SKIM UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM AUTP
IMAM WAHYUDI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Imam Wahyudi NIM H451110501
RINGKASAN IMAM WAHYUDI. Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI dan SUHARNO Asuransi Pertanian merupakan suatu program yang ditawarkan sebagai salah satu alternatif skim pendanaan yang berkaitan dengan pembagian risiko dalam usahatani. Ujicoba atau pilot project program asuransi pertanian telah dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan telah diaplikasikan pada tanaman padi. Salah satu wilayah ujicoba asuransi pertanian ini adalah Kabupaten Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui mekanisme skim asuransi pertanian pada ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP), (2) menganalisis tingkat partisipasi petani dalam program AUTP, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP. Penelitian ini menggunakan 60 sampel responden petani padi yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudo Mulyo, Desa Pinggir, Kabupaten Gresik. Karakteristik internal dan eskternal petani yang diduga berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP diantaranya adalah : tingkat pendidikan, luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, status keanggotaan dalam GP3K, sikap terhadap perubahan, gaya kepemimpinan, metode sosialisasi program, dan peranan BUMN (Petrokimia Gresik). Berdasarkan hasil pengamatan pada Kelompok Tani Ngudo Mulyo, skim ujicoba AUTP melibatkan perusahaan-perusahaan BUMN diantaranya PT. Petrokimia Gresik dan PT. Jasindo sebagai pelaksana program. Skim pendanaan premi asuransi dalam program ujicoba AUTP berasal dari subsidi PT. Petrokimia Gresik sebesar 80% sedangkan sisanya 20% ditanggung oleh petani (swadaya). PT. Jasindo merupakan perusahaan BUMN yang bertindak sebagai konsorsium dan penanggung risiko yang memberikan jaminan ganti rugi kepada petani apabila terjadi kegagalan panen yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang dijamin dalam polis AUTP. Berdasarkan proses klaim yang diajukan oleh petani kepada pihak penanggung risiko, dalam skim ujicoba AUTP pemberian ganti rugi didasarkan pada prinsip indemnity insurance. Dalam prinsip Indemnity (ganti rugi), petani yang mengalami kerugian yang disebabkan oleh banjir, kekeringan, dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) akan memperoleh ganti rugi sesuai dengan nilai pertanggungan yang telah disepakati dan tertera dalam perjanjian asuransi (polis AUTP). Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam hal terjadinya klaim, pihak penanggung akan berusaha mengembalikan posisi keuangan pihak tertanggung sama seperti sesaat sebelum terjadinya kerugian. Posisi keuangan yang dimaksud dalam skim ujicoba AUTP adalah berdasarkan nilai pertanggungan yang tertera dalam polis AUTP, sedangkan besarnya nilai pertanggungan didasarkan atas nilai input produksi atau biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya. Berdasarkan analisis data menggunakan tabulasi silang dan uji Chi-square diketahui bahwa faktor-faktor internal dan eksternal yang signifikan berhubungan dengan partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi program AUTP adalah :
tingkat pendidikan, status keanggotaan dalam GP3K, gaya kepemimpinan, metode sosialisi program, dan peran BUMN Petrokimia. Sedangkan pada saat pelaksanaan program AUTP, faktor-faktor internal dan eskternal yang signifikan berhubungan dengan partisipasi petani untuk menjadi peserta program AUTP adalah : status keangotaannnya dalam GP3K, peran BUMN dan metode sosialisi program. Kata kunci : asuransi, tanaman padi, partisipasi
SUMMARY IMAM WAHYUDI. Rice Farm Insurance Trial Scheme and Factors Related to Farmer Participation in AUTP Program. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI and SUHARNO. Agricultural insurance is a program offered as one alternative of funding schemes related to risk diversion in farming. Trials or pilot projects of agricultural insurance program have been implemented in several regions in Indonesia and prioritized in rice crop. One agricultural insurance trial area is located in Gresik Regency. The aims of this study are: (1) To gain information concerning implementation mechanism of the insurance scheme on rice crop insurance pilot project (AUTP), (2) To analyze participation level of rice farmers in AUTP program and (3) To analyze factors related to participation of rice farmers in AUTP program. This study included 60 rice farmers who are members of Ngudo Mulyo Farmer Group, Pinggir Village, Gresik Regency, East Java, as respondents. Internal and external characteristics of farmers which were expected to be related to farmer participation in AUTP program were education level, land area, land tenure, membership status in GP3K, attitude toward change, leadership style of leader in farmer groups, socialization method, and the role of state-owned enterprises (Petrokimia Gresik). Result of observation on Farmers Group Ngudo Mulyo showed that the AUTP scheme involving state-owned enterprises (BUMN) which contributed as program executor, those were PT. Petrokimia Gresik and PT. Jasindo. Financing scheme of insurance premium in AUTP trial program came from subsidy of PT. PKG (80%) while the remaining 20% was paid by farmers (self-support). Moreover, PT. Jasindo functioned as consortium and risk guarantee which provided compensation to farmers in case of crop failures caused by events guaranteed in the AUTP policy. Regarding the claim submitted by farmers to the risk guarantee in the AUTP trial scheme, compensation is given according to the principle of indemnity insurance, that is farmers sufferring losses caused by flood, drought, and Plant Pest Organisms (OPT) will receive compensation in accordance with the agreed sum insured and stated in the insurance agreement (AUTP policy). In addition, this principle explains that in the event of a claim, insurer will restore the financial position of the insured party the same position that existed prior to the loss. Financial position mentioned in the AUTP trial scheme is based on the sum insured stated in the AUTP policy while the sum insured value is based on the input value of production or production costs spent by farmers for farming.
Analysis using cross tabulation analysis and Chi-square test showed that internal and external factors significantly related to farmer participation in the socialization activities of AUTP program were education level, membership status in GP3K, leadership styles, methods of socialization program, and the role of state-owned enterprises (BUMN) Petrokimia. However, farmer participation in the AUTP program was influenced significantly by membership status in GP3K, the role of state-owned enterprises and methods of socialization program. Keywords: insurance, rice plants, participation
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
SKIM UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM AUTP
IMAM WAHYUDI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Sains Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji dari Luar Komisi
: Dr Ir Burhanudin, MM
Penguji dari Program Studi
: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Judul Tesis Nama NIM
: Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP : Imam Wahyudi : H451110501
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Dr Ir Andriyono Kilat Adhi Ketua
Dr Ir Suharno, M.Adev Anggota
Diketahui oleh, Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr
Tanggal Ujian:
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini adalah asuransi pertanian dengan judul Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Program AUTP. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi dan Bapak Dr Ir Suharno, M.Adev selaku komisi pembimbing, Dr Ir Burhanudin, MM selaku penguji luar komisi, serta Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arif Karsanto dari PT. Petrokimia Gresik, Bpk Abdul Aziz sebagai ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo, dan Bapak Muryadi Johar selaku Kepala Cabang PT. Jasindo Cabang Surabaya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2015 Imam Wahyudi
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian
1 1 5 6 6
2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Tentang Asuransi Pertanian Implementasi Asuransi Pertanian di Beberapa Negara Perkembangan Asuransi Pertanian di Beberapa Negara
6 6 7 10
3 KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Risiko dan Ketidakpastian dalam Sektor Pertanian Konsep Asuransi Lembaga Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia Asuransi Pertanian Asuransi Pertanian Berbasis Indemnity Insurance dan Parametrik Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Kerangka Pemikiran Operasional
10 10 14 15 16 16 17 18 19
4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Contoh Metode Analisis Data
22 22 22 22 22
5 SKIM UJICOBA AUTP DI KELOMPOK TANI NGUDO MULYO Prinsip Asuransi Pertanian dalam Skema Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudo Mulyo Peran Pemerintah dalam Skim Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Petani Sasaran dalam Program Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Premi dan Skim Pendanaan Asuransi Usahatani Padi di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Klaim dan Jenis Risiko yang Dijamin dalam skema Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Skim Permohonan AUTP dan Klaim AUTP
23 23 25 25 27 27 28
ix
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Internal dan Eksternal Petani Faktor Internal Petani Karakteristik Eksternal Petani Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program Ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Petani dengan Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Evaluasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Program Ujicoba AUTP
31 31 31 34
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
56 56 57
DAFTAR PUSTAKA
58
LAMPIRAN
60
RIWAYAT HIDUP
66
36 37 45 45 52
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Produk domestik bruto menurut lapangan usaha Ujicoba asuransi usahatani padi pada musim tanam Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013 Tingkat subsidi pemerintah China tahun 2007-2010 Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara Kelebihan dan kelemahan prinsip Indemnity Insurance dan Parametric Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan lahan garapan di Kelompok Tani Ngudo Mulyo Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam GP3K di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Jumlah dan persentase petani responden menurut sikap petani terhadap perubahan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan ketua di Kelompok Tani Ngudi Mulyo
2 4 8 10 24 31 32 32 33 33 34
x
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28
29 30 31
Jumlah dan persentase petani berdasarkan metode sosialisasi program AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran BUMN dalam program AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut lahan garapan dan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan lahan dan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam GP3K dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut sikap terhadap perubahan dan partisispasi petani dalam sosialisasi program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran PT. Petrokimia Gresik dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi petani dalam pelaksanaan program asuransi pertanian Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut status lahan garapan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut keanggotaannya dalam GP3K dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut sikap petani terhadap perubahan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program AUTP dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Jumlah dan persentase responden menurut peran PT. Petrokimia Gresik dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
35 35 36 37 38 39 40 41 42 43
44 45 46 47 47 48
49 50 51 51
xi
32 33
Faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Faktor internal dan eksternal petani yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program AUTP
53 55
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Premi asuransi pertanian dunia periode 2005-2008 Risk – Uncertainty Continum Hubungan antara Varian dan Expected Return Fungsi Utilitas dengan Marginal Utility menurun, meningkat dan tetap Kerangka pemikiran operasional Mekanisme pelaksanaan program AUTP Mekanisme pengajuan Asuransi Usahatani Padi (AUTP) Mekanisme klaim Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
3 11 12 13 21 26 29 30
DAFTAR LAMPIRAN
1 2
Ikhtisar Polis Asuransi Usahatani Padi 60 Daftar Peserta Asuransi Usahatani Padi di Kelompok Tani Ngudi Mulyo 64
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 80 000 kilometer garis pantai dan lebih dari 17 000 pulau, berada di jalur Cincin Api pasifik (Ring of Fire) yang menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor. Posisi geografis ini juga menyebabkan Indonesia rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim, yang sebagian besar sudah mulai dirasakan seperti musim kemarau berkepanjangan, banjir dan cuaca ekstrim. Hal ini berdampak buruk bagi kesehatan dan kesejahteraan penduduk, serta mengancam keanekaragaman hayati dan stabilitas ekonomi Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu usaha yang paling rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Meningkatnya insiden dan intensitas banjir atau kekeringan menyebabkan terjadinya eskalasi kerusakan tanaman. Pada saat yang sama, perilaku iklim ekstrim juga berakibat tidak optimalnya atau rusaknya jaringan irigasi, jalan usahatani, dan prasarana pertanian lainnya. Jadi secara umum risiko dan ketidakpastian dalam usahatani meningkat dan selama ini petani menanggung sendiri risiko tersebut. Implikasinya, masa depan ketahanan pangan nasional menghadapi situasi yang lebih suram. Sektor pertanian juga merupakan sektor fundamental dalam pembangunan ekonomi. Banyak sektor yang menggantungkan keberlangsungan usahanya pada sektor pertanian sebagai penyedia input produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertanian merupakan sektor yang strategis, terutama dalam konteks perdagangan di Indonesia. Pertanian termasuk ke dalam tiga sektor unggulan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB). Pada triwulan ketiga tahun 2014, sektor pertanian tercatat sebagai sektor terbesar kedua yang menghasilkan kontribusi bruto sebesar 15.21% (Tabel 1)1. Tingginya potensi di sektor pertanian seharusnya dapat menjadi pendorong bagi pemerintah untuk melakukan pembangunan yang lebih intensif. Hal ini dibutuhkan mengingat ketahanan pangan nasional menjadi salah satu tujuan utama pembangunan nasional (Pasaribu et al. 2010). Kekurangan bahan pangan, khususnya makanan pokok beras akan menimbulkan gejolak sosial ekonomi dan politik yang mempengaruhi pembangunan itu sendiri. Masalah-masalah multidimensional untuk mencapai kecukupan pangan sangat beragam dan dalam konteks ini, pemerintah berusaha untuk terus meningkatkan produksi pangan melalui inovasi teknologi dan penerapan program perbaikan manajemen usahatani Salah satu ancaman yang sangat mengkhawatirkan saat ini adalah ancaman dampak pemanasan global. Pemanasan global membuat iklim di dunia berubahubah tidak menentu. Dampak lain dari pemanasan global adalah berubahnya ekosistem dan terganggunya keseimbangan ekologi. Secara agregat diperkirakan bahwa total biaya dan risiko akibat perubahan iklim global setara dengan 1
Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. http://bps.go.id. Diakses pada 11 Maret 2015
2
kehilangan setidaknya 5% PDB dunia per tahun (Sterm 2006 dalam Sumaryanto dan Nurmanaf 2007). Tabel 1
Produk domestik bruto menurut lapangan usaha Harga Berlaku (Triliun Rupiah)
Triw II 2014
Lapangan usaha
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian, Peternakan, Kehutan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real estat dan Jasa Jasa-Jasa PDB PDB Tanpa Migas
Triw III 2014
Harga Konstan (Triliun Rupiah)
Triw II 2014
Triw III 2014
Distribusi (Persen)
Triw II 2014
Triw III 2014
368.7
398.4
91.0
97.2
14.84
15.21
268.2
274.8
48.0
49.3
10.80
10.49
589.2
612.4
183.4
188.1
23.72
23.37
21.2
21.2
5.6
5.6
0.85
0.81
245.1
255.6
47.5
49.1
9.87
9.76
362.8
373.6
130.7
132.6
14.61
14.26
182.0
191.0
79.1
81.1
7.33
7.29
189.4
196.3
71.7
73.0
7.63
7.49
257.2 2 483.8 2 304.4
296.6 2 619.9 2 438.8
67.1 724.1 691.6
69.6 745.6 712.6
10.35 100.0 92.78
11.32 100.0 93.09
Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)
Oleh karena itu, perlu adanya upaya sistematis dan melembaga untuk meminimalkan risiko kerugian akibat ancaman yang terjadi pada sektor pertanian. Salah satu alternatif instrumen manajemen risiko yang layak dipertimbangkan adalah keberadaan asuransi pertanian, khususnya untuk menanggulangi kerugian akibat perubahan iklim global tersebut. Asuransi ditawarkan sebagai salah satu dari skim pendanaan untuk membagi risiko seperti kegagalan panen. Asuransi pertanian berhubungan dengan pembiayaan usahatani dengan pihak ketiga (perusahaan asuransi swasta atau instansi pemerintah) dengan jumlah tertentu dari pembayaran premi (World Bank 2008 dalam Pasaribu 2010). Asuransi pertanian sebenarnya bukan istilah baru dalam pembangunan sektor pertanian. Banyak negara, khususnya negara maju seperti Amerika, Jepang dan beberapa negara Uni Eropa telah menggunakan instrumen kebijakan ini untuk menjaga produksi pertanian dan melindungi petani dari kegagalan panen. Ratarata subsidi asuransi yang diberikan pemerintah negara maju kepada petani adalah sebesar 50-60% dari total premi asuransi yang harus dibayar oleh petani. Disisi lain, pasar asuransi dunia juga memperlihatkan perkembangan yang sangat menjanjikan. Premi langsung untuk jenis asuransi pertanian tercatat berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, yaitu dari USD 8 juta pada tahun 2005 menjadi sekitar USD 18.5 juta tahun 2008 yang dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1 Premi asuransi pertanian dunia periode 2005-2008 Sumber: Itturioz (2009)
Ada tiga faktor utama yang berkontribusi dalam pertumbuhan asuransi pertanian. Faktor pertama adalah peningkatan nilai produk pertanian dalam beberapa tahun terakhir yang berdampak langsung pada peningkatan volume premi asuransi pertanian. Faktor kedua, peningkatan nilai aset pertanian yang juga meningkatkan kepekaan terhadap hilangnya aset tersebut, akibatnya permintaan terhadap asuransi pertanian meningkat. Faktor ketiga adalah perkembangan pasar baru bagi asuransi pertanian dan meningkatnya dukungan sektor publik atas keberadaan pasar ini. Hal ini memberi kontribusi kepada peningkatan permintaan asuransi pertanian (Iturrioz 2009). Berbagai proyek rintisan (pilot project) asuransi pertanian juga telah dilaksanakan di beberapa negara berkembang sebagai upaya atraktif dalam memanajemen risiko perubahan iklim, seperti di India, Ukraina, Malawi dan Thailand (United Nation 2007). Salah satunya proyek rintisan pemerintah India yang diberi nama The National Agriculture Insurance Scheme (NAIS). Dalam proyek ini, pemerintah India memberikan subsidi awal kepada petani kecil dan menengah sebesar 50%. Proyek ini berhasil meningkatkan persepsi dan motivasi petani mengenai asuransi. Sama seperti negara berkembang lainnya, asuransi pertanian di Indonesia masih terbilang hal baru. Maka, dibutuhkan ujicoba atau pilot project asuransi pertanian sebelum asuransi pertanian itu diterapkan lebih luas. Pengalaman dari negara-negara yang telah melaksanakan ujicoba sistem asuransi pertanian tersebut sangatlah bermanfaat. Dari pengalaman itu, dapat diketahui sejumlah skenario asuransi yang sekiranya dapat dimodifikasi untuk diimplementasikan di Indonesia. Ujicoba asuransi pertanian di Indonesia telah dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Ujicoba asuransi pertanian tersebut dilakukan untuk Asuransi Usahatani Padi (AUTP) yang melibatkan beberapa pihak diantaranya: (1) BUMN Pupuk, petani atau gabungan kelompok tani, perusahaan asuransi (PT. Jasindo) dan Kementerian Pertanian. Tujuan dari ujicoba AUTP yaitu memberikan perlindungan dalam bentuk santunan modal kerja kepada petani jika terjadi gagal panen sebagai akibat risiko banjir, kekeringan dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Wilayah uji coba AUTP dilaksanakan di beberapa propinsi seperti Jawa Timur,
4
Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Daerah-daerah yang menjadi wilayah ujicoba pelaksanaan AUTP merupakan daerah-daerah yang tingkat risikonya cukup tinggi terhadap kondisi yang tidak dapat dikendalikan seperti kekeringan dan banjir. Ujicoba AUTP tahap I dilaksanakan pada musim tanam Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013 di wilayah Sumatera Selatan (Kabupaten Oku Timur) dan Jawa Timur (Kabupaten Tuban dan Gresik). Ujicoba tahap I ditargetkan seluas 3 000 hektar namun yang terealisasi seluas 623.12 hektar. Ujicoba AUTP di Kabupaten Karawang Jawa Barat dikatakan tidak berhasil karena tidak ada petani yang tertarik untuk ikut serta dalam asuransi pertanian. Hal ini dikarenakan petani di Kabupaten Karawang merasa tidak memerlukan asuransi dan merasa terbebani dengan harus membayar premi sebesar Rp 36 000 per hektar (20% dari total premi) meskipun telah mendapat subsidi premi sebesar 80% dari pemerintah. Pada tabel 2 dapat dilihat realisasi ujicoba Asuransi Usahatani Padi pada musim tanam Oktober sampai dengan Maret 2013.2 Tabel 2 No 1
2
3
Ujicoba asuransi usahatani padi pada musim tanam Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013
Bantuan Premi Pupuk Petrokimia Gresik Pupuk Sriwijaya Palembang Pupuk Kujang
Propinsi
Kabupaten
Jawa Timur
Tuban Gresik
Sumatera Selatan
Oku Timur
Jawa Barat Jumlah
Karawang
Target (ha) 1 000 1 000
Realisasi (ha) 320.00 150.87 152.25
1 000 3 000
0 623.12
Klaim (ha) 80 -
25 -
7.28
4.78
0
0
87.28
%
29.78
Sumber: PT. Pupuk Kujang Indonesia (2012), diolah
Asuransi untuk usahatani padi dapat menjadi program menarik dalam hubungannya dengan perubahan iklim yang sulit diprediksi sehingga keberadaan ujicoba AUTP sangat diperlukan sebelum asuransi pertanian ini diterapkan pada skala yang lebih luas. Beberapa skim dan skenario dibuat dalam pilot project tersebut untuk menguji pola yang paling cocok untuk asuransi usahatani padi di Indonesia. Oleh karena itu, petani yang berpartisipasi dalam skim asuransi harus didasarkan pada kesukarelaan, bukan paksaan karena partisipasi petani akan mendukung kesuksesan dan keberlangsungan program. Secara konseptual, program ujicoba AUTP merupakan salah satu bentuk program yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka untuk melihat sejauhmana program ini dapat secara efektif melindungi petani dari ancaman gagal panen dan memperkenalkan kepada petani bagaimana mekanisme sistem asuransi pertanian berjalan sebagai langkah awal untuk mengembangkan sistem asuransi pertanian di Indonesia dalam skala nasional. Sebagai langkah awal menuju pengembangan sistem asuransi pertanian yang berkelanjutan, program AUTP dituntut untuk meramu pola pendekatan yang mampu memenuhi kedua 2
Data Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Tahun 2014 dalam kajian persiapan implementasi asuransi pertanian secara nasional
5
tantangan tersebut. Program AUTP juga dilaksanakan untuk memberikan wawasan baru kepada petani terkait adamya sistem perlindungan usahatani dan agar dalam penyelenggarannya dapat berjalan secara efektif perlu melibatkan petani dalam setiap proses kegiatannya. Rumusan Masalah Pertanian merupakan salah satu usaha yang rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan yang dapat menyebabkan gagal panen. Jika hal ini tidak diantisipasi dengan tepat akan berpotensi melemahkan motivasi petani untuk mengembangkan usahatani, bahkan dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Selama ini pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan dan program untuk membantu sektor pertanian. Beberapa kebijakan di sektor pertanian seperti subsidi bibit, subsidi pupuk, bantuan sarana produksi pertanian, serta program kredit untuk sektor pertanian telah dilaksanakan oleh pemerintah. Namun, bantuan tersebut dirasa belum cukup untuk membantu petani dalam mengatasi berbagai masalah di sektor pertanian terutama masalah gagal panen yang disebabkan oleh kondisi perubahan iklim yang tidak menentu. Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan gagal panen yang dapat terjadi di sektor pertanian, maka pemerintah telah melaksanakan ujicoba sistem asuransi pertanian di beberapa wilayah di Indonesia yang diterapkan pada tanaman padi dan diberi nama program Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Kegiatan ujicoba asuransi pertanian dilatarbelakangi untuk membantu petani menanggung risiko yang muncul karena perubahan pergeseran musim dan kehilangan hasil pertanian. Sumber pendanaan untuk membayar premi asuransi dari kegiatan ujicoba tersebut berasal dari subsidi pemerintah dan petani, serta dari perusahaan BUMN yang bekerjasama dengan petani. Program AUTP dinyatakan efektif jika program tersebut mampu memenuhi kebutuhan petani dan bermanfaat bagi petani. Agar tercapai program yang efektif diduga partisipasi petani memegang peranan penting dalam keseluruhan siklus kegiatannya dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi kegiatannya. Partisipasi petani diduga dapat menghindarkan program yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani. Berdasarkan pertanyaan utama penelitian ini yaitu bagaimana mekanisme penerapan skim asuransi dalam program ujicoba AUTP dan sejauhmana program ujicoba AUTP mampu membangkitkan partisipasi petani untuk terlibat dalam program tersebut sebagai langkah awal menuju pada pengembangan program AUTP dalam skala nasional yang berkelanjutan, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang perlu dikaji, diantaranya : 1. Bagaimana mekanisme skim asuransi pertanian dalam program ujicoba AUTP? 2. Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam program ujicoba AUTP ? 3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP ?
6
Tujuan Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mekanisme skim asuransi pertanian dalam program AUTP dan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP yang hasilnya akan menjadi informasi bagi pelaku bisnis dan pemerintah dalam rangka mengevaluasi dan menyesuaikan skim asuransi pertanian yang paling cocok di Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memberikan gambaran mengenai mekanisme skim asuransi pertanian dalam program ujicoba AUTP 2. Mengkaji tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program ujicoba AUTP Manfaat Penelitian Penelitian ilmiah yang mengambil judul “Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP ini diharapkan bisa memberikan nilai manfaat, antara lain: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi mengenai penerapan asuransi pertanian di Indonesia dan bahan referensi dalam pengambilan keputusan, terutama dalam upaya melindungi sektor pertanian dari dampak perubahan iklim yang dapat menimbulkan risiko gagal panen. 2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu pengetahuan dan menambah pengetahuan empiris mengenai asuransi pertanian. 3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan penelitian terkait sistem mitigasi sektor pertanian untuk mengatasi masalah risiko di bidang pertanian
2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu Tentang Asuransi Pertanian Penelitian terkait asuransi pertanian dilakukan oleh Nurmanaf et al. pada tahun 2007, Pasaribu et al. pada tahun 2010 serta Raju dan Chand pada tahun 2008. Nurmanaf et al. mengadakan penelitian tentang analisis kelayakan dan perspektif pengembangan asuransi pertanian. Penelitian tersebut menghasilkan sejumlah informasi tentang rumusan atau skim asuransi pertanian untuk komoditas utama. Penelitian tersebut juga menghasilkan rekomendasi kebijakan yang dapat digunakan untuk pengembangan asuransi pertanian.
7
Penelitian yang dilakukan Pasaribu et al. adalah pengembangan asuransi khusus untuk usahatani padi untuk menanggulangi risiko kerugian 75% akibat banjir, kekeringan, dan hama penyakit. Hasil penelitian Pasaribu et al. (2010) adalah terlaksananya sosialisasi, kordinasi, dan advokasi sistem asuransi usahatani padi ke berbagai stakeholder, tersusunnya pedoman pelaksanaan asuransi usahatani padi, terlaksananya pilot project asuransi pertanian, dan terbentuknya strategi serta langkah-langkah operasional pelaksanaan sistem asuransi pertanian. Raju dan Chand (2008) mengadakan penelitian tentang masalah dan prospek asuransi pertanian di India. Penelitian ini membahas persepsi petani pada asuransi pertanian di Andhra Pradesh, India dimana petani yang menjadi responden merupakan petani yang mengajukan pinjaman atau pembiayaan pertanian ke bank dan petani yang tidak mengajukan pinjaman ke bank. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya perbedaan strategi yang dilakukan petani dalam menghadapi gagal panen. Kelompok tani yang mengajukan pinjaman menganggap asuransi pertanian merupakan cara tepat sebagai strategi menghadapi risiko gagal panen di sektor pertanian. Implementasi Asuransi Pertanian di Beberapa Negara3 1.
India Negara India mengenal asuransi pertanian sejak 1972 dengan diterapkannya ujicoba asuransi pertanian yang diterapkan secara swadaya. Mulai tahun 1979 pemerintah India memberikan subsidi premi asuransi gagal panen berdasarkan yield index untuk wilayah publik. Mulai tahun 1985 skim asuransi gagal panen secara komprehensif (Comprehensive Crop Insurance Scheme atau CSIS) mulai diperkenalkan di enam belas negara bagian dan dua wilayah serikat oleh perusahaan asuransi di India yaitu General Insurance Corporation (GIC). CSIS diganti dengan National Agricultural Insurance Scheme (NAIS) pada tahun 1999/2000. Tujuan Pemerintah India memberikan subsidi premi asuransi gagal panen antara lain (FAO 2011) : a. Untuk memberikan dukungan keuangan bagi petani ketika terjadi gagal panen b. Untuk mengembalikan kelayakan kredit bagi petani setelah gagal panen untuk musim tanam berikutnya c. Untuk mendukung dan merangsang produksi sereal, kacang-kacangan, dan minyak sayur Skim asuransi pertanian secara nasional di India (NAIS) merepresentasikan kepentingan pemerintah untuk tujuan sosial dan ekonomi, yaitu memberikan kesempatan kepada petani terutama petani kecil dan marginal untuk mengakses kredit pada waktu musim tanam dengan bunga yang terjangkau serta membantu petani dari sisi keuangan jika terjadi gagal panen. Pemerintah India memberikan subsidi untuk program asuransi pertanian dengan porsi pembagian 50% ditanggung oleh pemerintah pusat serta 50% ditanggung pemerintah propinsi dan negara bagian. 3
Kementerian Keuangan. Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal. 2014. Kajian Persiapan Implementasi Asuransi Pertanian Secara nasional.
8
2.
China Negara China mulai menerapkan asuransi pertanian sejak tahun 1982 melalui asuransi ternak dan asuransi gagal panen. China mengalami dua tahap perkembangan asuransi pertanian. Pada tahun 1982 sampai dengan 2002 asuransi dilaksanakan oleh suatu perusahaan asuransi di China (People’s Insurance Company of China/PPIC). Pendapatan premi sebesar USD 98 juta pada tahun 1992 dan menurun sebesar USD 40 juta pada tahun 2002. Pada masa itu, perusahaan asuransi mengalami kerugian dan akhirnya diprivatisasi. Pada tahap kedua, Pemerintah China mulai memperkenalkan subsidi dalam skim asuransi pertanian pada tahun 2003. Pemerintah China mendorong perusahaan asuransi baru untuk melaksanakan asuransi pertanian sebagai salah satu kebijakan guna mengembangkan sektor pertanian. Sejak tahun 2005, pelaksanaan asuransi pertanian mengalami perkembangan sehingga subsidi premi juga mengalami peningkatan. Saat ini China merupakan negara yang menerapkan asuransi pertanian terbesar setelah Amerika Serikat. Asuransi di negara China bersifat sukarela, baik untuk asuransi gagal panen maupun asuransi peternakan. Kebijakan besaran subsidi dan pengambilan keputusan dilakukan oleh kelompok tani di tingkat desa atau koperasi. Dalam satu kasus, terdapat petani yang tidak terdaftar sebagai peserta asuransi karena tidak membayar sebagian premi, namun secara otomatis petani tersebut tetap akan memperoleh bantuan subsidi premi dari pemerintah. Beban premi asuransi ditanggung oleh tiga pihak, antara lain pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui subsidi, serta sisanya ditanggung oleh petani. Besaran subsidi premi asuransi berkisar antara 20% sampai 100% tergantung dengan kondisi masingmasing wilayah. Tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 subsidi premi mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Tabel 3 menunjukkan tingkat subsidi premi yang diberikan oleh pemerintah China kepada petani. Tabel 3
Tingkat subsidi pemerintah China tahun 2007-2010
Tahun
Jenis Asuransi
Produk
2007
Gagal Panen
2008
Gagal Panen
2009
Gagal Panen
2010
Gagal Panen
Jagung,Padi, Gandum, kedelai, kapas Jagung, Padi, Gandum, kedelai, Kapas, Kacang Tanah Jagung, beras, gandum, kedelai, kapas, kacang tanah Jagung, beras, gandum, kedelai, kapas, kacang tanah
Pemerintah Pusat 25 %
Pemerintah Daerah 25%
Total Subsidi 50%
35%
25%
60%
35%
25%
60%
40%
25%
65%
Sumber: FAO (2011)
3.
Vietnam Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi Pemerintah Vietnam, dimana 22% Produk Domestik Bruto (PDB) disumbang dari sektor pertanian. Negara Vietnam sering dilanda bencana angin puyuh dan hujan yang cukup deras sehingga menyebabkan banjir, tanah longsor, musim kering, dan
9
gelombang badai. Asuransi pertanian di Negara Vietnam mulai diterapkan sejak tahun 1982 oleh perusahaan asuransi Bao Viet Insurance. Asuransi pertanian dilaksanakan tanpa bantuan subsidi premi dari pemerintah untuk mendukung asuransi pertanian. Asuransi pertanian dilaksanakan oleh Bank Pertanian bekerjasama dengan petani, dan sifatnya tidak wajib bagi petani untuk ikut asuransi. Produk asuransi pertanian yang ditanggung oleh perusahaan asuransi meliputi jagung, ubi kayu dan padi. 4.
Thailand Asuransi gagal panen telah diterapkan di Thailand antara tahun 1978 sampai dengan tahun 1990. Asuransi gagal panen menanggung berbagai macam risiko (Multiple Peril Crop Insurance/MPCI) untuk produk kapas, jagung, dan kacang kedelai. Program asuransi telah ditutup karena tingginya biaya administrasi dan besarnya kerugian yang harus ditanggung. Asuransi gagal panen berdasarkan indeks iklim dilaksanakan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 oleh perusahaan reasuransi, kumpulan dari sembilan perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi milik Pemerintah Thailand (Thai Reinsurance Public Company Ltd). Asuransi Indeks Iklim menjamin tanaman kapas yang merupakan tanaman konvensional yang sangat rentan terhadap curah hujan dengan rata-rata tarif premi diatas 10%. Asuransi Indeks Iklim dilaksanakan oleh Bank Pertanian (Bank of Agriculture and Agricultural Cooperative/BAAC), namun petani tidak wajib mengikuti asuransi pertanian. Pada tahun 2010, Pemerintah Thailand tidak memberikan subsidi atas pelaksanaan asuransi pertanian. Tahun 2011 sampai dengan 2013 Pemerintah Thailand memberikan subsidi sebesar 50% sampai dengan 100% tergantung tipe petani, yaitu: 1) Rumah tangga petani miskin di wilayah pedesaan, subsidi premi sebesar 90% sampai dengan 100% dari total premi. 2) Petani lainnya, subsidi premi sebesar 60% sampai dengan 70% dari total premi 3) Organisasi produksi pertanian, subsidi premi sebesar 50% dari total premi 5.
Jepang Pada tahun 1929 di negara Jepang diberlakukan asuransi ternak. Kemudian pada tahun 1937, peraturan tentang asuransi hutan nasional mulai diberlakukan untuk menanggung kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran, pengaruh iklim (angin, air, salju, kekeringan, es, gelombang pasang) dan erupsi gunung berapi. Skim asuransi pertanian di Jepang dibangun berdasarkan solidaritas antar petani, dimana setiap koperasi mengumpulkan dana yang berasal dari pembayaran premi. Skim asuransi pertanian bergantung pada jaringan koperasi di tingkat lokal, regional, dan nasional, dimana terdapat sekitar 300 koperasi nasional. Tipe asuransi pertanian di Jepang meliputi: 1) Asuransi padi, gandum, barley (program nasional) 2) Asuransi ternak (program nasional) 3) Asuransi produk buah dan tanaman buah (program pilihan) 4) Asuransi tanaman lapangan dan berbagai tanaman (program pilihan) 5) Asuransi rumah kaca atau greenhouse (program pilihan)
10
Asuransi pertanian di Jepang dilaksanakan oleh sekitar 300 koperasi, dimana tidak ada koperasi yang khusus melayani petani kecil dan marginal. Kewajiban petani untuk ikut dalam asuransi pertanian tergantung pada produk asuransi dan tipe petani. Petani dengan produk pertanian utama seperti gandum, barley, dan padi diwajibkan ikut asuransi. Meskipun demikian, petani yang tidak memenuhi syarat (misalnya luas lahan minimum yang bisa diasuransikan) dapat menjadi peserta asuransi secara sukarela. Perkembangan Asuransi Pertanian di Beberapa Negara Asuransi pertanian telah dilaksanakan oleh banyak negara maju terutama Amerika Serikat sejak tahun 1930-an disusul Eropa dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dengan Jepang mengawali terbentuknya legislasi asuransi pertanian tahun 1929. Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara dapat dijelaskan pada tabel 4. Tabel 4
Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara
Negara
Tahun Mulai
Sistem Koasuransi
Amerika Serikat Kanada Spanyol Portugal Italia Perancis India Filipina China Brazil Meksiko Chile Kolombia Korea Selatan Turki
1930-an 1980-an 1980 1979 1970-an 2005 1985 1980 1950-an 1950-an 1990 2000 2000 2001 2005
Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada
Perusahaan Asuransi Pertanian Negara Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Subsidi Premi
Dukungan Keuangan untuk R n D
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sumber: Stutley (2007) dalam RPJMN Bidang Pangan dan Pertanian 2015-1019
3 KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Risiko dan Ketidakpastian dalam Sektor Pertanian Pada dasarnya terdapat beberapa definisi mengenai risiko. Secara umum risiko dibedakan dengan kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan suatu kondisi yang tidak dapat diketahui atau diperkirakan sebelumnya oleh pengambil keputusan, sedangkan risiko adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan
11
peluang terjadinya kerugian atau keuntungan (Fleisher 1990). Sementara itu, Frank Knight yang diacu dalam Calkin (1983) menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis, sedangkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu kontinum dapat dilihat dari Gambar 2. Peluang dan Hasil
Peluang dan Hasil tidak
Diketahui
Diketahui
RISKY EVENTS
UNCERTAIN EVENTS Gambar 2 Risk – Uncertainty Continum Sumber: Debertin (1986)
Gambar 2 menunjukkan bahwa pada kontinum sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sementara kontinum yang di sebelah kanan menggambarkan kejadian tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti. Pengertian lain mengenai risiko adalah risiko merujuk pada variabilitas hasil dari kegiatan yang tidak pasti. Jika tingkat variabilitas ini rendah, kegiatan tersebut kemungkinan merupakan hal yang pasti. Setiap individu akan cenderung memberikan pilihan dengan tingkat variabilitas yang lebih rendah (Nicholson 1991). Vaughan (1978) juga mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut: 1. Risk is the chance of loss Chance of loss biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan yang mana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau kemungkinan kerugian. 2. Risk is the possibility of loss Istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara nol dan satu 3. Risk is uncertainty Definisi ini menjelaskan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian atau dengan kata lain risiko terjadi karena adanya kondisi yang tidak pasti (ketidakpastian). Risiko pada kegiatan pertanian bersifat unik dibanding lainnya. Hal ini dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam terutama iklim dan cuaca. Harwood et al (1999) menyatakan terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian, yaitu meliputi : 1. Production of yield risk Faktor risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan adanya beberapa hal yang tidak dapat dikontrol terkait dengan iklim dan cuaca seperti curah hujan, temperatur udara, hama dan penyakit. Selain itu, teknologi juga berperan dalam menimbulkan risiko pada kegiatan
12
pertanian. Penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa adanya penyesuaian sebelumnya justru dapat menyebabkan penurunan produktivitas alih-alih efisiensi yang diharapkan 2. Price of market risk Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga input dan output. Pada umumnya, kegiatan produksi pertanian merupakan proses yang lama. Sementara itu pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga-harga input yang berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi. Pada akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani 3. Industrial risk Berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian. Misalnya, adanya kebijakan pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input. Secara umum, industrial risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya. 4. Financial risk Financial risk atau risiko finansial ini dihadapi oleh petani pada saat petani meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate). Perilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Menurut teori Von Neumann-Morgensten (1944) yang diacu dalam Nicholson (1991), perilaku ekonomi individu yang berada dalam kondisi tidak pasti cenderung akan menetapkan pilihan pada pilihan yang memaksimumkan nilai yang diharapkan. Dalam indeks utilitas Von Neuman-Morgensten terdapat kategori individu dalam menghadapi risiko, yaitu Risk verter, Risk Neutral, dan Risk Taker. Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan dengan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 3. Expected Return U1 Risk Averter U2 Risk Neutral U3 Risk Taker
Varian Return
Gambar 3 Hubungan antara Varian dan Expected Return Sumber: Debertin (1986)
13
Gambar 3 menunjukkan hubungan antara Varian Return yang merupakan ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, dengan return yang diharapkan (expected return) yang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagaimana berikut: 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) menunjukkan jika U1 diasumsikan kuva isoutility pembuat keputusan maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan kenaikan return yang diharapkan. 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoutility pembuat keputusan. Maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan kenaikan return yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk taker) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutility pembuat keputusan. Maka adannya kenaikan varian return merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaannya menerima return yang diharapkan lebih rendah. Bentuk lain yang dapat menggambarkan perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan keputusan individu berkaitan dengan kemungkinan pendapatan. Utility U(y)1
Yield Gambar 4 Fungsi Utilitas dengan Marginal Utility menurun, meningkat dan tetap Sumber: Debertin (1986)
Berdasarkan gambar 4, individu yang digambarkan pada kurva U(y)1 termasuk dalam perilaku risk averter. Kurva tersebut menunjukkan kepuasan marginal utility yang semakin menurun (diminishing marginal utility) dari pendapatan. Meskipun tambahan pendapatan selalu meningkatkan kepuasan, tetapi kenaikan kepuasan yang dihasilkan karena kenaikan pendapatan yang mendekati titik orginal akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena kenaikan pendapatan berikutnya. Sementara pada risk lover, kepuasan marginal utility semakin meningkat (increasing marginal utility) dari pendapatan dan pada risk neutral kepuasan marginal utility tetap (constan marginal utility).
14
Dalam menghadapi risiko pada kegiatan produksi pertanian, petani dapat melakukan beberapa strategi. Menurut Harwood et al. (1999), beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh petani meliputi: 1. Diversifikasi Usaha (Entreprise Diversification) Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi. 2. Integrasi Vertikal (Vertical Integration) Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung koordinasi vertikal yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Dari sisi petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung kepada banyak faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal, risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input (atau output) sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya. 3. Kontrak Produksi (Production Contract) Kontrak produksi khusus memberi kontraktor (pembeli) pengawasan terhadap proses produksi (Perry 1997). Kontrak ini biasanya menetapkan dengan rinci pasokan input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditas tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani. 4. Kontrak Pemasaran (Marketing Contract) Kontrak pemasaran adalah perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dengan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan (perry 1997). Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapan waktunya. 5. Perlindungan nilai (Hedging) 6. Asuransi Pertanian (Crop Insurance) Konsep Asuransi Menurut Undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan asuransi adalah pertanggungan atau perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan obyek asuransi menurut pasal 1 ayat 2 yaitu benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan berkurang nilainya.
15
Berdasarkan pengertian asuransi menurut KUHP pasal 246 dan undangundang nomor 2 tahun 1992, dapat disimpulkan tiga unsur utama terbentuknya asuransi yaitu: 1. Pihak Penanggung, Pihak penanggung dalam hal ini perusahaan asuransi yaitu pihak yang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi dan memberikan penggantian kepada tertanggung ketika tertanggung memperoleh kerugian. 2. Pihak Tertanggung, Pihak tertanggung yaitu pihak yang mengikatkan diri dengan penanggung dengan tujuan mentransfer risiko kepada penanggung serta membayar risiko sebesar risiko yang ditransfer. 3. Akibat/Kerugian Akibat atau kerugian merupakan besaran nilai yang tertuang dalam polis asuransi yang harus dibayar oleh penanggung kepada tertanggung akibat peristiwa yang belum pasti Asuransi atau pertanggungan di dalammnya tersirat pengertian adanya risiko. Hal ini lazim dikemukakan, sebagaimana pendapat yang dipaparkan beberapa ahli. James L. Astheaen dalam Hartono (1985) mengatakan bahwa asuransi adalah satu institusi kelembagaan yang direncanakan guna menangani risiko. Robert I. Mehz dan Emerson Cammack dalam Hartono (1985) mengatakan suatu pemindahan risiko lazim disebut sebagai asuransi. Lembaga Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia Hartono (1985) menjelaskan bahwa lembaga asuransi sudah dikenal sejak manusia mulai menyadari adanya kemungkinan penanggulangan risiko-risiko yang sekirannya mungkin terjadi. Penanggulangan risiko yang dimaksud antara lain dapat dengan diperalihkan kepada pihak lain yang bersedia dengan syaratsyarat tertentu. Hal itu tidak lain merupakan fungsi utama lembaga asuransi sebagai sebuah lembaga pelimpah risiko yang mengurangi keraguan atau ketidakpastian. Lembaga asuransi sebagai salah satu lembaga non-bank juga memegang peranan yang cukup penting dalam kelancaran aktivitas dan hubungan perdagangan, baik lokal maupun internasional. Lembaga asuransi berposisi sebagai penyerap dan penghimpun dana keuangan dari masyarakat melalui pembayaran sejumlah uang (premi). Uang yang terkumpul digunakan untuk membayar klaim yang ada dan dapat pula dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sektor perekonomian lainnya. Lembaga asuransi merupakan satu rantai dari seluruh kegiatan yang terjadi dalam dunia usaha. Hartono (1985) menjelaskan, perjanjian asuransi atau pertanggungan termasuk ke dalam perjanjian timbal balik, artinya bahwa hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian itu adalah seimbang. Perjanjian asuransi tidak dapat dan tidak boleh menguntungkan atau merugikan salah satu pihak. Jadi, untuk diakuinya suatu perjanjian secara hukum harus dipenuhi syarat pasal 1320 KUHP dan harus bebas dari adanya kekhilafan, penipuan dan paksaan. Bagaimanapun suatu perjanjian yang terjadi karena adanya unsur-unsur khilaf, penipuan, atau
16
paksaan akan menyebabkan perjanjian yang tidak sempurna, dan dapat dibatalkan demi hukum. Asuransi Pertanian Asuransi pertanian adalah instrumen pengggabungan risiko (risk-pooling instrument) dimana setiap peserta membayar sejumlah kecil uang premi dan sebagian dari mereka yang mengalami kerugian mendapatkan ganti rugi yang diambilkan dari premi yang terkumpul tersebut. Namun demikian, tidak semua risiko pertanian dapat diasuransikan. Beberapa syarat risiko pertanian dapat diasuransikan adalah: (a) peristiwa yang diasuransikan tidak dapat diperkirakan terjadinya; (b) probabilitas terjadinya peristiwa relatif rendah, sebagai contoh tidak ada perusahaan asuransi bersedia menanggung risiko banjir yang wilayah tanamnya selalu tergenang air setiap tahun; (c) peristiwa yang dipertangggungkan tidak dalam kendali petani tertanggung, karena jika sebaliknya maka akan terjadi manipulasi kerugian (moral hazards); (d) peristiwa kerugian harus berdiri sendiri secara statistik, artinya obyek pertanggungan tidak terkonsentrasi pada kawasan atau hamparan yang sama. Banyak ditemui bahwa program asuransi pertanian yang sukses dihasilkan dari penerapan konsep-konsep dasar secara benar. Asuransi dapat memainkan peran yang penting di dalam pengelolaan berbagai aspek risiko pertanian, akan tetapi asuransi tidak mengatasi semua risiko. Bank Dunia melaporkan bahwa asuransi pertanian merupakan komponen penting dalam manajemen risiko, namun tidak dapat menggantikan tata cara pengelolaan yang baik, metode berproduksi yang maju dengan berinvestasi pada teknologi baru. Jika inovasi dan teknologi dapat dikelola dengan baik, maka skim asuransi pertanian dapat meningkatkan kehidupan masyarakat pedesaan yang sekaligus meningkatkan produksi dan memperkuat ketahanan pangan (World Bank 2009). Asuransi Pertanian Berbasis Indemnity Insurance dan Parametrik Asuransi Pertanian yang berbasis Indemnity Insurance atau asuransi kerugian adalah suatu jenis asuransi dimana ketika pihak tertanggung mengalami kerugian maka pihak penanggung akan melakukan pembayaran kepada pihak tertanggung yang telah membayar premi asuransi. Tujuan dari asuransi kerugian adalah untuk mengembalikan posisi ekonomi tertanggung sama saat kerugian belum terjadi dan tertanggung tidak memperoleh keuntungan dari adanya kerugian tersebut (Swiss Re dalam PPRF 2013). Sedangkan asuransi parametrik yaitu suatu jenis asuransi dimana pihak tertanggung akan melakukan pembayaran kepada pihak tertanggung apabila terjadi peristiwa pemicu (triggering event) yang telah disepakati bersama. Peristiwa pemicu tersebut menyebabkan kerugian bagi pihak tertanggung. Asuransi pertanian yang berdasarkan indeks iklim merupakan salah satu jenis asuransi parametrik, dimana peristiwa pemicu (triggering event) yang digunakan adalah curah hujan. Prinsip dasar asuransi pertanian indeks iklim antara lain:
17
1.
Pembayaran dilakukan kepada pemegang polis apabila terpenuhi kondisi cuaca atau iklim yang tidak diharapkan, tanpa perlu bukti kegagalan panen. 2. Sistem mengasuransikan indeks iklim, bukan tanamannya (misal: indeks curah hujan). Salah satu kelebihan asuransi indeks iklim adalah pembayaran pertanggungan tidak terkait dengan umur tanaman atau gagal panen karena pembayaran pertanggungan dilakukan apabila peristiwa pemicunya terpenuhi. Hal ini dapat mendorong petani mencoba teknologi baru terkait pertanian untuk menjamin kelangsungan usahataninya. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian Kata partisipasi seringkali disambung dengan kata masyarakat sehingga menjadi kata yang menyatu “partisipasi masyarakat”. Kata-kata partisipasi masyarakat ini mulai merebak, bahkan menjadi kepercayaan para pakar pembangunan. Bahwa pembangunan yang disertai dengan partisipasi masyarakat akan lebih berhasil dan berkesinambungan ketimbang pembangunan yang hanya dilakukan oleh pemerintah saja. Merebaknya kepercayaan “baru” ini secara tidak langsung menunjukkan kepada kita bahwa pembangunan yang selama ini kita lakukan dinilai kurang melibatkan peran serta masyarakat atau terlalu top-down. Pembangunan pertanian yang terlalu top-down ternyata tidak mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Menurut Castillo (1983) partisipasi adalah suatu pendekatan untuk pembangunan dengan melibatkan masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya melalui pembangunan. Sedangkan Tjokroamidjadja (1995) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi, dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik. Pengertian yang dikemukakan oleh dua ahli tersebut mempunyai maksud bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan khususnya pembangunan pertanian merupakan keikutsertaan yang terpaksa, sedangkan perencanaan pembangunan yang harus dilaksanakan oleh masyarakat berasal dari pemerintah. Menurut Mardikanto (1987) hal tersebut akan menimbulkan apa yang disebut dengan mobilisasi tanpa partisipasi, artinya partisipasi yang dibangkitkan oleh pemerintah (penguasa), tetapi masyarakat sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk turut mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi jalannya kebijaksanaan dari pemerintah. Berbeda dengan definisi dari para ahli di atas Davis (1972) dalam Tonny (1988) mengemukakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental seseorang dalam situasi kelompok yaitu adanya ketersediaan untuk mengambil bagian dalam menetapkan tujuan bersama. Menurut Hollnsteiner (1978) dalam Tonny (1988) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat bukan hanya ideologi demokratis, tetapi juga mengikutsertakan rakyat dalam proses pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang menyangkut dirinya sendiri adalah penting. Hal tersebut disebabkan : (a) sukses program akan lebih terjamin apabila mereka yang berkepentingan ikut ambil bagian dalam perencanaan dan pelaksanaan; (b) partisipasi dapat mendidik kembali para perencana dan pengelola yang
18
berhubungan langsung dengan proyek; dan (c) apabila benar-benar berdasar partisipasi rakyat maka proses tersebut dapat mengembangkan pengetahuan masyarakat dan memupuk rasa kekeluargaan. Disamping itu, partisipasi rakyat dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam perencanaan, karena rakyat dapat menunjukkan bagian mana program yang dapat terlaksana dan bagian mana yang tidak dapat terlaksana. Partisipasi petani dalam kegiatan pembangunan tidak hanya pada pelaksanaan kegiatan pembangunan saja tetapi pada semua kegiatan pembangunan. Menurut Pamuji (1997) ada empat indikator partisipasi masyarakat yaitu: (1) partisipasi dalam merencanakan kegiatan yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dengan penyediaan dana, pengadaan sarana dan pengorbanan waktu, tenaga sejak persiapan, pelaksanaan kegiatan dan setelah pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam mengendalikan kegiatan (monitoring, pengawasan dan evaluasi) yaitu keterlibatan warga dalam bentuk penyusunan pedoman pengendalian (melalui pelatihan partisipatif), pengumpulan data (melalui survei partisipatif), (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan yaitu keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan hasil kegiatan. Paling tidak ada ada tiga alasan utama pentingnya melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pembangunan yaitu: (1) sebagai langkah awal mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi dan merupakan suatu cara untuk menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat setempat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan, (2) sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi dan sikap masyarakat setempat, (3) masyarakat mempunyai hak untuk “urun rembug” dalam menentukan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah mereka (Uphoff 1988). Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang mendukung yaitu: (1) kemauan, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi (Slamet 1992). Keberadaan kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, terutama faktor-faktor: psikologis individu (need, expectation, motive, reward), pendidikan (formal dan non formal), keterampilan, kondisi permodalan yang dimiliki, teknologi (sarana dan prasarana), kelembagaan (formal maupun informal), kepemimpinan (formal maupun informal) struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal (norma, tradisi, adat istiadat), serta pengaturan dan pelayanan pemerintah. Ginting (2000) menyatakan bahwa kesempatan berpartisipasi perlu ditunjang oleh beberapa faktor baik yang datang dari dalam diri seseorang yang bersangkutan maupun dari luar dirinya. Selain faktor penunjang yang datang dari
19
luar terdapat faktor dari dalam diri seseorang yang meliputi: (1) memiliki kesempatan untuk ikut dalam kegiatan, (2) mempunyai ambisi untuk mencapai tujuan, (3) memiliki kemampuan untuk ikut dalam kegiatan yang ada, (4) memiliki kepercayaan dan harapan kepada pemimpin, dan (5) terdapat kerjasama dan saling menyesuaikan diri diantara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan. Lebih jauh lagi Ginting (2000) mengungkapkan agar kemampuan berpartisipasi dapat ditingkatkan, warga masyarakat perlu mengalami proses belajar dan latihan. Melalui proses belajar, seseorang sering dapat merubah perilakunya ke arah yang lebih menunjang kemampuan berpartisipasi. Sajogyo (1982) mengungkapkan bahwa dasar terjadinya partisipasi yaitu adanya kepemimpinan yang menunjang hubungan paguyuban. Agar tercapai partisipasi dalam kegiatan penyuluhan diperlukan suatu motivasi dari petani itu sendiri. Kepemimpinan merupakan faktor terpenting, karena dengan kepemimpinan yang baik dan diterima oleh semua masyarakat akan mampu menumbuhkan kesadaran berpartisipasi oleh petani. Kerangka Pemikiran Operasional Sebagai usaha yang penuh risiko dan rentan terhadap perubahan iklim, pertanian perlu mendapat perlindungan dari peluang kegagalan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan asuransi pertanian. Program asuransi pertanian merupakan suatu institusi ekonomi guna pengelolaan risiko yang dihadapi petani. Salah satu tujuannya adalah untuk menstabilkan pendapatan petani melalui pengurangan tingkat kerugian yang dialami petani karena kehilangan hasil. Meskipun pelaksanaannya cukup sulit, bukan berarti tidak ada harapan karena terdapat beberapa negara telah menerapkan asuransi pertanian dan terbukti sukses. Pada tahun 2012, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan uji coba asuransi pertanian pada tanaman padi yang kemudian proyek rintisan tersebut dinamakan Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Tujuan ujicoba program AUTP ini sebagai upaya memberikan perlindungan jika petani mengalami kegagalan panen, dengan memberikan ganti rugi keuangan sebagai modal kerja usahatani untuk musim tanam berikutnya. Skala pilot project asuransi pertanian diujicobakan untuk tanaman padi dengan target 3 000 hektar luas areal tanam di beberapa lokasi di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Ujicoba ini melibatkan partisipasi BUMN pertanian dengan pola kemitraan, BUMN memfasilitasi pembiayaan premi sebesar 80%, sedangkan sisanya 20% menjadi tanggungan petani. Produk asuransi pertanian di Indonesia merupakan hal yang baru sehingga dalam penerapannya membutuhkan ujicoba untuk menyesuaikan skim yang paling tepat agar dapat diimplementasikan dalam skala nasional. Asuransi pertanian sebaiknya dirancang sesuai dengan permintaan (demand). Namun, menentukan bagaimana bentuk produk asuransi menjadi bagian yang membutuhkan dialog antara pemerintah, sektor swasta dan produsen (petani) sebagai sasaran program. Masing-masing pihak tersebut memiliki kepentingan dan harapan yang harus dimengerti dan apabila telah mencapai kesepakatan, perlu dimonitor dan pada waktunya dilakukan penyesuaian.
20
Program asuransi pertanian harus didorong permintaan (demand driven) daripada persediaan (supply driven). Sering terjadi suatu solusi disiapkan sebelum mencari masalahnya. Petani harus diajak konsultasi sejak awal dan sesering mungkin sehingga mengerti apa sesungguhnya yang mereka butuhkan sebagai prioritas. Hal ini penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatanhambatan tersebut. Program asuransi pertanian harus dirancang sesuai perlindungan yang dibutuhkan oleh tertanggung dan harga harus terjangkau untuk dibeli oleh petani. Tujuan akhir asuransi pertanian dimaksudkan untuk memberikan manfaat langsung bagi petani dan pada gilirannya mencapai stabilitas ekonomi. Setidaknya terdapat tiga alasan utama pentingnya melibatkan petani dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pelaksanaan program AUTP yaitu: (1) sebagai langkah awal mempersiapkan petani untuk berpartisipasi dan merupakan suatu cara untuk menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab petani setempat terhadap program AUTP yang dilaksanakan, (2) sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi, dan sikap petani setempat, dan (3) petani mempunyai hak untuk menentukan keikutsertaannya dalam rangkaian program AUTP yang akan dilaksanakan di wilayah mereka. Partisipasi petani dalam program AUTP diduga dipengaruhi oleh faktorfaktor yang ada dalam diri petani (faktor internal) dan faktor-faktor di luar petani (faktor eksternal). Di dalam penelitian ini, faktor-faktor internal petani yang diduga berhubungan tingkat partisipasi petani dalam program AUTP antara lain: (1) tingkat pendidikan, (2) luas lahan garapan, (3) status lahan garapan, (4) keanggotaan dalam Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), (5) sikap petani terhadap perubahan, dan (6) gaya kepemimpinan dalam kelompok tani. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam program AUTP antara lain: (1) metode sosialisasi program, (2) keaktifan peran BUMN PT. Petrokimia. Partisipasi petani dalam program AUTP diduga dapat memberikan gambaran mengenai efektifitas program ujicoba AUTP sebagai suatu sistem perlindungan terhadap risiko dalam usahatani yang mampu memenuhi kebutuhan dan harapan petani. Dalam penelitian ini partisipasi petani hanya akan dilihat dari jenis-jenis partisipasi yaitu: 1. Partisipasi dalam sosialisasi atau perencanaan (Planning) program AUTP 2. Partisipasi dalam Pelaksanaan (implementation) program AUTP
21
Dampak Negatif
Perubahan Iklim
Risiko di Sektor Pertanian
Perlindungan melalui program Asuransi Pertanian
Skim Ujicoba Asuransi Pertanian pada komoditi padi (Skim ujicoba AUTP)
Faktor-faktor Internal
Partisipasi Petani dalam
Faktor Eksternal Petani
petani
Program AUTP :
(Kebijakan Pemerintah
1. 2. 3.
4. 5. 6.
Pendidikan Luas Lahan Garapan Status Kepemilikan Lahan Keanggotaan dalam GP3K Sikap Terhadap Perubahan Gaya Kepemimpinan
1.
2.
Partisipasi dalam Sosialisasi Program AUTP Partisipasi dalam Pelaksanaan AUTP
1. 2.
Metode sosialisasi progam AUTP Peran BUMN PT. Petrokimia
Efektitas Program AUTP sebagai sistem perlindungan terhadap risiko dalam usahatani
Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Adanya hubungan antara faktor-faktor internal petani (tingkat pendidikan, luas lahan garapan, status lahan garapan, keanggotaan dalam GP3K, dan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani) dengan partisipasi petani dalam sosialisasi dan pelaksanaan program AUTP.
22
2.
Adanya hubungan antara faktor-faktor eksternal petani (metode sosialisasi program dan peranan BUMN) dengan tingkat partisipasi petani dalam Program AUTP.
4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei yang berlokasi di Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan bahwa Kabupaten Gresik merupakan salah satu wilayah yang menjadi sasaran ujicoba asuransi pertanian. Proyek rintisan pemerintah ini diberi nama Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Desa Pinggir, Kabupaten Gresik sendiri merupakan daerah yang menjadi sentra produksi padi dan merupakan wilayah binaan dari PT. Petrokimia Gresik. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan kuesioner secara langsung kepada sumber atau objek yang sedang diteliti baik dari petani maupun pihak yang menjadi fasilitator penyelenggara program AUTP. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh antara lain melalui studi pustaka, publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan dan sumber-sumber lainnya yang relevan. Metode Pengambilan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang merupakan anggota kelompoktani Ngudo Mulyo, Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Unit analisis dalam penelitian ini adalah petani padi. Sampel penelitian ini adalah 60 orang petani padi anggota kelompoktani Ngudi Mulyo yang dipilih secara sengaja dan dilakukan secara acak (simple random sampling) Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan tabulasi silang dan disajikan secara deskriptif untuk melihat dan menggambarkan hasil-hasil penelitian berdasarkan variabel yang diteliti. Data yang diperoleh juga dianalisis menggunakan tabulasi silang dan untuk melakukan uji hipotesis dilakukan dengan uji Chi-square untuk menganalisis hubungan variabel-variabel yang diteliti dengan tujuan penelitian.
23
5 SKIM UJICOBA AUTP DI KELOMPOK TANI NGUDO MULYO Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani telah mengamanatkan bahwa negara harus memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada petani secara terencana, terarah, dan berkelanjutan. Selain itu kondisi lingkungan petani yang terjadi saat ini seperti meningkatnya perubahan iklim, kerentanan bencana alam, globalisasi dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada petani memang membuat petani membutuhkan perlindungan dan pemberdayaan. Salah satu hal baru dalam UU tersebut adalah mengenai asuransi pertanian. Negara dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diamanatkan untuk memberikan fasilitas asuransi pertanian kepada para petani. Fasilitas tersebut adalah antara lain dengan menunjuk BUMN atau BUMD untuk melaksanakan asuransi pertanian, memberikan kemudahan pendaftaran bagi petani untuk menjadi peserta asuransi, kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi, sosialisasi program asuransi terhadap petani dan perusahaan asuransi. Dalam rangka merealisasikan amanat UU No.9 Tahun 2012 tersebut, pemerintah melakukan ujicoba asuransi pertanian sebagai langkah awal menuju implementasi asuransi pertanian secara nasional dan berkelanjutan. Program ujicoba asuransi pertanian atau pilot project yang telah dijalankan oleh pemerintah salah satunya adalah ujicoba asuransi pertanian untuk tanaman padi atau lebih dikenal dengan istilah Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Program ini bertujuan untuk melindungi petani padi dari ancaman risiko gagal panen dan apabila terjadi kerugian petani akan memperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi agar dapat berusahatani pada musim tanam berikutnya. Program ujicoba Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ini sudah diujicoba di beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah di Propinsi Jawa Timur. Pada bab ini penulis akan secara khusus membahas bagaimana mekanisme pelaksanaan skim ujicoba program AUTP yang diterapkan pada kelompok tani Ngudo Mulyo, Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Prinsip Asuransi Pertanian dalam Skema Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudo Mulyo Terdapat dua prinsip utama dalam asuransi yaitu prinsip indemnity dan prinsip parametric (PPRF, 2014). Prinsip indemnity berarti suatu mekanisme dimana si penanggung memberikan ganti rugi dalam suatu upaya menempatkan si tertanggung pada posisi keuangan yang dimiliki pada saat sesaat sebelum kerugian itu terjadi. Hal ini berarti bahwa penanggung akan memberikan ganti rugi sesuai dengan kerugian yang benar-benar diderita tertanggung, tanpa ditambah atau dipengaruhi unsur-unsur mencari keuntungan atau profit. Sedangkan prinsip parametric berarti suatu mekanisme di mana si Penanggung akan memberikan ganti rugi kepada si tertanggung apabila terjadi peristiwa pemicu (triggering event) yang telah disepakati bersama, yang mana dalam
24
peristiwa tersebut, si tertanggung mengalami kerugian. Adapun kelebihan dan kelemahan dari kedua prinsip tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Prinsip Asuransi Indemnity
Parametric
Kelebihan dan Parametric
kelemahan
prinsip
Indemnity
Kelebihan
dan
Kelemahan
1. Pembayaran klaim sesuai dengan kerusakan yang disepakati 2. Tidak berdasarkan basis risiko 3. Program asuransinya sederhana 1. Administrasi Sederhana 2. Cepat dalam penilaian kerusakan 3. Pembayaran klaim cepat 4. Moral hazard rendah
Sumber: Laporan Kajian Persiapan PPRF (2014)
Insurance
1. 2. 3. 4.
Penyelesaian klaim lama Butuh tenaga penilai yang banyak Moral hazard tinggi Biaya administrasi tinggi
1. Butuh basis risk 2. Data harus berkualitas dan sulit 3. Butuh triggering event yang harus disepakati 4. Lebih efektif jika untuk seluruh wilayah di Indonesia
Implementasi Asuransi
Pertanian Secara
Nasional;
Berdasarkan prinsip asuransi pertanian yang berbasis Indemnity dan Parametric, jenis asuransi pertanian yang diterapkan di beberapa negara dapat dikelompokan sebagai berikut (Swiss Re 2013): 1. Asuransi tanaman berbasis ganti rugi (Indemnity Based Crop Insurance) Jenis asuransi ini terdiri dari asuransi dengan satu jenis risiko atau risiko bernama (named peril insurance) dan asuransi asuransi tanaman dengan beberapa jenis risiko (multi peril crop insurance). Asuransi dengan satu jenis risiko hanya menanggung kerugian yang disebabkan oleh satu jenis risiko misalnya asuransi hujan, asuransi kebakaran, badai atau es mencair. Dimana uang pertanggungan dihitung berdasarkan atas nilai input pertanian seperti benih dan pupuk. Sedangkan multi peril crop insurance merupakan jenis asuransi yang menanggung kerugian yang disebabkan oleh beberapa jenis risiko seperti banjir, kekeringan dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). 2. Asuransi tanaman berbasis indeks (index based crop insurance) Jenis asuransi tanaman yang berbasis indeks terdiri dari asuransi berdasarkan hasil dalam suatu wilayah (area yield insurance) dan asuransi berdasarkan iklim (weather insurance). Dalam asuransi yang berdasarkan hasil dalam suatu wilayah, asuransi akan membayar ketika hasil panen suatu daerah nilainya di bawah indeks. Yang dimaksud daerah disini adalah kelompok desa atau kabupaten yang memiliki produksi dan hasil pertanian secara homogen. Besaran indeks ditentukan berdasarkan hasil rata-rata historis daerah tersebut dan secara normal berada di kisaran 50% sampai 90% dari hasil yang diharapkan. Sedangkan dalam asuransi berdasarkan iklim (weather insurance) digunakan indeks parameter seperti curah hujan atau temperatur. Dalam menyusun indeks membutuhkan data cuaca atau iklim pada masa lalu yang berasal dari stasiun cuaca dan
25
statistik produksi pertanian. Nilai pertanggungan akan dibayar ketika terpenuhi kondisi cuaca atau indeks iklim yang tidak diharapkan tanpa perlu bukti kegagalan panen. Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan di lokasi penelitian, skim ujicoba program AUTP di kelompok tani Ngudo Mulyo adalah berdasarkan prinsip indemnity, yaitu jika petani mengalami kerugian gagal panen yang disebabkan oleh banjir, kekeringan dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), perusahaan asuransi akan mengganti kerugian tersebut dengan cara mengembalikan posisi keuangan petani sama pada saat sebelum terjadinya kerugian. Posisi keuangan petani dalam hal ini adalah sama dengan nilai pertanggungan yang dipertanggungkan dalam AUTP. Nilai pertanggungan dalam AUTP didasarkan pada nilai input produksi atau biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya seperti biaya pupuk, benih dan upah tenaga kerja. Peran Pemerintah dalam Skim Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (P3) ternyata telah menyatakan dengan tegas dalam pasal-pasalnya bahwa untuk urusan asuransi pertanian, pemerintah baik pusat maupun daerah berkewajiban untuk memberikan fasilitas pemberian bantuan premi. Selain itu pemerintah juga diberikan kewenangan untuk menunjuk BUMN atau BUMD sebagai pelaksana asuransi pertanian. Dengan demikian dalam skim asuransi pertanian ini pemerintah diamanatkan oleh UU P3 untuk bertindak sebagai pemberi subsidi premi. Selain bertindak sebagai pemberi subsidi premi pembayaran premi asuransi pertanian, UU P3 juga secara khusus mengamanatkan kepada pemerintah pusat maupun daerah untuk turut serta berperan sebagai “perusahaan asuransi” dalaam hal apabila terjadi kegagalan panen akibat kejadian luar biasa seperti area endemik, bencana alam, atau rusaknya infrastruktur pertanian, maka pemerintah diamanatkan untuk memberikan ganti rugi kepada para petani yang menjadi korban. Berdasarkan amanat UU P3, dalam ujicoba AUTP di Kelompoktani Ngudi Mulyo, pemerintah menunjuk perusahaan Badan Hukum Milik Negara (BUMN) yaitu PT. Petrokimia Gresik untuk bertindak sebagai pemberi subsidi premi sekaligus menjadi fasilitator jalannnya program ujicoba AUTP mulai dari sosialisasi perencanaan hingga pelaksanaan program. Sedangkan sebagai pihak perusahaan asuransi yang menanggung risiko akibat kerugian gagal panen, pemerintah menunjuk BUMN yang bergerak di bidang asuransi kerugian yaitu PT. Jasindo sebagai pihak penanggung. Petani Sasaran dalam Program Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Petani sasaran dalam program ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) adalah para petani padi, khususnya yang tergabung dalam kelompok tani dan diproyeksikan untuk berpartisipasi dalam program AUTP dengan membangun
26
komunikasi, baik secara internal (di dalam kelompok) maupun secara eksternal (dengan pihak-pihak terkait, terutama pemerintah setempat). Aktivitas kelompok tani yang mengkomunikasikan rencana program AUTP terhadap anggotanya akan memudahkan penyelenggaraan skim program AUTP yang diujicobakan. Dalam penelitian ini petani sasaran program AUTP merupakan petani yang tergabung dalam kelompoktani Ngudi Mulyo di Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik. Sebagian petani di kelompok tani Ngudi Mulyo juga tergabung dalam Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang berada dibawah pembinaan PT. Petrokimia Gresik. GP3K merupakan bentuk dukungan BUMN dalam rangka program ketahanan pangan nasional dengan target surplus beras nasional 10 juta ton dalam kurun waktu 2011-2015. Sejalan dengan Instruksi presiden Nomor 5 tahun 2011, BUMN ikut berperan aktif dalam menjaga ketahanan pangan, oleh karena itu dicanangkanlah Program GP3K oleh Kementrian Negara BUMN sebagai salah satu usaha pemerintah untuk membantu mewujudkan pencapaian surplus pangan nasional tersebut. Keberadaan GP3K di lokasi penelitian memiliki peranan penting dalam rangka mendorong produktivitas padi petani melalui penyediaan teknologi, modal, sarana produksi pertanian yang sesuai dengan kalender tanam, jaminan harga serta jaminan hasil. Namun pada kenyataannya tidak semua petani di kelompok tani Ngudi Mulyo turut serta bergabung dalam GP3K. Pemerintah Pusat Kementan/Kementerian BUMN Menunjuk BUMN Petrokimia dan Jasindo sebagai Pelaksana AUTP
BUMN Jasindo 1.
1. Memberikan subsidi premi
2.
80%
BUMN Jasindo Menanggung Risiko Membayar Klaim
2. Sosialisasi dan menjalankankan AUTP
Ujicoba AUTP
1. 2.
Petani Sasaran (Kelompok tani) Ikut serta dalam AUTP Membayar 20% premi
Gambar 6 Mekanisme pelaksanaan program AUTP
27
Premi dan Skim Pendanaan Asuransi Usahatani Padi di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Premi asuransi adalah biaya yang harus dibayar oleh petani dalam rangka mendapatkan perlindungan asuransi dan memperoleh ganti rugi jika usahatani mengalami kerugian atau kegagalan panen. Premi merupakan prasyarat keabsahan perjanjian asuransi atau efektivitas jaminan asuransi. Sumber pembiayaan premi asuransi oleh petani dapat diperoleh dari salah satu atau kombinasi dari sumber sebagai berikut: (a) pemerintah (APBN atau APBD), (b) Kemitraan (BUMN dan Perusahaan Swasta), (c) Perbankan, jika petani mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya, dan (d) swadaya (oleh petani sendiri). Berdasarkan ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo, sumber pendanaan premi AUTP bersumber dari BUMN pupuk yaitu PT. Petrokimia Gresik dan swadaya petani (oleh petani sendiri). Premi asuransi disubsidi PT. Petrokimia Gresik sebesar 80% sedangkan petani hanya menanggung 20% dari jumlah premi yang harus dibayarkan kepada perusahaan asuransi. Nilai pertanggungan dalam asuransi usahatani padi ditetapkan sebesar Rp 6 000 000/ha untuk satu musim tanam. Nilai tersebut didasarkan atas biaya input produksi usahatani yang dikeluarkan petani untuk satu musim tanam dengan luas lahan satu hektar. Nilai pertanggungan tersebut juga merupakan nilai santunan kerugian untuk membantu biaya menanam kembali pada musim tanam berikutnya, termasuk untuk mempersiapkan lahan, ongkos tenaga kerja, dan pupuk. Besarnya premi AUTP ditentukan oleh suku premi yang ditentukan oleh perusahaan asuransi (PT. Jasindo) dan nilai pertanggungan yang telah disepakati bersama. Nilai premi dalam ujicoba AUTP diperoleh dari perkalian antara suku premi dengan nilai pertanggungan. Suku premi dalam ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo ditetapkan sebesar 3% dari nilai pertanggungan (biaya usahatani) sehingga besarnya premi yang harus dibayarkan oleh petani kepada perusahaan asuransi adalah sebesar Rp 180.000 per hektar untuk satu musim tanam. Dengan subsidi sebesar 80%, maka PT. Petrokimia Gresik sebagai kontributor membayar premi sebesar Rp 144 000 per hektar, sedangkan petani membayar sebesar 20% atau Rp 36 000 per hektar. Klaim dan Jenis Risiko yang Dijamin dalam skema Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Klaim merupakan bentuk pengajuan ganti rugi dari tertanggung (petani) akibat kerugian yang diderita oleh tertanggung kepada pihak penanggung (perusahaan asuransi) untuk memperoleh santunan ganti rugi sebesar nilai pertanggungan yang tertera dalam perjanjian asuransi (polis asuransi). Dalam hal terjadinya kerugian gagal panen, perusahaan asuransi hanya menjamin risiko yang tertulis dalam perjanjian asuransi dan telah disepakati bersama antara pihak tertanggung dengan pihak penanggung. Jenis-jenis risiko yang dijamin dalam ujicoba AUTP adalah sebagai berikut (Jasindo 2012): 1. Kekeringan (Drought). Kekeringan merupakan peristiwa cuaca yang kerap terjadi di negara tropis seperti Indonesia. waktu kejadian (time of impact) dan wilayah yang terkena dampak (geographical area) memerlukan
28
2.
3.
batasan yang yang jelas. Kekeringan dapat terjadi dalam waktu yang lama dan dampaknya bahkan dialami hingga musim tanam berikutnya. Kekeringan dapat diperparah oleh penyebab lain seperti penyakit tanaman yang menyerang tanaman akibat kekurangan air. Kerusakan karena kekeringan adalah risiko usahatani dan dapat diasuransikan. Banjir (Flood). Kerusakan akibat banjir dapat disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan, tetapi bisa juga disebabkan oleh kelebihan air di daerah lain dalam bentuk luapan air sungai atau danau yang mengalir ke lahan pertanian. Risiko banjir pada dasarnya dapat diasuransikan, dengan pengecualian lahan pertanian yang tidak cukup didukung drainase atau saluran pembuangan air yang tidak terawat, atau lahan pertanian berada pada kontur dataran yang rendah sehingga rawan tergenang banjir. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang mencakup hama tumbuhan dan penyakit tumbuhan. Risiko serangan OPT sangat bervariasi menurut jenis hama dan atau penyakit serta menurut wilayah dan intensitas serangan. Risiko yang ditanggung dalam program asuransi pertanian adalah risiko gagal panen yang disebabkan oleh OPT dan hanya dibatasi oleh serangan dari hama penggerek batang, wereng coklat, walang sangit, tikus, ulat grayak, dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Blast, bercak coklat, tungro, busuk batang, dan kerdil hampa. Skim Permohonan AUTP dan Klaim AUTP
Permohonan pengajuan untuk menjadi peserta Asuransi Usahatani Padi (AUTP) ditandai dengan dibayarkannya sejumlah kewajiban tertanggung (petani) kepada penanggung (PT. Jasindo) yang bertindak sebagai konsorsium yang menjadi lembaga penanggung risiko gagal panen yang mungkin dialami oleh petani. Adapun Skim permohonan Asuransi Usahatani Padi (AUTP) adalah sebagai berikut: 1. Petani sebagai pihak tertanggung dan dibawah pembinaan PT. Petrokimia Gresik mengajukan permohonan penutupan asuransi kepada Jasindo yang berperan sebagai pihak penanggung risiko untuk diterbitkan polis asuransi AUTP. 2. Pihak penanggung akan menilai kelayakan obyek yang dipertanggungkan melalui survei langsung kepada obyek yang akan dipertanggungkan dalam hal ini obyek yang akan dipertanggungkan adalah tanaman padi. 3. Setelah dilakukan penilaian risiko dari obyek yang dipertanggungkan dan jika obyek yang dipertanggungkan telah memenuhi syarat untuk diasuransikan, maka pihak penanggung akan menerbitkan polis AUTP. 4. Prosedur terakhir dari prosedur penutupan Asuransi Usaha Tani Padi adalah penerbitan polis AUTP untuk didistribusikan kepada petani melalui PT. AGRK (Anak Gresik Raya Kencana) selaku distributor pupuk dari petrokimia sekaligus mitra petani yang membantu petani dalam hal mengajukan permohonan AUTP dan klaim AUTP. Petani sebagai calon pemegang polis AUTP wajib membayar premi asuransi kepada pihak tertanggung sebelum polis asuransi diterima oleh petani.
29
Berdasarkan komponen-komponen yang terlibat dalam pelaksanaan program AUTP, maka prosedur pengajuan polis AUTP dapat digambarkan pada Gambar 7.
Petani
(5) Pembayaran premi
(1) Permohonan asuransi
PT. AGRK
(4) Perjanjian asuransi
Perusahaan anggota Perusahaan anggota
Konsorsium PT. Jasindo (2) Asesmen risiko (3) Akseptasi Asuransi
Perusahaan anggota Perusahaan anggota
Broker Reasuransi
Perjanjian Reasuransi
Reasuransi Gambar 7 Mekanisme pengajuan Asuransi Usahatani Padi (AUTP) Dalam hal terjadi klaim AUTP di kelompok tani Ngudo Mulyo, mekanisme pengajuan klaim kepada perusahaan asuransi (PT. Jasindo) adalah melalui tahapan sebagai berikut: 1. Petani (Tertanggung) melakukan pengajuan permohonan klaim kepada PT. Jasindo (Penanggung) atas kerugian pada obyek yang dipertanggungkan (tanaman padi) melalui PT. AGRK.
30
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan pengajuan klaim, pihak penanggung (Jasindo) akan melakukan verifikasi data yang tertera dalam polis AUTP berdasarkan data pribadi petani yang mengajukan klaim. PT. Jasindo akan melakukan survei ke lahan petani yang mengalami gagal panen untuk menilai kelayakan klaim dari petani. Penilaian kelayakan klaim dilihat dari apakah kerugian yang terjadi merupakan kerugian yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa yang dijamin dalam polis asuransi (Banjir, Kekeringan, dan OPT ) atau tidak. Apabila mekanisme penilaian kelayakan klaim telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah persetujuan klaim. Klaim AUTP akan disetujui apabila total kerugian yang dialami oleh petani akibat risiko yang dijamin dalam polis asuransi mencapai 75% dari total luas areal tanam yang diasuransikan. Jika klaim petani telah disetujui, perusahaan asuransi akan memberikan ganti rugi sesuai dengan nilai pertanggungan yang tercantum dalam polis AUTP.
Petani
(1) Pengajuan Klaim
PT. AGRK
Perusahaan anggota Perusahaan anggota
Konsorsium PT. Jasindo (2) Penelitian dokumen (3) Survei lapangan (4) Persetujuan klaim
Perusahaan anggota Perusahaan anggota
(5) Pembayaran Klaim
Petani Gambar 8 Mekanisme klaim Asuransi Usahatani Padi (AUTP)
31
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi dan pelaksanaan program Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Variabel-variabel yang diteliti dalam pembahasan ini merupakan variabel yang diduga mempengaruhi partisipasi petani dalam program AUTP baik itu variabel yang berasal dari dalam diri petani (faktor internal) maupun variabel yang berasal dari luar petani (faktor eksternal). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP akan dirinci dan diuraikan pada hasil dan pembahasan di bawah ini. Faktor Internal dan Eksternal Petani Dalam penelitian ini faktor internal yang diduga mempengaruhi partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi dan pelaksanaan program AUTP diantaranya adalah tingkat pendidikan petani, luas lahan garapan petani, status lahan garapan, keanggotaan dalam GP3K, gaya kepemimpinan ketua kelompok tani dan sikap petani terhadap perubahan. Sedangkan faktor eksternal yang diduga mempengaruhi partisipasi petani dalam program AUTP antara lain metode sosialisasi program dan peran BUMN (PT. Petrokimia Gresik) dalam program AUTP. Faktor Internal Petani 1.
Tingkat pendidikan petani Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki akan menunjukkan kemampuan mereka dalam memahami berbagai hal, termasuk pemahaman terhadap kegiatan program AUTP. Pemahaman responden terhadap program asuransi pertanian dapat dilihat dari keaktifan dalam penyelenggaran program asuransi pertanian dan wawasan mengenai asuransi pertanian. Dengan demikian tinggi rendahnya pendidikan akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam program asuransi pertanian. Distribusi petani berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Tinggi 14 23.3 Rendah 46 76.7 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 6, responden yang termasuk ke dalam kategori pendidikan tinggi hanya 14 responden (23.3%) dari total 60 responden. Kenyataan diatas menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang pernah
32
mengenyam penidikan minimal SLTA sampai dengan Sarjana Muda. Sedangkan sebagian besar dari mereka sebanyak 46 responden (76.7 %) tergolong pada pendidikan rendah (tidak tamat SD, tamat SD, dan Tamat SLTP). 2.
Luas lahan garapan petani Berdasarkan wawancara atas 60 responden, diketahui bahwa rata-rata luas lahan garapan adalah 2 Ha dengan variasi yang tidak begitu beragam. Distribusi petani responden berdasarkan pada luas lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 7. Pada tabel tersebut ternyata kategori luas lahan petani yang tergolong luas (2 ha) lebih besar dibandingkan dengan petani responden yang memiliki lahan yang tergolong sempit (1 ha). Tabel 7
Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Kategori Luas Lahan Jumlah Persentase (%) Luas ( 2 ha) 31 51.7 Sempit (1 ha) 29 48.3 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Luas lahan garapan petani dapat dijadikan indikator tinggi rendahnya status sosial ekonomi mereka. Luas lahan yang diusahakan merupakan sumber pendapatan petani. Melihat rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh petani responden, bisa dikatakan relatif besar. Untuk meningkatkan pendapatan petani responden dari lahan yang mereka usahakan, diperlukan penanganan usahatani yang baik termasuk perlindungan tanaman dari kegagalan panen. 3.
Status pemilikan lahan Di samping luas lahan yang dimiliki oleh petani responden, status lahan garapan juga dapat dijadikan indikator status sosial ekonomi responden. Status pemilikan lahan garapan dibagi menjadi dua yaitu milik sendiri dan bukan milik sendiri. Status lahan bukan milik sendiri adalah bagi mereka yang mengusahakan lahan pertanian dengan cara menyewa atau menyakap. Distribusi petani berdasarkan status pemilikan lahan garapan dapat dilihat pada Tabel 8. Berdasarkan tabel 8, petani yang memiliki status kepemilikan lahan milik sendiri adalah sebanyak 52 responden (86.7%), sedangkan sisanya sebanyak 8 responden (13.3%) mengusahakan lahannya dengan cara menyewa. Tabel 8
Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan lahan garapan di Kelompok Tani Ngudo Mulyo Kategori Status Lahan Garapan Jumlah Persentase (%) Milik sendiri 52 86.7 Sewa 8 13.3 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
33
4.
Keanggotaan dalam GP3K Keanggotaan dalam GP3K menunjukkan keaktifan dan keterlibatan petani dalam program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). Keterlibatan petani dalam GP3K dilihat dari status keanggotaannya dengan menjadi anggota atau tidak menjadi anggota GP3K. Distribusi responden berdasarkan status keanggotaannya dalam GP3K dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9
Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam GP3K di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Status Keanggotaan GP3K Jumlah Persentase (%) Anggota 33 55 Bukan anggota 27 45 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa dari total 60 petani responden, yang turut aktif mengikuti GP3K adalah sebesar 55%. Hal ini menunjukkan bahwa dari jumlah responden yang menjadi obyek penelitian sebagian besar mengikuti program GP3K. Sedangkan sisanya sebanyak 45 responden tidak tergabung dalam GP3K. 5.
Sikap terhadap perubahan Sikap terhadap perubahan merupakan sikap petani untuk mengambil keputusan menolak atau menerima inovasi ataupun ide baru. Pengambilan keputusan ini merupakan proses mental petani melalui pengetahuannya tentang inovasi maupun ide baru dan berusaha untuk menerima atau menolaknya kemudian menerapkannya. Sikap terhadap perubahan ini dapat dijadikan indikator kerberhasilan penyampaian informasi mengenai program baru yang akan diterapkan. Distribusi petani responden menurut sikap petani terhadap program AUTP dapat dilihat dalam Tabel 10. Sikap petani terhadap perubahan dikatakan tinggi jika petani menerima dan mengikuti program asuransi pertanian yang diselenggarakan dalam rangka melindungi usahataninya. Sedangkan kategori sikap petani terhadap perubahan dikatakan rendah jika petani menolak dan tidak mengikuti program asuransi pertanian. Tabel 10
Jumlah dan persentase petani responden menurut sikap petani terhadap perubahan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Sikap Petani Terhadap Perubahan Jumlah Persentase Tinggi 48 80 Rendah 12 40 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 10 di atas terlihat bahwa sikap petani terhadap perubahan tergolong tinggi yaitu 80%. Sedangkan petani dengan sikap terhadap perubahan rendah sebanyak 20%. Petani dengan sikap terhadap perubahan tinggi
34
cenderung lebih mudah menerima dan menerapkan ide baru yang diterimanya dalam berusahatani. 6.
Gaya kepemimpinan Gaya kepemimpinan merupakan model kepemimpinan dari ketua kelompok tani untuk memimpin anggotanya. Gaya kepemimpinan disini dibagi menjadi dua yaitu gaya demokratis dan gaya otoriter. Gaya demokratis merupakan metode yang diterapkan oleh ketua dengan memberikan kesempatan kepada anggota untuk terlibat dalam setiap kegiatan kelompok. Ketua akan lebih terbuka menerima ide dari anggotanya mengenai setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok. Sedangkan gaya kepemimpinan yang bersifat otoriter adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok berasal dari ketua tanpa memusyawarahkan kepada anggota kelompok. Tabel 11
Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan ketua di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Gaya Kepemimpinan Kelompok Jumlah Persentase Demokratis 27 45 Otoriter 33 55 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 60 responden yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh ketua kelompok tani adalah gaya otoriter adalah sebesar 55%. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan ketua kelompok tani yang demokratis sebanyak 45%. Karakteristik Eksternal Petani 1.
Metode sosialisi program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) Metode sosialisasi atau penyampaian informasi merupakan cara yang digunakan oleh pihak penyelenggara program (pemerintah) dalam menyampaikan materi progrram asuransi pertanian. Agar materi program yang disampaikan kepada petani efektif, penyelenggara program harus mampu memilih metode komunikasi yang tepat. Komunikasi yang diterapkan oleh pemerintah ada dua macam yaitu komunikasi dua arah dan komunikasi searah. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada petani, tetapi petani juga diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Sedangkan komunikasi searah merupakan cara penyampaian informasi kepada petani tetapi petani yang menjadi sasaran program tidak seluruhnya dilibatkan.
35
Tabel 12
Jumlah dan persentase petani berdasarkan metode sosialisasi program AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Metode Sosialisasi Program Jumlah Persentase Komunikasi dua arah 41 68.3 Komunikasi searah 19 32.7 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa model komunikasi yang digunakan oleh pemerintah dalam menyampaikan materi program asuransi pertanian adalah model komunikasi dua arah. Dari 60 responden ternyata 68.3% menyatakan bahwa komunikasi yang digunakan oleh pemerintah adalah komunikasi dua arah. Sedangkan 32.7 % responden menyatakan komunikasi yang digunakan dalam penyampaian materi adalah komunikasi searah. 2.
Peran BUMN (PT. Petrokimia Gresik) PT. Petrokimia Gresik merupakan perusahaan berbadan hukum milik negara (BUMN) sekaligus mitra pemerintah dan petani yang dalam mekanisme penyelenggaraan program ujicoba AUTP ditunjuk sebagai fasilitator untuk memberikan sosialisasi terkait perencanaan dan pelaksanaan program AUTP. Petrokimia juga merupakan perusahaan yang dalam pelaksanaannya berperan sebagai pemberi subsidi premi asuransi pertanian untuk program AUTP. Subsidi premi yang ditanggung oleh PT. Petrokimia adalah sebesar 80% dari total premi yang harus dibayarkan kepada perusahaan asuransi sedangkan sisanya sebesar 20% dibayar secara mandiri oleh petani yang menjadi peserta program AUTP Tabel 13
Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran BUMN dalam program AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo Peran BUMN PT. Petrokimia Gresik Jumlah Persentase (%) Aktif 33 55 Kurang Aktif 27 45 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa dari total 60 responden petani yang merasakan peran aktif dari BUMN PT. Petrokimia Gresik adalah sebanyak 55% sedangkan sisanya sebanyak 45% tidak merasakan peranan aktif dari Petrokimia. Responden yang menyatakan bahwa peranan BUMN PT. Petrokimia Gresik kurang aktif adalah responden yang tidak memperoleh bantuan subsidi premi dan bukan merupakan mitra dari Petrokimia. Sedangkan responden yang merasakan secara langsung peran aktif Petrokimia dalam membantu petani merupakan responden yang tergabung dalam GP3K.
36
Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program Ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) Partisipasi petani dalam Program AUTP tidak hanya pada pelaksanaan kegiatan saja, tetapi pada proses perencanaannya petani dilibatkan melalui program sosialisasi yang diadakan oleh pemerintah yang menunjuk dua Badan Usaha Milik Negara (PT. Petrokimia Gresik dan PT. Jasindo) sebagai pelaksana program ujicoba AUTP. Menurut Pamuji (1997) ada empat indikator partisipasi masyarakat yaitu: 1) partisipasi dalam merencanakan kegiatan, 2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, 3) partisipasi dalam mengendalikan kegiatan (monitoring, pengawasan, dan evaluasi), dan 4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan. Program Asuransi pertanian untuk usahatani padi (AUTP) merupakan sebuah program perlindungan kepada petani padi dari risiko gagal panen, sehingga jika terjadi kegagalan panen petani memperoleh ganti rugi biaya produksi untuk musim tanam berikutnya. Petani dilibatkan dalam perencanaan program melalui sosialisasi program yang disampaikan oleh PT.Petrokimia Gresik selaku badan hukum yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendukung program AUTP. Sebelum pelaksanaan program AUTP dimulai, petani diundang dan dikumpulkan di balai desa setempat dalam rangka sosialisasi dan pemberian informasi terkait mekanisme program AUTP yang akan dilaksanakan. Dengan melibatkan petani dalam perencanaan program AUTP ini dimaksudkan untuk mempersiapkan petani agar berpartisipasi dalam program AUTP sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap program tersebut. Kegiatan sosialisasi pelaksanaan program AUTP dilakukan dengan cara menyampaikan materi program AUTP kepada kelompok tani yang menjadi sasaran program tersebut. Hasil analisis dari 60 responden petani padi menunjukkan bahwa tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP masih tergolong rendah (38.33%) seperti yang terlihat pada Tabel 14. Fenomena ini menunjukkan belum optimalnya informasi yang diberikan oleh pemerintah terkait dengan perencanaan program AUTP. Tabel 14
Tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) Partisipasi Petani Jumlah Persentase (%) Berpartisipasi 23 38.33 Tidak Berpartisipasi 37 61.67 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Keterlibatan petani dalam perencanaan program AUTP dilihat dari keaktifannya dalam menghadiri kegiatan sosialisasi program yang diadakan oleh pemerintah. Meskipun petani mempunyai kesempatan yang sama untuk menghadiri kegiatan sosialisasi tersebut, namun tidak semuanya terdorong untuk berpartisipasi. Selain faktor kesempatan, faktor kemauan dan kemampuan juga ikut menentukan partisipasi petani.
37
Faktor kemauan merupakan faktor yang mendorong petani untuk berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Faktor- faktor tersebut berkaitan dengan motif dan harapan ketika ia memutuskan untuk berpartisipasi. Harapan terbesar mereka ketika berpartisipasi dalam sosialisasi program tersebut adalah agar program yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan mereka. Sedangkan faktor kemampuan adalah faktor yang berkaitan dengan kemampuan mengemukakan pendapatnya mengenai ide atau inovasi baru. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Petani dengan Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP 1.
Hubungan Tingkat Pendidikan Petani dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Pendidikan yang dimiliki oleh petani mempengaruhi cara berpikir mereka. Petani dengan pendidikan yang relatif tinggi akan lebih dinamis jika dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah. Pendidikan dapat diperoleh dari pendidikan formal melalui bangku sekolah dan pendidikan tidak formal melalui pengalaman dan informasi-informasi dari luar. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pemahaman orang tersebut terhadap suatu hal, demikian juga dengan pengambilan keputusan dalam mengikuti program asuransi pertanian. Petani yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih mudah memahami suatu permasalahan dalam pengambilan keputusan. Dari analisis terhadap 60 responden pada kelompok tani Ngudi Mulyo, menunjukkan bahwa pada tingkat pendidikan tinggi, responden yang berpartisipasi untuk ikut serta dalam sosialisasi program AUTP tergolong tinggi yaitu sebanyak 71.43% dan responden yang memilih untuk tidak berpartisipasi adalah sebanyak 28.57%. Sedangkan pada petani dengan tingkat pendidikan rendah yang ikut serta dalam sosialisasi program AUTP adalah sebanyak 28.26% dan sisanya sebagian besar petani sebanyak 71.74% memilih untuk tidak berpartisipasi. Terlihat disini adanya kecenderungan bahwa responden dengan pendidikan rendah lebih memilih untuk tidak berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Tabel 15
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Tingkat Pendidikan Petani Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Tinggi 10 4 14 (71.43%) (28.57%) (100) Rendah 13 33 46 (28.26%) (71.74%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.3%) (61.7%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided). = 0.004 < 0.05
Berdasarkan Uji Statistik dengan analisis Chi-Square yang diuji pada taraf nyata α 5%, diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.004 seperti tercantum
38
dalam Tabel 15. Karena nilai Asymp. Sig. (2-sided) sebesar 0.004 < 0.05 maka dapat dikatakan bahwa apa yang telah dihipotesakan sebelumnya bahwa tingkat pendidikan signifikan berhubungan terhadap partisipasi petani dalam program AUTP dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Petani dengan pendidikan rendah kurang berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Hal ini wajar karena program AUTP yang akan diselenggarakan merupakan program yang baru dikenal oleh petani sehingga hal ini menyebabkan petani kurang tertarik dengan sosialisasi program AUTP oleh pemerintah. Berbeda halnya dengan petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Umumnya petani dengan tingkat pendidikan tinggi lebih terbuka dan lebih dinamis dalam menerima suatu inovasi atau ide baru sehingga muncul ketertarikan untuk ikut serta dalam sosialisasi program dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi mereka. 2.
Hubungan antara Luas Lahan Garapan Petani dengan Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Luas lahan dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan bagi petani. Luas lahan garapan juga dapat dijadikan sebagai indikator status ekonomi sosial petani. Melihat rata-rata luas lahan garapan petani yang relatif relatif besar jika tidak mendapatkan perlindungan dari kegagalan panen, maka pendapatan petani akan menurun karena mengalami kerugian yang besar. Setelah dilakukan analisa terhadap 60 responden pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa responden yang memilki lahan dengan kategori luas lahan garapan yang tergolong luas sebagian besar responden sebanyak 67.74% memilih untuk tidak berpartisipasi dalam sosialisasi pelaksanaan program AUTP dan sisanya hanya sebanyak 32.26% yang memilih untuk berpartisipasi. Pada responden yang mmiliki luas lahan garapan dengan kategori sempit sebagian besar responden sebanyak 55.17% juga memilih untuk tidak berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP dan selebihnya hanya sebanyak 44.83% responden yang memilih untuk berpartisipasi. Tabel 16
Jumlah dan persentase responden menurut lahan garapan dan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Luas Lahan Garapan Jumlah Berpatisipasi Tidak berpartisipasi Luas 10 21 31 (32.26%) (67.74%) (100) Sempit 13 16 29 (44.83%) (55.17%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.3%) (61.7%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided) 0.317 > 0.05
Berdasarkan uji statistik dengan analisa Chi-Square dimana diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.317 seperti yang tercantum pada tabel 16 dan diuji pada taraf nyata α 5%, maka nilai nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.317 lebih besar dari 0.05, sehingga dengan demikian menunjukkan bahwa luas lahan
39
garapan dalam penelitian ini tidak signifikan berhubungan terhadap partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Petani responden dengan kategori luas lahan yang tergolong luas maupun sempit sama-sama memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Meskipun petani memahami bahwa usahatani yang mereka jalankan memiliki ancaman gagal panen, akan tetapi dalam sosialisasi program AUTP mereka merasa tidak perlu dilibatkan dan mereka lebih mempercayakan sepenuhnya kepada pihak pemerintah atau mewakilkan kepada ketua kelompok tani yang lebih mengerti mengenai program tersebut dan dapat mewakili kepentingan petani beserta segala hal yang dibutuhkan oleh mereka. 3.
Hubungan Antara Status Pemilikan Lahan dengan Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat bahwa dari total 52 responden yang memiliki lahan sendiri sebagian besar atau sebanyak 61.54% memilih untuk tidak berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP dan yang berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP hanya sebanyak 38.46%. Sedangkan pada responden dengan kategori lahan garapan sewa hanya sebesar 37.5% yang memilih untuk berpartisipasi dalam sosialisasi progrram AUTP, selebihnya sebanyak 62.5% memilih untuk tidak berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Tabel 17
Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan lahan dan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Status Lahan Garapan Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Milik sendiri 20 32 52 (38.46%) (61.54%) (100) Sewa 3 5 8 (37.5%) (62.5%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.3%) (61.7%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided). = 0.958 > 0.05
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan analisa Chi-square diperoleh Nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.958 dan lebih besar dari 0.05 seperti tercantum dalam Tabel 17. Hal ini menunjukkan ternyata status lahan garapan yang dimiliki oleh petani tidak signifikan berhubungan dengan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Sehingga apa yang dihipotesakan sebelumnya bahwa status lahan garapan berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Petani baik dengan kategori status lahan milik sendiri maupun dengan status sewa sebagian besar respondennya memilih untuk tidak berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP karena mereka beranggapan bahwa kehadiran ketua kelompok tani dalam sosialisasi sudah mewakili kepentingan mereka. Sebagian kecil responden baik dari responden dengan status lahan milik sendiri maupun sewa yang ikut serta dalam sosialisi program AUTP hanya responden yang merasa memiliki keinginan untuk mengenal program baru yang akan dilaksanakan di wilayahnya sehingga dapat menambah pengetahuan mereka.
40
4.
Hubungan antara Status Keanggotaan dalam GP3K dengan Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Desa Pinggir di Kabupaten Gresik merupakan salah satu desa binaan dari PT. Petrokimia Gresik yang mana sebagian petaninya mengikuti program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). Oleh karena itu, sebagian responden di kelompok tani Ngudo Mulyo juga merupakan anggota GP3K. Dalam program Asuransi Usahatani Padi pemerintah menunjuk dua BUMN milik pemerintah yaitu PT Petrokimia Gresik dan PT. Jasindo sebagai pelaksana proyek rintisan AUTP dan yang menjadi prioritas sasaran program tersebut adalah petani yang tergabung dalam GP3K. Tabel 18
Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam GP3K dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Status Keanggotaan GP3K Jumlah Berpartisipasi Tidak berpartisipasi Anggota 17 16 33 (51.51%) (48.49%) (100) Non Anggota 6 21 27 (22.22%) (77.78%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.3%) (61.7%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided) = 0.02 < 0.05
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa responden yang tergabung dalam GP3K dan yang berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP adalah sebesar 51.51% dan yang tidak berpartisipasi sebesar 48.49%. Sedangkan responden yang bukan anggota GP3K hanya sedikit yang mengikuti sosialisasi program AUTP yaitu sebesar 22.22% dan sebagian besar 77.78% memilih untuk tidak mengikuti sosialisasi program AUTP. Berdasarkan uji statistik dengan analisa Chi-square, dimana diperoleh hasil Nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.02 dan karena nilai 0.02 lebih kecil dari 0.05, maka hal ini menunjukkan bahwa status keanggotaan petani dalam GP3K signifikan berhubungan terhadap partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Sehingga hipotesa dalam penelitian ini bahwa keanggotaan dalam GP3K berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Responden yang tergabung dalam anggota GP3K banyak yang berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Hal ini dikarenakan target atau sasaran utama dari program AUTP ini adalah petani dari GP3K yang berada dibawah pembinaan PT. Petrokimia Gresik sehingga petani GP3K memperoleh arahan khusus dari PT Petrokimia untuk berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Hal ini kemudian menjadi pendorong petani untuk berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Berbeda halnya dengan petani yang bukan anggota GP3K, sebagian besar dari mereka tidak mengikuti sosialisasi program AUTP. Hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa program ini hanya untuk petani GP3K saja sehingga mereka tidak perlu ikut dalam sosialisasi progrram AUTP sedangkan sebagian kecil petani yang bukan anggota GP3K (22.22%) responden yang mengikuti sosialisasi program AUTP merupakan responden yang ingin memperoleh pengetahuan baru mengenai asuransi pertanian.
41
5.
Hubungan Sikap Petani Terhadap Perubahan Terhadap Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Sikap petani terhadap perubahan merupakan sikap dari petani untuk menerima suatu inovasi atau ide baru. Petani yang memiliki sikap terhadap perubahan tinggi akan lebih mudah menerapkan inovasi baru di bidang pertanian. Dari hasil analisis seperti terlihat dalam Tabel 19, terlihat bahwa petani dengan sikap terhadap perubahan tinggi yang tidak berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP sebesar 56.25% lebih tinggi dibandingkan yang berpartisipasi (43.75%). Petani dengan sikap terhadap perubahan yang tergolong rendah sebagian besar 61.67% responden tidak berpartisipasi dan selebihnya hanya 16.7% petani yang ikut berpartisipasi. Tabel 19
Jumlah dan persentase responden menurut sikap terhadap perubahan dan partisispasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Sikap Petani Terhadap Perubahan Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Tinggi 21 27 48 (43.75%) (56,25%) (100) Rendah 2 10 12 (16.7%) (83.33%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.33%) (61.67%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided). = 0.084 > 0.05
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan dengan analisis Chisquare diperolah nilai Nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.084 seperti yang tercantum dalam tabel di atas, ternyata sikap terhadap perubahan tidak signifikan berhubungan terhadap partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Dengan demikian, apa yang telah dihipotesakan sebelumnya yaitu sikap terhadap perubahan berhubungan dengan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Petani dengan sikap terhadap perubahan tinggi mencerminkan adanya keinginan untuk melakukan inovasi baru dalam usahataninya. Program AUTP merupakan ujicoba bagi petani sasaran sehingga dalam sosialisasi program butuh intensitas pertemuan dan diskusi yang lebih sering agar penyampaian materi program lebih efektif sehingga minat petani untuk berpartisipasi menjadi lebih tinggi. 6.
Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Gaya kepemimpinan merupakan suatu strategi yang digunakan oleh pemimpin untuk memimpin bawahannya. Pemimpin merupakan orang yang dianggap mampu untuk menumbuhkan partisipasi anggotanya. Pemimpin yang demokratis akan lebih terbuka menerima ide dan pendapat dari anggotanya dalam penyusunan rencana kegiatan. Lain halnya dengan pemimpin yang otoriter, umumnya mereka tidak mau menerima ide dan pendapat dari anggotanya dan kegiatan yang akan dilaksanakan berasal dari pemimpin.
42
Partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP akan dipengaruhi oleh interaksi dan komunikasi dengan pemimpin mereka. Interaksi dan komunikasi yang terjadi antara anggota dan ketua sedikit banyak akan bergantung pada suasana yang berhubungan dengan kemampuan pemimpin dalam mempengaruhi anggotanya. Kemampuan pemimpin mempengaruhi anggotanya dapat menyebabkan seseorang memutuskan untuk berpartisipasi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menggerakan anggotanya agar mau berpartisipasi. Tabel 20
Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Gaya Kepemimpinan Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Demokratis 16 11 27 (59.26%) (40.74%) (100) Otoriter 7 26 33 (21.21%) (78.79%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.3%) (61.7%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided). = 0.003 < 0.05
Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa ketika pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan yang demokratis, petani yang berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP lebih besar yaitu sebanyak 59.26% jika dibandingkan dengan petani yang tidak berpartisipasi yaitu sebanyak 40.74%. Sebaliknya jika pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan otoriter petani responden lebih banyak yang tidak berpartisipasi (78.79%) jika dibandingkan dengan petani yang mau ikut berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP yang hanya sebesar 21.21%. Uji statistik yang dilakukan dengan analisis Chi-square, diperoleh nilai Nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.003 seperti yang tercantum dalam tabel 18 diatas. Karena nilai 0.003 < 0.05, maka apa yang dihipotesakan sebelumnya yaitu gaya kepemimpinan dalam kelompok tani berhubungan terhadap tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Gaya kepemimpinan yang digunakan ketua khususnya gaya kepemimpinan demokratis dapat menimbulkan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Sedangkan jika menggunakan gaya kepemimpinan otoriter petani yang berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP lebih kecil karena sebagian besar petani lebih memilih untuk tidak berpartisipasi. Gaya kepemimpinan yang demokratis lebih disukai oleh petani karena dengan gaya kepemimpinan demokratis petani lebih diberikan kebebasan dalam memberikan pendapat terhadap program yang akan dilaksanakan. Sedangkan dengan gaya otoriter petani yang berpartisipasi seolah-olah dipaksakan oleh pemimpinnya.
43
7.
Hubungan antara Metode Sosialisasi Program AUTP dengan Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Penggunaan metode sosialisasi program yang tepat dalam menyampaikan materi program AUTP dapat mempengaruhi pola pikir petani. Pemerintah sebagai pemberi materi program asuransi pertanian diharapkan mampu mempengaruhi petani untuk terlibat dalam kegiatan sosialisasi program AUTP. Komunikasi yang digunakan oleh pemerintah diharapkan dapat menimbulkan keberanian petani untuk mengemukakan pendapatnya. Komunikasi dua arah yang digunakan oleh pemerintah menggunakan metode diskusi, sedangkan komunikasi searah menggunakan metode ceramah. Pada metode diskusi membuka peluang petani untuk mengemukakan pendapatanya. Berbeda dengan metode ceramah menutup kemungkinan petani untuk mengeluarkan pendapatanya. Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa pada komunikasi yang dua arah petani yang berpartisipasi lebih tinggi dalam sosialisasi program AUTP yaitu sebesar 51.22% jika dibandingkan dengan yang tidak berpartisipasi sebesar 48.78%. Sedangkan jika metode sosialisasi program yang digunakan adalah metode komunikasi searah sebagian besar petani (89.47%) memilih untuk tidak ikut berpartisipasi dan selebihnya sebagian kecil hanya 10.53% yang memilih untuk berpartisipasi. Tabel 21
Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Metode Sosialisasi Program Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Komunikasi dua arah 21 20 41 (51.22%) (48.78%) (100) Komunikasi Searah 2 17 19 (10.53%) (89.47%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.3%) (61.7%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided). = 0.003 < 0.05
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dengan analisa Chi-square, didapat nilai Nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.003 seperti yang tercantum dalam Tabel 21. Nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 sehingga menunjukkan bahwa metode sosialisasi signifikan berhubungan terhadap partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Sehingga apa yang telah dihipotesakan sebelumnya bahwa metode sosialisasi program berhubungan terhadap partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Metode sosialisasi program AUTP dibicarakan oleh anggota kelompok dengan cara dimusyawarahkan bersama dibawah bimbingan pemerintah. Pada metode diskusi tidak ada yang berkedudukan lebih tinggi antara pemerintah dengan petani, sehingga petani tidak merasa takut untuk mengungkapkan keinginannya. Pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dalam penentuan materi yang akan disampaikan.
44
8.
Hubungan Antara Peranan PT. Petrokimia Gresik Terhadap Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP Keberadaaan PT. Petrokimia Gresik bagi sebagian responden di wilayah penelitian dapat menjadi salah satu alat untuk mengakses kebutuhan sarana produksi pertanian dan untuk mengakses permodalan. Sebagian petani responden memanfaatkan keberadaan PT. Petrokimia Gresik sebagai institusi yang menjadi produsen pupuk organik yang digunakan petani responden dalam memenuhi kebutuhan usahataninya. Selain itu, Petrokimia Gresik juga menjadi sarana untuk mengakses sumber permodalan bagi petani di wilayah penelitian. Petrokimia Gresik juga merupakan institusi yang menjadi salah satu inisiator terbentuknya Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) dimana anggotanya merupakan petani padi yang berada di bawah pembinaannya. Tabel 22
Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran PT. Petrokimia Gresik dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Partisipasi Petani Peranan PT. Petrokimia Gresik Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Aktif 18 15 33 (54.55%) (45.45%) (100) Tidak Aktif 5 22 27 (18.52%) (81.48%) (100) Jumlah 23 37 60 (38.3%) (61.7%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided). = 0.004 < 0.05
Berdasarkan Tabel 22 di atas, menunjukkan bahwa dari 33 responden petani yang merasakan peran aktif PT. Petrokimia Gresik memiliki keinginan berpartisipasi yang lebih besar yaitu sebanyak 18 responden (54.55%) memilih untuk berpartisipasi dan selebihnya sebanyak 15 responden (45.45%) memilih untuk tidak berpartisipasi. Sedangkan dari 27 responden yang tidak merasakan peranan aktif PT. Petrokimia Gresik lebih banyak responden yang tidak berpartisipasi yaitu sebanyak 22 responden (81.48%) dan selebihnya hanya sebanyak 5 (18.52%) responden yang memilih berpartisipasi. Berdasarkan uji statistik dengan analisis Chi-square dimana diperoleh nilai Nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.004 dan lebih kecil dari 0.05 seperti yang tercantum dalam Tabel 22. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang merasakan langsung keaktifan peran dari PT. Petrokimia Gresik menjadi salah satu pendorong petani untuk berpartisipasi dalam sosialisasi program AUTP. Sedangkan petani yang tidak merasakan peran aktif PT. Petrokimia Gresik secara langsung cenderung memilih untuk tidak berpartisipasi. Sehingga apa yang dihipotesakan sebelumnya dalam penelitian ini dapat bahwa keaktifan peran PT. Petrokimia Gresik berhubungan terhadap partisipasi petani dapat dibuktikan dalam penelitian ini.
45
Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk merealisasikan apa yang telah menjadi rencana sebelumnya. Petani lebih menyukai terlibat dalam pelaksanaan jika dibandingkan dengan perencanaan. Hal ini dapat dibuktikan dalam pelaksanaan program AUTP, ternyata tingkat partisipasi tertinggi terdapat dalam pelaksanaan kegiatan jika dibandingkan dengan kegiatan yang lain yaitu kegiatan sosialisasi program. Dalam pelaksanaan program ujicoba AUTP, yang dilaksanakan adalah mekanisme penutupan polis asuransi pertanian, dimana petani mendaftarkan diri menjadi peserta program AUTP melalui kelompok taninya untuk kemudian data petani yang ikut serta dalam pelaksanaan program AUTP diserahkan kepada PT. Petrokimia Gresik selaku pemberi subsidi premi dan kordinator pelaksana program dan pada akhirnya didaftarkan kepada PT. Jasindo selaku perusahaaan yang bergerak di bidang asuransi kerugian untuk kemudian diterbitkan polis asuransinya. Tabel 23 Partisipasi petani dalam pelaksanaan program asuransi pertanian Partisipasi Petani Jumlah Persentase (%) Berpartisipasi 33 55 Tidak Berpartisipasi 27 45 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer, diolah (2015)
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa petani yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program AUTP lebih besar (55 %) jika dibandingkan dengan petani yang tidak berpartisipasi (45%). Partisipasi petani dalam pelaksanaan atau keikutsertaan dalam program AUTP dapat dilihat dari polis asuransi pertanian PT. Jasindo yang mencantumkan daftar petani yang mengikuti program AUTP. Meskipun petani diberikan kesempatan yang sama untuk ikut serta dalam program AUTP tetapi tidak semuanya berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP 1.
Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir petani akan pentingnya suatu kegiatan khususnya di bidang pertanian. Petani dengan pendidikan tinggi lebih memahami pentingnya merealisasikan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Tingkat pendidikan tinggi akan memahami tujuan dari sebuah kegiatan daripada tingkat pendidikan rendah. Pelaksanaan kegiatan merupakan jalan untuk mencapai apa yang telah menjadi tujuan sebelumnya. Dari analisa terhadap anggota kelompok tani Ngudi Mulyo Desa Pinggir, menunjukkan bahwa petani baik yang memiliki kategori pendidikan rendah maupun pendidikan tinggi sama-sama menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi. Petani dengan pendidikan tinggi yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program AUTP sebanyak 8 responden (57.14%) dari total 14 responden.
46
Sedangkan untuk petani dengan kategori pendidikan rendah yang berpartisipasi dalam pelaksanaan program AUTP terdapat sebanyak 25 responden (54.35%) dari total 46 responden yang berpendidikan rendah Tabel 24
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Tingkat Pendidikan Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Tinggi 8 6 14 (57.14%) (42.86%) (100) Rendah 25 21 46 (54.35%) (45.65%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Nilai Asymp. Sig (2-sided). = 0.854 > 0.05
Dari Uji Statistik yang dilakukan dengan analisis Chi-square, dimana diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.854 seperti yang tercantum dalam Tabel 24. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak signifikan berhubungan terhadap tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang telah dihipotesakan sebelumnya bahwa tingkat pendidikan berhubungan terhadap partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. 2.
Hubungan Antara Luas Lahan Garapan Petani dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Petani menggantungkan hidupnya pada lahan garapannya sebagai sumber penghasilannya. Karena rata-rata luas lahan garapan yang dimiliki petani relatif besar maka diperlukan sistem perlindungan usahatani yang efektif. Kegagalan panen merupakan risiko yang dihadapi petani sehingga diperlukan sistem perlindungan melalui asuransi pertanian. Pada Tabel 25 menunjukkan bahwa petani dengan kategori luas lahan yang tergolong luas memiliki partisipasi tinggi yaitu sebesar 61.3% (19 responden) yang memilih untuk berpartisipasi dari total 31 responden. Sedangkan petani yang memiliki kategori luas lahan sempit juga menunjukkan bahwa sebesar 48.28% (14 responden) memilih untuk berpartisipasi. Hal ini berarti pada kategori luas lahan sempit juga banyak yang ikut serta menjadi peserta program AUTP.
47
Tabel 25
Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Luas Lahan Garapan Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Luas 19 12 31 (61.3%) (38.7%) (100) Sempit 14 15 29 (48.28%) (51.72%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Asymp. Sig (2-sided). = 0.311 > 0.05
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan Chi-square diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.311 seperti yang tercantum dalam Tabel 25. Berdasarkan uji tersebut, luas lahan garapan petani tidak signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Dengan demikian apa yang dihipotesakan sebelumnya bahwa luas lahan garapan petani berhubungan terhadap partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. 3.
Hubungan Antara Status Lahan Garapan dengan Partisipasi Petani dalalm Pelaksanaan Program AUTP Status lahan garapan yang dimiliki petani menentukan keputusan yang akan diambil. Faktor atas kepemilikan lahan diduga berhubungan dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Hasil analisa menunjukkan bahwa petani dengan status lahan milik sendiri maupun sewa memiliki tingkat partisipasi yang tinggi. Petani dengan lahan milik sendiri sebanyak 28 responden (53.85%) memilih untuk berpartisipasi menjadi peserta program asuransi pertanian dari total 52 responden. Sedangkan petani dengan status lahan sewa juga memiliki partisipasi yang tinggi sebanyak 5 responden (60%) memilih berpartisipasi menjadi peserta program AUTP dari total 8 responden. Tabel 26
Jumlah dan persentase responden menurut status lahan garapan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Status Lahan Garapan Jumlah Berpartisipasi Tidak berpartisipasi Milik Sendiri 28 24 52 (53.85%) (46.15%) (100) Sewa 5 3 8 (60%) (40%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Asymp. Sig (2-sided). = 0.647 > 0.05
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dengan menggunakan analisa Chi-square diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.647 lebih besar dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa status kepemilikan lahan tidak signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP
48
karena petani dengan status lahan milik sendiri maupun sewa sebagian besar berpartisipasi dengan menjadi peserta program AUTP. Dengan demikian apa yang telah dihipotesakan sebelumnya yaitu status kepemilikan lahan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP tidak terbukti dalam penelitian ini. 4.
Hubungan Antara Keanggotaan dalam GP3K dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Program Asuransi Usahatani Padi (AUTP) merupakan program rintisan pemerintah yang merupakan program ujicoba (pilot project) asuransi pertanian. Sebagai langkah awal guna mengembangkan implementasi asuransi pertanian secara nasional, maka pemerintah menunjuk BUMN PT. Petrokimia Gresik dan PT. Jasindo sebagai pelaksana program. Sebagai sasaran utama program AUTP adalah petani yang tergabung dalam Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) yang berada di bawah pembinaan PT. Petrokiimia Gresik. Dengan demikian sebagian besar petani responden di wilayah penelitian merupakan anggota GP3K. Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa dari total 60 responden, petani yang tergabung dalam GP3K sebanyak 33 responden (100%) seluruhnya berpartisipasi dengan menjadi peserta asuransi pertanian dalam pelaksanaan program AUTP. Sedangkan untuk petani yang tidak tergabung dalam GP3K sebanyak 27 responden (100%) sebaliknya memilih untuk tidak berpartisipasi. Tabel 27
Jumlah dan persentase responden menurut keanggotaannya dalam GP3K dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Keanggotaan dalam GP3K Jumlah Berpartisipasi Tidak berpartisipasi Anggota 33 0 33 (100%) (0%) (100) Non Anggota 0 27 27 (0%) (100%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Asymp. Sig (2-sided). = 0,000 < 0.05
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji Chisquare diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0,000 seperti yang tercantum dalam Tabel 25 diatas. Karena nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa status keanggotaan dalam GP3K signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Dengan demikian hipotesa dalam penelitian ini bahwa keanggotaan dalam GP3K berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP dapat dibuktikan. Petani yang tergabung dalam GP3K merupakan petani yang berada di bawah pembinaan PT. Petrokimia Gresik dan menjadi sasaran utama program AUTP sehingga menjadi prioritas utama untuk dilibatkan dalam program pelaksanaan AUTP untuk menilai sejauhmana efektifitas dari pelaksanaan program tersebut. Sedangkan bagi petani bukan anggota GP3K program AUTP
49
dapat menjadi pengetahuan baru mengenai program asuransi pertanian. Sehingga diharapkan setelah program AUTP berakhir akan timbul kesadaran petani secara sukarela untuk berpartisipasi dalam program tersebut. 5.
Hubungan Antara Sikap Petani Terhadap Perubahan dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Petani yang memiliki sikap terhadap perubahan tinggi biasanya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas daripada petani dengan sikap terhadap perubahan rendah. Petani dengan sikap terhadap perubahan tinggi juga lebih berani mengambil risiko dan menerapkan inovasi baru. Sikap petani terhadap perubahan diduga akan mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Berdasarkan Tabel 28, ternyata petani yang memiliki sikap perubahan tinggi yang memilih untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program AUTP adalah sebanyak 27 responden (56.25%) dari total 48 responden. Sedangkan pada responden yang memiliki sikap terhadap perubahan yang rendah juga sebagian dari mereka sebanyak 6 responden (50%) dari total 12 responden memilih untuk berpartisipasi. Tabel 28
Jumlah dan persentase responden menurut sikap petani terhadap perubahan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Sikap Petani Terhadap Perubahan Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Tinggi 27 21 48 (56.25%) (43.75%) (100) Rendah 6 6 12 (50%) (50%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Asymp. Sig (2-sided) = 0.697 > 0.05
Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan dengan analisa Chi-square diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.697 yang lebih besar dari 0.05 seperti tercantum pada Tabel 28. Berdasarkan hasil tersebut sikap petani terhadap perubahan ternyata tidak signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani pada pelaksanaan program AUTP. Dengan demikian apa yang telah dihipotesakan sebelumnya tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. 6.
Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan dengan Tingkat Partisipasi petani dalam pelaksanaan Program AUTP Gaya kepemimpinan yang demokratis ternyata menimbulkan tingkat partisipasi yang tinggi yaitu sebanyak 63% (17 responden) dari total 27 responden memilih untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program AUTP. Sedangkan pada gaya kepemimpinan yang otoriter petani yang berpartisipasi sebesar 48.48% (16 responden) dari total 33 responden.
50
Tabel 29
Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Gaya Kepemimpinan Jumlah Berpartisipasi Tidak berpartisipasi Demokratis 17 10 27 (63%) (37%) (100) Otoriter 16 17 33 (48.48%) (51.52%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Asymp. Sig (2-sided) = 0.262 > 0.05
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan analisa Chi-square diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.262 > 0.05 seperti yang terdapat dalam Tabel 29 diatas. Dari hasil uji tersebut ternyata gaya kepemimpinan kelompok tidak signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Dengan demikian apa yang telah dihipotesakan di awal penelitian yaitu gaya kepemimpinan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP tidak dapat dibuktikan dalam penelitian ini. 7.
Hubungan Antara Metode Sosialisasi Program dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP Penyampaan materi program AUTP oleh pemerintah menggunakan metode yang tepat, sehingga petani mampu menyerap materi dengan baik. Metode diskusi merupakan metode yang menggunakan metode komunikasi dua arah sehingga mampu menumbuhkan kedekatan dan kekeluargaan dengan petani. Oleh karena itu, petani terdorong untuk mengeluarkan pendapatnya. Melalui komunikasi dua arah juga akan mampu menggali apa lebih mendalam apa yang menjadi keinginan petani. Berdasarkan Tabel 30, menjelaskan bahwa pada metode sosialisasi dengan dua arah, sebagian besar petani sebanyak 73.17% responden memilih untuk ikut serta dalam pelaksanaan program AUTP. Sedangkan sebaliknya jika metode sosialisasi yang digunakan adalah komunikasi searah petani akan lebih cenderung untuk tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan program AUTP. Dapat dilihat pada tabel 30 jika metode yang digunakan adalah metode komunikasi searah petani yang tidak berpartisipasi adalah sebesar 84.21%.
51
Tabel 30
Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program AUTP dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Metode Sosialisasi Program Jumlah Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi Komunikasi Dua Arah 30 11 41 (73.17%) (26.83%) (100) Komunikasi Searah 3 16 19 (15.79%) (84.21%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Asymp. Sig (2-sided) = 0,000 < 0,05
Berdasarkan pengujian statistik dengan analisa Chi-square diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0,000 < 0,05 seperti yang tercantum dalam tabel diatas, maka metode sosialisasi program signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Dengan demikian apa yang dihipotesakan sebelumnya yaitu metode sosialisasi program berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Petani lebih menyukai metode pemerintah dalam menyampaikan materi program melalui komunikasi dua arah sehingga dapat dilakukan diskusi secara terbuka. Metode komunikasi dua arah memungkinkan adanya proses tanya jawab dalam antara petani dan pemerintah sehingga penyampaian materi dapat lebih mudah dipahami. 8.
Hubungan Antara Peran PT. Petrokimia Gresik dengan Tingkat Partisipasi Petani pada Pelaksanaan Program AUTP Keaktifan peran dari PT. Petrokimia Gresik selaku pihak yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menjalankan mekanisme ujicoba AUTP diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Pada Tabel 31 dapat dilihat bahwa dari total 33 responden petani yang merasakan langsung keaktifan dan keberadaan peran dari PT. Petrokimia Gresik terdapat sebanyak 69.70% yang berpartisipasi. Sedangkan sebaliknya, dari total 27 responden yang tidak menjalin interaksi dan kerjasama dengan PT Petrokimia Gresik sebagian besar sebanyak 62.96% memilih untuk tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan program AUTP Tabel 31
Jumlah dan persentase responden menurut peran PT. Petrokimia Gresik dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP Partisipasi Petani Peran Petrokimia Jumlah Berpartisipasi Tidak berpartisipasi Aktif 23 10 33 (69.70%) (30.30%) (100) Tidak Aktif 10 17 27 (37.04%) (62.96%) (100) Jumlah 33 27 60 (55%) (45%) (100) Asymp. Sig (2-sided) = 0.011 < 0.05
52
Dari hasil uji statistik dengan analisa Chi-square diperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) sebesar 0.011<0.05 seperti yang tercantum dalam Tabel 31. Berdasarkan perhitungan tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan PT. Petrokimia Gresik dalam pelaksanaan program AUTP signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP. Dengan demikian, apa yang dihipotesakan sebelumnya bahwa keaktifan peran PT. Petrokimia Gresik berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Keterlibatan PT. Petrokimia Gresik dalam program AUTP sangat berpengaruh terhadap partisipasi petani untuk menjadi peserta dalam pelaksanaan program AUTP. Hal ini wajar karena berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, Desa Pinggir merupakan salah satu desa binaan PT. Petrokimia Gresik dan sebagian besar dari petani responden merupakan anggota GP3K yang juga berada dibawah pembinaan Petrokimia. Sehingga petani diharuskan mengikuti apa yang menjadi instruksi dari PT. Petrokimia Gresik untuk mengikuti program AUTP. Selain itu, Petrokimia Gresik juga merupakan institusi yang memberikan bantuan berupa subsidi premi kepada petani mengikuti program ujicoba AUTP. Evaluasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Program Ujicoba AUTP Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan analisa tabulasi silang dan analisa uji chi-square menggunakan program SPSS, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini beberapa variabel yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi petani dalam program AUTP. Signifikansi hubungan setiap variabel terhadap partisipasi petani dalam Program AUTP ditunjukkan oleh nilai Asymp. Sig (2-sided) yang diperoleh dari uji signifikansi menggunakan uji chi-square. Nilai tersebut menunjukkan sejauhmana hubungan setiap variabel yang diteliti mampu membangkitkan partisipasi petani dalam program ujicoba AUTP. Evaluasi mengenai hasil analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam program AUTP disajikan pada Tabel 32 dan 33 berikut ini.
53
Tabel 32
Faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP Nilai Asymp. Signifikansi No Variabel Sig (2-sided) ( pada taraf nyata α 5%) 1 Tingkat Pendidikan 0.004 Signifikan berhubungan 2 Luas Lahan Garapan 0.317 Tidak signifikan berhubungan 3 Status kepemilikan 0.958 Tidak signifikan berhubungan Lahan 4 Status Keanggotaan 0.020 Signifikan berhubungan GP3K 5 Sikap Petani terhadap 0.080 Tidak signifikan berhubungan Perubahan 6 Gaya Kepemimpinan 0.003 Signifikan berhubungan 7 Metode Sosialisasi 0.003 Signifikan berhubungan Program 8 Peran BUMN (Petrokimia) 0.004 Signifikan berhubungan
Sumber: Data primer (2015)
Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa sebelum pelaksanaan program AUTP pemerintah melakukan sosialisasi program AUTP kepada petani di kelompok tani Ngudi Mulyo. Hasil analisa menunjukkan bahwa pada tahap sosialisasi program, partisipasi petani untuk mengikuti kegiatan sosialisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun faktor eksternal petani. Faktor internal petani yang signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam mengikuti sosialisasi program AUTP adalah tingkat pendidikan, status keanggotaan dalam GP3K, dan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani. Sedangkan faktor eksternal petani yang signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi program adalah metode sosialisasi program, dan peran BUMN (Petrokimia Gresik). Tingkat pendidikan petani memiliki hubungan yang signifikan terhadap keikutsertaannya dalam program sosialisasi AUTP. Pada penelitian ini petani yang termasuk ke dalam kategori pendidikan tinggi (minimal lulus SLTA sampai dengan Diploma) memilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi program AUTP, sedangkan petani dengan kategori pendidikan rendah (tidak tamat SD, SD sampai dengan SLTP) cenderung memilih untuk tidak berpartisipasi. Hal ini menunjukkan bahwa petani responden dengan pendidikan tinggi memiliki cara pandang dan pola pikir yang berbeda terhadap adanya inovasi baru dalam usahataninya sehingga timbul ketertarikan dan keingintahuan mengenai materi program AUTP yang akan dilaksanakan. Status keanggotaan dalam GP3K merupakan faktor Internal petani yang juga signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Sebagian petani di kelompok tani Ngudo Mulyo merupakan petani yang tergabung dalam GP3K. Petani yang tergabung dalam GP3K merupakan petani yang secara langsung berada di bawah pembinaan PT. Petrokimia Gresik. Adanya hubungan petani dengan PT. Petrokimia Gresik merupakan faktor utama pendorong keikutsertaan petani dalam sosialisasi program AUTP. Melalui arahan dan bimbingan dari Petrokimia, petani yang tergabung dalam GP3K secara khusus disarankan mengikuti ujicoba Program
54
AUTP guna menambah pengetahuan petani tentang sistem perlindungan usahatani dari risiko gagal panen. Sedangkan petani yang tidak tergabung dalam GP3K sebagian besar tidak berpartisipasi dalam program sosialisasi. Adapun petani bukan anggota GP3K yang berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi adalah sebagian kecil petani yang memiliki inisiatif untuk mengenal program AUTP. Faktor internal lainnya yang signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi program ujicoba AUTP adalah gaya kepemimpinan ketua kelompok tani. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan pada kelompok tani Ngudo Mulyo, gaya kepemimpinan yang disukai oleh anggota kelompok tani adalah gaya kepemimpinan yang bersifat demokratis. Gaya kepemimpinan demokratis mampu memberikan kebebasan dan peluang kepada setiap anggota untuk mengemukakan pendapatnya dan mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan kelompok. Hal ini tercermin dari tingginya tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Sebaliknya jika gaya kepemimpinan bersifat otoriter, petani merasa aspirasi mereka tidak dianggap dan segala hal yang berkaitan dengan kegiatan kelompok tani sepenuhnya berasal dari ketua kelompok. Faktor eksternal petani yang signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi ujicoba program AUTP adalah metode sosialisasi program dan peran BUMN Petrokimia. Metode sosialisasi program yang lebih disukai oleh responden di kelompok tani Ngudi Mulyo adalah metode sosialisasi dengan menggunakan komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah mampu membangkitkan partisipasi petani untuk ikut serta dalam kegiatan sosialisasi. Melalui komunikasi dua arah terjalin komunikasi secara terbuka antara petani dan penyelenggara program sehingga setiap petani dapat menyalurkan aspirasinya terhadap program yang akan dilaksanakan sehingga melalui aspirasi petani dapat diketahui bagian mana saja dari materi program yang dapat dilaksanakan atau tidak dilaksanakan untuk kemudian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi penyelenggara program. Peran BUMN Petrokimia Gresik juga signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP. Keberadaaan BUMN PT. Petrokimia sebagai pembina kelompok tani Ngudi Mulyo dan pembina GP3K menjadikannya memiliki peranan untuk mengkordinasikan dan mengarahkan petani di lokasi penelitian untuk turut serta dalam sosialisasi program AUTP. peran BUMN Petrokimia Gresik sebagai pemberi subsidi premi juga memegang peranan penting dalam membangkitkan partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi program ujicoba AUTP.
55
Tabel 33
Faktor internal dan eksternal petani yang berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program AUTP Nilai Asymp. Signifikansi No Variabel Sig (2-sided) ( pada taraf nyata α 5%) 1 Tingkat Pendidikan 0.854 Tidak signifikan berhubungan 2 Luas Lahan Garapan 0.311 Tidak signifikan berhubungan 3 Status kepemilikan 0.647 Tidak signifikan berhubungan Lahan 4 Status Keanggotaan 0.000 Signifikan berhubungan GP3K 5 Sikap Petani terhadap 0.697 Tidak signifikan berhubungan Perubahan 6 Gaya Kepemimpinan 0.262 Tidak signifikan berhubungan 7 Metode Sosialisasi 0.000 Signifikan berhubungan Program 8 Peran BUMN (Petrokimia) 0.011 Signifikan berhubungan
Sumber: Data Primer (2015)
Berdasarkan Tabel 33, dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo adalah status keanggotaan petani dalam GP3K, metode sosialisasi program dan peranan BUMN PT. Petrokimia Gresik. Berdasarkan hasil analisa di kelompok tani Ngudi Mulyo, sasaran utama dari ujicoba program AUTP adalah petani yang tergabung dalam GP3K yang berada di bawah pembinaan PT. Petrokimia Gresik. Petani padi yang tergabung dalam GP3K memiliki hubungan kemitraan dengan PT. Petrokimia. Keberadaan GP3K yang dibina oleh Petrokimia di kelompok tani Ngudi Mulyo memiliki peranan penting dalam rangka mendorong produktivitas padi petani melalui penyediaan teknologi, modal, sarana produksi pertanian yang sesuai dengan kalender tanam, jaminan harga serta jaminan hasil. Pada kenyataanya tidak semua petani di Kelompok tani Ngudi Mulyo ikut serta dalam program GP3K hal ini dikarenakan perbedaan persepsi dan cara pandang setiap petani terhadap keberadaan program GP3K dan manfaatnya bagi kelangsungan usahataninya. Bagi petani yang tergabung dalam GP3K semua petani dilibatkan dalam program AUTP dan hal ini menjadi bermanfaat karena petani GP3K memperoleh perlindungan dalam menjalankan usahataninya. Sedangkan di sisi lain, bagi petani yang tidak tergabung dalam GP3K hal ini kemudian menjadi faktor yang melemahkan motivasi petani untuk ikut serta dalam program AUTP karena sekalipun adanya keinginan untuk ikut serta dalam program AUTP akan terkendala oleh status keanggotaannya dalam GP3K dan terkendala oleh ketiadaan subsidi premi. Berdasarkan hasil analisa tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling signifikan berhubungan dalam pelaksanaan program AUTP adalah faktor keanggotaannya dalam GP3K di samping faktor-faktor lainnya yang juga signifikan berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program ujicoba AUTP seperti metode sosialisasi program, dan peran BUMN Petrokimia.
56
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian tentang skim ujicoba program AUTP dan faktorfaktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam program AUTP dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Skim ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo dalam pelaksanaannya melibatkan peranan BUMN yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pelaksana program AUTP. Sumber pendanaan premi AUTP berasal dari subsidi BUMN PT. Petrokimia Gresik sebesar 80% dan sisanya 20% ditanggung oleh petani. Sedangkan dalam skim pengalihan risiko gagal panen, pemerintah menunjuk PT. Jasindo sebagai institusi yang menjamin kerugian petani yang disebabkan oleh banjir, kekeringan dan serangan OPT. Prinsip asuransi yang digunakan dalam skim AUTP adalah prinsip indemnity yaitu nilai ganti rugi yang diberikan berdasarkan nilai pertanggungan yang tertera dalam polis AUTP. 2. Pelaksanaan Program ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo telah efektif memberikan perlindungan kepada petani sasaran program dan telah memberikan manfaat yang dapat dirasakan secara langsung oleh petani terutama manfaat ekonomi melalui klaim risiko akibat kegagalan panen serta mendapatkan ganti rugi akibat risiko kegagalan panennya. 3. Dilihat dari sisi petani, partisipasi petani dalam ujicoba AUTP berhubungan dengan faktor-faktor internal dan eksternal petani. Faktorfaktor internal petani yang signifikan berhubungan dengan partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi adalah: tingkat pendidikan petani, status keanggotaan dalam GP3K, dan gaya kepemiminan ketua kelompok tani. Sedangkan faktor eksternal yang signifikan berhubungan dengan partisipasi petani dalam kegiatan sosialisasi program AUTP adalah: metode sosialisasi program, serta peran BUMN PT. Petrokimia Gresik. 4. Tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo sangat ditentukan oleh keanggotaannya dalam GP3K. Hal ini disebabkan yang menjadi target atau sasaran utama dalam program ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo masih terbatas pada petani yang tergabung dalam GP3K. Di samping status keanggotaannya dalam GP3K, faktor-faktor lainnya yang juga signifikan berhubungan dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program ujicoba AUTP adalah metode sosialisasi program dan peran BUMN PT. Petrokimia Gresik.
57
Saran 1. Dalam rangka implementasi program asuransi pertanian secara nasional dan berkelanjutan, perlu dipertimbangkan kembali mengenai sasaran dari program tersebut, dalam ujicoba program AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo, prioritas sasaran program adalah petani GP3K. Meskipun program GP3K memberikan manfaat secara langsung kepada petani dari sisi permodalan, akses sarana produksi pertanian, jaminan hasil dan jaminan harga, namun tidak semua petani responden mengikuti program GP3K. Hal ini diduga terdapat perbedaan persepsi dari setiap petani mengenai keberadaan dan peranan GP3K dalam mendukung kesejahteraan petani. Sehingga permasalahan ini dapat menjadi kajian untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, dalam implementasi asuransi pertanian secara nasional, diperlukan evaluasi mengenai target sasaran program sehingga program AUTP dapat memberikan manfaat bagi keseluruhan petani padi di Indonesia dan tidak terbatas pada petani yang tergabung dalam GP3K. 2. Sumber pendanaan atau subsidi premi AUTP pada ujicoba di lokasi penelitian bersumber dari PT. Petrokimia Gresik dan bersifat sementara, sehingga untuk implementasi program asuransi pertanian secara nasional dan menyeluruh harus segera dibuat kebijakan yang memungkinkan subsidi premi asuransi pertanian dianggarkan dalam APBN atau membuat skenario baru sumber pendanaan lainnya, misalnya dengan kombinasi antara: (a) pemerintah (APBN atau APBD), (b) Kemitraan (BUMN dan Perusahaan Swasta), dan (c) Perbankan, jika petani mendapatkan pembiayaan dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya.
58
DAFTAR PUSTAKA Asuransi Binagriya. 2011. Fungsi dan Tujuan Asuransi. Diakses 21 Maret 2013. http://asuransibinagriya.blogspot.com/2011/11/disamping-sebagai-bentukpengendalian.html. Calkin PH, DiPietre, DD.1983. Farm Business Management Succesful Decisions in a Changing Environment. New York : Macmillan Publishing Co. Inc. Castillo, Gelia T. 1983. How Participatory in Participatory Development. A Review of The Philippine Experience. Philippine : The Philippne Institute for Development Studies. Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. New York : Macmillan Publishing Company. Fleisher B. 1990. Agricultural Risk Management. London : Lynne Riener Publisher, Inc. [FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nations. 2011. Agricultural Insurance In Asia and The Pacific Region. Ginting
R. 2000. Peranan Penyuluhan Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Menyongsong Otonomi Daerah. Proseding Seminar Ikatan Penyuluhan Pertanian Indonesia. Bogor. Insitut Pertanian Bogor
Gujarati D. 2003. Basic Econometrics 4th edition. New York : Mc Graw-Hill Companies. Hartono SR. 1985. Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia. Semarang (ID) Institut Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Semarang Press. Harwood J, Heifiner R, Coble K, Perry J, Somwaru A. 1999. Managing Risk in Farming : Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No.774. US Department of Agriculture. Itturioz R. Agriculture Insurance. 2009. Washington DC (US) : World Bank. Kementerian Keuangan. 2014. Kajian Persiapan Implementasi Asuransi Pertanian Secara Nasional. Jakarta (ID) : Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2013. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Jakarta (ID) : Direktorat Pangan dan Pertanian. Mardikanto T. 1987. Komunikasi Pembangunan. Surakarta. Sebelas Maret University Press Nicholson W.1991. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan. Jakarta : Binarupa Aksara. Nurmanaf AR, Sumaryanto S. Wahyuni E. Ariningsih Y. Supriatna. 2007. Analisis Kelayakan dan Perspektif Pengembangan Asuransi Pertanian pada Usahatani Padi dan Sapi Potong. Bogor (ID) : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Kementerian Pertanian). Pamudji OS. 1997. Menuju Pendekatan Pembangunan yang Partisipatif. Buletin Bina Swadaya No. 11 Tahun V, September 1997 Pasaribu MS, Agung IS, Agustin NK, Lokollo EM, Tarigan H, Supriatna Y. 2010. Laporan Akhir Penelitian : Pengembangan Asuransi Usahatani Padi untuk menanggulangi Risiko Kerugian 75% Akibat Banjir, Kekeringan, dan Hama Penyakit. Bogor (ID) : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
59
(Kementerian Pertanian). Pasaribu MS, Agung IS, Agustin NK, Lokollo EM, Tarigan H, Supriatna Y. 2010. Usulan Penelitian: Pengembangan Asuransi Usahatani Padi untuk menanggulangi Risiko Kerugian 75% Akibat Banjir, Kekeringan dan Hama Penyakit Bogor (ID) : Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (Kementerian Pertanian). Raju SS, Chand R. 2008. Agricultural Insurance in India (Problem and Prospect). New Delhi (IN) : National Centre for Agricultural Economics and Policy Research. Slamet. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta. Sebelas Maret University Press. Sumaryanto AR. Nurmanaf. 2007. Simpul-simpul Strategis Pengembangan Asuransi Pertanian untuk Usahatani Padi di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi 25:89-103. Tjokroamidjaja B. 1995. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta. LP3S Tonny F. 1988. Dinamika Kelompok Tani dan Partisipasi Petani dalam Program Konservasi Tanah dan Air di Daerah Aliran Sungai Citanduy. Tesis. Bogor. Institut Pertanian Bogor [UN] United Nation. 2007. Developing Index-Based Insurance for Agriculture Developing Countries. New York (US) : Department of Economic and Social Affairs. Uphoff MMC. 1988. Menyesuaikan Project pada Manusia dalam Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan. Jakarta. Universitas Indonesia Press. Vaughan EJ. 1978. Fundamentals of Risk and Insurance, 2nd. New York : John Willey & Sons, Inc
60
LAMPIRAN Lampiran 1
Ikhtisar Polis Asuransi Usahatani Padi
61
62
63
64
Lampiran 2
Daftar Peserta Asuransi Usahatani Padi di Kelompok Tani Ngudi Mulyo
65
66
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 7 Februari 1985 dari pasangan Bapak Wasikin (Alm) dan Ibu Tohanah. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Pendidikan formal penulis diawali di SD Negeri Pabaki 2 Bandung, dan lulus tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis lulus di SLTP Negeri 41 Bandung dan pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bandung. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Program Diploma III Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (UNPAD) dan lulus pada tahun 2006. Satu tahun kemudian penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Agribisnis (ekstensi), Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2011, penulis diterima di Program Studi Agribisnis pada Program Pascasarjana IPB dengan Beasiswa Unggulan, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pendidikan Nasional. Setelah lulus pendidikan Diploma, penulis bekerja di PT. Austindo Nusantara Jaya Finance sebagai Branch Analyst Cabang Bandung selama satu tahun. Setelah lulus pendidikan Sarjana, pada tahun 2009 penulis bekerja di PT. Asuransi Astra Buana, Astra International, Tbk pada bagian underwriting selama dua tahun di Mampang Prapatan, Jakarta.