FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA
MELI YULIAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA
MELI YULIAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia Nama : Meli Yuliawati NIM : H34086055
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PERLIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Faktorfaktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2014
Meli Yuliawati H34086055
ABSTRAK MELI YULIAWATI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke negara-negara importir selama tujuh tahun terakhir cenderung meningkat. Tujuan dari skripsi ini adalah mendeskripsikan perkembangan ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia. Perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dari negaranegara pengimpor selama tahun 2006-2012 cenderung mengalami peningkatan. Secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia adalah harga ekspor tanaman biofarmaka, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan volume ekspor periode sebelumnya. Faktorfaktor yang berpengaruh terhadap ekspor tanaman biofarmaka Indonesia secara keseluruhan adalah harga ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya. Kata kunci : jahe, kunyit, temulawak, volume ekspor
ABSTRACT MELI YULIAWATI. The Factors that Influence of Indonesian biopharmaca plants. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS. Indonesia as an agricultural country indicate that the agricultural sector has an important role in supporting the national economy . It can be seen from the the growing of Indonesian biopharmaca export to importing countries over the past seven years is tend to increase. The purpose of this paper is to describe the development of the export of Indonesian biopharmaca plants (ginger, turmeric, curcuma), to analyze the factors that affect the volume of exports Indonesian biopharmaca plants (ginger, turmeric, curcuma). The development of Indonesian exports of biopharmaca plants to importing countries during the years 2006-2012 are likely to increase. Overall the factors that influence the export of Indonesian biopharmaca plants is the export prices of Indonesian biopharmaca plants, economic distance, the exchange rate of Rupiah against U.S. dollar, and the export volume of the previous period. Overall the factors that affecting the export of Indonesian biopharmaca plants is export prices, economic distance the exchange rate of Rupiah against U.S. dollar and the export volume of the previous period Keywords : curcuma, ginger, tumeric, the volume of exports
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktorfaktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia”. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juli 2011. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran, serta Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS dan Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah banyak memberi saran. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, mamah, kakak serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya. Penelitian ini bertujuan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia serta mengetahui bagaimana perkembangan volume ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Meli Yuliawati
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Biofarmaka Keunggulan Tanaman Biofarmaka Pengertian Ekspor Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Komoditas Pertanian Indonesia KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran Perdagangan Internasional Model Ekspor Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Metode Penelitian dan Pengolahan Data Analisis Data dan Perumusan Model Pengujian Model Koefisien Determinasi Yang Disesuaikan Uji F Uji T Uji Autokorelasi Pengujian Terhadap Multikolinearitas Elastisitas dari Model Regresi Double Log PERKEMBANGAN EKSPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME EKSPOR TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA Ekspor Jahe Indonesia Ke Jepang Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Jepang Ekspor Jahe Indonesia Ke Singapura Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Singapura Ekspor Jahe Indonesia Ke Malaysia Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Malaysia
iii iv v 1 5 5 6 6 7 7 8 8 10 10 10 13 14 17 17 18 18 18 19 19 20 21 21
22 23 23 24 24 25 26
Ekspor Jahe Indonesia Ke Saudi Arabia Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Saudi Arabia Ekspor Jahe Indonesia Ke Amerika Serikat Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Jahe ke Amerika Serikat Ekspor Kunyit Indonesia Ke Saudi Arabia Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Saudi Arabia Ekspor Kunyit Indonesia Ke Singapura Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Singapura Ekspor Kunyit Indonesia Ke Hongkong Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Hongkong Ekspor Kunyit Indonesia Ke Amerika Serikat Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Amerika Serikat Ekspor Kunyit Indonesia Ke Malaysia Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Kunyit ke Malaysia Ekspor Temulawak Indonesia Ke Netherland Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Netherland Ekspor Temulawak Indonesia Ke Amerika Serikat Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Amerika Serikat Ekspor Temulawak Indonesia Ke Jepang Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Jepang Ekspor Temulawak Indonesia Ke India Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke India Temulawak Indonesia Ke Vietnam Faktor-faktor yang memengaruhi Ekspor Temulawak ke Vietnam KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
27 27 28 29 30 30 31 32 32 33 33 34 35 35 36 37 37 38 39 39 40 40 41 42 46 46 47 77
DAFTAR TABEL 1 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-1 Tahun 2008-2011 2 Sepuluh Negara Produsen Beberapa Produk Hortikultura Terbesar Di Dunia 3 Volume Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2008-2011 4 Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2008-2011 5 Perkembangan Volume Ekspor Jahe, Kunyit dan Temulawak Indonesia Tahun 2008-2011 6 Jenis Data dan Sumber Data
1 2 2 3 4 17
7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia
42
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pengaruh Pergeseran Kurva Penawaran Kurva Perdagangan Internasional Diagram Kerangka Pemikiran Operasional Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke India Tahun 2006-2012 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam Tahun 2006-2012 Gambar Jahe, Kunyit dan Temulawak
10 11 16 23 24 26 27 29 30 31 33 34 35 36 38 39 40 41 76
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Total Volume Ekspor Jahe Berdasarkan Lima Negara Terbesar Tahun 2006-2012 Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia Output Analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat Total Volume Ekspor Kunyit Berdasarkan Lima Negara Terbesar Tahun 2006-2012 Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika serikat Output Analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia Total Volume Ekspor Temulawak Berdasarkan Lima Negara Terbesar Tahun 2006-2012 Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika Serikat Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke India Output Analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam
48 48 50 51 53 56 57 58 59 61 63 65 66 67 68 70 72 74
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional terutama sebagai sumber bahan pangan bagi penduduk Indonesia. Penyumbang devisa negara di sektor non migas serta merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sektor pertanian mengalami kenaikan setiap tahunnya. Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha Triwulan-1 pada tahun 2008 hingga 2011 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-1 Tahun 2008-2011 Lapangan Usaha Pertanian, 1 Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan 2 dan Penggalian Industri 3 Pengolahan Listrik, 4 Gas dan Air bersih Konstruksi 5 Perdagangan, 6 Hotel dan Restoran Pengangkutan 7 dan Komunikasi Keuangan, 8 Real Estet dan Jasa Keuangan Jasa-jasa 9
Triw1-2008 Triw1-2009 Triw1-2010 Triw1-2011 (% ) (% ) (% ) (% ) 14,5 15 ,6 16 ,0 16,7
10,9
10
11,2
12
27,9 0,8
27 0,8
25,4 0,8
26,3 1,4
8,5 14 ,0
9,6 13,3
10,0 13,9
12,2 14,8
6 ,3
6 ,4
6 ,2
7,4
7,4
7,5
7 ,2
7,9
9,7
9,8
9,3
9,8
Sumber : Badan Pusat Statistik 2012 Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan cukup besar dalam pembangunan nasional, karena sektor ini telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional melalui subsektor tanaman pangan dan hortikultura, peternakan dan perikanan. Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospek untuk dikembangkan karena memiliki nilai komersial yang tinggi dan mempunyai peran strategis dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511 tahun 2006 komoditas yang termasuk tanaman hortikultura dan menjadi binaan Direktorat Jenderal Hortikultura sangat banyak yaitu 323 jenis komoditas terdiri dari buahbuahan 60 komoditas, sayur-sayuran 80 komoditas, biofarmaka 66 komoditas dan tanaman hias 117 komoditas. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka dan tanaman hias menjadi salah satu komoditas subjek perdagangan dunia. Karena tingkat konsumsinya yang tinggi maka setiap negara berlomba-lomba untuk memproduksi komoditas tersebut baik untuk memenuhi kebutuhan domestiknya maupun untuk kegiatan
2
ekspor agar mendatangkan devisa bagi negara mereka. Pada Tabel 2 dapat dilihat sepuluh negara produsen beberapa produk hortikultura terbesar di dunia. Pada tabel tersebut, Indonesia berhasil menduduki sepuluh besar negara penghasil hortikultura terbesar di dunia. Tabel 2 Sepuluh Negara Produsen Beberapa Produk Hortikultura Terbesar di dunia Rank
Kubis
Jamur dan Pisang Cendawan Tanah
Nanas
Jambu Biji, Jahe Mangga, Manggis
1 2
Cina India
India Brazil
Brazil Thailand
India Cina
India Cina
3
Korea Selatan Jepang
Cina Amerika Serikat Belanda
Cina
Filipina
Thailand
Nepal
Polandia
Ekuador
Meksiko
Indonesia
Perancis Spanyol Italia Kanada
Filipina Indonesia Meksiko Tanzania
Costa Rica Cina India Indonesia Nigeria
Pakistan Indonesia Fiipina Brazil
Nigeria Thailand Bangladesh Jepang
Nigeria Bangladesh
Filipina Kamerun
4 5 6 7 8 9 10
Rusia Polandia Indonesia Amerika Serikat Rumania Ukraina
Inggris Jepang
Thailand Kenya Costa Mexico Rica Sumber: FAO, 2011
Volume ekspor komoditas hortikultura tahun 2008-2011, pada umumnya mengalami peningkatan dan penurunan. Namun untuk tanaman biofarmaka hampir tiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan permintaan volume ekspor dari negara tujuan mengalami peningkatan. Perkembangan volume ekspor komoditas hortikultura dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Volume Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2008-2011 Komoditas Buah-buahan 1 Sayuran 2 Tanaman 3 Hias Tanaman 4 Biofarmaka
2008 (%) 40,4 53,6
2009 (%) 62,4 33,9
2010 (%) 45,3 47,4
2011 (%) 34,3 55,0
4,1
0,9
2,2
2,0
1,9
2,8
5,1
8,7
Sumber : Pusdatin dan BPS 2012 Keragaman tanaman biofarmaka yang cukup banyak serta kecocokan karakteristik lahan dan wilayah yang luas memungkinkan bagi Indonesia untuk lebih mengembangkan komoditas biofarmaka. Hal ini dilihat dari peningkatan volume ekspor tanaman biofarmaka yang mengalami peningkatan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2008-2011. Peningkatan ini diakibatkan oleh meningkatnya
3
permintaan jumlah ekspor dari negara tujuan. Kemampuan ekspor suatu negara dapat dilihat dari kemampuan produksi dalam negeri nya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi Tanaman Biofarmaka Tahun 2008-2011 Jenis tanaman
2008 (%)
1 Jahe 2 Laos/ Lengkuas 3 Kencur 4 Kunyit 5 Lempuyang 6 Temulawak 7 Temuireng 8 Temukunci 9 Dlingo Kapulaga
41,2 10,3 10,9 26,3 1,3 4,9 1,3 0,6 0,1 3,1
2009 (%) 38,9 9,1 10,5 25,6 1,4 8,9 1,8 0,5 0,1 3,2
2010 (%) 36,9 11,9 9,2 26,5 1,8 5,6 2,1 0,7 0,2 5,1
2011 (%) 38,9 10,7 8,2 27,5 1,6 5,3 1,9 0,8 0,2 4,9
Sumber : Pusdatin, dan BPS 2012 Jahe, kunyit dan temulawak merupakan tanaman biofarmaka yang memiliki prospek untuk dikembangkan. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma, dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, dan dapat diolah menjadi asinan jahe, acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Jahe merupakan tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia. Tanaman jahe paling cocok ditanam pada tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung humus serta membutuhkan curah hujan yang relatif tinggi yaitu antara 2500-4000 milimeter per tahun (mm/ tahun). Jahe dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian 0-2000 m dpl. Oleh karena itu komoditas jahe hampir dapat tumbuh dengan baik di setiap daerah di Indonesia. Kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit adalah sebagai bahan obat tradisional, bahab baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dan lain-lain. Rimpang tanaman kunyit juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak, darah dan kolesterol serta sebagai pembersih darah. Kunyit dapat tumbuh baik di pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka. Petumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 milimeter per tahun (mm/ tahun). Kunyit tumbuh baik di dataran rendah ( mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Tanaman kunyit paling banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah. Temulawak memiliki manfaat yang hampir sama dengan jahe dan kunyit, rimpang tanaman temulawak digunakan sebagai jamu godog. Tanaman temulawak dapat tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung
4
dari teriknya sinar matahari. Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 51000 m dpl dengan ketinggian tempat optimum 750 m dpl. Ekspor jahe Indonesia dilakukan ke beberapa negara tujuan diantaranya yaitu United Arab Emirat, Argentina, Australia, Bangladesh, Belgium, Canada, Germany, Egypt, United kingdom, Japan, Malaysia, Netherlands, New Zealand, Philippines, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Singapore, East Timor, Ukraine, United States. Ekspor kunyit Indonesia dilakukan ke beberapa negara tujuan diantaranya yaitu Korea, Malaysia, East Timor. Ekspor temulawak Indonesia dilakukan ke beberapa negara tujuan diantaranya yaitu Japan, Hongkong, Korea, Taiwan, Thailand, Singapore, Philippines, Malaysia, Vietnam, India, Pakistan, Bangladesh, Iran, Saudi Arabia, Jordan, Syria Arab, United Arab Emirat, Bahrain, Australia, United States, Canada, Argentina, Netherlands, Germany, Italy. Badan Pusat Statistik (BPS) 2010. Jumlah ekspor jahe, kunyit dan temulawak Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya, tetapi untuk tanaman kunyit mengalami peningkatan tiap tahunnya, oleh karena itu perlu adanya peningkatan produksi temulawak, jahe dan kunyit untuk meningkatkan jumlah volume ekspor temulawak, jahe dan kunyit Indonesia. Tabel 5 perkembangan volume ekspor komoditas jahe, kunyit dan temulawak Indonesia pada periode 2008-2011. Tabel 5 Perkembangan Volume Ekspor Jahe, Kunyit dan Temulawak Indonesia Tahun 2008-2011 Komoditas
2008 (%)
Jahe Kunyit Temulawak
39,1 0,3 60,6
2009 (%) 76,4 0,2 23,4
2010 (%)
2011 (%)
91,3 0,6 8,1
72,6 1,0 26,4
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) 2012 Tanaman jahe, kunyit dan temulawak merupakan tanaman obat yang memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kesehatan serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan potensi pasar yang besar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, bahwa volume ekspor tanaman jahe, kunyit dan temulawak mengalami peningkatan dan penurunan tiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu permintaan volume ekspor dari negara tujuan yang fluktuatif hal ini disebabkan oleh pemintaan dari negara importir belum semuanya dapat terpenuhi mengingat poduksi jahe, kunyit dan temulawak masih terserap oleh kebutuhan dalam negeri, kualitas yang dihasilkan dianggap belum memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh negara tujuan, adanya produsen jahe, kunyit dan temulawak yang lebih besar. Namun dengan adanya beberapa faktor diatas, tidak membuat tanaman jahe, kunyit dan temulawak ini sulit untuk di dapat karena tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik hampir diseluruh wilayah Indonesia.
5
Perumusan Masalah Perkembangan ekspor jahe, kunyit dan temulawak di Indonesia secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 volume ekspor jahe sebesar 39,1%, kunyit sebasar 0,3%, temulawak sebesar 60,6% dan pada tahun 2011 volume ekspor jahe sebesar 72,6%, kunyit sebesar 1% dan temulawak sebesar 26,4%. Peningkatan volume ekspor dari tahun 2007-2011 ini disebabkan banyaknya permintaan dari negara pengimpor dan perkembangan produksi tanaman biofarmaka di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi jahe sebesar 41,2%, kunyit sebesar 26,3%, temulawak sebesar 4,9% dan pada tahun 2011 produksi jahe sebesar 38,9%, kunyit sebesar 27,5%, temulawak sebesar 5,3l%. Perkembangan volume ekspor dan perkembangan produksi tanaman biofarmaka di Indonesia khusunya jahe, kunyit dan temulawak dapat dilihat pada Tabel 4 danTabel 5. Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia khususnya jahe, kunyit dan temulawak pada umumnya sudah mencukupi kebutuhan dalam negeri. Sehingga Indonesia melakukan ekspor tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan temulawak ke beberapa negara tujuan ekspor, untuk ekspor jahe yaitu Jepang, Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, Amerika Serikat, negara tujuan ekspor kunyit yaitu Saudi Arabia, Singapura, Hongkong, Amerika Serikat, Malaysia dan negara tujuan ekspor temulawak yaitu Netherland, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Vietnam. Beberapa volume ekspor jahe, kunyit dan temulawak Indonesia ke negara tujuan ekspor mengalami penurunan, padahal produksi jahe, kunyit dan temulawak tiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa volume ekspor jahe, kunyit dan temulawak ke beberapa negara tujuan ekspormengalami penurunan. Permasalahan ini menarik untuk dianalisis faktor-faktor saja yang memengaruhi volume ekspor agar kita dapat meramalkan perdagangan hortikultura di masa yang akan datang. Ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap volume ekspor, seperti harga komoditas, nilai tukar Rupiah dan faktor lainnya. Selain faktor-faktor yang memengaruhi ekspor, untuk meramalkan ekspor jahe, kunyit dan temulawak pada periode yang akan datang perlu juga diketahui perkembangan volume jahe, kunyit seperti apa. Dari uraian tersebut, maka ada hal yang perlu mendapat perhatian yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia selama tujuh tahun yaitu tahun 2006-2012 ? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia? Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan perkembangan ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, 1. temulawak) Indonesia 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) Indonesia
6
Kegunaan Penelitian Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat berguna bagi pemerintah dan instansi terkait sebagai bahan pertimbangan dalam ekspor produk hortikultura di masa yang akan datang. Bagi pelaku pasar seperti pedagang, eksportir, importir, sebagai bahan pertimbangan keputusan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai wahana untuk belajar menulis secara sistematis.
Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian yang akan dilakukan ini, faktor-faktor yang memengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia hanya dilakukan pada 3 komoditas tanaman biofarmaka yaitu jahe, kunyit dan temulawak. Alasan komoditas tersebut yang diteliti karena komoditas tersebut merupakan komoditas yang volume ekspornya 3 besar dan secara kontinyu di ekspor ke negara tujuan ekspor. Negara-negara pengimpor komoditas tersebut dibatasi 5 negara yang mendominasi volume ekpor di Indonesia pada tahun 2006-2012. Penelitian ini hanya sebatas menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor dan perkembangan ekspornya, dan tidak meramalkan volume ekspor periode ke depan agar penelitian yang akan dilakukan lebih fokus. Jumlah penduduk tidak dimasukkan kedalam model penduga karena data perkembangan jumlah penduduk dicatat 10 tahun sekali dan tidak tersedia data bulanan. Data produksi juga tidak dimasukkan kedalam model penduga karena data bulanan tidak tersedia.
7
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Biofarmaka Jahe merupakan tanaman obat yang telah banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Sentra tanaman jahe ini tersebar di Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi), Jawa Tengah (Karanganyar, Wonogiri dan Kabupaten Semarang), Jawa Timur, Sumatera Utara (Simalungun, dan Dairi), Bengkulu (Rejang Lebong) dan Lampung (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian 2002). Ketinggian tempat untuk tanaman jahe emprit 200-800 m dpl, jahe gajah 400-800 m dpl, jahe merah 200-600 m dpl. Curah hujan 1500-3000 milimeter per tahun (mm/tahun), 7-8 basah/ tahun, tipe iklim yang optimum A dan B (SchmidtFerguson), atau tipe C jika tersedia pengairan (Litbang, Deptan, 2008). Kunyit merupakan tanaman obat yang berupa semak dan bersifat tahunan yang tersebar diseluruh daerah tropis. Tanaman kunyi dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 milimeter per tahun (mm/tahun). Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan. Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Jenis Curcuma domestica Val, C. domestica Rumph, C. longa Auct, u C. longa Linn, Amomum curcuma Murs. Ini merupakan jenis kunyit yang paling terkenal dari jenis kunyit lainnya ( Andi Amirullah, 2008). Temulawak dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dari tanah ringan agak berpasir hingga tanah berat bertekstur liat. Curah hujan 1500-4000 milimeter per tahun (mm/ tahun) atau daerah dengan tipe A, B, C menurut SchmidtFerguson. Tanaman cepat mengalami fase pertumbuhan mengering bagian daun dan batang semu, karena musim hujan yang relatif pendek dibanding di daerah tipe iklim A dan B. Toleransi suhu untuk pertumbuhan antara 190 C sampai 350 C (Direktorat Aneka Tanaman, 2000). Keunggulan Tanaman Biofarmaka Komoditas tanaman jahe memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Nilai ekonomis jahe terletak pada rimpangya yang dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan dan minuman seperti sirup, minuman penghangat, manisan, acar, bumbu dapur, penambah rasa, bahan baku obat tradisional (jamu). Ukuran rimpang jahe dapat dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu jahe berukuran besar dan jahe berukuran kecil. Warna jahe dapat dibedakan atas jahe merah dan jahe putih. Ukuran dan warna rimpang jahe dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis yaitu jahe besar, jahe kecil dan jahe merah. Rimpang jahe besar dan jahe kecil umumnya berwarna putih dan putih kekuningan. Ketiga jenis jahe tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Litbang, Deptan, 2008).
8
Kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah (Andi Amirullah, 2008). Rimpang tanaman temulawak mengandung zat kuning kurkumin, minyak atsiri, pati, protein, lemak, selulosa, dan mineral. Diantara zat-zat tersebut, yang paling banyak kegunaannya adalah pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Pati merupakan komponen terbesar dari rimpang temulawak berwarna putih kekuningan yang berasal kandungan kurkuminoid dan memiliki kadar pati tertinggi dibandingkan tanaman lain. Pati temulawak cukup mudah dicerna, sehingga cocok untuk makanan bayi atau untuk dikonsumsi orang yang baru sembuh dari sakit (Direktorat Aneka Tanaman, 2000). Kurkuminoid pada temulawak terdiri dari kurkumin dan desmetoksikurrkumin. Berbeda dengan kurkumin pada rimpang kunyit (Curcumadomestica vahl), disamping mengandung dua komponen diatas, juga mengandung bisdesmetoksikurkumin. Namun kurkuminoid rimpang temulawak lebih efektif untuk sekresi empedu dibandingkan dengan rimpang kunyit. Hal ini disebabkan aktivitas kerja bisdesmetoksikurkumin untuk sekresi empedu berlawanan dengan aktivitas kerja kurkumin dan desmetoksikurrkumin (Direktorat Aneka Tanaman, 2000). Faktor-faktor Yang Memengaruhi Volume Ekspor Komoditas Pertanian Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing. Tujuan ekspor antara lain adalah meningkatkan laba produsen dan devisa Negara, membuka pasar baru dalam negeri, dan memberikan dorongan untuk bersaing secara internasional (Badan Pusat Statistik, 2003). Novansi (2006), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor beberapa buah-buahan penting Indonesia, pada penelitian tersebut menunjukkan tidak semua peubah bebas (variabel independent) yang digunakan dalam model yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Faktor yang mempengaruhi volume ekspor pisang Indonesia ke Singapura adalah volume ekspor ke negara lain dan volume ekspor periode sebelumnya dan harga domestik. Volume ekspor manggis ke Hongkong dipengaruhi oleh faktor volume ekspor ke negara lain dan volume ekspor sebelumnya, sedangkan untuk volume ekspor mangga ke Saudi Arabia dipengaruhi oleh harga domestik dan volume ekspor ke negara lain sedangkan faktor yang mempengaruhi volume ekspor rambutan ke Uni Emirat Arab adalah volume ekspor ke negara lain. Amalia (2007), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor rumput laut Indonesia. Variabel penjelas yang digunakan yaitu harga riil ekspor, produksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan volume
9
ekspor tahun sebelumnya. Hasil uji statistik-t dari empat peubah dalam model maka diperoleh bahwa total ekspor rumput laut Indonesia yang berpengaruh nyata adalah variabel produksi, harga riil ekspor rumput laut Indonesia dan nilai tukar rupuah terhadap dollar Amerika Serikat, sedangkan volume ekspor tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata. Endy (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor terpentin Indonesia. Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu harga ekspor terpentin, harga domestik, penjualan domestik, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, produksi terpentin, luas hutan pinus, volume ekspor tahun sebelumnya dan kebijkan larangan ekspor kayu bulat yang dikeluarkan pada tahun 1985. Variabel – variabel tersebut memiliki hubungan yang positif dengan volume ekspor terpentin Indonesia sedangkan untuk variabel berupa harga ekspor terpentin, harga domestik terpentin dan luas hutan pinus memiliki hubungan yang negatif dengan volume ekspor terpentin Indonesia. Tri (2009) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor buah-buahan Indonesia ke China. Metode deskripstif tabulasi digunakan untuk melihat perkembangan dan peluang ekspor dan karakteristik negara-negera tujuan ekspor buah-buahan Indonesia, sedangkan metode kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor buah-buahan Indonesia ke China. Hasil analisis menunjukkan bahwa peluang potensi ekspor ke China untuk buah manggis dan mangga serta rambutan sangat besar di masa ynag akan datang. Penurunan ekspor terjadi pada buah jeruk dan papaya. Secara keseluruhan variabel yang berpengaruh terhadap ekspor buah-buahan Indonesia ke China selama dua belas tahun terakhir adalah harga domestik, harga ekspor dan nilai tukar rupiah. Hasil penelitian yang dilakukan Novansi (2006), Amalia (2007), Endy (2008) dan Tri (2009) tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor suatu komoditi pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan volume ekspor tahun sebelumnya. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah variabelnya yaitu mengenai harga, nilai tukar sedangkan Perbedaannya adalah komoditasnya yaitu mengenai tanaman jahe, kunyit dan temulawak Indonesia.
10
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran Menurut Lipsey (1995) Jumlah komoditi yang akan dijual oleh perusahaan disebut kuantitas yang ditawarkan untuk komoditi itu. Jumlah komoditi yang perusahaan bersedia memproduksi dan menawarkan untuk di jual dipengaruhi oleh beberapa variabel penting berikut yaitu harga komoditi itu sendiri, hargaharga masukannya, tujuan perusahaan dan tahap perkembangan teknologi. Perubahan variabel selain harga yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan akan menyebabkan pergeseran kurva penawaran (Gambar 1).
S2 P
S1 S3
P2
B
P1
A
P3
C D
Q2
Q1
Q3
Q= f (P)
Gambar 1 Pengaruh Pergeseran Kurva Penawaran Sumber : Lipsey,1995 Kurva permintaan dan kurva penawaran mula-mula D dan S1, yang berpotongan dan menghasilkan ekuilibrium pada A, dengan harga P1 dan kuantitas Q1. Meningkatnya permintaan menggeser kurva penawaran menjadi S3 menghasilkan ekuilibrium baru menjadi C. Harga turun menjadi P3 dan kuantitas naik menjadi Q3. Penurunan permintaan menggeser kurva penawaran menjadi S2 dan menghasilkan ekuilibrium baru menjadi B. Harga naik menjadi P2 dan kuantitas turun menjadi Q2. Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional menurut teori Heckscher-Ohlin bahwa negera-negara mengekspor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar
11
faktor produksi mereka yang berlimpah, dan mengimpor produk-produk yang memerlukan sejumlah besar faktor produksi mereka yang langka (Donald A Ball et al, 2001). Proses terjadinya perdagangan internasional ditinjau dari keseimbangan parsial dapat dilihat pada Gambar 2. Kurva Dx dan kurva Sx dalam panel A dan C masing-masing melambangkan kurva permintaan dan penawaran untuk komoditi X di negara 1 dan negara 2. Sumbu vertikal pada ketiga panel tersebut mengukur harga-harga relativ untuk komoditi X (Px/Py atau jumlah komoditi Y yang harus dikorbankan oleh suatu Negara dalam rangka memproduksi satu unit tambahan komoditi X), sedangkan sumbu horisontalnya mengukur kuantitas komoditi X. Px/Py Panel A Pasar di Negara 1 Untuk Komoditi X
Px/Py Panel C Pasar di Negara 2 Untuk Komoditi X
Px/Py Panel B Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X
Sx
P3
A*
P3
Sx
S
A’
Ekspor P2
B* B
E*
B’
E’
E Impor D
P1 A*
Dx
A Dx x 0
x 0
x 0
Gambar 2 Kurva Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997
Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relativ P1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan (QSx) akan sama dengan kuantitas yang diminta (QDx) oleh konsumen di negara 1, dan demikian pula halnya dengan negara 1 (jadi negara ini tidak akan mengekspor komoditi X sama sekali). Hal tersebut memunculkan titik A* pada kurva S pada panel B(yang merupakan kurva penawaran ekspor negara 1). Panel A juga memperlihatkan bahwa berdasarkan harga relatif P2, maka akan terjadi kelebihan penawaran (QSx) apabila dibandingkan dengan tingkat permintaan untuk komoditi X (QDx), dan kelebihan
12
itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan kuantitas komoditi X yang akan di ekspor oleh negara 1 pada harga relative P2. BE sama dengan B*E* dalam panel B, dan disitulah terletak titik E* yang berpoyongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari negara 1 atau S. Panel C memperlihatkan bahwa berdasrkan harga relatif P3, maka penawaran dan permintaan untuk komoditi X akan sama besarnya atau QDx = QSx (titik A’), sehingga negara 2 tidak akan mengadakan impor komoditi X sama sekali. Hal tersebut dilambangkan oleh titik A’ yang terletak pada kurva permintaan impor komoditi X negara 2 (D) yang berada di panel B. Panel C juga menunjukkan bahwa berdasarkan harga relatif P2 akan terjadi kelebihan permintaan (QDx lebih besar dari QSx) sebesar B’E’. kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditi X yang akan di impor oleh negara 2 berdasarkan harga relatif P2. Jumlah itu sama dengan B*E* pada panel B, yang menjadi kedudukan titik E*, titik ini melambangkan jumlah atau tingkat permintaan impor komoditi X dari penduduk di negara 2. Harga relatif P2, kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 (yakni B’E’ dalam panel C) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan oleh negara 1 (yaitu BE dalam panel A). hal tersebut diperlihatkan dalam perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X diperdagangkan diantara kedua negara (panel B). Dengan demikian, P2 merupakan harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Dari penel B juga dapat melihat bahwa apabila Px/Py lebih besar dari P2 maka kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan akan melebihi tingkat permintaan impor sehingga lambat laun harga komoditi X (Px/Py) akan mengalami penurunan sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Tapi apabila Px/Py lebih kecil dari P2, maka kuantitas impor komoditi X yang diminta akan melebihi kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan sehingga Px/Py pun akan meningkat dan pada akhirnya akan sama dengan P2. Kegiatan ekspor suatu komoditi yang terjadi di pasar internasional tidak terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey, 1995). Nilai mata uang ini mempengaruhi kebijakan perdagangan antara masing – masing negara pengekspor atau pengimpor. Peningkatan atau penurunan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume ekspor komoditi yang diperdagangkan. Bertambah mahalnya suatu komoditas ekspor di pasar internasional sangat ditentukan oleh nilai mata uang suatu negara. Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang di produksi di dalam negeri dan dijual di luar negeri (Mankiw, 2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dari sisi permintaan adalah : 1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri Selera konsumen dapat mempengaruhi ekspor. Jika produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan konsumen di luar negeri, maka akan membuat produk dalam negeri akan diminati di pasar luar negeri. 2. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri Pendapatan konsumen berkorelasi positif dengan konsumsi. Semakin tinggi pendapatan konsumen, maka konsumsinya terhadap barang dan jasa akan meningkat pula. Produsen akan menjual produk sebanyak-banyaknya jika pendapatan konsumen di dlam dan lua negeri tinggi.
13
Sedangkan untuk faktor- faktor yang mempengaruhi kegiatan ekspor jika dilihat dari sisi penawaran : 1. Harga barang didalam dan luar negeri Tentunya jika harga jual suatu barang lebih mahal jika dijual ke luar negeri, maka produsen akan berusaha untuk menjual produknya sebanyak mungkin ke pasar luar negeri. Sebaliknya jika harga jual suatu produk lebih mahal di pasar domestik, maka produsen tidak perlu menjual produknya ke luar negeri. 2. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing Semakin terdepresiasinya nilai mata uang dalam negeri terhadap nilai mata uang internasional yang digunakan dalam perdagangan, maka akan membuat kegiatan ekspor akan ditingkatkan. Ha tersebut disebabkan keuntungan yang berlipat yang di dapat dari perbedaan kurs yang terjadi. Biaya angkut barang antar negara 3. Untuk dapat melakukan perdagangan antar negara, biaya angkut merupakan faktor yang berpengaruh. Semakin mahalnya biaya angkut maka akan berdampak terhadap harga jual produk yang semakin tinggi pula. Jika harga produk yang dijual lebih mahal dari harga produk sejenis, maka dipastikan penjualannya akan menurun di pasar luar negeri. 4. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional Kebijakan- kebijakan pemerintah seperti larangan ekspor, pemberian tarif ekspor dan lainnya dapat menghambat kegiatan pemerintah juga dapat meningkatkan kegiatan ekspor seperti pemberian subsidi ekspor, penurunan pajak untuk kegiatan ekspor dan lain-lain. Model Ekspor Ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi domestik dengan konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan ditambah dengan stok tahun sebelumnya (Otik, 2009). Secara sistematis perhitungan ekspor suatu negara dapat ditulis sebagai berikut : Xt= Qt – Ct + STt - 1 Dimana : Xt = Volume ekspor Qt = Volume produksi tahun ke - t Ct = Volume konsumsi domestik tahun ke - t STt – 1 = Volume stok akhir tahun sebelumnya (tahun ke t -1) Komoditi ekspor akan dialokasikan untuk memenuhi permintaan masyarakat dalam negeri (konsumsi domestik) atau luar negeri (ekspor), sedangkan yang tersisa akan menjadi persediaan yang akan dijual pada tahun berikutnya. Sebagai sebuah fungsi permintaan maka ekspor suatu negara dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan negara tujuan ekspor terhadap komoditi yang dihasilkan, yaitu harga domestik tujuan ekspor (HDt), harga impor negara tujuan (HIIt), pendapatan perkapita penduduk negara tujuan ekspor (YPIt), dan selera penduduk negara tujuan ekspor (SIt). Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor permintaan yang berasal dari negara tujuan ekspor,
14
maka faktor harga domestik juga mempengaruhi permintaan ekspor suatu negara, disamping itu juga ada dua faktor di pasar internasional yang berpengaruh terhadap suatu komoditi yaitu harga pasar internasional dan nilai tukar efektif (Tri, 2009). Berdasarkan uraian diatas secara keseluruhan fungsi ekspor suatu komoditi menjadi : Xt = f (HDt, HDt-1, HIIt, YPIt, SIt, HXt, NTt, Xt-1, Dt) Dimana : Xt = Volume ekspor tahun ke - t HDt = Harga domestik tahun ke - t HDt-1 = Harga domestik negara tujuan ekspor tahun ke - t HIIt = Harga impor negara tujuan ekspor tahun ke - t YPIt = Pendapatan perkapita negara tujuan ekspor tahun ke - t SIt = Selera negara tujuan ekspor tahun ke - t HXt = Harga ekspor tahun ke - t NTt = Nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika tahun ke - t Xt-1 = Volume ekspor tahun lalu (tahun ke t -1) Dt = Variabel Dummy Volume ekspor di atas berlaku untuk komoditi pertanian secara umum. Berdasarkan teori tersebut di atas maka pada saat fungsi tersebut digunakan pada komoditi tanaman jahe pada penelitian ini ada beberapa peubah yang dikeluarkan dari fungsi ekspor karena di duga berpengaruh sangat kecil dan ada peubah yang sulit di duga karena ketidaktersediaan data yang diperlukan. Dari teori tersebut maka dirumuskan fungsi ekspor tanaman biofarmaka adalah sebagai berikut : Vt = f (HEt, NTRt, JEt, VEt-1,) Dimana : Vt = Volume ekspor HEt = Harga ekspor NTRt = Niai tukar rupiah JEt = Jarak Ekonomi VEt-1 = Volume ekspor periode sebelumnya Kerangka Pemikiran Operasional Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor tanaman biofarmaka khusunya jahe, kunyit dan temulawak. Pada penelitian yang akan dilakukan komoditi yang akan diamati adalah 3 komoditi tanaman biofarmaka yang volume ekspornya paling besar. Tanaman biofarmaka yang volume ekspornya paling besar adalah jahe, kunyit dan temulawak. Volume ekspor komoditi-komoditi tersebut secara umum mengalami peningkatan. Peningkatan volume ekspor menunjukkan peningkatan penawaran tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan temulawak di Indonesia. Negara pengimpor tanaman biofarmaka khususnya jahe, temulawak, dan kunyit Indonesia yaitu untuk tanaman jahe United Arab Emirat, Argentina, Australia, Bangladesh, Belgium, Canada, Germany, Egypt, United kingdom, Japan, Malaysia, Netherlands, New Zealand, Philippines, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Singapore, East Timor, Ukraine, United States. Tanaman temulawak yaitu Japan, Hongkong, Korea, Taiwan, Thailand, Singapore, Philippines, Malaysia,
15
Vietnam, India, Pakistan, Bangladesh, Iran, Saudi Arabia, Jordan, Syria Arab, United Arab Emirat, Bahrain, Australia, United States, Canada, Argentina, Netherlands, Germany, Italy dan tanaman kunyit yaitu Korea, Malaysia, East Timor. Volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dihadapkan pada permasalahan fluktuasi volume ekspor, fluktuasi dapat mengakibatkan risiko terhadap kelanjutan pengembangan ekspor tanaman biofarmaka ke masing-masing negara tujuan ekspor tersebut. Oleh karena itu kebutuhan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke masing-masing negara tujuan ekspornya tersebut penting. Harga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi volume ekspor komoditi suatu negara ke pasar luar negeri. Tingkat harga tanaman biofarmaka di dalam negeri (domestik) merupakan penentu dari tinggi rendahnya volume ekspor Indonesia ke luar negeri. Jika harga tersebut tinggi maka dapat berpengaruh terhadap penurunan volume ekspor dan jika harga rendah berarti meningkatnya jumlah ekspor yang berdampak pada perolehan devisa negara yang meningkat juga. Pengaruh faktor-faktor dari volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia yaitu: a. harga ekspor dimasukkan dalam model penawaran volume ekspor karena peubah atau variabel harga merupakan faktor penting dalam fungsi penawaran. Harga merupakan peubah yang sering kali dijadikan pertimbangan oleh konsumen dalam membeli suatu barang. b. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang negara pengimpor dimasukkan dalam model bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh peubah ini terhadap penawaran ekspor apabila mata uang Rupiah terapresiasi atau terdepresiasi. Diduga apabila mata uang terapresiasi maka harga komoditas ekspor akan menjadi lebih mahal, dengan ini akan dilihat apakah secara signifikan akan berpengaruh terhadap penawaran jahe, kunyit dan temulawak. c. Jarak ekonomi dimasukkan dalam model karena apabila jarak antara 2 negara lebih dekat dibanding ke negara lain maka biaya yang dikeluarkan untuk mengekspor suatu komoditi juga akan lebih kecil, sehingga komoditas ekspor ke negara yang lebih dekat harganya lebih murah daripada harga ekspor ke negara yang berjarak lebih jauh, sehingga diduga berpengaruh terhadap penawaran komoditas tersebut. d. Volume ekspor periode sebelumnya dimasukkan ke dalam model karena bertujuan untuk mengetahui seberapa berpengaruh peubah ini terhadap penawaran ekspor apabila volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningkatan. Diduga apabila volume periode sebelumnya mengalami peningkatan maka volume ekspor akan meningkat. Dengan ini akan dilihat apakah secara signifikan akan berpengaruh terhadap penawaran tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan temulawak Indonesia. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
16
Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia
Produksi Tanaman Biofarmaka Indonesia
Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia
Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia
Perkembangan Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia
Harga Ekspor Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Jarak Ekonomi Volume Ekspor Periode Sebelumnya
Regresi Double Log
Plot Data
Rekomendasi Kebijakan untuk Pemerintah
Gambar 3 Diagram Kerangka Pemikiran Operasional
17
METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2011. Data dan informasi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI IPB, Bank Indonesia, internet dan bahan bacaan yang sesuai dengan topik penelitian. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu data volume ekspor per negara tujuan ekspor per bulan komoditas tanaman biofarmaka yaitu jahe, kunyit dan temulawak. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini selain data ekspor tanaman biofarmaka yaitu data harga ekspor tanaman biofarmaka, data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, data jarak ekonomi, data volume ekspor periode sebelumnya. Data yang digunakan adalah data bulanan selama tujuh tahun terakhir yaiutu tahun 2006-2012 dan disesuaikan dengan ketersediaan data. Data mengenai volume ekpor dan harga ekspor tanaman biofarmaka diperoleh dari Badan Pusat Statistik, data volume ekspor berupa data bulanan per negara tujuan ekspor selama tujuh tahun terakhir yaitu diambil lima negara dominan dan kontinyu negara tujuan ekspor dari Indonesia. Data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan jarak ekonomi diperoleh dari mengkalikan antara jarak antar negara tujuan ekspor yang di kalikan dengan harga minyak dunia. Data harga minyak dunia diperoleh dari akses internet. Untuk lebih jelasnya jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 6 Tabel 6 Jenis dan Sumber Data No Jenis Data 1 Volume Ekspor Tanaman Biofarmaka 2 Harga Tanaman Biofarmaka 3 Jarak Antar Negara 4 Harga Minyak Dunia 5 Nilai Tukar Rupiah terhadap USD
Sumber Data Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik www.googlemap.com www.indexmundi.com Bank Indonesia
Dalam penelitian ini setiap komoditi ekspor (tiga komoditi ekpor) akan dianalisis satu persatu berdasarkan tujuan negara ekspor. Sehingga apabila setiap komoditi diambil lima negara tujuan ekspor akan terdapat 15 persamaan regresi dalam penelitian ini. Metode Penelitian dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang menggambarkan kondisi aktual yang telah diketahui melalui pengumpulan data dan kemudian menganalisis masalah yang ada berdasarkan gambaran kondisi aktual yang telah dilakukan. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dan plot
18
data untuk mengetahui perkembangan ekspor tanaman biofarmaka di Indonesia. Data yang terkumpul, akan diolah menggunakan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 , dan Statistical Product and Service Solution ( SPSS 16).
Analisis Data dan Perumusan Model Fungsi permintaan seringkali dirumuskan dengan menggunakan alat analisis regresi. Analisis regresi tidak dapat dipisahkan dalam pembahasan berbagai permasalahan ekonomi yang dirumuskan dalam persamaan matematis dimana sering disebut sebagai ekonometrika. Dalam analisis regresi salah satu metodenya adalah OLS (Ordinary Least Square). Dalam analisis data metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk dan model mampu menunjukkan berapa persen variabel tak bebas (dependent variabel) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (independent variabel) dengan nilai koefisien determinasi (R2). Kemudian variabel-variabel bebas dapat dilihat apakah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas dengan melakukan uji-t dan uji-f serta perhitungannya lebih sederhana (Hanke et al, 2003). Model dugaan ekspor untuk tanaman biofarmaka Indonesia adalah sebagai berikut : Ln VEks = b0+b1LnHargat+b2LnNTRt+b3LnJREkot+b4LnVeksst + εt Dimana : Vekst = Volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia (kg) Hargat = Harga ekspor tanaman biofarmaka Indonesia (US$)/kg NTRt = Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Rp/US$ JREkot = Jarak ekonomi dari Indonesia ke negara inportir Veksst = Volume ekspor periode sebelumnya (kg) b0 = intersep b1 = koefisien regresi (i = 1,2,3…..) εt = error Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah b1 > 0 b2 b3 b4 < 0 Pengujian Model Pengujian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biofarmaka Indonesia, terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisisen determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj), uji-f dan uji-t. Koefisien Determinasi yang Disesuaikan Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel penjelas terhadap variabel respon. Semakin besar koefisien determinasi, maka model semakin baik (Nacrhrowi dan Usman, 2002). Regresi berganda yang mempunyai variabel bebas lebih dari dua, dianjurkan penggunaan koefisisen determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj) (Santoso, 1999).
19
Uji R2 digunakan untuk mengukur keragaman variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. Koefisisen determinasi adalah proporsi variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasnya. Perhitungan untuk memperoleh nilai R2 : R2 (adj) = 1-(1-R2) (n-1) (n-k) Dimana : R2(adj) = Koefisien determinasi yang disesuaikan R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel k = Jumlah parameter Rumus tersebut menjelaskan jika k>1 maka R2 (adj) < R2, yang berarti bahwa apabila banyaknya variabel bebas ditambah, R2 (adj) dan R2 akan samasama meningkat, tetapi peningkatan R2 (adj) lebih kecil dari R2 (adj) dapat positif atau negatif, walaupun R2 selalu non negatif, jika R2 (adj) nilainya dianggap 0 (R2=0). Uji-F Uji-f digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersamasama (simultan) berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Nachrowi dan Usman,2002). Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi nilai independen adalah sebagai berikut : 1. Perumusan Hipotesis
2.
H0 : b1 = b2 = b3 = ………….= bk = 0 H1 : minimal ada satu koefisien yang ≠ 0 Perhitungan niali kritis distribusi F (F-tabel) dan F-hitung Fhitung =
3.
Dimana : e2 / (k-1) (1-e2) n k Kriteria Uji
e2 / (k-1) (1-e2) / (n-k) = Jumlah kuadrat regresi = Jumlah kuadrat sisa = Jumlah sampel = Jumlah parameter
Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka tolak H0 Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka terima H0 Kesimpulan jika tolak H0, maka secara bersama-sama variabel-variabel independen dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, demikian sebaliknya apabila menerima H0. Uji-t Uji-t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak. Uji-t digunakan untuk melihat apakah
20
variabel penjelas secara individu berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Nachrowi dan Usman, 2006). Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi adalah : 1. Perumusan Hipotesis
2.
H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 Penentuan Nilai Kritis
3.
Nilai kritis dalam pengujian hipotesis terhadap koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal dengan memperhatikan tingkat signifikan (α) dan banyaknya sampel yang digunakan. Uji Statistik Fhitung = bi derajat bebas (n-k) Se (bi) Dimana : Se (bi) = Standar deviasi untuk parameter ke-i bi = Koefisien regresi atau parameter Kriteria uji : Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka tolak H0 Fhitung > Ftabel (k-1) (n-k) maka terima H0 Kesimpulan jika tolak hipotesis H0, bearti peubah yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas, demikian sebaliknya apabila menerima H0.
Uji Autokorelasi Autokorelasi timbul ketika sederetan pengamatan dari waktu ke waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Hanke, et al, 2003). Persoalan autokorelasi sering dijumpai pada data yang memperhitungkan waktu atau time series. Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linear antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. DW = Σ (et – et-1)2 Σet2 Dimana : DW = Nilai Durbin Watson et = Resedual periode waktu ke t et-1 = Resedual periode waktu ke t-1 Menurut Hanke et al, (2003) nilai statistik hitung durbin Watson akan dibandingkan dengan batas atas (U) dan batas bawah (L). Kriterianya sebagai berikut : 1. Jika DW > U simpulkan H0 : ρ = 0, tidak terdapat autokorelasi positif 2. Jika DW < L simpulkan H0 : ρ > 0, terdapat autokorelasi positif 3. Jika DW berada diatara batas atas dan bawah (L < DW < U) pengujuan tidak dapat disimpulkan
21
Uji Multikolinearitas Koliniearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi, sedangkan multikolinieritas menunjukkan adanya lebih dari satu hubungan linier yang sempurna. Apabila terjadi kolinieritas sempurna maka koefisien regresi dari variabel X tidak dapat ditentukan (indeterminate) dan standar errornya tak terhingga (infinite). Jika kolinieritas kurang sempurna, walau koefisien regresi dari variabel X dapat ditentukan (determinate), tetapi standar errornya tinggi, yang berarti koefisien regresi tidak dapat diperkirakan dalam ketelitian yang tinggi. Dapat disimpulkan semakin kecil korelasi antara variabel bebasnya maka semakin baik model regresi yang akan diperoleh. Ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model dapat diketahui dengan melihat beberapa ciri sebagai berikut: a. Kolinearitas sering dapat diduga jika R2 cukup tinggi (antara 0,7-1) dan jika koefisien korelasi sederhana juga tinggi, tetapi tak satupun atau sedikit sekali koefisien regresi parsial yang signifikan antara individu, dipihak lain uji F menolak H0 yang mengatakan bahwa secara simultan seluruh koefisien regresi parsial nilainya nol. b. Koefisien korelasi sederhana nilainya tinggi tetapi belum tentu terjadi multikolinear, tetapi harus dilihat juga koefisien korelasi parsial. c. Kolinearitas timbul disebabkan adanya satu atau lebih variabel bebas yang berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna dengan variabel bebas lainnya, salah satu cara untuk mengetahui variabel bebas X yang mana berkorelasi dengan variabel lainnya ialah dengan membuat regresi setiap Xi terhadap sisa variabel lainnya dan menghitung R2 yang cocok dan diberi simbol Ri2.
Elastisitas dari Model Regresi Double Lag Analisis elastisitas bertujuan untuk mengetahui %tase perubahan volume ekspor tanaman biofarmaka yang ditawarkan (Y) terhadap perubahan 1% pada salah satu variabel bebas yang memengaruhinya (Xi). Perhitungan elastisitas rata-rata menurut Gujarati (2006) adalah sebagai berikut: E = (dY) (rata-rata Y) (dX) (rata-rata X) Dimana: E = elastisitas rata-rata dY = turunan pertama fungsi penawaran Yi terhadap variabel Xi dX Kriteria uji : 1. Apakah nilai elastisitas lebih besar dari 1 (E>1), dikatakan elastisitas karena perubahan satu% variabel bebas mengakibatkan perubahan variabel tak bebas sebesar lebih dari satu % 2. Apabila nilai elastisitas antara nol dan satu (0<E<1), dikatakan inelastis karena perubahan satu% pada variabel bebas menyebabkan perubahan kurang dari satu% pada variabel tak bebasnya.
22
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME EKSPOR TANAMAN BIOFARMAKA INDONESIA Tahap petama akan dilakukan interpretasi plot data dari penawaran ekspor tanaman biofarmaka (jahe, kunyit, temulawak) yang di ekspor ke negara tujuan, masing-masing 5 negara tujuan ekspor. Tahap kedua dilakukan interpretasi hasil pengolahan regresi double log untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia. Hasil dari penelitian ini merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang penulis lakukan. Hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia terangkum pada Tabel 7. Pada Tabel 7 dapat dilihat faktor yang secara nyata memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia adalah harga ekspor, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya. Untuk ekspor jahe ke Jepang faktor yang memengaruhi yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor jahe ke Malaysia faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor jahe dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor jahe ke Singapura faktor yang memengaruhi yaitu jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor jahe ke Amerika Serikat tidak ada faktor yang memengaruhi. Berdasarkan analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kunyit yaitu untuk ekspor kunyit ke Saudi Arabia faktor yang memengaruhi yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, ekspor kunyit ke Singapura faktor yang memengaruhi yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor kunyit ke Hongkong tidak ada faktor yang memengaruhi, ekspor kunyit ke Amerika Serikat faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor kunyit ke Malaysia tidak ada faktor yang memengaruhi. Ekspor temulawak ke Netherland faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor, ekspor temulawak ke Amerika Serikat faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke Jepang faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke India faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke Vietnam faktor yang memengaruhi yaitu jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya. Berdasarkan kriteria statistik faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia tersebut memang sudah sesuai atau berpengaruh secara nyata. Selanjutnya berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian ini yaitu mengenai faktor apa saja yang memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia dan bagaimana perkembangan ekspornya pada setiap komoditi dan negara tujuan ekspornya.
23
Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada tahun 2006 sebesar 2.767.648 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 1.363.935 kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 1.862.161 kg, ekspor jahe pada tahun 2009 sebesar 1.308.478 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 442.589 kg, ekspor jahe pada tahun 2011 sebesar 367.104 kg, ekspor jahe pada tahun 2012 sebesar 258.021 kg. Ekspor jahe Indonesia ke Jepang terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 2.767.648 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Jepang adalah volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata 5%, sedangkan harga jahe ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe ume Indonesia ke Jepang. Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln volume ekspor periode sebelumnya sebesar 0.395, hal ini berarti apabila volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang mengalami peningkatan maka volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang akan meningkat sebesar 0.395%. Koefisien Ln harga diperoleh nilai sebesar (0.565), hal ini berarti pada saat harga ekspor jahe mengalami peningkatan maka volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang turun sebesar 0.565%, koefisien Ln nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar (-0.209), hal ini berarti pada saat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami peningkatan maka volume ekspor jahe Indonesia ke jepang turun sebesar 0.209%, koefisien Ln jarak ekonomi sebesar (-1.167), hal ini berarti nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke Jepang turun sebesar 1.167%. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 23.7%, yang berarti keragaman Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode
24
sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Jepang yang pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.14 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal. Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya (X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai sebesar 1.752 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Jepang dapat dilihat pada Lampiran 2. Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Singapura berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada tahun 2006 sebesar 789.911 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 1.664.678 kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 2.338.898 kg, ekspor jahe pada tahun 2009 sebesar 1.753.975 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 307.854 kg, ekspor jahe pada tahun 2011 sebesar 202.755 kg, ekspor jahe pada tahun 2012 sebesar 344.501 kg. Ekspor jahe Indonesia ke Singapura terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 2.338.898 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Singapura tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Singapura adalah jarak ekonomi , nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan
25
volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata 5%, sedangkan harga jahe ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe Indonesia ke Singapura. Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln jarak ekonomi sebesar 1.559, hal ini berarti apabila nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke Singapura mengalami peningkatan sebesar 1.559%. Koefisien Ln nilai tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika sebesar sebesar 7.717, hal ini berarti pada saat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami peningkatan maka volume ekspor jahe Indonesia ke singapura mengalami peningktan sebesar 7.717%. Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya sebesar 0.546, hal ini bearti bahwa volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningktan maka volume ekspor jahe indonesia ke Singapura meningkat sebesar 0.546%. Koefisien Ln harga sebesar 0.655, hal ini berarti bahwa harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke Singapura mengalami peningkatan sebesar 0.655%. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 55.8%, yang berarti keragaman Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Singapura yang pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.96 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal. Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya (X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai sebesar 0.603 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke singapura dapat dilihat pada Lampiran 3. Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada tahun 2006 sebesar 144.236 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 1.602.286 kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 3.660.006 kg, ekspor jahe pada tahun 2009 sebesar 1.670.388 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 647.041 kg, ekspor jahe pada tahun 2011 sebesar 77.485 kg, ekspor jahe pada tahun 2012 sebesar 159.872 kg. Ekspor jahe Indonesia ke Malaysia terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 3.660.006 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Gambar 6.
26
Gambar 6 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Malaysia adalah harga ekspor jahe dan volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata 5%, sedangkan jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe Indonesia ke Malaysia. Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln harga sebesar 1.627, hal ini berarti apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia meningkat sebesar 1.627%. Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya sebesar 0.260, hal ini berarti bahwa volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningkatan satu kilogram maka volume ekspor jahe Indonesia ke malaysia mengalami peningkatan sebesar 0.260%. Koefisien Ln jarak ekonomi sebesar 1.206 hal ini berarti bahwa setiap nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia meningkat sebesar 1.206%. Koefisien nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar 5.456 maka setiap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka akan mengakibatkan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia meningkat sebesar 5.456%. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 41.4%, yang berarti keragaman Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Malaysia yang pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.27 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal. Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya (X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
27
masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai sebesar 0.639 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Lampiran 4. Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada tahun 2006 sebesar 299.918 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 327.865 kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 342.755 kg, ekspor jahe pada tahun 2009 sebesar 326.017 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 94.632 kg, ekspor jahe pada tahun 2011 sebesar 193.621 kg, ekspor jahe pada tahun 2012 sebesar 344.501 kg. Ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 342.755 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia adalah harga ekspor jahe, jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata 5%, sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia. Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln harga sebesar (-0.586), hal ini berarti apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia turun sebesar 0.586%.
28
Koefisien Ln jarak ekonomi sebesar 0.918, hal ini berarti bahwa setiap nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia meningkat sebesar 0.918%. Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya sebesar 0.500, hal ini berarti bahwa volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningkatan satu kilogram maka volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia mengalami peningkatan sebesar 0.500%. Koefisien nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar 2.820 maka setiap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka akan mengakibatkan volume ekspor jahe Indonesia ke Malaysia meningkat sebesar 2.820%. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 39.5%, yang berarti keragaman Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia yang pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.16 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal. Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya (X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai sebesar 0.907 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia dapat dilihat pada Lampiran 5. Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat Urutan volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor jahe pada tahun 2006 sebesar 252.011 kg, ekspor jahe pada tahun 2007 sebesar 492.927 kg, ekspor jahe pada tahun 2008 sebesar 325.732 kg, ekspor jahe pada tahun 2009 sebesar 666.535 kg, ekspor jahe pada tahun 2010 sebesar 208.035 kg, sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika serikat. Ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 666.535 kg. Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Gambar 8.
29
Gambar 8 Grafik perkembangan volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat adalah harga ekspor jahe, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya pada taraf nyata 5%, Pada persamaan regresi diperoleh koefisien (slope) Ln harga sebesar (-0.917), hal ini berarti apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat turun sebesar 0.917%. Koefisien Ln jarak ekonomi sebesar 0.753, hal ini berarti bahwa setiap nilai jarak ekonomi naik sebesar 1% maka volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat meningkat sebesar 0.753%. Koefisien nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar 3.020 maka setiap nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami peningkatan sebesar satu dollar maka akan mengakibatkan volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat meningkat sebesar 3.020%. Koefisien Ln volume ekspor periode sebelumnya sebesar 0.165, hal ini berarti bahwa volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningkatan satu kilogram maka volume ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat mengalami peningkatan sebesar 0.165%. Dari pengolahan data diperoleh nilai R-square sebesar 80%, yang berarti keragaman Ln volume ekspor (Y) mampu dijelaskan oleh Ln volume ekspor periode sebelumnya, Ln harga, Ln jarak ekonomi dan Ln nilai tukar rupiah, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Evaluasi model regresi ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat yang pertama adalah uji normalitas, dari hasil uji kenormalan diperoleh P-value sebesar 0.16 lebih besar dari taraf nyata 5%, yang berarti residual terdestribusi normal. Masalah multikolinearitas dapat dilihat pada nilai VIF setiap variable bebasnya (X), hasil perhitungan VIF menunjukkan tidak ada satu peubah X pun yang memiliki nilai VIF lebih dari dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya
30
masalah autokolerasi antara variable bebas dalam model dapat dilakukan dengan melakukan uji Durbin-Watson, dari hasil uji Durbin-Watson diperoleh nilai sebesar 1.128 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah autokorelasi dalam model. Output analisis regresi ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Lampiran 6. Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit pada tahun 2006 sebesar 164.509 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 123.962 kg, ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 2.777 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009 sebesar 121.920 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 54.843 kg, sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia. Ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 164.509 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Grafik perkembangan ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia adalah nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sedangkan harga ekspor , jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai Pvalue dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,001dimana
31
lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 31,4%, yang berarti 31,4% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia dapat dijelaskan oleh variasi veriabel bebas dalam model sedangkan 68,6% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,565 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung milai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada model ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia. Output analisis regresi ekspor kunyit Indonesia ke saudi Arabia dapat dilihat pada Lampiran 8. Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit pada tahun 2006 sebesar 37.230 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 54.974 kg, ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 140.699 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009 sebesar 150.529 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 62.284 kg, sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura. Ekspor kunyit Indonesia ke Singapura terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 150.529 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura tahun 2006-2012
32
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Singapura adalah volume ekspor periode sebelumnya sedangkan harga ekspor , jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Singapura. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 46,6%, yang berarti 46,6% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 53,4% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,136 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada model ekspor kunyit Indonesia ke Singapura. Output analisis regresi ekspor kunyit Indonesia ke Singapura dapat dilihat pada Lampiran 9. Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit pada tahun 2006 sebesar 22.908 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 18.689 kg, ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 21.082 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009 sebesar 32.426 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 10.875 kg, sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong. Ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 32.426 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong dapat dilihat pada Gambar 11.
33
Gambar 11 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong Harga ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,048 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 20,9%, yang berarti 20,9% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 79,1% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,053 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada model ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong. Output analisis regresi ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong dapat dilihat pada Lampiran 10. Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika Serikat Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit
34
pada tahun 2006 sebesar 372.613 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 219.345 kg, ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 375.943 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009 sebesar 473.676 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 199.183 kg, sedangkan pada tahun 2011 dan tahun 2012 tidak ada jumlah volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 473.676 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika Serikat Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya sedangkan jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 76,9%, yang berarti 76,9% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 23,1% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,246 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada
35
taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak tertadi masalah multikolinearitas pada model ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Output analisis regresi ekspor kunyit Indonesia ke Amerika serikat dapat dilihat pada Lampiran 10. Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia Urutan volume ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor kunyit pada tahun 2006 sebesar 30.261 kg, ekspor kunyit pada tahun 2007 sebesar 24.225 kg, ekspor kunyit pada tahun 2008 sebesar 248.287 kg, ekspor kunyit pada tahun 2009 sebesar 345.922 kg, ekspor kunyit pada tahun 2010 sebesar 229.272 kg, ekspor kunyit pada tahun 2011 sebesar 35.086 kg, ekspor kunyit pada tahun 2012 sebesar 230.980 kg. Ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 345.922 kg. Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Gamabar 13.
Gambar 13 Grafik perkembangan volume ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia tahun 2006-20012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia adalah jarak ekonomi dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sedangkan harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap ekspor kunyit Indonesia ke malaysia. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,058 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5 persen atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu
36
menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 12,2%, yang berarti 12,2% perubahan volume ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 87,8% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperolh P-value sebesar 0,119 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia. Output analisis regresi ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Lampiran 11.
Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor temulawak pada tahun 2006 sebesar 53.776 kg, ekspor temulawak pada tahun 2007 sebesar 204.917 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 109.220 kg, ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 641.416 kg, ekspor temulawak pada tahun 2010 sebesar 103.266 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 50.338 kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar 10.728 kg. Ekspor temulawak Indonesia ke Netherland terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 641.416 kg. Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland tahun 2006-2012
37
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke netherland adalah harga ekspor dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika sedangkan jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke netherland. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 25,5%, yang berarti 25,5% perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 74,5% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,347 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model ekspor temulawak Indonesia ke Netherland. Output analisis regresi ekspor temulawak Indonesia ke Netherland dapat dilihat pada Lampiran 13. Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika Serikat Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor temulawak pada tahun 2006 sebesar 372.613 kg, ekspor temulawak pada tahun 2007 sebesar 219.345 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 375.943 kg, ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 473.676 kg, ekspor temulawak pada tahun 2010 sebesar 199.183 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 249.797 kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar 97.558 kg. Ekspor temulawak Indonesia ke Amerika serikat terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 473.676 kg. Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat dapat dilihat pada Gambar 15.
38
Gambar 15 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika Serikat Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan jarak ekonomi tidak berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi doublelog dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang bearti model signifikan pada taraf 5 persen atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 60,3%, yang berarti 60,3% perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 39,7% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,389 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,05, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat. Output analisis regresi ekspor temulawak Indonesia ke Amerika serikat dapat dilihat pada Lampiran 14.
39
Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor temulawak pada tahun 2006 sebesar 178.101 kg, ekspor temulawak pada tahun 2007 sebesar 236.936 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 168.233 kg, ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 144.420 kg, ekspor temulawak pada tahun 2010 sebesar 29.583 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 16.059 kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar 9.346 kg. Ekspor temulawak Indonesia ke Jepang terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 236.936 kg. Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Jepang adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan jarak ekonomi tidak berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Jepang. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti model signifikan pada taraf 5% atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 70,3%, yang berarti 70,3% perubahanan volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 29,7% dijelaskan oleh faktor lain.
40
Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,018 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,01, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model ekspor temulawak Indonesia ke Jepang. Output analisis regresi ekspor temulawak Indonesia ke Jepang dapat dilihat pada Lampiran 15. Ekspor Temulawak Indonesia ke India Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke India berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor temulawak pada tahun 2006 sebesar 2.030.181 kg, ekspor temulawak pada tahun 2007 sebesar 914.660 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 1.214.759 kg, ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 3.037.605 kg, ekspor temulawak pada tahun 2010 sebesar 2.565.243 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 1.269.517 kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar 445.255 kg. Ekspor temulawak Indonesia ke India terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 2.565.243 kg. Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke India dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke India tahun 2006-2012 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke India Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke India adalah harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan jarak ekonomi tidak berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke India. Hal ini dapat diketahui dari hasil
41
pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai P-value dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5 persen. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti model signifikan pada taraf 5 persen atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke India. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 42,8%, yang berarti 42,8% perubahanan volume ekspor temulawak Indonesia ke India dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 57,2% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,477 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,01, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model ekspor temulawak Indonesia ke India. Output analisis regresi ekspor temulawak Indonesia ke india dapat dilihat pada Lampiran 16. Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam Urutan volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam berdasarkan urutan ekspor tahunan selama tahun 2006 sampai tahun 2012 adalah ekspor temulawak pada tahun 2006 sebesar 2.114.899 kg, ekspor temulawak pada tahun 2007 sebesar 1.736.480 kg, ekspor temulawak pada tahun 2008 sebesar 370.159 kg, ekspor temlawak pada tahun 2009 sebesar 821.313 kg, ekspor temulawak pada tahun 2010 sebesar 317.453 kg, ekspor temulawak pada tahun 2011 sebesar 75.769 kg, ekspor temulawak pada tahun 2012 sebesar kg. Ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam terbesar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 2.114.899 kg. Grafik perkembangan volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Grafik perkembangan temulawak Indonesia ke Vietnam tahun 20062012
42
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam adalah jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya sedangkan harga ekspor tidak berpengaruh terhadap ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam. Hal ini dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan menggunakan regresi double-log dimana nilai Pvalue dari variabel tersebut lebih besar dari alpha 0,05 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji model atau uji F diperoleh nilai P-value sebesar sebesar 0,002 dimana lebih kecil dari alpha 0,05 yang berarti model signifikan pada taraf 5 persen atau secara bersama-sama semua variabel bebas dalam model mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam. Hasil dugaan model regresi diperoleh koefisien determinasi sebesar 20,9%, yang berarti 20,9% perubahanan volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas dalam model sedangkan 79,1% dijelaskan oleh faktor lain. Untuk uji kenormalan dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dari pengujian tersebut diperoleh P-value sebesar 0,308 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0,01, dimana dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat terjadinya masalah mutilkolinearitas pada model dengan cara menghitung nilai VIF, dari hasil perhitungan nilai VIF semua variabel bebas diperoleh nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam. Output analisis regresi ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam dapat dilihat pada Lampiran 17. Tabel 7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tanaman Biofarmaka Indonesia No
Komoditi Ekspor
1
Jahe
Negara Ekspor Jepang
Tujuan Faktor-faktor yang mempengaruhi
Malaysia
Singapura
Saudi Arabia
Amerika Serikat
a.
Volume ekspor periode sebelumnya a. Harga ekspor jahe b. Volume ekspor periode sebelumnya a. Jarak ekonomi b. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika c. Volume ekspor periode sebelumnya a. Harga ekspor jahe b. Jarak ekonomi c. Volume ekspor periode sebelumnya Tidak ada faktor yang signifikan
43
No
Komoditas
2
Kunyit
3
Temulawak
Negara Tujuan Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Saudi Arabia a. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Singapura a. Volume ekspor periode sebelumnya Hongkong Tidak ada faktor yang signifikan Amerika Serikat a. Harga ekspor kunyit b. Volume ekspor periode sebelumnya Malaysia Tidak ada faktor yang signifikan Netherland Amerika Serikat
Jepang
India
Vietnam
a. a. b. a. b. a. b. a. b.
Harga ekspor temulawak Harga ekspor temulawak Volume ekspor sebelumnya Harga ekspor temulawak Volume ekspor sebelumnya Harga ekspor temulawak Volume ekspor sebelumnya Jarak ekonomi Volume ekspor sebelumnya
periode
periode
periode
periode
Secara umum harga tanaman biofarmaka ekspor sangat berpengaruh terhadap harga-harga tanaman biofarmaka Indonesia yang di jual untuk di dalam negeri. Dimana harga tanaman biofarmaka ekspor memiliki harga yang tinggi, hal ini disebabkan karena ada kriteria khusus untuk produk tanaman biofarmaka yang di ekspor, sehingga apabila volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia terus di tingkatkan maka pendapatan negara akan mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor tanaman biofarmaka Indonesia maka untuk ekspor jahe ke negara Jepang faktor yang memengaruhi yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor jahe ke negara Malaysia faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume periode sebelumnya, ekspor jahe ke negara Singapura faktor yang memengaruhi yaitu jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, volume ekspor periode sebelumnya, ekspor jahe ke negara Amerika Serikat tidak ada faktor yang memengaruhi. Ekspor kunyit ke negara Saudi Arabia faktor yang memengaruhi yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, ekspor kunyit ke negara Singapura faktor yang memengaruhi yaitu volume ekspor periode sebelumnya, ekspor kunyit ke negara Hongkong tidak ada faktor yang memengaruhi, ekspor kunyit ke negara Amerika Serikat faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor kunyit ke negara Malaysia tidak ada faktor yang memengaruhi. Ekspor temulawak ke negara Netherland faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor, ekspor temulawak ke negara Amerika Serikat faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke negara jepang faktor yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke negara India faktor
44
yang memengaruhi yaitu harga ekspor dan volume ekspor periode sebelumnya, ekspor temulawak ke negara Vietnam yaitu volume ekspor periode sebelumnya. Volume ekspor periode sebelumnya merupakan salah satu faktor yang mempengaruh ekspor tanaman biofarmaka, dimana hampir seluruh negara tujuan ekspor untuk tanaman biofarmaka Indonesia. Salah satunya terhadap ekspor jahe Indonesia ke negara Jepang dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya mengalami peningkatan maka ekspor jahe Indonesia ke Jepang akan meningkat. Harga ekspor jahe Indonesia dan volume ekspor periode sebelumnya sangat berpengaruh terhadap ekspor jahe Indonesia ke Malaysia, dimana apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor jahe akan mengalami peningkatan, begitu juga dengan volume ekspor periode sebelumnya berpengaruh terhadap ekspor jahe ke Malaysia, dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor akan mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jahe Indonesia ke Singapura diantaranya yaitu jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya. Dimana apabila jarak ekonomi naik sebesar satu persen maka volume ekspor jahe ke Singapura akan meningkat, begitu juga dengan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penigkatan maka volume ekspor jahe ke Singapura akan meningkat, dan juga volume ekspor periode sebelumnya berpengaruh terhadap ekspor jahe ke Singapura, dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor akan mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia diantaranya yaitu harga ekspor, jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor jahe mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor jahe Indonesia ke Saudi Arabia akan mengalami peningkatan, apabila jarak ekonomi naik sebesar satu persen maka volume ekspor jahe ke Saudi Arabia akan meningkat, dan juga volume ekspor periode sebelumnya berpengaruh terhadap ekspor jahe ke Saudi Arabia, dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor akan mengalami peningkatan. Sedangkan ekspor jahe Indonesia ke Amerika Serikat tidak ada faktor-faktor yang berpengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kunyit Indonesia ke Saudi Arabia yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Apabila nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penigkatan maka volume ekspor jahe ke Saudi Arabia akan meningkat. Sedangkan untuk ekspor kunyit Indonesia ke Singapura fakto-faktor yang mempengaruhi yaitu volume ekpor periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor kunyit Indonesia ke Singapura akan mengalami peningkatan. Sedangkan untuk ekspor kunyit Indonesia ke Hongkong tidak ada faktorfaktor yang mempengaruhi. Untuk ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu harga ekspor kunyit dan volume ekpor periode sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor kunyit mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat akan mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor kunyit Indonesia ke Amerika Serikat akan
45
mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kunyit Indonesia ke Malaysia tidak ada faktor yang signifikan. Temulawak Indonesia di ekspor ke negara Netherland, Amerika Serikat, Jepang, India dan Vietnam. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke Netherland yaitu harga ekspor temulawak dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland akan mengalami peningkatan, dan juga apabila nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami penigkatan maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Netherland akan meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat diantaranya yaitu harga ekspor temulawak dan volume ekspor periode sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat akan mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Amerika Serikat akan mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke Jepang diantaranya yaitu harga ekspor temulawak dan volume ekspor periode sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang akan mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Jepang akan mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke India diantaranya yaitu harga ekspor temulawak dan volume ekspor periode sebelumnya. Dimana apabila harga ekspor temulawak mengalami peningkatan sebesar satu Dollar maka volume ekspor temulawak Indonesia ke India akan mengalami peningkatan, sedangkan untuk volume ekpor periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor temulawak Indonesia ke India akan mengalami peningkatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam diantaranya yaitu jarak ekonomi dan volume ekspor periode sebelumnya. Apabila jarak ekonomi naik sebesar satu persen maka volume ekspor jahe ke Vietnam akan meningkat dan juga volume ekpor periode sebelumnya dimana apabila volume ekspor periode sebelumnya meningkat maka volume ekspor temulawak Indonesia ke Vietnam akan mengalami peningkatan.
46
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perkembangan ekspor tanaman biofarmaka Indonesia ke negara-negara importir selama tujuh tahun terakhir cenderung meningkat. Negara pengimpor tanaman biofarmaka Indonesia di dominasi oleh Malaysia, Singapura, Jepang, Saudi Arabia, Amerika Serikat. Jepang merupakan negara pengimpor jahe dengan volume paling besar dari Indonesia, sedangkan Amerika Serikat merupakan negara pengimpor kunyit dengan volume paling besar dari Indonesia sedangkan India merupakan negara pengimpor temulawak dengan volume paling besar dari Indonesia. Secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor tanaman biofarmaka Indonesia adalah harga ekspor tanaman biofarmaka, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan volume ekspor periode sebelumnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor tanaman biofarmaka Indonesia secara keseluruhan adalah harga ekspor, jarak ekonomi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan volume ekspor periode sebelumnya.
Saran Tanaman biofarmaka yaitu jahe, kunyit dan temulawak masih menunjukkan persaingan terhadap jahe, kunyit dan temulawak impor terutama dari negara India, Arab Saudi, Singapura, Malaysia, Amerika Serikat, Vietnam, Jepang, Hongkong. Jika tanaman biofarmaka Indonesia tidak menerapkan standar mutu untuk ekspor maka dikhawatirkan Indonesia akan terus mengimpor jahe, kunyit dan temulawak dari negara-negara importir. Kebijakan ekspor jahe, kunyit dan temulawak yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kontinuitas produksi dalam negeri, pengembangan lahan dan varietas unggul serta pengelolaan secara intensif lahan jahe, kunyit dan temulawak yang telah ada. Eksportir sebaiknya memanfaatkan hasil riset dari Departemen Pertanian mengenai perkembangan varietas jahe, kunyit dan temulawak, teknik penanganan pasca panen dan pengemasan untuk mempertahankan kualitas jahe, kunyit dan temulawak. Para petani atau produsen tanaman biofarmaka khususnya jahe, kunyit dan temulawak dalam negeri hendaknya bisa menerapkan teknologi pertanian yang mutakhir. Dengan menerapkan teknologi pertanian diharapkan petani juga mampu memproduksi tanaman biofarmaka khusunya jahe, kunyit dan temulawak yang dapat memenuhi pasar setiap saat dan juga pasar ekspor. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan spesifik dengan memasukkan faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap ekspor tanaman biofarmaka Indonesia.
47
DAFTAR PUSTAKA Amalia. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Amirullah, A. 2008. Syuran 60 jenis, tanaman biofarmaka 66 jenis, tanaman hias 117jenis. Penerbit : Graha Ilmu. Yogyakarta Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Indikator Ekonomi. 2003 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Program Utama Badan LitbangPertanian.http//www.litbang.deptan.go.id/peneliti/?=&U=263&b= k.[2 Februari 2012] Ball DA, Wendell. 2001. Bisnis Internasional. Jakarta : Salemba Empat. Departemen Pertanian RI. Berita Standarisasi Mutu dan Keamanan Pangan, Pusat Standarisasi dan Akreditasi, Departemen Pertanian RI. Buletin Info Mutu. Edisi September 2002. Jakarta Direktorat Tanaman Sayuran dan Tanaman Hias, Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Departemen Pertanian RI. Jakarta. 2000 Gujarati, N.D. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi Ketiga Jilid 1. A. Mulyadi, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Henke. E, Wichern. W, Reitsch. G. 2003. Peramalan Bisnis. Edisi ke Tujuh. Penebit Prenhallindo. Jakarta. Lipsey et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid 1. A. Jaka Wasana, Kirbrandoko, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Mankiw, G. 2003. Teori Makroekonomi. Jilid 1. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta Margono, O. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Rambutan Indonesia. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nachrowi, ND dan Usman, H. 2002. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Nazaruddin, 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta Novansi, E. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Beberapa Buah-Buahan Penting Indonesia. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Jilid 1. Edisi Kelima Erlangga Jakarta. Santoso, S. 1999. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Elexmedia Komputindo. Jakarta Santoso, E. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Terpentin Indonesia. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tri, AW. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Buah-buahan Indonesia ke Cina. [Skripsi]. Bogor.: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
48
Lampiran 1. Total Volume Ekspor Jahe Berdasarkan Lima Negara Terbesar 2006–2012 Tahun
Volume Ekspor Per Negara (kg) Singapura Malaysia Saudi Arabia Amerika Serikat
Jepang 2006
2,767,648
789.911
144,236
299,918
252,011
2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
1,363,935 1,862,161 1,308,478 442,589 367,104 258,021 1,195,705
1,664,678 2,338,898 1,753,975 307,854 202,755 344,501 944,666
1,602,286 3,660,006 1,670,388 647,041 77,485 159,872 1,137,331
327,865 342,755 326,017 94,632 193,621 344,501 275,616
492,927 325,732 666,535 208,035
389,048
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013) Lampiran 2. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Persamaan regresi : LnVekspor = 23,448 – 0,565 LnHarga – 1,167 LnJRKEko – 0,209 LnNTR + 0,.395 LnVeps
b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.487
R Square a
Adjusted R Square
.237
.196
Estimate
Durbin-Watson
1.31756
1.752
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR1, LnHarga1, LnJREko1 b. Dependent Variable: LnVekspor1 b
ANOVA
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
40.391
4
10.098
Residual
130.198
75
1.736
Total
170.589
79
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR1, LnHarga1, LnJREko1 b. Dependent Variable: LnVekspor1
Coefficients
a
F
Sig.
5.817
.000
a
49
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
23.448
31.061
LnHarga1
-.565
.452
LnJREko1
-1.167
LnNTR1 LnVeps
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
.755
.453
-.130
-1.250
.215
.947
1.056
.734
-.216
-1.590
.116
.554
1.806
-.209
2.615
-.010
-.080
.936
.617
1.620
.395
.120
.362
3.295
.002
.845
1.184
a. Dependent Variable: LnVekspor1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
80 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 1.28377431
Absolute
.136
Positive
.075
Negative
-.136
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
Lampiran 3. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Singapura
1.214 .105
50
Persamaan regresi : LnVekspor = - 86.471 + 0,655 LnHarga + 1,559 LnJRKEko + 7.717 LnNTR + 0,546LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.747
R Square a
Adjusted R Square
.558
Estimate
.535
Durbin-Watson
.78933
.603
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR2, LnHarga2, LnJREko2 b. Dependent Variable: LnVekspor2 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
62.106
4
15.527
Residual
49.221
79
.623
Total
111.327
83
F
Sig.
24.920
.000
a
a. Predictors: (Constant), LnVeps, LnNTR2, LnHarga2, LnJREko2 b. Dependent Variable: LnVekspor2
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
1 (Constant)
-86.471
23.878
LnHarga2
.655
.334
LnJREko2
1.559
LnNTR2 LnVeps
Beta
T
Sig.
Tolerance
VIF
-3.621
.001
.240
1.964
.053
.375
2.664
.585
.362
2.666
.009
.303
3.296
7.717
1.966
.471
3.925
.000
.389
2.571
.546
.082
.574
6.625
.000
.747
1.339
a. Dependent Variable: LnVekspor2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
51
Unstandardized Residual N
84
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
a.
.77007943
Absolute
.104
Positive
.074
Negative
-.104
Kolmogorov-Smirnov Z
.958
Asymp. Sig. (2-tailed)
.318
Test distribution is normal
Lampiran 4. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Malaysia Persamaan regresi : LnVekspor = - 57,929 + 1,627 LnHarga + 1,206 LnJRKEko + 5,456 LnNTR + 0,260 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.643
R Square a
Adjusted R Square
.414
.383
Estimate 1.33235
a. Predictors: (Constant), LnVeps3, LnNTR3, LnJREko3, LnHarga3 b. Dependent Variable: LnVekspor3
b
ANOVA
Durbin-Watson .369
52
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
96.518
4
24.130
Residual
136.688
77
1.775
Total
233.206
81
F
Sig.
13.593
.000
a
a. Predictors: (Constant), LnVeps3, LnNTR3, LnJREko3, LnHarga3 b. Dependent Variable: LnVekspor3
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1(Constant)
-57.929
26.413
LnHarga3
1.627
.434
LnJREko3
1.206
LnNTR3 LnVeps3
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-2.193
.031
.396
3.750
.000
.684
1.462
.636
.192
1.895
.062
.745
1.342
5.456
2.589
.227
2.107
.038
.653
1.531
.260
.087
.295
2.985
.004
.781
1.281
a. Dependent Variable: LnVekspor3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
82 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
.0000000 1.29903929
Absolute
.110
Positive
.091
Negative
-.110 1.001 .269
53
Lampiran 5. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Saudi Arabia Persamaan regresi : LnVekspor = - 32,068 – 0,586 LnHarga + 0,918 LnJRKEko + 2,820 LnNTR + 0,500 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.628
R Square a
Adjusted R Square
.395
.364
Estimate
Durbin-Watson
.59908
.907
a. Predictors: (Constant), LnVeps4, LnJREko4, LnHarga4, LnNTR4 b. Dependent Variable: LnVekspor4 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
18.246
4
4.561
Residual
27.994
78
.359
Total
46.239
82
a. Predictors: (Constant), LnVeps4, LnJREko4, LnHarga4, LnNTR4 b. Dependent Variable: LnVekspor4
F 12.710
Sig. .000
a
54
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
-32.068
13.195
LnHarga4
-.586
.158
LnJREko4
.918
LnNTR4 LnVeps4
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-2.430
.017
-.339
-3.706
.000
.926
1.080
.299
.330
3.069
.003
.672
1.488
2.820
1.174
.266
2.402
.019
.631
1.584
.500
.088
.519
5.680
.000
.930
1.075
a. Dependent Variable: LnVekspor4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
83 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
.0000000 .58428439
Absolute
.156
Positive
.099
Negative
-.156 1.421 .035
55
Lampiran 6. Output analisis Regresi Ekspor Jahe Indonesia ke Amerika Serikat Persamaan regresi : LnVekspor = - 29,437 – 0,917LnHarga + 0,753 LnJRKEko + 3,020LnNTR + 0,165 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.283
R Square a
Adjusted R Square
.080
Estimate
.012
Durbin-Watson
1.88839
1.128
a. Predictors: (Constant), LnVeps5, LnNTR5, LnHarga5, LnJREko5 b. Dependent Variable: LnVekspor5 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
16.752
4
4.188
Residual
192.565
54
3.566
Total
209.317
58
F
Sig.
1.174
.332
a
a. Predictors: (Constant), LnVeps5, LnNTR5, LnHarga5, LnJREko5 b. Dependent Variable: LnVekspor5
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
1(Constant)
-29.437
52.302
LnHarga5
-.917
.729
LnJREko5
.753
LnNTR5 LnVeps5
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.563
.576
-.184
-1.258
.214
.796
1.257
1.367
.100
.551
.584
.513
1.949
3.020
4.205
.122
.718
.476
.593
1.687
.165
.169
.140
.977
.333
.825
1.213
a. Dependent Variable: LnVekspor5
56
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
59
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.82211090
Absolute
.147
Positive
.124
Negative
-.147
Kolmogorov-Smirnov Z
1.130
Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
.156
Test distribution is normal
Lampiran 7. Total Volume Ekspor Kunyit Berdasarkan Lima Negara Terbesar 2006 – 2012 Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
Saudi Arabia 164,509 123,962 2,777 121,920 54,843
93,602
Volume Ekspor Per Negara (kg) Hongkong Amerika Serikat 37,230 22,908 372,613 54,974 18,689 219,345 140,699 21,082 375,943 150,529 32,426 473,676 62,284 10,875 199,183
Singapura
89,143
21,196
328,152
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Malaysia 30,261 24,225 248,287 345,922 229,272 35,086 230,980 163,433
57
Lampiran 8. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Saudi Arabia Persamaan regresi : LnVekspor = 138,696 + 0,785 LnHarga - 2,868 LnJRKEko 10,049 LnNTR – 0,183 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.561
R Square a
Adjusted R Square
.314
Estimate
.257
Durbin-Watson
1.06755
.903
a. Predictors: (Constant), LnVeps6, LnNTR6, LnHarga6, LnJREko6 b. Dependent Variable: LnVekspor6 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
25.068
4
6.267
Residual
54.704
48
1.140
Total
79.772
52
F
Sig.
5.499
.001
a
a. Predictors: (Constant), LnVeps6, LnNTR6, LnHarga6, LnJREko6 b. Dependent Variable: LnVekspor6
Coefficients
Model
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
1(Constant)
138.696
33.665
LnHarga6
.785
.507
LnJREko6
-2.868
LnNTR6 LnVeps6
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
4.120
.000
.196
1.548
.128
.890
1.123
1.118
-.471
-2.564
.014
.423
2.367
-10.049
2.430
-.650
-4.135
.000
.579
1.727
-.183
.120
-.228
-1.529
.133
.640
1.562
a. Dependent Variable: LnVekspor6
58
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
53
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
a.
1.02567108
Absolute
.108
Positive
.045
Negative
-.108
Kolmogorov-Smirnov Z
.787
Asymp. Sig. (2-tailed)
.565
Test distributional is normal
Lampiran 8. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Singapura Persamaan regresi : LnVekspor = - 33,772 – 0,262 LnHarga + 0,452 LnJRKEko + 3,648 LnNTR + 0,467 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.683
R Square a
Adjusted R Square
.466
.424
Estimate .74296
a. Predictors: (Constant), LnVeps7, LnHarga7, LnJREko7, LnNTR7 b. Dependent Variable: LnVekspor7
Durbin-Watson .985
59
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
24.547
4
6.137
Residual
28.151
51
.552
Total
52.699
55
F
Sig.
11.118
.000
a
a. Predictors: (Constant), LnVeps7, LnHarga7, LnJREko7, LnNTR7 b. Dependent Variable: LnVekspor7
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1(Constant)
-33.772
20.106
LnHarga7
-.262
.248
LnJREko7
.452
LnNTR7 LnVeps7
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.680
.099
-.112
-1.059
.295
.934
1.071
.508
.119
.889
.378
.583
1.717
3.648
1.712
.290
2.131
.038
.566
1.767
.467
.096
.542
4.861
.000
.843
1.186
a. Dependent Variable: LnVekspor7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
56 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
.0000000 .71543020
Absolute
.155
Positive
.081
Negative
-.155 1.160 .136
60
Lampiran 9. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Hongkong Persamaan regresi : LnVekspor = - 47,358 + 1,081 LnHarga + 0,823 LnJRKEko + 4,317 LnNTR + 0,356 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.457
R Square a
Adjusted R Square
.209
.130
Estimate
Durbin-Watson
1.35861
1.351
a. Predictors: (Constant), LnVeps8, LnJREko8, LnHarga8, LnNTR8 b. Dependent Variable: LnVekspor8 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
19.474
4
4.868
Residual
73.833
40
1.846
Total
93.307
44
a. Predictors: (Constant), LnVeps8, LnJREko8, LnHarga8, LnNTR8 b. Dependent Variable: LnVekspor8
F
Sig.
2.638
.048
a
61
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
-47.358
40.221
LnHarga8
1.081
.492
LnJREko8
.823
LnNTR8 LnVeps8
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-1.177
.246
.328
2.199
.034
.889
1.125
.906
.144
.908
.369
.792
1.263
4.317
3.870
.197
1.116
.271
.635
1.576
.356
.306
.185
1.163
.252
.784
1.276
a. Dependent Variable: LnVekspor8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
45 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
.0000000 1.29538677
Absolute
.201
Positive
.114
Negative
-.201 1.349 .053
62
Lampiran 10. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Amerika Serikat Persamaan regresi : LnVekspor = 25,278 – 3,306 LnHarga + 0,552 LnJRKEko – 2,799 LnNTR + 0,395 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.877
R Square a
Adjusted R Square
.769
Estimate
.752
Durbin-Watson
1.06532
1.537
a. Predictors: (Constant), LnVeps9, LnNTR9, LnHarga9, LnJREko9 b. Dependent Variable: LnVekspor9 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
204.555
4
51.139
Residual
61.285
54
1.135
Total
265.841
58
F
Sig.
45.060
.000
a
a. Predictors: (Constant), LnVeps9, LnNTR9, LnHarga9, LnJREko9 b. Dependent Variable: LnVekspor9
Coefficients
a
Unstandardized Standardized Coefficients Model
B
Collinearity
Coefficients
Std. Error
1 (Constant)
25.278
27.859
LnHarga9
-3.306
.336
LnJREko9
.552
LnNTR9 LnVeps9
Beta
Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
.907
.368
-.675
-9.830
.000
.906
1.104
.707
.065
.782
.438
.609
1.642
-2.799
2.314
-.100
-1.209
.232
.629
1.590
.395
.070
.400
5.670
.000
.857
1.167
a. Dependent Variable: LnVekspor9
63
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
59
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
1.02792937
Absolute
.133
Positive
.133
Negative
-.082
Kolmogorov-Smirnov Z
1.023
Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
.246
Test distribution is normal
Lampiran 11. Output analisis Regresi Ekspor Kunyit Indonesia ke Malaysia Persamaan regresi : LnVekspor = - 117,537 – 1,524 LnHarga + 3,124 LnJRKEko + 9,786 LnNTR + 0,067 LnVeps
b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.350
R Square a
Adjusted R Square
.122
.072
Estimate 2.32893
a. Predictors: (Constant), LnVeps10, LnNTR10, LnHarga10, LnJREko10 b. Dependent Variable: LnVekspor10
Durbin-Watson .691
64
b
ANOVA Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
52.204
4
Residual
374.251
69
Total
426.455
73
F
13.051 2.406
Sig. .058
a
5.424
a. Predictors: (Constant), LnVeps10, LnNTR10, LnHarga10, LnJREko10 b. Dependent Variable: LnVekspor10
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1(Constant)
-117.537
54.665
LnHarga10
-1.524
1.674
LnJREko10
3.124
LnNTR10 LnVeps10
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-2.150
.035
-.111
-.910
.366
.857
1.167
1.379
.342
2.266
.027
.559
1.788
9.786
4.703
.298
2.081
.041
.619
1.615
.067
.120
.063
.556
.580
.977
a. Dependent Variable: LnVekspor10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
74 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
.0000000 2.26422609
Absolute
.138
Positive
.094
Negative
-.138 1.187 .119
65
Lampiran 12 . Total Volume Ekspor Temulawak Berdasarkan Lima Negara Terbesar 2006-2012 Tahun
Volume Ekspor Per Negara (kg) Amerika Jepang India Serikat 53,776 372,613 178,101 2,030,181 204,917 219,345 236,936 914,660 109,220 375,943 168,233 1,214,759 641,416 473,676 144,420 3,037,605 103,266 199,183 29,583 2,565,243 50,338 249,797 16,059 1,269,517 10,728 97,558 9,346 445,255 167,666 284,016 111,811 1,639,603 Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Netherland 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata
Vietnam 2,114,899 1,736,480 370,159 821,313 317,453 75,769 906,012
Lampiran 13. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Netherland Persamaan regresi : LnVekspor = - 39,212 + 1,744 LnHarga – 1,496 LnJRKEko + 7,130 LnNTR + 0,098 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.505
R Square a
Adjusted R Square
.255
.214
Estimate 1.92258
a. Predictors: (Constant), LnVeps11, LnNTR11, LnHarga11, LnJREko11 b. Dependent Variable: LnVekspor11
Durbin-Watson .701
66
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
92.473
4
23.118
Residual
269.831
73
3.696
Total
362.304
77
F
Sig.
6.254
.000
a
a. Predictors: (Constant), LnVeps11, LnNTR11, LnHarga11, LnJREko11 b. Dependent Variable: LnVekspor11
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1(Constant)
-39.212
43.113
LnHarga11
1.744
.587
LnJREko11
-1.496
LnNTR11 LnVeps11
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
-.910
.366
.310
2.970
.004
.939
1.065
1.026
-.184
-1.458
.149
.643
1.555
7.130
3.712
.240
1.921
.059
.654
1.529
.098
.116
.089
.844
.401
.915
1.093
a. Dependent Variable: LnVekspor11
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
78 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a.
.0000000 1.87197812
Absolute
.106
Positive
.085
Negative
-.106
Kolmogorov-Smirnov Z
.934
Asymp. Sig. (2-tailed)
.347
Test distribution is normal
67
Lampiran 14. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Amerika Serikat Persamaan regresi : LnVekspor = 51,787 – 1,589 LnHarga – 0,380 LnJRKEko – 74,361 LnNTR + 0,379 LnVeps
b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.776
R Square a
Adjusted R Square
.603
.582
Estimate
Durbin-Watson
1.51114
1.191
a. Predictors: (Constant), LnVeps12, LnNTR12, LnJREko12, LnHarga12 b. Dependent Variable: LnVekspor12 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
259.907
4
64.977
Residual
171.266
75
2.284
Total
431.173
79
F 28.454
a. Predictors: (Constant), LnVeps12, LnNTR12, LnJREko12, LnHarga12 b. Dependent Variable: LnVekspor12
Sig. .000
a
68
Coefficients Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1(Constant)
51.787
24.406
LnHarga12
-1.589
.220
-.380
LnNTR12 LnVeps12
LnJREko1 2
a
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
2.122
.037
-.587
-7.212
.000
.801
1.249
.319
-.097
-1.194
.236
.801
1.248
-4.361
2.487
-.134
-1.753
.084
.908
1.101
.379
.078
.368
4.831
.000
.912
1.096
a. Dependent Variable: LnVekspor12
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
80 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a.
.0000000 1.47238665
Absolute
.101
Positive
.071
Negative
-.101
Kolmogorov-Smirnov Z
.903
Asymp. Sig. (2-tailed)
.389
Test distribution is normal
69
Lampiran 15. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Jepang Persamaan regresi :
LnVekspor = 9,700 – 1,068 LnHarga – 0,686 LnJRKEko – 0,409 LnNTR + 0,621 LnVeps b
Model Summary
Model
R 1
.838
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.703
.685
Durbin-Watson
.90938
1.129
a. Predictors: (Constant), LnVeps13, LnNTR13, LnHarga13, LnJREko13 b. Dependent Variable: LnVekspor13 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
127.117
4
31.779
Residual
53.753
65
.827
Total
180.871
69
F 38.428
a. Predictors: (Constant), LnVeps13, LnNTR13, LnHarga13, LnJREko13 b. Dependent Variable: LnVekspor13
Sig. .000
a
70
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1(Constant)
9.700
20.965
LnHarga13
-1.068
.144
LnJREko13
-.686
LnNTR13 LnVeps13
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
.463
.645
-.555
-7.434
.000
.821
1.217
.512
-.112
-1.341
.185
.657
1.522
.409
1.846
.018
.221
.825
.701
1.426
.621
.109
.420
5.721
.000
.846
1.181
a. Dependent Variable: LnVekspor13
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
70 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
.0000000 .88262884
Absolute
.184
Positive
.139
Negative
-.184 1.535 .018
71
Lampiran 16. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke India Persamaan regresi :
LnVekspor = 42,095 – 1,549 LnHarga – 0,586 LnJRKEko – 3,022 LnNTR + 0,442 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R
1
.655
R Square a
Adjusted R Square
.428
.395
Estimate
Durbin-Watson
1.01497
.848
a. Predictors: (Constant), LnVeps14, LnJREko14, LnHarga14, LnNTR14 b. Dependent Variable: LnVekspor14 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
52.505
4
13.126
Residual
70.051
68
1.030
Total
122.556
72
F 12.742
a. Predictors: (Constant), LnVeps14, LnJREko14, LnHarga14, LnNTR14 b. Dependent Variable: LnVekspor14
Sig. .000
a
72
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
1(Constant)
42.095
22.669
LnHarga14
-1.549
.322
LnJREko14
-.586
LnNTR14 LnVeps14
Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
1.857
.068
-.480
-4.818
.000
.846
1.183
.551
-.120
-1.065
.291
.657
1.522
-3.022
1.999
-.174
-1.512
.135
.634
1.576
.442
.096
.422
4.588
.000
.995
1.005
a. Dependent Variable: LnVekspor14
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
73 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a.
.0000000 .98637320
Absolute
.099
Positive
.048
Negative
-.099
Kolmogorov-Smirnov Z
.842
Asymp. Sig. (2-tailed)
.477
Test distribution is normal
73
Lampiran 17. Output analisis Regresi Ekspor Temulawak Indonesia ke Vietnam Persamaan regresi :
LnVekspor = 121,473 + 0,647 LnHarga – 3,581 LnJRKEko – 7,888 LnNTR + 0,264 LnVeps b
Model Summary
Std. Error of the Model
R 1
.511
R Square a
Adjusted R Square
.261
.209
Estimate
Durbin-Watson
1.44870
.858
a. Predictors: (Constant), LnVeps15, LnNTR15, LnHarga15, LnJREko15 b. Dependent Variable: LnVekspor15 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
42.208
4
10.552
Residual
119.627
57
2.099
Total
161.835
61
a. Predictors: (Constant), LnVeps15, LnNTR15, LnHarga15, LnJREko15 b. Dependent Variable: LnVekspor15
F
Sig.
5.028
.002
a
74
Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Model
B
Std. Error
1(Constant)
121.473
37.642
LnHarga15
.647
.492
LnJREko15
-3.581
LnNTR15 LnVeps15
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
3.227
.002
.157
1.315
.194
.911
1.098
.940
-.605
-3.810
.000
.515
1.943
-7.888
3.230
-.381
-2.442
.018
.532
1.881
.264
.097
.339
2.725
.009
.840
1.191
a. Dependent Variable: LnVekspor15
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
62 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
a.
.0000000 1.40039506
Absolute
.123
Positive
.063
Negative
-.123
Kolmogorov-Smirnov Z
.966
Asymp. Sig. (2-tailed)
.308
Test distribution is normal
75
76
Gambar Jahe
Gambar Kunyit
Gambar Temulawak
77
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 10 Juni 1986. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Wahyu dan Komalasari. Pendidikan formal yang pertama kali ditempuh penulis adalah SD Negeri Kadujajar II dari tahun 1993 hingga tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 2 Tanjungkerta hingga tahun 2002. Penulis kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Cimalaka dari tahun 2002 hingga tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Program Keahlian Manajemen Agribisnis, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang di PT Saung Mirwan, Bogor selama 4 bulan dari bulan April hingga Juni 2008. Gelar Ahli Madya diperoleh penulis pada tahun 2008 setelah menyusun tugas akhir dengan judul Kajian Pengembangan Bisnis Pengadaan Toko Bunga dalam Memperluas Pasar Bunga PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Penulis melanjutkan Program Studi S1 Program Pendidikan Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008.