FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PENERAPAN MANAJEMEN INFORMASI DALAM ORGANISASI (STUDI KASUS : SISTEM INFORMASI PADA LAYANAN PUBLIK)
Oleh:
DODI SUPRIATNA
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penerapan sistem informasi dalam suatu organisasi bisa menghasilkan sesuatu seperti yang diharapkan atau suatu peningkatan kinerja yang bisa dikatakan sebagai keberhasilan dari penerapan sistem informasi, atau sebaliknya menghasilkan sesuatu kemunduran atau penurunan dari kinerja organisasi yang bisa dikatakan sebagai kegagalan dari penerapan sistem informasi dalam organisasi. Banyak faktor menjadi penyebab dari keberhasilan dan kegagalan penerapan organisasi tersebut, dimana faktor penyebab tersebut berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini adalah untuk menganalisis dampak sistem informasi yang digunakan dalam pelayanan publik, menganalisis faktor penyebabnyadan memberikan masukan perbaikan. 1.3 Manfaat 1. Dapat mengetahui komponen-komponen penunjang sistem informasi yang diterapkan oleh salah satu layanan publik. 2. Bagi
para
penulis
diharapkan
menambah
khasanah
pengetahuan
agar
dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan terhadap bagaimana proses analisis terhadap sistem informasi yang diterapkan suatu organisasi. 3. Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan sekaligus bahan pertimbangan dan masukan untuk perbaikan lebih lanjut, jika memang diperlukan.
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (O’Brien , 2005). Sistem Informasi Manajemen adalah sistem perencanaan bagian dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis (wikipedia.org). Sedangkan menurut Bodnar dan Hopwood (1993), sistem informasi adalah kumpulan perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mentransformasikan data ke dalam bentuk informasi yang berguna. Istilah sistem informasi juga sering dikacaukan dengan sistem informasi manajemen merupakan salah satu jenis sistem informasi, yang secara khusus ditunjukkan untuk menghasilkan informasi bagi pihak manajemen dan untuk pengambil keputusan (Kadir, 2003). Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah salah satu dari lima sub system utama Computer Base Information System (CBIS). Tujuannya adalah memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam sub unit organisasional perusahaan. Subunit dapat didasarkan pada area fungsional atau tingkatan manajemen. Semua informasi fungsional dapat dipandang sebagai suatu system dari berbagai subsystem input, database dan subsistem output (Mc.Leod, 1996). Tipe sistem informasi dari gambar diatas dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu : a. Operational Support Sistem (OSS), terbagi lagi ke dalam tiga model, yaitu
TPS (Transaction Processing Sistem),
PCS (Process Control Sistem),
ECS (Enterprise Collaboration Sistem)
b. Management Support Sistem (MSS). juga terbagi dalam tiga model, yaitu ;
MIS (Management Information Sistem),
DSS (Decision Support Sistem) dan
EIS (Executive Information Sistem.
2
O’Brien (2005) menggambarkar sistem informasi sebagai berikut :
Definisi TI sangatlah luas dan mencakup semua bentuk teknologi yang digunakan dalam menangkap, manipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan, dan menggunakan data yang akan diubah menjadi informasi. Secara lengkap dinyatakan bahwa teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan untuk mengirimkan informasi. 2.2 Organisasi
Organisasi (Yunani ; organon - alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama (wikipedia.org). Secara umum organisasi dapat dikatakan sebagai kumpulan orang – orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dilakukan berdasar atas suatu aturan tertentu dan penjabaran fungsi pekerjaan secara formal serta memiliki struktur formal, stabil yang membutuhkan sumberdaya dari lingkungan dan memprosesnya untuk menghasilkan output/keluaran yang maksimal. Horton Paul B dan Chester L Hunt (1984) berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau. Sedangkan pengertian lain menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
3
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (.Stephen P.Robbins, 1994) Organisasi Merupakan Sistem sosial hubungan antar individu dan kelompok dalam suatu organisasi menciptakan harapan bagi prilaku individu. Harapan ini diwujudnya dalam peranperan tertentu yang harus dihasilkan. Orang harus memainkan peran seorang pemimpin, sementara yang lainnya sebagai yang dipimpin. Manager menengah, karena mempunyai atasan dan bawahan, harus memainkan dua peran diatas. Organisasi memiliki kewenangan, status dan kekuasaan dan manusia dalam organisasi mempunyai beragam kebutuhan dari masing-masing sistem. Kelompok didalam organisasi juga mempunyai pengaruh yang kuat atas perilaku individu dan kinerja organisasi.
2.3 Sistem Informasi Dan Organisasi Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari subsistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar disebut dengan supra sistem. 1.
Komponen input Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi
2.
Komponen model Kombinasi prosedur, logika, dan model matematik yang memproses data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan
3.
Komponen output Output informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
4.
Komponen tekhnologi
4
Teknologi merupakan alat dalam sistem informasi, teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan output, dan membantu pengendalian sistem. 5.
Komponen basis data Merupakan kumpulan data yang saling berhubungan yang tersimpan di dalam komputer dengan menggunakan software database.
6.
Komponen kontrol Pengendalian yang dirancang untuk menanggulangi gangguan terhadap sistem informasi. Orang (People)\ Semua pihak yang bertanggung jawab dalam hal penyokong atau sponsor sistem informasi (system owner), pengguna sistem (system pengguna sistem informasis), perancang sistem (system designer) dan pengembang sistem informasi (sistem development). Aktivitas Sekumpulan aturan atau tahapan-tahapan untuk membuat, memakai, memproses dan mengolah sistem informasi ataupun hasil keluaran dari sistem informasi tersebut. Data Secara konseptual, data adalah deskripsi tentang benda, kejadian, aktivitas, dan transaksi yang tidak mempunyai makna dan tidak berpengaruh langsung secara langsung kepada pemakainya atau disebut juga sebagai sekumpulan fakta mentah dalam isolasi. Perangkat Keras (hardware) Mencakup piranti-piranti fisik seperti komputer, printer, monitor, harddisk, dll. Perangkat Lunak (sotfware) Sekumpulan instruksi-instruksi atau perintah-perintah yang memungkinkan perangkat keras bisa digunakan untuk memproses data, atau sering disebut sebagai program. Jaringan (network) Sistem penghubung yang memungkinkan suatu sumber dipakai secara bersama-sama, baik pada waktu dan tempat bersamaan ataupun berbeda Sistem informasi seyogyanya mendukung strategi bisnis organisasi, proses bisnis,
struktur dan budaya organisasi dalam meningkatkan nilai bisnis dari organisasi khususnya dalam lingkungan bisnis yang dinamis (Silver M at all, 1995). 5
Fungsi Sistem informasi setidaknya mencakup: –
Mendukung kesuksesan berbagai fungsi utama bisnis seperti akuntansi, finance, manajemen operasi, pemasaran dan manajemen sumberdaya manusia
–
Kontributor utama dalam mendukung efisiensi kegiatan operasional, produktivitas dan moral SDM, pemberian layanan prima pada kustomer dan kepuasan kustomer
–
Sumber informasi utama bagi manajer dalam mendukung proses pengambilan keputusan yang efektif
–
Bagian yang penting dari upaya pengembangan produk dan jasa yang kompetitif, sehingga dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi organisasi dalam persaingan global
–
Bagian utama dari sumberdaya organisasi dan
biayanya dalam menjalankan bisnis,
sehingga memerlukan pengelolaan sumberdaya yang prima –
Kesempatan pengembangan karier yang dinamis dan menantang bagi jutaan pria dan wanita. O’Brien (2005) menyebutkan bahwa sistem informasi memiliki tiga peranan penting
untuk sebuah perusahaan (organisasi), yaitu: a. Mendukung proses operasi bisnis b. Mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya c. Mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif
6
BAB III STUDI KASUS Kasus yang diangkat dalam makalah ini adalah penerapan sisteminformasi di suatu lembaga pemerintah. Sistem ini termasuk layanan publik yang seharusnya menjadi perhatian dalam pelaksanaanya, agar memberi manfaat bagi semua stekholdernya. Dua layanan yang dibahas yaitu tentang perizinan dan pengadaan barang dan jasa, dua layanan tersebut dipandang sebagai penerapan sistem informasi yang berhasil dan belum berhasil.
Gb 1. Tampilan Website Kementerian Pertanian
7
3.1. Layanan pengadaan Barang Secara Elektronik (LPSE)
Gb 2. Tampilan Portal Layanan pengadaan Barang Secara Elektronik (LPSE) Layanan ini dinilai berhasil karena dilihat mempunyai nilai tambah, yaitu ; – Secara Jarak memudahkan pengguna untuk mengakses secara langsung – Menghemat waktu tanpa harus langsung menyerahkan dokumen. – Menghemat biaya karena dokumen bisa dalam bentuk soft copy dan perjalanan bisa dibatasi – Memotong alur proses tanpa harus melalui tahapan birokrasi yang sebelumnya harus dilalui. Dilihat dari segi organisani sebagai pengguna teknologi informasi yang mengandalkan hubungan manusia, sarana dan prasarana dan ilmu pengetahuan, maka layanan LPSE ini dinilai sudah memiliki ciri organisasi sebagai pengguna teknologi informasi yaitu ; – Memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan teknologi dan perubahan kebutuhan pelayanan – Memiliki pandangan masa depan yang baik terkait dengan layanan yang harus disediakan – Menghdirkan pelayanan yang paling baik dari sarana dan prasarana yang ada – Menggunakan teknologi sebagai instumen pelayanannya 8
– Adanya pembatasan terhadap informasi layanan, baik untuk pengguna ataupun pemberi layanan – Adanya kepercayaan yang penuh dari semua pengguna sistem informasi, sehingga semua berjalan dengan adil. Penerapan sistem informasi dalam layanan ini cukup baik juga tidak terlepas dari kolaborasi dengan institusi lain yaitu LKPP (Lembaga Kebijakan pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) dimana
3.2. Layanan Perizinan Pertanian Dipandang sebagai layanan yang harus dibenahi terkait pelaksanaan teknologi informasinya. Penerapan teknologi informasi seharusnya dapat memberikan nilai tambah, dalam hal penerapan pada segi pelayanan publik diharapkan pengguna sistem informasibisa bekerja lebih efisien baik waktu ataupun tenaga, salah satunya dengan cara masuk ke sistem dengan sekali masuk.
Gb 3. Tampilan Portal Layanan Perizinan Pertanian 9
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Keberhasilan dan Kegagalan Penerapan Sistem Informasi Pembahasan ini difokuskan pada pembahasan penerapan sisitem informasi pada Layanan pengadaan Barang Secara Elektronik (LPSE) dan Pelayanan perizinan Pertanian..
Layanan
pengadaan Barang Secara Elektronik (LPSE) dipandang sebagai layanan yang berhasil dalam menerapkan sisitem informasi untuk pelayanan publik. Sebaliknya pada Pelayanan Perizinan masih perlu penyempurnaan.
4.1.1.Keterlibatan end user atau pengguna sistem informasi
Keterlibatan pengguna sistem informasi akan sangat mendukung berhasil atau tidaknya penerapan sistem informasi.
Pengguna sistem informasiyang dimaksud adalah Instansi antar
departemen teknis, operator staff dibagian pelayanan dan pengguna sistem informasiitu sendiri (customer) yang terdiri dari perorangan, lembaga, perusahaan dan ogganisasi lain. Sikap positif dalam bentuk dukungan dan kompetensi dari pengguna sistem informasi, serta hubungan yang baik
antara pengguna sistem informasi dengan merupakan faktor sikap yang menguntungkan
dan sangat penting bagi berhasilnya penerapan sistem informasi. Pada Layanan pengadaan Barang Secara Elektronik (LPSE) bentuk dukungan dari pengguna layanan bisa berasal dari LKPP, Panitia pengadaan, pengawas (BPK) dan calon peserta pengadaan.
Masukan yang
disampaikan akan menjadikan pengadaan barang berjalan secara adil dan terbuka. Sikap positif menentukan tindakan dalam hal ini akan berkaitan dengan tingkat penggunaan yang tinggi serta kepuasan terhadap sistem tersebut. keterlibatan pengguna system informasi dalam desain dan operasi sistem informasi memiliki beberapa hasil yang positif, yaitu ;
Akan memiliki kesempatan untuk mengadopsi sistem menurut prioritas dan kebutuhan bisnis, dan lebih banyak kesempatan untuk mengontrol hasil.
Cenderung untuk lebih bereaksi positif terhadap sistem karena mereka merupakan partisipan aktif dalam proses perubahan itu sendiri.
10
Meskipun dalam pembuatan desainnya system informasi pada Layanan pengadaan Barang Secara Elektronik (LPSE) berpegang pada aturan pengadaan yang sudah baku tetapi penyelarasan atas desain tersebut selalu disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Kesenjangan komunikasi antara pengguna dan perancang sistem informasi terjadi karena pengguna dan spesialis sistem informasi cenderung memiliki perbedaan dalam latar belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering dikatakan sebagai kesenjangan komunikasi antara pengguna dan desainer. Penerapan sistem informasi layanan
public
pada perizina
pertanian hanya masih
berfokus pada kebutuhan level birokrasi sebagai pembuat teknis kebijakan sehingga dalam implementasinya sistem informasi kurang dapat digunakan oleh seluruh Pengguna sisitem informasi terutama oleh pengguna layanan publik. Selain itu, kegagalan implementasi juga dapat dikarenakan para petinggi birokrasi enggan mempelajari mengenai sistem informasi yang diterapkan, sehingga hal ini dapat menjadi penghambat terutama dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kegagalan dari penerapan sistem informasi. Implikasi dari keadaan tersebut dapat ditunjukan dari penerapan sistem yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna layanan. Adanya
keterlibatan
pengguna layanan
publik dalam
proses penerapan sistem
informasi akan menimbulkan sikap positif dari pengguna layanan. Sikap positif terhadap sistem informasi
akan
sangat
mendukung
berhasil atau
tidaknya
penerapan
sistem
informasi. Sikap positfi serta hubungan yang baik dengan penyedia layanan merupakan faktor sikap yang menguntungkan dan sangat
penting bagi berhasilnya penerapan sistem
informasi.
4.1.2 Dukungan Eksekutif Birokrasi dan Legislatif Keterlibatan eksekutif birokrasi dan legislatif dalam pengembangan sistem informasi di pelayanan public juga menentukan kesuksesan proses sosialisasi sistem informasi. Dalam hal ini porsi keterlibatan lebih banyak pada eksekutif birokrasi karena penentuan desain dan sistem kerja merupakan sesuatu yang teknis. Proses sosialisasi sistem informasi yang baru merupakan proses perubahan organisasional, ini bisa ditntukan oleh eksekutif legistatif karena menyangkut
11
perundangan yang akan digunakan. Kebanyakan orang dalam organisasi akan bertahan, karena perubahan mengandung ketidakpastian dan ancaman bagi posisi dan peran mereka. Akan tetapi, proses perubahan organisasional ini diperlukan untuk manajemen perubahan selama proses sosialisasi sistem informasi baru. Adanya perubahan alur proses dalam pengajuan perizinan akan memberikan dampak bagi pemberi layanan. Pada awalnya mereka masih berhubungan langsung dengan pengguna layanan namun setelah diterapkannya sistem informasi keadaan tersebut berkurang. Meskipun dari segi pengguna layanan lebih menguntungkan namun dari segi pemberi layanan tidak demikian. Persetujuan dari semua level eksekutif terhadap suatu proyek sistem informasi membuat proyek tersebut akan dipersepsikan positif oleh pengguna dan staf pelayanan teknis informasi. Dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penghargaan terhadap waktu dan tenaga yang telah dicurahkan pada proyek tersebut, dukungan bahwa proyek akan menerima cukup dana, serta berbagai perubahan organisasi yang diperlukan. Dengan demikian, kurangnya komitmen eksekutif puncak untuk terlibat lebih jauh dalam proyek mengakibatkan penerapan sistem informasi pelayanan publik menjadi sia-sia.
4.1.3 Kejelasan Pernyataan Kebutuhan Penggunaan alat atau teknologi saja bukan merupakan jaminan untuk kesuksesan pengembangan
sistem
informasi,
tetapi
juga
manusia
sebagai
perancang
dan
penggunanya. Bodnar dan Hopwood (1995) dalam Murdaningsih (2009) berpendapat bahwa perubahan dari sistem manual ke sistem komputerisasi tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga perubahan perilaku dan organisasi. Besarnya tekanan dari masyarakat akan perlunya penggunaan teknologi informasi yang memberikan keadilan dan keterbukaan merupakan salah satu factor yang dapat mendukung penerapan teknologi informasi pada pelayanan publik. Keadaan ini akan mendorong legislative untuk membuat penyesuaian terhadap perundangan dan birokratif membuat aturan teknisnya. Kegagalan pengembangan sistem informasi terutama untuk layanan publik baru diakibatkan kurangnya perhatian pada aspek organisasional. Oleh karena itu, pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perencanaan dan implementasi yang hati-hati, untuk menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan. Sistem informasi harus
12
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna. Kompleksitas sistem bukanlah merupakan jaminan perbaikan kinerja, bahkan menjadi kontra produktif jika tidak didukung oleh kesiapan sumber daya manusia dalam tahapan implementasinya. Kebutuhan dari pengguna layanan LPSE diantaranya adalah keterbukaan atas informasi dan keadilan dalam penentuan pemenang lelang. Dengan penerapan sisitem informasi bias dipastikan bahwa informasi yang disampaikan jumlah dan ukurannya sama untuk semua penguna layanan dan dalam waktu sosiasilasi informasi juga sama untuk setiap pengguna layanan. Berbeda keadaannya dengan pelayanan perizinan dimana pengguna layanan menginginkan proses lebih cepat dengan penerapan satu pintu, namun pada pelaksanaannya pengguna layanan masih diharuskan untuk memberikan tembusan dokumen pengajuan pada instansi teknis lain. Kepastian atas waktu layanan masih belum bias dipastikan karena sisitem informasi yang diterapkan masih bissa diubah secara manual.
4.1.4 Perencanaan yang Matang dan Tepat Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang didukung dengan perencanaan yang matang akan mampu menjembatani keinginan dan kepentingan berbagai pihak pengguna sistem informasi. Hal ini dikarenakan sistem yang
dijalankan sesuai dengan arah dan tujuan
pelayanan publik. Oleh karena itu, layanan publik yang tidak memiliki kompetensi inti dalam bidang teknologi informasi sebaiknya menjadi tidak memaksakan untuk menjadi leader dalam penerapan teknologi informasi untuk layanan publik. Sebagian besar penyedia jasa teknologi informasi kurang sensitif terhadap manajemen penyedia layanan
publik, tetapi hanya fokus pada tools yang
akan
dikembangkan.
Kelemahan inilah yang mengharuskan penyedia layanan publik dalam hal ini birokrasi untuk mengidentifikasi secara jelas kebutuhan dan spesifikasi sistem informasi yang akan diterapkan berikut manfaatnya terhadap pengguna layanan publik. Kemauan birokrasi dalam merancang penerapan sistem informasi berdasarkan sumberdaya yang dimiliki diyakini dapat meningkatkan pelayanannya. Kegagalan sering terjadi terutama pada layanan publik yang mendapat pengetahuan teknologi informasinya rendah. Jika pengembangan sistem informasi diserahkan pada orang-
13
orang yang kurang berkompeten dibidangnya maka akan berakibat fatal bagi ketika sistem tersebut telah diterapkan. Pengembangan sistem informasi sebagai salah satu sarana pencapaian tujuan layanan publik, sehingga keduanya harus relevan, serta perlu disiapkan dengan baik dan matang. Selain itu, semua pengguna system informasi harus memiliki harapan yang nyata, yaitu yang ingin dicapai dan berusaha dalam meraihnya, sehingga efektivitas dari pengembangan atau penerapan sistem informasi dapat terjadi. Beberapa resiko dan konsekuensi yang tidak tepat dalam pengembangan sistem informasi adalah sebagai berikut.
Biaya yang berlebih-lebihan sehingga melampaui anggaran. Dalam hal ini untuk pembuatan sistem informasinya.
Melampaui waktu yang telah diperkirakan.
Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari yang diperkirakan.
Gagal dalam memperoleh manfaat yang diperkirakan.
4.1.5 Kompetensi Terhadap Teknologi Kurangnya keterampilan dari tenaga-tenaga pemberi layanan publik untuk mempelajari dan mendalami sitem informasi dan kurangnya inisiatif dan keaktifan dari penyedia jasa teknologi informasi dalam mensosialisasikan keuntungan dan kemudahan dari sistem informasi yang ada, tentu akan menyebabkan sistem yang diterapkan tidak akan berjalan seperti yang diinginkan . Pelaksanaan pelatihan hanya terbatas pada sistem pengoperasian sehingga maksud dari penerapan sistem informasi itu sendiri belum difahami secara utuh. Hal ini sering terjadi terutama pada layanan publik yang memiliki staff yang pengetahuan di bidang TI-nya yang masih rendah. Kesalahannya adalah borokrat yang ada pada badan layanan publik sering memaksakan SDM penyedia layanan yang ada untuk menjalankan investasi TI yang sudah terlanjur disiapkan, padahal SDM tersebut belum mampu. Dengan demikian pelaksanaan layanan yang seharusnya lebih efisien dan efektif tidak bisa tercapai. Penyerahan pengerjaan sistem informasi kepada orang-orang TI yang tidak mengerti dan ahli
14
terhadap fungsi layanan yang dijalankan badan layanan publik, akibatnya akan muncul permasalahan ketika implementasi sistem telah berjalan. Sistem yang ada tidak sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh perngguna layanan, bahkan mungkin tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan layanan publik yang dijalankan suatu lembaga dapat menjadi pemicu kegagalan penerapan SI. Minimnya peran pengguna dalam dalam perencanaan sistem informasi terutama pada SDM badan layanan publik, akan berakibat pada terhambatnya proses identifikasi input data yang diperlukan dalam suatu pengajuan perizinan sehingga ini berakibat
pada lambatnya
pelayanan. Penentuan jenis software yang tidak sesuai dengan kebutuhan layanan akan berakibat pada gagalnya penerapan sistem informasi. Pendekatan yang dilakukan biasa dilakukan dengan outsourching penyedia sistem informasi mulai dari rancangan samipai dengan perawatannya. 4.2. Kesimpulan dan Saran 4.2.1. Kesimpulan Keberhasilan dalam penerapan sistem informasi pada pelayanan publik penentuan penerapan jenis sistem informasi yang digunakan lebih ditentukan oleh kebijakan Legislatif dan birokrat. Penentuan atas sistem informasi yang digunakan tergantung dari payung hukum yang sudah ditetapkan sehingga lebih kaku. Dengan keadaan ini pengguna layanan tidak bisa memberikan masukan lebih jauh begitu juga dengan SDM pelaksananya. Penilaian atas keberhasilan sistem informasi pada layanan publik ini akan berbeda. Pihak penyedia layanan dan pengguna layanan akan memberikan penilaian berbeda bahkan cenderung berbanding terbalik. 4.2.2. Saran Pelayanan publik merupakan sarana untuk menfasilitasi publik sehingga penilaian atas keefektifan sistem informasi yang diterapkan untuk sarana pelayanan publik hanya publik itu sendiri yang dapat menilai. Sehingga perlu diperhatikan saran dan kritikan dari pengguna layanan tanpa mengabaikan tujuan utama pelayanan yang adil,transfaran, efisien dan kredibel.
15
DAFTAR PUSTAKA Murdaningsih A. 2009. Analisis Pengaruh Partisipasi pemakai terhadap Kepuasan Pemakai Sistem Informasi dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan Dukungan Manajemen Puncak, Komunikasi Pemakai-Pengembang, Kompleksitas Sistem, Kompleksitas Tugas, pengaruh Pemakai sebagai Variabel Pemoderasi [skripsi]. Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Horton Paul B dan Chester L Hunt. 1984. Sociology. International Student edition. Mc Graw Hill Book company Inch. Tokyo. Mc. Leod, Jr. Raymond. 1996 Sistem Informasi Manajeedition. Englewood Climen. A Study of Computer Based Information Systems. 6th , New Jersey. PT. Prenhallindo. Jakarta. O’Brien, JA and George Marakas 2009. Management Information System. Ninth Edition. McGraw-Hill.Inc. Boston. O’Brien. J. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi 12. Salemba Empat. Jakart Stephen P.Robbins. 1994. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi. Jakarta. http://wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi _manajemen. Diakses tangggal 26/11/2013 http://www.pertanian.go.id/index1.php, Diakses tangggal 26/11/2013 http://setjen.pertanian.go.id/, Diakses tangggal 26/11/2013 http://lpse.pertanian.go.id/eproc/, Diakses tangggal 26/11/2013
16