Evolusi Keamanan Internasional
Andi Widjajanto 081319520065
[email protected]
[email protected]
Rabu, 2 September 2009 Tentang Andi Widjajanto Seorang realis yang menulis seluruh skripsi dan tesis tentang perang. Berpandangan pendek dan menyukai solusi jangka pendek. Security = Isu-isu apapun yang dapat berujung perang.
Mata kuliah membahas tiga konsep utama: 1. Konsep war: perang generasi 1-5. 2. Konsep security: traditional security, critical non-traditional security, constructivist nontraditional security. 3. Konsep peace: peace studies, conflict resolution. Tidak ada UTS maupun UAS, namun ada tiga paper: Paper war dikumpulkan pada saat UTS, paper security dan peace dikumpulkan pada saat UAS. Penilaian paper: Pokok pemikiran tokoh: 20%. Kontribusi pemikiran tokoh terhadap konsep dan teori: 40%. Relevansi pemikiran tokoh dengan kenyataan: 40%. Debat Paradigmatik Variasi Paradigma: Doyle: Realist, Liberalist, Structuralist. Viotti-Kauppi: Realist, Pluralist, Globalist - Jangan gunakan Viotti-Kauppi dengan Andi Widjajanto. Knudsen: Realist, Rationalist, Revolutionarist. Weaver: Realist-Rationalist, Reflectionalist. Steans-Pettiford: Realist, Liberalist, Structuralist, Critical-PostModernist-Feminist-Green Thought.
Dominasi Realisme Konsep utama: War, Power, Security, Peace. WAR Conduct of Warfare, Cause of War, Military Sciences (Cause of War adalah awal ilmu hubungan internasional yang dibahas dalam buku guru besar ilmu HI pertama, E.H. Carr, The 20 Year's Crises) | POWER Classical-Neo Realism, Critical Realism, Cultural Realism (Andi W. adalah kombinasi Neo Realism dengan Cultural Realism) | Evolusi Keamanan Internasional Page 1
dengan Cultural Realism) | SECURITY Non-Traditional Security, Comprehensive Security Actors | PEACE Conflict Resolution, Peace Studies WAR Conduct of War: Order of Battle, Force Employment, Weapons Dynamics | Causes of War: International System, Political Structure, Nature of Grand Strategy, Idiosyncratic Factors | Military Sciences: Sociology of War, Geo-Strategy, Military Technical Revolution POWER Realism: Classical (Defensive), Neo Realism (Offensive), Structural Realism (Defensive), Critical Realism, Cultural Realism, Security Studies
SECURITY Security: Threat, Vulnerability: Insecurity Vulnerability: Insecurity; Security: Public Goods, Security: Human Security Security: Public Goods; Comprehensive Security: State Centre Security: Human Security; Comprehensive Security: Non-State Actors Roles, Non-Traditional Security PEACE Peace: Peace Studies, Conflict Resolution Peace Studies: Positive Peace, Transcendental Peace Conflict Resolution: Preventive Diplomacy, Reconciliation, Crisis Management, Humanitarian Intervention Si vis pacem para bellum X Quo desiderat pacem, preparet pacem Who desires peace, prepare war X Who desires peace, prepare peace
Tantangan untuk Realisme I Ontologi: War-Power: Conflict, Ideas-Institution: Cooperation | Epistemologi: Positivist, Critical-Post Positivist | Aksiologi: ??? Hegemonic Stability WAR
Positivist
International Cooperation
New World Order
Classical Realism; Neo Realism
Interpretiv Structural Realism e Critical COOPERATIO Positivist N Interpretiv e
Security Studies Game Theory
Liberalism Neo Institutionalism Functionalism; NeoLiberalism
Evolusi Keamanan Internasional Page 2
Liberal Peace; Conflict Studies
e
Liberalism
Critical
Peace Studies
STRUCTURAL Positivist GAP
Conflict Resolution
Interpretiv Cultural Realism e
Post-Colonialism
Critical
Feminism; Green Thought
Critical Realism
Paradigma-Indonesia 2050? Neo-Liberalism: Weak State Cultural Realism: Strategic Culture Entrapment Structural Realism: Complex Balancing Great Power 2050 Peramalan Andi Widjajanto 2010 -2050: Cina bangkit, menjadi maritime power, bersinggungan dengan AS. 2050-2070: AS akan berperang dengan Cina, Cina keluar sebagai pemenang. Indonesia tumbuh sebagai great power. 2070-2100: Indonesia akan berperang dengan Cina. Indonesia harus mempersiapkan diri untuk berperang dengan Cina 70 tahun mendatang. Worst Case Scenario Pengkaji Keamanan Internasional harus mempersiapkan worst-case scenario. Best-case scenario hanya untuk Ekonomi Politik Internasional atau Masyarakat Transnasional, ketika solusi mereka gagal maka mereka hanya dapat berpaling kepada Pengkaji Keamanan Internasional.
Norman Angelli's Illusion 1830-1870: Periode emas diplomasi Eropa, di mana raja dan ratu di negara-negara Eropa seluruhnya satu keluarga karena ikatan pernikahan. Pada 1909, Norman Angelli menulis buku dengan tesis dengan melihat apa yang terjadi di Eropa, tidak akan terjadi perang di negara Eropa karena menjadi tidak relevan. Kemudian terjadi Perang Dunia dua kali berturut-turut dengan pusatnya di Eropa. Transformasi Pertahanan 2050: penelitian Andi Widjajanto Kekuatan utama Indonesia saat ini adalah demokrasi. Introduksi demokrasi di Cina, Malaysia, atau Singapura akan membuat mereka kolaps. 2009 GDP per kapita: $2,200, GDP per kapita akan stabil ketika mencapai $3,000. Masih ada kesalahan demokrasi, namun semua orang membawanya ke MA, bukan ke jalan. Jarak tactical antara Densus 88 - Noordin M. Top akan semakin berkurang. Dengan GDP per kapita $2,200 pertumbuhan Indonesia sudah mencapai 7-8%, 2014 Titik krusial, harus ada pemenuhan minimal essential forces dan kita akan melihat angkatan bersenjata meningkat pesat. Masalah anggaran berakhir. 2050 Transformasi pertahanan Indonesia 2066 Trivia Seragam tentara NATO diproduksi di Solo, Indonesia (meskipun dirancang Armani), pemilik industri Pak Harmoko mantan Menteri Penerangan. AS juga sudah memesan peluru .5.56 kepada industri Pindad.
Evolusi Keamanan Internasional Page 3
Wednesday, September 16, 2009 11:33 AM
Rabu, 9 September 2009 Perang Generasi I Pemikiran Clausewitz: Nature of war
Politics
|
ART >< SCIENCE | Method
1 Decisive battle
Conduct of war
| |
|
Victory
War
Trinity
Military environment
People -passion
| |
Absolute war
1. Enemy forces 2. Occupation (of central capital)
Fog of war -- kondisi yang akhirnya 3. Leaderships menciptakan Friction -- atasi dengan Logistic Reason--govt
Chance-Risk--military
1st: Order of war--Gustavus Aldovus: raja Swedia yang berhasil menciptakan pengorganisasian tentar, membawa kembali sejarah keteraturan 2nd: Firepower 3rd: Maneuvre/Speed --> Nuclear war 4th: Guerilla war/Assymetrical war 5th: Info war
•
•
•
•
POLITICS Clausewitz tidak terlalu peduli dengan causes of war, yang menurutnya hanyalah masalah politik. Ia berusaha mengaitkan politik dengan nature of war. Hal inilah yang dibahas oleh para pemikir realis berikutnya (power, national interest, dll). Menurut Clausewitz, nature of war terdiri atas trinitas people, government, dan military. People memiliki passion yang dapat berujung violence, seperti kasus Dayak-Madura. Passion ini harus ditekan oleh pemerintah. Pemikiran ini mirip dengan Hobbes, yang menekankan bahwa untuk menekan passion ini negara perlu menjadi monster (Leviathan) dengan mengembangkan militer. Pada saat damai, monster ini dikurung di gua-gua terpencil (barak militer). Senada dengan pemikiran ini, Clausewitz mengungkapkan bahwa untuk menekan passion ini diperlukan logika dan rasionalitas reason dari government dan chance dan risk dari militer. Military genius adalah orang yang akan menyelesaikan masalah antara people, government, dan military. Clausewitz mendambakan military genius seperti Napoleon dalam tentara Prussia, yang dapat menggunakan passion dari people kemudian diubah menggunakan reason demi menambah kekuatan militer. Clausewitz juga memandang Napoleon dapat mengalahkan risiko-risiko tersebut. Dari trinitas people-reason-chance muncul berbagai teori, seperti mobilisasi (people-chance) game theory (people-reason), teori-teori organisasi militer (reason-risk). Passion-reason-chance seringkali disebut sebagai "the holy trinity of war", sementara people-government-military merupakan "the operational trinity of war". WAR Evolusi Keamanan Internasional Page 4
WAR • Tujuan Clausewitz mempelajari war adalah untuk mempelajari absolute war, yaitu suatu decisive battle yang menentukan kalah-menangnya perang suatu negara. • Victory bagi Clausewitz adalah kehancuran enemy forces, occupation (of capital city), dan leadership. Hal ini adalah center of gravity perang, di mana Clausewitz memikirkan bagaimana dalam satu kali serangan dapat menghancurkan center of gravity. Hal ini menurut Clausewitz adalah theoretical war, yang disebut juga ideal war, yang menurut Clausewitz takkan pernah ada. (Hal ini dipatahkan setelah pengembangan absolute weapon=nuklir, di mana satu serangan nuklir dapat menghancurkan center of gravity.) • Dalam info war, tiap-tiap yang berperang berusaha mencari center of gravity sehingga perang menjadi effect-based operation. • Clausewitz lebih meyakini art of war daripada science of war, karena military environment labil, sehingga menciptakan fog of war juga friction. Contohnya, ketika Battle of Bulge, tentara Jerman kalah karena tank-tank Jerman kehabisan bensin pada jarak yang sangat jauh dari logistik; juga ketika pertempuran di Afrika Utara 1943, tentara Rommel kalah dari Montgomery karena terserang disentri dan diare, sementara tentara Montgomery tidak terserang penyakit serupa karena membuat kakus portabel. • Bagi Clausewitz, aliran logistik yang baik adalah kunci kemenangan perang, hal yang dapat mengatasi military environment yang tidak stabil tersebut.
Sumbangan terbesar Clausewitz: 1. Causes of war: dari sini, para pemikir realis sepakat bahwa hal tersebut dapat dirumuskan sebagai power. 2. Trinity: dari trinitas ini muncul berbagai teori seperti mobilisasi (people-chance) game theory (peoplereason), teori-teori organisasi militer (reason-risk). Teori military genius juga menjadi ilham bagi ambisi teknologi AS: trinitas UAV-Digital Battle Space-War Gaming. 3. Decisive battle, center of gravity, absolute war --> menjadi ilham senjata nuklir Kritik terhadap Clausewitz: Clausewitz menganggap war hanya dapat diselesaikan dengan victory berupa penghancuran center of gravity, sementara masa ini banyak perang yang tidak diakhiri dengan decisive battle, seperti perebutan Irian barat. Clausewitz menganggap war, politics, dan economy tidak dapat dijalankan bersama, berbeda dengan Sun Tzu.
Evolusi Keamanan Internasional Page 5
Wednesday, September 16, 2009 11:32 AM
Rabu, 16 September 2009 Perang Generasi II Clausewitz vs Jominni
OFF vs DEF
Tech-->Off (Def) RMA
• Art vs Science
• Why off? Why def? - "Terrain" - "Firepower"
• Deterministic?
• Decisive battle vs Decisive point Mahan Strategic movement Passive "Maneuvre"
• OFF "Man" "Mechanised warfare"
• Off-def balance "Way of warfare" --> Cultural realism
• Aggressive defense vs Offensive defensive - Counter attack "Attrition"
• DEF "Siege warfare" --> Defense in-depth "Fortification"
• Concentration of force vs Differential concentration of force J.F.C. Fuller dan B. Liddlehart Baca disertasi doktoral Stephen Biddle tentang perimbangan antara offense dan defense. Clausewitz vs Jomini - Karena Clausewitz melihat adanya decisive battle, diperlukan concentration of force untuk menghadapi one decisive battle. Hal ini melahirkan apa yang disebut attrition. Doktrin Clausewitz sangat kental dalam angkatan laut dan pemikiran Mahan. Strategi Inggris Raya pada masa pertengahan adalah attrition, ditandai dengan didirikannya fortification (benteng) yang sangat banyak. - Jomini melihat decisive point. Dalam suatu battle, setelah dilakukan berbagai movement, akan sampai pada suatu titik di mana pasukan dapat menghancurkan sebagian besar lawan. Dengan adanya one decisive point, diperlukan strategic movement yang melahirkan apa yang diebut maneuvre. - Clausewitz lebih menginginkan defense, sementara Jomini lebih menginginkan offense. Bagi Clausewitz, strategi defensive hanya akan berguna apabila bersifat agresif yang ditandai dengan adanya counter attack. Bagi Clausewitz, caranya sederhana: ia membuat supaya ketika lawan bergerak, lawan terus-menerus dipukul oleh pertahanan, mundur, dipukul lagi oleh pertahanan, mundur, hingga akhirnya ia berhadapan dengan pasukan yang cukup besar untuk melakukan counter attack. Hal ini dilakukan cukup banyak hingga logistic line (interior line) cukup panjang. Ketika lawan kembali ke interior line, itulah saat untuk melakukan counter attack. Kalau perlu, lawan dipancing ke benteng kita untuk kemudian dipukul balik. Banyak yang menduga bahwa pemikiran Clausewitz ini didasarkan gerakan Napoleon ke Rusia, di mana Moskow terus-menerus mundur. - Jomini menginginkan offensive defense. Dalam lini pasukan, sayap pasukan harus terus-menerus melakukan serangan (differential concentration of force) untuk menimbulkan fraction, yaitu decisive point, dan pada poin tersebut hancurkan. Contoh strategi ini adalah Pertempuran D-Day. Hal ini menimbulkan perdebatan dalam ilmu militer (dan ilmu HI: realisme X neorealisme) tentang apakah yang lebih penting: offense atau defense. Evolusi Keamanan Internasional Page 6
apakah yang lebih penting: offense atau defense.
J.F.C. Fuller adalah orang yang beberapa kali diminta melakukan perencanaan ofensif Inggris pada masa Perang Dunia. April 1939 ia diundang ke Berlin oleh Hitler melihat parade militer Nazi, Hitler merujuk pada pasukan mekanisasi Jerman sebagai "anak Fuller". Hitler: "Apakah kau mengenali anakmu?" Fuller: "Anak itu sudah berkembang pesat sehingga aku tidak mengenalinya." Bagi Fuller, offensive adalah maneuvre sementara defensive adalah siege warfare (perang benteng). Fuller dan Liddlehart sama-sama mencari perimbangan offensive dan defensive. Fuller mengatakan bahwa defensive lebih unggul pada saat perang dengan tank masih pada tahap awal, ketika Perang Dunia I terjebak dalam stalemate dalam parit. Bagi Fuller, pilihan offense atau defense tergantung pada terrain dan firepower. Setelah melihat perkembangan tank dan pesawat-pesawat pengebom, Fuller berpendapat bahwa pada saat terciptanya mechanized warfare yang efektif, siege warfare akan berhasil apabila ia defense in-depth dengan fortification. B. Liddlehart mengungkapkan bahwa teknologi adalah yang memengaruhi offense atau defense. Pemikiran ini yang menjadi cikal-bakal revolutions in military affairs (RMA). Dia berpendapat bahwa stalemate terjadi karena tidak ada yang mau mengorbankan pasukan besar dengan melintasi parit. Dia melihat kehadiran tank mengubah semua itu, tank mengubah offense menjadi unggul. Kata-kata offense-defense balance baru muncul setelah Jack Snyder pada 1980 membuat disertasi untuk menerangkan Perang Dunia I. Mearsheimer pun dikenal sebagai defensive realist sedangkan Kenneth Snyder dikenal sebagai offensive realist. Namun, Liddlehart tidak deterministik, teknologi harus terserap ke dalam way of warfare atau teknologi tidak akan mengubah offense-defense secara signifikan. Way of warfare pada 1990 menjadi cultural realism dimulai oleh Colin Gray dilanjutkan Alistar Ian Jhonston. Ketika offense-defense balance, konsep penting lainnya dari Liddlehart adalah 1. Force to force, yaitu satu pasukan melawan pasukan. Terdapat rumus 3:1, yaitu ketika suatu pasukan ingin menyerang dengan force to force, pasukan tersebut harus 3x lipat lebih kuat daripada pasukan lawan. 2. Force to space ratio, yaitu strategi yang berbasis penguasaan zona pertahanan. Dengan adanya revolusi teknologi, Liddlehart memikirkan konsep ini. Apabila fornt line musuh kuat, tetap berlaku rumus 3:1. Namun apabila front line musuh tidak terlalu kuat, rumus ini tidak berlaku. Konsep ini menghasilkan suatu strategi yang disebut "theatre campaign".
Debat offense-defense lama dilupakan ilmu HI hingga Robert Jervis (1981) mengangkatnya kembali ketika menulis World Politics tentang security dilemma. Dunia stabil Jervis adalah ketika karakter senjata offense lebih lemah daripada defense dan teknologi offense tidak sama dengan defense. Karakter senjata
OFF = DEF
OFF > DEF
Dunia dengan dilema keamanan tinggi Dunia akan mengalami arms race tinggi
OFF < DEF
OFF ≠ DEF
Dunia stabil Jervis
Petunjuk pembuatan makalah: Contoh: Liddlehart - Who is Liddlehart? 2-3 paragraf - Why is Liddlehart important? Main argument Tuliskan paragraf ke-4 ini paling akhir - Pembahasan: Kontribusi Liddlehart Relevansi Liddlehart ke teori-teori perang dan HI Aplikasi teori dalam membahas studi kasus perang (Dapat juga menyatakan bahwa pemikiran tidak relevan dengan perang, seperti argumen kaum NeoClausewitzian yang menyatakan bahwa pemikiran Clausewitz tidak relevan dalam menjelaskan senjata Evolusi Keamanan Internasional Page 7
Clausewitzian yang menyatakan bahwa pemikiran Clausewitz tidak relevan dalam menjelaskan senjata nuklir: ada absolute weapon namun tidak terjadi absolute battle)
Evolusi Keamanan Internasional Page 8
Wednesday, October 07, 2009 11:20 AM
Rabu, 7 Oktober 2009 Perang Generasi IV • POLITICAL STRUGGLE Search literatur: Lind Thomas Hemmes - Ideological war Mao Ze-Dong = Perang sebagai kelanjutan tujuan-tujuan politik, kemenangannya merupakan kemenangan politik. Seluruh perang memiliki basis ideologi, yang harus memiliki tujuan ideologi tertentu. Mao meredefinisi kemenangan (redefining victory), sementara perang generasi I - III bertujuan decisive battle, bagi Mao victory memiliki berbagai tingkat. Victory I = sekedar mengalahkan kekuatan militer lawan Victory II = berhasil menggantikan rezim politik suatu negara Victory III = sistemik, kemenangan ideologi di tataran internasional - State -- non-state Sebelum ada insurgency gerilya di wilayah-wilayah koloni, tidak ada pertarungan state dengan nonstate. Mao betul-betul membentuk milisi di dalam negara untuk menghancurkan pemerintahan negara Terjadi pergeseran konsep monopoly of power di tangan negara, bahkan tidak lagi terjadi monopoly of war di tangan negara. - Private security / Military company Mercenary --> Insurgency --> Terror --> Private Military Company Pada masa Westphalia, seluruh pertempuran dilakukan oleh para tentara bayaran. Para bangsawan lebih suka membangun benteng daripada membangun regular army. Terdapat juga negara-negara yang spesialisasinya menyediakan tentara bayaran, seperti Swis (masih melakukan itu) dan Spanyol. Perang semakin sistemik, namun aktor semakin menyebar: Systemic Hegemonic war al Qaeda war? State monopoly
Rebellion
Insurgency / terror
Dispersive actor
Sub-state Perang generasi IV berada di kuadran I dan IV.
• OPS: ASSYMETRIC WAR Search literatur: Arraguin - Toft Strategic interaction - Political interaction Strong actor vs weak actor Evolusi Keamanan Internasional Page 9
Strong actor vs weak actor WA will always look for political legitimacy --> cause (Political legitimacy tidak sah) Karena hal ini, aktor-aktor HI harus mengupayakan desekuritisasi dan menyerahkan penanganan pertama pada kalangan sipil. - Bureaucratic interaction Centralized organization vs Cell / network Birokrasi sangat menyulitkan assymetric war, seperti diilustrasikan ketika Presiden menginstruksikan pengerahan Detasemen 81 Gultor pada 2009, anggaran baru dapat turun pada April 2011, karena APBN 2010 sudah ditetapkan. Hanya network yang dapat mengalahkan network. Di Indonesia, dibentuk SGI (Satuan Gagas Intelijen). Hal ini yang menyebabkan dibentuknya Special Force Operation. Legitimasi satuan ini rendah, sehingga informasi tentang mereka dibatasi. Assymetric war dijadikan necessary evildan dibungkus dengan cerita patriotisme baru untuk merekonstruksi sejarah. - Media's war "Deconstruct" --> Apa boleh buat, begitu perang generasi IV terjadi, assymetric war harus dilakukan (necessary evil). Untuk proses media's war ini, baca Katherine McGregor, History in Uniform.
• TACTICAL: COG I: People Strategi: Win heart and mind of the supporting mass COG Coin: Political legitimacy 6th Generation War: protracted war/ long war: tentang endurance/ketahanan perang. Assy
Direct defence
GW
Direct attack
S
W
Barbarism
W
S
77% perang gerilya tidak dapat diselesaikan. 13% perang gerilya dimenangkan oleh pihak yang lebih lemah. 10% perang gerilya diselesaikan dengan perundingan.
Evolusi Keamanan Internasional Page 10