FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN AUDITEE BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) KEPULAUAN RIAU TEUKU ANDRI SYAHPUTRA 090462201358 Fakultas Ekonomi - Jurusan Akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, 2016 ABSTRAK TEUKU ANDRI SYAHPUTRA : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Auditee Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau Pada era globalisasi ini dunia di bidang auditing sedang mengalami perkembangan dan sangat dibutuhkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Tenure (Ketepatan Waktu), Experience (Pengalaman Audit), Independence (Independensi), Professional Care (Kecermatan Professional), dan Competent (Kompetensi) terhadap kepuasan auditee di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan analisis dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel secara total sampling dengan sampel penelitian sebanyak 40 pegawai bagian keuangan di Aparat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau yang ikut dalam tugas pemeriksaan. Data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan tingkat signifikan 5%. Hasil pengujian hipotesis pertama dengan uji F membuktikan bahwa Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent berpengaruh terhadap kepuasan Auditee. Melalui hasil perhitungan yang telah diperoleh F hitung = 54,591 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df (dilakukan 5;34) adalah sebesar 2,49. Karena Fhitung > Ftabel (54,591 > 2,49). Kata kunci : Ketepatan Waktu, Pengalaman Audit, Independensi, Kecermatan Professional, dan Kompetensi
PENDAHULUAN Audit internal adalah komponen penting dalam mewujudkan good corporate governance (GCG) baik di sektor swasta maupun di sektor publik. Keberhasilan manajemen dalam meningkatkan kinerja tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan audit internal yang efektif. Demikian pula, optimalisasi peran yang dijalankan oleh audit internal akan menyebabkan tugas atestasi yang dilakukan audit eksternal menjadi efektif dan efisien. Pada era globalisasi ini dunia di bidang auditing sedang mengalami perkembangan dan sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu peran jasa auditor diperlukan,
khususnya
jasa
akuntan
publik.
Profesi
akuntan
publik
bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi laporan keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Dan seorang auditor melakukan audit bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain yang berkepentingan dalam laporan keuangan auditan. Kualitas audit merupakan suatu issue yang komplek, karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah serta sikap independensinya dengan klien. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhawatiran akan penyalahgunaan jasa auditor, dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan keuangan auditan dan profesi akuntan publik. Kualitas audit juga didefinisikan dari segi risiko audit, dengan jasa yang bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang kecil (Ahmed Riahi Belkaoui, 2004).
1
De Angelo dalam ST. Nur Irawati (2011) mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Carcello et.al (1992) dalam Desi Arylia (2012) merumuskan beberapa atribut yang menjadi faktor-faktor penentu kualitas audit, yaitu: (1) Tenure (waktu) adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi. (2) Experience (pengalaman) adalah pengalaman tim audit menjadi auditor di pemerintahan. (3) Independence
(Indepedensi)
menyatakan
Auditor
harus
objektif
dalam
pelaksanaan tugasnya dengan kriterinya Auditor harus memiliki sikap netral dan tidak memiliki kepentingan pribadi didalam melaksanakan audit. (4) Profesional care (kecermatan profesional) Auditor harus bersikap hati-hati dan profesional dalam melakukan pekerjaan audit. Dari keempat indikator di atas bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan yang dilakukan auditor dalam menemukan pelanggaran atau kesalahan pada sistem akuntansi klien serta memberikan pendapat pada laporan keuangan auditan. Dan didalam melaksanakan tugasnya auditor harus senantiasa berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. AAA Financial Accounting Commite dalam ST. Nur Irawati (2011) menyatakan bahwa “Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit”. Suatu kualitas audit yang baik akan memberikan dampak kepada klien/auditee. Dampak itu berupa kepuasan bagi auditee, begitu pula sebaliknya jika kualitas audit yang dilakukan tidak baik maka akan terjadinya kekecewaan pada auditee selaku pengguna jasa auditor. Philip Kotler dalam Sari Zawitri (2009) mendefinisikan bahwa kepuasan auditee adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya.
2
Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah judul yang akan diteliti, dimana pada penelitian sebelumnya berjudul “Faktor-Faktor Penentu Kualitas auditor terhadap kepuasan auditee di Inspektorat Provinsi Kepri”, sedangkan pada penelitian sekarang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Auditee Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau”. Dimana kota dan tahun penelitian sebelumnya dilakukan di kota Tanjungpinang pada tahun 2012 dan penelitian sekarang dilakukan di Kota Batam pada tahun 2013.
PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah Tenure (Ketepatan Waktu) berpengaruh terhadap kepuasan auditee? 2. Apakah Experience (Pengalaman Audit) berpengaruh terhadap kepuasan auditee? 3. Apakah Independence (Independensi) berpengaruh terhadap kepuasan auditee? 4. Apakah Professional Care (Kecermatan Professional) berpengaruh terhadap kepuasan auditee? 5. Apakah Competent (Kompetensi) berpengaruh terhadap kepuasan auditee? 6. Apakah Tenure (Ketepatan Waktu), Experience (Pengalaman Audit), Independence
(Independensi),
Professional
Care
(Kecermatan
Professional), dan Competent (Kompetensi) berpengaruh terhadap kepuasan auditee?
KAJIAN PUSTAKA Kepuasan Auditee Kepuasan audit adalah merupakan suatu hal penting untuk memahami kualitas jasa yang memberi kepuasan bagi auditee sebagai pelanggan jasa audit, dengan melihat dari sudut pandang auditee Menurut Ishak (2005) definisi dari
3
Kepuasan konsumen adalah semua sikap berkenaan dengan barang atau jasa setelah diterima dan dipakai. Job satisfaction auditor sangatlah bergantung pada indikator-indikator yang mempengaruhinya, salah satunya adalah gaji. Wungu (2003) menyatakan bahwa gaji atau salary adalah komponen imbalan jasa atau penghasilan yang pemberinya didasarkan pada berat ringannya tugas jabatan yang diduduki oleh pegawai. Gaji merupakan komponen penghasilan utama yang langsung berkaitan dengan jabatan atau direct compensation dan dalam penentuan berat ringannya tugas jabatan dilingkup perusahaan memerlukan kajian mendalam melalui kegiatan penilaian jabatan. Kompleksitas audit adalah salah satu yang mempengaruhi job satisfaction. Kompleksitas audit yang dimaksud merupakan kesulitan suatu tugas yang dihadapi para auditor dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda (tergantung persepsi masing-masing auditor) yang timbul karena beragamnya outcome yang diharapkan oleh klien. Selain itu, tekanan anggaran waktu juga mempengaruhi kualitas audit, dengan adanya tekanan anggaran waktu merupakan suatu kondisi dimana auditor diberikan batasan waktu dalam mengaudit. Indikator-indikator tersebut ialah gaji, kompleksitas tugas, dan time budget pressure. Serta apakah ada keterkaitan antara job satisfaction dengan gaji, job satisfaction dengan kompleksitas tugas dan job satisfaction dengan time budget pressure pada kantor akuntan publik. Kualitas Auditor Konsep kualitas sudah sering dibicarakan sejak dahulu dan secara berlanjut masih menjadi topik yang menarik. Namun, hingga saat ini belum ada kesepakatan tentang makna kualitas itu sendiri. Para peneliti bidang manajemen meyakini bahwa kualitas merupakan suatu kekuatan yang paling mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu perusahaan sebab kualitas menjadi salah satu strategi yang akan menunjang keberhasilan bisnis. Basuki (2006) mengatakan Quality Audit adalah Pemeriksaan yang sistematis dan independen untuk menentukan jika aktivitas mutu dan hasilnya
4
sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan cocok untuk mencapai tujuan. Parasuman (1985) menyatakan bahwa ada 2 (dua) atribut utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan perceved service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Penelitian mengenai kualitas audit telah banyak dilakukan tapi tema dari penelitian tersebut umumnya tidak jauh berbeda. Mock & Samet (1982) telah membuat suatu daftar dari berbagai literatur tentang faktor-faktor yang potensial mempengaruhi kualitas audit yaitu dengan mengidentifikasi lima kunci karakteristik kualitas audit, yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi dan perlakuan. Sedangkan hasil penelitian Schroeder et al (1986) dengan obyek kepala tim audit dan beberapa anggotanya tujuan telah menentukan pengaruh dari 15 faktor terhadap kualitas audit, dimana hasil penelitiannya adalah faktor tim audit lebih penting daripada faktor kantor akuntan publik. Sutton (1993), menggunakan teknik kelompok nominal pada auditorauditor yang berpengalaman untuk melakukan validasi serangkaian faktor kualitas audit dan peralatannya. Hasil penelitian ini adalah berhasil mengidentifikasi 19 faktor kualitas audit dan dibagi dalam 3 kategori yaitu, perencanaan, lapangan kerja, dan administrasi. Sedangkan menurut Behn et al (1997) pada Ridwan (2002) beberapa atribut secara konsisten diakui sebagai atribut penting dalam menentukan kualitas audit yaitu industry expertise, quality commitment, executive involvement, field work conduct, ethical standards dan skepticism. Audit quality menurut De Angelo (1981), dalam Sari Zawitri (2009) mendefinisikan sebagai “pasar menilai kemungkinan bahwa auditor akan memberikan a) penemuan mengenai suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; dan b) adanya pelanggaran dalam pencatatannya.
5
Menurut Lupiyoadi (2006) dalam Marliyati (2009) menyatakan bahwa kualitas merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. Menurut Basuki (2006) dalam Intan Kemalasari (2006) mengatakan Quality Audit adalah Pemeriksaan yang sistematis dan independen untuk menentukan jika aktivitas mutu dan hasilnya sesuai dengan pengaturan yang telah direncanakan dan apakah pengaturan tersebut diimplementasikan secara efektif dan cocok untuk mencapai tujuan. AAA Financial Accounting Commite (2000), Christiawan (2002), dalam ST. Nur Erawati (2011) menyatakan bahwa “Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi (keahlian) dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor“. Telah ditetapkan oleh Ikantan Akuntansi Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan (SPAP, 2001) dalam ST.Nur Erawati (2011): 1. Standar Umum Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat saat lingkup pengujian yang akan dilakukan. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
6
pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3. Standar Pelaporan Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi. Berbagai pendapat yang harus diberikan auditor mengenai laporan keuangan yaitu: a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion) pendapat ini menyatakan menyatakan bahwa laporan keuangan telah menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material menyangkut posisi keuangan, hasil operasi, arus kas. b. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion) pendapat jenis ini mengecualikan item-item tertentu dari pendapat auditor. Jadi, auditor menyatakan suatu pendapat bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk hal-hal tertentu yang telah diuraikan dalam laporan. c. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion) pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.auditor akan menyatakan pendapat ini jika dia yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan menyesatkan. d. Menolak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion) ini sebenarnya bukan merupakan pendapat, melainkan pernyataan bahwa auditor tidak dpat
7
menyatakan pendapat. Yaitu, auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Carcello et.al (1992) dalam Desi Arylia (2012) merumuskan beberapa atribut yang menjadi faktor-faktor penentu kualitas audit, yaitu: a. Tenure (waktu) adalah lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi. Peneliti berpendapat bahwa semakin tepat waktu seorang auditor melakukan auditnya maka kualitasnya akan semakin tinggi. b. Experience (pengalaman) adalah pengalaman tim audit menjadi auditor di pemerintahan. Dalam melaksanakan audit auditor yang berkualitas dapat dilihat dari pengalamannya melakukan audit, penulis berpendapat bahwa semakin banyak pengalaman seorang auditor maka akan semakin baik pula kualitas auditnya. Pengalaman merupakan hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh auditor, hal ini terbukti dengan kesalahan yang dimiliki oleh auditor yang tidak berpengalaman dibanding auditor yang berpengalaman (Sari Zawitri, 2009). c. Independence (Indepedensi) menyatakan Auditor harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya dengan kriterinya Auditor harus memiliki sikap netral dan tidak memiliki kepentingan pribadi didalam melaksanakan audit. Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi, 2002: 26) SPAP (IAI, 2006) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Selain itu indepeden berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Auditor tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur. d. Profesional care (kecermatan profesional) Auditor harus bersikap hati-hati dan profesional
dalam
melakukan pekerjaan audit.
Auditor
harus
menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (Due Profesional Care).
8
Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan yang dilakukan auditor dalam menemukan pelanggaran atau kesalahan pada sistem akuntansi klien serta memberikan pendapat pada laporan keuangan auditan. Dan didalam melaksanakan tugasnya auditor harus senantiasa berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.
KERANGKA PEMIKIRAN Tenure
H1 Experience H2 H3
Independence
Kepuasan Auditee
H4 Professional Care
H5 H6
Competent
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
PENGEMBANGAN HIPOTESIS H1
= Dalam penelitian yang dilakukan oleh Intan Kemalasari (2010) terdapat
pengaruh Tenure terhadap Kepuasan Auditee. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung sebesar 2,504 diterima pada taraf signifikansi (p<0,022) dan nilai thitung sebesar 2,093 diterima pada taraf signifikansi (p<0,001).
9
Artinya Tenure diduga berpengaruh terhadap Kepuasan Auditee. Jika Tenure semakin baik maka Kepuasan Auditee semakin baik. H2
= Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari Zawitri (2009) menyatakan
bahwa Experience berhubungan positif dengan Kepuasan Auditee. Pengujian koefisien Experience (EXP) dengan nilai estimate 0,075, wald 0,210 dan signifikansi 0,647. Hasil tersebut menunjukkan nilai Sig >0,05. Artinya Experience diduga berpengaruh terhadap Kepuasan Auditee. H3
= Pada penelitian Sari Zawitri (2009) menunjukan bahwa Independence
berhubungan positif dengan Kepuasan Auditee. Pengujian koefisien Independence (INDEP) dengan nilai estimate 0,103, wald 0,972 dan signifikansi 0,324. Hasil tersebut menunjukkan nilai Sig > 0,05. Artinya Independence diduga berpengaruh terhadap Kepuasan Auditee. H4
= Menurut penelitian yang dilakukan oleh Intan Kemalasari (2010)
Profesional Care diduga berpengaruh positif terhadap kepuasan Auditee. H5
= Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haslinda Lubis (2009)
Competent diduga berpengaruh positif terhadap kepuasaan Auditee. H6
=
Tenure
(Ketepatan
Waktu),
Experience
(Pengalaman
Audit),
Independence (Independensi), Independence (Independensi), dan Competent (Kompetensi) diduga berpengaruh positif terhadap kepuasan auditee
HIPOTESIS H1
= Tenure diduga berpengaruh terhadap kepuasan Auditee.
H2
= Experience diduga berpengaruh terhadap kepuasan Auditee.
H3
= Independence diduga berpengaruh terhadap kepuasan Auditee.
H4
= Profesional Care diduga berpengaruh terhadap kepuasan Auditee.
H5
= Competent diduga berpengaruh terhadap kepuasaan Auditee.
H6
=
Tenure
(Ketepatan
Waktu),
Experience
(Pengalaman
Audit),
Independence (Independensi), Independence (Independensi), dan Competent (Kompetensi) diduga berpengaruh terhadap kepuasan auditee
10
METODELOGI PENELITIAN Objek penelitian adalah ini adalah Entitas SKPD 2012. Ruang lingkup penelitian ini adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian dilakukan analisis dinamika kolerasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor resiko, sedangkan faktor resiko suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yaitu dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer Yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumber asli tanpa adanya perantara (Hasan, 2002). Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner yang disebar melalui media surat elektronik/e-mail. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara seperti dokumenter (Hasan, 2002).
11
Tabel 1. Indikator Variabel No.
Variabel
1
Tenure
2
Experience
3
Independence
4
Profesional care
5
Competent
6
Kepuasan Auditee
Indikator 1. Lama bekerja 2. Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan 1. Lamanya waktu pengalaman di bidang audit 2. Banyaknya penugasan audit 1. Hubungan dengan klien 2. Independensi pelaksanaan pekerjaan 3. Independensi laporan 1. Menggunakan kecermatan dan keterampilan dalam bekerja 2. Memiliki keteguhan dalam melaksanakan tanggung jawab 3. Kompeten dan berhati-hati dalam melaksankan tugas 4. Adanya kemungkinan terjadi kesalahan, ketidakteraturan dan ketidakpatuhan. 5. Waspada terhadap resiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi objektifitas 1. Mutu personal 2. Pengetahuan umum 3. Keahlian khusus 1. Kepuasan menyeluruh (pelayanan jasa audit maupunhasil akhir audit berupa laporan hasil audit dan konsultasi) 2. Kepuasan terhadap fungsi pengawasan internal non audit 3. Kepuasan terhadap LHA (Laporan Hasil Audit)
No. Pernyataan 1–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20
21 – 25 26 – 30
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, S. 2010). Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh Aparat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau yang ikut dalam tugas pemeriksaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Pengambilan sampel secara total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai bagian keuangan
12
di Aparat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau yang ikut dalam tugas pemeriksaan dengan jumlah sebanyak 40 orang. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, dan hasil dokumentasi. Kuesioner berupa draf pertanyaan yang harus diisi oleh responden dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Kuesioner disebar menggunakan email dengan dikirimkan ke unit bagian keuangan di masingmasing uraian pemeriksaan Provinsi Kepulauan Riau. Dari 40 pegawai bagian keuangan di Aparat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kepulauan Riau yang ikut dalam tugas pemeriksaan, seluruhnya mengembalikan kuesioner penelitian. Alat analisis yang diguakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner didasarkan dari asumsi pada pendapat dari penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian dengan variabel yang sama. Hal tersebut tidak menjamin alat analisis dapat diterapkan pada setiap penelitian. Oleh karena itu, akan lebih baik jika alat analisis diuji kemampuannya dalam menjelaskan tiap variabel. Uji yang digunakan adalah uji reliabilitas dan uji validitas. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai (α) 0,70 (Ghozali, 2006). Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji signifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel, jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid sedangkan jika r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid (Ghozali, 2006). Metode Analisis Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik karena proses pengumpulan, pengolahan, serta penganalisaan data. Analisis regresi linier
13
berganda dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS 18.00. Berikut persamaan regresinya : Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4+b5X5 Keterangan : Y
= Kepuasan Auditee
bo
= Konstanta
b1, b2, b3, b4,b5 = Koefisien regresi X1, X2, X3,X4,X5 X1
= Tenure
X2
= Experience
X3
= Independence
X4
= Profesional care
X5
= Competent
Uji Asumsi Kasik Uji asumsi klasik adalah syarat untuk mendapatkan hasil dari uji regresi linear berganda. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau penyebaran data statistik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal (Ghozali, 2006) Uji Multikolineritas Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas yaitu kualitas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2006) Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Heteroskedastisitas. Jika titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y tanpa membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).
14
Uji Hipotesis Dalam menentukan pengaruh variabel independen (Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent) terhadap variabel dependen (Kepuasan Auditee) maka akan dilakukan uji F dan uji t dalam penelitian ini untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Dalam pengujian tersebut digunakan bantuan paket program SPSS for windows. Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak (Ghozali, 2006). Langkah-langkah pengujian F : Menentukan hipotesis Ho : b1 – b2 – b3 – b4 – b5 = 0, artinya variabel independen (tenure, experience, independence, professional care, dan competent) secara simultan (bersama-sama) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (kepuasan auditee). Ho : b1 -≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya variabel independen (tenure, experience, independence, professional care, dan competent) secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (kepuasaan auditee). Menentukan level of significant (α) Menggunakan taraf signifikan (α) = 5% dengan derajat kebebasan (n-k) dan (k-1). Kriteria pengujian Fhitung > Ftable, Ho ditolak Fhitung < Ftable, Ho gagal ditolak Uji t Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Ada tidaknya pengaruh yang (signifikan) antara variabel independen
(Tenure,
Experience,
Independence,
Profesional
Care,
dan
Competent) secara parsial terhadap variabel dependen (kepuasan auditee).
15
Langkah-langkah pengujian t : Menentukan hipotesis Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 =0, variabel independen (Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent) tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel dependen (kepuasan auditee) Ho : b1 = b2 = b3= b4 ≠ b5 ≠0, variabel independen (Tenure, Experience, Independence, Profesional care,Competent) ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (kepuasan auditee). Menentukan tingkat signifikan (α) dan derajat kebebasan Besarnya tingkat signifikan (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% atau α = 0,05, sedangkan besarnya nila derajat kebebasan (dk) dicari dengan rumus n-1-k di mana n adalah besarnya sampel dan k adalah banyaknya variabel independen. Kriteria pengujian satu sisi Ho gagal ditolak apabila thitung ≤ ttabel Ho ditolak apabila thitung > ttabel
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas dan variabel terikat, keduanya terdistribusikan secara normal ataukah tidak. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Regression Standarized Residual.
16
Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data Sumber: output olah data spss 18.00 Dari grafik normal P-P plot terbukti bahwa bentuk distribusinya normal, sehingga keseluruhan data tersebut terdistribusi dengan normal atau memiliki sebaran data yang normal.
17
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X1 X2 X3 X4 X5 Y 40 40 40 40 40 40 N 18.6250 20.1500 20.2500 18.7000 19.8750 19.8000 Normal Parametersa,b Mean 2.16839 1.91552 1.90478 2.22111 2.12660 1.95067 Std. Deviation .131 .131 .123 .099 .102 .116 Most Extreme Absolute .131 .131 .122 .099 .102 .109 Differences Positive -.112 -.099 -.123 -.079 -.098 -.116 Negative .831 .830 .777 .777 .624 .733 Kolmogorov-Smirnov Z .495 .496 .583 .831 .804 .657 Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: output olah data spss 18.00 Hasil dari tabel 2 di atas didapatkan semua variable memiliki p-value (Asymp. Sig. (2-tailed)) > 0,05, jadi dapat disimpulkan bahwa keseluruhan data tersebut terdistribusi dengan normal atau memiliki sebaran data yang normal. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan yang sempurna antar variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nila tolerance dan nilai Varian Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat secara ringkas pada tabel 3. berikut ini : Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics Std. B Error Beta T Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -1.290 1.291 -.999 .325 X1 .241 .067 .268 3.593 .001 .587 1.703 X2 .229 .112 .225 2.043 .049 .269 3.721 X3 .281 .111 .274 2.538 .016 .279 3.581 X4 .149 .073 .170 2.054 .048 .477 2.097 X5 .177 .075 .193 2.372 .023 .493 2.030 Sumber: output olah data spss 18.00
18
Dari hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang memiliki tolerance lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua variabel bebas memiliki nilai VIF kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model regresi. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Moedel regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations
Spearman's rho X1
X1 1.000
X2 .538**
X3 .680**
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) . .000 .000 N 40 40 40 ** X2 Correlation .538 1.000 .737** Coefficient Sig. (2-tailed) .000 . .000 N 40 40 40 ** ** X3 Correlation .680 .737 1.000 Coefficient Sig. (2-tailed) .000 .000 . N 40 40 40 ** ** X4 Correlation .495 .658 .649** Coefficient Sig. (2-tailed) .001 .000 .000 N 40 40 40 ** ** X5 Correlation .484 .681 .575** Coefficient Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 N 40 40 40 Unstandardized Correlation .073 -.006 .084 Residual Coefficient Sig. (2-tailed) .656 .973 .606 N 40 40 40 Sumber: output olah data spss 18.00 Signifikan di atas 0,05 artinya tidak terjadi Heteros.
X4 .495**
X5 .484**
Unstandardized Residual .073
.001 40 .658**
.002 40 .681**
.656 40 -.006
.000 40 .649**
.000 40 .575**
.973 40 .084
.000 40 1.000
.000 40 .521**
.606 40 .002
. 40 .521**
.001 40 1.000
.990 40 .109
.001 40 .002
. 40 .109
.505 40 1.000
.990 40
.505 40
. 40
19
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan. Penyelesaian model regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan program SPSS 18.0 for Wimdows, adapun hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta t 1 (Constant) -1.290 1.291 -.999 X1 .241 .067 .268 3.593 X2 .229 .112 .225 2.043 X3 .281 .111 .274 2.538 X4 .149 .073 .170 2.054 X5 .177 .075 .193 2.372 Sumber: output olah data spss 18.00
Sig. .325 .001 .049 .016 .048 .023
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui persamaan regresi yang terbentuk adalah : Y = -1,290+0,241X1 +0,229X2+0,281X3+0,149X4+0,177X5 Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa : Konstanta sebesar -1,290, artinya jika Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent nilainya 0, maka kualitas pemeriksa sebesar 1,290. Koefisien regresi variabel Tenure memberikan nilai sebesar 0,241, artinya jika Tenure mengalami kenaikan satu satuan, maka kualitas pemeriksa akan mengalami peningkatan sebesar 0,241 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap. Koefisien regresi variabel Experience memberikan nilai sebesar 0,229, artinya jika Experience mengalami kenaikan satu satuan, maka kualitas pemeriksa akan mengalami peningkatan sebesar 0,229 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Koefisien regresi variabel Independence memberikan nilai sebesar 0,281, artinya jika Independence mengalami kenaikan satu satuan, maka kualitas pemeriksa akan
20
mengalami peningkatan sebesar 0,281 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Koefisien regresi variabel Profesional Care memberikan nilai sebesar 0,149, artinya jika Profesional Care mengalami kenaikan satu satuan, maka kualitas pemeriksa akan mengalami peningkatan sebesar 0,149 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Koefisien regresi variabel Competent memberikan nilai sebesar 0,177, artinya jika Competent mengalami kenaikan satu satuan, maka kualitas pemeriksa akan mengalami peningkatan sebesar 0,177 satuan dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tergantung dengan membandingkan F hitung dengan F tabel pada taraf signifikansi α = 5%. Hasil uji F dapat dilihat pada lampiran pada tabel berikut ini: Tabel 6. Hasil Uji F ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square 1 Regression 131.962 5 26.392 Residual 16.438 34 .483 Total 148.400 39 Sumber: output olah data spss 18.00
F 54.591
Sig. .000a
Dari hasil pengolahan data diperoleh Fhitung = 54,591 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df (5;34) adalah sebesar 2,49. Karena Fhitung > Ftabel (54,591 > 2,49), artinya Tenure, Experience, Independence, Profesional Care dan Competent secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan Auditee. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan besarnya variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independennya. Nilai R 2 berkisar antara 1 sampai 5. Apabila R2 mendekati 5, ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen.
21
Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 1, maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen (Ghozali, 2006). Dari pengujian yang telah dilakukan menghasilkan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,889 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Hasil Koefisien Determinasi (R2) Model Summary Model Adjusted R Std. Error of R R Square Square the Estimate a d1 .943 .889 .873 .69531 i m e n s i o n 0 Sumber: output olah data spss 18.00 Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang dilakukan memberikan hasil yang baik, karena sekitar 11,1% variasi dari kepuasan auditee tidak dapat dijelaskan oleh variabel Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent. Pengujian Hipotesis (Uji t) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t (pengaruh secara individual). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Pengujian nilai t dilakukan dengan dua sisi yang digunakan untuk menguji hipotesis, hasil pengujian diperoleh dari test signifikansi dengan program SPSS 18.00. Hasil pengujian t dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini:
22
Tabel 8. Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.290 1.291 X1 .241 .067 .268 X2 .229 .112 .225 X3 .281 .111 .274 X4 .149 .073 .170 X5 .177 .075 .193 a. Dependent Variable: Y Sumber: output olah data spss 18.00
T Sig. -.999 .325 3.593 .001 2.043 .049 2.538 .016 2.054 .048 2.372 .023
Collinearity Statistics Tolerance VIF .587 .269 .279 .477 .493
1.703 3.721 3.581 2.097 2.030
Hasil uji t dapat menunjukkan bahwa variabel Tenure (X1) memiliki nilai thitung = 3,593 dengan p = 0,001, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032. Dikarenakan t hitung > ttabel (3,593 > 2,032) dengan p < 0,05, maka H1 gagal ditolak Artinya Tenure secara statistik berpengaruh terhadap kepuasan Auditee. Variabel Experience (X2) memiliki nilai thitung = 2,043 dengan nilai p = 0,049 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,032. Dikarenakan t hitung > ttabel (2,043 > 2,032) dengan p < 0,05, maka H2 gagal ditolak. Artinya Experience secara statistik berpengaruh terhadap kepuasan auditee. Variabel Independence (X3) memiliki nilai thitung = 2,538 dengan nilai p = 0,016 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,032. Dikarenakan t hitung > ttabel (2,538 > 2,032) dengan p < 0,05, maka H3 gagal ditolak. Artinya Independence secara statistik berpengaruh terhadap kepuasan auditee. Variabel Profesional Care (X4) memiliki nilai t hitung = 2,054 dengan p = 0,048, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032. Dikarenakan t hitung > ttabel (2,054 > 2,032) dengan p < 0,05, maka H4 gagal ditolak Artinya Profesional care secara statistik berpengaruh terhadap kepuasan Auditee. Variabel Competent (X5) memiliki nilai thitung = 2,372 dengan p = 0,023, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032. Dikarenakan t hitung > ttabel (2,372 > 2,032) dengan p < 0,05, maka H5 gagal ditolak Artinya Competent secara statistik berpengaruh terhadap kepuasan Auditee.
23
Pembahasan Hipotesis Uji T Berdasarkan hasil pengujian secara statistik yaitu pengujian hipotesis dengan uji t membuktikan terdapat pengaruh antara Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent terhadap Kepuasan Auditee. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung = 3,593 dengan p = 0,001, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032, nilai thitung = 2,043 dengan nilai p = 0,049 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,032, nilai thitung = 2,538 dengan nilai p = 0,016 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,032, nilai thitung = 2,054 dengan p = 0,048, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032, dan nilai thitung = 2,372 dengan p = 0,023, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032. Artinya Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent berpengaruh dan signifikan terhadap Kepuasan Auditee. Jadi Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent dalam penelitian ini harus dapat ditingkatkan agar Kepuasan Auditee dapat terwujud. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh (Sari Zawitri, 2010) yang membuktikan Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Auditee. Uji F Hasil pengujian hipotesis dengan uji F membuktikan bahwa Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent berpengaruh terhadap kepuasan Auditee. Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh F hitung = 54,591 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df (5;34) adalah sebesar 2,49. Karena Fhitung > Ftabel (54,591 > 2,49). Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Intan Kemalasari (2010) yang membuktikan dari hasil uji F menunjukkan bahwa variabel independen, yaitu Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent berpengaruh terhadap kepuasan Auditee yang sebagai variabel dependennya. Pengaruh yang dimiliki adalah pengaruh yang kuat karena nilai probabilitas kesalahan (0,000) < 0,05.
24
Tenure (Ketepatan Waktu) Berpengaruh Terhadap Kepuasan Auditee Tenure (Ketepatan Waktu) berpengaruh terhadap kepuasan auditee, dengan nilai thitung (3,593) > ttabel pada taraf signifikansi 5% (2,032) dan p-value sebesar 0,001. Tenure merupakan lamanya waktu seorang auditor melakukan audit terhadap perusahaan maupun instansi. Lamanya waktu auditor tersebut telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu unit/unit usaha/perusahaan atau instansi. Peneliti berpendapat bahwa semakin tepat waktu seorang auditor melakukan auditnya maka kualitasnya akan semakin tinggi, dengan hal tersebut maka mendukung tercapainya kepuasan Auditee. Experience (Pengalaman Audit) Berpengaruh Terhadap Kepuasan Auditee Experience (Pengalaman Audit) berpengaruh terhadap kepuasan auditee, dengan nilai thitung (2,043) > ttabel pada taraf signifikansi 5% (2,032) dan p-value sebesar 0,049. Dalam melaksanakan audit auditor yang berkualitas dapat dilihat dari pengalamannya melakukan audit, penulis berpendapat bahwa semakin banyak pengalaman seorang auditor maka akan semakin baik pula kualitas auditnya. Pengalaman merupakan hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh auditor, hal ini terbukti dengan kesalahan yang dimiliki oleh auditor yang tidak berpengalaman dibanding auditor yang berpengalaman (Sari Zawitri, 2009). Semakin banyaknya pengalaman seorang auditor dalam melakukan audit, maka akan meningkatkan kualitas auditnya, dengan hal tersebut maka mendukung tercapainya kepuasan Auditee. Independence (Independensi) Berpengaruh Terhadap Kepuasan Auditee Independence (Independensi) berpengaruh terhadap kepuasan auditee, dengan nilai thitung (2,538) > ttabel pada taraf signifikansi 5% (2,032) dan p-value sebesar 0,016. Auditor harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya dengan kriterinya Auditor harus memiliki sikap netral dan tidak memiliki kepentingan pribadi didalam melaksanakan audit. Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi, 2002: 26) SPAP (IAI, 2006) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Selain itu
25
indepeden berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Auditor tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk jujur. Independen mengharuskan seorang auditor agar tidak mudah terpengaruh dan tidak memihak manapun, dengan hal tersebut maka mendukung tercapainya kepuasan Auditee. Professional Care (Kecermatan Professional) Berpengaruh Terhadap Kepuasan Auditee Professional Care (Kecermatan Professional) berpengaruh terhadap kepuasan auditee, dengan nilai thitung (2,054) > ttabel pada taraf signifikansi 5% (2,032) dan pvalue sebesar 0,048. Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (Profesional Care) dan secara hati-hati dalam setiap penugasan, dengan kriterianya menentukan formulasi tujuan audit (KKP). Penentuan ruang lingkup audit, termasuk evaluasi resiko audit, pemilihan pengujian dan hasilnya, pemilihan jenis dan tingkat sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan audit, dan lain-lain. Auditor harus bersikap hati-hati dan profesional dalam melakukan pekerjaan audit, dengan hal tersebut maka mendukung tercapainya kepuasan Auditee. Competent (Kompetensi) Berpengaruh Terhadap Kepuasan Auditee Competent (Kompetensi) berpengaruh terhadap kepuasan auditee, dengan nilai thitung (2,372) > ttabel pada taraf signifikansi 5% (2,032) dan p-value sebesar 0,023. AAA Financial Accounting Commite dalam ST. Nur Irawati (2011) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh kompetensi, kompetensi tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit, auditor dalam mengaudit harus menampilkan kompetensinya agar menghasilkan audit yang terbaik, dengan hal tersebut maka mendukung tercapainya kepuasan Auditee.
26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah dilalukan pembahasan dan penganalisaan terhadap data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Hasil pengujian hipotesis pertama dengan uji F membuktikan bahwa Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent berpengaruh terhadap kepuasan Auditee. Melalui hasil perhitungan yang telah diperoleh Fhitung = 54,591 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan df (dilakukan 5;34) adalah sebesar 2,49. Karena Fhitung > Ftabel (54,591 > 2,49).
2.
Melalui hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai t hitung = 3,593 dengan p = 0,001, sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032, nilai thitung = 2,043 dengan nilai p = 0,049 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,032, nilai thitung = 2,538 dengan nilai p = 0,016 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,032, nilai thitung = 2,054 dengan p = 0,048, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032, dan nilai thitung = 2,372 dengan p = 0,023, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = 2,032. Artinya Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent berpengaruh dan signifikan terhadap Kepuasan Auditee. Jadi Tenure, Experience, Independence, Profesional Care, dan Competent dalam penelitian ini harus dapat ditingkatkan agar Kepuasan Auditee dapat terwujud.
Saran 1. Bagi penelitian mendatang, agar dapat memperoleh hasil kuesioner yang lebih akurat, sebaiknya menggunakan metode wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah ada. 2. Bagi penelitian mendatang, dari hasil uji R2 menunjukkan masih ada variabelvariabel lain yang harus diperhatikan dalam penelitian ini. Penelitianpenelitian lebih lanjut, hendaknya menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi kepuasan auditee, karena dengan semakin baik faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan auditee maka akan berpengaruh baik juga bagi kepuasan auditee perusahaan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Arilia, D. (2012). Faktor-Faktor Penentu Kualitas auditor terhadap kepuasan auditee di Inspektorat Provinsi Kepri. Universitas Maritim Raja Ali Haji Belkaoui, Ahmed Riahi. (2004). Accounting Theory (Teori Akuntansi). Buku 1, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta. Fornell. 1996. The American Customer Satisfaction Index, Nature Purpose, and Finding. Journal of Marketing, (October): vol. 60. Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metode penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Huntoyungo, S. B. (2009). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit: Studi Pada Auditor Inspektorat Daerah Gorontalo. Universitas Diponegoro Ikatan Akuntan Indonesia. (2006). Standar Professional Akuntan Publik + Suplemen Interprestasi 2002-2005. Salemba Empat. Jakarta Irawati, S. N. (2011). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Makassar. Universitas Hasanuddin Ikhsan, Arfan dan M. Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Badan Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Kemalasari, I. (2006). Perbedaan Kualitas Audit dan Kepuasaan Auditee Berdasarkan Group Audit (Studi Kasus Bank XYZ). Universitas Diponegoro Lubis, Haslinda (2009), Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Universitas Sumatra Utara. Luknis Sabri, Sutanto Priyo Hastono, 2007. Statistik Kesehatan. Edisi kedua,. Jakarta: PT. Rineka Cipta Marliyati. (2009). Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Audit Terhadap Kualitas Klien Dengan Mediator Kepuasan Klien. Universitas Diponegoro Mock, T.J., and M. Samet. 1982. A Multi Attribute Model for Audit Evaluation, in Proceedings of the VI University of Kansas Audit Symposium. Mulyadi. (2002). Auditing. Edisi 6. Badan Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Nasrullah, Djamil (2008), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Sektor Publik Dan Beberapa Karakteristik Untuk Meningkatkannya. Universitas Diponegoro. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Parasuraman, A., Valeri A. Zeithmal, and Leonard L. Berry. 1985. Problem and Strategis in Service Marketing. Journal of Marketing (Spring). Vol 49.3846. Riduwan. 2004. Statistika untuk Lembaga & Instansi Pemerintah/Swasta. Alfabeta. Bandung Schroeder, M.S., I. Salomon, and D.W. Vickrey. 1986. Audit Equality : The Perception of Audit Committee Chairpersons and Audit Partners, Auditing : A Journal of Practice & Theory 5, (Spring):86-94. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sutton, S.G. 1993. Toward an Understanding of the Factors Affecting the Quality of the Audit Process, Decision Sciences 24:88-105. Zawitri, Sari (2009) Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas Audit Yang Dirasakan Dan Kepuasan Auditee Di Pemerintahan Daerah, Universitas Diponoegoro.