EVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk (Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ADITYA RAHMAN I34051669
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ABSTRACT Five component of design evaluation Corporate Social Responsibility (CSR) are: input, proses, output, outcome and impact. Input component Corporate Social Responsibility consist of corporation policy which depend on sustainability dewvelopment paradigm and fund distributed achieved one to two percent accord with ruled by government policy. Management process Corporate Social Responsibility of programme PT Holcim Indonesia Tbk include: planning, implementation and control until programme endorsement. Management process Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi use empowerment principle which addressed to fulfill acceptor economic need benefit. Output Corporate Social Responsibility PT Holcim Indonesia Tbk is physical infrastructure which develop and use by society. Impact Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi are to increase earn benefit acceptor. Keyword: Evaluation, Corporate Social Responsibility, Microfinance
RINGKASAN ADITYA RAHMAN. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA). Perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan ditandai dengan perubahan paradigma pembangunan dari economic growth (pertumbuhan ekonomi) menjadi sustainable development (pembangunan berkelanjutan). Tidak sesuainya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yang menjadi konsep dasar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, menjadi suatu permasalahan. Komponen masukan, proses, hasil, manfaat dan dampak pada tahapan evaluasi menjadi masalah yang akan dikaji pada penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk pada umumnya dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi pada khususnya. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengevaluasi masukan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan memecah masukan menjadi beberapa komponen yang tidak dapat dipecah. Konsep pemberdayaan dan tanggung jawab sosial perusahaan digunakan untuk menganalisis proses pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengevaluasi komponen hasil menggunakan analisis biaya manfaat (B/C Ratio), manfaat menggunakan analisis kepuasan terhadap pelayanan dan pembiayaan usaha mikro serta dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi diketahui dengan menggunakan uji T berpasangan. Desain evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk menggunakan lima komponen: masukan, proses, hasil, manfaat dan dampak. Komponen input tanggung jawab sosial meliputi kebijakan perusahaan yang bertumpu pada paradigma pembangunan berkelanjutan dan dana yang disalurkan mencapai satu sampai dua persen sesuai dengan kebijkan yang ditetapkan pemerintah. Proses pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk meliputi tahapan-tahapan program: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan sampai serah terima program. Proses pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi menggunakan prinsip pemberdayaan ditunjukkan dengan kemampuan pemenuhan kebutuhan ekonomi penerima manfaat. Hasil tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia adalah fisik infrastruktur yang telah dibangun dan pengunaan infrastuktur oleh masyarakat. Hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah dana pembiayaan yang disalurkan kepada kreditur dan efisiensi pengelolaan sebesar 252,06 persen dalam arti luas dan -18,31 persen dalam arti sempit. Manfaat dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah pendapatan yang diterima kreditur dari hasil usahanya. Dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah peningkatan pendapatan. Pembiayaan usaha mikro tidak merubah status kemiskinan kreditur karena sebelum menerima pembiayaan kreditur tidak memenuhi kriteria miskin menurut 14 indikator kemiskinan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik.
EVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk (Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
ADITYA RAHMAN I34051669
SKRIPSI Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Aditya Rahman
Nomor Pokok : I34051669 Judul
: Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ivanovich Agusta SP, MSi NIP. 19700816 199702 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001
Tanggal Lulus Ujian: ___________________
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat” INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN PERNYATAAN INI.
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Maret 1987, dari pasangan Suhandi Raidin, MSi dan Hanifah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SMA Islam Al-Azhar 2 Pejaten, Jakarta Selatan, 2002-2005. Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2006 Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai staf Departemen Minat Bakat dan Profesi MISETA (Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) masa kepengurusan 2006 – 2007, Ketua LENSA Klub Fotografi Faperta masa kepengurusan 2006 – 2007 dan Manajer Divisi Fotografi dan Cinematografi HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) masa kepengurusan 2007 – 2008. Pengalaman kerja penulis adalah sebagai fotografer di majalah BogorQu dan asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis tahun ajaran 2008 – 2009.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Studi Kasus: Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat” ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk, khususnya Program Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema yang relevan untuk ditelaah lebih lanjut pada saat ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Bogor, September 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu selama masa penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Ivanovich Agusta SP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi. 2. Martua Sihaloho SP, MSi selaku dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 3. Ir Anna Fatchiya, MSi selaku dosen penguji perwakilan departemen yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 4. Keluarga besar Suhandi Raidin atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan moral, materil dan segala yang telah diberikan kepada penulis. 5. Vidya Hartini Simarmata, teman seperjuangan penulis selama proses penulisan studi pustaka dan skripsi. 6. Kost sarang batosai, Yudha, Fitrah, Prama dan Fachri terima kasih kesediannya menerima kedatangan penulis kapan saja. 7. KPM angkatan 42 atas segala kebersamaan selama empat tahun masa perkuliahan, mohon maaf tidak bisa disebutkan satu per satu. 8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................... vii DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Masalah Penelitian ............................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 6 1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 8 2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............................................ 8 2.1.2 Evaluasi Program ....................................................................... 14 2.1.3 Lembaga Keuangan Mikro ......................................................... 19 2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 25 BAB IIIPENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 26 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 28 3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 29 3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................... 30 BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Holcim Indonesia Tbk ................................................................... 32 4.1.1 Sejarah ....................................................................................... 32 4.1.2 Visi dan Misi .............................................................................. 34 4.1.3 Struktur Organisasi ..................................................................... 35 4.2 Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi .......................................... 36 4.2.1 Sejarah ....................................................................................... 36 4.2.2 Visi dan Misi .............................................................................. 37 4.2.3 Struktur Organisasi ..................................................................... 38 4.2.1 Produk........................................................................................ 39 BAB V ANALISIS DESAIN TANGGUNG JAWA SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk······································································· 43 BAB VI MASUKAN BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 6.1 Masukan Tanggung Jawab Sosial Indonesia Tbk ................................. 47 6.1.1 Triple Bottom Line ..................................................................... 47 6.1.2 Enam Pilar Pembangunan Berkelanjutan .................................... 49 6.1.3 Dana............................................................................................ 56 6.2 Masukan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi ........................... 58
Halaman BAB VII PENGELOLAAN BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI .................................................................................. 61 BAB VIII HASIL BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 8.1 Hasil Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ..................... 65 8.1.1 Ekonomi ..................................................................................... 65 8.1.2 Sosial dan Pendidikan ................................................................. 66 8.1.3 Infrastruktur ................................................................................ 67 8.1.4 Penerima Manfaat........................................................................ 69 8.2 Hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.................................. 70 8.2.1 Hasil............................................................................................ 70 8.2.2 Efisiensi ...................................................................................... 72 BAB IX MANFAAT BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 9.1 Manfaat ............................................................................................... 76 9.2 Kepuasan ............................................................................................ 78 BAB X DAMPAK BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 10.1 Peningkatan Pendapatan ...................................................................... 80 10.2 Perubahan Tingkat Kemiskinan ........................................................... 81 BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN 11.1 Kesimpulan .......................................................................................... 83 11.2 Saran.................................................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 86 LAMPIRAN .............................................................................................. 88
DAFTAR TABEL No.
Teks
Halaman
1.
Penjelasan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang yang Berlaku di Indonesia .......................................... 9
2.
Matriks Analisis Karakteristik dan Komponen Desain Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .................................................................................. 13
3.
Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan 2004 ................................... 20
4.
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008 ........................................................................................... 51
5.
Persentase Dana Tanggung Jawab Sosial terhadap Laba Bersih PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2006 - 2008 ............................................. 57
6.
Alokasi Dana Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk .......... 57
7.
Tahapan Penyaluran Dana Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi ... 60
8.
Analisis Pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan Program Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk .................. 64
9.
Jumlah Batuan yang Dikirim Kepada Kelompok Pemecah Batu............. 65
10. Hasil Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ....................... 68 11. Jumlah Penerima Manfaat Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ........................................................................................ 69 12. Perkembangan Keuangan dan Penerima Manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi....................................................................... 71 13. Total Modal Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi ........................ 73 14. Total Pendapatan dan Biaya Operasional Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi .................................................................................. 75 15. Kepuasan Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi ............ 78
DAFTAR GAMBAR No.
Teks
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Evaluasi Pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi .................................................................................. 25
2.
Struktur Organisasi PT Holcim Indonesia Tbk ...................................... 35
3.
Struktur Organisasi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi .............. 38
4.
Desain Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ..................... 44
5.
Konsep Triple Bottom Line ................................................................... 48
6.
Sketsa Fokus Pengembangan PT Holcim Indonesia Tbk ........................ 50
7.
Angka Kecelakaan Kerja PT Holcim Indonesia Tbk .............................. 50
8.
Gedung Holcim Academy ...................................................................... 52
9.
Pemberian Beasiswa Pendidikan ............................................................ 54
10. Penurunan Emisi CO2 dalam Kilogram per Ton Semen.......................... 55
DAFTAR LAMPIRAN No.
Teks
Halaman
1.
Daftar Penerima Kredit BMT Swadaya Pribumi .................................... 88
2.
Peta Lokasi Penelitian ........................................................................... 93
3.
Operasional Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk ............. 94
4.
Hasil Uji Statistik T ............................................................................... 96
5.
Status Kemiskinan Responden Tahun 2005 ........................................... 97
6.
Status Kemiskinan Responden Tahun 2009............................................ 98
7.
Kuesioner .............................................................................................. 100
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai pelaku dalam dunia usaha memiliki tujuan yang berorientasi pada pencapaian laba semaksimal mungkin. Jika dilihat secara sepintas, maka tujuan tersebut memang merupakan salah satu hal yang dapat membangkitkan dan mengembangkan posisi perusahaan di kalangan bisnis atau dunia usaha. Perusahaan dalam menjalankan usaha menghasilkan dampak eksternalitas, baik yang bersifat negatif maupun positif1. Dampak eksternalitas negatif perusahaan, terutama yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam juga terkait dengan semakin meningkatnya kerusakan lingkungan, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim (Herlin, 2008). Selain meningkatnya kerusakan lingkungan, keberadaan perusahaan di suatu daerah juga dapat menyebabkan eksternalitas negatif berupa ketimpangan sosial dan ekonomi antara karyawan perusahaan dengan masyarakat lokal, ataupun antara masyarakat yang memperoleh manfaat dengan masyarakat yang tidak mendapat manfaat dari keberadaan perusahaan di wilayahnya. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen dunia usaha untuk terus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari 1
Eksternalitas adalah dampak yang pasti terjadi dari adanya kegiatan operasional perusahaan dan tidak mungkin dihindari perusahaan. Eksternalitas yang bersifat positif misalnya berkembangnya perekonomian di wilayah sekitar industri yang baru dibangun. Eksternalitas yang bersifat negatif misalnya polusi yang dihasilkan dari proses produksi di lingkungan industri seperti polusi udara dan kebisingan.
16
karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas (The World Business Council for Sustainable Development dalam Wibisono, 2002). Pemerintah berperan membuat kebijakan untuk mengurangi dampak eksternalitas negatif perusahaan ataupun kebijakan tentang tata cara pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan agar sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance2. Asumsi dasar dari keadaan di atas adalah bahwa, pemerintah dalam melaksanakan tugasnya benar-benar semata-mata untuk kepentingan publik. Akan tetapi berbagai studi empiris menemukan bahwa aparat pemerintah dalam mengambil tindakan tidak selalu untuk kepentingan publik, tetapi juga ada kepentingan pribadi atau kelompoknya (Utama, 2007). Kepentingan pribadi atau kelompok inilah yang menyebabkan kegagalan peran pemerintah untuk memberikan layanan publik, termasuk mengurangi dampak eksternalitas negatif perusahaan. Pada keadaan ini pelaksana tanggung jawab sosial perusahaan berperan untuk mensubstitusi kegagalan pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Tanpa diwajibkan perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan akan berusaha mengurangi eksternalitas negatif dan meningkatkan eksternalitas positif, bahkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan, yang tidak menghasilkan eksternalitas negatif dapat memberikan layanan publik ke masyarakat secara luas (Nursahid, 2006). Menurut Wibisono (2002) tahap-tahap dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya sebagai
2
Prinsip-prinsip good corporate governance sebagaimana dikutip dari panduan penerapan good corporate governance PT Wijaya Karya (Persero) Tbk meliputi transparansi, keadilan, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kemandirian.
17
berikut: (1) perencanaan; (2) implementasi; (3) evaluasi; dan (4) pelaporan. Pendekatan Stakeholder menyatakan bahwa para pihak yang terlibat perlu mengevaluasi sejauh mana perusahaan telah melaksanakan perannya sesuai keinginan stakeholders3 (Saidi, 2003). Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program, termasuk dalam pelaksanaan program tanggung jawab sosial perusahaan. Keberhasilan atau kegagalan suatu program dapat diketahui jika kita melakukan evaluasi terhadap program tersebut (Musa, 2005). Evaluasi yang terencana akan melengkapi kekurangan program yang dievaluasi memberikan dampak bagi penguatan dan pengembangan bagi program selanjutnya. Terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, kegiatan evaluasi menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan, untuk mengukur sejauh mana keberhasilan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah dilakukan perusahaan serta memberikan informasi yang obyektif dan seimbang kepada pihak yang terlibat (stakeholders) dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Budimanta, 2008). PT Holcim Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan semen terbesar di Indonesia yang memiliki target untuk menjadi pelopor dalam memimpin perubahan paradigma bisnis semen di Indonesia, dari produsen semen menjadi penyedia solusi bahan bangunan yang terintegrasi melalui konsep “Membangun Bersama”. Sebagai perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam, yang berkonsekuensi pada kewajiban untuk melaksanakan
3
Analoginya sama dengan pemilik modal yang perlu mengetahui sejauh mana modal yang diinvestasikan di perusahaan telah dikelola oleh manajemen perusahaan dengan efisien dan efektif.
18
tanggung jawab sosial perusahaan, karena diduga turut berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan ataupun dampak eksternalitas negatif perusahaan lainnya, PT Holcim Indonesia Tbk melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang bertumpu pada paradigma pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan yang digariskan PT Holcim Indonesia Tbk adalah untuk senantiasa menjalankan usaha dengan konsep pembangunan berkelanjutan, mendorong pertumbuhan ekonomi, tanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, serta memperhatikan kepentingan komunitas lokal. Upaya untuk memutus rantai kemiskinan diantaranya dengan pemberian akses pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro melalui lembaga keuangan resmi ataupun lembaga keuangan lainnya (Wijono, 2005). Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk yang didirikan sejak plant4 di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor ada. Perkembangan aset Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya yang dikelola oleh masyarakat bersama PT Holcim Indonesia Tbk sejak tahun 2006 hingga tahun 2008 mencapai 12 kali lipat dari aset awal. Perkembangan yang sangat pesat ini menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan on going evaluation5 terhadap Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.
4 5
Plant adalah suatu kesatuan dimana terdapat tambang, pabrik dan kantor perwakilan dalam satu lokasi. On going evaluation adalah evaluasi yang dilakukan pada saat program sedang berjalan untuk mengetahui apakah tahapan program berlangsung sebagaimana mestinya.
19
1.2
Masalah Penelitian Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi suatu hal yang
terus berkembang dalam persaingan dunia usaha. Tidak sesuainya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yang menjadi dasar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, menjadi suatu permasalahan penelitian. Mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan menjadi topik yang banyak dikaji dan dikembangkan. Berbagai lembaga di Indonesia maupun dunia mengembangkan konsep tanggung jawab sosial perusahaan dari tahap perencaaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam dengan produk utama berupa semen, beton siap pakai dan agregat. Dalam kondisi sulitnya akses akses masyarakat terhadap pembiayaan dalam mengembangkan usaha mikro, PT Holcim Indonesia Tbk bersama masyarakat terdorong untuk mendirikan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Masalah penelitian yang akan dikaji oleh peneliti dalam evaluasi tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk pada penelitian ini sebagai berikut: 1.
Bagaimana masukan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
2.
Bagaimana pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
3.
Bagaimana hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
20
4.
Bagaimana manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan bagi warga di sekitar pabrik?
5.
Bagaimana dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bagi masyarakat di sekitar pabrik?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan-perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Mengevaluasi masukan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
2.
Mengevaluasi pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
3.
Mengevaluasi hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk?
4.
Mengevaluasi manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bagi warga di sekitar pabrik?
5.
Mengevaluasi dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai bentuk tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bagi masyarakat di sekitar pabrik?
21
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian tentang evaluasi tanggung jawab sosial perusahaan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, khususnya untuk: 1.
Akademisi, dalam mengkaji permasalahan terkait pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dan lembaga keuangan mikro, khususnya yang berbasis syari’ah dan berbentuk Baitul Maal Wa Tamwil.
2.
Perusahaan, khususnya PT Holcim Indonesia Tbk sebagai pengetahuan evaluatif terhadap tanggung jawab sosial dan pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi..
3.
Pemerintah, dalam menjalankan fungsi regulasi atau pembuat kebijakan dan fungsi pengawasan terkait peraturan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.
4.
Masyarakat luas, untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai wujud penerapan good corporate governance.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan dalam aktivitasnya pada masa lalu lebih banyak bergerak dalam
konteks
mengupayakan
keuntungan
bagi
perusahaan6.
Dalam
perkembangan terkini, perusahaan dituntut untuk memberikan kontribusi dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan katalis untuk tercapainya pembangunan yang berkelanjutan7. Hasil Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992 dan World Summit di Afrika Selatan pada tahun 2002 berhasil mendorong International Organization for Standardization menerbitkan ISO 26000 sebagai standar pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan pada tahun 2009. Sedangkan dasar hukum pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No. 25 dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan. Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan mengatur alokasi dana yang harus dikeluarkan perusahaan untuk program
6 7
Dalam konsep triple bottom line yang diperkenalkan oleh John Elkington dikenal sebagai pencapaian profit oriented. Earth Summit di Rio de Janeiro pada tahun 1992 telah menyepakati perubahan paradigma pembangunan dari paradigma yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development), (Budimanta, 2008).
9
tanggung jawab sosial sebesar satu sampai tiga persen dari laba bersih perusahaan. Penjelasan tentang tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan undang-undang di Indonesia disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Penjelasan tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang yang Berlaku di Indonesia. No.
Acuan
Penjelasan
1
Pasal 33 UUD 1945
Pasal 33 UUD 1945 merupakan suatu Undang-undang yang paling mendasar dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, di mana segala sumber daya alam dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perusahaan-perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, tanggung jawab sosial perusahaan dimaknai sebagai suatu upaya dalam pengelolaan lingkungan, di mana di dalamnya memuat hal-hal sebagai berikut: lingkungan hidup, pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.
3
UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga pengelolaannya harus dapat secara maksimal memberikan kemakmuran dan kesejahteraan.
4
UU No. 25 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya.
5
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
6
Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Tanggung jawab sosial perusahaan dilihat pada perspektif kemitraan dan bina lingkungan yang diaplikasikan melalui peningkatan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri serta melakukan pemberdayaan kondisi sosial.
Sumber: Budimanta, (2008).
Perkembangan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan turut mengembangkan berbagai definisi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan pertama kali dikemukakan oleh
10
Carrol dalam Budimanta (2008), tanggung jawab sosial perusahaan meliputi ekonomi, legalitas, etika dan harapan masyarakat untuk mengorganisasi diri dalam satu waktu. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan (Budimanta, 2002). Menurut Daniri (2008)8 tanggung jawab sosial perusahaan diartikan sebagai tanggung jawab moral suatu perusahaan terhadap para stakeholders, terutama komunitas atau masyarakat di sekitar wilayah kerja dan operasinya. Pengertian tentang tanggung jawab sosial perusahaan tidak saja dikembangkan oleh para pakar Community Development, tetapi juga berbagai lembaga terkait di tingkat nasional maupun internasional. Lingkar Studi Corporate Social Responsibility (2009)9 mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan
sebagai
upaya
sungguh-sungguh
dari
perusahaan
untuk
meminimumkan dampak negatif, mengkompensasi dampak negatif residual dan memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingan, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. The World Bussiness Council for Sustainable Development dalam Wibisono (2002) mengartikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai komitmen dunia usaha untuk terus bertindak secara etis, 8 9
Achmad Daniri, Artikel Standarisasi Tanggung Sosial Perusahaan, 2008. www.madani-ri.com diakses pada tanggal 5 Mei 2009. Makalah dalam Seminar Lets CSR di Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 2009.
11
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas. Sedangkan International Organization for Standardization yang menerbitkan draft ISO 26000, yang mendefinisikan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku transparan dan etis (Daniri, 2008). Desain tanggung jawab sosial perusahaan memiliki keragaman dengan ciri dan komponen khasnya masing-masing. Ragam desain yang terdapat dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan antara lain sebagai berikut: 1.
Karitas, adalah bantuan yang diberikan oleh perusahaan dalam bentuk sumbangan yang bersifat insidental. Kapasitas dan akses masyarakat tidak berubah dari kondisi semula, tetap marginal, akibatnya tidak bisa memutus rantai kemiskinan dan benang kusut pendidikan (Azhari, 2007). Karitas biasanya dimaksudkan untuk memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan mendesak, misalnya menolong korban bencana alam dengan memberi bantuan berupa uang, makanan, pakaian, obat-obatan atau mengirim makanan bagi rakyat suatu wilayah yang tertimpa bencana kelaparan (Saidi, 2003).
2.
Filantropi, adalah hibah yang ditujukan untuk kegiatan yang bersifat investasi sosial. Filantropi diharapkan mampu menghasilkan penguatan masyarakat dan sekaligus modal sosial. Aktifitas filantropi seharusnya ditujukan pada kegiatan seperti pendidikan, peningkatan peluang ekonomi
12
bagi mereka yang kalah dalam persaingan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dalam upaya mengatasi krisis sosial (Saidi, 2003). 3.
Kewarganegaraan korporat, serupa dengan filantropi namun ada beberapa ciri yang membedakan kewarganegaraan korporat dengan filantropi, yaitu sebagai berikut (Kiroyan, 2008): a.
Prinsip kesukarelaan, pemahaman tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kebijakan perusahaan yang melebihi keharusan yang diatur dalam hukum.
b.
Pengelolaan atau internalisasi dari apa yang disebut dalam ilmu ekonomi sebagai dampak eksternal negatif.
c.
Orientasi terhadap pemangku kepentingan yang bukan semata-mata kepada kepentingan pemegang saham.
d.
Penyelarasan tanggung jawab sosial dan ekonomi, tanggung jawab sosial perusahaan tidak boleh berdampak negatif terhadap aspek ekonomis penyelenggaraan bisnis.
e.
Praktek dan tata nilai, bagi mereka yang mempraktekannya, tanggung jawab sosial perusahaan bukan semata-mata bagian dari suatu strategi bisnis melainkan merupakan penerapan dari suatu falsafah atau tata nilai yang dianut.
f.
Melampaui filantropi, tanggung jawab sosial perusahaan dianggap identik dengan filantropi, yaitu kedermawanan perusahaan terhadap mereka yang nasibnya kurang beruntung.
Analisis terhadap ragam desain pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan dapat dilakukan dengan analisis komponen masukan, proses, hasil,
13
manfaat dan dampak. Analisis dilakukan dengan melihat karakteristik dan komponen masing-masing desain pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan seperti yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Matriks Analisis Karakteristik dan Komponen Desain Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Komponen Masukan
Proses
Karitas
Tradisi Hibah sosial Uang Makanan Obat–obatan Insidental Melalui kepanitiaan
Mengatasi masalah sesaat
Hasil
Manfaat
Dampak
Filantropi
Tren Etika Hukum Hibah pembangunan Alokasi 1–3 % dari laba Terorganisir Terprogram Yayasan Profesionalisasi
Mencari penyebab masalah Mengatasi masalah Akses dan Investasi sosial kapasitas Peningkatan peluang masyarakat ekonomi tetap Ketergantungan Pengembangan pemikiran Perilaku Peningkatan kapasitas masyarakat organisasi/kelembagaan selalu meminta Penguatan masyarakat
Kewarganegaraan Korporat Keterlibatan sosial Sukarela Seluruh sumber daya perusahaan Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Keterlibatan seluruh sumber daya perusahaan Divisi khusus yang menangani TJSP Kontribusi langsung kepada masyarakat Pendampingan Keragaman stakeholders
Ekonomi komunitas Harmonisasi dengan masyarakat Kelestarian lingkungan Partisipasi masyarakat
Sumber: Rahman, (2009)
Perencanaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan secara umum terdiri dari tiga langkah utama yang merupakan suatu tingkatan yang merepresentasikan ragam desain pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (Wibisono, 2002): 1.
Awareness Building, yaitu langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting tanggung jawab sosial perusahaan dan komitmen manajemen.
14
2.
CSR Assesment, yaitu upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan tanggung jawab sosial perusahaan secara efektif.
3.
CSR Manual Building, yaitu inti dalam memberikan petunjuk pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan bagi konsumen perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2.1.2 Evaluasi Program Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program selanjutnya. Musa (2005) menyatakan evaluasi program yang terencana akan memberikan dampak bagi penguatan dan pengembangan program. Keberhasilan atau kegagalan suatu program dapat diketahui jika kita melakukan evaluasi terhadap program tersebut. Evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu obyek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan dan kinerja mengenai sesuatu (barang, pekerjaan, organisasi, dan lain-lain) yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses dari pengambilan keputusan. (Musa, 2005).
15
Menurut Budimanta (2008), ada beberapa alasan perlunya melakukan evaluasi program, antara lain: 1.
Mengetahui sejauhmana perkembangan dari pelaksanaan program.
2.
Mengetahui sejauhmana ketercapaian tujuan.
3.
Mengetahui dampak yang terjadi dari program yang telah dilakukan.
4.
Mengetahui perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang terjadi.
5.
Menentukan tepat atau tidaknya media pembelajaran yang digunakan.
6.
Menentukan ketepatan pendekatan dan teknik yang digunakan.
7.
Menentukan kinerja fasilitator dalam memberikan materi pelatihan, pembelajaran atau pemberdayaan.
8.
Mengungkapkan faktor-faktor penghambat.
9.
Mengajak semua pihak yang terlibat dalam kegiatan untuk bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilaksanakan.
10. Menentukan kegiatan selanjutnya agar lebih efisien dan efektif dengan meminimalisasi faktor penghambat.
Adapun pengertian program adalah serangkaian proses yang diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan khusus atau hasil. Sumber daya yang diubah disebut input (masukan) sedangkan hasil yang dicapai dibagi menjadi tiga golongan yaitu output (hasil), outcome (manfaat) dan impact (dampak). Masukan adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumber daya lainnya yang selalu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output (hasil) dan mencapai tujuan program.
16
Tujuan merupakan hasil-hasil yang diharapkan akan dicapai oleh suatu proyek atau program pembangunan. Tujuan dapat disusun secara bertingkat menjadi dua tahapan atau lebih yaitu sebagai berikut : 1.
Output
: hasil atau tujuan jangka pendek;
2.
Outcome : manfaat atau tujuan jangka menengah;
3.
Impact
: dampak atau tujuan jangka panjang;
Wibisono (1989) mengemukakan jenis-jenis evaluasi yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi program, yaitu sebagai berikut: 1.
Evaluasi Input, adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan Output dan tujuan suatu proyek atau program.
2.
Evaluasi Output, adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh program untuk megetahui ketercapaian program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia, untuk mencapai tujuan program. Output juga biasa disebut sebagai hasil langsung atau tujuan jangka pendek.
3.
Evaluasi Outcome, adalah penilaian terhadap manfaat yang di peroleh dari penggunaan output-output program. Misalnya keuntungan hasil usaha dari kredit yang diterima masyarakat. Outcome biasa disebut sebagai manfaat, pengaruh atau tujuan jangka menengah.
17
4.
Evaluasi Impact, adalah penilaian terhadap dampak yang diperoleh dari outcome program yang merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh program pada tingkat yang lebih luas. Evaluasi diarahkan pada pengaruh lebih jauh dari program, misalnya kebutuhan pangan rumah tangga, yang diukur oleh tingkat ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan tingkat penggunaan pangan. Impact biasa disebut dampak atau tujuan jangka panjang. Unsur-unsur pokok yang harus dipenuhi dalam setiap kegiatan evaluasi
program (Budimanta, 2008): 1.
Obyek yang dinilai,
2.
Tujuan evaluasi,
3.
Alat evaluasi,
4.
Proses evaluasi,
5.
Hasil evaluasi,
6.
Standard yang dijadikan pembanding,
7.
Proses perbandingan antara hasil evaluasi dengan standard. Jenis-jenis evaluasi program dapat dikategorikan berdasarkan waktu
pelaksanaannya (Musa, 2005): 1.
Evaluasi Awal (Ex-ante Evaluation) Evaluasi awal adalah evaluasi yang dilakukan sebelum sesuatu program dilaksanakan. Evaluasi ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah program memang layak dilaksanakan secara ekonomis, teknis, finansial, sosial, maupun politis. Evaluasi ini dikenal juga sebagai studi kelayakan.
18
2.
Evaluasi Proses (On-going Evaluation) Evaluasi proses atau monitoring dilakukan pada setiap tahapan dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan ketika program sedang berjalan untuk mengetahui apakah tahapan program berlangsung sebagaimana mestinya, sesuai yang dirumuskan pada perencanaan program.
3.
Evaluasi Akhir (Ex-post Evaluation) Evaluasi akhir adalah evaluasi yang dilakukan pada saat program selesai dilaksanakan untuk melihat hasil dan kesesuaian dengan tujuan. Menurut Kelsey dan Hearne (1955) dalam Mugniesyah (2006), evaluasi
program bermanfaat untuk: 1.
Menguji secara berkala pelaksanaan program, yang mengarahkan perbaikan kegiatan yang berkelanjutan.
2.
Membantu memperjelas manfaat yang penting dan tujuan-tujuan khusus program serta memperjelas dan mengukur sampai seberapa jauh tujuantujuan tertentu tercapai.
3.
Menjadi pengukur keefektifan metode yang digunakan.
4.
Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan program selanjutnya.
5.
Menyediakan bukti tentang nilai atau pentingnya program.
6.
Menyediakan bukti-bukti tentang keberhasilan untuk memberikan rasa puas dan kepercayaan kepada mereka yang terlibat dalam program.
19
2.1.3 Lembaga Keuangan Mikro Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas terhadap sumber-sumber pembiayaan bagi usaha kecil dan mikro (UKM) yang dipandang sebagai bagian dari masyarakat miskin yang mempunyai kemauan dan kemampuan produktif. Kendala utama yang dihadapi pelaku usaha kecil dan mikro ketika mengajukan pembiayaan melalui perbankan adalah outstanding10 yang kecil, persyaratan perbankan dan tidak memiliki jaminan liquid11, sehingga sebagian besar usaha kecil dan mikro tidak tersentuh pembiayaan dari perbankan. Menurut Microcredit Summit (1997) dalam Wijono (2005), kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil kepada warga paling miskin untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya. Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Menurut Asian Development Bank (ADB), lembaga keuangan mikro adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan (deposit), kredit (loan), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment service) serta bantuan yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil. Sedangkan bentuk lembaga keuangan mikro dapat berupa: (1) lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi; (2) lembaga semi formal misalnya organisasi non-pemerintah; dan (3) sumber-sumber informal (Wijono, 2005).
10 11
Outstanding adalah estimasi jumlah keuntungan. Jaminan Liquid adalah jaminan yang mudah untuk diuangkan.
20
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, kondisi usaha kecil dan mikro periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 menunjukkan perkembangan. Pada periode ini kontribusi usaha kecil dan mikro pada produk domestik bruto mencapai 56,04 persen. Data Badan Pusat Statistik tahun 2005 menunjukkan bahwa dari jumlah 43,22 juta unit usaha kecil dan mikro tahun 2004 meningkat 1,61 persen dibandingkan dengan tahun 2003, dan jumlah ini merupakan bagian terbesar pelaku usaha di Indonesia. Tenaga kerja yang diserap usaha kecil dan mikro tahun 2004 mencapai 70,92 juta orang, turun 0,25 persen dibanding tahun 2003. Jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja dan produktivitas berdasarkan skala usaha tahun 2003 dan 2004 terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan 2004. Skala Usaha
Usaha Kecil Usaha Menengah
Jumlah Usaha (juta unit)
Tenaga Kerja (juta orang)
2003
2004
2003
2004
42,48
43,22
71,09
70,92
10,37
11,57
0,05
0,06
8,30
8,15
33,70
38,71
0,40
1.870
2.220
Usaha Besar 2,17 2,25 0,42 Sumber: Berita Statistik, Maret 2005, Badan Pusat Statistik
Produktivitas (juta rupiah/tenaga kerja) 2003
2004
Baitul Maal Wa Tamwil adalah lembaga keuangan yang menghimpun dan mengelola keuangan masyarakat. Baitul Maal Wa Tamwil tidak berbeda dengan lembaga keuangan mikro. Layanan yang diberikan sebagian besar sama dengan layanan yang diberikan lembaga kuangan mikro lainnya, yang membedakan adalah, dalam pengelolaanya Baitul Maal Wa Tamwil menggunakan sistem syari’ah,
seperti penggunaan sistem bagi hasil
dalam pelaksanaannya.
Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil sangat beragam, mulai dari yang memiliki jumlah aset sebesar 50 juta rupiah dengan jumlah nasabah 500 orang, hingga yang memiliki aset berjumlah 100 juta rupiah dengan jumlah nasabah 3.000 orang.
21
Perkembangan Baitul Maal Wa Tamwil di Indonesia sangat potensial, karena berdasarkan data Menegkop, lembaga keuangan mikro yang ada hanya mampu menyerap 2,5 juta dari 43 juta pelaku usaha kecil dan mikro, sehingga diperkirakan masih dibutuhkan lebih dari 8.000 unit Lembaga Keuangan Mikro yang baru. Selain jumlah penerima manfaat yang besar, yang menarik adalah jumlah pembiayaan tiap unit usahapun lebih kecil untuk dapat menyentuh warga miskin yang memiliki kesulitan akses pembiayaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembiayaan pada lembaga keuangan mikro lebih mampu untuk menyentuh pengusaha mikro sebagai unit usaha terkecil, akan tetapi memiliki jumlah unit usaha paling besar di Indonesia. Selain dari sisi permodalan, arti penting dari Baitul Maal Wa Tamwil bagi Usaha Kecil dan Mikro adalah berupa pendampingan. Usaha kecil dan mikro praktis lebih bermodalkan semangat dan kerja keras serta kejujuran, sedangkan secara teknis memiliki kelemahan dari sisi sumber daya manusia, permodalan, manajemen, juga legalitas12. Meskipun sepintas pembiayaan pada usaha kecil dan mikro sangat berisiko (karena ketiadaan jaminan), akan tetapi karena sebenarnya terdapat jaminan intangible seperti abonemen los pasar, surat ojek dan lainnya sebagai ganti dari jaminan yang berlaku pada bank ditambah dengan proses collecting yang dilakukan secara harian, hal ini telah menunjukkan bahwa Baitul Maal Wa Tamwil cukup hati-hati dalam proses pembiayaan dibuktikan dengan jumlah kolektabilitas rendah (kredit macet) di bawah 3 persen, lembaga keuangan mikro dapat dijadikan sebagai alternatif investasi yang menguntungkan, sekaligus 12
Sebagai contoh dalam satu pasar tradisional dengan jumlah pedagang 5.000 orang, keberadaan pedagang yang memiliki catatan yang dapat dibaca tidak lebih dari 10 orang saja. Hal inilah yang sering digunakan sebagai alasan bahwa usaha kecil dan mikro sulit mendapat pembiayaan dari bank, disamping alasan utama berupa kurang atau tidak adanya kolateral.
22
memberikan daya guna kepada masyarakat karena dapat menggerakkan sektor riil sekaligus menciptakan masyarakat produktif. Sebagai lembaga yang mengelola keuangan masyarakat Baitul Maal Wa Tamwil perlu memiliki badan hukum. Baitul Maal Wa Tamwil yang berkembang didirikan dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap, dimulai dengan kelompok swadaya masyarakat hingga jika telah memenuhi aset yang mencukupi dapat mempersiapkan diri untuk membentuk badan hukum koperasi. Saat pengurus dan anggota telah siap untuk mengurus secara profesional, Baitul Maal Wa Tamwil dapat diajukan menjadi koperasi. Penetapan koperasi sebagai badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil dipilih karena legalitas usaha yang diakui di Indonesia hanya tiga: (1) Perseroan Terbatas; (2) Badan Usaha Milik Negara dan (3) Koperasi. Dengan demikian, pilihan legalitas paling logis bagi Baitul Maal Wa Tamwil adalah koperasi. Kesesuaian koperasi sebagai badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil didasarkan pada kesesuaian koperasi dengan hukum Islam. Koperasi sebagai salah satu dari sejumlah bentuk kegiatan ekonomi yang tengah dikembangkan saat ini merupakan bangun ekonomi yang berwatak sosial dengan berpadunya nilai ekonomi dan sosial di dalamnya (Norvadewi, 2007). Baitul Maal Wa Tamwil sebagai pemberi dana (shahibul maal), dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan akan memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon peminjam (mudharib), yaitu sebagai berikut: 1.
Character, penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam untuk memperkirakan kemungkinan bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya.
23
2.
Capacity, penilaian tentang kemampuan peminjam untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi peminjam di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti karyawan, mesin, sarana produksi, cara usahanya, dan lain sebagainya.
3.
Capital, penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon peminjam, diukur dengan posisi usaha/perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio keuangan dan penekanan pada komposisi modalnya.
4.
Collateral, jaminan yang dimiliki calon peminjam. Penilaian ini untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu risiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya.
5.
Conditions, pihak Baitul Maal Wa Tamwil harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat dan secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon peminjam. Hal tersebut dilakukan karena kondisi eksternal memiliki pengaruh yang cukup besar dalam proses berjalannya usaha calon peminjam dalam jangka panjang.
2.2
Kerangka Pemikiran PT Holcim Indonesia Tbk berkomitmen pada paradigma pembangunan
berkelanjutan yang mengacu pada konsep triple bottom line. Hidup berdampingan bersama komunitas lokal merupakan konsekuensi PT Holcim Indonesia sebagai bagian dari masyarakat. Konsep triple bottom line mempengaruhi kebijakan perusahaan diwujudkan dengan enam pilar pembangunan berkelanjutan PT
24
Holcim Indonesia Tbk yang salah satunya adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial. Dana tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk yang merupakan masukan pelaksanaan dikelola oleh departemen community relations. Pengembangan ekonomi lokal tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk terdiri dari penyerapan tenaga kerja, penyediaan peralatan dan pelatihan kejuruan serta pembiayaan usaha mikro melalui Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Masalah yang dihadapi komunitas lokal dalam mencari nafkah adalah tidak adanya kesempatan kerja dan pembiayaan bagi usaha mikro. Tidak adanya nilai estimasi keuntungan yang besar (outstanding) dan jaminan mudah cair (liquiditas) menyebabkan komunitas tidak bisa memperoleh pembiayaan dari bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya. Kerangka pemikiran evaluasi pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dapat dilihat pada Gambar 1.
25
Pembangunan
PT Holcim Indonesia Tbk
Komunitas Lokal
Berkelanjutan Triple Bootom Line Tanggung Jawab Sosial Dana
Ekonomi Lingkungan Komunitas
Bank Nafkah Outstanding Liquiditas
Ekonomi Lokal
Penyerapan Tenaga Kerja
Sosial dan Pendidikan
Peralatan
Pembiayaan
Infrastruktur
Pelatihan Kerja
BMT
Pembiayaan
Swadaya Pribumi
: Komponen Masukan : Komponen Proses : Komponen Hasil : Komponen Manfaat : Komponen Dampak
Peluang Kerja
Dana Pembiayaan Bagi Hasil
Peningkatan Pendapatan Kemandirian
Keuntungan usaha Perubahan akses
: Hubungan : Mempengaruhi : Tidak Mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Evaluasi Pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.
25
BAB III PENDEKATAN LAPANG
3.1
Metode Penelitian Penelitian
ini dilakukan
dengan menggunakan
perpaduan
antara
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif memiliki ciri khas yaitu menekankan pada pumpunan inter-subyektifitas realitas sosial yang dihasilkan dari interaksi antara peneliti dan tineliti (Sitorus, 1998). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau mendapat justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan (Singarimbun, 1989). Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui masukan, proses, hasil dan manfaat yang didapat dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Efisiensi, tingkat kepuasan, perubahan tingkat pendapatan dan perubahan status kemiskinan dijawab dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah metode yang digunakan untuk mengkaji gejala-gejala sosial dari suatu hal yang dapat berupa seseorang, sebuah kelompok, sebuah komunitas, sebuah massa, sebuah proses cara menganalisa secara mendalam. Metode studi kasus dipilih karena merupakan studi aras mikro merupakan metode penelitian yang bersifat multi-metode (Sitorus, 2009).
27
Metode yang digunakan untuk membantu menjawab permasalahan penelitian pertama adalah memecah masukan menjadi beberapa variabel masukan yang kemudian dipecah kembali menjadi beberapa indikator. Pemecahan komponen masukan ini dilakukan hingga komponen tersebut tidak dapat dirinci lagi sehingga diperoleh beberapa indikator masukan tanggung jawab sosial perusahaan dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Proses pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dipahami melalui analisis dengan menggunakan konsep pemberdayaan, tanggung jawab sosial perusahaan dan lembaga keuangan mikro. Metode yang digunakan untuk mengetahui efisiensi pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk adalah dengan menggunakan analisis perbandingan biaya-manfaat (B/C Ratio) dengan metode return on investment, efisiensi dalam arti luas yaitu membandingkan secara langsung besarnya total aset yang dimiliki saat ini dibandingkan dengan modal yang disalurkan dan efisiensi dalam arti sempit membandingkan total pendapatan tengan total biaya operasional. Perubahan pendapatan dan tingkat kemiskinan masyarakat diketahui dengan membandingkan pendapatan sebelum dan setelah menerima program. Pendapatan
masyarakat
diketahui
melalui
pertanyaan
kuesioner
yang
menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga yang diadaptasi dari pertanyaan Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2001. Tingkat kesejahteraan dan status kemiskinan diketahui melalui wawancara dan pengamatan terbatas menggunakan empat belas indikator kemiskinan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik.
28
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di tiga lokasi. Lokasi pertama yaitu kantor PT
Holcim Indonesia Tbk di Jl. Raya Narogong Kilometer 7, Kabupaten Bogor. Lokasi kedua yaitu kantor Baitul Maal wa Tamwil Swadaya Pribumi di Ruko Rawa Jejed 2, Jalan Raya Klapanunggal – Bojong Kilometer 1, Kabupaten Bogor. Lokasi ketiga yaitu Desa Kembang Kuning, Desa Klapanunggal dan Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor sebagai penerima program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan pembiayaan usaha mikro Baitul Maal wa Tamwil Swadaya Pribumi. Penentuan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive). Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan PT Holcim Indonesia Tbk adalah perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam sehingga sangat relevan untuk mengkaji pelaksanaan program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Sebelum menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi melalui kepustakaan, internet dan penjajakan awal untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Agustus 2009. Tahap pertama adalah pengumpulan literatur dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan pendekatan teoritis. Tahap kedua yaitu penyusunan proposal penelitian dan seminar proposal penelitian. Tahap ketiga yaitu pengumpulan data untuk pencapaian data penelitian yang dibutuhkan. Sedangkan tahap keempat yaitu pengolahan data sampai penyelesaian laporan penelitian.
29
3.3
Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan dengan metode wawancara mendalam, pengamatan terbatas dan survei. Data sekunder didapatkan dari penelusuran literatur dan dokumen resmi yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Data kualitatif didapat dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan terbatas terhadap karyawan departemen community relations sebagai pengelola program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk serta penelusuran literatur, dokumen pribadi dan dokumen resmi yang berkaitan dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Data kuantitatif didapat melalui penelusuran data sekunder dan survei terhadap masyarakat yang menerima pembiayaan usaha mikro dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Sampling Frame berjumlah 146 orang yang merupakan penerima pembiayaan usaha mikro Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi periode Januari – Juni 2009. Sampel berjumlah 33 orang dengan asumsi responden bersifat homogen, independen, populasi terdistribusi normal dan terpilih secara acak. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data kuantitatif adalah kuesioner. Pertanyaan kuesioner diarahkan untuk mengetahui kondisi fisik, fasilitas, perlengkapan dan lingkungan tempat tinggal, serta pengeluaran rumah tangga secara rinci untuk mengetahui pendapatan dan tingkat kemiskinan secara riil. Data kuantitatif sekunder didapat dari penelusuran dokumen pribadi ataupun resmi seperti laporan Annual Report dan Sustainable Development Report yang dimiliki PT Holcim Indonesia Tbk.
30
3.4
Teknik Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis
kualitatif
dilakukan
dengan
cara
mendeskripsikan
dan
menginterpretasikan fenomena yang ada di lapang. Data yang diperoleh secara kualitatif yaitu data tentang masukan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi meliputi kebijakan perusahaan dan latar belakang penentuan masukan. Proses pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi meliputi meliputi konsep pemberdayaan dan tanggung jawab sosial perusahaan. Interpretasi dan penyajian data dilakukan dalam bentuk matriks, tabel, grafik dan deskripsi kata. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis inferensia yaitu analisis yang berkaitan dengan data sampel untuk kemudian dilakukan penyimpulanpenyimpulan (inferensi) yang digeneralisasikan kepada keseluruhan subyek tempat data itu diambil (populasi). Data kuantitatif primer terlebih dahulu dikumpulkan dan ditabulasikan untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan grafik. Selanjutnya data kuantitatif yang telah disajikan dilakukan pengujian statistik dengan uji T kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk melihat kasus yang terjadi. Data
kuantitatif
sekunder
dikumpulkan
dan
dianalisis
dengan
menggunakan analisis perbandingan biaya-manfaat untuk mengetahui efisiensi dalam arti luas dan sempit. Perhitungan analisis biaya manfaat dilakukan dengan metode Return On Investment dengan memperhitungkan besar inflasi yang
31
diasumsikan sebesar 10 persen per tahun Pengolahan data diproses dengan menggunakan software SPSS 16 for Windows dan Microsoft Excel 2007.
Nilai Return On Investment dapat dicari dengan rumus:
Total Manfaat – Total Biaya ROI =
x 100% Total Biaya
Total Manfaat : Total pendapatan dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dikurangi inflasi sebesar 30%. Total Biaya
: Total biaya operasional pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.
Apabila suatu program mempunyai Return On Investment lebih besar dari 0 maka program tersebut dapat diterima dan layak dilaksanakan karena memiliki nilai keuntungan. Hipotesis uji yang digunakan dalam melakukan uji T berpasangan adalah sebagai berikut: H0:
Tidak ada perbedaan antara rata-rata pendapatan penerima kredit sebelum menerima kredit dengan rata-rata pendapatan penerima kredit setelah menerima kredit.
H1:
Ada perbedaan antara rata-rata pendapatan penerima kredit sebelum menerima kredit dengan rata-rata pendapatan penerima kredit setelah menerima kredit.
H0 diterima jika -t hitung < -t tabel H0 diterima jikaP value > 0,025
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN
4.1
PT Holcim Indonesia Tbk
4.1.1 Sejarah PT Holcim Indonesia Tbk telah melalui perjalanan yang panjang di percaturan industri semen serta pembangunan sarana infrastruktur di tanah air. Perjalanan panjang kiprah PT Holcim Indonesia Tbk berawal saat masih bernama PT Semen Cibinong yang resmi didirikan pada tanggal 15 Juni 1971 dengan produk andalannya yaitu “Semen Kujang”. PT Semen Cibinong adalah perusahaan produsen semen swasta pertama yang ada di Indonesia. Pada tahun 1973, unit pertama yang berlokasi di Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor mulai dibangun dan baru siap beroperasi pada tahun 1975. Langkah besar terjadi pada tanggal 10 Agustus 1977 ketika pada saat itu PT Semen Cibinong menjadi perusahaan produsen semen pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dan kemudian satu tahun kemudian PT Semen Cibinong juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Surabaya. Ekspansi PT Semen Cibinong Tbk berlanjut dengan melakukan akuisisi atas mayoritas saham PT Semen Nusantara Cilacap pada tanggal 14 Juni 1993 yang kemudian dilanjutkan dengan pembelian 100 persen atas saham PT Semen Dwima Agung pada tahun 1995. Titik awal perubahan terjadi pada tanggal 13 Desember 2001 ketika pada saat itu Grup Holcim secara resmi menjadi pemegang saham mayoritas (77,33 persen) PT Semen Cibinong Tbk, sejak saat itu PT Semen Cibinong Tbk mulai
33
menjadi bagian dari Grup Holcim. Pada tanggal 1 Januari 2006 perusahaan ini resmi berubah nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk, sejak saat itu PT Holcim Indonesia Tbk menjadi salah satu perusahaan semen milik Grup Holcim. Grup Holcim merupakan produsen semen, agregat dan beton siap pakai terkemuka di dunia yang berkantor pusat di negara Swiss, dengan total karyawan lebih dari 90.000 orang di seluruh pabrik yang berlokasi di lebih 70 negara. Kapasitas produksi Grup Holcim mencapai lebih dari 170 juta ton semen setiap tahunnya. PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan publik Indonesia dengan mayoritas saham (77,33 persen) dimiliki dan diawasi oleh Holderfin BV Ltd, anak perusahaan dari Grup Holcim. Kepemilikan publik PT Holcim Indonesia Tbk dimiliki 11,15 persen oleh pemegang saham asing dan 11,52 persen oleh pemegang saham lokal. Saat ini jumlah karyawan yang bekerja pada PT Hocim Indonesia Tbk adalah 2.401 orang. Komitmen PT Holcim Indonesia Tbk pada profesionalisme dan kualitas terbukti saat mendapatkan sertifikasi internasional bidang Sistem Mutu atau ISO 9002 dari SGS (Societe Generale de Surveillance) untuk Pabrik Narogong dan Cilacap. Setahun kemudian PT Holcim Indonesia Tbk memperoleh ISO 14001 atau sertifikasi internasional di bidang Sistem Manajemen Lingkungan juga untuk Pabrik Narogong dan Cilacap dari SGS. Sertifikasi ISO 9002 dan 14001 bagi PT Holcim Indonesia Tbk sangat membanggakan karena PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan pertama di Grup Holcim Asia Pasifik yang memperoleh sertifikasi ISO 9001 dan ISO 14001 untuk seluruh unit operasionalnya.
34
PT Holcim Indonesia Tbk juga mencatat prestasi lain yang patut dibanggakan, yaitu memenangkan penghargaan Pencapaian Terbaik dari Hewlett Packard di bidang Teknologi Informasi dan Medali Emas untuk Kendali Mutu di Konvensi Mutu Indonesia pada tahun 2000.
4.1.2 Visi dan Misi Sejalan dengan perubahan identitas baru sejak diakuisisi oleh Grup Holcim pada tahun 2006, target PT Holcim Indonesia Tbk adalah untuk menjadi pelopor dalam memimpin paradigma bisnis semen di Indonesia, dari produsen semen menjadi penyedia solusi bahan bangunan yang terintegrasi melelui konsep “Membangun Bersama”. Visi dari PT Holcim Indonesia Tbk adalah menjadi perusahaan yang memiliki kinerja terbaik dan terpandang di industri semen Indonesia, serta menjadi salah satu perusahaan terbaik di dalam Grup Holcim, menyediakan landasan untuk kebutuhan masyarakat di masa depan. Misi PT Holcim Indonesia Tbk adalah, melalui produksi dan penjualan semen, beton siap pakai dan agregat serta pengembangan sumber daya manusia, akan menghasilkan keuntungan maksimum yang berkelanjutan kepada pemegang saham dengan tetap memberikan perhatian penuh kepada semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).
35
4.1.3 Struktur Organisasi PT Holcim Indonesia Tbk dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang dibantu oleh tujuh orang direktur, yaitu Direktur Pemasaran dan Inovasi, Direktur RMX dan Agregat, Direktur Sumber Daya Manusia, Direktur Manufaktur, Direktur Keuangan, Direktur Logistik dan Ekspor serta Direktur Pengembangan Strategi Bisnis. Departemen community relations yang mengelola tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk bertanggung jawab kepada direktur manufaktur bersama sepuluh departemen lainnya termasuk departemen penggalian dan perawatan. Struktur organisasi PT Holcim Indonesia Tbk dapat dilihat pada Gambar 2.
Direktur Pemasaran dan Inovasi Dewan
Direktur RMX dan
Komisaris
Agregat
Presiden
Direktur Sumber
Departemen
Daya Manusia
Perawatan
Direktur Manufaktur
Departemen
Direktur
Penggalian Direktur Keuangan
Departemen Community Relations
Direktur Logistik dan Ekspor DirekturPengembang
Baitul Maal Wa
an Strategi Bisnis
Tamwil Swadaya
Sumber: Annual Report, 2004.
Gambar 2. Struktur Organisasi PT Holcim Indonesia Tbk
36
Tanggung jawab tertinggi ada pada direksi dan dewan komisaris PT Holcim Indonesia Tbk. Dewan komisaris bertugas mengawasi direksi serta mengkaji dan memberikan persetujuan atas keputusan yang dibuat pihak manajemen. Direksi bertanggung jawab membuat laporan keuangan, menyusun rencana usaha, termasuk rencana pengelolaan risiko dan rencana strategis, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, membuat sekaligus mengawasi jalannya sistem pengawasan internal perusahaan. Dewan komisaris mengadakan pertemuan sebanyak empat kali, sedangkan direksi 12 kali. Dalam melaksanakan tugasnya, dewan komisaris dibantu oleh komite audit, yaitu tim independen yang terdiri dari sejumlah tenaga ahli di bidangnya, dan diketuai oleh seorang komisaris independen. Komite audit membantu dewan komisaris menjalankan sistem pengawasan internal, mengevaluasi hasil audit eksternal dan internal, mengkaji proses manajemen risiko, serta mengevaluasi berbagai persoalan keuangan. departemen audit internal melaksanakan tugas sesuai standar akuntansi internasional, dan melaporkan kepada komite audit.
4.2
Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi
4.2.1 Sejarah Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dibentuk dari inisiatif Dharmawan Reksodiputro, manajer Departemen Community Relations di PT Holcim Indonesia Tbk. Reksodiputo bekerja sama dengan para tokoh masyarakat di Kecamatan Klapanunggal mendirikan sebuah lembaga keuangan mikro syariah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar
37
perusahaan. Pada tanggal 9 juni 2006 berdirilah Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan modal awal sebesar Rp 201.000.000,00. Berkat dukungan semua pihak, Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi ini berkembang dan terus berkembang dari waktu ke waktu, memasuki usianya yang ke 3 (2009) Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi mencatat aset sebesar Rp 2.514.385.461,00 dengan jumlah penerima manfaat mencapai 2.801 orang, adapun
pembiayaan
yang
terserap
oleh
masyarakat
mencapai
Rp
1.477.285.500,00 dengan penerima manfaat pembiayaan mencapai 1.146 orang nasabah.
4.2.2 Visi dan Misi Visi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah “Menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang profesional, kokoh, bermanfaat dan amanah dalam menumbuhkembangkan ekonomi ummat berlandaskan asas dan prinsip-prinsip dasarnya yang maju, berkembang, terpercaya, aman, nyaman, transparan dan berkehati-hatian”. Misi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi ummat khususnya ekonomi kecil. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha, meningkatkan kesempatan kerja dan penghasilan masyarakat. 3. Menghimpun dan mengelola dana masyarakat sehingga memiliki nilai tambah bagi orang lain. 4. Membebaskan masyarakat kecil dari riba dan rentenir.
38
4.2.3 Struktur Organisasi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memiliki struktur organisasi yang sederhana. Pengawas terdiri dari tiga orang: tokoh masyarakat, perwakilan dari Badan Pemberdayaan Desa dan perwakilan departemen community relations PT Holcim Indonesia Tbk. Struktur organisasi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi disajikan pada Gambar 3. Pengawas
Pengawas
Pengawas
Pengurus
Manajer
Keuangan
Pemasaran
Staf Umum
Sumber: Profil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi
Gambar 3. Struktur Organisasi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Pengawas berfungsi mengaudit laporan tahunan dan tengah tahun yang dilaporkan oleh pengurus. Pengurus terdiri dari dua orang yang bertugas melakukan perencanaan dan inovasi serta menentukan kebijakan pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Pengurus bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pendiri. Manajer bertugas mengelola operasional Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang membawahi divisi keuangan, divisi pemasaran dan staf umum. Manajer bertanggung jawab langsung kepada pengurus.
39
4.2.4 Produk Produk Pembiayaan yang diberikan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi antara lain: 1.
Murabahah, akad jual beli suatu barang dimana Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi (penjual) menyebutkan harga jual terdiri dari harga pokok barang dan tingkat keuntungan tertentu atas barang tersebut yang disetujui oleh nasabah (pembeli). Murabahah sangat berguna bagi nasabah yang membutuhkan barang secara mendesak tetapi kekurangan dana pada saat ia kekurangan likuiditas, maka nasabah meminta pada Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi agar membiayai pembelian barang tersebut dan nasabah membayarnya secara angsuran.
2.
Mudharabah, akad kerjasama usaha antara Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi (shahibul maal) dengan nasabah (mudharib) dimana Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi menyediakan modal 100% sedangkan nasabah menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan bersama berupa nisbah bagi hasil dan dituangkan dalam akad perjanjian. Mudharabah sangat tepat bagi nasabah yang membutuhkan modal kerja untuk pengembangan usaha perdagangan atau jasa.
3.
Ijarah, akad pemindahan hak atas barang/jasa melalui pembayaran upah sewa/jasa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Ijarah bisa digunakan bagi nasabah yang kekurangan dana untuk menyewa bangunan (misal: ruko), biaya sekolah, biaya berobat, dll yang harus dibayar secara tunai tanpa diangsur. Nasabah meminta Baitul Maal Wa
40
Tamwil Swadaya Pribumi untuk membayarnya secara tunai dan nasabah tersebut mengangsurnya ke Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi 4.
Musyarakah, akad kerjasama usaha antara Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan nasabah dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana atas usaha tersebut dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Musyarakah sangat tepat bagi nasabah yang kekurangan dana untuk penyelesaian suatu proyek dimana nasabah dan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati dengan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Produk Pembiayaan yang diberikan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya
Pribumi antara lain: 1.
Simpanan Swadaya Pribumi (Swami), merupakan simpanan investasi yang mudah dan sesuai syariah. Nasabah dapat melakukan penyetoran dan penarikan
dana
sewaktu-waktu
dengan
mudah.
Simpanan
ini
menggunakan akad mudharabah yang memeberikan bagi hasil yang adil, halal dan sesuai syariah. Setoran awal minimal Rp 25.000,00. 2.
Simpanan
Pendidikan
(Sipendi),
mempersiapkan dana pendidikan
merupakan
simpanan
bagi putra-putri nasabah
untuk untuk
melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Nasabah akan mendapatkan bagi hasil atas dana yang diinvestasikan. Penarikan
41
simpanan dapat dilakukan satu bulan sebelum tahun ajaran baru. Setoran awal Rp 25.000,00. 3.
Simpanan Idul Fitri (Sifitri), merupakan simpanan khusus untuk persiapan kebutuhan keuangan yang meningkat ketika menghadapi hari raya idul fitri. Nasabah akan mendapatkan bagi hasil atas dana yang diinvestasikan. Penarikan simpanan dapat dilakukan satu bulan sebelum hari raya idul fitri. Setoran awal Rp 25.000,00.
4.
Simpanan Qurban (Siqur), simpanan ini diperuntukkan bagi nasabah yang ingin berqurban pada hari raya idul adha. Nasabah akan mendapatkan bagi hasil atas dana yang diinvestasikan. Penarikan simpanan dapat dilakukan satu bulan sebelum hari raya idul adha. Setoran awal Rp 25.000,00.
5.
Simpanan Berjangka Mudharabah, simpanan ini sama dengan simpanan swami, namun penarikannya dibatasi jangka waktu tertentu. Setoran minimal Rp 1.000.000,00. Porsi/nisbah bagi hasil antara Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan nasabah bervariasi sesuai dengan jangka waktunya. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi bekerjasama dengan PT Holcim
Indonesia Tbk melalui Departemen Community Relations terus berusaha untuk terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, baik dalam bidang ekonomi, sosial sampai dengan bidang pendidikan. Salah satu bentuk nyatanya adalah dengan pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi dan tidak mampu yang tercatat sebagai warga desa binaan PT.Holcim Indonesia Tbk Pabrik Narogong. Salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat bersamam dengan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi telah berhasil memulai program permberian
42
pembiayaan Qordhul Hasan (kebajikan/tanpa bagi hasil) kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan permodalan. Besar pembiayaan Rp 500.000,00 hingga Rp 1.000.000,00. Selain itu Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi juga terlibat dalam program: 1.
Pengadaan bazaar sembako murah.
2.
Pemotongan hewan qurban.
3.
Pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat umum.
4.
Pembinaan bagi nasabah pembiayaan.
5.
Pengajian bagi nasabah Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Syarat bagi masyarakat untuk dapat memiliki produk simpanan di Baitul
Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah: 1.
Menyerahkan foto copy KTP/SIM dan identitas lainnya.
2.
Mengisi formulir pembukaan simpanan.
3.
Setoran awal mengikuti ketentuan yang berlaku.
4.
Bagi hasil/nisbah sewaktu-waktu dapat berubah. Syarat bagi masyarakat untuk dapat memperoleh pembiayaan usaha mikro
di Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah: 1. Menyerahkan foto copy KTP/SIM dan identitas lainnya. 2. Mengisi formulir permohonan pembiayaan. 3. Menyerahkan jaminan berupa: surat kios, BPKB motor/mobil, akte jual beli tanah, sertifikat tanah/rumah dan jaminan lainnya yang memenuhi aspek legal.
BAB V ANALISIS DESAIN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PT HOLCIM INDONESIA Tbk
Secara umum evaluasi dilakukan untuk mengukur kinerja program secara keseluruhan. Konsep ini disusun berdasarkan peningkatan akses masyarakat khususnya masyarakat miskin di perdesaan terhadap infrastruktur dasar. Departemen community relations bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Forum konsultasi masyarakat yang diadakan PT Holcim Indonesia Tbk bertanggung jawab terhadap keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur terbangun, pengaduan masyarakat dan tindak turun tangan. Desain evaluasi berkaitan dengan manajemen pelaksanaan program sebagai berikut: 1.
Evaluasi masukan : Evaluasi apa yang digunakan dalam bekerja;
2.
Evaluasi proses
: Evaluasi apa yang dikerjakan;
3.
Evaluasi hasil
: Evaluasi apa yang dihasilkan atau yang dilayani;
4.
Evaluasi manfaat : Evaluasi apa yang dicapai;
5.
Evaluasi dampak : Evaluasi apa yang diubah. Evaluasi pada setiap tahapan proses tersebut akan berkaitan dan menjelaskan
hasil evaluasi tahap berikutnya.
44
Desain tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk merupakan komponen program yang terdiri dari masukan berupa sumber daya yang dibutuhkan berupa nominal dana atau kebijakan yang digariskan, proses yang digunakan dalam setiap tahapan perencanaan hingga serah terima, hasil langsung yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, manfaat berupa akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar dan dampak berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat. Desain tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dapat dilihat pada Gambar 4.
Dampak
• Pembangunan Berkelanjutan • Kemandirian • Kesejahteraan
Manfaat
• Hidup Berdampingan dengan Masyarakat • Akses Masyarakat terhadap Saluran-Saluran Saluran Kesejahteraan • Penurunan Angka Potensi Konflik dan Keamanan Menjalankan Usaha
Hasil
• Dana dari Pembiayaan Usaha Mikro • Lapangan Kerja (Proyek dan Pengalihan Mata Pencaharian) • Fisik Infrastruktur
Proses
• Partisipasi • Kolaborasi • pemberdayaan
Masukan
• Dana yang disalurkan PT Holcim Indonesia Tbk • Fasilitator Pelatihan Kejuruan • Kebijakan Perusahaan
Gambar 4. Desain Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk
45
Operasionalisasi dari desain tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk adalah: 1. Masukan, meliputi variabel kebijakan dan dana yang tersalurkan. 2. Proses meliputi variabel perencanaan, swadaya dan pelaksanaan. 3. Hasil, meliputi variabel jenis, kualitas, lokasi dan nilai infrastruktur terbangun. 4. Manfaat, meliputi variabel sasaran pemanfaat, penyerapan dan pengalihan tenaga kerja, penggunaan dan pemeliharaan, kemampuan masyarakat, akses transportasi, akses ekonomi, manfaat ekonomi dan manfaat kesehatan. 5. Dampak, meliputi variabel perubahan masalah desa pasca proyek, dampak ekonomi,
sosial
dan lingkungan,
peningkatan
kualitas proyek dan
pengurangan kemiskinan. PT Holcim Indonesia Tbk bertumpu pada paradigma pembangunan berkelanjutan diwujudkan dengan enam pilar pedoman PT Holcim Indonesia Tbk. Pengelolaan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia secara khusus dikelola oleh departemen community relations dan melaporkannya setiap tahun melalui Sustainable Development Report. Manfaat dan dampak yang diharapkan program dapat dikonstruksikan dari penjelasan komponen program dalam dokumen departemen community relations PT Holcim Indonesia Tbk. Infrastruktur transportasi antara lain berupa jalan, jembatan dan lampu penerangan jalanInfrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat meliputi prasarana air minum dan sanitasi (mandi, cuci, kakus/ MCK). Pada saat
46
prasarana tersebut dibangun, manfaat yang segera muncul berupa peningkatan kesempatan kerja, baik untuk menjadi tenaga kerja dari proyek yang sedang berjalan. Selanjutnya infrastruktur transportasi menghasilkan manfaat berupa pengurangan isolasi wilayah dan peningkatan akses pemasaran hasil produksi. Adapun infrastruktur pendukung produksi pangan menghasilkan manfaat berupa peningkatan produksi usaha yang dimiliki oleh warga. Infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat mampu meningkatkan derajat kesehatan. Proses sejak perencanaan hingga hasil infrastruktur terbangun berikutnya menghadirkan manfaat berupa pemberdayaan peningkatan kapasitas terhadap masyarakat. Pada tahap berikutnya dampak program terwujud dalam bentuk kemandirian dan perubahan tingkat kemiskinan di tengah masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan di wilayah operasional tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk.
BAB VI MASUKAN BAGI BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 6.1
Masukan Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk
6.1.1 Triple Bottom Line PT Holcim Indonesia Tbk dalam dan menjalankan usahanya berkomitmen pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Maksudnya adalah PT Holcim Indonesia Tbk berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi, bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan untuk melestarikannya bagi generasi selanjutnya dan membentuk tatanan masyarakat melalui tanggung jawab sosial. Komitmen PT Holcim Indonesia Tbk pada paradigma pembangunan berkelanjutan sejalan dengan kebijakan yang digariskan Grup Holcim13. Pembangunan berkelanjutan diartikan PT Holcim Indonesia Tbk sebagai “pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa merugikan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya”. Pembangunan berkelanjutan menjadi komitmen PT Holcim Indonesia Tbk mengacu pada konsep triple bottom line yang diperkenalkan oleh John Elkington14. Triple bottom line bertumpu pada sinergitas tiga pilar perusahaan yang dikenal sebagai “3P”: Profit, Planet, dan People. Konsep triple bottom line dapat dilihat pada Gambar 5. Triple bottom line menjadi indikator untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan PT Holcim Indonesia Tbk pada bidang:
13
14
Grup Holcim aktif dalam berbagai forum pembangunan berkelanjutan internasional, antara lain menjadi anggota the World Business Council for Sustainable Development dan turut berpartisipasi menyukseskan Protokol Kyoto. Konsep triple bottom line diperkenalkan oleh John Elkington melalui bukunya: “Canibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”
48
1. Pertumbuhan Ekonomi (Profit) ( Pengaruh luas dari bisnis PT Holcim Indonesia Tbk. Interaksi Interaksi dengan mitra usaha, pelaku sektor konstruksi dan konsumen. Kontribusi terhadap peningkatan nafkah dan kondisi tempat tinggal yang sehat. 2. Pengelolaan Lingkungan (Planet) ( PT Holcim Indonesia Tbk bertanggung jawab mengelola sumber daya alam melalui penghijauan, penghijauan, penerapan sistem pengolahan limbah dan penurunan emisi CO2 sehingga ramah bagi lingkungan. 3. Tanggung Jawab Sosial (people) ( PT Holcim Indonesia Tbk berperan memperhatikan kebutuhan komunitas. Kontribusi bagi pendidikan, kesehatan, peningkatan ekonomi dan infrastruktur untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Pertumbuhan Ekonomi
Pengelolaan
Tanggung Jawab Sosial
Lingkungan
Gambar 5. Konsep Triple Bottom Line
49
6.1.2 Enam Pilar Pembangunan Berkelanjutan PT Holcim Indonesia Tbk memiliki enam pilar perwujudan pembangunan berkelanjutan. Enam pilar ini seimbang dan memiliki tingkat kepentingan yang sama karena merupakan prinsip pedoman PT Holcim Indonesia Tbk dalam menghadapi setiap tantangan. Enam pilar ini sejalan dengan kebijakan tentang tanggung jawab sosial yang digariskan Grup Holcim dan menjadi pokok laporan dalam Sustainable Development Report yang diterbitkan setiap tahun oleh PT Holcim Indonesia Tbk. Enam pilar perwujudan pembangunan berkelanjutan PT Holcim Indonesia Tbk adalah: 1. Pengaruh Ekonomi. PT Holcim Indonesia Tbk memiliki dua tambang dan pabrik utama, lima kantor pemasaran dan perwakilan, mempekerjakan lebih dari 2.400 orang karyawan, berinteraksi dengan 9.500 gerai yang mendistribusikan dan menjual produk PT Holcim Indonesia Tbk. Fokus pengembangan PT Holcim Indonesia Tbk adalah Pulau Jawa, memiliki hanya 7 persen luas daratan Indonesia, tetapi menjadi tempat tinggal 55 persen total penduduk Indonesia. Pertumbuhan perkotaan di seluruh Pulau Jawa meningkatkan kebutuhan perumahan dan infrastruktur yang menghabiskan 80 persen total produksi semen Indonesia. Sektor ini membutuhkan banyak tenaga kerja terampil mengingat proyeksi peningkatan jumlah penduduk Pulau Jawa dari 135 juta jiwa menjadi 185 juta jiwa pada tahun 2020. Rantai ekonomi yang saling terkait ini membuat PT Holcim Indonesia Tbk terpacu untuk terus berkarya dengan harapan lebih banyak pihak yang dapat mengambil manfaat dari pembangunan. Fokus pengembangan PT Holcim Indonesia Tbk disajikan pada Gambar 6.
50
Sumber: Annual Report PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008
Gambar 6. Peta Fokus Pengembangan PT Holcim Indonesia Tbk 2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Sesuai motto di bidang keselamatan kerja “Safety First, No Compromise” PT Holcim Indonesia Tbk berusaha untuk menerapkan standar keselamatan internasional di lingkungan kerja bagi karyawan. PT Holcim Indonesia Tbk meraih sertifikasi internasional bidang keselamatan kerja OHSAS 18001 pada tahun 2006. Pencapaian terbaik terjadi pada tahun 2008 ketika tidak ada satu pun kecelakaan kerja pada seluruh tambang dan pabrik PT Holcim Indonesia Tbk. Angka kecelakaan kerja selama tahun 2005 hingga tahun 2008 disajikan pada
Jumlah Kecelakaan per Tahun
Gambar 7. 6 5 4 3 2 1 0
5 Kecelakaan Kerja Target 1.1
1
1
1.1
0.8 2007
0.4 2008
2.2 2005
2006
Sumber: Sustainable Development Report PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008.
Gambar 7. Angka Kecelakaan Kerja PT Holcim Indonesia Tbk
51
Sepanjang tahun 2008 seluruh karyawan PT Holcim Indonesia Tbk mengikuti 23.000 jam latihan keselamatan kerja yang melibatkan tim SAR (Search and Rescue) dan pemadam kebakaran. PT Hocim Indonesia Tbk melakukan diskusi seputar kesehatan bersama anggota keluarga karyawan untuk menjamin kesehatan tidak hanya di lingkungan kerja tetapi juga di rumah. Program kesehatan dan keselamatan kerja PT Holcim Indonesia Tbk meliputi diskusi, pelatihan, pencegahan dan penanggulangan sesuai standar keselamatan kepada karyawan, kontraktor, anggota keluarga dan komunitas lokal. Program kesehatan dan keselamatan kerja PT Holcim Indonesia Tbk tahun 2008 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008. Penerima Diskusi Pelatihan Pencegahan Penanggulangan Karyawan v v v v Kontraktor v v Anggota v v v keluarga Komunitas lokal v v Sumber: Sustainable Development Report PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008.
Angka kecelakan keja PT Holcim Indonesia Tbk menunjukkan tren penurunan pada tiga tahun terakhir, target angka kecelakan 1,0 berhasil ditekan hingga 0,8 pada tahun 2007 bahkan mencapai 0,4 pada tahun 2008. 3. Keterampilan Kerja. PT Hocim Indonesia Tbk memandang penting peningkatan keterampilan kerja karena merupakan investasi bagi keberlangsungan usaha di masa depan. Peningkatan keterampilan kerja selaras dengan pencapaian tujuan perusahaan, di lain sisi mendorong karyawan untuk mencapai puncak karir dan meningkatkan standar kehidupan. PT Hocim Indonesia Tbk memiliki fasilitas pendidikan dan pelatihan melalui Holcim Academy yang didirikan sejak tahun 2007.
52
Holcim Academy membantu karyawan untuk mengetahui potensi diri dan memiliki 90 modul yang meliputi pelatihan teknik, bisnis dan kepemimpinan. Sepanjang tahun 2008 karyawan PT Holcim Indonesia Tbk mengikuti 121.521 jam pelatihan atau 50,5 jam pelatihan per karyawan, dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Gambar gedung Holcim Academy dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Gedung Holcim Academy 4. Tanggung Jawab Sosial. PT Holcim Indonesia Tbk memahami pentingnya hubungan baik dengan komunitas lokal. Forum konsultasi masyarakat diadakan rutin dan dihadiri aparat pemerintahan, tokoh masyarakat, pemuda, wiraswasta, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kewanitaan dan kalangan pers untuk mendiskusikan masalah yang dialami komunitas lokal, melaporkan program yang sedang berjalan, mengusulkan program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk dan menjaga silaturahmi antar anggota komunitas. Pembangunan infrastruktur memberikan
53
kesempatan bagi komunitas lokal untuk memiliki pengalaman mengelola proyek. PT Holcim Indonesia Tbk membatasi keterlibatan dalam proyek sebatas penyedia bahan baku dan dukungan teknis jika diperlukan. Ekonomi lokal ditingkatkan melalui penyerapan tenaga kerja selama proyek berlangsung. Sepanjang tahun 2008 pembangunan infrastruktur yang
dilakukan
meliputi
renovasi
rumah
warga,
kantor
desa,
pembangunan jalan desa, jembatan desa, sekolah, masjid, pembuatan bak penampungan air bersih, penerangan jalan dan drainase. Tanggung jawab sosial dalam bidang pendidikan diwujudkan dengan pemberian beasiswa bagi siswa berprestasi tetapi memiliki masalah dalam pembiayaan pendidikan dari tinggat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. EVE (Enterprise based Vocational Education programme) memberikan kesempatan siswa berprestasi dari komunitas lokal mendapatkan pendidikan untuk menjadi karyawan PT Holcim Indonesia Tbk. Komunitas lokal diberikan kesempatan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan manajemen bisnis dan pengadaan peralatan yang dibutuhkan untuk pelatihan kejuruan seperti mengelas, membubut, menggunakan komputer dan perbaikan sepeda motor. Sepanjang tahun 2008 pelatihan kejuruan diikuti oleh 156 peserta. Pembiayaan usaha mikro memberikan peluang bagi komunitas lokal untuk mengurangi kemiskinan dengan mendirikan dan mengelola sendiri usaha mikro. PT Holcim Indonesia Tbk mengklaim pembiayaan usaha mikro merupakan program yang paling memberdayakan dan berkelanjutan. Klaim tersebut didasarkan fakta perkembangaan aset Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi
54
mencapai 2,5 milyar rupiah pada akhir tahun 2008 dari aset awal sejumlah 201 juta rupiah pada tahun 2006 dengan penerima manfaat berjumlah 2.801 orang di enam desa. Penerima kredit berhasil mengembangkan usaha dengan ragam usaha: ternak itik dan kambing, tambak udang, jasa menjahit hingga bengkel sepeda motor. Pemberian beasiswa pendidikan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Pemberian Beasiswa Pendidikan
5. Iklim dan Energi. Produksi semen membutuhkan bahan baku batu kapur, batu bara dan energi listrik serta melepaskan emisi CO2 dalam jumlah besar. Program diprioritaskan pada efisiensi penggunaan bahan baku dan energi, pengurangan emisi CO2 dan pengolahan limbah. Pada akhir tahun 2007 pengurangan emisi CO2 mencapai 16,3 persen dibandingkan tahun 1990 dan menargetkan hingga 20 persen pada tahun 2010. PT Holcim Indonesia berkontribusi mengurangi dua persen emisi CO2 pada tahun
55
2007 dan 12 persen sejak tahun 2002. Penurunan emisi CO2 dalam
Emisi CO2 dalam kilogram per ton semen
kilogram per ton semen dapat dilihat pada Gambar 10. 800 785
780
765
760
755
740 727
720
714
700 680 660 2004
2005
2006
2007
2008
Sumber: Sustainable Development Report PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008.
Gambar 10. Penurunan Emisi CO2 dalam Kilogram per Ton Semen Pengurangan emisi CO2 dilanjutkan dengan penghijauan berkelanjutan di tambang dan pabrik PT Holcim Indonesia Tbk. PT Holcim Indonesia Tbk secara konsisten meningkatkan penggunaan bahan baku dan energi alternatif biomass. PT Holcim Indonesia Tbk berhasil memperoleh sertifikasi internasional bidang sistem manajemen lingkungan ISO 14001 pada tahun 2004. 6. Tata Kelola Perusahaan. PT Holcim Indonesia Tbk melandasi tata kelola perusahaan dengan prinsip Good Corporate Governance: transparansi, keadilan, akuntabilitas, pertanggungjawaban dan kemandirian. PT Holcim Indonesia memiliki tata kelola perusahaan yang lengkap: memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan, mengelola resiko bisnis, menjaga nama baik, memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan.
56
Direksi bertanggung jawab membuat laporan keuangan dan menyusun rencana usaha sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. PT Holcim Indonesia melaporkan aktivitasnya setiap tahun melalui Annual Report dan Sustainable Development Report sesuai standar Global Report Initiative.
4.1.3 Dana Tanggung jawab sosial perusahaan PT Holcim Indonesia berfokus pada tiga kelompok kegiatan: (1) ekonomi lokal; (2) sosial dan pendidikan; dan (3) infrastruktur. Program yang telah direncanakan tentunya membutuhkan biaya untuk merealisasikannya. Peraturan Menteri BUMN No. 5 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan mengatur alokasi dana yang harus dikeluarkan perusahaan untuk program tanggung jawab sosial sebesar satu sampai tiga persen dari laba bersih. PT Holcim Indonesia Tbk menyalurkan dana tanggung jawab sosial melalui departemen community relations yang besar anggarannya disesuaikan dengan keadaan keuangan perusahaan. Besaran dana tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk telah memenuhi peraturan dengan menyalurkan satu sampai tiga persen dari laba bersih perusahaan. Persentase dana tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk terhadap laba bersih disajikan pada Tabel 5.
57
Tabel 5. Persentase Dana Tanggung Jawab Sosial terhadap Laba Bersih PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2006 - 2008. Tahun 2005 2006 2007 2008 Sumber:
Laba Bersih (miliar rupiah)
Dana Tanggung Jawab Sosial Persentase PT Holcim Indonesia Tbk (%) (miliar rupiah) (334,081)15 2,800 merugi 175,945 3,500 2,00 169,410 3,659 2,16 282,220 3,801 1,35 Annual Report dan Sustainable Debelopment Report PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2006 dan 2008.
Masing-masing dua persen pada tahun 2006 dan 2007, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2008, karena pada akhir tahun 2007 keuangan PT Holcim Indonesia Tbk belum stabil dan mengalami penurunan laba bersih dari tahun 2006. Dikhawatirkan terkena dampak resesi ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1998, ketika itu PT Holcim Indonesia Tbk mengalami kerugian hingga tahun 2005. Alokasi dana tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Alokasi Dana Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk Ekonomi Sosial dan Infrastruktur Total Lokal Pendidikan 2005 Juta Rupiah 420 1.008 1.372 2.800 % 15 36 49 100 2006 Juta Rupiah 1.435 1.330 735 3.500 % 41 38 21 100 2007 Juta Rupiah 1.134 1.464 1.061 3.659 % 31 40 29 100 2008 Juta Rupiah 1.862 1.178 760 3.801 % 49 31 20 100 Sumber: Annual Report dan Sustainable Development Report PT Holcim Indonesia Tbk tahun 2006 dan tahun 2008.
Alokasi dana yang disalurkan meliputi tiga bidang utama dan menunjukkan tren peningkatan pada bidang ekonomi lokal seiring paradigma pembangunan berkelanjutan yang menjadi kebijakan PT Holcim Indonesia Tbk.
15
Angka dalam kurung menunjukkan kerugian.
58
6.2
Masukan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah lembaga keuangan
mikro berbasis syari’ah yang merupakan sistem ekonomi Islam. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi didirikan atas inisiasi PT Holcim Indonesia Tbk dan berlokasi di Ruko Rawa Jejed 2, Jalan Raya Klapanunggal – Bojong, Kilometer 1. Pendirian Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi didasarkan pada kesulitan komunitas lokal mendapatkan pembiayaan usaha mikro karena tidak memiliki nilai estimasi keuntungan (outstanding) yang besar dan jaminan yang mudah dicairkan (liquiditas) jika mengajukan pembiayaan di bank atau lembaga keuangan konvensional lainnya. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi pertama kali diusulkan oleh Reksodiputro, manajer departemen community relations PT Holcim Indonesia Tbk. Ide mendirikan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi didapat ketika Reksodiputro sering kali melewati kantor “Dompet Dhuafa” di Jalan Metro Pondok Indah. Reksodiputro menginginkan lembaga keuangan serupa ada di wilayah operasional PT Holcim Indonesia Tbk. Keinginan adanya lembaga keuangan mikro yang mampu memberikan pembiayaan usaha mikro diungkapkan oleh Reksodiputro: “...kami melihat kok belum ada yah lembaga keuangan di sekitar Klapanunggal yang bisa menjangkau masyarakat untuk mendapat kredit mikro..karena itu kami ingin ada yang bisa seperti itu..” (Reksodiputro, manajer departemen community relations)
Reksodiputro memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan manajemen “Dompet Dhuafa” untuk memulai pembentukkan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Setelah resmi didirikan pada tanggal 9 Juni 2006, manajemen
59
“Dompet Dhuafa” memberikan pendampingan bagi manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang baru terbentuk selama tiga bulan sehingga baru mulai beroperasi pada tanggal 9 Agustus 2006. Program pembiayaan usaha mikro sebenarnya ada sejak tahun 2001 ketika PT Holcim Indonesia Tbk memberikan pinjaman bergulir bagi kelompok masyarakat, tetapi program tersebut tidak berjalan efektif karena dikelola sendiri PT Holcim Indonesia Tbk. Kendala utama yang menjadi hambatan adalah tidak adanya pengawasan, sistem tanpa bunga dan jangka waktu pengembalian selama dua tahun menyebabkan dana yang diberikan tidak kembali untuk digulirkan kepada kreditur lainnya. Pendirian Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribuni diharapkan memperbaiki keadaan sebelumnya. Pengelolaan secara profesional oleh komunitas lokal dan terpisah dari manajemen PT Holcim Indonesia menjamin keberlanjutan ekonomi komunitas melalui pembiayaan usaha mikro sebagaimana komitmen PT Holcim Indonesia Tbk pada pembangunan berkelanjutan. Kendala dalam mengelola dana bergulir diungkapkan sebagaimana kutipan: “..dananya kan dari perusahaan, jadi masyarakat merasa tidak perlu mengembalikannya..kita kesulitan dalam kolektabilitasnya, bisa dibilang kredit macetlah..kalau yang mengelola masyarakat kan mereka jadi merasa itu dana pinjaman harus dikembalikan..” (Ary Wahyu Setiawan, staf departemen communiy relations)
PT Holcim Indonesia Tbk sejak tahun 2006 telah menyalurkan dana sebesar 615 juta rupiah dalam tiga tahap untuk biaya operasional, pemodalan, pengadaan alat dan pendampingan bagi manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Penyaluran secara bertahap dilakukan sebagai kontrol
60
keuangan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dari PT Holcim Indonesia Tbk selaku pengawas dan mitra Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. PT Holcim Indonesia Tbk menyalurkan Rp 256.800.000,00 pada tahun 2006, Rp 183.200.000,00 pada tahun 2007 dan Rp 175.000.000,00 pada tahun 2008. Tahapan penyaluran dana Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Waktu Penyaluran April 2006
Tahapan Penyaluran Dana Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Deskripsi
Jumlah (Rupiah) 55.700.000
Penunjukkan BMT Center “Dompet Dhuafa” sebagai konsultan pembentukkan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Juni 2006 Operasional Modal Total tahun 2006 Februari 2007 Operasional Modal Maret – Juni 2007 Pengadaan peralatan November 2007 Penunjukkan BMT Al-Karim sebagai konsultan pengembangan operasional Total tahun 2007 Maret 2008 Operasional Modal Total tahun 2008 Total Keseluruhan Sumber: Program community relations PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008
51.100.000 150.000.000 256.800.000 75.000.000 75.000.000 4.500.000 28.700.000 183.200.000 75.000.000 100.000.000 175.000.000 615.000.000
Penyaluran dana bagi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dari PT Holcim Indonesia dilakukan melalui departemen community relations. Dana yang disalurkan adalah biaya operasional dan perkiraan peningkatan jumlah pembiayaan usaha mikro kepengurusan tahun berikutnya yang diusulkan manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi melalui Rapat Rutin periode pertama setiap awal tahun kepengurusan.
BAB VII PENGELOLAAN BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI Pembiayaan usaha mikro bagi komunitas lokal melalui Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi merupakan program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk di bidang ekonomi lokal. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi didirikan atas inisiasi PT Holcim Indonesia Tbk, dikelola oleh komunitas lokal dan bermitra dengan PT Holcim Indonesia Tbk melalui departemen community relations. Pembiayaan bagi usaha mikro komunitas lokal diklaim sebagai program andalan dan paling memberdayakan. Klaim tersebut didasarkan pada fakta perkembangan aset awal sejumlah 201 juta rupiah pada tahun 2006 menjadi 2,5 milyar pada tahun 2008 dengan jumlah penerima manfaat 1.700 orang di 6 desa. Untuk mendapatkan pembiayaan usaha mikro dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi kreditur sebelumnya harus menjadi nasabah dan memiliki simpanan minimal Rp 25.000,00. Setelah tercatat, nasabah berhak untuk mendapatkan pembiayaan usaha mikro dengan mengisi formulir perdaftaran. Persayaratan untuk dapat menerima pembiayaan adalah calon kreditur memiliki usaha skala mikro (500 ribu hingga lima juta rupiah) yang dikelola sendiri, memiliki jaminan tangible (memiliki nominal) ataupun intangible (tidak memiliki nominal) dan membutuhkan pembiayaan usaha mikro untuk melanjutkan usahanya. Setelah mengajukan permohonan manajemen Baitul Maal Wa Tamwil akan melakukan survei kelayakan pemberian pembiayaan usaha mikro. Jika
62
memenuhi persyaratan yang telah ada pembiayaan akan bisa diambil dua minggu setelah survei dilakukan. Pembiayaan bisa diberikan tanpa adanya bagi hasil dan persyaratan telah menjadi nasabah dengan program Qardhul Hasaan, yaitu pembiayaan kebajikan yang diberikan kepada orang yang memiliki usaha mikro setidaknya selama satu tahun terakhir, memiliki laporan keuangan yang dibukukan dan membutuhkan pembiayaan untuk mengembangkan usaha. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memiliki bentuk badan hukum koperasi karena belum ada badan hukum yang khusus mengaturnya tentang lembaga keuangan mikro dan Baitul Maal Wa Tamwil. Badan hukum lembaga keuangan yang diakui di Indonesia ada tiga: (1) perseroan; (2) badan usaha milik negara dan (3) koperasi. Pemilihan koperasi sebagai badan hukum Baitul Maal Wa Tamwil di Indonesia didasarkan pada pendapat bahwa koperasi tidak menyalahi hukum Islam dan semangat koperasi untuk membangun ekonomi masyarakat kecil sejalan dengan semangat Baitul Maal Wa Tamwil. Sebagaimana koperasi pada umumnya, Baitul Maal Wa Tamwil juga melakukan Rapat Umum Anggota dan Rapat Rutin. PT Holcim Indonesia Tbk berperan sebagai pengawas dalam struktur organisasi Baitul Maal Wa Tamwil, artinya tidak memiliki hak menentukan kebijakan tetapi memiliki hak untuk menyampaikan pendapat dalam Rapat Umum Anggota dan Rapat Rutin. Dalam pengelolaannya Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi menggunakan basis ekonomi syariah. Sistem bagi hasil dianggap memberikan nilai lebih dibandingakan dengan sistem bunga yang diterapkan bank atau lembaga keuangan lainnya sebagaimana diungkapkan kutipan berikut:
63
“...kalau mereka pinjam ke bank,bunganya saja sudah berapa tuh..kalau pake sistem bagi hasil, perkiraan keuntungan usaha ditentukan bersama BMT kemudian disahkan dalam bentuk akad..kalau begitu kan jadi lebih meringankan kreditur..” (Asep Sulaeman, manajer Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi)
Bagi hasil yang dimaksud adalah kesepakatan antara manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan kreditur mengenai besar margin (keuntungan) yang ditangguhkan oleh Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Sedangkan akad adalah serah terima pembiayaan dengan kesepakatan bagi hasil yang telah ditentukan. Jenis akad yang dilayani antara lain: murabahah (barang), mudharabah (modal), ijarah (peralatan) dan musyarakah (modal bersama). Pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dapat digolongkan sebagai pemberdayaan masyarakat. Pembiayaan usaha mikro memenuhi indikator keberdayaan sebagaimana yang diungkapkan oleh Suharto (2005), khususnya dalam pemenuhan kebutuhan kemampuan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan dalam kemampuan mengakses manfaat kesejahteraan dan pemenuhan kebutuhan kemampuan kultural dan politis yang merupakan indikator keberdayaan lainnya dipenuhi melalui program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk lainnya. Analisis pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk lainnya disajikan pada Tabel 8.
64
Tabel 8. Analisis Pemberdayaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan Program Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk Jenis Hubungan
Kemampuan Ekonomi
Meningkatkan kesadaran Akses
Informasi oleh BMT/ rekan/saudara Pembiayaan mikro Kepemilikan alat produksi Dana pembiayaan Kemampuan operasional alat Model bagi masyarakat lain
Perubahan terhadap hambatan Solidaritas
Kemampuan mengakses Kesejahteraan Forum konsultasi masyarakat Memiliki usaha Pelayanan kesehatan Pengelolaan keuangan keluarga
Kemampuan Kultural dan Politis
Peningkatan pendapatan
Forum konsultasi masyarakat
Forum konsultasi masyarakat Forum konsultasi masyarakat Forum konsultasi masyarakat
Peningkatan kesadaran dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi dilakukan melalui informasi yang disampaikan karyawan divisi pemasaran atau oleh saudara dan rekan yang telah menerima pembiayaan dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Akses pembiayaan diperoleh kreditur dan dari dana yang diperoleh kreditur bisa memiliki alat dan bahan baku produksi yang tidak dimiliki sebelumnya. Hambatan yang dihadapi kreditur juga berubah karena telah memiliki dana yang menjadi hambatan sebelumnya. Kemampuan operasional alat juga dapat dipenuhi malalui pelatihan keterampilan dan kewirausahaan yang dilaksanakan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Kreditur yang berhasil akan menjadi model yang bisa dicontoh bagi calon penerima kredit lainnya.
BAB VIII HASIL BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 8.1
Hasil Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk
8.1.1 Ekonomi Kegiatan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia di bidang ekonomi meliputi program penyediaan lapangan pekerjaan dan pembiayaan usaha mikro melalui Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Program penyediaan lapangan pekerjaan antara lain adalah pengiriman batuan sisa produksi yang masih bisa dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat untuk dijual kembali sebanyak 501 truk selama periode Januari – May 2009. Pengiriman dilakukan ke desa Nambo yang terdapat 26 kelompok pemecah batu. Hasil yang didapat dari program ini adalah volume batuan yang dikirimkan kepada kelompok pemecah batu. Jumlah batuan yang dikirim kepada kelompok pemecah batu disajikan pada Tabel 9. Tabel 9.
Jumlah Batuan yang Dikirim Kepada Kelompok Pemecah Batu
Kiriman Batuan (truk) Januari 2009 102 Februari 2009 119 Maret 2009 133 April 2009 117 May 2009 30 Total 501 Sumber: Program Community Relations, 2009.
Waktu Pengiriman (hari) 21 20 20 20 10 91
Rataan Kiriman (truk/hari) 4,9 6,0 6,7 5,9 3,0 5,5
Batuan yang dikirimkan dikelola oleh kelompok masyarakat untuk diolah menjadi bahan bangunan, kapur atau dijual kembali kepada pihak lain yang berminat membeli. Pengiriman batuan ini ditujukan untuk mengalihkan mata pencaharian penduduk lokal yang menjadi penambang liar di sekitar areal tambang aktif PT Holcim Indonesia Tbk.
66
Pelatihan kejuruan yang dilaksanakan PT Holcim Indonesia juga memberikan kesempatan masyarakat untuk memiliki mata pencaharian. Peserta pelatihan kejuruan yang diadakan PT Holcim Indonesia Tbk mendapatkan pengetahuan dari narasumber yang ahli di bidang yang akan diajarkan kepada peserta pelatihan. Hasil yang didapat antara lain keterampilan membubut, mengelas, penggunaan komputer, perbaikan sepeda motor dan manajemen bisnis. Peserta pelatihan juga diberikan modal berupa alat pelatihan kejuruan seperti mesin las, mesin bubut, komputer dan peralatan perbaikan sepeda motor untuk mengembangkan keterampilannya. Hasil yang didapat dari program penanaman pohon kihujan di sekitar tambang non-aktif PT Holcim Indonesia Tbk antara lain adalah pekerjaan warga peserta program untuk menanam, mengelola, merawat dan memanen pohon kihujan. Hasil lain adalah lahan yang diberikan untuk dikelola maksimal 2.500 meter persegi yang dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman produksi seperti palawija dan kacang-kacangan. Bibit tanaman produksi juga diberikan oleh PT Holcim Indonesia Tbk beserta dengan insentif keikutsertaan program.
8.1.2 Sosial dan Pendidikan Dalam bidang sosial dan pendidikan hasil yang didapat berupa bantuan kebutuhan sehari-hari warga yang diberikan saat peringatan hari besar nasional atau keagamaan seperti Idul Fitri. Bantuan sosial diharapkan dapat meringankan kebutuhan sehari-hari penerima bantuan. Penentuan penerima bantuan dilakukan oleh tokoh masyarakat besama dengan struktur pemerintahan paling bawah (ketua RT dan RW). Bantuan sosial berisi minyak goreng, beras, gula, susu dan telur.
67
Beasiswa pendidikan bagi siswa berprestasi tetapi tidak mampu membiayai sekolahnya memberi hasil berupa uang hasil beasiswa sebesar 900 ribu rupiah yang bisa diambil setiap bulan di Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebesar 75 ribu rupiah, jangka waktu beasiswa selama satu tahun dan siswa penerima beasiswa bisa melanjutkan pendidikan. Penerimaan siswa EVE (Enterprise based Vocational Education programme) dari komunitas lokal untuk dididik selama tiga tahun untuk menjadi karyawan PT Holcim Indonesia menjadi hasil tanggung jawab sosial di bidang sosial dan pendidikan. EVE adalah program pendidikan teknik yang diselenggarakan Holcim Academy kepada lulusan sekolah menengah atas dari masyarakat sekitar wilayah operasional PT Holcim Indonesia Tbk. Hasil yang didapat dari program ini pengetahuan di bidang teknik, kontrak kerja dan gaji selama mengikuti program EVE. Program pelayanan kesehatan dilakukan selama satu bulan sekali berlokasi di kantor desa. Hasil yang didapat dari pelayanan kesehatan gratis adalah pemeriksaan oleh dokter, hasil analisa penyakit oleh dokter, resep, dan obatobatan yang diterima oleh pasien.
8.1.3 Infrastruktur Kegiatan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk meliputi bidang pembangunan infrastruktur. Tersedianya infrastruktur membantu masyarakat dalam mengakses kesejahteraan melalui penggunaan fasilitas atau infrastruktur yang telah dibangun. Keberadaan sekolah membuat masyarakat di sekitar sekolah yang dibangun memiliki kesempatan bersekolah sehingga diharapkan mampu
68
meningkatkan tingkat pendidikan. Keberadaan jalan dan lampu penerangan meningkatkan mobilitas warga dan menstimuli perekonomian warga melalui penggunaan jalan dan jembatan desa yang telah dibangun. Drainase dan penampungan air bersih membantu masyarakat mengurangi dampak negatif tidak adanya saluran air dan memberikan akses air bersih yang tidak pernah dirasakan sebelumnya. Tidak adanya drainase menyebabkan terjadinya genangan yang merusak jalan dan rusaknya rumah warga akibat rembesan genangan air. Penyediaan bak penampungan air bersih menghasilkan ketersediaan air bersih dan pengurangan waktu dan jarak tempuh masyarakat yang ingin menggunakan air bersih. Keberadaan masjid mengurangi jarak dan waktu tempuh masyarakat ketika menjalankan ibadah khususnya bagi pemeluk agama Islam sehingga bisa meningkatkan kekhusyukan beribadah. Renovasi rumah warga dan kantor desa menghasilkan keadaan tempat tinggal yang sehat bagi warga yang rumahnya direnovasi dan efektivitas pelayanan umum bagi masyarakat yang melakukan pengurusan administrasi di kantor desa. Hasil tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk No 1
Bidang Ekonomi
Hasil Dana pembiayaan Berdagang Mata pencaharian Bibit ikan gurame 2 Sosial dan Pendidikan Siswa bisa bersekolah Bantuan kebutuhan sehari-hari Obat-obatan Pengetahuan teknik peserta EVE 3 Infrastruktur Bangunan Sekolah Bangunan masjid Jalan dan Jembatan Desa Penampungan air bersih Sumber: Annual Report PT Holcim Indonesia Tbk Tahun 2008.
69
8.1.4 Penerima Manfaat Kegiatan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk diharapkan mampu memberi manfaat bagi masyarakat di sekitar wilayah operasional PT Holcim Indonesia Tbk pada umumnya dan seluruh komunitas lokal pada umumnya. Jumlah warga yang merasakan manfaat merupakan hasil dari kegiatan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk sesuai dengan tujuan untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Keragaman jumlah penerima manfaat juga menjadi sasaran pelaksanaan tanggung jawab sosial, dengan semakin beragamnya penerima manfaat diharapkan PT Holcim Indonesia Tbk mampu merangkul berbagai pemangku kepentingan untuk menciptakan hubungan baik dengan komunitas lokal. Jumlah penerima manfaat program tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Penerima Manfaat Program Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk 2005 2006 Ekonomi (orang) 626 1.375 Sosial dan Pendidikan (orang) 682 795 Infrastruktur (orang) 10.071 12.225 Total 11.379 14.395 Sumber: Annual Report PT Holcim Indonesia Tbk tahun 2008
2007 2.632 922 15.384 18.938
2008 3.411 823 18.870 23.104
Tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk yang dikelola oleh Departemen Community Relations pabrik Narogong meliputi tujuh desa dan satu dusun di wilayah kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Enam desa tersebut adalah yang berdampingan langsung dengan PT Holcim Indonesia Tbk pabrik Narogong, keenam desa tersebut adalah Desa Nambo, Desa Kembang Kuning, Desa Klapanunggal, Desa Lulut, Desa Bantarjati, Desa Cikahuripan, Desa Sekarwangi dan Dusun Kedep.
70
Penerima manfaat program sosial dan pendidikan paling sedikit dibandingkan dengan program ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Jumlah yang sedikit disebabkan program ini memiliki sasaran penerima manfaat yang tertentu, misalnya siswa penerima beasiswa harus berprestasi dan memiliki kesulitan ekonomi. Peserta EVE dibatasi hanya 60 orang setiap tahunnya dan memiliki prestasi di sekolahnya. Berbeda dengan penerima manfaat program pembangunan infrastruktur yang bisa dimanfaatkan siapa saja dan mencakup wilayah yang luas, misalnya pembangunan jalan desa yang mencakup tiga RW sehingga bisa dimanfaatkan banyak warga.
8.2
Hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi
8.2.1 Hasil Pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memberikan kesempatan bagi komunitas lokal untuk memutus rantai kemiskinan melalui pembiayaan usaha mikro dengan cara meciptakan dan mengelola usaha sendiri. Pembiayaan usaha mikro diharap mampu memciptakan lapangan pekerjaan, memperoleh pendapatan dan pada tujuan akhirnya mencapai kesejahteraan. Hasil yang didapat dalam bidang ekonomi adalah dana yang berasal dari pembiayaan usaha mikro sehingga mampu digunakan untuk menjalankan usaha, misalnya mendirikan warung makan atau membeli bibit ikan gurame untuk dikembangkan. Ragam jenis usaha yang berhasil dikembangkan antara lain jasa menjahit, berdagang, jasa perbaikan sepeda motor, ternak kambing dan itik serta tambak udang. Nominal pembiayaan mikro yang disalurkan berkisar antara 500 ribu hingga lima juta rupiah dengan jangka waktu pengembalian antara tiga
71
hingga sepuluh bulan. Besar bagi hasil ditentukan melalui kesepakatan antara kreditur dengan manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi, biasanya berkisar antara satu hingga 2,5 persen. Hasil yang didapat dari pembiayaan usaha mikro adalah dana kredit yang disalurkan dan sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil lain yang didapat adalah jumlah penerima manfaat dari pembiayaan yang disalurkan melalui Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Perkembangan Keuangan dan Penerima Manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Perkembangan Keuangan dan Penerima Manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swada Pribumi 2006 2007 2008 Aset 360.443.929 1.031.794.895 2.514.385.461 Modal PT Holcim Indonesia Tbk (rupiah) 256.800.000 183.200.000 175.000.000 Modal dari sumber lainnya (rupiah) 1.000.000 79.902.639 18.296.970 Jumlah Pembiayaan (rupiah) 313.255.750 739.093.750 1.477.285.500 Biaya Operasional (Rupiah) 27.301.442 188.806.166 340.050.149 Penerima Manfaat (orang) 1.076 2.295 2.801 Sumber: Rincian Rekening Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Tahun 2006, 2007 dan 2008.
Aset
Baitul
Maal
Wa
Tamwil
Swadaya
Pribumi
menunjukan
perkembangan yang sangat pesat dari modal awal sejumlah 201 juta rupiah pada tahun 2006 menjadi 2,5 miliar rupiah pada akhir tahun 2008. Perkembangan aset tersebut berasal dari modal tambahan yang disalurkan PT Holcim setiap tahunnya, modal dari sumber lainnya yang sah, keuntungan operasional dan dana yang berhasil diserap untuk dihimpun dan dikembangkan oleh manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dengan penyaluran pembiyaan atau jenis usaha lainnya yang sah. Peningkatan aset dan dana yang terserap menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.
72
Jumlah pembiayaan yang disalurkan setiap tahunnya juga mengalami peningkatan dari 313 juta rupiah saat awal berdiri pada tahun 2006, 739 juta rupiah pada tahun 2007 dan 1,47 miliar rupiah pada tahun 2008. Peningkatan jumlah pembiayaan menunjukkan kebutuhan masyarakat terhadap akses pembiayaan.
8.2
Efisiensi Efisiensi dalam Arti Luas Efisiensi pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dalam
arti luas maksudnya adalah perbandingan aset yang dimiliki dibandingkan dengan seluruh modal yang disalurkan PT Holcim Indonesia Tbk dan modal dari sumber lainnya yang sah. Perhitungan efisiensi dilakukan dengan menggunakan metode Return On Investment untuk mengetahui persentase manfaat yang dihasilkan suatu proyek dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Program yang memiliki nilai Return On Investment di atas 0 menunjukkan program dapat diterima karena memiliki nilai keuntungan. Return On Investment dihitung dengan rumus:
Total Manfaat – Total Biaya ROI =
x 100% Total Biaya
Total Manfaat : Total aset yang dimiliki Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi saat ini. Total Biaya
: Total modal yang disalurkan PT Holcim Indonesia Tbk dan sumber modal lainnya yang sah.
73
Total aset yang dimiliki Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi saat ini berjumlah Rp 2.514.385.461,00. Total modal yang disalurkan PT Holcim Indonesia Tbk dan sumber modal lainnya yang sah disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Total Modal Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi 2006 Modal PT Holcim Indonesia 256.800.000 Tbk (rupiah) Modal dari sumber lainnya 1.000.000 (rupiah) Modal Holcim/Sumber Lain 256,8 Total 257.800.000 Sumber: Program Community Relations, 2008.
2007 183.200.000
2008 175.000.000
Total 615.000.000
79.902.639
18.296.970
99.199.609
2,29 273.102.639
9,56 193.296.970
6,20 714.199.609
2.514.385.461 - 714.199.609 ROI
= 714.199.609
ROI untuk pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah:: = ((Rp 2.514.385.461,00 – Rp 714.199.609,00) / Rp 714.199.609,00) x 100% = (Rp 1.800.185.852,00 / Rp 714.199.609,00) x 100% = 2,5206 x 100% = 252,06%
Apabila suatu program mempunyai Return On Investment lebih besar dari 0 maka program tersebut dapat diterima dan layak dilaksanakan karena memiliki nilai keuntungan. Pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memiliki nilai Return On Investment sebesar 2,5206 atau 252,06%, ini berarti Pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dapat diterima dan layak dilaksanakan, karena Pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memberikan keuntungan sebesar 252,06% dari total modalnya.
74
Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memiliki nilai kemandirian sebesar 6,20 yang didapat dari hasil perbadingan modal yang diperoleh dari sumber lain berbanding dengan modal yang disalurkan PT Holcim Indonesia Tbk. Artinya Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi mampu mendapatkan modal satu per 6,20 dari keseluruhan modal yang diterima dari PT Holcim Indonesia Tbk.
Efisiensi dalam Arti Sempit Efisiensi pengelolaaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dalam arti sempit maksudnya adalah perbandingan total pendapatan dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dibandingkan dengan total biaya operasionalnya. Perhitungan dilakukan menggunakan metode Return On Investment dengan rumus:
Total Manfaat – Total Biaya ROI =
x 100% Total Biaya
Total Manfaat : Total pendapatan dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dikurangi inflasi sebesar 30%. Total Biaya
: Total biaya operasional pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.
75
Total pendapatan dari pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dan total biaya operasional pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Total Pendapatan dan Biaya Operasional Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi 2006
2007
2008
Total
Pendapatan 21.271.022 236.058.805 (rupiah) Biaya Operasional 27.301.442 188.806.166 (rupiah) Return -6.030.420 47.252.639 Pendapatan/Biaya 0,78 1,25 Sumber: Program Community Relations, 2008.
391.656.639
648.986.466
Koreksi Inflasi 30% 454.290.526
340.050.149
556.157.757
-
51.606.490 1,15
92.828.709 1,17
-
454.290.526 – 556.157.757 ROI
= 556.157.757
ROI untuk pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah: = ((Rp 454.290.526– Rp 556.157.757,00) / Rp 556.157.757,00) x 100% = (Rp -101.867.231 / 556.157.757,00) x 100% = -0,1831 = -18,31%
Apabila suatu program mempunyai Return On Investment lebih besar dari 0 maka program tersebut dapat diterima dan layak dilaksanakan karena memiliki nilai keuntungan. Pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memiliki nilai Return On Investment sebesar -0,1831 atau -18,31%, ini berarti Pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi tidak dapat diterima dan tidak layak dilaksanakan, karena Pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi mengalami kerugian sebesar 18,31% dari total biaya operasionalnya.
BAB IX MANFAAT BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 9.1
Manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi mulai beroperasi sejak tanggal
9 Agustus 2006. Selama tiga tahun beroperasi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi telah memiliki nasabah sebanyak 1.655 orang dan telah menyalurkan pembiayaan kepada 10.407 kreditur. Jumlah dana yang diserap dari masyarakat melalui layanan simpanan (tabungan) berjumlah Rp 1.929.728.852,00 dan jumlah dana yang telah disalurkan melalui pembiayaan berjumlah Rp 2.529.635.000,00. Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memberikan pembiayaan usaha mikro yang merupakan hambatan utama masyarakat miskin dalam menjalankan usaha dan mengakses kesejahteraan. Pembiayaan usaha mikro memberikan kesempatan bagi masyarakat yang memiliki ide, kemauan dan keterampilan untuk menciptakan dan mengelola usaha mikro miliki sendiri sebagaimana kutipan berikut: “..saya tau BMT pertama kali dari saudara, kebetulan dia juga dapet kredit dari BMT...pas banget usaha tambak udang saya lagi banyak pesenan tapi gak ada modal buat ngembanginnya, saya tanya aja cara minjem ke BMT gimana caranya, ternyata ga susah, dua minggu langsung cair..” (Umar Wiryadi, kreditur Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi) Selain pembiayaan usaha mikro Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi juga memberikan layanan simpan (tabungan) dan pelatihan kewirausahaan tanpa dipungut biaya. Layanan simpan dan pelatihan memberikan kontribusi positif dan pengetahuan mengelola usaha bagi penerima manfaat. Nasabah diajarkan untuk mengelola keuangan, dengan menabung nasabah tidak hanya mendapatkan bagi
77
hasil dari tabungan yang disetorkan tetapi juga diajarkan untuk mengelola keuangan pribadi dan keluarga sehingga tidak ceroboh dalam menggunakan uang. Pelatihan kewirausahaan memberikan kemampuan bagi penerima manfaat untuk mengelola usaha mulai dari tahap produksi hingga pemasaran bahkan ada bagian khusus yang memiliki tugasnya sendiri sebagaimana kutipan berikut: “...saya punya usaha jahit bareng temen, tapi sering bingung kalo pesenan lagi sepi, kalo gak ada pesenan ya gak ngejahit...tapi sejak ada pelatihan dari BMT ada tuh temen saya yang khusus nyariin pelanggan, jadi tugas saya mah ngejahit aja gitu..” (Lilis Handayani, kreditur Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi) Keberadaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memberikan manfaat bagi nasabah dan kreditur serta masyarakat sekitar pada umumnya. Keterlibatan masyarakat dalam penggunaaan layanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memberikan manfaat berupa keragaman jenis mata pencaharian masyarakat yang sebelumnya berkebun atau pekerja kasar di tambang PT Holcim Indonesia Tbk menjadi lebih beragam seperti jasa menjahit, bengkel sepeda motor, ternak, budi daya pertanian dan jasa transportasi. Manfaat lain adalah perubahan jenis komoditas, frekuensi budi daya, frekuensi panen, produktivitas pertanian dan keuntungan hasil penjualan seperti usaha tambak udang bapak UW yang memiliki omset hingga 6 juta rupiah per bulan dari sebelumnya hanya 2 juta rupiah per bulan. Akses masyarakat khususnya penerima manfaat juga turut dirubah terutama akses terhadap pembiayaan yang merupakan hambatan utama usaha mikro. Pembiayaan yang diperoleh merubah akses kreditur terhadap pasar, sumber daya dan bahan baku produksi, relasi usaha dan kesejahteraan. Perubahan
78
berbagai akses tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan kreditur.
9.2
Kepuasan Kepuasan penerima manfaat menjadi penting karena fungsi utama dari
Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah memberikan pelayanan simpan (tabungan), pembiayaan usaha mikro, dan pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat. Kepuasan penerima manfaat merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Kepuasan penerima manfaat akan meningkatkan kepercayaan calon nasabah untuk menyimpan dana di Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Selain itu juga bisa meningkatkan kreativitas calon kreditur dalam mengembangkan usaha dan peningkatan peserta pelatihan kewirausahaan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan usaha mikro masyarakat. Peneliti menanyakan kepuasan kreditur terhadap pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang meliputi keramahan karyawan dan kemudahan proses pembiayaan. Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kepuasan pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Kepuasan Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Sangat Puas Puas Kurang Puas Tidak Puas Jumlah
Keramahan Jumlah (orang) Persentase (%) 7 21,21 25 75,76 1 3,03 0 0 33 100
Proses Pembiayaan Jumlah (orang) Persentase (%) 10 30,30 23 69,70 0 0 0 0 33 100
79
Tingkat kepuasan kreditur terhadap pelayanan Pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang meliputi keramahan karyawan dan kemudahan proses pembiayaan dapat digolongkan tinggi karena keduanya memiliki persentase kreditur yang menjawab “puas” di atas 60%. Hanya satu orang yang kurang puas terhadap keramahan karyawan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi karena kreditur tersebut sering kali ditagih ketika bertemu di jalan oleh karyawan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang bertugas menagih cicilan. Tingginya tingkat kepuasan terhadap pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi diduga karena responden adalah orang-orang yang diterima permohonan pembiayaan usahanya.
BAB X DAMPAK BAITUL MAAL WA TAMWIL SWADAYA PRIBUMI 10.1
Peningkatan Pendapatan Pembiayaan usaha mikro melalui Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya
Pribumi diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi komunitas lokal untuk mendapatkan
penghasilan secara mandiri hingga mampu meningkatkan
pendapatan dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan. Peningkatan pendapatan menjadi dampak pelaksanaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi karena merupakan hasil dari serangkaian proses yang tidak dapat berbalik. Maksudnya adalah orang yang bertambah rajin bisa memperoleh peningkatan pendapatan, tetapi tidak sebaliknya, orang yang mengalami penurunan pendapatan tidak bisa dikatakan dia tidak rajin. Peneliti melakukan survei terhadap penerima kredit pembiayaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Responden merupakan nasabah Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi yang mendapatkan kredit usaha mikro berskala 500 ribu rupiah hingga 5 juta rupiah. Jumlah responden sebanyak 33 orang yang dipilih secara acak sederhana dengan asumsi populasi tersebar normal sehingga diharapkan mampu merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Peneliti melakukan uji statistik -T berpasangan dengan menggunakan software Statistic Package for Social Sciene (SPSS) for Windows versi 16. Uji –T berpasangan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang saling berhubungan. Data yang diuji adalah pendapatan sebelum dan setelah menerima kredit dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi.
81
Hasil pengolahan data menunjukkan ada perbedaan antara rata-rata pendapatan penerima kredit sebelum menerima kredit dengan rata-rata pendapatan penerima kredit setelah menerima kredit dengan P Value 0,00 dengan tingkat signifikansi 2,5%. Nilai t hitung dari pengolahan data adalah -5.585 dengan nilai t tabel sebesar 2.037. Oleh karena nilai -t hitung < -t tabel (-5.585 < -2.037) dan P value < 0,025 (0,00) maka H0 ditolak, artinya bahwa ada perbedaan antara ratarata pendapatan penerima kredit sebelum menerima kredit dengan rata-rata pendapatan penerima kredit setelah menerima kredit. Pendapatan rata-rata kreditur sebelum menerima kredit sebesar Rp 1.408.787,00 per bulan dan pendapatan rata-rata kreditur setelah menerima kredit sebesar Rp 1.843.333,00 per bulan. Sehingga bisa disimpulkan peningkatan pendapatan yang dialami kreditur setelah menerima kredit sebesar Rp 434.545,00. Kreditur mengalami peningkatan pendapatan setelah menerima kredit dari Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Kreditur mendapatkan peningkatan pendapatan dari usaha mikro yang diciptakan dan dikelola sendiri oleh penerima kredit. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa yang dibutuhkan warga miskin adalah pembiayaan dari usaha mikro yang dimilikinya.
10.2
Perubahan Status Kemiskinan Tujuan jangka panjang yang diharapkan dari pengelolaan Baitul Maal Wa
Tamil Swadaya Pribumi oleh masyarakat dan bermitra PT Holcim Indonesia Tbk adalah tercapainya pembangunan berkelanjutan yang menjadi paradigma pembangunan PT Holcim Indonesia Tbk. Perubahan status kemiskinan merupakan salah satu indikator untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan
82
Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Perubahan status kemiskinan merupakan hasil yang harus melewati beberapa proses dan tidak dapat berbalik. Misalnya seseorang yang rajin bisa menghasilkan pendapatan dan pada akhirnya merubah status kemiskinannya menjadi lebih baik, tetapi tidak sebaliknya orang yang mengalami penurunan status kemiskinan tidak bisa dikatakan bahwa orang tersebut tidak lebih rajin dari sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan pembiayaan usaha mikro Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi tidak merubah status kemiskinan penerima kredit karena sejak awal penerima kredit tidak memenuhi indikator kemiskinan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik. Pembiayaan usaha mikro Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dapat dikatakan tidak tepat sasaran karena penerima pembiayaan usaha mikro bukan orang miskin bahkan ada yang tidak memiliki satupun kriteria miskin menurut 14 indikator kemiskinan Badan Pusat Statistik.
BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN
11.1
Kesimpulan Masukan tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk didasarkan pada
perpaduan antara tiga tanggung jawab perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya: (1) tanggung jawab ekonomi; (2) tanggung jawab lingkungan; dan (3) tanggung jawab sosial. Sinergitas ketiga tanggung jawab tersebut dikenal dengan konsep Triple Bottom Line. Masukan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah nominal dana yang disalurkan PT Holcim Indonesia Tbk sebagai modal awal pengelolaan yang meliputi biaya operasional dan modal pembiayaan sebesar Rp 201.000.000,00 dan pendampingan yang dilakukan manajemen “Dompet Dhuafa” terhadap manajemen Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Proses pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi memenuhi indikator pemberdayaan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Pembiayaan usaha mikro menyadarkan masyarakat terhadap manfaat usaha mikro, merubah akses masyarakat terhadap pembiayaan dan hambatan yang dihadapi serta meningkatkan solidaritas ekonomi komunitas. Hasil tanggung jawab sosial PT Holcim Indonesia Tbk antara lain berupa fisik infrastruktur yang dibangun seperti masjid, bagunan sekolah dan jalan desa. Hasil lainnya adalah penggunaan infrastruktur setelah proses pembangunan selesai dilakukan misalnya warga beribadah di masjid, belajar di sekolah dan melintasi jalan desa yang telah dibangun. Hasil Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi antara lain
84
adalah efisiensi pelaksanaan. Nilai efisiensi Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dalam arti luas sebesar 252,06 persen dan dalam arti sempit sebesar 18,31 persen persen. Artinya pembiayaan usaha mikro yang disalurkan memberi keuntungan sebesar 252,06 persen dalam arti luas dan kerugian sebesar 18,31 persen dalam arti sempit. Manfaat Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah perubahan akses masyarakat terhadap pembiayaan usaha mikro ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah kreditur dan dana yang disalurkan setiap tahunnya. Manfaat lainnya adalah kemampuan penerima manfaat dalam mengelola keuangan pribadi, keluarga dan usaha. Layanan simpan (tabungan) mengurangi perilaku konsumtif dan pelatihan kewirausahaan meningkatkan kualitas sumber daya manusia peserta dalam mengelola dan menjalankan usaha. Dampak Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi adalah peningkatan pendapatan yang dicapai kreditur setelah menerima pembiayaan dan menjalankan usahanya. Dampak lainnya adalah peningkatan tingkat kemiskinan setelah menerima pembiayaan usaha mikro.
11.2
Saran
1. Penyaluran pembiayaan usaha mikro Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi tidak merubah status kemiskinan kreditur karena sebelum menerima pembiayaan kreditur tidak memenuhi kriteria miskin menurut empat belas indikator kemiskinan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik. Sebaiknya
85
pembiayaan diberikan kepada calon kreditur yang memenuhi 14 indikator kemiskinan menurut Badan Pusat statistik agar mampu membantu pemerintah dalam mengurangi kemiskinan. 2. Pendirian dan pengelolaan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi sebagai usaha peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan komunitas lokal melibatkan banyak anggota komunitas, tenyata masih ada warga yang belum mengetahui tentang Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi. Sebaiknya sosialisasi fungsi dan pelayanan Baitul Maal Wa Tamwil Swadaya Pribumi dilakukan secara rutin setiap minggu melalui forum informal seperti pengajian di setiap desa agar bisa memberi bantuan bagi warga yang membutuhkan pembiayaan usaha mikro. 3. Pemerintah selaku penentu kebijakan diharapkan memfasilitasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan melalui undang-undang atau peraturan yang mengatur pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan mulai dari besaran dana yang harus dikeluarkan, pihak mana yang harus dilibatkan hingga standard pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Annual Report PT Holcim Indonesia Tbk. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. ______. 2006. Annual Report PT Holcim Indonesia Tbk. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. ______. 2006. Sustainable Development Report PT Holcim Indonesia Tbk. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. ______. 2007. Annual Report PT Holcim Indonesia Tbk. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. ______. 2007. Sustainable Development Report PT Holcim Indonesia Tbk. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. ______. 2008. Annual Report PT Holcim Indonesia Tbk. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. ______. 2008. Panduan Penerapan Good Corporate Governance PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Jakarta: PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. ______. 2008. Sustainable Development Report PT Holcim Indonesia Tbk. Jakarta: PT Holcim Indonesia Tbk. Azhari, Siti Kusumawati. 2007. Norma Hukum dan Bisnis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, dalam Sosioteknologi Tahun 6 No. 12. Budimanta, Arif, Adi Prasetijo, Bambang Rudito. 2008. Corporate Social Responsibility: Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD. ______. 2008. Metode dan Teknik Pengelolaan Community Development. Jakarta: ICSD. Herlin, Fauzia. 2008. Analisis Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Antam, Tbk. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kiroyan, Noeke. 2008. CSR Workshop I. Jakarta: A+CSR
87
Musa, Safuri. 2005. Evaluasi Program, Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Y – PIN Indonesia. Mugniesyah, S.S.M. 2006. Materi Bahan Ajar Ilmu Penyuluhan. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Nursahid, Fajar. 2006. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Analisis terhadap Model Kedermawanan Sosial PT. Krakatau Steel, PT. Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia. Depok: Piramedia. Saidi, Zaim, Hamid Abidin, Riga Adiwoso Suprapto, Sita Supomo, Kurniawati dan Agung Prihatna. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan, Profil dan Pola Distribusinya di Indonesia: Survei 226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta: Piramedia. Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu-Ilmu Sosial. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama. Utama, Sidharta. 2007. Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia. Makalah pidato pengukuhan penulis sebagai guru besar tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Wibisono, Yusuf. 2002. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing. ________, 1989. Sistem Monitoring dan Evaluasi Proyek-Proyek Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Jakarta: Departemen Pertanian. Wijono, Wiloejo Wirjo. 2005. Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Kongkrit Memutus Mata Rantai kemiskinan, dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Edisi Khusus November.
88
Lampiran 1. Daftar Penerima Kredit BMT Swadaya Pribumi Periode Januari – Juni 2009 Jangka Waktu No
Nama Kreditur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nuryadi Acep Pahrudin Alexander Widodo Ali Mahmur Aman Ari Arya Asep Asep Sulaeman Atang Bin Sanin Bayinah Candra Hidayat Dede Suhardinata Deri Rena efendi Dewi Sri Dina DJ. Waluyo Djadjat S. Doni Doni Ramdoni Eddy Supriyadi Eem Sulaeman Egi Maulana Eli Kusniati Elly Nurliana Empop Hasbullah Endang Kosasih Endang Sanjaya Eni Nurcahyani
Bulan Dan Tahun Mulai 04-2009 06-2009 01-2009 04-2009 04-2009 03-2009 02-2009 03-2009 04-2009 04-2009 05-2009 04-2009 05-2009 03-2009 03-2009 05-2009 05-2009 01-2009 05-2009 04-2009 01-2009 06-2009 04-2009 03-2009 03-2009 03-2009 02-2009 05-2009
Bulan Dan Tahun Jatuh Tempo 02-2010 04-2010 07-2009 02-2010 02-2010 01-2010 12-2009 08-2009 02-2010 02-2010 03-2010 10-2009 03-2010 01-2010 01-2010 03-2010 03-2010 11-2009 03-2010 02-2010 11-2009 04-2010 02-2010 01-2010 09-2009 01-2010 12-2009 03-2010
Kolektabilitas
Harga Jual
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3.600.000 600.000 3.540.000 600.000 1.950.000 3.750.000 2.500.000 1.150.000 600.000 2.500.000 1.950.000 2.500.000 2.500.000 2.400.000 1.200.000 1.800.000 2.500.000 2.600.000 750.000 3.750.000 2.600.000 2.500.000 3.750.000 2.500.000 3.360.000 1.800.000 2.500.000 3.900.000
Harga Pokok
500.000 3.000.000 500.000 1.500.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 500.000 1.500.000 2.000.000 2.000.000 1.000.000 2.000.000 2.000.000 600.000 3.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 3.000.000 1.500.000 2.000.000 3.000.000
Margin Yang Ditangguhkan 3.600.000 100.000 540.000 100.000 450.000 750.000 500.000 150.000 100.000 2.500.000 450.000 2.500.000 500.000 400.000 200.000 1.800.000 500.000 600.000 150.000 750.000 600.000 500.000 3.750.000 500.000 360.000 300.000 500.000 900.000
Saldo Piutang
Jenis Agunan
2.400.000 500.000 500.000 400.000 1.200.000 2.100.000 1.200.000 400.000
4 9 4 9 4 3 9 9 9 4 4 9 4 4 1 4 4 4 1 4 3 4 9 9 1 9 4 4
1.800.000 1.350.000 1.332.000 1.800.000 1.400.000 700.000 1.350.000 1.800.000 1.140.000 540.000 2.400.000 1.200.000 2.000.000 2.400.000 1.400.000 1.500.000 1.050.000 1.200.000 2.700.000
89
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Enih Enny Yulianti Entin Komariah Giwa Sugiwa Gupron B. Darsa Hendra Heri Maryadi Hernah Herni Hj. Ati Hj. Siti Aisyah Husen Idah Binti Daman Idi Ihwanudin Iswanto Iwan Iyoh Munaroh Iyus Kurniawan Jaenudin Komalasari Lilis Handayani M. Permana Mamah Sutamah Mansur Marni Marni Maryani Maryati Masum Bin Amin Mochamad Arifin Muhammad Yusup Mulyadi Nanih Binti Manta
04-2009 04-2009 05-2009 05-2009 03-2009 03-2009 05-2009 02-2009 02-2009 02-2009 05-2009 05-2009 05-2009 03-2009 04-2009 03-2009 05-2009 04-2009 02-2009 05-2009 04-2009 05-2009 02-2009 02-2009 04-2009 03-2009 06-2009 04-2009 04-2009 05-2009 03-2009 06-2009 02-2009 04-2009
02-2010 02-2010 03-2010 03-2010 08-2009 01-2010 03-2010 12-2009 12-2009 07-2009 03-2010 03-2010 03-2010 01-2010 02-2010 01-2010 03-2010 02-2010 12-2009 03-2010 02-2010 03-2010 12-2009 12-2009 02-2010 01-2010 04-2010 02-2010 02-2010 03-2010 01-2010 04-2010 12-2009 02-2010
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3.700.000 2.500.000 3.900.000 2.400.000 1.125.000 600.000 2.500.000 1.950.000 3.900.000 2.300.000 2.500.000 600.000 3.125.000 2.500.000 1.250.000 1.200.000 2.500.000 600.000 3.600.000 1.200.000 1.250.000 1.250.000 2.450.000 2.600.000 600.000 2.500.000 3.750.000 600.000 3.000.000 1.250.000 2.450.000 600.000 1.200.000 2.400.000
3.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000 2.000.000
2.000.000 1.000.000
3.000.000 1.000.000 1.000.000 2.000.000 2.000.000 500.000 2.000.000 3.000.000 500.000 2.500.000 1.000.000 500.000 2.000.000
700.000 2.500.000 900.000 400.000 125.000 600.000 500.000 1950.000 900.000 300.000 500.000 600.000 3.125.000 500.000 1.250.000 200.000 2.500.000 600.000 600.000 1.200.000 250.000 250.000 450.000 600.000 100.000 500.000 750.000 100.000 500.000 250.000 2.450.000 100.000 1.200.000 400.000
2.400.000 1.800.000 2.700.000 1.800.000 400.000 350.000 1.800.000 900.000 1800.000 800.000 1.800.000 450.000 2.500.000 1.000.000 800.000 800.000 1.800.000 450.000 2.100.000 900.000 800.000 900.000 1.200.000 1.200.000 400.000 1.600.000 3.000.000 400.000 2.000.000 900.000 1.400.000 450.000 700.000 1.600.000
9 9 4 3 4 9 9 4 3 1 3 9 4 3 9 4 9 9 3 1 4 1 9 3 9 9 1 9 4 1 4 9 4 4
90
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Nur Hidayat Nurleni Nurrilah Nyai Nuryani Paryanti Popon Patimah Priyonggo Rajat Ratna Kristiawati Rini Yulianti Rohayati Rohayati Binti Saepudin Sahrudin Jumena Samah Samsiah Santi Sandra Sanudin Sadgat Siti Badriah Siti Komariyah Siti Mariam Sofiyah Sri Astuti Sumiati Suparta Bin Sardi Susilawati Susilawati Sussy Tati Sumiyati Teguh Prasetio Udin Ujang Bin Recin Ujat Umar Wiryadi
04-2009 02-2009 06-2009 05-2009 02-2009 03-2009 04-2009 04-2009 01-2009 02-2009 04-2009 03-2009 05-2009 04-2009 04-2009 03-2009 04-2009 04-2009 05-2009 02-2009 03-2009 03-2009 04-2009 02-2009 04-2009 04-2009 04-2009 01-2009 03-2009 06-2009 05-2009 06-2009 03-2009 05-2009
02-2010 12-2009 04-2010 03-2010 12-2009 09-2009 02-2010 02-2010 11-2009 12-2009 02-2010 01-2010 03-2010 02-2010 02-2010 01-2010 02-2010 02-2010 11-2009 12-2009 01-2010 03-2010 02-2010 12-2009 02-2010 02-2010 02-2010 07-2009 01-2010 04-2010 03-2010 04-2010 09-2009 03-2010
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1
1.250.000 3.750.000 2.500.000 600.000 2.600.000 3.540.000 2.500.000 2.500.000 3.900.000 2.600.000 600.000 3.900.000 600.000 2.600.000 600.000 3.750.000 3.000.000 3.900.000 3.540.000 2.600.000 3.600.000 1.860.000 2.400.000 2.500.000 2.500.000 600.000 2.500.000 1.770.000 1.250.000 2.500.000 3.900.000 1.250.000 1.770.000 3.600.000
1.000.000 3.000.000 2.000.000 500.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000 500.000 3.000.000 2.000.000 500.000 3.000.000 2.500.000 3.000.000 2.000.000 1.500.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 2.000.000 3.000.000 1.000.000 1.500.000 3.000.000
250.000 750.000 500.000 100.000 600.000 540.000 500.000 2.500.000 900.000 600.000 100.000 900.000 600.000 600.000 100.000 750.000 500.000 3.900.000 540.000 600.000 3.600.000 360.000 400.000 500.000 500.000 100.000 500.000 270.000 250.000 500.000 900.000 250.000 270.000 600.000
800.000 1.800.000 2.000.000 450.000 1.400.000 1.500.000 1.600.000 1.600.000 1.500.000 1.400.000 300.000 2.100.000 450.000 1.660.000 400.000 2.100.000 2.250.000 2.400.000 2.500.000 1.200.000 2.100.000 1.375.000 1.600.000 1.400.000 1.600.000 400.000 1.600.000 250.000 700.000 2.000.000 2.700.000 1.000.000 1.250.000 2.700.000
9 3 1 1 4 3 9 4 4 3 9 1 9 4 9 9 4 9 9 4 9 3 4 9 9 9 4 9 9 9 4 3 4 1
91
97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130
Uti Susianti Uun S. Wansih Wawan Gunawan Wulan S. Yanih Yetti Retnawati Yeyen Yudi Wahyudi Yuli Setyani Acang Bin Acim Agus Suyono Ano Bin Mian Cecep Dadang D. Dendy Winardi Djaenudin Satgad E. Sulaeman M. Zaenuri Mahrup Bin Aman Mimin Mugeni Mursih Rohilah Saripudin Sarnati Binti Ojeng Sjarifuddin Sjam Solihin Sulaeman Turiman Uningsih Usman Bin Jaamin Warsem Ati Supriyati
05-2009 03-2009 06-2009 02-2009 02-2009 05-2009 05-2009 05-2009 05-2009 03-2009 04-2009 06-2009 02-2009 04-2009 03-2009 03-2009 03-2009 03-2009 03-2009 04-2009 02-2009 02-2009 04-2009 04-2009 02-2009 01-2009 04-2009 03-2009 04-2009 02-2009 05-2009 02-2009 03-2009 04-2009
03-2010 01-2010 04-2010 12-2009 12-2009 03-2010 03-2010 03-2010 03-2010 01-2010 02-2010 04-2010 12-2009 02-2010 06-2010 01-2010 01-2010 01-2010 01-2010 02-2010 12-2009 12-2009 02-2010 02-2010 12-2009 11-2009 02-2010 01-2010 02-2010 12-2009 03-2010 12-2009 01-2010 02-2010
1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2.500.000 600.000 3.750.000 2.500.000 3.900.000 1.950.000 1.950.000 2.450.000 1.250.000 3.750.000 3.000.000 2.400.000 1.250.000 3.750.000 2.175.000 1.200.000 3.900.000 1.800.000 2.400.000 3.750.000 2.600.000 1.950.000 2.400.000 2.400.000 2.600.000 1.250.000 1.800.000 3.650.000 2.500.000 2.400.000 3.750.000 3.600.000 3.750.000 1.250.000
2.000.000 500.000 3.000.000 2.000.000 3.000.000
1.000.000 2.500.000 2.000.000 1.000.000 3.000.000 1.500.000
1.500.000 2.000.000 3.000.000 2.000.000 1.500.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 1.000.000 3.000.000 2.000.000 2.000.000 3.000.000 3.000.000 1.000.000
500.000 100.000 750.000 500.000 900.000 1.950.000 1.950.000 2.450.000 250.000 3.750.000 500.000 400.000 250.000 750.000 675.000 1.200.000 3.900.000 300.000 400.000 750.000 600.000 450.000 400.000 400.000 600.000 250.000 1.800.000 650.000 500.000 400.000 750.000 3.600.000 750.000 250.000
1.800.000 300.000 3.000.000 1.200.000 2.380.000 1.350.000 1.350.000 1.800.000 900.000 2.400.000 2.000.000 2.000.000 600.000 2.400.000 1.145.000 700.000 2.100.000 1.050.000 1.400.000 2.400.000 800.000 900.000 1.600.000 1.600.000 1.200.000 600.000 1.350.000 2.100.000 1.600.000 1.300.000 2.700.000 1.800.000 2.400.000 800.000
9 1 9 9 4 3 1 4 1 4 4 4 4 3 9 9 9 3 4 4 1 3 4 3 3 4 9 4 9 3 3 9 3 9
92
131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148
Dedeh Suwandi Edih Bin Misin Eman Bin Nahwi Enjang Bin Saun Jajang Suwandi Jama Bin Imang Lidiawati Maman Bin Eri Masjotur Nani Binti Nandi Parta Rais Bin Nien Rusmana Ryan Mulyana Saim Bin Misin Saman Bin Nana Sayiti Binti Sena Sumanta Bin Acim
Keterangan: Koletabilitas :
Agunan
:
05-2009 03-2009 03-2009 06-2009 05-2009 06-2009 04-2009 05-2009 04-2009 04-2009 04-2009 05-2009 04-2009 05-2009 03-2009 04-2009 03-2009 03-2009
03-2010 01-2010 01-2010 04-2010 03-2010 04-2010 02-2010 03-2010 02-2010 02-2010 02-2010 03-2010 02-2010 03-2010 01-2010 02-2010 01-2010 01-2010
1. Lancar 2 Diragukan 3 Macet 1. Alat Produksi / Mesin 3. Emas / Perhiasan 4. BPKB Sepeda Motor 9. Sertifikat Tanah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3.750.000 2.500.000 3.750.000 1.200.000 3.600.000 1.250.000 1.250.000 1.250.000 2.500.000 1.875.000 2.500.000 1.250.000 650.000 3.250.000 1.250.000 2.600.000 1.250.000 3.750.000
3.000.000 3.000.000 1.000.000 3.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 1.000.000 2.500.000 1.000.000 1.000.000 3.000.000
750.000 2.500.000 750.000 200.000 600.000 250.000 250.000 250.000 2.500.000 375.000 500.000 250.000 650.000 750.000 250.000 2.600.000 250.000 750.000
2.700.000 1.400.000 2.100.000 1.000.000 2.700.000 1.000.000 800.000 900.000 1.600.000 1.200.000 1.600.000 900.000 400.000 2.250.000 700.000 1.600.000 800.000 2.100.000
1 4 4 9 4 9 3 4 9 3 3 1 4 3 3 4 4 9
88
Lampiran 2. Peta Lokasi Penelitian
PT Holcim Indonesia Tbk
Utara
93
88
Lampiran 3. Operasional Tanggung Jawab Sosial PT Holcim Indonesia Tbk. Komponen Masukan
Variabel Kebijakan Dana tersalurkan
Proses
Perencanaan
Swadaya Pelaksanaan Hasil
Jenis Infrastrukrur Kualitas infrastruktur Lokasi Infrastruktur Nilai infrastruktur
Manfaat
Sasaran
Penyerapan dan pengalihan tenaga kerja Penggunaan dan pemeliharaan Kemampuan masyarakat Akses transportasi
Akses ekonomi Kesehatan Dampak
Perubahan masalah pasca proyek
Indikator Triple Bottom Line Enam pilar pembangunan berkelanjutan PT Holcim Indonesia Tbk Dana untuk pembangunan infrastruktur Dana untuk beasiswa pendidikan Dana untuk Modal Baitul Mal Wa Tamwil Swadaya Pribumi Forum Konsultasi Masyarakat Departemen Community Relations Pembahasan lebih lanjut oleh PT Holcim Indonesia Tbk, Aparat desa dan Tokon Masyarakat Pengambilan keputusan Kontribusi dana oleh masyarakat Penyediaan tenaga kerja dari masyarakat Laporan proyek yang sedang berjalan dalam forum konsultasi masyarakat Tahap konstruksi Jalan desa, jembatan desa, drainase, bak air bersih, penerangan jalan, sekolah, masjid, kantor desa Lebar jalan yang dibangun Ketebalan jalan yang dibangun Provinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dusun, kampung Nominal biaya pembangunan infrastruktur Efisiensi Individu penerima manfaat: umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan Perubahan hambatan, rencana dan realisasi penerima manfaat Jenis tenaga kerja (lokal, perempuan) Jenis pekerjaan Mekanisme bekerja dan pembayaran upah Orang yang memelihara Proses pemeliharaan Iurran pemeliharaan Keterampilan dalam pembangunan infrastruktur Keterampilan berorganisasi Jaringan kerja Perubahan jenis kendaraan yang bisa melewati jalan Perubahan kecepatan kendaraan Perubahan volume kendaraan Perubahan biaya transportasi Perubahan komoditi perdagangan Perubahan keuntungan ekonomi Perubahan konsumsi air bersih Perubahan jarak untuk mengakses air bersih Rekam jejak kesehatan Masalah yang dihadapi warga
89
Ekonomi Lingkungan Sosial Peningkatan kualitas proyek Pengurangan kemiskinan
Perubahan ketersediaan bahan pokok Perubahan solidaritas ekonomi Ekonomi komunitas Perubahan erosi dan banjir Perubahan pencemaran air dan udara Perubahan keragaman tumbuhan dan hewan Harmonisasi dengan masyarakat Gotong-royong peningkatan kualitas proyek Keragaman pihak yang berperan meningkatkan kualitas prroyek Peningkatan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga Perubahan status kemiskinan
90
Lampiran 4 . Hasil Uji Statistik T Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 sebelum kredit setelah kredit
-1.086
Std. Std. Error Deviation Mean
1.065 18544.131
Lower
-1.464
Upper
-70863.233
t
-5.858
df
32
Sig. (2tailed)
.000
91
Keterangan No. A
Variabel Kemiskinan Luas lantai bangunan tempat tinggal
Karakteristik Kemiskinan Kurang dari 8 m2 per orang
B C
Jenis lantai bangunan tempat tinggal Jenis dinding bangunan tempat tinggal
D
Fasilitas tempat buang air besar
E F
Sumber penerangan rumah tangga Sumber air minum
G H I
Bahan bakar untuk memasak Konsumsi daging/ayam/susu/per minggu Pembelian pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun Frekuensi makan dalam sehari Kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga
Tanah/bambu/kayu murahan Bambu/rumbai/kayu kualitas rendah/tembok tanpa plester Tidak ada, menumpang rumah lain Bukan listrik Sumur, mata air tidak terlindung/sungai/air hujan Kayu bakar/arang/minyak tanah Satu kali atau dua kali seminggu Tidak pernah membeli/satu stel
J K L
M
Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga
N
Pemilikan aset/harta bergerak maupun tidak bergerak
Sumber : BPS 2005
Status Kemiskinan,
1 = Miskin 2 = Tidak Miskin
Satukali/dua kali sehari Tidak mampu membayar Petani dengan luas lahan kurang dari 0,5 Ha/buruh tani/nelayan/buruh bangunan/pekerjaan lainnya dengan pendapatan rumah tangga dibawah Rp.600.000 per bulan Tidak sekolah/tidak tamat SD/ hanya tamatan SD Tidak punya tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai minimal Rp.500.000 seperti sepeda motor (kredit maupun bukan kredit), emas, perhiasan, perahu motor dan barang modal lainnya.