BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Tanaman Hortikultura meliputi buah-buhan, sayuran, tanaman hias (florikultura) dan tanaman obat (biofarmaka). Jumlah tanaman yang termasuk komoditas hortikultura ada sebanyak 323 jenis yaitu 60 jenis buah-buahan (a.l.: jeruk, mangga, pisang, manggis, durian) , 80 jenis sayuran, (a.l: cabai, bawang merah, kubis, kentang, tomat); 117 florilkultura (a.l. anggrek, krisan, melati) dan 66 jenis tanaman obat (a.l. jahe, kencur, kunyit, lidah buaya ). Hortikultura memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan nasional karena banyak rumah tangga yang mengandalkan sebagai sumber pendapatan, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan perdagangan domestik maupun perdagangan internasional. Di samping itu berperanan juga dalam pemenuhan pangan, kesehatan, sosial budaya dan pariwisata. Berdasarkan data FAO, share ekspor buah-buahan Indonesia ke pasar internasional kurang dari 0,8 % sementara ke pasar Asia sebasar 1, 1 %. Porsi buah dan sayur Indonesia yang dapat diekspor masing masing baru mencapai 1, 8 % dan 1,75 %. Konsumsi perkapita untuk produk buah dan sayur di Indonesia masih dibawah rekomendasi FAO yang menganjurkan mengkonsumsi sebesar 73 kg/kapita/tahun untuk sayur dan 65 kg/kapita/tahun untuk buah. Saat ini (2009)
1
2 konsumsi sayuran di Indonesia baru sebesar 42, 62 kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi buah sebesar 77,03 kg/kapita/tahun. Dalam tahun 2013
timbul
berbagai tantangan dalam pengembangan
hortikultura. Globalisasi dan liberalisasi mendorong integrasi sistem perdagangan produk produk hortikultura ke dalam perdagangan dunia seperti pembentukan harga dan preferensi konsumen yang bersifat universal. Pasar komoditas semakin luas sejalan dengan dihapuskannya berbagai hambatan perdagangan antar negara. Hal ini akan menimbulkan masalah jika komoditas yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing dengan negara lain, sehingga pasar domestik semakin dibanjiri oleh komoditas impor yang pada gilirannya akan merugikan petani. Apalagi berdasarkan UU No. 13/2010 tentang hortikultura dinyatakan bahwa impor produk hortikulura wajib memenuhi persyaratan keamanan pangan serta keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan (Pasal 88). Tetapi dalam era dimana perdagangan tidak lagi mengenai batas wilayah suatu negera, maka Indonesia menjadi sasaran pasar yang sangat menarik, berbagai produk produk pertanian dari berbagai negara di dunia Misalnya China, India, Amerika Serikat, Australia bahkan Afrika menjajakan aneka produk buah, sayuran, tanaman hias, tanaman obat di Indonesia dengan harga bersaing. Untuk menghadapi berbagai tawaran ini maka kegiatan impor hortikultura ini harus diatur supaya tidak merugikan petani, konsumen dan masyarakat luas Untuk ini Kementerian Pertanian mengeluarkan regulasi yaitu Peraturan Menteri Pertanian No 60/2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH)
3 yang sejalan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30/2012 dan 60/2012 tentang ketentuan Impor Produk Hortikultura. Dengan Peraturan Menteri Pertanian No 60/2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) ini ditetapkan kebijakan dengan menentukan jumlah volume impor hortikultura. Sehingga dibentuklah
Tim Lintas
Kementerian yang tugasnya mengkaji dan menentukan alokasi komoditi yang bisa diimpor oleh importir terdaftar dan waktu importasi. Pengkajian dan penentuan itu juga dilihat dari realisasi impor hortikultura yang dilakukan. Kementerian Pertanian akan mengkaji perkembangan produksi dari produk hortikultura yang diatur importasinya dengan mempertimbangkan waktu panen. Intinya kebijakan ini berfungsi untuk melindungi produk hortikulura lokal. Setiap impor produk hortikultura wajib mendapat persetujuan impor dari Kementerian Perdagangan atas rekomendasi impor dari Kementerian Pertanian. Dengan adanya Permentan dan Permendag ini yang mengatur importasi produk
hortikultura
mewajibkan
importir
untuk
memperhatikan
aspek
keamananan pangan, ketersediaaan produk dalam negeri, penetapan sasaran produksi dan konsumsi produk hortikulura, importir juga harus memenuhi persyaratan kemasan dan pelabelan, standar mutu dan ketentuan keamanan dan perlindungan terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan. Label produk impor juga harus berbahasa Indonesia. Dengan kebijakan pembatasan impor komoditas hortikultura ini diharapkan akan memberikan dampak ganda. Antara lain komoditas hortikultura terlindungi mulai dari segi distribusi, perdagangan, pemasaran dan konsumsi. Membantu
4 produsen hortikultura dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk impor dengan meningkatkan mutu dan keberlanjutan pasokan, sehingga konsumen memilih hortikultura nusantara dari pada impor. Dengan
adanya pembatasan
impor
ini produk hortikultura dijaga
keseimbangan pasokan dan kebutuhan produk hortikultura setiap saat sampai tingkat lokal dengan memberikan informasi produksi dan konsumsi yang akurat dan mengendalikan impor dan ekspor. Di segi lain mutlak harus ditingkatkan mutu sehingga mempunyai daya saing yang tinggi seperti yang ditetapkan tujuan pembangunan pertanian yaitu meningkatkan daya saing dengan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Disamping tujuan pembangunan pertanian lainnya yaitu swasembada beras, swasembada kedelai, swasembada gula dan swasembada daging. Sebagai tanaman hayati yang menjadi salah satu kekayaan sumber daya alam Indonesia, tanaman hortikultura sebagai sumber pangan bergizi, bahan obat nabati, dan estetika, yang bermanfaat dan berperan besar dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat menjadi amat penting yang perlu dikelola dan dikembangkan secara efisien dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Kementerian Pertanian melalui sub bidang kerja, yaitu Direktoral Jenderal Hortikultura yang menangani, mengelola dan mengembangkan segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan atau bahan estetika. Upaya dalam pengelolaan dan pengembangan tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan yang berkaitan dengan hotikultura, seperti
5 September Horti Ceria, Pekan Floran dan Flori Nasional (PF2N), Go Green Kampanye Hijau, Hari Buah Nasional, dan masih banyak lagi kegiatan yang mendukung komoditas hortikultura nasional. Selain kegiatan tersebut, upaya untuk mendukung berbagai kegiatan hortikultura dilakukan melalui peran pers melalui Tabloid Sinar Tani sebagai salah satu media memiliki editorial hortikultura. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 pers mempunyai fungsi sebagai (1) media informasi, (2) pers sebagai Media Pendidikan, (3) pers sebagai Media hiburan, dan (4) kontrol sosial. Media informasi merupakan bagian dari fungsi pers dari dimensi idealisme. Informasi yang disajikan pers merupakan berita-berita yang telah diseleksi dari berbagai berita yang masuk ke meja redaksi, dari berbagai sumber yang dikumpulkan oleh para reporter di lapangan. Menurut Pembinaan Idiil Pers, pers mengemban fungsi positif dalam mendukung mendukung kemajuan masyarakat, mempunyai tanggung jawab menyebarluaskan informasi tentang
kemajuan
dan
keberhasilan
pembangunan
kepada
masyarakat
pembacanya. Dengan demikian, diharapkan para pembaca pers akan tergugah dalam kemajuan dan keberhasilan itu. Pers sebagai Media Pendidikan, dalam Pembinaan Idiil Pers disebutkan bahwa pers harus dapat membantu pembinaan swadaya, merangsang prakarsa sehingga pelaksanaan demokrasi Pancasila, peningkatan kehidupan spiritual dan kehidupan material benar-benar dapat terwujud. Untuk memberikan informasi yang mendidik itu, pers harus menyeimbangkan arus informasi, menyampaikan fakta di lapangan secara objektif dan selektif. Objektif artinya fakta disampaikan apa adanya tanpa dirubah sedikit
6 pun oleh wartawan dan selektif maksudnya hanya berita yang layak dan pantas saja yang disampaikan. Ada hal-hal yang tidak layak diekspose ke masyarakat luas. Pers sebagai Media hiburan/ Entertainment, dalam UU No. 40 Tahun 1999 pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa salah satu fungsi pers adalah sebagai hiburan. Hiburan yang diberikan pers semestinya tidak keluar dari koridor-koridor yang boleh dan tidak boleh dilampaui. Hiburan yang sifatnya mendidik atau netral jelas diperbolehkan tetapi yang melanggar nilai-nilai agama, moralitas, hak asasi seseorang, atau peraturan tidak diperbolehkan. Hiburan yang diberikan pers kepada masyarakat yang dapat mendatangkan dampak negatif, terutama apabila hiburan itu mengandung unsur-unsur terlarang seperti pornografi dan sebagainya seharusnya dihindari. Pers sebagai Media Kontrol Sosial, maksudnya pers sebagai alat kontrol sosial adalah pers memaparkan peristiwa yang buruk, keadaan yang tidak pada tempatnya dan yang menyalahi aturan, supaya peristiwa itu tidak terulang lagi dan kesadaran berbuat baik serta mentaati peraturan semakin tinggi. Makanya, pers sebagai alat kontrol sosial bisa disebut “penyampai berita buruk”. Pers sebagai Lembaga Ekonomi, beberapa pendapat mengatakan bahwa sebagian besar surat kabar dan majalah di Indonesia memperlakukan pembacanya sebagai pangsa pasar dan menjadikan berita sebagai komoditas untuk menarik pangsa pasar itu. Perlakuan ini menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan akhir pers. Konsekuensinya, pers senantiasa berusaha menyajikan berita yang disenangi pembaca. Fungsi sebagai media informasi ialah menyampaikan informasi secepatcepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Informasi harus memenuhi
7 kriteria dasar : aktual, akurat, faktual, menarik atau penting, benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis. Apapun informasi yang disebarluaskan hendaknya berfungsi edukasi/pendidikan. Fungsi edukasi yang diimplementasikan pers, ternyata tidak hanya memberi efek yang berdampak yang mencerdaskan khalayak namun dapat pula memberikan efek yang berdampak pada sikap dan perilaku khalayak. Bahkan dalam konteks tertentu, pelaksanaan fungsi komunikasi massa dapat menjadi hiburan yang menyenangkan khalayak. Karena itu penyelenggaraan pers yang efektif tidak hanya menyajikan berbagai informasi aktual yang menghibur, namun mampu pula menyajikan berbagai informasi faktual yang berdampak pada sikap dan perilaku khalayak. Dampak yang dimaksud tentu dapat diarahkan untuk tujuan-tujuan tertentu. 1 Sebagai salah satu tabloid khusus Tabloid Sinar Tani menyajikan juga berita. Penyajian berita dalam setiap edisi Tabloid Sinar Tani lebih terfokus pada persoalan dan pengelolaan hortikultura. Sesuai dengan kebijaksanaan redaksional Sinar Tani, maka Sorotan atau Laporan Utama yang menjadi cover Sinar Tani sepanjang tahun 2012 bisa dikelompokkan pada lima kategori. Pertama, Sosialisasi Kebijakan. Kedua, Teknologi dan Inovasi Pertanian. Ketiga, Dinamika Kelompok Tani atau Penyuluhan. Keempat, Peluang Usaha atau Bisnis. Kelima, Analisa (masalah aktual).2 Dari 51 judul cover Sinar Tani pada tahun 2012, sebanyak 11 kali Sorotan atau Laporan Utama Sinar Tani berupa Sosialisasi Kebijakan (21,5 %), Teknologi dan inovasi Pertanian 14 kali (27,45 %), Dinamika Kelompok Tani atau 1
Kode etik Wartawan Indonesia : 1999) 4.Wawancara dengan Pemimpin redaksi Tabloid Sinar Tani Godlim Panggabean
8 Penyuluhan 7 kali (13,73 %), Informasi Peluang Usaha 10 kali (19,61 %) dan Analisa (Masalah Aktual) 9 kali (17,65 %). Berikut tabel Target dan Realisasi Bidang Redaksi Tahun 2011 dan 2012. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Bidang Redaksi Tahun 2011 dan 2012 Aspek yang di Nilai
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1
Isi Sorotan Teknologi/Inovasi Pertanian Sosialisasi Kebijakan Dinamika Petani/Penyuluh Informasi Peluang Usaha Informasi Aktual Editorial Pendukung 4 Sukses Ternak Kebun Pangan/Hortikultura Saprodi Alsintan Mutu Berita Sorotan Aplikasi Teknologi
Realisasi Tahun 2011
Target Tahun 2012
Realisasi tahun 2012
% Realisasi terhadap Target
15 10 6 10 10
15 10 6 10 10
14 11 7 10 9
93,3 110 116,7 100 90
37 29 38 33 18
40 40 45 30 15
53 41 36 28 20
132,5 102,5 80 93,3 133,3
7
6 Rerata
11
183,3 112,3
Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Manajemen Tahun 2012, halaman 14.
Berdasarkan data di atas, ternyata target dan capaian Redaksi cukup baik yaitu 112,3 %. Disamping itu ada fenomena yang menarik mengenai keberadaan Tabloid Sinar Tani yaitu bahwa dalam perjalanannya selama 42 tahun, dari segi tiras Tabloid Sinar Tani mengalami masa “up and down”. Tabloid Sinar Tani pernah dicetak sampai dengan 64.000 eksemplar per edisi, tetapi pernah pula dicetak hanya 9.386 eksemplar. Pada tahun 2013 oplah
Tabloid Sinar Tani
mencapai rata-rata 32.500 eksemplar dan tetap berperan aktif menyediakan berbagai informasi kebijakan dan teknologi pertanian terkini serta analisis-analisis masalah aktual pertanian kepada penyuluh dan masyarakat petani di seluruh provinsi. Kesadaran sebagai sumber informasi bagi para penyuluh dan masyarakat
9 petani untuk bisa meningkatkan produksi sekaligus bisa meningkatkan kesejahteraan petani, merupakan faktor pendorong Tabloid Sinar Tani untuk terus berusaha secara tertib dan teratur menyampaikan berbagai informasi kepada khalayak di sektor pertanian. Kendati harus bersaing dengan berbagai media di segmen pasar pertanian seperti misalnya dengan tabloid Agrina, Trubus, Hortiplus, yang membuka kompetisi antar media dan semakin banyaknya pilihan media, namun Tabloid Sinar Tani tetap eksis dan berkembang dengan ciri khas penyajiannya. Eksistensi ini tidak hanya menunjukkan bahwa
penerbitan Tabloid Sinar Tani sudah
memasuki 42 tahun, tetapi menunjukkan juga konsep penyajian tabloid yang mampu memberikan berbagai informasi aktual yang dapat memenuhi kebutuhan informasi para penyuluh pertanian, aparat Dinas Pertanian, peneliti di bidang pertanian, pengusaha agribisnis dan petani di seluruh provinsi. Salah satu yang membedakan Tabloid Sinar Tani dengan yang lainnya ialah Tabloid Sinar Tani sangat up to date karena terbit setiap mingguan. Sementara media pertanian yang memberitakan editorial yang sama yakni Hortikultura seperti Trubus terbit bulanan, Agrina terbit dwi mingguan dan Hortiplus terbit bulanan. Hal ini lah yang membuat Sinar Tani unggul dari para pesaingnya.3 Beberapa hal keunggulan Tabloid Sinar Tani dengan media sejenis lainnya adalah: Kualitas berita di Tabloid Sinar Tani dengan meningkatkan jumlah berita liputan tentang teknologi, dinamika petani/penyuluhan, bisnis dan masalah aktual (meminta pendapat para pakar dan praktisi), hobi dan tips dan santai. Sinar Tani
5
Sumber : Laporan Kinerja 2013 Tabloid Sinar Tani halaman 5
10 menyajikan sekitar 21 editorial. Editorial yang muncul setiap terbit, yakni Liputan Utama, Editorial, Mimbar Penyuluhan, Hortikultura, SMS Cangkul Nasional, Nusantara, Sorotan, Iptek dan Suara Tani. Tabloid Sinar Tani menyajikan juga model analisis framing untuk menerjemahkan ide sentral ke dalam editorial yang menjadi ciri khasnya. Ide sentral ini tampaknya terkait erat dengan kebijakan agenda setting. Menurut Sendjaja (2005:5.25-5.26), asumsi agenda setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah untuk diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu, dan akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Perkiraan ini dapat diuji dengan membandingkan hasil dari analisis isi media secara kuantitatif dengan perubahan dalam pendapat umum yang diukur melalui survei pada dua (atau lebih) waktu yang berbeda. Menurut Rakhmat (1984:68), model Agenda Setting mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak pada persoalan itu. Apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat. Dalam rangka mengembangkan hubungan positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak kepada persoalan itulah analisis framing disajikan oleh redaktur Tabloid Sinar
11 Tani dalam bentuk editorial. Secara sederhana, framing adalah membingkai sebuah peristiwa yang terungkap dari dunia hortikultura.
Paradigma ini
mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Analisis framing tampaknya diipakai oleh redaktur Tabloid Sinar Tani sebagai cara-cara untuk mengkonstruki fakta yang diungkap dari fenomena pengelolaan hortikultura oleh petani Indonesia. Dalam analisis ini, dicermati isuisu aktual pengelolaan hortikultura serta strategi penonjolan dan penataan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat utnuk menggiring interpretasi para petani sesuai dengan perspektifnya. Dengan kata lain framing adalah pendekatan yang digunakan untuk menunjukkan perspektif atau cara pandang redaktur Tabloid Sinar Tani ketika menyeleksi isu dan menulis editorial tentang fenomena pengelolaan hortikultura di Indonesia. Dalam konteks itu, ada dua perangkat untuk mengetahui bagaimana ide sentral dapat diterjemahkan ke dalam editorial, yaitu framing devices (perangkat framing) dan reasoning devices (perangkat penalaran). Framing devices (perangkat framing), dalam framing devices, ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks itu didukung dengan pemakaian symbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam editorial. Simbol itu dipakai untuk memberi kesan adalah efek penonjolan pada makna yang disajikan. Simbol itu dapat diamati dari pemakian kata, kalimat, grafis, atau pemakaian foto dan aksentuasi gambar tertentu. Semua elemen tersebut dipakai dalam teks dan dipahami dalam analisis framing bukan sebagai perangkat editorial, melainkan sebagai suatu strategi wacana untuk menekankan
12 makna atau mengedepankan pandangan tertentu pengelola Tabloid Sinar Tani agar dapat diterima oleh khalayak yaitu para petani hortikultura di Indonesia.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Sebuah editorial adalah opini surat kabar. Editorial hanya merupakan opini pada halaman editorial. yang selalu menyajikan pandangan dari surat kabar. Opini yang
beragam memberikan keseimbangan
pada halaman editorial dan
memberikan berbagai pemikiran kepada para pembaca, untuk direnungkan. Opini yang diungkapkan dalam editorial biasanya menyangkut isu-isu yang menjadi bahan berita saat ini, tetapi kadang-kadang menyangkut isu masa depan atau konsep filsafat luas. Diharapkan bahwa opini Tabloid Sinar Tani ini dapat mempengaruhi pembaca untuk mengambil tindakan atas sebuah isu. Tetapi tujuan sebuah editorial bukan selalu untuk menimbulkan tindakan. Fungsi utama editorial adalah merangsang pemikiran. Sebuah editorial dapat merangsang kemarahan, kepuasan, dan perasaan lain. Editorial harus mendorong pembaca memberikan pertimbangan lain terhadap isu-isu yang ada petika-petikan berita yang ditemukan di bagian lain surat kabar.(Robert M. Landauer). Sederhananya, editorial itu merupakan kata pengantar dari redaksi. Yang menulis tidak harus seorang editor, meskipun namanya "editorial" (St. S. Tartono 2005). Meski bisa disebut sebagai pengantar, editorial memang memiliki karakter yang unik sehingga, sebagai pengantar, posisinya tidak selalu berada di halaman utama, sebab editorial bukan daftar isi yang menceritakan secara gamblang sajian edisi yang diantarkannya.
13 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah yang dikemukakan maka rumusan masalah diajukan dengan pertanyaan penelitian berikut : Bagaimana Tabloid Sinar Tani membingkai editorial tentang pembatasan import hortikultura?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui framing editorial tentang pembatasan import Hortikultura Tabloid Sinar Tani. Dengan maksud tersebut maka tujuan penelitian adalah membahas bagaimana Tabloid Sinar Tani membingkai editorial tentang pembatasan import hortikultura.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari seluruh rangkaian aktivitas penelitian serta hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat diterima sebagai masukan oleh Redaksi Tabloid Sinar Tani untuk meningkatkan efektivitas penyajian editorial tentang pembatasan import hortikultura Tabloid Sinar Tani dalam mendukung upaya peningkatan sumber daya para petani dan sumber daya pertanian di Indonesia. Bagi pihak-pihak lain, diharapkan hasil penelitian dapat juga dijadikan rujukan empirik oleh para redaktur untuk meningkatkan kinerja manajemen redaksi yang mampu memenuhi kebutuhan dan harapan para pembaca.
14 1.4.2 Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pengembangan Ilmu Komunikasi yang teraplikasi dalam penyelenggaraan media industry dan business communication. Penulis juga mengharapkan, hasil penelitian dapat dijadikan acuan studi bagi mahasiswa yang terkonsentrasi pada obyek penelitian yang sama, dan kemudian dapat mengembangkan suatu konsep penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif.