FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMBALINYA TENAGA KERJA WANITA (TKW) DAN PEMANFAATAN REMITANSI (Desa Cihaur, Cianjur)
IRZA QORIANI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang Memengaruhi Kembalinya Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Pemanfaatan Remitansi (Desa Cihaur, Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Irza Qoriani NIM H54120055
ABSTRAK IRZA QORIANI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kembalinya Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Pemanfaatan Remitansi (Desa Cihaur, Cianjur). Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Pengiriman TKI mendatangkan remitansi dalam jumlah besar, namun angka kejadian kasus TKI masih tinggi dan sebagian besar dialami oleh TKW. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri, pemanfaatan remitansi, dan sudut pandang Islam terhadap proses pengiriman TKW. Penelitian ini menggunakan 68 responden mantan TKW Desa Cihaur, Cianjur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik dan deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan variabel yang signifikan terhadap keputusan kembalinya TKW adalah usia, status kerja, remitansi, lama pendidikan, dan penyalur. Pemanfaatan remitansi sebagian besar digunakan untuk membangun rumah, membeli perabotan dan elektronik, pendidikan, dan perhiasan. Frekuensi pemanfaatan remitansi lebih banyak digunakan untuk hal konsumtif. Hasil penelitian menunjukkan adanya responden yang mengalami penyalahgunaan, seperti digunakan suami untuk menikah kembali dan dibawa pergi oleh saudara kandung. Proses pengiriman TKW mengindikasi adanya moral hazard yang bertentangan dengan sudut pandang Islam. Kata kunci: penyalahgunaan remitansi, regresi logistik, TKW
ABSTRACT IRZA QORIANI. Factors that Influencing The Return of Indonesian Women Migrant Workers (TKW) and The Use of Remittances (Cihaur Village, Cianjur). Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS. The departure of Indonesian Migrant Workers (TKI) abroad brings a large of remittance, but the number of incident is still high and it is most experienced by TKW. This research aims to analyze the factors that influencing the return of TKW abroad, the use of remittances, and Islamic perspective about the process on sending TKW. The research uses 68 respondent as ex-TKW in Cihaur Village, Cianjur. The method used in this research is logistic regression and descriptive qualitative. The analysis shows that significant variables affecting the decision TKW to return work abroad is age, work status, remittance, duration of education, and agent. The most use of remittance is housing, household appliance and electronics, education, and jewelry. The most frequence use of remittance is used to consume a consumer goods. The result also shows that there are respondents that have experienced the misuse of remittances, such as remittances was used by their husband to remarry and remittances was taken away by sibling. The process of sending TKW indicating the existence of moral hazard that is contradiction with Islamic perspective. Key words: logistic regression, misuse of remittances, TKW
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMBALINYA TENAGA KERJA WANITA (TKW) DAN PEMANFAATAN REMITANSI (Desa Cihaur, Cianjur)
IRZA QORIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kembalinya Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Pemanfaatan Remitansi (Desa Cihaur, Cianjur)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis, H Boy Iskandar dan Hj Iis Rosmiati, keluarga penulis teh Amah Rohmawati, kakakku Ir M Irvan Giovani, Hj Irmalia Noviani SP, Asli Sifa Aprilianti Amd, Ir H M Hira Kurnia, keponakanku Dira, Omar, Nailah, Jemima, Seerana, Damiya Orlin atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, waktu, saran, motivasi dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 2. Dosen penguji utama Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik, SP, M.Sc.Ec. dan dosen penguji dari komisi pendidikan Ibu Ranti Wiliasih, SP, M.Si. yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Para Mantan TKW Desa Cihaur, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cianjur, dan pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. 4. Sahabat terdekat penulis, Wildan Prima Putra, Meida Maya Putri, dan Siti Melani GW yang telah bersedia menjadi teman berbagi keluh kesah penulis selama pengerjaan skripsi. 5. Teman-teman sebimbingan Benazhar Ahmad, Nurhalimah Mardianita, Vicky Avianturi, Sebika Syahtari, dan M Faaruq yang selalu mengingatkan, berbagi ilmu, dan memotivasi penulis. 6. Sahabat-sahabat Wisma SQ lantai 2, Ayu Mufidah, Inna, Risa, Dita, Wike, Aya, Puji, Putri, Kak Upeh, Cintia, Zeze. 7. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi FEM yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 8. Teman-teman Ilmu Ekonomi Syariah 49 yang selalu bersama selama empat tahun terakhir, semoga kita dapat meraih kesuksesan, dan memajukan ekonomi syariah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016 Irza Qoriani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Teori Migrasi dan Tenaga Kerja Indonesia
5
Remitansi
8
Perilaku Konsumsi dalam Islam
9
Tenaga Kerja Wanita dalam Sudut Pandang Islam
11
Penelitian Terdahulu
14
Kerangka Pemikiran
15
METODE PENELITIAN
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Jenis dan Sumber Data
17
Metode Pengambilan Sampel
17
Metode Pengolahan dan Analisis Data
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Karakteristik Responden
20
Gambaran Umum TKW saat Bekerja di Luar Negeri
23
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Kembalinya TKW
26
Gambaran Umum Sistem Pengiriman Remitansi
31
Pemanfaatan Remitansi
34
Analisis Sudut Pandang Islam terhadap Proses Pengiriman TKW
37
Sintesis Penelitian
38
SIMPULAN DAN SARAN
40
Simpulan
40
Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
41
DAFTAR TABEL 1 Jumlah pengaduan berdasarkan jenis masalah periode 2013-2015 2 Demografi Responden 3 Sebaran responden berdasarkan usia 4 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan responden 5 Sebaran responden berdasarkan pendidikan 6 Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan 7 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 8 Tahun kembali TKW dari negara asal 9 Lama bekerja TKW di luar negeri 10 Omnibus Tests of Model Coefficients 11 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan model summary 12 Hosmer and Lemeshow Test 13 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table 14 Faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri 15 Remitansi TKW berdasarkan hasil penelitian 16 Frekuensi Pengiriman Remitansi 17 Sebaran Pemanfaatan Remitansi
2 20 21 21 22 22 23 25 25 26 27 27 27 28 31 33 34
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah TKI periode 2011-2015 Grafik peningkatan remitansi tahun 2011-2015 Kerangka Pemikiran Negara tujuan TKW bekerja Mekanisme uang fee Persepsi kondisi pekerjaan Minat kembali menjadi TKW Saluran pengiriman remitansi menggunakan saluran formal Penerima remitansi yang menggunakan saluran formal
1 3 16 23 24 26 30 32 33
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian 2 Hasil output analisis regresi logistik SPSS 22 3 Hasil output uji validitas dan reliabilitas
45 53 55
PENDAHULUAN Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 2010-2014 diproyeksikan mencapai 1.4% (BPS 2015). Peningkatan jumlah penduduk tersebut tidak diikuti dengan peningkatan sejumlah lapangan kerja, sehingga angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia berdasarkan data periode Agustus 2015 mencapai 6.18% (BPS 2015). Terbatasnya lapangan kerja domestik menyebabkan sebagian penduduk Indonesia melakukan migrasi ke luar negeri untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja ke luar negeri pada tahun 2015 mencapai 275 736 jiwa, namun mengalami tren penurunan pada periode 2011-2015 (Gambar 1). Gambar 1 menunjukkan jumlah TKW lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki, dengan persentase hampir mencapai 66%. 700000 600000
JIWA
500000
210116
400000
214825
235170 186243
300000 200000
376686
100000
108965 279784
276998
243629
166771
0 2011
2012
2013
2014
2015
TAHUN
Perempuan
Laki-laki
Sumber: BNP2TKI (2015)
Gambar 1 Jumlah TKI periode 2011-2015 Penurunan jumlah TKI paling besar yaitu pada periode 2014-2015. Hal ini disebabkan oleh kebijakan moratorium atau penundaan penempatan TKI yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 260 Tahun 2015. Kebijakan moratorium tersebut ditujukan kepada calon TKI yang akan bekerja pada pengguna perseorangan atau sektor informal di sembilan belas negara kawasan Timur Tengah, diantaranya Arab Saudi, Aljazair, Bahrain, Irak, Kuwait, Lebanon, Libya, Maroko, Mauritania, Mesir, Oman, Palestina, Qatar, Sudan, Suriah, Tunisia, Uni Emirat Arab, Yaman, dan Yordania. Penundaan penempatan berlaku untuk penempatan baru, sedangkan bagi TKI yang sedang bekerja di negara-negara tersebut tetap dapat bekerja sampai berakhirnya perjanjian kerja. Penundaan penempatan TKI didasarkan pada salah satu pertimbangan yakni tingginya angka kejadian kasus yang dialami para TKI saat di luar negeri (Tabel 1). Kejadian kasus tersebut sebagian besar dialami oleh TKW. Penyebab kejadian kasus adalah perlindungan yang diberikan oleh negara di luar negeri sangat lemah, selain itu kualitas sumber daya manusia TKI pun rendah. Data BNP2TKI
2 menunjukkan bahwa pada tahun 2015, 72% pendidikan terakhir TKI yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini berdampak pula pada jenis pekerjaan yang didapatkan para TKI yang sebagian besar bekerja di sektor informal sebagai Domestic Worker atau Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) yang mencapai 52 328 jiwa (BNP2TKI 2015). Tabel 1 Jumlah pengaduan berdasarkan jenis masalah periode 2013-2015 Jenis Masalah TKI ingin dipulangkan Gaji tidak dibayar Meninggal dunia di negara tujuan Putus hubungan komunikasi Pekerjaan tidak sesuai PK TKI sakit/rawat inap Pemutusan hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja berakhir Tindak kekerasan dari majikan TKI mengalami kecelakaan TKI tidak berdokumen TKI dalam tahanan/proses tahanan Lari dari majikan (Saudi) Potongan gaji melebihi ketentuan Lainnya (Pelecehan seksual, dll.)
Tahun
Total
2013
2014
2015
1 055 666 363 527 329 196 147
818 514 496 359 234 175 90
524 488 680 287 171 244 167
2 397 1 668 1 539 1 173 734 615 404
120 89 120 60 44 38 678
105 93 73 63 41 33 859
104 95 81 46 38 34 1 935
329 277 274 169 123 105 3 472
Sumber: BNP2TKI (2015)
Islam sebagai agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia memandang kepergian wanita menjadi TKW merupakan hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, pada tahun 2000 Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia Nomor: 7/MUNAS VI/MUI/2000 tentang Pengiriman TKW ke Luar Negeri. Kejadian kasus pada Tabel 1 merupakan data pendukung pertimbangan dalam fatwa tersebut, yakni belum adanya jaminan perlindungan keamanan dan kehormatan perempuan. Allah SWT berfirman dalam Al-quran Surat An-nur ayat 31 yang memerintahkan agar wanita menjaga kehormatannya,
ْ ار ِه َّن َويَحْ َف َظنَ فُ ُرو َج ُه َّن َو ََل يُ ْبدِين ِ َوقُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِمنَا ُ ت يَ ْغ َ ضضْنَ ِم ْن أ َ ْب ِ ص َ ِزينَت َ ُه َّن ِإ ََّل َما ... ظ َه َر ِم ْن َها
“Dan katakanlah kepada para wanita beriman, agar menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan tidak menampakkan perhiasannya (auratnya) kecuali (yang biasa) terlihat…”. Menurut Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada tahun 2015, penempatan TKI tersebar hampir di 173 negara di dunia dengan tiga negara jumlah penempatan tertinggi yakni Malaysia, Taiwan, dan Arab Saudi. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah pengiriman TKI tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 63 102 jiwa. Pengiriman TKI pun mendatangkan jumlah remitansi yang besar bagi negara (Gambar 2). Jumlah remitansi TKI pada tahun 2011-2015 mengalami peningkatan,
3
Remitansi (X US$ 1 Miliar)
bahkan pada tahun 2015 remitansi TKI tercatat mencapai dalam USD 8 648 485 729 atau setara dengan Rp 119 695 042 485 284. 10 8 6
6.73
6.99
7.4
2011
2012
2013 Tahun
8.43
8.65
2014
2015
4 2 0
Sumber: BNP2TKI (2015)
Gambar 2 Grafik peningkatan remitansi tahun 2011-2015 Remitansi menurut Ratha (2007) merupakan pengiriman uang pribadi dari para migran kepada teman-teman dan keluarga mereka, dan tidak dikenai pajak atau diarahkan untuk penggunaan tujuan pembangunan tertentu. Jumlah remitansi berdasarkan Gambar 2 hanya menunjukkan aliran remitansi yang dikirim melalui saluran formal yakni melalui bank atau perusahaan jasa pengiriman remitansi berizin, sehingga jumlah remitansi seharusnya lebih besar. Remitansi internasional berhubungan positif dengan pengurangan tingkat kemiskinan (Ratha 2007). Remitansi dapat pula berdampak pada perluasan kesempatan kerja. Hal ini dapat dijelaskan oleh penelitian yang dilakukan Supriana dan Nasution (2010) di provinsi Sumatera Utara yang menunjukkan bahwa remitansi yang digunakan mantan TKI untuk mendirikan usaha mengakibatkan tingkat pengangguran di Sumatera Utara pada tahun 2008 berkurang sebesar 20.53%. Remitansi memiliki potensi besar bagi pembangunan ekonomi Indonesia jika dimanfaatkan dengan baik walaupun sebagian besar TKI purna masih memanfaatkan remitansi untuk kegiatan konsumtif (Puspitasari dan Salim 2013). Pemanfaatan remitansi dapat pula menimbulkan dampak negatif. Yuniastuti (2014) menemukan bahwa remitansi disalahgunakan oleh pihak-pihak yang diamanahi untuk menerima remitansi, salah satu contohnya adalah digunakan suami TKW untuk menikah lagi. Pemanfaatan remitansi yang dilakukan sebagian besar TKW digunakan untuk kegiatan konsumtif sehingga menciptakan pola hidup hedonis atau boros di kalangan mantan TKI (Haryati 2009). Perilaku penyalahgunaan remitansi dan boros tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten pengirim jumlah TKI tertinggi. Pada tingkat nasional, Kabupaten Cianjur menduduki peringkat keenam pengirim TKI tertinggi, setelah Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Lombok Tengah. Pada tingkat provinsi Jawa barat, Kabupaten Cianjur menduduki peringkat ketiga tertinggi pengirim TKI, setelah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon. Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur merupakan desa pengirim TKI tertinggi di Cianjur berdasarkan penjelasan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cianjur.
4 Perumusan Masalah Tingginya angka kejadian kasus yang menimpa TKI menggambarkan lemahnya perlindungan TKI di luar negeri. Hal ini menyebabkan pemerintah melakukan pembenahan penempatan TKI di beberapa negara di kawasan Timur Tengah. Pemerintah memberlakukan moratorium kepada TKI yang bekerja di sektor informal di sembilan belas negara. Kebijakan ini hanya berlaku pada penempatan baru, sementara TKW yang masih atau sedang bekerja di negara kawasan Timur Tengah tersebut tidak akan dilakukan pemulangan secara paksa. Kebijakan moratorium akan menjadi kendala bagi mantan TKW yang ingin kembali bekerja ke luar negeri. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri. Data BNP2TKI (2015) menunjukkan bahwa provinsi Jawa Barat merupakan provinsi pengirim TKI terbesar di Indonesia. Tiga besar kabupaten pengirim TKI terbesar di Jawa Barat diantaranya: Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur memiliki angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi tingkat provinsi Jawa Barat berdasarkan publikasi Jawa Barat dalam Angka 2015 yang diterbitkan BPS Provinsi Jawa Barat yakni sebesar 14.87%. Meskipun memiliki kontribusi besar terhadap pendapatan devisa, tetapi keberadaan TKW di luar negeri juga memiliki sisi negatif, seperti potensi penyalahgunaan dan perilaku boros dalam pemanfaatan remitansi. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka terdapat permasalahan-permasalahan mendasar yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apa faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri? 2. Bagaimana pemanfaatan remitansi yang dilakukan TKW? 3. Bagaimana sudut pandang Islam mengenai proses pengiriman TKW?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri. 2. Menganalisis pemanfaatan remitansi yang dilakukan TKW. 3. Mendeskripsikan sudut pandang Islam mengenai proses pengiriman TKW.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi peneliti Sebagai sarana untuk mengasah kepekaan sosial, menambah wawasan pengetahuan tentang kondisi yang sebenarnya terjadi pada TKW. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti untuk terus belajar dan mengamalkan ilmunya, sehingga dapat menambah lapangan kerja domestik sebagai upaya pencegahan dampak negatif pengiriman TKW ke luar negeri.
5
2. Bagi pemerintah Sebagai referensi dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan yang berkaitan dengan TKI terutama pada masalah perlindungan TKI di luar negeri, selain itu dapat menjadi pertimbangan untuk membuat program yang memberikan sosialisasi pengetahuan manajemen keuangan kepada mantan TKW dalam mengelola remitansi yang diterima dan pendidikan entrepreneur. 3. Bagi masyarakat Menambah wawasan pengetahuan tentang kondisi, permasalahan TKW, dan sudut pandang Islam terkait proses pengiriman TKW dan penyalahgunaan remitansi, selain itu memotivasi untuk membuat lapangan kerja domestik sebagai upaya pencegahan dampak negatif pengiriman TKW ke luar negeri serta menjadi sumber acuan untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi akademisi Sebagai bahan, referensi, dan acuan untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi akademisi terutama di bidang keuangan untuk dapat mengamalkan ilmunya untuk diterapkan pada mantan TKW dalam mengelola remitansinya.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian yang akan dianalisis pada penelitian ini terbatas pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW, pemanfaatan remitansi, dan sudut pandang Islam terhadap proses pengiriman TKW. Responden terbatas pada 68 responden mantan TKW muslim di Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.
TINJAUAN PUSTAKA Teori Migrasi dan Tenaga Kerja Indonesia Migrasi didefinisikan sebagai perpindahan individu dengan beragam tujuan dan alasan ke suatu negara lain di luar tempat tinggal, dalam waktu paling sedikit dua belas bulan, sehingga negara tujuan secara efektif menjadi tempat tinggal baru (UNIFEM 2009). Tenaga kerja migran didefinisikan sebagai seorang individu yang telah diikutsertakan dalam aktivitas remunerasi di suatu negara yang mana individu tersebut bukan warga negara pada negara tersebut (IOM 2010). Menurut Borjas (2013) aktivitas tenaga kerja migran bertujuan untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik. Teori migrasi yang paling banyak digunakan dalam menjelaskan penyebab migrasi adalah teori neoklasik yang dibangun oleh Todaro pada tahun 1998 (Kurekova 2011). Teori neoklasik lebih menitikberatkan pada perbedaan tingkat upah sebagai determinan terpenting dalam migrasi. Sebagian model aslinya dibangun untuk menjelaskan migrasi dalam proses pembangunan ekonomi. Teori
6 ini menyebutkan bahwa migrasi adalah hasil dari perbedaan upah aktual di pasar tenaga kerja. Migrasi dikendalikan oleh perbedaan geografis dalam penawaran dan permintaan tenaga kerja dan hasil dari perbedaan upah antara negara padat karya dan negara yang padat modal. Pada asumsi full employment, dapat diprediksi adanya hubungan linier antara perbedaan upah dan aliran migrasi. Teori neoklasik pada tingkat makro dapat dialihkan ke dalam model tingkat mikro yakni berupa pilihan individu. Human Capital Theory memperkaya kerangka teori neoklasik dengan menggabungkan karakteristik sosial demografis individu sebagai determinan penting migrasi dalam tingkat mikro (Haas 2008). Individu yang rasional akan melakukan migrasi dengan tujuan untuk memaksimalkan manfaat dan perolehan. Sumbangan human capital seperti skills, umur, status pernikahan, jenis kelamin, pekerjaan, dan status pasar tenaga kerja akan memengaruhi keputusan seseorang bermigrasi atau tidak. Haas (2008) menunjukkan bahwa minat migrasi menurun dengan adanya umur, dan secara normal meningkat dengan adanya tingkat pendidikan. Hal itu pula menunjukkan bahwa migran yang relatif lebih memliki skills, cateris paribus meningkatkan kesempatan untuk sukses. Teori lain yang masih berhubungan dengan teori neoklasik adalah teori pushpull factors. Aliran tenaga kerja dari negara berkembang ke negara maju dipengaruhi oleh adanya konsep push and pull factors. Faktor pendorong atau push factor pada negara berkembang diantaranya ketimpangan pembangunan, rendahnya kualitas SDM, kurangnya lapangan kerja, dan tingginya kemiskinan. Faktor daya tarik atau pull factor dapat terlihat dari negara maju yang membuka kesempatan kerja yang luas dengan gaji yang lebih baik. Push-pull factors adalah cerminan besar satu sama lain, namun kerangka ini telah dikritisi dalam ketidakmampuannya mejelaskan faktor yang dominan (Kurekova 2011). Definisi TKI menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Migrasi TKI ke luar negeri ini sudah dilakukan sejak masa sebelum kemerdekaan Indonesia oleh pemerintah Belanda melalui penempatan buruh kontrak ke negara Suriname, Amerika Selatan, yang juga merupakan wilayah koloni Belanda. Migrasi tersebut bertujuan untuk mengganti tugas para budak Afrika yang telah dibebaskan pada tahun 1863 sebagai bentuk penghapusan perbudakan sehingga budak tersebut bebas memilih lapangan kerja yang dikehendaki. Kegiatan pengiriman TKI ke Suriname sudah berjalan sejak tahun 1890 sampai 1939 mencapai 32 986 orang dengan menggunakan 77 kapal laut. Mayoritas penduduk yang bermigrasi berasal dari Jawa karena pada saat itu tingkat perekonomian penduduk jawa turun akibat meletusnya Gunung Merapi. Pada masa kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 3 Juli 1947 dibentuk lembaga Kementerian Perburuhan melalui Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1947 yang bertugas untuk mengurusi masalah perburuhan. Pada awal orde baru, Kementerian Perburuhan diganti menjadi Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi. Mulai pada Kabinet Pembangunan IV berubah kembali menjadi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara koperasi membentuk kementerian tersendiri. Penempatan TKI pada saatu itu belum melibatkan pemerintah namun dilakukan secara perorangan, kekerabatan, dan bersifat tradisional. Negara tujuan utama para migran adalah Malaysia dan Arab Saudi karena adanya hubungan
7 agama (haji) serta lintas batas antarnegara. Untuk Arab Saudi, para migran umumnya dibawa oleh mereka yang mengurusi orang naik haji/umrah atau oleh orang Indonesia yang sudah lama tinggal menetap di Arab Saudi. Adapun TKI yang bekerja di Malaysia, sebagian besar datang begitu saja ke Malaysia tanpa membawa surat dokumen apapun karena adanya lintas batas tradisional antara dua negara tersebut. Penempatan TKI akhirnya melibatkan pemerintah yang didasarkan pada keluarnya Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1970 melalui Program Antarkerja Antardaerah (AKAD) dan Antarkerja Antarnegara (AKAN) dan sejak itu pula pengiriman TKI melibatkan pihak swasta (Perusahaan Pengerah Jasa TKI [PPJTKI] atau Pelaksana Penempatan TKI Swasta [PPTKIS]). Pada tahun 1999, pengelola AKAN diganti menjadi Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PTKLN). Pada tahun 2004 lahir Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang pada pasal 94 ayat (1) dan (2) mengamanatkan pembentukkan BNP2TKI dan disusul dengan lahirnya Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang pembentukan BNP2TKI. Seluruh urusan kegiatan penempatan dan perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi namun tanggung jawab tugasnya kepada presiden. Adanya BNP2TKI maka Direktorat Jenderal PTKLN bubar karena fungsinya telah beralih ke BNP2TKI. Pemerintah telah menetapkan regulasi terkait dengan TKI yang bekerja di luar negeri. Regulasi tersebut antara lain Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. Undang-undang ini didukung oleh beberapa peraturan menteri sebagai penjelas pasal. Peraturan menteri ketenagakerjaan yang terkait dengan TKI di luar negeri antara lain Permenaker Nomor 22 Tahun 2014 tentang pelaksanaan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri, Permenaker Nomor 23 Tahun 2014 tentang tata cara kepulangan tenaga kerja Indonesia dari negara penempatan ke daerah asal secara mandiri, dan Permenkes Nomor 26 Tahun 2015 tentang tarif pemeriksaan kesehatan calon tenaga kerja Indonesia. Regulasi tersebut dibuat atas dasar bahwa setiap tenaga kerja memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat, martabat, hak asasi manusia, dan perlindungan hukum serta pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan nasional. Di sisi lain, tenaga kerja Indonesia di luar negeri sering dijadikan objek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja pakasa, korban kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia, serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia. Hak dan kewajiban TKI berdasarkan UU Nomor. 39 Tahun 2004, setiap calon TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk: 1. Bekerja di luar negeri. 2. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri. 3. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri.
8 4. Memperoleh kebebasan menganut aama dan keyakinannya serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya. 5. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan. 6. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan. 7. Memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundangundangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan selama penampatan di luar negeri. 8. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal. 9. Memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli. Setiap calon TKI/TKI mempunyai kewajiban untuk: 1. Menaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri maupun di negara tujuan. 2. Menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja. 3. Membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Memberitahukan atau melaporkan kedatangan keberadaan dan kepulangan TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan.
Remitansi Remitansi menurut Ratha (2007) merupakan pengiriman uang pribadi dari para migran kepada teman-teman dan keluarga mereka, dan tidak dikenai pajak atau diarahkan untuk penggunaan tujuan pembangunan tertentu. Pada tahun 2015, menurut World Bank (2016) aliran remitansi internasional diestimasikan mencapai US$441 miliar. Jumlah pasti remitansi diduga lebih besar karena aliran remitansi melalui saluran informal tidak termasuk dalam perhitungan. Pengiriman remitansi dapat dilakukan melalui dua saluran, yakni saluran formal dan saluran informal. Pengiriman remitansi melalui saluran formal akan tercatat dalam data negara. Saluran formal meliputi bank, pos, dan Money Tranferring Operators (MTOs). Pertumbuhan remitansi mendapat suatu perhatian khusus baik dari sektor privat maupun sektor publik (Yang 2011). Pada sektor privat, pertumbuhan pelayanan remitansi menjadi sangat tinggi, dipelopori oleh perusahaan Money Transferring Operators (MTOs) seperti Western Union dan Money Gram. Menurut Orozco dan Fedewa (2005) Western Union beroperasi melalui agen termasuk bank dan kantor pos, dan diperkirakan memiliki 2000 outlets di Indonesia. Biaya pengiriman dari bisnis MTOs yang merupakan bagian dari profit perusahaan berada pada rentang 4-9% bergantung pada jumlah uang yang dikirimkan. Pengiriman remitansi melalui saluran formal, terutama melalui saluran bank dapat meningkatkan keuangan inklusi. Hal tersebut membuat masyarakat yang unbanked menjadi memiliki akses terhadap jasa keuangan perbankan. Penyebabnya adalah untuk dapat mengirimkan uang, kedua pihak baik penerima maupun pengirim diharuskan membuat rekening bank.
9 Pengiriman remitansi melalui saluran informal dapat dilakukan dengan cara membawa langsung remitansi pada saat tenaga kerja migran kembali ke negara asal, dititipkan melalui teman, atau dititipkan melalui agen yang tak berizin. Remitansi yang dikirimkan melalui saluran informal tidak tercatat dalam data negara. Saluransaluran informal masih mendominasi pola sistem pengiriman remitansi yang relatif disebabkan oleh tidak tersedianya bank atau jasa keuangan formal lainnya, selain faktor mahal dan awamnya jasa perbankan dipergunakan oleh kalangan TKI (Haryati 2009). Pengiriman remitansi melalui saluran informal tersebut dihadapkan pada pendugaan penyalahgunaan uang seperti pencucian uang dan pembiayaan untuk terorisme (IMF 2005). Sebagai upaya untuk mengurangi risiko penyalahgunaan tersebut, IMF memiliki dua pendekatan diantaranya: 1) Dorongan dari otoritas nasional untuk menggunakan saluran formal dengan cara mengurangi biaya dan meningkatkan akses pengguna dan penerima dalam menggunakan saluran formal. 2) Otoritas nasional dapat mengimplementasikan aturan Financial Action Task Force (FATF) kepada setiap remittance provider, jika tidak mengikuti aturan diberikan saksi sipil atau kriminal. Pemanfaatan remitansi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni untuk penggunaan konsumtif dan produktif. Menurut UNIFEM (2009) penggunaan remitansi dalam lingkup rumah tangga didominasi untuk pembangunan rumah, konsumsi dasar, dan menabung. Penggunaan remitansi yang terlalu cenderung konsumtif membentuk pola hidup hedonis di kalangan TKI, khususnya TKI yang telah mengalami peningkatan status sosial-ekonomi, sehingga sebagian besar TKI purna tidak memiliki sumber penghasilan yang berkelanjutan (Haryati 2009). Penggunaan remitansi untuk hal konsumtif walaupun membuat TKI tidak memiliki penghasilan berkelanjutan tetapi tetap memberikan dampak positif bagi perekonomian. Kegiatan konsumsi tersebut menciptakan multiplier effect yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama jika produk dan jasa yang dikonsumsi adalah produk lokal (UN INSTRAW 2007).
Perilaku Konsumsi dalam Islam Pada sudut pandang ekonomi konvensional, konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh utilitas dalam kegiatan konsumsinya. Konsumen pun diasumsikan selalu menginginkan tingkat kepuasan yang tertinggi. Penentuan barang atau jasa untuk dikonsumsi didasarkan pada kriteria kepuasan, namun barang yang memuaskan belum tentu membawa manfaat atau kebaikan (P3EI UII 2012). Konsumsi dalam ekonomi konvensional pun dibatasi dengan kemampuan anggaran, sehingga sepanjang konsumen memiliki pendapatan, dia bebas mengonsumsi barang yang diinginkannya dan mengabaikan aspek lain seperti kehalalan. Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mencapai maslahah (P3EI UII 2012). Maslahah adalah pencapaian yang mengandung manfaat dan berkah. Jika suatu barang memberikan manfaat namun tidak memberikan berkah, maka barang tersebut tidak dikategorikan sebagai barang yang mengandung maslahah. Seorang konsumen dalam sudut pandang Islam diasumsikan cenderung memilih barang dan jasa yang memberikan maslahah maksimum. Keyakinan bahwa ada kehidupan di akhirat dan pembalasan pada setiap yang diperbuat memiliki pengaruh seorang
10 muslim dalam melakukan kegiatan konsumsi. Berikut adalah prinsip konsumsi dalam Islam: 1. Mengkonsumsi barang dan jasa yang halal Islam mendorong umat-Nya sebagai konsumen untuk mengkonsumsi sesuatu yang baik dan halal, dan menjauhi sesuatu yang tidak mempunyai manfaat dan pengeluaran yang tidak dibutuhkan (Hossain 2014). Kata “Thayib” dalam Al-quran berarti baik dan bermanfaat, kata tersebut digunakan bagi sesuatu yang berguna bagi kesehatan.
ُ ط ِيباا َو ََل تَت َّ ِبعُوا ُخ َ ض َح ََل اَل ت ِ ط َوا ِ اس ُكلُوا ِم َّما فِي ْاْل َ ْر ُ ََّيا أَيُّ َها الن َ ش ْي َّ ال عد ٌُّو ُم ِبين َ ان ۚ ِإنَّهُ لَ ُك ْم ِ ط
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Albaqarah:168). 2. Berorientasi pada Allah SWT Allah SWT telah memberikan tuntutan kepada para hamba-Nya agar menjadikan kegiatan konsumsi sebagai amal shalih yang dapat mendekatkan seorang muslim kepada Tuhannya dan untuk mendapatkan surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya (Hakim 2012).
ْ َ َّللا َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أ َ ْنبَت سنَا ِب َل فِي ُك ِل ِ َّ س ِبي ِل َ س ْب َع َ ت َ َمث َ ُل الَّذِينَ يُ ْن ِفقُونَ أ َ ْم َوالَ ُه ْم فِي َّ ف ِل َم ْن يَشَا ُء ۗ َو َّ س ْنبُلَ ٍة ِمائَةُ َحبَّ ٍة ۗ َو ع ِليم ُ ُ ضا ِع َ َّللاُ َوا ِسع َ َُّللاُ ي
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-baqarah:261). 3. Perlu memerhatikan orang lain Konsumsi hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kerja sama antara anggota masyarakat dan tersedianya jaminan sosial (Hakim 2012). Seorang muslim tidak pantas melihat kerabat, tetangga, atau saudara muslim dalam kondisi kelaparan, kedinginan, kemiskinan, sementara dia dalam keadaan berkecukupan dan tidak melakukan usaha apa pun untuk menanggulangi penderitaan yang menimpa mereka. Hadits Rasulullah SAW menyebutkan, “Bukanlah orang yang beriman yang ia sendiri kenyang sedangkan tetangga di sampingnya kelaparan” (HR. Bukhari). Zakat merupakan salah satu instrumen membelanjakan harta dalam Islam. Tujuan zakat adalah agar harta dapat didistribusikan kepada kalangan orang miskin dan yang membutuhkan (Hossain 2014). Zakat dapat pula berperan sebagai alat yang menyucikan harta, berdasarkan Al-quran surat At-taubah ayat 103,
َ ُ صدَقَةا ت ص ََلت َ َك َ ص ِل َ علَ ْي ِه ْم ِإ َّن َ ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِه ْم ِب َها َو َ ُخ ْذ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم َّ س َكن لَ ُه ْم ۗ َو ع ِليم َ َّللاُ َس ِميع َ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
11 4. Sederhana dan tidak berlebih-lebihan Perilaku konsumsi hendaknya tidak berlebih-lebihan karena konsumsi di luar dari tingkat kebutuhan adalah pemborosan. Perilaku boros merupakan hal yang tidak disukai Allah SWT, dalam firman-Nya dalam Al-quran surat Al-araf ayat 31,
ُيَا بَنِي آدَ َم ُخذُوا ِزينَت َ ُك ْم ِع ْندَ ُك ِل َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َو ََل تُس ِْرفُوا ۚ ِإنَّه َََل يُ ِحبُّ ْال ُمس ِْرفِين
“Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”. dan hendaknya seorang muslim tidak memiliki gaya hidup yang mewah (Hossain 2014). Hal tersebut didasarkan pada Al-quran surat At-Takatsur ayat 1-3.
َف ت َ ْعلَ ُمون َ أ َ ْل َها ُك ُم الت َّ َكاث ُ ُر َحت َّ ٰى ُز ْرت ُ ُم ْال َمقَا ِب َر َك ََّل َ س ْو
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).”
Tenaga Kerja Wanita dalam Sudut Pandang Islam Bekerja merupakan suatu kegiatan yang diutamakan dalam Islam. Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk dapat menyeimbangkan antara tugasnya sebagai manusia yang diperintahkan untuk bekerja dan sebagai hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Hal ini tercantum dalam Al-quran surat Al-jumu’ah ayat 10,
َّللا ْ َض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف ِ ض َي َّ ت ال ِ َّ ض ِل ِ ص ََلة ُ فَا ْنتَش ُِروا فِي ْاْل َ ْر ِ ُفَإِذَا ق َ َّ َّللا َوا ْذ ُك ُروا َيرا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون َكثِ ا
“Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” Perintah bekerja tidak dibedakan untuk wanita atau untuk laki-laki. Hal tersebut didasarkan pada firman Allah dalam Al-quran surat At-taubah ayat 105,
َّ سيَ َرى ... َسولُهُ َو ْال ُمؤْ ِمنُون ُ ع َملَ ُك ْم َو َر َ َُّللا َ ََوقُ ِل ا ْع َملُوا ف
“Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! Maka Allah, Rasul-Nya, dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu…”. Pada saat wanita berkeluarga, seorang suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya disebabkan adanya ikatan pernikahan (Syafuri 2013). Seorang wanita diberi keistimewaan dengan tidak dibebankannya kewajiban mencari nafkah ketika sudah berkeluarga, hal ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-quran surat Al-baqarah ayat 233,
ۚ َعة َّ ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَ ُه َّن َح ْولَي ِْن َك ِاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُتِ َّم َ ضا َ الر ِ َو ْال َوا ِلدَاتُ يُ ْر ...ۚ وف ِ علَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر َ َو
“Para Ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para Ibu dengan cara makruf…” Kepergian seorang wanita untuk bekerja ke luar negeri telah ditinjau syariahnya melalui Fatwa MUI No.7/MUNAS VI/MUI/2000 tentang Pengiriman
12 Tenaga Kerja Wanita ke Luar Negeri. Berikut adalah pertimbangan-pertimbangan yang tercantum dalam fatwa tersebut: 1. Kepergian TKW tidak didampingi oleh mahram Kepergian wanita meninggalkan keluarga ke luar kota atau luar negeri tanpa didampingi mahram merupakan tindakan yang tidak sejalan dengan ajaran agama Islam. Hal tersebut sesuai dengan hadis Rasulullaah SAW, “Seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari Akhir tidak halal melakukan perjalanan selama tiga hari atau lebih kecuali disertai ayah, suami, anak, ibu, atau mahramnya” (HR. Muslim). 2. Pengiriman TKW ke luar negeri belum ada jaminan perlindungan keamanan dan kehormatan wanita. Tingginya angka kejadian kasus yang dialami sebagian besar oleh TKW mencerminkan bahwa pekerjaan menjadi TKW, tidak sejalan dengan konsep ketenagakerjaan dalam Islam. Islam mengajarkan bahwa hubungan antara majikan dan pekerja adalah persaudaraan. Rasulullah SAW bersabda, “Mereka (para budak dan pelayan) adalah saudaramu, Allah menempatkan mereka di bawah asuhanmu, sehingga barangsiapa mempunyai saudara di bawah asuhannya maka harus diberinya makan seperti apa yang dimakannya dan memberi pakaian seperti apa yang dipakainya, dan tidak dibebankan kepada mereka tugas yang sangat berat, dan jika kamu membebankannya dengan tugas seperti itu, maka hendaklah membantu mereka.” (HR. Muslim). Selain perlindungan keamanan, perlindungan kehormatan wanita pun masih rendah, padahal Allah telah memerintahkan kepada wanita untuk menundukkan pandangan dan menjaga perhiasannya dalam Al-quran surat Annur ayat 31,
ْ َار ِه َّن َويَحْ ف ظنَ فُ ُرو َج ُه َّن َو ََل يُ ْبدِينَ ِزينَت َ ُه َّن ِ َوقُ ْل ِل ْل ُمؤْ ِمنَا ُ ت يَ ْغ َ ضضْنَ ِم ْن أ َ ْب ِ ص َ ِإ ََّل َما علَ ٰى ُجيُو ِب ِه َّن َو ََل يُ ْبدِينَ ِزينَت َ ُه َّن ِإ ََّل َ ظ َه َر ِم ْن َها َو ْل َيض ِْربْنَ ِب ُخ ُم ِر ِه َّن َاء بُعُولَتِ ِه َّن أ َ ْو ِإ ْخ َوانِ ِه َّن ِ اء بُعُولَتِ ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبنَائِ ِه َّن أ َ ْو أ َ ْبن ِ َِلبُعُولَتِ ِه َّن أ َ ْو آبَائِ ِه َّن أ َ ْو آب ْ سائِ ِه َّن أ َ ْو َما َملَ َك َت أ َ ْي َمانُ ُه َّن أ َ ِو التَّابِعِين َ ِأ َ ْو بَنِي إِ ْخ َوانِ ِه َّن أ َ ْو بَنِي أَخ ََواتِ ِه َّن أ َ ْو ن ْ الط ْف ِل الَّذِينَ لَ ْم َي اء َ ِ ع ْو َرا ِ س ِ ت ِ الر َجا ِل أ َ ِو َ علَ ٰى َ ظ َه ُروا َ الن ِ َاْل ْر َب ِة ِمن ِ ْ غي ِْر أُو ِلي ََّللا َج ِميعاا أَيُّه ِ َّ َو ََل يَض ِْربْنَ بِأ َ ْر ُج ِل ِه َّن ِليُ ْعلَ َم َما يُ ْخفِينَ ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوبُوا إِلَى ْال ُمؤْ ِمنُونَ لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون
“Dan katakanlah kepada para wanita yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
13 Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai-orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung”. 3. Kepergian TKW merupakan tindakan terpaksa Kebutuhan dan keperluan bekerja di luar kota dan luar negeri merupakan tindakan terpaksa untuk memenuhi kebutuhan minimal hidup dank arena keterbatasan lapangan kerja di Indonesia. Hal ini didasarkan pada kaidah fikih, “Hajat (kebutuhan sekunder) yang masyhur menempati darurat, dan kondisi darurat membolehkan hal-hal yang dilarang (diharamkan)”. Sejumlah penelitian dan data pun menyebutkan beberapa hal yang dianggap mudarat dalam pengiriman TKW keluar negeri. Menurut Suratno (2013), hukum wanita bekerja adalah boleh namun dapat berubah hukumnya menjadi haram jika banyak menimbulkan kemudaratan. Hal tersebut didasarkan pada kaidah ushul fikih, “menghindari kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil manfaat”. Kaidah tersebut berlaku dalam segala permasalahan yang di dalamnya terdapat pencampuran antara maslahah dan mafsadah. Jika manfaat dan kerusakan berkumpul, maka yang lebih diutamakan adalah menolak kerusakan. Berikut adalah beberapa mudarat yang ditemukan: 1. Gaji tidak dibayar Berdasarkan data BNP2TKI (2015), kasus gaji tidak dibayar mencapai 488 kasus pada tahun 2015. Tidak membayar gaji merupakan perbuatan yang dibenci Allah, hal ini tercantum dalam hadis Rasulullah, “Nabi SAW bersabda: “Allah SWT berfirman: “Tiga jenis (manusia) yang Aku akan menjadi musuhnya kelak pada hari kiamat, yaitu: seseorang yang memberi dengan nama-Ku, kemudian berkhianat, seseorang yang menjual orang yang merdeka (bukan budak), kemudian memakan uangnya, dan seseorang yang mempekerjakan pekerja dan telah diselesaikan pekerjaannya, tetapi ia tidak memberikan upahnya.”” (HR. Bukhari). Pemberian upah sebaiknya disegerakan, Nabi Muhammad SAW berkata, “Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum mengering keringatnya.” (HR. Ibnu Majah). 2. Kebutuhan suami istri yang tidak terpenuhi Jarak yang jauh mengakibatkan komunikasi yang tidak efektif harus dijalani oleh suami yang istrinya bekerja di luar negeri. Penelitian yang dilakukan Suratno (2013) menyebutkan bahwa komunikasi yang tidak efektif tersebut menimbulkan krisis kepercayaan, perhatian, dan merangsang terjadinya konflik. Seorang Istri ketika sudah berkeluarga wajib menaati suaminya, hal ini didasarkan pada hadis Rasulullah SAW, “Seandainya aku boleh menyuruh seorang untuk sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya” (HR. Tirmidzi). 3. Sistem potong gaji termasuk riba Hidayah (2007) tentang TKW yang bekerja ke Taiwan. Biaya awal keberangkatan adalah Rp 18 000 000 namun calon TKW tidak mampu membayar, sehingga sistem pembayarannya menjadi berbentuk utang yang dibayar dengan potongan gaji selama lima belas bulan. Gaji per bulan adalah Rp 4 435 200, jika dikalikan lima belas maka hasilnya adalah Rp 66 528 000. Dari perhitungan tersebut jika dikaitkan dengan syariah maka terdapat unsur riba, karena sistem potong gaji tersebut melipatgandakan biaya pemberangkatan. Akad utang dalam Islam jumlah yang dikembalikan harus sesuai dengan jumlah
14 dipinjam, tidak dibolehkan adanya tambahan dalam pengembalian. Allah dalam Al-quran surat Al-imran ayat 130,
ْ َ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَأ ْ ُكلُوا ال ِر َبا أ ََّللا لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون َ ضا َ ض َعافاا ُم َ َّ عفَةا َواتَّقُوا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” Wanita dapat tetap bekerja ke luar negeri jika dalam keadaan darurat yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara syar’iy, qanuniy, dan ‘adiy berdasarkan Fatwa MUI Nomor 7. Syar’iy artinya dapat dipertanggungjawabkan kaitannya dengan perintah dan larangan Allah terhadap manusia. Qanuniy artinya dapat dipertanggungjawabkan kaitannya dengan aturan yang umumnya dibuat manusia atau undang-undang. ‘Adiy artinya dapat dipertanggungjawabkan kaitannya dengan adat atau kebiasaan masyarakat. Makna darurat lainnya menurut Syafuri (2013) adalah pekerjaan yang sangat dibutuhkan masyarakat atau atas dasar kebutuhan pribadi, karena tidak ada yang membiayai hidupnya dan atau yang menanggung biaya hidupnya tidak mampu mencukupi kebutuhnnya. Hal tersebut berdasarkan pada kaidah fikih “kondisi darurat membolehkan hal-hal yang dilarang (diharamkan)”.
Penelitian Terdahulu Tresilo et al. (2015) menganalisis faktor yang memengaruhi minat mantan TKI untuk bekerja kembali ke luar negeri di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan 122 responden dan metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa pendapatan dan status pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap minat TKI bekerja kembali ke luar negeri. Jumlah tanggungan keluarga dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap minat TKI bekerja kembali ke luar negeri. Fazqiyah (2010) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi minat mantan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja kembali ke luar negei di Desa Wringinputih Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner pada seluruh mantan TKI di desa tersebut sebanyak 60 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, izin keluarga, dan status pekerjaan masing-masing maupun bersama memiliki pengaruh signifikan terhadap minat mantan TKI untuk bekerja kembali ke luar negeri. Kinanti (2012) menganalisis faktor yang memengaruhi keputusan TKI bekerja kembali ke luar negeri di Kecamatan Tekung Kabupaten Lumajang. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling yang sesuai dengan populasi sasaran, dan sampel dalam penelitian yakni TKI yang pernah bekerja di luar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variable umur, jumlah tanggungan, dan lama menganggur terhadap keputusan TKI untuk bekerja kembali ke luar negeri. Variabel lain seperti pendidikan dan status pernikahan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan TKI untuk bekerja kembali ke luar negeri. Penelitian UNIFEM (2009) dalam Gender Dimensions of Remittances: A Study of Indonesian Domestic Workers in East and Southeast Asia menyebutkan
15 bahwa pemanfaatan remitansi didominasi pada penggunaan untuk pendidikan baik oleh TKW yang bekerja di Singapore, Malaysia, maupun Hongkong. Penggunaan remitansi untuk pendidikan berdasarkan penelitian tersebut ditemukan sejumlah anggota keluarga TKW yang dapat melanjutkan sekolah. Pemanfaatan remitansi lainnya yakni konsumsi dasar menduduki peringkat kedua untuk TKW yang bekerja di Singapore dan Malaysia, sedangkan untuk TKW yang bekerja di Hongkong peringkat kedua yakni menabung. Pada peringkat ketiga, penggunaan remitansi berbeda-beda baik yang bekerja di Singapore, Malaysia, maupun Hongkong. TKW yang bekerja di Singapore memanfaatkan remitansi di peringkat ketiga untuk kegiatan menabung, TKW yang bekerja di Malaysia memanfaatkan remitansi untuk membangun rumah, dan TKW yang bekerja di Hongkong memanfaat remitansi pada peringkat ketiga yakni untuk konsumsi dasar. Marta (2008) dalam Tenaga Kerja Wanita Kabupaten Cirebon yang Bekerja di Arab Saudi Tahun 1983-1990 menyebutkan bahwa sebanyak tiga buruh migran mengalami penyalahgunaan remitansi oleh suami untuk dipakai menikah kembali. Hak kebutuhan biologis yang tidak terpenuhi menjadi penyebab utama perceraian yang terjadi di kalangan TKW. Responden pertama mengaku pergi menjadi TKW akibat desakan ekonomi, ia mengalami penganiayaan selama bekerja di Arab Saudi, ketika pulang ke Indonesia suaminya telah menikah kembali. Kepergian TKW ke luar negeri mengakibatkan renggangnya hubungan suami istri. Hubungan pernikahan suami istri mempunyai tujuan salah satunya adalah kebutuhan untuk melanjutkan keturunan. Responden kedua mendapati suaminya menghabisakan remitansi untuk menikah kembali, namun perceraian diperparah karena responden kedua pulang dalam keadaan hamil akibat tindakan pelecehan seksual selama bekerja di Arab Saudi.
Kerangka Pemikiran Pertumbuhan penduduk yang tidak sejalan dengan pertumbuhan jumlah lapangan kerja domestik mengakibatkan pengangguran, sehingga sebagian penduduk memilih untuk menjadi TKI yang bermigrasi ke luar negeri. Sebagian besar TKI adalah wanita yang memiliki persentase hampir 66%. Dampak kepergian TKW digolongkan ke dalam dua golongan, yakni berhasil dan tidak berhasil. TKW yang termasuk dalam golongan berhasil memiliki ciri yaitu membawa remitansi dan kembali ke Indonesia tanpa mengalami kasus. Remitansi tersebut akan digunakan oleh TKW dan keluarga TKW baik untuk hal negatif maupun positif. Pemanfaatan remitansi yang digunakan untuk hal negatif yakni perilaku mantan TKW yang konsumtif dan cenderung hedonis, dipakai suami TKW untuk menikah lagi, dll. Remitansi yang digunakan untuk hal yang positif yakni membiayai pendidikan tanggungan keluarga, membuka usaha, memperbaiki rumah, dll. Adanya golongan TKW yang tidak berhasil dan pemanfaatan remitansi untuk hal negatif merupakan hal-hal yang bertentangan dengan syariah. TKW yang termasuk dalam golongan tidak berhasil memiliki ciri yakni tidak membawa remitansi, terlibat kasus (pembunuhan, pelecehan seksual, dll), kembali/tidak kembali ke Indonesia. Adanya golongan tidak berhasil tersebut menjadi salah satu penyebab diberlakukannya kebijakan penundaan (moratorium) penempatan TKI di beberapa negara. Kebijakan moratorium tersebut menyebabkan
16 mantan TKW tidak dapat kembali bekerja ke luar negeri, sehingga diperlukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri.
Pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan pertumbuhan jumlah lapangan kerja domestik
Pengangguran
Sebagian besar penduduk migrasi ke luar negeri dan 60% nya adalah wanita
Tidak berhasil Tidak membawa remitansi, terlibat kasus (pembunuhan, pelecehan seksual, dll), kembali/tidak ke Indonesia
Berhasil Membawa remitansi, kembali ke Indonesia tanpa mengalami kasus
Pemanfaatan Remitansi
Kebijakan moratorium
Untuk hal negatif Penyalahgunaan remitansi, perilaku TKW purna konsumtif dan cenderung hedonis, dll
Untuk hal positif Membiayai pendidikan tanggungan keluarga, membuka usaha, memperbaiki rumah, dll
Tinjauan Syariah
TKW Purna tidak dapat kembali
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
17
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Responden merupakan mantan TKW muslim. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Cianjur merupakan peringkat ketiga tingkat provinsi pengirim TKI terbesar dan memiliki angka TPT tertinggi tingkat provinsi Jawa Barat. Peneliti mendapatkan rekomendasi dari Kepala Seksi Bina Lembaga Usaha Ketenagarkerjaan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cianjur dalam pemilihan lokasi desa dan kecamatan di Kabupaten Cianjur karena Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cianjur tidak memiliki data pasti jumlah TKW yang telah kembali. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2016.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner secara langsung dengan responden, yaitu mantan TKW muslim Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Adapun data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, BNP2TKI, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cianjur, buku, jurnal, skripsi, dan tesis.
Metode Pengambilan Sampel Populasi adalah kumpulan seluruh anggota pada objek penelitian yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian (Juanda 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah mantan TKW muslim Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Metode penarikan contoh dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan contoh yang dilakukan karena jumlah populasi yang tidak diketahui dan pertimbangan karakteristik contoh yang sesuai untuk menjawab tujuan penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 68 responden. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur, yakni wawancara yang dipandu oleh daftar pertanyaan (kuesioner).
Metode Pengolahan dan Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan pemanfaatan remitansi, sudut pandang Islam terhadap proses pengiriman TKW, dan memaparkan data karakteristik mantan TKW dalam penelitian. Metode kualitatif menurut Moleong (2005) adalah penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-
18 faktor yang memengaruhi kembalinya mantan TKW ke luar negeri. Pengolahan data kuantitatif dilakukan menggunakan SPSS 22 dan Microsoft Excel 2007. Analisis Deskriptif Statistika deskriptif adalah prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan tersebut antara lain pengumpulan data, pengelompokkan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, pembuatan grafik, diagram, dan gambar (Walpole 1995). Analisis deskriptif dalam penelitian ini adalah analisis cross tab dan frequency dalam aplikasi pengolahan data statistik SPSS dan pembuatan diagram dibantu oleh aplikasi Microsoft Excel 2007. Analisis Regresi Logistik Analisis regresi logistik digunakan untuk mengkaji hubungan antara peubah respon yang berupa kategorik dan peubah penjelas yang berupa kategorik ataupun numerik (Firdaus et al. 2011). Variabel penjelas dalam penelitian ini menggunakan sebanyak tujuh variabel. Berikut penjelasan definisi operasional setiap variabel: 1. Umur Umur dalam penelitian ini didefinisikan sebagai lamanya seseorang hidup di dunia. Variabel umur menggunakan satuan tahun. Penelitian Anggraini (2014) yang berjudul analisis faktor yang memengaruhi keputusan mantan TKI di Kecamatan Tenggarang Kabupaten Bondowoso kembali bekerja ke luar negeri menggunakan variable umur sebagai variable penjelas. 2. Status pernikahan Status pernikahan didefinisikan sebagai status atau kedudukan yang dimiliki oleh seorang responden berkaitan dengan pernikahnnya. Status pernikahan merupakan variable dummy, sehingga responden akan mendapatkan nilai 1 apabila responden telah menikah dan mendapatkan nilai 0 apabila responden berstatus selain menikah (janda atau belum menikah). Variabel status menikah didapatkan dari penelitian Kinanti (2012) yang berjudul analisis faktor yang memengaruhi keputusan TKI bekerja kembali ke luar negeri di Kecamatan Tekung Kabupaten Lumajang. 3. Lama pendidikan Variabel lama pendidikan didefinisikan sebagai durasi pendidikan formal yang didapatkan oleh seorang responden. Satuan yang digunakan adalah tahun. Pendidikan merupakan salah satu variabel penjelas yang terdapat dalam penelitian Setiya (2007) berjudul faktor-faktor yang memengaruhi minat TKI untuk bekerja kembali ke Arab Saudi di Kabupaten Trenggalek. 4. Status pekerjaan Status pekerjaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kedudukan yang dimiliki oleh seorang responden berkaitan dengan pekerjaannya. Status pekerjaan menggunakan variabel dummy yakni bernilai 1 jika responden bekerja dan bernilai 0 jika responden tidak bekerja. Definisi dari responden bekerja dalam penelitian ini adalah responden yang melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan, contohnya buruh, pedagang, dan wiraswasta, sedangkan definisi responden tidak bekerja adalah responden yang tidak menghasilkan pendapatan, contohnya ibu rumah tangga. Variabel status pekerjaan terdapat dalam penelitian Tresilo et al. (2015) yang berjudul analisis
19 faktor yang memengaruhi minat mantan TKI untuk bekerja kembali ke luar negeri di Kabupaten Jember. 5. Remitansi Remitansi dalam penelitian ini merupakan upah per bulan yang diterima responden pada saat bekerja di luar negeri. Pendapatan tersebut dikonversikan ke dalam rupiah menurut kurs pada waktu bekerja setiap responden masingmasing. Asumsi perbedaan nilai uang berdasarkan dimensi waktu tidak digunakan dalam penelitian ini. Variabel pendapatan luar negeri pun terdapat dalam penelitian Tresilo et al. (2015) yang berjudul analisis faktor yang memengaruhi minat mantan TKI untuk bekerja kembali ke luar negeri di Kabupaten Jember. 6. Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang harus ditanggung oleh seseorang. Anggota tersebut tidak memiliki pekerjaan ataupun yang belum memiliki pekerjaan. Variabel jumlah tanggungan keluarga terdapat dalam penelitian Rakhmawati (2013) yang berjudul faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat tenaga kerja Indonesia untuk kembali bekerja ke luar negeri di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang. 7. Penyalur Penyalur merupakan perantara yang menyalurkan responden untuk bekerja ke luar negeri. Variabel penyalur menggunakan variable dummy sehingga responden akan mendapatkan nilai 1 jika penyalur datang ke rumah responden dan akan mendapatkan nilai 0 jika responden pergi ke luar negeri atas inisiatif sendiri. Referensi yang mendukung variabel penyalur adalah penelitian yang dilakukan oleh Kimura (2013) yang berjudul marketization of care and gendered cross-border migration from Indonesia to Malaysia: the case of Indonesian female migrant domestic workers in/to Malaysia. Model regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut: 𝑷𝒊
Li = Ln [𝟏−𝑷𝒊] = β0+ β1AGE + β2dMARRIED + β3EDU + β4dSTATKERJA + β5RMITAN + β6JTK + β7dAGEN dimana: Li = Peluang respon (Peluang kembalinya TKW ke luar negeri). Pi = Probabilitas responden kembali ke luar negeri. 1-Pi = Probabilitas responden tidak kembali ke luar negeri. β0 = Intersep. β1, β2,..., β7 = Koefisien estimasi atau slope. AGE = Umur TKW (tahun). dMARRIED = dummy status pernikahan (dummy bernilai 1 untuk responden yang sudah menikah dan bernilai 0 untuk selain menikah). EDU = Lama pendidikan TKW (tahun). dSTATKRJA = dummy status pekerjaan saat ini (dummy bernilai 1 untuk responden yang bekerja dan bernilai 0 untuk yang tidak bekerja.
20
JTK RMITAN dAGEN
= Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) = Pendapatan per bulan pada saat responden bekerja di luar negeri (juta rupiah). = Pihak pengajak responden untuk bekerja ke luar negeri (dummy bernilai 1 untuk agen dan bernilai 0 untuk selain agen).
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mantan TKW muslim Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Jumlah responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 68 responden. Demografi responden dapat diketahui pada Tabel 2 yang meliputi usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, dan jumlah tanggungan keluarga. Usia responden didominasi pada umur 31-50 tahun, status pernikahan responden didominasi oleh status menikah, pendidikan terakhir responden didominasi oleh tingkat pendidikan SD, pekerjaan responden didominasi oleh pekerjaan wiraswasta, dan jumlah tanggungan keluarga didominasi pada kisaran 3-5 orang. Tabel 2 Demografi Responden Karakteristik Kategori Frekuensi Persentasi (%) Usia (tahun) 21-30 6 8.8 31-40 25 36.8 41-50 25 36.8 51-60 10 14.7 61-70 2 2.9 Status Pernikahan Menikah 62 91.2 Janda 6 8.8 Pendidikan SD 38 55.9 SMP 25 36.8 SMA 5 7.3 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 30 44.1 Wiraswasta/Pedagang 37 54.4 Buruh 1 1.5 Jumlah 0-2 25 36.8 Tanggungan 3-5 34 50.0 Keluarga (jiwa) 6-8 6 8.8 >8 3 4.4 1. Usia Usia responden dalam responnya terhadap minat kembali bekerja ke luar negeri didominasi pada rentang usia 31-40 tahun. Hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan pendapat para responden bahwa masalah kekuatan dan kesehatan fisik menjadi salah satu syarat utama untuk dapat bekerja di luar negeri. Pada usia
21 tersebut kekuatan dan kesehatan fisik masih cukup baik. Sebaliknya, dalam respon tidak akan kembali bekerja ke luar negeri didominasi oleh responden yang berada pada rentang usia 41-50 tahun karena pada umur tersebut kondisi fisik responden sudah tidak mendukung dalam mendapatkan beban kerja yang berat. Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan usia Usia (tahun) Respon minat kembali 21-30 31-40 41-50 51-60 >60 Total Tidak kembali menjadi 1 7 23 9 2 42 TKW Kembali menjadi TKW 5 18 2 1 0 26 Total 6 25 25 10 2 68 2. Status Pernikahan Status pernikahan responnya baik terhadap minat kembali maupun tidak kembali didominasi oleh responden yang berstatus menikah. Responden yang berstatus janda, cenderung memiliki respon untuk tidak kembali bekerja ke luar negeri (lihat Tabel 4). Hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan pengakuan responden bahwa mereka pernah mengalami perubahan status pernikahan dari menikah menjadi janda akibat kepergian menjadi TKW. Hak dan kewajiban istri kepada suami tidak terpenuhi saat istri bekerja ke luar negeri (Afriandi 2009), bahkan terdapat salah seorang responden yang mendapati suaminya sudah meninggal dunia saat berpulang ke Indonesia. Begitupun halnya dengan 37 responden berstatus menikah yang memilih untuk tidak kembali ke luar negeri, sebanyak 22 responden diantaranya pernah mengalami perubahan status pernikahan dari menikah menjadi janda akibat menjadi TKW. Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan status pernikahan responden Status pernikahan Respon minat kembali Janda Menikah Total Tidak kembali menjadi 5 37 42 TKW Kembali menjadi TKW 1 25 26 Total 6 62 68 Responden yang tidak pernah mengalami perubahan status pernikahan akibat menjadi TKW menjelaskan bahwa mereka telah memiliki komitmen dengan suami. Menurut penjelasan salah seorang responden, suami mereka pasrah karena sudah merasa maksimal dalam upaya menafkahi keluarga namun jika nafkah tersebut tidak sesuai dengan harapan istri pada akhirnya suami mengizinkan istri untuk bekerja ke luar negeri. 3. Pendidikan Pendidikan responden didominasi pada tingkat SD dan SMP yang jika dijumlahkan persentasenya mencapai 92.7%. Hal tersebut sejalan dengan data persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut partisipasi sekolah BPS Cianjur (2013) yang menunjukkan bahwa 76.05% penduduk yang berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Cianjur tidak bersekolah lagi. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Cianjur sebesar 6.88% yang artinya rata-rata lama sekolah hanya sampai pada tingkat kelas satu SMP (BPS 2015).
22 Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pendidikan Pendidikan Respon minat kembali SD SMP SMA Total Tidak kembali menjadi TKW 15 22 5 42 Kembali menjadi TKW 23 3 0 26 Total 38 25 5 68 Hasil analisis cross tab antara tingkat pendidikan dan respon minat kembali responden pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa rendahnya keterampilan dan pengetahuan responden lulusan SD mengakibatkan mereka cenderung lebih berminat bekerja ke luar negeri. Hal ini karena jenis pekerjaan yang didapatkan lebih banyak mengandalkan tenaga contohnya PLRT. Seluruh responden lulusan SMA tidak berminat kembali bekerja ke luar negeri karena sebagian besar dari mereka membuka usaha dan sebagian lainnya bekerja sebagai buruh pabrik. 4. Pekerjaan responden Rendahnya pendidikan responden berdampak pada jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Hasil penelitian menujukkan jenis pekerjaan mantan TKW pascakepulangan yakni ibu rumah tangga, wiraswasta, dan buruh pabrik. Pekerjaan responden diubah menjadi status pekerjaan dalam analisis cross tab. Status tidak bekerja didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak menghasilkan pendapatan, contohnya ibu rumah tangga. Status bekerja didefinisikan sebagai kegiatan yang menghasilkan pendapatan, contohnya wiraswasta dan buruh pabrik. Dalam hal jenis pekerjaan wiraswasta, sebagian responden membuka warung jajanan atau sembako di halaman rumahnya, berdagang keliling, berdagang di pasar, dan menjadi tukang kredit. Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan Status Pekerjaan Respon minat kembali Tidak bekerja Bekerja Total Tidak kembali menjadi TKW 8 34 42 Kembali menjadi TKW 22 4 26 Total 30 38 68 Sumber: Data primer diolah (2016)
Responden yang berstatus tidak bekerja cenderung memilih untuk kembali bekerja ke luar negeri walaupun delapan orang diantaranya tidak memilih untuk kembali bekerja ke luar negeri (Tabel 6). Delapan orang tersebut bergantung pada pendapatan suami atau anaknya bagi responden yang berstatus janda. Jenis pekerjaan suami responden sebagian besar merupakan pekerjaan yang tidak memiliki pendapatan tetap sehingga upah yang diperoleh adalah per hari atau per pekerjaan. Pendapatan per hari untuk profesi supir, ojeg, kuli bangunan, kuli serabutan, dan tukang parkir berkisar antara Rp 50 000-Rp 100 000 per hari. 5. Jumlah tanggungan keluarga Hasil penelitian menunjukkan jumlah tanggungan keluarga yang besar mengakibatkan responden cenderung tidak berminat untuk kembali bekerja ke luar negeri. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anggota keluarga yang masih di bawah umur dan terdapat orang tua yang tinggal bersama responden. Responden
23 menjelaskan bahwa keduanya sama-sama membutuhkan perawatan dan perhatian khusus. Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga (jiwa) Respon minat kembali 0-2 3-5 6-8 >8 Total Tidak kembali menjadi 9 25 5 3 42 TKW Kembali menjadi TKW 16 9 1 0 26 Total 25 34 6 3 68 Beberapa responden yang telah berkeluarga mengaku pernah meninggalkan anak mereka yang masih berusia 1.5-8 tahun pada saat bekerja menjadi TKW. Sebagian besar anak tersebut dititipkan kepada orang tua, suami, atau saudara kandung. Penelitian Nurhidayati et al. (2014) menyebutkan bahwa anak yang melewati masa keemasan tanpa bimbingan seorang ibu karena bekerja ke luar negeri cenderung memiliki masalah psikososial seperti gangguan emosi, masalah perilaku, hiperaktif, lebih pasif dalam hal mengatasi masalah baik dalam keluarga maupun sekolah. Gambaran Umum TKW saat Bekerja di Luar Negeri Negara tujuan kerja sebagian besar TKW dalam penelitian ini adalah Arab Saudi (lihat Gambar 4). Dalam hal pemilihan negara tujuan, TKW sangat bergantung pada informasi yang didapat dari agen PJTKI. PJTKI biasanya telah melakukan kerja sama dengan beberapa negara tujuan pengiriman TKW dan mendapatkan komisi. Dalam rangka mempromosikan negara tujuan yang memiliki hubungan kuat biasanya penyalur melakukan manipulasi terhadap informasi yang disampaikan kepada calon TKW. Calon TKW mendapat informasi gaji besar dan majikan yang baik (Kimura 2013). Pada proses awal perekrutan, sebanyak 44.12% responden menjelaskan bahwa penyalur datang ke setiap rumah untuk menawarkan pekerjaan di luar negeri. Sisanya sebanyak 55.88% responden mengaku mendatangi langsung penyalur karena inisiatif sendiri atau rekomendasi dari tetangga, saudara, bahkan orang tua. 1% 1%
4% 3%
3%
16% 2% 3%
Singapore Brunei Darussalam Taiwan
67%
Arab Saudi Uni Emirat Arab Qatar
Kuwait Malaysia Oman
Gambar 4 Negara tujuan TKW bekerja
24 Pada mulanya calon TKW akan diberangkatkan ke tempat penampungan PJTKI di kota besar untuk mendapatkan pelatihan. Pelatihan yang didapatkan berupa pelatihan bahasa negara tujuan yang umumnya adalah bahasa Arab dan bahasa Inggris lengkap beserta buku panduannya, kemudian pelatihan mengenai tata cara pekerjaan rumah tangga seperti penggunaan alat vacum cleaner, mesin cuci, blender, microwave, cara merapikan tempat tidur, dan cara memandikan bayi. Jika pelatihan telah selesai, para calon TKW akan menghadapi ujian untuk mendapatkan sertifikat. Para calon TKW yang lulus akan langsung mendapatkan pengarahan atau pengenalan mengenai keadaan, hukum, aturan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan selama bekerja di negara tujuan masingmasing calon TKW seperti salah satu contohnya yakni pelarangan menatap mata majikan pria untuk kasus di negara-negara Timur Tengah. Jika sesi pengarahan telah dilaksanakan, para calon TKW harus melakukan medical check up. Waktu tunggu selama di penampungan sangat bervariasi pada setiap calon TKW, mulai dari satu minggu hingga enam bulan. Sebagian besar responden memiliki waktu tunggu selama satu bulan. Hal tersebut bergantung pada permintaan kebutuhan tenaga kerja di luar negeri dan kesiapan para calon TKW (lulus atau tidaknya calon TKW dalam pelatihan). Responden yang telah melakukan medical check up dan hasilnya fit, akan membayar atau menerima fee. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar Mantan TKW yang tahun kepulangannya periode 2011-2015 mengaku diberi fee atau disebut juga allowance fee. Allowance fee berkisar antara Rp 500 000-Rp 8 000 000. Mereka percaya bahwa allowance fee diberi oleh PJTKI, padahal allowance fee merupakan bagian dari upah mereka di luar negeri (Kimura 2013). 7%
30% 63%
Tidak bayar
Diberi
Bayar
Gambar 5 Mekanisme uang fee Mantan TKW yang masih menggunakan sistem membayar uang fee sebagian besar dialami oleh mantan TKW yang tahun kepulangannya pada periode tahun 2011 dan tahun-tahun sebelumnya. Kisaran jumlah uang yang dibayarkan bervariasi mulai dari Rp 250 000–Rp 8 000 000. Sebanyak 31 responden berutang kepada PJTKI dan sistem pembayaran utang tersebut dilakukan dengan cara pemotongan gaji selama 1-6 bulan. Sebagian responden lainnya membayar uang fee dengan cara berutang pada tetangga atau menjual aset. Menurut pengakuan responden, uang fee tersebut dikhususkan untuk membayar jasa PJTKI karena seluruh responden mengaku tidak dibebankan ongkos kepergian, administrasi pembuatan paspor, biaya pelatihan, dan biaya medical check up. BNP2TKI telah melakukan sistem online recruitment untuk mengatasi pungutan liar berupa pembayaran uang fee yang berlebihan yang dilakukan oleh
25 PJTKI, namun sebagian besar responden mengaku tidak mengetahui informasi tersebut. Responden yang mengetahui sistem tersebut berpendapat bahwa sistem online recruitment tidak akan diminati, karena calon TKW harus mempersiapkan segala persyaratan secara mandiri berbeda halnya jika melalui PPTKIS. Tabel 8 Tahun kembali TKW dari negara asal Tahun Kembali Frekuensi Persentase (%) <1996 2 2.9 1996-2000 5 7.4 2001-2005 11 16.2 2006-2010 19 27.9 2011-2015 31 45.6 Sumber: Data primer diolah (2016)
Penelitian ini mengambil contoh TKW dengan tahun kepulangan terakhir yang beragam bahkan mencapai selisih dua puluh tahun dengan tahun penelitian dilakukan (lihat Tabel 8). Jenis pekerjaan mayoritas yang didapatkan responden adalah PLRT, hanya dua dari 68 orang yang bekerja sebagai buruh pabrik kimia dan perawat panti jompo. Tabel 9 Lama bekerja TKW di luar negeri Minimum Maximum Mean Modus Std. Deviation Lama Bekerja 0.583 18 4.12 2 3.52 (tahun) Sumber: Data Primer (2016)
Lama bekerja responden berkisar pada tujuh bulan hingga delapan belas tahun (lihat Tabel 9), namun pada umumnya kontrak kerja TKW adalah dua tahun. Hal tersebut sangat bergantung pada kondisi pekerjaaan yang berbeda-beda pada masing-masing TKW. Sebanyak 72% responden ketika sampai di tanah air mengaku pernah dihubungi kembali oleh majikan untuk bekerja kembali di tempatnya dan dijanjikan kenaikan gaji. Jika ingin kembali, prosesnya tidak akan serumit seperti awal keberangkatan karena menggunakan calling visa dan ongkos sudah ditanggung oleh majikan. Oleh karena itu, terdapat salah satu responden yang bekerja selama 18 tahun. Sebanyak empat puluh responden mengaku bahasa yang dipelajari di PPTKIS tidak sama dengan praktiknya sehingga di awal kerja mereka menggunakan bahasa isyarat. Hasil penelitian menujukkan kemampuan adaptasi responden mayoritas adalah tiga bulan. Adaptasi tersebut meliputi bahasa, makanan, budaya, dan cuaca. Adaptasi dalam hal cuaca menyebabkan terganggunya kesehatan responden. Sebagian besar responden menjelaskan bahwa mereka akan dibawa ke tenaga kesehatan jika sedang sakit. Mayoritas penyakit yang diderita responden adalah sakit gigi, demam, dan kulit. Responden yang bekerja di Malaysia atau Singapore tidak merasa kesulitan beradaptasi karena kondisinya hampir mirip dengan Indonesia. Persepsi mengenai beban kerja TKW saat di luar negeri diukur menggunakan skala likert (lihat Gambar 6). Sebanyak 38% responden yang menjawab setuju dan sangat setuju merupakan responden yang mengalami beban kerja yang berat. Alasannya antara lain mendapatkan majikan yang memiliki banyak anak kecil, pembersihan dilakukan bahkan harus membersihkan langit-langit rumah, tembok, dan karpet ukuran besar, selain itu setiap minggunya tradisi keluarga di Arab Saudi
26 adalah menggelar acara ajimahan atau kumpul keluarga. Di lain sisi, pada saat acara ajimahan responden dapat bertemu dengan TKW lainnya namun beban kerja menjadi sangat berat bahkan sampai tidak sempat tidur. Begitu pula halnya ketika bulan puasa tiba, beban kerja menjadi bertambah karena tradisi di Arab Saudi ketika bulan puasa adalah menjadikan malam menjadi siang dan siang menjadi malam. 4%
43%
34%
19%
Tidak Setuju
Netral
Setuju
Sangat Setuju
Gambar 6 Persepsi kondisi pekerjaan Sebanyak 91.18% responden menjawab setuju dan sangat setuju diberikan kesempatan bersama majikan untuk berlibur. Sebanyak 61.76% responden yang bekerja di kawasan Timur Tengah pernah melakukan haji dan umrah bersama majikan. Seluruh responden yang bekerja sebagai PLRT, paspor mereka disimpan oleh majikan. Hal tersebut bertujuan agar responden tidak dapat kabur atau pergi. Menurut penelitian Kimura (2013) penahanan paspor yang dilakukan majikan merupakan hal yang bertentangan dengan hak pekerja.
Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Kembalinya TKW Faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel penjelas diantaranya usia, dummy status pernikahan, lama pendidikan, dummy status pekerjaan, remitansi, jumlah tanggungan keluarga, dan dummy penyalur. Variabel respon yang diukur dikategorikan menjadi dua kategori yakni responden yang memiliki minat untuk bekerja kembali ke luar negeri (Y=1) dan responden yang tidak memiliki minat untuk bekerja kembali ke luar negeri (Y=0). Pengujian dalam penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau dengan taraf nyata (α) sebesar 5%. Tabel 10 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-Square Df Sig. Step 1 Step 57.884 7 0.000 Block 57.884 7 0.000 Model 57.884 7 0.000 Sumber: Data primer diolah (2016)
Pada model yang belum dimasukkan variabel penjelas atau pada block 0, didapatkan nilai -2 Log Likelihood pada Degree of Freedom (DF) 67 adalah 90.468 lebih besar dari nilai Chi-Square (χ2) tabel pada DF 67 dan α sebesar 0.05 yakni 87.108, sehingga hasilnya adalah tidak tolak H0, ini berarti bahwa model sebelum dimasukan variabel penjelas adalah tidak fit dengan data.
27 Nilai Chi-Square sebesar 57.884 pada Tabel 10 merupakan selisih antara nilai -2 Log Likelihood sebelum variabel penjelas masuk model yakni 90.468 dan -2 Log Likelihood setelah variabel penjelas masuk model yakni 32.583. Nilai Chi-Square 57.884 lebih besar dari nilai chi-square tabel pada df 7 yakni 14.067 atau dengan nilai sig. sebesar 0.000 (kurang dari α=0.05) sehingga hasilnya adalah tolak H0 yang artinya adalah penambahan variabel penjelas dapat memberikan pengaruh nyata terhadap model (Hidayat 2015). Dalam hal kaitannya dengan penelitian ini dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh signifikan secara keseluruhan usia, status pernikahan, lama pendidikan, status pekerjaan, remitansi, jumlah tanggungan keluarga, dan penyalur terhadap minat kembalinya TKW bekerja ke luar negeri. Tabel 11 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan model summary Step -2 Log Likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square a 1 32.543 0.573 0.779 Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel Model Summary digunakan untuk melihat kemampuan variabel penjelas dalam menjelaskan variabel respon (Hidayat 2015). Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0.779 memberikan arti bahwa minat kembali bekerja ke luar negeri dapat dijelaskan oleh variabel usia, status pernikahan, lama pendidikan, status kerja, remitansi, jumlah tanggungan keluarga, dan penyalur sebanyak 77.9%, sisanya sebanyak 22.1% dijelaskan oleh variabel lain. Tabel 12 Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square Df Sig. 1 7.452 7 0.383 Sumber: Data primer diolah (2016)
Tes Hosmer and Lemeshow adalah sebuah uji goodness of fit dalam metode analisis regresi logistik. Uji goodness of fit akan menentukan apakah model yang dibentuk sudah tepat atau tidak. Nilai signifikansi sebesar 0.383 lebih besar dari α 0.05 sehingga tidak tolak H0. Interpretasi dari hasil tersebut adalah model dapat diterima dan pengujian hipotesis dapat dilakukan sebab tidak ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya. Tabel 13 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table Observed Predicted Minat kembali Percentage Correct Tidak Kembali Kembali Tidak Kembali 39 3 92.9 Kembali 2 24 92.3 Overall Percentage 92.6 Sumber: Data primer diolah (2016)
Tabel 13 dapat dijelaskan bahwa nilai keseluruhan klasifikasi sebesar 92.6% cukup baik untuk dibentuknya sebuah model dan variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan oleh model. Hasil pendugaan dapat mengklasifikasikan responden yang memilih untuk tidak akan kembali bekerja ke luar negeri sebesar 92.9% artinya dari 42 responden yang menjawab tidak akan kembali bekerja sebenarnya terdapat tiga responden yang diklasifikasikan ke dalam responden yang menjawab akan kembali bekerja dan 39 responden lainnya diklasifikasikan ke dalam responden yang tidak akan kembali bekerja. Pada lain sisi, hasil pendugaan untuk klasifikasi responden
28 yang memilih akan kembali bekerja sebesar 92.3% artinya dari 26 responden yang menjawab akan kembali sebenarnya terdapat dua responden yang dapat diklasifikasikan ke dalam responden yang menjawab tidak akan kembali bekerja dan 24 responden lainnya diklasifikasikan ke dalam responden yang akan kembali bekerja ke luar negeri. Tabel 14 Faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW ke luar negeri Variable B Sig. Odds Ratio Exp (B) Constant 7.679 0.079 2163.322 Usia** -1.611** 0.029** 0.200** D Status Pernikahan -0.394 0.841 0.674 JTK 0.260 0.754 1.297 D Status Kerja** -2.518** 0.028** 0.081** Remitansi** 1.176** 0.045** 3.243** Lama Pendidikan** -0.738** 0.042** 0.478** Penyalur* -1.788* 0.064* 0.167* Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata 10% Sumber: Data primer, 2016 (diolah)
**Signifikan pada taraf nyata 5%
Hasil pada Tabel 14 dapat dijelaskan bahwa variabel penjelas berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel respon adalah usia, dummy status kerja, remitansi, lama pendidikan, dan dummy penyalur. Hal tersebut karena nilai signifikansi variabelnya lebih rendah dari nilai taraf nyata. Pada taraf nyata 0.050, nilai signifikansi variabel usia 0.029 lebih rendah dari 0.050, nilai signifikansi variabel dummy status kerja 0.028 lebih rendah dari 0.050, nilai signifikansi variabel remitansi 0.045 lebih rendah dari 0.050, dan nilai signifikansi variabel lama pendidikan 0.042 lebih rendah dari 0.050. Pada taraf nyata 0.100, nilai signifikansi variabel dummy penyalur 0.064 lebih rendah dari 0.100. Setiap variabel penjelas memberikan peluang yang berbeda atau odds ratio terhadap minat responden untuk kembali bekerja ke luar negeri. Besarnya peluang dapat diketahui dengan menginterpretasikan nilai odds ratio pada masing-masing variabel penjelas dan pengaruhnya dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien (B). Variabel usia Variabel usia memiliki nilai odds ratio sebesar 0.200. Nilai tersebut berarti responden dengan usia yang lebih tinggi memiliki peluang minat kembali bekerja 0.200 kali lebih rendah dibandingkan responden dengan usia yang lebih rendah cateris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian Anggraeni (2014) umur berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap minat seseorang untuk kembali bekerja ke luar negeri. Semakin tinggi umur seseorang maka job performance orang tersebut akan semakin rendah terutama bagi jenis pekerjaan yang hanya mengandalkan fisik (Skirbekk 2004). Variabel dummy status pekerjaan Variabel dummy status pekerjaan memiliki nilai odds ratio sebesar 0.081 artinya responden yang memiliki pekerjaan memiliki peluang minat kembali bekerja ke luar negeri 0.081 kali lebih kecil dibandingkan responden yang tidak memiliki pekerjaan cateris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fazqiyah (2010) bahwa status pekerjaan berpengaruh negatif terhadap minat
29 kembali seseorang untuk bekerja ke luar negeri karena responden yang memiliki pekerjaan di Indonesia cenderung memiliki kesibukan dan menghasilkan pendapatan tanpa harus meninggalkan keluarga dalam jarak yang jauh dan waktu yang lama. Lain halnya dengan responden yang tidak memiliki pekerjaan, mereka harus bergantung pada penghasilan suami atau orang tua. Variabel remitansi Variabel remitansi memiliki nilai odds ratio sebesar 3.243 artinya responden yang memperoleh remitansi lebih tinggi memiliki peluang minat kembali bekerja ke luar negeri 3.243 kali lebih besar dibandingkan responden yang memperoleh remitansi yang lebih rendah cateris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tresilo et al. (2015) yang menunjukkan bahwa variabel pendapatan luar negeri atau remitansi memiliki pengaruh positif terhadap minat kembali bekerja ke luar negeri, semakin baik pendapatan yang diterima di luar negeri maka akan meningkatkan peluang minat bekerja kembali ke luar negeri. Aliran migrasi tenaga kerja salah satunya dipengaruhi oleh pull factor yakni negara tujuan migrasi membuka kesempatan kerja yang luas dengan gaji yang lebih baik (Puspitasari dan Salim 2013). Variabel lama pendidikan Variabel lama pendidikan memiliki nilai odds ratio sebesar 0.478. Nilai tersebut memiliki arti bahwa responden yang memperoleh durasi pendidikan formal lebih panjang memiliki peluang minat kembali bekerja 0.478 kali lebih kecil dibandingkan responden yang memperoleh durasi pendidikan formal yang lebih pendek cateris paribus. Tresilo et al. (2015) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan memperluas kesempatan bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Penyebab lainnya yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian di lapang adalah seorang responden yang memiliki durasi pendidikan formal yang lebih lama akan mempunyai kesempatan kerja domestik yang lebih luas (contohnya, buruh pabrik) dan dapat memanfaatkan keterampilan dan keahlian mereka untuk membuka usaha di rumah tanpa harus bekerja ke luar negeri. Variabel dummy penyalur Variabel dummy penyalur memiliki nilai odds ratio sebesar 0.167. Artinya, responden yang pada saat perekrutan melalui agen yang datang ke rumah responden peluang minat kembali bekerja ke luar negeri 0.167 kali lebih rendah dibandingkan seseorang yang bukan melalui agen yang datang ke rumah responden cateris paribus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Kimura (2013) yang menyebutkan bahwa calon TKW yang jalur perekrutannya melalui agen yang datang ke rumah hanya bergantung pada informasi yang didapatkan dari penyalur. Penyalur biasanya memanipulasi informasi dengan memberikan informasi kepada calon TKW tentang gaji yang besar dan majikan yang baik. Lain halnya dengan calon TKW yang proses perekrutannya tidak melalui agen yang datang ke rumah tetapi langsung mendatangi agen/PJTKI tersebut. Pertimbangan calon TKW lebih matang karena tidak hanya bergantung pada informasi dari agen tetapi karena inisiatif sendiri.
30 Variabel dummy status pernikahan Variabel dummy status pernikahan memiliki nilai signifikansi di atas 0.100 artinya variabel dummy status pernikahan tidak signifikan terhadap variabel minat kembali bekerja ke luar negeri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kinanti (2012), status pernikahan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan untuk bekerja kembali ke luar negeri karena baik seseorang yang telah menikah maupun yang tidak menikah ia tetap membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya. Variabel jumlah tanggungan keluarga Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki nilai signifikansi di atas 0.100, artinya variabel jumlah tanggungan keluarga tidak signifikan menentukan peluang seseorang dalam menentukan keputusan untuk kembali bekerja ke luar negeri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rakhmawati (2013) bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap minat TKI untuk kembali bekerja ke luar negeri. Tuntutan hidup seseorang tidak bergantung pada jumlah anggota keluarga yang ditanggung jika ada anggota keluarga yang bekerja (Tresilo et al. 2015). Menurut Afriandi (2009) berapapun jumlah tanggungan keluarga, seorang istri tidak memiliki tanggung jawab dalam mencari nafkah selama ia memiliki suami.
38% 62%
Minat kembali menjadi TKW
Tidak minat kembali menjadi TKW
Gambar 7 Minat kembali menjadi TKW Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 26 responden yang memiliki minat bekerja kembali ke luar negeri, dan 42 responden lainnya tidak berminat bekerja kembali ke luar negeri (Gambar 7). Responden yang memilih untuk tidak kembali bekerja ke luar negeri selain karena faktor usia, status pekerjaan, besarnya remitansi, lama pendidikan, jenis penyalur, status pernikahan, dan jumlah tanggungan keluarga juga disebabkan oleh beberapa faktor penting lainnya. Faktor keluarga memiliki pengaruh terhadap keputusan responden untuk bekerja kembali atau tidak ke luar negeri, seperti perceraian dan kekhawatiran tentang anak yang ditinggalkan. Sebanyak 39.07% responden mengalami perceraian akibat kepergian menjadi TKW. Faktor lainnya adalah keadaan ekonomi keluarga yang membaik akibat 42.86% suami responden telah memiliki pekerjaan sebagai buruh pabrik. Sejak tahun 2012, Kabupaten Cianjur mengalami alih fungsi lahan menjadi kawasan industri. Sejumlah pabrik berdiri di dekat kawasan Desa Cihaur yang juga menjadi sumber mata pencaharian baru bagi masyarakat, yakni pabrik sepatu PT. Glostar Indonesia. Responden yang memilih untuk bekerja kembali ke luar negeri selain karena faktor usia, status pekerjaan, besarnya remitansi, lama pendidikan, jenis penyalur,
31 status pernikahan, dan jumlah tanggungan keluarga juga disebabkan oleh faktor penting lainnya, yakni faktor ambisi untuk memenuhi keinginan yang bersifat sekunder dan tersier. Pada waktu penelitian dilakukan, kegiatan wawancara dilakukan pada beberapa responden melibatkan suami responden. Seluruh responden yang akan menjadi TKW harus memiliki izin dari suami. Suami responden yang mengizinkan responden untuk kembali bekerja ke luar negeri mengaku telah berusaha secara maksimal dalam upaya menafkahi keluarga, namun hal tersebut masih dianggap kurang atau tidak mencukupi menurut pandangan responden sehingga responden memilih untuk kembali bekerja ke luar negeri. Faktor lainnya adalah pengalaman, sebanyak tiga responden yang berminat untuk kembali bekerja ke luar negeri menjelaskan bahwa bekerja di luar negeri membuat mereka merasa lebih memiliki wawasan yang lebih jika dibandingkan dengan hanya tinggal di Indonesia, seperti penguasaan bahasa asing, penggunaan teknologi yang lebih canggih, dan perasaan bangga ketika menaiki pesawat terbang.
Gambaran Umum Sistem Pengiriman Remitansi Pendapatan TKW berdasarkan hasil penelitian sangat bervariasi, namun didominasi pada rentang Rp 1 000 000-Rp 2 000 000 (lihat Tabel 15). Pendapatan yang tinggi cenderung membuat responden berminat untuk kembali bekerja ke luar negeri. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari dan Salim (2013) menyebutkan faktor penarik seseorang menjadi TKI adalah besarnya upah yang diberikan di negara tujuan. Perilaku menabung juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi minat responden untuk kembali bekerja ke luar negeri. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya responden yang berpendapatan kecil namun berminat kembali ke luar negeri. Pendapatan pada saat di luar negeri tidak digunakan untuk konsumsi saat di luar negeri, karena menurut pengakuan responden mereka telah diberikan makan, kebutuhan sehari-hari, dan tempat tinggal di luar pendapatan sehingga pendapatan yang diperoleh dapat disimpan. Penelitian UNIFEM (2009) menyebutkan hal yang sejalan bahwa TKW memiliki upah rendah yang menjadikannya lebih banyak menabung dibandingkan tenaga kerja laki-laki, oleh karena itu TKW dapat mengirimkan lebih banyak uang. Tabel 15 Remitansi TKW berdasarkan hasil penelitian Respon minat kembali Tidak akan bekerja kembali ke luar negeri Akan kembali bekerja ke luar negeri Total
Remitansi (x dalam juta rupiah per bulan) x<1 1≤x≤2 2<x≤3 3<x≤4 x>4 6 24 11 1 0
Total 42
1
13
6
3
3
26
7
37
17
4
3
68
Sumber: Data primer diolah (2016)
Permasalahan terkait pendapatan luar negeri yang dialami oleh responden adalah penundaan upah bahkan sampai tidak dibayar. Responden yang mengalami permasalahan tersebut hanya tiga orang. Menurut IOM (2010) penundaan upah merupakan salah satu risiko dari jenis pekerjaan sebagai PLRT, mereka tidak
32 terlindungi oleh hukum ketenagakerjaan di negara tujuan karena tinggal di rumah majikan sehingga otoritas mengalami kesulitan untuk mengawasi. Remitansi yang didapatkan oleh TKW digunakan untuk dikirim secara langsung kepada keluarga di Indonesia. Pengiriman remitansi dapat dilakukan melalui saluran formal, informal dan keduanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39 responden melakukan pengiriman remitansi melalui saluran formal, tiga responden melakukan pengiriman remitansi melalui saluran informal, dan 26 responden melakukan pengiriman remitansi dengan dua sistem tersebut. 6%
48% 46%
Bank
Western Union
Pos
Gambar 8 Saluran pengiriman remitansi menggunakan saluran formal Pengiriman remitansi menggunakan saluran formal diantaranya melalui bank, Money Transfer Operator (MTO), dan jasa pos. Pengiriman remitansi menggunakan saluran formal akan tercatat dalam data negara. Hasil penelitian menyebutkan sebanyak 31 responden menggunakan saluran bank, tiga puluh responden menggunakan saluran MTO yakni Western Union, dan empat responden lainnya menggunakan saluran jasa pos (lihat Gambar 8). Remitansi dapat mendukung peningkatan keuangan inklusif jika dikirimkan melalui saluran perbankan. Keuangan inklusif tersebut mengarahkan masyarakat unbanked menggunakan produk dan layanan keuangan formal. Pengiriman remitansi melalui saluran MTO dan jasa pos tidak termasuk dalam mendukung keuangan inklusif karena tidak mensyaratkan pembuatan akun bank (UNIFEM 2009). Kebijakan keuangan inklusif merupakan pilar penting dalam strategi pembangunan nasional untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antara area perkotaan dan pedesaan (Kikkawa dan Xing 2014). Biaya pengiriman remitansi berkisar antara Rp 70 000-Rp 100 000 namun hanya delapan dari 68 responden yang mengaku mengetahui biaya pengiriman remitansi. Penyebabnya adalah pengiriman remitansi selalu dilakukan oleh majikan sehingga banyak responden yang tidak mengetahuinya. Orozco dan Fedewa (2005) dan Orozco et al. (2005) menyebutkan bahwa biaya pengiriman uang di Asia Tenggara berada pada rentang 4-9% dari jumlah uang yang dikirimkan. Pengiriman remitansi menggunakan saluran informal contohnya adalah remitansi yang dibawa langsung oleh responden saat pulang ke Indonesia atau dititipkan kepada teman/saudara atau agen yang tidak berizin. Sebanyak tiga responden melakukan pengiriman remitansi melalui saluran informal. Mereka mengaku membawa remitansi secara langsung ketika pulang ke Indonesia memakai cek atau uang tunai dalam jumlah yang besar. Hal ini sangat berisiko tinggi untuk kehilangan atau pencurian. Sebagai upaya pengamanan, responden tersebut memasukan remitansi ke dalam tas, kaus kaki, dan menjahitnya ke pakaian.
33 Risiko pengiriman remitansi menggunakan saluran informal lainnya adalah pemerasan. Pemerasan dilakukan oleh calo supir yang menjemput TKW pada saat pulang ke daerah asal. Responden mengaku diancam jiwanya jika tidak memberikan sejumlah uang yang berkisar antara Rp 400 000 dan Rp 500 000. Perbuatan tersebut mendapat kecaman dari pemerintah sehingga program penjemputan TKI dihapuskan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) No. 221 dan Undang-Undang (UU) No. 39 Tahun 2004 tentang perlindungan TKI. Penghapusan program penjemputan TKI ini menimbulkan kendala tidak tercatatnya jumlah TKI yang kembali ke tanah air. Risiko lainnya menurut IMF (2005) adalah risiko akan pencucian uang dan pembiayaan untuk terorisme. Menurut UNIFEM (2009) alasan seseorang tidak mengirimkan remitansi melalui saluran informal adalah tidak dibebankan biaya pengiriman. Pengiriman remitansi melalui teman atau saudara dapat disampaikan secara langsung kepada orang yang dituju secara spesifik. Sebanyak 28 responden melakukan pengiriman remitansi dengan kedua sistem. Penyebabnya yakni terdapat enam responden yang mempertimbangkan besaran kurs dalam mengirimkan remitansi sedangkan dua puluh responden lainnya mempertimbangkan jarak waktu pemberian upah yang dekat dengan masa habis kontrak. Tabel 16 Frekuensi Pengiriman Remitansi Frekuensi Pengiriman (x dalam setahun) 1 2 3 4 6 12
Frekuensi
Persentase (%)
7 8 3 30 6 11
10.77 12.31 4.61 46.15 9.23 16.93
Sumber: Data Primer diolah (2016)
Frekuensi dalam mengirimkan remitansi setiap TKW berbeda-beda namun didominasi oleh TKW yang mengirimkan remitansi empat kali dalam setahun atau tiga bulan sekali yakni sebanyak tiga puluh responden. Sebagian responden lainnya bergantung pada kebutuhan keluarga di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian World Bank (2006) yang menyebutkan bahwa sebagian besar TKW tidak mengirimkan remitansi setiap bulan tetapi sekali dalam dua atau tiga bulan. 1%
25%
34%
Orang tua
Anak
Suami
31%
9%
Saudara Kandung
Tetangga
Gambar 9 Penerima remitansi yang menggunakan saluran formal
34 Pihak yang menerima pengiriman remitansi didominasi oleh suami yakni sebanyak 22 orang, (lihat Gambar 9). Hal ini karena sebagian besar responden berstatus menikah. Penelitian UNIFEM (2009) menunjukkan hasil berlainan yakni penerima terbesar adalah orang tua. Permasalahan kembali timbul karena penerima menyalahgunakan remitansi. Terdapat empat kasus menyebutkan remitansi digunakan oleh suami untuk hidup bermegah-megah dan selingkuh sehingga menyebabkan perceraian sedangkan satu kasus lainnya adalah remitansi hilang dibawa pergi oleh saudara kandung sendiri.
Pemanfaatan Remitansi Remitansi yang diperoleh responden dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan remitansi didominasi oleh pembangunan atau perbaikan rumah dan pembelian perabotan rumah beserta elektronik (lihat Tabel 17). Hal ini sejalan dengan penelitian Parinduri dan Tangavelu (2008) yang menyebutkan bahwa remitansi dimanfaatkan untuk membangun rumah, pembelian alat elektronik, dan furniture. Tabel 17 Sebaran Pemanfaatan Remitansi Jenis Pengeluaran Frekuensi Persentase (%) Barang konsumtif Pembangunan/Perbaikan Rumah 57 83.82 Perabotan rumah dan elektronik 44 64.71 Motor 26 38.23 Utang 23 33.82 Berobat 22 32.35 Hajat 10 14.71 Konsumsi dasar keluarga 10 14.71 Mobil pribadi 2 2.94 Keperluan di luar negeri 1 1.47 Barang produktif Pendidikan 42 61.76 Perhiasan 33 48.53 Sawah 19 27.94 Modal usaha 16 23.53 Hewan Ternak 14 20.59 Tanah 10 14.71 Tabungan 3 4.41 Zakat 3 4.41 Rumah untuk disewakan 1 1.47 Mobil angkot 1 1.47 5 7.35 Disalahgunakan Sebanyak 82% responden mengakui adanya perubahan dalam hal kondisi dan status kepemilikan rumah. Perubahan dalam hal kondisi rumah seperti perubahan bahan dasar rumah papan atau panggung menjadi tembok, memiliki fasilitas wc, dan tersambung aliran listrik. Perubahan dalam hal status kepemilikan rumah yakni pada awalnya berstatus sewa menjadi milik sendiri. Rumah merupakan barang
35 investasi namun dalam penelitian ini pembangunan rumah dikategorikan sebagai barang konsumtif berdasarkan Barnet II dan Block (2005) yang menyatakan bahwa jenis benda dapat berubah menjadi barang konsumtif atau produktif bergantung pada tujuan pemakaiannya. Pembangunan rumah berdasarkan hasil penelitian seluruhnya bertujuan untuk ditinggali atau ditempati karena merupakan salah satu kebutuhan primer. Alokasi pemanfaatan remitansi terbesar lainnya adalah untuk pendidikan. Hal ini sejalan dengan penelitian UN Women (2013) yang menyebutkan bahwa sebagian besar tenaga kerja migran Indonesia, Filipina, dan Nepal menggunakan remitansi untuk pendidikan anak. Sebanyak 61.76% responden mengalokasikan remitansi untuk biaya pendidikan baik untuk anak maupun saudara kandungnya. Sebanyak 17.65% responden mengaku dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang SMA/SMK bahkan 2.9% responden lainnya dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Pendidikan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai barang produktif karena memiliki nilai ekonomi yang berdampak pada produktivitas seseorang, atau dengan kata lain sebagai investasi pada sumber daya manusia (Groot dan Brink 2006). Jenis pengeluaran remitansi pada peringkat keempat yakni digunakan untuk membeli perhiasan. Perhiasan merupakan bentuk investasi tradisional sehingga sebagian remitansi digunakan untuk membeli perhiasan (Parinduri dan Thangavelu 2008). Sebanyak 14.7% responden yang bekerja di negara Timur Tengah mengaku diberi perhiasan dari majikan ketika pulang ke Indonesia, berupa kalung dan cincin dengan berat 3-8 gram. Hasil penelitian menyebutkan bahwa 87% responden yang mengalokasikan remitansi untuk perhiasan sudah menjual kembali perhiasan tersebut karena kebutuhan. Hal ini sejalan dengan World Bank (2006) bahwa ketika remitansi habis dan tidak memberikan penghasilan berkelanjutan maka mereka harus menjual barangnya sehingga berakhir pada kondisi awal sebelum menjadi TKW. Sebagian besar jenis pengeluaran remitansi lainnya didominasi untuk jenis pengeluaran konsumtif seperti membeli motor, membayar utang, berobat, hajat, konsumsi dasar keluarga, mobil pribadi, dan keperluan di luar negeri. Penggunaan remitansi untuk pembelian motor dan mobil pribadi mencerminkan gaya hidup keluarga TKW yang berlebihan, para keluarga TKW cenderung berupaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder yang sebenarnya belum mereka butuhkan (Haryati 2009). Sebanyak 33.82% responden menggunakan remitansi untuk membayar utang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian UN Women (2013) yang menyebutkan bahwa proporsi terbesar penggunaan remitansi adalah untuk membayar utang termasuk utang kepada agen biaya kepergian. Sebanyak 32.35% responden menggunakan remitansi untuk berobat. Sebagian besar dipakai untuk membiayai pengobatan orang tua responden. Penggunaan remitansi lainnya adalah untuk hajat. Hajat dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau peristiwa penting yang memerlukan biaya yang cukup besar. Contoh hajat diantaranya biaya pernikahan responden (Faiqoh 2009), mengkhitan putra responden, biaya pernikahan anak responden, dan biaya melahirkan. Sebanyak 14.71% responden menggunakan remitansi untuk kebutuhan dasar keluarga, biasanya responden tersebut termasuk responden yang mengirimkan remitansi setiap satu bulan sekali. Responden tersebut merupakan satu-satunya
36 pemberi nafkah di keluarga, sehingga kebutuhan dasar keluarga di Indonesia sangat bergantung pada kiriman remitansi. Penggunaan remitansi paling sedikit adalah keperluan di luar negeri, hanya satu responden yang harus menyisihkan upahnya untuk keperluan saat di luar negeri. Hal tersebut dialami oleh responden yang bekerja sebagai buruh di Taiwan, upahnya tidak termasuk biaya makan dan tempat tinggal. Berbeda halnya dengan responden yang bekerja sebagai PLRT, makanan, keperluan sehari-hari dan tempat tinggal bersatu dengan majikan sehingga upahnya terpisah. Penggunaan remitansi lainnya adalah untuk pembelian barang produktif namun frekuensinya hanya berkisar 1-19 responden atau mencapai 27.94% responden selain pendidikan dan perhiasan. Barang produktif tersebut antara lain sawah, modal usaha, hewan ternak, tanah, tabungan, zakat, rumah untuk disewakan, dan mobil angkot. Definisi barang produktif dalam penelitian ini adalah barang yang tujuannya bukan digunakan untuk konsumsi tetapi untuk menghasilkan pendapatan atau return yang berkelanjutan. Sebanyak 27.94% responden memanfaatkan remitansi untuk membeli sawah, 15.79% diantaranya membeli sawah gadai. Mereka mengaku akan mendapatkan 3 kuintal beras dari setiap panen. Sebanyak 20.59% responden lainnya menggunakan remitansi untuk membeli hewan ternak, seperti kambing, ayam, dan bebek. Sebanyak sepuluh responden lainnya menggunakan remitansi untuk membeli lahan nonpertanian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ahmed et al. (2016) tentang penggunaan remitansi tenaga kerja migran Pakistan yang menyebutkan bahwa proporsi terbesar penggunaan remitansi adalah untuk lahan pertanian, lahan nonpertanian, dan hewan ternak. Penggunaan remitansi dalam barang produktif lainnya yakni untuk modal usaha. Penelitian yang dilakukan Eversole dan Shaw (2010) menyebutkan adanya peningkatan aktivitas bisnis setelah kepulangan tenaga kerja migran di Indonesia dan Filipina namun masih sedikit remitansi yang diinvestasikan dalam aktivitas bisnis, karena bisnis masih relatif berukuran kecil. Kendala bagi berkembangnya usaha kecil keluarga TKI adalah jaringan yang terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah (Supriana dan Nasution 2010). Kendala lainnya yakni keluarga TKI tidak memiliki pengalaman dalam dunia usaha dan rendahnya keterampilan kewirausahaan, sehingga mereka berdagang seperti tanpa suatu strategi khusus (Munandar 2013). Pemanfaatan remitansi untuk berzakat hanya dilakukan oleh 4.41% responden. Angka tersebut sangat kecil karena sebanyak 54.41% responden pada waktu penelitian dilakukan mengaku sebagai mustahik. Mereka mendapat zakat terutama pada saat bulan Ramadhan menjelang Idul fitri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan IOM (2010) yang menyebutkan bahwa hanya sepertiga tenaga kerja migran yang menyisihkan remitansi untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti membuat masjid dan zakat. Penggunaan remitansi untuk menabung hanya dilakukan oleh 4.41% responden. Hal tersebut menggambarkan kesadaran menabung responden sangat rendah. Penggunaan remitansi produktif lainnya seperti membangun rumah untuk disewakan dan membeli mobil angkutan kota, masing-masing hanya satu orang. Remitansi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama jika digunakan untuk pendidikan anak, investasi, aktivitas kewirausahaan, dan menabung. Remitansi yang digunakan untuk kegiatan konsumsi akan memberikan
37 efek multiplier, meningkatkan permintaan akan barang dan jasa dari wirausaha lokal sehingga mendorong ekonomi lokal (IOM 2007, UN INSTRAW 2007).
Analisis Sudut Pandang Islam terhadap Proses Pengiriman TKW Proses pengiriman TKW ke luar negeri walaupun memiliki kontribusi besar terhadap pendapatan devisa, namun memiliki beberapa dampak negative. Dampak negatif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah berupa moral hazard, seperti penyalahgunaan remitansi dan ambisi untuk memenuhi keinginan yang bersifat sekunder dan tersier. Penyalahgunaan remitansi berdasarkan hasil penelitian di lapangan dialami oleh lima orang responden. Salah satu responden mengaku remitansi hilang dibawa kabur oleh saudara kandung. Empat responden lainnya mengaku remitansi hilang dipakai suami menikah lagi. Responden yang mengaku remitansi hilang dibawa kabur saudara kandung menggunakan saluran bank saat mengirimkan remitansi. Rekening penerima remitansi di Indonesia beratas nama Ibu kandung dari responden tersebut, setiap tiga bulan sekali beliau mengirimkan uang untuk Ibu kandungnya. Pada saat responden pulang ke Indonesia, beliau mendapati Ibu kandungnya telah meninggal dunia lima bulan sebelum kepulangan, tanpa pemberitahuan. Responden kemudian mengecek rekening yang menjadi tujuan pengiriman remitansinya. Saldo yang tersisa hanya Rp 158 000, padahal saldo sebelumnya berjumlah Rp 23 500 000 atau satu tahun gaji. Tidak terdapat aktivitas penarikan uang selama satu tahun tersebut, namun terdapat informasi penarikan uang sebesar Rp 23 000 000 pada tiga bulan sebelum pengecekan atau setelah Ibu responden meninggal. Saudara kandung responden akhirnya mengakui telah menggunakan uang tersebut untuk memasukkan anaknya sekolah POLRI, namun sampai saat ini uang tersebut tidak kembali dan hubungan persaudaraan menjadi renggang. Responden tidak menikmati uang hasil kerja selama di luar negeri. Sebanyak empat responden lainnya mengaku remitansi habis dibawa kabur suami untuk menikah lagi. Hak dan kewajiban istri kepada suami pada saat TKW bekerja ke luar negeri menjadi tidak terpenuhi, keempat responden tersebut menjelaskan salah satu contohnya adalah hak pemenuhan kebutuhan biologis. Hak tersebut tidak dapat digantikan dengan remitansi dan komunikasi jarak jauh. Suratno (2013) menyebutkan bahwa komunikasi yang tidak efektif menimbulkan krisis kepercayan, perhatian, dan merangsang terjadinya konflik. Hal ini sejalan dengan penelitian Marta (2008) di Kabupaten Cirebon yang menyebutkan bahwa tiga buruh migran yang menjadi objek penelitannya mengalami penyalahgunaan remitansi oleh suami. Penyalahgunaan remitansi tersebut bertentangan dengan sudut pandang Islam. Allah SWT memerintahkan umat-Nya agar menyampaikan dan tidak mengkhianati sebuah amanat. Hal ini sejalan dengan Al-quran surat Al-Anfal ayat 27,
َالرسُو َل َوت َ ُخونُوا أ َ َمانَاتِ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون َّ َّللا َو َ َّ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل ت َ ُخونُوا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” dan surat An-Nisa ayat 58,
38
اس أ َ ْن تَحْ ُك ُموا ِ َّللا يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤد ُّوا ْاْل َ َمانَا ِ َّت إِلَ ٰى أ َ ْه ِل َها َوإِذَا َح َك ْمت ُ ْم بَيْنَ الن َ َّ إِ َّن ُ َّللا نِ ِع َّما َي ِع يرا ص ا ِ س ِميعاا َب َ ََّللا َكان َ َّ ظ ُك ْم ِب ِه ۗ ِإ َّن َ َّ ِب ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat”. Jumlah responden yang membelanjakan remitansi untuk hal yang konsumtif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang membelanjakan remitansi untuk hal yang produktif. Sebanyak 26 responden yang memilih untuk kembali bekerja ke luar negeri dipengaruhi faktor ambisi untuk memenuhi keinginan yang bersifat sekunder atau tersier. Hal tersebut jika ditinjau dari sudut pandang Islam merupakan tindakan moral hazard, karena dianggap mengedepankan nafsu duniawi. Remitansi menjadi cepat habis dan tidak memberikan penghasilan berkelanjutan. Karakteristik perilaku konsumsi dalam Islam seharusnya tidak berlebih-lebihan dan hendaknya tidak meninggalkan generasi yang lemah. Al-quran menggunakan kata israf untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui batas dalam membelanjakan harta. Allah SWT berfirman dalam Al-quran surat Al-‘Araf ayat 31,
َيا َب ِني آدَ َم ُخذُوا ِزينَت َ ُك ْم ِع ْندَ ُك ِل َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َو ََل تُس ِْرفُوا ۚ ِإنَّهُ ََل َيُ ِحبُّ ْال ُمس ِْرفِين
“Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”. dan surat An-Nisa ayat 9,
َّللا فَ ْليَتَّقُوا َ ضعَافاا خَافُوا ِ ش الَّذِينَ لَ ْو ت َ َر ُكوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّةا َ َّ علَ ْي ِه ْم َ َو ْليَ ْخ سدِيد اا َ َو ْل َيقُولُوا قَ ْو اَل
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Sintesis Penelitian Pada penelitian ini terdapat tujuh karakteristik responden yang diidentifikasi memengaruhi minat Mantan TKW untuk bekerja kembali ke luar negeri diantaranya umur, status pernikahan, status pendidikan, status pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga, besarnya remitansi, dan penyalur. Pertama, umur memiliki pengaruh terhadap minat bekerja kembali. Responden yang memiliki usia muda atau pada rentang 21-40 tahun cenderung memiliki minat untuk kembali bekerja ke luar negeri. Mereka menyebutkan bahwa pada usia tersebut kekuatan dan kesehatan fisik masih cukup baik untuk menanggung beban kerja. Kedua, status pernikahan cenderung tidak memiliki pengaruh terhadap minat bekerja kembali ke luar negeri karena berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden telah berstatus menikah dan jumlah responnya terhadap minat kembali
39 bekerja hampir sama besar. Namun lima dari enam responden yang berstatus janda memilih untuk tidak kembali ke luar negeri. Mereka menjelaskan bahwa kepergiannya menjadi TKW berakibat pada perceraian. Begitu pula halnya dengan responden yang berstatus menikah namun memilih untuk tidak kembali, sebagian besar dari mereka pernah mengalami dampak perceraian akibat menjadi TKW namun pada saat penelitian dilakukan mereka telah menikah kembali. Ketiga, pendidikan cenderung memiliki pengaruh terhadap minat bekerja kembali ke luar negeri, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan semakin rendah tingkat pendidikan responden cenderung memiliki minat untuk bekerja kembali ke luar negeri. Hal tersebut disebabkan rendahnya keterampilan dan pengetahuan responden lulusan SD dan SMP sehingga cenderung lebih berminat bekerja ke luar negeri karena jenis pekerjaan yang didapatkan lebih banyak mengandalkan tenaganya contohnya PLRT. Keempat, status pekerjaan responden memiliki pengaruh terhadap minat kembali bekerja ke luar negeri. Responden yang memiliki pekerjaan baik menjadi seorang wiraswasta maupun buruh cenderung tidak berminat untuk bekerja ke luar negeri. Berbeda halnya dengan responden yang tidak bekerja, mereka hanya dapat bergantung pada penghasilan suami. Kelima, jumlah tanggungan keluarga cenderung tidak memiliki pengaruh terhadap minat bekerja kembali ke luar negeri, karena berapapun jumlah tanggungan keluarga, seorang istri tidak memiliki kewajiban untuk mencari nafkah. Keenam, jumlah remitansi yang didapatkan responden memiliki pengaruh terhadap minat kembali bekerja ke luar negeri. Hasil penelitian di lapangan menyebutkan semakin tinggi jumlah remitansi yang diperoleh, maka responden cenderung berminat untuk bekerja kembali ke luar negeri. Ketujuh, penyalur memiliki pengaruh terhadap minat bekerja kembali. Responden yang bekerja ke luar negeri yang melalui penyalur yang datang ke rumah, cenderung tidak berminat untuk kembali bekerja ke luar negeri sedangkan responden yang berinisiatif sendiri datang ke PJTKI cenderung memiliki minat untuk bekerja kembali ke luar negeri. Pemanfaatan remitansi berdasarkan hasil penelitian di lapangan sebagian besar dimanfaatkan untuk membangun rumah, membeli perabotan rumah dan elektronik, pendidikan, dan perhiasan. Frekuensi responden dalam memanfaatkan remitansi untuk hal yang konsumtif lebih banyak dibandingkan untuk hal produktif sehingga mereka tidak memiliki pendapatan berkelanjutan setelah kepulangan. Proses pengiriman TKW ke luar negeri memiliki beberapa dampak negatif. Dampak negatif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah peyalahgunaan remitansi dan ambisi untuk memenuhi keinginan yang bersifat sekunder atau tersier. Sebanyak lima orang responden yang mengalami penyalahgunaan remitansi. Salah satu orang responden menjelaskan remitansi dibawa pergi oleh saudara kandung, sedangkan empat responden lainnya menjelaskan remitansi dibawa pergi suami untuk menikah lagi. Hal tersebut bertentangan dengan sudut pandang Islam. Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk menyampaikan dan tidak mengkhianati amanat berdasarkan Al-quran surat Al-anfal ayat 27. Jumlah responden yang membelanjakan remitansi untuk hal konsumtif cenderung boros dan perilaku responden yang berambisi untuk memenuhi keinginan yang bersifat sekunder atau tersier atau nafsu, menyebabkan remitansi cepat habis, hal ini dikategorikan sebagai tindakan moral hazard dalam sudut pandang Islam.
40
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mantan TKW Desa Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor-faktor yang memengaruhi peluang responden untuk kembali bekerja ke luar negeri adalah usia, status pekerjaan, remitansi, lama pendidikan, dan penyalur. 2. Pemanfaatan remitansi sebagian besar dipakai untuk membangun rumah, membeli perabotan rumah dan elektronik, pendidikan, dan perhiasan. Frekuensi pemanfaatan remitansi lebih besar digunakan untuk hal konsumtif dibandingkan untuk hal produktif sehingga mantan TKW tidak memiliki pendapatan berkelanjutan setelah kepulangan bekerja menjadi TKW. 3. Proses pengiriman TKW menimbulkan dampak negatif, berupa penyalahgunaan remitansi dan ambisi mantan TKW untuk memenuhi keinginan yang bersifat sekunder atau tersier. Remitansi dipakai suami untuk menikah lagi, dibawa pergi saudara kandung, dan perilaku boros merupakan tindakan yang bertentangan menurut sudut pandang Islam.
Saran Berdasarkan hasil yang telah diperoleh melalui penelitian terhadap analisis faktor-faktor yang memengaruhi kembalinya TKW dan pemanfaatan remitansi di Desa Cihaur, Cianjur, beberapa saran yang dapat disampaikan adalah: 1. Besarnya frekuensi pemanfaatan remitansi untuk hal konsumtif sehingga tidak menghasilkan pendapatan berkelanjutan mencerminkan manajemen keuangan remitansi yang buruk di kalangan TKW. Bank Syariah yang memiliki produk instrumen investasi dapat mengadakan sosialisasi dan edukasi manajemen keuangan remitansi sebelum, selama, dan setelah kepulangan TKW mengingat adanya tren peningkatan remitansi dari tahun ke tahun dan dalam jumlah yang besar, yakni sebesar 119 triliun rupiah pada tahun 2015. Hal tersebut dapat menjadi pangsa pasar potensial bagi Bank Syariah. 2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dipilih daerah lokasi penelitian yang memiliki jumlah pengiriman TKI tertinggi seperti di Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Cilacap. 3. Rendahnya alokasi remitansi untuk zakat, dapat menjadi masukan untuk BAZNAS agar dilakukan sosialisasi dan edukasi mengenai zakat mal kepada para mantan TKW mengingat pasar remitansi yang besar yakni mencapai 119 triliun rupiah pada tahun 2015. 4. Perlunya perluasan lapangan kerja domestik dan sosialisasi dampak negatif yang ditimbulkan akibat menjadi TKW, agar calon TKW dapat memiliki informasi yang sempurna sehingga dapat melakukan pertimbangan secara matang saat memutuskan untuk menjadi TKW, atau dengan kata lain tidak bergantung pada informasi yang hanya diberikan dari penyalur.
41
DAFTAR PUSTAKA Afriandi Y. 2009. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Keluarga TKI Tahun 2005-2008 [skripsi]. Yogyakarta (ID): UIN Sunan Kalijaga. Ahmed J, Mughal M, Klasen S. 2016. Great Expectations? Remittances and Asset Accumulation in Pakistan. Journal of International Development. doi: 10.1002/jid.3202. Anggraini K. 2014. Analisis Faktor yang Memengaruhi Keputusan Mantan Tenaga Kerja Indonesia di Kecamatan Tenggareng Kabupaten Bondowoso Kembali Bekerja ke Luar Negeri [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember. Barnet II W, Block WE. 2005. Money: Capital Good, Consumer’ Good, or (Media of) Exchange Good?. The Review of Austrian Economics. 18(2): 179-194. [BNP2TKI] Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. 2016. Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2015 [Internet]. [diunduh 2016 Februari 1]. Tersedia pada: http://www.bnp2tki.go.id. Borjas GJ. 2013. Labor Economics. New York (US): McGraw-Hill. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi, 1986-2015 [Internet]. [diunduh 2016 Maret 1]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/excel/id/981. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi [Internet]. [diunduh 2016 Maret 1]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/excel/id/1268. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Jawa Barat dalam Angka 2015 [internet]. [diunduh 2016 Mei 4]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id/new/website/pdf_publikasi/Jawa-Barat-Dalam-Angka2015.pdf. [BPS] Badan Pusat Statistik. Statistik Daerah Kabupaten Cianjur 2015 [Internet]. [diunduh 2016 Mei 10]. Tersedia pada: http://www.cianjurkab.bps.go.id. Eversole R, Shaw J. 2010. Remittance Flows and Their Use in Households: A Comparative Study of Sri Lanka, Indonesia and the Philippines. Asian and Pasific Migration Journal. 19(2):175-202. Faiqoh ZA. 2009. Analisis pengaruh remitansi TKI terhadap kehidupan ekonomi Indonesia. [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Firdaus M, Harmini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Fazqiyah AL. 2010. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Minat Mantan Tenaga Kerja Indonesia untuk Bekerja Kembali ke Luar Neegeri di Desa Wringinputih Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember. Groot W, Brink HMVD. 2006. What Does Education Do to Our Health. Measuring The Effect of Education and Civic Environment: Proceedings of the Copenhagen Symposium [internet]. [diunduh 2016 Maret 2]. Tersedia pada: https://www.oecd.org/edu/innovation-education/37425763.pdf.
42 Haas HD. 2008. Migration and Development A Theoretical Perspective [internet]. International Migration Institute Working Papers [diunduh pada 2016 Mei 3]. Tersedia pada: https://www.imi.ox.ac.uk/pdfs/wp/wp-09-08.pdf. Hakim L. 2010. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta (ID): Erlangga. Haryati E. 2009. Remitansi Tenaga Kerja Indonesia: Dampaknya terhadap Inflasi dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat. Jurnal Ekuitas. 13(3): 388-405. Hidayah A. 2007. Tinjauan Fiqh terhadap Sistem Potong Gaji Pemberangkatan Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke Luar Negeri. [skripsi]. Ponorogo (ID): STAIN Ponorogo. Hidayat A. 2015. Interpretasi Regresi Logistik dengan SPSS [Internet]. [diakses pada 2016 Mei 24]. Tersedia pada: http://www.statistikian.com. Hossain B. 2014. Economic Rationalism and Consumption: Islamic Perspective. International Journal of Economics, Finance, and Management. 3(8): 273281. [IMF] International Monetary Fund. 2005. Approaches to a Regulatory Framework for Formal and Informal Remittance Systems: Experiences and Lessons [internet]. [diunduh 2016 Maret 2]. Tersedia pada: https://www.imf.org/external/np/pp/eng/2005/021705.htm. [IOM] International Organization for Migration. 2010. International Migration and Migrant Workers’ Remittances in Indonesia. [Internet]. [diunduh 2016 Juni 6]. Tersedia pada: http://publications.iom.int/. Juanda B. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. Kikkawa K dan Xing Y. 2014. Financial Inclusion in Indonesia: A Poverty Alleviation Strategy [internet]. Tokyo (JP): Asian Development Bank. [diunduh 2016 April 30]. Tersedia pada: http://www.adb.org/sites/default/files/publication/159308/adbi-financialinclusion-asia.pdf. Kimura K. 2013. Marketization of Care and gendered Cross-Border Migration from Indonesian Female Migrant Domestic Workers in/to Malaysia. Labour Markets and Migration 11th Development Dialogue [internet]. [2013 Oktober 10-11]. Netherland (NL): International Institute of Social Studies. hlm 1-24. [diunduh 2016 April 30]. Tersedia pada: repub.eur.nl/pub/50921/metis_196975.pdf. Kinanti AA. 2012. Analisis Faktor yang Memengaruhi Keputusan TKI Bekerja Kembali ke Luar Negeri di Kecamatan Tekung Kabupaten Kumajang [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember. Kurekova L. 2011. Theories of Migration: Conceptual Review and Empirical Testing in the Context of the EU East-West Flows. Paper prepared for Interdisciplinary Conference on Migration, Economic Change, Social Challenge. Marta N. 2008. Tenaga Kerja Wanita Kabupaten Cirebon yang Bekerja di Arab Saudi Tahun 1983-1990 [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia. Moleong LJ. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Remaja Rosdakarya. Munandar MA. 2013. Karakteristik Faktor Pendorong dan Dampak perempuan Menjadi TKW Luar Negeri di Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Forum Ilmu Sosial. 40(2): 154-166.
43 Nurhidayati T, Ariyana D, Mubin MF. Perkembangan Psikososial Anak pada Keluarga Buruh Migran Internasional di Wilayah Kabupaten Kendal [internet]. [diunduh 2016 Mei 3]. Semarang(ID): Universitas Muhammadiyah Semarang. Tersedia pada: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1266/1319. Orozco M, Fedewa R. 2005. Regional Integration? Trends and Patter of Remittance flows within South East Asia [internet]. Manila (PH): Asian Decelopment Bank. [diunduh 2016 Maret 2]. Tersedia pada: http://archive.thedialogue.org/PublicationFiles/ADB%20SE%20Asia%20W orkers%20Remittances%20-%20Draft%20Final%20Report.pdf. [P3EI UII] Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. 2012. Ekonomi Islam. Jakarta (ID): Rajawali Pers. Parinduri RA, Thangavelu SM. 2008. Remittance and Migrant Households’ Consumption and Saving Patterns: Evidence from Indonesia. Nottingham University Business School Malaysia Campus Research Paper No. 2008-02. Puspitasari EC, Salim WA. 2013. Peran Remitan Tenaga Kerja Indonesia dalam Pembangunan Wilayah Pedesaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK. 2(1):101-108. Rakhmawati ND. 2013. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Minat Tenaga Kerja Indonesia untuk Kembali Bekerja ke Luar Negeri di Desa Kedungjajang Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember. Ratha D. 2007. Leveraging Remittances for Development [internet]. [diunduh 2016 Juni 27]. Washington DC (US): The Migration Policy Institute. Tersedia pada: https://www.migrationpolicy.org/pubs/MigDevPB_062507.pdf. Setiya IN. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat TKI untuk Bekerja Kembali ke Arab Saudi di Kabupaten Trenggalek [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember. Skirbekk V. 2004. Age and Individual Productivity: A Literature Survei. Vienna Yearbook of Population Research. 2(1):133-154. Supriana T, Nasution VL. 2010. Peran usaha TKI Purna terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal dan Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Usaha TKI Purna di Provinsi Sumatera Utara. Makara, Sosial Humaniora. 14(1):42-50. Suratno D. 2013. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Isteri pada Keluarga TKI di Desa Tresnorejo, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen Tahun 2011-2012 [skripsi]. Yogyakarta (ID): UIN Sunan Kalijaga Syafuri B. 2013. Nafkah Wanita Karier dalam Perspektif Fikih Klasik. Ahkam. Volume 8 No.2:201-208. Tresilo YB, Sumarsono S, Qosjim A. 2015. Analisis Faktor yang Memengaruhi Minat Mantan TKI untuk Bekerja Kembali ke Luar Negeri di Kabupaten Jember. Jurnal Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia. 5(1): 59-72. [UN INSTRAW] United Nation International Research and Training Institute for the Advancement of Women. 2007. Remittance, Gender, Remittances and Development. Working Paper 4. Santo Domingo (DO): UN INSTRAW. [UN Women] United Nations Entity for Gender Equality and The Empowerment of Women. 2013. Contributions of Migrant Domestic Workers to Sustainable Development. Bangkok (TH): UN Women.
44 [UNIFEM] United Nations Development Fund for Women. 2009. Gender Dimensions of Remittances: A Study of Indonesian Domestic Workers in East and Southeast Asia [internet]. [diunduh 2016 Maret 2]. Thailand (TG): UNIFEM East and Southeast Asia Regional Office. Tersedia pada: http://apmigration.ilo.org/resources/gender-dimensions-of-remittances-astudy-of-indonesian-domestic-workers-in-east-and-southeast-asia. Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. World Bank. 2006. Migration, Remittance and Female Migrant Workers. Female migrant worker research [internet]. [diunduh 2016 Juni 7]. Tersedia pada: http://siteresources.worldbank.org?INTINDONESIA/Resources/fact_sheetmigrant_workers_en_jan06.pdf. World Bank. 2016. Migration and Remittances Factbook 2016 Third Edition [internet]. [diunduh 2016 Juni 7]. Tersedia pada: http://siteresources.worldbank.org/INTPROSPECTS/Resources/3349341199807908806/4549025-1450455807487/Factbookpart1.pdf. Yang D. 2011. Migrant Remittances. Journal of Economics Perspective. 25(3): 129-152. Yuniastuti. 2014. Kehidupan Sosial Ekonomi TKI dan TKW serta Dampak Sosial Psikologis Pendidikan Anak. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. 27(1):65-70.
45 Lampiran 1 Kuesioner penelitian INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH KUESIONER PENELITIAN Saya Irza Qoriani, mahasiswi semester delapan Departemen Ilmu Ekonomi IPB sedang melakukan penelitian yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEMBALINYA TENAGA KERJA WANITA (TKW) DAN PEMANFAATAN REMITANSI (Kasus: Desa Cihaur, Cianjur)”. Peneliti mengharapkan kesediaan Ibu/Saudari yang terhormat dalam partisipasinya mengisi kuesioner ini dengan jujur, teliti, dan lengkap agar didapat data yang akurat. Informasi yang didapatkan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan dijamin kerahasiaannya. Atas kesediaan Ibu/Saudari, saya ucapkan terima kasih. A. IDENTITAS RESPONDEN Nama Responden : ........................................................... Alamat : ........................................................... Nomor Telepon/HP : ........................................................... 1. Tahun berapa Anda kembali ke Indonesia setelah bekerja terakhir di luar negeri? a. 2011-2016, Tepatnya...... b. < 2011, Tepatnya.... 2. Apakah Anda beragama Islam? a. Ya b. Tidak B. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Usia : ........ tahun 2. Status pernikahan : Menikah/Belum Menikah/Janda 3. Pendidikan Terakhir : a. SD/Sederajat ..........tahun b. SMP/Sederajat ..........tahun c. SMA/Sederajat ..........tahun d. Diploma ..........tahun e. Sarjana/S2/S3 ..........tahun f. Tidak Sekolah 4. Pekerjaan (saat ini) : a. Ibu rumah tangga b. Wirausaha/Pedagang c. Pegawai Swasta d. Petani e. PNS f. Lainnya, ...............
46 5. Pendapatan total Anda per bulan dari profesi di atas: a. < Rp 1.000.000 Tepatnya: .............................. b. Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 Tepatnya: .............................. c. Rp 2.000.002 – Rp 4.000.000 Tepatnya: .............................. d. Rp 4.000.001 – Rp 8.000.000 Tepatnya: .............................. e. > Rp 8.000.001 Tepatnya: .............................. 6. Jumlah tanggungan/anggota keluarga:
/
7. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja? a. Ya, bekerja sebagai.............. b. Tidak 8. Apakah ada anggota keluarga yang masih bersekolah dan menjadi tanggungan? a. Ya, sebutkan....................... b. Tidak 9. Berapa besar pengeluaran Anda per bulan? a. < Rp 1.000.000 Tepatnya: .............................. b. Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 Tepatnya: .............................. c. Rp 2.000.002 – Rp 4.000.000 Tepatnya: .............................. d. Rp 4.000.001 – Rp 8.000.000 Tepatnya: .............................. e. > Rp 8.000.001 Tepatnya: .............................. C. INFORMASI TERKAIT PENGALAMAN TKW BEKERJA DI LUAR NEGERI 1. Negara tujuan : ............................................ 2. Lama bekerja : ............................................ Waktu berangkat : ............................................ Waktu kepulangan : ............................................ 3. Jenis pekerjaan : ............................................ 4. Pihak yang memberikan informasi tentang bekerja di luar negeri: a. Teman/tetangga b. Orang tua/sanak saudara c. Media informasi (koran, televisi, internet, dll) D. PERTANYAAN TERKAIT PERUSAHAAN JASA PENYALUR TKI KE LUAR NEGERI 1. Nama perusahaan penyalur: 2. Besarnya fee perusahaan : 3. Berapa lama waktu tunggu : 4. Apakah Anda mendapatkan pelatihan sebelum diberangkatkan ke luar negeri? a. Ya, berupa : bahasa/lainnya.......... berapa lama : b. Tidak 5. Menurut Anda, apakah pelatihan tersebut berguna pada saat di luar negeri? a. Sangat setuju b. Setuju c. Netral d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 6. Apakah Anda melakukan medical check up sebelum berangkat ke luar negeri? a. Ya b. Tidak
47 7. Apakah fee perusahaan sudah termasuk biaya pelatihan, medical check up, dan ongkos keberangkatan? a. Ya b. Tidak, sebutkan yang tidak termasuk............... 8. Bagaimana tingkat kepuasan Anda terhadap perusahaan penyalur TKI tersebut? a. Sangat puas b. Puas c. Netral d. Tidak puas e. Sangat tidak puas 9. Bagaimanakan sistem pembayaran fee kepada perusahaan penyalur (bagi hasil dari gaji, dibayar langsung di awal, utang dan dibayar di akhir, dipotong dari gaji)? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 10. Dari manakah Anda memperoleh dana untuk membayar fee tersebut? a. Penghasilan lalu ditabung c. Penghasilan ketika di luar negeri b. Berutang d. Lainnya, ............. E. PERTANYAAN TERKAIT KONDISI TKW DI LUAR NEGERI No.
Pernyataan
Pilihan Jawaban STS TS N S SS
1 2 3 4
Majikan bersikap baik terhadap Anda Upah dibayarkan tepat waktu Pekerjaan yang Anda terima terasa berat Anda mengalami kesulitan berkomunikasi dengan majikan dan orang0orang saat di luar negeri 5 Anda diberikan waktu istirahat sewajarnya 6 Anda diijinkan untuk sesekali berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia 7 Anda memiliki jaminan kesehatan, kecelakaan saat bekerja di luar negeri 8 Anda diberikan waktu untuk berlibur, refreshing, tidak bekerja minimal satu kali dalam seminggu 9 Anda diizinkan pulang sementara ke Indonesia Keterangan: STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju N = Netral Apakah Anda pernah mengalami kecelakaan atau perbuatan yang tidak menyenangkan selama bekerja di luar negeri? Ya/ Tidak* *)coret yang tidak perlu Jika Ya, sebutkan jenis perbuatan tersebut ............................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................................................
48 Berapa lama waktu Anda untuk beradaptasi? ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… Apakah Anda pernah mengalami sakit pada saat bekerja menjadi TKW? ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
F. PERSEPSI TERHADAP SISTEM PENGIRIMAN UANG Total Pendapatan : ................................................ Besar pendapatan per bulan : ................................................ (dalam rupiah) Nilai kurs saat itu : ................................................ Bagaimana Anda mengirimkan uang tersebut? a. Melalui perusahaan jasa pengiriman uang (bank, authorized MTO, dll), menjawab pertanyaan di **) b. Tidak melalui perusahaan jasa pengiriman uang, menjawab pertanyaan di ***) c. Sebagian menggunakan perusahaan jasa pengiriman uang, sebagian tidak. menjawab pertanyaan di **), ***), dan ****) **) Jika jawaban Anda adalah poin “a” maka jawablah pertanyaan nomor 1 s.d 8 di bawah ini: 1. Apa nama perusahaan jasa pengiriman uang? .............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 2. Berapa frekuensi Anda dalam mengirimkan uang dalam setahun ke Indonesia? a. 1 kali c. 3 kali b. 2 kali d. >4 kali 3. Berapa besarnya biaya atau fee dan pajak dalam satu kali transfer? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 4. Bagaimana persepsi Anda mengenai jasa pengiriman remitansi tersebut? (Aman, mudah, akurat, terpercaya, fleksibel, atau lainnya) .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 5. Apakah Anda sendiri melakukan langsung pengiriman uang tersebut? Atau dibantu majikan atau teman? ........................................................................................................................... 6. Bagaimanakah jenis pengiriman uang yang Anda gunakan? a. masuk ke rekening b. tarik tunai c. lainnya,....
49 7. Apakah Anda mengetahui jasa keuangan syariah? a. Ya b. Tidak 8. Apakah Anda menggunakan jasa keuangan syariah untuk pengiriman uang dari luar negeri? a. Ya b. Tidak 9. Apakah sebelum menjadi TKW Anda sudah memiliki account di lembaga keuangan? a. Ya b. Tidak 10. Jika pengambilan uang dengan cara tarik tunai, siapakah penerima di Indonesia yang Anda percayai untuk mengambil uang tersebut? Mengapa? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 11. Jika pengambilan uang dengan cara tarik tunai, apakah penerima mengalami kesulitan dalam mengambil remitansi? (Ya/Tidak) Jelaskan! .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ***) Jika jawaban Anda adalah poin “b” maka jawablah pertanyaan 1 s.d 2 di bawah ini 1. Bagaimana cara Anda melakukan pengiriman uang? a. dibawa saat pulang ke Indonesia b. dtitipkan teman c. lainnya.... 2. Apa alasan Anda memilih untuk melakukan cara pengiriman tersebut? a. biaya pengiriman rendah atau tidak ada biaya pengiriman b. lebih terpercaya c. tidak mengetahui prosedur pengiriman melalui perusahaan jasa pengiriman d. lainnya,........................................................................................................... ........................................................................................................................ ....................................................................................................................... ****) Jika pertanyaan Anda adalah poin “c”, maka Anda harus menjawab pertanyaan nomor 1 s.d 2 di bawah ini: 1. Apa alasan Anda menggunakan cara pengiriman uang dengan cara sebagian dikirim melalui perusahaan jasa, sebagian lain tidak? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ 2. Berapa perkiraan proporsi uang yang dikirim melalui perusahaan jasa pengiriman remitansi dan yang tidak? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
50 G. PEMANFAATAN REMITANSI
No
Jenis Penggunaan Pendapatan
. Konsumtif 1 Pembangunan/perbaikan rumah 2 Biaya pendidikan untuk tanggungan keluarga (anak/saudara) 3 Pembelian elektronik a. TV b. Mesin cuci c. handphone d. Laptop/Komputer e. Lainnya..... 4 Perhiasan 5 Berobat 6 Membayar utang 7 Membeli kendaraan a. Motor b.Mobil c.Lainnya....... 8 Lainnya,.............................................................. ............................................................................ ........................................................................... ............................................................................ ........................................................................ Produktif 1 Membuka usaha (warung, toko, dll) 2 Membeli tanah atau sawah 3 Menabung di bank 4 Zakat/sedekah 5 Membeli hewan ternak 6 Lainnya, ............................................................. ...................................................................................... ...................................................................................... ...................................................................................... .....................................................................................
Jumlah Persentase Remitan (%)
51 No. 1
2 3
4 5 6 7
Komponen yang mengalami Sebelum perubahan Kondisi tempat tinggal (rumah)
Sesudah
Jumlah anggota keluarga yang dapat melanjutkan sekolah Pemilikan Aset -Elektronik -Tanah/sawah -Mobil/motor Status pihak dalam hal zakat (mustahik atau muzaki) Kemampuan dalam berobat Kemampuan membayar utang Lainnya, ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... ....................................... .......................................
H. PERTANYAAN TERKAIT MINAT TKW UNTUK KEMBALI BEKERJA KE LUAR NEGERI 1. Apa alasan yang membuat Anda pulang ke Indonesia? a. habis masa kontrak kerja b. lainnya,............................................................................................................ ......................................................................................................................... 2. Setelah Anda kembali ke Indonesia, apakah Anda melakukan pelaporan kepada pihak perusahaan jasa pengiriman TKI atau Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi di tempat Anda bahwa Anda sudah kembali? a. Ya b. Tidak, alasan.................................................................................................. 3. Apakah Anda pernah dihubungi kembali oleh majikan, untuk kembali bekerja di tempat asal Anda bekerja? a. Ya b. Tidak 4. Apakah Anda ingin kembali lagi bekerja ke luar negeri? a. Ya, karena……. b. Tidak,karena…… 5. Apakah Anda mengetahui fatwa MUI tentang Tenaga Kerja Wanita? a. Ya b. Tidak
52
I. DAMPAK NONEKONOMI PASCA BEKERJA SEBAGAI TKW DI LUAR NEGERI Apakah kepergian Anda untuk bekerja ke luar negeri mendapatkan izin dari mahram Anda? a. Ya, sebutkan... b. Tidak
No. 1
2
3
Komponen yang mengalami perubahan Pemenuhan hak dan kewajiban istri terhadap suami (bagi TKW yang sudah menikah) Pemenuhan hak dan kewajiban ibu tehadap anak (bagi TKW yang sudah menikah dan memiliki anak) Pandangan tetangga atau lingkungan sekitar
4
Perubahan status pernikahan
5
Pengetahuan informasi
6
Pemenuhan hak dan kewajiban anak terhadap orang tua (bagi TKW yang belum menikah atau masih di bawah umur) Lainnya, ............................... .............................................. .............................................. .............................................. ..............................................
7
Sebelum
Sesudah
53
Lampiran 2 Hasil output analisis regresi logistik SPSS 22 Case Processing Summary Unweighted Cases
a
Selected Cases
N Included in Analysis Missing Cases Total
Unselected Cases Total
Percent 68
100,0
0
,0
68
100,0
0
,0
68
100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases. Respont Variable Encoding Original Value
Internal Value
TIDAK KEMBALI
0
KEMBALI
1
Block 0: Beginning Block Classification Table a,b Predicted MINATKEMBALI TIDAK Observed Step 0
Percentage
KEMBALI
MINATKEMBALI
KEMBALI
Correct
TIDAK KEMBALI
42
0
100,0
KEMBALI
26
0
,0
Overall Percentage
61,8
a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500 Variables in the Equation B Step 0
Constant
-,480
S.E. ,250
Wald 3,693
df
Sig. 1
,055
Exp(B) ,619
54
Variables not in the Equation Score Step 0
Variables
23,700
1
,000
JMLTANGGUNGAN
10,513
1
,001
STATUSNIKAH
1,296
1
,255
PDLN
7,045
1
,008
16,915
1
,000
7,559
1
,006
28,003
1
,000
42,968
7
,000
SPONSOR STATUSKERJA Overall Statistics
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square
df
Sig.
Step
57,884
7
,000
Block
57,884
7
,000
Model
57,884
7
,000
Model Summary
Step 1
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
-2 Log likelihood 32,583
a
,573
,779
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 7,452
Sig.
USIA
PENDIDIKAN
Step 1
df
df
Sig. 7
,383
55 Classification Table a Predicted MINATKEMBALI TIDAK Observed Step 1
Percentage
KEMBALI
MINATKEMBALI TIDAK KEMBALI
KEMBALI
Correct
39
3
92,9
2
24
92,3
KEMBALI Overall Percentage
92,6
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation B Step
1a
AGE
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
-1,611
,738
4,770
1
,029
,200
,260
,831
,098
1
,754
1,297
dMARRIED
-,394
1,966
,040
1
,841
,674
RMITAN
1,176
,586
4,032
1
,045
3,243
EDU
-,738
,363
4,132
1
,042
,478
dAGEN
-1,788
,966
3,424
1
,064
,167
dSTATKERJA
-2,518
1,147
4,818
1
,028
,081
7,679
4,377
3,079
1
,079
2163,322
JTK
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: USIA, JMLTANGGUNGAN, STATUSNIKAH, PDLN, PENDIDIKAN, SPONSOR, STATUSKERJA.
Lampiran 3 Hasil output uji validitas dan reliabilitas Correlations a1 Pearson Correlation a1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson a3
Correlation Sig. (2-tailed)
a3
a4
a5
a6
a7
a8
a9
TS
.029 .408**
.244*
.066 .476**
.195 .492**
1 .396**
-.174
.001
.155
.816
.001
.045
.595
.000
.111
.000
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
.396**
1
-.209
-.133
.261* .495**
.064
.167
.156 .384**
.087
.280
.032
.000
.603
.174
.203
.001
68
68
68
68
68
68
68
.262* -.301*
-.112
.216
.042
.362
.078
.736 1.000
Sig. (2-tailed) N
a2
a2
.001 68
68
68
-.174
-.209
1
.155
.087
.031
.012
.000 .350** .003
56 N Pearson a4
Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
68
68
68
68
68
68
68
68
.029
-.133
.262*
1
-.100
.078
.217
-.013
.816
.280
.031
.419
.527
.076
.917
.843
.000
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
.261* -.301*
-.100
1
.290*
.245*
.246*
.153 .452**
.017
.044
.043
.214
.000
68
68
.408**
68
68
-.024 .466**
a5 Sig. (2-tailed) N Pearson a6
Correlation Sig. (2-tailed)
68
68
68
68
68
68
.244* .495**
-.112
.078
.290*
1
.035
.010
.094 .428**
.777
.936
.444
.000
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
.066
.064
.216
.217
.245*
.035
1
.122
.057 .626**
.595
.603
.078
.076
.044
.777
.321
.642
.000
68
68
68
68
68
68
68
68
68
68
.476**
.167
.042
-.013
.246*
.010
.122
1
.000
.174
.736
.917
.043
.936
.321
68
68
68
68
68
68
68
68
.195
.156
.000
-.024
.153
.094
.057
.047
1 .376**
.111
.203 1.000
.843
.214
.444
.642
.706
.002
68
68
68
68
68
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
68
Pearson Correlation TS
68
.017
N
a9
68
.527
N
a8
.419
.362
Correlation
Correlation
.012
.000
Pearson
Pearson
.032
.045
N
a7
.001
68
68
.492** .384**
.350**
Sig. (2-tailed) N
.466** .452**
68
68
.381** .376**
1
.000
.000
.000
.001
.002
68
68
68
68
68
68
68
68
68
N
% 68
100.0
0
.0
68
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
68
.000
Case Processing Summary
Total
68
.003
Scale: ALL VARIABLE
Excludeda
.001
.001
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Cases
.706
.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Valid
.428** .626**
.047 .381**
68
57
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.445
9
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
a1
27.09
6.619
.330
.378
a2
27.03
6.954
.213
.412
a3
27.94
6.832
.000
.515
a4
27.65
6.232
.148
.439
a5
27.22
6.503
.216
.404
a6
27.07
6.786
.249
.400
a7
27.91
5.306
.328
.341
a8
26.93
7.144
.260
.411
a9
28.69
6.844
.150
.429
58
59
RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Irza Qoriani, lahir di Cianjur pada tanggal 27 Juni 1994. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan H Boy Iskandar dan Hj Iis Rosmiati. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartika III-7 Cianjur pada tahun 1998-2000, kemudian penulis melanjutkan studi ke SDN Ibu Dewi 1 Cianjur pada tahun 2000-2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Cianjur pada tahun 2006-2009, dan melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Cianjur pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tulis di Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis tergabung dalam organisasi BEM KM IPB 2014-2015 sebagai bendahara divisi Business and Public Relation (BISPRO). Penulis juga merupakan anggota divisi Bisnis Sharia Economics Student Club (SES-C) IPB 2014-2015, dan anggota divisi Program Manajemen IPB Mengajar 2013-2014. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitian setingkat Departemen, Fakultas, dan IPB. Penulis merupakan salah satu penerima beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat dengan donatur PT. XL Axiata dan tergabung sebagai salah satu peserta XL Future Leaders The Scholarship Batch 4.