FAKTOR – FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ”X” Yusak Novanto Universitas Pelita Harapan Surabaya
[email protected] Lidia Yulianti Sekolah Tinggi Teologi Marturia Tanjung Balai
[email protected]
Abstract Improving the quality of higher education institution is one of the important issues in Indonesia. Quality of higher education system can be measured by the output quality each higher education institution. The output quality can be measured easily, is student’s academic achievement. This study aims to understand the effect of student’s learning motivation, self adjustment, and student’s satisfaction toward to academic achievement. Student’s learning motivation, self adjustment and student’s satisfaction will be assessed with some questionnaires based on Likert scale; meanwhile academic achievement will be measured using student’s cumulative GPA. Participant of this research are 83 students of STT X. The finding revealed that learning motivation, self adjustment, and student’s satisfaction has a significant influence toward academic achievement as much as 8,5 %. Learning motivation and student’s satisfaction are proved to have positive influence toward academic achievement of STT X’s students. Meanwhile, Self Adjustment has negative influence toward academic achievement of STT X’s students. Keywords: student’s learning motivation, self-adjustment, student’s satisfaction, academic achievement, STT X
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu program atau isu yang penting di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah, antara lain melalui penyediaan anggaran pendidikan dengan jumlah besar yang dipergunakan untuk meningkatan sarana dan prasarana sekolah, rekonstruki kurikulum pendidikan yang disesuaikan dengan KKNI, dan peningkatan kompetensi tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan. Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia ini diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang tinggi untuk melanjutkan perjuangan 1
bangsa Indonesia untuk mencapai suatu masyarakat yang adil, beradab, dan berkeadilan sosial. Kualitas pendidikan di Indonesia dapat diukur melalui kualitas output dari pendidikan dasar menengah dan pendidikan tinggi. Secara umum, kualitas output yang mudah diukur adalah prestasi belajar siswa dan mahasiswa. Prestasi tersebut dapat dibagi menjadi prestasi akademik dan prestasi non akademik. Keduanya merupakan hal yang penting dalam mengukur keberhasilan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh para guru dan dosen pada suatu lembaga pendidikan tertentu. Oleh karena itu, sekolah dan juga perguruan tinggi saat ini terus berupaya untuk menghasilkan peserta didik yang berprestasi, baik secara akademik maupun non akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan kualitas output pendidikan, yang mana dalam penelitian ini prestasi belajar diukur melalui pencapaian prestasi akademik di perguruan tinggi. Utomo (2009) menyatakan bahwa prestasi akademik adalah perolehan terbaik dalam semua disiplin akademik, baik itu pembelajaran dalam kelas maupun kegiatan ekstrakurikuler. Jadi, prestasi akademik merupakan pemenuhan semua tujuan akademik seorang mahasiswa. Lebih spesifik lagi, prestasi akademik yang dimaksud dalam penelitian ini diukur melalui pengumpulan data tentang hasil perolehan nilai mahasiswa atau data tentang Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa atau IPK akhir yang diperoleh oleh mahasiswa pada saat penelitian ini dilakukan. Secara khusus, penelitian ini difokuskan pada mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT). STT merupakan salah bentuk lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, di samping akademi,politeknik, Institut dan universitas. Pada umumnya Sebuah sekolah Tinggi Teologi menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam bidang Teologi, Pendidikan Agama Kristen, Kepemimpinan Kristen, Filsafat Teologi dalam jenjang Sarjana, Magister, dan Doktoral. Meskipun berada di dalam koordinasi dan pembinaan dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen Protestan di Departemen Agama RI, semua STT di Indonesia saat ini juga diwajibkan untuk mengurus dan mendapatkan status akreditasi dari BAN-PT. Hal ini berarti bahwa dalam STT juga memiliki suatu standar kurikulum baku yang harus dilalui, serta proses belajar mengajar yang tidak jauh berbeda dengan 2
perguruan tinggi umum lainnya. Mahasiswa STT juga harus melewati masa-masa pembelajaran seperti mahasiswa pada universitas umum dan menyelesaikan studi dengan beban minimal 144 sks selama masa studi normal 4 tahun akademik. Data dari Badan Akreditasi Nasional PT per Oktober 2015, menyatakan bahwa saat ini di seluruh Indonesia ada 238 program studi Teologi jenjang S1,S2,S3, dan 149 program studi Pendidikan Agama Kristen jenjang S1,S2,S3, 5 program studi Kepemimpinan Kristen jenjang S1,S2, dan S3. Di samping itu, masih ada lagi 9 program studi Musik Gerejawi, dan 8 Program studi Misiologi, dan 8 program studi pastoral Konseling yang ada di seluruh Indonesia. Secara umum, mahasiswa yang memilih untuk berkuliah di STT pada umumnya memiliki panggilan hidup yang diyakini berasal dari Tuhan. Hal ini menyebabkan mereka termotivasi untuk mempelajari Ilmu Teologi dan Agama agar dapat melaksanakan panggilan Tuhan dengan sungguh-sungguh untuk menjadi seorang pendeta atau rohaniwan Kristiani. Menurut Susabda (2014), Belajar di sekolah Tinggi teologi adalah belajar di tengah kondisi yang menuntut kemampuan dan kedewasaan yang penuh. Kemampuan saja tidak cukup, karena tanpa kedewasaan yang penuh, mata-mata kuliah yang begitu banyak tak mungkin dapat diintegrasikan dalam kehidupan dan pelayanan praktis. Kemampuan tanpa kedewasaan menghasilkan sarjana yang tidak hidup dalam kebenaran yang ia pelajari. Keunikan dari pelajaran dalam setiap mata kuliah di Sekolah Tinggi Theologi adalah adanya dimensi religius. Kalaupun mata kuliah yang diajarkan tidak secara langsung bicara tentang agama (religion], tetap keberhasilan studi dalam mata kuliah tersebut ditentukan oleh kemampuan mahasiswa menangkap dimensi-dimensi religius yang tersedia. Setiap calon Sarjana Theologi harus dapat hidup dalam dimensi religious ini. Meskipun secara praktis ia akan melakukan pelayanan dan kegiatan-kegiatan agama, ia bukanlah pelayan agama. la adalah pelayan (hamba) Allah. Pekerjaannya bukanlah suatu job melainkan "jawab atas panggilan Allah."
Oleh karena itu, seyogyanya mahasiswa STT juga memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam menempuh perkuliahannya sehingga tujuan hidupnya tersebut dapat segera tercapai. Motivasi belajar adalah salah satu pendukung bagi 3
tercapainya prestasi belajar, karena perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang memberikan energi dan dorongan untuk mencapai suatu tujuan (Santrock, 2009). Motivasi belajar yang tinggi dapat membantu mahasiswa dalam melakukan dan mencapai apa yang diinginkan, seperti memperoleh prestasi yang tinggi dalam belajar (Kertamuda, 2008). Penelitian terkait pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi akademik telah dilakukan beberapa peneliti. Sebagai contoh, Arini (2009) menunjukkan bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini dilakukan terhadap 180 siswa kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa siswa dengan motivasi belajar yang tinggi memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan siswa dengan motivasi belajar yang lebih rendah. Mahasiswa STT umumnya juga berasal dari berbagai daerah, bahkan kebanyakan berasal dari desa atau kota-kota kecil. Pada saat menempuh pendidikan di STT, mereka akan diperhadapkan dengan berbagai kebiasaan dan budaya yang baru. Menurut Ronda (2014), keputusan masuk sekolah teologi tentunya harus berdasarkan panggilan Tuhan. Walaupun demikian tidak sedikit mahasiswa yang masuk ke sekolah teologi bukan karena panggilan, tapi lebih karena faktor-faktor eksternal lainnya seperti desakan orang tua, ajakan teman atau bahkan menjadikan pelarian. Di STT, mahasiswa diperhadapkan dengan disiplin rohani, terlibat dalam pelayanan dan melaksanakan tugas belajar yang berat serta harus mampu mengatasi banyaknya godaan dan tantangan yang harus mereka lewati. Sekolah teologi memiliki peraturan dan disiplin yang tegas untuk mereka yang melakukan kesalahan, yang tentunya disertai dengan bimbingan dan disiplin. Keadaan ini memaksa mereka untuk dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan baik, agar suasana belajar menjadi nyaman bagi mereka. Penyesuaian diri tersebut antara lain meliputi kebiasaan belajar, mengikuti perkuliahan, mencari literatur dan sumber belajar, mengerjakan tugas dan menyelesaikan ujian, termasuk juga menyesuaikan diri dengan keadaan demografis dan geografis di STT.
4
Gerungan (dalam Sunaryo, 2002) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu usaha untuk mengubah diri sesuai dengan keadaan di lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Kemampuan dalam penyesuaian diri akan mempengaruhi pencapaian prestasi akademik dari mahasiswa Lebih lanjut lagi, Gunarsa D dan Gunarsa Y (2004) menekankan bahwa penyesuaian diri berfungsi untuk menciptakan keadaan yang seimbang dan tidak ada tekanan yang bisa mengganggu berfungsinya suatu aspek kepribadian. Hal ini berarti bahwa dengan penyesuaian diri yang baik, mahasiswa akan menjalani suatu proses belajar dengan menyenangkan. Studi empiris yang menunjukkan pengaruh positif dari penyesuaian diri terhadap prestasi akademik ditunjukkan oleh Zukhri (2007) dan Melda (2008). Selain faktor motivasi belajar dan penyesuaian diri, kepuasan yang dirasakan mahasiswa selama mengikuti proses belajar mengajar, juga sangat mempengaruhi pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Kepuasan mahasiswa terhadap proses dan fasilitas pendidikan akan menumbuhkan semangat belajar dan keinginan untuk terus berprestasi. Hal ini pada akhirnya berdampak pada peningkatan prestasi akademik mahasiswa. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Pike (1991) yang menunjukkan bahwa kepuasan mahasiswa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap nilai prestasi akademik. Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa STT X. STT X ini yang didirikan pada tahun 2009 ini merupakan salah satu STT yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang menyediakan pilihan program
studi untuk pendidikan
teologi dan agama Kristen pada jenjang S1, dan pendidikan Teologi pada jenjang S2. Upaya peningkatan kualitas pendidikan telah ditunjukkan oleh STT X melalui pengembangan sarana dan prasarana sekolah tinggi tersebut. Selain itu, STT X telah mendapatkan status terakreditasi oleh BAN-PT untuk semua program studinya,
dan juga STT X telah berhasil meraih akreditasi AIPT (Akreditasi
Institusi Perguruan Tinggi) pada tahun 2015. Dengan sarana dan prasarana yang terus meningkat di lembaga tersebut, hal ini tentunya diharapkan dapat mendukung terciptanya proses belajar mengajar yang efektif, sehingga menciptakan lulusan dengan prestasi akademik yang memuaskan dan disertai dengan karakter yang mulia. Berdasarkan uraian sebelumnya, penelitian ini 5
bertujuan untuk melihat keterkaitan dari variabel motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa.
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Hubungan Motivasi Belajar dan Pencapaian Prestasi Akademik
Motivasi belajar merupakan suatu
dorongan yang dimiliki seseorang untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran (Kertamuda, 2008). Sebagaimana yang dijelaskan oleh Uno (2013), motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah lalu pada umumnya. Lebih lanjut lagi, Uno (2013) menjabarkan bahwa perubahan tingkah laku mahasiswa akan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang mahasiswa dapat belajar dengan baik. Motivasi belajar akan mempengaruhi pencapaian prestasi akademik. Davidoff (1981) dan Kertamuda (2008) menyatakan bahwa motivasi belajar menumbuhkan semangat berprestasi dalam diri mahasiswa. Mahasiswa akan memiliki kebutuhan untuk mengejar keberhasilan, mencapai cita-cita atau keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar yang kuat akan memberikan kekuatan kepada mahasiswa dalam menjalani proses pendidikan di perguruan tinggi, sekaligus untuk meraih prestasi sebaik mungkin.
2.2 Hubungan Penyesuaian Diri dan Pencapaian Prestasi Akademik
Penyesuaian diri adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menghadapi dan memenuhi tuntutan lingkungan, tanpa menghilangan identitas diri sendiri (Gunarsa S. dan Gunarsa Y., 2004). Dalam penelitian ini, penyesuaian diri merujuk pada usaha yang dilakukan mahasiswa untuk dapat mengikuti proses kegiatan akademik di kampus, kegiatan kemahasiswaan, kegiatan sosial di 6
lingkungan tempat tinggalnya, dengan cara yang baik dan benar. Selain itu mahasiswa juga perlu menyesuaikan dirinya dengan individu-individu lain yang berinteraksi dengan dirinya, seperti para dosen, pimpinan program studi, pimpinan Fakultas, Pimpinan universitas, staf administrasi, staf bagian kemahasiswaan, dan orang-orang di sekeliling tempat tinggalnya.
Mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik selama berkuliah, kemungkinan besar akan memperoleh prestasi akademik yang baik pula. Mengingat proses belajar mengajar di perguruan tinggi cukup berbeda dengan jenjang pendidikan sebelumnya, maka akan dibutuhkan suatu usaha yang besar agar dapat menyelesaikan studi dengan baik. Rathus dan Nevid (dalam Gunawati, Hartati, dan Listiara, 2006) menyatakan bahwa dengan memiliki penyesuaian diri yang baik, mahasiswa akan mampu menghadapi segala macam kondisi, termasuk dalam menangani stres dalam proses berkuliah. Hal ini akan terus menjaga mahasiswa selalu dalam keadaan tenang dan seimbang, yang pada akhirnya akan berdampak pada pencapaian prestasi akademiknya.
2.3 Hubungan Kepuasan Mahasiswa dan Pencapaian Prestasi Akademik
Boone dan Kurtz (2007) mendefinisikan kepuasan pelanggan kemampuan suatu barang atau jasa untuk memenuhi atau melebihi kebutuhan dan keinginan pembeli. Dalam konteks perguruan tinggi, mahasiswa merupakan pelanggan yang harus dipuaskan, melalui pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh perguruan tinggi tersebut. Dalam penelitian ini, kepuasan mahasiswa merujuk pada perasaan senang atau kecewa yang dirasakan oleh mahasiswa terhadap kualitas layanan yang diberikan pihak kampus, setelah membandingkan dengan apa yang menjadi harapan mereka sebelumnya. Kepuasan mahasiswa terhadap kualitas layanan kampus akan meningkatkan keinginan mahasiswa untuk terus berprestasi. Jika merasa puas, mahasiswa akan lebih aktif mengikuti kuliah, aktif dalam berinteraksi (two way traffic system), serta lebih bersemangat saat proses pembelajaran di dalam kelas. Sebaliknya, jika merasa kurang atau tidak puas, mahasiswa akan merasa kurang nyaman di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Akibatnya, dalam kelas tersebut
7
hanya terjadi satu intreraksi (one way system). Dampak yang lebih berat lagi adalah mahasiswa akan malas dan jarang mengikuti perkuliahan. Hal ini menunjukkan pentingnya kepuasan mahasiswa terhadap pencapaian prestasi akademiknya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui kaitan antara faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa. Berdasarkan tinjauan teoritis, penelitian ini akan menguji pengaruh motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa terhadap prestasi akademik. Secara khusus, penelitian ini memilih mahasiswa STT X sebagai subyek penelitian. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian latar belakang masalah, peneliti berasumsi bahwa mahasiswa STT akan memiliki motivasi belajar yang kuat, kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang tinggi, dan harapan-harapan yang akan mempengaruhi kepuasan mereka selama menempuh studi di STT. Adapun model penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
Motivasi Belajar
x1 Prestasi Akademik
Penyesuaian Diri
Mahasiswa “Y”
x2 Kepuasan Mahasiswa
x3
Gambar 1. Model Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui survei dan juga dari data akademik. Survei terdiri dari tiga kuesioner, yaitu kuesioner untuk mengukur motivasi belajar, penyesuaian diri dan kepuasan mahasiswa. Sedangkan data 8
prestasi akademik mahasiswa diperoleh dari data akademik di bagian kemahasiswaan. Adapun teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, di mana seluruh populasi mahasiswa STT X dijadikan sampel penelitian ini. Kuesioner untuk mengukur motivasi belajar dikembangkan dari aspek-aspek motivasi belajar yang dikemukakan oleh Uno (2013). Kuesioner untuk mengukur penyesuaian diri dikembangkan dari unsur-unsur penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Schneider (1995). Kuesioner untuk mengukur kepuasan mahasiswa dikembangkan dari dimensi-dimensi kepuasan mahasiswa yang dikemukakan oleh Kotler (1997). Adapun kuesioner untuk motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan prestasi akademik mahasiswa akan ditentukan berdasarkan perolehan hasil IPK mahasiswa pada semester berjalan, di mana penelitian ini dilaksanakan. Mahasiswa yang menjadi responden adalah sebanyak 83 orang mahasiswa. Namun demikian, hanya 74 responden yang mengisi kuesioner dengan lengkap dan benar. Oleh karena itu, sebanyak 9 data responden tidak disertakan dalam penelitian. Setelah memastikan bahwa data dari responden sudah lengkap, akan dilanjutkan ke pengolahan dan analisis data. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda, dengan bantuan software IBM SPSS ver 22.
PEMBAHASAN
Analisis regresi linear berganda menghasilkan suatu persamaan matematik terkait hubungan variabel-variabel dalam model penelitian, sekaligus juga signifikansi dari hubungan tersebut. Hasil analisis berganda ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel 1. Motivasi Belajar (MB) 2. Penyesuaian Diri (PD) 3. Kepuasan Mahasiswa (KM) R2 = 0,085
Tanda Koefisien Positif Negatif Positif
Adjusted R2 = 0,046 9
Standardized Coefficient 0,270 -0,192 0,036
Statistical Significance 0,024 0,136 0,775
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa persamaan matematika hubungan motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa terhadap prestasi akademik adalah: Prestasi Akademik = 0,270 MB – 0,192 PD + 0,036 KM
Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan secara bersama-sama, variabel motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa memberikan pengaruh sebesar 8,5% terhadap prestasi akademik mahasiswa STT X. Lebih lanjut lagi, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel motivasi belajar dan kepuasan mahasiswa memberikan pengaruh positif terhadap prestasi akademik mahasiswa STT X, sedangkan variabel Penyesuaian Diri memberikan pengaruh negatif terhadap prestasi akademik mahasiswa STT X. Bila melihat pada level signifikansinya, hanya variabel motivasi belajar yang memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa STT X. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistical significance yang bernilai 0,024, yaitu dibawah nilai α sebesar 0,05. Motivasi belajar sangat penting bagi mahasiswa STT X dalam meningkatkan prestasi akademiknya. Mahasiswa yang memiliki target lulus dengan nilai memuaskan dan keinginan yang kuat dalam berkuliah, akan memiliki nilai prestasi akademik yang lebih tinggi. Selain itu, dukungan dari keluarga, dosen, dan teman kelompok juga merupakan faktor-faktor penting dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Pengaruh positif dan signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi akademik sejalan dengan penelitian Zukhri (2007), Melda (2008), dan Arini (2009). Oleh karena itu, pihak STT X diharapkan untuk turut berupaya dalam meningkatkan motivasi belajar mahasiswa agar mereka dapat berprestasi secara maksimal. Hal ini, pada akhirnya secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan STT X. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki pengaruh negatif terhadap prestasi akademik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Zukhri (2007) dan Melda (2008) yang menemukan pengaruh positif penyesuaian diri terhadap prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa dengan penyesuaian diri 10
yang lebih baik, cenderung memiliki prestasi akademik yang menurun. Namun demikian, nilai statistical significance yang bernilai 0,136, menunjukkan bahwa prediksi pengaruh yang negatif ini memiliki tingkat kesalahan yang besar, yaitu 13,6%, sehingga dapat dikatakan pengaruh tersebut tidak terlalu signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat juga disimpulkan bahwa kepuasan mahasiswa memberikan pengaruh positif terhadap prestasi akademik. Pengaruh sikap dan layanan pihak kampus, sarana dan prasarana, serta beasiswa merupakan faktor yang penting dalam menciptakan kepuasan mahasiswa. Walaupun nilai signifikansi pengaruhnya kurang, namun pengaruh positif dari kepuasan mahasiswa terhadap prestasi akademik sejalan dengan hasil penelitian Pike (1991).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kualitas output pendidikan merupakan indikator keberhasilan dalam pengelolaan perguruan tinggi. IPK merupakan cerminan utama pencapaian prestasi akademik selama mahasiswa menempuh studi di perguruan tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman yang kuat terhadap faktor penentu prestasi akademik mahasiswa. Dengan demikian, semua pihak dapat berupaya dengan sungguh memperhatikan faktor tersebut agar kualitas perguruan tinggi semakin baik. Secara khusus, dalam penelitian ini telah menemukan bukti empiris pengaruh variabel motivasi belajar, penyesuaian diri, dan kepuasan mahasiswa terhadap prestasi akademik. Berdasarkan analisis data dan pembahasan diketahui bahwa variabel motivasi belajar dan kepuasan mahasiswa memberikan pengaruh positif terhadap prestasi akademik, sedangkan variabel penyesuaian diri memberikan pengaruh yang negatif. Namun demikian, dapat disimpulkan bahwa hanya variabel motivasi belajar yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa di STT X. Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat ditarik beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh pihak STT X. Pihak STT X harus terus meningkatkan 11
motivasi belajar mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi dukungan penuh agar mahasiswa dapat terus berprestasi. Selain dukungan dari diri sendiri, mahasiswa juga perlu dukungan dari keluarga, dosen, dan juga teman kuliah mereka. Selain itu, pihak STT X juga harus terus meningkatkan kualitas layanan dan produk dari sekolah tersebut. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kepuasan mahasiswa yang pada akhirnya meningkatkan prestasi akademik mereka. Interaksi dua arah antara pihak STT X dan mahasiswa harus terus ditingkatkan agar tercipta suasana belajar yang kondusif bagi mahasiswa. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan utama dari penelitian ini adalah jumlah responden yang sedikit. Dari responden yang sedikit tersebut, kemungkinan dijumpai kelompok-kelompok responden yang mungkin tidak homogen, sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Namun demikian, hasil penelitian ini masih menunjukkan suatu temuan empiris yang mendukung penelitian terkait faktor penentu prestasi akademik mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini memberikan sumbangsih terhadap penelitian yang dilakukan pada sekolah tinggi teologi yang berlandaskan nilai-nilai agama Kristiani. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian terkait faktor penentu prestasi akademik mahasiswa. Variabel lain yang dapat ditambahkan antara lain nilai tes potensi akademik (TPA), strategi belajar mahasiswa, dan konsep diri. Secara khusus, variabel-variabel lain yang terkait dengan nilai-nilai moralitas dan agama juga perlu dipertimbangkan sebagai variabel penelitian, khususnya bila obyek penelitiannya ditujukan pada lembaga pendidikan tinggi yang berbasis agama atau bersifat khusus seperti Sekolah Tinggi Teologi. Pada Akhirnya, memenuhi panggilan hidup menjadi seorang Hamba Tuhan memang tidak bertujuan mengejar kekayaan duniawi tapi harta benda adalah salah satu berkat Tuhan dalam pelayanan bagi mereka yang setia melayaniNya. Menurut Ronda (2014), Menjadi hamba Tuhan itu panggilan yang indah dan mulia serta penuh berkat. Memang ada harga yang harus dibayar sebagai hamba Tuhan. Sebagai umat percaya, marilah kita meminta Tuhan untuk membuka mata rohani kita sehingga kita dapat memahami sekolah teologi secara benar dan mendukung pelayanan sekolah teologi dalam doa, dana, waktu, dan tenaga.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arini, K.S. (2009). Pengaruh Tingkat Inteligensi dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Akademik Siswa kelas II SMA Negeri 99 Jakarta. Jurnal PsikologiUniversitas Gunardarma vol 5, 107-112 Boone,L.E, & Kurtz,D.L.(2007).Contemporary Business.South Western USA Thomson Learning. Davidoff, L (1981). Introduction to Psychology 2nd Revised Edition.New York : McGraw-Hill, Inc. Gunarsa, S.D, & Gunarsa, Y. (2004). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gunawati, R., Hartati, S., & Listiara, A. (2006). Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, vol 3 (2).p.93-115. Kertamuda, F.(2008). Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Psikologi, vol 21 (1): p.27. Kotler, P. (1997). Marketing Management Analysis, Planning, Implementation and Control and Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc. Melda, S.A.(2008). Hubungan antara Konsep Diri dan Penyesuaian Diri dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Pike, G. (1991). The Effects of Background, Coursework, and Involvement on Students Grades and Satisfaction.Research in Higher Education, 32(1), p.15-31.
13
Ronda, Daniel.(2014). Mitos masuk Sekolah Teologi diunduh pada 30 Oktober 2015 pada http://www.danielronda.com/index.php/artikelmateri-kuliah/113-mitosmasuk-sekolah-teologi.html Santrock, J.W. (2009). Educational Psychology.New York: McGraw – Hill. Schneiders, A.A. (1995). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holt, Reinhart & Winston Inc. Sunaryo. (2002). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC. Susabda, Yakub (2014). Belajar di Sekolah Tinggi Teologi. Diunduh pada 30 Oktober 2015 pada http://www.konselingkristen.org/index.php/2014-1201-01-17-30/spiritualitas-teologi/127-belajar-di-sekolah-tinggi-teologi Uno,H.B.(2013).Teori motivasi & pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Utomo, P. (2009). Analisis Kontribusi Pemberian Beasiswa terhadap Peningkatan Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. (Penelitian tidak dipublikasikan) Zukhri, A.(2007). Pengaruh Tingkat Penyesuaian Diri, Kualitas Pelayanan Pendidikan Terhadap Tingkat Motivasi Berprestasi dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar Mahasiswa FPIPS IKIP Singaraja Tahun Kuliah 2005 / 2006. Jurnal Psikologi Pendidikan, vol 2.
14
LAMPIRAN
Motivasi Belajar -
Saya memiliki target lulus kuliah dengan IPK di atas 3,00 Keluarga saya memuji hasil prestasi belajar saya Saya menjadi lebih memahami materi kuliah yang disampaikan oleh dosen dengan cara yang menarik - Diskusi belajar tidak banyak menolong saya dalam memahami materi kuliah - Tidak menyelesaikan kuliah sarjana bukanlah masalah besar bagi saya - Saya menggunakan segala kemampuan yang saya miliki untuk meraih prestasi belajar yang tinggi Penyesuaian Diri -
Saya mengalami kesulitan untuk bangkit kembali setelah mengalami masalah yang berat - Saya mampu memberikan pengaruh yang positif untuk rekan-rekan saya. - Ketika saya kecil, orangtua saya memberi teladan yang baik bagi diri saya - Saya mempunyai konsep diri yang positif - Saya selalu mengharapkan kesempurnaan dalam hidup tanpa melihat keterbatasan saya - Saya berusaha mematuhi norma, adat, etika yang berlaku di masyarakat - Saya menyesuaikan diri dan mendukung visi misi STT Kepuasan Mahasiswa -
Pimpinan kampus mengutamakan kepentingan dan kebutuhan mahasiswa dalam proses pengambilan keputusan di tingkat STT Pihak Kampus selalu berusaha mencari solusi bagi setiap keluhan dan permasalahan yang dihadapi mahasiswa. Pihak kampus memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang membutuhkan Kampus tidak menyediakan ruangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi (makan, minum) mahasiswa Mahasiswa yang mengajukan beasiswa di kampus saya dilayani dengan baik sesuai peraturan yang ada 15
-
Kampus saya menyediakan akses jurnal online yang membantu saya untuk mengerjakan tugas-tugas perkuliahan
16