ISSN 2302-0172
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
9 Pages
pp. 49 - 57
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA 1)
M. Reza Fahmi1, Said Muhammad2, Abubakar Hamzah3 Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana 2) Fakultas Ekonomi Universyitas Syiah Kuala 3) Darussalam Banda Aceh
Abstract: This study aimed to investigate the effect and the level of production, the foreign price and exchange rate to the growth of Indonesia's agricultural exports. The data used are secondary data from 1980 to 2010, the model of analysis used multiple linear regression models. The results stated that GDP and exchange rates affect the value of agricultural exports Indonesia significantly while inflation has no significant effect. The study recommends that the government seek to increase agricultural production and maintain the stability of the Indonesian rupiah in the world market the price of Indonesian agricultural products more competitive. The government also should continue to ensure that inflation is always in a position that does not harm Indonesia's agricultural exports. Keywords: GDP, Agricultural export, OLS
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tingkat produksi, harga luar negeri, dan kurs terhadap pertumbuhan ekspor pertanian Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 1980 hingga tahun 2010, model analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa PDB dan kurs mempengaruhi nilai ekspor pertanian Indonesia secara signifikan sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan. Penelitian ini merekomendasikan agar pemerintah berupaya meningkatkan produksi sektor pertanian Indonesia dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di pasar dunia agar harga produk pertanian Indonesia semakin kompetitif. Pemerintah juga harus terus menjaga agar inflasi selalu berada dalam posisi yang tidak merugikan kegiatan ekspor pertanian Indonesia. Kata Kunci: PDB, Ekspor Pertanian, OLS memenuhi kebutuhan lokal dan nasional.Selain itu, sektor inipun difungsikan sebagai sektor
Latar belakang Dalam
kerangka
pembangunan
yang
dapat
menghasilkan
devisa
dan
nasional, sektor pertanian ditempatkan pada
menyediakan bahan baku untuk mendukung
posisi yang sangat penting. Sektor ini dijadikan
pengembangan sektor industri.
sebagai sektor utama yang berfungsi sebagai
Pertanian
bentuk
pembangunan ekonomi. Sebab, berbagai isu
49 -
pangan
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
untuk
dalam
selalu
menarik
bahan
dibahas
umum
penjaga ketahanan pangan nasional dalam penyediaan
untuk
secara
konteks
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
akan
selalu
muncul,
konteks
yang pesat itu ternyata tidak disertai dengan
regional,
perubahan struktur yang berimbang (Lains,
terutama pada dua hal pokok yaitu isu
1989; 4. Simatupang, 1991: 19-20). Dengan
keterkaitan
demikian, penataan struktur ekonomi dalam
perekonomian
baik
nasional
sektoral
pada
maupun
mengenai
peranannya
dalam pola perubahan struktur ekonomi dan isu
rangka
pemantapan
transformasi pada sektor pertanian sendiri
merupakan
(Syrquin dan Timmer, 1988 : 12- 15).
ekonomi berkelanjutan.
elemen
ketahanan esensial
ekonomi
pembangunan
Dalam analisis Kuznets (1964) menjelaskan bahwa pertanian di negara-negara
Hasil Penelitian dan Pembahasan Produk Domestik Bruto (PDB)
sedang berkembang merupakan suatu sektor Pertumbuhan ekonomi dibutuhkan dan ekonomi
yang
sangat
potensial
terhadap merupakan sumber utama peningkatan standar
pertumbuhan
dan
pembangunan
ekonomi hidup penduduk sebuah negara. Pertumbuhan
nasional. ekonomi adalah hal mutlak yang ingin dicapai Dengan ini sektor andalan haruslah oleh
setiap
negara,
dimana
pertumbuhan
mampu memacu pertumbuhan ekonomi dengan ekonomi
disebabkan oleh perkembangan
stabilias yang tinggi. Untuk itu sektor andalan produksi dan perkembangan industri-industri sendiri
haruslah
dapat
tumbuh
secara yang melibatkan sejumlah produk dengan
berkelanjutan. Oleh karena itu, pertumbuhan menggunakan
sejumlah
sarana
produksi
yang cukup tinggi dan stabil merupakan syarat tertentu. keharusan agar suatu sektor layak dijadikan Berdasarkan sebagai
andalan
pembangunan
kondisi
pembangunan
ekonomi ekonomi Indonesia sejak tahun 1969 hingga
nasional. Pembangunan yang dilaksanakan awal tahun 1998 perekonomian Indonesia Indonesia
dengan
sangat
giat
dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar
berkesinambungan
telah
berhasil
memacu biasa setidaknya dalam tingkat makro (agregat).
pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah Namun pertumbuhan ekonomi yang diukur indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 50
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Produk
Domestik
Bruto
(PDB)
pertahun
(Tambunan 2001).
dilihat melalui Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran
Kurs level harga barang akhir (final goods) dan jasa Perkembangan
nilai
tukar
rupiah yang diproduksi di dalam suatu ekonomi
terhadap dolar AS diwarnai dengan penerapan beberapa sistem nilai tukar yang berbeda oleh pemerintah Indonesia. Dalam periode 1978 hingga 1992 Indonesia menggunakan sistem nilai tukar mengambang terkendali. Kemudian pada
tahun
1992
sampai
dengan
terkendali dengan crawling band system yaitu mengizinkan
nilai
tukar
membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan. Ekspor Pertanian Sejak
1997
menggunakan sistem nilai tukar mengambang
hanya
(negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan
rupiah
berfluktuasi dalam rentang nilai tertentu. Sejak 1997 hingga sekarang Indonesia menggunakan
pertengahan
tahun
1980-an
strategi perdagangan internasional Indonesia lebih mengedepankan pertumbuhan ekspor. pergeseran kebijakan ini mendorong terjadinya perubahan komposisi ekspor dari berbasis sektor primer (natural based export) ke ekspor berbasis sektor sekunder (manufacture based
sistem nilai tukar mengambang bebas.
export). Hal ini disebabkan oleh semakin Inflasi
berkurangnya peranan sektor migas sebagai
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali
bila
kenaikan
itu
meluas
(atau
sektor utama penyumbang pendapatan utama ekspor Indonesia. Jika pertumbuhan PDB cenderung stabil maka pertumbuhan ekspor Indonesia cenderung berfluktuasi, hal ini karena ekspor merupakan komponen pertumbuhan
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang
yang
lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
perekonomian dunia.
Indikator inflasi berdasarkan inflasi berdasarkan international best practice antara lain dapat 51 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
sangat
dipengaruhi
oleh
kondisi
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
yang dijual ke luar negeri yang dinyatakan
Metode penelitian Analisis ini menggunakan dua model, model persamaan regresi linier dan model persamaan regresi log-linier
sebagai berikut
(Gujarati 2003 : 11):
barang-barang
dan
jasa-jasa
yang
dengan menggunakan harga konstan tahun dasar 1980, diukur dalam milyar rupiah.
(3.1) kemudian
2. GDP/PDB adalah nilai riil akhir produk
dihasilkan oleh sektor-sektor perekonomian
Yt = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + e
Yang
dalam $ Juta AS.
diubah
dalam
model
persamaan empiris menjadi:
3. Kurs rupiah terhadap Dolar Amerika. Penelitian ini menggunakan nilai kurs
Xind = 0 + GDPind + Kurs + I +
Rupiah-Dolar AS yang berasal dari Bank Indonesia.
e (3.2)
Dalam spesifikasi ini, didefinisikan sebagai berikut:
4. Inflasi adalah kenaikan harga dalam negeri simbol-simbol
secara terus menerus dan data yang digunakan adalah data publikasi Badan Pusat Statistik Indonesia
Xind = Ekspor Pertanian 0
Analisis dan Pembahasan Penelitian
= Konstanta (intersept)
Besarnya pengaruh variabel PDB, Nilai tukar
GDP = Produk Domestik Bruto
rupiah dan inflasi terhadap nilai ekspor
Kurs = kurs rupiah-Dolar AS I
= Inflasi
e
= Variabel Pengganggu
pertanian dianalisis menggunakan peralatan ekonometri berupa regresi linear berganda dalam bentuk sebagai berikut:
Definisi Operasional Variabel
sebagai
Xind = 0 + GDPind + Kurs + I + e
berikut : Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh 1. Ekspor sektor pertanian adalah nilai semua barang yang dihasilkan oleh sektor petanian
model regresi sebagai berikut,lihat lampiran Tabel IV.5 : Xind =
-8195,094 + 0,048GDPind –
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 52
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Untuk menghasilkan hasil estimasi yang
0,049Kurs + 60,670I Hasil regresi menunjukkan bahwa hanya nilai
ekspor
hanya
dilakukan uji asumsi klasik terhadap hasil
Mengingat
regresi diatas. Asumsi pertama yang harus
perubahan variabel yang digunakan secara teori
dipenuhi adalah tidak adanya hubungan linier
mempengaruhi pertumbuhan ekspor pertanian
yang
Indonesia maka diduga terdapat lag antara
digunakan
perubahan variabel independen dan dampaknya
mengetahui apakah terdapat hubungan linier
terhadap nilai ekspor pertanian Indonesia.
yang kuat antar variabel indipenden maka perlu
dipengaruhi
pertanian oleh
PDB
Indonesia
terbaik, linier, dan tidak bias, maka perlu
saja.
Dengan menyatakan dan memperhitungkan
kuat
dilakukan
diantara variabel
bebas yang
dalam
ini.
uji
penelitian
multikolinearitas.
multikolinearitas
terhadap
respon
ekspor
menggunakan correlation matriks (Tabel IV.5)
pertanian
Indonesia,
regresi
dan hasilnya adalah tidak ada multikolinearitas
dapat
antar variabel independen, lihat lampiran Tabel
Hasil
IV.7
diformulasi
maka
kembali
memperhitungkan
perubahan
lag
fungsi agar
yang
ada.
pengolahan lihat lampiran tabel VI.6 Xind =
dilakukan
Uji
ada lag antara perubahan variabel penelitian dari
dapat
Untuk
dengan
Uji Heteroskedastisitas
- 9187,417 + 0,0595GDP(-1) –
Hasil uji heteroskedastisitas melalui ujii white menunjukkan nilai Prob. Chi-square
1,421Kurs(-1) + 68,626I(-1)
sebesar 0,0823 dimana nilai tersebut lebih besar Berdasarkan
hasil
regresi
dengan dari nilai α = 5%. Maka dapat disimpulkan
menggunakan model lag terlihat bahwa Nilai bahwa data yang digunakan tidak bersifat ekspor pertanian Indonesia dipengaruhi oleh heteroskedastisitas. PDB periode sebelumnya dan kurs periode sebelumnya. Sedangkan variabel inflasi periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap nilai
Uji Autokorelasi Identifikasi permasalahan autokorelasi dapat
ekspor petanian Indonesia.
dilakukan melalui beberapa metode, salah
Uji Multikolinearitas
satunya dengan menggunakan metode Durbin-
53 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Watson (telah tersedia dalam program eviews
rupiah.
terlihat nilai uji D-W adalah 0,7088 yang berarti
Variabel Kurs mempengaruhi nilai ekspor
diduga terdapat permasalahan autokorelasi pada
pertanian Indonesia. Hasil regresi menghasilkan
data yang digunakan. Salah satu cara mengatasi
Koefisien Kurs(-1) sebesar -1,421. Hal ini
permasalahan
dengan
mengindikasikan bahwa jika nilai kurs periode
menggunakan metode Newey-West. Dengan
sebelumnya menguat sebesar 1 persen maka
menggunakan Newey-West maka estimator
nilai ekspor pertanian Indonesia akan turun
yang
sebesar 1,421 juta dolar AS. Penguatan nilai
autokorelasi
dihasilkan
adalah
telah
terbebas
dari
permasalahan autokorelasi.
kurs rupiah yang berarti secara relatif harga
Hasil Analisis
produk pertanian Indonesia menjadi lebih
Berdasarkan
tabel
IV.8 diperoleh
hasil
murah di pasar dunia dan menjadi daya tarik
penelitian konstanta sebesar -9187,417 artinya
bagi pihak lain untuk membeli lebih banyak
apabila variabel independen tidak berubah
produk pertanian Indonesia.
maka nilai ekspor pertanian Indonesia akan turun
sebesar
menunjukkan
9187,417 pentingnya
poin.
Hal
seluruh
ini
variabel
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan harga dalam negeri tidak mendorong
produsen
untuk
meningkatkan
independen untuk tumbuh positif. Pertumbuhan
penjualan hasil pertanian Indonesia ke pasar
variabel independen yang positif akan menutupi
dunia. hal ini diindikasikan oleh nilai t-hitung
nilai negatif konstanta.
yang lebih besar dari T tabel dan signifikansi
Masing-masing
variabel
independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan nilai ekspor pertanian Indonesia. Pertumbuhan
produksi
Indonesia
inflasi(-1)
yang
lebih
besar
dari
tingkat
keyakinan 10 persen. Secara
umum,
model
yang
digunakan
periode
mampu menjelaskan dengan baik faktor-faktor
sebelumnya (PDB(-1)) sebesar 0,059. Artinya
utama yang menyebabkan terjadinya perubahan
jika pertumbuhan PDB periode sebelumnya
nilai ekspor pertanian Indonesia. Dua variabel
naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan
indenpenden
nilai ekspor pertanian
mempengaruhi niali ekspor pertanian Indonesia
sebesar 0,059 milyar
yaitu
PDB
dan
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
kurs
- 54
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan.
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
Hal ini diperlihatkan oleh nilai R2 sebesar
1. Pergerakan nilai ekspor pertanian Indonesia
0,9570, artinya adalah perubahan nilai ekspor
secara signifikan dan positif dipengaruhi
petanian
oleh
oleh pergerakan PDB periode sebelumnya.
perubahan variabel independen yang digunakan
Peningkatan PDB Indonesia yang bermakna
dalam penelitian ini sebesar 95,70 persen.
terjadinya peningkatan kesejahteraan akan
Sedangkan
persen
mendorong produsen dalam negeri untuk
dijelaskan oleh variabel lain diluar model
terus meningkatkan produksi dan kegiatan
penelitian ini.
berorientasi ekspor.
Indonesia
sisanya
dapat
dijelaskan
sebesar
4,3
Keeratan hubungan antara nilai ekspor
2. Pergerakan nilai tukar rupiah periode
pertanian dan variabel independen ditunjukkan
sebelumnya
oleh nilai adjusted R2 sebesar 0,9520. Artinya
nilai ekspor pertanian Indonesia secara
derajat hubungan antara variabel independen
signifikan dan positif, dimana jika kurs
dengan variabel dependen sebesar 95,20.
rupiah mengalami depresiasi maka akan
Dengan kata lain, perubahan variabel dependen
membuat harga produk Indonesia menjadi
sangat dipengaruhi oleh variabel independen
relatif lebih murah di pasar internasional.
sebesar
Kondisi
95,20
persen
dan
selebihnya
dipengaruhi oleh variabel lain.
hipotesis
akan
mendorong
3. Variabel inflasi periode sebelumnya tidak
independen
mempengaruhi pengerakan nilai ekspor
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertanian. Jika mengacu pada hukum
variabel dependen dimana nilai T-hitung lebih
penawaran
besar dari T tabel. Hal ini menunjukkan
kenaikan harga dalam negeri harusnya akan
perhitungan statistik signifikan secara statistik.
menyebabkan
Kesimpulan
proporsi penjualan dalam negeri dan akan
bahwa
variabel
uji-t
negeri.
yang
menunjukkan
dengan
tersebut
pergerakan
peningkatan nilai ekspor Indonesia ke luar
Hasil regresi di atas diperkuat oleh hasil pengujian
mempengaruhi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan 55 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013
mengurangi
dimana
dinyatakan
produsen
proporsi
bahwa
memperbesar
produk
yang
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
dialokasikan untuk ekspor. Namun daya
memberikan
dampak
positif
tarik keuntungan yang lebih menjanjikan
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
bagi
dari kegiatan ekspor membuat kenaikan
4. Pemerintah harus mampu menstabilkan
harga dalam negeri tidak mempengaruhi
harga- harga produk pertanian sehingga
pergerakan
perkembangan pertanian di Indonesia agar
nilai
ekspor
pertanian
Indonesia.
dapat tumbuh dengan baik sehingga mampu meningkatkan
Saran Berdasarkan
kesimpulan
yang
telah
ditetapkan, maka saaran yang dapat diberikan
kesejahteraan
rakyat
Indonesia khususnya para petaninya. 5. Pemerintah
yang
peranannya
sebagai
dalam penelitian ini adalah:
fasilitator mampu menciptakan kebijakan-
1. Pemerintah harus terus berupaya menjaga
kebijakan
yang
dapat
meningkatkan
dan meningkatkan produksi dalam negeri
pertumbuhan di bidang sektor pertanian
agar dapat bersaing di pasar internasional
sehingga akan tercapai ekspor sektor
sehingga akan meningkatkan nilai ekspor
pertanian dengan baik, serta pemerintah
pertanian Indonesia.
juga
2. Pemerintah
investasi-
investasi yang sangat mendukung di sektor
Indonesia harus menjaga kestabilan nilai
pertanian agar dapat berkembang untuk
tukar rupiah agar selalu berada dalam posisi
meningkatkan pertumbuhan perekonomian
yang
di Indonesia.
pertanian
bagi
melalui
menyediakan
Bank
ideal
Indonesia
mampu
pertumbuhan
Indonesia
dan
ekspor
memberikan
dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Walau tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pergerakan nilai ekspor pertanian Indonesia, namum pemerintah harus tetap menjaga pergerakan inflasi agar selalu berada dalam batas-batas yang Volume 1, No. 3, Agustus 2013
- 56
Jurnal Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Daftar Pustaka
Kuznets, Simon, 1964. Economic Growth and the Contribution of Agriculture dalam Eicher C. K. dan Witt, L. W. (ed.), Agriculture in Economic Development, McGraw-Hill, New York. Lains, A. 1989. Pertumbuhan Industri dan Pertanian Tidak Bahu-Membahu. Suara Pembaharuan, 9 Mei 1989
Syrquin, M., and Timmer 1988. Patterns of Structural Change,” in H. Chenery and T.N. Srinivasan, Handbook of Development Economics,” Vol. 1, Elsevier Science Publishers, Netherlands. Simatupang, P. 1991. The Development of Manufacturing Sector in Indonesia and Its Implications to AARD in The 1990’s and Beyond. Makalah disampaikan pada Seminar on The “AARD in The 1990’s and Beyond”, Cisarua, 19-20 September 1991 Tambunan, Tulus T.H. Industrialisasi di Negara Sedang Berkembang: Kasus Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001
57 -
Volume 1, No. 3, Agustus 2013