Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN IPLT KOTA SEMARANG Riyadi, Agus Slamet Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan – FTSP ITS Surabaya
ABSTRAK Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Semarang didesain untuk mengolah lumpur tinja dengan Q = 75 m3/hari. Saat ini IPLT dioperasikan dengan Q = 40 m3/hari atau 53,34 % dari kapasitas rencana. Walaupun begitu telah terjadi akumulasi lumpur pada unit bangunan kolam stabilisasi sehingga di setiap kolam mengalami pendangkalan kolam. Tujuan studi adalah untuk mengevaluasi desain semua unit bangunan pengolahan berkenaan dengan kuantitas lumpur tinja yang masuk ke IPLT dan kualitas effluen yang dihasilkan. Metode yang dipergunakan dalam studi ini adalah melakukan uji laboratorium dan survey lapangan, wawancara terhadap lembaga yang menangani IPLT untuk memperoleh data primer maupun sekunder. Dari data tersebut kita mengkaji aspek teknis, finansial, dan kelembagaan. Hasil analisis teknis menunjukkan bahwa lumpur yang terendapkan 6,64 m3/hari dan tidak dilakukan pengambilan secara kontinyu sehingga timbul akumalasi lumpur. Secara teknis sistem masih mampu mengolah lumpur tinja sesuai kapasitas desain. Optimaliasi dilakukan dengan pengurasan lumpur dari sistim, penambahan Imhoftank dan pompa lumpur ke unit pengering lumpur. Kata Kunci: Pengelolaan, Pembiayaan, dan Peningkatan pelayanan. PENDAHULUAN Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kota Semarang adalah suatu bangunan instalasi pengolahan air limbah secara biologis didesain untuk kapasitas Lumpur tinja Q = 75 m3/hari, pengolahan menggunakan kolam stabilisasi dioperasikan sejak tahun 1999 oleh Dinas Kebersihan Kota Semarang. Pada saat ini intensitas pembuangan lumpur tinja paling sering adalah 40 m 3/hari (53,34 %) dari kapasitas desain 75 m3/hari, namun kualitas Effluen yang dihasilkan masih jauh di atas baku mutu, terdapat akumulasi lumpur yang berlebihan di seluruh kolam stabilisasi, dan tidak dilakukan pengurasan terhadap endapan tersebut. Pengelolaan IPLT Kota Semarang merupakan pemanfaatan jasa pengolahan sarana dan prasarana instalasi pengolahan lumpur tinja. Mengolah lumpur tinja dari hasil penyedotan septic tank dari masyarakat yang dikelola oleh swasta dan Dinas Kebersihan Kota Semarang.. Lemahnya manajemen pengelolaan instalasi dan keterbatasan tenaga operasional di lapangan, menyebabkan diperlukannya peningkatan pengendalian operasi agar kualitas Effluen dapat terkendali. Pengawasan dan pengendalian terhadap baku mutu kualitas pembuangan air limbah yang dihasilkan kurang diperhatikan. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data pada instansi yang mengelola IPLT dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan Kota Semarang serta beberapa instansi
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
yang terkait dalam pengelolaan IPLT. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan guna mengetahui kondisi eksisting dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan IPLT sekaligus memperoleh data lapangan dengan mengambil sample air limbah pada effluen kolam equalisasi, kolam anaerobic, kolam fakultatif dan kolam maturasi pada bangunan IPLT. Survey dan Pengumpulan Data Survey dan pengumpulan data merupakan kegiatan penelitian dengan melakukan pengamatan lapangan secara langsung (data primer) dan pengumpulan data sekunder (instansional). Data primer merupakan data yang diperoleh dari dari hasil pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan. Data sekunder merupakan data pendudukung dari data primer yang diperoleh dari statistik maupun instansional. a. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan yang dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta wawancara langsung kepada pihak pengelola IPLT guna mendapatkan data kapasitas pengolahan dan eksisting Lumpur yang asuk kedalam IPLT serta dimensi unit-unit instalasi (lebar, panjang, kedalam, bentuk bangunan dan jumlah bangunan), dan dengan melakukan pengambilan sample untuk diperiksa di laboratorium dimaksudkan untuk memperoleh data kuantitatif konsentrasi BOD5, COD, NO3 (Nitrat), PO4 (Pospat), SS dan FC. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari hasil survey ke instansi yang terkait maupun jasa penyedot tinja melalui wawancara maupun mencari data yang berasal dari berbagai sumber. Data sekunder meliputi data geografis, topografi, klimatologi, geologi dan kependudukan, data kelembagaan dinas pengelola, data-data mengenai peraturan dan kebijakan daerah, data lumpur tinja yang masuk IPLT maupun data biaya operasional dan pemeliharaan. Evaluasi dan Analisis Dalam mengevaluasi dan menganalisis penelitian ini dengan pendekatan dari beberapa aspek yaitu: 1. Aspek teknis yaitu mengkaji kembali kemampuan kondisi eksisting dalam pengolohan lumpur tinja yang masuk terhadap kapasitas desain. 2. Aspek finansial yaitu mengkaji biaya operasional dan pemeliharaan sera membandingkan dengan biaya pemasukan yang berasal dari retribusi yang diberlakukan. 3. Aspek kelembagaan berkenaan dengan pengelolaan dan kelembagaan yang mengelola IPLT. 4. Melakukan pengujian laboratorium pada effluen unit bak pengumpul (equalisasi), kolam anaerobic, kolam fakultatif dan kolam maturasi, dengan para meter suhu, pH, Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Nutrien, Total Suspended Solid (TSS) dan Fecal coliform. HASIL DAN PEMBAHASAN a.
Evaluasi Teknis
Kapasitas desain IPLT sebesar 75 m3/hari . Kondisi eksisting saat ini, IPLT menerima lumpur tinja paling tinggi 20 truk per hari, jika kapasitas truk tinja rata – rata
ISBN : 979-99735-2-X D-9-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
2 m3, maka menerima lumpur tinja sebanyak 40 m3/hari, masih dibawah kapasitas perencanaan. Dari hasil pengamatan lapangan ditemukan akumulasi lumpur yang berlebihan di seluruh unit bangunan pengolahan sehingga menyebabkan pendangkalan dan proses stabilisasi tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. 1.
Hasil Uji Laboratorium Analisis uji laboratorium sampling air limbah yang diambil pada effluen dari masing-masing unit pengolahan (bak equalisasi, kolam anaerobik, kolam fakultatif dan kolam maturasi), uji laboratorium yang didapat seperti pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Uji Laboratorium pada Effluen Kolam Stabilsasi Titik Pengambilan No.
Parameter
1.
Suhu
2.
Satuan o
Effluen
Effluen
Effluen
Bak Equalisasi
Kolam Anaerobik
Kolam Fakultatif
Effluen Kolam Maturasi
C
29
30
31
31
TSS
mg/lt
282
223
285
24
3.
pH
-
7,14
7,16
7,12
7.10
4.
Nitrat
Mg/l
0,204
-
-
-
5.
Phospat
Mg/l
57,18
-
-
-
6.
BOD
Mg/l
1.056
107,5
142,1
23,42
7.
COD
Mg/l
7.024
3.489
3.602
266,7
8.
DO
Mg/l
0
-
-
-
9.
Coli Tinja
1.500.000
-
-
0
MPN/100 ml
Sumber: Hasil uji laboratorium
2.
Efisiensi Pengolahan
Dari hasil analisa laboratium seperti tersebut di atas hasilnya sangat bervariatif hal ini disebabkan karena tidak optimalnya proses pengolahan limbah pada unit-unit IPLT yang disebabkan oleh adanya akumulasi lumpur yang mengakibatkan pendangkalan kolam stabilisasi. Hasil analisis uji laboratorium pada kolam fakultatif menunjukkan beban konsentrasi influen BOD 107,5 mg/l dan Effluen sebesar 142,21 mg/l pada kolam ini tidak terjadi penurunan konsentrasi bahkan justru meningkat, hal ini karena dalam kolam fakultatif sudah terjadi akumulasi lumpur yang berlebihan sehingga mengakibatkan pendangkalan kolam dan kolam tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.Adapun efisiensi removal dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Efisiensi Remova Parameter Pencemar IPLT Semarang Efisiensi Removal 1. BOD (%) 2. COD (%) 3. TSS (%) 4 Coli tinja (MPN/100 ml)
Bak Equalisasi 1.500.000
Sumber: Hasil uji laboratorium
ISBN : 979-99735-2-X D-9-3
Kolam Anaerobik Fakultatif Maturasi 89,82 50,33 20,92 -
-27,80 -32,19 -3,24 -
83,52 92,60 91,58 0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
3.
Lumpur yang Terendapkan Lumpur yang terendapkan berdasarkan lumpur tinja yang masuk ke IPLT sebesar 40 m3/hari, sesuai dengan eksisting intensitas ritasi truck tinja: Qeksisting = 40 m3/hari TSS = 282 mg/l (hasil uji laboratorium) Massa TSS = 282 mg/l x 10-3 kg/l x 40 x 103 l/hari = 11.280 kg/hari Jika efisiensi penyisihan TSS dapat terjadi sebesar 60 %, maka massa solid yang terendapkan sebesar = 11.280 kg/hari x 60 % = 6.768 kg/hari % Solid Sgl % Air 1 Sg lumpur = + Sga Sgs S lg
0,1 0,9 + = 0,98 1,25 1,0 Sgl = 1,02 Volume lumpur terendapkan eksisting = 6.768/1000 ton.hari/1,02 ton/m3 = 6,64 m3/hari Lumpur ini yang akan dibuang setiap hari ke bak pengering lumpur. Namun kenyataan dilapangan lumpur tersebut tidak dibuang sehingga akan mengendap di seluruh bangunan pengolahan yang dilewati dan akan menganggu proses pengolahan pada IPLT =
4.
Kebutuhan Bak Pengering Lumpur Produksi lumpur eksisting sebanyak 6,64 m3/hari dikeringkan di bak pengering lumpur. Bak pengering lumpur terbuka dan terdiri dari 4 kompartemen, dengan dimensi dari masing-masing kompartemen adalah sebagai berikut Q lumpur (eksisting) = 6,64 m3/hari Jumlah bed = 4 buah Luas permukaan bak (4 x 10) = 40 m2 Ketinggian lumpur direncanakan = 0,3 m Kapasitas tampung tiap bak = 12 m3
5.
Operasional dan Pemeliharaan Dalam melakukan operasional dan pemeliharaan IPLT secara keseluruhan tidak menggunakan peralatan mekanis atau eletrikal, sehingga sistem operasi dan pemeliharaan relaif mudah, sederhana dan biaya murah. Walaupun operasionalnya sangat sederhana akan tetapi dalam pelaksanaan tidak semudah yang diharapkan. Khususnya kegiatan monitoring dan pengendalian dampak serta pengujian effluen tidak pernah dilakukan serta belum adanya pompa lumpur dan pemisah padatan yang berasal dari lumpur tinja sehingga akumulasi lumpur yang terus menerus mengakibatkan pengendapan lumpur terjadi di seluruh kolam pengolahan.
b.
Evaluasi Aspek Finansial
Besaran retribusi didasarkan atas Perda No. 5 tahun 2000 yaitu sebesar Rp. 6.500,- per m3. biaya pembuangan lumpur tinja ke IPLT sangat bervariatif tergantung letak wilayah penyedotan berada di kecamatan mana. Pemberlakuan perbedaan tarif pembuangan lumpur tinja dikarenakan jarak pelayanan setiap kecamatan berbeda. Namun dalam pelaksaan pembuangan lumpur ke IPLT didominasi oleh jasa penyedot
ISBN : 979-99735-2-X D-9-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
tinja pihak swasta besarannya ditentukan oleh pihak swasata, Dinas Kebersihan memungut pihak swasta yang membuang lumpur ke IPLT sebesar Rp. 6.500,- per m3. Hasil penerimaan retribusi untuk membiayai operasional dan pemeliharaan IPLT, masih mengalami kerugian, yang disebabkan tidak terpenuhinya target retribusi yang masuk. Tidak tercapai target penerimaan retribusi karena penerimaan retribusi dan Pemanfaatan Jasa Pengelolaan Sarana dan Prasarana IPLT tergantung dari jumlah ritasi truk tinja yang membuang lumpur tinja ke IPLT dan jasa pelayanan penyedotan lumpur tinja dari masyarakat. Sulitnya memperkirakan target penerimaan setiap tahunnya bagi pihak pengelola dikarenakan tidak adanya dasar perhitungan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan, sehingga untuk menganalisis pembiayaan dimasa yang akan datang digunakan pendekatan jumlah biaya operasional dan pemeliharaan pertahun dibagi dengan besaran retribusi dikalikan lumpur tinja yang masuk. Dengan menggunakan asumsi di atas, maka dapat dihitung biaya operasional untuk satu tahun anggaran, data dari Dinas Kebersihan biaya operasional dan pemeliharaan IPLT sebesar : Rp. 76.310.000,- per tahun.
Biaya operasional perhari = Rp. 76.310.000,-/365 = Rp. 209.093,- ≈ Rp. 210.000,-/hari (target) Retribusi pembuangan lumpur = Rp. 6.500,-/m3 (sesuai perda) Target lumpur yang masuk untuk menutup biaya operasional =
c.
Rp. 210.000,- /hari Rp. 6.500,-/m3
= 32,31 m3 /hari ≈ 33 m3 /hari
Kapasitastas ritasi truk tinja (@ 2 m3) = 33 m3 /hari : 2 m3 = 16,5 rit/hari ≈ 17 rit/hari 3 Kapasitas pengolahan IPLT (75 m /hari) = 75 m3 /hari : 2 m3 = 37,5 m3 /hari ≈ 38 m 3 /hari, bila target ini tercapai maka akan mendapatkan keuntungan
Analisa Aspek Kelembagaan
Kapasitas desain IPLT 75 m3 /hari, eksisting lumpur tinja yang diolah 40 m3 /hari dengan produksi lumpur tinja 73 l/orang/tahun, maka Jumlah penduduk yang terlayani dengan IPLT per tahun dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut : Volume = Jumlah penduduk terlayani x 73 liter/orang tahun. Jumlah penduduk terlayani
= Volume/73 (l/orang tahun)
Jumlah penduduk terlayani
=
40 m3 / hari x 1.000 l/ m3 x 365 th/hari 73 l/orang tahun
= 200.000 jiwa Jumlah tenaga personil eksisting 5 orang. Dilihat dari populasi penduduk yang terlayani 200.000 jiwa bentuk kelembagaan yang ada sangat kurang sehingga berdampak pada operasional dan pemeliharaan tidak dijalankan karena keterbatasan tenaga, menurut Tata Cara Operasional IPLT yang diterbitkan oleh Departemen PU
ISBN : 979-99735-2-X D-9-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
(1997) tenaga yang dibutuhkan untuk pengelolaan IPLT dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3. Kebutuhan Tenaga Kerja untuk Pengelolaan IPLT Jumlah populasi tenaga 10.000 25.000 50.000 100.000 250.000 yang diperlukan (jiwa) Tenaga supervisi 1 1 1 Tenaga mekanik 1 1 Tenaga laboratorium 1 1 1 2 Asisten supervisi 1 2 2 2 Tenaga penunjang: - Pekerjan 1 2 4 6 10 - Driver 1 1 1 2 - Pengawas 1 1 1 3 5 Jumlah 2 6 10 15 23 Sumber: Tata Cara Operasional IPLT, Departemen Pekerjaan Umum, 1997
KESIMPULAN 1. Secara teknis Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) masih memenuhi kriteria pengolahan dengan kapasitas desain 75 m3/hari. 2. Tingginya zat terendap dan TSS mengakibatkan akumulasi lumpur yang tinggi sehingga diperlukan unit pengendap berupa Imhoftank dengan kapasitas 75 m3. 3. Diperlukan tambahan unit pompa lumpur untuk mengalirkan lumpur dari Imhoftank ke Sludge Drying Bed (SDB). 4. Didalam pengoperasian dan pemeliharaan bangunan IPLT diperlukan subsidi rutin dari Pemda setiap tahun. 5. Keterbatasan tenaga dan ketidak tahuan cara operasional dan pemeliharaan IPLT mengakibatkan tidak optimalnya proses pengolahan. DAFTAR PUSTAKA Alaerts G.S. & Santika S.S, (1984), Metode Penelitian Air, Usaha Nasional Surabaya. Bennefield, L.D, and Randall, CW., (1980) Biological Process Design for Waster Treatment, Prectice – Hall.Inc. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1997), Pengoperasian dan Pemeliharaan IPLT. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1999), Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam. Eckenfelder W.W, (1989), Industrial Water Pollution Control, United State, Mc GrawHill. Hasibuan, M.S.P. (2001), Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah, ed. Revisi, PT. Bumi Aksaram, Jakarta. Mara, Duncan (1976) Sewage Treatment in Hot Climates, Department Reuse, Mc Graw Hill, New York.
ISBN : 979-99735-2-X D-9-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Metcalf and Eddy, (1991), Wastewater Engineering Treatment, Disposal, Reuse, Edisi 3, Mc Graw - Hill Inc. Marsono, Bowo Djoko, (1997), Teknik Pengolahan Air Limbah Secara Biologis, Media Informasi Alumni Teknik Lingkungan ITS. Martin & Martin, (1991), Technologis For Small Water and Wastewater System, Enviromental Enginnering Series, Van Nostrand Reinhold, New York. Slamet, J.S. (1994), Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Sugiarto, (1987), Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, Edisi II, UI Press, Jakarta.
ISBN : 979-99735-2-X D-9-7