Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE Yohanes R. Maswari dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya
[email protected]
ABSTRAK Tingkat pelayanan persampahan di Kota Maumere mencapai 52,07% atau hanya 60 m³/hari sampah yang terangkut ke TPA dari total timbulan sampah sebesar 115,214 m³/hari. Ini berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Sikka Tahun 2007. Hal tersebut terjadi, karena pelayanan hanya terkonsentrasi di pusat kota dan daerah lain di sekitar pusat kota, sebagai akibat dari minimnya biaya operasional dan terbatasnya jumlah personil. Untuk meningkatkan pelayanan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap teknik pengumpulan dan pengangkutan sampah, pembiayaan dan kinerja pengelola. Metode yang dilakukan berupa penyebaran kuesioner, wawancara kepada pengelola dan masyarakat serta observasi lapangan untuk mendapatkan data timbulan, komposisi sampah, waktu dan jarak pengangkutan. Sedangkan data kependudukan, kondisi wilayah, sarana dan prasarana persampahan, pembiayaan, tupoksi dan peraturan-peraturan diperoleh dari instansi terkait. Data-data tersebut dianalisis terhadap aspek teknis, pembiayaan dan kelembagaan. Hasil evaluasi menunjukan bahwa perlu perbaikan terhadap sistem pewadahan, pola pengumpulan dan frekuensi pengangkutan yaitu dari 2 trip/hari menjadi 3 trip/hari tanpa perbaikan waktu off route. Peningkatan jumlah trip tidak perlu menambah biaya operasional. Sedangkan retribusi sampah perlu ditingkatkan karena penerimaannya hanya 20,67% dari biaya operasional. Disisi lain pengelola harus melakukan upaya untuk meminimalkan masalah-masalah internal dan meningkatkan peran serta masyarakat agar lebih peduli terhadap sampah dan kebersihan lingkungan. Kata Kunci : evaluasi, pengelolaan sampah dan peningkatan pelayanan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Maumere merupakan ibu kota Kabupaten Sikka yang mempunyai luas wilayah 76,69 km² dan sekitar 19,98 % penduduk Kabupaten Sikka berada di Kota Maumere yaitu 58.973 jiwa yang tersebar pada 13 kelurahan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3,38 % (BPS Kabupaten Sikka, 2008). Saat ini persampahan di Kota Maumere, dikelola oleh Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sikka, dengan cakupan pelayanan meliputi 8 Kelurahan dari 13 kelurahan yang ada, dengan luas daerah pelayanan sebesar 11,91 km² atau sekitar 15,53 % dari luas Kota Maumere keseluruhan. Kedepannya, diharapkan pengelolaan sampah menjadi lebih baik dan mampu meningkatkan pelayanan. Namun kondisi pengelolaan sampah yang terjadi di Kota Maumere belum optimal, terlebih pada kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah.. Hal ini terlihat dari jumlah sampah yang terangkut ke TPA hanya 60 m³/hari atau 52,07 % dari total 115,214 m³/hari (PemKab. Sikka, 2007) dan sisanya sebanyak
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
55,214 m³/hari atau 47,93 % yang belum terangkut tersebut, oleh masyarakat dibuang ke badan sungai, selokan, tumpukan pada lahan terbuka, dibakar serta ada juga yang menimbunnya . Kondisi tersebut sebenarnya dapat dihindari karena keberadaan sarana dan prasarana persampahan cukup mendukung pengelola untuk mengatasi permasalahan. Sarana dan prasarana yang ada saat ini yaitu 2 unit dump truck (6 m³), 3 unit arm roll truck ( 6 m³), kontainer sebanyak 10 unit (6 m³), transfer depo 2 lokasi (luas 500 m²) dan TPS sebanyak 42 buah. Disisi lain, besarnya kewenangan dan tanggung jawab pengelola dituntut untuk terus bekerja dan memberikan hasil yang lebih baik. Untuk itu keberadaan personil perlu diperhatikan dalam meningkatkan kinerja pengelola. Tetapi pada kenyataannya hanya 4,5 % dari jumlah personil berlatar belakang pendidikan yang berhubungan dengan bidang kerja (PemKab. Sikka, 2007). Kondisi tersebut diperparah dengan kurangnya kegiatan-kegiatan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan fungsi manajemenpun tidak optimal. Disamping itu, pemerintah daerah belum memprioritaskan penanganan sampah menjadi hal yang penting. Hal ini terlihat dari anggaran yang dialokasikan untuk biaya operasional hanya sebesar Rp. 387.000.000 (PemKab. Sikka, 2007). Alokasi anggaran itu tidak terjadi penambahan yang berarti, dikarenakan masih banyak prioritas-prioritas lain yang lebih penting dan mendesak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi teknik pengumpulan dan pengangkutan sampah, menentukan strategi yang harus dilakukan oleh pengelola dan mengoptimalkan biaya operasional yang tersedia dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan dari segi pengumpulan dan pengangkutan sampah di Kota Maumere. Sedangkan manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif dan sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Kabupaten Sikka agar lebih meningkatkan sistem pengelolaan sampah di Kota Maumere. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sampah Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik, yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola, agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, sedangkan sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota tidak termasuk sampah yang berbahaya dan beracun (SK SNI T-13-1990-F). Sumber Sampah Sumber sampah merupakan asal mula sampah itu dihasilkan, yang secara garis besar dibedakan atas sampah perumahan seperti rumah permanen, semi permanen dan non permanen dan non perumahan seperti kantor, pertokoan, pasar, sekolah, jalan, hotel, restoran, industri, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya (SNI 19-3964-1994). Timbulan Sampah Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah (SK SNI T-13-1990-F). Sumber sampah yang dimaksud bisa berasal dari perumahan maupun non perumahan. Timbulan sampah akan cenderung meningkat pada kondisi kepadatan dan jumlah penduduk yang tinggi, aktivitas masyarakat yang kompleks, tingkat sosial ekonomi yang tinggi, kapasitas produksi tinggi dan masyarakat di kota negara berkembang.
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-3-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Komposisi Sampah Yang dimaksudkan dengan komposisi sampah adalah susunan masing- masing komponen sampah yang dinyatakan dalam % berat (Tchobanoglous, et al, 1993). Data komposisi sampah dapat digunakan untuk menentukan karakteristik sampah dan potensi pemanfaatan kembali/daur ulang. Dari data ini dapat ditetapkan kebutuhan fasilitas peralatan, sistem, program dan rencana pengelolaan sampah. Daerah Pelayanan Daerah pelayanan adalah perbandingan atau prosentase antara luas daerah urban dengan luas daerah yang dilayani. Daerah pelayanan ditentukan dari skala kepentingan daerah pelayanan dengan melihat hubungan parameter penentu (fungsi dan nilai daerah, kepadatan penduduk, daerah pelayanan eksisiting, kondisi lingkungan, tingkat pendapatan penduduk serta topografi) terhadap kerawanan sanitasi dan potensi ekonominya sedangkan untuk pengembangan daerah layanan dilakukan berdasarkan tat ruang kota. Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan merupakan perbandingan atau prosentase antara timbulan sampah kota secara keseluruhan dengan timbulan sampah yang terkelola. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai upaya kontrol terhadap proses penanganan sampah. Mulai dari timbulan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan serta penanganannya di TPA. Pengelolaan sampah selalu dikaitkan dengan prinsipprinsip terbaik untuk teknis, finansial, lingkungan dan masyarakat (Tchobanoglous, et al, 1993). Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Aspek Teknis Pengelolaan Sampah Pewadahan Sampah Pewadahan sampah adalah cara penampungan sampah sementara di sumbernya baik individu maupun komunal. Secara umum vahan pewadahan harus memenuhi kriteri seperti awet, tahan air, mudah diperbaiki, ekonomis, mudah diperoleh, ringan dan mudah untuk dipindahkan. Dalam penentuan volume pewadahan biasanya ditentukan berdasarkan jumlah penghuni tiap rumah, tingkat hidup masyarakat, frekuensi pengambilan sampah, cara pengumpulan dan sistem pelayanan sampah. Pengumpulan Sampah Pengumpulan sampah adalah proses penanganan sampah dengan cara pengumpulan dari masing-masing sumber sampah untuk diangkut ke tempat pembuangan sementara atau langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui proses pemindahan. Cara pengumpulan sampah dibedakan atas dua yaitu sistem individual dan sistem komunal. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi pemindahan atau langsung dari sumber sampah, menuju ke tempat pembuangan akhir. Kegiatan pengangkutan akan sangat terkait dengan jarak dan juga metode pengangkutan yang diterapkan. Supaya biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis serta penggunaan peralatan
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-3-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
secara efektif dan efisien, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu pemilihan rute yang sependek mungkin dan paling sedikit hambatannya; menggunakan truk yang berkapasitas atau daya angkut semaksimal mungkin; menggunakan kendaraan yang hemat energi; dan jumlah trip pengangkutan sebanyak mungkin dalam waktu kerja yang diijinkan. Pembuangan Akhir Sampah Tempat pembuangan akhir sampah adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah dan juga sebagai tempat untuk menyingkirkan serta mengkarantinakan sampah kota sehingga aman (SK SNI T-13-1990-F). Aspek Pembiayaan dalam Pengelolaan Sampah Aspek pembiayaan, dalam banyak hal seringkali menjadi faktor dominan untuk berjalannya suatu kegiatan. Demikian pula halnya dengan proses pengelolaan sampah. Tata cara pengelolaan sampah di permukiman dengan memperkirakan perbandingan pembiayaan dari total pengelolaan sampah yaitu biaya pengumpulan 20-40%, biaya pengangkutan 40-60% dan biaya pembuangan akhir 10-30 % (SNI-03-3242-1994). Biaya pengelolaan sampah juga harus dihitung berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan serta penggantian alat. Aspek pembiayaan juga menyangkut dengan retribusi. Aspek Kelembagaan dalam Pengelolaan Sampah Institusi pengelola persampahan merupakan kunci dalam suatu sistem pengelolaan persampahan, karena melalui aspek ini aktifitas pengelolaan dapat diatur sedemikian rupa, untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Organisasi pengelola sampah tersebut, mempunyai tugas tidak hanya memberikan pelayanan kebersihan kota tetapi juga, mampu mengembangkan kapasitas dan potensi yang ada, dalam rangka menciptakan kualitas lingkungan perkotaan yang bersih dan sehat. Struktur organisasi pengelola sampah, harus memiliki beban kerja yang seimbang dan masing-masing bagian, menggambarkan aktifitas utama dalam pengelolaan sampah seperti pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir dan penyuluhan. Organisasi harus memiliki sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam hal manajemen pengelolaan sampah dan teknis pengelolaan sampah. Analisis SWOT Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan sebagai instrumen dalam pemilihan strategi dasar adalah melalui analisa SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi (Rangkuti,2005). Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknessess) dan ancaman (threats). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini secara umum adalah untuk mengevaluasi sistem pengelolaan sampah di Kota Maumere yang meliputi pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan ke tempat pembuangan akhir . Metode yang akan dilakukan, berupa penelitian lapangan dengan berpedoman kepada kajian pustaka dan data-data penunjang yang ada. Permasalahan yang ada sesuai dengan lingkup pembahasan yang diperoleh melalui pengamatan umum daerah penelitian, untuk selanjutnya melakukan evaluasi terhadap kegiatan pengumpulan dan pengangkutan sampah untuk mengupayakan peningkatan pelayanan.
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-3-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi lapangan untuk data primer . Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka dan pengumpulan dokumen-dokumen (instansi terkait) yang berhubungan dengan penelitian. Tahapan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian yang dilakukan. Tahapan penelitian diperlukan, agar pembahasan bisa lebih terstruktur, terarah dan sistematis, sehingga lebih optimal dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Analisis Data Analisis data dilakukan setelah diperoleh data primer maupun data sekunder. Analisis dilakukan untuk mencari jawaban dari permasalahan yang ada dari aspek teknis, finansial dan kelembagaan. Alur Pikir Penelitian Ide Penelitian Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kajian Pustaka Survei dan Pengumpulan Data
DATA PRIMER Wawancara institusional & masyarakat Pengukuran timbulan dan komposisi sampah domestik Pengukuran jarak & waktu pengangkutan eksisting
DATA SEKUNDER Data kependudukan Kondisi geografis dan topografi wilayah Data sarana dan prasarana persampahan Peta – peta wilayah Struktur kelembagaan dan tupoksi Data pembiayaan pengelolaan sampah Peraturan-peraturan
Evaluasi dan Analisa
ASPEK TEKNIS Evaluasi dan analisa sistem pengelolaan sampah eksisting Analisis pengembangan sistem pengelolaan dari segi pengumpulan &pengangkutan
ASPEK KELEMBAGAAN Evaluasi dan analisis kinerja institusi pengelola sampah Melakukan analisa SWOT Strategi pengelola dalam peningkatan pelayanan sampah
Pembahasan Kesimpulan dan Saran
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-3-5
ASPEK PEMBIAYAAN Kebutuhan biaya operasional dan pemeliharaan Potensi retribusi
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
ANALISA DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Berdasarkan hasil pengamatan dan analisa maka pengelolaan persampahan di Kota Maumere adalah sebagai berikut : Pewadahan Secara umum pewadahan diadakan oleh masyarakat sendiri dengan keinginan dan kemampuan masing-masing, sehingga untuk jenis dan bahan wadah yang digunakan belum sesuai dengan standar SNI, yaitu masih menggunakan kantong plastik, karung plastik, kardus, tong dan wadah kayu tanpa tutup, bahkan ada yang belum memiliki wadah sehingga sampah berserakan. Dilihat dari komposisi sampah Kota Maumere dengan bahan organik yang tinggi yaitu 66,5 % maka proses dekomposisi secara biologis akan sangat cepat terjadi, yang dapat menghasilkan gas, bakteri, jamur dan bau. Berdasarkan kondisi ini maka perlu diperbaiki jenis wadahnya yaitu pewadahan dengan bahan yang baik, volume yang memadai dan tidak memungkinkan sampah keluar dari wadahnya. Pengumpulan Kegiatan pengumpulan masih dilakukan secara bersama-sama baik oleh masyarakat maupun pengelola, dengan pola pengumpulannya adalah pola individual langsung (75%) seperti permukiman, perkantoran, toko, sekolah, hotel, warung makan, individual tidak langsung (10%) seperti daerah Perumnas dan pola komunal langsung (10%) seperti permukiman, pasar serta pola penyapuan jalan (5%) seperti jalan protokol. Karena kegiatan pengumpulan dengan pola individual langsung memiliki prosentasi yang tinggi, maka harus diperlukan waktu yang lebih lama, personil yang lebih banyak dan biaya operasional yang lebih tinggi. Mengingat jumlah personil yang kurang dan biaya operasional yang terbatas maka kedepan, perlu diarahkan kepada kegiatan pengumpulan dengan pola komunal langsung. Pengangkutan Kegiatan pengangkutan pada daerah pelayanan lebih terfokus pada pola pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung (dump truck) dan sistem kontainer angkat cara 1 (arm roll truck). Dalam sehari kemampuan tiap kendaraan melakukan pengangkutan hanya 2 trip/hari, dengan total waktu pengangkutan tiap trip ± 2,20 jam dimana waktu off route ± 15 menit. Mengingat jumlah timbulan sampah sebesar 115,214 m³/hari, maka pola pengangkutan dengan 2 sistem tersebut diatas tentunya membutuhkan waktu, personil dan biaya operasional yang lebih banyak. Untuk itu kedepannya pola pengangkutan harus diganti dengan sistem yang lebih baik seperti pola pengangkutan dengan sistem transfer depo. Tetapi saat ini, penambahan jumlah trip kendaraan harus dilakukan, mengingat masih banyak sampah yang belum terangkut ke TPA ± 55,214 m³/hari.. Penambahan tersebut tentunya berpengaruh terhadap waktu namun waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan selama 3 trip/hari masih dibawah jam kerja yang tersedia. Pembuangan Akhir Sampah Tempat pembuangan akhir sampah di Kota Maumere terletak di Desa Wairii dengan jarak ± 17 km dari pusat kota dengan luas ± 4.5 ha dan beroperasi sejak tahun 2000. Penanganan pembuangan akhir sampah masih menggunakan sistem open dumping yaitu sampah dibuang dan ditumpuk pada suatu lahan tanpa perlakuan lanjutan. Sarana dan prasarana yang diperlukan di TPA belum tersedia.
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-3-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
TPA Kota Maumere yang berlokasi di desa Wairii, memiliki kapasitas dan daya tampung yang memadai, namun jika sistem lama (open dumping) yang digunakan untuk pengelolaan TPA maka diperkirakan masa pakai TPA akan cepat habis dan dapat merusak lingkungan. Oleh karenanya diperlukan sistem pengelolaan yang baru agar kapasitas daya tampung menjadi optimum dan memiliki waktu operasi yang lebih lama. Sistem yang akan dikembangkan dalam pengelolaan TPA Kota Maumere adalah sistem controlled landfill. Sistem ini merupakan peningkatan dari open dumping, dimana secara periodik, sampah ditimbun dengan lapisan tanah, untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga, dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisien pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Aspek Kelembagaan Pengelola persampahan di Kota Maumere ditangani oleh Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Sikka, pelaksana pengelolaan diserahkan kepada Seksi Sarana dan Prasarana dan Seksi Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah. Dari aspek kelembagaan, terlihat bahwa pengambil kebijakan untuk pelaksanaan pengelolaan persampahan berada di tingkat Kepala Kantor, namun tingkat pemahaman terhadap kondisi lapangan sangat kecil, sehingga sering kali kebijakan yang diambil kurang tepat. Hal ini sangat disayangkan, sehingga kedepan perlu dilakukan perbaikan agar kinerja lembaga lebih baik dan profesional. Strategi yang harus dilakukan yaitu meminimalkan masalah-masalah internal seperti memberikan sedikit kewenangan kepada kepala seksi untuk dapat mengambil keputusan. Aspek Pembiayaan Untuk peningkatan pelayanan persampahan di Kota Maumere maka perlu dilakukan pembenahan terhadap penggunaan biaya operasional kendaraan. Berdasarkan hasil analisa, disimpulkan bahwa penambahan jumlah trip kendaraan menjadi 3 trip/hari, tidak perlu menambah biaya operasional. Hal ini disebabkan karena banyaknya alokasi BBM tidak sebanding dengan jarak yang ditempuh oleh tiap kendaraan, dimana dengan 30 liter/hari hanya ditempuh jarak ± 74 km/hari. Sedangkan untuk peningkatan penerimaan retribusi perlu dilakukan alternatif pemungutan seperti kerjasama dengan RT/RW, penggabungan dengan rekening PDAM maupun penggabungan dengan rekening listrik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis, secara teknis hal-hal yang perlu dilakukan adalah perbaikan sistem pewadahan (jenis dan bahan), pola pengumpulan dilakukan dengan pola pengumpulan komunal langsung, pola pengangkutannya dengan sistem transfer depo serta frekuensi pengangkutan ditingkatkan menjadi 3 trip/hari. Untuk sistem pengelolaan di TPA dipilih metode Controlled Landfill yang dapat mengurangi potensi terhadap gangguan lingkungan. Secara finansial, penambahan jumlah trip tidak menambah biaya operasional yang tersedia namun untuk peningkatan pelayanan menuju pengelolaan sampah yang terpadu tentunya memerlukan tambahan anggaran. Oleh karena itu hal yang perlu dilakukan adalah mengoptimalkan biaya operasional yang ada dan terus meningkatkan prosentasi penerimaan retribusi. Secara kelembagaan, hal-hal yang harus segera dilakukan adalah lebih memfokuskan pada upaya untuk meminimalkan masalah-masalah internal lembaga.
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-3-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 14 Pebruari 2009
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (2008), Kabupaten Sikka dalam Angka 2007, BPS Kabupaten Sikka Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (2005), Rencana Detail Tata Ruang Kota Maumere tahun 2006-2015, BAPPEDA Kabupaten Sikka Badan Standarisasi Nasional, (1994a), Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, SNI 19-3241-1994, Yayasan LPMB, Bandung Badan Standarisasi Nasional, (1994b), Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman, SNI 19-3242-1994, Yayasan LPMB, Bandung Badan Standarisasi Nasional, (1994c), Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, SNI 19-3964-1994, Yayasan LPMB, Bandung Badan Standarisasi Nasional, (1994d), Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, SNI 19-3983-1994, Yayasan LPMB, Bandung Departemen Pekerjaan Umum, (1990), Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, SK SNI T-13-1990-F, Yayasan LPMB, Bandung Pemerintah Kabupaten Sikka (2008), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2007, Kantor Kebersihan dan Pertamanan, Kabupaten Sikka Rahayu, A.P., Trihadiningrum, Y., dan Dwirianti, D., (2005), Kajian Sistem Pengangkutan Sampah Kabupaten Magetan, Jurnal Purifikasi Vol. 6 No. 1, halaman 7-12 Rangkuti, F., (2005), Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suwartini, M., (2008), Evaluasi Sistem Pengelolaan Sampah Kecamatan Kuta Kabupaten Badung, Tesis MT, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Tchobanoglous, G., Theisen, H., dan Vigil, S., (1993), Integrated Solid Waste Management, Mc.Graw Hill Inc, International Editions, New York. Warpani, S., (1980), Analisis Kota dan Daerah, Penerbit ITB, Bandung. Winarta, I.W., Trihadiningrum, Y., dan Warmadewanthi, I., (2005), Strategi Pengelolaan Sampah Permukiman dengan Pola Pendekatan Karakteristik Kawasan (Studi Kasus Kecamatan Cakranegara Kota Mataram, Jurnal Purifikasi Vol. 6 No. 2, halaman 139-144
ISBN : 978-979-99735-7-3 D-3-8