KODE JUDUL : N.29
EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
PEMULIAAN NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) UNTUK BAHAN BAKU BIOFUEL : Keragaman Produktivitas Biodiesel dan Kandungan Resin Kumarin dari Populasi Nyamplung di Indonesia
KEMENTERIAN/LEMBAGA:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Peneliti: 1. Dr.Ir. Budi Leksono, M.P. 2. Dr.Ir. Rina Laksmi Hendrati, M.P. 3. Ir. Mashudi, MSc. 4. Eritrina Windyarini, S.Hut.,MSc. 5. Tri Maria Hasnah, S.Hut.
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
Executive Summary
Penelitian pemuliaan nyamplung (Calophyllum inophyllum L) untuk bahan baku biofuel: keragaman produktivitas biodiesel dan kandungan resin kumarin dari populasi nyamplung di Indonesia, merupakan penelitian lanjutan dari penelitian tahun 20092011. Penelitian dilakukan untuk menghasilkan benih unggul sebagai materi hutan tanaman nyamplung dengan produksi dan kualitas biji yang tinggi serta masa panen buah yang lebih awal sebagai bahan baku biofuel. Kendala utama yang dihadapi adalah belum tersedianya data informasi keragaman genetik dari pertumbuhan tanamannya maupun dari keragaman sifat minyaknya, serta masih rendahnya produksi dan kualitas minyak yang dihasilkan. Disisi lain terdapat informasi sebaran nyamplung yang cukup luas di seluruh wilayah Indonesia dan potensi variasi yang tinggi sebagai peluang untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman nyamplung sebagai bahan baku biofuel. Untuk itu diperlukan penelitian secara komprehensif hingga diperoleh benih unggul untuk mengembangkan hutan tanaman nyamplung pada tapak yang dapat mengoptimalkan potensi genetiknya. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan serangkaian kegiatan penelitian untuk menghasilkan rekomendasi provenan/ras lahan yang potensial untuk pembangunan sumber benih nyamplung sebagai bahan baku biofuel (biokerosene dan biodiesel) dan strategi pemuliaan nyamplung yang tepat. Pada penelitian sebelumnya informasi keragaman yang dihasilkan masih terbatas pada sifat fisiko-kimia dan produktivitas biokerosene minyak nyamplung. Untuk melengkapi informasi keragaman produktivitas minyak nyamplung di Indonesia, penelitian tahun 2012 akan dilakukan mencakup 4 sub topik penelitian, yaitu: 1) Persiapan dan pengumpulan materi genetik dari populasi Nyamplung di Indonesia, 2) Ekstraksi dan persiapan biji Nyamplung dari populasi di Indonesia, 3) Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia, dan 4). Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi di Indonesia. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bertahap sesuai dengan 4 sub topik penelitian yang telah disebutkan sebelumnya. Seluruh tahapan kegiatan beserta tata waktu dan biaya yang diperlukan dituangkan dalam Rencana Operasional yang dibuat setiap termin agar memudahkan sinkronisasi dalam pengelolaan kegiatan teknis peneltian, anggaran, dan administrasi sesuai standar keproyekan. Metode pencapaian kinerja hasil litbangyasa mencakup 4 sub topik seperti tersebut di atas dengan kegiatan sebagai berikut: 1) Persiapan dan pengumpulan materi genetik dari populasi Nyamplung di Indonesia meliputi kegiatan persiapan crude
oil dan buah nyamplung, eksplorasi, dan seleksi; 2) Ekstraksi dan persiapan biji Nyamplung dari populasi di Indonesia meliputi kegiatan ekstraksi biji dan pengeringan; 3) Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia meliputi kegiatan pembuatan biodiesel dan analisis sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung; dan 4) Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi di Indonesia meliputi kegiatan analisa kandungan resin kumarin dari biji dan crude oil nyamplung. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan sinergitas dan koordinasi dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah yang menangani sumber daya energi terbaharukan (Kementerian ESDM, Lemigas, Pemerintah Daerah, dll.) melalui forum komunikasi energi terbaharukan dan forum ilmiah yang membahas energi secara periodik serta sosialisasi hasil penelitian melalui gelar teknologi, pameran, road show, dll. Hasil litbangyasa dari penelitian ini adalah: (a) Materi genetik berupa buah nyamplung dari 6 lokasi target pada populasi Jawa, meliputi: Banyuwangi (Jatim), Cilacap (Jateng), Purworejo (Jateng), Gunung Kidul (DIY), Carita (Banten), dan BatuKaras (Jabar); (b) Biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia, meliputi: Sumenep (Madura), Gunung Kidul (Jawa), Selayar (Sulsel), Padang (Sumbar), Dompu (NTB), Ketapang (Kalbar), dan Yapen (Papua) dengan rendemen CCO berkisar antara 29,2 – 62,0 % dan rendemen biodiesel berkisar antara 18,3 – 37,5%.; (c) Data dan informasi sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia ; (d) Data dan informasi kandungan kumarin dari crude oil dan biji nyamplung dari 6 populasi di Jawa dan 6 populasi di luar Jawa. kandungan kumarin dari crude oil Nyamplung berkisar antara 0,226 – 1,331%, sedangkan kumarin pada buah berkisar antara 0,101 – 0,415%. Rencana pengembangan kegiatan penelitian ini adalah melakukan desiminasi hasil litbangyasa untuk mendukung program DME berbasis nyamplung pada daerahdaerah potensial melalui gelar teknologi, workshop, seminar, dll., serta penjajakan potensi pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari buah maupun dari hasil proses pembuatan biodiesel nyamplung. Strateginya antara lain melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah yang mengembangkan program DME berbasis Nyamplung dan kerjasama dengan lembaga penelitian lain untuk pengembangan penelitian bioenergi dan turunannya, termasuk mencari funding untuk merealisasikannya.
KODE JUDUL : N.29
LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
PEMULIAAN NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) UNTUK BAHAN BAKU BIOFUEL : Keragaman Produktivitas Biodiesel dan Kandungan Resin Kumarin dari Populasi Nyamplung di Indonesia
KEMENTERIAN/LEMBAGA:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Peneliti: 1. Dr.Ir. Budi Leksono, M.P. 2. Dr.Ir. Rina Laksmi Hendrati, M.P. 3. Ir. Mashudi, MSc. 4. Eritrina Windyarini, S.Hut.,MSc. 5. Tri Maria Hasnah, S.Hut.
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
LAPORAN HASIL LITBANG (Sesuai Permenristek 04/M/Per/III/2007)
Identitas Perguruan Tinggi/Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nama Lembaga Penelitian dan : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Badan Litbang
Pengembangan
Kehutanan, Kementerian Kehutanan Pimpinan
: Dr. Ir. Amir Wardhana, M.For.Sc
Alamat
: Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Telp. (0274) 895954,896080, Fax. (0274) 896080, email :
[email protected], website: www.biotifor.or.id
Identitas Kegiatan Nama/Judul
: Pemuliaan Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) Untuk Bahan Baku Biofuel : Keragaman Produktivitas Biodiesel
Kegiatan
dan Kandungan Resin Kumarin dari Populasi Nyamplung di Indonesia Abstraksi
:
Penelitian
pemuliaan
nyamplung
(Calophyllum
inophyllum L) untuk bahan baku biofuel: keragaman produktivitas biodiesel dan kandungan resin kumarin dari populasi nyamplung di Indonesia, merupakan penelitian lanjutan dari penelitian program Insentif DIKTI tahun 2009 dan program Insentif Ristek tahun 2010-2011. Penelitian dilakukan untuk menghasilkan benih unggul sebagai materi hutan tanaman nyamplung dengan produksi dan kualitas biji yang tinggi serta masa panen buah yang lebih awal sebagai bahan baku biofuel. Kendala utama yang dihadapi untuk mencapai tujuan tersebut
adalah
belum
tersedianya
data
informasi
keragaman
genetik
dari
pertumbuhan
tanamannya
maupun dari keragaman sifat minyaknya, serta masih rendahnya produksi dan kualitas minyak yang dihasilkan. Disisi lain terdapat informasi sebaran nyamplung yang cukup luas di seluruh wilayah Indonesia dan potensi variasi yang tinggi, baik dari produksi biji maupun dari rendemen minyak yang dihasilkan, yang merupakan peluang
untuk
meningkatkan
produktivitas
hutan
tanaman nyamplung sebagai bahan baku biofuel. Untuk itu diperlukan penelitian secara komprehensif hingga diperoleh benih unggul untuk mengembangkan hutan tanaman
nyamplung
mengoptimalkan
pada
potensi
tapak
yang
genetiknya.
Salah
dapat satu
pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut adalah penerapan pemuliaan pohon dengan strategi yang tepat. Strategi yang akan ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan melakukan serangkaian kegiatan penelitian untuk menghasilkan rekomendasi provenan/ras lahan yang potensial untuk pembangunan sumber benih nyamplung sebagai bahan baku biofuel (biokerosene dan biodiesel) dan strategi pemuliaan nyamplung yang tepat. Pada tahun 2009-2010 penelitian dilakukan pada lingkup pulau Jawa sesuai dengan program Desa Mandiri Energi (DME) pada saat itu. Namun karena program DME juga akan dikembangkan di luar Jawa, maka mulai tahun 2011 penelitian ini dikembangkan dengan mengambil materi genetik dari luar Jawa. Informasi keragaman yang dihasilkan masih terbatas
pada
biokerosene
sifat
minyak
fisiko-kimia nyamplung.
dan
produktivitas
Untuk
melengkapi
informasi keragaman produktivitas minyak nyamplung di
Indonesia, penelitian tahun 2012 dilakukan mencakup 4 (empat) sub topik penelitian, yaitu: 1) Persiapan dan pengumpulan materi genetik dari populasi Nyamplung di Indonesia, 2) Ekstraksi dan persiapan biji Nyamplung dari populasi di Indonesia, 3) Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia
biodiesel
Nyamplung
dari
populasi
di
Indonesia, dan 4). Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi di Indonesia. Hasil litbangyasa dari penelitian ini adalah: (a) Materi genetik berupa buah nyamplung dari 6 lokasi target pada populasi Jawa, meliputi: Banyuwangi (Jatim), Cilacap (Jateng), Purworejo (Jateng), Gunung Kidul (DIY), Carita (Banten), dan BatuKaras (Jabar); (b) Biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia, meliputi: Sumenep (Madura), Gunung Kidul (Jawa), Selayar (Sulsel), Padang (Sumbar), Ketapang
(Kalbar),
dan
Yapen
Dompu (NTB), (Papua)
dengan
rendemen CCO berkisar antara 29,2 – 62,0 % dan rendemen biodiesel berkisar antara 18,3 – 37,5%.; (c) Data dan informasi sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia ; (d) Data dan informasi kandungan kumarin dari crude oil dan biji nyamplung dari 6 populasi di Jawa dan 6 populasi di luar Jawa. kandungan kumarin dari crude oil Nyamplung berkisar antara 0,226 – 1,331%, sedangkan kumarin pada buah berkisar antara 0,101 – 0,415%. Kata kunci: Biofuel, Keragaman biodiesel, Keragaman resin kumarin, Nyamplung (Calophyllum inophyllum L), Populasi nyamplung di Indonesia.
Tim Peneliti 1. Nama
: Dr. Ir. Budi Leksono, MP
Koordinator/Peneli ti Utama (PU) 2. Alamat
: Jl. Palagan Tentara Pelajar km 15, Purwobinangun,
Koordinator (PU) 3. Nama Anggota
Pakem, Sleman, Yoyakarta. : 1. Dr. Ir. Rina Laksmi Hendrati, MP (Pemuliaan Tanaman
Peneliti
Hutan) 2. Ir. Mashudi, MSc (Pemuliaan Tanaman Hutan) 3. Eritrina Windyarini, S.Hut., MSc (Perlindungan Hutan) 4. Tri Maria Hasnah, S.Hut (Pemuliaan Tanaman Hutan) Alamat:
Jl.
Palagan
Tentara
Pelajar
km
15,
Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta Waktu Pelaksanaan
:
8 Februari – 8 Oktober 2012
Publikasi
: Bustomi, S., Rostiwati, T., Sudradjat, R., Leksono, B., Kosasih, A.S., Anggraeni, I., Lisnawati,Y., Rahman,
Mile,
E.
Y.,
2008.
Syamsuwida, D.,
Djaenudin,
D.,
Nyamplung
Mahfudz,
(Calophyllum
inophyllum L) Sumber energi biofuel yang potensial. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta Leksono,B., Mahfudz, Nurtjahjaningsih,ILG., Lisnawati,Y. 2009.
Teknik
Nyamplung
Pengembangan
(Calophyllum
Sumber
Benih
L):
Modul
inophyllum
Pelatihan Untuk Pelaksana Demplot DME Berbasis Hutan Tanaman Nyamplung. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Leksono,B.,
Widyatmoko,AYPBC.
2010.
Strategi
pemuliaan nyamplung (Calophyllum inophyllum) untuk bahan baku biofuel. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi III “Peran Strategis Sains dan Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa”. Universitas
Lampung 18-19 Oktober 2010. p.125-137 Leksono,B., Lisnawati,Y., Rahman,E., Putri,KP. 2011. Potensi tegakan dan karakteristik lahan enam populasi nyamplung
(Calophyllum
inophyllum)
ras
Jawa.
Prosiding workshop sintesa hasil penelitian hutan tanaman
2010.
Pusat
Litbang
Peningkatan
Produktivitas Hutan, Bogor. p:397-408. Leksono, B., Putri, KP. 2012. Variasi ukuran buah - biji dan sifat fisiko - kimia minyak nyamplung (calopyllum inophyllum l.) dari enam populasi di jawa. Prosiding Seminar Nasional Hasil Hutan Bukan Kayu. BPTHHBK Mataram.
12
September
2012
(dalam
proses
pencetakan) Hasnah,T.,
Leksono,
B.
2012.
Variasi
genetik
pertumbuhan semai, kandungan nitrogen jaringan dan klorofil
antar
populasi
nyamplung
(calophyllum
inophyllum l.) di pulau Jawa. Prosiding Seminar Nasional
Hasil
Mataram.
12
Hutan
Bukan
September
2012
Kayu.
BPTHHBK
(dalam
proses
pencetakan) Putri,KP.,
Leksono,B.,
Rahman,E.
2012.
Interaksi
genotipe dan lingkungan pada pertumbuhan bibit nyamplung (calophyllum inophyllum l.) di tiga lokasi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Hutan Bukan Kayu. BPTHHBK Mataram. 12 September 2012 (dalam proses pencetakan)
Identitas Kekayaan Intelektual dan Hasil Litbang Ringkasan Kekayaan Intelektual 1. Perlindungan Kekayaan Intelektual : 2. Nama Penemuan Baru : 3. Nama Penemuan Baru Non Komersial : 4. Cara Alih Teknologi : Kerjasama, Pelatihan, Gelar teknologi, Workshop, Seminar, Publikasi Ringkasan Hasil Penelitian dan Pengembangan 1. Hasil Penelitian dan Pengembangan : Hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini adalah informasi keragaman rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari 7 (tujuh) populasi nyamplung di Indonesia serta kandungan kumarin dari 12(dua belas) populasi nyamplung di Indonesia (6 populasi nyamplung di Jawa dan 6 populasi nyamplung di luar Jawa). Analisis sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung menggunakan metode uji mutu biodiesel ester alkil sesuai dengan SNI 04-71822006 untuk 18 karakter biodiesel. 2. Produk, Spesifikasi, dan pemanfaatannya : Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa biodiesel dari 7 populasi nyamplung di Indonesia (Sumatera, Jawa, Madura, NTB, Kalimantan, Sulawesi, Papua) beserta informasi keragaman rendemen dan sifat fisiko-kimia yang dihasilkan beserta kandungan kumarin yang dihasilkan. Spesifikasi biodiesel dari masing-masing populasi meliputi 18 karakter biodiesel sesuai dengan standar uji mutu biodiesel ester alkil (SNI 04-7182-2006).
Informasi
keragaman tersebut dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi pemanfaatan biji nyamplung dalam rangka pengembangan energi alternatif di Indonesia atau sebagai bahan obat-obatan (dari kandungan kumarin yang dihasilkan). Selain itu hasil analisis fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari 7 (tujuh) populasi Indonesia
dapat
digunakan
untuk
memberikan
rekomendasi
di
terhadap
penyempurnaan proses pembuatan biodiesel (prototipe alat dan atau metode pengolahannya) dan memaksimalkan pemanfaatan populasi nyamplung sesuai dengan potensi yang dimiliki pada masing-masing populasi.
3. Gambar/photo Produk Hasil Penelitian dan Pengembangan
Gambar 1. Buah, biji dan pengeringan biji nyamplung
Gambar 2. Proses pengepressan biji Nyamplung menjadi minyak mentah (CCO)
Gambar 3. Proses degumming (pemisahan gum dari minyak mentah)
Gambar 4. Proses esterifikasi
Gambar 13. Proses transesterifikasi
Gambar 14. Proses washing
Gambar 15. Proses drying
Gambar 16. Biodiesel nyamplung dari populasi di Indonesia
Pengelolaan 1. Sumber Pembiayaan dari APBN : Rp. 250.000.000,2. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Penelitian: a. Sarana: Sampai saat ini sarana yang digunakan untuk kegiatan analisa minyak dan kandungan kumarin dilakukan oleh pihak ketiga b. Prasarana: Sebagian besar prasarana yang digunakan milik pihak ketiga. Prasarana yang digunakan dari kantor BBPBPTH adalah timbangan buah dan timbangan analitik. 3. Pendokumentasian : Pendekomentasian hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan DVD baik berupa foto maupun video.
Sleman,
September 2012
Kepala Balai Besar Penelitian BPTH, Dr. Ir. Amir Wardhana, M.For.Sc NIP. 19570530 198303 1 002
KODE JUDUL : N.29
LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
PEMULIAAN NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) UNTUK BAHAN BAKU BIOFUEL : Keragaman Produktivitas Biodiesel dan Kandungan Resin Kumarin dari Populasi Nyamplung di Indonesia
KEMENTERIAN/LEMBAGA:
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Peneliti: 1. Dr.Ir. Budi Leksono, M.P. 2. Dr.Ir. Rina Laksmi Hendrati, M.P. 3. Ir. Mashudi, MSc. 4. Eritrina Windyarini, S.Hut.,MSc. 5. Tri Maria Hasnah, S.Hut.
INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA
KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012
RINGKASAN Laporan penelitian “Pemuliaan nyamplung (Calophyllum inophyllum L) untuk bahan baku biofuel: keragam genetik produktivitas biodiesel dan kandungan resin kumarin dari populasi Nyamplung di Indonesia” yang disajikan ini merupakan laporan akhir penelitian. Kegiatan penelitian tahun 2012 mencakup 4 sub topik penelitian, yaitu: 1) Persiapan dan pengumpulan materi genetik dari populasi Nyamplung di Indonesia, 2) Ekstraksi dan persiapan biji Nyamplung dari populasi di Indonesia, 3) Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia, dan 4). Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi di Indonesia.
Penelitian ini menghasilkan : (a) Materi genetik berupa buah nyamplung terseleksi dari 6 lokasi target dari populasi Jawa (Banyuwangi (Jatim), Cilacap (Jateng), Purworejo (Jateng), Gunung Kidul (DIY), Carita (Banten), dan BatuKaras (Jabar)); (b) Biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia: Sumenep (Madura), Gunung Kidul (Jawa), Selayar (Sulsel), Padang (Sumbar), Dompu (NTB), Ketapang (Kalbar), dan Yapen (Papua). Rendemen CCO berkisar antara 29,2 – 62,0 %, sedangkan rendemen biodiesel berkisar antara 18,3 – 37,5%; (c) Data dan informasi sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia: Sumenep (Madura), Gunung Kidul (Jawa), Selayar (Sulsel), Padang (Sumbar), Dompu (NTB), Ketapang (Kalbar), dan Yapen (Papua). Biodiesel nyamplung masih memiliki sifat fisiko kimia di bawah standar SNI biodiesel; dan (d) Data dan informasi kandungan kumarin dari crude oil dan biji nyamplung dari 6 populasi nyamplung di Jawa dan 6 populasi nyamplung di luar Jawa. Kandungan kumarin dari crude oil Nyamplung berkisar antara 0,226 – 1,331%, sedangkan kumarin pada buah berkisar antara 0,101 – 0,415%.
Kata kunci: Biodiesel, Eksplorasi, Materi genetik, Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
PRAKATA
Laporan ini merupakan laporan akhir penelitian selama 8 bulan pada tahun 2012 yang dibiayai oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT). Judul penelitian yang dilakukan adalah “Pemuliaan nyamplung (Calophyllum inophyllum L) untuk bahan baku biofuel: keragam genetik produktivitas biodiesel dan kandungan resin kumarin dari populasi Nyamplung di Indonesia”. Pada tahun ini kegiatan yang dilakukan mencakup 4 (empat) sub topik penelitian, yaitu: 1) Persiapan dan pengumpulan materi genetik dari populasi Nyamplung di Indonesia, 2) Ekstraksi dan persiapan biji Nyamplung dari populasi di Indonesia, 3) Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia, dan 4). Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi di Indonesia. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi kemajuan penelitian dan memberikan rmanfaat bagi yang memerlukan.
Penulis
DAFTAR ISI
RINGKASAN ..................................................................................................
I
PRAKATA ..........................................................................................................
Ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
Iii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
V
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
Vi
BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Pokok Permasalahan ..................................................................
2
C. Maksud dan Tujuan Kegiatan......................................................
4
D. Metodologi Pelaksanaan ............................................................
5
1. Lokus Kegiatan ........................................................................
5
2. Fokus Kegiatan .......................................................................
6
3. Ruang Lingkup .........................................................................
6
4. Bentuk Kegiatan .......................................................................
7
PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................
9
A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ................................................
9
1. Perkembangan Kegiatan .......................................................
9
2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan .....................
13
B. Pengelolaan Administrasi Manajerial ..........................................
14
1. Perencanaan Anggaran .........................................................
14
2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran ........................................
16
3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset ................
19
BAB III.
BAB IV.
BAB
4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial.
19
METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA ..................................
20
A. Metode Pencapaian Target Kinerja .............................................
20
1. Kerangka Rancangan Metode Penelitian ................................
20
2. Indikator Keberhasilan Pencapaian .........................................
28
3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian...................
28
B. Potensi Pengembangan Ke Depan .............................................
40
1. Kerangka Pengembangan ke Depan ....................................
40
2. Strategi Pengembangan ke Depan ........................
40
SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................
41
A. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ................................
41
1. Kerangka Sinergi Koordinasi .................................................
41
2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi ............................
41
3. Perkembangan Sinergi Koordinasi ........................................
41
B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ................................
42
1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan ....................................
42
2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan .....................................
42
3. Perkembangan Pemanfaatan ................................................
43
V. PENUTUP .........................................................................................
44
A. Kesimpulan ................................................................................
44
1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran ....................
44
2. Metode Pencapaian Target Kinerja .......................................
44
3. Potensi Pengembangan ke Depan ........................................
45
4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program ...........................
45
5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa ............................
45
B. Saran ........................................................................................
45
1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan ..........................
45
2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek .............................
46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
47
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Rekapitulasi Biaya Tahun yang diusulkan .....................................
14
Tabel 2.
Rincian rencana anggaran .............................................................
15
Tabel 3.
Rencana operasional (RO) .............................................................
17
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Seleksi buah Nyamplung hasil eksplorasi 2011 untuk pembuatan biodiesel .................................................................
29
Gambar 2.
Tegakan dan buah Nyamplung di Banyuwangi, Jatim ...............
30
Gambar 3.
Tegakan dan buah Nyamplung di Gunung Kidul, DIY ...............
30
Gambar 4.
Tegakan dan buah Nyamplung di Purworejo, Jateng ...............
30
Gambar 5.
Tegakan dan buah Nyamplung di Cilacap, Jateng ...................
31
Gambar 6.
Tegakan dan buah Nyamplung di Ciamis, Jabar .....................
31
Gambar 7.
Tegakan dan buah Nyamplung di Pandeglang, Banten ............
31
Gambar 8.
Proses ekstraksi buah Nyamplung ............................................
32
Gambar 9.
Pengeringan biji Nyamplung ......................................................
33
Gambar 10.
Proses pengepresan biji Nyamplung menjadi minyak mentah (CCO) .........................................................................................
34
Gambar 11.
Proses degumming (pemisahan gum dari minyak mentah) .......
34
Gambar 12.
Proses esterifikasi ......................................................................
35
Gambar 13.
Proses tranesterifikasi ...............................................................
36
Gambar 14.
Proses washing .........................................................................
36
Gambar 15.
Proses drying ............................................................................
37
Gambar 16.
Biodiesel Nyamplung dari populasi Indonesia ...........................
37
Gambar 17.
Sampel biodiesel Nyaplung untuk uji sifat fisiko kimia biodiesel
38
Gambar 18.
Persiapan sampel crude oil untuk analisa kandungan kumarin total ............................................................................................
39
Gambar 19.
Persiapan sampel buah Nyamplung untuk analisa kandungan kumarin total ...............................................................................
40
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Krisis energi dunia yang ditandai dengan melonjaknya harga minyak bumi, telah mendorong penduduk dunia untuk mengalihkan sumber energinya ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui. Salah satu bentuk energi alternatif yang banyak dikaji dan dikembangkan adalah biofuel. Untuk mendorong pengembangan biofuel ini, pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional dan diantaranya dengan menetapkan target produksi biofuel pada tahun 2025 sebesar 5% dari total kebutuhan energi nasional, dan penugasan kepada Kementerian Kehutanan untuk berperan dalam penyediaan bahan baku biofuel termasuk pemberian ijin pemanfaatan lahan hutan terutama lahan yang tidak produktif (ESDM, 2006). Pengembangan biofuel meskipun secara teknologi sudah tidak menjadi masalah, tetapi ketersediaan bahan baku dan persaingan bahan baku dengan pangan masih harus dicarikan titik temunya. Saat ini biofuel lebih banyak dibuat dari bahan baku yang merupakan sumber pangan, seperti dari sawit, kelapa, singkong, jagung dan sumber karbohidrat lainnya. Sedangkan bahan baku yang non pangan seperti jarak, masih terkendala dengan faktor produktivitas biji dan persaingan lahan untuk pangan. Untuk itu perlu dikaji lagi tanaman yang non pangan atau tanaman yang tidak berkompetisi penggunaan lahannya dengan tanaman pangan. Salah satu jenis tanaman hutan yang mempunyai potensi sebagai bahan baku biofuel adalah Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dengan memanfaatkan bijinya (Soeryawidjaja, 2005; Sopamena, 2007). Tanaman ini cukup potensial karena bukan tanaman pangan dan lahan untuk pertumbuhannya bukan merupakan lahan yang cocok untuk tanaman pangan. Tanaman ini sudah mulai dibudidayakan di Indonesia sebagai tanaman wind breaker yang ditanam di daerah marginal di tepi pantai atau lahan-lahan kritis lainnya. Produktivitas biji nyamplung sangat tinggi bervariasi antara 40-150 kg/pohon/th atau sekitar 20 ton/ha/th dan lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lain seperti Jarak pagar: 5 ton/ha/th dan sawit: 6 ton/ha/th (Bastomi dkk., 2008). Sedangkan pemanfaatan nyamplung sebagai bahan baku biofuel (biokerosene dan biodiesel) sudah diinisiasi oleh beberapa peneliti. Data awal menunjukkan bahwa rendemen minyak nyamplung yang sudah kering bisa mencapai 74% dengan variasi
antara 30-74% (Sudrajat, 2006; Rahman dan Prabaswara, 2008; Rochandi, 2008; Sahirman,
2008).
Selain
itu
nyamplung
mempunyai
keunggulan
lain
untuk
dikembangkan, seperti: 1) tumbuh dan tersebar merata secara alami di Indonesia, 2) relatif mudah dibudidayakan dan cocok di daerah iklim kering, 3) permudaan alami banyak dan berbuah sepanjang tahun, 4) hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi, 5) pemanfaatan biji nyamplung untuk biofuel dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar (Bustomi dkk., 2008).
B. Pokok Permasalahan Secara teknis pemanfaatan nyamplung sebagai biofuel sudah tidak menjadi masalah dan telah dikembangkan dalam skala industri oleh Koperasi Jarak Lestari di Kroya, Cilacap (Jawa Tengah) yang pada awalnya menggunakan bahan baku jarak pagar sejak tahun 2006 (MKI, 2008). Akan tetapi ketersediaan bahan baku biji nyamplung menjadi kendala utama pada Koperasi tersebut, sehingga baru dapat mengolah biji bila bahan baku mencukupi untuk diproses dari kapasitas industri 10 ton/hari. Selain itu, produksi dan kualitas minyak nyamplung yang dihasilkan masih rendah karena belum tersedianya benih unggul dan selama ini masih mengandalkan bahan baku dari hutan alam dan hutan tanaman yang belum terseleksi (Komunikasi pribadi,
2008).
Informasi
tersebut
juga
menjadi
bahan
pertimbangan
dalam
pengembangkan hutan tanaman dan industri biofuel serta program desa mandiri energi (DME) berbasis nyamplung. Terkait dengan hal tersebut, upaya yang dapat dilakukan adalah menyediakan informasi provenan/ras lahan potensial untuk mengembangkan hutan tanaman nyamplung yang mempunyai produktivitas tinggi dengan memanfaatan variabilitas nyamplung dari berbagai sifat yang mempengaruhinya, seperti: rendemen minyak (crude oil), sifat fisiko-kimia, dan produktivitas biofuel (biokerosene, biodiesel), kandungan resin kumarin, dll. Dalam pengembangan hutan tanaman, keberadaan dan kualitas sumber benih serta penanaman pada tapak yang sesuai merupakan kunci keberhasilan dalam mengoptimalkan produktivitas hutan tanaman yang dihasilkan. Untuk mengetahui keberadaan sumber benih diperlukan informasi sebaran dan potensi tegakannya; sedangkan untuk mendapatkan benih berkualitas tinggi diperlukan serangkaian
kegiatan melalui program pemuliaan pohon untuk membangun sumber benih dalam bentuk: Tegakan benih provenan, Kebun benih atau Kebun pangkas, sesuai dengan tingkatan kualitas genetik yang dihasilkan (Permenhut: P.1/Menhut-II/2009 jo P.72/Menhut-II/2009). Sumber benih tersebut akan menghasilkan benih unggul yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman lebih dari 10% dan bahkan bisa mencapai lebih dari 50% dibandingkan dengan menggunakan benih biasa (benih belum terseleksi). Benih unggul tersebut akan dihasilkan apabila seleksi dilakukan secara efektif terhadap sifat-sifat yang mempengaruhinya, baik yang mendukung maupun yang menghambat proses pengolahan biofuel. Permasalahan yang dihadapi untuk pengembangan hutan tanaman nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah belum tersedianya sumber benih unggul sehingga hanya dapat menggunakan benih yang berasal dari hutan alam dan hutan tanaman yang belum terseleksi dengan produktivitas yang masih rendah. Selain itu, informasi keragaman terhadap produktivitas biji dan kualitas biofuel yang dihasilkan dari tegakan nyamplung terhadap faktor-faktor yang mendukung dan menghambat, juga belum tersedia. Informasi awal yang dapat dijadikan indikator untuk menjawab permasalahan tersebut di atas adalah sebaran tegakan nyamplung yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dan adanya keragaman yang cukup tinggi diantara tegakan nyamplung, seperti produktivitas biji berkisar antara 40-150 kg/pohon/th dan rendemen biofuel antara 30-74%. Untuk itu diperluan penelitian integratif dari disiplin ilmu terkait agar dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan strategi yang tepat dan berkesinambungan. Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, pada tahun 2009-2010 dilakukan penelitian pada lokasi tegakan nyamplung (hutan alam dan hutan tanaman) di Jawa sebagai sentra pengembangan program Desa Mandiri Energi (DME) berbasis nyamplung pada saat itu. Pada setiap lokasi penelitian dilakukan kegiatan inventarisasi tegakan dan karakteristik lahan dan pengambilan sampel buah sebagai bahan tanaman uji provenan/ras lahan dan bahan analisa biofuel (sifat fisiko-kimia crude oil dan produktivitas biokerosene) nyamplung serta sampel daun untuk analisis DNA untuk mengetahui keragaman genetik di dalam dan antar populasi nyamplung di Jawa. Data yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan tersebut telah dianalisis dan menghasilkan luaran (output) berupa peta sebaran, peta karakteristik lahan dan informasi ilmiah tentang
potensi tegakan nyamplung, dan informasi provenan/ras lahan Jawa yang potensial untuk pembangunan sumber benih nyamplung berdasarkan hasil analisa rendemen dan karakteristik biokerosene di Jawa. Pada tahun ketiga (2011) penelitian dikembangkan untuk populasi nyamplung di luar Jawa, mengingat program DME juga akan dikembangkan di luar Jawa (dimulai di Sulawesi Selatan). Untuk itu penelitian ini dikembangkan dengan mengambil materi genetik dari luar Jawa, untuk mengetahui keragaman produktivitas biokerosene di luar Jawa dan melengkapi informasi keragaman produktivitas biokerosene di Indonesia. Untuk melengkapi data keragaman produktivitas biofuel nyamplung di Indonesia, maka penelitian pada tahun 2012 diarahkan untuk mengetahui keragaman produktivtas biodiesel sebagai produk lanjutan dari biokerosene, dan kandungan resin kumarin sebagai faktor penghambat dalam proses analisa biofuel nyamplung. Korelasi antara produktivitas biofuel (biokerosene dan biodiesel) dengan kandungan resin kumarin dari setiap populasi merupakan informasi yang menarik sebagai bahan rekomendasi prioritas pemanfaatan biji nyamplung ke depan. Hal ini dikarenakan resin kumarin meskipun sebagai salah satu faktor penghambat dalam proses pengolahan minyak nyamplung, tapi berpotensi sebagai obat anti kanker (HIV).
C. Maksud dan Tujuan Kegiatan Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah menyediakan sumber benih unggul untuk mengembangkan hutan tanaman nyamplung dengan produksi dan kualitas biji yang tinggi serta masa panen buah yang lebih awal sebagai bahan baku biofuel. Keluaran yang akan diperoleh pada akhir penelitian (2014) adalah rekomendasi provenan/ras lahan yang potensial untuk pembangunan sumber benih nyamplung sebagai bahan baku biofuel (biokerosene dan biodiesel) dan strategi pemuliaan nyamplung yang tepat. Disamping itu, keluaran dari penelitian ini adalah karya tulis ilmiah yang akan dipublikasikan pada beberapa Prosiding dan Jurnal ilmiah. Pada tahun 2009-2010 penelitian dilakukan pada lingkup pulau Jawa sesuai dengan program Desa Mandiri Energi (DME) berbasis nyamplung pada saat itu. Namun karena program DME juga akan dikembangkan di luar Jawa (dimulai di Sulawesi Selatan), maka mulai tahun 2011 penelitian ini dikembangkan dengan mengambil materi genetik dari luar Jawa. Hingga saat ini, iInformasi keragaman yang dihasilkan masih terbatas pada sifat
fisiko-kimia dan produktivitas biokerosene minyak nyamplung di Indonesia. Untuk memperoleh informasi keragaman produktivitas biodiesel dan resin kumarin yang menghambat proses pengolahan biji nyamplung, maka penelitian pada tahun 2012 mencakup 4 (empat) sub topik penelitian, yaitu: 1) Persiapan dan pengumpulan materi genetik dari populasi Nyamplung di Indonesia, 2) Ekstraksi dan persiapan biji Nyamplung dari populasi di Indonesia, 3) Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia, dan 4). Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi di Indonesia.
D. Metodologi Pelaksanaan 1. Lokus Kegiatan Lokus kegiatan penelitian ini terdiri dari beberapa daerah di Pulau Jawa, yaitu (1) Purworejo, Jawa Tengah; (2) Cilacap, Jawa Tengah; (3) Kebumen, Jawa Tengah; (4) Banyuwangi, Jawa Timur; (5) Carita, Banten. Kelima daerah tersebut merupakan sebaran alami tanaman Nyamplung dari populasi Jawa. Selain itu, daerah-daerah tersebut saat ini telah memiliki industri pengolahan minyak nyamplung berbasis kelembagaan di desa yang dikelola oleh LMDH-nya dan menjadi mitra pada kegiatan penelitian ini. Dengan demikian, daerah yang menjadi lokus penelitian ini merupakan daerah di Pulau Jawa yang mempunyai potensi bahan baku Nyamplung melimpah dan juga kelembagaan untuk mengolah dan mengelolanya menjadi biofuel, baik biokerosin maupun biodiesel.
2. Fokus Kegiatan Fokus kegiatan penelitian adalah bidang energi terbaharukan berupa biodiesel dari buah Nyamplung (Calophyllum inophyllum) pada populasi Indonesia.
3. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian dan luaran yang dihasilkan adalah sebagai berikut: a) Sub topik 1: Pengumpulan buah Nyamplung dari populasi Nyamplung di Indonesia. Luaran:
i) Materi genetik nyamplung (buah) sebanyak 30 kg dari 6 populasi nyamplung hasil eksplorasi buah tahun 2011 untuk analisa biodiesel ii) Materi genetik nyamplung (buah) sebanyak 10 kg dari 6 populasi nyamplung hasil eksplorasi buah tahun 2011 dan hasil eksplorasi buah di Jawa tahun 2012 untuk analisa kandungan resin kumarin. b) Sub topik 2: Ekstraksi biji dan persiapan biji Nyamplung dari hasil pengumpulan buah Nyamplung di Indonesia. Luaran: i) Materi genetik nyamplung (biji kering) dari 7 populasi nyamplung untuk analisa biodiesel. ii) Materi genetik nyamplung (biji basah) dari 12 populasi nyamplung untuk analisa kandungan resin kumarin. c) Sub topik 3: Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari populasi di Indonesia. Luaran: i) Informasi keragaman rendemen dan sifat fisko-kimia biodiesel antar populasi nyamplung di Indonesia d) Sub topik 4: Analisa kandungan resin kumarin biji nyamplung dari populasi di Indonesia. Luaran: i) Informasi keragaman kandungan resin kumarin biji nyamplung antar populasi Nyamplung di Indonesia
4. Bentuk Kegiatan Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yang ingin mengetahui keragaman produktivtas biodiesel sebagai produk lanjutan dari biokerosene, dan kandungan resin kumarin sebagai faktor penghambat dalam proses analisa biofuel nyamplung, maka bentuk kegiatannya adalah sebagai berikut :
a) Sub topik 1: Pengumpulan buah Nyamplung dari populasi Nyamplung di Indonesia. Kegiatan: i) Persiapan buah nyamplung dari 6 populasi nyamplung hasil eksplorasi buah tahun 2011. ii) Eksplorasi buah nyamplung dari 6 populasi nyamplung di Jawa pada tahun 2012. b) Sub topik 2: Ekstraksi biji dan persiapan biji Nyamplung dari hasil pengumpulan buah Nyamplung di Indonesia. Kegiatan: i) Ekstraksi biji dan pengeringan biji nyamplung untuk analisa biodiesel. ii) Ekstraksi biji nyamplung untuk analisa kandungan resin kumarin.
c) Sub topik 3: Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari populasi di Indonesia. Kegiatan: i) Analisa rendemen dan sifat fisko-kimia biodiesel dari hasil ekstraksi dan pengeringan biji Nyamplung d) Sub topik 4: Analisa kandungan resin kumarin biji nyamplung dari populasi di Indonesia. Kegiatan: i) Analisa kandungan resin kumarin biji nyamplung dari hasil ekstraksi biji Nyamplung
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan 1. Perkembangan Kegiatan Perkembangan tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian dijabarkan dalam 4 sub topik penelitian sebagai berikut : a). Sub topik 1: Persiapan dan pengumpulan materi genetik Nyamplung dari populasi Nyamplung di Indonesia. Persiapan dan pengumpulan materi genetik nyamplung dilakukan untuk menyiapkan materi crude oil dari hasil pengepresan minyak Nyamplung yang berasal dari 7 populasi Nyamplung di Indonesia. Selain itu dilakukan seleksi buah nyamplung sebanyak 30 kg dari 6 populasi Nyamplung hasil eksplorasi buah pada tahun 2011 untuk pembuatan biodiesel, analisa sifat fisiko-kimia biodiesel dan analisa kandungan resin kumarin dari biji. Materi genetik ditambah dengan eksplorasi buah nyamplung sebanyak 10 kg dari 6 populasi nyamplung di Jawa untuk analisa kandungan resin kumarin dan kegiatan yang lain. Dengan demikian analisa kandungan resin kumarin akan dilakukan untuk 12 populasi nyamplung di Indonesia yang telah diketahui produktivitas biokerosenenya pada tahun 2010 dan 2011. Eksplorasi buah nyamplung pada populasi di Jawa dilakukan pada populasi nyamplung yang pernah dilakukan pengumpulannya pada tahun 2009, dengan tahapan sebagai berikut: - Menguhubungi kontak personal untuk mengetahui kondisi tegakan dan musim panen raya nyamplung pada lokasi target dan informasi lainnya agar memudahkan dan dapat mengoptimalkan pengumpulan materi buah yang akan dilakukan. - Pemilihan tegakan berdasarkan luasan populasi pohon dengan kondisi pohon yang baik dan sehat, diutamakan yang sedang berbuah sehingga bisa mendapatkan buah yang masih baik. - Pengambilan sampel buah pada setiap lokasi dilakukan dengan cara mengunduh dari pohon atau mengumpulkan buah di bawah tegakan. Buah yang dikumpulkan adalah buah yang sudah masak secara fisiologis yaitu buah yang berwarna kuning
kecoklatan dan di masih utuh untuk yang di bawah tegakan. - Pengumpulan buah untuk setiap populasi di Jawa untuk analisa kandungan kumarin dan kegiatan lain, sebanyak 10 kg. Pengambilan buah dilakukan dengan keterwakilan kondisi tegakan atau minimum dari 25 pohon induk penyusun tegakan nyamplung. Buah yang dikumpulkan dimasukkan dalam karung, dipisahkan setiap lokasi dan diberi label identitas (lokasi, tanggal pengumpulan, nomor karung).
b). Sub topik 2: Ekstraksi biji dan persiapan biji Nyamplung dari hasil pengumpulan buah Nyamplung di Indonesia Ekstraksi biji (mengeluaran biji dari tempurung buah) nyamplung dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: - Ekstraksi biji dari buah yang masih basah (pengunduhan dari pohon) dilakukan dengan cara diperam selama 2 hari dan digosok dengan tangan sampai daging buah terlepas. Selanjutnya dicuci dan dikeringanginkan pada suhu kamar selama dua hari. Biji yang masih dengan tempurungnya disimpan dalam suhu kamar sebelum digunakan untuk pembuatan biodiesel dan kandungan resin kumarin. - Ekstraksi buah yang sudah kering (pengumpulan dari bawah pohon) dilakukan dengan cara direndam selama 2 hari dan digosok dengan tangan sampai daging buah terlepas. Selanjutnya dicuci dan dikeringanginkan pada suhu kamar selama dua hari. Biji yang masih dengan tempurungnya disimpan dalam suhu kamar sebelum digunakan untuk pembuatan biodiesel dan kandungan resin kumarin. Ekstraksi dilakukan dengan tetap menjaga identitas masing-masing asal buah. - Ekstraksi biji dilakukan dengan cara diretakkan menggunakan alat rogum dan tetap menjaga keutuhan biji agar tidak rusak. Biji segar hasil skarifikasi ini akan digunakan untuk analisa kandungan resin kumarin. Sedangkan untuk pembuatan biodiesel Nyamplung, biji hasil skarifikasi dikeringkan selama 3 hari sampai berwarna coklat kemerahan. c). Sub topik 3: Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia.
Sumber energi yang dihasilkan dari proses biji nyamplung dapat menghasilkan minyak nyamplung berupa biokerosene dan biodiesel. Karena minyak nyamplung yang dihasilkan masih merupakan bahan mentah (crude oil), maka sumber energi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati adalah dalam bentuk biokerosene (alternatif minyak tanah) dan biodiesel (alternatif minyak solar). Pada kegiatan tahun 2009 dilakukan analisa minyak nyamplung untuk mengetahui produktivitas biokerosene asal populasi Jawa dan pada tahun 2011 dilanjutkan dengan analisa dari populasi nyamplung di luar Jawa dengan hasil tertinggi di Jawa sebagai kontrol. Karakter yang dianalisa meliputi: rendemen minyak nyamplung (crude oil) dilanjutkan dengan proses degumming (pemisahan getah) untuk mengetahui rendemen biokerosene, densitas, viskositas, daya kapilaritas dan efisiensi penyalaan api biokerosene Nyamplung. Setelah minyak nyamplung dipisahkan getahnya, dianalisis kadar asam lemak bebasnya (FFA) dan ditetapkan besaran jumlah preaksi metanol yang digunakan, kemudian
minyak
tersebut
diolah
lanjut
menjadi
biodiesel.
Hasil
penelitian
menunjukkan, untuk proses esterifikasi, perbandingan molar metanol terhadap kadar FFA minyak Nyamplung hasil deguming yang optimum adalah 20:1. Setelah itu baru dilakukan proses pengolahannya. Proses pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel sangat tergantung dari kadar asam lemak bebas (FFA) awal dari minyak Nyamplung setelah degumming (refined oil). Ada 3 kategori proses pengolahan minyak Nyamplung berdasarkan klasifikasi kompleks/kerumitan pengolahannya yaitu : i) Proses Transesterifikasi (T) Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil ≤ 1%. ii) Proses Esterifikasi-Transesterifikasi (ET) Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil berkisar antara 10–20%. iii) Proses Esterifikasi-Esterifikasi-Transesterifikasi (EET) Proses ini digunakan apabila kadar FFA refined oil lebih besar dari 20%. Proses transesterifkasi, prinsipnya adalah mereaksikan refined oil dengan metanol teknis dalam perbandingan molar metanol terhadap berat refined oil 6:1 dengan menggunakan katalis NaOH/KOH 0,5% dan dipanaskan pada suhu 60oC selama 0,5 jam disertai pengadukan di dalam reaktor estrans yang terbuat stainless
steel (baja tahan karat) yang tertutup rapat yang dilengkapi dengan sistim destilasi metanol yang menguap. Setelah proses selesai, biodiesel yang dihasilkan diendapkan selama 3–4 jam untuk memisahkan gliserol yang terbentuk dari pembuatan biodiesel tersebut. Dalam proses skala pabrik, pemisahan gliserol ini dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan alat sentrifuge. Air yang terbentuk dibawah permukaan biodiesel dicuci dengan menambahkan asam asetat glasial sebesar 0,01%, dicuci dengan air hangat suhu 60oC, dan kemudian sisa air diuapkan. Metanol yang tersisa dikeluarkan dan disatukan dengan larutan metanol yang terdestilasi untuk digunakan dalam proses berikutnya. Dengan proses ini, trigliserida langsung diubah menjadi metil ester, sedang asam lemak bebas akan tersabunkan dan bersatu dengan gliserol. Proses esterifikasi-transesterifikasi (ET), proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil cukup tinggi, karena apabila proses yang digunakan langsung transesterifikasi maka asam lemak bebas bukan diubah menjadi biodiesel, tetapi menjadi sabun. Prinsip proses ini adalah melakukan terlebih dahulu proses esterifikasi sebelum proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi dilakukan persis sama seperti dikemukakan dalam paragraf sebelumnya. Proses esterifikasi dilakukan dengan menambahkan metanol teknis dalam perbandingan molar metanol terhadap berat FFA 20:1, dan menggunakan katalis HCl 1%, dipanaskan pada suhu 60oC selama 1 jam dengan disertai pengadukan di dalam reaktor estrans yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) yang tertutup rapat dilengkapi dengan sistim destilasi untuk metanol yang menguap. Selanjutnya setelah selesai, terhadap refined oil dilanjutkan dengan proses transesterifikasi seperti yang diterangkan dalam paragraf sebelumnya. Proses esterifikasi-esterifikasi-transesterifikasi (EET), proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil sangat tinggi, sehingga kadar asam lemak bebasnya juga tinggi. Kadar asam lemak bebas tersebut harus diubah dahulu dengan proses esterifikasi sebanyak 2 kali, sehingga asam lemak bebas dapat terbentuk menjadi metil ester dari pada terbentuk sabun. Prosedurnya sama dengan proses ET hanya saja proses esterifikasi dilakukan sebanyak 2 kali. Apabila dengan 2 kali esterifikasi belum berhasil (biasanya dalam keadaan ekstrim), maka dilakukan proses netralisasi dengan NaOH teknis untuk mengubah asam lemak bebas menjadi sabun. Resiko proses netralisasi ini adalah menurunnya nilai rendemen.
Analisis sifat fisiko kimia biodiesel terdiri dari massa jenis, viskositas kinematik, bilangan setana, titik nyala, titik kabut, korosi kepingan tembaga, residu karbon, air dan sedimen, suhu distilasi, abu tersulfatkan, belerang, fosfor, bilangan asam, gliserol total, kadar ester alkil dan bilangan iodium. Metode uji menggunakan prosedur dari SNI. d). Sub topik 4: Analisa kandungan resin kumarin Nyamplung dari populasi di Indonesia. Biji nyamplung mengandung resin atau getah yang akan menggangu proses pengolahan biji nyamplung menjadi biofuel. Salah satunya adalah resin kumarin dan turunannya. Namun karena resin kumarin juga berpotensi sebagai obat anti kanker, maka dengan diketahuinya hubungan kandungan kumarin dengan rendemen biofuel (biokerosene dan biodiesel) maka dapat digunakan untuk dasar rekomendasi pemanfaatan biji nyamplung dari suatu populasi yang baik untuk produksi biofuel atau untuk bahan obat-obatan. Analisa kandungan resin kumarin dilakukan dengan menggunakan materi berupa crude oil dari 7 populasi Nyamplung hasil pengepresan pada tahun 2011, dan dari biji pada semua populasi yang telah dianalisa produktivitas biokerosenenya pada tahun 2010 dan 2011 yang diwakili oleh 12 populasi Nyamplung di pulau Jawa (6 populasi) dan di luar pulau Jawa (6 populasi).
2. Kendala dan Hambatan Pelaksanaan Kegiatan Kendala/hambatan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain : a) Proses pencairan dana yang belum bisa sejalan dengan tata waktu pekerjaan yang sudah harus dilakukan. b) Kemampuan daya simpan materi genetik (buah) nyamplung yang telah dikoleksi tahun sebelumnya sangat bervariasi. c) Adanya perbedaan format dalam mekanisme pertanggungjawaban administrasi dengan pihak yang melakukan analisa di laboratorium.
B. Pengelolaan Administrasi Manajerial 1. Perencanaan Anggaran a) Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan (Tabel 1) :
Tabel 1. Rekapitulasi Biaya Tahun yang Diusulkan No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai Perjalanan (tidak untuk perjalanan luar negeri) Lain-Lain Jumlah Biaya Tahun yang Diusulkan
Jumlah (Rp) 165.786.000 384.000 83.330.000 500.000 250.000.000
b) Rincian rencana anggaran (Tabel 2) : Tabel 2. Rincian Rencana Anggaran A. Biaya Personil (Min 60%) 1). Gaji dan Upah No 1 2
3 4 5
Pelaksana Kegiatan Koord.Aktivitas/Peneliti Utama Pelaksana/Peneliti : a. Peneliti Madya b. Peneliti Muda c. Peneliti Pertama d. Calon Peneliti Teknisi Tenaga Harian Tenaga di Laboratorium : a. Pembuatan Biodiesel b. Analisis biodiesel c. Analisis kandungan resin kumarin dari ekstrak d. Analisis kandungan resin kumarin dari biji Jumlah Biaya
1
210
OJ
Biaya Satuan (Rp) 60.000
1 1 1 1 3
210 210 210 210 210 316
OJ OJ OJ OJ OJ OH
50.000 40.000 35.000 30.000 20.000 33.500
10.500.000 8.400.000 7.350.000 6.300.000 12.600.000 10.586.000
Jumlah
Volume
Biaya (Rp) 12.600.000
7 7
Paket Paket
4.000.000 9.000.000
28.000.000 63.000.000
7
Sampel
150.000
1.050.000
36
Sampel
150.000
5.400.000 165.786.000
B. Biaya Non Personil (max 40%) 1). Bahan Habis Pakai No 1 2 3
Bahan Kertas HVS kwarto 70 gram Kertas HVS Folio 80 gram Flash disk 2 G Jumlah Biaya
Volume 4 3 2
Biaya Satuan Biaya (Rp) (Rp) Rim 35.000 140.000 Rim 40.000 120.000 Buah 62.000 124.000 384.000
2). Perjalanan No 1 2 3 4 5 6 7
Bahan Pengumpulan Materi Genetik di Alas Purwo, Banyuwangi, Jatim Pengumpulan Materi Genetik di Gunung Kidul, DIY Pengumpulan Materi Genetik di Purworejo, Jateng Pengumpulan Materi Genetik di Cilacap, Jateng Pengumpulan Materi Genetik di Ciamis, Jabar Pengumpulan Materi Genetik di Carita, Jabar Koordinasi kegiatan di Bogor Jumlah Biaya
Biaya Satuan Biaya (Rp) (Rp)
Volume 2
OT
7.660.000
15.320.000
2
OT
4.735.000
9.470.000
2
OT
5.090.000
10.180.000
2
OT
5.140.000
10.280.000
2
OT
5.820.000
11.640.000
2 3
OT OT
6.620.000 4.400.000
13.240.000 13.200.000 83.330.000
3). Lain‐lain No 1
Kegiatan Pembuatan laporan Jumlah Biaya
Biaya Satuan Biaya (Rp) (Rp) Paket 500.000 500.000 500.000
Volume 1
2. Mekanisme Pengelolaan Anggaran Pengelolaan anggaran dalam berjalannya penelitian ini mengalami beberapa perubahan dari rencana anggaran semula yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan. Untuk memudahkan, pengelolaan anggaran dijabarkan dalam Rencana Operasional (RO) pada Tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3. Rencana Operasional
URAIAN
VOL
SATUAN
PAGU ANGGARAN
1. Gaji dan Upah
FEB
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
163.070.000
a. Tenaga Lapangan
360
HOK
33.500
12.060.000
- Peneliti utama (1 orang)
142
OJ
60.000
8.520.000
600.000
720.000
1.920.000
1.080.000
1.080.000
900.000
1.500.000
600.000
- Peneliti Madya (1 orang)
160
OJ
50.000
8.000.000
600.000
600.000
1.800.000
1.400.000
1.000.000
900.000
1.000.000
600.000
b. Tenaga analisa :
laboratorium
8.040.000
4.020.000
dan
- Peneliti Muda (1 orang)
188
OJ
40.000
7.520.000
560.000
600.000
1.280.000
1.360.000
1.120.000
1.000.000
1.200.000
400.000
- Peneliti Pertama (1 Orang)
200
OJ
35.000
7.000.000
630.000
595.000
1.190.000
1.050.000
910.000
1.015.000
1.050.000
560.000
- Peneliti (1 Orang)
286
OJ
20.000
5.720.000
540.000
540.000
800.000
760.000
760.000
800.000
760.000
760.000
- Pembantu Peneliti (3 Orang)
840
OJ
20.000
16.800.000
1.500.00 0
1.800.000
2.400.000
2.280.000
2.400.000
2.400.000
2.220.000
1.800.000
16.000.000
12.000.000
- Pembuatan Biodisel - Analisis Sifat Fisika Kimia biodisel
7
Paket
4.000.000
28.000.000
7
Paket
9.000.000
63.000.000
36.000.000
- Analisis kumarin
7
Sampe l
150.000
1.050.000
1.050.000
36
Sampe l
150.000
5.400.000
5.400.000
kandungan
resin
27.000.000
( dari ekstrak) - Analisis kumarin
kandungan
resin
(dari biji)
151.010.000
2. Bahan Habis Pakai
155.700 Maca m2
c. ATK
3. Perjalanan Pengumpulan Materi Genetik (buah) 3.a. Alas Purwo, Banyuwangi, jatim
SEPTEMBER
155.700
60.700
19
OT
86.274.300
2
OT
10.730.000
10.730.000
3.b. Gunung Kidul,DIY
2
OT
8.120.000
8.120.000
3.c. Purworejo, Jateng
2
OT
8.870.000
8.870.000
3.d. Cilacap, Jateng
2
OT
8.935.000
8.935.000
45.000
50.000
OKTOBER
3.e. Ciamis, Jabar
3
OT
11.150.000
11.150.000
3.f. Banten, Jabar
3
OT
13.110.000
13.110.000
3.g. Bogor-Jabar
5
OT
25.359.300
4. Lain-lain
1
Paket
- Pembuatan laporan
1
JUMLAH TOTAL (1+2+3+4)
500.000 500.000
4.959.300
10.400.000
10.000.000 500.000
500.000 500.000
250.000.000
4.430.00 0
70.570.000
21.390.000
89.105.000
7.270.000
7.015.000
45.280.000
4.720.000
3. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset Materi genetik berupa buah Nyamplung hasil ekslorasi buah Nyamplung di pulau Jawa (2012) dan luar Jawa (2011) merupakan aset penelitian untuk tahun 2012 dan tahun-tahun berikutnya sebagai bahan penelitian untuk mengetahui keragaman karakteristik biji Nyamplung untuk berbagai keperluan, termasuk di dalamnya untuk mengetahui keragaman pemanfaatan limbah dalam proses pembuatan minyak nyamplung (Biofuel). Minyak nyamplung baik berupa esterifikasi dan setelah tranesterifikasi merupakan materi dasar untuk mengkaji karakteristik minyak dari beberapa sumber benih nyamplung di Indonesia. Karakteristik tersebut akan digunakan untuk memberikan rekomendasi pemanfaatan biji nyamplung dalam rangka pengembangan energi alternatif di Indonesia.
4. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial Kendala/hambatan dalam pengelolaan anggaran antara lain waktu pencairan dana yang belum tepat waktu sehingga belum dapat sejalan dengan tata waktu pekerjaan yang sudah harus dilakukan. Meskipun dapat diselesaikan dengan cara ‘tagihan’, namun untuk pekerjaan yang membutuhkan biaya besar, hal ini cukup menyulitkan, apalagi melibatkan pihak luar yang tidak semuanya dapat menerima dengan cara tagihan maupun mekanisme pertanggungjawaban keproyekan , misalnya kegiatan-kegiatan analisa.
BAB III. METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA
A. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja 1. Kerangka Rancangan Metode-Penelitian 1). Rencana penelitian Rencana penelitian pemuliaan nyamplung (Calophyllum inophyllum L) untuk bahan baku biofuel: keragaman produktivitas biodiesel dan kandungan kumarin dari populasi nyamplung di Indonesia pada tahun keempat (2012), akan dilakukan dengan mengambil 4 (empat) sub topik penelitian, dengan luaran dan kegiatan sbb.: a). Sub topik 1: Persiapan dan pengumpulan materi genetik Nyamplung dari populasi Nyamplung di Indonesia. Luaran: i) Crude oil sebanyak 1 liter/populasi dari hasil pengepresan biji Nyamplung pada tahun 2011 dari 7 populasi Nyamplung (7 pulau) di Indonesia, untuk analisa kandungan resin kumarin hasil pengepresan biji Nyamplung. ii) Materi genetik Nyamplung sebanyak 30 kg buah dari 6 populasi Nyamplung (6 pulau) di luar Jawa hasil eksplorasi buah tahun 2011, untuk pembuatan biodiesel, analisa sifat fisikokimia biodiesel dan analisa kandungan resin kumarin dari biji. iii) Materi genetik nyamplung (buah) sebanyak 10 kg dari 6 populasi Nyamplung hasil eksplorasi buah di pulau Jawa pada tahun 2012 untuk analisa kandungan resin kumarin dari biji Nyamplung. Kegiatan: i) Persiapan crude oil hasil pengepresan biji Nyamplung tahun 2011 dari 7 populasi Nyamplung (7 pulau) di Indonesia. ii) Seleksi buah Nyamplung dari 6 populasi Nyamplung di Indonesia hasil eksplorasi buah di luar Jawa pada tahun 2011. iii) Eksplorasi buah Nyamplung dari 6 populasi Nyamplung di Jawa pada tahun 2012. b). Sub topik 2: Ekstraksi biji dan persiapan biji Nyamplung dari hasil pengumpulan buah Nyamplung di Indonesia. Luaran: i) Materi genetik Nyamplung (biji kering) dari 7 populasi Nyamplung untuk analisa biodiesel. ii) Materi genetik Nyamplung (biji basah) dari 12 populasi Nyamplung untuk analisa kandungan resin kumarin. Kegiatan:
i) Ekstraksi biji dan pengeringan biji nyamplung dari 7 populasi Nyamplung untuk analisa biodiesel. ii) Ekstraksi biji nyamplung dari 12 populasi Nyamplung untuk analisa kandungan resin kumarin. c). Sub topik 3: Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia. Luaran: i) Informasi keragaman rendemen biodiesel dari 7 populasi nyamplung di Indonesia. ii) Informasi keragaman sifat fisiko-kimia biodiesel dari 7 populasi nyamplung di Indonesia Kegiatan: i) Pembuatan biodiesel Nyamplung dari 7 populasi Nyamplung di Indonesia hasil ekstraksi dan pengeringan biji. ii) Analisa sifat fisko-kimia biodiesel dari 7 populasi Nyamplung di Indonesia hasil pembuatan biodiesel.
d). Sub topik 4: Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi Nyamplung di Indonesia. Luaran: i) Informasi keragaman kandungan resin kumarin pada crude oil Nyamplung dari 7 populasi Nyamplung di Indonesia. ii) Informasi keragaman kandungan resin kumarin pada biji nyamplung dari 12 populasi Nyamplung di Indonesia (6 populasi dari pulau Jawa dan 6 populasi dari luar Jawa). Kegiatan: i) Analisa kandungan resin kumarin pada crude oil Nyamplung dari 7 populasi Nyamplung di Indonesia. ii) Analisa kandungan resin kumarin pada biji Nyamplung dari 12 populasi Nyamplung di Indonesia.
2). Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada tegakan hutan nyamplung dan laboratorium dengan rincian sebagai berikut:
a). Tegakan hutan nyamplung: i) Pariaman (Sumbar), Ketapang (Kalbar), Selayar (Sulsel), Dompu (NTB), Yapen (Papua Barat), Sumenep (Madura) dan Gunung Kidul (Jawa) sebagai representatif sebaran alam nyamplung di 7 pulau Indonesia untuk analisa rendemen dan sifat fisko-kimia biodiesel serta kandungan resin kumarin pada crude oil Nyamplung. ii) Selain populasi nyamplung yang telah dilakukan analisa biokerosene pada tahun 2011 di atas (pointer i), akan dilakukan pengumpulan buah pada populasi nyamplung di Jawa yang telah dilakukan analisa biokerosene pada tahun 2010, yaitu: Banyuwangi (Jatim), Gunung Kidul (DIY), Purworejo (Jateng), Cilacap (Jateng), Ciamis (Jabar) dan Pandeglang (Banten), untuk analisa kandungan resin kumarin pada biji Nyamplung dari 12 populasi Nyamplung di Indonesia. b). Laboratorium: -
Laboratorium CV Enkorp di Bantul, Yogyakarta untuk pembuatan biodiesel.
-
Laboratorium Lemigas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, Jakarta untuk analisa sifat fisiko-kimia biodiesel.
-
Laboratorium Farmakologi di Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta untuk analisa kandungan resin kumarin.
3). Waktu pelaksanaan penelitian Waktu pelaksanaan penelitian secara keseluruhan direncanakan selama 6 (enam) tahun (2009-2014), sampai dengan tanaman uji provenan/ras lahan menunjukkan variasi adaptasi dan pertumbuhan pohonnya, serta tegakan benih provenan telah memproduksi bunga dan buah (umur 5-6 tahun) pada lokasi pengembangan. Informasi tersebut akan digunakan untuk memberikan rekomendasi provenan/ras lahan yang potensial untuk pembangunan sumber benih nyamplung sebagai luaran terakhir dari rangkaian penelitian ini. Pada tahun keempat, penelitian akan dilaksanakan selama 8 bulan, mulai dari bulan April sampai dengan bulan Oktober 2012.
4). Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan pada tahun 2012 untuk setiap sub topik penelitian adalah sebagai berikut: a). Sub topik 1: Persiapan dan pengumpulan materi genetik Nyamplung dari populasi Nyamplung di Indonesia.
Persiapan dan pengumpulan materi genetik nyamplung dilakukan untuk menyiapkan materi crude oil dari hasil pengepresan minyak Nyamplung yang berasal dari 7 populasi Nyamplung di Indonesia, dan seleksi buah nyamplung sebanyak 30 kg dari 6 populasi Nyamplung hasil eksplorasi buah pada tahun 2011 untuk pembuatan biodiesel, analisa sifat fisiko-kimia biodiesel dan analisa kandungan resin kumarin dari biji, ditambah dengan eksplorasi buah nyamplung sebanyak 10 kg dari 6 populasi nyamplung di Jawa untuk analisa kandungan resin kumarin dan kegiatan yang lain. Dengan demikian analisa kandungan resin kumarin akan dilakukan untuk 12 populasi nyamplung di Indonesia yang telah diketahui produktivitas biokerosenenya pada tahun 2010 dan 2011 Eksplorasi buah nyamplung pada populasi di Jawa dilakukan pada populasi Nyamplung yang pernah dilakukan pengumpulannya pada tahun 2009, dengan tahapan sebagai berikut: - Menguhubungi kontak personal untuk mengetahui kondisi tegakan dan musim panen raya nyamplung pada lokasi target dan informasi lainnya agar memudahkan dan dapat mengoptimalkan pengumpulan materi buah yang akan dilakukan. - Pemilihan tegakan berdasarkan luasan populasi pohon dengan kondisi pohon yang baik dan sehat, diutamakan yang sedang berbuah sehingga bisa mendapatkan buah yang masih baik. - Pengambilan sampel buah pada setiap lokasi dilakukan dengan cara mengunduh dari pohon atau mengumpulkan buah di bawah tegakan. Buah yang dikumpulkan adalah buah yang sudah masak secara fisiologis yaitu buah yang berwarna kuning kecoklatan dan di masih utuh untuk yang di bawah tegakan. - Pengumpulan buah untuk setiap populasi di Jawa untuk analisa kandungan kumarin dan kegiatan lain, sebanyak 10 kg. Pengambilan buah dilakukan dengan keterwakilan kondisi tegakan atau minimum dari 25 pohon induk penyusun tegakan nyamplung. Buah yang dikumpulkan dimasukkan dalam karung, dipisahkan setiap lokasi dan diberi label identitas (lokasi, tanggal pengumpulan, nomor karung).
b). Sub topik 2:
Ekstraksi biji dan persiapan biji Nyamplung dari hasil pengumpulan buah Nyamplung di Indonesia
Ekstraksi biji (mengeluaran biji dari tempurung buah) nyamplung dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: - Ekstraksi biji dari buah yang masih basah (pengunduhan dari pohon) dilakukan dengan cara diperam selama 2 hari dan digosok dengan tangan sampai daging buah terlepas. Selanjutnya dicuci dan dikeringanginkan pada suhu kamar selama dua hari. Biji yang masih dengan tempurungnya disimpan dalam suhu kamar sebelum digunakan untuk pembuatan biodiesel dan kandungan resin kumarin.
- Ekstraksi buah yang sudah kering (pengumpulan dari bawah pohon) dilakukan dengan cara direndam selama 2 hari dan digosok dengan tangan sampai daging buah terlepas. Selanjutnya dicuci dan dikeringanginkan pada suhu kamar selama dua hari. Biji yang masih dengan tempurungnya disimpan dalam suhu kamar sebelum digunakan untuk pembuatan biodiesel dan kandungan resin kumarin. Ekstraksi dilakukan dengan tetap menjaga identitas masing-masing asal buah. - Ekstraksi biji dilakukan dengan cara diretakkan menggunakan alat rogum dan tetap menjaga keutuhan biji agar tidak rusak. Biji segar hasil skarifikasi ini akan digunakan untuk analisa kandungan resin kumarin. Sedangkan untuk pembuatan biodiesel Nyamplung, biji hasil skarifikasi dikeringkan sampai berwarna coklat kemerahan dengan menggunakan oven selama 24 jam pada suhu 80 oC.
c). Sub topik 3: Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia. Sumber energi yang dihasilkan dari proses biji nyamplung dapat menghasilkan minyak nyamplung berupa biokerosene dan biodiesel. Karena minyak nyamplung yang dihasilkan masih merupakan bahan mentah (crude oil), maka sumber energi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar nabati adalah dalam bentuk biokerosene (alternatif minyak tanah) dan biodiesel (alternatif minyak solar). Pada kegiatan tahun 2009 dilakukan analisa minyak nyamplung untuk mengetahui produktivitas biokerosene asal populasi Jawa dan pada tahun 2011 dilanjutkan dengan analisa dari populasi nyamplung di luar Jawa dengan hasil tertinggi di Jawa sebagai kontrol. Karakter yang dianalisa meliputi: rendemen minyak nyamplung (crude oil) dilanjutkan dengan proses degumming (pemisahan getah) untuk mengetahui rendemen biokerosene, densitas, viskositas, daya kapilaritas dan efisiensi penyalaan api biokerosene Nyamplung. Setelah minyak nyamplung dipisahkan getahnya, dianalisis kadar asam lemak bebasnya (FFA) dan ditetapkan besaran jumlah preaksi metanol yang digunakan, kemudian minyak tersebut diolah lanjut menjadi biodiesel. Hasil penelitian menunjukkan, untuk proses esterifikasi, perbandingan molar metanol terhadap kadar FFA minyak Nyamplung hasil deguming yang optimum adalah 20:1. Setelah itu baru dilakukan proses pengolahannya. Proses pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel sangat tergantung dari kadar asam lemak bebas awal dari minyak Nyamplung setelah deguming (refined oil). Ada 3 kategori proses
pengolahan
minyak
Nyamplung
berdasarkan
pengolahannya yaitu : i) Proses Transesterifikasi (T) Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil ≤ 1%. ii) Proses Esterifikasi-Transesterifikasi (ET)
klasifikasi
kompleks/kerumitan
Proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil berkisar antara 10–20%. iii) Proses Esterifikasi-Esterifikasi-Transesterifikasi (EET) Proses ini digunakan apabila kadar FFA refined oil lebih besar dari 20%. Proses transesterifkasi, prinsipnya adalah mereaksikan refined oil dengan metanol teknis dalam perbandingan molar metanol terhadap berat refined oil 6:1 dengan menggunakan katalis NaOH/KOH 0,5% dan dipanaskan pada suhu 60oC selama 0,5 jam disertai pengadukan di dalam reaktor estrans yang terbuat stainless steel (baja tahan karat) yang tertutup rapat yang dilengkapi dengan sistim destilasi metanol yang menguap. Setelah proses selesai, biodiesel yang dihasilkan diendapkan selama 3–4 jam untuk memisahkan gliserol yang terbentuk dari pembuatan biodiesel tersebut. Dalam proses skala pabrik, pemisahan gliserol ini dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan alat sentrifuge. Air yang terbentuk dibawah permukaan biodiesel dicuci dengan menambahkan asam asetat glasial sebesar 0,01%, dicuci dengan air hangat suhu 60oC, dan kemudian sisa air diuapkan. Metanol yang tersisa dikeluarkan dan disatukan dengan larutan metanol yang terdestilasi untuk digunakan dalam proses berikutnya. Dengan proses ini, trigliserida langsung diubah menjadi metil ester, sedang asam lemak bebas akan tersabunkan dan bersatu dengan gliserol. Proses esterifikasi-transesterifikasi (ET), proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil cukup tinggi, karena apabila proses yang digunakan langsung transesterifikasi maka asam lemak bebas bukan diubah menjadi biodiesel, tetapi menjadi sabun. Prinsip proses ini adalah melakukan terlebih dahulu proses esterifikasi sebelum proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi dilakukan persis sama seperti dikemukakan dalam paragraf sebelumnya. Proses esterifikasi dilakukan dengan menambahkan metanol teknis dalam perbandingan molar metanol terhadap berat FFA 20:1, dan menggunakan katalis HCl 1%, dipanaskan pada suhu 60oC selama 1 jam dengan disertai pengadukan di dalam reaktor estrans yang terbuat dari baja tahan karat (stainless steel) yang tertutup rapat dilengkapi dengan sistim destilasi untuk metanol yang menguap. Selanjutnya setelah selesai, terhadap refined oil dilanjutkan dengan proses transesterifikasi seperti yang diterangkan dalam paragraf sebelumnya. Proses esterifikasi-esterifikasi-transesterifikasi (EET), proses ini digunakan apabila kadar FFA dari refined oil sangat tinggi, sehingga kadar asam lemak bebasnya juga tinggi. Kadar asam lemak bebas tersebut harus diubah dahulu dengan proses esterifikasi sebanyak 2 kali, sehingga asam lemak bebas dapat terbentuk menjadi metil ester dari pada terbentuk sabun. Prosedurnya sama dengan proses ET hanya saja proses esterifikasi dilakukan sebanyak 2 kali. Apabila dengan 2 kali esterifikasi belum berhasil (biasanya dalam keadaan ekstrim), maka dilakukan proses netralisasi dengan NaOH teknis untuk mengubah asam lemak bebas menjadi sabun. Resiko proses netralisasi ini adalah menurunnya nilai rendemen. Analisis sifat fisiko kimia biodiesel terdiri dari massa jenis, viskositas kinematik, bilangan setana, titik nyala, titik kabut, korosi kepingan tembaga, residu karbon, air dan sedimen, suhu
distilasi, abu tersulfatkan, belerang, fosfor, bilangan asam, gliserol total, kadar ester alkil dan bilangan iodium. Metode uji menggunakan prosedur dari SNI.
d). Sub topik 4: Analisa kandungan resin kumarin Nyamplung dari populasi di Indonesia. Biji nyamplung mengandung resin atau getah yang akan menggangu proses pengolahan biji nyamplung menjadi biofuel. Salah satunya adalah resin kumarin dan turunannya. Namun karena resin kumarin juga berpotensi sebagai obat anti kanker, maka dengan diketahuinya hubungan kandungan kumarin dengan rendemen biofuel (biokerosene dan biodiesel) maka dapat digunakan untuk dasar rekomendasi pemanfaatan biji nyamplung dari suatu populasi yang baik untuk produksi biofuel atau untuk bahan obat-obatan. Analisa kandungan resin kumarin dilakukan dengan menggunakan materi berupa crude oil dari 7 populasi Nyamplung hasil pengepresan pada tahun 2011, dan dari biji pada semua populasi yang telah dianalisa produktivitas biokerosenenya pada tahun 2010 dan 2011 yang diwakili oleh 12 populasi Nyamplung di pulau Jawa (6 populasi) dan di luar pulau Jawa (6 populasi).
2. Indikator Keberhasilan Pencapaian a) Diperolehnya materi genetik berupa buah nyamplung terseleksi dari 6 lokasi target dari populasi Jawa b) Diperolehnya biodiesel nyamplung dari 6 populasi di Indonesia c) Diperolehnya data dan informasi sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari 6 populasi di Indonesia d) Diperolehnya data dan informasi kandungan kumarin dari crude oil dan biji nyamplung
3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian a) Sub topik 1: Persiapan dan pengumpulan materi genetik Nyamplung dari populasi Nyamplung di Indonesia, yang kegiatannya meliputi : i)
Seleksi buah Nyamplung dari populasi Indonesia (Sumenep (Madura), Padang (Sumbar),
Selayar (Sulsel),
Dompu (NTB), Ketapang (Kalbar), dan Pulau Yapen (Papua)) hasil
eksplorasi tahun 2011 sebanyak 20 kg untuk masing-masing populasi yang akan digunakan dalam pembuatan biodiesel (Gambar 1).
Gambar 1. Seleksi buah Nyamplung hasil eksplorasi 2011 untuk pembuatan biodiesel ii) Eksplorasi di 6 populasi Jawa Banyuwangi (Jatim), Cilacap (Jateng), Purworejo (Jateng), Gunung Kidul (DIY), Pandeglang (Banten), dan Ciamis (Jabar) seperti terlihat pada Gambar 2 sampai dengan Gambar 7.
Buah Nyamplung yang diperoleh dari masing-masing populasi
cukup bervariasi jumlah dan kondisinya, sehingga setelah eksplorasi selesai, penanganan terhadap materi tersebut harus segera dilakukan. Antara lain melalui seleksi dan penjemuran. Seleksi dilakukan terhadap buah yang kondisi fisiknya masih utuh, berwarna coklat kehitaman, dan tidak terdapat jamur atau bekas serangan hama. Buah yang sudah kering dan terseleksi kemudian disimpan dalam karung yang diberi label asal populasi dan tahun eksplorasi dengan jelas, untuk selanjutnya disimpan di Laboratorium bioenergi BBPBPTH Yogyakarta. Materi tersebut akan digunakan untuk analisis resin kumarin dan pembuatan biodiesel untuk populasi dari Gunung Kidul (DIY).
Gambar 2. Tegakan dan buah nyamplung di Banyuwangi, Jatim
Gambar 3. Tegakan dan buah nyamplung di Gunung Kidul, DIY
Gambar 4. Tegakan dan buah nyamplung di Purworejo, Jateng
Gambar 5.
Tegakan dan buah nyamplung di Cilacap, Jateng
Gambar 6. Tegakan dan buah nyamplung di Ciamis (Jabar)
Gambar 7. Tegakan dan buah nyamplung di Pandeglang (Banten) b) Sub topik 2:
Ekstraksi biji dan persiapan biji Nyamplung dari hasil pengumpulan buah
Nyamplung di Indonesia : Sumenep (Madura), Gunung Kidul (Jawa), Selayar (Sulsel), Padang (Sumbar), Dompu (NTB), Ketapang (Kalbar), dan Yapen (Papua). Kegiatannya meliputi : i) Pemecahan (ekstraksi) buah Nyamplung.
Pemecahan adalah proses pemisahan biji
nyamplung dari cangkangnya. Pemecahan dapat dilakukan secara mekanis dengan menggunakan mesin pemecah sekaligus pemisah. (Gambar 8)
Gambar 8. Proses ekstraksi buah Nyamplung
ii)
Pengeringan biji Nyamplung, dimana biji yang telah dikupas dari cangkangnya dikeringan dengan dijemur sinar matahari selama 3 hari. Warna biji yang tadinya putih berubah menjadi kuning kecoklatan. (Gambar 9)
Gambar 9. Pengeringan biji nyamplung c) Sub topik 3 : Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia. Kegiatannya meliputi : i) Pembuatan biodiesel Nyamplung sebanyak 7 sampel dari populasi nyamplung di Indonesia masing-masing sebanyak 20 kg buah yang berasal dari Selayar (Sulsel), Sumenep (Madura), Pariaman (Padang), Ketapang (Kalbar), Yapen (Papua), Gunung Kidul (DIY), dan Dompu (NTB). Pembuatan biodiesel dilakukan oleh CV Enkorp Yogyakarta. Pengolahan buah nyamplung menjadi biodiesel melalui proses ekstraksi buah, penjemuran, pengepresan hingga menjadi Canophyllum Crude Oil (CCO), degumming, esterifikasi dan transesterifikasi. Proses ekstraksi dan penjemuran sudah dilakukan pada sub topik 2, sehingga skema proses pembuatan biodiesel Nyamplung dapat diuraikan sebagai berikut : - Pengepresan/pemerasan (expelling) Merupakan proses mengeluarkan minyak mentah nyamplung (Calophyllum Crude Oil) dari biji yang sudah dikeringkan. Proses ini menggunakan alat pemeras (expeller) berbahan steinless steel. Minyak mentah yang keluar masih berwarna hijau pekat. Minyak diperas dan ditampung pada wadah. Sebelum digunakan sebaiknya minyak diendapkan terlebih dahulu minimal 1 hari. (Gambar 10)
Gambar 10. Proses pengepressan biji Nyamplung menjadi minyak mentah (CCO) - Degumming Adalah proses mengeluarkan getah (gum) dari minyak mentah. Metode yang dipakai adalah dengan melarutkan asam phospat sebanyak 1% ke dalam minyak mentah kemudian dipanaskan dan diaduk. Pemanasan menggunakan suhu 6 0C. waktu pemanasan adalah sekitar 30 menit. Minyak mentah yang berwarna hijau akan berubah menjadi coklat atau kekuningan sesuai karakter biji nyamplung yang diolah. Setelah dipanaskan kemudian diendapkan. Gum (getah) akan berada dibawah, minyak diatas. Pengendapan minimal dilakukan selama 4-6 jam. (Gambar 11)
Gambar 11. Proses degumming (pemisahan gum dari minyak mentah) - Esterifikasi Merupakan reaksi yang mengubah Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid/FFA) menjadi senyawa FAME (Fatty Acid Methyl Eter) yang merupakan nama generik dari biodiesel. Dalam esterifikasi ini minyak yang telah di degum direaksikan dengan 20% (bobot/bobot) methanol. Dalam reaksi ini digunakan katalis H2SO4 sebanyak 2% yang dicampurkan ke dalam methanol. Pencampuran dilakukan dengan meneteskan asam sulfat secara perlahan, kemudian dilakukan
pengadukan supaya larut sempurna. Campuran methanol dan asam sulfat kemudian dituangkan ke dalam minyak dalam esterifikasi, lalu dipanaskan pada suhu 60-65 0C dan diaduk terusmenerus selama 2 jam. Setelah itu minyak akan mengeluarkan acid grease sebagai limbahnya. (Gambar 12)
Gambar 12. Proses esterifikasi - Transesterifikasi Merupakan reaksi yang mengubah trigliserida menjadi senyawa FAME (Fatty Acid Methyl Eter) yang merupakan nama generik dari biodiesel. Dalam tranesterifikasi ini minyak direaksikan dengan 20% (bobot/bobot) methanol (sama dengan esterifikasi namun dalam reaksi ini digunakan katalis NaOH
sebanyak 1%.
Bongkahan NaOH dicampurkan ke dalam methanol kemudian
diaduk hingga larut sempurna. Larutan methanol dan NaOH kemudian dituangkan ke dalam minyak, lalu dipanaskan pada suhu 60 - 650C, selama 2 jam. Kemudian diendapkan dan dipisahkan antara minyak dan gliserol. (Gambar 13)
Gambar 13. Proses transesterifikasi - Washing Merupakan proses pencucian crude biodiesel hasil transesterifikasi dengan menggunakan air. Air yang digunakan adalah air hangat suhu 500C sebanyak 30% (semakin banyak air semakin cepat proses washing). Kemudian diaduk kurang lebih selama 3 menit dan diendapkan kurang
lebih selama 1 jam. Air akan terpisah dibagian bawah. Pada pencampuran yang pertama air akan keruh, ulangi sampai air menjadi bening. Pada akhir pencucian air menjadi bersih. Bagian atas adalah wet biodiesel. (Gambar 14)
Gambar 14. Proses washing - Driying Biodiesel yang telah dicuci masih mempunyai kandungan air yang cukup tinggi. Air tesebut dapat dikeluarkan dengan melakukan pemanasan hingga suhu 90-1000C sehingga air menguap. (Gambar 15)
Gambar 15. Proses drying
ii)
Analisis rendemen biodiesel Nyamplung Tujuh populasi Nyamplung yang dibuat biodiesel pada termin 1 dan termin 2 memberikan
hasil yang bervariasi, terutama setelah proses degumming dengan rendemen CCO berkisar antara 29,2 – 62,0 % dan rendemen biodiesel berkisar antara 18,3 – 37,5 %.
Gambar 16. Biodiesel nyamplung dari populasi di Indonesia
iii) Analisis sifat fisiko- kimia biodiesel Nyamplung Analisis dimaksudkan untuk mengetahui data sifat fisika dan kimia biodiesel nyamplung dari 12 - 18 karakteristik biodiesel sebagai syarat mutu biodiesel ester alkil. Analisis menggunakan metode uji mutu biodiesel ester alkil sesuai dengan SNI 04-7182-2006 untuk Biodiesel. Analisa ini dilakukan untuk setiap sampel yang mewakili 7 populasi nyamplung di Indonesia (7 sampel biodiesel nyamplung). (Gambar 17). Hasil analisis sifat fisiko kimia diketahui bahwa sifat fisiko kimia biodiesel nyamplung yang diuji pada 18 sifat yang diujikan menunjukkan bahwa sampel biodiesel dari 7 populasi nyamplung di Indonesia memiliki variasi yang cukup beragam. Beberapa sifat masih berada di bawah standar sifat biodiesel SNI. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan penelitian lanjutan agar biodiesel nyamplung dapat memenuhi standar biodiesel sesuai SNI.
Gambar 17. Sampel biodiesel nyamplung untuk uji sifat fisiko-kimia biodiesel
d) Sub topik 4 : Analisa kandungan resin kumarin Nyamplung dari populasi di Indonesia, yang kegiatannya meliputi : i) Persiapan sampel crude oil dan buah nyamplung
Analisis kandungan kumarin total dilakukan terhadap crude oil Nyamplung hasil pembuatan tahun 2011 dan 2012 dari 7 populasi Indonesia: Padang (Sumbar); Gunung Kidul (DIY); Ketapang (Kalbar); Selayar (Sulsel); Dompu (NTB); Sumenep (Madura); Yapen (Papua). Sampel dari crude oil ini berjumlah 14 sampel. Berdasarkan informasi dari Laboratorium Fitokimia, jumlah crude oil Nyamplung yang dibutuhkan untuk analisis kumarin total adalah 10 ml dari masing-masing populasi. Dengan demikian stok crude oil Nyamplung hasil pembuatan 2011 dan 2012 dipindakan ke dalam botol sampel berkapasitas 12ml menggunakan pipet tetes dan ditutup rapat, serta diberi label. Botol sampel kemudian ditutup lagi menggunakan aluminium foil untuk mengurangi penyerapan cahaya. Hal ini dikarenakan kumarin sangat peka terhadap sinar matahari. (Gambar 18) Analisis kandungan kumarin total terhadap buah Nyamplung dari 12 populasi, yaitu Padang (Sumbar); Gunung Kidul (DIY); Ketapang (Kalbar); Selayar (Sulsel); Dompu (NTB); Sumenep (Madura); Yapen (Papua); Pandeglang (Banten), Ciamis (Jabar), Cilacap (Jateng), Purworejo (Jateng), dan Banyuwangi (Jatim). Buah Nyamplung yang dibutuhkan untuk analisa kumarin total berjumlah 10 buah dari tiap populasi, yang diambil secara acak agar dapat mewakili populasi tersebut. Buah diseleksi, kemudian dipecah untuk memastikan kondisi biji yang masih baik, yaitu ditandai dengan bentuk yang masih utuh dan warna kekuningan. Biji Nyamplung dimasukkan ke dalam plastik klip bag dan diberi label untuk tiap populasi. Sampel dari 12 populasi kemudian akan dibuat 3 replikasi untuk masing-masing populasi, sehingga jumlah sampel untuk analisa kumarin total dari biji Nyamplung adalah 36 sampel (Gambar 19)
Gambar 18. Persiapan sampel crude oil untuk analisa kandungan kumarin total
Gambar 19. Persiapan sampel buah nyamplung untuk analisa kandungan kumarin total
ii)
Analisa kandungan resin kumarin Analisa kandungan resin kumarin total pada crude oil dan buah nyamplung menggunakan
metode spektrofotometri menurut Chang (2002) dengan pembanding rutin. Hasil analisis kandungan kumarin pada buah dan crude oil Nyamplung sangat beragam. Secara umum kandungan kumarin pada curde oil Nyamplung lebih tinggi dibanding yang terdapat pada buah. Pada Crude oil Nyamplung, kandungan kumarin berkisar antara 0,226 – 1,331 %, sedangkan kumarin pada buah Nyamplung berkisar antara 0,101 – 0,415 %.
B. Potensi Pengembangan ke Depan 1. Kerangka Pengembangan ke Depan Rencana pengembangan kegiatan penelitian ini adalah melakukan desiminasi (sosialisasi) hasil litbangyasa, serta penjajakan akan potensi pemanfaatan lanjutan dari resin kumarin serta hasil limbah selama proses pembuatan biodiesel Nyamplung.
2. Strategi Pengembangan ke Depan a) Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah yang mengembangkan program DME berbasis Nyamplung. b) Melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian lain untuk pengembangan penelitian bioenergi dan turunannya. c) Mencari funding untuk merealisasikan point a dan b di atas.
BAB IV. SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Sinergi Koodinasi Kelembagaan Program 1. Kerangka Sinergi Koordinasi Implementasi hasil penelitian nyamplung sebagai bahan baku biofuel memerlukan integrasi dari banyak disiplin ilmu terkait sehingga dapat menghasilkan paket teknologi yang komprehensif dari hulu hingga hilir. Dari bidang kehutanan, iptek yang diperlukan adalah menyiapkan bahan baku pada hulu untuk menghasilkan biji dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi. Sedangkan bidang lain yang dapat terlibat antara lain dari bidang sosial dan ekonomi, proses pengolahan biofuel, pemasaran, kebijakan, dll. Terkait dengan hal tersebut diperlukan koordinasi dengan lembaga penanggung jawab sumber daya energi seperti Kementerian ESDM dengan lembagalembaga terkait lainnya (LIPI, Lemigas, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, dll.) dalam menunjang program Desa Mandiri Energi (DME) berbasis bahan bakar nabati. Strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan di atas adalah dengan mengaktifkan forum komunikasi energi terbarukan dan mengadakan forum ilmiah secara periodik (workshop) serta sosialisasi hasil penelitian melalui gelar teknologi, pameran, road show, dll. 2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi Indikator keberhasilan dari sinergi koordinasi adalah: a) Hasil penelitian di sinergikan dan dikomunikasikan dengan lembaga terkait (Kementerian ESDM, Lemigas, Pemerintah Daerah, dll.). b) Hasil penelitian dipublikasikan dan didesiminasikan melalui jalur informasi dan forum diskusi atau seminar.
3. Perkembangan Sinergi Koordinasi Sejak pengembangan bio-energi melalui program DME berbasis nyamplug dilaunching pada tahun 2008, telah dilaksanakan sosialisasi dalam berbagai kegiatan bekerjasama dengan Kementerian ESDM, Pemerintah Daerah, dll. seperti penerbitan buku, presentasi dalam seminar, workshop, demo dan uji coba antara lain sbb.: 1). Penerbitan buku berjudul “Nyamplung, sumber energi biofuel yang potensial“ yang telah disebarluaskan secara gratis di berbagai seminar, 2). Presentasi dalam Seminar Nasional Nyamplung di Jakarta (2008), 3) Workshop Temu Nasional Desa Energi Mandiri di Bali (2008), 4) Presentasi dalam Pertemuan Bilateral Badan Litbang Kehutanan dengan FRIM (Malaysia) (2008), 5) Pameran hasil penelitian bioenergi di Kalimantan Timur (2009), 6) Presentasi Strategi Pemuliaan Nyamplung sebagai Bahan Baku Biofuel pada Seminar Nasional Sains dan Teknologi III di Universitas Lampung (2010), dll. Peneliti utama dalam penelitian pemuliaan nyamplung ini terlibat dalam beberapa kegiatan tersebut di atas.
B. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Kerangka pemanfaatan hasil Litbangyasa diarahkan untuk pembangunan di daerah terutama untuk mendukung kebutuhan masyarakat terhadap energi alternatif yang dapat diperoleh dari bioenergi. Hasil litkayasa berupa rekomendasi untuk mendukung stategi pembangunan daerah ddalam memanfaatkan buah nyamplung secara optimal. Selain itu sebagai bagian dari tupoksi sebagai lembaga penelitian, maka pemanfaatan hasil litbangyasa didesiminasikan melalui jurnal dan atau berupa paten untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan. Strategi pemanfaatan hasil litbangyasa dengan menjadikan Informasi potensi produktivitas biodiesel nyamplung dari populasi di Indonesia sebagai bahan rekomendasi pengembangan program Desa Mandiri Enenrgi (DME) berbasis nyamplung di Indonesia. Informasi tersebut secara bertahap akan dipublikasikan melalui jurnal ilmiah dan disampaikan pada forum ilmiah (workshop, seminar, alih teknologi, dll.) 2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan Indikator keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa adalah: a) Publkasi hasil penelitian melalui jurnal, prosiding seminar/workshop, dll. b) Alih teknologi hasil penelitian melalui gelar teknologi, pelatihan, dll. 3. Perkembangan Pemanfaatan Pemanfaatan hasil litbangyasa dari hasil penelitian sejak tahun 2009 (Insetif DIKTI) hingga saat ini telah dilakukan melalui publikasi ilmiah pada prosiding Sintesa Hasil Penelitian di Bogor (2010) dan disampaikan pada forum ilmiah pada International Seminar INAFOR di Bogor (2011) serta desiminasi melalui alih teknologi dengan petani nyamplung di Kebumen (2010) dan di Purworejo (2011). Pemanfaatan hasil litbangyasa pada termin pertama ini belum dapat dilakukan karena masih diperlukan data dan analisis yang komprehensif hingga penelitian ini selesai dilakukan.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahapan pelaksanaan kegiatan meliputi 4 sub topik, yaitu: 1) Persiapan dan pengumpulan materi genetik dari populasi Nyamplung di Indonesia, 2) Ekstraksi dan persiapan biji Nyamplung dari populasi di Indonesia, 3) Analisa rendemen dan sifat fisiko-kimia biodiesel Nyamplung dari populasi di Indonesia, dan 4). Analisa kandungan resin kumarin pada Nyamplung dari populasi di Indonesia. Sedangkan pengelolaan anggaran dituangkan dalam bentuk Rencana Operasional (RO) untuk lebih mensinkronkan tata waktu pekerjaan dan biaya yang dibutuhkan. 2. Metode Pencapaian Target Kinerja Sesuai dengan indikator keberhasilan pencapaian target kinerja, maka penelitian ini menghasilkan : a) Materi genetik berupa buah nyamplung terseleksi dari 6 lokasi target dari populasi Jawa (Banyuwangi (Jatim), Cilacap (Jateng), Purworejo (Jateng), Gunung Kidul (DIY), Carita (Banten), dan BatuKaras (Jabar)). b) Biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia: Sumenep (Madura), Gunung Kidul (Jawa), Selayar (Sulsel), Padang (Sumbar), Dompu (NTB), Ketapang (Kalbar), dan Yapen (Papua). Rendemen CCO berkisar antara 29,2 – 62,0 %, sedangkan rendemen biodiesel berkisar antara 18,3 – 37,5%. c) Data dan informasi sifat fisiko-kimia biodiesel nyamplung dari 7 populasi di Indonesia: Sumenep (Madura), Gunung Kidul (Jawa), Selayar (Sulsel), Padang (Sumbar), Dompu (NTB), Ketapang (Kalbar), dan Yapen (Papua). Biodiesel nyamplung masih memiliki sifat fisiko kimia di bawah standar SNI biodiesel. d) Data dan informasi kandungan kumarin dari crude oil dan biji nyamplung dari 6 populasi nyamplung di Jawa dan 6 populasi nyamplung di luar Jawa. Kandungan kumarin dari crude oil Nyamplung berkisar antara 0,226 – 1,331%, sedangkan kumarin pada buah berkisar antara 0,101 – 0,415%. 3. Potensi Pengembangan ke Depan Penelitian ini masih sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terutama berkaitan dengan desiminasi (sosialisasi) hasil litbangyasa, serta penjajakan akan pemanfaatan lanjutan dari limbah proses pembuatan biodiesel Nyamplung dan produk turunannya, yang dapat dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai pihak.
4. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program Penelitian ini melakukan sinergi dan koordinasi dengan berbagai lembaga pemerintah dan non pemerintah yang menangani sumber daya energi terbaharukan, melalui forum komunikasi energi terbaharukan dan forum ilmiah yang membahas energi secara periodik. 5. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa Pemanfaatan hasil litbangyasa akan dilakukan dengan menjadikan informasi potensi produktivitas biodiesel nyamplung dari populasi di Indonesia sebagai bahan rekomendasi pengembangan program Desa Mandiri Enenrgi (DME) berbasis nyamplung di Indonesia yang secara bertahap akan dipublikasikan melalui forum ilmiah dan media publikasi ilmiah.
B. Saran 1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Dari hasil pembuatan biodiesel dan analisis sifat fisiko-kimia dan kandungan kumarin akan digunakan untuk memberikan rekomendasi terhadap penyempurnaan proses pembuatan biodiesel (prototipe alat dan atau metode pengolahannya) dan memaksimalkan pemanfaatan populasi nyamplung sesuai dengan potensi yang dimiliki pada masing-masing populasi. Selain itu akan dilakukan sosialisasi hasil penelitian untuk mendukung program DME berbasis nyamplung pada daerah-daerah potensial melalui gelar teknologi, workshop, seminar, dll. 2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek Hasil penelitian ini masih memerlukan dukungan program ristek untuk melengkapi informasi pemanfaatan limbah yang dihasilkan dari buah maupun dari proses pembuatan biodiesel nyamplung. Hal ini diperlukan agar dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh buah nyamplung sebagai bahan alternatif minyak nabati (biofuel). Potensi pemanfataan limbah tersebut antara lain dari tempurung buah nyamplung yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan briket arang maupun asap cair (desinfektan), bungkil hasil pengepresan biji nyamplung yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol, pakan ternak, maupun pupuk organik, dan gliserol dari hasil transesterifikasi yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sabun nabati.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbanghut (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan). 2008. Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) Sumber energi biofuel yang potensial. Jakarta. Burley, J.; Wood, P.J. and Lines, R. 1976. A guide to field practice: Manual on species and provenance research with particular reference to the tropics. Trop. For. Pop. 10 Comm. For. Ins. Oxford. ESDM. 2006. Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2006 – 2025: Sesuai Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006. Jakarta. Hacket C. 1991. Plantgro-A Software Package for Coarse Prediction of Plant Growth. CSIRO, Australia. 242 pp. Leksono,B., Mahfudz, Nurtjahjaningsih,ILG., Lisnawati,Y. 2009. Teknik Pengembangan Sumber Benih Nyamplung (Calophyllum inophyllum L): Modul Pelatihan Untuk Pelaksana Demplot DME Berbasis Hutan Tanaman Nyamplung. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Leksono,B., Widyatmoko,AYPBC. 2010. Strategi pemuliaan nyamplung (Calophyllum inophyllum) untuk bahan baku biofuel. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi III “Peran Strategis Sains dan Teknologi dalam Mencapai Kemandirian Bangsa”. Universitas Lampung 18-19 Oktober 2010. p.125-137 Leksono,B., Lisnawati,Y., Rahman,E. dan Putri,KP. 2011. Potensi tegakan dan karakteristik lahan enam populasi nyamplung (Calophyllum inophyllum) ras Jawa. Prosiding workshop sintesa hasil penelitian hutan tanaman 2010. Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan, Bogor. p:397-408. Leksono, B. dan Putri, KP. 2012. Variasi ukuran buah - biji dan sifat fisiko - kimia minyak nyamplung (calopyllum inophyllum l.) dari enam populasi di jawa. Prosiding Seminar Nasional Hasil Hutan Bukan Kayu. BPTHHBK Mataram. 12 September 2012 (dalam proses pencetakan) Hasnah,T. dan Leksono B. 2012. Variasi genetik pertumbuhan semai, kandungan nitrogen jaringan dan klorofil antar populasi nyamplung (calophyllum inophyllum l.) di pulau Jawa. Prosiding Seminar Nasional Hasil Hutan Bukan Kayu. BPTHHBK Mataram. 12 September 2012 (dalam proses pencetakan) Putri,KP., Leksono,B. dan Rahman,E. 2012. Interaksi genotipe dan lingkungan pada pertumbuhan bibit nyamplung (calophyllum inophyllum l.) di tiga lokasi. Prosiding Seminar Nasional Hasil Hutan Bukan Kayu. BPTHHBK Mataram. 12 September 2012 (dalam proses pencetakan) Dephut (Departemen Kehutanan). 2008. Minyak Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) dari Kroya. Majalah Kehutanan Indonesia, Edisi IX Tahun 2008. Jakarta. P3BPTH (Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan). 2004. Sekilas Hutan Penelitian Watusipat, Playen, Gunung Kidul. Yogyakarta. Priyono NSC. 1999. Pedoman Teknis Kesesuaian Lahan dan Jenis-Jenis HTI. Dephutbun, Badan Litbang Kehutanan dan Perkebunan. BTP DAS Surakarta. Rahman,F dan Prabaswara, A. 2008. Biji Nyamplung sebagai Sumber Energi Alternatif. Pemenang karya tulis SMA wisata iptek 2007. Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Rochandi,I. 2008. Biji Buah Nyamplung Bahan Baku Alternatif Minyak Tanah. the Journalist online. dilihat pada tanggal Juli 2008. http://www. seputarindonesia.com/edisicetak/ragam/biji-buah-nyamplungbahan-baku-alternatif-minyak.html. The Journalist.
Sahirman. 2008. Penelitian Pembuatan Biodisel dari Biji Nyamplung dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. Disertasi. Fakultas Teknologi Industri. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soerjawidjaja, T.H. 2005. Potensi Sumber Daya Hayati Indonesia dalam Menghasilkan Bahan Bakar Hayati BBM. Makalah Lokakarya “Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Energi Alternatif Untuk Keberlanjutan Industri Perkebunan dan Kesejahteraan Masyarakat”. Hotel Horrison. Bandung. Sopamena,CHA. 2007. Hitaullo (Calophyllum inophyllum L.): Sumber Energi Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Tanaman Konservasi. ISBN 978-979-15684-0-19 789791> BAPINDO. Bandung. Sudrajat,R. 2006. Laporan Pembuatan Biodisel dari Biji Nyamplung. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Litbang Hasil Hutan, Bogor. (tidak diterbitkan). Willan,R.L. 1985. Species and Provenance Trials. Forest Tree Improvement. FAO Forestry Paper 20. Pp.103-111. Wright, J.W, 1976, Introduction to Fransisco, London.
Forest
Genetics,
Academic Press Inc.,New York, San
Zobel,BJ. and Talbert,JT. 1984. Applied forest tree improvement. John Wiley & Sons Inc. Canada.