FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH PADI BERSERTIFIKAT PT SHS (SANG HYANG SERI) DI KABUPATEN BOGOR
FACHRY RAMADHAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogoradalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013
Fachry Ramadhan NIM H34096033
ABSTRAK FACHRY RAMADHAN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor.Dibimbing oleh DWI RACHMINA. PT SHS merupakan salah satu perusahaan yang menghadapipersaingan dalam industri benih di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mengidentifikasi karakteristik dan proses pengambilan keputusan pembelian benih bersertifikat oleh petani padi, 2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani, 3) menentukan strategi / bauran pemasaran manajerial yang tepat bagi perusahaan. Berdasarkan wawancara dengan 50 petani yang dipilih menggunakansimple random sampling, menunjukkan bahwa sebagian besar petani berumur tua, pendidikan terakhirsekolah dasar, kepemilikan tanah milik sendiri seluas 0,8-3 hektar, dan memiliki pendapatan lebih dari Rp 9 juta per musim tanam. Proses pengambilan keputusan pembelian oleh petani dimulai oleh keinginan mereka untuk memperoleh produktivitas padi yang tinggi, informasi tentang benih bersertifikat didapatkan sebagian besar petani melalui kios saprotan, kriteria utama yang menjadi pertimbangan petani dalam memilih benih padiadalah mutu benih, dan benih bersertifikat yang paling digunakan oleh petani adalah merek benih dari PT SHS, dan pembelian tersebut dilakukan secara individu. Analisis lebih lanjut dari faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam proses pengambilan keputusan pembelian benih padi bersertifikat menunjukkan bahwa faktor mutu benih merupakan faktor yang paling mempengaruhi keputusan pembelian petani. Oleh karena itu, mutu dan kualitas benih padi yang dihasilkanmenjadi prioritas utama untuk diperhatikan dalam upaya memenangkan persaingan. Kata kunci:benih, perilaku konsumen, proses pembelian konsumen
ABSTRACT FACHRY RAMADHAN. The Factors That Affecting Farmers Purchasing Decisions in Choosing a Certified Rice Seeds Produced by PT SHS (Sang Hyang Seri)in Bogor, West Java. Supervised by DWI RACHMINA. PT SHS is one of the companies that facing competition in the seed industry in Indonesia. The purpose of this research are: 1) to identify characteristics and decision-making process of purchasing seed certified by rice farmers, 2) to analyze the factors that influence the decision-making process of farmers, 3) determines the managerial strategy/marketing mix which right for the company. Based on interviews with 50 farmers selected by simple random sampling, shows that most of the farmers were middleaged, with only past elementary school, own land holdings with an area of 0.8-3 hectares, and earn more than $ 9 million. The purchase decision making process by farmers based on their desire to obtain high rice
iii productivity, information on certified seed retrieved most of the farmers through the stall saprotan, the main criteria into consideration in selecting the seed farmers rice is certified seed, and the seed quality that is certified is the most used by farmers is a brand of seeds from PT SHS, those purchasing is a done individually. Further analysis of the factors that affect farmers in the decision-making process of purchasing a certified padi seeds showed that the economic and the product is the most influences factor that affecting purchasing decisions by farmers where the primary variable of this factor is the quality of the seed. Therefore, the quality of the seed is a priority to be considered in order to win the competition. Key Words: seed, consumer behavior, purchasing decision.
v
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH PADI BERSERTIFIKAT PT SHS (SANG HYANG SERI) DI KABUPATEN BOGOR
FACHRY RAMADHAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi Bersertifkat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor Nama : Fachry Ramadhan NIM : H34096033
Disetujui oleh
Dr Ir Dwi Rachrnina, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
2 4 OCT 2013
ix Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi Bersertifkat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor Nama : Fachry Ramadhan NIM : H34096033
Disetujui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Februari 2012 ini ialah perilaku konsumen, dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani dalam Memilih Benih Padi Bersertifkat PT SHS (Sang Hyang Seri) di Kabupaten Bogor. Penyusunan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Jasiman, Bapak Mahmud dan Bapak Agrah dari BP3K (BadanPelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, sahabat, dan kawan-kawan atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2013 Fachry Ramadhan
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 5 6 7 7
TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Benih Padi yang Bermutu Sebagai Input Usahatani Benih Bersertifikat Varietas Unggul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Alat Analisis dalam Kajian Perilaku Konsumen
7 7 9 10 11 12 13
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Benih Sebagai Input Produksi Petani Sebagai Konsumen Industri Perilaku Konsumen Proses Keputusan Pembelian Konsumen Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Konsmen Strategi Pemasaran Kerangka Pemikiran Operasional
14 14 14 17 18 19
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Pengujian Kuisioner Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Tabulasi Top Two Boxes Analisis Korespondensi
27 27 27 28 28 29 29 29 29
GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PENELITIAN Profil PT SHS (Sang Hyang Seri) Gambaran Umum Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
31 31 33
KARAKTERISTIK UMUM PETANI DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI
34
20 23 25
Karakteristik Petani Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Petani Terhadap Benih Padi Bersertifikat PT SHS Pengenalan Kebutuhan Penggunaan Benih Padi Bersertifikat oleh Petani Pencarian Informasi Produk Benih Bersertifikat PT SHS oleh Petani Penilaian Terhadap Alternatif Produk Benih Bersertifkat oleh Petani Keputusan Pembelian oleh Petani terhadap Produk Benih Bersertifikat PT SHS Tindakan Petani Setelah Pembelian Benih Padi Bersertifikat PT SHS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH PADI BERSERTIFIKAT PT SHS Menentukan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Petani terhadap Benih Padi Bersertifikat PT SHS Strategi Terhadap Bauran Pemasaran Strategi Produk Strategi Harga Strategi Promosi Strategi Tempat Dan Distribusi
34 37 37 38 39 40 41
43 43 50 50 51 51 52
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
53 53 54
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
57
RIWAYAT HIDUP
62
DAFTAR TABEL
1 Luas panen, produktivitas, produksi, dan konsumsi padi nasional dan laju pertumbuhannya pada Tahun 2006-2010 2 Kebutuhan, produksi dan penggunaan benih padi bersertifikat nasional pada Tahun 2005 - 2009 3 Karakteristik umur petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 4 Karakteristik pendidikan petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 5 Karakteristik pendapatan usahatani petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 6 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 7 Alasan atau motivasi petani dalam melakukan usahatani padi di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 8 Sebaran persentase petani berdasarkan alasan menggunakan benih padi bersertifikat PT SHS di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 9 Sebaran persentase petani berdasarkan sumber mendapatkan informasi benih padi bersertifkat PT SHS di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 10 Kriteria petani dalam pemilihan benih padi bersertifikat PT SHS di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari - April 2012 11 Penggunaan merek perusahaan benih padi oleh petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 12 Cara pembelian benih padi bersertifikat PT SHS oleh petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 13 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih padi yang digunakan di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 14 Tindakan petani terhadap kondisi ketersediaan benih padi yang digunakan di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 15 Sikap petani terhadap produk benih padi yang digunakan di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012
1 3 35 35 36
37
37
38
39
40
40
41
42
42
43
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Kerangka pemikiran operasional Top two boxes variabel sangat berpengaruh dan berpengaruh Plot variabel dalam analisis korespondensi
20 26 44 45
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Daftar nama perusahaan/produsen utama benih tanaman pangan di Indonesia Data luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi seluruh propinsi di Indonesia pada Tahun 2009 Data luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Propinsi Jawa Barat pada Tahun 2009 Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi di Kabupaten Bogor pada Tahun 2009 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner
57 58 59 60 61
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Program swasembada beras yang telah dicanangkan oleh pemerintah sejak tahun 2005 melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) telah menunjukkan hasilnya, yaitu adanya kenaikan produksi padi Indonesia dari tahun 2007 hingga 2010 lalu (Tabel 1). Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa produksi padi Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2010 lalu terus mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhan mencapai 5,12 persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut membuat Indonesia mencapai surplus produksi padi, yaitu di tahun 2007 hingga 2010, sehingga pemerintah tidak perlu khawatir untuk memenuhi konsumsi beras nasional yang memiliki laju pertumbuhan lebih rendah, yaitu sebesar 3,42 persen per tahun (Tabel 1).
Tabel 1 Luas panen, produktivitas, produksi, dan konsumsi padi nasional dan laju pertumbuhannya pada Tahun 2006-2010a Produktivitas Jumlah Konsumsi Luas panen Padi Produksi Padi Beras Tahun Ha Ton/Ha Ton Ton 2006 11 786 430 4,62 54 454 937 54 489 189 2007 12 147 637 4,71 57 157 435 53 491 169 2008 12 327 425 4,89 60 325 925 59 692 175 2009 12 883 576 4,99 64 398 890 60 454 405 2010 13 253 450 5,02 66 469 394 62 844 406 Laju (% / th) 2,98 2, 3 5,12 3,42 a
Sumber : Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Dirjen Tanaman Pangan, Pertanian (2011).
Kementerian
Pada tahun 2006 lalu jumlah produksi padi Indonesia sebesar 54.454.937 ton Gabah Kering Giling (GKG) masih berada dibawah jumlah konsumsi beras nasional yaitu sebesar 54.489.189 (Tabel 1). Oleh karena itu, pemerintah melakukan kebijakan impor beras sebanyak 1,5 juta ton dan diprediksi akan mengimpor beras lagi sebanyak 1,1 juta ton di tahun 2007. 1 Namun, ternyata pada tahun 2007 lalu produksi padi Nasional mampu mencapai 57,15 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), produksi tersebut mengalami peningkatan sebesar 4,96 persen jika dibandingkan produksi pada tahun 2006. Demikian juga pada tahun 2009 lalu, produksi padi Nasional mencapai 64,398 juta ton GKG atau naik sebesar 6,75 persen dibanding produksi pada tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2010 lalu produksi padi Nasional mencapai 66,469 juta ton gabah kering giling (GKP), naik sebesar 2,720 juta ton atau naik 3,22 persen dibanding tahun 2009. 1
sinartani.com, 2012. Industri Benih Di Tingkat Petani Solusi Jitu Mengatasi Persoalan Benih. http://www.sinartani.com/, diunduh pada 5 Februari 2012
2 Peningkatan produksi yang telah berhasil dilakukan oleh pemerintah melalui program P2BN mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010 tersebut, dijalankan dengan beberapa strategi, antara lain : peningkatan produktivitas, perluasan areal, pengamanan produksi, serta kelembagaan dan pembiayaan (Direktorat Perbenihan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, 2011). Strategi Perluasan Areal produksi dilakukan dengan menambah areal produksi di wilayah sentra dan mendorong penciptaan daerah sentra baru. Laju pertumbuhan luas areal panen padi di Indonesia pada tahun 2006 hingga 2010 mencapai 2,98 persen per tahun (Tabel 1). Peningkatan luas areal tersebut, menjadi salah satu faktor keberhasilan pemerintah dalam melakukan peningkatkan produksi padi. Namun, untuk perkembangannya di masa yang akan datang, Strategi tersebut akan menghadapi kendala, terutama seiring dengan tingginya tingkat konversi lahan pertanian yang terjadi saat ini yang diperuntukkan bagi pemukiman, industri dan modernisasi. Sehingga pemerintah tidak dapat terus bergantung kepada strategi ini dalam jangka waktu yang panjang. Pemerintah juga tidak dapat mengandalakan strategi pengamanan produksi serta strategi kelembagaan dan pembiayaan, karena strategi tersebut hanya merupakan strategi pendukung untuk melakukan strategi yang lainnya. Oleh karena itu, strategi peningkatan produktivitas tanaman padi merupakan strategi ideal yang menjadi prioritas utama bagi pemerintah untuk memperoleh peningkatan produksi padi dalam program P2BN. Pertumbuhan produktivitas padi nasional pada tahun 2006 hingga 2010 tercatat cukup baik, yaitu mencapai 2,3 persen per tahun (Tabel 1). Oleh karena itu, pemerintah dapat mengandalkan strategi peningkatan produktivitas untuk menjalankan Program P2BN. Melalui strategi ini, pemerintah memakai penggunaan input benih padi yang unggul dan bermutu di tingkat petani, sehingga dapat memberikan pengaruh kepada peningkatan produktivitas padi. Benih merupakan salah satu input utama, sekaligus faktor yang cukup dominan dalam menentukan tingkat produktivitas tanaman padi. Benih mengandung potensi genetik produksi yang akan memberikan hasil dalam usaha pertanian. Sebaik apapun faktor lingkungan yang disediakan seperti ketersediaan unsur hara dan lainnya, namun ketika potensi benihnya rendah, maka produksi yang dihasilkan juga rendah. Oleh karena itu, input benih dalam usahatani padi perlu menjadi perhatian yang besar bagi pemerintah dalam menjalankan program P2BN agar peningkatan produksi padi dapat tercapai. Benih padi yang bersertifikat adalah benih padi yang telah melalui berbagai proses, mulai dari penyiapan dan pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman, hingga panen dan pasca panen, serta penyimpanan benih yang dilakukan dengan sebaik mungkin, sehingga diperoleh benih padi dengan mutu yang baik. Oleh karena itu, jika benih padi bersertifikat digunakan oleh para petani, maka mereka akan memperoleh produktivitas tanaman padi yang tinggi antara tujuh sampai delapan ton per ha. Dampak ekonomisnya adalah meningkatnya efisiensi dan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas (LL Mustain 2005 ; Podesta 2009). Industri benih nasional memiliki perkembangan yang pesat, hal ini terlihat dari peningkatan produksi benih padi bersertifikat dalam kurun waktu lima tahun terakhir dari tahun 2005 hingga tahun 2009 lalu dengan laju pertumbuhan sebesar 14,06 persen per tahun. Tingginya pertumbuhan produksi benih padi ini terjadi
3 akibat banyaknya perusahaan yang masuk dalam industri. Peningkatan produksi benih padi bersertifikat ini juga terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penggunaan benih bersertifikat di Indonesia yang memiliki pertumbuhan sebesar 14,1 persen per tahun. Namun, jumlah produksi benih tersebut ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan benih padi untuk seluruh luasan tanamnya di Indonesia (Tabel 2).
Tabel 2 Kebutuhan, produksi dan penggunaan benih padi bersertifikat nasional pada Tahun 2005 – 2009a Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Laju (% / th) a
Kebutuhan Benih Padi Bersertifikat (Ton) 299 319 299 184 304 629 309 655 320 898 2,3
Produksi Benih Padi Bersertifikat (Ton) 120 375 121 412 152 054 173 658 201 531 14,06
Penggunaan Benih Padi Bersertifikat (Ton) 120 374 121 478 152 039 173 662 201 517 14,1
Sumber : Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Dirjen Tanaman Pangan, Pertanian (2011).
Kementerian
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa peluang yang ditawarkan dalam industri benih nasional masih besar karena adanya selisih yang masih tinggi antara produksi benih padi bersertifikat dengan kebutuhan benih padi nasional. Melihat besarnya peluang dalam industri ini, maka banyak perusahaan yang menanamkan investasinya di sektor pembenihan, baik dengan melakukan pendirian perusahaan pembenihan baru maupun dengan melakukan perluasan kapasitas produksinya. Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Perbenihan Indonesia (Asbenindo) Sidi Asmon 2, investasi di sektor benih pada tahun 2010 lalu meningkat sebesar 10 persen menjadi 5,5 triliun dibanding tahun 2009. Lampiran 1 menunjukkan beberapa perusahaan utama yang bergerak dalam industri benih nasional khususnya benih tanaman pangan (Padi dan Jagung). Seluruh perusahaan di Lampiran 1 tersebut adalah perusahaan dengan skala usaha besar, yang telah memiliki area pemasaran di daerah-daerah penanaman dan produksi padi, baik di dalam maupun luar Pulau Jawa. Beberapa diantaranya merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yakni PT Sang Hyang Seri (SHS) dan PT Pertani, sedangkan sisanya adalah perusahaan swasta. Selain itu, banyak pula terdapat produsen dan penangkar pembenihan lain, baik swasta persero maupun perorangan dengan skala yang lebih kecil namun telah mendapatkan ijin sertifikasi dari Kementerian Pertanian melalui Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) untuk memproduksi benih padi
2
Seru online. 2010. Investasi Sektor Benih Naik 10%. //www.seruu.com/artikel/ dunia-agro-industri/, diunduh pada 27 Desember 2011
http:
4 bersertifikat. Banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri benih nasional membuat tingkat persaingan dalam industri ini menjadi tinggi. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri benih nasional adalah PT SHS (Sang Hyang Seri) Persero. PT SHS (Persero) adalah perusahaan BUMN yang memproduksi benih tanaman padi, jagung, kacang-kacangan dan juga sayuran. PT SHS merupakan perusahaan benih pertama yang didirikan di Indonesia oleh pemerintah, sehingga menjadikannya sebagai pioner dalam usaha perbenihan nasional, khususnya untuk benih tanaman pangan. Jumlah produksi benih padi PT SHS pada tahun 2010 mencapai sekitar 105.000 ton, terdiri dari benih padi non hibrida dan hibrida. Dengan jumlah tersebut PT SHS mampu memasok 34 persen dari kebutuhan benih padi nasional (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, 2011). Pada umumnya produksi benih padi konvesional (non hibrida) bersertifikat dihasilkan oleh perusahaan BUMN, sedangkan benih padi hibrida bersertifikat dihasilkan terutama oleh perusahaan swasta. Namun saat ini, perusahaan BUMN seperti PT SHS dan PT Pertani, bekerja sama dengan balai penelitian padi serta balai besar padi mampu menghasilkan benih padi hibrida. Dengan adanya kemampuan industri benih nasional untuk melakukan produksi benih padi bersertifikat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan benih padi nasional, sehingga petani dapat menggunakan benih padi bersertifikat untuk pertanaman padi mereka. Di Indonesia, padi merupakan tanaman pangan paling utama selain jagung, sagu, dan umbi-umbian. Padi dijadikan sebagai sumber karbohidrat utama karena produktivitasnya tinggi dan dapat disimpan lama (Taslim dan Fagi 1988 dalam Saheda 2008). Kesesuaian agroklimat Indonesia menyebabkan tanaman padi dapat tersebar di hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sentra penanaman padi di Indoneisa meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Jumlah produksi padi di propinsi sentra tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi yang memiliki potensi luas lahan sawah yang cukup besar yaitu sebesar 1,9 juta ha dengan hasil produksi yang tinggi mencapai 11,3 juta ton gabah kering giling (GKG). Pada tahun 2010 areal pertanian di Jawa Barat meningkat hingga mencapai 2,03 juta ha dengan produksi padi mencapai 11,855 juta ton GKG ( 3; Suganda 2010). Produksi padi di Jawa Barat merata di beberapa daerah termasuk Kabupaten Bogor (Lampiran 2). Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah penanaman dan produksi padi dengan luas lahan pertanian untuk pertanaman padi mencapai hingga 88.267 ha. Pada tahun 2010, total produksi padi di Kabupaten Bogor adalah sebesar 500.686 ton atau menyumbang 4,4 persen dari total produksi padi Jawa Barat. Apabila dilihat dari jumlah produksinya, Kabupaten Bogor memang menghasilkan produksi padi yang relatif masih lebih rendah dibandingkan kabupaten lain di Jawa Barat. Namun, potensi untuk mengembangkan produksi padi di Kabupaten Bogor masih cukup besar, yaitu dengan pemanfaatan lahan tidur yang terdapat di sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor. Luas lahan tidur yang ada di wilayah 3
Antara News. 2010. Cirebon Penyumbang Beras Terbesar Jabar. http: //antarajawabarat.com/lihat/berita/27245/cirebon-penyumbang-beras terbesar jabar, diunduh pada 27 Desember 2011
5 Kabupaten Bogor adalah sebanyak 8.250 Ha, lahan tidur tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian khususnya pertanaman padi. Kabupaten Bogor juga mempunyai agroklimat yang mendukung serta SDM yang mencukupi untuk mengembangkan tanaman padi. Selain itu, dengan adanya pencanangan program revitalisasi pertanian khususnya bagi komoditas padi yang merupakan salah satu program unggulan dari pemerintah daerah di Kabupaten Bogor, diharapkan dapat meningkatkan produksi padi di Kabupaten Bogor. Dengan seluruh keunggulan tersebut, Kabupaten Bogor menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi strategis bagi pemasaran produk benih padi bersertifikat. Kabuputen Bogor memiliki beberapa wilayah sentra penanaman padi, beberapa diantaranya yaitu di kecamatan Pamijahan, Cariu, Jonggol, Darmaga dan Tanjung sari (Lampiran 3). Sebaran penggunaan varietas padi yang umumnya banyak digunakan di Jawa Barat terutama di Kabupaten Bogor adalah varietas Ciherang, IR-64, Cigeulis dan Situbagendit (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, 2010). Seiring dengan meningkatnya persaingan yang terjadi dalam industri benih, PT SHS perlu mewaspadai bermunculannya banyak merek benih padi yang menjadi pesaing dalam memasarkan produknya kepada petani, khususnya petani padi yang berada di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, PT SHS dituntut untuk terus meningkatkan daya saing. PT SHS harus mampu menghasilkan produk serta pelayanan yang baik bagi pelanggan, sehingga pemahaman akan perilaku konsumen menjadi penting bagi perusahaan, karena pemasaran pada dasarnya adalah bertujuan memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan konsumen yang dituju atau konsumen sasaran (target konsumen). Bidang ilmu perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, memakai, serta memanfaatkan suatu produk dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka. Pemahaman yang mendalam mengenai perilaku petani perlu dimiliki agar PT SHS dapat merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, sehingga petani selalu bersedia untuk membeli produk perusahaan. Salah satu upaya pemahaman mengenai perilaku konsumen yang dapat dilakukan perusahaan yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian petani dalam memilih produk benih padi perusahaan. Hal tersebut dapat menjadi informasi penting untuk diaplikasikan oleh manajemen perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan berkaitan dengan strategi pemasaran melalui urutan prioritas petani dalam pemilihan produk.
Perumusan Masalah Industri benih nasional merupakan industri yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan. Jumlah permintaan yang besar namun belum dapat dipenuhi oleh produksi industri nasional saat ini mendorong masuknya investasi dari berbagai perusahaan (Tabel 1 dan Tabel 2). Namun, apabila melihat kembali pada data di Tabel 1 dapat diketahui bahwa pertumbuhan produksi benih padi per tahun mencapai 14,06 persen. Pertumbuhan ini lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan kebutuhan benihnya yang hanya mencapai 2,3 persen per tahunnya.
6 Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama, setiap pelaku usaha yang bergerak dalam industri saat ini yang berjumlah 21 perusahaan besar dan perusahaanperusahaan kecil lainya pada suatu saat akan mencapai kondisi dimana seluruh pelaku usaha tersebut memperebutkan pangsa pasar yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan dalam industri benih akan semakin ketat. Banyaknya merek benih padi yang ditawarkan oleh berbagai perusahaan benih dengan harga, mutu dan kualitas yang berbeda-beda kepada petani, menyebabkan tingkat persaingan dalam industri semakin tinggi. PT SHS saat ini memiliki pangsa pasar terbesar dengan persentase 34 persen (Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, 2011), sehingga menjadikannya sebagai pemimpin pasar dalam industri benih di Indonesia, terutama di daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2010) pada tahun 2009, PT SHS merupakan perusahaan yang menguasai pasar benih di daerah Kabupaten Bogor. PT SHS sebagai pemimpin pasar menguasai sebesar 36 persen pasokan benih padi di Kabupaten Bogor ini. Namun, kondisi persaingan yang tinggi menjadi ancaman bagi perusahaan. Oleh karena itu, agar dapat memenangkan persaingan PT SHS perlu menerapkan strategi pemasaran yang tepat, sehingga mampu menambah/memperluas pangsa pasarnya atau minimal dapat bertahan dari persaingan dengan mempertahankan pangsa pasar yang telah dimilikinya saat ini. Untuk membuat strategi pemasaran yang tepat, salah satu upayanya adalah perusahaan perlu memahami perilaku dari konsumennya yaitu petani. PT SHS perlu memahami bagaimana konsumen mengumpulkan informasi berkenaan dengan berbagai alternatif dan menggunakan informasi itu untuk memilih benih padi perusahaan. PT SHS juga perlu memahami bagaimana proses keputusan petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi alasan pembeliannya. Dengan mempelajari konsumennya, maka perusahaan akan mendapatkan masukan dan informasi bagi pengembangan produk, fitur produk, harga, promosi, dan saluran pemasaran. Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik petani dan tahapan proses pengambilan keputusan pembelian petani terhadap benih padi berserifikat PT SHS di Kabupaten Bogor? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani terhadap pemilihan benih padi bersertifikat PT SHS di Kabupaten Bogor? 3. Bagaimana rekomendasi bauran pemasaran yang dapat diterapkan oleh bagi perusahaan?
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi karakteristik petani serta proses pengambilan keputusan pembelian petani di Kabupaten Bogor terhadap pemilihan benih padi bersertifikat PT SHS.
7 2.
3.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani di Kabupaten Bogor terhadap pemilihan benih padi bersertifikat merek PT SHS. Menentukan strategi manajerial / bauran pemasaran yang tepat bagi perusahaan.
Manfaat Penelitian 1. 2.
Penelitian ini diharapkan menjadi : Media belajar dan bahan informasi bagi kalangan akademik dan petani. Bahan masukan bagi produsen benih dalam kaitannya untuk meningkatkan pangsa pasar dan menghadapi persaingan.
Ruang Lingkup Penelitian 1. 2. 3.
Produk yang dikaji adalah benih padi bersertifikat merek PT SHS. Objek penelitian dilakukan pada petani padi di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang mengunakan benih padi bersertifikat. Penelitian ini difokuskan kepada analisis faktor-faktor dalam proses pengambilan keputusan petani dalam memilih merek benih padi PT SHS dan dianalisis berdasarkan teori perilaku konsumen.
TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Proses pembelian suatu produk dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali oleh konsumen. Ketika melakukan pembelian, konsumen sangat dipengaruhi oleh sikapnya akan suatu produk. Sikap terbentuk oleh suatu persepsi dan berhubungan dengan harapan konsumen terhadap produk tersebut. Sikap konsumen dapat diidentifikasikan sebagai pilihan suka atau tidak suka seseorang terhadap produk. Suatu produk pada umumnya adalah kumpulan atribut. Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut suatu produk dan pada akhirnya dapat memberikan kepercayaan terhadap produk tersebut. Friza (2007) mengungkapkan bahwa sikap konsumen KFC terhadap produknya lebih baik yaitu dengan total skor 104.78 jika dibandingkan sikap konsumen A&W terhadap produknya dengan skor 93.92. Hal ini terjadi karena porsi, paket promosi dan harga yang diterapkan oleh A&W kurang sesuai dengan harapan konsumen. Sedangkan sikap konsumen KFC terhadap atribut restoran KFC adalah baik yaitu dengan total skor 232.62 dan penilaian sikap konsumen A&W terhadap atribut restorannya juga baik yaitu dengan total skor 223.93. Nilai tersebut menunjukkan responden restoran KFC dan A&W merasa atribut restoran yang diberikan oleh kedua restoran fast food tersebut dinilai cukup baik.
8 Teori perilaku konsumen juga dapat digunakan untuk menganalisis kepuasan konsumen. Apabila kinerja suatu produk berada dibawah harapan, maka konsumen tidak puas dan sebaliknya apabila kinerja melebihi harapan, maka konsumen akan sangat puas. Penelitian mengenai kepuasan konsumen menjadi topik sentral dalam dunia riset pasar dan berkembang pesat. Yunita (2007) mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen terhadap benih jagung hibrida PT. PERTANI (Persero) berada pada atribut kuadaran II yaitu harga, ukuran tongkol, dan produksi panen. Sedangkan menurut Saheda (2008) kepuasan konsumen terhadap benih padi pandan wangi juga terletak pada kuadran II yaitu pada hasil produksi, daya tumbuh, tahan rebah, kualitas beras, warna beras, tekstur nasi, dan aroma nasi. Kedua penelitian tersebut sama-sama menunjukkan bahwa kepuasan konsumen berada di kuadran II pada analisis IPA. Proses pembelian dimulai pada saat konsumen menyadari adanya kebutuhan. Dalam melakukan pembelian tersebut, seorang konsumen akan dihadapkan pada dua atau lebih alternatif pilihan. Pilihan mana yang akan dipilih oleh konsumen dipengaruhi oleh adanya kebiasaan dalam membeli. Kebiasaan dalam membeli diwujudkan oleh tahap proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen baik mental maupun fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Melaty (2005) dan Friza (2007), menunjukkan adanya perbedaan mengenai tahap proses pembelian konsumen antara konsumen restoran Imah Hejo dan konsumen restoran fast food (KFC dan A&W), hal ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik jenis restoran di antara kedua restoran tesebut. Melaty (2005) menjelaskan bahwa pada tahap pengenalan kebutuhan, alasan utuk membeli di restoran Imah Hejo adalah rasa menu dan manfaat yang ingin diperoleh adalah kepuasan menu. Pada tahap mencari informasi,mengenai restoran Imah Hejo sumber informasi utama adalah saudara atau teman dimana fokus utama informasi adalah variasi menu dan promosi. Pada tahap evaluasi alternatif konsumen akan pindah ke tempat lain jika restoran Imah Hejo tutup, konsumen akan tetap melakukan pembelian walaupun harga naik dan pertimbangan awal untuk membeli adalah kenyamanan. Pada tahap keputusan pembelian, konsumen melakukan pembelian secara terencana, hari libur, siang hari dan bentuk promosi yang diinginkan lebih pada variasai menu. Pada tahap akhir evaluasi, konsumen merasa puas, sehingga akan melakukan pembelian ulang dan merekomendasikan Imah Hejo ke orang lain. Sedangkan Friza (2007) mengungkapkan bahwa tahap proses keputusan konsumen KFC dan A&W terdiri dari tahap pengenalan kebutuhan yaitu alasan konsumen KFC dan A&W memilih makan di fast food adalah rasa makanannya. Tahap pencarian informasi terdiri dari responden A&W yang mengetahui informasi fast food ini dari brosur, sedangkan responden KFC dari televisi. Responden KFC dan A&W memilih restoran fast food karena cita rasa makanannya. Lamanya masing-masing responden mengetahui mengenai restoran fast food adalah tiga tahun. Tahap evaluasi alternative terdiri dari responden dalam memilih restoran KFC dan A&W adalah karena selera. Alasan responden kedua restoran memilih makan di restoran fast food adalah karena harganya terjangkau. Proses pembelian terdiri dari responden yang rata-rata berkunjung ke restoran fast food sebulan sekali. Umumnya responden berkunjung ke restoran fast food bersama orang lain. Hampir sebagian besar responden kedua restoran memilih pergi ke restoran fast food bersama teman. Biaya yang dikeluarkan untuk sekali makan di restoran fast
9 food adalah Rp 20.000 – Rp. 50.000. Responden restoran KFC dan A&W memilih ayam goreng sebagai menu yang paling disukai. Sebagian besar responden restoran KFC dan A&W memutuskan kunjungan ke restoran fast food tergantung situasi. Evaluasi pasca pembelian terdiri dari tanggapan responden setelah makan di restoran A&W cukup puas, sedangkan responden KFC menyatakan puas. Apabila harga di restoran fast food naik, maka sebagian responden pada restoran KFC dan A&W akan memilih untuk mengurangi frekuensi pembelian mereka. Selain tahap proses pengambilan keputusan, hal lain yang harus diperhatikan dalam proses pembelian konsumen adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Yunita (2008), Melaty (2005) dan Friza (2007) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam membeli suatu produk. Yunita (2008) menjelaskan bahwa terdapat dua peubah bebas yang berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian benih jagung hibrida yaitu pendapatan dan alasan pembelian. Menurut Melaty (2005) terdapat enam faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian di Restoran Imah Hejo. Faktor pertama terdiri dari variabel kekhasan rasa menu, kenyamanan, live music, jenis menu dan kebersihan. Faktor kedua terdiri dari variabel kecepatan pramusaji, harga, promosi, dan fasilitas. Faktor ketiga terdiri dari variabel pendapatan, pekerjaan, dan gaya hidup. Faktor keempat terdiri dari variabel lokasi, budaya, dan nama besar artis. Faktor kelima terdiri dari variabel saudara, keluarga dan teman. Dan Faktor keenam terdiri dar variabel waktu luang dan hobi. Sedangkan Friza (2007) mengungkapkan bahwa terdapat tiga atribut yang berpengaruh terhadap keputusan pemilihan restoran fast food yaitu variabel harga makanan, areal parkir, dan rasa makan yang dihidangkan. Hasil penelitian dari ketiga peneliti tersebut menunjukkan bahwa untuk setiap jenis produk dan konsumen berbeda, maka faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka akan berbeda pula.
Benih Padi yang Bermutu Sebagai Input Usahatani Benih adalah biji tumbuhan yan berasal dari bakal biji yang dibuahi, digunakan manusia untuk tujuan pertanaman, sebagai sarana untuk mencapai produksi maksimum dan lestari melalui pertanaman yang jelas identitas genetiknya dan homogen kinerja staminanya (Sadjad, 1993). Benih memiliki multifungsi yaitu sebagai pelestari spesies sekaligus sebagai pembawa sifat karakteristik spesiesnya dan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu baik untuk produksi maupun kualitas hasilnya. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi bahan pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai dari proses perkembangan dan pemasakan benih, panen, perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian. Benih unggul adalah benih yang murni, bernas, sehat dan kering, bebas dari penularan penyakit cendawan, bebas dari campuran biji-biji rerumputan dan lainnnya (Siregar 1981) dalam Saheda (2008). Benih unggul yang bermutu harus memenuhi kriteria 6 tepat yaitu tepat varietas, tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu, tepat tempat, tepat harga, dan tepat pelayanan (Sadjad, 1993).
10 Untuk menjaga kelangsungan dan keamanan hayati, melalui SK Menteri Pertanian No. 460/KPTS/II/1971, pemerintah membagi benih dalam empat kelas benih (Sadjad, 1993), yaitu: 1. Benih Penjenis atau Breeder Seed (BS) Merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi yang ditunjuk atau dibawah pengawasan pemuliaan tanaman dan atau instansi yang menanganinya (lembaga Penelitian atau Perguruan Tinggi). Benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khsusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi. Benih ini masih murni dan diberi label putih. 2. Benih dasar atau Foundation Seed (FS) Benih dari hasil perbanyakan benih penjenis (BS) yang diproduksi di bawah bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat, sehingga varietas yang tinggi dan identitas genetisnya dapat terpelihara. Benih ini diproduksi oleh instansi atau penangkar benih sesuai ketetapan Badan Benih Nasional yang disertifikasi oleh Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih Direktorat Tanaman Pangan dan diberi label putih. 3. Benih pokok atau Stock Seed (SS) Benih pokok adalah benih yang diperbanyak dari benih dasar atau benih penjenis. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang dan diberi label ungu. 4. Benih sebar atau Ekstension Seed (ES) Benih sebar adalah hasil perbanyakan dari benih penjenis, benih dasar atau benih pokok yang akan disebarkan kepada petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standar mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih sebar. Benih ini diberi label biru.
Benih Bersertifikat Hal yang membedakan benih bersertifikat dengan benih biasa adalah benih bersertifikat merupakan benih yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman dan kemudian disertifikasi oleh Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih (BPSB). Sedangkan benih biasa merupakan benih yang disisihkan dari panen pertanaman komoditas yang bersangkutan dan tidak disertifikasi oleh BPSB. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang sistem Budi Daya Tanaman yang menyebutkan bahwa varietas hasil pemuliaan atau introduksi dari luar negeri sebelum diedarkan terlebih dahulu mendapat izin dilepas oleh pemerintah (Sadjad, 1993). Varietas yang belum dilepas oleh pemerintah dilarang diedarkan. Benih dari varietas yang telah dilepas tersebut disebut benih bina. Benih bina yang diedarkan harus melalui sertifikasi dan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Soetopo (1993) dalam Dewi (2008) keunggulan benih bersertifikat dibandingkan dengan benih biasa diantaranya adalah: 1. Penghematan penggunaan benih, misalnya untuk padi dari rata-rata 40-50 kg/ha menjadi 20-25 kg/ha.
11 2. 3. 4. 5. 6.
Keseragaman pertumbuhan, pembungaan dan pemasakan buah sehingga dapat dipanen sekaligus. Rendemen beras tinggi dan mutunya seragam. Penggunaan benih padi bersertifikat mampu meningkatkan hasil panen 5-15 persen per hektar. Meningkatkan mutu produksi beras yang dihasilkan. Mutu benih dapat menentukan kebutuhan dan respon sarana produksi lainnya, dimana peranan sarana produksi tidak akan terlihat apabila benih yang digunakan tidak bermutu.
Varietas Unggul Siregar (1981) dalam Saheda (2008) mendeskripsikan varietas unggul adalah varietas dimana tanaman-tanaman mempunyai sifat-sifat yang lebih daripada sifat yang dimiliki varietas padi lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan hama penyakit, lebih tahan terhadap tumbangnya tanaman, dan rasa nasi yang lebih enak. Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu varietas nonhibrida dan varietas hibrida. Verietas nonhibrida terdiri dari Varietas Unggul Baru (VUB) dan Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB). Sedangkan varietas hibrida hanya meliputi varietas hibrida. Varietas unggul baru merupakan verietas hasil dari persilangan biasa antara padi jenis indica (cere). Sedangkan VUTB dihasilkan melalui persilangan antara padi jenis indica dengan japonica (Soetopo 1993) dalam Dewi (2004). Prinsip utama dalam pembentukanVUTB adalah melakukan modifikasi arsitektur tanaman pada varietas modern masa kini agar mampu menghasilkan biomassa dan indeks panen yang tinggi. Padi tipe baru (PTB) memiliki sifat penting, antara lain (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif, (b) malai lebih panjang dan lebat (>300 butir/malai), (c) batang besar dan kokoh, (d) daun tegak, tebal, dan hijau tua, (e) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10-25 persen tebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Soetopo, 1993) dalam Dewi (2008). Padi hibrida yang dikembangkan di Indonesia bertumpu pada sistem tiga galur atau melibatkan tiga galur tetua, yaitu galur mandul jantan (GMJ atau A), galur pelestari atau maintainer (B) dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur pelestari dan pemulih kesuburan memiliki tepungsari yang normal (fertil) sehingga mampu menghasiklan benih sendiri. Galur mandul jantan hanya mampu menghasilkan benih bila diserbuki tepung sari dari tanaman lain. Galur mandul jantan bila diserbuki oleh galur pelestari menghasilkan benih GMJ, sedangkan bila diserbuki oleh galur pemulih kesuburan menghasilkan benih F1 hibrida (Las et al., 2004) dalam (Dewi, 2008). Sifat yang paling diharapkan dari varietas hibrida adalah tingkat produksinya 20-40 persen lebih tinggi daripada verietas unggul baru dan lebih tahan hama dan penyakit daripada varietas unggul baru (Las et.al., 2004) dalam Dewi (2008). Hal ini penting karena hasil varietas hibrida meskipun tinggi namun belum stabil dan masih kurang tahan terhadap wereng coklat, penyakit hawar daun, penyakit virus tungro.
12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Dalam melakukan pembelian, seseorang akan melalui suatu tahapan proses keputusan pembelian, dimana tahapan dan proses tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian sangat penting untuk diketahui agar pihak yang berkepentingan dalam melakukan pemasaran dapat menerapkan strategi pemasaran yang efektif kepada konsumen, sehingga perusahaan dapat mengalahkan kompetitor atau minimal bertahan terutama dalam kondisi persaingan usaha yang ketat. Oleh karena itu, perlu dipelajari apakah suatu faktor tertentu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk. Dengan demikian, maka organisasi atau perusahaan dapat memasukkannya sebagai pertimbangan ketika menyusun kebijakan pemasarannya. Terdapat berbagai variabel yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hady (2008) dalam penelitianya menggunakan variabel pendapatan, jumlah anggota keluarga, dan jumlah jam kerja ibu rumah tangga sebagai faktor internal dan variabel harga, label halal, rasa, nilai gizi, kemasan, promosi, dan tempat pembelian sebagai faktor eksternal, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel apa saja yang menjadi faktor utama dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi produk chicken nugget di Kota Bogor. Pemilihan variabel-variabel tersebut telah disesuaikan dengan jenis produk dan konsumen yang ditelitinya. Gita (2005) menggunakan variabel pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pengambil keputusan, media paling berpengaruh, alokasi dana, tempat dan tata letak pembelian, ketersediaan, promosi, motivasi, dan kualitas papaya dalam penelitianya untuk menjadi variabel yang diuji sebagai faktor yang mempengaruhi pembelian papaya eksotik dibandingkan dengan papaya local di Kota Bogor, Depok dan Jakarta. Sajiwa (2007) memakai variabel lokasi outlet, ketersediaan fasilitas untuk makan, pelayanan baik, kebersihan tempat, kenyamanan tempat, antrian, harga, pilihan rasa, kerenyahan, dan merk terkenal untuk diteliti manakah variabel yang mempengaruhi pemilihan produk crepe di Kota Bogor. Sedangkan Aprilani (2007) menggunakan variabel jenis kelamin, umur, pendapatan, tingkat pendidikan, status pernikahan, pekerjaaan, dan pernah mengkonsumsi sebagai variabel dalam penelitiannya untuk mengetahui variabel mana yang menjadi faktor utama dalam mempengaruhi keputusan pembelian saus sambal di Kota Bogor. Untuk jenis produk dan konsumen yang berbeda, maka variabel yang dapat digunakan untuk dikaji umumnya juga berbeda dan beragam. Keempat peneliti menggunakan variabel yang berbeda-beda disesuaikan dengan jenis produk yang diteliti dan konsumen yang dijadikan responden. Namun, dari keempat peneliti tersebut terdapat persamaan variabel yang digunakan dalam penelitianya yaitu variabel pendapatan dan pendidikkan sebagai faktor internal serta variabel harga dan promosi sebagai faktor eksternal. Kedua faktor tersebut memiliki pengaruh terhadap proses keputusan pembelian bagi konsumen. Faktor internal seperti pendapatan dan pendikan serta faktor eksternal seperti harga dan promosi dapat digunakan menjadi variabel dalam kajian perilaku konsumen sebagai variabel
13 yang diduga dapat mempengaruhi keputusan pembelian bagi segala macam jenis konsumen termasuk petani.
Alat Analisis dalam Kajian Perilaku Konsumen Dalam melakukan kajian penelitian mengenai perilaku konsumen, terdapat beberapa alat analisis yang sering digunakan, beberapa diantaranya yaitu, Analisis Regresi, Analisis Faktor, Important Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), Analisis Diagonal, analisis Deskriptif, Model Multi Atribut Angka Ideal, Analisis SAM, Analisis Diskriminan dan Analisis sikap Fishbein. Masing-masing alat tersebut digunakan untuk meneliti dan menganalisis setiap topik/kajian yang berbeda-beda dalam perilaku konsumen. Yunita (2007), Fahmi (2008) dan Saheda (2008), dalam melakukan penelitiannya mengenai perilaku konsumen menggunakan alat Analisis IPA dan CSI. Alat analisis tersebut digunakan karena penelitian yang mereka lakukan salah satunya bertujuan untuk menilai kepuasan konsumen. Dengan menggunakan IPA dan CSI dapat diketahui berada pada tingkat mana kepuasan konsumen/petani terhadap produk benih jagung PT Pertani di Kecamatan Tanjung Medar, Kabupaten Sumedang, benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, serta benih padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur. Melaty (2005) dan Friza (2007) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan karakteristik dan tahapan proses pembelian yang dilakukan konsumen, oleh karena itu kedua peneliti menggunakan alat analisis yang sama yaitu menggunakan Analisis Deskriptif. Analisis deskriptif merupakan metode yang tepat dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, dan suatu sistem pemikiran. Berdasarkan hasil kedua penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaan dalam tahap proses pembelian konsumen antara konsumen restoran Imah Hejo dan konsumen restoran fast food (KFC dan A&W) Bogor, hal ini diduga dikarenakan adanya perbedaan karakteristik jenis restoran diantara kedua restoran tesebut. Dalam melakukan penelitian tentang perilaku konsumen, terutama untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, beberapa peneliti menggunakan alat analisis yang berbeda. Yunita (2008) dan Hady (2008) dalam penelitiannya mengenai produk benih Jagung Hibrida dan produk Chicken Nugget, menggunakan alat Analisis Regresi. Untuk meneliti faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen restoran Imah Hejo dan Pepaya Eksotik, Melaty (2005) dan Gita (2005) menggunakan alat Analisis Faktor. Sedangkan friza (2007) menggunakan Analisis Diskriminan untuk meneliti faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen restoran fast food (KFC dan A&W). Selain itu, Hidayatunnismah (2003) dalam menganalisis kejadian tindak kriminal di Kota Bogor menggunakan Ananlisis Korepondensi. Meskipun alat analisis yang digunakan dan produk yang dikaji berbeda, para peneliti tersebut melakukan penelitian dengan tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan respondennya. Selain itu, untuk melakukan kajian mengenai sikap konsumen terhadap pembelian suatu produk seperti yang dilakukan oleh Irdasari (2009), Friza (2007)
14 dan Fahmi (2008), dapat menggunakan Analisis Sikap Multiatribut Fishbein. Melalui analisis ini dapat diketahui sikap konsumen terhadap suatu produk didasarkan pada kepercayaan yang diringkas mengenai atribut produk yang bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut tersebut. Dengan demikian dapat dilihat bahwa apakah konsumen memiliki sikap yang mendukung (positif) atau tidak mendukung (negatif) terhadap produk yang ditawarkan tersebut. Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Dalam Memilih Benih Padi Bersertifikat PT SHS (Sang Hyang Seri) Di Kabupaten Bogor”. Melalui penelitian sebelumnya dapat dilihat persamaan yang dimiliki yaitu topik penelitian dan komoditas terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Saheda (2008) dan Fahmi (2008), perbedaan hanya terletak pada alat analisis, waktu dan lokasi penelitian. Sedangkan pada penelitian Gita (2005), Melaty (2005), Aprilani (2008), Yunita (2007), Friza (2007), dan Hady (2008) kesamaan terdapat pada topik yang diteliti yaitu perilaku konsumen, perbedaaanya terletak pada komoditas, alat analisisnya serta waktu dan tempat penelitian. Mengacu pada penelitian sebelumnya tersebut, penelitian ini dibuat untuk mengetahui dan mempelajari gambaran mengenai tahapan proses keputusan pembelian petani terhadap benih padi bersertifikat dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembelian petani dalam memilih merek benih padi bersertifikat. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian petani, variabel yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori pada literatur dan penelitian terdahulu. Variabel tersebut terdiri dari faktor internal yang meliputi variabel pendidikan terakhir, pendapatan, usia, keluarga, tokoh yang disegani, dan pengeluaran. Serta faktor eksternal yang terdiri dari variabel ketersediaan benih, volume benih dalam kemasan, mutu benih (genetik, fisik, fisiologis), tahan hama dan penyakit, harga benih, promosi, desain kemasan, warna kemasan, kadaluarsa, penampakan. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan alat analisis Deskriptif , Top 2 Boxes, dan analisis Korepondensi.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang diambil dalam penelitian ini berasal dari berbagai penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini terdiri dari Pengertian mengenai Benih Padi Bersertifikat, Varietas Unggul, Teori Produksi, Petani sebagai pembeli bisni, Perilaku konsumen, Proses keputusan pembelian konsumen, Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, dan Strategi pemasaran (4P).
Benih Sebagai Input Produksi Nicholson (1999) dalam Musaqo (2006) menjelaskan bahwa produksi adalah kegiatan yang menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan
15 teknologi terbaik yang tersedia. Soekartawi et.al (1986) menjelaskan bahwa produksi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumberdaya atau sering disebut faktor-faktor produksi yang terdiri dari, tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, dan sebagainya yang digunakan dalam upaya memproses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk barang dan jasa. Jika melihat dari perspektif pertanian menurut Soekartawi et.al (1986) menyebutkan bahwa hubungan kuantitatif antara masukan dan produksi dikenal dengan istilah fungsi produksi. Fungsi produksi yang dimaksud merupakan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu tanpa memperhatikan harga. faktor seperti benih, tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagainya tersebut mempengaruhi besar kecilnya produksi yang akan diperoleh. Karena petani mengetahui berapa jumlah masukan (faktor produksi) yang dipakai, maka mereka dapat menduga berapa jumlah produksi yang akan dihasilkan. Jika di dalam lingkup pertanian khususnya tanaman padi, maka faktor yang dimaksudkan Soekartawi et.al (1986) pada penelitian ini diantaranya benih padi, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau disebut dengan factor relationship. Output biasanya menjadi variabel yang dijelaskan (Y), sedangkan input biasanya menjadi variabel yang menjelaskan (X). Hubungan fisik yang terjadi antara input dan output tersebut dapat ditunjukkan dengan penambahan input (X) tertentu maka akan meningkatkan ouput (Y). Maka secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3, ..., Xn) Dimana : Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan F = bentuk hubungan yang mentransformasikan faktor – faktor produksi dalam hasil produksi X = faktor – faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi Soekartawi et.al (1986) menjelaskan apabila Y merupakan produksi dan Xi adalah masukan atau faktor – faktor dari produksi, maka besar kecilnya Y juga tergantung dari besar kecilnya X1, X2, X3, ... , Xn yang dipakai. Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah kenaikan hasil yang berkurang, atau dikenal dengan hukum The Law of Deminishing Return. Tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut. Kemudian suatu ketika sejumlah unit tambahan masukan akan menghasilkan produksi yang semakin terus berkurang (Soekartawi et.al, 1986). Menurut Soekartawi et.al (1986), terdapat dua tolak ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi, yaitu Produk Marjinal (PM) dan Produk rata – ratsa (PR). Produk marjinal adalah penambahan atau pengurangan keluaran (output) yang dihasilkan dari setiap penambahan satu satuan masukan (input) yang digunakan. Produk rata-rata adalah tingkat produksi yang dicapai setiap satuan faktor produksi (input). Perubahan dari jumlah produksi yang disebabkan oleh faktor produksi yang digunakan dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep)
16 merupakan persentase perbandingan dari output (keluaran) yang dihasilkan sebagai akibat dari persentase dari input (masukan) yang digunakan. Menurut Soekartawi (1986), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian, yaitu : 1. Lahan Pertanian Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang digarap/ditanami), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Pentingnya faktor produksi lahan bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga segi lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran tinggi). 2. Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja harus mempunyai kualitas berpikir yang maju seperti petani yang mampu mengadopsi inovasi-inovasi baru, terutama dalam menggunakan teknologi untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jual tinggi. Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Usahatani yang mempunyai ukuran lahan berskala kecil biasanya disebut usahatani skala kecil, dan biasanya pula menggunakan tenaga kerja keluarga. Lain halnya dengan usahatani berskala besar, selain menggunakan tenaga kerja luar keluarga juga memiliki tenaga kerja ahli. Ukuran tenaga kerja dapat dinyatakan dalam harian orang kerja (HOK), sedangkan dalam analisis ketenagakerjaan diperlukan standarisasi tenaga kerja yang biasanya disebut dengan hari kerja setara pria (HKSP). 3. Modal Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan membutuhkan modal, apalagi kegiatan proses produksi komoditas pertanian. Dalam kegiatan proses tersebut, modal dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu modal tetap (fixed cost) dan modal tidak tetap (variable cost). Modal tetap (fixed cost) terdiri atas tanah, bangunan, mesin dan peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tidak habis dalam sekali proses produksi, sedangkan modal yang tidak tetap (variable cost) terdiri dari benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja. Besar kecilnya skala usaha pertanian atau usahatani tergantung dari skala usahatani, macam komoditas dan tersedianya kredit. Skala usahatani sangat menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Makin besar skala usahatani, makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya. Macam komoditas tertentu dalam proses produksi komoditas pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang dipakai. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan usahatani. 4. Pupuk Pupuk sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Jenis pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano dan tepung tulang. Sementara itu, pupuk organik atau pupuk buatan merupakan hasil industri atau hasil pabrikpabrik pembuat pupuk, misalnya pupuk urea, TSP dan KCL.
17 5.
6.
7.
Pestisida Pestisida sangat dibutuhkan tanaman untuk mencegah serta membasmi hama dan penyakit yang menyerangnya. Pestisida merupakan racun yang mengandung zatzat aktif sebagai pembasmi hama dan penyakit pada tanaman. Benih Benih menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Benih unggul yang bermutu biasanya memiliki kelebihan secara genetis dan fisiologis, sehingga hasil komoditasnya akan memiliki kuantitas serta kualitas yang tinggi dibandingkan dengan komoditas lain. Teknologi Penggunaan teknologi dapat menciptakan rekayasa perlakuan terhadap tanaman dan dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Sebagai contoh, tanaman padi dapat dipanen dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya perlakuan teknologi terhadap komoditas tersebut, tanaman padi dapat dipanen tiga kali setahun.
Petani Sebagai Konsumen Industri Konsumen industri merupakan konsumen yang melakukan pembelian output suatu perusahaan sebagai input dalam kegiatan bisnisnya. Hal ini berbeda dengan konsumen pribadi yang membeli suatu produk untuk penggunaan pribadi mereka sendiri. Petani merupakan salah satu konsumen industri. Petani membeli produk yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan bisnisnya. Sebagai konsumen industri, pemilihan terhadap suatu input tertentu akan dilakukan oleh petani apabila akan memberikan nilai positif dalam arus penerimaan mereka, karena dalam setiap kegiatannya petani akan selalu berusaha untuk memaksimalkan laba. Dari sudut teori ekonomi, keuntungan maksimum dapat diperoleh apabila alokasi penggunaan input efisien, yaitu jika nilai produk marginal (VMP ) sama a
dengan harga inputnya (P ). Ini juga berarti bahwa perbandingan antara nilai x
produk marginal dengan titik kombinasi tersebut (k) sama dengan satu (Widodo, 1989) dalam Purbiantoro (2007). Secara matematis efesiensi alokatif dituliskan: VMP = P atau VMP / P = 1 a
x
a
x
Apabila k = 1 berarti penggunaan input effesien, k > 1 maka penggunaan input belum effesian dan perlu ditambah, sedangkan bila k < 1 maka penggunaan input belum efisien dan perlu dikurangi. Dalam banyak hal, perilaku pembelian bisnis hanya memiliki sedikit perbedaan dengan praktek-praktek pembelian konsumen. Permintaan produk bisnis dirangsang oleh permintaan atas barang-barang konsumsi dan kurang sensitif terhadap perubahan harga. Perbedaan lainnya meliputi keterampilan membeli pada diri pembeli, perbedaan pembuat keputusan serta hubungan antara pembeli dan penjual (Griffin dan Ebert, 2003). 1. Perbedaaan permintaan Dua perbedaan besar permintaan antara produk konsumen dan produk bisnis adalah permintaan turunan (derived demand) dan inelastisitas permintaan. Istilah permintaan turunan merujuk ke fakta bahwa permintaan akan produk bisnis seringkali berasal dari permintaan akan produk konsumen yang terkait (yaitu, permintaan untuk produk-produk bisnis berasal dari permintaan untuk
18 barang-barang konsumsi), sementara inelastisitas permintaan bagi produk bisnis tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. 2. Perbedaan pembeli Tidak seperti kebanyakan konsumen, pembeli bisnis merupakan para profesional, spesialis, dan ahli (atau paling tidak mempunyai informasi yang cukup). 3. Perbedaan pembuatan keputusan Proses keputusan organisasi berbeda dalam tiga hal penting, yaitu (1) pengembangan spefikasi produk; (2) pengevaluasian alternatif yang ada; dan (3) pembuatan evaluasi pasca pembelian. 4. Perbedaan hubungan pembeli dan penjual Hubungan antara konsumen dan penjual kadang-kadang tidak pribadi dan cepat berakhir; hubungan ini seringkali berupa interaksi satu kali yang dilakukan singkat. Sebaliknya, situasi bisnis sering mencakup hubungan pembeli dan penjual dalam frekuensi yang sering dan berlangsung lama yang dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak. Samuelson dalam Saleh (2003) memperkenalkan suatu pengetahuan tentang preferensi konsumen yang diberi nama teori preferensi nyata (realed preference), yaitu setiap konsumen atau pembeli pasti mempunyai preferensi yang mengarahkannya dalam memilih atau membeli suatu produk dari berbagai pilihan produk yang ada. Jadi apa yang dipilih atau dibelinya merupakan petunjuk atas susunan preferensinya, dengan kata lain permintaannya merupakan preferensi nyata baginya.
Perilaku Konsumen Perilaku konsumen didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2004) sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sedangkan menurut Engel (1994) definisi perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakannya. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang (Duncan, 2005). Proses pembelian suatu produk oleh konsumen dimulai ketika suatu kebutuhan mulai dirasakan dan dikenali, timbul kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan internal yaitu kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar, haus, dan lain-lain atau berasal dari rangsangan eksternal seperti pengaruh atau promosi dari berbagai sumber. Rangsangan eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan internal. Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan terhadap suatu produk, maka kemungkinan konsumen akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi mengenai produk tersebut. Menurut Kotler (1997), sumbersumber informasi dapat diperoleh dari empat kelompok yaitu sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga); sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang
19 perantara); sumber umum (media massa, organisasi); dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan penggunaan produk). Konsumen akan memusatkan perhatiannya terhadap ciri atau atribut produk. Ciri lain yang mempengaruhi tahap pencarian adalah situasi dan ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen itu sendiri (Engel, 1994). Menurut Perner (2009) pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, seperti menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik, misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.
Proses Keputusan Pembelian Konsumen Schiffman dan Kanuk (2003) dalam Anwar (2007) mendefinisikan suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Proses pembelian dimulai apabila konsumen menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Menurut Kotler (2005) kesadaran akan kebutuhan terjadi sewaktu konsumen memiliki peluang untuk mengubah kebiasaan untuk membeli. Terdapat lima tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen baik yang bersifat mental maupun fisik. Kelima tahapan tersebut adalah: a. Pengenalan Kebutuhan Timbulnya kebutuhan merupakan proses pertama timbulnya permintaan, karena adanya keinginan dan kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Menurut Engel (1994) pengenalan kebutuhan sebagai tahap awal pengambilan keputusan dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu informasi yang disimpan dalam ingatan, perbedaan individual dan pengaruh lingkungan. Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. b. Pencarian Informasi Kotler (2005) menyatakan konsumen yang tergugah akan kebutuhannya terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (Pencarian eksternal). c. Evaluasi Alternatif Menurut Engel (1994), evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih.
20 d. Keputusan Pembelian Konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai, ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu : (1) faktor sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang, (2) faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian (Kotler, 2005). Konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu. e. Hasil Setelah pembelian terjadi konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang telah dilakukannya. Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan. Hasil evaluasi setelah terjadi pembelian dapat berupa kepuasan atau ketidakpuasan. Jika mereka puas maka kenyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelian selanjutnya. Kepuasan berfungsi mengukuhkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan dapat menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi secara hukum.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Konsmen Engel (1994) mengungkapkan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk yaitu ; (1) faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi, (2) faktor perbedaan individu yang terdiri dari sumberdaya konsumen, Motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup, dan demografi, dan (3) faktor psikologis, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi tiap tahapan proses keputusan pembelian konsumen. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen (Engel, 1994).
21 1. Faktor Lingkungan Lingkungan akan mempengaruhi proses keputusan yang dilakukan konsumen, karena menurut Engel (1994) konsumen hidup dalam lingkungan yang komplek. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi proses keputusan konsumen yaitu : a. Budaya Budaya merupakan faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh paling luas dan paling dalam terhadap perilaku. Hal ini dikarenakan budayalah yang menuntun keinginan dan perilaku seseorang dari kecil sampai tumbuh dewasa (Kotler, 1997). Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, sikap dan simbol lain bermakna melayani manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi. Walupun konsumen bebas dalam menentukan pilihan namun karenan konsumen hidup dilingkungan dengan kebudayaan yang mempunyai batasan batasan tertentu, maka kebebasan tersebut juga dipengaruhi oleh nilainilai social budaya dan norma-norma masyarakat tersebut. Budaya mempengaruhi konsumen dalam tiga faktor yaitu (1) budaya mempengaruhi struktur konsumen, (2) budaya mempengaruhi bagaimana individu mengambil keputusan, (3) budaya adalah variabel utama dalam penciptaan dan komunikasi makna dari sebuah produk. b. Kelas Sosial Kelas sosial adalah bentuk lain dari pengelompokan masyarakat kedalam kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis jasa, dan merek yang di konsumsi konsumen (Sumarwan, 2002). Kelas sosial tidak hanya ditentukan oleh pendapatan, tetapi juga ditentukan oleh pekerjaan, prestasi, interaksi, pemilikan, orientasi, nilai, dan sebagainya. c. Pengaruh Pribadi Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Selain itu pengaruh pribadi berkaitan dengan cara-cara dimana kepercayaan, sikap dan perilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain digunakan sebagai kelompok acuan. Menurut Kotler (2005) kelompok acuan terdiri dari kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap ataupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal, dan lain-lainnya. d. Keluarga Keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh terhadap sikap dan perilaku individu. Setiap anggota keluarga memegang peranan penting dalam pemberian pengaruh, pengambilan keputusan, pembelian dan pemakaian. e. Pengaruh Situasi Pengaruh situasi dapat dipandang sebagai pengaruh yang timbul dari faktor yang khusus untuk waktu dan tempat spesifik yang lepas dari karakteristik konsumen dan karakteristik objek. Engel (1994) mengusulkan bahwa situasi konsumen dapat didefinisikan sebagai lima karakteristik umum, yaitu (1) lingkungan fisik, yang merupakan sifat nyata dari situsi konsumen, (2) lingkungan sosial, menyangkut ada tidaknya
22 orang lain dalam situasi bersangkut, (3) waktu, (4) tugas, yaitu tujuan dan sasaran tertentu yang dimiliki konsumen dalam situasi dan, (5) keadaan antiseden atau suasana hati sementara. 2. Faktor Perbedaan Individu Perbedaan individu merupakan faktor internal yang menggerakan perilaku. Engel (1994) menyatakan bahwa ada lima cara dimana konsumen mungkin berbeda sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen yaitu : a. Sumberdaya Konsumen Sumberdaya yang dimiliki konsumen atau apa yang akan tersedia dimasa yang akan datang berperan penting dalam keputusan membelian. Setiap konsumen membawa tiga sumberdaya kedalam setiap situasi pengambilan keputusan yaitu sumber daya ekonomi (pendapatan dan kekayaan), sumber daya temporal (waktu) dan sumber daya kognitif (kapasitas mental yang tersedia untuk menjalankan berbagai kegiatan pengolahan industri). Konsumen memiliki keterbatasan pada setiap sumberdaya yang dimilikinya sehingga konsumen harus mampu mengalokasikannya secara bijaksana. b. Motivasi dan Keterlibatan Menurut Engel (1994) motivasi dan keterlibatan merupakan variabel utama. Kebutuhan didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Motivasi merupakan suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan dari pemenuhan kebutuhan tersebut. Keterlibatan mengacu pada tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian. Bila keterlibatan tinggi, ada motivasi lebih kuat untuk memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan yang jauh lebih besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan. c. Pengetahuan Pengetahuan didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan, himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar (Engel, 1994). Pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan kepercayaanya, (2) pengetahuan pembeli, yaitu dimana dan kapan membeli, dan (3) pengetahuan pemakaian dilihat dari pengetahuan konsumen dan iklan. d. Sikap Sikap merupakan keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen. Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman maupun dari yang lain. Intensitasnya, dukungan dan kepercayaannya adalah sikap penting dari sikap. Sementara Kotler (1997) menyatakan bahwa sikap adalah evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. e. Kepribadian, Gaya Hidup dan Demografi Kepribadian merupakan karakteristik psikologi yang berbeda dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan
23 lama terhadap lingkunganya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan, dan lain-lainnnya. Kepribadian dapat dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Gaya hidup adalah pola dimana seseorang hidup dan menghabiskan waktu serta uang yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opini seseorang. Faktor demografi akan menggambarkan karakteristik dari seorang konsumen. Beberapa karakteristik yang sangat penting untuk memahami konsumen adalah usia, jenis, kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama,suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga,dan lain-lain. 3. Faktor Psikologis Faktor terakhir yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk adalah proses psikologis. Proses spikologis merupakan proses sentral yang membentuk aspek motivasi dan perilaku konsumen. Kotler (1997), menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh empat factor psikologis utama yaitu motivasi, preferensi, pengetahuan, keyakinan, dan pendirian. Proses psikologis meliputi : a. Pemrosesan Informasi Pemrosesan informasi di definisikan sebagai proses dimana rangsangan pemasaran diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan di ambil lagi oleh konsumen untuk menilai alterntif-alternatif produk (Engel, 1994). Pemrosesan dapat dirinci menjadi lima tahap dasar yaitu pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan dan retensi. b. Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, atau perilaku. Terdapat empat jenis utama pembelajaran yaitu pembelajaran kognitif yang berkenaan dengan proses mental yang menetukan retensi informasi, pengkondisian klasik yang berfokus pada pembelajaran melalui asosiasi stimulus respon, pengkondisian operant yang mempertimbangkan bagaimana perilaku dimodifikasi oleh pengukuh dan penghukum, dan pembelajaran vicarious yang merupakan suatu proses yang berusaha merubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan orang lain (model) dan akibat perilaku yang bersangkutan. c. Perubahan Sikap dan Perilaku Tahap yang terakhir dari proses psikologis ini adalah perubahan sikap dan perilaku. Perubahan dalam sikap dan perilaku adalah sasaran pemasaran yang lazim. Proses ini mencerminkan pengaruh psikologis dasar yang menjadi subjek dari beberapa dasawarsa penelitian yang intensif. Strategi Pemasaran Untuk berhasil menghadapi persaingan, maka konsep pemasaran yang berorientasi pada konsumen (consumer oriented) menjadi penting. Konsep tersebut mendasarkan bahwa kegiatan pemasaran suatu perusahaan dimulai dengan usaha mengenal dan memahami keinginan dan kebutuhan konsumen. Strategi pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaran di pasar sasarannya. Menurut Kotler (2005), terdapat empat bauran pemasaran yang disebut sebagai
24 4P, yaitu produk (product), tempat (place), promosi (promotion), dan harga (price). 1. Product (Produk) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, dan dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan (Kotler, 2005). Strategi dalam bauran produk memerlukan berbagai keputusan yang terkoordinasi antara bagian produksi dan pemasaran. 2. Price (Harga) Harga merupakan faktor penting bagi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap barang yang diinginkan. Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang serta pelayanannya. Harga merupakan variabel yang berubah dengan cepat karena adanya perubahan faktor-faktor penyusunnya (Kotler, 2005). 3. Place (Tempat) Tempat adalah berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk dan sekaligus memasarkannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tempat adalah: a. Place, berhubungan dengan letak atau posisi baik itu di tengah komunitas yang besar atau di daerah pinggiran atau bahkan di tepi jalan yang dekat dengan penduduk. b. Parking, adalah tempat parkir yang merupakan bagian dari property perusahaan atau tempat parkir umum. c. Accesbility, berhubungan dengan ketersediaan jalan yang memudahkan untuk mencapai restoran atau perusahaan tersebut. d. Viability, artinya perusahaan sebaiknya mudah dilihat dan diketahui orang banyak. 4. Promotion (Promosi) Promosi adalah berbagai kegiatan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produk pada pasar sasaran. Strategi promosi yang dapat dilakukan perusahaan meliputi antara lain: a. Advertising, yaitu semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk dengan mendapat bayaran. b. Sales promotion, yaitu insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau pembelian produk dan jasa. c. Public relations and publicity, yaitu berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau produk individual yang dihasilkan. d. Personal selling, yaitu interaksi langsung antara satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan penjualan. e. Direct marketing, yaitu melakukan komunikasi pemasaran secara langsung untuk mendapatkan respon dari pelanggan dan calon tertentu, yang dapat dilakukan dengan menggunakan surat, telepon, dan alat penghubung nonpersonal lain.
25 Kerangka Pemikiran Operasional Industri benih nasional merupakan industri yang memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Jumlah permintaan yang besar namun belum dapat dipenuhi oleh produksi industri nasional saat ini. Hal ini semakin memperkuat bahwa potensi peluang dalam industri benih nasional ini masih cukup besar. Tingginya tingkat permintaan dan peluang dalam industri tersebut menarik perhatian perusahaan untuk mendorong investasi mereka di sektor perbenihan, sehingga membuat banyak bermunculan merek benih padi yang ditawarkan oleh produsen benih baik oleh perusahaan BUMN maupun swasta dengan harga serta kualitas yang berbeda-beda. Dengan demikian tingkat persaingan dalam industri bertambah tinggi. Setiap perusahaan/produsen berlomba-lomba untuk memasarkan produknya dan dituntut lebih baik dari pesaingnya agar dapat diterima pasar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka para PT SHS sebaiknya memiliki pemahaman yang mendalam mengenai perilaku konsumen/petani. Pengetahuan akan petani dibutuhkan agar setiap keputusan yang diambil tidak bertentangan dengan keinginan mereka. Dalam setiap kegiatan konsumsinya, petani cenderung dihadapkan pada dua atau lebih pilihan alternatif, sehingga dalam proses pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk, mereka akan dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Penggunaan suatu produk tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja, melainkan secara simultan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal konsumen. Benih merupakan Produk Antara yang akan digunakan kembali oleh petani sebagai input produksi dalam kegiatan usahataninya. Sebagai konsumen Produk Antara (pembeli bisnis), maka faktorfaktor yang mempengaruhi mereka (petani) dalam memilih benih akan berbeda dengan faktor-faktor yang umumnya mempengaruhi konsumen untuk Produk Akhir (pembeli akhir/pembelian konsumen). Analisis Korespondensi dan tabulasi Top Two Boxes digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis dan melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen/petani di Kabupaten Bogor dalam memilih suatu merek benih padi. Dimana posisi mereka saat ini dihadapkan pada kondisi persaingan yang ketat diantara produsen benih padi. Banyaknya produsen benih yang ada menyebabkan variasi dalam faktor eksternal petani seperti mutu benih (genetik, fisik, fisiologis), harga benih, promosi, dan lain-lain, sehingga menimbulkan banyaknya pilhan benih padi bagi petani. Bersama faktor internal yang dimiliki oleh petani, faktor-faktor eskternal tersebut akan mempengaruhi keputusan pembelian petani. Mengacu kepada teori yang diberikan oleh Engel (1994) dan Kotler (1997), faktor internal yang diduga mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani padi di Kabupaten Bogor antara lain terdiri dari faktor Budaya, Kelas Sosial, Demografi, Pengaruh Pribadi, dan Sumberdaya Konsumen. Faktor Budaya diwakili oleh variabel kehidupan keluarga yang tradisional. Faktor Kelas Sosial dan Sumber Daya Konsumen diwakili oleh variabel pendidikan terakhir dan pendapatan. Faktor Demografi diwakili oleh variabel usia. Faktor Pengaruh Pribadi yang diwakili oleh variabel teman, keluarga dan tokoh masyarakat yang disegani. Faktor Sumbedaya konsumen diwakili oleh variabel pendapatan dan pengeluaran.
26 Sedangkan faktor lainnya yang dijadikan sebagai faktor yang diduga mempengaruhi proses pengambilan keputusan petani adalah faktor eksternal yang berasal dari luar diri petani. Faktor eksternal tersebut terdiri dari beberapa variabel yang penentuannya mengacu kepada strategi pemasaran perusahaan yaitu teori Bauran Pemasaran (Produk, Harga, Promosi, dan Tempat/Distribusi) dan juga mengacu kepada variabel-variabel yang terdapat pada penelitian-penelitian terdahulu, kemudian disesuaikan kembali dengan objek penelitian (benih) berdasarkan teori ilmu benih dan berdiskusi dengan berbagai narasumber seperti PPL (penyuluh lapang, pemasar benih dan dosen-dosen Ilmu Teknologi Benih Institut Pertanian Bogor (IPB). Variabel-variabel tersebut antara lain, ketersediaan benih, Tahan terhadap hama dan penyakit, volume benih dalam kemasan, mutu benih (genetik, fisik, fisiologis), harga benih, promosi, desain dan warna kemasan. Pengambilan berbagai variabel sebagai faktor eksternal tersebut mengacu kepada penelitian-penelitin terdahulu dan telah disesuaikan dengan objek penelitian ini baik produknya maupun konsumen dari produknya (petani). Kerangka pemikiran operasional selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1. Persaingan Produsen Benih Padi
Variasi Bauran Pemasaran Perusahaan Benih: o Harga beli benih o Ketersediaan benih o Volume benih dalam
kemasan o Mutu benih o Promosi o Tahan Hama Penyakit o o o o
Penampakan Benih Kadaluarsa Benih Desain Kemasan Warna kemasan
Perilaku Petani
Proses Pengambilan Keputusan/keputusan Pembelian Petani
Pemilihan Benih Padi PT SHS
Bauran Pemasaran
Gambar 2. Kerangka pemikiran operasional
Faktor Internal Petani : • Pendidikan • Pendapatan • keluarga • Tokoh yang disegani • Pengeluaran
27
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara purposive dengan mempertimbangkan bahwa Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memproduksi padi di Jawa Barat dan memiliki konsumen produk benih padi bersertifikat PT SHS dalam jumlah yang besar. PT SHS sebagai pemimpin pasar menguasai sebesar 36 persen pasokan benih padi di Kabupaten Bogor. Lahan pertanian yang ada di Kabupaten Bogor saat ini mencapai hingga 88.267 Ha. Meskipun saat ini Bogor sedang mengalami beberapa permasalahan pertanian, salah satunya menyangkut penyempitan lahan untuk pertanian akibat adanya alih fungsi lahan menjadi bangunan perumahan dan sebagainya, namun Bogor tetap memiliki potensi untuk pengembangan produksi padi yang cukup besar yaitu dengan pemanfaatan lahan tidur yang terdapat di sejumlah wilayah di Kabupaten Bogor. Luas lahan tidur yang ada di wilayah Kabupaten Bogor adalah sebanyak 8.250 Ha, lahan tidur tersebut berpotensi untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian. Penelitian dilakukan pada lokasi sentra produksi padi di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Pamijahan. Desa yang menjadi daerah penelitian adalah desa Ciasmara yang menjadi sentra produksi padi di kecamatan pamijahan. Diharapkan pada lokasi tersebut dapat ditemui banyak petani padi yang menggunakan benih padi bersertifikat PT SHS agar bisa dijadikan sebagai responden untuk mengetahui bagaimana perilakunya terhadap merek benih padi bersertifikat PT SHS sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Pertimbangan lainnya dalam pemilihan Kabupaten Bogor sebagai lokasi penelitian juga tidak terlepas dari adanya lembaga pendidikan/perguruan tinggi dan penelitian di Bogor seperti IPB (Institut Pertanian Bogor) dan Litbang Pertanian seperti Balitpa (Balai Penelitian Padi), serta organisasi/kelembagaan petani seperti HKTI (Himpunan Kelompok Tani Indonesia) cabang Bogor dan lembaga penelitian lainnya yang dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan arus informasi teknologi yang cepat sehingga dapat menjadi salah satu pemicu bagi petani di wilayah Bogor ini untuk semakin selektif dalam memilih benih padi sebagai unsur/faktor penting bagi peningkatan produktivitas pertanamannya. Pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2012.
Jenis dan Sumber Data Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer diperoleh melalui pemberian kuisoner, yang dilakukan dengan mewawancarai secara langsung para petani padi di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang menjadi responden. 2. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, yang bersumber pada Buku-buku (Buku mengenai Benih Padi,
28 Perilaku dan Preferensi Konsumen), Hasil-hasil penelitian (Jurnal dan Skripsi), Website, serta lembaga-lembaga atau instansi pemerintah yang terkait seperti Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, BP4K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) Kabupaten Bogor, BP3K Kecamatan Cibungbulang, (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan), dan UPT (Unit Pelaksana Teknis) Perbenihan.
Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling, sehingga semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi responden dan menjadi sampling frame. Populasi dari penelitian ini adalah petani padi yang berada di Desa Ciasmara, Kecamatan Pamijahan dengan jumlah 310 orang petani yang tersebar pada 7 kelompok tani yang berbeda. Penentuan sample frame untuk pengambilan sampel penelitian dari populasi tersebut, dilakukan terlebih dahulu melalui screening / penyaringan terhadap anggota populasi yang pernah atau saat ini aktif mengunakan benih bersertifikat. Berdasarkan penelusuran data yang dilakukan, diketahui bahwa seluruh populasi petani padi yang terdapat di Desa Ciasmara pernah menggunakan benih padi bersertifikat. Dengan demikian kerangka sampling didapatkan. Kemudian sampel dipilih secara acak dari kerangka sampling tersebut sebanyak 50 orang responden.
Pengujian Kuisioner Pengujian kuisioner dilakukan dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian ini perlu dilakukan karena kuisioner merupakan instrumen penting dalam penelitian, sehingga kuisioner penelitian harus dapat dipercaya. Menurut Umar (2000) validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Oleh karena itu, uji validitas digunakan untuk mengukur dan mengetahui tingkat kebenaran alat ukur. Sedangkan Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Umar, 2000). Uji realiabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan alat ukur. Pengujian validitas dilakukan menggunakan korelasi Spearman. Nilai korelasi yang dipersyaratkan dalam uji validitas ini apabila lebih besar atau sama dengan 0,30 (rxy ≥ 0,30) atau nilai signifikansinya ≤ α (α= 0,05), maka indikator tersebut dianggap valid. Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan nilai Cronbach Alpha (α). Kriteria alpha (α) secara umum dinyatakan reliabel jika α > 0,6. Berdasarkan hasil uji kuisioner, maka diketahui bahwa ke 15 variabel yang telah diuji dapat dinyatakan valid dan reliabel (Lampiran 3).
29 Metode Analisis Data Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode analisis yaitu analisis Deskriptif dan analisis Faktor. Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian oleh petani. Pengolahan data pada penelitian ini mengunakan bantuan software SPSS 17 dan paket aplikasi Microsoft Office Excel.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan dalam penggambaran data karakteristik konsumen (umur, jenis kelamin, status, pendidikan terakhir, penerimaan rata-rata per bulan serta pengeluaran rata-rata per bulan untuk makanan). Selain itu proses keputusan pembelian (pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan evaluasi pembelian) yang dikumpulkan melalui kuesioner juga dianalisis dengan menggunakanan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dipilih karena dinilai mampu mendeskripsikan dan menggambarkan karakteristik konsumen serta proses keputusan pembelian yang berlangsung dalam penelitian. Hasil jawaban kuisioner yang dinilai sama akan diklasifikasikan serta dihitung persentasenya. Karakteristik konsumen dan perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian dapat dilihat dari jawabanjawaban yang paling dominan.
Tabulasi Top Two Boxes Top two boxes digunakan untuk mengetahui perbandingan jumlah top option. Analisis dengan menggunakan bentuk top two boxes diperoleh dari hasil perhitungan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban berpengaruh dan sangat berpengaruh. Untuk skala 1- 4, maka tingkat pengaruh tinggi diperoleh dari persentase jumlah responden yang menjawab pada skala 3 dan 4, sedangkan tingkat pengaruh rendah pelanggan dapat diperoleh dari persentase jumlah responden yang menjawab pada skala 1 dan 2 (tidak berpengaruh dan sangat tidak berpengaruh).
Analisis Korespondensi Analisis Korespondensi merupakan bagian analisis multivariate yang mempelajari hubungan antara dua atau lebih variabel dengan memperagakan baris dan kolom secara serempak dari tabel kontingensi dua arah dalam ruang vektor berdimensi rendah (dua). Analisis korespondensi digunakan untuk mereduksi dimensi variabel dan menggambarkan profil vektor baris dan vektor kolom suatu matrik data dari tabel kontingensi. Hasil dari analisis korespondensi biasanya mengikutkan dua dimensi terbaik untuk mempresentasikan data, yang menjadi koordinat titik dan suatu ukuran jumlah informasi yang ada dalam setiap dimensi yang biasa dinamakan inertia. Secara geometri baris dan kolom dari suatu matriks X(nxp) dengan n baris dan p kolom dipandang sebagai titik-titik (unsur) dalam suatu ruang berdimensi p
30 atau n. Secara matematis model Principal Component Analysis dapt ditulis sebagai berikut:
dimana: i = 1,2,...,n j=1,2,......p Secara umum matriks data berukuran n x p dengan unsur–unsur xij sebagai frekuensi. Untuk mendapatkan sebuah visualisasi baris dan kolom matriks data asli dalam dimensi yang lebih rendah terlebih dahulu dibangun matriks P(nxp) sebagai matriks analisis korespondensi P(nxp) didefinisikan sebagai matriks frekuensi relatif dari x, maka :
Jumlahan baris n merupakan massa baris dan jumlahan kolom p merupakan massa kolom.
dimana : i = 1,2,....n j = 1,2,......p Matrik N adalah matriks data yang unsur-unsurnya merupakan bilangan positif berukuran I xJ dimana I menunjukkan baris dan J menunjukkan kolom. P adalah Matriks korespondensi didefinisikan sebagai matriks yang unsur-unsurnya adalah unsur matriks N yang telah dibagi dengan jumlah total unsur matriks N. Vektor jumlah baris dan kolom dari matriks P masing-masing dinotasikan dengan r dan c. Matrik diagonal dari elemen-elemen vektor jumlah baris r adalah matriks Dr dengan ukuran (I x I) sedangkan Dc adalah matrik diagonal dengan ukuran (JxJ) dari elemen-elemen vektor jumlah kolom c. Untuk mereduksi dimensi data berdasarkan keragaman data (nilai eigen/inersia) terbesar dengan mempertahankan informasi yang optimum, diperlukan penguraian nilai singular. Penguraian nilai singular merupakan salah satu konsep Aljabar matriks dan konsep eigen decomposition yang terdiri dari nilai eigen dan vektor eigen. Nilai singular dicari untuk memperoleh koordinat baris dan kolom sehingga hasil analisis korespondensi dengan mudah diketahui hubungan / assosiasinya jika divisualisasikan dalam bentuk grafik. Jarak yang digunakan untuk dapat menggambarkan titik-titik pada plot korespondensi adalah jarak Chi-Square.
31 Dengan:
f i = massa baris yang diperoleh dari jumlahan baris dari matrik P f j = massa kolom dari penjumlahan kolom matriks P
Jarak antara dua kolom ke-j dan ke-j’ adalah :
Jarak khi-kuadrat dapat dikonversikan menjadi nilai similarity dengan memberi tanda yang berlawanan dengan tanda pada nilai difference. Dimana nilai difference adalah: Difference = nilai aktual – nilai ekspektasi dan nilai ekspektasi diperoleh dari : Ekspektasi = (total baris x total kolom ) ÷ total keseluruhan. Kontribusi mutlak (absolute contribution) adalah proporsi keragaman yang diterangkan masing-masing titik terhadap sumbu utamanya. Nilai kontribusi mutlak digunakan untuk menentukan suatu titik yang masuk pada suatu faktor atau dimensi dengan kriteria bahwa titik yang masuk ke dalam suatu faktor adalah yang mempunyai nilai atau proporsi yang terbesar. Sedangkan kontribusi relatif adalah (relative contribution) adalah bagian ragam dari suatu titik yang dapat diterangkan oleh sumbu utamanya. Semakin tinggi nilai korelasi kuadrat menunjukkan bahwa sumbu utama mampu menerangkan nilai inersia dengan baik sekali, dan sebaliknya semakin kecil nilai korelasi kuadrat maka semakin sedikit nilai inersia yang dapat diterangkan oleh sumbu utama. Kontribusi relatif atau korelasi baris ke i atau kolom j dengan komponen k adalah kontribusi axis ke inersia baris ke I atau kolom ke j, dinyatakan dalam persen inersia baris ke i atau kolom ke j.
GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PENELITIAN Profil PT SHS (Sang Hyang Seri) Pada tahun 1940 PT Sang Hyang Seri (PERSERO) disingkat PT SHS, adalah perkebunan besar milik swasta asing (Inggris) dengan nama “Pamanukan & Tjiasem Lands” yang dengan adanya nasionalisasi pada tahun 1957 dikelola oleh Yayasan Pembangunan Daerah Jawa Barat (YPDB). Pada tahun 1966 YPDB menjadi Proyek Produksi Pangan Sukamandi Jaya bersamaan dengan dibentuknya Proyek Penelitian dan Mekanisasi serta Proyek Perhewani. Ketiga proyek ini dilebur pada tahun 1968 menjadi Lembaga Sang Hyang Seri. Pada tahun 1971 Lembaga Sang Hyang Seri menjadi Perusahaan Umum (PERUM) Sang Hyang Seri sebagai salah satu sub sistem perbenihan nasional, yang dengan bantuan pinjaman dana dari Bank Dunia merupakan perusahaan perbenihan yang modern dan terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Perum Sang Hyang Seri mengembangkan wilayah pelayanannya dengan mendirikan : 1. Tahun 1973 Distrik Benih di Klaten Jawa Tengah 2. Tahun 1977 Distrik Benih di Malang Jawa Timur dengan 7 unit produksi benih
32 3. Tahun 1982 mendirikan cabang di Luar Jawa, yaitu di Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat. Pada tahun 1995 status PERUM berubah menjadi PERSERO dengan memperluas core business menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung menunjang usaha perbenihan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kinerja perusahaan. Dengan demikian PT SHS merupakan perintis dan pelopor usaha perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai core business perbenihan pertanian. Pada tahun 1997 PT SHS memasuki bisnis benih hortikultura dan pada tahun 2001 mulai mengembangkan bisnis agroinput yang berupa sarana produksi dan agrooutput yang berupa hasil pertanian. Pada tahun 2003 core business dikembangkan dari benih tanaman pangan menjadi benih pertanian dalam arti luas, yaitu meliputi benih tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Selain core business, pada tahun 2008 PT SHS dapat pula melakukan kegiatan penunjang core business dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan. Pembinaan perusahaan dilaksanakan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha PT SHS dijalankan secara professional oleh SDM yang berkualitas dan berkompeten di bidang usaha perbenihan. Untuk menunjang semua kegiatan usaha tersebut, PT SHS didukung oleh budaya perusahaan yang baik. Budaya perusahaan yang dimiliki oleh PT SHS terhimpun dalam Tata Nilai SHS dengan akronim ANDALAN BERSAMA, yang meliputi: 1. Amanah yaitu : bekerja adalah kepercayaan dari perusahaan dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. 2. Handal yaitu : SDM dapat diandalkan dalam bekerja (efisien & efektif) memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tindakan yang sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan 3. Antusias yaitu: bekerja penuh semangat, kerja keras dan cerdas untuk menghasilkan kinerja yang terbaik. 4. Berdedikasi yaitu: integritas dan loyalitas didedikasikan bagi perusahaan 5. Sahaja yaitu: rendah hati, saling menghormati, dan mampu menempatkan diri. 6. Maju yaitu: inovatif, menghargai pendapat dan prestasi orang lain. PT SHS dalam menjalankan usahanya memiliki beberapa kegiatan bidang usaha diantaranya adalah perbenihan, sarana produksi pertanian, hasil pertanian, dan kegiatan penelitian dan pengembangan. Dalam kegiatan usaha bidang perbenihan, PT SHS menghasilkan produk benih untuk tanaman padi, jagung, kacang-kacangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Untuk benih padi dan benih jagung, PT SHS mampu memproduksi benih komposit (non hibrida) dan hibridanya. Volume usaha Benih Padi Non Hibrida berkisar 100.000 ton per tahun dengan jumlah ± 50 varietas dan volume usaha Benih Padi Hibrida berkisar 20.000 ton per tahun dengan jumlah ± 5 varietas. Sedangkan Volume usaha Benih Jagung Komposit berkisar 5.000 ton per tahun dengan jumlah ± 5 varietas. Dan volume usaha Benih Jagung Hibrida berkisar 10.000 ton per tahun dengan jumlah ± 5 varietas. Sarana produksi pertanian yang dijalankan oleh PT SHS dibangun dengan pola kerjasama dengan mitra strategis sebagai investor sekaligus pasar (off farm) dengan petani plasma sebagai pelaksana lapang (on farm). Mitra yang terlibat
33 sampai saat ini sebanyak 30 badan, dengan produk dan kegiatan yang ditangani adalah Pupuk Anorganik (NPK, KCI, TCP), Pupuk Organik Elang Biru cair dan organic, Growfast SHS 40 SP, PPA (Embung Air), Insektisida (a.l Panzer 290 SL, Meteor 25 EC, Applaud 440 SC, Neulumbo, Fungisida Throne 250 EC dan BLB Klinstop SHS 200 EC, Rodentisida Ratgone 0,05 BB Phyton, Clinstop), Herbisida (Gledek SHS 480 AS, Aladin 864 AS, Win 10 WP), serta Alat panen. Kegiatan lainya yang dilakukan oleh perusahaan adalah riset penelitian dan pengembangan. Aktivitas penelitian dan pengembangan perusahaan diarahakan kepada penelitian terapan yang menunjang usaha pokok dan pengembangan bisnis baru yang menguntungkan. Aktivitas yang dilaksanakan adalah : 1. Perbaikan/pemurnian varietas local spesifik. 2. Perbaikan sifat varietas unggul yang telah dirilis. 3. Melakukan uji adaptasi untuk mendapatkan varietas baru (padi hibrida, jagung hibrida) 4. Membuat varietas padi komposit (campur sari) 5. Penelitian teknologi agronomis terapan guna peningkatan nilai ekonomis lahan, misalnya peningkatan Indeks Pertanaman Percobaan Turiang, Pelaksanaan Tanpa-Olah-Tanah (TOT), Tebar Benih Langsung (Tabela) serta tanaman palawija. 6. Pengembangan usaha dengan memanfaatkan merk dan jaringan perusahaan. 7. Pengembangan Pusat Pelatihan Agribisnis. Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh PT SHS dalam menjalankan kegiatan usahanya meliputi: 1. Lahan HGU Sukamandi, Sawah irigasi teknis ± 3.150 Ha berlokasi di Sukamandi, Subang, Jawa Barat. 2. Cabang yang tersebar di 6 Kantor Regional, dengan jaringan wilayah kerja di 79 kabupaten, membina sebanyak 783 kelompok tani dan 51.230 petani penangkar dengan total areal produksi 35.000 ha.Fasilitas Fasilitas pengeringan dan pengolahan benih (± 73.000 ton/tahun). 3. Breeding Center serta laboratorium benih yang terakreditasi. 4. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) sejak tahun 2000 untuk semua kelas benih (FS<SS<ES Level) 5. Jaringan distribusi dengan 322 penyalur dan 3.655 kios. 6. Memiliki sistem pengadaan bahan baku yang berbasis komunitas melalui pola swakelola, kerjasama pengelolaan dan kerjasama baik pada lahan sendiri maupun pada lahan petani
Gambaran Umum Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Kecamatan Pamijahan secara administratif terletak di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada koordinat 6 derajat 21 lintang selatan - 7 derajat lintang selatan dan 106 derajat bujur timur – 107 derajat bujur timur. Posisi tersebut menempatkan Kabupaten Bogor berada memanjang dari utara ke selatan dengan batas administrasi sebagi berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Bandung Sebelah Barat : Depok dan Jakarta Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur dan Sukabumi
34 Sebelah Selatan : Tanggerang Wilayah Kabupaten Bogor cukup strategis karena selain relatif dekat dengsn ibu kota Propinsi Jawa Barat dan ibu kota negara juga dilalui oleh jaringan nasional dan regional, sehingga memudahkan dalam melakukan hubungan dengan kota-kota besar baik di Jawa Barat maupun di pulau Jawa. Luas wilayah Kabupaten Bogor secara keseluruhan adalah 413.027 Ha yang terbagi atas 62.879 Ha lahan sawah dan 287.269 Ha lahan kering. Sebagian besar lahan sawah merupakan lahan sawah beririgasi. Wilayah Kabupaten Bogor tediri atas 40 Kecamatan. Topografi wilayah didominasi oleh perbukitan hingga pegunungan dengan ketinggian 0 m hingga dengan 2.962 m dpl. Berdasarkan kondisi alam (topografi, jenis tanah, Iklim, penggunaan tanah,dan lain-lain) Kabupaten Bogor tediri atas tiga wilayah pembangunan dengan masing-masing karakteristik sebagai berikut : 1. Wilayah pembangunan utara, merupakan dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Gede dengan topografi didominasi bergunung dan penggunaan lahan nya untuk perkebunan, tanaman holtikultura, dan lahan sawah. 2. Wilayah pembangunan tengah, merupakan daerah dengan topografi berbukit hingga bergunung dengan struktur tanahnya labil sehingga sangat peka terhadap erosi dan penggunaan lahannya untuk perkebunan, tanaman hortikultura, dan lahan sawah. 3. Wilayah pembangunan selatan merupakan dataran rendah dengan topografi umumnya bergelombang hingga berbukit yang diselingi oleh pegunungan yang melebar. Seperti halnya wilayah pengembangan tengah, tanahnya labil dan peka terhadap erosi. Penggunaan lahannya didominasi lahan kering dan terdapat perkebunan dan lahan sawah dengan luasan yang kecil. Salah satu kecamatan yang menjadi sektor pertanian terbesar di kabupaten Bogor adalah kecamatan Pamijahan. Kecamatan Pamijahan memiliki luas lahan pertanian sebesar 8.429 ha. Kecamatan Pamijihan terdiri dari 11 desa. Dari ke sebelas desa ini semuanya berpotensi untuk pengembangan budidaya padi. Salah satu desa yang berpotensi besar adalah desa Ciasmara. Berdasarkan data potensi untuk desa Ciasmara kecamatan Pamijahan, menunjukkan bahwa lahan yang berfungsi sebagai tanah sawah adalah seluas 5.445 ha. Lahan kering seluas 3.777 ha, tanah perkebunan seluas 12 ha, dan tanah hutan seluas 15 ha. Didukung dengan sumberdaya yang ada, desa ini berpotensi untuk lahan pertanian, khususnya padi dengan rata-rata hasil 6 ton per ha. Jumlah petani yang ada di desa Ciasmara ini adalah sebanyak 310 orang yang tersebar pada 7 kelompok tani.
KARAKTERISTIK UMUM PETANI DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI Karakteristik Petani Karakteristik petani diperlukan dalam penelitian ini karena bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara karakteristik yang dimiliki oleh petani dengan proses keputusan pembelian yang dilakukan serta penilaian mereka terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi proses keputusan pembelian tersebut.
35 Karakter petani yang beragam akan menghasilkan pola pikir yang beragam pula dalam proses pengambilan keputusan yang mereka lakukan. Responden pada penelitian ini dipilih secara acak sebanyak 50 orang petani. Mereka adalah petani yang pernah atau saat ini aktif menggunakan benih padi bersertifikat. Karakteristik petani yang dianalisis meliputi umur, status kepemilikan lahan, luas lahan, pendapatan, pendidikan terakhir, dan pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa petani yang berada di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor didominasi oleh kelompok petani yang memiliki umur antara umur 48 – 56 tahun dan 57 – 65 tahun yaitu sebanyak 31 orang atau 62 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas petani padi disana merupakan orang yang sudah tua, oleh karena itu mereka cenderung memiliki karakter yang keras kepala dan sulit untuk dipengaruhi. Mereka umumnya memiliki persepsi sendiri mengenai suatu permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan usahataninya, dan persepsi tersebut sulit untuk dirubah. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik umur petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 No Kategori Umur Jumlah Persentase (%) 1 20 - 48 Tahun 10 20 2 48 - 56 Tahun 20 40 3 57 - 65 Tahun 11 22 4 < 65 Tahun 9 18 Jumlah 50 100
Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, umumnya mayoritas petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor telah mendapatkan pendidikan formal, dan hanya sebagian kecil yang tidak mendapatkan serta mengikuti pendidikan formal. Namun demikian, tingkat pendidikan yang mereka miliki masih rendah, didominasi oleh petani yang memiliki pendidikan hanya sebatas hingga Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 30 orang atau 60 persen. Hal ini mempengaruhi rendahnya tingkat penyerapan serta ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh petani, sehingga akan berdampak pada pelaksanaan kegiatan usahatani mereka. Selengkapnya data dapat dilihat pada data Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik pendidikan petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 No 1 2 3 4 5
Kategori Pendidikan Tidak Sekolah SD atau Sederajat SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah 2 30 15 5 0 50
Persentase (%) 4 60 30 10 0 100
36 Tingkat pendapatan usahatani yang dimiliki oleh petani pada suatu musim tanam akan berpengaruh terhadap kegiatan usahatani yang akan dilakukan pada musim tanam berikutnya, hal ini berkaitan dengan pengadaan input-input yang akan digunakan untuk pelakasanaan usahataninya, baik itu dalam kuantitas maupun kualitas input. Tingkat pendapatan usahatani dipengaruhi oleh luas tanam serta produktivitas yang dimiliki oleh para petani. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendapatan usahatani yang dimiliki oleh mayoritas petani padi di Desa Ciasmara berada pada tingkat pendapatan di atas Rp 9.000.000 yaitu sebanyak 30 orang atau 60 persen. Sisanya sebanyak 20 orang atau 40 persen memiliki pendapatan berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 6 juta. Petani dengan pendapatan di atas Rp 9 juta memiliki lahan seluas 0,8 Ha hingga 3 Ha dan produktivitas antara 4,4 ton/Ha hingga 5,5 ton/Ha. Sedangkan petani dengan pendapatan antara Rp 3 juta hingga Rp 9 juta, memiliki lahan seluas 0,2 hingga 0,8 Ha serta produktivitas yang hampir sama yaitu antara 4,3 ton/Ha hingga 5,5 ton/Ha. Informasi tersebut menunjukan adanya manfaat penggunaan benih padi bersertifikat, dilihat dari produktivitasnya, sehingga petani dengan luas lahan yang kecil dapat memiliki pendapatan yang besar. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik pendapatan usahatani petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 No Kategori Pendapatan Usahatani Jumlah Persentase (%) 1 2 3 4
> 2 Juta 2 - 6 Juta 6 – 9 Juta < 9 Juta Jumlah
0 20 0 30 50
0 40 0 60 100
Dilihat dari status kepemilikan lahan, mayoritas petani di Desa Ciasmara yaitu sebanyak 40 orang atau 80 persen merupakan pemilik lahan sekaligus penggarapnya. Sedangkan sisanya sebanyak 8 orang atau 16 persen adalah hanya penggarap dan sebanyak 2 orang atau 4 persen adalah pemilik lahan tanpa menjadi penggarap. Status kepemilikan lahan merupakan suatu penjelasan atau identitas lahan yang dimiliki oleh seseorang. Status kepemilikan juga berpengaruh terhadap kewenangan dan kebebasan dalam mengelola manajerial sistem usahataninya, terutama dalam kegiatan pengadaan input-input pertanian yang dibutuhkan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
37 Tabel 6 Karakteristik status kepemilikan lahan petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari-April 2012 No Kategori Status Kepemilikan Lahan Jumlah Persentase (%) 1 2 3 4
Milik Sendiri Sekaligus Penggarap Milik sendiri Tanpa Menggarap Sewa Penggarap Jumlah
40 2 0 8 50
80 4 0 16 100
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Petani Terhadap Benih Padi Bersertifikat PT SHS Pengenalan Kebutuhan Penggunaan Benih Padi Bersertifikat oleh Petani Dalam melakukan kegiatan pemasarannya, PT SHS perlu mengetahui kondisi atau keadaan yang dapat memicu kebutuhan tertentu dari petani, sehingga dapat diidentifikasi rangsangan yang paling sering meningkatkan minat beli mereka. Melalui informasi tersebut, perusahaan dapat menyusun strategi pemasaran yang dapat memicu minat beli dari diri petani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang petani padi di desa Ciasmara, dapat diketahui bahwa motivasi yang dimiliki oleh para petani tersebut dalam melakukan usahatani padinya adalah memperoleh keuntungan (Tabel 7). Walaupun dalam melakukan kegiatan usahataninya para petani sering menyisihkan sebagian hasil panen mereka untuk memenuhi kebutuhannya sendiri terlebih dahulu, namun sisa panen lainnya akan dijual. Karena sebagai petani, mereka pada dasarnya juga menjalankan aktivitas usaha. Sebagai pelaku usaha yang sama seperti para pelaku usaha di dalam bidang yang lain, maka petani juga memiliki orientasi usaha kepada profit (keuntungan).
Tabel 7 Alasan atau motivasi petani dalam melakukan usahatani padi di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 No Alasan atau Motivasi Jumlah Persentase 1 Memperoleh keuntungan 50 100 2 Sudah turun temurun 0 0 3 Memenuhi kebutuhan 0 0 Jumlah 50 100
Keuntungan yang diperoleh dari usahatani nantinya dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga seperti pakaian, pendidikan, tabungan, kesehatan, biaya listrik dan lain sebagainya, bahkan ada yang menyisihkan keuntungan usahatani mereka untuk melakukan kegiatan investasi seperti pembelian sawah. Oleh karena itu, semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin baik bagi kehidupan mereka. Alasan tersebut menyebabkan seluruh petani menilai bahwa penggunaan benih padi yang
38 bersertifikat pada saat ini menjadi hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan para petani berpendapat bahwa benih padi bersertifikat PT SHS sudah sangat terjamin mutunya karena telah mengalami proses sertifikasi yang panjang, sehingga motivasi dan alasan utama mereka menggunakan benih padi bersertifikat merek PT SHS tersebut adalah mengharapkan hasil panen menjadi lebih tinggi (Tabel 8). Apabila petani mendapatkan panen yang tinggi, maka mereka akan memperoleh pendapatan yang tinggi pula.
Tabel 8 Sebaran persentase petani berdasarkan alasan menggunakan benih padi bersertifikat PT SHS di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 Persentase No Alasan Menggunakan Benih Padi Bersertifkat Jumlah (%) 1 Panen Tinggi 50 100 2 Panen Cepat 0 0 3 Lainnya 0 0 Jumlah 50 100
Pencarian Informasi Produk Benih Bersertifikat PT SHS oleh Petani Konsumen yang sudah terpicu minat dan kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih mendalam mengenai suatu produk. Konsumen akan mulai mencari bahan bacaan di media, menghubungi teman, atau mungkin mengunjungi untuk mempelajari produk tertentu. Sumber informasi berperan untuk mempengaruhi kondisi psikologi petani untuk mencoba. Mengacu kepada hal tersebut, PT SHS perlu memperhatikan sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dalam hal ini adalah petani dan pengaruhnya terhadap proses keputusan pembelian mereka. Analisis ini akan membantu perusahaan dalam menyusun komunikasi yang efektif dengan pasar sasaran. Selain itu, ketika melakukan pengumpulan informasi, petani juga akan mempelajari pilihan atas merek-merek yang bersaing. Dengan demikian, PT SHS harus mampu menerapkan strategi yang dapat memasukkan mereknya ke dalam kumpulan pilihan petani dan merencanakan daya tarik yang membuat merek perusahaan mampu bersaing dengan merek-merek lain dalam pilihan petani tersebut. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani memperoleh informasi mengenai benih padi bersertifikat khususnya merek PT SHS dari kios saprotan (Tabel 9). Melihat dari data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kios saprotan merupakan sumber informasi yang paling banyak dimiliki oleh petani. Oleh karena itu, sebagian besar petani akan mencari dan berusaha memperoleh informasi yang lengkap mengenai benih bersertifikat mulai dari merek-merek apa saja yang ditawarkan hingga fitur, mutu, kualitas serta keunggulan setiap merek tersebut di kios saprotan yang biasa mereka datangi untuk membeli benih padi. Dengan kata lain kios saprotan merupakan sumber informasi utama yang dapat mempengaruhi dan menentukan merek-merek benih padi mana saja yang menjadi kumpulan pilihan dalam proses keputusan pembelian petani. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.
39 Dari penelitian juga dapat diketahui bahwa ada beberapa merek benih padi selain merek PT SHS yang sudah diketahui oleh petani. Beberapa merek tersebut akan masuk ke dalam pilihan merek yang akan dipilih untuk digunakan oleh petani sebagai input dalam usahatani padi yang mereka lakukan. Beberapa merek tersebut adalah merek dari perusahaan PT Pertani (merek cap dua kuda), PT SAS (Bernas), dan PT Kujang (merek kujang).
Tabel 9
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Sebaran persentase petani berdasarkan sumber mendapatkan informasi benih padi bersertifkat PT SHS di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 Sumber Informasi Jumlah Persentase (%) Toko/Kios Saprotan 25 49 PPL 8 17 Media 0 0 Kelompok Tani 6 11 Teman Petani 12 23 Produsen 0 0 Keluarga 0 0 Lainnya 0 0 Jumlah 50 100
Penilaian Terhadap Alternatif Produk Benih Bersertifkat oleh Petani Tahap berikutnya setelah memperoleh informasi mengenai produk dan mengolah informasi yang didapat adalah melakukan proses penilaian dan evaluasi terhadap kumpulan pilihan atas merek-merek produk yang ada. Dalam melakukan evaluasi, petani akan memandang masing-masing merek benih padi yang bersaing sebagai kumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhannya. Oleh karena itu, petani akan menilai atribut produk dari merek-merek yang ada berdasarkan kriteria yang dianggap penting dan relevan dengan kebutuhan yang dimiliki oleh mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, kriteria utama (pertama) yang dijadikan dasar sebagai pertimbangan oleh semua petani dalam memilih benih padi bersertifikat merek PT SHS adalah mutu benih. Kriteria tersebut menjadi bahan pertimbangan yang sangat penting karena sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh petani dalam penggunaan benih padi yang bersertifikat yaitu hasil panen menjadi lebih tinggi agar keuntungan yang diperoleh mereka menjadi lebih besar. Kriteria kedua yang dijadikan pertimbangan oleh petani untuk memilih benih padi bersertifikat PT SHS adalah harga benih dan kemasan benih. Atribut harga benih dijadikan sebagai kriteria kedua dalam mempertimbangkan pemilihan benih padi oleh 32 orang petani atau sebesar 62,75 persen. Sedangkan sisanya sebanyak 18 orang petani atau 37,25 persen menjadikan atribut kemasan benih menjadi kriteria kedua bagi sebagai bahan pertimbangannya dalam memilih benih. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10.
40 Tabel 10 Kriteria petani dalam pemilihan benih padi bersertifikat PT SHS di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari - April 2012 No Kriteria Jumlah Persentase Kriteria kedua Jumlah Persentase pertama (%) (%) 1 Mutu Benih 50 100 Mutu Benih 0 0 2 Harga Benih 0 0 Harga Benih 32 62,74 3 Kemasan 0 0 Kemasan 18 37,25 Benih Benih Jumlah 50 100 50 100
Keputusan Pembelian oleh Petani terhadap Produk Benih Bersertifikat PT SHS Ketika berada pada tahap evaluasi, konsumen akan membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai, kemudian memutuskan untuk pembelian terhadap suatu produk tertentu. Dalam melaksanakan niat pembeliannya tersebut, petani memiliki lima keputusan pembelian, yaitu keputusan merek, keputusan pemasok (dealer/kios/toko saprotan), keputusan kuantitas, keputusan waktu, dan keputusan cara pembelian dan pembayaran. Dari penelitian diketahui bahwa sebanyak 27 orang petani (54 persen) memilih menggunakan merek benih padi dari PT SHS sebagai input dalam usahataninya, dan sisanya sebanyak 23 orang petani atau 45 persen memilih untuk menggunakan merek benih dari PT Pertani. Dari penggunaan kedua merek tersebut, petani yang menggunakan benih padi bersertifkat untuk setiap musim tanam per tahun mereka adalah sebanyak 28 orang petani atau 52 persen, dan petani yang hanya menggunakan benih padi bersertifikat di musim tanam awal tahun kemudian menggunakan benih padi hasil pertanaman sendiri untuk digunakan di musim tanam berikutnya adalah sebanyak 22 orang petani atau 48 persen. Data dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Penggunaan merek perusahaan benih padi oleh petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 No Merek Perusahaan Jumlah Persentase (%) 1 Sang Hyang Seri 30 60 2 Pertani 20 40 Jumlah 50 100 Petani yang hanya membeli benih padi bersertifikat di musim tanam awal tahun memiliki pendapat/keyakinan bahwa penggunaan benih hasil pertanaman sendiri untuk di musim kedua dan ketiga masih memberikan hasil yang bagus, sehingga cukup membelinya di musim tanam yang pertama saja. Kemudian setelah memasuki musim tanam di tahun berikutnya mereka baru membeli kembali benih padi bersertifikat. Pada saat melakukan pembelian, petani yang membeli benih padi bersertifikat kepada kelompok tani secara kolektif ada sebanyak 5 orang atau 11, 4
41 persen dan petani yang membeli sendiri langsung ke kios (toko saprotan) sebanyak 45 orang atau 88, 6 persen. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Cara pembelian benih padi bersertifikat PT SHS oleh petani di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 No Cara Pembelian Jumlah Persentase (%) 1 Secara Kolektif 5 11,4 2 Perorangan 45 88,6 Jumlah 50 100
Bagi pembelian secara kolektif melalui kelompok tani, maka petani membeli benih padi bersertifikat merk PT SHS ke toko (kios saprotan) besar yang berada di daerah leuwiliang, agak jauh dari daerah pertanaman maupun tempat tinggal mereka, namun tempat (kios) tersebut dipilih karena harga pembeliannya lebih murah, dengan jumlah pembelian yang banyak maka petani juga akan mendapat potongan harga, selain itu stock atau persedian benih padi di kios ini selalu ada dan lengkap, sehingga mereka dapat dengan mudah untuk mendapatkan benih padi merek PT SHS yang biasa mereka beli. Sedangkan untuk petani yang membeli sendiri, mereka lebih sering memilih untuk membeli benih padi bersertifikat merk PT SHS ke toko (kios saprotan) di pasar yang berada dekat dengan daerah tempat tinggal mereka. Meskipun tidak jarang persedian benih padi bersertifikat dengan merek yang mereka cari tidak ada, sehingga mereka akhirnya membeli benih padi dengan merek yang lain. Namun, para petani yang tetap membeli di tempat ini beralasan bahwa letaknya yang dekat dengan tempat tinggal dan pertanaman mereka, maka dapat menghemat biaya transportasi. Hampir sebagian besar petani memilih membeli di kios yang dekat dengan tempat tinggal dan lahan usahatani mereka, karena bisa menghemat biaya, terutama biaya transportasi, jika dibandingkan harus mencari di tempat lain yang lebih jauh dan akan memakan biaya yang lebih banyak (switching cost).
Tindakan Petani Setelah Pembelian Benih Padi Bersertifikat PT SHS Setelah melakukan pembelian, petani akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukan. Petani akan mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas perusahaan tidak berakhir begitu saja ketika produk telah dibeli. PT SHS harus memantau bagaimana perilaku pasca pembelian petani. Apa dampak yang akan terjadi pada pembelian petani berikutnya apabila terjadi suatu perubahan pada kondisi produk perusahaan. Harga suatu produk dapat mempengaruhi kondisi seorang konsumen. Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa menurut sebagian besar petani, harga benih padi bersertifikat yang mereka beli saat ini masih terjangkau untuk dijadikan sebagai input dalam melakukan kegiatan usahataninya. Oleh karena itu, apabila terjadi kenaikan harga yang wajar pada benih padi bersertifikat yang biasa mereka gunakan, maka petani yang akan tetap membelinya, yaitu sebanyak 35
42 orang petani atau 71 Persen. Hal ini terjadi karena benih padi bersertifikat merek PT SHS yang mereka gunakan saat ini sudah terbukti mutu dan kualitasnya, sehingga membawa banyak perubahan bagi hasil panen yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, mereka cukup memaklumi apabila terjadi sedikit kenaikan pada harga benih. Sedangkan sisanya sebanyak 11 orang atau 22,8 persen memilih menggunakan benih sendiri, dan sebanyak 3 orang atau 5,7 persen memilih untuk membeli merek benih padi lain yang tidak mengalami kenaikan harga. Data dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Tindakan petani terhadap kondisi kenaikan harga atas benih padi yang digunakan di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 No Tindakan Jumlah Persentase (%) 1 Tetap Membeli 35 71 2 Beli Merek Lain 3 22,8 3 Pakai Benih Sendiri 11 5,7 Jumlah 50 100
Selain harga, ketersedian benih juga mempengaruhi kebutuhan petani terhadap penggunaan benih padi. PT SHS perlu mengetahui apa yang akan petani lakukan apabila benih perusahaan yang telah mereka beli saat ini tidak ada persediaannya atau persediaanya sulit untuk didapatkan. Dari penelitian dapat diketahui bahwa 20 orang petani atau 40 persen akan mencari di tempat/kios lain apabila benih padi bersertifikat merek PT SHS yang biasa mereka gunakan tidak ada di kios (took saprotan) tempat mereka biasa membelinya. Sedangkan sebanyak 20 orang petani lainnya atau sebesar 40 persen akan membeli merek benih padi bersertifikat yang lain apabila benih padi yang biasa mereka gunakan sulit didapatkan atau tidak ada di kios (toko saprotan) yang biasa mereka datangi. Sisanya sebanyak 10 orang petani atau sebesar 20 persen akan menggunakan benih hasil pertanamannya sendiri, hal ini dikarenakan benih tersebut berasal dari hasil penggunaan benih padi bersertifikat sebelumnya yang dipilih sendiri oleh petani, sehingga dianggap masih memberikan hasil yang bagus. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Tindakan petani terhadap kondisi ketersediaan benih padi yang digunakan di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 No Tindakan Jumlah Persentase (%) 1 Mencari di tempat lain 30 60 2 Beli merek lain 10 20 3 Pakai Benih Sendiri 10 20 Jumlah 50 100
43 Setelah melakukan pembelian, petani akan menentukan apakah mereka puas dengan penggunaan benih padi yang mereka gunakan. Keputusan petani merupakan bentuk dari perasaan seberapa dekat harapan yang dipikirkan oleh mereka atas produk dengan kinerja dari produk tersebut. Perasaan-perasaan itu akan menentukan adanya pembelian ulang oleh petani atau tidak.
Tabel 15 Sikap petani terhadap produk benih padi yang digunakan di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada Bulan Februari – April 2012 No Sikap Jumlah Persentase (%) 1 2
Puas Tidak Puas Jumlah
44 6 50
88,6 11,4 100
Hasil penelitian (Tabel 15) menunjukkan bahwa secara keseluruhan dari sebagian besar petani yaitu sebanyak 44 orang atau sebesar 88,6 persen merasa puas dan ingin melakukan pembelian ulang terhadap produk benih padi bersertifikat merek PT SHS yang saat ini mereka gunakan, dikarenakan hasil yang diterima sesuai dengan apa yan telah diharapkan. Sedangkan sisanya sebanyak 6 orang petani tidak puas dan tidak ingin melakukan pembelian ulang. Ada beberapa hal yang menyebabkan mereka tidak puas, antara lain dikarenakan harga benih yang dinilai tinggi. Selain itu yang paling penting adalah adanya keluhan bahwa hasil panen yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN PETANI DALAM MEMILIH BENIH PADI BERSERTIFIKAT PT SHS Menentukan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Petani terhadap Benih Padi Bersertifikat PT SHS Perilaku yang dimiliki oleh petani ketika melakukan pembelian dan pemilihan merek benih padi bersertifikat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi proses pembelian petani tersebut kemudian dianalisis menggunakan tabulasi top two boxes dan dilengkapi dengan analisis korespondensi. Untuk mengetahui faktor-faktor penting apa saja yang mendominasi dalam mempengaruhi proses pembelian mereka, petani diminta untuk memberikan tingkat pengaruh terhadap beberapa pernyataan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian input benih padi bersertifikat PT SHS yang mereka lakukan. Responden diminta untuk memberikan tingkat pengaruh dengan menggunakan 4 (empat) skala, mulai dari sangat tidak berpengaruh, tidak berpengaruh, berpengaruh hingga sangat
44 berpengaruh. Pernyataan besarnya tingkat pengaruh yang diberikan petani tersebut kemudian diolah secara deskriptif menggunakan top two boxes dan analisis korespondensi. Dari hasil penilaian akan diperoleh variabel-variabel yang penting/utama dan berpengaruh bagi mereka. Hasil dari analisis tersebut dapat digunakan oleh PT SHS dalam menyusun strategi pemasaran yang akan dilakukan, terutama terkait dalam strategi bauran pemasaran. Strategi pemasaran perusahaan dapat difokuskan pada faktor /variabel yang paling penting/utama dalam mempengaruhi keputusan pembelian petani dalam memilih merek benih padi bersertifikat merek PT SHS. Hasil tabulasi top two boxes selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Top two boxes variabel sangat berpengaruh dan berpengaruh Dari Gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang paling berpengaruh bagi petani adalah variabel mutu dengan persentase sebesar 100%, disusul kemudian variabel promosi dan resistensi terhadap hama dengan persentase sebesar 97%, variabel desain kemasan dan penampakan benih dalam kemasan dengan persentase sebesar 94%, serta variabel kadaluarsa benih dengan persentase sebesar 71%. Seluruh variabel tersebut memiliki persentase terbanyak yaitu di atas 70 persen (> 70%) untuk kategori variabel yang dianggap berpengaruh hingga sangat berpengaruh bagi petani dalam proses pengambilan keputusan pembelian benih bersertifikat merek PT SHS yang mereka lakukan. Selain variabel-variabel tersebut, dari tabulasi top two boxes juga dapat diketahui bahwa variabel volume benih dalam kemasan, pendidikan, pendapatan, tokoh masyarakat, keluaraga, pengeluaran, ketersediaan benih, harga, dan warna kemasan menjadi variabel-variabel yang tidak terlalu berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan petani dalam memilih benih padi bersertifikat merek PT SHS karena persentasenya dalam top two boxes rendah di bawah 70 %. Setelah menggunakan tabulasi top two boxes, langkah selanjutnya dalam menentukan variabel-variabel yang menjadi faktor utama bagi petani dalam
45 mempengaruhi keputusan pembelian mereka adalah membandingkan hasil tabulasi top 2 boxes dengan hasil analisis korespondensi. Melalui analisis korespodensi, variabel-variabel akan dikelompokkan berdasarkan jawaban petani mengenai pengaruh variabel-variabel tersebut dalam proses pengambilan keputusan mereka ke dalam sebuah plot. Dalam plot dapat dilihat tingkat pengaruh ke-15 variabel bagi petani dalam kelompok-kelompok skala tingkat pengaruh. Pada kelompok 1, variabel yang berkumpul dekat dengan titik 1 merupakan variabel dengan tingkat pengaruh paling rendah, pada kelompok 2 variabel yang berkumpul dekat dengan titik 2 merupakan variabel dengan tingkat pengaruh rendah, pada kelompok 3 variabel yang berkumpul dekat dengan titik 3 merupakan variabel dengan tingkat pengaruh besar, dan pada kelompok 4 variabel yang berkumpul dekat dengan titik 4 merupakan variabel dengan tingkat pengaruh paling besar. Dengan membandingkan hasil antara tabulasi top two boxes dan analisis korespondensi, maka dapat ditentukan urutan variabel yang memiliki pengaruh paling besar. Hasil analisis korespondensi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Pendidikan
Pengeluaran
Keluarga Volume
Harga Pendapatan
Ketersediaan
Promosi
Warna
Mutu
Tokoh
Penampakan Resisten
Desain
Kadalurasa
Gambar 4. Plot variabel dalam analisis korespondensi Hasil analisis korespondensi pada Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa keragaman yang mampu dijelaskan oleh komponen I/sumbu utama I adalah sebesar 63, 58% sedangkan keragaman yang mampu dijelaskan oleh komponen II/sumbu utama II adalah sebesar 30, 43%, sehingga total keragaman yang mampu dijelaskan oleh kedua komponen / sumbu utama tersebut adalah sebesar 94, 01%. Total keragaman tersebut sudah tinggi dan menunjukkan kebaikan model korespondensi. Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa variabel yang berkumpul pada area kelompok 4 adalah variabel yang mutu benih dan promosi. Sementara itu, variabel yang berkumpul pada kelompok 3 adalah variabel penampakan benih dalam kemasan, resisten terhadap hama dan penyakit, desain kemasan, dan kadaluarsa benih. Sedangkan sisanya yang berkumpul pada
46 kelompok 1 dan 2 meliputi variabel pendidikan, pendapatan, keluarga, ketersediaan benih, tokoh masyarakat yang berpengaruh, harga benih, volume benih dalam kemasan, warna kemasan benih, dan pengeluaran rumah tangga petani. Pada kelompok 4, variabel yang mengumpul dekat pada titik 4 merupakan variabel paling utama /prioritas yang menjadi pertimbangan petani dalam memilih benih padi bersertifikat merek PT SHS. Sementara itu, pada kelompok 3, variabel yang mengumpul dekat pada titik 3 menjadi pertimbangan penting selanjutnya bagi petani dalam memilih benih padi bersertifikat merek PT SHS. Sedangkan sisanya yang berkumpul dekat pada titik di kelompok 1 dan 2 merupakan variabel yang dianggap tidak terlalu berpengaruh hingga sangat tidak berpengaruh bagi petani dalam proses pengambilan keputusan pembelian benih padi bersertifikat merek PT SHS. Apabila hasil analisis korespondensi dibandingkan dengan hasil tabulasi top 2 boxes yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat ditentukan bahwa urutan variabel-variabel yang paling mempengaruhi petani dalam memilih benih padi bersertifikat merek PT SHS yaitu mutu benih sebagai variabel berpengaruh ke 1, Promosi sebagai variabel berpengaruh ke 2, penampakan benih dalam Kemasan sebagai variabel berpengaruh ke 3, resisten terhadap hama dan penyakit sebagai variabel berpengaruh ke 4, desain kemasan sebagai variabel berpengaruh ke 5, dan kadaluarsa benih sebagai variabel berpengaruh ke 6. Mutu benih menjadi variabel pertama yang sangat mempengaruhi proses pembelian petani dalam memilih merek benih padi bersertifikat PT SHS. mutu benih merupakan variabel dominan/utama diantara variabel lainnya yang menjadi pertimbangan penting bagi petani dalam memilih benih padi merek PT SHS yang akan mereka gunakan dalam kegiatan usahataninya. Hal ini sesuai dengan data tabulasi pada Tabel 10 yang menunjukkan bahwa mutu benih dijadikan sebagai kriteria utama yang dijadikan dasar pertimbangan petani di desa Ciasmara dalam memilih merek benih padi PT SHS. Dengan demikian data tabulasi dan analisis korespondensi serta tabulasi top 2 boxes konsisten. Mutu yang dimiliki benih padi sangat berkaitan erat dengan hasil panen yang akan dihasilkan, petani percaya/beranggapan bahwa dengan menggunakan benih padi dengan mutu yang tinggi maka panen yang mereka hasilkan menjadi lebih tinggi. Hasil panen yang tinggi membuat penerimaan usahatani yang diterima oleh petani juga menjadi lebih besar. Dalam menjalankan usahataninya, petani pada dasarnya berperan sebagai pelaku usaha dimana orientasi usahanya adalah profit (keuntungan). Melihat variabel pertama ini, dapat dilihat jelas bahwa petani memiliki orientasi profit dalam usahatani yang mereka jalankan, sesuai dengan data tabulasi di Tabel 7. Mutu benih merupakan wujud dari dari sisi penerimaan yang diterima oleh petani. Apabila benih padi merek PT SHS memiliki mutu benih yang tinggi, maka penerimaan yang akan diterima oleh petani juga akan semakin besar, sehingga semakin tinggi mutu yang dimiliki oleh benih padi merek PT SHS, maka peluang petani untuk terus memilih menggunakan benih padi merek PT SHS tersebut juga semakin besar. Variabel kedua yang mempengaruhi proses pembelian petani di desa Ciasmara dalam memilih merek benih padi bersertifikat merek PT SHS adalah promosi. Petani pada dasarnya tidak mudah untuk dipengaruhi oleh anjuran katakata yang tidak memiliki bukti yang kuat, oleh karena itu umumnya bentuk promosi yang dilakukan oleh produsen benih padi adalah pembuatan demplot.
47 Melalui demplot, produsen dapat menunjukkan keunggulan produknya dalam suatu pertanaman percontohan, dengan demikian petani dapat membuktikan sendiri bagaimana keungulan yang dimiliki oleh produk tersebut, sehingga mereka dapat tertarik untuk mencoba menggunakannya. Dengan demikian semakin intensif kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT SHS untuk mempengaruhi petani, maka peluang petani untuk terus memilih benih dengan merek PT SHS akan semakin besar. Penampakan benih dalam kemasan menjadi variabel ketiga yang mempengaruhi proses pembelian petani di desa Ciasmara dalam memilih merek benih padi bersertifikat merek PT SHS. Dalam kondisi nyata di lapangan, petani memiliki kesulitan untuk menentukan tingkat mutu yang dimiliki dari suatu merek benih padi, hal ini disebabkan karakteristik petani di desa Ciasmara yang pada umumnya berpendidikan rendah, mayoritas hanya mendapatkan pendidikan sebatas SD (Tabel 4). Oleh karena itu, mereka akan menentukan dan mengukur tingkat mutu benih melalui variabel yang lain. Berdasarkan hasil penelitian, salah satu variabel yang dijadikan penilaian oleh petani untuk menentukan dan mengukur Mutu produk benih PT SHS adalah melalui Penampakan kondisi benih dalam kemasan. Petani memperhatikan bagaimana kondisi penampakan benih dalam kemasan, apakah masih dalam kondisi yang baik atau tidak, apakah benih dalam kondisi pecah atau tidak, apakah benih memiliki bentuk yang seragam atau tidak, dan apakah benih tampak memiliki banyak kotoran atau tidak. Semakin baik penampakan kondisi benih dalam kemasan dari merek PT SHS, maka petani akan selalu memilih benih padi dengan merek PT SHS tersebut. Melalui penampakan kondisi benih, petani menilai apakah benih tersebut mampu memberikan hasil yang baik. Variabel selanjutnya yang mempengaruhi proses pembelian petani dalam memilih merek benih padi bersertifikat merek PT SHS adalah resisten terhadap hama dan penyakit, Desain kemasan benih, dan Tanggal kadaluarsa benih. Semakin memiliki keunggulan dalam hal resisten / tahan terhadap hama dan penyakit, maka benih padi merek PT SHS akan selalu dipilih oleh petani sebagai input dalam kegiatan usahataninya. Bebas hama dan penyakit merupakan salah satu harapan petani dalam usahatani padi yang mereka lakukan. Sebab serangan hama dan penyakit merupakan salah satu kondisi yang menimbulkan kerugian, karena dapat menyebabkan kegagalan panen. Kegagalan panen akan berdampak pada menurunnya luas panen yang dihasilkan oleh petani, sehingga pendapatan yang diterima oleh mereka juga akan menurun. Oleh karena itu, petani akan terus memilih untuk membeli benih padi bersertifikat merek PT SHS apabila benih tersebut memiliki keunggulan tahan / resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani, maka akan semakin mudah bagi mereka untuk mendapatkan produk benih padi yang memiliki mutu dan kualitas yang baik. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat mempengaruhi bagaimana pola pikir, daya tangkap, daya kritis, daya evaluasi, dan kecermatan yang diperlukan oleh petani dalam melakukan kegiatan usahataninya, terutama ketika melakukan pengadaan input pertanian seperti benih padi. Namun seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, karakteristik petani di desa Ciasmara umumnya berpendidikan rendah. Oleh karena itu, mereka seringkali tidak terlalu teliti dan tidak mempunyai dasar yang benar terhadap
48 pemilihan benih padi yang dilakukan, sehingga mereka pada umumnya menilai dan mengukur mutu benih kepada tampilan luar produk, salah satunya seperti desain kemasan. Petani memiliki anggapan bahwa produk benih padi dengan desain yang bagus baik bentuk maupun bahan kemasnya, maka produk tersebut merupakan produk benih padi yang berkualitas dan terjamin mutunya. Oleh karena itu semakin menarik desain bentuk dan bahan kemasan yang dimiliki benih padi merek PT SHS, maka petani akan selalu mau untuk terus memilih benih padi dengan merek PT SHS. Tanggal kadaluarsa menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi petani dalam proses pengambilan keputusan dalam memilih benih padi bersertifikat PT SHS. Informasi mengenai tanggal kadaluarsa benih umumnya dapat mudah ditemui pada bungkus kemasan benih atau juga terletak pada label yang tertera pada kemasan. Meskipun demikian, banyak petani yang tidak teliti dalam memperhatikan informasi tersebut, bahkan tidak sedikit petani yang tidak mengerti cara mencari letak posisi informasi tanggal kadaluarsa dalam cover atau label kemasan, sehingga banyak ditemui kasus petani yang mengeluhkan rendahnya produktivitas akibat menggunakan benih yang telah kadaluarsa. Tanggal kadaluarsa mempengaruhi kinerja mutu benih, meskipun benih memiliki mutu yang tinggi namun apabila telah melewati masa kadaluarsanya, maka benih tersebut tidak akan memberikan hasil yang baik. Hal ini tampaknya telah dimengerti dengan cukup baik oleh petani. Oleh karena itu, Semakin lama Tanggal kadaluarsa yang dimiliki oleh benih padi merek PT SHS, maka petani akan selalu mau untuk memilih benih padi merek PT SHS tersebut. Selain memetakan beberapa variabel yang berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan petani dalam memilih benih padi bersertifikat PT SHS, dari plot analisis korespondensi juga dipetakan beberapa variabel yang dianggap tidak berpengaruh bagi petani. Variabel tersebut antara lain volume benih dalam kemasan, pendidikan, pendapatan petani pada musim tanam sebelumnya, tokoh masyarakat, keluarga, pengeluaran rumah tangga petani, ketersediaan benih, harga, dan warna kemasan benih. Variabel volume benih menjadi tidak berpengaruh bagi petani disebabkan berapapun jumlah volume benih yang ada dan dalam kondisi apapun volumenya, mereka tetap akan terus membelinya. Karena yang terpenting bagi mereka adalah memiliki benih padi bersertifikat PT SHS untuk kegiatan usahataninya, sehingga apabila volume benih dalam satu kemasan tidak mencukupi kebutuhan mereka, petani akan membeli benih menjadi beberapa bungkus, untuk mencapai volume yang sesuai untuk kebutuhan tanam usahataninya. Sama halnya seperti volume benih dalam kemasan, harga benih pun menjadi variabel yang tidak berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan bagi petani. Hal ini sesuai dengan data tabulasi di Tabel 10 dimana harga hanya menjadi prioritas kedua bagi petani dalam pemilihan benih padi bersertifikat merek PT SHS. Petani tidak keberatan dengan harga yang lebih mahal, asalkan benih padi merek PT SHS yang mereka beli memiliki mutu benih yang tinggi, sehingga pendapatan yang mereka terima akan lebih besar. Petani beranggapan bahwa biaya pembelian benih yang mahal akan tertutupi oleh pendapatan besar yang mereka terima akibat dampak penggunaan benih padi bersertifikat merek PT SHS yang memiliki mutu benih yang tinggi. Oleh karena itu, harga benih menjadi variabel yang tidak berpengaruh
49 bagi petani ketika mereka memilih untuk menggunakan benih padi bersertifikat merek PT SHS. Pengeluaran rumah tangga dan pendapatan usahatani yang dimiliki petani juga menjadi variabel yang tidak berpengaruh bagi petani dalam proses pemilihan benih padi bersertifikat merek PT SHS. Pada awal pelaksanaan kegiatan usahatani padi yang mereka lakukan, petani umumnya telah memisahkan biaya antara pengeluaran kegiatan usahatani padinya dan biaya untuk pengeluaran pribadi rumah tangga mereka. Biaya-biaya tersebut dibiayai dengan bersumber pada pendapatan usahatani yang mereka lakukan pada musim tanam sebelumnya. Kadang kala pendapatan usahatani yang mereka dapatkan pada musim tanam sebelumnya tersebut mendapatkan hasil yang kecil. Pada kondisi tersebut, petani tetap terlebih dahulu akan memprioritaskan biaya untuk pengeluaran bagi kegiatan usahataninya, salah satunya termasuk biaya pembelian input benih padi bersertifikat merek PT SHS. Pengeluaran rumah tangga pribadi mereka akan disesuaikan setelah biaya-biaya tersebut. Oleh karena itu, pengeluaran pribadi rumah tangga dan pendapatan usahatani mereka pada musim tanam sebelumnya tidak akan mempengaruhi petani untuk memilih benih padi dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga benih padi bersertifikat merek PT SHS yang saat ini mereka beli. Tokoh masyarakat dan keluarga menjadi variabel lainnya yang tidak mempengaruhi petani dalam proses pengambilan keputusan pembeliannya. Pada umumnya tokoh masyarakat dan keluarga menjadi kelompok acuan bagi seorang konsumen, dimana pendapat yang mereka berikan dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan. Hal yang sama akan terjadi pada konsumen bisnis. Namun, berbeda pada pendapat-pendapat tersebut, pada hasil penelitian ini kelompok acuan seperti tokoh masyarakat dan keluarga justru tidak terlalu memiliki pengaruh pada proses pengambilan keputusan mereka. Petani beranggapan bahwa dirinya adalah seorang pengambil keputusan utama, dimana pendapat atau masukkan dari orang lain tidak akan terlalu didengar dan dipercayai oleh mereka. Petani di desa Ciasmara pada umumnya telah lama melakukan kegiatan usahatani. Mayoritas petani di sana telah melakukan usahatani selama lebih dari 20 tahun. Hal ini menyebabkan pengalaman yang telah mereka dapatkan selama ini menjadi lebih banyak, sehingga mereka lebih memilih untuk percaya pada pengalaman mereka sendiri, dibandingkan pendapat orang lain. Sedangkan untuk variabel ketersediaan benih, petani juga tidak mempertimbangkannya dalam proses pengambilan keputusan yang mereka lakukan. Seperti petani pada umumnya, petani di desa Ciasmara juga tidak mudah untuk percaya pada sesuatu hal yang baru. Namun, apabila mereka telah merasakan sendiri kelebihan dari suatu produk, maka mereka akan terus menggunakannya dan tidak mau untuk beralih ke produk yang lain. Demikian halnya pada produk benih padi bersertifikat merek PT SHS, petani di Ciasmara sudah percaya kelebihannya, dan tidak mau beralih ke produk benih padi besertifikat dengan merek yang lain. Sesuai pada tabulasi Tabel 15, 60 persen petani akan mencari di toko / tempat lain apabila benih merek benih bersertifikat merek PT SHS tidak tersedia pada toko dan tempat yang biasa mereka datangi untuk membeli, meskipun tempat atau tokonya berada sedikit lebih jauh. Sedangkan 20 persen lainnya akan lebih menggunakan benih hasil pertanaman mereka sendiri, dibandingkan harus menggunakan benih dengan merek yang lain.
50 Hal ini membuktikan bahwa kesetiaan dan kepercayaan petani pada benih padi bersertifika merek PT SHS menyebabkan kondisi ketersediaan benih tidak mempengaruhi mereka dalam proses pengambilan keputusannya.
Strategi Terhadap Bauran Pemasaran Strategi yang dapat diberikan terkait bauran pemasaran (marketing mix) kepada PT SHS, dirumuskan melalui hasil dari analisis perilaku konsumen yang meliputi proses pengambilan keputusan dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian petani. Adapun rekomendasi tersebut meliputi :
Strategi Produk Pada strategi produk, hal paling utama yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah motivasi petani ntuk melakukan usahatani padi dan alasan mereka menggunakan benih padi bersertifikat. Berdasarkan hasil penelitian, motivasi utama petani melakukan usahatani padi sebesar 100 persen adalah untuk memperoleh keuntungan (Tabel 7) dan alasan/harapan yang dicari petani dari penggunaan benih padi bersertifkat sebesar 100 persen adalah untuk mendapatkan panen yang tinggi (produktivitas tinggi) (Tabel 8), sehingga pendapatan / keuntungan usahatani padi yang mereka terima menjadi lebih besar. Untuk itu, ketika melakukan pemilihan benih padi bersertifikat merek PT SHS, kriteria utama yang dijadikan pertimbangan adalah mutu benih (Tabel 10), data ini sesuai dengan hasil analisis faktor yang menunjukkan bahwa mutu benih merupakan varibel dominan yang paling mempengaruhi petani dalam pemilihan merek benih padi. Dengan demikian, pihak perusahaan harus benar-benar fokus dan memiliki prioritas yang utama untuk menjaga agar mutu benih padi bersertifikat yang mereka produksi lebih tinggi dibandingkan produk pesaing, sehingga petani mau memilih dan menggunakan produk benih padi dari perusahaan. Oleh karena itu, agar target mutu dapat tercapai, maka perusahaan perlu meningkatkan pengawasan dalam proses sertifikasi produksi benih padi mulai di lapang, terus ke pabrik pengolahan, hingga benih padi dikemas dan siap didistribusikan kepada konsumen. Jangan sampai ada kesalahan fatal dengan mutu benih yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain mutu benih, produsen juga harus memperhatikan penampakan benih dalam kemasan dan desain kemasan yang menarik. Karena karakteristik mayoritas petani berpendidikan rendah, maka kedua atribut ini sering menjadi dasar penilaian dan pengukuran oleh petani untuk melihat mutu benih. Oleh karena itu, produsen perlu menjaga agar benih padi yang diproduksi memiliki mutu fisik yang tinggi sehingga memiliki penampakan benih yang baik kemudian dikemas dengan kemasan yang memiliki desaian bentuk yang menarik, serta menggunakan bahan kemas yang tebal dibandingkan produk benih pesaing. Dengan demikian diharapkan petani selalu bersedia untuk memilih menggunakan produk benih dari perusahaan.
51 Strategi Harga Penetapan harga merupakan hal yang paling mendasar di antara programprogram pemasaran yang ada. Keputusan mengenai harga akan berimplikasi terhadap penjualan produk yang bersangkutan. Oleh karena itu, penetapan harga perlu menggambarkan strategi pemasaran perusahaan, sehingga terlihat sasaran yang mungkin tercapai oleh keputusan penetapan harga yang dilakukan. Perusahaan mungkin harus mengubah harga akibat dari perubahan pada biaya, perubahan pada tindakan-tindakan pesaing, atau perubahan pada faktor-faktor lingkungan seperti kondisi ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa 62,74 persen petani menjadikan harga sebagai kriteria kedua yang dijadikan pertimbangan dalam memilih merek benih padi setelah mutu benih. Meskipun mutu merupakan prioritas utama petani dalam memilih benih, namun sebagai pelaku usaha yang rasional, petani pun juga akan mempertimbangkan harga beli benih sebagai biaya input dalam usahataninya. Apabila terjadi perubahan besar di dalam komponen biaya yang dikeluarkan, maka hal tersebut juga akan berdampak pada pendapatan yang nantinya diterima oleh petani. Oleh karena itu, PT SHS harus mampu memahami hal tersebut, perusahaan perlu berhati-hati dalam memutuskan penetapan harga. Sehingga apabila harga yang ditetapkan berada sedikit diatas harga yang ditawarkan oleh pesaing, sedangkan mutu dan kualitasnya sama, maka perusahaan akan menghadapi resiko kehilangan konsumennya karena mereka dapat memilih untuk beralih menggunakan produk pesaing. Kecuali perusahaan mampu menghasilkan benih padi bersertifikat dengan mutu dan kualitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan produk pesaing, maka penetapan harga yang tinggi tidak akan membuat petani beralih untuk menggunakan produk pesaing. Dengan demikian, perusahaan harus menetapkan harga yang bersaing, jangan menetapkan harga yang terlalu tinggi di atas produk benih pesaing apabila produk pesaing memiliki mutu dan kualitas yang tidak jauh berbeda dengan produk benih perusahaan. Bahkan apabila perlu, perusahaan dapat menetapkan harga lebih rendah. Beberapa sasaran yang dapat tercapai sekaligus dalam penetapan harga seperti itu adalah perusahaan mampu mempertahankan pangsa pasar yang saat ini dimiliki (mempertahankan semua pelanggan/konsumen lama) dan memperluas atau menambah pangsa pasar dengan menarik konsumenkonsumen baru, yaitu petani yang saat ini menggunakan produk pesaing dan petani yang belum menggunakan benih padi bersertifikat.
Strategi Promosi Dalam memasarkan produk benih padinya, perusahaan harus mampu mengembangkan program promosi yang tepat kepada petani. Dalam promosi, perusahaan perlu mengupayakan komunikasi yang efektif agar sasaran penjualan dan bagian pasar yang dituju/diharapkan dapat tercapai. Program promosi yang dilakukan oleh perusahaan dapat memeperkuat kesadaran dan pengetahuan petani mengenai produk yang dipasarkan oleh perusahaan. Selain itu, melalui promosi yang tepat perusahaan dapat mempengaruhi sikap dan kesadaran serta motivasi petani untuk mengambil tindakan yang positif berkenaan dengan produk. Dengan
52 demikian, maka petani mengetahui dengan jelas keunggulan produk benih padi dari perusahaan, sehingga petani mau menggunakan produk perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa promosi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepurtusan pembelian petani, hal ini menunjukkan program poromosi yang dilakukan oleh perusahaan akan berpengaruh positif terhadap pembelian produk benih perusahaan oleh petani. Oleh karena itu, semakin tinggi intensitas promosi yang dilakukan perusahaan, maka keinginan petani untuk menggunakan produk perusahaan juga semakin tinggi. Secara umum beberapa jenis program promosi ke konsumen/pembeli terbagi menjadi dua, promosi up the line (seperti iklan, sponsorship, dan lain-lain) dan promosi below the line (seperti penyuluhan, demplot, dan lain-lain). Bagi karakterisitik konsumen yang sangat sulit untuk diyakinkan seperti petani, maka jenis promosi yang cocok digunakan adalah jenis promosi yang kedua yaitu below the line, meliputi penyuluhan ke petani dan pembuatan demplot (tanaman contoh). Melalui penyuluhan dan pemasangan demplot tersebut, perusahaan dapat secara menyampaikan keunggulan produknya. Perusahaan dapat memberikan arahan kepada petani mengenai produk benih padi mereka secara spesifik sekaligus memperlihatkan keunggulannya secara langsung kepada petani dengan menanam tanaman contoh sebagai pembanding dari pertanaman yang ditanam oleh petani. Dengan demikian petani dapat melihat dan menilai sendiri buktinya bagaimana mutu dan kualitas dari produk benih perusahaan, sehingga bahan tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi mereka (petani) agar mau menggunakan produk benih padi dari perusahaan.
Strategi Tempat Dan Distribusi Kegiatan penjualan dan distribusi perusahaan adalah bagaimana suatu perusahaan membuat produknya sampai hingga ke tangan konsumen serta tersedia di tempat yang tepat dengan waktu dan jumkah yang tepat pula. Untuk mencapai hal tersebut program penjualan dan distribusi suatu perusahaan memerlukan saluran pemasaran/distribusi yang efektif serta armada penjualan yang memadai. Dengan memiliki saluran pemasaran/distribusi yang efektif serta armada penjualan yang memadai dan efektif perusahaan akan memperoleh keberhasilan dari strategi pemasaran yang dilakukan. Armada penjualan membantu dan memperkuat program promosi dengan memberikan informasi mengenai manfaat suatu produk dan melakukan tindak lanjut atas pertanyaan konsumen. Akhirnya kegiatan pemasaran yang dirancang untuk meningkatkan kepuasan konsumen terhadap pengiriman dan jaminan ketersediaan produk pada umumnya dilaksanakan oleh armada penjualan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keputusan pembelian petani terhadap produk benih padi dipengaruhi oleh ketersediannya dan kemudahan untuk mendapatkan suatu produk benih padi pada saat mereka akan menggunakannya. Semakin mudah untukk didapatkan dan tersedia setiap saat petani membutuhkannya, maka petani akan memilih suatu produk benih padi tersebut. Apabila suatu produk yang biasa mereka gunakan tidak tersedia ketika akan membelinya, maka mereka cenderung akan memilih untuk membeli produk benih padi yang lain, dibandingkan untuk mencari produk yang biasa mereka gunakan tersebut hingga ke berbagai tempat yang menyediakannya. Oleh karena
53 itu, perusahaan harus mampu mengupayakan produk agar selalu tersedia di tempat/kios yang biasa didatangi oleh petani. Mengacu kepada hal tersebut, maka jelaslah bahwa memiliki saluran pemasaran yang efektif didukung oleh armada penjualan yang memadai sangat penting bagi perusahaan dalam menjamin ketersediaan produk hingga ke petani.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa petani yang berada di Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor didominasi oleh kelompok petani yang memiliki umur antara umur 48 – 56 tahun dan 57 – 65 tahun yaitu sebanyak 62 persen. tingkat pendidikan yang mereka miliki masih rendah, didominasi oleh petani yang memiliki pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 60 persen. Tingkat pendapatan usahatani yang dimiliki oleh mayoritas petani padi di Desa Ciasmara berada pada tingkat pendapatan di atas Rp 9.000.000 yaitu sebanyak 60 persen. Sisanya sebanyak 40 persen memiliki pendapatan berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 6 juta. Petani dengan pendapatan di atas Rp 9 juta memiliki lahan seluas 0,8 Ha hingga 3 Ha dan produktivitas antara 4,4 ton/Ha hingga 5,5 ton/Ha. Sedangkan petani dengan pendapatan antara Rp 3 juta hingga Rp 9 juta, memiliki lahan seluas 0,2 hingga 0,8 Ha serta produktivitas yang hampir sama yaitu antara 4,3 ton/Ha hingga 5,5 ton/Ha. Mayoritas petani di Desa Ciasmara yaitu sebanyak 80 persen merupakan petani pemilik - penggarap. Sedangkan sisanya sebanyak 16 persen adalah petani penggarap dan sebanyak 4 persen adalah petani pemilik tanpa menjadi penggarap. 2. Proses keputusan pembelian dimulai dari tahap pengenalan kebutuhan, dimana alasan utama petani melakukan penggunaan benih padi bersertifikat adalah hasil panen yang tinggi. Tahap selanjutnya adalah pencarian informasi, dimana sumber informasi utama petani diperoleh dari kios saprotan. Pada tahap evaluasi alternatif petani memiliki kriteria utama yang terletak pada mutu benih. Tahap berikutnya adalah keputusan pembelian, petani lebih banyak melakukan pembelian secara perorangan di kios/toko saprotan terdekat, petani lebih banyak membeli benih padi dari perusahaan SHS. Tahap terkhir adalah evaluasi pembelian, dimana petani sudah merasa puas dan mau untuk melakukan pembelian ulang atas produk benih padi yang mereka gunakan. 3. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi pemilihan benih padi bersertifikat merek PT SHS oleh petani yaitu, (1) mutu benih, (2) promosi, (3) penampakan benih dalam kemasan, (4) resisten Terhadap hama dan penyakit, (5) desain kemasan benih, dan (6) tanggal kadaluarsa benih. 4. Penelitian ini berpengaruh terhadap implikasi bauran pemasaran (4P) yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan untuk dapat memenangkan
54 persaingan atau minimal dapat mempertahankan pangsa pasarnya. Strategi produk dapat ditempuh melalui konsistensi mutu dan kualitas produk benih padi, menjaga kualitas penampakan benih dalam kemasan, kemudian mengemas benih dalam kemasan dengan desain serta warna yang menarik. Agar target strategi produk dapat tercapai, maka perusahaan perlu meningkatkan pengawasan dalam proses sertifikasi produksi benih padi mulai di lapang, terus ke pabrik pengolahan, hingga benih padi dikemas dan siap didistribusikan kepada konsumen. Strategi harga dapat ditempuh melalui penetapan harga yang bersaing dengan harga pesaing. Strategi promosi dapat ditempuh melalui penyuluhan dan pembuatan demplot. Strategi tempat dapat ditempuh dengan menggunakan saluran distribusi yang efektif didukung oleh armada penjualan yang memadai agar produk dapat sampai hingga ke petani.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, pihak perusahaan dalam memasarkan produknya dapat mempertimbangkan untuk selalu fokus terhadap variabel mutu benih, peredaran benih untuk memantau tanggal kadaluarsa benih, dan tanggapan cepat apabila terjadi keluhan dari petani terhadap produk. Penanganan yang cepat dapat menjaga citra produk tetap baik di mata petani. Selain itu, dalam strategi promosi, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk melibatkan peran dari penyuluh lapangan serta orang-orang yang memiliki pengaruh di lingkungan petani, sehingga dapat memperkuat citra produk dan memberikan efektifitas pemasaran, karena petani dapat mengetahui keunggulan produk secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA Anwar B. 2007. Analisis Preferensi Konsumsi Terhadap Ikan Hias Tawar (studi kasus di Bogor). [Skripsi]. Faperta IPB. Aprilani T S. 2007. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Saus Sambal Indofood. [Skripsi]. Faperta IPB. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Petanian. BPS. Jakarta. Gita D. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pepaya Bangkok. [Skripsi]. Faperta IPB. Dewi K S. 2008. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Benih Padi Bersertifikat (Studi kasus PT Citra Agro Indonesia, Ponorogo). [Skripsi]. FEM IPB. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat. 2010. Data Statistik Pertanian Padi. http://diperta.jabarprov.go.id. Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2009. Data Pemasok Benih Kabupaten Bogor 2008. Bogor. Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan. 2011. Data Statistik Perbenihan Tanaman Pangan. Jakarta
55 Duncan T. 2005. Principles of Advertising & IMC, Second Edition. McGraw-Hill, Inc. Bab 5. Engel J F, R D Blackwel, P W Miniard. 1994. Perilaku Konsumen Jilid I. Bina Aksara. Jakarta. Eveline. 1988. Analisis Perilaku Konsumen Buah Segar Konsumen Rumah Tangga dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kotamadya Jakarta Timur. [Skripsi]. Faperta IPB. Fahmi D. 2008. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri Jawa Timur. [Skripsi]. Faperta IPB. Friza D E T. 2007. Analisis Sikap Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Memilih Restoran Fast Food (Kasus pada Restoran KFC Pajajaran dan A&W Botani Square Bogor). [Skripsi]. Faperta IPB. Griffin R W, dan Ebert R J. 2003. Bisnis Edisi Keenam. PT. Prenhanllindo. Jakarta. Hady N. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Chicken Nugget (Kasus Delfarm Dan So Good Pada Perumahan Viila Ciomas Indah Bogor). [Skripsi]. Faperta IPB. Hidayatunnismah. Analisis korespondensi beberapa tindak kriminal (Studi Kasus : Wilayah Kotamadya Bogor). [Skripsi]. Fmipa IPB. [ICN] Indonesian Commercial Newsletter. 2009. Perkembangan Industri Benih Tanaman Pangan. http://www.datacon.co.id/Seed1-2009Ind.html [diakses pada tanggal 2 November, 01:36 am]. Irdasari N. 2009. Ananlisis Sikap Konsumen Terhadap Kinerja Atribut Produk Penyedap Rasa Merek Masako (Konsumen Penyedap Rasa di Kecamatan Bogor Tengah). [Skripsi]. Faperta IPB. Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid I dan II Terjemahan Prenhalindo. Jakarta. Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Terjemahan Prenhalindo. Jakarta. LL Mustain. 2005. Strategi Pengembangan Benih Padi Bersertifikat Pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Timur. [Tesis]. MB IPB. Melaty SH. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Oleh Konsumen Restoran Imah Hejo Kota Bogor. [Skripsi]. Faperta IPB. Musaqo S. 2006. Analisis Sistem Pengadaan dan Pemasaran Benih Padi di Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi. [Skripi]. Faperta IPB. Perner L. 2009. Consumer Behaviour. http://www.consumerpsychologist.com/ //cb Introduction.html. Podesta R. 2009. Pengaruh Penggunaan Benih Bersertifikat terhadap Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Pandan Wangi. [Skripsi]. Fakultas Ekonomi Dan Manajemen IPB. Purbiantoro W. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemilihan Merek Teh Dalam Botol Oleh Pedagang Kaki Lima. [Skripsi]. Faperta IPB. Rahman A. 2008. Analisis Kepuasan Produk Susu Ultra Milk. Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
56 Sajiwa A. 2007. Analisis Perilaku Konsumsi Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Produk Crepe. [Skripsi]. Faperta IPB. Saheda A. 2008. Preferensi dan Kepuasaan Petani Terhadap benih Padi varietas Lokal Pandan wangi Di Kabupaten Cianjur. [Skripsi]. Fakultas Pertanian IPB. Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Saleh Z. 2003. Kajian Preferensi Konsumen Terhadap Buah-Buahan Di Hero Pajajaran. [Skripsi]. Faperta IPB. Sitorus MT F. 2009. Benih Bersertifikat Basis Swasembada Beras. http://www.suarapembaruandaily//industri-benih-bersertifikat-09.htm [diakses pada tanggal 14 April, 00:48 am]. Soekartawi A S, John L D, dan J. Brian H. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Suganda H. 2010. Masihkah Jabar Produsen Padi Terbesar. http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/31474/masihkah-jabarprodusen-padi-terbesar [diakses pada tanggal 4 November, 02:46 am]. Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapanya Dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia. Jakarta. Suryadi. 1995. Analisi Preferensi dan Pola Konsumsi Keluarga Terhadap Komoditi Telur dan Daging Unggas di Daerah Kotamadya Bogor. [Skripsi]. Faperta IPB. Tjiptono F. 2002. Strategi Pemasaran Edisi II. ANDI. Jogjakarta. Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yunita V. 2007. Analisis Kepuasan Petani Terhadap Benih Jagung Hibrida Produksi PT. PERTANI (Persero) Jakarta di Kecamatan Tanjung Medar Kabupaten Sumedang Jawa Barat. [Skripsi]. Faperta IPB.
57
LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar nama perusahaan/produsen utama benih tanaman pangan di Indonesiaa No Nama Perusahaan /Produsen Lokasi Kantor Pusat 1
PT Pertani
Jakarta
2
PT Sang Hyang Sri (SHS)
Jakarta
3
PT Dupont Indonesia/Pioneer
Malang, Jawa Timur
4
PT Triusaha Sari Tani
Jember, Jawa Timur
5
PT Monsanto
6
PT Bisi
7
PT Bayer Indonesia
8
PT Karya Niaga Beras Mandiri
Jakarta
9
PT Sumber Alam Sutera (SAS)
Jakarta Selatan
10
PT Syngenta
11
PT Agrimakmur Pertiwi
Jakarta
12
PT Advanta Seed Indonesia
Jakarta
13
PT Bangun Pusaka
Jakarta
14
PT Primasid AU
Jakarta
15
PT Biogene Plantation
Jakarta
16
PT Saprotan Benih Utama
17
PT Makmur Sejahtera
Jakarta
18
PT Kondo
Jakarta
19
PT Petrokimia Gresik
20
PT Arindo Utama Perkasa
21
UD Bunga Tani
a
Pondok Indah, Jakarta Jakarta Jakarta Selatan
Malang, Jawa timur
Sragen, Jawa Tengah
Gresik, Jawa Timur Pati, Jawa Tengah Jember, Jawa Timur
Sumber : Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Dirjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (2011)
58 Lampiran 2 Data luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi seluruh propinsi di Indonesia pada Tahun 2009a Luas Produktivitas Propinsi Produksi(Ton) Panen(Ha) (Ku/Ha) Indonesia 12 883576 64 398 890 49,99 Aceh 359 375 43,32 1 556 858 Sumatera Utara 768 407 45,91 3 527 899 Sumatera barat 439 542 47,91 2 105 790 Riau 149 423 35,57 531 429 Jambi 155 802 41,40 644 947 Sumatera Selatan 746 465 41,87 3 125 236 Bengkulu 132 975 38,37 510 160 Lampung 570 417 46,88 2 673 844 Bangka Belitung 8 063 24,64 19 864 Kepulauan Riau 144 29,86 430 DKI Jakarta 1 974 55,79 11 013 Jawa Barat 1 950 203 58,06 11 322 681 Jawa Tengah 1 725 034 55,65 9 600 415 DI Yogyakarta 145 424 57,62 837 930 Jawa Timur 1 904 830 59,11 11 259 085 Banten 366 138 50,50 1 849 007 Bali 150 283 58,47 878 764 Nusa Tenggara Barat 374 279 49,98 1 870 775 Nusa Tenggara Timur 194 219 31,27 607 359 Kalimantan Barat 418 929 31,05 1 300 798 Kalimantan Tengah 214 480 26,98 578 761 Kalimantan Selatan 490 069 39,93 1 956 993 Kalimantan Timur 146 177 38,01 555 560 Sulawesi Utara 114 745 47,85 549 087 Sulawesi Tengah 211 232 45,14 953 396 Sulawesi Selatan 862 017 50,16 4 324 178 Sulawesi Tenggara 98 130 41,51 407 367 Gorontalo 48 042 53,48 256 934 Sulawesi Barat 64 973 47,82 310 706 Maluku 21 252 42,29 89 875 Maluku Utara 13 711 33,73 46 253 Papua Barat 10 486 35,27 36 985 Papua 26 336 37,41 98 511 a
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)
59 Lampiran 3 Data luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas padi di Propinsi Jawa Barat pada Tahun 2009a No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Bandung barat Kota bogor kota sukabumi Kota bandung Kota cirebon Kota bekasi Kota depok Kota cimahi Kota tasik Kota banjar JUMLAH
a
88 267 150 209 149 515 73 524 140 221 127 734 111 252 63 291 88 934 101 194 81 705 235 408 192 749 43 152 196 635 112 677 45 502 1 364 3 636 2 448 732 797 735 643 15 051 6 517
Luas Panen (Ha) 85 147 144 499 144 026 75 891 135 104 120 254 107 575 61 068 86 187 97 204 78 143 226 568 184 585 41 662 182 425 105 825 43 847 1 269 3 625 1 897 656 1 013 793 504 14 252 6 184
2 033 892
1 950 203
Luas Tanam (Ha)
Produktivitas (Ton/Ha)
Produksi (Ton)
58,80 55,12 53,19 58,44 58,13 60,26 62,81 57,00 59,14 58,53 55,95 58,31 59,89 55,51 58,53 58,67 55,55 56,04 62,58 57,44 55,53 56,05 57,96 58,19 56,72 61,28
500 686 796 502 766 039 443 507 785 374 724 703 675 637 348 093 509 729 568 955 437 192 1 321 016 1 105 550 231 285 1 067 691 620 868 243 570 7 112 22 687 10 897 3 643 5 678 4 596 2 933 80 844 37 895
58,06
11 322 682
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat (2010)
60 Lampiran 4 Luas panen, produktivitas, dan produksi tanaman padi di Kabupaten Bogor pada Tahun 2009a Produktivitas No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) (Kwintal/Ha) 1 Tenjo 2 968 51,13 15 172 2 Parung Panjang 2 723 58,50 15 933 3 Jasinga 3 847 58,08 22 344 4 Cigudeg 3 752 61,89 23 217 5 Sukajaya 2 931 60,44 17 714 6 Nanggung 2 395 60,96 14 599 7 Rumpin 3 789 59,10 22 394 8 Leuwiliang 3 855 63,27 24 392 9 leuwisadeng 2 266 63,12 14 302 10 Cibungbulang 3 597 64,17 23 081 11 Pamijahan 8 031 63,43 50 939 12 Cimpea 2 504 61,54 15 409 13 Tenjolaya 2.604 60,96 15 876 14 Gunung Sindur 470 62,49 2 936 15 Parung 432 61,15 2 645 16 Ciseeng 1 094 61,08 6 679 17 Bojong Gede 131 61,45 803 18 Tajurhalang 186 62,37 1 163 19 Kemang 416 61,67 2 566 20 Rancabungur 679 60,30 4 097 21 Dramaga 1 291 60,09 7 755 22 Ciomas 796 60,80 4 837 23 Taman Sari 1 092 60,43 6 601 24 Cijeruk 1 452 61,67 8 953 25 Cigombong 1 226 60,71 7 441 26 Caringin 2 842 61,93 17 600 27 Ciawi 1 589 61,48 9 768 28 Megamendung 1 111 61,16 6 795 29 Cisarua 436 62,05 2 707 30 Sukaraja 217 61,05 1 325 31 Citeureup 599 61,16 3 661 32 Babakanmadang 542 59,98 3 250 33 Cibinong 146 60,48 883 34 Gunung Putri 141 52,79 743 35 Cileungsi 1 355 60,18 8 152 36 Klapanunggal 1 904 56,40 10 738 37 Jonggol 4 358 59,53 25 946 38 Sukamakmur 4 692 59,52 27 927 39 Cariu 5 085 59,44 30 224 40 Tanjungsari 5 347 59,33 31 724 a
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (2009)
61 Lampiran 5 Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner Hasil uji validitas Item-Total Statistics
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15
Scale Mean if Item Deleted 46,68571 45,97143 46,2 46,4 46,05714 45,88571 46,22857 45,85714 45,57143 46,54286 44,68571 46,05714 44,91429 45,48571 46,02857
Scale Variance if Item Deleted 16,63361 11,96975 12,45882 15,01176 13,58487 13,45714 12,59328 13,71429 14,48739 14,8437 16,86891 11,11429 14,31597 14,55126 12,02857
Hasil uji reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Cronbach's N of Alpha Alpha Based Items on Standardized Items 0,650292 15 0,715154
Corrected Item-Total Correlation 0,53174 0,692999 0,623662 0,028592 0,338544 0,359233 0,667167 0,350123 0,403282 0,321376 0,343226 0,641044 0,360357 0,197373 0,731188
Squared Multiple Correlation . . . . . . . . . . . . . . .
62
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Fachry Ramadhan, merupakan putra kedua dari pasangan Bapak Rosihan Djauhari dan Ibu Hermiati. Penulis dilahirkan di Jakarta pada Tanggal 20 April 1988. Pada tahun 1993 penulis memulai pendidikan di TK. Al-Azhar, Kota Bandar Lampung dan tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 23 ATTS, Kota Bukittinggi. Penulis lulus pada tahun 2000 kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 7, Kota Bogor, dan pada tahun 2003 melanjutkan jenjang pendidikan di SMU Negeri 7, kota Bogor. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Program Keahlian Teknologi Indistri Benih, Direktorat Program Diploma IPB dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.