasi PDRB Valid N (listwise)
N 14 14 14 14 14
Sumber: Diolah penulis
Minimum 5,60 1,54 602,00 ,29 24,52
Maximum 32,21 12,70 1121,00 1,94 37,08
Mean 14,883 6,262 785,500 ,891 29,583
Std. Deviation 8,938 3,566 172,01 ,491 3,869
14
Berdasarkan tabel.1 diatas, menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 14 sampel data. Data tersebut diambil dari laporan keuangan Rumah
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
11
Sakit Haji yang dibuat mulai tahun 2000 s.d 2013, karena pada tahun sebelum 2000 laporan keuangan belum memenuhi kaidah-kaidah laporan keuangan dan belum terinci. 1. Data laporan pendapatan terendah (minimum) adalah sebesar 5,60 dan tertinggi (maksimum) 32,21 Melihat rata-rata (mean) pendapatan sebesar 14,883, menunjukkan bahwa variable pendapatan Rumah Sakit Umum Haji tidak terjadi outlier atau tidak terjadi penyimpangan data yang berarti tingkat pendapatan Rumah Sakit Umum Haji termasuk dalam kategori “baik”. Sementara standar deviasi pendapatan sebesar 8,938, menunjukkan bahwa simpangan data yang nilainya lebih kecil dari pada meannya sebesar 14,883, menunjukkan data variabel pendapatan dalam katagori normal. 2. Data investasi terendah adalah sebesar 1,54 dan tertinggi adalah 12,70. Melihat rata-rata (mean) inevestasi sebesar 6,262, menunjukkan bahwa selama periode penelitian, secara statistik dapat dijelaskan bahwa tingkat investasi Rumah Sakit Umum Haji termasuk dalam kategori “baik” tidak terjadi penyimpangan data. Sementara standar deviasi pendapatan sebesar 3,566, menunjukkan bahwa simpangan data yang nilainya lebih kecil dari pada meannya sebesar 6,262, menunjukkan data variabel pendapatan dalam katagori normal atau tidak terjadi outlier. 3. Data tenaga kerja mempunyai jumlah terendah sebesar 602 dan jumlah tertinggi sebesar 1.121, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 785,50 yang lebih besar dari nilai sntadar deviasinya yang sebesar 172,01, hal ini menunjukkan bahwa jumlah renaga kerja Rumah Sakit Umum Haji secara statistik dalam katagori normal. 4. Data inflasi menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 0,891 lebih besar dari nilai standar deviasi sebesar ,491, hal ini membuktikan bahwa inflasi yang terjadi masih dalam batas normal karena nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasinya. 5. Data PDRB menujukkan bahwa nilai rata-rata (mean) sebesar 29,583 lebih besar dari nilai standar deviasinya sebesar 3,869, hal ini membuktikan bahwa PDRB dalam keadaan normal karena nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasinya. Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan dari variabel yang diamati.Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan (Gujarati, 1995).Apabilai nilai mean dari masing-masing variabel lebih kecil dari pada standar deviasinya, maka data terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim). Outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali, 2005).Datadata outlier tersebut biasanya akan mengakibatkan tidak normalnya distribusi data. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel penelitian diperoleh standar deviasi yang jauh lebih kecil dari nilai rata rata variable atau nilai mean lebih besar dari standar deviasi, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat data yang outliner dalam penelitian ini. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Untuk mengetahui apakah residual data dari model regresi linear memiliki distribusi normal ataukah tidak. Jika residual data tidak terdistribusi normal, maka kesimpulan statistik menjadi tidak valid atau bias. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Ketentuan untuk menetukan distribusi normal data yaitu: 1. Bila nilai signifikan > α (5%) maka H0 diterima, artinya data berdistribusi normal 2. Bila nilai signifikan < α (5%) maka H1 diterima, artinya data tidak berdistribusi normal
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
12
Berikut hasil olah data dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test, seperti tabel 2. Tabel.2 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov test Variabel Pendapatan Investasi Tenaga Kerja Inflasi Produk Domestik Regional Bruto
Sumber: Diolah penulis
KolmogorovSmirnov Z ,946 ,640 ,781 ,759 ,526
Asymp. Sig. (2-tailed) ,333 ,807 ,576 ,612 ,945
Dari tabel. 2, menunjukkan bahwa nilai signifikan dari pendapatan sebesar 0,333> 0,05, nilai signifikan investasi sebesar 0,807>0,05, nilai signifikan tenaga kerja sebesar 0,576>0,05, nilai signifikan inflasi sebesar 0,612>0,05, nilai PDRB sebesar 0,945>0,05, artinya berada pada H0 diterima. Berarti nilai residual data terdistribusi normal. b. Uji Multikonieliritas.untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika ada, berarti terdapat multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antara variabel independen. Ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model regresi dapat dideteksi dengan melihat besaran angka Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Dikatakan bebas dari multikolinieritas, jika angka Tolerance lebih dari 0,10 dan memiliki nilai VIF kurang dari 10. (Ghozali; 2006:124).Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel. 3 di bawah ini: Tabel.3 Nilai Tolerance dan VIF Variabel bebas Investasi Tenaga Kerja Inflasi Produk Domestik Regional Bruto
Collinearity Statistics VIF Tolerance ,419 2,386 ,437 2,290 ,488 2,048 ,265 3,77
Sumber : Diolah penulis
Berdasarkan tabel.3 di atas, tampak bahwa semua variabel bebas mempunyai angka Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi masalah multikolinieritas pada model regresi. c. Uji Heterokedastisitas. Untuk melihat apakah varian dari residual data dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya berbeda ataukah tetap. Jika varian dari residual data sama disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastis atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini digunakan uji koefisien korelasi Spearman’s Rho untuk mengorelasikan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
13
variable independent dengan nilai unstandardized residual seperti tampak pada tabel. 4 di bawah ini : Tabel.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel bebas Investasi Tenaga Kerja Inflasi Produk Domestik Regional Bruto
korelasi Spearman’s Rho Sig. (2-tailed) α ,288 ,129 0,05 ,103 ,342
Sumber : Diolah penulis
Pengujian dengan menggunakan korelasi Spearman’s Rho didapat nilaimasing-masing varaibel lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menunjukkan tidak ada masalah heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi. Agar antar variabel bebas yang ada dari observasi ke observasi dan dari waktu ke waktu terhindar dari pengaruh autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokorelasi. Kondisi adanya autokorelasi dalam model regresi timbul apabila terdapat korelasi antar anggota serangkaian observasi yang disusun menurut urutan waktu (time series) atau menurut urutan ruang (cross sectional) atau korelasi pada dirinya sendiri. Untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1, dengan cara melihat nilai Durbin-Watson (DW), bila nilai DW mendekati 2 maka tidak ada autokorelasi, sebaliknya jika nilai DW mendekati 0 atau mendekati 4 maka diduga ada autokorelasi (Agus Widarjono; 2010:99). Hasil pengujian dengan SPSS untuk mengetahui autokoeralsi bisa dilihat pada Tabel. 5. Tabel.5 Nilai Durbin Watson Model
R
R Square
1
,964
,929
Sumber : Diolah penulis
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate ,898
2,85489
DurbinWatson 2,158
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,158, nilai ini mendekati 2 dan tidak mendekati 0 atau 4, artinya nilai DW = 2,158 lebih mendekati ke 2. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah autokorelasi dalam model regresi ini. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui berpengaruh atau tidak berpengaruhkeeratan hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas dalam penelitian ini, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan model ordinari least square, perhitungan dengan SPSS, dapat dilihat seperti tabel. 6 berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
14
Tabel.6 Koefisien Regresi Variabel (constant) Investasi Tenaga Kerja Inflasi PDRB R R square Adjusted R Square F hitung Siginifikan N
Sumber : Diolah penulis
Koefisien regresi 30,622 ,448 ,537 3,512 ,428
T Hitung 3,913 7,716 2,952 2,801 ,964 ,929 ,898 29,603 ,000 14
Signifikan ,019 ,000 ,016 ,026
Persamaan regresi linear berganda dengan metode ordinary least square (OLD) dengan empat variabel independen, dalam penelitian ini berdasarkan nilai hasil olah SPSS seperti tabel.6, koefisien regresi dari persamaan regresi linear berganda dapat dituliskan sebagai berikut: PD = 30,622 + 0,488NI + 0,537TK + 3,512IF + 0,428PDRB + e Model regresi berganda di atas menunjukkan bahwa variabel independen mempunyai arah positif, karena nilai koefisiennya positif. Penjelasan dari persamaan regresi linear berganda di atas dapat menjelaskan sebagai berikut: 1. Nilai konstanta (a) adalah 30,622. Artinya jika semua variabel independen bernilai 0, maka pertumbuhan pendapatan naik. 2. Nilai koefisien regresi variabel investasi positif, yaitu 0,448. Ini dapat diartikan bahwa investasi naik, maka tingkatpendapatan meningkat dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap. 3. Koefisien regresi variabel tenaga kerjapositif, yaitu 0,537. dapat diartikan bahwa jika terjadi penambahan tenaga kerja, maka akan ada peningkatan pendapatan dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap. 4. Nilai koefisien variabel inflasi sebesar 3,512. Artinya bila inflasi meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan pendapatan dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap. 5. Nilai koefisien regresi variabel PDRB sebesar ,428, bila ada peningkatan pada PDRB, maka akan meningkatan pendapatan dengan asumsi variabel yang lain nilainya tetap. Goodness of fit models Goodness of fit models digunakan untuk mengetahui apakah suatu model regresi layak untuk dipakai. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah keempat variabel independen berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Pengujian ini menggunakan tingkat signifikansi atau derajat kebebasan 0,05 dan analisis satu sisi (one tail). Goodness of fit models ini dilakukan dengan melihat nilai siginifkannya. Pengambilan keputusan berdasarkan ketentuan berikut: 1. Bila signifikasi < 0,05 maka Ha diterima. Artinya secara simultan berpengaruh variabel indenpenden terhadap dependen.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
15
2. Bila signifikasi >0,05 maka Ho diterima. Artinya secara simultan tidak berpengaruh variabel indenpenden terhadap dependen. Pada tabel. 6 di atas terlihat bahwa nilai Goodness of fit models hitung adalah 29,603 dengan tingkat signifikasi (nilai p) sebesar 0,000.Bila dibandingan dengan α (0,05), maka nilai sig 0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya model regresi yang dibentuk adalah signifikan. Dengan demikian, variabel independen yang dibentuk dalam model regresi linear berganda berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan.Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dibentuk cukup baik. Uji t (uji parsial) Uji t atau uji koefisien regresi secara parsial digunakan untuk menguji apakah secara parsial variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Dalam hal ini untuk mengetahui apakah secara parsial keempat variabel independen memiliki pengaruh secara signifikan atau tidak terhadap peningkatan pendapatan. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan dua sisi. Uji parsial dilakukan dengan melihat t hitung dan membandingkannya dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel maka Ha diterima.Langkah pertama untuk mengetahui adalah: a) Menentukan Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh secara parsial variabel indepden terhadap variabel dependen. Ha : Ada pengaruh secara parsial variabel indepden terhadap variabel dependen. b) Taraf signifikansi α=5% c) Kriteria penerimaan hipotesis H0 diterima apabila nilai sig >α (5%), maka H1 ditolak. H0 ditolak apabila sig <α (5%), maka H1 diterima. Berdasarkan tabel. 6 hasil uji parsial di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai t hitung variabel investasi yaitu 3,913 dan Sig 0,019. Bila dibandingkan nilai sig sebesar 0,019<0,05, maka Ha diterima. Artinya variabel investasi secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel investasi berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan dapat dibuktikan. 2. Nilai t hitung variabel tenaga kerja yaitu 7,716 dan Sig 0,000. Bila dibandingkan nilai sig sebesar 0,000< 0,05,maka Ha diterima. Artinya variabel tenaga kerja secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan dapat dibuktikan. 3. Nilai t hitung variabel inflasi yaitu 2,952 dan Sig 0,016. Bila dibandingkan nilai sig sebesar 0,016 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya variabelinflasi secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan dapat dibuktikan. 4. Nilai t hitung variabel PDRB yaitu 2,801 dan Sig 0,026. Bila dibandingkan nilai sig sebesar 0,026 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya variabel PDRB secara parsial berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa variabel PDRB berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan dapat dibuktikan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
16
Dengan demikian pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen menunjukkan bahwa secara parsial variabel investasi, tenaga kerja, inflasi dan PDRB memiliki pengaruh terhadap peningkatan pendapatan, artinya semua hipotesis yang diajukan adalah terdukung dan terbukti. Koefisien Determinasi (R2) Nilai R2 merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai seberapa baik suatu model yang diterapkan dapat menjelaskan variabel independennya. Nilai koefisien determinasi (R Square) seperti terlihat pada tabel.6 di atas adalah sebesar 0,929 yang dapat diartikan bahwa 92,9% peningkatan pendapatan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya dipengaruhi oleh variabel independen investasi, tenaga kerja dan PDRB. Sedangkan sisanya 7,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi yang dibentuk di penelitian ini yaitu misalnya variabel rekam medik, obat, pemakaian laboratorium, dan tindakan medis dimungkinkan menjadi faktor yang juga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Pembahasan dalam Penelitian Sesuai dengan hasil uji statistik diketahui bahwa besarnya hubungan secara simultan terhadap pendapatan yaitu sebesar 92,9%. Artinya variabilitas variabel pendapatan yang dapat dijelaskan oleh variabilitas investasi, tenaga kerja, inflasi dan PDRB sebesar 92,9%. Karena mempunyai nilai koefisien determinasi positf, sehingga keempat variabel mempunyai hubungan searah. Sedangkan sisanya sebesar 7,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. Pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel independen dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai Investasi berpengaruh Positif Terhadap Pendapatan Investasipada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2003 :2). Dari uji parsial menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,019 artinya pada penelitian ini investasi memiliki pengaruh terhadap peningkatan pendapatan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu Indriani (2009), yang mengemukakan bahwa investasi pemerintah mempunyai pengaruh signifikan terhadap PDRB dengan koefisien determinasi sebesar 0,876943 yang berarti bahwa investasi pemerintah dan investasi swasta mampu menjelaskan variable Produk Domestik Regional Bruto sebesar 87,70% sedangkan sisanya sebesar 12,30% dijelaskan oleh variable lain. Penelitian ini sama dengan penelitian Cahyono (2006), yang mengemukakan bahwa baik secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investasi mempunyai peran dalam meningkatkan pendapatan terutama di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Investasi di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang disediakan untuk mempertahankan ataumeningkatkan barang-barang modal setiap tahun. Dimana Nilai Investasi adalah penanaman modal atau penggunaan bagi peningkatan kapasitas sistem produksi atau peningkatan asset dengan harapan modal yang ditanamkan akan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya di masa mendatang dan modal tersebut digunakan untuk membiayai segala aktivitas yang ada di rumah sakit. Namun investasi tidak hanya untuk memaksimalkan output, tetapi untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan, pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi. Harorld dan Dommar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
17
memberikan peranan kunci kepada investasi terhadap peranannya dalam proses pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Stewardship Theory menunjukkan bahwa principle dalam hal ini Gubernur Jawa Timur memberikan wewenang penuh kepada steward yaitu Direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya untuk mengelola anggaran yang diberikan dengan menambah investasi, dengan harapan bertambahnya investasi bertambah pula jenis layanan yang diberikan yang berimbas pada peningkatan pendapatan rumah sakit. Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh Positif Terhadap Pendapatan. Variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh terhadap pendapatan dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Dimana tenaga kerja Rumah Sakit Umum Haji adalah jumlah karyawan baik itu tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit dan tenga non kesehatan.(UU RI No. 44 Pasal 12 tahun 2009). Menurut UU RI No. 25 Tahun 1997. Tenaga kerja adalah setiap orang lakilaki atau wanita yang sedang dalam dan/atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Suryono (2010), yang menunjukkan bahwa model penelitian ini lolos uji asumsi klasik dengan R-square model sebesar 0,958.PAD, Tingkat Investasi, Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan secara parsial dan simultan terhadap PDRB Jawa tengah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenaga kerja di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya mempunyai peran dalam meningkatkan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan jumlah tenga kerja yang meningkat maka akan meningkatkan kinerja pelayanan sehingga dapat melayani kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan secara otomatis juga akan meningkatkan pendapatan di Rumah Sakit Haji Surabaya. Artinya peningkatan kualitas pelayanan menyebabkan pasien akan datang kembali karena kepuasan akan pelayanan yang diberikan rumah sakit. Kepuasan pasien akan menyebabkan pasien kembali lagi untuk berobat kerumah sakit sehingga akan berpengaruh juga terhadap peningkatan pendapatan rumah sakit. Stewardship Theory menunjukkan bahwa principle dalam hal ini Gubernur Jawa Timur memberikan wewenang penuh kepada steward yaitu Direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Direktur Rumah Sakit Umum Haji Surabaya bersama-sama jajaran dibawahnya melakukan pemetakan tenaga kerja sesuai kompetensi dan Basic Salery untuk di tempatkan pada posisi yang sesuai . Dengan semakin berkembangnya rumah sakit tentunya hasil pemetakan pegawai diusulkan ke Gubernur agar bisa dipenuhi jumlah tenaga kerja yang diminta guna meningkatkan pelayanan yang berimbas ke peningkatan pendapatan. Inflasi berpengaruh Negatif Terhadap Pendapatan Variabel inflasi berpengaruh terhadap pendapatan, karena nilai signifikannya sebesar 0,016 > 0,05. Artinya Inflasi berpengaruh terhadap perekonomian.Agar inflasi dapat digunakan sebagai satu tolak ukur perekonomian secara umum, karena angka inflasi ini mencerminkan kondisi stabilitas perekonomian suatu Negara. Hal ini berbeda dengan pendapat Sukirno, (1995;345:352), yang menyatakan pada saat tingkat inflasi tinggi, maka kondisi perekonomian menjadi lesu. Hal ini secara otomatis akan berpengaruh terhadap kegairahan usaha diberbagai bidang. Pelaksanaan investasi menjadi terlambat, sehingga produksi nasional akan menurun. Menurunnya produksi secara nasional dapat mengakibatkan penurunan pendapatan nasional.Turunnya pendapatan nasional suatu
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
18
negara menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi suatu Negara tersebut mengalami penurunan.Oleh karena itu, pada saat tingkat inflasi tinggi, maka pemerintah harus cepat tanggap dalam menentukan kebijakan dalam pengendalian tingkat inflasi. Hal ini secara otomatis akan berpengaruh terhadap kegairahan usaha diberbagai bidang usaha. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya, hal ini bertitik tolak dengan pendapat Sukirno, tetapi ada pendapat yang mendukung penelitian ini yaitu seperti yang dikemukakan oleh Alam, Pustaka Ilmu jilid 1 menyatakan bahwa Inflasidapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.Pada beberapa kondisi (kondisi infasi lunak), inflasi dapat mendorong parkembangan ekonomi.Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Dengan bertambahnya pendapatan seseorang maka kesehatan mnjadi kebutuhan utama dalam rangka pemenuhan memperoleh kesehatan yang layak.Sehingga meskipun terjadi inflasi masyarakat tetap datang ke rumah sakit untuk berobat atau sekedar untuk medical ceck up. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh Positif Terhadap Pendapatan Variabel PDRB mempunyai pengaruh terhadap pendapatan, karena nilai signifikanya 0,004<0,05. Artinya di rumah sakit PDRB diukur berdasarkan kenaikan permintaan pelayanan dimana pasien akan membayar sejumlah tarif untuk memperoleh pelayanan yang di inginkan pasien sehingga semakin banyak tarif yang dibayarkan oleh pasien maka pendapatan rumah sakit akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Yulianto (2008), yang menunjukkan bahwa PDRB dan jumlah kunjungan pasien berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi penerimaan retribusi pelayanan kesehatan. Hal ini juga menunjukkan bahwa Peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat yang berarti kemampuan daya beli masyarakat meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu daerah pada satu tahun cukup baik. Artinya apabila PDRB suatu daerah meningkat secara tidak langsung meningkat pula pendapatan perkapita masing-masing tenaga kerja yang ada didaerah tersebut, berarti meningkat pula pendapatan masyarakat sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan akan kesehatan. Stewardship Theory menunjukkan bahwa principle dalam hal ini Gubernur Jawa Timur dalam memimpin daerahnya menjaga kestabilan perekonomian yaitu menjaga agar pendapatan perkapita penduduk Jawa Timur meningkat. Dengan mningkatnya pendapatan per kapita penduduk maka berpenaruh pula terhadap industry perumahsakitan. Dimana masyarakat sadar bahwa kebutuhan akan sehat menjadi salah satu kebutuhan yang perlu mendapat perhatian. Semakin banyak masyarakat yang membutuhkan pelayanan di rumah sakit meskipun hanya untuk pencegahan. SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan
Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut (1) Secara simultan variabel investasi, tenaga kerja, inflasi dan PDRB mempunyai pengaruh terhadap pendapatan. Besarnya pengaruh secara simultan adalah 92,9% dengan nilai koefisien determinasi positif, artinya mempunyai hubungan yang searah, bila keempat variabel independen meningkat, maka pendapatan akan meningkat pula, (2) Secara parsial semua variabel variabel investasi, tenaga kerja,
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
19
inflasi dan PDRB mempunyai pengaruh terhadap pendapatan Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Keterbatasan Penelitian ini belum memasukkan unsur faktor lain yang dapat mempengaruhi pendapatan yaitu aspek manajemen, apoteker dan biaya obat. Kendala tersebut disebabkan faktor manajemen Rumah Sakit Umum Haji Surabayamulai tahun 2000 sampai dengan 2013 laporan keuangan disusun berdasarkan kaidah-kaidah laporan keuangan sektor publik, karena pada tahun sebelum 2000 laporan keuangan belum memenuhi standar laporan keuangan dan belum terinci. DAFTAR PUSTAKA Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71,1991. Penerbit Grup PT Kalbe Farma, Jakarta Sistem Kesehatan Nasional. 2004.Penerbit Departemen Kesehatan RI Andayani, Wuryan. 2007. Akuntansi Sektor Publik, Cetakan Pertama, Penerbit Bayumedia Publishing, Malang Evaluasi Hasil Kegiatan RSU Haji Surabaya,2012. Penerbit RSU Haji, Surabaya Undang–Undang R.I.Tentang Praktik Kedokteran dan Rumah Sakit. 2010. Penerbit Kesindo Utama, Surabaya Faisal, Fontana. 2008. Peranan Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan Dalam Meningkatkan Pendapatan Operasional Rumah Sakit, Fakultas EkonomiUniversitas Widyatama, Bandung. Google, http://www.m2pc.web.id/2010/06/hak-pasien-terhadap-dokter-atau-rumah.html Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 1994. Standart Akuntansi Keuangan,Buku Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Iman, Galih. 2004. Pengaruh Nilai Investasi, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Unit Usaha, dan Nilai Produksi Terhadap Jumlah Pendapatan Sepatu/Sandal Kulit Di Kabupaten Magetan, Fakultas Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan UPN”Veteran” Jatim, Surabaya. Suryono, Wiratno Bagus. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Inflasi dan Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik regional Bruto Jawa Tengah. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Yulianto, Sigit, dkk 2005. Analisis Penerimaan Retribusi Pelayanan Kesehatan (Study Kasus di Kabupaten Boyolali). Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indriani, Ririn. 2009. Pengaruh Investasi Pemerintah dan Investasi Swasta terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kawasan Gerbang Kertosusilo Plus (Periode 2001 – 2006), Fakultas Ilmu Ekonomi studi Pembangunan Universitas Airlangga Surabaya Patriatno, Rizky. 2012. Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal dalam Negeri, Modal Manusia dan Jumlah Pekerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDRB) di Indonesia Periode 1985 – 2010. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Madiasmo, 2004.Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta. Mankiw, N Gregory, 2003.Teori Makro Ekonomi, Penerbit Erlangga Firdaus Mokhamad, 2011. Analisis Pengaruh ngkatan Kerja, Investasi Swasta dan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan terhadap Produk DOmestik Regional Bruto di Jawa Timur menurut Kabupaten dan Kota Periode 2005-2009.Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Simanjuntak, J. Payaman, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia.Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 9 (2013)
20
Cahyono. 2006. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Investasi, Jumlah Penduduk, Pendapatan per Kapita Masyarakat terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Karanganyar. Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta. Suparmoko, 1992. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Keempat.Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.. Sukirno, Sadono, 1995. Teori Ekonomi Makro.Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soelistyo, 2001.Dasar-Dasar Ekonometrik.Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta. Sujudi, Achmad, 2004. Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta : Dinas Kesehatan Republik Indonesia Sulaiman, Wahid, 2004.Analisis Regresi Menggunakan SPSS.Penerbit Andi, Yogyakarta. Suliyanto, 2005.Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran.Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama.Penerbit Ekonisia FE UII, Yogyakarta. http://expressknowledges.wordpress.com/tag/dampak-inflasi-terhadap-Pendapatan. Pustaka: EKONOMI : – Jilid 1 Oleh Alam S. ●●●