BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah Kreativitas remaja. Sehubungan dengan hal tersebut maka kreativitas remaja berhubungan dengan dua faktor utama, yaitu karakteristik individu (jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi) dan interaksi sosial teman sebaya (intensitas interaksi dan dukungan). Faktor-faktor yang berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) akan dijelaskan pada uraian berikut.
6.1
Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktor-
faktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Salah satu variabel tersebut adalah karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi. Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara karakteristik individu dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel karakteristik individu dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Karakteristik individu seperti jenis kelamin dan prestasi akademik tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang menunjukkan hubungan. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel 19.
61
Tabel 19 Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas. Kreativitas Karakteristik Individu
Koefisien (X2 / rs)
p-value
Jenis Kelamin
χ2= 0,267 C2= 0,061
0,606
Prestasi Akademik
rs= -0,045
0,705
Pengalaman Organisasi
rs= 0,440**
0,000
Motivasi Berprestasi
rs= 0,294*
0,012
Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hubungan antara masing-masing karakteristik individu dengan kreativitas berdasarkan Tabel 19 dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
6.1.1
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas Jenis kelamin dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan
perempuan. Responden laki-laki terdiri dari 37,5 persen dan responden perempuan terdiri dari 62,5 persen. Pada kelompok responden pria rataan skor yang didapat sebesar 20,11 dan kelompok responden perempuan memiliki rataan skor sebesar 22,75. Dari hasil uji Chi-Squre (χ2) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai χ2 yang didapat sebesar 0,267. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kreativitas. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Azzahra (2009) yang membuktikan bahwa responden laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa. Alasannya bahwa laki-laki cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk menyejahterakan kehidupannya. Namun, hasil tersebut tidak sepenuhnya bertentangan dengan hasil penelitian ini. Hal itu karena pada penelitian ini tidak mengukur kreativitas melalui keterlibatan dalam
62
Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang kewirausahaan saja. Penelitian ini melihat Program Kreativitas Mahasiswa secara menyeluruh dan menuju kepada ciri kreativitas yang melekat pada responden. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan tingkat kreativitas yang sama. Pernyataan ini kemudian didukung oleh data sekunder dari Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Selain itu dinyatakan pula bahwa telah terjadi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini yang menyebabkan perempuan dan laki-laki merasa memiliki kesempatan yang sama untuk berkreativitas melalui ajang PKM. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka terima Ho atau tolak H1 artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kreativitas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin tidak menentukan kreativitas.
6.1.2
Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Kreativitas Prestasi Akademik dalam penelitian ini digolongkan ke dalam tiga
kategori, yaitu rendah, tinggi dan sedang. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 5,6 persen, kategori sedang 56,9 persen dan kategori tinggi 37,5 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik rendah memiliki rataan skor sebesar 21,67. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik sedang memiliki rataan skor sebesar 22,90 dan kelompok responden pada kategori prestasi akademik tinggi memiliki rataan skor sebesar 22,56. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar -0,045 dengan nilai p-Value 0,075. Hasil uji yang negatif menunjukan hubungan yang tidak searah, namun karena hasil uji tersebut tidak signifikan dan mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil sampel yang tidak bisa menggambarkan populasi secara keseluruhan. Hal ini dapat dipahami bahwa prestasi akademik merupakan hasil dari pengukuran kemampuan kognitif saja. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Salam (1997) bahwa prestasi akademik merupakan tes kemampuan yang biasanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan, dimana dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki prestasi akademik yang baik berarti
63
memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Sedangkan kreativitas itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dan lingkungannya. Hasil ini kemudian diperkuat oleh data dari Direktorat Kemahasiswaan yang menunjukkan bahwa terjadi sebaran yang merata terhadap IPK mahasiswa yang mengikuti PKM. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa bidang pada PKM yang dapat diikuti oleh mahasiswa tanpa harus sesuai bidang keilmuannya, sehingga tidak dibutuhkan pengetahuan keilmuan untuk dapat terlibat dalam PKM. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka terima Ho atau tolak H1 yang artinya tidak terdapat hubungan antara prestasi akademik dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman yang negatif dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi akademik tidak menentukan kreativitas.
6.1.3
Hubungan antara Pengalaman Organisasi dengan Kreativitas Pengalaman organisasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 9,7 persen, kategori sedang 72,2 persen dan kategori tinggi 18,1 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi rendah memiliki rataan skor sebesar 21,42. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi sedang memiliki rataan skor sebesar 22,76 dan kelompok responden pada kategori pengalaman organisasi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,83. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,440 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengalaman organisasi memiliki hubungan yang cukup berarti dengan kreativitas. Artinya semakin tinggi pengalaman organisasi responden maka semakin tinggi tingkat kreativitasnya. Pernyataan ini dapat diperkuat melalui penelitian Manulu (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu pertimbangan bagi
64
seseorang dalam menerima ide-ide baru yang menjadi kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah. Apabila dilihat dari aspek perkembangan kreativitas menurut Torrance (1988 dalam Citra, 2008) maka hubungan antara pengalaman organisasi dengan kreativitas dapat dikaitkan dengan aspek proses. Pada aspek proses dapat dijelaskan bahwa kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menguji dan menyampaikan hasil-hasilnya. Oleh karena itu keterlibatan responden dalam kegiatan organisasi akan membuat responden terbiasa berada dalam situasi untuk memecahkan masalah. Selain itu berdasarakan informasi yang didapat dari Direktorat Kemahasiswaan bahwa sebagian besar Organisasi Kemahasiswaan di IPB mencantumkan PKM sebagai salah satu agendanya. Oleh karena itu mahasiswa yang terlibat dalam organisasi akan lebih mudah mendapat informasi mengenai PKM dan tertantang untuk mengeluarkan ide kreatif melalui PKM. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara pengalaman organisasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai pValue kurang dari 0,01.
6.1.4
Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas Motivasi berprestasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu
rendah, sedang dan tinggi. Namun, pada penelitian ini tidak didapatkan responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi rendah. Kelompok responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi sedang memiliki rataan skor 21,83 dan kelompok responden pada kategori motivasi berprestasi tinggi memiliki rataan skor 22,90. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,294 dan berhubungan nyata pada level 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Motivasi berprestasi dapat memberikan arah dan tujuan pada kegiatan berprestasi dimana hal tersebut sejalan
65
dengan kebutuhan manusia yang didefinisikan oleh Mc Clelland (1976) dimana salah satunya adalah kebutuhan berprestasi. Motivasi berprestasi ini kemudian dapat mengarahkan tingkah laku individu dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai dengan suatu standar keunggulan tertentu. Hal ini juga yang kemudian membuat individu selalu berusaha mengembangkan kreativitasnya agar dapat lebih unggul. Selain itu dinyatakan pula bahwa dari semua karakteristik individu yang paling berpengaruh adalah motivasi. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan sosialisasi, hal pertama yang dilakukan Direktorat Kemahasiswaan adalah membangkitkan
motivasi
mahasiswa.
Hal
ini
dilakukan
dengan
cara
membangkitkan memori Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), menampilkan gambar-gambar saat mahasiswa IPB berhasil meraih medali, ceritacerita sukses dari para “alumni PKM” dan sebagainya. Setelah motivasi itu dibangkitkan barulah materi sosialisasi diberikan dengan harapan mahasiswa menjadi lebih tertarik pada informasi karena telah tumbuh motivasi dalam dirinya. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai pValue kurang dari 0,05.
6.2
Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktor-
faktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel yang berhubungan dengan kreativitas selain karakteristik individu adalah interaksi sosial teman sebaya. Hasil pengujian hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel 20.
66
Tabel 20 Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas. Kreativitas
Interaksi Sosial Teman Sebaya
Koefisien ( rs)
p-value
Intensitas Interaksi
0,119
0,319
Dukungan
0,334**
0,004
Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Interaksi sosial teman sebaya meliputi intensitas interaksi dan dukungan. Variabel intensitas interaksi tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya variabel dukungan yang menunjukkan hubungan. Hubungan antara masing-masing interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
6.2.1
Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas Intensitas interaksi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah,
sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori intensitas interaksi rendah memiliki rataan skor sebesar 20,00. Kelompok responden pada kategori intensitas sedang memiliki rataan skor sebesar 21,95 dan kelompok responden pada kategori intensitas interaksi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,14. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,119. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas interaksi yang terjadi antara responden dengan teman sebayanya tidak berkaitan dengan pengembangan kreativitas responden. Hal ini dapat dipahami bahwa intensitas interaksi yang sebagian besar masuk ke dalam kategori tinggi terjadi dalam ruang lingkup waktu jam belajar mengajar dan meliputi kegiatan yang terkait dengan kegiatan perkuliahan. Selain itu Trock (2003) juga mengatakan bahwa interaksi yang
67
cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Oleh karena itu interaksi yang dilakukan seringkali bertujuan untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya. Hal tersebut untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung dan tidak berhubungan dengan kreativitas. Apabila dikaitkan dengan faktor yang mendasari interaksi sosial, maka intensitas interaksi yang terjadi disebabkan oleh faktor imitasi. Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000). Individu yang hanya mengandalkan perilaku dari meniru dapat mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak berkembang dan menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima Ho atau tolak H1 yaitu intensitas interaksi dengan teman sebaya tidak mamiliki hubungan dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa intensitas interaksi tidak menentukan kreativitas.
6.2.2
Hubungan antara Dukungan dengan Kreativitas Dukungan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang
dan tinggi. Pada kelompok responden kategori dukungan rendah memiliki rataan skor sebesar 23,00. Kelompok responden pada kategori dukungan sedang memiliki rataan skor sebesar 21,89 dan kelompok responden pada kategori dukungan tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,67. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,334 dan berhubungan nyata pada level 1%.
68
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pritini (2006), dimana didapatkan hasil bahwa teman sebaya bisanya memberikan dukungan semangat, fisik dan ego yang kemudian akan mengarah pada solidaritas bersama. Peran teman sebaya sebagai penyedia informasi kemudian mengakibatkan remaja yang haus akan informasi dari lingkungan luar merasa mendapatkan berbagai informasi. Hal ini didukung pula oleh sifat dan karakteristik
remaja
yang
mulai
senang
melakukan
eksperimen
untuk
mengembangkan kreativitasnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk interaksi menurut Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) maka dukungan dapat dikategorikan sebagai bentuk kerja sama (co-operation). Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama Selain itu dinyatakan pula oleh Direktorat Kemahasiswaan bahwa informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan sesama teman ternyata lebih ampuh dalam penyampaian informasi sosialisasi PKM. Hal ini dikarenakan mahasiswa, terutama yang masih berada pada tingkat 2 masih percaya kepada informasi dari teman sebayanya yang dirasa memiliki pengetahuan lebih. Mereka merasa informasi tersebut jujur dan tidak berlebihan. Mereka juga tidak segan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai hal-hal detail pada teman. Dukungan inilah yang menyebabkan kreativitas mereka muncul dan berkembang. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka H0 ditolak atau terima H1 yaitu dukungan teman sebaya memiliki hubungan dengan kreativitas. Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kreativitas ini termasuk ke dalam hubungan yang signifikan pada level 1% yaitu pada selang kepercayaan 99,6 persen.
6.3
Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Variabel yang berhubungan dengan kompetensi dalam penelitian ini
adalah faktor yang berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel tersebut adalah kreativitas. Kreativitas berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti PKM melalui tiga variabel pada kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil pengujian
69
hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa disajikan secara ringkas pada Tabel 21 berikut ini.
Tabel 21 Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi
Kreativitas Koefisien ( rs)
p-value
Pengetahuan
0,122
0,308
Sikap
0,379**
0,001
Keterampilan
0,384**
0,001
Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM). Hasil analisis data antara variabel kreativitas dan kompetensi dalam mengikuti PKM menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Salah satu variabel kompetensi yaitu pengetahuan tidak menunjukkan adanya hubungan. Kreativitas hanya menunjukkan hubungan dengan variabel sikap dan keterampilan. Hubungan antara kreativitas dengan masing-masing variabel kompetensi dalam mengikuti PKM dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut
6.3.1
Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan Kreativitas dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang
dan tinggi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa setelah dilakukan akumulasi skor data responden maka tidak ada responden yang berada pada kategori rendah. Oleh karena itu kategori pada kreativitas menjadi dua, yaitu kreativitas sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 9,82 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 10,67.
70
Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,122. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kreativitas yang
dimiliki oleh
responden tidak berkaitan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Hal ini dapat dipahami bahwa pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi ini lebih ke arah kemampuan responden menangkap informasi dalam sosialisasi PKM. Kreativitas lebih menekankan kepada kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru berguna dan dapat dimengerti. Pada intinya kreativitas lebih menakankan pada kemampuan unruk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi pengetahuan bidang ilmu dan pengetahuan materi sosialisasi PKM. Dari hasil penelitian terdapat beberapa alasan mengenai tidak adanya hubungan antara kreativitas dan pengetahuan. Pertama dikarenakan terdapat beberapa kategori PKM yang tidak harus sesuai dengan bidang keilmuan. Hal ini memberi peluang agar setiap mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya walaupun pengetahuan yang ia miliki belum cukup banyak. Selama mahasiswa tersebut memiliki motivasi, berkemauan dan mampu bekerjasama maka ia dapat mengikuti PKM. Kedua, yaitu status responden yang berada pada tingkat dua dimana ia baru diperkenalkan pada pengetahuan-pengetahuan menurut bidang ilmunya. Pada usia tersebut mereka cenderung memanfaatkan keterampilan bukan pengetahuan mereka. Ketiga, yaitu status mahasiswa tingkat dua yang membuat mereka merasa hanya dianggap sebagai pelengkap syarat. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena mahasiswa tingkat dua ini dipersiapkan untuk kemudian menjadi pemimpin dalam kegiatan PKM berikutnya. Namun, posisi mereka yang kurang dari segi pengalaman membuat mereka tidak dapat mengembangkan kreativitas dan memperoleh sedikit pengetahuan. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima Ho atau tolak H1 yaitu kreativitas tidak mamiliki hubungan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05.
71
6.3.2
Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap Variabel kedua pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas
adalah sikap. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor sikap sebesar 28,69 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap sebesar 30,70. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,379 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Murfiani (2006) bahwa sikap atau domain afektif dalam kompetensi ini merupakan dasar untuk melakukan suatu kegiatan melalui kesiapan menerima nilai-nilai. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Siagian (1986 dalam Mariani, 1995) yang menyatakan bahwa dengan kreativitas seseorang dapat mengabstraksikan sesuatu sehingga dapat melihat sesuatu itu baik atau berbahaya, dapat melihat ke depan, lebih peka dan berani mengambil sikap tanpa ragu-ragu dan bertanggung jawab. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa yang tergolong dalam kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden tersebut memiliki sikap yang lebih positif terhadap PKM. Mereka cenderung merasa senang untuk mencari informasi, mengunjungi tempat-tempat yang dapat memberikan pengetahuan dan mereka juga merasa senang apabila dapat terlibat dalam kegiatan PKM. Berdasarkan hasil analisis di atas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-Value kurang dari 0,01.
6.3.3
Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan Variabel ketiga pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas
adalah keterampilan. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor keterampilan sebesar 28,71 dan kelompok responden pada
72
kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor keterampilan sebesar 32,00. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,384 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Simpson (1956 dalam Huzaifah, 2009) bahwa hasil belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang kemudian membuat individu mampu untuk melahirkan suatu gagasan yang baru dan kreatif. Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang berada pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor yang tinggi pula dalam keterampilan. Hal ini karena kreativitas sendiri memang menuntut sesorang dapat mengeluarkan keterampilannya. Sebagian besar responden yang pernah terlibat dalam PKM juga menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mengikuti PKM seperti memahami informasi, mengumpulkan data secara cepat dan tepat, menyusun proposal secara sitematis, lengkap dan sesuai, merinci biaya secara lengkap dan wajar, menerapkan kesesuaian metode, serta mengkoordinasikan kelompok. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-Value kurang dari 0,01.
73