FAKTOR-FAKTOR PENCETUS KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBELAKOTA SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh : Lina Safriana J 210151047
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
i
1
ii
2
iii
3
FAKTOR-FAKTOR PENCETUS KEKAMBUHAN ASMA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBELA KOTA SURAKARTA Abstrak Asma merupakan penyakit kronis yang terjadi pada saluran pernapasan karena adanya hipersensitivitas jalan napas terhadap suatu rangsangan dari luar baik itu benda, udara ataupun aktivitas yang menyebabkan jalan napas mengalami peradangan. Di Indonesia asma termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian. Angka kejadian asma tertinggi dari hasil survey Riskesdas di tahun 2013 mencapai 4.5%, di Jawa Tengah penderita asma berjumlah 113.028 kasus. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor pencetus terbanyak terhadap kekambuhan asma pada anak. Metode dalam penelitian ini adalah Cross Sectional, dengan teknik sampling yaitu Total Sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 43 orang ibu yang memiliki anak usia 5-12 tahun yang di diagnosis menderita penyakit asma. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara univariat yaitu dengan melihat jumlah persentasi tertinggi dari faktor-faktor pencetus kekambuhan asma yaitu dari Tabel Frequency. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor terbanyak dengan persentasi tertinggi yaitu faktor Perubahan cuaca yaitu udara dingin, kemudian faktor Allergi makanan yaitu makanan mi instan dan makanan ringan, dan faktor berikutnya yaitu faktor Allergi hirupan yaitu bulu hewan peliharaan dan debu jalan raya. Pada penelitian ini, didapatkan juga anak yang memiliki faktor pencetus kekambuhan asma lebih dari satu yaitu Allergi makanan, Allergi hirupan dan Perubahan Cuaca. Kesimpulan: Perubahan cuaca yaitu udara dingin pada saat hujan merupakan faktor pencetus terbanyak pada kekambuhan asma anak di Desa Sibela Kota Surakarta. Terdapat anak yang memiliki faktor pencetus kekambuhan asma yang lebih dari satu. Kata Kunci: faktor-faktor pencetus kekambuhan asma, anak Abstract Asthma is a chronic disease which occurs in the respiratory tract because there is a hypersensitivity of respiratory tract on the outside stimulants either things, air or activities which cause the respiratory tract inflammated. In Indonesia, asthma is included in the big ten diseases causing pain and death. The highest prevalence rate of asthma from the Riskesdas survey in 2013 reached 4.5%. In Central Java, the asthma sufferers were 113, 023 cases. The Purpose of this research is to know the factors which much trigger the recurrence of asthma in the children. The method in this research is cross sectional through the sampling of total sampling. Samples in this research are as many as 43 mothers who have children of 5-12 years old who are diagnosed as having asthma. The data analysis in this research was conducted in a univariate way that was by seeing the highest percentage amount from the trigger factors of asthma recurrence that was from the frequency table. The results of this research showed that the largest factor with the highest percentage is
41
the weather change that is the cold water, then the factor of food allergies they are instant noodle and snack and the next factor is inhalation allergies such as pet feather and dust. In this research, it was also obtained the children who have the trigger factors of asthma recurrence more than one, they are the food allergies, inhalation allergies and weather change. Conclusion: the weather change that is the cold air in the rainy season is the largest trigger factor of the children' asthma recurrence in Sibela Village of Surakarta Municipity. There are the children who have the trigger factors of asthma recurrence more than one. Keywords: factors which trigger the asthma recurrence, children
1. Pendahuluan Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran udara yang terkait dengan adanya obstruksi aliran udara dan peningkatan resistensi saluran udara karena adanya respon untuk berbagai rangsangan (Barnes, 2014). Menurut Depkes RI (2009) kekambuhan asma merupakan suatu keadaan asma yang sifatnya hilang timbul dimana kadang tanpa gejala dan dengan gejala baik ringan bahkan berat yang dapat mengancam nyawa. Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan bahwa prevalensinya terus menerus meningkat, khususnya pada anakanak.
Di Amerika Serikat, dari berbagai penelitian yang dilakukan di laporkan bahwa prevalensi asma secara umum sebanyak 5 % atau sebanyak 12,5 juta penderita. Di Inggris asma termasuk penyakit gangguan pernapasan kronis yang paling umum pada masa anak-anak dengan prevalensi sekitar 10%. Di Indonesia penyakit asma termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian. Angka kejadian asma tertinggi dari hasil survey Riskesdas di tahun 2013 mencapai 4.5%. Meskipun penyebab pasti penyakit asma masih belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor risiko umum yang menjadi pencetus terjadinya kekambuhan asma yaitu udara dingin, debu, asap rokok, stress, infeksi, kelelahan, alergi obat dan alergi makanan (Riskesdas, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik faktorfaktor pencetus kekambuhan asma pada anak di Desa Sibela Kota Surakarta. 52
2. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian crosssectional, dan tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara Total Sampling.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Data Umum Analisis univariat Tabel 1 karakteristik ibu berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan. Usia ibu 25 - 35 36 - 45 46 – 55
f 14 27 2
Total
43
Pendidikan Ibu SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
6 23 9 5
Mean 37.44
Standar defiasi 6.013
(%) 32.6 62.8 4.7 100
2.30
0.860
43
14.0 53.5 20.9 11.6 100
Pekerjaan Ibu PNS Swasta Wiraswasta IRT Total
1 7 8 27 43
3.42
0.852
2.3 % 16.3 % 18.6 % 62.8 % 100 %
Karakterisik distribusi frekuensi responden berdasarkan usia responden, menunjukkan bahwa sebagian besar usia responden adalah usia 37 tahun dengan jumlah 27 responden Selanjutnya, pada karakterisitik pendidikan terakhir dari responden di dapatkan hasil bahwa sebagian besar pendidikan terakhir ibu adalah SMP dengan jumlah 23 responden sedangkan sebagian kecil pendidikan terakhir responden adalah perguruan tinggi yaitu sebanyak 5 responden. Adapun pekerjaan responden, sebagian besar adalah ibu rumah tangga (IRT) dengan jumlah 27 responden dan sebagian kecil pekerjaan responden adalah pegawai negri (PNS).
13
3. 2 Data Khusus Tabel 2. Karakteristik Anak Berdasarkan Usia Usia Anak
Frekuensi
Mean
Standar deviasi
(%)
5-9 tahun 10-12 tahun
35 8
7.02
2.365
81.4 % 18.6 %
Total
43
100%
Jenis kelamin Laki- Laki Perempuan
24 19
Total
43
1.60
0.495
55.8 % 44.2 % 100 %
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usia anak dengan asma yang mengalami kekambuhan adalah anak yang berusia 7 tahun sebanyak 35 orang anak. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pada anak yang menderita asma adalah anak laki-laki dengan jumlah 24 orang. Tabel 3. Distribusi frekuensi faktor-faktor pencetus kekambuhan asma pada anak. No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. B. 1. 2. 3. 4.
Faktor-faktor Pencetus Kekambuhan Asma Faktor Tunggal Alergi Makanan: mi instan dan makanan ringan: ciki-ciki Alergi hirupan: bulu hewan peliharaan dan debu jalan raya Perubahan cuaca: lingkungan yang dingin saat musim hujan. Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA): flu, batuk beringus Aktivitas berlebihan: bermain dan olahraga Emosi : menangis keras Faktor pencetus lebih dari satu Alergi makanan, alergi hirupan dan lingkungan dingin Alergi hirupan dan perubahan cuaca: lingkungan dingin saat musim hujan Alergi hirupan, infeksi saluran pernapasan dan lingkungan dingin Lingkungan dingin dan emosi: menangis keras Total
24
Mean
Standar deviasi
Frekuensi Kambuh
(%)
0.19
0.394
8
18.6
0.12
0.324
5
11.6
0.26
0.441
11
25.6
0.07
0.258
3
0.09 0.05
0.294 0.213
4 2
7.0 9.3 4.7
0.02
0.152
1
2.3
0.14
0.351
6
14.0
0.05
0.213
2
4.7
0.02
0.152
1
2.3
43
100
Berdasarkan tabel 3 faktor-faktor pencetus kekambuhan asma diperoleh hasil bahwa ada beberapa anak yang mengalami kekambuhan asma yang dipicu oleh lebih dari satu faktor pencetus. Selanjutnya, hasil penelitian pada tabel 3 dapat dikelompokkan sebagai berikut: A. Faktor Pencetus Tunggal Berdasarkan hasil pada tabel 3 kekambhan asma pada anak sebagian besar dipicu oleh faktor perubahan cuaca: lingkungan dingin yaitu sebanyak 11, kemudian disusul oleh faktor alergi makanan sebanyak 8 anak dan faktor pencetus ketiga yaitu alergi hirupan sebanyak 5 anak. Sedangkan sebagian kecil kekambuhan asma pada anak dipicu oleh emosi berlebihan yaitu sebanyak 2 orang anak. B. Faktor Pencetus Lebih Dari Satu Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3, pemicu kekambuhan asma pada anak yang memiliki lebih dari satu faktor pemicu, sebagian besar dipicu oleh faktor alergi hirupan dan perubahan cuaca: lingkungan dingin dengan jumlah 6 anak, kemudian pada urutan kedua yaitu anak dengan fakto pemicu alergi hirupan: debu, bulu hewan peliharaan, infeksi saluran pernapasan: flu dan batuk pilek dan perubahan cuaca: lingkungan dingin dengan jumlah 2 orang anak dan terdapat 1 orang responden atau yang memiliki anak asma dengan faktor pencetus yaitu alergi makanan, alergi hirupan dan perubahan cuaca: lingkungan dingin. Hasil distribusi frekuensi pada faktor pencetus lebih dari satu juga menunjukkan bahwa ada 1 responden atau yang memiliki anak dengan faktor pencetus yaitu faktor perubahan cuaca: lingkungan dingin dan emosi berlebihan: menangis keras.
3. 3 Pembahasan 3.3.1 Data umum Hasil penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar responden berusia 37 tahun dan sebagian kecil responden berusia ≥ 46 tahun. Pada hasil pendidikan
35
terakhir responden didapatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak adalah SMP yaitu sebanyak 23 responden kemudian responden dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA sebanyak 9 responden, setelah itu responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 6 responden dan sebagian kecil responden dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi sebanyak 2 responden. Berdasarkan hasil penelitian pada pekerjaan responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 27 responden, setelah itu wiraswasta sebanyak 8 responden, kemudian ibu dengan pekerjaan swasta sebanyak 7 responden dan 1 responden yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negri (PNS). 3.3.2 Data Khusus Karakteristik faktor-faktor pencetus kekambuhan asma pada anak 1) Faktor tunggal. Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa faktor pencetus kekambuhan asma pada faktor tunggal sebagian besar kekambuhan asma pada anak dipicu oleh perubahan cuaca seperti lingkungan dingin pada saat hujan, hal ini karena penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2016 yang mana pada bulan tersebut berada pada musim hujan, yang menyebabkan suhu lingkungan menjadi lebih dingin sehingga tingkat kekambuhan asma pada anak di Desa Sibela meningkat. Hasil penelitian ini, sesuai dengan penelitian Dharmayanti (2015), yang mana didapatkan hasil bahwa faktor pencetus terbanyak pada kekambuhan asma yaitu faktor udara dingin sebanyak 59.2 %. Sehubungan dengan hasil penelitian ini, Beard et.al (2012), dalam penelitiannya yang dilakukan di Utah USA
46
tentang hubungan suhu musim dingin dengan kunjungan gawat darurat pasien asma didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara suhu musim dingin dengan meningkatnya jumlah kunjungan gawat darurat untuk pasien asma. 2) Faktor pencetus kekambuhan lebih dari Satu Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat faktor pencetus kekambuhan asma yang lebih dari satu. Di mana terdapat 6 anak yang kekambuhan asmanya dipicu oleh faktor alergi hirupan yaitu debu jalan raya dan faktor perubahan cuaca yaitu cuaca dingin akibat hujan. Hasil penelitian ini, dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu tingkat episodic asma yang diderita anak adalah tergolong dalam asma episodic berat sehingga anak memiliki faktor pencetus lebih dari satu. Menurut Gunardi (2011), bahwa faktor pencetus asma tidak hanya terdapat pada satu faktor tunggal, namun terdapat juga faktor kombinasi dari beberapa
faktor
pencetus
yang
sangat
penting
untuk
diperhatikan karena faktor kombinasi dapat bersifat kumulatif atau dapat memperburuk kekambuhan asma dari waktu ke waktu atau secara terus-menerus.
4. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkana hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling banyak dalam memicu kekambuhan asma di Desa Sibela Kota Surakarta adalah faktor lingkungan dingin akibat cuaca dingin pada musim hujan yaitu sebanyak 11 anak. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan oleh peneliti maka adapun saran dari peneliti sebagai berikut:
57
1. Bagi institusi pendidikan Di harapkan dapat menjadi literature untuk peneliti selanjutnya. 2. Bagi orang tua yang memiliki anak dengan penyakit Asma. Di harapkan dapat menambah pengetahuan, sehingga mendorong ibu atau orang tua anak dengan asma agar lebih memperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan asma pada anak, seperti: memberikan pakaian tebal pada anak dan selimut tebal pada anak di malam hari agar anak dapat terlindungi dari udara dingin terutama pada saat hujan. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan untuk peneliti berikutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai landasan untuk penelitian berikutnya khususnya bagi penelitian tentang faktor-faktor pencetus kekambuhan asma pada anak dan dapat menambah penelitian dengan faktor-faktor yang tidak dapat di teliti oleh peneliti dalam penelititan ini. Adapaun jumlah sampel diharapkan untuk peneliti selanjutkan agar lebih banyak lagi sehingga faktor-faktor pencetus kekambuhan asma pada anak dapat diamati lebih baik lagi. 4. Bagi Masyarakat Asma tidak dapat disembuhkan namun asma dapat dicegah dengan menghindari factor-faktor pencetus. Sehingga penting untuk masyarakat khususnya masyarakat desa Sibela untuk mengetahui factor-faktor yang menjadi pencetus kekambuhan asma pada anak. Perubahan cuaca pada musim hujan dapat mencetus kekambuhan asma pada anak, sehingga diharapkan bagi petugas kesehatan yang berada di Desa Sibela dapat memberikan promosi atau pendidikan kesehatan kepada masyarakatnya agar dapat mengetahui cara pencegahan ataupun penatalaksanaan terhadap asma yang disebabkan oleh perubahan cuaca: lingkungan dingin. Contohnya dengan membuat poster tentang mencegahan kekambuhan asma pada anak terutama pada saat musim hujan akibat perubahan cuaca yang dingin dan poster tersebut disosialisasikan ke masyarakat. 6
8
DAFTAR PUSTAKA Abata, A.Q. (2014). Alergi Makanan: Sumber Risiko & Manajemen Penanggulangannya. Madiun: Al-Furqon. Afdal, Yani, FF., Basir, D., Machmoed, R. (2012). Faktor Risioko Asma Pada Murid Sekolah Dasar Usia 6-7 Tahun di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 1. No.3. Halaman: 118-124. Diakses pada tanggal 30 Januari 2017. Dari: http://id.portalgaruda.org/?ref=search&mod=document&select=title&q=+F aktor+Risiko+Asma+Pada+Murid+Sekolah+Dasar+Usia+67+Tahun+di+Kota+Padang&button=Search+Document Akib, AP., Munasir,Z., Kurniati, N. (2010). Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak (edisi kedua). Jakarta: PT Ikatan Dokter Anak I ndonesia. Allen, E.K., Lynn, R.Marots. (2010). Profil Perkembangan Anak Pra Kelahiran Hingga Usia 12 Tahun. Clifton Park: New York: PT Thomson Delmar Learning Amin, P., Levin, L., Epstein, T., Ryan, P., LeMasters, G., Khurana- Hershey, G., Bernstein, D. I. (2014). Optimum predictors of childhood asthma: persistent wheeze or the asthma predictive index? The Journal of Allergy and Clinical Immunology. In Practice, 2(6), 709–715.e2. http://doi.org/10.1016/j.jaip.2014.08.009 Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Axton, S., & Fugate, T. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Barnes, K., & Kapoor, R. (Ed). (2013). Paediatrics. London New York Oxford Philadelphia, Sydney: Elsevier. Beard, jd.,Beck,Graham, R., Packham, SC., Traphagan, R.,Gilles, RT., Morgan, JG. (2012). Winter Temperature Inversions and Emergency Department Visit For Asthma In Salt Lake County, Utah. 2003-2008. Vol.120.No.10. Halaman: 1385-1390. Journal Environment Health Perspectives (EHP). Diakses pada Tanggal 23 Januari 2017. Dari: https://ehp.niehs.nih.gov/1104349/. Buchari, L. (2015). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Departemen kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2009). Buku Pedoman Asma. Departemen Kesehatan Asma di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Diakses: 27 Juli 2016 dari website: http://www.depkes.co.id.
79
Departemen kesehatan jawa tengah (Depkes Jateng). (2013). Profil kesehatan jawa tengah. Di akses pada tanggal 27 Juli 2016. Dari website: http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/kunjungan-kerja/jawatengah.pdf. Dharmayanti, I., Haspari, D., dan Azhar, K. (2015). Asma Pada Anak di Indonesia: Penyebab dan Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 9 No. 4. Halaman 320-326. Publisher: Faculty of Public Health Universitas Indonesia: IPI. Di akses pada tanggal 28 November di alamat : http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/738 Global Initiative For Astma, (GINA). (2011). Pocket Guide For Asthma Management And Prevention (For Adult And Children Older Than 5 Years). Retrieved From: in.bgu.ac.il/.../ASTHMA%20%20%20GINA%20G... Global Asthma Network, (GAN). (2014). The Global Asthma Report. Retrieved From www.globalasthmareport.org/.../Global_Asthma_Report_2014 Gunardi, H.,dkk. (2011). Kumpulan Tips Pediatri. Edisi 2. Jakarta: IDAI Handoko, R. (2008). Statistik Kesehatan: Belajar muda taknik analisis data dalam penelitian kesehatan. Jogjakarta. Mitra Cendikia Press. Hari, AE., Roni, N., Agung, WT. (2010). Association Between Exposure To Smoke In The House, Pets, Living Environment And Social Economic Condition And The Prevalence Of Bronchial Asthma In Children. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 26. No. 3. Halaman 125-131. Diakses pada tanggal 17 Januari 2017. Di alamat: https://jurnal.ugm.ac.id/ Hockenberry, M. J., Wilson, D. (2005). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. United States Of America: Elsevier. Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta. Media Group. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Diakses dari Website: www.depkes.go.id/profil-kesehatan-indonesia-2014pdf Lim, D. (2013). Alergi Masa Kanak-Kanak: Semua Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Alergi Pada Anak Anda. Jakarta. PT Indeks. Li, S., Mingjun, S., Chuanhe, L., Shou, L., Zhiying, L., & Yuzhi, C. (2015). The Prevalence Of Asthma in Children: a comparison between the year of 2010 and 200 in urban China.vol.38.No.9.Halaman: 664-668. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26703770 Mangguang, M. (2016). Faktor Risiko Kejadian Asma Pada Anak di Kota Padang.
8 10
Vol.3.No. 1. Halaman: 1-7. Jurnal Publisher: Archive Of Community Health. IPI. Diakses pada tanggal 28 November. Dari alamat: http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewjournal&journal=913&is sue=%20Vol%203,%20No%201%20%282016%29 Nelson, K. A., Marcdante, K.J., Kliegman, R.M., Jenson H.B., Behram, R.E. (Eds: Ikatan Dokter Anak Indonesia: IDAI). (2014). Ilmu Kesehatan Anak Esensial. (6th ed). Jakarta: IDAI Papalia, D.E., Feldman.R.D. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia. Edisi 12. Jakarta. Salemba Humanika. Purnomo, Arwani, Halena, Duke. (2012). Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkhial Pada Anak (Studi Kasus Di R.s Kab. Kudus). Vol. 1. No. 7. Halaman: 381-389. ISBN: 2086-6550. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Diakses pada tanggal 23 Januari 2017. Dari:http://portalgaruda.ilkom.unsri.ac.id/index.php?ref=browse&mod=view ournal&journal=8606&issue=%20Vol%201,%20No%207%20%282012%29 %20Desember%202012 atau http://portalgaruda.ilkom.unsri.ac.id/index.php?ref=browse&mod=viewarticl &article=450655 Rahajoe, N. Nastiti., Supriyatno, B., Setyanto, D.B. (2015). Buku Ajar Respirologi Anak (edisi 1., Cetakan 4). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Ramdhani, R., Soeroso, N. (2015). Faktor Risiko Asma Pada Murid Sekolah Dasar Di Kota Medan. Vol. 35. No. 2. Halaman: 118-123. 1 April 2015. Jurnal Respirologi Indonesia. Di akses pada tanggal 28 November 2016. Di alamat web:http://jurnalrespirologi.org/the-risk-factor-of-asthma-in-elementarystudents-medan/ Riyadi, S., Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes. Depkes RI. 2013. Diakses: 27 Juli 2016 dari website www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013. pdf Rudolph, A.M., Hoffman, J., Rudolph, C.D., & Bani, Anna. P., dkk. (Eds). (2006). Buku ajar Pediatric Rudolph (vol 1). Jakarta. EGC. Santjaka, A. (2015). Aplikasi SPSS untuk Analisis Data Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
9 11
Saputra, L. (2012). Sinopsis Pediatri. Tanggerang: Binarupa Aksara. Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sihombing, M., Alwi, Q., Nainggolan, O. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma Pada Usia ≥ 10 Tahun Di Indonesia (Analisis Data Rsikesdas 2007). Jurnal Respirologi Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. ISSN: 0853 7704. Diakses pada tanggal 17 januari 2017. Dari: http:// jurnalrespirologi.org/jurnal/ APRIL%20VOL_30%20NO_2%202010.pdf. Soedarto. (2012). Alergi dan Penyakit Sistem Imun (Penyakit Kompleks Imun Imunodefisiensi). Jakarta: Sagung seto. Soemirat, J. (2010). Epidemiologi Lingkungan. Edisi kedua. Yogyakarta. Gajah Mada University Press. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suriadi, Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anank Edisi 2. Jakarta: Sagung seto. Susila, suyanto. (2015). Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran & kesehatan. Klaten selatan: Bossscript. Swarjana, I.K. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi). Jogjakarta: Andi Offset. Utami, IK., Mujiono, SN., Fitria, CN. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Dini Kekambuhan Pada Pasien Asma Bronchial Di RSUP Dr. Moewardi. Vol.1.No.2. Halaman: 105-116. ISSN: 2338-6800. Jurnal Keperawatan Akper 17 Karanganyar. Di akses pada tanggal 23 Januari 2017. Dari: jurnal.akper17.ac.id/index.php/JK17/article/download/13/16 Wahani, A.M.I. IDAI. (2013). Karakteristik Asma Pada Pasien Anak Yang di Rawat Inap Di RS Prof.R.D Kandouw Malalayang Manado. Sari Pediatri. Vol. 13. No. 4. Halaman 280. Di akses pada tanggal 10 Januari 2017. Di website: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/13-4-9.pdf. William., Levin, M.J., Sondheimer, J.M., Deterding, R.R., (2009). Current Pediatrc Diagnosis & Treatment, Departemen Of Pediatric at the University Of Colorado School. New York, Chicago: Authors. World Health Organization (WHO). (2016). Cronic Respiratory Diseases. Retrieved From: http://www.who.int/respiratory/asthma/definition/en/. Xu.,D., wang, Y., Chen, Z., Li, S., Cheng, Y., Li, Z & Zhao., L. (2016). Prevalence and risk factors for asthma among children aged 0–14 10
12
years in Hangzhou: a cross-sectional survey. Jurnal Respiratory Research. DOI 10.1186/s12931-016-0439-z. (17-122). Jurnal Pubmed.NCBI. Diakses Pada tanggal 17 Januari 2017 Dari alamat: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5039889/ Xu, Z., Huang, C., Su, H., Turner, L. R., Qiao, Z., & Tong, S. (2013). Diurnal temperature range and childhood asthma: a time-series study. Environmental Health, 12, 12. Diaskes pada tenggal 12 Februari 2017 dari alamat: http://doi.org/10.1186/1476-069X-12-12
11
13