FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)
CONNY NAOMI MANOPPO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
Conny Naomi Manoppo NIM. I 351070101
ABSTRACT CONNY NAOMI MANOPPO. Factors Correlated to Participation of the Woman Farmers in Cacao Cultivation in Palolo District of Donggala in Central Sulawesi. Supervised by RICHARD W.E. LUMINTANG and IGN. DJOKO SUSANTO The objectives of the study were: (1) to identify the level of participation of woman farmers in cacao cultivation; (2) to identify the internal factors correlated to the participation of the woman farmers in cacao; and (3) to identify the external factors correlated to the participation of woman in cacao cultivation. The study was conducted at three village namely survey methods and observations village of: 1) Bahagia, 2) Berdikari and 3) Bunga, of Palolo District of Donggala in Central Sulawesi. A sample of 45 woman farmers were randomly selected, 15 women per village. Survey method and field observation were applied to collect data. The analysis was done by Pearson correlation test. The important results are: internal characteristics showed by the woman farmers is categorized as low namely: farming experience and cosmopoliteness. Categories are: age, number of dependent family, the motivation, the role of domestic and productive roles. Highest category are: formal education, aspirations, and decision making. External characteristics of the woman farmers is categorized as low: extension. Highest category are: culture, availability of labor, business climate, market opportunities and the role of her husband. Participation of woman farmers who are considered low: fertilization and financial records. Participation of woman farmers which are considered are: tree planting protective, planting, pruning, pest and disease control, harvesting, post harvest and fermentation, marketing, and entrepreneurship. Participation of woman farmers which are classified as high are cleaning the land, seedling, soil sanitation, sorting and packing. The internal factors correlated to the participation of woman farmers in cacao is motivation, cosmopoliteness, and the role of productive land in the cacao. External factors has correlated to the participation of woman farmers in cacao significants are: culture, availability of labor and business climate. Keywords: participation, cacao cultivation, cosmopoliteness
RINGKASAN CONNY NAOMI MANOPPO. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh: RICHARD W.E. LUMINTANG dan IGN. DJOKO SUSANTO. Salah satu faktor penggerak dalam pembangunan pertanian adalah sumberdaya manusia (wanita tani). Karena untuk menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi diperlukan tenaga kerja (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan. Wanita sebagai salah satu sumber tenaga kerja dalam keluarga harus diberdayakan dalam rangka meningkatkan potensi dan kemampuannya. Kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk pendidikan non formal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rangka pemberdayaan wanita sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan usahatani kakao. Pengelolaan usahatani secara tepat dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga wanita tani. Penelitian bertujuan: (1) mengidentifikasi tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao; dan (3) mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Penelitian dilakukan dengan metode survey di 3 (tiga) desa, yaitu Desa Bahagia, Berdikari dan Bunga Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Unit analisis adalah populasi wanita tani kakao, yaitu sebanyak 45 orang masing-masing 15 orang per desa. Alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Karakteristik internal wanita tani kakao yang ditemukan: umur tergolong sedang, berpendidikan tinggi, besarnya jumlah keluarga tergolong sedang, pengalaman usahatani kakao rendah, motivasi berusahatani kakao sedang, memiliki aspirasi tinggi, mempunyai sifat kekosmopolitan yang rendah, keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga dikategorikan tinggi dan alokasi waktu (peran domestik dan peran produktif) berada pada kategori sedang. Karakteristik eksternal wanita tani kakao yang dikategorikan tinggi adalah budaya, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha, peluang pasar dan peran atau dorongan dari suami untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao. Karakteristik eksternal wanita tani yang dikategorikan rendah adalah: intensitas keikutsertaan dalam penyuluhan. Secara umum partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao tergolong sedang. Partisipasi wanita tani yang dikategorikan tinggi adalah: pembersihan lahan, pembibitan, sanitasi lahan, penyortiran dan pengepakan. Partisipasi wanita tani yang dikategorikan sedang adalah: penanaman pohon pelindung, penanaman pohon kakao, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, panen, pasca panen dan fermentasi, pemasaran, serta kewirausahaan. Partisipasi wanita tani yang dikategorikan rendah adalah: pemupukan, dan pencatatan/pengaturan keuangan (book keeping).
Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor internal yang berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, aspirasi, pengambilan keputusan, dan peran domestik. Faktor internal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: sifat kekosmopolitan. Faktor internal yang berhubungan sangat nyata dengan partisipasi wanita dalam usahatani kakao adalah motivasi, dan peran produktif. Faktor eksternal yang berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: penyuluhan, peluang pasar dan peran/dorongan suami. Faktor eksternal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: iklim usaha. Faktor eksternal yang berhubungan sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: budaya, dan ketersediaan tenaga kerja.
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindung Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumberdaya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)
CONNY NAOMI MANOPPO
Tesis Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA
Judul Tesis
:
Nama NIM
: :
Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) Conny Naomi Manoppo I 351070101
Disetujui Komisi Pembimbing
Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA Ketua
Prof (Ris).Dr. Ign.Djoko Susanto, SKM Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian: 13 Juli 2009
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji syukur, hormat, limpah terima kasih hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang merupakan sumber berkat dan kekuatan karena atas kasih dan anugerahNya serta hikmat dan kekuatan dari Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis penelitian dengan judul: Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah). Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kegiatan pengumpulan data untuk penulisan tesis ini dilaksanakan di Desa Bahagia, Berdikari dan Bunga Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan baik berupa moril maupun materiil serta kemudahan-kemudahan dari berbagai pihak, baik dalam penyelesaian studi, penelitian maupun penyusunan tesis. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih pada: 1. Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA selaku ketua komisi pembimbing dan Prof (Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM selaku anggota komisi pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini; 2. Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA yang sudah bersedia menjadi Penguji luar komisi; 3. Departemen Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah memberikan dukungan beasiswa dan bantuan biaya penelitian; 4. Papi, Mami, Papa (Alm) dan Mama yang memberikan dukungan moril dan tak pernah putus asa dalam berdoa untuk kesuksesan penulis; 5. Suamiku Jeremi Kristovel Kairupan dan anakku Reynaldo Christo Kairupan yang penulis kasihi dan sayangi, yang telah berkorban dan memberikan motivasi yang tiada hentinya agar penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini; 6. Kakak-kakak dan adik-adikku yang tak pernah lelah memberikan dukungan, bantuan dan doa bagi keberhasilan penulis;
7. Dr. Ir. Siti Amanah, M.SC selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan; 8. Anshar, SP selaku Koordinator PPL pada Balai Penyuluhan Pertanian Bahagia, Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, dan Ibu Jamilah yang telah membantu dalam pengumpulan data primer di lokasi penelitian; 9. Para Dosen dan staf (Mba Desi dan Mas Kodir) pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) atas segala dukungan dan motivasi yang diberikan selama penulis menuntut ilmu; dan 10. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) khususnya angkatan 2007 (Lisbet, Pepi, Diarsi, Sonya, Djujur, Amin, Yusuf, Kartono, Hendro, dan Alam), yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis selama proses perkuliahan sampai penyelesaian tesis.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2009
Conny N. Manoppo
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 7 Oktober 1969 dari pasangan Bapak Ronny E. Manoppo dan Ibu Frieda J. Manoppo-Tombeg. Penulis adalah anak ke empat dari lima bersaudara. Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Palu dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Tadulako Palu melalui ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru (SIPENMARU). Penulis memilih Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Kesempatan untuk melanjutkan ke program magister pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan diperoleh pada tahun 2007.
Beasiswa
pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Penulis bekerja sebagai peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah sejak tahun 1996 dengan bidang kepakaran budidaya tanaman.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xiv
PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................ Rumusan Masalah ........................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................... Kegunaan Penelitian .......................................................................
1 3 4 5
TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi ....................................................................................... Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi ..................... Wanita Tani ..................................................................................... Peranan Wanita .............................................................................. Usahatani ........................................................................................
6 13 28 29 32
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir .......................................................................... Hipotesis .........................................................................................
36 40
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian ...................................................................... Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... Populasi dan Sampel ...................................................................... Data dan Instrumen ...................................................................... Analisis Data .................................................................................. Definisi Operasional ......................................................................
41 41 41 41 43 44
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Geografis dan Ekonomi ........................................... Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani ......................... Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ......................... Uji Hipotesis .................................................................................. Hubungan Antara Faktor-Faktor Internal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ............................................ Hubungan Antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ............................................
48 52 63 71 71 80
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................... Saran .............................................................................................
89 89
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
90
LAMPIRAN .......................................................................................
95
DAFTAR GAMBAR Halaman
1.
Kerangka Berpikir Hubungan antar Peubah Berkaitan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao.......................
39
DAFTAR TABEL Halaman
1. Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairannya, Tadah Hujan di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) .......................................... 2. Luas Lahan Kering di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) ......... 3. Deskripsi Faktor Internal Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo ....................................................... 4. Deskripsi Faktor Eksternal Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo ...................... 5. Deskripsi Faktor Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo .......................... 6. Korelasi Faktor Internal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala ................................................................... 7. Korelasi Faktor Eksternal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala .....................................................
50 50 53 60 64 73
81
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1. 2. 3. 4.
Jadwal Penelitian ..................................................................... Peta Kabupaten Donggala ......................................................... Dokumentasi Penelitian ............................................................ Kuisioner Penelitian ...................................................................
95 96 97 98
PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Permintaan pasar kakao dunia dan harga kakao internasional saat ini cukup tinggi (meskipun berfluktuasi mengikuti pergerakan kurs dolar AS), sehingga menjadi momentum yang baik untuk dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha (masyarakat agribisnis). Komoditas ini merupakan sumber devisa dan menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun produktivitas tanaman kakao masih tergolong rendah sehingga berimplikasi pada tingkat kesejahteraan dan pendapatan petani kakao yang juga rendah. Selama 10 tahun terakhir, luas pertanaman kakao di Indonesia meningkat pesat. Tahun 1998 luas pertanaman kakao di Indonesia mencapai 570.000 ha, lebih dari 50% luas areal tersebut terdapat di Pulau Sulawesi. Luas tanaman kakao di Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha, yang terdiri atas 4.689 ha perkebunan besar dan 79.043 ha perkebunan rakyat, dengan rata-rata produksi 1,41 ton/ha (BPS Sulawesi Tengah, 2002). Luas pertanaman kakao di Kabupaten Donggala selama tiga tahun (2004 - 2007) meningkat sebesar 139,85 ha dari 47.785,5 ha pada tahun 2004 menjadi 47.925,35 tahun 2007 namun jumlah produksi yang dihasilkan menurun dari 0,90 ton/ha menjadi 0,43 ton/ha (BPS Sulawesi Tengah, 2008). Luas pertanaman kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala tahun 2007 adalah 7.513 ha dengan jumlah produksi rata-rata 0.63 ton/ha (Dinas Perkebunan Sulawesi Tengah, 2008). Padahal jika dikelola dengan baik, potensi produksi kakao tersebut dapat mencapai 2 – 3 ton/ha/thn. Rendahnya produktivitas kakao tersebut erat kaitannya dengan sumberdaya manusia (SDM) petani dan minimnya tenaga penyuluh lapangan. Sistem pengelolaan tanaman yang tidak optimal juga mengakibatkan produksi kakao tidak memenuhi harapan petani. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, akan
2 berdampak negatif terhadap pendapatan petani dan produktivitas lahan, yang pada akhirnya dapat memupuskan harapan Indonesia yang tengah mempersiapkan diri sebagai pemain utama dalam agribisnis kakao dunia. Berbagai faktor penggerak dalam pembangunan pertanian diperlukan dalam rangka memenuhi harapan tersebut di atas. Faktor-faktor penggerak dalam pembangunan pertanian yakni: sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi, dan kelembagaan. Keempat faktor tersebut saling menunjang. Jika salah satu faktor tersebut tidak ada atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak dapat memberi hasil yang diharapkan. Produk agribisnis yang berdaya saing tinggi dapat dihasilkan melalui dukungan teknologi, struktur agribisnis yang integratif, tenaga kerja (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta permodalan yang kuat. Sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor penggerak pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat penting termasuk di dalamnya adalah wanita. Wanita merupakan bagian integral dari masyarakat dan mempunyai peran yang sangat penting, baik itu dalam ruang lingkup kehidupan yang terkecil yaitu keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tugas dan fungsi mereka selain mengurus rumah tangga juga berperan membantu suami dalam berusahatani. Keterlibatan wanita dalam berusahatani khususnya kakao mencakup pada semua aspek budidaya kakao mulai pembebasan/ pembersihan lahan sampai pemasaran. Namun keberadaan atau kehadiran wanita justru sering diabaikan dalam kegiatan pembangunan pertanian terutama dalam kegiatan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan selama ini belum mengikutsertakan wanita sebagai komponen penting dalam aktivitas usahatani. Wanita sebagai salah satu anggota keluarga harus diberdayakan dalam rangka meningkatkan potensi dan kemampuannya sehingga berdampak pada peningkatan
kualitas
keluarga terutama
kontribusinya bagi peningkatan
pendapatan keluarga. Kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk pendidikan nonformal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rangka pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan wanita. Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran yaitu adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Keterlibatan wanita dalam kegiatan
3 penyuluhan diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam berusahatani sehingga dapat meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan usahatani kakao. Pengelolaan usahatani secara tepat dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Keterlibatan wanita secara langsung maupun tidak langsung dalam peningkatan pendapatan keluarga dan produktivitas usahatani kakao di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan.
Oleh
karena
itu
sangat
diperlukan
upaya-upaya
untuk
meningkatkan keterampilan wanita tani kakao sehingga dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Sumbangan tenaga kerja dan pendapatan dari wanita sangat penting dalam mendukung kesejahteraan dan kemajuan keluarga tani. Secara
psikologis,
wanita
membutuhkan
aktualisasi
diri
demi
pengembangan dirinya yang pada akhirnya berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga. Aktualisasi ini dapat dilakukan melalui pembelajaran life-skill dengan memadukan potensi yang dimilikinya, merangsang pemasaran hasil produksi, mendorong penciptaan modal, dan mengembangkan sikap menghargai kerja. Sumber tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani kakao rata-rata berasal dari dalam keluarga. Salah satunya adalah wanita yang merupakan istri dari kepala rumah tangga. Dengan demikian keterlibatan wanita (istri) sebagai salah satu sumber tenaga kerja tidak dapat diabaikan. Peran aktif wanita dalam kegiatan usahatani kakao dan upaya peningkatan kualitas partisipasi wanita dalam berusahatani kakao dapat dipahami melalui penelitian secara mendalam tentang faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Rumusan Masalah Pembangunan pertanian adalah landasan dari pembangunan ekonomi maupun sosial, dan dalam hal ini sumberdaya manusia sangatlah berpengaruh bagi keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh peran aktif dari petani dan anggota keluarganya termasuk isteri sebagai wanita tani.
4 Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Namun produktivitas dan kesejahteraan petani kakao masih memprihatinkan dan masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini diduga terkait dengan partisipasi petani pada penerapan usahatani kakao. Usahatani ini melibatkan tenaga kerja dalam keluarga baik suami, isteri maupun anak. Wanita mempunyai peranan yang cukup besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Hal ini ditunjukkan oleh peran ganda wanita yakni sebagai ibu rumah tangga dan keterlibatan wanita dalam sektor produksi terutama pada sektor produksi pertanian. Wanita mungkin tidak selalu bahkan boleh dikata tidak pernah menghadiri ”pertemuan desa dan kegiatan lainnya termasuk kegiatan penyuluhan” bersama suaminya. Tetapi pengaruhnya tetap melekat pada para suami. Minat dan sikap juga tenaga kerjanya, dapat menentukan kegiatan produksi yang akan dihasilkan terutama produksi dari lahan usahataninya. Peranan wanita di perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usahatani. Walaupun terdapat variasi partisipasi wanita pada sektor pertanian, tergantung dari daerah, strata, sosial budaya dan agama setempat, namun status sosial wanita menjadi meningkat apabila wanita mempunyai kemampuan mandiri dalam mencari nafkah. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao? 2. Faktor internal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao? 3. Faktor eksternal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao? Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi wanita dalam usahatani kakao. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao
5 3. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1. Sebagai dasar bagi pengambil kebijakan untuk menetapkan sasaran penyuluhan pertanian dengan lebih akurat. 2. Sebagai bahan dalam penyusunan program penyuluhan pertanian, agar dapat menentukan program penyuluhan yang perlu dilakukan terhadap wanita tani, sehingga dapat diketahui arah dan materi penyuluhan yang dibutuhkan wanita tani khususnya usahatani kakao. 3. Sebagai
informasi
dasar
untuk
penelitian
pengembangan penyuluhan pertanian kakao.
yang
lebih
luas
dalam
6
TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Partisipasi masyarakat (Community participation) adalah suatu bentuk interaksi sosial yang menjadi perhatian dan bahan kajian sosiologi dan beberapa disiplin ilmu lain.
Sebagai suatu istilah, partisipasi mempunyai berbagai
pengertian dan batasan. Dusseldorp (1981) yang dikutip oleh Saardi (2000) menyatakan bahwa partisipasi di tingkat masyarakat perdesaan adalah bentuk interaksi dan komunikasi khas, yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab.
Selanjutnya dikatakan bahwa partisipasi sebagai pengambilan bagian
dalam kegiatan bersama (taking part in joint action). Partisipasi erat hubungannya dengan kegiatan pembangunan. Partisipasi tidak hanya sebatas keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan secara fisik tetapi juga keterlibatan secara kejiwaan.
Hal ini sejalan dengan
pendapat Swasono (1995) bahwa partisipasi tidaklah hanya pada tahap pelaksanaan pembangunan saja, tetapi meliputi seluruh spektrum pembangunan tersebut yang dimulai dari tahap menggagas rencana kegiatan hingga memberikan umpan balik terhadap gagasan rencana yang telah dilaksanakan. Budiono (2002) menyatakan terdapat beberapa unsur penting yang merupakan eksistensi dari partisipasi, yaitu: (1) dalam partisipasi terdapat unsur keterlibatan mental dan emosional individu yang berpartisipasi; (2) dalam partisipasi terdapat unsur ketersediaan memberikan kontribusi atau sumbangan untuk mencapai tujuan bersama, dan dilakukan secara suka rela; (3) dalam partisipasi diikuti oleh rasa tanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan dalam usaha mencapai tujuan bersama; dan (4) tingkat partisipasi ditentukan oleh kadar keterlibatan masyarakat untuk menentukan segala sesuatu sendiri, tidak ditentukan oleh pihak lain. Partisipasi dalam lingkup sosial dan masyarakat adalah pengembangan sejumlah metode partisipasi yang lebih luas untuk penilaian, perencanaan, pemantauan, pelatihan dan pembangunan kesadaran.
Tekanannya lebih pada
pentingnya partisipasi bukan saja agar pihak lain bertanggung gugat tidak sekedar memberikan laporan tetapi juga menyertakan pembuktian atas segala sesuatu yang
7 dikerjakan. Partisipasi juga merupakan suatu proses pengembangan diri, mulai dari artikulasi kebutuhan tingkat bawah dan prioritasnya, serta membangun bentuk organisasi rakyat. Partisipasi mencakup bidang pengetahuan dan tindakan langsung, bukan sekadar perwakilan dan pertanggunggugatan (akuntabilitas), (Rosni, 2003). Pengertian partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumberdaya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatan masyarakat menikmati manfaat dari pembangunan serta dalam evaluasi pelaksanaan program. Definisi di atas mengacu pada pengertian partisipasi sebagai keterlibatan aktif masyarakat pada 4 (empat) tahap kegiatan yang dimulai dari tahap proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Biasanya
keterlibatan aktif masyarakat dalam bentuk keterlibatan fisik, material dan sikap (Cohen dan Uphoff, 1977). Partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan/perencanaan dibedakan atas 3 (tiga) kegiatan yakni: (1) pada saat penentuan keputusan awal mengenai kegiatan dengan memperhatikan keperluan dan prioritas kegiatan yang akan dikerjakan; (2) ikut serta secara terus menerus dalam setiap proses pengambilan keputusan; serta (3) ikut serta dalam merumuskan keputusan mengenai rencana kerja. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibedakan dalam 3 (tiga) kegiatan yakni: (1) sumbangan sumberdaya yang berupa sumbangan tenaga dengan ikut bekerja dalam program, sumbangan materi dan atau informasi, (2) terlibat dalam kegiatan administrasi dan koordinasi, serta (3) ikut serta sebagai peserta dari program yang dilaksanakan. Partisipasi dalam tahap evaluasi merupakan tahap yang penting bagi para pengambil keputusan untuk memperoleh masukan mengenai pelaksanaan program. Partisipasi dalam tahap menikmati manfaat mencakup: (1) keuntungan materiil yang berupa meningkatnya pendapatan dan konsumsi, baik dalam bentuk jumlah maupun distribusinya merata, (2)
8 keuntungan sosial antara lain meningkatnya pendidikan dan terberantasnya buta huruf; (3) keuntungan perorangan, antara lain berupa kemampuan status sosial seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik (Cohen dan Uphoff, 1977). Selain tahap partisipasi, terdapat pula tiga dimensi partisipasi yang harus diperhatikan antara lain (1) bentuk partisipasi apa yang dilakukan (What), (2) siapa yang terlibat dalam kegiatan partisipasi (who), dan (3) bagaimana partisipasi itu berlangsung (How) (Cohen dan Uphoff, 1977). Menurut Dusseldorp seperti yang dikutip oleh Slamet (1993), partisipasi dapat diklasifikasikan berdasarkan sembilan dasar yang terpisah satu sama lainnya yaitu (1) partisipasi berdasarkan derajat kesukarelaan yang terbagi atas partisipasi bebas dan partisipasi terpaksa, (2) partisipasi berdasarkan cara keterlibatan yang terbagi atas partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung, (3) partisipasi berdasarkan keterlibatan di dalam berbagai tahap dalam proses pembangunan terencana, terdiri atas enam langkah yaitu perumusan tujuan, penelitian, persiapan rencana, penerimaan rencana, pelaksanaan dan penilaian, (4) partisipasi berdasarkan tingkatan organisasi, terbagi atas partisipasi yang terorganisasi dan partisipasi yang tidak terorganisasi, (5) partisipasi berdasarkan intensitas dan frekuensi kegiatan, (6) partisipasi berdasarkan lingkup liputan kegiatan, terbagi atas partisipasi tidak terbatas, dan partisipasi terbatas, (7) partisipasi berdasarkan efektifitas, terbagi atas partisipasi efektif dan partisipasi tidak efektif, (8) partisipasi berdasarkan siapa yang terlibat. Partisipasi dalam pembangunan dapat diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan dan ikut serta dalam memanfaatkan hasil, serta menikmati hasil-hasil pembangunan yang nyata. Partisipasi masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Slamet (1993) menyatakan bahwa, berdasarkan pengertian tentang partisipasi dalam pembangunan, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi 5 (lima) jenis: 1.
Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.
2.
Ikut memberi input dan menikmati hasilnya
3.
Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil pembangunan secara langsung.
9 4.
Menikmati /memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input.
5.
Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya
Tanpa partisipasi masyarakat, setiap pembangunan dinilai tidak berhasil. Oleh karena itu penting sekali untuk memikirkan dan mengusahakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Meningkatkan partisipasi masyarakat harus dilakukan dengan cara meningkatkan keterlibatan warga secara langsung dalam pengambilan keputusan oleh perseorangan atau kelompok dalam suatu kegiatan. Peningkatan partisipasi masyarakat tidak hanya berhenti pada tahap perumusan rencana dan pelaksanaan program, tetapi juga menyangkut aspek pengambilan keputusan.
Perluasan
partisipasi masyarakat merupakan bagian dari pendekatan pembangunan yang mencakup peningkatan kepribadian atau kualitas manusia baik perorangan maupun masyarakat. Masyarakat memiliki identitas yang kolektif sifatnya. Oleh karena itu pembangunan masyarakat harus mencakup pembangunan kolektif (Oepen, 1988) Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya di wilayah perdesaan adalah dengan mengelola secara komprehensif kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengan potensi dan kondisi perdesaan yang bersangkutan. Kemampuan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan juga sikap mental. Pengetahuan dan pengertian tentang pembangunan sampai pada seluk beluk pelaksanaannya sangat perlu bagi masyarakat sehingga mereka dapat cepat tanggap terhadap kesempatan yang ada. Pengetahuan tentang adanya potensi di lingkungannya yang dapat dikembangkan atau dibangun sangat penting artinya. Demikian pula pengetahuan dan keterampilan tentang teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan sumberdaya alam yang ada untuk dipadukan dengan berbagai sarana produksi lain sangat penting bagi keberhasilan masyarakat yang membangun. Keterbelakangan bangsa kita antara lain karena kekurangan pada bidang ini. Ditambah lagi dengan sikap mental yang sering kurang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Masyarakat sering masih bersikap tradisional, sulit untuk diajak berpikir dan bertindak yang berbeda dengan tradisi yang sudah dimilikinya selama ini. Oleh karena itu, kemampuan
10 adaptif masyarakat dalam menerima inovasi untuk meningkatkan akselerasi pembangunan
di
wilayah
perdesaan
perlu
ditingkatkan
dalam
rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan, menurut Tjokroamidjojo (1991), terdapat 2 (dua) cara yang dapat ditempuh yaitu memobilisasikan kegiatan-kegiatan masyarakat yang serasi untuk kepentingankepentingan pencapaian tujuan pembangunan dan meningkatkan oto-aktivitas, swadaya dan swakarya masyarakat sendiri sehingga masyarakat menjadi dewasa untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan.
Dengan kata lain, partisipasi
bukanlah sekedar suatu keikutsertaan kelompok-kelompok tertentu saja atau kelompok-kelompok status sosial ekonomi tinggi sebagai perencana dan kelompok-kelompok status ekonomi rendah sebagai pelaksana kegiatan pembangunan. Partisipasi harus dapat mengikutsertakan seluruh anggota masyarakat untuk aktif melakukan hak dan kewajibannya sebagai partisipan, tidak ada aktivitas ekslusif dan tidak ada pula penonton pasif, seluruh anggota masyarakat berperan secara produktif. Sihombing (1980) mempertegas bahwa pengertian partisipasi berakar pada pemahaman bahwa setiap makhluk yang disebut manusia adalah pemilik dan ahli waris yang sah dari dunia (alam), dengan demikian partisipasi merupakan hak dasar manusia untuk mengobyektivikasikan, mengeluarkan dan menyatakan dirinya melalui upaya mengerjakan alam (memanusiawikan). Lebih lanjut Saardi (2000) mengemukakan 5 (lima) hal yang menentukan kelengkapan partisipasi masyarakat yaitu: 1. adanya aliran informasi: yang menggambarkan aliran informasi timbal balik dari masyarakat yang disampaikan ke masyarakat melalui lembaga atau tokoh masyarakat, 2. konsultasi: masyarakat dilibatkan untuk berkonsultasi mengenai isu penting dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program, 3. keputusan: masyarakat atau tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari golongan sasaran program, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan mengontrol jalannya program,
11 4. inisiatif: tidak semua ide-ide dan perencanaan datang dari luar, tetapi masyarakat
memiliki
kebebasan
untuk
mengambil
inisiatif
dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan strategi dalam pelaksanaan program dan, 5. evaluasi: masyarakat ikut mengevalusi rencana dan pelaksanaan program. Sejalan dengan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat sebagai partisipan aktif, Sihombing (1980) mengemukakan bahwa partisipasi dalam konteks pembangunan yang memerdekakan manusia, bukan semata-mata berdasarkan ”kebaikan hati” para elite pengambil keputusan, akan tetapi partisipasi adalah hak dasar yang sah dari umat manusia untuk turut serta merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan yang menjanjikan harapan pemerdekaan dirinya itu.
Dengan demikian, melalui kegiatan partisipasi terjadi perubahan
struktur sosial, politik dan ekonomi. Tjokroamidjojo (1991) mengemukakan bahwa keberhasilan keterlibatan aktif masyarakat tergantung apabila rencana pembangunan itu berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Konsepsi tentang partisipasi, dapat dikemukakan bahwa timbulnya partisipasi akibat adanya ekspresi perwujudan perilaku mental seseorang, dimana ekspresi perilaku tersebut timbul karena adanya kemampuan dan kemauan petani untuk berpartisipasi serta adanya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dan kemauan tersebut (Dorojatin, 1990). Krech et al. (1962) mengemukakan bahwa perilaku interpersonal merupakan awal timbulnya keinginan sebagai partisipan. Anwar (2007) mengemukakan bahwa partisipasi petani timbul dari kepincangan-kepincangan struktural yang terdapat di dalam sistem sosial, yakni kepincangan antara kemampuan untuk menyerap informasi dan kesempatan yang diharapkan untuk menggunakan informasi. Kepincangan itu dapat timbul dengan bermacam-macam cara antara lain, (1) kemampuan untuk menyerap bertambah akan tetapi kesempatan untuk menerapkan tidak ada, (2) kemampuan dan kesempatan itu kedua-duanya bertambah, tetapi bertambahnya kemampuan lebih cepat daripada bertambahnya kesempatan, dan (3) kemampuan bertambah, sedangkan bersamaan dengan itu kesempatan berkurang. Beberapa hal yang merupakan eksistensi suatu partisipasi yang penting seperti dikemukakan oleh Holle (2000), sebagai berikut:
12 (1)
Pada partisipasi terdapat adanya keterlibatan mental dan emosional dari seseorang yang berpartisipasi
(2)
Pada partisipasi terdapat adanya kesediaan dari seseorang untuk memberi kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
(3)
Suatu partisipasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan kelompok atau suatu komunitas dalam masyarakat
(4)
Pada partisipasi akan diikuti oleh adanya rasa tanggung jawab terhadap aktivitas yang dilakukan seseorang
(5)
Pada partisipasi terkandung di dalamnya bahwa ada hal yang akan menguntungkan individu, artinya menyangkut adanya pemuasan akan tercapai suatu tujuan bagi dirinya. Lebih lanjut Holle (2000), mengemukakan bahwa partisipasi rakyat dalam
pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga rakyat secara sukarela, tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri. Guna mencapai hal-hal tersebut, maka rakyat perlu mengalami suatu proses belajar agar mampu mengetahui kesempatan-kesempatan yang ada untuk peningkatan kualitas hidupnya. Meningkatkan partisipasi masyarakat harus dilakukan dengan cara meningkatkan keterlibatan warga secara langsung dalam pengambilan keputusan dalam suatu kegiatan. Perluasan partisipasi masyarakat merupakan bagian dari pendekatan pembangunan yang mencakup peningkatan kepribadian atau kualitas manusia baik perorangan maupun masyarakat. Masyarakat memiliki identitas yang kolektif sifatnya. Oleh karena itu pembangunan masyarakat harus mencakup pembangunan secara kolektif (Oepen, 1988). Berbagai uraian macam dan jenis partisipasi maka dapat dikatakan bahwa partisipasi seseorang dapat dilakukan pada semua aspek dari suatu proses kegiatan, mulai dari perencanaan hingga pemanfaatan hasil yang dicapai dari suatu pelaksanaan kegiatan. Jika seseorang sejak awal dilibatkan secara penuh dalam suatu kegiatan maka dengan sendirinya akan timbul rasa memiliki dan
13 tanggung jawab moral terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan. Wanita tani sebagai salah satu bagian integral dalam konstelasi pembangunan di perdesaan memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peran aktif wanita tani tidak hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi juga dalam perolehan pendapatan rumah tangga melalui kegiatan usahatani, pengolahan, penyediaan kebutuhan pangan dan kegiatan lainnya. Partisipasi wanita dalam aktivitas ekonomi dan sekaligus aktivitas rumah tangga hubungannya dengan usaha tani di perdesaan merupakan salah satu hal menarik yang perlu diteliti lebih mendalam. Sejalan dengan hal tersebut, maka penelitian ini akan mengkaji partisipasi wanita tani khususnya dalam kegiatan usahatani kakao. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan partisipasi Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk melakukan suatu tindakan, di mana perwujudan dari perilaku tersebut didorong oleh adanya tiga faktor utama yang mendukungnya yaitu (1) kemauan, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi (Dorodjatin, 1990). Hasil penelitian Dorojatin (1990) menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua) faktor yang dominan berhubungan dengan partisipasi, yaitu faktor dalam diri individu (internal), dan faktor di luar individu (eksternal). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Abdussamad (1991) bahwa untuk berperilaku tertentu minimal ada dua hal yang mendukung dalam berpartisipasi yaitu pertama, adanya unsur yang bersumber dari diri seseorang yang mendorong untuk berperilaku tertentu, dan kedua, terdapat iklim atau lingkungan yang memungkinkan untuk berperilaku tertentu. Faktor Internal Wanita Tani Rakhmat (2001) menyatakan faktor internal individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor biologis dan sosiopsikologis. Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang penting
14 untuk diketahui dalam rangka mengetahui suatu prilaku dalam masyarakat. Karakteristik individu yang merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang berhubungan dengan semua aspek dan lingkungan seseorang. Umur Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur, adalah faktor psikologis.
Kemampuan belajar seseorang berkembang
secara gradual semenjak lahir sampai menjadi dewasa.
Asumsi ini dapat
diketahui bahwa anak berusia lebih tua, akan belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah besar bila dibandingkan dengan anak yang berusia lebih muda. Kemampuan belajar seseorangpun akan berkurang secara gradual dan terasa sangat nyata setelah berumur 55 atau 60 tahun (Padmowihardjo, 1994). Umur seseorang berkaitan dengan kemampuannya dalam proses belajar dan atau mengajar yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kerjanya dalam berusaha. Menurut Mappiare (1983) terdapat kecenderungan bagi perempuan yang berusia tiga puluh lima tahun ke atas untuk lebih memantapkan dirinya dalam bekerja, alasannya berkenaan dengan semakin tingginya biaya hidup yang perlu dikeluarkan. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia.
Perubahan perilaku yang
disebabkan oleh kegiatan pendidikan biasanya berupa: (1) perubahan dalam pengetahuan atau hal yang diketahui; (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan (3) perubahan dalam sikap mental atau segala sesuatu yang dirasakan. Pendidikan merupakan suatu faktor penting bagi kehidupan manusia. Seseorang dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sangat berguna bagi diri dan kehidupannya maupun bagi pelaksanaan tugasnya sehari-hari. Pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara merasa dan cara bertindak. Saharuddin (1987) mengatakan, bahwa tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh pada partisipasi pada tingkat perencanaan. Oleh karena itu
15 semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dapat diharapkan semakin baik pula cara berpikir dan cara bertindaknya. Mosher (1987) menyatakan pendidikan formal mempercepat proses belajar, memberikan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan masyarakat.
Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa pendidikan
berperan dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas, menampilkan individu yang memiliki keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam bidangnya masing-masing.
Hernanto (1993) menyatakan rendahnya tingkat
pendidikan akan berpengaruh kepada rendahnya adopsi teknologi.
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kualitas sumberdaya manusia. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi akan mendorong tumbuhnya pola pikir dan kreatifitas yang mampu menangkap peluang atau kesempatan berusaha. Masyarakat sebagai manusia yang rasional sebelum memutuskan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, didahului oleh masa belajar dan menilai manakala partisipasi itu mendatangkan manfaat bagi dirinya. Jika bermanfaat, maka akan berpartisipasi, dan sebaliknya jika tidak bermanfaat maka masyarakat tidak bergerak untuk berpartisipasi. Besarnya Jumlah Keluarga Besar kecilnya jumlah keluarga mempunyai kaitan erat dengan upaya untuk memperoleh pendapatan dalam keluarga, sehingga dapat menyebabkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga tersebut.
Sajogyo (1984) mengemukakan, peningkatan pendapatan yang
diperoleh dari perempuan yang bekerja sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya terlebih bagi yang mempunyai jumlah tanggungan dan beban keluarga yang tidak sedikit. Pandangan yang disampaikan Surtiyah (1990) menyatakan bahwa bagi perempuan miskin yang mempunyai anggota keluarga yang besar umumnya mempunyai semangat kerja yang tinggi. Pengalaman Berusahatani Osipow (1983), mengemukakan bahwa selain faktor kebutuhan, faktor pengalaman juga mempengaruhi dalam pemilihan kerja. Seseorang yang berinteraksi seumur hidupnya dengan lingkungannya akan mendapatkan
16 pengalaman yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan pengertian tentang sesuatu yang telah terjadi. Beberapa ahli pertanian berkeyakinan bahwa pada masa lalu wanitalah yang pertama kali membudidayakan tanaman dan merintis ilmu seni bertani (Departemen Pertanian, 1991). Pengalaman wanita tani dalam bercocok tanam kebanyakan diperoleh secara empirik berasal dari warisan turun-temurun, sehingga mereka sudah mengetahui keterampilan dasar yang diperlukan dalam berusahatani.
Pengalaman-pengalaman
tersebut
merupakan
stimulus
meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan wanita tani yang diperlukan dalam berusahatani. Semakin cocok pengalaman wanita tani dengan peristiwa yang dialami di masa lampau, akan semakin mempermudah baginya untuk mengerti dan memahami stimulus tersebut.
Pengalaman berusaha tani yang
dimiliki oleh wanita tani berpengaruh dalam penglolaaan usahatani. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi proses pengambilan keputusan, sehingga petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama cenderung sangat efektif dalam proses pengambilan keputusan (Mardikanto, 1996). Motivasi Berusahatani Motivasi terdiri atas kata ‘motif’ yang berarti dorongan dan ‘asi’ berarti usaha.
Motivasi adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan
dorongan untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan (Padmowiharjo, 1994). Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Daya atau kekuatan tersebut dapat berupa pemenuhan akan kebutuhan biologis, seperti kebutuhan makan, istirahat, atau kebutuhan untuk berkuasa. Handoko (1995) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya.
Tingkah laku manusia disebabkan oleh
adanya kebutuhan dan dorongan tertentu.
Dengan adanya kebutuhan dan
dorongan ini seseorang akan merasa siap untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Jika keadaan siap mengarah kepada suatu kegiatan konkrit disebut sebagai motif. Selanjutnya usaha untuk menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tingkah laku konkrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi. Motivasi merupakan keadaan
17 dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi terdiri atas dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri
seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri seseorang sehingga melakukan sesuatu hal. Motivasi seseorang akan muncul jika ia memiliki keinginan. Keinginan tersebut muncul melalui proses yang diterima seseorang dan dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan. Segala sesuatu yang diperoleh seseorang akan diberi arti menurut minat dan keinginannya. Motivasi yang demikian bersumber pada faktor psikologis manusia yang menyangkut emosi dan perasaan. Maslow seperti dikutip Wahjosumidjo (1984) dalam bukunya “Motivation dan Personality” mengungkapkan lima jenjang kebutuhan pokok manusia: (1) kebutuhan mempertahankan hidup, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan akan penghargaan, dan (5) kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja. Aspirasi Aspirasi merupakan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa yang akan datang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang untuk mencapai hal tersebut. Adanya aspirasi, akan menentukan dan mempolakan petani untuk melakukan usaha-usaha untuk mencapai aspirasi tersebut. Dengan demikian akan semakin tinggi pula kemauan petani untuk ikut berpartisipasi. Sifat Kekosmopolitan Mardikanto (1996) menyatakan sifat kekosmopolitan adalah tingkat hubungannya “dunia luar” di luar sistem sosialnya sendiri. Sifat kekosmopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa.
Bagi warga masyarakat yang relatif lebih kosmopolit, adopsi
inovasi dapat berlangsung cepat.
Bagi warga yang lebih “lokalit” (tertutup,
terkungkung di dalam sistem sosialnya sendiri), proses adopsi inovasi akan berlangsung sangat lamban karena tidak adanya keinginan-keinginan baru untuk
18 hidup lebih “baik” seperti yang telah dapat dinikmati oleh orang-orang lain di luar sistem sosialnya sendiri. Sifat kekosmopolitan individu dicirikan oleh sejumlah atribut yang membedakan mereka dari orang-orang lain di dalam komunitasnya, yaitu memiliki status sosial yang lebih tinggi, partisipasi sosial yang lebih tinggi, lebih banyak berhubungan dengan pihak luar, lebih banyak menggunakan media massa dan memiliki hubungan lebih banyak dengan orang lain maupun lembaga yang berada di luar komunitasnya.
Sifat kosmopolit mencakup pengertian tentang
keterbukaan wanita tani terhadap inovasi atau informasi dari luar. Keterbukaan ini akan berdampak bagi pengembangan usahatani yang berimplikasi bertambahnya pengetahuan, perubahan sikap dan peningkatan keterampilan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan wanita tani dalam menghadapi permasalahan yang timbul dalam usahatani kakao. Haji (1991) seperti yang dikutip Belem (2002), mengatakan faktor kosmopolit berpengaruh terhadap perilaku wanita dalam bentuk adopsi inovasi. Hal ini berarti bahwa semakin banyak wanita tani melakukan komunikasi dan berhubungan dengan pihak luar dapat menambah kemampuan wanita tani dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi dalam kegiatan usahatani kakao. Sumber informasi yang diperlukan tentunya dari pihak luar yang dianggap lebih memahami permasalahan yang dihadapi. Dalam hal hubungan antara aktivitas komunikasi dengan berbagai sumber informasi (sifat kekosmopolitan), Asngari (1984) mengemukakan bahwa kegiatan tersebut akan menyebabkan individu membentuk persepsi yang dimulai dengan pemilihan, kemudian menyusun menjadi kesatuan yang bermakna, dan akhirnya menginterpretasikan dalam bentuk perilaku dan tindakan. Dengan demikian, sifat kosmopolit merupakan suatu proses awal yang mampu menggerakkan daya pikir seseorang untuk memahami hasil hubungan yang terjadi dan untuk selanjutnya dicerna serta diwujudkan dalam bentuk perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan menguntungkan bagi pribadi yang bersangkutan. Apabila suatu masyarakat memiliki sifat kosmopolit yang terbuka dalam sistem sosialnya maka masyarakat tersebut cenderung lebih cepat mengalami perubahan. Demikan pula sebaliknya, apabila masyarakat tersebut tertutup atau
19 hanya bersifat lokalit saja maka perubahan ke arah yang lebih maju akan terlambat atau terhambat. Sifat kekosmopolitan diduga mempengaruhi wanita tani dalam pengembangan usahatani kakao. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan selalu terjadi dalam setiap gerak kehidupan nyata pada setiap individu atau organisasi. Pengambilan keputusan diartikan sebagai aktivitas pemilihan di antara sejumlah kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah, pertentangan atau kebimbangan. Pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih dan menetapkan alternatif yang tepat untuk suatu tindakan yang diinginkan. Proses ini melibatkan pertimbangan rasional, aspek psikologis, dan sosial budaya (Martianto et al. 1993). Persoalan pengambilan keputusan pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih dan prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik. Keputusan yang diambil biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan situasional, bahwa keputusan tersebut adalah keputusan terbaik. Keputusan dapat dilihat dalam kaitannya dengan proses yang lebih dinamis yaitu pengambilan keputusan. Keputusan merupakan sebuah kesimpulan yang dicapai setelah melakukan pertimbangan dan terjadi setelah satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan. Pertimbangan adalah proses menganalisis beberapa kemungkinan atau alternatif kemudian memilih satu di antaranya. Sajogyo (1984) mengemukakan bahwa untuk menganalisis peranan wanita dalam pengambilan keputusan di rumah tangga dengan cara mengelompokkan pengambilan keputusan pada lima tingkatan dimulai dari dominasi oleh isteri (keputusan yang dibuat oleh isteri sendiri) sampai dominasi oleh suami (keputusan yang diambil oleh suami sendiri) sebagai berikut: 1). Keputusan dibuat oleh isteri seorang diri tanpa melibatkan suami, 2). Keputusan dibuat bersama oleh suami isteri dengan pengaruh lebih besar dari isteri 3). Keputusan dibuat bersama oleh suami isteri tanpa salah satu mempunyai pengaruh yang lebih besar
20 4). Keputusan dibuat bersama oleh suami isteri tetapi dengan pengaruh suami lebih besar 5). Keputusan dibuat oleh suami seorang diri tanpa melibatkan isteri. Keputusan-keputusan yang diambil oleh suami dan isteri diharapkan dapat menggambarkan adanya dominasi relatif dari pria dan wanita dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kegiatan meningkatkan taraf hidup rumah tangga. Perbedaan dalam pengambilan keputusan tersebut mencerminkan distribusi dan alokasi kekuasaan dalam rumah tangga, menurut pandangan Blood dan Wolfe (Sajogyo, 1983) ditentukan oleh struktur keluarga dan faktor sumberdaya pribadi suami isteri yang diperoleh dalam keluarga inti masing-masing. Aspek yang paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi anggota keluarga karena distribusi dan alokasi kekuasaan. Aspek berikutnya yang juga penting adalah pembagian kerja dalam keluarga (Sajogyo, 1981). Kekuasaan yang dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga itu bisa tersebar dengan sama nilainya atau tidak sama nilainya, khususnya antara suami dan isteri (Sajogyo, 1983). Pembagian kerja menunjuk kepada pola peranan yang ada dalam keluarga dimana khususnya suami dan isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi kekuasaan dan pembagian kerja menurut Blood dan Wolfe adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga, dan dipengaruhi pula oleh posisi keluarga dalam lingkungan dan masyarakatnya. Peranan wanita dapat dianalisis dari alokasi kekuasaan yang ada antara suami dan isteri dalam keluarganya dengan mengukur pola pengambilan keputusan mereka. Peranan wanita dapat pula dianalisis dari pembagian kerja yang ada dalam keluarga terutama dari diferensiasi peranannya. Hal ini dapat diketahui dalam mengukur penggunaan waktu dalam berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar rumahtangga. Alokasi Waktu Munculnya pembagian kerja bukan merupakan hal yang hanya terjadi karena konstruksi budaya, tetapi terkait dengan proses kapitalisasi di perdesaan. Pembagian kerja yang berlangsung selama ini masih menempatkan laki-laki
21 sebagai pencari nafkah dan mengalokasikan waktunya untuk bekerja di ranah produktif. Sedangkan perempuan, selain bekerja di ranah produktif yang dari sisi waktu tidak jauh berbeda dari laki-laki memiliki beban untuk mengerjakan tugas domestik atau reproduktif. Ditambah lagi dengan kegiatan sosial di komunitas yang merupakan bagian dari tugas pengelolaan komunitas.
Pembagian kerja
mencerminkan beban kerja perempuan di ranah domestik tidak terbagi cukup adil di antara anggota keluarga lainnya sehingga seolah-olah tanggung jawab tugas domestik diletakkan hanya di punggung perempuan. Kegiatan produktif yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki dapat digantikan oleh orang lain yang diupah, tetapi tugas domestik yang menjadi tugas perempuan tidak dapat sepenuhnya dialihkan pada pihak lain. Pembagian kerja erat kaitannya dengan strategi bertahan dan pola pemenuhan kebutuhan usaha dan keluarga. Diversifikasi usaha yang dilakukan di desa merupakan satu keharusan bagi setiap rumah tangga produsen karena pendapatan sering kali tidak mencukupi kebutuhan minimum. Dewayanti et al. (2004) menyatakan pola pembagian kerja dalam keluarga sangat terkait dengan variasi diversifikasi sumber pendapatan yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Jika kebutuhan keluarga tidak terlalu besar dan masih dapat dipenuhi melalui usaha utama, hasil dari usaha sampingan biasanya ditabung dan hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan mendadak dan terencana yang membutuhkan biaya besar, seperti pendidikan anak ke tingkat yang lebih tinggi atau mengadakan selamatan. Curahan waktu yang tersedia pada wanita tani merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani. Besarnya curahan waktu yang tersedia bagi setiap wanita tani dalam pengelolaan usahatani berbeda-beda di tiap-tiap daerah. Evenson (1978) dalam Belem (2002) mengemukakan dalam kerangka ekonomi keluarga, waktu dan anggota keluarga merupakan sumberdaya dan faktor produksi. Bagi keluarga miskin, waktu merupakan sumberdaya yang sangat penting yang akan dialokasikan untuk berbagai kegiatan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat meminimumkan biaya produksi kebutuhan keluarga. Makin rendah ekonomi keluarga petani, makin besar curahan waktu yang digunakan wanita untuk memperoleh penghasilan. Jika dihubungkan dengan pola pembagian kerja keluarga nampak jelas sumbangan masing-masing anggota
22 keluarga dalam mencurahkan alokasi waktunya. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat partisipasi wanita tani dalam pengambilan keputusan berusahatani. King (1976) seperti yang dikutip Suandi (2001) mengemukakan bahwa sesuai dengan peranannya, pembagian alokasi waktu wanita dalam rumah tangga dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu pertama, waktu untuk bekerja produktif di pasar kerja (mencari nafkah); kedua, waktu untuk bekerja produktif di rumah tangga; ketiga, waktu untuk konsumsi lainnya seperti: waktu untuk kebutuhan fisiologis dan rekreasi Peran domestik disebut juga dengan peran reproduktif yaitu peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga, seperti mengasuh anak, memasak,
mencuci
pakaian
dan
alat-alat
rumah
tangga,
menyetrika,
membersihkan rumah, dan lain-lain. Menurut kondisi normatif, pria dan wanita mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama, akan tetapi menurut kondisi objektif, wanita mengalami ketertinggalan yang lebih besar daripada pria dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Kondisi objektif ini tidak lain disebabkan oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang masih berlaku di masyarakat. Norma sosial dan nilai sosial budaya tersebut, di satu pihak menciptakan status dan peranan wanita di sektor domestik yakni berstatus ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga, di lain pihak menciptakan status dan peranan pria di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah. Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Kerja produktif yang dilakukan oleh wanita akan berpengaruh terhadap sumbangan pendapatan keluarga. Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin terwujud dan terbentuk keluarga sejahtera yang bahagia. Faktor Eksternal Rakhmat (2001) mengemukakan bahwa faktor eksternal individu merupakan ciri-ciri yang dapat menekan seseorang yang berasal dari luar dirinya. Faktor
23 eksternal individu merupakan salah satu faktor yang penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui upaya seseorang untuk melakukan suatu usaha. Budaya/Sistem nilai Koentjaraningrat seperti dikutip oleh Nurjanah (1999) menyatakan sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling abstrak dari adat, terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Oleh karena itu, sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Lebih lanjut dikatakan bahwa sikap mental atau attitude diartikan sebagai suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia atau masyarakatnya, lingkungan alamiahnya. Perilaku merupakan bentuk kebudayaan sebagai perwujudan aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dan masyarakatnya. Pada wujud lainnya, kebudayaan terbentuk sebagai sistem nilai budaya atau orientasi nilai budaya. Kebudayaan pada bentuk ini merupakan suatu kompleksitas dari ide, gagasangagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Orientasi nilai budaya (sikap mental) yang akan menjadi unsur pengatur, pengendali dari perbuatan akan berpengaruh pada penciptaan karya-karya fisik. Budaya yaitu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan berpartisipasi atau tidaknya masyarakat dalam pembangunan. Adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap suatu perubahan dapat menyebabkan masyarakat tidak berpartisipasi. Hal ini terjadi karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat yang akan berimplikasi pada rendahnya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Norma dan nilai sosial budaya, di satu pihak menciptakan status dan peranan wanita di sektor domestik yakni berstatus sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan pekerjaan urusan rumah tangga, di lain pihak menciptakan status dan peranan pria di sektor publik yakni sebagai kepala keluarga atau rumah tangga dan pencari nafkah. White dan Hastuti (1980), mengemukakan bahwa dalam sistem kekerabatan patrilineal, terdapat adat dalam perkawinan
24 (pernikahan) yang biasanya wanita (istri) mengikuti pria (suami) atau tinggal di pihak kerabat suami. Pola adat seperti itu merupakan salah satu faktor yang secara relatif cenderung mempengaruhi status dan peranan wanita, yakni status dan peranan wanita menjadi lebih rendah daripada pria. Proses partisipasi wanita dalam usahatani kakao dipengaruhi oleh budaya masyarakat di mana rumah tangga itu berada. Ketersediaan Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang dibutuhkan guna menghasilkan produksi yang optimal. Ketersediaan tenaga kerja dalam usahatani bisa bersumber dari: (1) dalam keluarga, dan (2) luar keluarga. Tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga biasanya merupakan tenaga-tenaga kerja yang tidak dibayar secara upah dan terdiri atas tenaga ayah, ibu dan anakanak serta beberapa kerabat terdekat dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya merupakan tenaga-tenaga upahan yang berfungsi untuk membantu kekurangan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Ketersediaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani dapat dipenuhi dari tenaga kerja wanita maupun tenaga kerja pria. Berkaitan dengan produktifitas kerja yang dapat dicurahkan diketahui bahwa usia produktif tenaga kerja pada kegiatan usahatani berada pada usia 15 tahun sampai dengan 55 tahun. Kondisi usia produktif tenaga kerja ini belum menjamin keseragaman di setiap daerah, karena berdasarkan beberapa pengamatan diketahui bahwa keterlibatan tenaga kerja dalam usahatani di beberapa daerah berkaitan erat dengan sistem budidaya. Penyuluhan Penyuluhan adalah proses mengubah perilaku petani menjadi lebih baik agar mampu memecahkan tantangan yang dihadapi serta meningkatkan kualitas hidupnya. Kegiatan penyuluhan adalah proses pendidikan non formal. Materi dan metode penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan sasaran. Penyuluhan pertanian dilakukan agar petani memiliki kemampuan baru untuk menyelesaikan permasalahannya, artinya penyuluh berusaha melakukan perubahan terhadap sasaran yaitu petani. Petani yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak mampu menjadi mampu, dan dari tidak mau menjadi petani yang mau
25 melakukan perbaikan diri, serta mau mengambil keputusan dari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sistem penyuluhan pertanian memerlukan kerjasama antar komponen yang berada dalam sistem itu sendiri. Kerjasama tersebut ditujukan untuk mencapai optimalisasi sumberdaya yang ada, baik sumberdaya regional maupun nasional. Tujuan kerjasama diarahkan ke dalam sistem penyuluhan pertanian yang lebih profesional dengan reorientasi penyuluhan pertanian sebagai berikut: (1) dari instansi ke kualitas penyuluh, (2) dari pendekatan top down ke bottom up, (3) dari hierarki kerja vertikal ke horizontal, (4) dari pendekatan instruktif ke partisipatif/dialogis, dan (5) dari sistem kerja linier ke jaringan. Van den Ban dan Hawkins (1999) mengemukakan bahwa kerjasama dalam sistem penyuluhan pertanian juga ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintah, seperti: (1) meningkatkan produksi pangan, (2) merangsang pertumbuhan ekonomi, (3) meningkatkan kesejahteraan keluarga petani dan masyarakat pedesaan, serta (4) mengusahakan pertanian yang berkelanjutan. Pendekatan yang dilakukan kepada petani guna mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengupayakan pemberdayaan petani dengan memberikan kebebasan pada petani untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Kerjasama dalam sistem penyuluhan pertanian memerlukan strategi yang tepat agar memperoleh hasil yang tepat dan optimal. Stategi tersebut adalah dengan melibatkan sektor-sektor penting di luar petani yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan usahataninya. Keterlibatan sektor lain di luar petani seperti penelitian dan informasi pasar dapat dijembatani oleh penyuluh untuk memudahkan penyampaian informasi kepada petani. Hal paling penting dalam membangun sistem penyuluhan pertanian yang berorientasi ke arah yang lebih modern adalah petani sebagai sasaran penyuluhan harus ditempatkan pada posisi utama. Petani mempunyai hak untuk menentukan yang terbaik bagi mereka. Petani sebagai subyek bukan sebagai obyek dalam kegiatan penyuluhan. Penyuluhan berpengaruh bagi kelancaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Peranan penyuluhan pembangunan untuk menggerakkan masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan antara lain penerima gagasan, inspirasi dan aspirasi khalayak sasaran dan motivator yang mampu mendorong
26 sasaran penyuluhan untuk merasa bertanggung jawab dalam melaksanakan dan memelihara hasil-hasil program. Penyuluh haruslah memiliki kaitan erat dengan masyarakat lokal, tertarik dengan permasalahan atau persoalan lokal, maupun berbagi pengetahuan dan ide serta mau bekerja sama dengan masyarakat. Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang baik, pembicara dan kemampuan mendorong pemimpin lokal untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan pertanian. Kontak dengan penyuluh diartikan sebagai terjadinya hubungan antara petani dengan penyuluh. Menurut Soekanto (2006) hubungan yang terjadi antara seseorang dengan orang lain dapat bersifat primer dan sekunder. Hubungan yang bersifat primer terjadi apabila seseorang mengadakan hubungan langsung dengan bertemu dan berhadapan muka. Hubungan yang bersifat sekunder terjadi melalui perantara baik orang lain maupun alat-alat seperti telepon, radio dll. Keikutsertaan wanita tani dalam kegiatan penyuluhan merupakan faktor yang mendukung kemajuan dalam pengelolaan usahatani kakao. Kegiatan penyuluhan yang diikuti oleh wanita tani dengan sendirinya akan sangat bermanfaat baik dalam menerima teknologi tepat guna atau informasi lain yang penting bagi kegiatannya Iklim Usaha Iklim usaha merupakan suasana usaha yang mempengaruhi keikutsertaan wanita tani untuk berperan dalam kegiatan usahatani kakao. Suasana usaha ini selain berkaitan dengan permintaan pasar dan harga kakao yang cukup tinggi juga keamanan usaha.
Keamanan usaha yang dimaksud di sini adalah keamanan
kegiatan-kegiatan/pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani kakao bagi kaum wanita tani. Rosni (2003) mengemukakan kebutuhan keamanan antara lain adalah: kebutuhan stabilitas, kebebasan, keterlindungan, bebas dari ketakutan, bebas dari kegelisahan. Petani akan memilih produksi dengan resiko produksi atau kerugian akibat keragaman proses ekologis, ekonomis atau sosial yang terkecil (minimal) supaya petani tidak gelisah, takut dan mempunyai kepastian. Keamanan usaha adalah meminimalkan resiko berkaitan dengan kelangsungan usahatani dan harga yang diinginkan petani.
27 Keamanan bukan saja dari gangguan penjahat dan binatang buas, tetapi yang tidak kalah penting adalah keamanan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan usahatani kaum wanita tani. Keamanan usaha adalah meminimalkan resiko produksi atau kerugian usaha sebagai akibat keragaman ekologis, ekonomi atau sosial. Termasuk dalam faktor keamanan adalah sistem pemasaran produksi dengan harga yang diinginkan petani (Reijntjes et al., 1999). Sistem/Peluang Pasar Aspek pemasaran merupakan masalah di luar usahatani yang perlu diperhatikan. Petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki berada pada posisi yang lemah dalam penawaran dan persaingan, terutama menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Penentu harga produk pertanian tidak berada di pihak petani. Salah satu keadaan yang harus dihindarkan adalah membiarkan salah satu bagian dari sistem tataniaga menjadi monopoli perorangan atau organisasi tanpa adanya jaminan yang efektif bagi kepentingan petani. Pengertian monopoli selalu dihubungkan dengan pedagang, swasta bahkan koperasi ataupun lembaga pemerintah bisa melakukan monopoli. Diperlukan pengendalian harga serta pengendalian jasa-jasa tataniaga yang cukup, sehingga kepentingan petani dilindungi. Mosher (1987) menyatakan jika ada monopoli dalam pemasaran, perlu ditertibkan atau dorongan dapat diberikan kepada koperasi atau perusahaan dagang lain yang baru untuk menyainginya. Pemerintah turut membeli dan menjual dengan harga layak, dengan demikian perlu penyediaan saluran tataniaga tambahan. Peran/dorongan Kepala Keluarga Faktor-faktor yang mendorong tumbuhnya peranan wanita dalam proses produksi pertanian antara lain adalah adanya dorongan dari dalam keluarga terutama dari suami sebagai kepala rumah tangga untuk bekerja dan membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Handewi (1997) menyatakan bahwa alasan suami mendorong istri untuk bekerja adalah : 1) menambah penghasilan keluarga, 2) mengisi waktu luang, 3) tidak tergantung suami, 4) menaikkan status sosial, dan 5) kepuasan diri.
28 Sajogyo (1981) menyatakan besarnya peranan wanita dalam pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan di bidang nafkah tidak selalu bersamaan dengan besarnya pengaruh di dalam maupun di luar rumah tangganya, perlu memperhatikan faktor-faktor wewenang keluarga serta sumberdaya pribadi yang disumbangkan pria dan wanita dalam keluarganya. Wanita Tani Wanita tani menurut Pusat Penyuluhan Pertanian (1997) seperti yang dikutip oleh Rosni (2003), adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian, yang dibagi: 1. Menurut statusnya dalam keluarga, terdiri atas: a. Kepala Keluarga, yaitu wanita tani pada kondisi: wanita janda (ditinggal suami karena bercerai atau meninggal), atau wanita tidak menikah yang hidup mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, bahkan sering juga mempunyai tanggungan. b. Isteri petani, yaitu wanita yang menjadi isteri petani, hidup satu rumah sebagai suami isteri yang sah. c. Wanita dewasa anggota keluarga, yaitu wanita yang berumur di atas 30 tahun atau yang sudah menikah, yang tinggal bersama seorang petani (ibu, mertua, saudara, ipar, anak, kemenakan dan lain-lain) d. Pemuda tani wanita, yaitu wanita berumur 16-30 tahun dan belum pernah menikah, yang tinggal bersama satu keluarga petani (anak, kemenakan dan lainnya) e. Taruna tani wanita, yaitu wanita remaja berumur di bawah 16 tahun dan belum pernah menikah, yang tinggal dan menjadi tanggungan seorang petani. 2. Menurut fungsinya dalam usahatani, terdiri atas: a. Petani wanita, yaitu wanita pengusaha tani yang mengelola usahataninya secara mandiri. Petani wanita dapat berstatus sebagai: (1)
Kepala keluarga, yang hidup/mencukupi nafkah keluarganya dari usahatani.
(2)
Sebagai isteri petani, dimana suaminya tidak berfungsi selaku pencari nafkah utama atau bekerja di luar usahatani keluarga atau
29 (3)
Sebagai wanita dewasa anggota keluarga atau pemuda tani wanita di mana yang bersangkutan mengelola suatu usahatani secara mandiri.
b. Mitra/pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu pengusaha tani dalam keluarganya, tanpa diberi upah/pembagian hasil secara ekonomi. Mitra usaha petani tersebut berstatus sebagai: (1)
Isteri petani
(2)
Wanita dewasa anggota keluarga, atau
(3)
Pemuda/taruna tani wanita.
Departemen Pertanian (1997) seperti yang dikutip oleh Belem (2002) mendefinisikan wanita tani adalah kaum wanita dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam kegiatan usahatani dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan keluarganya. Wanita tani dapat diklasifikasikan berdasarkan : 1) menurut status dalam keluarga, istri petani, yaitu wanita yang menjadi istri petani, hidup satu rumah sebagai suami istri yang sah, 2) menurut fungsinya dalam usahatani sebagai mitra atau pembantu usaha petani, yaitu wanita tani yang membantu pengusaha tani dalam keluarganya, tanpa diberi upah atau pembagian hasil secara ekonomi. Mitra atau pembantu usahatani tersebut berstatus sebagai istri petani. Wanita tani yang berstatus sebagai pendamping suami, dalam hubungannya dengan usahatani kakao ikut bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan dalam rangka peningkatan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari usahatani yang dikelolanya. Peranan Wanita Peran dan kedudukan merupakan dua aspek penting dalam hubungan sosial masyarakat. Peran merupakan perilaku individu dalam struktur sosial dan merupakan aspek dinamis dari kedudukan, yang akhirnya akan memberikan fasilitas tertentu sesuai dengan peranan (role) tersebut. Posisi mengindikasikan status sosial individu di masyarakat. Dengan kata lain, kedudukan memberikan seseorang
sebuah
peran
sebagai
(bermasyarakat) (Elizabeth, 2007).
pola
interaksi
dalam
bersosialisasi
30 Sajogyo (1984) mengatakan bahwa peranan merupakan aspek dinamis dari status dan apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan peranannya. Peranan mencakup sikap, nilai, perilaku seseorang yang ditentukan oleh masyarakat yang berada pada posisi tertentu. Menurut Soekanto (2006) ada tiga pengertian peranan yaitu: (1) peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, (2) peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi, dan (3) peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial dalam masyarakat. Peranan seseorang dalam masyarakat diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Di perdesaan masih berlaku norma tradisional yang umumnya mengharapkan wanita berperan sebagai isteri, ibu dan anggota rumah tangga yang baik dalam melayani kebutuhan keluarga. Peranan antara suami dan isteri diharapkan dapat mempengaruhi peningkatan produksi pertanian. Perbedaan peranan biasanya ditentukan oleh struktur keluarga dan oleh faktor sumberdaya pribadi suami isteri yang diperoleh dalam keluarga inti masing-masing, misalnya pendidikan (formal dan informal), pengetahuan, keterampilan, kekayaan, pengalaman, latar belakang perkawinan, dan kedudukan dalam masyarakat. Aspek yang paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi anggota keluarga karena distribusi dan alokasi kekuasaan. Aspek berikutnya yang juga penting adalah pembagian kerja dalam keluarga (Sajogyo, 1983). Anwar (2007) mengatakan bahwa kekuasaan yang dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga itu bisa tersebar dengan sama nilainya atau tidak sama nilainya khususnya antara suami dan isteri. Pembagian kerja menunjuk pada pola peranan yang ada dalam keluarga di mana khususnya suami dan isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Kombinasi kekuasaan dan pembagian kerja adalah hal yang paling
mendasar dalam keluarga, dan dipengaruhi pula oleh posisi keluarga dalam lingkungan dan masyarakat di mana dia berada.
31 Selanjutnya dikatakan pula oleh Sajogyo (1983) bahwa hubungan antara laki-laki dan wanita atas dasar perkawinan, masing-masing pihak mempunyai kekuasaan, dalam arti masing-masing mempunyai potensi untuk saling mempengaruhi perilaku satu sama lainnya.
Jika hal itu terjadi maka gejala
tersebut digambarkan sebagai proses terjadinya pembagian peranan misalnya dalam pekerjaan. Kekuasaan masing-masing tersebut oleh kedua pihak dianggap wajar, sehingga diakui sebagai wewenang masing-masing (authority). Hubungan suami isteri dikaitkan dengan pembagian kekuasaan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam berbagai kegiatan sosial, ekonomi dan politik baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat yang lebih luas (Sajogyo, 1983). Peran yang diamati dari seorang wanita di dalam melakukan berbagai aktivitas khususnya di bidang pertanian mencerminkan tingkat kemandirian dirinya. Masyarakat menganggap wajar jika suami lebih banyak berperan dalam bermacam hal yang berkaitan dengan kehidupan keluarganya. Kedudukan wanita dalam arti distribusi dan alokasi kekuasaan antara pria dan wanita di dalam dan di luar keluarga dan rumah tangga berhubungan erat dengan kebudayaan dalam masyarakat, serta sumberdaya pribadi (personal resource) yang disumbangkan pada perkawinan/keluarga oleh masing-masing pria dan wanita baik yang dipunyai sebelum maupun setelah perkawinan. Sumberdaya pribadi ini mencakup pendidikan (formal dan non formal), keterampilan, pengetahuan, uang, tenaga kerja, tanah, pengalaman dan sebagainya. Keberadaan perempuan di perdesaan merupakan satu fenomena yang menggambarkan bagaimana proses arus globalisasi yang semakin meminggirkan bukan saja sektor-sektor mikro perdesaan tetapi juga pelaku-pelaku yang terlibat di dalamnya, termasuk perempuan. Di tengah arus globalisasi yang membuka percepatan arus informasi, teknologi, investasi (modal), perempuan hampir tidak tersentuh oleh perubahan global yang ada. Mereka masih tetap lekat dengan gambaran sektor-sektor perdesaan dengan karakteristiknya yang bertumpu pada sumberdaya alam, produksi berbasis rumah tangga, penggunaan teknologi yang rendah (manual), pasar dan modal yang sangat terbatas, serta relasi-relasi ekonomi yang dibungkus relasi sosial yang mengikat.
32 Perubahan
peran
dan
status
wanita
umumnya
disebabkan
oleh
perkembangan masyarakat dan wilayah di lingkungannya. Perubahan masyarakat tersebut makin dipacu oleh pertumbuhan ekonomi, akibat beralihnya sistem perekonomian dari sektor pertanian ke sektor nonpertanian. Perubahan tersebut akan
berdampak
pada
perubahan
sosial
dan
budaya
masyarakatnya.
Perkembangan ekonomi dan sosial menimbulkan desintegrasi pembagian kerja antar pria dan wanita (Elizabeth, 2007). Wanita tani selain melakukan pekerjaan rumah tangga yang merupakan pekerjaan seorang wanita atau isteri petani sesuai dengan masyarakat tempat ia tinggal (home work) juga melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan keluarga (income earning work). Dengan demikian wanita tani mempunyai dua porsi atau status dalam rumah tangga. Curahan waktu yang tersedia pada wanita tani juga merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Besarnya curahan waktu yang tersedia bagi setiap wanita tani dalam tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah (1) pola hidup; (2) pemilikan asset produktif; (3) keadaan sosial ekonomi keluarga; (4) tingkat upah; dan (5) karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumah tangga (umur, tingkat pendidikan atau keahlian) Alam (1984). Sajogyo dan Sajogyo (1989) mengemukakan bahwa meningkatnya peluang bekerja wanita perdesaan yang mempunyai peranan beragam di sektor pertanian berarti meningkatkan pendapatan rumah tangga, meningkatkan potensi wanita untuk mengambil keputusan di pelbagai aspek kehidupan dan memberikan motivasi
yang
kuat
terhadap
kemandiriannya.
Perubahan
dari
sistem
perekonomian dalam masyarakat membawa perubahan pula pada alokasi ekonomi keluarga.
Seperti yang dikemukakan oleh Boserup (1970) perubahan sistem
pertanian akan dapat mengubah pola pembagian kerja dalam keluarga antara pria dan wanita dibidang pencaharian nafkah atau keterlibatan wanita dalam usahatani. Usahatani Bunch (2001) mendefinisikan usahatani sebagai ”organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian”. Organisasi ini
33 ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Komponen usahatani terdiri atas manusia petani (bersama keluarga), tanah atau lahan. Suatu usahatani merupakan agroekosistem yang unik yaitu suatu kombinasi sumberdaya fisik dan biologis seperti bentuk-bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan (tumbuhan liar, pepohonan, tanaman budidaya) dan hewan. Proses yang saling mempengaruhi dan interaksi antar komponen-komponen agroekosistem ini menyebabkan rumah tangga petani mendapatkan hasil atau produk seperti tanaman (batang, daun, buah dan umbi). Reijntjes et. al. (1999) mengatakan bahwa usahatani bukanlah sekadar kumpulan tanaman atau hewan, di mana orang bisa memberikan input apa saja dan kemudian mengharapkan hasil langsung. Usahatani merupakan suatu jalinan yang kompleks yang terdiri atas tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seseorang yang disebut petani sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya.
Petani tersebut
mengupayakan out put dari input dan teknologi yang ada. Usahatani tidak terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan hambatan ekologis dan geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan) yang tercermin dalam budaya setempat. Hal ini kemudian tercermin dalam pertanian setempat yang merupakan hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dan sumberdaya setempat. Nilai-nilai masyarakat perdesaan, pengetahuan, teknologi dan institusi sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang telah dan terus berkembang. Setiap rumah tangga petani membutuhkan input, misalnya benih, energi, unsur hara, air untuk menjaga agar proses produksi terus berlangsung. Input produksi terdiri atas dua macam, yaitu input dalam dan input luar. Input dalam adalah input yang diambil dari dalam usahatani itu sendiri, misalnya energi matahari, air hujan, sedimen, nitrogen yang diikat dari udara atau yang dihasilkan sendiri, misalnya: sisa tanaman, pupuk hijau, tenaga kerja keluarga, dan pengalaman-pengalaman belajar. Input luar adalah input yang diperoleh dari luar usahatani misalnya: informasi, tenaga buruh, pupuk buatan, benih, air irigasi, alatalat mesin dan jasa. Hasil usahatani dapat digunakan sebagai input dalam,
34 dikonsumsi oleh rumah tangga petani (dan menghasilkan tenaga kerja keluarga), dijual, ditukar atau diberikan. Suatu sistem pertanian juga ditentukan oleh ciri-ciri sosioekonomi, budaya, dan politik, lebih-lebih yang berhubungan dengan rumah tangga petani. Setiap rumah tangga merupakan sebuah gabungan yang unik antara laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak yang semuanya memberikan pengelolaan, pengetahuan, tenaga kerja, modal, dan lahan untuk usahatani dan yang mengkonsumsi paling tidak sebagian dari usahataninya. Jadi rumah tangga petani merupakan pusat alokasi sumberdaya, produksi dan konsumsi. Rumah tangga bisa terdiri atas beberapa subsistem yang kurang lebih otonom, seperti isteri dengan subrumahtangga dan/atau usahatani.
Melalui
hubungan luarnya, rumah tangga berfungsi dalam konteks sistem ekonomi, sosial budaya, dan politik yang lebih luas, tetapi juga mempengaruhi sistem-sistem ini. Hubungan-hubungan luar ini, misalnya lewat pasar atau media massa, juga mempengaruhi rumahtangga dan berikutnya mempengaruhi sistem usahataninya. Ikatan dengan masyarakat misalnya ikatan keluarga, persahabatan, sejarah, dan budaya umum serta pengawasan umum terhadap wilayah bisa saling menghubungkan sistem usahatani perorangan. Anggota masyarakat sering memanfaatkan lahan bersama dan saling memberi dukungan dengan saling berbagi.
Interaksi ini berfungsi sebagai pembendung resiko dan merupakan
bagian dari strategi keluarga atau individu untuk mempertahankan hidup. Anggota keluarga yang lain bisa saja terlibat dalam berbagai jaringan kerja dalam masyarakatnya sendiri maupun antar masyarakat. Salah satu peubah utama dalam sistem usahatani adalah tingkat partisipasi yang dimiliki oleh petani, dalam hal ini adalah wanita tani. Cara yang ditempuh suatu rumah tangga petani untuk berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani tergantung pada ciri-ciri rumah tangga yang bersangkutan, misalnya jumlah lakilaki, perempuan, dan anak-anak, usia, kondisi, kesehatan, kemampuan, keinginan, kebutuhan, pengalaman bertani, pengetahuan, dan keterampilan serta hubungan antar anggota rumah tangga. Anggota-anggota suatu rumah tangga petani bisa berfungsi secara independen dan memiliki kebutuhan, orientasi serta tujuan masing-masing yang
35 berbeda. Mungkin ada beberapa subunit dalam rumah tangga di mana tiap-tiap subunit itu berada di bawah pengelolaan seorang dewasa (sering kali seorang perempuan) yang bertanggung jawab untuk memproduksi dan mencari pangan bagi kebutuhan keluarga. Tujuan suatu rumah tangga berkenaan dengan proses dan hasil usahatani bisa digolongkan sebagai berikut: produktivitas, keamanan, kesinambungan dan identitas. Tujuan-tujuan tersebut bisa saja digolongkan seperti itu oleh individu petani dan sedikit banyak tumpang tindih serta saling menguatkan. Penggolongan yang dibuat di sini adalah untuk memberikan suatu kerangka kerja bagi agen pembangunan serta masyarakat petani untuk menilai status dan alur pembangunan sistem usahatani dengan memperhatikan keberlanjutannya.
Dengan menilai
sejauh mana tujuan-tujuan yang sedang dan ingin dicapai, dimungkinkan mengidentifikasi masalah yang dihadapi rumah tangga petani dan kebutuhan terhadap dukungan dalam mengembangkan sistem usahatani mereka. Berbagai teknik yang diterapkan oleh petani ditujukan untuk memenuhi satu atau beberapa tujuan-tujuan tersebut. Seorang petani memadukan teknik-teknik sedemikian rupa sehingga menurut persepsi petani tujuan keluarga itu bisa dicapai dengan sebaik-baiknya mengingat keterbatasan usahatani tersebut.
36
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Pembangunan sebagai upaya terencana untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan penduduk khususnya di negara-negara berkembang senantiasa mencurahkan perhatian terhadap peranan wanita. Peranan wanita dapat dianalisis melalui dua peranan yang dimiliki wanita. Pertama, status atau posisi sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan yang secara tidak langsung menghasilkan pendapatan tetapi memungkinkan anggota rumah tangga yang lain melakukan pekerjaan mencari nafkah.
Kedua, posisi sebagai pencari nafkah
(tambahan atau pokok), wanita melakukan pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan pendapatan (Sajogyo, 1983).
Peranan wanita tersebut dilihat
sebagai individu dan sebagai anggota keluarga yang merupakan satuan unit analisis terkecil dalam masyarakat. Rosni (2003) menyatakan bahwa keluarga dianggap sebagai kesatuan sosial yang relevan. Secara operasional kesatuan rumah tangga merupakan unit analisis yang lebih tepat. Rumah tangga merupakan satu kesatuan sosial ekonomi karena terdiri atas sejumlah anggota pemberi tenaga kerja. Tenaga kerja itu terdiri atas pria, wanita dewasa, serta anak-anak yang dianggap mampu untuk melakukan sesuatu yang produktif. Setiap anggota rumah tangga mempunyai peranan masing-masing, seperti dalam suatu pembagian kerja antara wanita dan pria. Peningkatan kesejahteraan rumah tangga di perdesaan memerlukan berbagai macam usaha untuk meningkatkan produktivitas. Usaha tersebut memerlukan program terpadu, meliputi penggunaan teknologi, input ekonomi dan jasa-jasa pendukung yang sesuai untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Sasaran perubahan itu adalah keluarga dan rumah tangga yang terdiri atas sejumlah anggota pemberi tenaga kerja dalam proses produksi dan lain-lain kegiatan mencari nafkah. Masyarakat perdesaan rata-rata masih memegang teguh norma yaitu pria sebagai kepala rumah tangga, sehingga pria mempunyai peranan penting sebagai tulang punggung dan pemimpin keluarga. Wanita tani yang merupakan isteri petani secara langsung maupun tidak langsung terlibat dan ikut bertanggung jawab dalam memilih kegiatan usaha serta kegiatan lainnya yang berhubungan
37 dengan upaya peningkatan kesejahteraan keluarganya. Guna mengoptimalkan peran wanita dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar peranan dan fungsinya lebih baik. Wanita dituntut keterlibatannya untuk mencurahkan pikiran dan tenaga bagi kelangsungan hidup rumah tangganya melalui keikutsertaan dalam usahatani keluarganya. Sumbangan kaum wanita tani cukup berarti terhadap kegiatan yang langsung memberikan penghasilan dan juga menanggung hampir semua pekerjaan rumah tangga yang tidak langsung memberikan imbalan, yaitu mengurus dan merawat anggota rumah tangga lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan produktif. Pekerjaan ini seharusnya diperhitungkan sebagai kegiatan bekerja produktif. Pertimbangannya adalah meskipun pekerjaan semacam itu tidak menghasilkan pendapatan secara riil, tetapi memberi dukungan bagi anggota rumah tangga lain untuk memanfaatkan peluang bekerja. Wanita yang turut bekerja di sektor usahatani tidak dianggap berprofesi sebagai petani, tetapi hanya sebagai isteri (anggota keluarga) petani yang wajib membantu segala pekerjaan suami (petani).
Pria dan wanita di perdesaan
layaknya kehidupan manusia, bersama-sama berdampingan bekerja di usahatani mereka, namun kesenjangan masih dihadapi wanita terutama dalam menggali potensi dan kemampuan mereka. Dampaknya adalah terjadinya marginalisasi kaum wanita tani, dimana kaum wanita tani selalu tertinggal dibanding kaum pria termasuk dalam kegiatan penyuluhan. Peranan wanita dalam usahatani kakao tidak saja pada kegiatan fisik tetapi juga dalam pemberian saran atau pertimbangan dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan (perencanaan). Analisis peranan wanita dalam usahatani keluarga dan masyarakat perdesaan memerlukan pembaharuan secara terus menerus karena terjadinya perubahan berbagai faktor yang mempengaruhinya antara lain: kultural (budaya/sistem nilai), sosial, ekonomi dan politik (Sajogyo, 1983). Pada umumnya lebih miskin keluarga tani lebih besar keterlibatan wanita dalam proses produksi, kegiatan pasca panen dan buruh tani atau buruh lainnya. Menyikapi kondisi tersebut maka timbullah motivasi yang akan mendorong wanita untuk melakukan suatu aktivitas. Motivasi dapat timbul akibat dorongan
38 dari dalam dan dari luar wanita itu sendiri.
Keterlibatan wanita tani dalam
usahatani kakao dapat dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut. Motivasi internal yang diduga dapat mendorong partisipasi wanita tani antara lain: 1) untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dan 2) untuk meningkatkan pengetahuan khususnya budidaya kakao. Sedangkan motivasi eksternal antara lain: 1) ajakan keluarga, 2) ajakan kerabat, 3) ajakan kelompok masyarakat, dan 4) ajakan sistem/permintaan pasar.
Kemauan wanita tani untuk berpartisipasi dalam
kegiatan usahatani kakao dipengaruhi oleh motivasi internal dan eksternal yang ada pada dirinya. Aspirasi merupakan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa yang akan datang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang untuk mencapai hal tersebut. Adanya aspirasi akan menentukan dan mempolakan petani untuk melakukan usaha-usaha untuk mencapai aspirasi tersebut, sehingga dengan demikian akan semakin tinggi pula kemauan wanita tani untuk ikut berpartisipasi. Karakteristik pribadi wanita tani kaitannya dengan partisipasi wanita dalam usahatani kakao, perlu juga diketahui. Karakteristik pribadi wanita yang diteliti meliputi: umur, tingkat pendidikan formal, besarnya jumlah keluarga dan pengalaman berusahatani kakao. Faktor eksternal seperti budaya/sistem nilai, penyuluhan, iklim usaha (terjaminnya pasar dan harga yang menguntungkan), serta sistem/peluang pasar diduga juga berkorelasi dengan tingkat partisipasi wanita tani. Faktor-faktor yang dikemukakan di atas merupakan bahan telaahan untuk melihat pengaruhnya terhadap tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Mengacu pada uraian-uraian di atas, faktor internal yang akan diteliti meliputi: umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, dan alokasi waktu (peran domestik dan peran produktif). Faktor eksternal meliputi: budaya/sistem nilai, penyuluhan, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha (terjaminnya pasar dan harga yang menguntungkan), sistem/peluang pasar dan peran/dukungan suami.
39 Partisipasi wanita tani yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan keikutsertaan wanita tani dalam tahapan kegiatan usahatani kakao, yaitu tahapan budidaya kakao, kewirausahaan dan pencatatan keuangan rumah tangga. Kegiatan budidaya kakao meliputi: pembersihan lahan atau pembebasan lahan dari semak belukar, penanaman pohon pelindung, pembibitan, penanaman kakao, sanitasi lahan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit, panen pasca panen (belah, jemur, dan fermentasi), penyortiran dan pengepakan serta pemasaran. Faktor internal dan eksternal tersebut diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam kegiatan usahatani kakao. Hubungan antar faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. FAKTOR INTERNAL (X1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Umur Tingkat Pendidikan Besarnya Jumlah Keluarga Pengalaman Berusahatani Motivasi Berusahatani Aspirasi Sifat Kekosmopolitan Pengambilan Keputusan Alokasi waktu: - Peran Domestik - Peran Produktif
FAKTOR EKSTERNAL (X2) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Budaya/Sistem Nilai Ketersediaan Tenaga Kerja Penyuluhan Iklim Usaha Sistem/Peluang Pasar Peran/dorongan Suami (Kepala Keluarga)
PARTISIPASI WANITA DALAM USAHATANI KAKAO (Y) 1. Budidaya: (Pembersihan Lahan, Penanaman Pohon Pelindung, Pembibitan, Penanaman, Sanitasi Lahan, Pemupukan, Pemangkasan, Pengendalian Hama Penyakit, Panen, Pasca panen (belah, jemur dan fermentasi), Penyortiran dan Pengepakan 2. Pemasaran 3. Kewirausahaan 4. Pencatatan /Pengaturan Keuangan
Produktivitas Kakao
Gambar 1. Kerangka Berpikir Hubungan antar Peubah Berkaitan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao.
40
Hipotesis Mengacu pada uraian-uraian di atas dan berdasarkan perumusan masalah serta kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara faktor-faktor internal wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao (Teobroma cacao L). 2. Terdapat hubungan nyata antara faktor-faktor eksternal wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao (Teobroma cacao L).
41
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survei.
Terdapat dua
peubah yaitu peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Peubah bebas (independen) yaitu X1 merupakan faktor internal meliputi umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, pengambilan keputusan dan alokasi waktu (peran domestik dan peran produktif). Peubah bebas X2 adalah faktor eksternal meliputi: budaya/sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja, penyuluhan, iklim usaha, sistem/peluang pasar dan peran/dorongan suami (kepala keluarga). Peubah tidak bebas (dependen) Y adalah partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao (Teobroma cacao L). Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan mulai Januari 2009 sampai dengan Mei 2009. Lokasi penelitian bertempat di tiga desa (Berdikari, Bahagia dan Bunga) Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Palolo merupakan salah satu sentral produksi kakao di Sulawesi Tengah dan memiliki karakteristik wilayah yang berbeda dengan daerah lain yang ada di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah wanita tani yang terlibat (petani penggarap) dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) pada wanita tani di wilayah penelitian. Teknik pengambilan sampel dengan sampel acak sederhana (simple random sampling) masing-masing 15 orang (responden) per desa, sehingga total responden sebanyak 45 orang. Data dan Instrumentasi Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner yakni daftar
42 pertanyaan yang disusun sesuai indikator pengukuran dan tujuan penelitian, pengamatan langsung ke lokasi/lahan kakao dan terhadap aktivitas wanita tani di dalam berusahatani kakao. Data sekunder diperoleh dari Dinas atau instansi terkait, seperti Balai Penyuluhan Pertanian, Kantor Desa, Kantor Kecamatan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian serta sumber lainnya dengan maksud untuk menunjang informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan mencakup data yang berhubungan dengan keadaan geografis dan demografis wilayah (Kecamatan Palolo). Ketepatan pengujian suatu hipotesis tentang hubungan antar peubah penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasaran jika data yang dipakai untuk menguji hipotesis adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur. Oleh karena itu, data yang dipakai untuk menguji hipotesis harus valid dan reliabel. Validitas data menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun dan Effendi, 1995).
Beberapa cara yang
dianjurkan untuk mengukur validitas, yaitu (1) validitas konstruk; peneliti menyusun tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep, (2) validitas isi; suatu alat pengukur yang dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep, (3) validitas eksternal; alat ukur baru yang akan digunakan dimana telah dihubungkan dengan alat ukur lama yang valid. Pengujian
validitas
instrumen
pengukuran
dalam
penelitian
ini
menggunakan validitas konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan menyusun tolok ukur operasional dari kerangka suatu konsep dengan cara pemahaman atau logika berpikir didasarkan pada pengetahuan ilmiah. Kuisioner disesuaikan dengan konsep dan teori yang telah dikemukakan oleh para ahli dan melakukan konsultasi secara intensif dengan berbagai pihak yang dianggap menguasai materi dalam daftar kuisioner tersebut. Realibilitas atau keterandalan adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan
43 Effendi, 1995). Realibilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama. Uji realibilitas/keterandalan dilakukan terhadap 5 (lima) orang responden. Koefisien realibilitas dihitung dengan menggunakan uji Cronbach’s alpha, seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2007) dengan rumus, yaitu:
rH =
k (k - 1)
1-
Σ σ 2b σ2 1
Keterangan : rH
= reliabilitas keseluruhan item atau koefisien reliabilitas
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2
σ b = jumlah varians butir
Σ σ 21 = varians total Penghitungan nilai koefisien realibilitas dengan memanfaatkan perangkat lunak program SPSS (Statistical Package for the social Sciences). Hasil uji realibilitas terhadap uji coba kuisioner menunjukkan bahwa nilai koefisien realibilitas (α) instrumen uji coba sebesar 0,943. Nilai ini menandakan bahwa instrumen tersebut memiliki keterandalan yang cukup tinggi. Analisis Data Data yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu, kemudian dianalisis. Analisis data untuk mengetahui hubungan antar peubah dan untuk menjawab tujuan penelitian serta menguji hipotesis yang telah dirumuskan menggunakan uji korelasi Product Moment Perasons dengan rumus : rxy =
Σ xy (Σ x2) (Σ y2)
Keterangan : rxy
= Korelasi antara variabel x dan y
x
= (X1 – X)
y
= (Y1 – Y)
44
Definisi Operasional Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Partisipasi usahatani adalah keikutsertaaan secara aktif dan sukarela dalam berbagai aspek kegiatan usahatani. Partisipasi wanita yang diamati dan dinilai adalah partisipasi wanita tani dalam melaksanakan kegiatan usahatani kakao yaitu keterlibatan wanita tani dalam pelaksanaan usahatani kakao. Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan usahatani kakao meliputi: 1) pembersihan/ pembebasan lahan, 2) penanaman pohon pelindung, 3) pembibitan, 4) penanaman, 5) sanitasi lahan, 6) pemupukan, 7) pemangkasan, 8) pengendalian hama dan penyakit, 9) panen, pascapanen (belah dan jemur) dan fermentasi, 10 penyortiran dan pengepakan, 11) pemasaran, 12) kewirausahaan, dan 13) Pencatatan/ pengaturan keuangan (book keeping). 1. Pembersihan/pembebasan lahan adalah upaya membersihkan lahan dari tanaman yang tidak diperlukan dalam suatu lahan yang diperkirakan akan mengganggu tanaman kakao. 2. Penanaman pohon pelindung adalah upaya yang dilakukan dengan tujuan melindungi tanaman kakao dari sinar matahari secara langsung. 3. Pembibitan adalah upaya memperbanyak bahan tanaman kakao. 4. Penanaman tanaman kakao 5. Sanitasi lahan merupakan upaya-upaya membersihkan dan melindungi lahan pertanaman kakao dari serangan hama dan penyakit tanaman. 6. Pemupukan adalah upaya meningkatkan produktivitas tanaman dengan mempertahankan dan menambah kandungan bahan-bahan organik tanah untuk meningkatkan/menyeimbangkan dan menjaga nutrien tetap ada bagi pertumbuhan tanaman. 7. Pemangkasan adalah pengurangan bagian-bagian tanaman (daun, cabang dan ranting) yang tidak produktif dengan tujuan meningkatkan produktivitas kakao dan sekaligus menghindari serangan hama penyakit. 8. Pengendalian Hama dan Penyakit adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga/melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit.
45 9. Panen adalah pemetikan/pengambilan langsung hasil/buah tanaman kakao yang telah masak. Pascapanen adalah upaya penanganan setelah panen dengan tujuan untuk menjaga kualitas hasil tanaman agar tetap baik. 10. Penyortiran dan pengepakan. Penyortiran adalah upaya penggolongan biji kakao berdasarkan kualitas atau mutu biji dan pemisahan biji kakao dari kotoran yang tercampur. Pengepakan adalah upaya memasukkan biji kakao yang siap dijual ke dalam kemasan. 11. Pemasaran, adalah penjualan hasil tanaman (biji kakao). 12. Kewirausahaan adalah kemampuan wanita tani dalam menangani usahatani kakao ke arah agribisnis. 13. Pencatatan/Pengaturan Keuangan (Book keeping) adalah kemampuan wanita tani dalam mengatur tata buku pengeluaran keuangan rumah tangga. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Faktor Internal 1. Umur adalah usia wanita tani yang dihitung sejak responden dilahirkan sampai dengan saat wawancara dilakukan. Satuan umur dinyatakan dalam tahun, dan dikategorikan dalam muda, sedang dan tua. 2. Pendidikan adalah lamanya responden duduk di bangku pendidikan formal dan non formal. Satuan pendidikan dinyatakan dalam tahun. Pengukuran dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. 3. Besarnya jumlah keluarga adalah banyaknya anggota keluarga tetap dalam rumah tangga yang menjadi tanggungan keluarga. Pengukuran dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. 4. Pengalaman berusahatani adalah lamanya wanita tani melakukan kegiatan usahatani kakao. Satuan pengalaman dinyatakan dalam tahun, dan dibagi dalam tiga kategori: rendah, sedang dan tinggi. 5. Motivasi berusahatani adalah kekuatan-kekuatan atau dorongan dari dalam dan dari luar diri responden, yaitu dorongan untuk melakukan suatu aktivitas berkaitan dengan usahatani kakao. Motivasi wanita tani diukur berdasarkan jumlah skor dari alat pengukur, yaitu a) untuk meningkatkan pendapatan/
46 kesejahteraan keluarga, b) untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, c) untuk menambah pengetahuan dan pengalaman, d) karena ajakan anggota keluarga, e) karena ajakan orang lain (teman, tetangga), f) karena ajakan PPL, g) agar dapat menjalin pergaulan sesama petani, h) dapat dihargai sebagai isteri petani yang berhasil, i) karena harga jual kakao tinggi, (j) ingin memanfaatkan waktu luang, dan k) ingin memperoleh uang sendiri. 6. Aspirasi yaitu tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa yang akan datang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha wanita tani untuk mencapai hal-hal tersebut. Aspirasi wanita tani diukur dengan jumlah skor dari alat pengukur, yaitu a) agar memperoleh nilai jual yang tinggi, b) agar dapat meningkatkan produksi hasil tanaman, c) agar dapat menghemat biaya tenaga kerja, dan d) agar dapat mengembangkan usahatani kakao. Sub indikator terdiri atas satu pernyataan, masing-masing pernyataan diberi alternatif jawaban dengan skor satu sampai tiga. Pengukuran dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. 7. Sifat Kekosmopolitan adalah keterbukaan wanita tani terhadap inovasi usahatani kakao melalui pola hubungan wanita tani dari berbagai sumber informasi. Pengukuran dilakukan dengan mengetahui jumlah skor. Alat pengukurnya yaitu: a) frekuensi bepergian ke luar (daerah luar), b) frekuensi menghadiri pertemuan/kegiatan pelatihan/penyuluhan/kursus, c) frekuensi mengadakan kontak dengan instansi/lembaga/perusahaan swasta terkait, d) frekuensi tukar menukar informasi dengan sesama petani dan e) frekuensi mendengar atau mencari informasi (media cetak dan elektronik). Jawaban dengan skor 1 mengarah kepada sifat kosmopolit rendah, sedang skor 2, dan tinggi skor 3. 8. Pengambilan Keputusan adalah keterlibatan isteri dalam mempengaruhi penentuan akhir tindakan untuk melakukan atau tidak melakukan kegiatan usahatani kakao. Pengukuran dengan 3 kategori: rendah, sedang dan tinggi. 9. Alokasi waktu adalah penggunaan/curahan waktu yang diberikan oleh wanita tani untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani kakao (peran produktif) dan kegiatan domestik. Pengukuran dengan kategori rendah (tidak pernah) skor 1, sedang (jarang) skor 2, dan tinggi (selalu) skor 3.
47
Faktor Eksternal 1. Budaya adalah nilai-nilai/norma yang melekat dalam diri responden yang dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal. Pengukuran dengan kategori bertentangan (tidak setuju) skor 1, cukup bertentangan (kurang setuju) skor 2, dan tidak bertentangan (setuju) skor 3. 2. Ketersediaan tenaga kerja adalah jumlah orang/tenaga dalam keluarga yang terlibat dalam usahatani kakao. Pengukuran dengan kategori sedikit (tidak setuju) skor 1, sedang (kurang setuju) skor 2, dan banyak (setuju) skor 3. 3. Penyuluhan adalah intensitas kegiatan penyuluhan yang diikuti oleh wanita tani untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar dapat melakukan usahatani kakao dengan baik. Pengukuran dikategorikan rendah, sedang dan tinggi. 4. Iklim Usaha adalah kondisi/suasana yang mempengaruhi seseorang untuk berusahatani kakao meliputi harga atau nilai jual hasil produksi di tingkat pasar dan jumlah permintaan pasar. 5. Sistem/Peluang Pasar adalah potensi pasar kakao yang masih dapat dipenuhi. 6. Peran/dorongan Kepala Keluarga (suami), adalah motivasi atau dorongan yang diberikan oleh suami agar wanita tani (isteri) berpartisipasi dalam usahatani kakao. Pengukuran dengan kategori tidak setuju = skor 1, kurang setuju = skor 2, dan setuju = skor 3.
48
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Geografis dan Ekonomi Kecamatan Palolo merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Donggala, terbagi atas 19 desa yang berbatasan dengan: Sebelah Utara
:
Kecamatan Biromaru
Sebelah Selatan
:
Kecamatan Nokilalaki
Sebelah Timur
:
Kabupaten Parigi Moutong
Sebelah Barat
:
Kecamatan Biromaru
Luas wilayah Kecamatan Palolo adalah 303,87 km2, yang kesemuanya dapat dijangkau kendaraan roda empat dan roda dua, sehingga mempermudah transportasi antara satu desa dengan desa lainnya dan ke pusat kecamatan. Kecamatan Palolo merupakan wilayah dengan masyarakat multietnik yang dibentuk oleh migrasi pendatang dari luar. Kecamatan Palolo sebelumnya bagian dari Kecamatan Sigi Biromaru dan sejak tanggal 8 Januari 1997 resmi berpisah dari kecamatan induknya. Wilayah Kecamatan Palolo merupakan suatu lembah dengan dasar lembah bertopografi datar yang disebut Lembah Palolo atau Lembah Sopu. Lembah ini merupakan bagian paling timur dari Lembah Palu yang merupakan lembah terpadat di Sulawesi Tengah dengan bentuk memanjang dari barat ke timur. Bagian barat yang merupakan bagian hilir berhadapan dengan Teluk Tomini dan bagian hulu adalah wilayah Kecamatan Palolo. Lembah Palolo dikelilingi oleh daerah bukit dan pegunungan yang merupakan hutan negara, yaitu Hutan Produksi Terbatas (HPT) di bagian utara dan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) di bagian selatan. Areal yang menjadi wilayah pertanian dan pemukiman hanyalah bagian datar yang berada di antara kedua wilayah hutan tersebut dengan patok batasnya berada langsung di sepanjang kaki-kaki bukit. Ketika masih bernama "Mainusi" (bahasa suku Kaili), daerah ini dulu dipercaya sebagai laut, dan penduduk saat itu tinggal di pegunungan di sekitarnya mulai dari pinggang sampai ke puncaknya. Agroklimat kawasan Palolo tidak memiliki perbedaan musim yang ekstrim karena tidak tegasnya perbedaan musim kering dan penghujan. Rata-rata curah hujan selama sepuluh tahun terakhir tergolong tinggi yaitu 3283,95 mm per tahun,
49 bulan kering umumnya terjadi antara November dan awal Desember (BPP Palolo, 2007). Salah satu ciri khas iklim di daerah ini adalah perbedaan suhu yang ekstrim antara siang yang sangat terik dan malam yang dingin. Dataran Palolo memiliki ketinggian 500 m dpl di bagian barat sampai dengan 700 m dpl di bagian timur. Jenis tanah adalah aluvial dan aluvial peralihan yang merupakan kelompok jenis tanah yang subur. Kawasan ini adakalanya disebut Lembah Sopu karena merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Sopu. Sungai ini diberi nama berbeda-beda di sepanjang alirannya. Di Desa Berdikari disebut Sungai Sopu, di bagian hilir orang Sintuwu menyebutnya Sungai Gumbasa, dan di muara penduduk kota Palu menamainya Sungai Palu. Kecamatan Palolo merupakan daerah tangkapan air atau bagian hulu dari sistem DAS Sopu di mana bagian DAS hilirnya adalah Kota Palu dan sebagian wilayah Kecamatan Sigi Biromaru. Jumlah penduduk menurut hasil pencatatan registrasi penduduk pada akhir tahun 2007 sebanyak 25.392 jiwa. Jumlah penduduk di Kecamatan Palolo berkurang disebabkan adanya pemekaran kecamatan yaitu Kecamatan Nokilalaki. Kepadatan penduduk tahun 2007 mencapai 84 jiwa per km2. Mata pencaharian penduduk Kecamatan Palolo sebagai Petani 86,22%, pedagang 2,58%, bergerak di bidang jasa 2,26% , dan pegawai negeri 3,38% (BPP Kecamatan Palolo, 2008). Kepadatan penduduk yang tinggi dan potensi sumberdaya agraria yang memungkinkan membuat seluruh wilayah desa saat ini menjadi daerah pertanian intensif. Cepatnya perluasan kawasan ini menjadi areal pertanian terjadi sejak tanaman kakao bernilai ekonomi tinggi padahal pemeliharaannya kurang intensif, sehingga kemampuan pengelolaan usahatani per tenaga kerja menjadi luas. Tingginya tingkat kepadatan penduduk disebabkan oleh tingginya jumlah pendatang (migran masuk) ke wilayah ini, baik dari Sulawesi Tengah maupun dari Sulawesi Selatan. Faktor yang menyebabkan Kecamatan Palolo menjadi daerah tujuan migrasi di antaranya adalah ketersediaan infrastruktur yang lebih baik. Jarak dari Kecamatan Palolo ke Kota Palu adalah 54 km dan menjadi salah satu jalan poros yang menghubungkan kota Palu dengan daerah-daerah lain. Penyebab migrasi penduduk Kecamatan Kulawi yang termasuk salah satu suku daerah Sulawesi Tengah yang paling banyak bermigrasi ke Kecamatan
50 Palolo adalah topografi di Kecamatan Kulawi yang berbukit sehingga sulit untuk pertanian dan aksesibilitas yang terbatas. Sampai saat ini jalan yang dapat dilalui kendaraan di wilayah Kulawi hanya sampai ke kota kecamatan, sementara setengah dari desa-desanya belum dapat dijangkau kendaraan. Pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tidak dapat dilepaskan dari peningkatan sumberdaya manusia yang merupakan investasi bagi kepentingan pembangunan nasional.
Kecamatan ini mempunyai beberapa
infrastruktur sosial ekonomi. Fasilitas pendidikan yang tersedia adalah 9 buah TK, 24 buah SD, 4 buah SMP, 2 buah MTs, 1 buah SLTA dan 2 buah Madrasah Aliyah (Badan Pusat Statistik, 2008). Fasilitas kesehatan terdiri atas Puskesmas 2 buah, Pustu 6 buah, dan Polindes 13 buah. Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan perekonomian di Kecamatan Palolo. Pembangunan di sektor pertanian merupakan hal yang penting dalam mendukung pembangunan ekonomi pada sektor yang lain.
Sektor
pertanian terdiri atas sub sektor pertanian tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor kehutanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Tata guna lahan di Kecamatan Palolo disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairannya, Tadah Hujan di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) Tahun Irigasi Tadah Lainnya Jumlah Hujan Teknis ½ Teknis Sederhana 2003 705 2.533,80 197 2004 705 1.932,00 155 2005 705 2.446,37 120 2006 710 2.797,00 153 2007 710 2.225,00 45 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Palolo.
17,00 16,00 12,75 1,00 1,00
2.980,8 2.798,0 3.290,0 3.661,0 2.986,0
Tabel 2. Luas Lahan Kering di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) Tahun
Pekarangan
Ladang
Tegalan/kebun
Padang rumput 2003 720,25 3.714,0 4.274 2004 720,25 3.751,0 4.486 2005 720,25 4.014,0 6.786 2006 683,00 4.275,0 7.675 2007 551,50 3.785,5 6.680 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Palolo.
Belum diusahakan 5.945,90 5.943,49 5.423,00 5.423,90 4.987,45
51 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Palolo memiliki tenaga PPL 23 orang yang melayani 19 desa. Kelembagaan Koperasi Unit Desa, Balai Benih, lembaga keuangan, dan bank memegang peranan penting dalam memperlancar operasional penyuluhan pertanian. Institusi ini melayani kebutuhan petani dalam pemenuhan sarana produksi, permodalan dan pemasaran hasil pertanian. Jenis kelembagaan pelayanan yang ada adalah Koperasi Unit Desa 1 (satu) unit, Koperasi Pertanian 1 (satu) unit, Balai Benih 2 (dua) unit, Lembaga Keuangan Mikro LSPBM 10 unit dan BRI 1 (satu) unit (Badan Pusat Statistik, 2008). Tanaman perkebunan yang menjadi tanaman ekonomi terpenting saat ini adalah coklat atau kakao (Theobroma cacao L) yang perkembangannya sangat cepat. Tahun 1998 luasnya 413,3 ha (Badan Pusat Statistik, 1999), sembilan tahun kemudian (tahun 2007) meningkat menjadi 7.513 ha dengan produksi rata-rata 0,63 ton/ha (Dinas Perkebunan Sulawesi Tengah, 2008). Tanaman perkebunan lainnya adalah kopi dan cengkeh, tanaman semusim adalah padi dan jagung. Tanaman kakao dapat dianggap sebagai salah satu faktor penarik yang menjadi pintu pembuka wilayah ini. Kakao sudah dikenal sejak tahun 1970-an, mulai banyak ditanam pada pertengahan 1980-an dan semakin luas mulai awal 1990-an. Saat ini kakao mendominasi ekonomi penduduk. Tanaman kakao dapat dilihat di sepanjang jalan utama, ditanam sampai ke halaman rumah, sehingga tidak ada tanah kosong yang tidak ditanami kakao. Nilai jual kakao yang tinggi menyebabkan meningkatnya ekonomi penduduk, sekaligus memicu tingginya jual beli tanah. Secara tidak langsung, kakao menyebabkan gejala “lapar tanah” pada sebagian orang yang berakibat kepada penyerobotan areal hutan. Hama yang menyerang kakao saat ini adalah serangga kepik penghisap buah kakao (Helopelthis) yang menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit dan memperburuk mutu buah. Hama yang sangat mengkhawatirkan adalah penggerek buah kakao (cocoa pod borer) yang disebabkan oleh Conopomorpha cramerella snellen. Serangan hama tersebut menyebabkan buah kakao keras sehingga sulit dikupas dan biji menjadi lengket yang dapat menurunkan harga jual, meskipun tingkat serangannya masih rendah. Jamur yang mulai banyak menyerang adalah serangan jamur Phythophtora palmivora yang disebut penyakit hitam pada kulit (black pod desease) dan menyebabkan buah tidak bisa matang.
52 Prasarana pemasaran di Kecamatan Palolo masih sangat kurang. Kondisi tersebut merupakan kendala bagi masyarakat karena sarana transportasi yang sulit antar desa sehingga menyulitkan pemasaran komoditi pertanian/perkebunan ke desa yang memiliki sarana pemasaran.
Jumlah desa yang memiliki sarana
pemasaran di Kecamatan Palolo hanya enam buah yaitu Desa Bahagia, Rahmat, Makmur, Bobo, Lembatongoa dan Uenuni. Hari pasar di desa tersebut masingmasing satu hari dalam seminggu, sehingga setiap hari ada satu hari pasar mulai hari Senin sampai dengan Sabtu. Jumlah toko, kios, dan warung pada tahun 2007 mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Sebanyak 8 desa memiliki sarana toko, 12 desa memiliki warung dan semua desa sudah memiliki kios. Arus perekonomian suatu tempat akan meningkat apabila tersedia sarana perhubungan antar daerah dan desa sehingga arus lalu lintas baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor dapat beroperasi dengan baik. Perkembangan sektor perhubungan khususnya kondisi jalan induk yang menghubungkan satu desa ke desa yang lain sudah cukup baik, kondisi jalan yang belum beraspal hanya terdapat di dua desa yaitu Desa Sintuwu dan Desa Lembatongoa. Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006). Peubah karakteristik petani yang dikaji terdiri atas 15 variabel yang digolongkan dalam dua bagian yaitu karakteristik internal dan karakteristik eksternal. Karakteristik internal wanita tani meliputi umur, tingkat pendidikan formal, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, pengambilan keputusan dan alokasi waktu (peran domestik dan produktif). Karakteristik eksternal wanita tani meliputi: budaya/sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja, intensitas penyuluhan, iklim usaha, peluang pasar, dan peran/dorongan suami (kepala keluarga). Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998). Analisis deskriptif diharapkan dapat menggambarkan karakteristik wanita tani yang melaksanakan usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
53
Faktor Internal Proporsi responden (wanita tani) berdasarkan distribusi karakteristik internal wanita tani yang berusahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Deskripsi Faktor Internal Wanita Tani dalam Berusahatani Kakao di Kecamatan Palolo Karakteristik Rataan Kisaran Kategori Jumlah Wanita Tani n % Umur (Tahun) 37,8 20 - 52 Muda (< 30,67) 11 24,4 Sedang (30,67 – 41,33) 21 46,7 Tua (>41,33) 13 28,9 Tingkat 9,11 5 – 15 Rendah (< 8,33) 15 33,3 Pendidikan Sedang (8,33 – 11,67) 14 31,1 (tahun) Tinggi (> 11,67) 16 35,6 Jumlah 4,71 2–8 Rendah (< 4) 7 15,5 Tanggungan Sedang (4 – 6) 35 77,8 Keluarga (orang) Tinggi (> 6 ) 3 6,7 Pengalaman 10,73 5 – 26 Rendah (< 12 ) 32 71,1 Berusahatani Sedang (12 – 19 ) 9 20,0 (tahun) Tinggi (> 19 ) 4 8,9 Motivasi 29,89 22 – 36 Rendah (< 26,67) 8 17,8 Berusahatani Sedang (26,67 – 31,34) 19 42,2 Tinggi (> 31,34) 18 40,0 Aspirasi 11,91 11 - 12 Rendah (< 11,33) 4 8,9 Sedang (11,33 – 11,66) 0 0,0 Tinggi (> 11,66) 41 91,1 Sifat 10,0 6 -17 Rendah (< 9,67) 25 55,5 Kekosmopolitan Sedang (9,67 – 13,34) 12 26,7 Tinggi (> 13,34) 8 17,8 Pengambilan 32,47 13 - 39 Rendah (< 21,67) 5 11,1 Keputusan Sedang (21,67 – 30,34) 12 26,7 Tinggi (> 30,34) 28 62,2 Peran Domestik 10,29 5 - 15 Rendah (< 8,33) 10 22,2 Sedang (8,33 – 11,66) 22 48,9 Tinggi (> 11,66) 13 28,9 Peran Produktif 5,04 3-6 Rendah (< 4) 5 11,1 Sedang (4 - 5) 22 48,9 Tinggi (> 5) 18 40,0 Jumlah 45 100,0
54
Umur Tabel 3 menunjukkan bahwa umur responden dikategorikan sedang yaitu sebesar 46,7%. Umur wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi antara 20 sampai dengan 52 tahun dan rata-rata umur adalah 37,8 tahun. Berdasarkan kategori umur responden, kelompok ini dapat dikatakan sebagai kelompok usia produktif karena mampu melaksanakan pekerjaan terutama berusahatani kakao. Pada umur ini wanita tani umumnya sudah mempunyai beberapa orang anak, dan sudah memiliki pengalaman hidup yang dapat dijadikan penuntun untuk mengarungi kehidupan. Wanita tani juga lebih bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarganya. Sebagai wujud tanggung jawab ini mereka berperan serta aktif meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan ikut berpartisipasi dalam pengelolaan usahatani kakao yang merupakan usahatani keluarga. Sebaran umur responden memperlihatkan bahwa wanita tani di Kecamatan Palolo mempunyai kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam pengelolaan usahatani kakao dan dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki. Tingkat Pendidikan Pendidikan formal wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi, dengan kisaran 5 sampai dengan 15 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan formal wanita tani di Kecamatan Palolo adalah selama 9,11 tahun. Artinya bahwa wanita tani di Kecamatan Palolo rata-rata menyelesaikan pendidikan selama 9 (sembilan) tahun atau
rata-rata
tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingkat pendidikan formal yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala dikategorikan tinggi (SMA), yaitu sebesar 35,6 %. Secara keseluruhan rata-rata tingkat pendidikan formal wanita tani dikategorikan sedang, dari 45 responden 15 orang berpendidikan di bawah SMP, 14 orang berpendidikan SMP dan 1 (satu) orang yang sedang duduk di bangku kuliah. Pendidikan akan berpengaruh pada cara dan pola berpikir seseorang, sebab pendidikan merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap seseorang yang dilaksanakan secara terencana, sehingga memperoleh perubahan-perubahan bagi peningkatan hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin berkembang pola berpikirnya dalam pengambilan keputusan
55 untuk melakukan sesuatu termasuk keputusan untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani kakao. Tingkat pendidikan berpengaruh juga terhadap adopsi inovasi teknologi, khususnya teknologi budidaya kakao. Wanita tani yang berpendidikan tinggi lebih bisa membudidayakan kakao ke arah agribisnis, bukan sekedar pemenuhan kebutuhan rumah tangga karena pendidikan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas sehingga mampu menangkap peluang atau kesempatan berusaha. Besarnya Jumlah Keluarga Besarnya jumlah anggota keluarga dapat berdampak negatif terhadap kemajuan usahatani, apabila anggota keluarga tersebut tidak menyumbangkan tenaga.
Anggota keluarga yang tidak bekerja akan menambah beban bagi
keluarga akibat pengeluaran keluarga lebih banyak daripada pendapatan yang diperoleh dari usahatani termasuk usahatani kakao. Besarnya jumlah keluarga wanita tani di Kecamatan Palolo bervariasi antara 2 sampai dengan 8 orang, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4,71 orang. Besarnya jumlah keluarga berada pada kategori sedang (4 – 6 orang) sebesar 77,8 %. Sebagian besar anggota keluarga masih berada pada bangku pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Keterlibatan mereka dalam usahatani kakao sangat minim. Kontribusi anggota keluarga pada kegiatan usahatani kakao lebih pada kegiatan penyortiran dan pengepakan. Kegiatan ini melibatkan anggota keluarga karena mudah dilakukan dan berada di sekitar rumah/tempat tinggal. Kebanyakan anggota keluarga (anak-anak) membantu meringankan pekerjaan rumah tangga, seperti membersihkan rumah dan menyapu halaman.
Keterlibatan dalam kegiatan produktif lainnya adalah membantu
memberi makan ternak peliharaan mereka (ayam dan babi). Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani kakao yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan rendah yaitu sebesar 71,1% dengan kisaran 5 sampai dengan 26 tahun dan rata-rata pengalaman berusahatani selama 10,73 tahun. Secara teoritis wanita tani yang lebih berpengalaman dalam menangani usahatani kakao cenderung lebih selektif dalam memilih dan menggunakan inovasi teknologi dibandingkan wanita tani dengan pengalaman rendah. Artinya,
56 pengalaman berusahatani kakao memegang peranan penting dalam upaya mengefisienkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh wanita tani dalam kegiatan usahatani kakao. Dari 45 responden, 4 (empat) orang (8,9 %) memiliki pengalaman berusahatani kakao di atas 19 tahun. Meskipun pengalaman berusahatani kakao dikategorikan rendah, wanita tani di Kecamatan Palolo sudah terbiasa dengan kegiatan berusahatani lainnya misalnya padi dan jagung, sehingga mereka tidak canggung dalam membudidayakan tanaman lainnya termasuk kakao. Motivasi Berusahatani Motivasi yang kuat dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan nyata. Motivasi wanita tani untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao yang dimaksud adalah faktor-faktor yang mendorong wanita tani melakukan kegiatan usahatani kakao. Motivasi tersebut meliputi dorongan untuk peningkatan pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, menambah pengetahuan dan pengalaman, ajakan dari anggota keluarga, ajakan orang lain, ajakan petugas lapangan (PPL) atau pihak lain, menjalin pergaulan antara sesama petani, agar dihargai sebagai isteri yang berhasil, karena harga jual kakao yang tinggi, memanfaatkan waktu luang dan ingin memperoleh uang tambahan. Motivasi berusahatani yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan sedang yaitu sebesar 42,2%. Motivasi untuk meningkatkan pendapatan keluarga, pemenuhan kebutuhan keluarga, menambah pengetahuan dan pengalaman, memperoleh uang tambahan adalah faktor pendorong terbesar partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Motivasi lainnya adalah untuk membantu suami mencari nafkah dan menghemat biaya sewa tenaga kerja. Motivasi wanita tani untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao lebih besar berasal dari motivasi intrinsik (dari dalam diri wanita tani). Aspirasi Aspirasi merupakan harapan tingkat perwujudan ataupun pencapaian sesuatu di masa mendatang yang menentukan dan mempolakan usaha-usaha seseorang untuk mencapai hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
aspirasi yang dimiliki oleh wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan tinggi yaitu sebesar 91,1 %.
57 Aspirasi atau harapan yang dimiliki oleh wanita tani yang ada di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala adalah memperoleh nilai jual (keuntungan) yang tinggi dengan penggunaan input (sarana produksi) yang sesuai, meningkatkan produksi tanaman, dapat mengembangkan usahatani kakao ke arah agribisnis yang lebih baik, dan pemenuhan kebutuhan rumah tangga melalui kegiatan usahatani kakao. Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa selain ingin mengembangkan usahatani kakao, aspirasi wanita tani adalah dapat menunaikan ibadah haji. Sifat Kekosmopolitan Sifat kekosmopolitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keterbukaan wanita tani terhadap pergaulan dengan orang di dalam dan luar desanya, lembaga terkait, serta media massa untuk mendapatkan informasi dalam mengelola usahatani kakao. Kekosmopolitan responden berkaitan dengan frekuensi responden mengunjungi sumber informasi, dan frekuensi responden memanfaatkan media massa, frekuensi kunjungan ke luar daerah selama kurun waktu tertentu untuk mencari informasi tentang usahatani kakao. Sifat kekosmopolitan wanita tani di Kecamatan Palolo dikategorikan rendah, yaitu sebesar 55,5%. Usaha responden untuk mengunjungi sumber informasi di dalam dan di luar desa, serta memanfaatkan media massa dengan tujuan mencari informasi tentang usahatani kakao masih sangat kurang. Hal ini dapat memperkecil kemungkinan responden untuk lebih terbuka terhadap inovasi teknologi termasuk usahatani kakao.
Frekuensi wanita tani
menghubungi penyuluh atau petugas lapangan, pergi ke luar desa, membaca koran, majalah, brosur, mendengarkan radio dan televisi yang berisi informasi usahatani kakao masih rendah. Selain itu umumnya jenis informasi/topik yang dipilih wanita tani dalam memanfaatkan media massa adalah hiburan, bukan menambah pengetahuan tentang pertanian khususnya usahatani kakao. Padahal, Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Palolo, sejak tahun 2008 sudah mulai merintis radio pertanian yang menyiarkan berbagai informasi pertanian termasuk usahatani kakao. Kekosmopolitan wanita tani di Kecamatan Palolo perlu ditingkatkan dengan memberi peluang yang lebih besar kepada mereka agar dapat mengakses berbagai sumber informasi.
58 Informasi mengenai usahatani kakao perlu ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas, sehingga wanita tani lebih bergairah untuk memanfaatkan informasi tersebut. Informasi ini dapat diperoleh salah satunya melalui kegiatan penyuluhan. Selama ini, kegiatan penyuluhan pertanian yang diadakan oleh Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Palolo kebanyakan dihadiri oleh suami mereka yang sudah tergabung dalam kelompok tani. Informasi tentang usahatani kakao diperoleh wanita tani dari suami mereka. Pengambilan Keputusan Pola pengambilan keputusan yang dikaji berdasarkan lima pola peran, yaitu: suami sendiri, suami dominan, bersama setara, isteri dominan, dan isteri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian, peranan wanita tani dalam pengambilan keputusan pada usahatani kakao sebesar 62,2 % dan dikategorikan tinggi. Hampir semua tahap kegiatan dalam usahatani kakao mulai pembebasan atau pembersihan lahan sampai pemasaran hasil panen kakao, 62,2% responden menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan secara bersamasama (setara suami dan isteri). Hal ini menunjukkan status wanita di Kecamatan Palolo sudah diperhitungkan. Beberapa responden mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan yang berlaku dalam rumah tangga masih didominasi oleh suami. Kegiatan yang lebih didominasi oleh suami, bahkan suami lebih banyak memutuskan sendiri jenis kegiatan dalam usahatani kakao adalah pengendalian hama penyakit tanaman (pemilihan jenis dan dosis pestisida), dan jumlah pupuk yang akan digunakan. Alokasi Waktu Pola pembagian kerja dalam keluarga sangat terkait dengan variasi diversifikasi sumber pendapatan yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Curahan waktu yang tersedia pada wanita tani, merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi wanita tani.
Curahan waktu yang dikaji dalam
penelitian ini adalah peran domestik dan peran produktif. - Peran Domestik Peran domestik biasa juga disebut dengan peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatan yang berkaitan dengan
59 pemeliharaan sumberdaya manusia dan pekerjaan urusan rumah tangga. Peran reproduktif disebut juga peran di sektor domestik. Peran domestik dalam penelitian ini meliputi kegiatan mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, belanja di pasar, kesehatan keluarga, dan pendidikan anak. Peran domestik yang dilakukan wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala dikategorikan sedang, yaitu sebesar 48,9%.
Angka ini
menunjukkan bahwa terjadi pembagian peran antara suami-isteri dalam pekerjaan rumah tangga. Pembagian peran antara suami-isteri dapat terlihat terutama pada kegiatan kesehatan keluarga dan pendidikan anak. Meskipun peran domestik ini didominasi oleh wanita, hal ini masih berdampak positif bagi partisipasi wanita dalam berusahatani kakao karena mereka masih mempunyai luangan waktu untuk melakukan pekerjaan lainnya, termasuk berpartisipasi dalam usahatani kakao. - Peran Produktif Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk diperdagangkan. Kerja produktif yang dilakukan oleh wanita berkontribusi terhadap pendapatan keluarga. Peran produktif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan di lahan kakao dan kegiatan yang dilakukan oleh wanita tani selain usahatani kakao dalam upaya menambah pendapatan keluarga baik dari pertanian maupun non pertanian. Tabel 3 menunjukkan bahwa peran produktif wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo dikategorikan sedang, yaitu 48,9%. Hal ini berkaitan dengan curahan waktu yang dikeluarkan dalam kegiatan domestik.
Peran
produktif yang dilakukan oleh wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala selain kegiatan usahatani kakao adalah: petani padi, jagung, dan sayuran, guru (honorer), pedagang (warung/kios), buruh tani, usaha industri rumah tangga berupa pembuatan keripik talas, pembuatan gula aren, pembuatan sapu ijuk, dan tikar. Faktor Eksternal Proporsi responden (wanita tani) berdasarkan distribusi karakteristik eksternal wanita tani dalam berusahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 4.
60 Tabel 4. Deskripsi Faktor Eksternal Wanita Tani dalam Berusahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah Karakteristik Rataan Kisaran Kategori Jumlah Wanita Tani n % Budaya/Sistem 10,64 6 – 12 Rendah (< 8) 3 6,7 Nilai Sedang (8 - 10) 11 24,4 Tinggi (>10) 31 68,9 Ketersediaan 6,89 5-9 Rendah (< 21,67) 5 11,1 Tenaga Kerja Sedang (21,67 – 30,34) 12 26,7 Tinggi (> 30,34) 28 62,2 Penyuluhan 4,51 4-6 Rendah (< 4,67) 29 64,4 Sedang (4,67 – 5,34) 9 20,0 Tinggi (> 5,34) 7 15,6 Iklim Usaha 19,64 16 - 21 Rendah (< 17,67) 1 2,2 Sedang (17,67 – 19,34) 17 37,8 Tinggi (> 19,34) 27 60,0 Peluang Pasar 7,40 5-9 Rendah (< 6,33) 7 15,6 Sedang (6,33 – 7,66) 18 40,0 Tinggi (> 7,66) 20 44,4 Peran/dorongan 10,13 8 – 12 Rendah (< 9,33) 12 26,7 Suami (Kepala Sedang (9,33 – 13,34) 15 33,3 Keluarga) Tinggi (> 13,34) 18 40,0 Jumlah 45 100,0 Budaya/Sistem Nilai Budaya atau sistem nilai yang dimaksud adalah gagasan, nilai-nilai, norma, dan peraturan yang berlaku di Kecamatan Palolo berkaitan dengan usahatani kakao yang dilaksanakan wanita tani. Indikator budaya atau sistem nilai meliputi kesesuaian budaya yang berlaku dengan usahatani kakao, pembagian peran (pembagian kerja) antara pria-wanita, dan perbedaan upah antara pria-wanita. Orientasi nilai budaya (sikap mental) menjadi pengatur, pengendali dari perbuatan dan berpengaruh pada penciptaan karya-karya fisik (partisipasi wanita tani). Tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh budaya atau sistem nilai yang berlaku di Kecamatan Palolo terhadap partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 68,9 %. Budaya atau sistem nilai yang berlaku tidak bertentangan dengan usahatani kakao yang dilakukan wanita tani.
61 Masyarakat di Kecamatan Palolo terdiri atas multietnik dengan beragam latar belakang budaya. Latar belakang budaya inilah yang mempengaruhi tingkat partisipasi wanita dalam usahatani kakao.
Hal ini terlihat dari adanya pola
pembagian peran antara suami – isteri dalam kegiatan usahatani kakao, misalnya pada kegiatan pengendalian hama penyakit dan pemangkasan. Ketersediaan Tenaga Kerja Ketersediaan tenaga kerja dalam usahatani bisa bersumber dari dalam keluarga dan luar keluarga. Ketersediaan tenaga kerja dalam kegiatan usahatani dapat dipenuhi dari tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria, kaitannya dengan produktifitas kerja. Indikator ketersediaan tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam keluarga. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kakao yang di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala umumnya berasal dari dalam keluarga (suami, isteri dan anak). Kegiatan yang membutuhkan tenaga dari luar keluarga (sewa), misalnya
pengendalian hama penyakit, sanitasi dan panen raya. Tabel 4
menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga untuk usahatani kakao dikategorikan tinggi yaitu sebesar 62,2%. Penyuluhan Penyuluhan berpengaruh bagi kelancaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian termasuk usahatani kakao. Peranan penyuluhan untuk menggerakkan masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan manusia seutuhnya antara lain penerima gagasan, inspirasi dan aspirasi khalayak sasaran dan motivator yang mampu mendorong sasaran untuk merasa bertanggung jawab dalam melaksanakan dan memelihara hasil-hasil program. Kontak dengan penyuluh diartikan sebagai terjadinya hubungan antara petani dengan penyuluh. Menurut Soekanto (2006) hubungan yang terjadi antara seseorang dengan orang lain dapat bersifat primer dan sekunder. Hubungan yang bersifat primer terjadi apabila seseorang mengadakan hubungan langsung dengan bertemu dan berhadapan muka. Hubungan yang bersifat sekunder terjadi melalui perantara baik orang lain maupun alat-alat seperti telepon, radio. Penyuluh haruslah memiliki kaitan erat dengan masyarakat lokal, tertarik dengan permasalahan atau persoalan lokal, mau berbagi pengetahuan, ide, dan
62 bekerja sama dengan masyarakat. Penyuluh diperlukan sebagai komunikator yang baik dan mampu mendorong pemimpin lokal untuk berperan aktif dalam pembangunan pertanian. Penyuluh juga dianggap sebagai salah satu media bagi wanita tani di Kecamatan Palolo untuk mendapatkan informasi dan bimbingan dalam menjalankan usahatani. Selama ini penyuluh relatif jarang memberikan bimbingan kepada wanita tani, sehingga fungsi pembinaannya belum optimal. Penyuluhan yang dimaksud adalah keterlibatan wanita tani dalam kegiatan penyuluhan usahatani kakao, kesesuaian materi penyuluhan, tingkat penerapan materi, dan kompetensi penyuluh. Tabel 4 menunjukkan bahwa keterlibatan wanita tani dalam penyuluhan dikategorikan rendah, yaitu sebesar 64,4%. Responden yang terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 7 (tujuh) orang yang merupakan anggota dan pengurus kelompok tani. Wanita tani yang tidak termasuk anggota kelompok tidak dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan. Iklim Usaha Iklim usaha merupakan suasana usaha yang mempengaruhi partisipasiwanita tani dalam kegiatan usahatani kakao. Suasana usaha berkaitan dengan permintaan pasar, kemudahan menjual, informasi
harga jual kakao, ketersediaan sarana
produksi, harga jual kakao, jarak antara rumah dan tempat penjualan, serta keamanan usaha. Keamanan usaha yang dimaksud adalah keamanan kegiatankegiatan/pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani kakao bagi wanita tani. Tabel 4 menunjukkan bahwa iklim usaha dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 60,0%. Nilai ini mengindikasikan iklim usaha yang ada di Kecamatan Palolo sangat mendukung partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Peluang Pasar Peluang pasar yang dimaksud meliputi kesesuaian harga kakao di tingkat pasar, biaya produksi yang dikeluarkan dan kemampuan pasar menyerap hasil produksi kakao. Tabel 4 menunjukkan bahwa peluang pasar kakao di Kecamatan Palolo dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 44,4%. Hal ini disebabkan jumlah produksi yang dihasilkan dapat memberikan keuntungan bagi petani. Persentase yang termasuk dalam kategori sedang dan rendah disebabkan modal atau biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli sarana produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari hasil jual biji kakao (produksi
63 kakao rendah).
Rendahnya produktivitas tanaman kakao
juga disebabkan
serangan hama (PBK, monyet dan tupai). Peran/ dorongan suami (Kepala Keluarga) Peran atau dorongan dari suami sebagai kepala rumah tangga sangat menentukan besar kecilnya tingkat partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao. Tabel 4 menunjukkan bahwa peran atau dorongan suami terhadap partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 40,0%. Hal ini disebabkan usahatani kakao merupakan usahatani keluarga yang melibatkan seluruh anggota keluarga termasuk wanita tani (isteri). Kerjasama antara suami isteri dalam mengelola usahatani kakao sangat diperlukan karena dapat mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya. Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Partisipasi wanita tani yang dikaji berdasarkan keikutsertaan wanita tani dalam tahapan kegiatan usahatani kakao, yaitu tahapan budidaya kakao, kewirausahaan dan pencatatan keuangan rumah tangga. Kegiatan budidaya kakao meliputi: pembersihan lahan atau pembebasan lahan dari semak belukar, penanaman pohon pelindung, pembibitan, penanaman kakao, sanitasi lahan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit tanaman, panen pasca panen (belah, jemur dan fermentasi), penyortiran, pengepakan serta pemasaran. Pembersihan Lahan Pembersihan lahan pada usahatani kakao adalah upaya membebaskan lahan dari semak belukar. Pembersihan lahan dapat juga berupa pembukaan lahan baru. Pembersihan lahan diartikan juga sebagai pengolahan lahan. Kegiatan ini dapat dilakukan sekaligus dan secara bertahap disesuaikan dengan ketersediaan jumlah tenaga kerja dan modal yang dimiliki oleh petani. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan pembersihan lahan dikategorikan tinggi, yaitu 46,7%. Sebagian besar wanita tani berpartisipasi dalam pembersihan/pengolahan lahan disebabkan kondisi lahan yang mereka miliki masih berupa hutan (bukaan baru), sehingga mereka termotivasi untuk berpartisipasi.
Alasan responden adalah supaya lahan atau
kebun dapat cepat ditanami kakao dan menghemat biaya sewa tenaga kerja.
64 Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani pada kegiatan pembersihan/ pengolahan lahan rata-rata 2,60 jam. Tabel 5. Deskripsi Faktor Partisipasi Wanita Tani dalam Berusahatani Kecamatan Palolo Partisipasi Wanita Rataan Kisaran Kategori Tani Pembersihan Lahan 8,84 4 - 12 Rendah (< 6,67) Sedang (6,67 – 9,34) Tinggi (>9,34) Penanaman Pohon 6,78 3-9 Rendah (< 5) Pelindung Sedang (5 – 7) Tinggi (>7) Pembibitan 7,76 3-9 Rendah (< 5) Sedang (5 – 7) Tinggi (>7) Penanaman 9,91 6 - 12 Rendah (< 8) Sedang (8 – 10) Tinggi (>10) Sanitasi 7,58 5-9 Rendah (< 6,33) Sedang (6,33 – 7,66) Tinggi (>7,66) Pemupukan 7,09 4 - 12 Rendah (< 6,67) Sedang (6,67 – 9,34) Tinggi (>9,34) Pemangkasan 8,93 5 - 12 Rendah (< 7,33) Sedang (7,33 – 9,66) Tinggi (>9,66) Pengendalian Hama 6,29 3-9 Rendah (< 5) dan Penyakit Sedang (5 – 7) Tinggi (>7) Panen, Pasca panen 10,33 8 - 12 Rendah (< 9,33) (belah, jemur dan Sedang (9,33 – 10,66) fermentasi) Tinggi (>10,66) Penyortiran dan 5,71 4-6 Rendah (< 4,67) Pengepakan Sedang (4,67 – 5,34) Tinggi (>5,34) Pemasaran 4,93 3-9 Rendah (< 5) Sedang (5 – 7) Tinggi (>7) Kewirausahaan 8,18 5-9 Rendah (< 6,33) Sedang (6,33 – 7,66) Tinggi (>7,66) Pencatatan keuangan 5,73 2 - 15 Rendah (< 7) Sedang (7 - 11) Tinggi (>11) Jumlah
Kakao di Jumlah n % 8 17,8 16 35,6 21 46,7 5 11,1 24 53,3 16 35,6 4 8,9 12 26,7 29 64,4 4 8,9 23 51,1 18 40,0 11 24,4 10 22,2 24 53,3 18 40,0 16 35,6 11 24,4 9 20,0 20 44,4 16 35,6 5 11,1 34 75,6 6 13,3 2 4,4 33 73,4 10 22,2 3 6,7 7 15,6 35 77,7 8 17,8 36 80,0 1 2,2 5 11,1 24 53,3 16 35,6 35 77,8 9 20,0 1 2,2 45
100,0
65
Penanaman Pohon Pelindung Pengembangan tanaman kakao membutuhkan penaung yang lebat. Naungan tanaman kakao harus lembab dengan pepohonan yang lebat.
Tanaman ini
merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menghendaki kondisi lingkungan yang sesuai. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani pada kegiatan penanaman pohon pelindung dikategorikan sedang, yaitu 53,3%. Kondisi lahan kakao milik petani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala sebagian besar berada di tengah hutan pegunungan, yang sebelum ditanami kakao sudah terdapat tanaman hutan (kayu), perkebunan dan hortikultura yang produktif yang dapat berfungsi sebagai tanaman pelindung, misalnya pohon jati, palapi, kemiri, kopi, durian, rambutan, alpokat dan lain sebagainya. Hal ini membuat wanita tani tidak lagi ikut menanam pohon pelindung. Bagi wanita tani yang ikut menanam pohon pelindung, curahan waktu yang dikeluarkan rata-rata 1,87 jam. Pembibitan Tanaman kakao yang tumbuh melalui perbanyakan biji tidak dapat ditanam langsung di lahan pertanaman. pembibitan.
Proses perbanyakan tanaman kakao melalui
Sebelum dipindahkan (ditanam) ke lahan/kebun, bibit diseleksi
terlebih dahulu. Hanya bibit yang berpenampilan (tumbuh) baik
yang dapat
ditanam di lahan/kebun. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan pembibitan dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 64,4%.
Besarnya partisipasi
wanita tani di Kecamatan Palolo pada kegiatan pembibitan disebabkan lokasi pembibitan berada di dekat rumah dan mudah dilakukan wanita tani. Lokasi pembibitan yang dekat dengan rumah dan mudah dilakukan membuat wanita tani dapat sekaligus menjalankan peran produktif dan peran domestiknya. Penanaman Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani pada kegiatan penanaman kakao dikategorikan sedang, yaitu sebesar 51,1%. Penanaman kakao di lokasi penelitian dilakukan secara bertahap. Hal ini disebabkan jumlah tenaga kerja yang diperlukan tidak sebanding dengan ketersediaan tenaga kerja yang ada.
66 Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan penanaman kakao lebih banyak bersumber dari dalam keluarga. Lokasi kebun yang jauh dari rumah dan luas lahan yang cukup besar yaitu 0,5 – 3 ha menyebabkan penanaman kakao memerlukan luangan waktu yang cukup banyak. Luangan waktu yang dimiliki wanita tani cenderung lebih digunakan pada kegiatan produktif lainnya, termasuk penanganan usahatani di luar kakao misalnya padi dan jagung. Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani untuk kegiatan penanaman kakao rata-rata 2,78 jam. Sanitasi Sanitasi kebun dapat dilakukan dengan cara membersihkan ranting yang ada di dalam kebun, baik yang kering di pohon maupun yang ada di permukaan tanah, membersihkan serasah di permukaan tanah dan membakarnya untuk mematikan atau mengurangi kepompong penggerek buah kakao (PBK). Sanitasi juga upaya penyederhanaan lingkungan kebun agar tidak disenangi ngengat untuk berlindung. Tabel 5 menunjukkan partisipasi wanita tani dalam kegiatan sanitasi lahan dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 53%. Menyadari pentingnya kebersihan lahan dan upaya pencegahan serangan hama dan penyakit tanaman membuat wanita tani termotivasi untuk berpartisipasi melakukan sanitasi lahan. Sanitasi yang dilakukan wanita tani di Kecamatan Palolo adalah dengan mengumpulkan serasah yang berada di bawah pohon kemudian membakarnya. Keterlibatan wanita tani dalam kegiatan sanitasi secara kimiawi terutama dalam penyediaan air sebagai campuran herbisida. Wanita tani ikut mencampur herbisida ke dalam tangki, pekerjaan menyemprot sebagian besar dilakukan suami mereka. Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani untuk kegiatan sanitasi ini rata-rata 3,02 jam. Pemupukan Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh sehat dan berproduksi sesuai harapan. Pemupukan yang dilakukan melalui beberapa pertimbangan terutama faktor tanaman dan lingkungan. Faktor tanaman misalnya umur sedangkan faktor lingkungan misalnya naungan, curah hujan dan keadaan tanah. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan pemupukan dikategorikan rendah, yaitu sebesar 40%. Selain faktor tanaman dan lingkungan, pemupukan membutuhkan beberapa pertimbangan yaitu waktu, dosis, dan cara pemupukan. Berbeda dengan tanaman semusim, pemberian pupuk pada
67 tanaman kakao lebih membutuhkan curahan waktu dan tenaga yang banyak, mengingat luasan lahan yang cukup besar dan kondisi lahan yang tidak datar (berlereng/miring). Cara pemupukan memperhitungkan batas tajuk daun (umur tanaman 1 tahun – 5 tahun), jarak 0,75 – 1 meter untuk tanaman berumur tua, dan dosis pemupukan (NPK) yang berimbang. Kondisi lahan/kebun yang luas dan berlereng, serta informasi teknologi pemupukan berimbang yang belum diketahui sebagian besar wanita tani yang berada di Kecamatan Palolo, menyebabkan wanita tani lebih banyak menunggu waktu atau kesempatan dari suami untuk memupuk (belum bisa mengerjakan sendiri) sehingga partisipasi mereka tergolong rendah. Pemangkasan Pemangkasan cabang yang tidak produktif pada tanaman kakao sangat membantu efisiensi penggunaan hara. Hara yang diserap oleh tanaman kakao sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemangkasan cabang atau ranting yang sakit dapat mengurangi sumber infeksi hama dan penyakit terutama hama Penggerek Buah Kakao (PBK), penyakit busuk buah, kanker batang dan antraknosa. Sulistiyowati (2003) mengatakan bahwa hama PBK sangat menyukai kondisi iklim yang lembab, saat sore hari imago PBK berisitirahat pada dahan atau ranting yang menaungi. Tanaman kakao produktif membutuhkan intensitas penyinaran 50 – 75%. Oleh karena itu, pengaturan naungan wajib dilakukan terhadap tanaman kakao produktif. Pemangkasan merupakan komponen teknologi yang telah dilakukan di Kecamatan Palolo. Pemangkasan yang dilakukan adalah pemangkasan produksi karena rata-rata tanaman berumur di atas 3 (tiga) tahun. Pemangkasan produksi dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan produktivitas kakao dan menghindari serangan hama dan penyakit. Sasaran pemangkasan adalah rantingranting atau cabang-cabang yang tidak produktif dengan menggunakan alat seperti gunting pangkas, parang dan gergaji (untuk tanaman tua). Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan pemangkasan
dikategorikan
sedang,
yaitu
44,4%.
Sebagian
responden
mengatakan pekerjaan/kegiatan pemangkasan ini berat dilakukan oleh wanita, karena beresiko tinggi sehingga mereka enggan melakukannya. Tanaman kakao
68 yang dimiliki petani di Kecamatan Palolo adalah tanaman yang berumur rata-rata di atas 3 (tiga) tahun, sehingga untuk melakukan pemangkasan dengan cara memanjat pohon kakao kemudian memangkas cabang-cabang yang tidak produktif. Terlepas dari sulitnya kegiatan pemangkasan ini, sebagian responden tetap melakukannya.
Kegiatan ini dilakukan terutama oleh wanita tani yang
berasal dari etnis Kulawi, Palolo, Banggai dan Toraja. Alokasi atau curahan waktu yang dikeluarkan oleh wanita tani untuk setiap kali pemangkasan rata-rata sebesar 1,35 jam. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang sering dan paling banyak menyerang tanaman kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala adalah Penggerek Buah Kakao (PBK). Serangan hama ini dapat menurunkan 75% dari produktivitas tanaman. Selain PBK, hama yang sering menyerang adalah tupai dan monyet. Sementara penyakit yang biasa menyerang adalah mati pucuk, kanker batang, dan antraknosa. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan pengendalian hama dan penyakit dikategorikan sedang yaitu sebesar 75,6%. Penyemprotan pestisida membutuhkan tenaga yang cukup besar karena harus memikul tangki dan memiliki resiko keracunan yang cukup besar.
Hal ini
membuat wanita tani di Kecamatan Palolo enggan melakukan penyemprotan. Keterlibatan wanita tani lebih banyak dalam
menyiapkan pestisida dan air
sebagai campuran dari pestisida. Khusus untuk wanita dari etnis Bugis, pekerjaan menyemprot dianggap sebagai pekerjaan pria, sehingga mereka sama sekali tidak terlibat dalam kegiatan ini. Bagi wanita dari etnis Kulawi, Palolo, Banggai dan Toraja, sama sekali tidak ada pembagian peran dengan kata lain tidak mengharuskan pria yang menyemprot pestisida. Wanita tani dari ke empat etnis ini (Kulawi, Palolo, Banggai dan Toraja) dapat melakukan penyemprotan sendiri jika suami mereka berhalangan. Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani pada kegiatan penyemprotan (pengendalian hama dan penyakit tanaman) rata-rata sebesar 0,91 jam. Panen, Pasca panen (belah, jemur dan Fermentasi) Panen buah kakao dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu panen antara dan panen raya. Panen antara yang dikenal oleh masyarakat di Kecamatan Palolo
69 adalah panen diluar musim buah kakao. Panen ini dapat dilakukan sekali dalam dua minggu atau sekali dalam sebulan, tergantung kondisi buah yang ada di lokasi pertanaman. Panen raya adalah panen yang dilaksanakan pada musim buah kakao. Panen raya biasanya dilakukan 1 (satu) kali dalam tempo 1 (satu) tahun. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan panen, belah, jemur dan fermentasi dikategorikan sedang yaitu sebesar 73,4%. Partisipasi wanita tani dalam kegiatan panen raya dan pembelahan buah kakao lebih tinggi dibandingkan dengan panen antara, dikarenakan buah yang akan dipanen jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan buah pada panen antara. Beberapa responden tidak selalu melakukan kegiatan panen antara, disebabkan buah yang akan dipanen hanya sedikit. Sehingga yang melaksanakan panen ini adalah suami yang rutin pergi ke kebun.
Kegiatan pembelahan buah dan
penjemuran sepenuhnya dilakukan wanita tani. Curahan waktu yang dikeluarkan wanita tani setiap melakukan kegiatan panen rata-rata sebesar 4,82 jam, dan pascapanen (belah dan jemur) rata-rata sebesar 3,02 jam. Kegiatan fermentasi dilakukan oleh 5 (lima) orang responden. Alasan sebagian besar responden tidak melakukan fermentasi karena tidak adanya perbedaan harga di tingkat pedagang pengumpul di kecamatan antara biji kakao difermentasi dan tidak difermentasi. Penyortiran dan Pengepakan Penyortiran adalah upaya memisahkan (menggolong-golongkan) buah berdasarkan kualitas/mutu sesuai standar yang ditetapkan pedagang pengumpul di tingkat provinsi (eksportir), memisahkan buah dari biji kempes, jantung buah dan kotoran lainnya. Pengepakan adalah kegiatan memasukkan biji kakao yang sudah siap untuk dijual ke dalam karung. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan penyortiran dan pengepakan dikategorikan tinggi yaitu sebesar 77,7%. Besarnya partisipasi wanita tani dalam kegiatan ini disebabkan pekerjaan ini mudah dilakukan wanita tani, lokasi penyortiran dan pengepakan berada di dekat rumah, serta tidak membutuhkan waktu yang lama. Curahan waktu yang digunakan wanita tani untuk setiap kali menyortir dan mengepak rata-rata sebesar 1,37 jam.
70
Pemasaran Petani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala memiliki akses pemasaran langsung ke pedagang (pengumpul) baik di tingkat kecamatan maupun provinsi. Sebagian besar petani dapat menjual hasil panen kakao secara bebas (tanpa ikatan) dengan pedagang.
Beberapa petani melakukan penjualan kepada
pedagang langganan mereka dan sebagian lagi karena terikat pinjaman dengan pedagang. Terlepas dari hal tersebut, petani setempat tidak mempunyai banyak pilihan dalam pemasaran, kecuali ke pedagang pengumpul desa tersebut. Hal ini disebabkan produksi biji kakao yang dihasilkan oleh petani hanya sedikit, dan tidak dapat menutupi biaya transportasi. Jika produksi banyak, mereka lebih memilih menjual pada pedagang pengumpul di tingkat provinsi (eksportir). Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalam kegiatan pemasaran dikategorikan sedang yaitu sebesar 80,0%. Pembagian peran antara pria-wanita dalam kegiatan pemasaran ini pada dasarnya tidak ada. Hasil wawancara tentang siapa yang berkewajiban memasarkan hasil panen, sebagian besar wanita tani menjawab: “tergantung pada siapa yang mempunyai waktu”. Jika suami mempunyai waktu luang dan isteri mempunyai kesibukan, suamilah yang menjual/memasarkan biji kakao. Demikian sebaliknya, jika suami sibuk, isteri yang menjual/memasarkan biji kakao. Curahan waktu yang dikeluarkan oleh wanita tani untuk kegiatan pemasaran rata-rata sebesar 1,27 jam. Kewirausahaan Usahatani kakao yang dijalankan oleh wanita tani rata-rata merupakan sumber utama bagi pendapatan rumah tangga mereka.
Oleh karena itu,
ketidakstabilan harga akan berdampak langsung khususnya terhadap pendapatan petani. Hal negatif paling serius adalah jika terjadi penurunan harga secara drastis yang berdampak pada penurunan pendapatan petani dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap optimalisasi usahatani kakao. Terlepas dari harga kakao yang relatif berfluktuasi, wanita tani di Kecamatan Palolo meyakini bahwa prospek pengembangan kakao menjanjikan, mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga dan dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga mereka. Tabel 5 menunjukkan partisipasi wanita tani dalam kegiatan kewirausahaan dikategorikan sedang, yaitu sebesar 53,3%.
71
Pencatatan/pengaturan Keuangan Book keeping atau pencatatan/pengaturan keuangan adalah kemampuan wanita tani dalam mengatur pengeluaran keuangan rumah tangga. Kaitannya dengan kakao, pencatatan/pengaturan keuangan yang dikaji meliputi pencatatan biaya produksi yang dikeluarkan mulai dari pembersihan lahan sampai dengan pemasaran termasuk sarana produksi yang dikeluarkan, pencatatan produksi biji kakao yang dihasilkan setiap panen serta pencatatan berapa keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dari setiap penjualan. Tabel 5 menunjukkan bahwa partisipasi wanita tani dalan pencatatan/ pengaturan keuangan dikategorikan rendah, yaitu sebesar 77,8%.
Hasil
wawancara diketahui bahwa dari 45 orang responden hanya 4 (empat) orang yang melakukan pencatatan keuangan, 8 (delapan) orang yang mengatakan kadangkadang tergantung jumlah produksi yang dihasilkan, kalau produksi banyak kegiatan pencatatan dilakukan, jika produksi kakao hanya sedikit pencatatan tidak dilakukan. Sebagian besar wanita tani tidak melakukan pencatatan keuangan karena mereka tidak terbiasa dengan cara seperti ini. Pengaturan tata keuangan (pemasukan-pengeluaran) rumah tangga, sebagian besar responden mampu melakukan dengan berdasarkan pada prioritas kebutuhan.
Wanita tani yang
kesulitan dalam mengatur tata keuangan rumah tangga disebabkan banyaknya kebutuhan mendadak, seperti anggota keluarga yang sakit, dan lain-lain. Uji Hipotesis Hubungan antara Faktor Internal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Faktor internal wanita tani secara keseluruhan berhubungan sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao dengan koefisien korelasi 0,414. Hipotesis yang menyatakan: terdapat hubungan nyata antara faktor internal wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao diterima. Jika dilihat dari sub-sub variabel yang tergabung dalam faktor internal (umur, tingkat pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, motivasi berusahatani, aspirasi, sifat kekosmopolitan, pengambilan keputusan dan alokasi waktu peran domestik dan peran produktif), terdapat faktor yang
72 berhubungan nyata pada α = 0,05 yakni sifat kekosmopolitan, dan faktor internal yang berhubungan sangat nyata pada α = 0,01, yakni: motivasi berusahatani dan peran produktif. Korelasi faktor-faktor internal wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 6. Umur Tabel 6 menunjukkan bahwa umur wanita tani tidak berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Faktor internal (umur) berhubungan nyata hanya dengan penanaman pohon pelindung. Nilai koefisien korelasi peubah ini adalah 0,310. Umur bukanlah faktor pembatas bagi wanita tani dalam menjalankan kegiatan usahatani kakao. Segala tahapan kegiatan dalam usahatani kakao ini dapat dilakukan oleh semua wanita (responden) karena umur wanita tani di Kecamatan Palolo termasuk dalam kategori umur produktif. Nilai 0,310 yang ditunjukkan pada peubah penanaman pohon pelindung ini disebabkan kegiatan penanaman pohon pelindung membutuhkan curahan waktu yang besar. Semakin tinggi umur yang dimiliki oleh wanita tani, semakin tinggi pula partisipasi mereka dalam penanaman pohon pelindung. Wanita tani yang berusia muda rata-rata memiliki anak kecil (bayi) yang tidak bisa ditinggal sendirian di rumah dan beresiko jika dibawa ke kebun kakao karena kebun kakao berada di lereng pegunungan yang jauh dari tempat tinggal. Berbeda dengan wanita tani yang tergolong usia tua, mereka tidak lagi memiliki anak kecil (bayi), sehingga mempunyai peluang/kesempatan untuk berpartisipasi dalam penanaman pohon pelindung. Beberapa responden juga menjawab tidak lagi melakukan penanaman pohon pelindung. Alasan mereka bukan karena tidak mau melakukan kegiatan penanaman pohon pelindung, melainkan kebun atau lahan kakao yang diolah saat ini adalah kebun yang dibeli dalam kondisi lahan yang sudah ditanami (sudah produktif) dan sudah ada tanaman pelindung, sehingga tidak memerlukan lagi penanaman pohon pelindung. Jika kebun dalam kondisi tidak ada pohon pelindung wanita tani akan melakukan penanaman pohon pelindung.
73
Tabel 6. Korelasi Faktor Internal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Partisipasi Wanita Tani Faktor Internal
Pembersihan Lahan
Penanaman Pohon Pelindung
Pembibitan
Penanaman
Sanitasi
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
Umur
0,284
0,058
0,310*
0,038
-0,040
0,794
0,100
0,514
-0,080
0,603
Tingkat pendidikan
-0,272
0,070
-0,254
0,093
-0,110
0,473
0,007
0,966
0,131
0,391
Besarnya jumlah keluarga
-0,085
0,580
0,188
0,217
-0,217
0,151
-0,050
0,741
-0,059
0,699
Pengalaman berusahatani
0,025
0,869
0,166
0,277
0,072
0,640
0,047
0,759
-0,143
0,349
Motivasi berusahatani
0,138
0,366
-0,259
0,086
0,365*
0,014
0,480**
0,001
0,291
0,053
Aspirasi
-0,121
0,427
0,005
0,975
-0,085
0,581
-0,100
0,515
-0,097
0,526
Sifat kekosmopolitan
-0,054
0,726
-0,242
0,110
0,189
0,214
0,246
0,103
0,206
0,176
Pengambilan keputusan
-0,022
0,884
0,001
0,994
0,139
0,361
0,388**
0,008
0,077
0,613
Peran domestik
-0,106
0,490
-0,249
0,099
0,125
0,414
0,086
0,574
0,011
0,944
Peran produktif
0,283
0,059
-0,142
0,350
0,375*
0,011
0,513**
0,000
0,229
0,130
Keterangan tabel: n = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
73
74
Lanjutan Tabel 6. Partisipasi Wanita Tani Faktor Internal
Pemupukan
Pemangkasan
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman NKK P
Panen, Pasca panen (Belah, Jemur & Fermentasi) NKK P
NKK
P
NKK
P
Umur
0,154
0,312
-0,093
0,545
0,119
0,438
0,131
Tingkat pendidikan
0,235
0,120
0,192
0,207
-0,157
0,304
Besarnya jumlah keluarga
0,175
0,250
-0,247
0,102
0,123
Pengalaman berusahatani
0,044
0,776
-0,167
0,272
Motivasi berusahatani
0,369*
0,013
0,298*
Aspirasi
0,010
0,948
0,560**
Pengambilan keputusan
Penyortiran dan Pengepakan NKK
P
0,390
0,098
0,523
0,304*
0,042
-0,109
0,474
0,422
-0,076
0,622
-0,300*
0,045
0,253
0,093
-0,123
0,422
-0,079
0,607
0,047
-0,182
0,231
0,399**
0,007
-0,094
0,537
-0,057
0,709
0,173
0,256
-0,240
0,113
-0,155
0,309
0,000
0,314*
0,036
0,026
0,866
0,304*
0,042
-0,151
0,321
0,202
0,183
0,350*
0,018
-0,035
0,819
0,286
0,057
0,006
0,970
Peran domestik
0,113
0,461
0,244
0,106
-0,026
0,866
-0,038
0,805
-0,106
0,490
Peran produktif
0,266
0,078
0,340*
0,022
0,007
0,965
0,397*
0,007
-0,171
0,262
Sifat kekosmopolitan
Keterangan tabel: n = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05 74
75
Lanjutan Tabel 6. Faktor Internal
Partisipasi Wanita Tani Pemasaran
Kewirausahaan
Pencatatan Keuangan
Total Partisipasi
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
Umur
-0,310
-0,395
-0,126
0,411
-,0166
0,277
0,175
0,251
Tingkat pendidikan
0,044
0,773
-0,080
0,599
0,034
0,826
-0,012
0,939
Besarnya jumlah keluarga
-0,127
0,406
-0,215
0,156
-0,030
0,846
-0,076
0,618
Pengalaman berusahatani
-0,075
0,625
-0,148
0,332
-0,103
0,501
-0,002
0,990
Motivasi berusahatani
-0,016
0,915
0,290
0,053
0,273
0,069
0,385**
0,009
Aspirasi
0,069
0,651
-0,088
0,564
0,110
0,472
-0,062
0,687
Sifat kekosmopolitan
-0,249
0,100
0,193
0,204
0,233
0,124
0,338*
0,023
Pengambilan keputusan
0,047
0,762
0,533**
0,000
0,032
0,834
0,283
0,059
Peran domestik
0,177
0,245
0,282
0,060
-0,092
0,546
0,053
0,731
Peran produktif
-0,024
0,878
0,131
0,391
0,287
0,056
0,421**
0,004
Keterangan tabel: n = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
75
76
Tingkat Pendidikan Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal tingkat pendidikan berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao, tetapi berhubungan nyata dengan kegiatan panen, pasca panen dan fermentasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,304. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala tidak mempengaruhi tingkat partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao. Semua tahapan kegiatan dalam usahatani kakao mulai dari budidaya sampai dengan pencatatan keuangan dapat dilakukan semua wanita tani (responden) yang berpendidikan rendah sampai tinggi. Hubungan nyata antara pendidikan dengan panen, pascapanen dan fermentasi lebih ditunjukkan pada kegiatan fermentasi. berpendidikan
tinggi
melakukan
fermentasi
karena
Wanita tani yang mereka
mengetahui
keuntungan atau manfaat yang akan diperoleh jika biji kakao yang dihasilkan difermentasi. Meskipun menurut pendapat mereka tidak ada perbedaan harga antara biji kakao yang difermentasi dan tidak difermentasi, mereka tetap melakukan kegiatan fermentasi dengan alasan biji kakao cepat kering, aromanya lebih baik dan adanya harapan pemberlakuan standard mutu terhadap biji kakao. Wanita tani tidak akan mengalami kesulitan karena sudah terbiasa dengan tahapan kegiatan fermentasi. Besarnya Jumlah Keluarga Tabel 6 menunjukkan besarnya jumlah keluarga berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Hubungan nyata antara besarnya jumlah anggota keluarga dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao hanya dalam kegiatan penyortiran dan pengepakan, dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,300. Hal ini disebabkan lokasi penyortiran dan pengepakan berada di dekat tempat tinggal dan mudah dilakukan oleh siapa saja termasuk anak-anak.
Semakin besar jumlah anggota keluarga yang ada dalam rumah
termasuk anak, semakin besar pula peluang keikutsertaan mereka untuk membantu menyortir dan mengepak biji kakao. Sementara padawaktu yang sama wanita tani dapat menjalankan peran lainnya baik peran domestik maupun peran
77
produktif. Pekerjaan penyortiran dan pengepakan dapat diambil alih oleh anggota keluarga lainnya Pengalaman Berusahatani Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal pengalaman berusahatani wanita tani berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita dalam berusahatani kakao. Nilai koefisien korelasi faktor pengalaman usahatani wanita tani dengan partisipasi usahatani kakao sebesar -0,002. Pengalaman berusahatani kakao yang dimiliki wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala sangat beragam, namun tingkat partisipasi wanita tani tidak menunjukkan perbedaan.
Hal ini disebabkan
peran mereka lebih
banyak membantu suami dalam melakukan usahatani kakao, meskipun curahan tenaga yang mereka keluarkan sangatlah besar. Pengalaman berusahatani yang rendah bukan menjadi pembatas bagi tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Wanita tani memiliki
berpengalaman berusahatani kakao rendah, namun mereka memiliki pengalaman sebagai petani padi dan jagung sejak
remaja. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa wanita tani dengan pengalaman berusahatani yang rendah justru memiliki partisipasi yang lebih tinggi dibandingkan wanita tani yang mempunyai pengalaman berusahatani yang tinggi. Partisipasi wanita tani yang berpengalaman rendah lebih terlihat pada kegiatan-kegiatan yang memerlukan kerja fisik yang cukup berat, seperti pada kegiatan: pembersihan lahan, penanaman, pemupukan, pemangkasan dan pengendalian hama penyakit tanaman. Motivasi Berusahatani Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (motivasi) wanita tani berhubungan sangat nyata dengan partisipasi dalam usahatani kakao. Dilihat dari hubungan antara variabel, motivasi wanita tani untuk berusahatani kakao berhubungan nyata dengan kegiatan pembibitan, pemupukan, dan pemangkasan. Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel penanaman dengan koefisen korelasi sebesar 0,480, serta kegiatan panen, pasca panen dan fermentasi dengan nilai korelasi sebesar 0,399. Motivasi yang dimiliki oleh wanita tani dalam melakukan pembibitan karena tempat atau lokasi pembibitan berada di dekat rumah (tempat tinggal), sehingga
78
mudah dilakukan oleh wanita tani tanpa meninggalkan peran domestik. Alasan lain yang membuat wanita lebih banyak terlibat dalam kegiatan penanaman, pemupukan, pemangkasan, panen, pasca panen dan fermentasi adalah ingin membantu meringankan pekerjaan suami, menghemat biaya sewa tenaga kerja dan sudah merupakan pekerjaan rutin mereka sebagai petani. Aspirasi Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (aspirasi) yang dimiliki oleh wanita tani berhubungan tidak nyata dengan tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Aspirasi yang dimiliki wanita tani dalam berusahatani kakao adalah ingin meningkatkan pendapatan dan mengembangkan usahatani kakao. Sifat Kekosmopolitan Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (sifat kekosmopolitan) berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,338.
Peubah sifat kekosmopolitan
wanita tani berhubungan nyata dengan kegiatan pemangkasan, panen, pasca panen dan fermentasi dengan nilai korelasi berturut-turut 0,314 dan 0,304. Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel pemupukan dengan nilai koefisen korelasi sebesar 0,560. Kekosmopolitan yang dimiliki oleh wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala berdampak positif terhadap partisipasi dalam kegiatan usahatani kakao. Semakin besar tingkat kekosmopolitan wanita tani semakin besar pula peranan/partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao, misalnya pada kegiatan pemupukan, pemangkasan dan panen, pasca panen serta fermentasi. Agar dapat melaksanakan kegiatan ini diperlukan penguasaan informasi teknologi budidaya kakao. Wanita tani yang mengetahui informasi tentang cara, waktu dan dosis pemupukan, akan dapat melakukan kegiatan ini dengan baik. Demikian pula halnya dengan kegiatan pemangkasan, wanita tani mengetahui dan mengerti cara dan waktu pemangkasan yang baik sehingga dapat mengefisienkan pupuk dan dapat meningkatkan produksi kakao. Penanganan panen, pascapanen dan fermentasi dilakukan oleh wanita yang tingkat kekosmopolitannya tinggi, karena mereka mengetahui cara untuk meningkatkan mutu atau kualitas dari biji kakao
79
yang dihasilkan, meskipun pada akhirnya nilai jual kakao cenderung tidak berbeda dengan biji kakao yang tidak difermentasi. Pengambilan Keputusan Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (pengambilan keputusan) berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Sub variabel pengambilan keputusan berhubungan nyata dengan pemangkasan (0,350), berhubungan sangat nyata dengan penanaman (0,388), dan berhubungan sangat nyata dengan kewirausahaan (0,533). Proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga wanita tani di Kecamatan Palolo kaitannya dengan usahatani kakao sudah cukup setara. Sebagian besar wanita tani sebagai isteri dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan pada hampir semua tahapan kegiatan budidaya kakao yang akan dilakukan. Keputusan yang diambil oleh wanita tani untuk berpartisipasi pada kegiatan pemangkasan dan penanaman didorong keinginan untuk menghemat biaya tenaga kerja, meskipun pekerjaan ini cukup berat dilakukan oleh seorang wanita.
Kegiatan penanaman dan pemangkasan juga dapat dilakukan secara
bertahap. Hal ini memungkinkan wanita tani dapat mengatur waktu yang mereka miliki sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Harga kakao yang cukup tinggi menjadi pendorong tumbuhnya jiwa kewirausahaan wanita tani di Kecamatan Palolo. Peran Domestik Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (peran domestik) berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai koefisien korelasi faktor ini adalah: 0,053. Hasil penelitian terhadap faktor internal curahan waktu yang dikeluarkan Wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala (peran domestik) tidak menjadi kendala bagi kelangsungan usahatani kakao. Wanita tani dapat membagi waktu sehingga semua tugas sebagai isteri dan ibu dalam keluarga tidak ditinggalkan. Peran Produktif Pembagian kerja menunjuk kepada pola peranan yang ada dalam keluarga di mana khususnya suami dan isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
80
Kombinasi kekuasaan dan pembagian kerja adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga, yang dipengaruhi pula oleh posisi keluarga dalam lingkungan dan masyarakat di mana dia berada. Tabel 6 menunjukkan bahwa faktor internal (peran produktif) berhubungan sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Nilai
koefisien korelasi faktor peran produktif sebesar 0,421. Dilihat dari hubungan antara sub variabel, peran produktif berhubungan nyata dengan kegiatan pembibitan (0,375), pemangkasan (0,340), dan panen, pasca panen serta fermentasi (0,397). Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel penanaman (0,513). Kontribusi tenaga wanita tani dalam usahatani kakao dapat dikatakan cukup besar, terlihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,421. Peran produktif yang dijalankan oleh wanita tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala merupakan bagian tanggung jawab sebagai isteri dan ibu untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Faktor eksternal wanita tani secara keseluruhan berhubungan sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao dengan nilai koefisien korelasi 0,519. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal wanita tani dengan partisipasi dalam usahatani kakao diterima. Jika dilihat dari sub-sub variabel yang tergabung dalam faktor eksternal (budaya/ sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja, penyuluhan, iklim usaha, sistem/peluang pasar dan peran/dorongan kepala keluarga) terdapat beberapa faktor yang berhubungan nyata pada α = 0,05 yakni iklim usaha dan faktor eksternal yang berhubungan sangat nyata pada α = 0,01, yakni: budaya/sistem nilai, ketersediaan tenaga kerja, dan peran produktif. Korelasi faktor-faktor eksternal wanita tani dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada Tabel 7.
81
Tabel 7.
Korelasi Faktor Eksternal dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Partisipasi Wanita Tani
Faktor Internal
Pembersihan Lahan
Penanaman Pohon Pelindung
Pembibitan
Penanaman
Sanitasi
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
0,286
0,057
0,161
0,290
0,399**
0,007
0,548**
0,000
0,564**
0,000
0,129
0,397
0,223
0,141
0,374*
0,011
0,287
0,056
0,491**
0,001
Penyuluhan
-0,324*
0,030
-0,210
0,167
0,108
0,482
0,177
0,244
0,059
0,699
Iklim usaha
0,049
0,750
-0,051
0,731
0,204
0,179
0,453**
0,002
0,338*
0,023
Sistem/peluang pasar
-0,068
0,655
0,085
0,578
0,036
0,814
0,248
0,100
0,023
0,881
Peran/dorongan suami (kepala keluarga)
-0,022
0,884
-0,081
0,599
-0,061
0,692
0,244
0,107
0,144
0,345
Budaya Ketersediaan kerja
tenaga
Keterangan tabel: N = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
81
82
Lanjutan Tabel 7. Partisipasi Wanita Tani Pemupukan
Pemangkasan
Faktor Eksternal
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Panen, Pasca panen (Belah, Jemur & Fermentasi)
Penyortiran dan Pengepakan
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
Budaya
0,314*
0,036
0,480**
0,001
0,029
0,848
0,244
0,107
0,166
0,275
Ketersediaan tenaga kerja
0,157
0,304
0,426**
0,004
0,188
0,215
-0,071
0,642
0,496**
0,001
Penyuluhan
0,266
0,077
-0,025
0,870
-0,284
0,058
0,250
0,097
-0,171
0,261
Iklim usaha
0,285
0,058
0,333*
0,026
0,009
0,953
0,221
0,144
-0,022
0,886
Sistem/peluang pasar
0,171
0,262
0,216
0,155
-0,044
0,776
-0,045
0,770
-0,394**
0,007
Peran/dorongan suami (kepala keluarga)
0,424**
0,004
0,014
0,929
-0,104
0,496
0,322*
0,026
-0,037
0,810
Keterangan tabel: n= 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
82
83
Lanjutan Tabel 7. Faktor Eksternal
Partisipasi Wanita Tani Pemasaran
Kewirausahaan
Pencatatan Keuangan
Total Partisipasi
NKK
P
NKK
P
NKK
P
NKK
P
Budaya
0,083
0,588
0,464**
0,001
0,154
0,312
0,583**
0,000
Ketersediaan tenaga kerja
-0,030
0,845
0,112
0,463
0,086
0,573
0,410**
0,005
Penyuluhan
0,019
0,901
0,258
0,087
0,087
0,568
0,033
0,827
Iklim usaha
-0,101
0,508
0,196
0,197
0,275
0,068
0,358*
0,016
Sistem/peluang pasar
0,099
0,519
0,286
0,057
0,269
0,074
0,184
0,226
Peran/dorongan (kepala keluarga)
0,131
0,390
-0,001
0,995
0,282
0,060
0,213
0,161
suami
Keterangan tabel: N = 45 orang; p = peluang kesalahan (galat) ** Berhubungan sangat nyata pada α = 0,01 * Berhubungan nyata pada α = 0,05
83
84
Budaya Usahatani tidak terlepas dari budaya dan sejarah. Peluang dan hambatan ekologis dan geografis (lokasi, iklim, tanah, tumbuhan) tercermin dalam pertanian setempat yang merupakan hasil dari suatu proses interaksi antara manusia dan sumberdaya setempat. Nilai-nilai masyarakat perdesaan, pengetahuan, teknologi dan institusi sangat mempengaruhi jenis budaya pertanian yang terus berkembang. Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor eksternal (budaya) berkorelasi sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Nilai koefisien
korelasi faktor budaya ini adalah 0,583. Dilihat dari hubungan antara variabel, budaya/sistem nilai yang berlaku di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala berhubungan nyata dengan kegiatan pemupukan. Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel pembibitan (0,399), penanaman (0,548), sanitasi (0,564), pemangkasan (0,480), dan kewirausahaan (0,464). Budaya yang berlaku di masyarakat Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala tidak bertentangan dengan kegiatan usahatani kakao yang dijalankan oleh wanita tani. Budaya/sistem nilai yang berlaku mendukung partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao. Hasil wawancara diperoleh informasi bahwa latar belakang budaya yang dimiliki oleh responden secara tidak langsung mempengaruhi tahapan
kegiatan
usahatani
kakao.
Beberapa
tahapan
kegiatan
seperti
pemangkasan dan pengendalian hama penyakit tidak dilakukan oleh wanita tani yang berasal dari etnis Jawa dan Bugis, dengan alasan kegiatan ini sangat beresiko jika dikerjakan oleh wanita dan kegiatan tersebut adalah sudah merupakan pekerjaan laki-laki (suami). Kegiatan penanaman kakao, sanitasi, dan pemupukan juga tidak dikerjakan secara langsung oleh wanita dari etnis Jawa dan Bugis. Keterlibatan mereka lebih banyak pada penyediaan konsumsi, meskipun pada saat yang sama mereka berada di kebun bersama suami mereka. Demikian halnya dengan kegiatan pemasaran.
Wanita tani dari etnis Jawa dan Bugis, lebih
mendominasi kegiatan pemasaran hasil biji kakao dibanding suami.. Berbeda dengan wanita tani yang berasal dari Palolo, Kulawi, Banggai dan Toraja. Wanita tani terlibat aktif dalam semua tahapan kegiatan usahatani kakao mulai dari pembersihan lahan sampai dengan pemasaran hasil panen. Menurut responden, tidak ada pembagian peran antara pria dan wanita, semua pekerjaan dapat
85 dilakukan oleh pria dan wanita, termasuk kegiatan pemasaran hasil panen biji kakao. Hasil wawancara dengan wanita tani yang berasal dari Palolo, Kulawi, Banggai dan Toraja, diperoleh informasi bahwa pekerjaan utama mereka adalah petani bukan sekedar pengisi waktu atau hanya ikut-ikutan suami ke kebun. Meskipun beberapa di antara responden baru mengusahakan kakao selama 5 (lima) tahun, pengalaman berusahatani sudah mereka miliki sejak masih remaja yaitu pengalaman di bidang usahatani padi dan jagung. Responden sudah terbiasa dengan pekerjaan sebagai petani. Ketersediaan Tenaga Kerja Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor eksternal (ketersediaan tenaga kerja) berkorelasi sangat nyata dengan total partisipasi dalam usahatani kakao. Nilai koefisien korelasi faktor ketersediaan tenaga kerja ini adalah 0,410. Ketersediaan tenaga kerja berhubungan nyata dengan kegiatan pembibitan (0,374). Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel sanitasi (0,491), pemangkasan (0,426), dan penyortiran serta pengepakan (0,496). Ketersediaan tenaga kerja yang dikaji adalah ketersediaan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga. Rata-rata jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah adalah 3 (tiga) orang. Ketersediaan tenaga kerja yang berjumlah 3 (tiga) orang untuk menangani lahan/kebun kakao seluas 0,5 – 3 ha merupakan pekerjaan yang cukup berat. Hal ini membuat wanita tani termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan usahatani kakao termasuk kegiatan pembibitan, sanitasi, pemangkasan, penyortiran dan pengepakan. Penggunaan tenaga kerja wanita atau berpartisipasinya wanita tani dapat mengurangi biaya sewa tenaga kerja, sehingga mengurangi modal dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan yang diperoleh dari usahatani kakao. Penyuluhan Faktor eksternal penyuluhan berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Sub-sub variabel yang berhubungan nyata negatif adalah kegiatan pembersihan lahan dengan nilai koefisien korelasi sebesar
86 -0,324. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wanita tani berpartisipasi dalam kegiatan pembersihan lahan. Kecuali yang memiliki lahan yang diperoleh dengan cara membeli dari petani lainnya, bukan membuka lahan baru untuk pertanaman kakao. Nilai korelasi nyata negatif ini disebabkan karena materi penyuluhan yang disampaikan lebih menekankan hanya pada aspek budidaya tanaman kakao kecuali pembersihan lahan (pengolahan lahan). Penyuluhan tentang pengolahan lahan untuk tanaman kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah boleh dikata “belum ada”.
Hal ini disebabkan lokasi
pertanaman kakao rata-rata merupakan hutan (bukaan baru) yang berada di pegunungan.
Berbeda dengan usahatani lainnya seperti padi, jagung, palawija
dan sayuran, aspek pengolahan lahan merupakan salah satu aspek yang penting dalam budidaya tanaman tersebut. Pengolahan lahan (pembersihan lahan) kakao dapat dilakukan secara bertahap tidak harus sekaligus.
Ini berkaitan dengan
jumlah tenaga kerja dan curahan waktu yang dimiliki oleh wanita tani sekaligus modal yang dimiliki. Wanita tani lebih banyak tidak diikutkan dalam penyuluhan pertanian termasuk penyuluhan tentang usahatani kakao, namun keterlibatan wanita tani baik secara langsung maupun tidak langsung sangatlah besar. Ketidakikutan dalam kegiatan penyuluhan pertanian bukanlah menjadi alasan bagi wanita tani untuk tidak berpartisipasi dalam usahatani kakao. Iklim Usaha Tabel 7 menunjukkan bahwa iklim usaha berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai koefisien korelasi faktor iklim usaha ini adalah 0,358. Dilihat dari hubungan antara sub variabel, iklim usaha berhubungan nyata dengan kegiatan sanitasi (0.338) dan pemangkasan (0,333). Hubungan sangat nyata dapat ditunjukkan melalui variabel penanaman (0,453). Sanitasi dan pemangkasan merupakan cara memperbaiki/meningkatkan produksi dan mutu kakao yang dihasilkan karena dapat mengendalikan serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Serangan hama dan penyakit ini dapat
87 mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 75%. Alasan inilah yang menyebabkan wanita tani melakukan kegiatan sanitasi dan pemangkasan. Iklim usaha kakao yang berlaku di Kecamatan Palolo mempengaruhi partisipasi wanita dalam melakukan penanaman. Wanita tani termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan penanaman karena ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan membudidayakan tanaman perkebunan lainnya. Tingkat permintaan pasar yang banyak, kemudahan menjual, informasi harga jual kakao, ketersediaan sarana produksi, jarak antara rumah dan tempat penjualan kakao yang cukup dekat serta rasa keamanan yang dimiliki oleh wanita tani dalam menjalankan kegiatan usahatani mendorong wanita (isteri) termotivasi untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao. Peluang Pasar Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor eksternal (peluang pasar) berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Nilai koefisien korelasi faktor peluang pasar adalah 0,184. Peluang pasar hanya berhubungan sangat nyata negatif dengan peubah penyortiran dan pengepakan. Nilai koefisien korelasinya adalah
-0,394.
Angka ini menunjukkan bahwa petani tidak
melakukan penyortiran karena mereka mengejar harga yang sedang berlaku di pasar. Tanpa penyortiran, biji kakao tetap diterima oleh pedagang pengumpul baik di tingkat desa maupun di tingkat kecamatan. Pedagang pengumpul tidak membedakan harga yang biji kakao yang disortir dan yang tidak disortir. Beberapa responden melakukan penjualan pada pedagang di tingkat Provinsi (Eksportir) di Palu. Penentuan harga di tingkat eksportir didasarkan pada kualitas biji kakao yang dipasarkan. Misalnya kadar air di bawah 7%, rendemen di bawah 2%, kadar biji pecah tidak lebih dari 10% dan berat biji kakao 100 gr/10 biji kakao. Jika persyaratan ini dipenuhi oleh petani sebagai produsen, maka kakao akan dibeli dengan harga yang berlaku (mengikuti kurs dolar) dan lebih tinggi dibandingkan harga di tingkat pedagang pengumpul desa dan kecamatan, Di samping harga jual kakao yang lebih tinggi, eksportir juga memberikan stimulus bonus penjualan berupa barang keperluan rumah tangga dan uang pada petani. Bonus tersebut akan diberikan jika penjualan biji kakao mencapai 1 ton. Kedua
88 faktor ini mendorong wanita tani untuk melakukan penyortiran dan pengepakan biji kakao agar sesuai dengan standart kualitas yang dipersyaratkan oleh eksportir. Peluang pasar kakao berkaitan dengan kesesuaian harga kakao di tingkat pasar, biaya produksi yang dikeluarkan serta kemampuan pasar menyerap hasil produksi kakao. Meskipun harga kakao di tingkat pasar (Rp. 22.000,-/kg) dan kemampuan pasar menyerap hasil panen biji kakao cukup tinggi, namun harga sarana produksi mahal membuat petani enggan membeli sarana produksi tersebut. Hal ini berdampak pada rendahnya produksi biji kakao yang dihasilkan. karena penanganan usahatani kakao tidak optimal. Peran/dorongan Suami (Kepala Keluarga) Tabel 7 menunjukkan bahwa peran atau dorongan dari suami (kepala keluarga) berhubungan nyata dengan kegiatan panen, pasca panen dan fermentasi biji kakao, serta berhubungan sangat nyata dengan kegiatan pemupukan. Peran atau dorongan dari suami sebagai kepala keluarga terhadap partisipasi wanita tani dalam berusahatani kakao sangat besar. Hasil wawancara dengan beberapa orang suami dari wanita (responden), mereka (suami) berpendapat bahwa dengan keikutsertaan isteri dalam usahatani kakao ini sangat membantu meringankan pekerjaan mereka. Pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam waktu 4 (empat) jam jika dikerjakan oleh seorang saja (suami), dapat diselesaikan dalam waktu 3 (tiga) jam bahkan kurang dari 3 (tiga) jam jika isteri mereka ikut membantu.
Bahkan isteri juga lebih banyak membantu dalam memutuskan
sesuatu yang berkaitan dengan usahatani kakao. Hal ini jelas dapat mengefisienkan waktu yang digunakan oleh suami untuk kegiatan usahatani kakao.
89
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: 1.
Tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala dikategorikan sedang.
2.
Faktor internal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala adalah: motivasi, sifat kekosmopolitan dan peran produktif.
3.
Faktor eksternal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: budaya, ketersediaan tenaga kerja, dan iklim usaha. Saran Partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah dapat ditingkatkan melalui: 1. Peningkatan Pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh wanita tani melalui pembinaan, pelatihan dan pendampingan mengenai penguasaan teknologi tepat guna dan inovatif. 2. Perbaikan orientasi kegiatan penyuluhan baik metode maupun materi penyuluhan yang disesuaikan dengan kebutuhan wanita tani.
90
DAFTAR PUSTAKA Abdillah H. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Disarikan dari Karya:. Rogers EM, Shoemaker FF. Communication Of Innovations. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Abdussamad. 1991. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Alam S. 1984. Peranan Wanita dalam Ekonomi Rumah Tangga di Pedesaan. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill pada Keluarga Nelayan). Bandung: Alfabeta. . Arikanto S. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asngari PS. 1984. Persepsi Direktur Penyuluhan Tingkat Keresidenan dan Kepala Penyuluhan Pertanian Terhadap Peranan dan Fungsi Lembaga Penyuluhan Pertanian di Negara Bagian Texas Amerika Serikat. Media Peternakan. Vol. 9 No. 2. [BPS] Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2002. Sulawesi Tengah dalam Angka. Palu : Badan Pusat Statistik _____________. 2005. Kabupaten Donggala dalam Angka. Palu : Badan Pusat Statistik. [BPP] Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. 2008. Programa Penyuluhan Pertanian BPP Bahagia Kecamatan Palolo. Palu: BPP Belem W. 2002. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Wanita Tani Dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan (Kasus Kecamatan Konda, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Boserup E. 1970. Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Budiono SS. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektifan Magang di PKBM (Kasus PKBM di Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
91 Bunch R. 2001. Dua Tongkol Jagung. Pedoman Pengembangan Pertanian Berpangkal pada Rakyat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia untuk World Neighbors. Cohen, Uphoff. 1977. Rural Development Participation Concept and Measures for Project Design Implementation and Evaluation. Cornell University New York [Deptan] Departemen Pertanian. 1991. Jakarta: Departemen Pertanian
Wanita tani/nelayan
Indonesia.
Dewayanti R, Erna EC. 2004. Marjinalisasi & Eksploitasi Perempuan Usaha Mikro di Perdesaan Jawa. Bandung: Yayasan AKATIGA. [Dishut[ Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Donggala. 2007. Laporan Tahunan 2007. Donggala: Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Dorojatin. 1990. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Proyek Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) Lokal Teh di Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Elizabeth R. 2007. Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertanian di Perdesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi: Vol. 25 No. 2, Desember 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Handewi P, Saliem. 1997. Peranan Wanita dalam Sistem Produksi Pertanian Menunjang Program Diversifikasi Pangan dan Gizi. Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian: Analisis Kebijaksanaan Antisipatif dan Responsif. Badan Litbang Pertanian: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Handoko. 1995. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius. Hernanto F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Holle Y. 2000. Partisipasi Petani dalam Kegiatan PIR Kelapa Sawit (Kasus Petani PIR di Kabupaten Manokwari – Irian Jaya). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Yustina I, Sudradjat A. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor: IPB Press. Krech D. Crutchfield R, Ballachey E. 1962. Individual in Society. New York: McGraw Hill Book Company, Inc. Mappiare A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.
92 Mardikanto. 1996. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. . Martianto DH, Latifah M, Djuhaedi, Yayah NS. 1993. Mempelajari FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Wanita Pedesaan sebagai Konseptor KB serta Hubungannya dengan Peranan dalam Pekerjaan Produktif. Bogor: Lembaga Penelitian Pusat Studi Wanita (PSW) Institut Pertanian Bogor. Mislini 2006. Analisis Jaringan Komunikasi pada Kelompok Swadaya Masyarakat. Kasus KSM di Desa Taman Sari Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Mosher AT. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian (Getting Agricultural Moving) disadur oleh Krisandhi dan Bahrin Samad. Jakarta: CV. Yasaguna. Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (konsep, karakteristik dan implementasi). Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurjanah S. 1999. Analisis Sumberdaya Manusia Antar Etnis (Studi Kasus pada Pengusaha/Pedagang Cina dan Jawa di Kabupaten Demak, Jawa Tengah). [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Oepen M. 1988. Media Rakyat Komunikasi Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M). Osipow SH. 1983. Theories of Carreer Development. Tirth Edition. New Jersey: Printice Hall, Inc. Englewood Cliffs. . Padmowihardjo S. (1994). Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka. Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rakhmat J. 2001. Rosdakarya.
Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung: Remaja
Reijntjes C, Bertus H, Waters B. 1999. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. ILEIA. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. a. Rosni M. 2003. Wanita Tani dalam Pengambilan Keputusan pada Usahatani Jagung. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Saardi DI. 2000. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove. [tesis] Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
93 Saharuddin. 1987. Partisipasi Kontak Tani dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sahidu. 1998. Partisipasi Masyarakat Tani Pengguna Lahan Sawah dalam Pembangunan Pertanian di Daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disertasi. IPB Bogor Sajogyo. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta: CV. Rajawali. Sajogyo P. 1981. Peranan Wanita dalam Keluarga, Rumah Tangga dan Masyarakat yang Lebih Luas di Pedesaan Jawa. Dua Kasus Penelitian di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Sumedang di Jawa Barat. [disertasi]. Jakarta: Program Doktor Universitas Indonesia. ___________. 1984. Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sajogyo, Pudjiwati S. 1989. Peluang Bekerja Sebagai Sumber Nafkah Wanita Perdesaan. Bogor: Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor. Sihombing. 1980. Partisipasi Sebagai Pemerdekaan Manusia. Prisma Nomor 11, November 1980. Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Slamet Y. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Soekanto S. 2006. Persada. Soekartawi 1989. Indonesia.
Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: PT. RajaGrafindo
Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas
Sri H, Nurul H, Pepi RP. 2005. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka. Suandi, Fendria S. 2001. Pekerja Wanita pada Agroindustri Pangan di Pedesaan Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Jurnal Penelitian UNIB, Vo. VII, No. 2. Jambi Sulistiyowati E. 2003. Pengenalan Hama Utama. Teknik Pengamatan dan Pengendalian pada Tanaman Kakao. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Surtiyah K. 1990. Perempuan, Kerja, dan Rumah Tangga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
94 Swasono. 1995. Perencanaan Partisipatory dan Emansipasi. Majalah Prisma No. 3. Edisi Ulang Tahun Tjokroamidjojo. 1991. Pengantar Pembangunan dalam Pembangunan Pedesaan. Jakarta:.Penerbit Pustaka Press. Van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Kanisius.
Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. White B dan Hastuti EL. 1980. Pola Pengambilan Keputusan di Tingkat Rumah Tangga dan Masyarakat (Studi Kasus di Dua Desa di Jawa Barat). Kerja sama Antar Menteri Urusan Peranan Wanita, Studi Dinamika Pedesaan SAE. Bogor: Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan IPB dan UUKEF.
Lampiran 1. No Kegiatan 1 2 3 4 5 6
Penyusunan instrumen Analisis perbaikan instrumen Pengambilan data primer Pengolahan data Konsultasi pembimbing Penyelesaian Laporan Hasil Penelitian
Bulan Feb Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 x X x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
96
Lampiran 2. Peta Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah
Lampiran 4.
DAFTAR PERTANYAAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI WANITA TANI DALAM USAHATANI KAKAO
No. Responden
:
.....................................................................
Nama Responden
:
.....................................................................
Dusun
:
......................................................................
Desa
:
.....................................................................
Kecamatan
:
Palolo
Kabupaten
:
Donggala
Provinsi
:
Sulawesi Tengah
Tanggal Wawancara
: ......................................
Enumerator
: ..........................................
Tanda Tangan
: ..........................................
PETUNJUK PENGISIAN KUISIONER 1. Bacalah petunjuk ini dengan cermat sebelum mengisi atau memilih jawaban lebih lanjut; 2. Apabila ada pertanyaan yang memungkinkan responden memilih lebih dari satu jawaban, pilihlah/bubuhkanlah sesuai kenyataan kondisi yang ada; 3. Apabila ada pertanyaan yang kurang jelas, tanyakan langsung kepada pengumpul data; 4. Identitas responden akan dirahasiakan, dan jawaban yang telah diberikan hanya untuk keperluan penelitian ini; 5. Usahakan menjawab atau memilih jawaban sejujurnya, tanpa ada unsur paksaan.
FAKTOR INTERNAL (X1) 1. Umur : ............................................ Tahun 2. Pendidikan : 2.1. Pendidikan terakhir: ..................... tahun 2.2. Apakah Ibu pernah mengikuti kursus/pelatihan tentang usahatani kakao? a. Tidak b. Ya Jika jawaban Ya, sebutkan jenis kursus atau pelatihan usahatani kakao yang pernah diikuti (sejak berusaha tani kakao). Nama Kursus/ Materi Pelatihan
Tahun
Penyelenggara
Lamanya (hari/jam)
3. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah anggota dalam keluarga: Usia kerja (usia antara 14 – 64) Total Yang bekerja/membantu kerja di usahatani
Kelompok Usia lainnya
Laki-laki Perempuan 3.1. Berapa jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan keluarga:.......... Orang 4. Pengalaman berusahatani 4.1 Berapa tahun Ibu melakukan usahatani kakao ..................................... tahun Berapa tahun Ibu melakukan usahatani selain kakao ...................... tahun Sebutkan usahatani apa saja: ....................................................................................... Penguasaan lahan - Lahan sawah : * Pemilikan : .................... ha * Garapan : ..................... ha - Lahan kering * Pemilikan : .................... ha * Garapan : ..................... ha
106 Jenis tanaman di lahan kering: ................................................................................... ..................................................................................... Pemilikan Tanaman Kakao Status Tanaman
Jumlah Pohon
Umur Tanaman
Luas (ha)
Tanaman belum menghasilkan Tanaman menghasilkan Tanaman tua 5. Motivasi. No
Pertanyaan
Tidak setuju (1)
Kurang setuju (2)
Setuju (3)
Alasan keikutsertaan Ibu dalam kegiatan usahatani kakao adalah: 1. untuk meningkatkan pendapatan/ kesejahteraan keluarga 2. karena kakao dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarga 3. untuk menambah pengetahuan dan pengalaman 4. karena ajakan dari anggota keluarga (Suami, anak, kakak, adik, dan sanak famili lainnya) 5. karena ajakan dari orang lain (teman, tetangga) 6. karena ajakan dari PPL atau pihak lain 7. untuk membantu menjalin pergaulan antara sesama petani 8. membuat Ibu dihargai sebagai isteri petani yang berhasil di lingkungan tempat tinggal ibu 9. harga jual kakao tinggi 10. ingin memanfaatkan waktu luang 11. ingin memperoleh uang tambahan 12. Alasan Ibu ikut serta dalam kegiatan usahatani kakao didasarkan pada:
Karena Ajakan/ Diri terpaksa anjuran sendiri (1) (2) (3) 13. Selain pertanyaan di atas, Apa yang membuat ibu termotivasi untuk ikut dalam kegiatan usahatani kakao? ............................................................................................................................... ............................................................................................................................... ...............................................................................................................................
107 6. Aspirasi No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pertanyaan
Tidak setuju (1)
Kurang setuju (2)
Setuju (3)
Harapan ibu berusahatani kakao: mem peroleh nilai jual (keuntungan) yang tinggi Harapan ibu berusahatani kakao: produksi tanaman meningkat Harapan ibu berusahatani kakao: agar usahatani kakao dapat berkembang Harapan ibu berusahatani kakao: dapat memenuhi kebutuhan keluarga Harapa ibu berusahatani kakao supaya menambah/memperluas luas lahan kakao Harapan Ibu berusahatani kakao: - .......................................................................................................................... - ....................................................................................................................... - .......................................................................................................................
7. Sifat Kekosmopolitan No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Pertanyaan
Tidak Pernah (1)
Jarang (2)
Sering (3)
Apakah Ibu pernah berkunjung/ bepergian keluar desa/daerah untuk menambah pengalaman, pengetahuan dalam rangka pengembangan usahatani kakao? Apakah Ibu pernah menghadiri pertemuan kegiatan pelatihan/penyuluhan/kursus tentang usaha tani kakao? Apakah Ibu pernah melakukan kunjungan/ konsultasi secara pribadi kepada petugas (PPL, Dinas terkait) tentang usahatani kakao? Apakah ibu pernah melakukan tukar-menukar informasi, pengetahuan dengan sesama petani kakao? Apakah Ibu pernah mendengarkan siaran radio/TV untuk menambah pengetahuan/ mencari informasi tentang kakao? Apakah Ibu pernah membaca surat kabar, majalah, brosur / leaflet khususnya tentang budidaya kakao? Jika kadang-kadang atau sering, berapa kali (frekuensi) ibu melakukan kunjungan ke: - luar desa : ............... X per bulan / tahun (coret salah satu) - PPL/dinas terkait: ............. X per bulan / tahun (coret salah satu)
108 8. Peran/dorongan Suami (Kepala Keluarga) No 1. 2. 3.
4.
9. No
1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Pertanyaan
Tidak setuju (1)
Kurang setuju (2)
Setuju (3)
Ibu ikut serta dalam usahatani kakao karena dorongan dari suami Suami hanya mendukung sebagian kegiatan dalam usahatani kakao Suami menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada ibu untuk ikut atau tidaknya dalam kegiatan usahatani kakao Apakah semua anggota keluarga mendukung usaha Ibu sebagai petani kakao? Pengambilan Keputusan Pertanyaan
Tidak Pernah (1)
Apakah Ibu turut menentukan dan memutuskan: jenis kakao yang akan ditanam? perencanaan pembelian & perbanyakan bibit? Kapan penanaman pohon pelindung? Jenis tanaman pelindung? kapan sanitasi/pembersihan lahan dilakukan? pembelian jenis pupuk & sarana produksi lainnya? Kapan pengendalian hama dan penyakit? kapan panen dilakukan? Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan? Kapan & dimana penjualan/ pemasaran biji kakao ? Harga pada saat menjual kakao? Peminjaman kredit disaat kekurangan modal kerja? Bagaimana pola pengambilan keputusan dalam Bapak (KK) rumah tangga, siapa yang cenderung / dominan berpendapat dan mengambil keputusan?
Jarang (2)
Ya (3)
Ibu (Isteri)
Samasama
FAKTOR EKSTERNAL (X2) 1. Budaya/Sistem nilai 1.
Menurut Ibu, apakah budaya yang berlaku di lingkungan Ibu bertentangan dengan usahatani kakao yang ibu lakukan?. a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 2. Menurut ibu, apakah budaya/sistem nilai yang berlaku di lingkungan ibu membedakan status/peran antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan usahatani kakao? a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 3. Apakah ada perbedaan upah kerja yang diterima antara laki-laki dan perempuan? a. Ada b. Kadang-kadang c. Tidak ada 4. Apakah ada pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki dalam melakukan usahatani kakao? a. Ada b. Kadang-kadang c. Tidak ada
109 2. Ketersediaan tenaga Kerja No Pertanyaan 1. 2.
3. 4.
Tidak (1)
Kadangkadang (2)
Ya (3)
Sumber tenaga kerja dalam usahatani kakao sepenuhnya berasal dari dalam keluarga Tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani kakao dapat menyelesaikan semua pekerjaan yang ada Keikutsertaan Ibu dalam usahatani kakao karena kekurangan tenaga kerja Pekerjaan-pekerjaan apa saja yang melibatkan tenaga dari luar keluarga. Sebutkan. .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
3. Penyuluhan, 3.1. a. Apakah Ibu dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering b. Jika Tidak, jarang atau sering, apa alasan Ibu? ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ..................................................................................................................................... c. Jika kadang-kadang, sering, berapa kali Ibu mengikuti kegiatan penyuluhan dalam setahun terakhir? .................... kali 3.2. Apa peranan Ibu dalam kegiatan penyuluhan tersebut? a. Peserta b. Pengurus c. Peserta & pengurus 3.3 Bagaimana kesesuaian materi yang dibahas dalam penyuluhan tersebut dengan kebutuhan Ibu berusahatani kakao? a. Tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai 3.4 Bagaimana pemahaman Ibu terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan penyuluhan tersebut? a. Sulit dipahami b. Kurang dipahami c. Mudah dipahami 3.5. Bagaimana tingkat penerapan materi penyuluhan di lapangan (lahan usahatani) a. Sulit dilakukan b. Cukup mudah dilakukan c. Mudah dilakukan 3.6. Bagaimana kompetensi/kemampuan yang dimiliki oleh Penyuluh tentang kakao? a. Tidak sesuai b. Cukup sesuai c. Sesuai 3.7. Menurut Ibu, perlukah wanita tani ikut serta dalam kegiatan penyuluhan?: a. Tidak b. Kurang perlu c. Ya 3.8. Model-model penyuluhan seperti apa yang diinginkan Ibu demi meningkatkan nilai jual kakao, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga. 1. .......................................................................................................................................... ................................................................................................................ 2. .......................................................................................................................................... ...............................................................................................................
110 4 . Iklim Usaha. 4.1. Harga jual biji kakao di pasar menurut Ibu: a. Murah (tidak memuaskan) b. Sedang (cukup memuaskan) c. Mahal (memuaskan) 4.2. Tingkat permintaan pasar tehadap biji kakao menurut Ibu: a. Kurang b. Cukup c. Banyak 4.3. Tingkat Kemudahan menjual biji kakao a. Sulit b. Cukup sulit
c. Mudah
4.4. Menurut Ibu, informasi tentang harga jual biji kakao: a. Sulit didapatkan b. Cukup sulit didapatkan
c. Mudah didapatkan
Dari mana informasi yang ibu peroleh tentang harga jual kakao? a. Dari rekan petani b. Dari Petugas Lapangan c. Media informasi (koran, brosur, leaflet, radio,TV) d. …………………………………………………………. 4.5. Keamanan usahatani kakao yang Ibu jalankan tidak membahayakan jiwa/fisik Ibu: a. Tidak terjamin b. Kadang-kadang terjamin c. Terjamin 4.6. Ketersediaan sarana produksi yang menunjang produktivitas tanaman: a. Sulit ditemukan b. cukup sulit ditemukan c. Mudah ditemukan 4.7. Jarak antara rumah dan tempat penjualan kakao: a. Jauh b. Cukup jauh c. Dekat 5 . Sistem/Peluang Pasar 5.1. Bagaimana kesesuaian harga kakao yang Ibu rasakan? a. Tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai Berapa harga kakao yang Ibu pasarkan? Rp. ...............................,- / kg 5.3. Menurut Ibu, biaya produksi yang dikeluarkan lebih kecil dibanding keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan kakao? a.
Tidak setuju
b. Kurang setuju
c. Setuju
5.3. Menurut ibu, produksi yang dihasilkan dapat memenuhi permintaan pasar a. Tidak (belum)
.
b. Kadang-kadang
c. Ya
5.4. Bagaimana kesesuaian harga yang ibu rasakan di tingkat pedagang pengumpul kecamatan dan provinsi? a.Tidak sesuai b. Kurang sesuai c. Sesuai
6. Alokasi waktu: a. Peran Domestik 6.1. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan mengurus/mengasuh anak? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 6.2. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan mengurus/ membersihkan rumah ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
111 6.3. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan belanja di pasar? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 6.4. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam kegiatan yang menyangkut kesehatan keluarga? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 6.5. Menurut Ibu, apakah Bapak (KK) terlibat dalam pendidikan anak? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 6.6. Apakah Ibu sering menghadiri acara-acara sosial masyarakat? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu 6.7. Kegiatan sosial apa saja yang Ibu ikuti. Sebutkan. …………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………… b. Peran Produktif 6.8. a. Selain usahatani kakao, apakah Ibu memperoleh penghasilan tambahan dari usaha lainnya ? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu . b. Jika kadang-kadang atau selalu, usaha apa saja yang Ibu lakukan untuk menambah penghasilan (Usahatani dan Non Usahatani)?. Sebutkan. - ..................................................................................................................... - ..................................................................................................................... - .................................................................................................................... - ...................................................................................................................... c. Berapa jam rata-rata per hari Ibu berada di lahan kakao? ......................... Jam/hari 6.9. a. Apakah Ibu sulit membagi waktu dengan kegiatan usahatani kakao. a. Sulit b. Kadang-kadang c. Mudah b. Bagaimana cara Ibu mengatur waktu selama berusahatani kakao dan mengatur urusan rumah tangga? - ......................................................................................................................... - ........................................................................................................................ - ......................................................................................................................... 6.10. a. Apakah Ibu merasa senang/nyaman dengan pekerjaan Ibu saat ini? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu b. Apa kendala yang Ibu hadapi dalam urusan rumah tangga selama bekerja dalam usahatani kakao?. - ...................................................................................................................... - ...................................................................................................................... - ..................................................................................................................... PARTISIPASI (Y) 1. Pembersihan Lahan 1.1. a. Apakah ibu ikut dalam pembersihan/pembebasan lahan dari belukar? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu
112 b. Apa alasan Ibu, demikian? ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ......................................................................................................................... c. Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali pelaksanaan pembersihan/pembebasan lahan? . ................ jam 1.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pembersihan lahan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 1.3. Apakah sumber tenaga kerja untuk pembersihan lahan berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 1.4. Apakah jumlah ketersediaan tenaga kerja untuk pembersihan lahan cukup? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 2. Penanaman Pohon Pelindung 2.1. Apakah ibu ikut menanam pohon pelindung? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ ................................................................................................................................ Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap penanaman pohon pelindung?................ jam 2.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk penanaman pohon pelindung? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 2.3. Apakah sumber tenaga kerja untuk penanaman pohon pelindung berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 3. Pembibitan 3.1. Apakah ibu ikut dalam pembibitan kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ ................................................................................................................................ Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali pelaksanaan pembibitan? ................ jam 3. 2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pembibitan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 3.3 Apakah sumber tenaga kerja untuk pembibitan berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 4. Penanaman 4.1. Apakah ibu ikut dalam penanaman kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ ................................................................................................................................ Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali pelaksanaan penanaman? ................ jam
113 4.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk penanaman kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 4.3 Apakah sumber tenaga kerja untuk penanaman pohon kakao berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 4.4 Apakah penanaman kakao menggunakan jarak tanam yang teratur? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya Mengapa demikian? ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 5. Sanitasi lahan 5.1. Apakah Ibu ikut serta dalam pelaksanaan sanitasi lahan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu. - ........................................................................................................................ - ....................................................................................................................... - ...................................................................................................................... Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali pelaksanaan sanitasi lahan? . ................ jam/sanitasi 5.2. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk sanitasi lahan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 5.3 Apakah sumber tenaga kerja untuk sanitasi berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 6. Pemupukan 6.1. a. Jenis pupuk apa saja yang digunakan di lahan kakao? Sebutkan. ................................................................................................ ............................................................................................... b. Umur tanaman mulai dipupuk : ……………… bulan/tahun (coret salah satunya) c. Cara pemupukan yang dilakukan: a. Tugal b. Sebar c. Melingkar sekitar pohon 6.2. Apakah pemupukan dilakukan secara berimbang (waktu, dosis dan tempat)? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Ya Frekuensi pelaksanaan pemupukan .................. X /bulan/tahun (pilih salah satu) 6.3. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pemupukan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Jika kadang-kadang, atau selalu, berapa alokasi waktu yang ibu gunakan setiap kali pemupukan .................. jam 6.4. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pemupukan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 6.5 Apakah sumber tenaga kerja untuk pemupukan pohon kakao berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 7. Pemangkasan 7.1. Apakah ada pengaturan Frekuensi pelaksanaan pemangkasan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Ya
114 7.2. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pemangkasan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Apa alasan Ibu. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... Jika kadang-kadang atau selalu berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ……… jam/pemangkasan 7.3. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk pemangkasan? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 7.4. Apakah sumber tenaga kerja untuk pemangkasan pohon kakao berasal dari dalam keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya
8. Pengendalian Hama Penyakit 8.1. Sebutkan jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao. Hama Penyakit 1 2. 3. 4.
........................................................ ....................................................... ........................................................ .......................................................
1 2. 3. 4.
........................................................ ....................................................... ........................................................ .......................................................
8.2. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pengendalian hama dan penyakit? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu .
Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - ................................................................................................................................... Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ............... jam 8.3. Apakah ibu menggunakan tenaga dari luar keluarga untuk Pengendalian hama penyakit pada tanaman kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Sering 8.4. Apakah sumber tenaga kerja untuk pengendalian hama penyakit tanaman berasal dari dalam keluarga? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Ya 9. Panen, Pasca panen (belah dan jemur), fermentasi 9.1. Umur tanaman mulai dipanen: ............................................ tahun 9.2. Frekuensi pelaksanaan panen a. Panen antara .......................... X /minggu/bulan (coret salah satu) b. Panen raya .......................... X /bulan 9.3. Berapa produksi kakao rata-rata setiap: a. Panen antara ..................... kg b. Panen raya ..................... kg 9.4. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan panen? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu,apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
115 9.5. Berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan, setiap panen?
...............
jam/panen.
9.6. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan membelah buah kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu . Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... 9.7. Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ............... jam/belah. 9.8. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan menjemur buah kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?. .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... 9.9. Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ..... jam/jemur. 9.10. Apakah Ibu melakukan fermentasi? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang
c. Selalu
Apa alasan Ibu sehingga (tidak, kadang-kadang atau selalu) melakukan fermentasi. ............................................................................................................................ ........................................................................................................................... 10. Penyortiran & pengepakan 10.1. Apakah ibu ikut dalam penyortiran/penggolongan kakao menurut kualitas? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 10.2. Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali pelaksanaan penyortiran? ................ jam 10.3. Apakah ibu ikut dalam pengepakan kakao dalam karung? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika Tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu? ............................................................................................................................................ ............................................................................................................................................ ................................................................................................................................ 10.4. Jika kadang-kadang / selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan setiap kali pelaksanaan pengepakan? ................ jam
11. Pemasaran. 11.1. a. Dimana tempat biji kakao dijual/dipasarkan (jawaban boleh lebih dari satu) a. Pedagang pengumpul desa b. Pedagang pengumpul kecamatan c. Pedagang pengumpul di kabupaten b. Bagaimana cara pemasaran (jawaban bisa lebih dari satu): a. Menjual setiap panen meskipun hasilnya sedikit
116 b. Menjual hasil panen dengan menggabungkan hasil panen sebelumnya c. Lainnya: ............................... 11.2. Apakah Ibu ikut dalam kegiatan pemasaran buah kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu, apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... 11.3. Jika kadang-kadang/selalu, berapa alokasi waktu yang Ibu gunakan? ............... jam/pemasaran. 11.4. Apakah ada penggolongan harga kakao menurut standart mutu? a. Tidak ada b. Kadang-kadang c. Ya 11.5. Apakah ada perbedaan harga biji kakao yang difermentasi dan yang tidak difermentasi? a. Tidak ada b. Kadang-kadang c. Ya Bagaimana proses pemasaran berlangsung, apa saja hambatan / halangan dan resiko yang telah / akan dihadapi? - ........................................................................................................ - ....................................................................................................... - ....................................................................................................... 12. Kewirausahaan 12.1. Apakah usahatani kakao merupakan satu-satunya sumber pendapatan Ibu dan keluarga?. a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya. 12.2. Apakah usahatani kakao mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga Ibu?. a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 12.3. Apakah usahatani kakao dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Ibu dan keluarga? a. Tidak b. Kadang-kadang c. Ya 12.4. Menurut ibu bagaimana prospek kakao dimasa depan? a. Tidak menjanjikan b. Kurang menjanjikan c. Menjanjikan Apa alasan ibu? ............................................................................................................................ ............................................................................................................................ 12.5 .Apakah ada dukungan/perhatian dari pemerintah tentang kebijakan harga kakao? a. Tidak b. Kadang-kadang c.Ya
13. Book keeping 13.1. Apakah Ibu melakukan pencatatan biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - ....................................................................................................................................
117 - .................................................................................................................................... 13.2. Apakah Ibu melakukan pencatatan biaya panen dan hasil (harga jual) kakao? a. Tidak pernah b. Kadang-kadang c. Selalu Jika tidak, kadang-kadang atau selalu apa alasan Ibu?. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... 13.3. Apakah Ibu mampu mengatur tata keuangan (pengeluaran keuangan) dalam rumah tangga? a. Tidak mampu b. Kadang-kadang c. Mampu Jika tidak, kadang-kadang atau mampu, apa alasan Ibu. - .................................................................................................................................... - .................................................................................................................................... Saran Apa kendala/masalah yang ibu rasakan selama berusahatani kakao? 1. .............................................................................................................................................. 2. .............................................................................................................................................. 3. .............................................................................................................................................. Untuk mengatasi kendala yang ada, apa yang ibu lakukan? 1. .............................................................................................. 2. ................................................................................................ 3. .................................................................................................... Dengan melihat situasi dan kondisi yang ada pada saat ini, apa yang dapat ibu sarankan untuk perbaikan atau peningkatan produktivitas tanaman kakao, peningkatan nilai jual kakao, juga peningkatan pendapatan dari komoditi ini: ........................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ........................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................
---------------- *****---------------