FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014 Gumarang1, Bejo2 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi * Korespodensi penulis :
[email protected] ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran erat kaitannya dengan usia pertama kali kawin. Salah satu upaya menurunkan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya pengkitan usia perkawinan. Berdasarkan survei diketahui dari 10 orang ada 8 orang WUS yang melakukan perkawinan usia muda. Penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case-control. Bertujuan untuk dapat menguji hipotesis tentang perkawinan usia muda dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia muda tersebut di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi Tahun 2014. Populasi adalah semua wanita usia subur (WUS) sebanyak 106 orang. Sampel penelitian sebanyak 72 yang dipilih dengan menggunakan metode casecontrol 1 : 1. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, yang dilakukan pada tanggal 22 – 25 oktober 2014. Analisis data menggunakan analisis univariat dan anlisis bivariat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (52,8%) responden memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 62,5% responden berpendidikan rendah, sebanyak 68,1% responden berasal dari keluarga mampu dan 73,6% merupakan budaya setempat. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi dan budaya dengan terjadinya perkawinan usia muda. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan memberi masukan kepada pemerintah setempat untuk merangkul tenaga kesehatan untuk ikut serta memberikan penyuluhan tentang resiko perkawinan usia muda. Selanjutnya tetap memberikan penyuluhan mengenai dampak buruk dari perkawinan pada usia muda. Kata Kunci :
Pengetahuan, Pendidikan, Sosial ekonomi, dan budaya, Perkawinan Usia Muda.
PENDAHULUAN Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang kependudukan yang dikhawatirkan akan menjadi masalah besar dalam pembangunan apabila tidak ditangani dengan baik. Sejalan dengan cita-cita mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka sudah selayaknya kependudukan menjadi titik sentral dalam perencanaan pembangunan (BKKBN, 2008). Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi merupakan beban dalam pembangunan nasional. Faktor utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk adalah tingkat kelahiran. Tingginya angka kelahiran erat kaitanya dengan usia pertama kali kawin. Salah
satu upaya menurunkan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui upaya peningkatan usia perkawinan (Bapenas, 2005). Salah satu upaya pelaksanaan pembangunan kependudukan adalah dengan pendewasaan usia perkawinan. Diharapkan agar perempuan menikah pada usia perkawinan ideal yaitu 20 tahun dan usia 25 tahun bagi laki-laki. Hal ini menimbang bahwa pasangan yang menikah terlalu muda sulit untuk menghasilkan keluarga sejahtera, yang mana penyeban utamanya adalah belum siapnya keadaan fisik, mental dan sosial (Azwar, 2006). Perkawinan atau yang lazimnya disebut pernikahan adalah aqad serah
82 SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
terima tanggung jawab kehidupan antara dua jenis manusia yaitu wali dari seorang perempuan kepada laki – laki yang akan hidup bersama dengan puterinya sesuai dengan hukum Islam. Dalam pasal 1 UU RI Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan dipahami sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa (Lahulima, 2007). Hasil data SDKI tahun 2007 menunjukkan median usia kawin pertama berada pada usia 19,8 tahun sementara hasil SDKI 2002 – 2003 menunjukkan angka 19,2 tahun. Angka ini mengindikasikan bahwa separuh dari pasangan usia subur di Indonesia menikah dibawah usia 20 tahun. Lebih lanjut data SKDI 2007 menunjukkan bahwa angka kehamilan dan kelahiran pada usia muda (< 20 tahun) masih sekitar 8,5%. Angka ini turun dibandingkan kondisi SDKI 2002 – 2003 yaitu 10,2%. Dalam Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 usia ideal menikah bagi perempuan adalah 23,1 tahun. Sedangkan usia ideal bagi pria 25,6 tahun terdapat kenaikan jika dibandingkan dengan hasil SKRRI 2002 – 2003 yaitu remaja berpendapat usia ideal menikah bagi perempuan 20,9 tahun. Sedangkan usia ideal menikah bagi pria adalah 22,8 tahun (SDKI, 2007). Salah satu program pembangunan yang berkaitan dengan kependudukan adalah Program Keluarga Berencana yang bertujuan mengendalikan jumlah penduduk diantaranya melalui program
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.Pendewasaan Usia Perkawinan bertujuan untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental dan sosial ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran (BKKBN, 2008). Data Provinsi (BPS Provinsi Jambi), jumlah perkawinan usia muda (dibawah 19 tahun) di Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar 25,67%, tahun 2011 sebanyak 27,09% (Profil Jambi, 2012). Hasil rekap laporan dari Kasi Urusan Agama kantor Departemen Agama di Kecamatan Telanaipura tahun 2012 jumlah perkawinan sebanyak 850 pasangan, perkawinan muda < 19 tahun sebanyak 50 orang remaja putri (5,88%) dari 850 perkawinan. Kemudian data KUA Kecamatan Kecamatan Telanaipura, jumlah wanita yang melakukan perkawinan usia muda < 19 tahun pada tahun 2013 sebanyak 66 (7,75%) dari 852 perkawinan. Angka perkawinan usia muda terbanyak di Kelurahan Penyengat Rendah yang mencapai 36 orang (33,96%) dari 106 perkawinan. Pada tahun 2011 – 2013 tercatat jumlah perkawinan yang terjadi di Kecamatan Telanaipura mengalami peningkatan seperti yang tertera pada tabel 1 berikut :
83 SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
Tabel 1. Jumlah Perkawinan Per Kelurahan Se-Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2011-2013 2013 Kelurahan Telanaipura Simp IV Sipin Pematang Sulur Selamat Sei. Putri Solok Sipin Murni Legok Buluran Kenali Teluk Kenali Penyengat Rendah Jumlah
2011
2012
36 102 80 69 61 96 81 149 36 12 77 799
Sesuai usia
Usia muda
39 113 91 70 61 121 89 137 46 15 68
41 118 83 75 57 91 94 112 53 22 106
0 0 1 3 1 1 2 9 2 11 36
850
852
66
Menurut Zahid (2003) perkawinan usia muda berkaitan dengan budaya yang masih menekankan remaja untuk menikah agar terhindar dari perbuatan dosa akibat pergaulan bebas. Adapun faktor penyebab terjadinya perkawinan usia muda antara lain: pendidikan, ekonomi, budaya dan pergaulan bebas. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dimana perdarahan dan infeksi semakin menurun sedangkan HDK (Hipertensi dalam kehamilan) proporsinya semakin meningkat, hampir 30 % kematian ibu di Indonesia pada tahun 2011 disebabkan oleh HDK . Faktor “4 Terlalu” (terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak dan terlalu tua) adalah salah satu faktor penyebab tidak langsung kematian ibu (SDKI, 2012). Penelitian Darnita (2013) di Lhok Kaju Kecamatan Indar Jaya Kabupten Pidie Banda Aceh mendapatkan gambaran bahwa pernikahan usia muda dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan, sosial ekonomi dan budaya yang mendukung terjadinya perkawinan usia muda tersebut. Berdasarkan survey awal sebanyak 10 orang diketahui bahwa 8
pasangan menikah usia muda angan karena faktor pendidikannya rendah < SMA (80%), sebanyak 6 pasangan memiliki pengetahuan yang kurang baik (60%), 3 pasangan mengaku karena ekonomi yang kurang (30%) dan sebanyak 7 pasangan (70%) menikah muda karena faktor budaya di tempatnya biasa menikah di usia muda. Untuk itu Penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul faktor - faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan case control. Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian pada subjek yang akan diteliti yaitu tentang perkawinan usia muda dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia muda tersebut di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014. Populasi adalah 84
SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
semua wanita usia subur (WUS). Pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik case control 1 : 1 yaitu sebanyak 36 sampel kasus (WUS yang melakukan perkawinan usia muda) dan sebanyak 36 sampel kontrol. Adapun cara pengumpulan data yaitu dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat bantu yang berisikan sejumlah pertanyaan penelitian. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22- 25 Oktober 2014. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Analisi Pengetahuan yang Menyebabkan Perkawinan Usia Muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014 Perkawianan usia muda Jumlah
Pengetahuan
Tidak
Ya
OR, 95%C I
n
%
n
%
n
%
Kurang Baik
9
26,5
25
73,5
34
100
0,147
Baik
27
71,1
11
28,9
38
100
0,052
Total
36
50
36
50
72
100
0,413
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 34 responden (47,2%) memiliki pengetahuan kurang baik tentang perkawinan usia muda dan ada sebanyak 38 responden (52.8%) yang memiliki pengetahuan yang baik. Hasil analisis uji statistik chi-square menunjukkan nilai x2 (P-Value) = 0,000 < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS) dengan perkawinan usia muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014. Menurut teori Notoadmodjo (2010) pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil daritahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
p-value
0,000
tindakan seseorang. Apabila setiap pasangan memiliki pengetahuan yang baik tentang pendewasaan usia perkawinan maka menurut Noorkasiani (2009) Perkawinan usia muda tidak hanya memberikan memberikan dampak negatif pada individu, tetapi juga terhadap umum, keluarga. dan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Indonesia, Faktor-faktor tersebut yaitu Individu. keluarga, dan masyarakat lingkungan. Selanjutnya menurut Darmawan (2010) bahwa remaja-remaja didesa tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup, dan akibat dari pernikahan usia muda kepada remaja sebagai salah satu upaya pencegahan perilaku pergaulan seks bebas. Hasil penelitian yang telah diperoleh disertai dengan ulasan literatur yang mendukung penelitian ini maka, peneliti berasumsi bahwa perkawinan yang dilakukan pada usia 85
SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
muda banyak terjadi karena kekurangpahaman akan arti sebenarnya dari suatu perkawinan. Pengetahuan yang diperoleh responden merupakan salah satu penyebab dari dilakukan perkawinan usia muda. Penelitian yang dilakukan oleh Darnita (2013) tentang perkawianan usia muda di banda aceh menunjukkan hal yang hampir sama, dimana kurangnya pengetahuan tentang pendewasaan pernikahan dan risiko yang sering terjadi terutama pada ibu yang hamil pada usia yang terlalu muda
menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda. Secara jelas telah diketahui dari hasil penelitian, ulasan teori yang berkaitan dan hasil penelitian yang senada bahwa pengetahuan remaja khususnya tentang perkawianan usia muda perlu dimiliki secara baik guna menunda usia perkawinan. Dengan pendewasaan usia perkawinan, maka masalah-masalah kesehatan baik fisik maupun mental pasangan akan lebih baik ketimbang harus memaksakan untuk melakukan perkawinan pada usia muda.
Tabel 3. Hasil Analisis Tingkat Pendidikan yang Menyebabkan Perkawinan Usia Muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014 Perkawianan usia muda Pendidikan
Jumlah TIdak
Ya
OR, 95%C I
p-value
0,000
Rendah Tinggi
n 5 31
% 18,5 68,9
n 22 14
% 81,5 31,1
n 27 45
% 100 100
0,103 0,032
Total
36
50
36
50
72
100
0,327
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 45 responden (62,5%) masih berpendidikan rendah dan ada sebanyak 27 responden (37,5%) yang berpendidikan tinggi sewaktu melakukan perkawinan di usia muda. Hasil analisis uji statistik chi-square menunjukkan nilai x2 (P-Value) = 0,000 < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan wanita usia subur (WUS) dengan perkawinan usia muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Dari pendapat tersebut, disimpulkan bahwa pendidikan pada dasarnya adalah segala upaya yang terencana untuk mempengaruhi, memberikan perlindungan dan bantuan sehingga peserta memiliki kemampuan untuk berperilaku sesuai harapan. Pendidikan dapat dikatakan juga sebagai proses pendewasaan pribadi (Maulana, 2009). Selanjutnya Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Jelaslah dengan terbatasnya tingkat pendidikan yang dimiliki responden kecenderungan untuk 86
SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
melakukan perkawinan usia muda lebih besar. Hal itu dikarenakan adanya kekosongan waktu tanpa adanya pekerjaan yang tetap sehingga membuat sebagian mereka kurang berfikir untuk melakukan hal-hal produktif. Adanya kecenderungan dan anggapan keluarga bahwa produktivitas dapat dicapai melalui sebuah perkawinan maka tidak sedikit orang tua yang pada akhirnya mengambil langkah tersebut yaitu dengan menikahkan anaknya walau usiannya masih tergolong muda. Penelitian yang dilakukan oleh Darnita (2013) tentang perkawianan usia muda di banda aceh juga menunjukkan hal yang hampir sama, dimana remaja yang putus sekolah karena sesuatu hal dan tidak memiliki pekerjaan yang tetap cenderung
dinikahkan oleh orang tuanya. Hal tersebut dilakukan semata-mata agar terhindar dari perbuatan dosa besar seperti hamil diluar nikah atau melakukan hubungan tanpa ikatan nikah. Selanjutnya karena kurangnya kemauan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan, menikah adalah jalan keluar dari masalah tersebut. Sangat jelas bahwa pendidikan berperan penting untuk mencegah terjadinya perkawinan usia muda, dengan melanjutkan pendidikan sampai kejenjang yang lebih tinggi akan membuka wawasan dan dapat meningkatkan pengetahuan. Selain itu waktu yang tersedia dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk belajar dan melakukan hal-hal produktif.
Tabel 4.Hasil analisis budaya masyarakat yang Menyebabkan Perkawinan Usia Muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014 Perkawianan usia muda Budaya
Tidak
Jumlah
Ya
OR, 95%C I
n
%
n
%
n
%
Tidak membudaya
16
84,2
3
15,8
19
100
Membudaya
20
37,7
33
62,3
53
100
2,27
Total
36
50
36
50
72
100
34,02
p-value
8,80 0,001
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 23 responden (31,9%) masih tergolong keluarga miskin dan ada sebanyak 49 responden (68,1%) yang tegolong keluarga mampu sewaktu melakukan perkawinan di usia muda. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan banyaknya responden yang memiliki pendapatan kurang dari kebutuhan hidup minimal sehingga responden tersebut termasuk dalam daftar
penerima bantuan sosial dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hasil analisis uji statistik chi-square menunjukkan nilai x2 (P-Value) = 0,000 < 0.05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dengan perkawinan usia muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014. Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang
87 SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
dalam masyarakat, status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga (Soetjiningsih, 2004). Faktor ekonomi inilah banyak warga yang menikahkan anak gadisnya dalam usia yang sangat muda agar bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Orang tua yang terlalu banyak hutang terpaksa menikahkan anaknya karena paksaan rentenir yang tergoda melihat anak gadisnya, sehingga anak dijadikan alat pembayaran hutang (Madari, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Darnita (2013) tentang perkawianan
usia muda di banda aceh juga menunjukkan hal yang hampir sama, dimana faktor ekonomi menjadi alasan untuk terjadinya perkawinan usia muda. Dari uraian hasil penelitian dan uraian teori yang telah disajikan penulis berasumsi bahwa terjadinya perkawinan usia muda tidak terlepas dari keadaan sosial ekonomi masyarakat yang membuat mereka cepat mengambil keputusan yang kurang tepat. Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang-orang yang dianggap mampu. Desakan ekonomi, membuat orang tua merasa dengan menikahkan anaknya yang dianggap telah dewasa, beban kehidupan menjadi lebih ringan.
Tabel 5. Hasil analisis sosial ekonomi masyarakat dengan penyebab terjadinya Perkawinan Usia Muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014 Perkawianan usia muda Jumlah
Sosial Ekonomi
Tidak
Ya
OR, 95%C I
n
%
n
%
n
%
Tidak Mampu
3
13,0
20
87,0
23
100
0,073
Mampu
33
67,3
16
32,7
49
100
0,019
Total
36
50
36
50
72
100
0,281
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dari 72 responden yang diteliti ada sebanyak 53 responden (73,6%) yang menyatakan bahwa perkawinan usia muda adalah budaya setempat atau kebiasaan dan ada sebanyak 19 responden (26,4%) yang menyatakan bahwa perkawinan usia muda bukan termasuk budaya setempat atau kebiasaan. Hasil penelitian ini dibuktikan dengan pernyataan responden bahwa dengan menikah
p-value
0,000
akan meningkatkan rejeki dan menikah pada usia muda sudah menjadi kebiasaan di keluarga. Hasil analisis uji statistik chi-square menunjukkan nilai x2 (P-Value) = 0,001 < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan perkawinan usia muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014. Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga 88
SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
segera dikawinkan. Orang tua terutama di pedesaan menganggap bahwa bila anak gadisnya berusia diatas 20 tahun dan belum menikah atau kawin, maka merupakan aib bagi keluarga atau membuat malu karena dianggap tidak laku (Lahulima, 2007). Terlihat baik dari hasil penelitian maupun dari tinjauan teori ditemukan kesamaan yaitu adanya peran budaya yang masih melekat dimasyarakat tentang usia perkawinan. Apabila seorang anak sudah memasuki usia baligh maka orang tua menganggap si anak telah dewasa dan dapat segera dinikahkan. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan turun-temurun dilakukan dan sampai saat ini polanya belum banyak berubah, apalagi anak yang bersangkutan telah ada yang meminangnya. Penelitian yang sama juga ditunjukkan oleh Widiyanti (2011) yang dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor budaya atau adat istiadat sagnat besar pengaruhnya terhadap persepsi masyarakat untuk melakukan perkawinan pada usia muda, dimana orang tua berpandangan bahwa wanita bertugas hanya untuk melayani suami dan anak-anak. Budaya didaerah yang lebih suka menikah pada usia muda dengan alasan cepat memiliki keturunan yang dapat membantu orang tua atau keluarga kelak dikemudian hari. Upaya untuk menghindari terjadinya perkawinan usia muda dengan melawan adat kebiasaan dapat melalui upaya hukum yaitu pendewasaan usia perkawinan yang sesuai dengan UU perkawinan dan UU perlindungan anak. Dimana jelas dikatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Apabila terjadi pelanggaran UU maka akan ada sangsi pidana, dan itu harus diketahui oleh semua pihak termasuk orang tua.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perkawinan usia muda di Kelurahan Penyengat Rendah Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2014. Kemudian dapat disimpulkan sebagai berikut : Sebagian besar responden (52,8%) memiliki pengetahuan yang baik tentang perkawinan usia muda,Sebagian besar responden (62,5%) berpendidikan rendah,Sebagian besar responden (68,1%) termasuk memiliki kemampuan ekonomi yang baik,Sebagian besar responden (73,6%) menyatakan bahwa perkawinan usia muda merupakan budaya setempat, terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan terjadinya perkawinan usia muda (pvalue = 0.000), terdapat hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya perkawinan usia muda (p-value = 0.000), terdapat hubungan signifikan antara sosial ekonomi dengan terjadinya perkawinan usia muda (p-value = 0.000), terdapat hubungan signifikan antara budaya dengan terjadinya perkawinan usia muda (p-value = 0.001). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta, Edisi VII, xi + 342 hlm Azwar, 2006. Sikap Manusia, Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka: xii + 194 hlm. Bapenas, 2005. Laporan Perkembangan Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia: Jakarta BKKBN, 2008. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia. Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi: Jakarta.
89 SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKAWINAN USIA MUDA DI KELURAHAN PENYENGAT RENDAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2014
Depag, 2004. Undang-undang Perkawinan No 1 tahun 1974, Jakarta: Depertemen Agama RI. Depkes R.I, 2007. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja, Jakarta: iii + 198 hal Iswarati, dkk. 2012. Keluarga Berencana, kesehatan reproduksi, Gender, dan Pembangunan Kependudukan. Buku Sumber untuk Advokasi. Lahulima, 2007. Buku ajar tentang Hak Perempuan:UU No.7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap wanita. Jakarta : xviii + 338 hlm. Dinkes Jambi, 2012. Profil Kesehatan Propinsi Jambi Tahun 2012. Jambi: iii+68 hlm. Hurlock, 2009. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta Maulana D.J Heri, 2009. Promosi Kesehatan. Penerbit EGC. Jakarta Madari, 2006. Majalah Kesehatan, Jakarta: 52 hlm Noorkasiani, 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta EGC : ix + 149 hlm Notoatmodjo, 2003 Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Edisi Revisi : viii + 207 hlm Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta : x + 249 hlm
Romauli, dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Buat Mahasiswa Kebidanan. Mulia Medika. Yogjakarta Syamsidar, 2006. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Wanita yang Menikah di Usia Muda di Kelurahan Kasang Jaya Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi tahun 2006, Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kebidanan: x + 56 hlm Soetjiningsih, 2004. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita. Jakarta. :543 hlm SDKI, 2007. Rencana Strategi Nasional Making Pregnacy (MPS) Di Indonesia 2001-2010, Jakarta : xi + 62 hlm SDKI, 2012. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Laporan Pendahuluan. Badan Pusat Statistik. BKKBN kementerian RI Subakti, Yazid, 2007. Ensiklopedia Calon Ibu, Qultumedia : Jakarta Suparman Eman, 2001. Upaya Pencegahan Kebiasaan Kawin Muda di Kalangan Remaja di Pedesaan. Bahan ceramah dan diskusi Kepala Hukum Acara Perdata. FH.Unpad Yani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Zahid M, 2003. Dua Puluh Lima Tahun Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan,Jakarta: xii + 132 hlm
90 SCIENTIA JOURNAL STIKes PRIMA JAMBI
Vol.4 No.1 Mei 2015