FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPEMILIKAN JAMBAN SEHAT DI DESA NAPALAKURA KECAMATAN NAPABALANO KABUPATEN MUNA TAHUN 2016 1
2
Eti Martina Drs. Junaid Wd. Sitti Zalmariyah Andisiri.³ 123 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas halu Oleo 1 2 3
[email protected] Junaid,
[email protected] [email protected] ABSTRAK Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jamban keluarga merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas.Fasilitas jamban keluarga di masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat.Penelitian ini bertujuanaunuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikkan Jamban Sehat di Desa Desa Napalakura Kecamatan Palangga Napabalano Kabupaten Muna Tahun 2016.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional, dengan pendekatan cross sectional study.Populasi dalam penelitian adalah rumah tangga sebanyak 229 dengan sampel 75 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ekonomi masyarakat mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,015 yang berarti p < 0,05, dukungan keluarga mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,027 yang berarti p < 0,05, dan tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,025 yang berarti p < 0,05. Saran dalam penelitian adalah Perlu dilakukan perubahan kebiasaan terhadap buang air besar disembarang tempat dan bahaya yang ditimbulkan dari buang air besar disembarang tempat. Kata Kunci:Kepemilikan Jamban, Tingkat Ekonomi, Dukungan Keluarga,Tingkat Pendidikan
ABSTRACT The problem of settlement environment Health, especially at the families’ latrines is the health problem which is require to get the priority. The facility of families’ latrines in society especially in the execution is not easy, because it is connected to the society participation. This study aims to determine the factors that related to healthy latrine ownership in Napalakura Countryside of Palangga Napabalano Subdistrict of Muna Regency 2016. This study used analytic study of observational, with cross sectional study design. The population in the study was families as much as 229 families with 75 samples. The result of the study indicate that the economic level of society have the relation that significant to health latrine ownership with the significant value is 0,015, that means p<0,05, family support have relation that significant to health latrine ownership with the significant value is 0,027, that means p<0,05, and the level of education have relation that significant to health latrine ownership with the significant value is 0,025 that mean p < 0,05. It is suggested that people should change their habits which is defecating at any place and aware of its danger. Keyword: Health Latrine Ownership, Level of Economic, Family Support, Level of Education
1
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDG’s) tahun 2015, dimana titik berat pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventive, 1 tidak hanya kuratif . Kesehatan merupakan suatu fenomena sosial, maka disadari bahwa pelayanan kesehatan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor perilaku dan lingkungan, yang pengaruhnya jauh lebih besar. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah penyediaan air bersih dan serta kebiasaan masyarakat yang suka buang air besar disembarang 2 tempat . Penanganan masalah pembuangan kotoran manusia (tinja) merupakan salah satu upaya penyehatan lingkungan, karena jika dilihat dari segi kesehatan masyarakat masalah pembuangan kotoran manusia (tinja) merupakan hal yang sangat pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia (tinja) adalah sumber penyebaran 3 penyakit yang multikompleks . Adanya kebutuhan fisiologis manusia seperti memiliki rumah, yang mencakup kepemilikan jamban sebagai bagian dari kebutuhan setiap anggota keluarga. Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan salah satu indikator rumah sehat selain pintu ventilasi, jendela, air bersih, tempat pembuangan sampah, saluran air limbah, ruang tidur, ruang tamu, dan dapur. Jamban sehat berfungsi untuk membuang kotoran manusia, ada berbagai macam bentuk seperti leher angsa, cubluk, dan sebagainya. Dalam
kaitannya dengan sarana pembuangan air besar, hubungannya yang paling mendasar dengan kualitas lingkungan yakni fasilitas dan jenis penampungan tinja yang digunakan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan pemeliharaan dan kebersihan sarana. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah kepala keluarga 562.631 KK, keluarga yang diperiksa sejumlah 376.354 KK (66,89%), dan keluarga yang memiki jamban sejumlah 219.185 KK (57,97%), dan jamban yang sehat sejumlah 202.641 (92, 88%). Sedangkan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa untuk jenis komunal dengan jumlah sarana 1.790, jumlah penduduk pengguna 27.167 (42,22%), jenis leher angsa dengan jumlah penduduk pengguna 1.006.390 dan jumlah sarana 174.996 (64,67%), jenis plengsengan dengan jumlah sarana 6.286 dengan jumlah penduduk pengguna 49.827 (66,37%), jenis cemplung dengan jumlah sarana 30.303 dan jumalah penduduk pengguna 53.185 (51.13%). Dan pada tahun 2014 terdapat jenis jamban komunal dengan jumlah sarana 2.390, jumlah penduduk pengguna 30.637 (71,60%), jenis leher angsa dengan jumlah sarana 192. 990 dan jumlah penduduk pengguna 942.003 (83,03), jenis plengsengan dngan jumlah sarana 11.663, jumlah penduduk pengguna 54.808 (69,34%), dan jenis cemplung dengan jumlah sarana 32.860 dan jumlah penduduk 4 pengguna 189.672 (79,87%) 76,50%) . Sedangkan data dari Dinas kesehatan Kabupaten Muna pada tahun 2012 dengan jumlah keluarga yang diperiksa 85.438 (73,90%), keluarga yang memiliki jamban 33.968 (28,87%), yang sehat sejumlah 24.669 (28,87%). Pada tahun 2013 terdapat beberapa jenis jamban diantaranya jenis komunial dengan jumlah sarana 180, jumlah penduduk pengguna 900 (97,80%), leher angsa dengan jumlah sarana 1149, jumlah penduduk
2
pengguna 64.555 (92,06%), plengsengan dengan jumlah sarana 2552, jumlah penduduk pengguna 29.535 (98,11%), dan cemplung dengan jumalahsarana 11.069 , jumlah 5 penduduk pengguna 14.972 (76,50%) . Berdasarkan data dari Puskesmas Napabalano Kecamatan Napabalano tahun 2015 terdapat di Desa Napalakura dengan jumlah keluarga yang diperiksa 292 KK dan keluarga yang memiliki jamban 133 KK, yang 6 memiliki jamban sehat sejumlah 39 KK . Data tersebut menunjukan bahwa cakupan kepemilikkan jamban keluarga masih jauh dari target standar pelayanan minimal (SPM) Puskesmas Napabalano yaitu sebesar 80% pada tahun 2016. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada faktor-faktor yang berhubungan dengan kepemilikkan jamban sehat di Desa Napalakura Puskesmas Napabalano Kecamatan Napabalano tahun 2016. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional, dengan pendekatan cross sectional study, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (tingkat ekonomi, dukungan keluarga, tingkat pendidikan dengan variabel terikat (kepemilikan jamban) melalui pendekatan Point Time, Artinya antara variabel bebas dengan variabel terikat diobservasi sekaligus 7 pada saat yang sama .Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2016, di Desa Napalakura Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Populasi pada penelitian ini adalah rumah tangga yang terdapat di Desa Napalakura Kecamatan Napabalano yaitu sebanyak 292 rumah tangga.Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple Random sampling.Jadi besarnya sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 rumah tangga. Data diolah secara manual dan dengan menggunakan komputerisasi program SPSS.Hasil pengolahan data dilakukan uji statistik. Univariat, dengan melihat frekuensi
dan analisis Bivariat, dengan menggunakan uji Chi Square. HASIL Karakteristik Responden Umur Tabel 1.Distribusi Responden Kelompok Umur Responden
Menurut
Umur
(n)
%
20-24
13
17,3
25-29
19
25,3
30-34
20
26,7
35-39
13
17,3
≥ 40
10
13,3
Total
75
100,0
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 75 responden, proporsi responden yang paling banyak adalah responden yang berada pada kelompok umur 30-34 tahun dengan jumlah 20 orang (26,7 %) dan yang paling sedikit adalah responden yang berada pada kelompok umur ≥ 40 tahun yaitu sebanyak 10 orang (13,3%). Jenis Kelamin Tabel 2.Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin (n) (%) Perempuan 42 56 Laki-laki 33 44 Total 75 100 Tabel 2 menunjukan bahwa dari 75 responden, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 orang (56,0%), dan hanya sebagian kecil yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang (44,0%).
3
Pendidikan Tabel 3.Distribusi Tingkat Pendidikan
Responden
Menurut
Tingkat Pendidikan
(n)
%
Tidak Sekolah
13
17,3
Tamat SD
23
30,7
Tamat SLTP
18
24,0
Tamat SMA 11 14,7 Tamat Perguruan 10 13,3 Tinggi Total 75 100,0 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 75 responden, proporsi responden yang paling banyak adalah responden yang memilki tingkat pendidikan Tamat SD sebanyak 23 orang (30,7 %), yang memilki tingkat pendidikan dan yang paling sedikit adalah responden yang memilki tingkat Tamat Perguruan Tinggi sebanyak 10 orang (13,3 %). Pekerjaan Tabel 4. Distribusi Responden Pekerjaan responden Tahun 2016
Menurut
Pekerjaan
(n)
%
Tani
12
16,0
Nelayan
17
22,7
Pedagang
19
25,3
PNS
16
21,3
Wiraswasta
11
14,7
Total 75 100,0 Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 75 responden, proporsi responden yang paling banyak adalah responden yang bekerja sebagai pedagang yakni 19 responden (25,3%), dan yang paling sedikit adalah responden yang bekerja sebagai wiraswasta yakni 11 responden (14,7%).
Analisis Univariat Kepemilikan jamban Sehat Tabel 5.Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Jamban Sehat Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tahun 2016 Kepemilikan (n) (%) Jamban 36 48,0 Memiliki 39 52,0 Tidak Memiliki Total 75 100 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 75 responden, sebagian besar Tingkat Ekonomi yang cukup yaitu sebanyak 36 orang (48,0%), dan hanya sebagian kecil yang kurang mendukung yaitu sebanyak 39 orang (52,0%). Tingkat Ekonomi Tabel 6.Distribusi Responden Menurut Tingkat Ekonomi Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tahun 2016 Tingkat Ekonomi (n) (%) Tinggi 49 65,3 Rendah 26 34,7 Total 75 100 Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 75 responden, sebagian besar Tingkat Ekonomi yang cukup yaitu sebanyak 49 orang (48,0%), dan hanya sebagian kecil yang kurang mendukung yaitu sebanyak 26 orang (34,7%). Dukungan Keluarga Tabel 7.Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tahun 2016 Dukungan (n) (%) keluarga Mendukung 50 66,7 Kurang 25 33,3
4
Mendukung Total 75 100 Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 75 responden, sebagian besar dukungan keluarga yang mendukung yaitu sebanyak 50 orang (66,7%), dan hanya sebagian kecil yang kurang mendukung yaitu sebanyak 25 orang (33,3%).
Tingkat (n) (%) Pendidikan Tinggi 57 76,0 Rendah 18 24,0 Total 75 100 Tabel 8menunjukkan bahwa dari 75 responden, sebagian besar tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 57 orang (76,0%), dan hanya sebagian kecil yang tingkat pendidikannya yang rendah yaitu sebanyak 18 orang (24,0%).
Tingkat Pendidikan Tabel 8.Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tahun 2016
Analisis Bivariat Hubungan Tingkat Ekonomi Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tabel 9. Hubungan HubunganTingkat Ekonomi Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tahun 2016 Kepemilikan jamban Tingkat Ekonomi
Memiliki N
%
Cukup
18
36,7
Kurang
18
Total
36
Tidak memiliki n %
Total n
%
31
63,3
49
100
69,2
8
30,8
26
100
48,0
39
52,0
75
100
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa, dari total 75 responden terdapat 49 responden yang memiliki tingkat ekonomi yang cukup dengan memiliki jamban sehat yakni 18 orang (36,7%) dan yang tidak memiliki jamban sehat yakni 31 orang (63,3%). Sedangkan dari 26 responden yang memiliki tingkat ekonomi yang kurang dengan memiliki jamban sehat yakni18 orang (69,2%) dan tidak memiliki jamban yakni 8 orang (30,8%). 2 Hasil analisis Chi-Square (X ), diperoleh 2 hasil X hitung = 5,944 dan ρValue = 0,015. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka
X2hit
ρValue
RØ
5,944
0,015
0,310
2
2
diperoleh X tabel = 3,841. Oleh karena X hitung> 2 X tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kepemilikian jamban sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna tahun 2016, dengan hasil uji keeratan sebesar 0,310 (berhubungan sedang). Dari hasil uji analisis ini, menyatakan bahwa dukungan keluarga memang memiliki hubungan yang “sedang” dengan dengan kepemilikian jamban sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna tahun 2016.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tabel 10.Hubungan HubunganDukungan Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tahun 2016 Kepemilikan jamban Dukungan keluarga
Memiliki
Tidak memiliki
Total
X2hit
ρValue
RØ
5
n
%
n
%
29
58,0
21
42,0
50
100
Kurang mendukung
7
28,0
18
72,0
25
100
Total
36
48,0
39
52,0
75
100
Mendukung
%
n
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa, dari total 75 responden terdapat 50 responden yang memiliki dukungan keluarga yang mendukung dengan memiliki jamban sehat yakni 29 orang (58,0%) dan yang tidak memiliki jamban sehat yakni 21 orang (42,0%). Sedangkan dari 25 responden yang memiliki dukungan keluarga yang kurang mendukung ,dengan memiliki jamban sehat yakni 7 orang (28,0%) dan tidak memiliki jamban yakni 18 orang (72,0%). 2 Hasil analisis Chi-Square (X ), diperoleh 2 hasil X hitung = 4,865 dan ρValue = 0,027. Dengan
4,865
0,027
0,283
menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka 2 2 diperoleh X tabel = 3,841. Oleh karena X hitung> 2 X tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepemilikian jamban sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna tahun 2016, dengan hasil uji keeratan sebesar 0,283 (berhubungan sedang). Dari hasil uji analisis ini, menyatakan bahwa dukungan keluarga memang memiliki hubungan yang “sedang” dengan dengan kepemilikian jamban sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna tahun 2016.
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tabel 11.Hubungan HubunganTingkat Pendidikan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna Tahun 2016 Tingkat pendiidkan
Kepemilikan jamban Memiliki
Tidak memiliki n %
Total
n
%
n
%
32
56,1
25
43,9
50
100
Rendah
4
22,2
14
77,8
25
100
Total
36
48,0
39
52,0
75
100
Tinggi
Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa, dari total 75 responden terdapat 57 responden yang memiliki pendidikan tinggi, dengan memiliki jamban sehat yakni 32 orang (56,1%) dan yang tidak memiliki jamban sehat yakni 25 orang (43,9%). Sedangkan dari 18 responden yang memiliki pendidikan rendah, terdapat memiliki jamban sehat yakni4 orang (22,2%) dan tidak memiliki jamban yakni 14 orang (77,8%). 2 Hasil analisis Chi-Square (X ), diperoleh 2 hasil X hitung = 5,020 dan ρValue = 0,025. Dengan menggunakan α = 0,05 dan dk = 1, maka 2 2 diperoleh X tabel = 3,841. Oleh karena X hitung> 2 X tabel dan ρValue < 0,05, maka H0 ditolak yaitu ada hubungan antara tingkat ekonomi dengan kepemilikian jamban sehat di Desa
X2hit
ρValue
RØ
5,020
0,025
0,290
Napalakura Kabupaten Muna tahun 2016, dengan hasil uji keeratan sebesar 0,290 (berhubungan sedang). Dari hasil uji analisis ini, menyatakan bahwa tingkat ekonomi memang memiliki hubungan yang “sedang” dengan dengan kepemilikian jamban sehat di Desa Napalakura Kabupaten Muna tahun 2016. DISKUSI Hubungan Tingkat Ekonomi Dengan Kepemilikan Jamban Sehat Status ekonomi dapat mempengaruhi penyediaan jamban.Secara umum dapat dikatakan, semakin miskin rumah tangga semakin kecil persentase untuk menyediakan jamban sehat sebaliknya semakin tinggi status
6
ekonomi semakin besar persentase untuk 8 menyediakan jamban sehat . Dari hasil uji statistik variabel tingkatekonomi masyarakat mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,015 yang berarti p < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan faktor ekonomi terhadap kepemilikan jamban keluarga Kenyataan di masyarakat walaupun keadaan ekonomi kurang mampu namun masyarakat di desa Napalakura memiliki tingkat kesadaran yang cukup tinggi terhadap program kesehatan khususnya tentang sarana sanitasi dasar yang harus dimiliki oleh keluarga, hal ini didukung dengan adanya sumber air yang cukup dan adanya pinjaman alat pembuat sumuran tinja yang dapat dikerjakan oleh masyarakat dengan mudah dan murah secara swadaya. Sejalan dengan penelitian 9 lainnya ditemukan bahwa hanya sebagian kecil rumah tangga yang memiliki jamban sendiri (pribadi) yakni sekitar 39,5 %. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah rumah tangga yang tidak memiliki jamban pribadi yakni sebesar 60,5%. Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi responden yang rendah, sehingga tidak mampu untuk membuat jamban sehat. Dalam penelitian ini sebagaian besar responden berpenghasilan rendah sehingga daya beli responden masih diprioritaskan kepada pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian walaupun mereka memahami pentingnya jamban tetapi belum bisa membangun jamban yang memenuhi syarat kesehatan karena tidak ada dana. Untuk itu hendaknya masyarakat dapat menggalang dunia usaha setempat untuk memberikan bantuan penyediaan jamban sehat.Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perubahan perilaku pada diri seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
bahwa ekonomi merupakan alat ukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Karena ekonomi merupakan indikator penentu perilaku masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari - hari terma termasuk pemanfaatan jamban keluarga (JAGA) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepemilikan Jamban Sehat Dukungan keluarga merupakan salah satu elemen penguat bagi terjadinya perilaku 10 seseorang . Berdasarkan hasil uji statistik variabel dukungan keluarga mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,027 yang berarti p < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan faktor dukungan keluarga terhadap kepemilikan jamban keluarga Kenyataannya meskipun ada dukungan dari keluarga namun individu dari seseorang tidak ada niat untuk memiliki jamban, hal ini dikarenakan faktor kebiasaan atau perilakunya yang BAB disembarang tempat, sebaliknya jika kurang ada dukungan dari keluarga namun ada niat atau tekad untuk memiliki jamban maka secara otomatis akan ada rasamemiliki jamban, selain itu di dukung juga dengan pengetahuan seseorang, pendapatan dalam keluarga yang cukup. Hal inilah sangat mempengaruhi seseorang untuk memiliki jamban. 11 Sejalan denganpenelitian lainnya pada tahun 2013 di Desa Tabumela Kec. Tilango Kab. Gorontalo, menyimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan salah satu faktor–faktor pemanfaatan jamban oleh masyarakat. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil 12 penelitian sebelumnya , bahwa dalam penelitianya dukungan keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepemilikan jamban, hal ini disebabkankarena masyarakat di wilayah tersebut tidakmemperdulikan pentingnya tentangpemanfaatan jamban. Hal ini perlu dilakukan karenadukungan dari orang sekitar mempunyai fungsiyaitu sebagai sumber
7
informasi mengenai duniadi luar, memperoleh umpan balik mengenaikemampuannya dari kelompok masyarakat, danmempelajari bahwa apa yang mereka lakukanitu lebih baik, sama baik, atau kurang baik,dibandingkan dengan individu lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa dukungan dari keluarga sangat berperan untuk selalu menggunakan jamban sehat karena setiap orang yang mendapat dukungan penuh dari keluarganya akan lebih termotivasi untuk terus ber-PHBS pada tatanan rumah tangga menggunakan jamban sehat. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kepemilikan Jamban Sehat Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu maupun masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan, dalam hal ini ditunjukan untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat, tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, disamping itu dalam konteks ini juga memberikan pengertian-pengertian tentang tradisi kepercayaan masyarakat baik yang merugikan maupun menguntungkan.Pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah kesadaran, memperbaiki atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan baik bagi dirinya sendiri, keluarganya, maupun masyarakat.Disamping itu dalam konteks ini pendidikan kesehatan juga memberikan pengertian-pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat, dan sebagainya, baik yang merugikan maupun 13 yang menguntungkan masyarakat . Berdasarkan hasil uji statistik variabel tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,025 yang
berarti p < 0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan faktor pendidikan terhadap kepemilikan jamban keluarga Kenyataan di masyarakat Tingkat pendidikan yang rendah akan sulit memahami pesan atau informasi yang disampaikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian ini senada dengan hasil 14 penelitian lainnya pada tahun 2011 dipemukiman nelayan Kenagarian Air Bangis Kec. Sungai Beremas Kab. Pasaman Barat. Secara statistik dibuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepemilikan jamban keluarga (JAGA). Pada penelitian ini sebagian besar responden berpendidikan rendah, sehingga hal ini berpengaruh pada pekerjaan mereka yaitu sebagian besar adalah petani.Dengan pekerjaan bertani, penghasilan yang diperoleh tidak mencukupi untuk menyediakan jamban.Untuk itu diharapkan kepada pemerintah setempat untuk membangun jamban umum yang dapat dipakai oleh semua warga, sehingga masyarakat yang belum memiliki jamban pribadi tidak lagi BAB disungai. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan derajat kesehatan seseorang, karena dengan bekal pendidikan yang cukup seseorang dapat memperoleh informasi dan sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggitingkatpendidikan seseorang maka akan semakin sadar dan peduli terhadap kebersihan diri dan lingkungannya. Tingkat pendidikan yang ditempuh kebanyakan tidak sekolah dan SD sehingga masyarakatyang berperan dalam pengambilan keputusan guna mencapai tujuan tentu terbatas pada kelompok masyarakatyang tingkat pendidikannya tinggi. Melihat kondisi tingkat pendidikan masyarakat yang secara umum masih rendah, maka proses pengambilan keputusan, merumuskan tujuan,
8
merencanakan kegiatan program dibatasi pada kelompok masyarakat berpendidikan tinggi. SIMPULAN 1. Ada hubungan antara Tingkat ekonomi masyarakat dengan kepemilikan jamban sehat. 2. Ada hubungan antara Dukungan keluarga dengan kepemilikan jamban sehat. 3. Ada hubungan antara Tingkat pendidikan dengan kepemilikan jamban sehat.
7. Mulia, Rifki.M.2005 Pengantar Kesehatan Lingkungan. Edisi Pertama Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu 8. Ridwan 2010 Skala Pengukuran Variabel Variabel Alfabeta, Bandung 9. Slamet Juli Soemirat, 2002 Kesehatan Lingkugan. Gaja Mada University Res,Yogyakarta 10. Notoadmodjo, 2005 Metodologi Penelitian Kesehatan Jakarta. PT. Rineka Cipta
SARAN 1. Perlu peran pemerintah daerah dalam program pembuatan jamban dan penyuluhan yang telah dijalankan pemerintah pusat. 2. Perlu dilakukan perubahan kebiasaan terhadap buang air besar disembarang tempat dan bahaya yang ditimbulkan dari buang air besar disembarang tempat serta dilakukan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak BAB sembarang tempat. 3. Disarankan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian dengan variabel yang lain. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI, 2009 Sistem Kesehatan Nasional Jakarta 2. Mubarak, Wahid Iqbal Dan Nurul Chayatain, 2009 Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori Dan Aplikasi. Salemba Medica, Jakarta. 3. Notoadmodjo, S. 2000 Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Rineka Cipta Jakarta 2003. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. 4. CANRA, budiman.2006 pengantar kesehatan lingungan. EGC. Jakarta 5. gunandjar 2011. pengembangan teknologi pengelolaan limbah cair dari industri 6. kemenkes RI. 2014 Wakil Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Repoblik Indonesia.
9