EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Kasus Program Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra)
ARLITA PUJI WIDIAMEIGA I34060224
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT The goal of this research is to understand the implementation of PT Astra Internasional Tbk. Corporate Social Responsibility ( CSR ) program. How far the realization of PT Astra International Tbk. CSR will also be analized in this research through Dharma Bhakti Astra Foundation based on society empowerment and analize the benefit of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSME) establishment program realization by Dharma Bhakti Astra Foundation. CSR activities form done by PT Astra Internasional TBk will be explained in this research. Empowerment aspects will be analyzed from MSME establishment held by Dharma Bhakti Astra Foundation. Identification and program analysis of establishment will point toward eight instruments of Verhagen empowerment. The benefit of MSME establishment can be viewed from six aspects. These are knowledge, skill, income, market expansion, competition among established MSME and the advance of establishment program existence for society. The result of this research are that PT Astra Internasional Tbk. has some CSR programs which are directly done or done by a foundation. MSME establishment program is one of CSR programs held by PT Astra Internasional Tbk. through Dharma Bakti Astra Foundation. Based on the analysis, entirely the establishment program has implemented Verhagen empowerment aspects although there are some aspects which need to be evaluated. This establishment program also has some benefits for the established MSME. Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), empowerment, Micro Small And Medium Enterprises (MSME) establishment program.
RINGKASAN ARLITA PUJI WIDIAMEIGA. EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Kasus Program Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra. (Di bawah bimbingan NINUK PURNANINGSIH). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau yang juga lazim dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan mulai bergema pada tahun 1950-an dan semakin dikenal sejak awal 1970. Definisi umum yang muncul saat ini mengemukakan bahwa CSR sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi. Salah satu bentuk aktualisasi lain dari CSR adalah Pengembangan Masyarakat atau Community Development (CD) dengan menitikberatkan pada keberlanjutan. Salah satu program pengembangan masyarakat yang diharapkan dapat terus berlanjut dan membantu memandirikan masyarakat adalah memberikan pembinaan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Penelitian ini bertujuan: 1) mengetahui penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk., 2) menganalisis sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat, dan 3) menganalisis manfaat pelaksanaan program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra bagi UMKM binaannya. Lokasi penelitian ini adalah kantor Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Jalan Gaya Motor I No 10, Sunter, Jakarta Utara. Lokasi ke dua adalah PT. XYZ, di Desa Dayeuh, Cileungsi, Bogor. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung kualitatif. Responden merupakan karyawan PT. XYZ, terdiri dari 10 orang karyawan yang mengikuti pelatihan dari YDBA tahun 2009 dan 20 orang karyawan yang tidak pernah mengikuti pelatihan dari YDBA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Astra Internasional Tbk. mempunyai beberapa program CSR baik yang dilakukan langsung maupun yang
dilaksanakan melalui yayasan yang telah dibentuk. Salah satu program CSR tersebut adalah program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dilakukan melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Bila merujuk pada delapan instrumen pemberdayaan masyarakat Verhagen, program pembinaan UMKM
tersebut
telah
memenuhi
semua
instrumen
walaupun
pada
pelaksanaannya, masih terdapat beberapa kekurangan. Program pembinaan yang dilakukan oleh YDBA mempunyai beberapa manfaat. Pada penelitian ini, identifikasi manfaat pembinaan dilakukan dengan mengambil contoh PT. XYZ yang juga merupakan salah satu UMKM binaan YDBA. Berdasarkan penelitian, kegiatan pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para penerimanya. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar responden yang merupakan karyawan dari PT. XYZ memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Apabila dilakukan pengujian secara statistik memang tidak menunjukkan adanya hubungan, namun apabila dianalisis lebih jauh dan didukung dengan wawancara
mendalam,
kegiatan
pembinaan
tersebut
dapat
menambah
pengetahuan dan keterampilan karena terjadi difusi pengetahuan dan keterampilan diantara karyawan. Manfaat lain yang diperoleh UMKM dari pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah adanya peningkatan omset penjualan dan perluasan jangkauan pemasaran produk. Hal ini dipengaruhi oleh adanya beberapa kegiatan, misalnya keikutsertaan UMKM binaan pada pameran yang diadakan oleh YDBA dan atau pihak lain. YDBA juga kerap kali memberikan kemudahan UMKM binaannya untuk mendapatkan pinjaman modal dengan cara memfasilitasi UMKM tersebut dengan lembaga-lembaga keuangan. Adanya program pembinaan ini juga dapat memicu persaingan bisnis diantara UMKM untuk dapat merebut pasar. Salah satu kekurangan dari kegiatan pembinaan ini adalah keterbatasan dari UMKM binaan untuk melakukan program pemberdayaan lanjutan terutama pada masyarakat sekitar sebagai bentuk pemberdayaan lanjutan.
EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEBAGAI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Kasus Program Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra)
Oleh: ARLITA PUJI WIDIAMEIGA I34060224
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Arlita Puji Widiameiga NRP : I34060224 Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul Skripsi : Evaluasi Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai Implementasi Corporate Social Responsibility (Kasus Program Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si NIP. 19690108 199303 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI PROGRAM PEMBINAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
(UMKM)
SEBAGAI
IMPLEMENTASI
CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (KASUS PROGRAM PEMBINAAN UMKM YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor,
Maret 2010
Arlita Puji Widiameiga I34060224
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Susilo dan Runi Puji Nur’eni, S.Pd. Penulis dilahirkan di Pemalang pada tanggal 29 Mei 1988. Penulis memulai mengikuti pendidikan formal pada tahun 1993 di TK Adhiyaksa III kemudian melanjutkan pendidikan di SDN Kebondalem 2 Pemalang dan lulus tahun 2000. Tahun 2000-2003, penulis menuntut ilmu di SLTP Negeri 2 Pemalang, kemudian dilanjutkan di SMA Negeri 1 Pemalang hingga lulus pada tahun 2006. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Kemudian diterima di Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat,
Fakultas
Ekologi
Manusia
dengan
Minor
Kewirausahaan Agribisnis. Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga pernah mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 2008, penulis merupakan anggota Komisi Eksternal Dewan Perwakilan Mahasiswa FEMA dan menjadi anggota
Himpunan
Mahasiswa
Peminat
Ilmu-ilmu
Komunikasi
dan
Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) pada Divisi Public Relation. Pengalaman kepanitiaan yang pernah diikuti penulis antara lain adalah The Earth Day Celebration (TEDC) 2007, Link FEMA 2008, dan COMMNEX 2008. Penulis juga pernah ikut serta dalam kepanitiaan Pemilihan Raya Fakultas Ekologi Manusia (PEMIRA FEMA) 2008 sebagai Ketua Panitia Pengawas Pemilihan Raya. Penulis juga tercatat sebagai Asisten Mata Kuliah Sosiologi Umum tahun 2008-2009.
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sebagai Implementasi Corporate Social Responsibility (Kasus Program Pembinaan UMKM Yayasan Dharma Bhakti Astra)”. Terimakasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu pembuatan skripsi ini. Terimakasih kepada Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, meluangkan waktu, dan berbagi ilmu sehingga penulis dapat lebih memahami topik bahasan dan dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak Yayasan Dharma Bhakti Astra yaitu Bapak M. Kosasih dan Bapak M. Iqbal, Bapak A. Karim Suwandono dari pihak Astra Internasional Tbk. dan pihak PT. XYZ atas kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Skripsi ini bertujuan mengetahui penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat serta menganalisis manfaat pelaksanaan program pembinaan UKM yang dilakukan oleh YDBA Astra bagi UMKM binaannya. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor,
Maret 2010
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak. Pihak-pihak tersebut telah membantu penulis dengan menyumbangkan pemikiran, memberikan masukan, dan mendukung penulis baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si sebagai dosen pembimbing, atas segala bimbingan, motivasi, saran, dan pemikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang berguna bagi skripsi ini. 3. Ir. Hadiyanto, M.Si sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains KPM atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang berguna bagi skripsi ini.. 4. Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan segenap kasih sayangnya, motivasi, dukungan moril dan materil sehingga penulis tidak kekurangan suatu apapun dan selalu bersemangat dalam menjalani hari-hari, serta adikku tersayang, Dimas yang selalu memotivasi penulis untuk selalu berusaha menjadi contoh yang baik. Terima kasih atas untaian doa yang tidak pernah putus sampai saat ini. 5. Bapak M. Kosasih dan Bapak M. Iqbal selaku pihak Yayasan Dharma Bhakti Astra, serta Bapak A. Karim Suwandono selaku pihak PT. Astra Internasional Tbk., terima kasih atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian di Yayasan Dharma Bhakti Astra, bimbingan, bantuan, dan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini. 6. PT. XYZ terutama Bapak Hry dan Ibu Smrsh serta para karyawan atas bantuan dan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini. 7. Keluarga besar Dharmo dan Karmad yang senantiasa mendoakan dan memotivasi penulis selama penulisan skripsi ini. 8. Keluarga di Halim yang senantiasa memberikan motivasi, doa, dan bantuan selama penulisan skripsi ini. 9. Andy Norman, yang selalu menjadi tempat berbagi. Terima kasih atas segala dukungan, semangat, pengertian, kesabaran, serta kisah-kisah yang ada sampai saat ini. 10. Sahabat-sahabat tersayang di KPM 43 Icha, Uni, Nissa, dan Adji terima kasih atas kasih sayang, semangat, dukungan moril, dan persahabatan yang penuh warna.
11. Sahabat-sahabat lamaku tersayang Ix_A, Dezni, Sintya, Dandy, Dwi, Tunggul, d’Aru, Dessy, Rony, dan Yogi terima kasih atas perhatian, kasih sayang, dan semangat yang terus diberikan sampai saat ini. terima kasih atas bantuanbantuannya. Aku akan selalu merindukan kalian. 12. Teman-teman KPM’ers 43 terutama Abdillah serta teman-teman yang mengambil program akselerasi Sita, Indra, Vani, Adha, Lingga, Riri dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semangat kalian luar biasa!Hebat! 13. Teman satu bimbingan, Aliyatur dan Rey yang selalu memberikan semangat bagi penulis untuk dapat segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 14. Kakak-kakak KPM’ers 42 Kak Fahmi, Kak ’Ia, Kak Hani, Kak Nui’, dan Kak Bibob yang telah membantu memberikan masukan selama penulisan skripsi. 15. TIARA’ers, anak-anak kosan yang jadi keluarga keduaku. Uliz, Picil, Pales, Mba Fiya, Selvi, Mba Nura, Mba Riyant, Thae, Afni, Abang dan yang lainnya. Terima kasih atas dukungan dan kasih sayang yang begitu besar. Terima kasih sudah menyediakan tempat terbaik dan nyaman sampai saat ini. 16. Mbak Maria, Mbak Icha, dan Bu Susi yang sangat membantu penulis terkait masalah administrasi. 17. Semua pihak yang telah memberikan semangat, dukungan, dan do’a kepada penulis.
Bogor,
Maret 2010
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................i DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. v BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 4 1.3. Tujuan ................................................................................................ 4 1.4. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS ................................................................ 5 2.1. Tinjauan Pustaka................................................................................. 5 2.1.1. Corporate Social Responsibility................................................... 5 2.1.1.1. Definisi Corporate Social Responsibility .............................. 5 2.1.1.2. Implementasi Corporate Social Responsibility...................... 8 2.1.1.3. Manfaat Implementasi CSR ................................................ 11 2.1.2. Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat ................................. 12 2.1.3. Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)................................................................................... 15 2.1.3.1. Definisi UMKM ................................................................. 15 2.1.3.2. Pembinaan UMKM ............................................................ 17 2.1.4. Evaluasi..................................................................................... 19 2.2. Kerangka Pemikiran.......................................................................... 21 2.3. Hipotesis Uji..................................................................................... 23 2.4. Definisi Konseptual .......................................................................... 23 2.5. Definisi Operasional ......................................................................... 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 27 3.1. Metode Penelitian ............................................................................. 27 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................. 27 3.3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 28 3.4. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 28 3.5. Teknik Analisa Data ......................................................................... 28
ii
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................ 30 4.1. Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA)............................................ 30 4.1.1. Profil Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) ........................... 30 4.1.2. Program Pembinaan UMKM oleh YDBA .................................. 31 4.1.2.1. UMKM binaan YDBA ....................................................... 31 4.1.2.2. Bentuk Pembinaan UMKM ................................................ 32 4.2. PT. XYZ ........................................................................................... 37 4.2.1. Profil PT. XYZ .......................................................................... 37 4.2.2. Struktur Organisasi PT. XYZ..................................................... 40 4.2.3. Produk dan Customers PT. XYZ................................................ 41 BAB V IMPLEMENTASI CSR PT. ASTRA INTERNASIONAL ............... 42 5.1. Cara Pandang PT. Astra Internasional Tbk terhadap CSR.................. 42 5.2. Implementasi Program CSR dan Pendanaan Kegiatan ...................... 44 5.3. PT. Astra Internasional Tbk. dalam Pengembangan Masyarakat........ 46 BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA (YDBA) ......................... 49 6.1. Cara Pandang YDBA terhadap Pemberdayaan Masyarakat ............... 49 6.2. Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pembinaan UMKM........ 49 6.2.1. Identifikasi Kelompok Sasaran .................................................. 54 6.2.2. Penelitian dan Perencanaan Partisipatoris................................... 55 6.2.3. Pendidikan dan Pelatihan Timbal Balik...................................... 56 6.2.4. Mobilisasi dan Pemberian Sumberdaya...................................... 57 6.2.5. Konsultasi Manajemen............................................................... 59 6.2.6. Pengembangan Gerakan dan Perluasan Proses ........................... 59 6.2.7. Pengembangan dengan Pihak Ketiga.......................................... 61 6.2.8. Pemantauan dan Evaluasi Terus Menerus .................................. 63 BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN ........................................ 65 7.1. Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Peningkatan pengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan.......................................................... 65 7.1.1. Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan. ............................ 66 7.2. Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Perluasan Pasar, Peningkatan Daya Kompetitif antar UMKM binaan, serta Kegiatan Pemberdayaan Lanjutan Bagi Masyarakat Sekitar.............. 79 7.2.1. Perluasan Pasar.......................................................................... 79 7.2.2. Peningkatan Daya Kompetitif antar UMKM binaan ................... 80 7.2.3. Kegiatan Pemberdayaan Lanjutan Bagi Masyarakat Sekitar ....... 81
iii
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 82 8.1. Kesimpulan....................................................................................... 82 8.2. Saran................................................................................................. 83 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 84 LAMPIRAN ..................................................................................................... 86
iv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Triple Bottom Lines dalam CSR......................................................... 7 Gambar 2. Kerangka Pemikiran………………………………………………… 23 Gambar 3. Struktur Organisasi PT. XYZ………………………………………. 41
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun 2007-2008…………………………………… 3 Tabel 2. Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan……… 9 Tabel 3. Rincian Departemen dan Karyawan PT. XYZ……………………… 42 Tabel 4. Perbandingan Aspek Pemberdayaan dari Hasil Identifikasi dengan Kriteria Ideal Pemberdayaan ………………………………. 52 Tabel 5. Jumlah dan Persentase Tingkat Pengetahuan, Tingkat Keterampilan, dan Tingkat Pendapatan Responden……………….... 67 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Responden…………………………………………….. 68 Tabel 7. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Umur dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan………………... 69 Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dengan Pengetahuan…………………………………………………. 70 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dengan Keterampilan……………………………………………….... 70 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dengan Pendapatan……………………………………………........... 71 Tabel 11. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan…………………72 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan……………………………………. 72 Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Keterampilan……………………………………. 73 Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan……………………………………... 73 Tabel 15. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Lama Bekerja dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan………………... 75 Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja dengan Pengetahuan…………………………………………………. 75 Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja dengan Keterampilan………………………………………………… 76 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja dengan Pendapatan…………………………………………………... 76 Tabel 19. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan……………………………………………………… 78
vi
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Pengetahuan………………... 78 Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Keterampilan……………….. 79 Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Pendapatan…………………. 79
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau yang juga lazim dikenal dengan tanggung jawab sosial perusahaan mulai bergema pada tahun 1950-an. Saat itu persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan mulai mendapatkan perhatian lebih luas dari berbagai kalangan. Konsep CSR ini semakin dikenal sejak awal 1970 dan terus berkembang hingga saat ini. Definisi umum yang muncul saat ini mengemukakan bahwa CSR merupakan kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholders, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi. Keberagaman pendefinisian CSR masih ada karena CSR merupakan suatu konsep yang berkembang dengan cepat. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) menyatakan “…Corporate Social Responsibility is the commitment of business to contribute to sustainable economic development, working with employees, their families, the local community and society at large to improve their quality of life”. Sementara itu, Vogel dalam Sukada et al. (2007) mendefinisikan CSR sebagai “policies and program of private firms that go beyond legal requirement as a response to public pressures and societal expectation”. Namun, pada dasarnya CSR merupakan sebuah pendekatan yang dilakukan untuk mengintegrasikan kepedulian sosial dalam interaksi dengan berbagai stakeholders yang berdasarkan pada prinsip sukarela maupun kemitraan. Telah banyak program CSR yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan dengan berbagai model yang dipraktikkan berdasarkan pemahaman yang mereka miliki. Bentuk program yang sering menjadi pilihan dari perusahaan-perusahaan itu antara lain program bantuan kesehatan, pendidikan, bantuan dana dan pelatihan bagi usaha kecil, serta bantuan pembangunan sarana dan prasarana masyarakat. Program CSR yang diterapkan perusahaan hendaknya mengandung unsur pengembangan
masyarakat
dengan
menitikberatkan
pada
keberlanjutan.
2
Perusahaan-perusahaan
memiliki
beragam
pemahaman
mengenai
usaha
pengembangan masyarakat yang berusaha diterapkan pada program CSR mereka. Untuk mempermudah penilaian keberhasilan suatu program pengembangan masyarakat dapat dilihat dari keberlanjutan penerapan program tersebut dan pencapaian tujuan dari program sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Salah satu program pengembangan masyarakat yang diharapkan dapat terus berlanjut dan membantu memandirikan masyarakat adalah program pembinaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satu unsur pokok yang turut andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia adalah UMKM. Peran UMKM di Indonesia menurut Sulisto (2005)1 sangat besar dan telah terbukti menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun 1997. Sebagian besar jumlah penduduk Indonesia berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Pembinaan dan pengembangan UMKM sekarang ini menjadi semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat. Pembinaan dan pengembangan tersebut sangat penting untuk menciptakan kemandirian dari UMKM mengingat besarnya peran UMKM bagi perekonomian nasional.
1
Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (DPP HIPPI). http://www.kapanlagi.com/h/0000061409.html. diakses tanggal 9 November 2009
3
Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Besar (UMKM) tahun 2007-2008 No
Indikator
Satuan
Unit Usaha: (Unit) (Unit) - Usaha Mikro (Unit) - Usaha Kecil (UK) (Unit) 1 - Usaha Menengah(UM) (Unit) - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Unit) - Usaha Besar (UB) Tenaga Kerja: (Orang) (Orang) - Usaha Mikro (Orang) - Usaha Kecil (UK) (Orang) 2 - Usaha Menengah(UM) (Orang) - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) (Orang) - Usaha Besar (UB) Sumber : Kementriaan Koperasi, 2008
Tahun 2007 49.828.586 49.287.276 498.565 38.282 49.824.123
2008 51.261.909 50.697.659 520.221 39.657 51.257.537
4.463 91.528.262 81.732.430 3.864.995 3 142.319 88.739.744
4.372 93.672.484 83.647.711 3.992.371 3256.188 90.896.270
2 .788.518
2 .776.214
PT Astra Internasional Tbk. merupakan sebuah perusahaan dengan komitmen terhadap lingkungan yang sangat besar. Komitmen tersebut tercermin disetiap aspek kegiatan perusahaan yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat serta aspek lingkungan dimana kelestarian alam dan lingkungan menjadi pertimbangan. Salah satu wujud komitmen dari PT Astra Internasional Tbk. adalah dengan melakukan pembinaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Program tersebut merupakan salah satu program CSR dan juga merupakan perwujudan cita-cita Astra, “Sejahtera Bersama Bangsa”. YDBA merupakan sebuah yayasan pembinaan UMKM yang dalam kurun waktu tiga puluh tahun telah membina kurang lebih 5300 UMKM yang berada diseluruh Indonesia. Bentuk pembinaan yang dilakukan pun disesuaikan dengan kondisi UMKM binaan. Pembentukan YDBA ini diharapkan dapat memandirikan masyarakat Indonesia, khususnya UMKM.
4
1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk.? 2. Sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat? 3. Bagaimana manfaat pelaksanaan program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra bagi UMKM binaannya?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. 2. Menganalisis sejauh mana pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Astra Internasional Tbk. melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) telah berbasiskan pemberdayaan masyarakat. 3. Menganalisis manfaat pelaksanaan program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra bagi UMKM binaannya.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai program Corporate Social Responsibility yang menerapkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Penelitian ini juga berguna untuk memberikan gambaran penerapan program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) dan manfaat pembinaan yang diterima oleh UMKM. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur penelitian mengenai analisis program pemberdayaan bagi para akademisi dan peneliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan bagi YDBA dalam perencanaan dan kemungkinan pengembangan program serupa.
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility 2.1.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang berkembang saat ini sangat beragam. Sukada et al. (2007) menyatakan bahwa CSR adalah segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif disetiap pilar. The World Business Council for Sustainable Development dalam Sukada et al. (2007) “Corporate social responsibility is the commitment of business to contribute to sustainable economic development, working with employees, their families, the local community and society at large to improve their quality of life”. Berdasarkan pernyataan diatas, CSR tidak hanya merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat atau lingkungan sekitar tempat beroperasinya usaha mereka saja tetapi juga pada karyawan dan keluarganya dalam mengembangkan kualitas kehidupan mereka. Pada intinya, konsep Corporate Social Responsibility (CSR) meliputi strategi dan program pengembangan masyarakat. The Jakarta Consulting Group mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial mengarah pada dua sisi, yaitu kedalam (internal) dan keluar (eksternal) perusahaan. Tanggung jawab sosial yang mengarah ke dalam mempunyai sasaran pada pemegang saham dalam bentuk keuntungan dan pertumbuhan usaha, serta karyawan dalam bentuk kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawan oleh perusahaan tempat dia bekerja. Sasaran ke luar dari tanggung jawab sosial mengarah pada pembayaran pajak dan penyediaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetensi masyarakat, serta memelihara lingkungan bagi generasi mendatang.
6
Pada dasarnya, CSR dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders perusahaan dalam setiap kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kualitas kehidupan melalui kemitraan. Pengertian stakeholders dalam Budimanta et al. (2008) mengacu pada individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas korporat yang memiliki atribut kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan. Jadi dalam pelaksanaannya, CSR juga wajib melibatkan stakeholders yang terkait seperti investor dan karyawan (dari dalam) serta mitra kerja, pemerintah, dan komunitas (dari luar). CSR juga merupakan sebuah upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan memelihara lingkungan hidup (triple bottom line) yang dikembangkan Achie B. Caroll dalam Hardinsyah (2008). Konsep triple bottom line seperti pada Gambar 1 dipopulerkan oleh Elkington (1997) dalam Hardinsyah (2008) yang juga dikenal dengan 3P, meliputi: 1) Profit Perusahaan tetap harus berorientasi mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. 2) People Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia, khususnya bagi warga sekitar perusahaan. 3) Planet Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati.
Gambar 1. Triple Bottom Lines dalam CSR
7
Beroperasinya perusahaan tidak akan lepas dari ketiga faktor tersebut yang pada dasarnya juga berkaitan erat satu sama lain. Pendefinisian ketiganya dilakukan secara keseluruhan. Perusahaan tidak hanya melihat dari aspek people atau profit semata, namun juga aspek lainnya. Keberadaan CSR mengakibatkan perusahaan tidak hanya mencari keuntungan saja tetapi bagaimana keberadaan perusahaan dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar dan lingkungan. Peran perusahaan tersebut menjadi semakin terlihat dengan perkembangan komitmen untuk mencapai tatanan kehidupan baru (good governance).
Prinsip
good
governance
meliputi
adanya
akuntabilitas,
transparansi, dan partisipasi dalam pelaksanaan kinerja pemerintah, perusahaan (dunia usaha) dan masyarakat (Ambadar, 2008). Pelaksanaan program CSR dapat dilihat dari beberapa karakteristik tahaptahap kedermawanan sosial perusahaan. Tahap-tahap tersebut (Lihat Tabel 2) adalah charity, philantrophy, dan corporate citizenship (Saidi et al. 2003): 1. Charity atau lazim disebut karitas merupakan kegiatan pemberian bantuan yang bersifat menyelesaikan masalah sesaat. 2. Philantrophy atau yang lazim disebut filantropi merupakan kegiatan pemberian sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat seperti pendidikan dan peningkatan peluang ekonomi atau peningkatan kesejahteraan yang pada umumnya membutuhkan pengelolaan yang sistematis dan terencana. 3. Corporate citizenship merupakan pemberian bantuan yang dilakukan oleh perusahaan dengan misi memberikan kontribusi pada masyarakat dengan sistem pengelolaan yang terangkum dalam kebijakan perusahaan.
8
Tabel 2. Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan Tahapan
Charity
Philantropy
Corporate Citizenship
Motivasi
Agama, tradisi, adat
Norma etika dan hukum universal: redistribusi kekayaan
Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial
Misi
Mengatasi masalah sesaat
Mencari dan mengatasi akar masalah
Memberikan kontribusi kepada masyarakat
Pengelolaan
Jangka pendek, menyelesaikan masalah sesaat
Terencana, terorganisir, terprogram
Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan
Pengorganisasian
Kepanitiaan
Yayasan/dana abadi:profesionalisasi
Keterlibatan baik dana maupun sumber daya lain
Penerima manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi
Hibah social
Hibah pembangunan
Hibah (sosial maupun pembangunan) dan keterlibatan sosial
Inspirasi
Kewajiban
Kepentingan bersama
Sumber: Saidi et al. (2003)
2.1.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility Pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat digolongkan menjadi tiga aktivitas, yaitu 1) di tempat kerja, meliputi keselamatan kerja, bantuan bagi karyawan yang terkena musibah, fasilitas kesehatan, dana pensiun, pengembangan skill karyawan, dan kepemilikan saham, 2) Aktivitas sosial yang meliputi pemberian beasiswa dan memberdayakan ekonomi secara berkelanjutan, 3) Aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan. Perusahaan harus ikut menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan produksi yang ramah lingkungan (Impresario, 2006 dalam Pangkaurian 2008). Hal ini sangat berhubungan dengan penerapan konsep Tripple Bottom Line yang diharapkan menjadi patokan pelaksanaan CSR yang berkelanjutan.
9
Program Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan mempunyai
perbedaan
baik
dalam
perumusannya
sampai
pada
cara
pelaksanaannya. Pada umumnya, menurut Iqbal dan Sopyan (2009) implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Komitmen pimpinan perusahaan Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dengan masalah-masalah sosial dan lingkungan, kecil kemungkinan akan mempedulikan aktivitas sosial. 2. Ukuran dan kematangan perusahaan Perusahaan besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberikan kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. Namun, bukan berarti perusahaan menengah, kecil, dan belum mapan tersebut tidak dapat menerapkan CSR. 3. Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah Semakin meluasnya regulasi dan penataan pajak akan membuat semakin kecil ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial kepada masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh pada keputusan dan cara pengimplementasIan program CSR sebagai wujud nyata kepedulian sosial perusahaan. Hal ini juga akan berpengaruh pada keputusan penggunaan model pelaksanaan program seperti yang dikategorikan oleh Saidi dan Abidin. Model pelaksanaan
program
corporate
social
responsibility
perusahaan
dapat
dikategorikan menjadi empat model (Saidi dan Abidin, dalam Budimanta et al. 2008), yaitu: 1) Melalui Keterlibatan Langsung Program CSR dilakukan langsung dengan menyelenggarakan sendiri berbagai kegiatan sosial ataupun menyerahkan bantuan-bantuan secara langsung kepada masyarakat. 2) Melalui Yayasan ataupun Organisasi Sosial Terdapat sebuah yayasan ataupun organisasi sosial yang didirikan sendiri untuk mengelola berbagai kegiatan sosial dalam hal ini merupakan aplikasi dari kegiatan CSR.
10
3) Bermitra dengan Pihak lain CSR dilakukan dengan membangun kerjasama dengan pihak lain baik itu lembaga sosial/organisasi non-pemerintah, instansi pemerintah, instansi pendidikan, dan lain-lain. Kerjasama ini dibangun dalam mengelola seluruh kegiatan maupun dalam pengelolaan dana. 4) Bergabung dalam Konsorsium Bergabung, menjadi anggota ataupun mendukung sebuah lembaga sosial yang berbasis pada tujuan sosial. Pelaksanaan CSR yang sistematis dan kompleks dimulai dengan melihat dan menilai kebutuhan (needs assessment) masyarakat sekitar. Cara yang ditempuh adalah dengan mengidentifikasi masalah atau prolem yang ada di masyarakat atau lingkungan terlebih dahulu kemudian dicarikan solusi terbaik menurut kebutuhan masyarakat. Tahapan berikutnya adalah dengan membuat rencana aksi, lengkap dengan anggaran, jadwal waktu, indikator untuk mengevaluasi dan sumber daya manusia yang ditunjuk untuk melakukannya. Tahap terakhir adalah dengan monitoring yang dapat dilakukan melalui survey maupun kunjungan langsung (Ambadar, 2008). Sejalan dengan tahapan-tahapan yang diungkapkan diatas, Wibisono (2007) juga mengemukakan bahwa terdapat empat tahapan yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam menerapkan program CSR, yaitu: 1) Tahap perencanaan Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen manajeman. Bentuknya bisa berupa seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assessement
merupakan
upaya
mengetahui
kondisi
perusahaan
dan
mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian serta langkah-langkah lanjutannya. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan.
11
2) Tahap implementasi Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu pengorganisasian
(organizing)
sumber
daya,
penyusunan
(staffing),
pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. 3) Tahap evaluasi Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. 4) Pelaporan Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.1.3 Manfaat Implementasi CSR
Manfaat implementasi CSR dapat ditinjau dari sisi perusahaan dan stakeholders. Manfaat CSR bagi perusahaan dikemukakan oleh Wibisono (2007) adalah 1) mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, 2) mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi, 3) mereduksi risiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan ynag harmonis dengan para stakeholders perusahaan, 4) melebarkan akses terhadap sumber daya, 5) membentangkan akses menuju market, 6) mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui daur ulang ke dalam siklus produksi, 7) memperbaiki hubungan dengan stakeholders, 8) memperbaiki hubungan dengan regulator, 9) meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan 10) peluang mendapatkan penghargaan Rogovsky (2000) seperti yang dikutip Wibisono (2007) menyusun konsep tentang manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi proram CSR. Manfaat bagi perusahaan: (1) Reputasi dan citra yang lebih baik, (2) Lisensi untuk beroperasi secara sosial, (3) Bisa memanfaatkan pengetahuan dan
12
tenaga kerja lokal, (4) Keamanan yang lebih besar, (5) Infrakstruktur dan lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik, (6) Menarik dan menjaga personal yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi, (7) Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu, dan (8) Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi. Manfaat implementasi CSR bagi masyarakat: (1) Peluang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan pendanaan, (2) Pendanaan investasi masyarakat, pengembangan infrastruktur, (3) Keahlian komersial, (4) Kompetisi teknis dan personal individual pekerjaan yang terlibat, dan (5) Representatif bisnis sebagai jurus promosi bagi prakarsa-prakarsa masyarakat.
2.1.2 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Menurut Suharto (2005) pengembangan masyarakat adalah satu model pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat merujuk pada interaksi aktif antara pekerja sosial dan masyarakat terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi suatu program pembangunan kesejahteraan sosial atau usaha kesejahteraan sosial. Payne dalam Ambadar (2008) menyatakan bahwa community development sering diimplementasikan dalam bentuk 1) proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan
masyarakat
memperoleh
dukungan
dalam
memenuhi
kebutuhannya, 2) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhankebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan CSR. Terdapat tiga variabl bagi perusahaan dan pemerintah dalam melakukan kegiatan pengembangan masyarakat, yaitu: 1)
Sebagai ijin lokal dalam mengembangkan hubungan dengan komunitas lokal. Dalam hal ini, perijinan lokal merupakan syarat mutlak yang perlu dilakukan oleh perusahaan untuk melanggengkan kegiatannya di wilayah tertentu.
13
2)
Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui program pengembangan masyarakat. Hal ini terkait adanya adaptasi perusahaan dengan kehidupan sosial budaya komunitas lokal yang nantinya perusahaan tersebut akan memperoleh dan menciptakan strategi pengembangan usahanya dengan kerjasama proaktif-kemitraan melalui program pengembangan masyarakat.
3)
Program pengembangan masyarakat sebagai cara untuk memenuhi sarana usaha. Sasaran usaha yang dimaksud meliputi kesehatan masyarakat, membangun hubungan dengan pemerintah pusat dan daerah, pengetahuan sosial budaya komunitas lokal dan membangun usaha yang bersifat dan berdasar pada komunitas lokal. Budimanta et al. (2008) mengungkapkan bahwa ruang lingkup
pengembangan masyarakat terbagi kedalam tiga golongan, yaitu 1) community service, merupakan pelayanan dalam bentuk pemenuhan kepentingan umum seperti membangun fasilitas umum, 2) community empowering, program yang berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menunjang kemandiriannya, 3) community relation, kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi dan informasi kepada pihak terkait. Salah satu bentuk pengembangan masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat (Shardlow, 1998 dalam Ambadar 2008) intinya adalah bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga menjadi salah satu pendekatan yang harus menjadi prinsip-prinsip utama bagi seluruh bagian pemerintahan maupun pihak korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial. Verhagen (1996) seperti yang dikutip As’ari (2009) merumuskan delapan instrumen untuk menilai implementasi dari kegiatan pemberdayaan masyarakat. Instrumen tersebut dinilai dapat membantu di dalam menyusun suatu program pemberdayaan
masyarakat
dan
memberikan
gambaran
tentang
proses
pemberdayaan masyarakat. Instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:
14
1)
Identifikasi kelompok sasaran Merupakan proses dimana masyarakat yang diberdayakan, sebagai kelompok atau sebagai individu, diidentifikasi atau mengidentifikasi dirinya, sebagai calon mitra pembangunan.
2)
Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris Masyarakat (tidak terkecuali wanita) dilibatkan dalam identifikasi masalah dan perencanaan kegiatan usaha. Hal ini dilakukan agar perencanaan yang dilaksanakan dapat bermanfaat karena telah sesuai dengan kebutuhan, kondisi, serta potensi yang dimiliki.
3)
Pendidikan dan pelatihan timbal balik Salah
satu
penyebab masyarakat
tidak
berdaya
adalah
kurangnya
pengetahuan serta keterampilan. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumberdaya lokal. 4)
Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang Pelayanan dan kemudahan akses terhadap sumberdaya diperlukan untuk mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan. Masyarakat hendaknya dibimbing untuk menghimpun modal atau sumberdaya secara mandiri.
5)
Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan Pembinaan dan pengarahan dalam mengelola kegiatan usaha perlu dilakukan agar penerima dapat belajar bagaimana memanajemen usahanya.
6)
Pengembangan gerakan dan perluasan proses Kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjangkau banyak sasaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak.
7)
Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga Pembinaan hubungan kemitraan dengan pihak lain diperlukan agar usaha kelompok sasaran dapat berkembang, misalnya lembaga keuangan, lembaga pemasaran, pengusaha dan pihak lain.
8)
Evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik. Evaluasi dilakukan baik terhadap strategi, metode, dan kinerja sangat diperlukan karena dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses perencanaa, efek, dan dampak yang ditimbulkan.
15
Dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat ialah sebagai proses yang melibatkan masyarakat umum dalam pengambilan keputusan, perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta pembinaan masyarakat. Cohen dan Uphoff (1977) dalam Nasdian (2006) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu : 1)
Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.
2)
Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.
3)
Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.
4)
Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelakasanaan proyek selanjutnya.
2.1.3 Program Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2.1.3.1 Definisi UMKM Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak selalu sama disetiap negara, tergantung konsep yang digunakan negara tersebut. Definisi tersebut pada umumnya mencakup dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokkan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan/kelompok perusahaan tersebut (range of the member employees) (Partomo dan Soedjono, 2004).
16
Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah : 1)
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang, perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2)
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3)
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang, perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur Undang-Undang ini. Kriteria dari UMKM dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun
2008 adalah sebagai berikut : 1. Kriteria Usaha Mikro Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
17
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.3.2 Pembinaan UMKM Pembinaan UMKM adalah membina atau memperbaharui atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik bagi UMKM. Berdasarkan kepada PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) 2000-2004 ditetapkan program pokok pembinaan usaha kecil, menengah dan koperasi sebagai berikut (APKASI, 2001)2: 1)
Program penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif. Program ini bertujuan untuk membukan kesempatan berusaha seluas-luasnya, serta menjamin kepastian usahan dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi sebagai prasyarat untuk berkembangnya PKMK. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah menurunnya biaya transaksi dan meningkatnya skala usaha PKMK dalam kegiatan ekonomi.
2)
Program Peningkatan Akses kepada Sumber Daya Produktif. Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan PKMK dalam memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia. Sedangkan sasarannya adalah tersedianya
2
Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia
18
lembaga pendukung untuk meningkatkan akses PKMK terhadap sumber daya produktif, seperti SDM, modal, pasar, teknologi dan informasi. 3)
Program
Pengembangan
Kewirausahaan
dan
PKMK
Berkeunggulan
Kompetitif. Tujuannya
untuk
mengembangkan
perilaku
kewirausahaan
serta
meningkatkan daya saing UKMK. Sedangkan sasaran adalah meningkatnya pengetahuan serta sikap wirausaha dan meningkatnya produktivitas PKMK. Tujuan dari pembinaan UKM menurut Partomo dan Soedjono (2004) adalah 1) meningkatkan akses pasar dan pembesar pangsa pasar, 2) meningkatkan akses terhadap sumber-sumber modal dan memperkuat struktur modal, 3) meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen, 4) meningkatkan akses dan penguasaan teknologi. Ada dua aspek pembinaan UKM yang harus diperhatikan (Hidayat dalam Partomo dan Soedjono, 2004) yaitu 1) sumber daya manusia (SDM), apakah dapat meningkatkan kualitas SDM atas usaha sendiri atau dari pihak luar, 2) pengelolaan dalam arti praktek bisnis yang terdiri atas beberapa hal antara lain berencana, dilaksanakan, dan pengawasan. Beberapa literatur telah mengungkapkan beberapa bentuk pembinaan terhadap UMKM baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun perusahaan sebagai penerapan CSR. Pemerintah Kabupaten Serang melalui Dinas Perindagkop Kabupaten Serang memiliki program kontinyu dalam melakukan pembinaan terhadap UKM. Bentuk pembinaan ini berupa pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan teknis dan manajerial serta menyediakan tempat konsultasi bisnis untuk memudahkan masyarakat memperoleh informasi dan pelayanan secara prima. Pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan swasta tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh pemerintah. Bentuk pembinaannya adalah memberikan bantuan dana (permodalan), pelatihan administrasi, dan pelatihanpelatihan lainnya yang disesuaikan dengan UKM binaan. Seringkali perusahaan tersebut
juga
membantu
UKM
untuk
memasarkan
produk
dengan
mengikutsertakan UKM binaan mereka dalam pameran-pameran seperti yang dilakukan oleh PT. Antam Tbk.
19
2.1.4 Evaluasi Evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas (Musa, 2005). Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai sesuatu yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan keputusan. Soekartawi (1999) seperti yang dikutip Fauziah (2007) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektivan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Musa (2005) fungsi evaluasi program diantaranya adalah: 1) Memberikan data dan informasi tentang pelaksanaan suatu program 2) Menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan program 3) Melakukan pengendalian pelaksanaan program 4) Memberikan umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan program Departemen pertanian (1990) dalam Fauziah (2007) mengemukakan jenis evaluasi untuk mengevaluasi program, yaitu: 1.
Evaluasi input Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan tujuan suatu proyek atau program.
2.
Evaluasi output Evaluasi output adalah penilaian terhadap output-output yang dihasilkan oleh program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai proyek atau program. Contoh output adalah perubahan pengetahuan (aras kognitif), perubahan sikap (aras afektif), kesediaan berperilaku (aras konatif), dan perubahan perilaku (aras psikomotorik).
20
Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaannya terhadap suatu hal. Aras konatif adalah kesediaan orang berperilaku tertentu yang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan adalah perilaku seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatannya sehari-hari sehingga membentuk suatu pola. 3.
Evaluasi Effect Evaluasi efek adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari penggunaan output-output program, sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuh biasanya baru tampak setelah program berakhir.
4.
Evaluasi Impact (dampak) Evaluasi impact adalah penilaian yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan mejadi tujuan jangka panjang. Evaluasi dampak dapat dipertimbangkan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif.
21
2.2 Kerangka Pemikiran Program pengembangan masyarakat menjadi salah satu bukti nyata Coporate Social Responsibility (CSR). Tahapan penerapan program CSR tersebut tidak lepas dari adanya beberapa faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam perusahaan dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut nantinya akan berpengaruh pada kebijakan dalam penentuan serta penerapan program CSR termasuk
didalamnya
usaha
memasukkan
prinsip-prinsip
pengembangan
masyarakat. Salah satu bentuk penerapan CSR yang dilakukan oleh PT. Astra Internasional Tbk. adalah program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Implementasi program pembinaan UMKM yang diberikan oleh YDBA akan dievaluasi berdasarkan jenis evaluasi Departemen Pertanian (1990) yaitu menganalisis aspek input, output, efek, dan dampak. Keempat aspek tersebut menunjukkan alur proses. Namun dalam analisis, aspek-aspek tersebut dianalisis secara parsial. Aspek
input
dari
program
pembinaan
UMKM
akan
dianalisis
menggunakan indikator pemberdayaan masyarakat Verhagen. Aspek ouput dan efek yang terdiri dari pengetahuan dan keterampilan karyawan juga akan dilihat hubungannya dengan karakteristik individu (umur, pendidikan, lama bekerja, dan keikutsertaan dalam pelatihan). Aspek dampak dapat dilihat dari pendapatan UMKM dan adanya pasar baru, daya kompetitif diantara UMKM binaan sejenis, dan program pengembangan masyarakat sekitar sebagai bentuk lanjutan program pembinaan dengan melakukan wawancara mendalam.
22
Input Karakteristik Program 8 instrumen pemberdayaan Verhagen: 2. Identifikasi kelompok sasaran 3. Penelitian dan perencanaan partisipatoris 4. Pendidikan dan pelatihan timbal balik 5. Mobilisasi dan pemberian sumber daya secara seimbang 6. Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan 7. Perluasan proses dan pengembangan gerakan 8. Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga 9. Pemantauan dan evaluasi terus-menerus
Program Pembinaan UMKM
Output
Efek
Peserta Pelatihan 1. Pengetahuan 2. Keterampilan
Bukan Peserta Pelatihan 1. Pengetahuan 2. Keterampilan
Karakteristik individu 2. Umur 3. Tingkat Pendidikan 4. Lama bekerja 5. Keikutsertaan dalam pelatihan
Keterangan: : mempengaruhi : mencakup
Dampak 1. Pendapatan 2. Pasar Baru 3. Daya Kompetitif antar UMKM binaan 4. Program Pembinaan Lanjutan bagi masyarakat Gambar 2. Kerangka Pemikiran
23
2.3 Hipotesis Uji 1. Karakteristik Individu (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota UMKM, dan keikutsertaan dalam pelatihan) berhubungan nyata dengan peningkatan pengetahuan. 2. Karakteristik Individu (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota UMKM, dan keikutsertaan dalam pelatihan) berhubungan nyata dengan peningkatan keterampilan. 3. Karakteristik Individu (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi anggota UMKM, dan keikutsertaan dalam pelatihan) berhubungan nyata dengan peningkatan pendapatan.
2.4 Definisi Konseptual 1. Program pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dari para anggota UMKM binaan. Program pembinaan UMKM ini termasuk salah satu bentuk program CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Bentuk pembinaan yang dilakukan salah satunya adalah memberikan pelatihan. 2. Manfaat adalah hasil yang diharapkan dapat muncul dari penyelenggaraan program pembinaan termasuk kegiatan pelatihan sebagai hasil dari pengolahan input yang akan menghasilkan output,efek, dan dampak. a. Ouput terdiri dari pengetahuan, dan keterampilan karyawan yang mengikuti pelatihan. b. Efek dapat dilihat dari pengetahuan dan keterampilan karyawan yang tidak mengikuti pelatihan c. Dampak dapat dilihat dari pendapatan, adanya pasar baru, daya kompetitif diantara UMKM binaan sejenis serta memberikan inisiatif mengembangan masyarakat
sekitar
sebagai
bentuk
lanjutan
program
pembinaan
sebelumnya. Untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dengan kuesioner. Sedangkan untuk mengetahui adanya pasar baru, peningkatan daya kompetitif antar UMKM
24
binaan dan adanya program pengembangan masyarakat lanjutan dilakukan wawancara mendalam. 3. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh responden mengenai bidang pekerjaannya. 4. Keterampilan adalah keahlian yang dimiliki responden dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan bidangnya. 5. Pendapatan adalah sejumlah uang yang diterima oleh responden baik yang berhubungan dengan pekerjaannya (upah) maupun dari tambahan lainnya. 6. Adanya pasar baru adalah penambahan pasar sebagai bagian dari kegiatan pemasaran. Adanya pasar baru tersebut akibat dari kegiatan pembinaan. Perubahan tersebut dilihat dengan melakukan wawancara mendalam. 7. Meningkatnya daya kompetitif antar UMKM binaan merupakan perbedaan keinginan untuk berkompetisi yang terjadi antar UMKM binaan yang disebabkan oleh adanya pembinaan. Perubahan tersebut diukur melakukan wawancara mendalam. 8. Program pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat sekitar merupakan program yang direncanakan dilaksanakan untuk memberdayakan masyarakat sekitar sebagai akibat dari adanya pembinaan. Perubahan tersebut diukur dengan melakukan wawancara mendalam. 9. Instrumen pemberdayaan adalah komponen-komponen yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya proses pemberdayaan dalam suatu program. Untuk mengetahui sejauh mana program pemberdayaan yang telah dilakukan pengukuran dengan memberikan pernyataan-pernyataan terkait delapan instrumen pemberdayaan Verhagen. 10. Identifikasi kelompok sasaran adalah mekanisme pemilihan sasaran dan lokasi yang meliputi alasan, kriteria, dan prosesnya. 11. Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris adalah mekanisme identifikasi masalah serta pembuatan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan bersama-sama oleh UMKM binaan dan YDBA 12. Pendidikan dan pelatihan timbal balik adalah proses pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara UMKM binaan dan YDBA
25
13. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang adalah proses penggerakan UMKM binaan dengan memberikan dukungan berupa kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kemudahan akses terhadap sumberdaya yang penting 14. Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan merupakan diskusi dan pelatihan dalam hal teknis manajemen, administrasi termasuk di dalamnya adalah proses pembukuan usaha. 15. Pengembangan gerakan dan perluasan proses adalah upaya mengembangkan proses kegiatan dan perluasan sasaran. 16. Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga di luar kelompok adalah proses melibatkan pihak luar kelompok untuk mengembangkan program. 17. Pemantauan dan evaluasi terus menerus merupakan aktivitas pemantauan dan evaluasi secara kontinu terhadap metode, materi, dan kinerja kelompok secara partisipatoris.
2.5 Definisi Operasional 1. Umur merupakan lama waktu hidup responden sampai saat dilakukannya penelitian. Kategori
Tingkat Usia (tahun)
Muda
< 20
Dewasa
21 30
Tua
> 30
2. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh oleh responden pada saat pelatihan dilaksanakan. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Kategori
Tingkat Pendidikan
Rendah
Tidak sekolah tamat SMP
Sedang
Tamat SMA dan atau yang sederajat tamat D1
Tinggi
Tamat D3 ke atas
26
3. Tingkat pendapatan merupakan jumlah uang yang diperoleh responden setiap bulan melalui pekerjaan yang digeluti. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan UMR perusahaan Kategori
Tingkat Pendapatan (Rp)
Rendah
1.091.000-1.591.000
Sedang
1.591.001-2.091.000
Tinggi
> 2.091.001
4. Lama bekerja merupakan ukuran waktu yang telah dihabiskan untuk bekerja pada PT. XYZ. Kategori
Tingkat Lama Bekerja (tahun)
Baru
03
Sedang
47
Lama
>8
5. Keikutsertaan dalam pelatihan adalah keikutsertaan responden dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA tahun 2009. 6. Peningkatan pengetahuan diukur dengan memberikan 15 buah pertanyaan. Setiap jawaban benar diberi nilai 2 dan jawaban salah diberi nilai 1. Perbedaan dilihat dari rata-rata nilai responden yang mendapatkan pembinaan dan responden yang tidak mendapatkan pembinaan. Kategori
Nilai
Rendah
15 22
Tinggi
23 30
7. Peningkatan keterampilan diukur dengan memberikan 5 buah pertanyaan seputar keterampilan. Apabila jawaban sesuai maka diberi nilai 2 dan apabila jawaban tidak sesuai diberi nilai 1. Kategori
Nilai
Rendah
57
Tinggi
8 10
27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner oleh karyawan salah satu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yaitu karyawan PT. XYZ yang mengikuti program pembinaan (pelatihan). Pendekatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui manfaat dari program dan unsur pemberdayaan masyarakat dalam program pembinaan dengan menggunakan instrumen pemberdayaan Verhagen. Data kualitatif dalam pelatihan ini diperoleh melalui wawancara mendalam untuk menunjang hasil pengisian kuesioner-kuesioner serta untuk mengetahui visi, misi, dan pandangan YDBA terhadap pengembangan masyarakat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yaitu Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), yang terletak di Jalan Gaya Motor I No 10, Sunter, Jakarta Utara dan PT. XYZ, yang terletak di Desa Dayeuh, Cileungsi, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 – Maret 2010. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan: 1. YDBA merupakan sebuah yayasan yang fokus terhadap kegiatan pembinaan UMKM. 2. PT. XYZ merupakan UMKM binaan YDBA yang telah menjadi subkontraktor Grup Astra dan mendapatkan penghargaan Astra Green Company (AGC) Award 2008 dari PT. Astra Internasional Tbk. 3. Tujuan penelitian ini dapat diamati pada kasus program pembinaan UMKM yang dilakukan YDBA kepada PT. XYZ.
28
3.3 Teknik Pengambilan Sampel Subyek penelitian ini akan dibagi menjadi responden dan informan. Responden merupakan karyawan PT. XYZ yang diminta untuk mengisi kuesioner penelitian. Jumlah responden yang diambil adalah tiga puluh orang yang terdiri dari: 1. sepuluh orang karyawan yang mengikuti pelatihan yang diadakan oleh YDBA tahun 2009, 2. dua puluh orang karyawan yang tidak pernah mengikuti pelatihan dari YDBA. Responden dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan untuk mengetahui manfaat dari program pembinaan UMKM. Informan dalam penelitian ini terdiri dari pihak manajemen dari perusahaan terkait khususnya yang mengetahui informasi mengenai YDBA dan PT. XYZ. Informan dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan untuk mengetahui informasi pelaksanaan program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA. Jumlah informan yang diambil tidak dibatasi untuk menambah gambaran tentang YDBA dan PT. XYZ.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dan wawancara mendalam terhadap responden dan informan . Wawancara mendalam merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan percakapan dua arah. Data sekunder merupakan data yang berasal dari dokumen-dokumen tertulis, baik berupa tulisan ilmiah maupun dokumen laporan yang diterbitkan oleh pihak terkait.
3.5 Teknik Analisa Data Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapangan. Data kualitatif tersebut mencakup implementasi program CSR PT. Astra Internasional Tbk., dan program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA. Data kualitatif lainnya adalah data mengenai manfaat yang diperoleh oleh UMKM
29
penerima program binaan khususnya para karyawan yang mengikuti program pelatihan. Analisis program pembinaan UMKM dilakukan dengan menggunakan indikator pemberdayaan Verhagen. Data tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam yang kemudian hasil wawancara tersebut disajikan dalam bentuk skoring. Aspek input, output, efek, dan dampak menunjukkan alur proses. Namun dalam analisis, keempat aspek tersebut dianalisis secara parsial. Analisis program pembinaan dengan indikator pemberdayaan merupakan analisis input dan proses. Output dan efek berupa pengetahuan dan keterampilan dilihat dari kegiatan pelatihan.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut akan dihubungkan dengan
karakteristik individu responden. Dampak dari program pembinaan yang meliputi pendapatan, adanya pasar baru, daya kompetitif antar UMKM, dan adanya program pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat sekitar dianalisis dari hasil wawancara mendalam. Data kuantitatif yang berupa data primer terlebih dahulu diolah dan ditabulasikan. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Selanjutnya data kuantitatif yang telah ditampilkan dalam tabulasi silang dilakukan pengujian dengan menggunakan Crosstabs-Chi Square kemudian dianalisis. Pengolahan data masing-masing menggunakan software SPSS 15.0 for windows. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu analisis program pembinaan UMKM dilakukan secara parsial. Artinya, input, output, efek, dan dampak dianalisis terpisah. Input program pembinaan UMKM dianalisis dengan indikator pemberdayaan masyarakat Verhagen. Selanjutnya, hasil analisis tersebut tidak dihubungkan dengan output, efek, dan dampak. Namun, walaupun dianalisis secara parsial, keempat aspek tersebut dapat menunjukkan alur proses pembinaan UMKM dan dapat menjawab perumusan masalah penelitian.
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) 4.1.1 Profil Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Pada Tanggal 2 Mei 1980 PT. Astra Nasional Tbk. mendirikan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sesuai dengan permintaan dari Bapak William Soeryadjaya, pendiri Astra. Astra sebagai aset nasional memiliki komitmen yang tinggi untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Komitmen ini antara lain diwujudkan dalam bentuk pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dilaksanakan oleh YDBA dengan tujuan meningkatkan keterampilan teknik, manajemen, memfasilitasi pemasaran dan pembiayaan, serta teknologi informasi kepada UMKM dengan motto “berikan kail bukan ikan”. Berdirinya YDBA sebagai institusi pembinaan dan pengembangan UMKM juga merupakan wujud penerapan dari Catur Dharma Astra. Catur Dharma Astra 1. Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara 2. Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan 3. Menghargai individu dan membina kerjasama 4. Senantiasa berusaha mencapai yang terbaik Visi Yayasan Dharma Bhakti Astra 1. Menjadi institusi yang terbaik di bidang pembinaan dan pengembangan UKM 2. Berperan meningkatkan reputasi Grup Astra sebagai perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial. Misi Yayasan Dharma Bhakti Astra 1. Membina dan mengembangkan UKM-UKM (subkontraktor, vendor, dan bengkel) untuk UKM yang terkait dengan bisnis-bisnis value chain Grup Astra. 2. Membina UKM-UKM/ pemberdayaan usaha ekonomi setempat di sekitar lokasi network Grup Astra.
31
4.1.2 Program Pembinaan UMKM oleh YDBA 4.1.2.1 UMKM binaan YDBA YDBA memandang UMKM sebagai sebuah unsur dalam perekonomian yang cukup kuat karena masih tetap bertahan sampai saat ini ditengah goncangan perekonomian yang pernah melanda Indonesia. Menurut keterangan Bapak M. Kosasih, Senior Manager YDBA, Astra tidak akan tumbuh dengan baik tanpa adanya UMKM Pada tahun 2009, sekitar 5300 UMKM telah menjadi binaan dari YDBA yang terdiri dari UMKM terkait dengan bisnis Astra (10 persen) dan UMKM yang tidak terkait dengan bisnis Astra (90 persen). Untuk menjadi anggota binaan YDBA, calon UMKM binaan bisa mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada YDBA. Persyaratan untuk menjadi UMKM binaan YDBA antara lain adalah sudah berbadan hukum (misalnya CV dan PT), usaha yang dijalankan termasuk dalam kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UMKM, merupakan komunitas yang potensial untuk dikembangkan baik yang terkait bisnis Astra maupun tidak, memiliki produk yang diminati pasar, serta bersedia untuk dibina oleh Astra. Sebagai tindak lanjut dari permohonan calon UMKM binaan, pihak YDBA akan melakukan kunjungan atau tinjauan langsung ke UMKM tersebut. Kunjungan tersebut ditujukan untuk menilai layak atau tidaknya usaha tersebut. YDBA akan menilai UMKM dari segi legalitas, kepemilikan atau pendiri, jumlah dan kualifikasi karyawan, peralatan dan perlengkapan, serta omset perusahaan. Pada saat kunjungan juga dilakukan diskusi-diskusi tentang permasalahan yang ada pada UMKM calon binaan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut berbeda antara satu UMKM dengan UMKM lainnya, yaitu antara satu minggu sampai satu bulan. YDBA menargetkan lamanya pembinaan yaitu sekitar tiga tahun. Diharapkan dalam kurun waktu tersebut UMKM yang menjadi binaan dapat mencapai tahap mandiri.
32
4.1.2.2 Bentuk Pembinaan UMKM Awalnya, program YDBA adalah bantuan modal kerja, mesin, dan peralatan yang dibutuhkan oleh UMKM serta pembinaan kepada KUD nelayan, petani, serta Koperasi Industri dan Kerajinan (KOPINKRA) di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung. Kini, dengan visi YDBA sebagai bagian dari value chain otomotif, agribisnis dan pertambangan Grup Astra, YDBA berperan aktif meningkatkan perekonomian nasional khususnya dalam penguatan dan pembinaan UMKM, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan bisnis Grup Astra. Tujuan dari pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah agar UKM bisa menjadi yang mandiri, yaitu UMKM yang bukan hanya dalam hal pemasaran dan sumberdaya manusianya saja yang baik, namun bisa menangani kegiatan usahanya sendiri. Secara umum, bentuk pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah memberikan pelatihan-pelatihan teknik, manajemen, fasilitasi pasar dan modal, dan informasi pengembangan UMKM. YDBA tidak memberikan dana bantuan modal, tetapi hanya memfasilitasi UMKM untuk bertemu dengan lembagalembaga keuangan yang nantinya akan memberikan bantuan modal. Lembagalembaga keuangan tersebut antara lain Bank Perkreditan dan PT. Astra Mitra Ventura. Besarnya pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan UMKM. Fasilitasi pasar yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengikutsertakan UMKM binaan pada beberapa pameran sehingga UMKM tersebut mempunyai kesempatan memperluas wilayah pemasaran produk mereka. Pelatihan yang diberikan kepada UMKM binaan dilakukan sendiri oleh YDBA atau bekerjasama dengan mitra. Mitra pernah menjadi mitra YDBA dalam kegiatan pembinaan antara lain BUMN, BUMS, Departemen atau Instansi Pemerintah terkait. Dalam satu tahun, YDBA bisa mengadakan 40 70 pelatihan baik yang dilaksanakan oleh YDBA sendiri, maupun bekerjasama dengan mitra YDBA. Materi pelatihan yang diberikan untuk setiap UMKM binaan berbeda. Perbedaan tersebut terkait dengan jenis usaha dan kebutuhan dari masing-masing UMKM tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali pelatihan juga berbeda, antara dua hari sampai dua minggu.
33
Yayasan Dharma Bhakti Astra mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk membantu pengembangan UMKM yang berada di luar Jabodetabek. YDBA menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai komitmen yang sama dalam pengembangan UKM dengan membentuk LPB tersebut. Fungsi LPB adalah melaksanakan pembinaan di bidang Teknologi, Manajemen, Fasilitasi Pemasaran, Fasilitasi Pembiayaan dan Teknologi Informasi serta menularkan Nilai dan Budaya Kerja Astra. Saat ini YDBA memiliki sembilan LPB, yaitu: LPB Warbis Rasuna (Jakarta), LPB Tegal, LPB Bhakti Mandiri (Yogyakarta), LPB Waru-Sidoarjo (Jawa Timur), LPB Gianyar (Bali), LPB PPKP Mataram (NTB), LPB Adaro Pama (Balangan, Kalsel), LPB Wanita Mandiri (Lhokseumawe, Aceh Utara) dan LPB Pama Mitra Daya (Kutai Barat, Kalimantan Timur). Jumlah UKM yang telah dibina melalui LPB mencapai sampai dengan akhir 2008 sebanyak 1725 UMKM dari beragam sektor bisnis seperti manufaktur, jasa bengkel, agribisnis, furnicraft, garmen, perdagangan, jasa/servis, dan bidang lainnya seperti foto copy, peternakan, dan rental komputer. Sebagai usaha pengembangan program pembinaan, pihak YDBA juga melakukan studi banding ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Kunjungan tersebut juga dimaksudkan untuk bertukar pengalaman dengan lembaga terkait yang diharapkan dapat menciptakan alternatif pembinaan bagi UMKM. YDBA juga menyediakan Galeri UMKM yang berada di kantor YDBA. Galeri tersebut berisi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM binaan, baik produk otomotif maupun produk lainnya. Galeri UMKM tersebut dibuat sebagai ruang pamer dari produk-produk UMKM. Tidak menutup kemungkinan para pengunjung Galeri UMKM tersebut tertarik dengan produk yang dipamerkan dan membelinya.
34
Kegiatan
pembinaan
UMKM
dapat
dilihat
pada
masing-masing
departemen yang ada di YDBA, yaitu: 1. Departemen Otomotif dan Alat Berat 3 Di bidang Otomotif dan Alat berat, YDBA memberikan pembinaan kepada UMKM Subkon dan bengkel, baik bengkel kendaraan Roda-2 maupun Roda-4. Pembinaan dilakukan bekerjasama dengan grup Otomotif dan Alat berat Astra tujuan utamanya untuk meningkatkan Quality, Cost, Delivery & Innovation (QCDI). Setelah diberikan pembinaan teknis dan manajemen serta memenuhi QCDI, maka UMKM Subkon bisa mendapatkan order dari Divisi Otomotif dan Alat Berat Grup Astra. Saat ini jumlah UMKM Subkon yang telah mendapatkan pembinaan dan order dari Grup Astra sebanyak 432 perusahaan. Target pembinaan YDBA adalah terwujudnya UMKM Subkon Mandiri. Setelah mendapatkan pembinaan maksimal dua tahun subkon tersebut tidak lagi memperoleh pembinaan secara intensif namun hanya sebatas konsultasi dan pemberian informasi. Langkah ini dilakukan dengan maksud memberikan kesempatan yang sama kepada subkon-subkon baru yang juga berpotensi untuk menjadi binaan YDBA. Di bidang jasa perbengkelan Roda-2 YDBA bekerjasama dengan PT ASKI (Astra Komponen Indonesia) mengembangkan Bengkel Mitra Aspira. Untuk membantu pemuda-pemudi putus sekolah, YDBA baik sendiri maupun bekerjasama dengan BUMN dan swasta, memberikan pelatihan kepada mereka untuk menjadi mekanik Roda-2 dan Roda-4 sehingga mereka siap bekerja atau menjadi pengusaha kecil di bidang perbengkelan. Di bidang jasa perbengkelan Roda-4, YDBA bekerjasama dengan TAM, ADM, PM/IAMI memberikan pembinaan berupa pelatihan mekanik dan manajemen bengkel kepada bengkel-bengkel umum UMKM di berbagai wilayah. Bengkel yang memenuhi kualifikasi standar Astra berpeluang diangkat menjadi bengkel binaan jaringan Grup Astra, seperti menjadi Bengkel Resmi Bengkel Binaan Daihatsu dan rekanan PT Asuransi Astra Buana. Untuk mempererat kerjasama antar sesama bengkel telah dibentuk Himpunan Bengkel Binaan YDBA 3
Disarikan dari website resmi YDBA (www.ydba.astra.co.id)
35
(HBBA). Selain kepada UMKM Subkon dan bengkel, YDBA juga memberikan pendampingan kewirausahaan kepada karyawan Grup Astra yang telah memasuki Masa Persiapan Pensiun (MPP) dan berminat untuk membuka usaha. Dalam upaya meningkatkan QCDI UKM Subkon bidang alat berat, YDBA bekerjasama dengan Politeknik Manufaktur (Polman) Astra dan UTPE memberikan pelatihan dan pendampingan antara lain peningkatan kompetensi bidang rekayasa industri, teknik pengelasan dan pembuatan hand tractor yang telah menghasilkan satu unit Hand Tractor prototype R-2. Disamping itu untuk memberikan kesadaran di bidang lingkungan dan K-3 kepada UMKM Subkon dan bengkel diikutsertakan dalam Program SME Green Company dimana yang terbaik akan dinominasikan untuk memperoleh Astra Green Company Award.
2. Departemen Agribisnis dan Pertambangan4 Sebagai bagian dari value chain Agribisnis Astra, YDBA mengembangkan program Income Generating Activity (IGA) dengan memberdayakan petani sawit dan UKM yang berada di sekitar perkebunan Astra. Pembinaan dilakukan bekerjasama dengan divisi Community Development PT Astra Agro Lestari Tbk. Bentuk pembinaannya berupa pelatihan teknik budidaya dan pasca panen tanaman perkebunan, manajemen usahatani, mentalitas dasar, kewirausahaan, dan pembukuan sederhana. Untuk membantu petani dan UMKM memperoleh modal usaha, YDBA mendirikan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di sekitar kebun Astra, yaitu LKM Mitra Surya Sejahtera di Kabupaten Mamuju Utara dan LKM Benteng Kayu Mangiwang di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. LKM ini juga berfungsi menjadi tempat pembayaran hasil Tandan Buah Segar (TBS) dari perusahaan kepada para petani sawit. Program pembinaan masyarakat dan UMKM di daerah pertambangan batubara dilakukan YDBA bekerjasama dengan PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan PT Kalimantan Prima Persada (KPP). Seperti pada agribisnis, di sektor pertambangan YDBA juga mengembangkan program IGA dengan tujuan
4
Ibid., halaman 36
36
utama kemandirian UMKM. Lokasi pembinaan saat ini berada di Propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Sasaran pembinaannya adalah para petani karet, peternak ikan, bengkel sepeda motor, bengkel mobil, bengkel dinamo, perdagangan, dan kerajinan. Sedangkan bentuk pembinaannya berupa pelatihan budidaya dan pasca panen, manajemen usahatani, manajemen perbengkelan, kewirausahaan, mentalitas dasar, pembukuan sederhana dan mekanik sepeda motor. Selain pelatihan, bentuk pembinaan lainnya adalah memfasilitasi akses pasar dan pembiayaan UMKM. Kegiatan pembinaan petani dan UMKM di daerah pertambangan batubara ini dilakukan melalui LPB Adaro-Pama yang telah didirikan di jobsite PT PAMA di Balangan – Kalimantan Selatan serta LPB Pama Mitra Daya di Kutai Barat Kalimantan Timur. Sedangkan untuk fasilitasi pembiayaan telah didirikan LKM Banua Bauntung di jobsite PT PAMA di Tabalong - Kalimantan Selatan dan LKM Berkah Banua di jobsite PT KPP di Tapin – Kalimantan Selatan.
3. Departemen Fasilitasi Pembiayaan dan LPB5 Salah satu faktor yang menjadi kebutuhan UMKM dalam mengembangkan usahanya adalah permodalan. Untuk turut membantu pemenuhan kebutuhan UMKM,
YDBA
bekerjasama
dengan
berbagai
institusi
pembiayaan
mengembangkan beberapa skema kredit khusus antara lain : 1. Kredit jangka pendek berdasarkan Purchase Order/Invoice tanpa jaminan aktiva tetap yang ditujukan khusus bagi UMKM terkait bisnis Astra. 2. Kredit investasi dengan pembiayaan 100% untuk moulding dan dies dengan jaminan barang itu sendiri yang ditujukan khusus bagi UMKM terkait bisnis Astra. 3. Kredit lunak bagi Usaha Kecil (UK) dengan omset maksimal Rp. 1 Miliar per tahun dan aset maksimal Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan. 4. Kredit modal kerja dan investasi dari perusahaan modal ventura. Untuk pembiayaan komersial, YDBA bekerjasama antara lain dengan Bank Permata, Bank Niaga, Bank Mandiri, Bank Bumiputera, BCA, BNI Syariah, 5
Ibid., halaman 36
37
PT Astra Mitra Ventura (AMV) dan perusahaan modal ventura daerah. YDBA bekerjasama dengan Program Kemitraan & Bina Lingkungan (PKBL) BUMN antara lain dengan PT Surveyor Indonesia (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, PT Sucofindo (Persero), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Jasa Raharja (Persero), PT Bank Ekspor Indonesia (Persero), PT Petro Kimia Gresik (Persero) dan Pertamina untuk pembiayaan kredit lunak. Sejak tahun 2002 hingga akhir 2008, YDBA berhasil memfasilitasi pembiayaan bagi UMKM dari perbankan dan PKBL BUMN sebesar Rp. 103,9 Miliar untuk 941 UMKM yang digunakan untuk menambah modal kerja seiring dengan peningkatan penjualan dan investasi khususnya penambahan mesin, peralatan serta perluasan tempat usaha. Hampir seluruh kredit yang diberikan berstatus lancar dengan tingkat pengembalian mencapai 99%. Selanjutnya YDBA bekerjasama dengan perbankan BUMN dan swasta memberikan sosialisasi dan edukasi produk-produk perbankan kepada UMKM yang tersebar di berbagai wilayah melalui program "Ayo ke Bank", serta memberikan kredit lunak tanpa agunan.
4.2 PT. XYZ 4.2.1 Profil PT. XYZ PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan manufaktur dengan skala usaha menengah yang berdiri pada tahun 1980-an. Pada awal usaha, PT. XYZ merupakan sebuah bengkel kecil yang membuat berbagai macam produk rumah tangga, seperti lampu gantung, gantungan baju, kursi makan, dan lain-lain. Bermula dari CV. HK, Bapak HS selaku pendiri sekaligus pemilik, mendapatkan kepercayaan dari konsumen untuk membuat dies dan komponen press plate untuk otomotif. Bapak HS membuat sebuah inovasi yaitu dengan menciptakan dies progressive yang berguna untuk menyingkat proses pembuatan komponen otomotif tersebut sehingga hanya bisa dihasilkan dengan menggunakan satu proses saja. Pada tahun 1996, CV. XYZ berubah menjadi PT. XYZ setelah mendapatkan kepercayaan sebagai Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) dari PT.
38
Astra Mitra Ventura yang memberikan pinjaman modal kerjadan investasi. Pinjaman modal tersebut digunakan PT. XYZ untuk memperluas usahanya dengan membeli mesin-mesin yang dapat menunjang pembuatan dies6 dan komponen press plate. PT. XYZ mengikuti program “Small Medium Enterprise (SME) Green Company” yang diadakan oleh kelompok perusahaan Astra sebagai upaya peningkatan sistem manajemen mutu dan standar pengelolaan lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja (MLK3). Selain itu, untuk meningkatkan wawasan dan keahlian karyawan dalam pembuatan dies dan komponen press maupun manajemen, perusahaan selalu mengikut sertakan karyawannya dalam program-program pelatihan yang diadakan oleh pemerintah dan Yayasan Dharma Bhakti Astra. Pelatihan yang dilakukan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra juga merupakan bentuk pembinaan bagi PT. XYZ yang juga merupakan UMKM binaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra sejak tahun 1995. Visi PT. XYZ: Menjadikan PT. XYZ sebagai perusahaan pembuat metal part kendaraan bermotor yang terkemuka dan terpercaya di Indonesia. Misi PT. XYZ: Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi di negara kita yang cukup pesat, seiring tingkat persaingan usaha semakin kompetitif membuat PT. XYZ harus mengacu pada misi yang harus dicapai oleh perusahaan di tahun-tahun mendatang, yaitu: 1. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan pelanggan 2. Menjaga kualitas produk dengan selalu melaksanakan pedoman penjagaan kualitas yang konsisten 3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan sehingga memenuhi standar minimum kompetensi yang dipersyaratkan
6
Dies merupakan alat cetakan untuk membuat produk yang prosesnya dicutting atau dipotong dengan bahan baku berupa metal part yang dimensinya ditentukan menurut kegunaannya.
39
Kebijakan Mutu Perusahaan PT. XYZ memiliki kebijakan mutu dalam pelaksanaan seluruh kegiatannya, meliputi: 1. Menghasilkan produk yang berkualitas, dengan harga yang kompetitif. 2. Melakukan perbaikan terus menerus untuk memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan. 3. Penyerahan tepat waktu. 4. Mencegah terjadinya pencemaran, kecelakaan dan gangguan kesehatan semua karyawan. 5. Memenuhi peraturan perundang-undangan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja serta ketentuan lain yang berlaku. Selain berpedoman pada visi, misi serta kebijakan mutu perusahaan, seluruh kegiatan PT. XYZ juga berlandaskan atas Kebijakan LK3, yaitu: 1. Mencegah terjadinya pencemaran, kecelakaan, dan gangguan kesehatan semua karyawan 2. Melakukan perbaikan secara berkesinambungan 3. Mengembangkan kinerja lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja secara terus-menerus 4. Memenuhi peraturan perundangan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja secara ketentuan
40
4.2.2 Struktur Organisasi PT. XYZ PT. XYZ melakukan pengorganisasian kegiatannya dengan membuat struktur organisasi yang meliputi seluruh departemen yang ada.
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. XYZ
PT. XYZ memiliki 14 departemen dengan total karyawan sebanyak 597 orang. Rincian jumlah karyawan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rincian Departemen dan Karyawan PT. XYZ No
Departemen
Jumlah Karyawan (orang)
1
Produksi
419
2
Engineering
37
3
Ware House
21
4
Quality Control
24
5
Maintenance
26
6
PPIC
32
7
HRD & GA-LK3
12
8
Security
8
9
Finance & accounting
7
10
Purchasing
3
11
Sistem & Data
2
12
Marketing
2
13
IT
2
14
EIC
2
Total
597
41
4.2.3 Produk dan Customers PT. XYZ Produk yang dihasilkan oleh PT. XYZ merupakan produk metal part kendaraan bermotor yang sebagian produknya dipasarkan ke PT. Astra Honda Motor. Produk-produk tersebut antara lain: 1. Cap Fuel Filler
4. Nut Clip 5 mm
2. Box Assy Battery
5. Clamper Breather Tube
3. Nut Spring 4 mm
6. Pipe Comp Air Feed
Sebagai produsen produk metal part kendaraan bermotor, pemasaran PT. XYZ mencakup perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang otomotif pula. Berikut ini merupakan customers dari produk yang dihasilkan PT. XYZ 1. PT. Astra Honda Motor I
18. PT. Adhi Wijaya Citra
2. PT. Astra Honda Motor II
19. PT. Caturindo Agung Jaya Rubber
3. PT. Astra Honda Motor III
20. PT. Indonesia Stanley Electric
4. PT. Cipta mandiri Wirasakti
21. PT. Indomobil Suzuki Internasional
5. PT. Astra Otopart
22. PT. Tri Saudara Sentosa Industry
6. PT. Meiwa Indonesia
23. PT. APM Armada Autoparts
7. PT. Galih Sekar Sakti
24. PT. Indokarlo
8. PT. Moradon Berlian Sakti
25. PT. Super Sinar Abadi
9. PT. Mada Wikri Tunggal
26. PT. Cikarang Perkasa Manufacturing
10. PT. Yasunli Abadi Utama Plastik
27. PT. Pamindo Tiga T
11. PT. Guna Senaputra Sejahtera
28. PT. Kawasaki Motor Indonesia
12. PT. Chemco Harapan Nusantara
29. PT. Tsuang Hine Industrial
13. PT. Filtech Indonesia
30. PT. Naga Pacific
14. PT. Mitsuba Indonesia Pipe Parts
31. PT. Bumiputra Manufaktur Teknologi
15. PT. Takagi Sarimulti Utama
32. PT. Hamatetsu Indonesia
16. PT. Dynaplast
33. PT. Korindo Heavy Industry
17. PT. Roda Prima Lancar
BAB V IMPLEMENTASI CSR PT. ASTRA INTERNASIONAL
5.1 Cara Pandang PT. Astra Internasional Tbk terhadap CSR Tanggung jawab sosial bagi PT. Astra Internasional Tbk. merupakan sebuah proses berkelanjutan dan bukan merupakan suatu tujuan sesaat. Kegiatan CSR yang dilakukan senantiasa diselaraskan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Astra. Keselarasan tersebut dilakukan dengan mengembangkan program dan kegiatan yang terukur terhadap target-target untuk meningkatkan manfaat bagi pemangku kepentingan dan mengurangi dampak negatif aktivitas usaha Astra secara sosial. Cakupan jenis dan aktivitas CSR yang dilakukan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan bisnis Astra. Asal mula program CSR PT. Astra Internasional Tbk. adalah bagaimana Astra dapat memberikan manfaat dan melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan Catur Dharma Astra dan visi Astra yaitu menjadi perusahaan yang memberikan manfaat pada masyarakat. Program tanggung jawab sosial Astra awalnya dimulai dari prinsip berbuat baik yang selalu ditekankan oleh para pendiri Astra. Selanjutnya berkembang menjadi program pengembangan masyarakat, dan sampai saat ini dikenal dengan program CSR. “…Astra sudah membuat program seperti ini dari dulu, sebelum ada gembar-gembor tentang CSR. Om William itu orang baik, jadi dia juga ingin usahanya dilakukan dengan baik dan bisa memberikan yang terbaik termasuk bagi masyarakat. Intinya adalah bagaimana bisa berbuat baik. Mulanya hanya ingin berbuat baik, terus berkembang jadi pengembangan masyarakat sampai pada program CSR yang sekarang ini marak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan…”(Bapak A. Karim Suwandhono, Team Leader Divisi ESR PT. Astra Internasional).7
7
Divisi ESR merupakan kepanjangan dari Divisi Enviromental & Social Responsibility.
43
Astra
memiliki
beberapa
target
operasional
di
bidang
Security,
Environment, and Social Responsibility yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan upaya Grup Astra untuk dapat bertahan dan berkembang. Beberapa target tersebut adalah:8 1. Bidang Security a. Melaksanakan implementasi Astra Security Manajement System (ASMS) di setiap instalasi Grup Astra sesuai President Letter Astra Internasional 2009. b. Pengamanan perusahaan lebih ketat menjelang pemilu 2009. c. Integrasi sistem pengamanan antara Security Guard dengan Security Devices Modern sesuai tingkat ancamannya. d. Peningkatan dan pengembangan Security Manajement mencakup aspek fisik dan aspek non-fisik di seluruh fungsi organisasi. 2. Bidang Environment, Healthy, and Safety a. Pencapaian peringkat “Green” Astra Green Company. b. Pengurangan penggunaan Sumber Daya Alam dan Energi. c. Melakukan penghitungan Gas Rumah kaca dan penggunaan Ozon Depleting Substances. d. Cleaner Production (6R) untuk mengelola limbah dan emisi. e. Investigasi insiden di tempat kerja yang disertai dengan follow up yang tepat, sehingga dapat terwujud suatu Zero incident workplace. f. Sertifikasi sistem manajemen Lingkungan dan K3. g. Implementasi sistem manajemen lingkungan dan LK3 di supplier. 3. Bidang Social Responsibility a. Pencapaian peringkat “three star” Astra Friendly Company. b. Memiliki program Income Generating Activities di sekitar perusahaan yang dilaksanakan secara sinergi di lingkungan Grup Astra serta dirasakan dampaknya oleh objek program.
8
Disarikan dari Laporan Berkelanjutan Astra 2008.
44
Program CSR yang dilakukan oleh Astra tidak bertujuan untuk membentuk citra positif, namun citra positif tersebut akan terbentuk dengan sendirinya. Sama halnya dengan pembentukan citra, pihak Astra tidak pernah bertujuan mencari keuntungan dari program CSR yang dilakukan karena pihak direksi telah menanamkan prinsip-prinsip bahwa program ini ditujukan sebagai salah satu cara bagi Astra untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat.
5.2 Implementasi Program CSR dan Pendanaan Kegiatan Kegiatan-kegiatan CSR PT. Astra Internasional Tbk. dilakukan langsung oleh Astra dan atau melalui pengelolaan beberapa yayasan. Salah satu kegiatan CSR yang langsung dilakukan oleh Astra adalah program Sunter Nusa Dua. Astra juga melakukan kegiatan CSR dengan membentuk beberapa yayasan seperti Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), Yayasan Toyota dan Astra (YTA), Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI), dan Yayasan Amaliah Astra (YAA). Yayasan tersebut
bertanggung
jawab
melaksanakan
kegiatan
CSR
dalam
usaha
mengentaskan kemiskinan, peningkatan kualitas pendidikan dasar, peningkatan kesehatan,
konservasi
dan
pencegahan
pencemaran
lingkungan,
serta
pengembangan kemitraan yang sejalan dengan Millenium development Goals (MDG).9 1. Yayasan Toyota-Astra (YTA) didirikan pada tahun 1974 dan dikelola bersama oleh Toyota-Astra Motor dan PT. Astra Internasionel Tbk. Fokus kegiatan YTA adalah dibidang pendidikan, termasuk melalui pemberian beasiswa bagi pelajar sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, sumbangan buku-buku dan dukungan untuk program pendidikan teknik sampai tingkat S2. 2. Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI Program Bernas) merupakan yayasan yang didirikan pada tahun 2005. Kegiatan Yayasan Astra Bina Pendidikan (YABP) mempunyai fokus pada kegiatan pendidikan yaitu membantu SD, SMP, dan SMK di daerah-daerah pra-sejahtera untuk meningkatkan mutu dari program Pendidikan, membangun kualitas intelektual pelajar, kemampuan keterampilan hidup, dan kekuatan moral dalam kualitas terbaik dan meningkatkan nilai multi 9
Ibid.,halaman 44.
45
budaya di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pelajar yang memiliki kepercayaan diri dan kepedulian, serta dapat mengembangkan daerah mereka. 3. Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) merupakan yayasan Astra yang mempunyai fokus meningkatkan Quality, Cost, Delivery, and Innovation (QCDI) bersama dengan Astra Mitra Ventura. YDBA merupakan yayasan yang dibentuk Astra untuk membina UMKM. YDBA juga memiliki Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) yang merupakan lembaga pengembangan usaha di daerah dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). 4. Yayasan Amaliah Astra (YAA) didirikan dengan fokus mendukung pembangunan spiritual, kebijaksanaan emosional dan intelektual diantara komunitas, sehingga orang-orang tersebut dapat menjalani hidup dengan pandangan yang positif. Melalui berbagai program dan aktivitas, YAA bertujuan secara aktif berpartisipasi pada ciptaan kedamaian dan pencerahan diantara karyawan Astra dan komunitas sekitar. Pada 2008, YAA terlibat dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan pada bidang pendidikan, aktivitas rohani dan kemanusiaan, dengan target komunitas yang berada di sekitar pabrik Astra, terutama di daerah Tanjung Priok. YAA juga memberikan sumbangan yang berasal dari para karyawan Astra melalui ini Zakat Lembaga Amil, Infaq dan Shadaqah (LAZIS YAA). Hasil dari sumbangan tersebut digunakan untuk memberikan beasiswa bagi pelajar yang berasal dari keluarga ekonomi rendah. Untuk memberikan arahan pada seluruh Grup Astra dalam penerapan kebijakan di bidang LK3 dan Social Responsibility, Astra telah mengembangkan dua kerangka kerja yang sistematis, yaitu Astra Friendly Company (AFC) dan Astra Green Company (AGC). Astra juga memberikan panduan penerapan sistem manajemen dan implementasi program dengan metode pengukurannya. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mewujudkan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan untuk mencapai keberhasilan di bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial.
46
Untuk melakukan program CSR, Astra khususnya Divisi Enviromental & Social Responsibility (ESR) tidak mempunyai budget khusus. Besarnya anggaran dana tergantung dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Secara umum, kegiatan CSR yang dilakukan oleh Astra dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan rutin serta kegiatan yang sifatnya insidental. Kegiatan rutin sudah memiliki alokasi dana tersendiri, sedangkan alokasi dana untuk kegiatan yang sifatnya insidental tidak memiliki patokan tertentu, disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan serta kondisi dan situasi yang terjadi. Sebelum memberikan bantuan, Astra terlebih dahulu melakukan survei untuk melihat kondisi dan memperkirakan bentuk bantuan yang akan diberikan Astra. “…Masalah besarnya dana sering sekali ditanyakan oleh berbagai pihak. Tapi sebenernya Astra nggak pernah punya budget khusus harus sekian ratus juta atau sekian miliar. Besarnya dana disesuaikan dengan bentuk kegiatan dan kondisi yang terjadi. Semuanya fleksibel. Misalnya bantuan bagi korban bencana alam. Kita tinggal survei dan buat proposal saja kepada direksi kemudian tinggal tunggu persetujuan saja. Semuanya tergantung kondisi dan kebutuhan masyarakat juga. Kalau program tetap pasti sudah ada anggarannya tapi besarnya dana, itu menyesuaikan…”(Bapak A. Karim Suwandhono, Team Leader Divisi ESR PT. Astra Internasional).
5.3 PT. Astra Internasional Tbk. dalam Pengembangan Masyarakat Salah satu fokus CSR Astra adalah komitmen untuk mengembangkan masyarakat. Partisipasi Astra dalam berbagai proses kegiatan pengembangan masyarakat bermula dari kesadaran para pendiri beserta manajemen dan staff bahwa membantu dan mendukung pengembangan masayarakat merupakan salah satu tanggung jawab yang harus dijalankan. Saat ini, komitmen pengembangan masyarakat mencakup lima bidang, yaitu bantuan kemanusiaan, program kemitraan termasuk income generating activities, pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur. Keempat bidang tersebut, kecuali bidang kemanusiaan bertujuan pemberdayaan masyarakat yaitu membekali masyarakat dengan kemampuan untuk dapat secara terus menerus mengambil manfaat, khususnya melalui kegiatan-kegiatan pengembangan program bidang pendidikan dan income generating activities.
47
Contoh program pengembangan masyarakat yang langsung dilakukan Astra adalah pengembangan masyarakat di bidang pendidikan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pengembangan masyarakat pada bidang pendidikan yang telah dilakukan salah satunya adalah membangun sekolah di Aceh tahun 2004. Sekolah tersebut dibangun bagi masyarakat di sekitar lokasi yang terkena bencana Tsunami. Pembangunan infrastruktur sekolah tersebut dilakukan oleh masyarakat sekitar. Astra tidak hanya membangun sekolah saja namun masih terus memantau perkembangan pendidikan siswa-siswanya sampai tahun 2011 nanti. Astra juga memperhatikan kualitas dan kompetensi para pengajar di sekolah tersebut. Pada saat ini, Astra sedang membuat sekolah hijau di lingkungan sekitar. Sekolah hijau merupakan sekolah yang memenuhi kriteria Adiwiyata dari Menteri Lingkungan Hidup. Sekolah tersebut antara lain harus mempunyai kebijakan, kurikulum yang mengarah pada lingkungan, mempunyai kegiatan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan lingkungan (misalnya berkebun, membuat kompos, daur ulang dan lain-lain), infrastruktur yang dimiliki harus ramah lingkungan dan lain-lain. Untuk melaksanakan program ini, Astra juga bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta dalam membuat kurikulum sekolah hijau tersebut. Program peningkatan pendapatan atau Income Generating Activities (IGA) merupakan salah satu cara Astra untuk berupaya menumbuhkan semangat kewirausahaan, memberikan pelatihan, dan pendidikan yang dibutuhkan, serta membangun jaringan yang dapat mendukung pertumbuhan usaha kecil. Prinsip utamanya adalah bagaimana membuat kegiatan yang dapat mendatangkan pendapatan bagi masyarakat. IGA merupakan bentuk pengembangan masyarakat dengan
maksud
membangun
kemandirian
masyarakat
melalui
kegiatan
pemberdayaan masyarakat dan kemitraan. Contoh kegiatan IGA yang dilakukan Astra adalah pembuatan kompos dan kain majun yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Pupuk kompos dan kain majun yang dihasilkan juga dibeli oleh Astra.
48
“…Masyarakat disekitar sini diajari membuat kompos dan membuat kain majun. Hasil yang mereka capai nantinya juga dibeli sama Astra. Misalnya kompos yang dibeli Astra digunakan untuk memenuhi kebutuhan pupuk kompos bagi tanaman-tanaman yang ada di tamantaman milik Astra. Kain majun itu kain yang terbuat dari potonganpotongan kain kecil yang biasa dipakai di bengkel atau pabrik untuk lap. Kain-kain itu dibeli oleh Astra dalam bentuk kiloan…” (Bapak A. Karim Suwandhono, Team Leader Divisi ESR PT. Astra Internasional).
Untuk menciptakan keadilan bagi para pembuat kompos dan kain majun, Astra tidak hanya membeli kompos dan kain majun pada seorang atau sebuah UMKM saja, namun merata pada seluruh produsen. Besarnya pembelian kain majun juga disesuaikan dengan kemampuan produsen dalam memproduksi kain majun. Semakin banyak jumlah produksinya, maka semakin banyak pula kain majun yang dibeli oleh Astra.
BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM YAYASAN DHARMA BHAKTI ASTRA (YDBA)
6.1 Cara Pandang YDBA terhadap Pemberdayaan Masyarakat Konsep pengembangan masyarakat menurut Astra mengacu pada falsafah “Berikan kail bukan ikan”. Dengan falsafah ini diharapkan masyarakat yang dibina oleh YDBA tidak terus menggantungkan diri pada bantuan atau hibah dari perusahaan. Sepaham dengan falsafah tersebut, konsep pengembangan masyarakat menurut YDBA adalah menciptakan masyarakat yang bebas dari budaya memintaminta karena “tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah”.
“…Kalau pengemis itu kan selalu tergantung, kalau butuh modal minta. Tapi pebisnis kalau butuh modal dia akan pinjam karena punya harga diri, bukan cuma minta-minta…”(Bapak M. Iqbal, Senior Manager YDBA).
Berdasarkan falsafah dan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat yang diyakini, YDBA mengimplementasikannya dalam setiap program pembinaan yang dilakukannya kepada sekitar 5300 UMKM binaannya. Kegiatan pembinaan ini ditujukan untuk menjadikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan YDBA mandiri, baik dalam produksi maupun dalam bidang pembiayaan.
6.2 Pemberdayaan Masyarakat dalam Program Pembinaan UMKM Kegiatan pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA dapat diidentifikasi
penerapan
konsep
pemberdayaan
masyarakatnya
dengan
menggunakan delapan instrumen pemberdayaan masyarakat Verhagen. Skor faktual dihitung dari jumlah maksimum yang disesuaikan dengan skor jawaban dari setiap pertanyaan di dalam kuesioner mengenai delapan instrumen pemberdayaan Verhagen.Kedelapan instrumen tersebut adalah: 1. identifikasi kelompok sasaran 2. penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris
50
3. pendidikan dan pelatihan timbal balik 4. mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang 5. konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan 6. pengembangan gerakan dan perluasan proses 7. pengembangan jaringan dengan pihak ketiga 8. evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik. Tabel. 4 Perbandingan Aspek Pemberdayaan dari Hasil Identifikasi dengan Kriteria Ideal Pemberdayaan No 1
Aspek Pemberdayaan Identifikasi kelompok sasaran
Skor yang Diperoleh Sesuai Kriteria yang Diamati Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBA. Skor: 20
Skor Maksimum Berdasarkan Kriteria Ideal Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBA dan UMKM dengan melakukan diskusi sebelumnya. Skor: 30
Keikutsertaan UMKM sebagai binaan merupakan usaha dari UMKM yang bersangkutan, walaupun masih terdapat campur tangan beberapa pihak contohnya rekomendasi dari Grup Astra pada UMKM calon binaan.
Keikutsertaan UMKM sebagai binaan merupakan usaha dari UMKM yang bersangkutan Skor: 30
Skor: 25
Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan ditentukan oleh UMKM yang bersangkutan. Skor: 40
Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan ditentukan oleh UMKM yang bersangkutan. Skor: 40
Jumlah Skor
85
100
2
Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKM dengan adanya masukan dari YDBA.
Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKM dengan didampingi YDBA.
Skor: 20
Skor: 25
Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris
51
Penetapan masalah UMKM ditentukan bersama dengan YDBA pada awal keanggotaan. YDBA lebih dominan. Skor: 20
Penetapan masalah UMKM ditentukan bersama oleh UMKM yang bersangkutan dan YDBA pada awal keanggotaan Skor: 25
Diskusi mengenai permasalahan dilakukan oleh UMKM dan YDBA, namun sebelumnya UMKM telah melakukan identifikasi masalah. Diskusi bersifat umum dan dilakukan pada awal keanggotaan.
Diskusi mengenai permasalahan dilakukan oleh UMKM dan YDBA secara mendetail dan dapat dilakukan selama kegiatan tersebut diperlukan. Skor: 25
Skor: 20 Alternatif pemecahan masalah dilakukan oleh UMKM dan YDBA, tetapi YDBA lebih dominan
Alternatif pemecahan masalah dilakukan bersamasama antara UMKM dan YDBA.
Skor: 20
Skor: 25
Jumlah Skor
80
100
3
Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKM dapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentu namun pada tahap pelaksanannya terdapat kuota peserta yang ditetapkan YDBA.
Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKM dapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentu sesuai dengan kebutuhannya.
Pendidikan dan pelatihan timbal balik
Skor: 25
Skor: 20 Adanya proses tanya jawab selama pelatihan.
Adanya proses tanya jawab selama pelatihan
Skor: 50
Skor: 50
Adanya transfer pengetahuan dan keterampilan selama pelatihan, walaupun porsinya tidak seimbang antara peserta dengan pelatih.
Adanya kegiatan transfer pengetahuan dan keterampilan yang diusahakan seimbang selama pelatihan antara pelatih dengan peserta pelatihan
Skor: 20
Skor: 25 Jumlah Skor
90
100
52
4
Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang
Penilaian potensi UMKM dilakukan oleh UMKM dan YDBA, YDBA dominan. Penilaian potensi ini dilakukan pada saat YDBA melaksanakan kunjungan pada UMKM yang mengajukan surat atau proposal pembinaan.
Penilaian potensi UMKM dilakukan bersama-sama oleh UMKM dan YDBA. Skor: 25
Skor: 20
YDBA memberikan kemudahan bagi UMKM untuk mendapatkan sumberdaya Skor: 30
YDBA memberikan kemudahan bagi UMKM untuk mendapatkan sumberdaya Skor: 30
UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanya sendiri walaupun kadangkadang masih bergantung pada YDBA.
UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanya sendiri. Skor: 40
Skor: 35
Jumlah Skor
85
100
5
YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan secara menyeluruh dan dilakukan pada awal kegiatan pembinaan.
YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan secara detail dan kontinu.
Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan
Skor: 50
Skor: 30
YDBA memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan pada awal kegiatan pembinaan tanpa melakukan pendampingan dan pengawasan.
YDBA memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan serta mengadakan pendampingan serta pengawasan. Skor: 50
Skor: 30
Jumlah Skor
60
100
53
6
Pengembangan gerakan dan perluasan proses
Informasi program pembinaan UMKM masih terbatas hanya pada website dan melalui rekomendasi Grup Astra. Skor: 35
YDBA memberikan informasi program pembinaan kepada UMKM melalui berbagai pihak tanpa memerlemah keswadayaan UMKM. Skor: 50
Pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dan atau UMKM lainnya tidak bisa selalu dilakukan oleh UMKM karena beberapa kendala. Skor: 25
YDBA melatih dan meningkatkan kesadaran UMKM binaannya untuk dapat melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dan atau UMKM lainnya. Skor: 50
Jumlah Skor
55
100
7
YDBA bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pembinaan dan pelatihan, misalnya Grup Astra dan lembaga-lembaga keuangan.
YDBA bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pembinaan dan pelatihan.
Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga
Skor: 40
Skor: 40
YDBA memberikan rekomendasi pihak ketiga oleh untuk memperluasan usaha misalnya adanya fasilitasi peminjaman modal kepada lembaga-lembaga keuangan.
YDBA memberikan rekomendasi pihak ketiga oleh untuk memperluasan usaha tanpa memperlemah keswadayaan UMKM. Skor: 30
Skor: 30
UMKM dapat merluasan usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga terutama yang direkomendasikan YDBA. Skor: 20
UMKM dapat merluasan usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga baik yang direkomendasikan YDBA maupun hasil usaha UMKM sendiri. Skor: 30
Jumlah Skor
90
100
54
8
Evaluasi terusmenerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik
YDBA melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap UMKM binaannya secara menyeluruh.
YDBA melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap UMKM binaannya secara mendetail.
Skor: 20
Skor: 30
YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKM binaannya secara menyeluruh.
YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKM binaannya secara mendetail.
Skor: 20
Skor: 30
YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauan dan hasil evaluasi, namun belum kontinu dan sifatnya menyeluruh.
YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauan dan hasil evaluasi namun secara kontinu dan mendetail
Skor: 30
Skor: 40
Jumlah Skor
70
100
Total Skor
615
800
6.2.1 Identifikasi Kelompok Sasaran Identifikasi kelompok sasaran merupakan upaya untuk menemukan calon sasaran program pembinaan yang sesuai. Identifikasi kelompok sasaran adalah mekanisme pemilihan sasaran dan lokasi yang meliputi alasan, kriteria, dan proses pemilihan sasaran. UMKM yang sekarang ini menjadi UMKM binaan YDBA terlebih dahulu mengajukan surat atau proposal pembinaan. Informasi mengenai program pembinaan tersebut diperoleh dari website YDBA, media massa, dan Grup Astra. Selain sumber perolehan informasi pembinaan tersebut, peran aktif dari UMKM calon binaan juga sangat diperlukan agar UMKM tersebut dapat dibina oleh YDBA. Kriteria dan persyaratan bagi UMKM sebelumnya telah ditentukan oleh YDBA. Persyaratan untuk menjadi UMKM binaan YDBA antara lain adalah sudah berbadan hukum (misalnya CV dan PT), usaha yang dijalankan termasuk dalam kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UMKM, merupakan komunitas yang potensial untuk dikembangkan baik yang terkait bisnis Astra
55
maupun tidak, memiliki produk yang diminati pasar, serta bersedia untuk dibina oleh Astra. Setelah UMKM tersebut dinilai dan dinyatakan memenuhi persyaratan, YDBA akan mengundang UMKM untuk mengikuti pelatihan Basic Mentality (Mentalitas Dasar) dengan tujuan menanamkan budaya kerja Astra kepada UMKM binaan. UMKM tersebut juga dimasukkan ke dalam database YDBA. Seperti halnya yang diungkapkan oleh informan berikut ini.
“…Sebenarnya tidak harus proposal, surat permohonan saja bisa ko. Nanti akan kami tinjau, benar atau tidak UMKM itu ada, sesuai tidak dengan persyaratan kita. Baru kalau sudah sesuai nanti kita undang untuk pelatihan awal. Yang diundang pelatihan biasanya sudah otomatis menjadi anggota binaan YDBA…” (Bapak M. Iqbal, Senior Manager YDBA).
Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan yang dilaksanakan YDBA adalah kewenangan penuh dari UMKM binaan. Artinya, anggota UMKM binaan yang akan mengikuti pelatihan dipilih oleh UMKM yang bersangkutan, YDBA tidak menunjuk orangnya. Pemilihan peserta pelatihan harus mempertimbangkan kesesuaian peserta dengan jenis pelatihannya.
6.2.2 Penelitian dan Perencanaan Partisipatoris Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris adalah mekanisme identifikasi masalah serta pembuatan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan bersama-sama oleh UMKM dan YDBA. Identifikasi masalah yang ada pada UMKM dilakukan secara bersama-sama antara UMKM dan YDBA. Namun pada kenyataannya, UMKM terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan, setelah itu baru UMKM dan YDBA mendiskusikan permasalahan tersebut. Sebagai tindak lanjut, UMKM dan YDBA bersama-sama mencari solusi untuk memecahkan masalah. Pada proses pemecahan masalah ini, YDBA mempunyai peran besar. YDBA memberikan solusi-solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut. Diskusi permasalahan tersebut biasanya dilakukan pada saat YDBA melakukan kunjungan. Umumnya, permasalahan yang dialami UMKM adalah permasalahan modal dan keterampilan. Untuk permasalahan permodalan, biasanya YDBA
56
memfasilitasi UMKM untuk mendapatkan pinjaman yang berasal dari Astra Mitra Ventura maupun perbankan lainnya. Hal ini dinyatakan oleh informan dalam pernyataan berikut: “…YDBA tidak pernah memberikan modal, tapi kami hanya memfasilitasi UMKM dengan lembaga yang bisa memberikan bantuan modal. Entah itu Astra Mitra Ventura atau bank-bank lainnya. YDBA juga bukan jaminan peminjaman…”(Bapak M. Kosasih, Senior Manager YDBA).
Apabila permasalahan yang muncul adalah permasalahan teknis, YDBA akan membantu dengan mengadakan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM serta jenis usahanya.
6.2.3 Pendidikan dan Pelatihan Timbal Balik Pendidikan dan pelatihan timbal balik adalah proses pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara UMKM binaan dan YDBA. Pelatihan merupakan salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan YDBA. YDBA mempunyai beberapa materi pelatihan yang nantinya akan diberikan kepada UMKM binaannya. Materi tersebut adalah materi umum dan beberapa materi khusus yang disesuaikan dengan jenis usaha masing-masing UMKM binaannya. Materi umum meliputi materi manajemen dan pembukuan serta beberapa materi lainnya yang dapat diterima oleh UMKM binaannya tanpa terkecuali. UMKM juga mempunyai kebebasan untuk mengajukan pelatihan kepada YDBA, namun untuk merealisasikannya YDBA perlu memperhatikan beberapa hal salah satunya adalah kuota peserta pelatihan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari beberapa informan berikut ini:
“…Kita bisa minta YDBA memberikan pelatihan sesuai dengan yang kita butuhkan, tapi semuanya tergantung sama pihak YDBA. Pesertanya ada atau tidak. Biasanya kita bikin rencana pelatihan apa saja yang dibutuhkan untuk satu tahun. Kalau kebetulan YDBA mengadakan ya kita ikut. Tapi kalau enggak ya kita cari pelatihan lain atau bisa juga buat pelatihan sendiri untuk para karyawan disini. Tapi YDBA selalu memberi tahu pelatihan-pelatihan yang diadakan, terutama pelatihan yang cocok dengan jenis usaha kita…”(Ibu Sumarsih, Staff HRD PT. XYZ).
57
“…Bisa juga UKM mengajukan usul pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang mereka hadapi. Tapi kita juga menyesuaikan dengan kuota peserta dan waktunya. Termasuk mencocokkan pelatihan tersebut dengan para trainer. Biasanya setiap pelatihan diikuti oleh 25 orang dan dilaksanakan selama dua hari sampai dua minggu…”(Bapak M. Kosasih, Senior Manager YDBA).
Kriteria calon peserta pelatihan umumnya disesuaikan dengan jenis pelatihan. Calon peserta pelatihan juga dipilih oleh masing-masing UMKM, sesuai dengan jenis pelatihannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan UMKM mempunyai kewenangan untuk menentukan anggotanya yang akan mengikuti pelatihan. Pada saat pelatihan, para peserta diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi pelatihan. Pertanyaan dapat juga berasal dari kondisi dan permasalahan yang dialami langsung oleh peserta pelatihan pada saat bekerja. Untuk pelatihan-pelatihan tertentu disertai pula dengan praktek.
“…Yang ngasih materi sih pasti ngasih kesempatan untuk tanya. Biasanya awal pelatihan ditanya dulu masalahnya apa aja. Pas ngasih materi juga ada sesi tanya jawabnya…”(Bapak Spy, peserta Pelatihan Teknologi Press Dies II).
Pada saat pelatihan tersebut, terdapat proses transfer pengetahuan antara pemberi materi dan peserta walaupun belum seimbang. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang berasal dari para pemberi materi kepada peserta dibanding dari peserta ke pemberi materi.
6.2.4 Mobilisasi dan Pemberian Sumberdaya Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang adalah proses penggerakan UMKM binaan dengan memberikan dukungan berupa kegiatan pendidikan dan pelatihan serta kemudahan akses terhadap sumberdaya yang penting. Mobilisasi dan pemberian sumberdaya dalam konteks pemberdayaan mengarah pada keseimbangan antara keduanya, di mana pemberian sumberdaya kepada UMKM tidak memperlemah swadaya dan kemandirian kelompok.
58
Untuk mempermudah pemberian sumberdaya kepada UMKM binaan, perlu adanya penilaian potensi UMKM. YBDA memberikan kewenangan kepada UMKM
binaannya
untuk
menilai
potensi
yang
ada
dan
setelah
itu
mendiskusikannya YDBA. Selanjutnya, YDBA akan menilai kembali potensipotensi UMKM tersebut. Proses penilaian ini dilakukan bersamaan dengan proses identifikasi masalah dan penetapan masalah. Adanya penilaian potensi dan identifikasi masalah tersebut akan mempermudah YDBA untuk memberikan bantuan atau penanganan yang tepat sesuai dengan kondisi UMKM. Pada kasus PT. XYZ, YDBA memberikan kemudahan dalam penyediaan sumberdaya pelatih pada pelatihan yang diselenggarakannya. Selama menjadi binaan YDBA, PT. XYZ mendapatkan pelatihan-pelatihan dari tingkat operator hingga pimpinan perusahaan, dari sisi manajerial hingga pelatihan teknik. PT. XYZ juga mempunyai kesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pihak lain baik yang bekerjasama dengan YDBA atau pun tidak. Di lain kesempatan, PT. XYZ juga pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di luar negeri. Selain mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak lain, PT. XYZ juga seringkali mengundang trainer dari luar untuk memberikan pelatihan bagi karyawannya. Trainer pelatihan juga dapat berasal dari PT. XYZ jika pelatihan tersebut diadakan sendiri oleh PT. XYZ. Keikutsertaan PT. XYZ dalam pelatihanpelatihan lain selain yang diselenggarakan YDBA adalah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan karyawan yang nantinya akan bermanfaat bagi kemajuan usaha. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:
“…PT. XYZ pernah mengikuti beberapa pelatihan. Ada yang dari YDBA, ada yang dari luar YDBA, dan kadang juga menyelenggarakan sendiri pelatihan tersebut. Kalau pelatihan yang diadakan YDBA dan luar YDBA otomatis trainernya dari mereka, tapi untuk pelatihan yang diadakan sendiri oleh PT. XYZ trainernya berasal dari luar dan dari dalam perusahaan sendiri. Misalnya untuk motivasi, pengisinya ya dari manager atau pemilik PT. XYZ…”(Bapak Hry, General Manager PT. XYZ). Dilain pihak, YDBA juga berperan sebagai fasilitator dalam penyediaan dana. Peran YDBA adalah memperkenalkan UMKM dengan lembaga-lembaga keuangan. Sebagai anggota binaan, UMKM yang merasa membutuhkan tambahan modal akan
59
dikenalkan dengan lembaga-lembaga keuangan. Adanya bantuan tersebut diharapkan dapat membantu UMKM untuk lebih berkembang dan maju.
6.2.5 Konsultasi Manajemen Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan merupakan diskusi dan pelatihan dalam hal teknis manajemen, administrasi termasuk di dalamnya adalah proses pembukuan usaha. Hal ini sangat berguna bagi kelangsungan usaha karena dapat membantu UMKM dalam menggunakan sumberdaya secara efisien. Konsultasi manajemen dan pembukuan hanya dilakukan pada awal masuknya UMKM menjadi binaan YDBA. Selain konsultasi manajemen dan administrasi, YDBA juga selalu memberikan pelatihan manajemen dan administrasi kepada seluruh UMKM binaannya. Sebagai salah satu UMKM binaan YDBA, PT. XYZ juga pernah melakukan konsultasi manajemen dan pembukuan. YDBA juga pernah mengundang PT. XYZ untuk mengikuti pelatihan yang terkait dengan manajemen dan administrasi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Bapak Hry yang mengatakan bahwa YDBA memberikan pelatihan manajemen dan administrasi, keuangan bahkan perpajakan. Adanya laporan administrasi dan manajemen yang baik diharapkan dapat mempermudah proses pengawasan dan pengembangan usaha baik yang dilakukan oleh YDBA ataupun yang dilakukan oleh UMKM itu sendiri. YDBA memang selalu melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perkembangan kegiatan UMKM tersebut secara rutin. Namun pemantauan dan pengawasan tersebut bersifat menyeluruh pada kegiatan usaha.
6.2.6 Pengembangan Gerakan dan Perluasan Proses Pengembangan
gerakan
dan
perluasan
proses
adalah
upaya
mengembangkan proses kegiatan dan perluasan sasaran. Hal ini juga dimaksudkan untuk memperluas wilayah pembinaan. Informasi tentang kegiatan pembinaan menjadi salah satu faktor yang dapat membantu proses pengembanngan gerakan dan
perluasan
sasaran.
Untuk
memperluas
sasaran
pembinaan,
YDBA
60
menginformasikan program pembinaan melalui website dan rekomendasi yang diberikan oleh Grup Astra. UMKM harus berperan aktif untuk memperoleh informasi pembinaan yang dilakukan oleh YDBA. Selain melakukan pembinaan UMKM, pada beberapa kasus, YDBA mengadakan pelatihan yang khusus ditujukan bagi masyarakat, salah satunya adalah pelatihan bagi pemuda-pemuda putus sekolah. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk memberikan keterampilan kepada pemuda-pemuda agar dapat mandiri dengan merintis usaha di bidang bengkel motor atau menjadi tenaga mekanik. Untuk memperluas jaringan pembinaan UMKM di daerah, YDBA mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB).
Lembaga ini juga bisa
dikatakan perpanjangan tangan YDBA di daerah. Sebagai tenaga pelaksana (fasilitator) LPB, YDBA merekrut para pemuda putera-puteri daerah setempat, misalnya para pemuda/pemudi Dayak untuk LPB di Kutai Barat, Kalimantan Timur, begitu juga untuk daerah lainnya. Personil LPB tersebut sebelumnya diberi pelatihan (TOT) oleh YDBA mengenai pembinaan UMKM. Sampai akhir tahun 2009 sudah didirikan sembilan LPB yang tersebar di Aceh Utara, Jakarta, Sidoarjo, Tegal, Gianyar, Mataram, Balangan, Yogyakarta, dan Kutai Barat. Selain LPB, YDBA juga memiliki Lembaga Keuangan Mikro (LKM). LKM ini dibentuk untuk membantu mengatasi masalah pembiayaan/ modal yang seringkali dialami oleh UMKM. Sistem pinjaman tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu konvensional (sistem bunga) dan syariah (bagi hasil). Sampai dengan 2009 sudah tujuh LKM yang didirikan YDBA yaitu di Tabalong, Balangan, dan Tapin (Kalsel), Barito Timur dan Barito Selatan (Kalteng), Mamuju Utara dan Mamuju (Sulbar). Proses pengembangan gerakan juga diharapkan dilakukan oleh UMKM binaan YDBA. Namun, hal ini belum bisa dilakukan karena keterbatasan yang dimiliki oleh UMKM binaan tersebut. Salah satu contoh adalah ketidaksesuaian jenis usaha yang dijalankan oleh UMKM dengan masyarakat sekitar.
61
6.2.7 Pengembangan dengan Pihak Ketiga Upaya pengembangan jaringan dengan pihak ketiga dilakukan dalam rangka memperluas lingkup pemberdayaan dengan melibatkan pihak-pihak yang dapat mendukung upaya pemberdayaan tersebut. Program pembinaan yang dilakukan oleh YDBA telah mengikutsertakan pihak ketiga di dalamnya. YDBA melakukan kerjasama dengan beberapa pihak seperti Group Astra, perbankan, BUMN, serta BUMS dalam kegiatan pembinaan. Pada program pelatihan, YDBA melakukan kerjasama dengan Group Astra terutama pelatihan bagi UMKM yang mempunyai usaha yang terkait dengan usaha Astra. Contoh kerjasama yang telah dilakukan YDBA dalam pembinaan kepada UMKM Subkon otomotif adalah kerjasama dengan PT Astra Honda Motor (AHM), PT Toyota Astra Motor/PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TAM/TMMIN), PT Astra Daihatsu Motor (ADM), PT Pantja Motor (PM/sekarang PT Isuzu Astra Motor Indonesia/IAMI), dan PT Astra Nissan Diesel Indonesia (ANDI) serta Grup Astra Otopart (AOP). Sedangkan kepada UKM Subkon alat berat YDBA bekerjasama dengan United Tractors Pandu Engineering (UTPE) dan Komatsu Indonesia (KI). Di bidang jasa perbengkelan Roda-2 YDBA bekerjasama dengan PT ASKI (Astra Komponen Indonesia) mengembangkan Bengkel Mitra Aspira. PT ASKI memberikan bantuan interior, eksterior bengkel dan ketersediaan spare parts, sedangkan YDBA memberikan pelatihan baik teknis maupun manajemen. Bengkel-bengkel ini juga merupakan outlet suku cadang Aspira. Dalam rangka memperkuat kerjasama sesama bengkel binaan, dibentuk Koperasi Bengkel Binaan YDBA (KOBBA). Disamping itu YDBA juga bekerjasama dengan AHM mengembangkan Bengkel Mitra Binaan. YDBA bekerjasama dengan lembaga keuangan seperti Astra Mitra Venturan dan beberapa bank untuk memberikan modal bagi UMKM. Untuk mengembangkan program pembinaan, pihak YDBA melakukan kunjungan ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Kunjungan tersebut juga diikuti pula oleh beberapa perwakilan UMKM binaan. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah bertukar pengalaman dengan lembaga terkait dari
62
masing-masing negara yang diharapkan dapat menciptakan alternatif kegiatan pembinaan UMKM. Sebagai bentuk perluasan pasar, YDBA juga mengikutsertakan UMKM binaannya pada pameran-pameran termasuk pameran yang berskala internasional. Contohnya adalah PT. XYZ yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Pameran Indonesian Motor Show yang dilaksanakan setiap tahun. Selama menjadi UKM binaan YDBA, PT. XYZ pernah mengikuti beberapa pameran baik yang diselenggarakan atas kerja sama YDBA dengan Kementrian Koperasi dan UMKM maupun dengan pihak lain. YDBA juga berperan merekomendasikan PT. XYZ dan UMKM binaan lainnya kepada calon customers. Hal ini diperkuat dengan pernyataan seorang responden berikut.
“…YDBA sering mengajak PT. XYZ untuk ikut pameran-pameran. Keikutsertaan pada pameran-pameran tersebut juga bisa menjadi cara untuk mendapatkan pasar baru karena kita seringkali bertemu dengan calon customers. Tapi ya kita emang harus aktif juga mencari pembeli baru untuk memperluas pasar…”(Bapak Hry, General Manager PT. XYZ).
Selain itu, UMKM juga mempunyai kesempatan untuk memperkenalkan produknya sekaligus mencari peluang kerjasama bisnis di luar negeri saat mengikuti kunjungan YDBA ke beberapa negara seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. YDBA juga mendirikan Galeri UMKM-YDBA untuk membantu mempromosikan produk-produk UMKM serta sebagai media edukasi bagi masyarakat luas. Galeri ini berada di kantor YDBA, Sunter, Jakarta Utara, berisi produk-produk UMKM binaan terkait bisnis Astra seperti komponen otomotif roda-2 dan roda-4, komponen alat berat,
produk olahan kelapa sawit, dan
prototipe bengkel sepeda motor, serta tidak terkait seperti kerajinan, batik dan furnitur. Galeri UMKM ini didirikan juga sebagai ruang pamer produk UMKM binaan. Produk-produk yang dipamerkan merupakan produk yang telah memenuhi standar Quality, Cost dan Delivery (QCD), artinya mempunyai kualitas yang baik (Q), memiliki harga yang bersaing (C), serta pengirimannya tepat waktu termasuk jangka waktu kerja yang sesuai dengan ketentuan (D).
63
6.2.8 Pemantauan dan Evaluasi Terus Menerus Pemantauan merupakan bagian dari pembinaan untuk menilai kesesuaian rencana dan efisiensinya. YDBA melakukan evaluasi dan pemantauan secara berkala pada UMKM binaannya. Kegiatan pemantauan tersebut meliputi pemantauan
perkembangan
bisnis
UMKM
binaannya,
termasuk
kinerja.
Pemantauan tersebut juga bertujuan mengetahui kekuatan dan kelemahan dari UMKM. Hal ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan UMKM sesegera mungkin serta dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengembangkan usaha. Monitoring dilakukan setiap enam bulan sekali dan hanya bersifat general atau menyeluruh meliputi kinerja, sumberdaya manusia, produk, dan keuangan. Hasil pemantauan tersebut dipertanggungjawabkan pada manajemen Astra dan didiskusikan pula dengan UMKM binaan yang bersangkutan, walaupun tidak secara detail. YDBA juga melakukan evaluasi pada LPB-LPB yang telah dibentuk. Setiap tahun YDBA melakukan Rapat Kerja (Raker) LPB sekaligus mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun, rancangan kegiatan di tahun mendatang,
serta
perbaikan-perbaikan
yang
diperlukan
dalam
proses
pengembangan.
“…Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh YDBA adalah keikutsertaan YDBA dalam proses evaluasi terhadap perkembangan PT. XYZ. Biasanya, audit regular dilakukan oleh pihak Astra Internasional maupun oleh masing-masing UKM yang kemudian dilaporkan kepada YDBA…”(Bapak Hry, General Manager PT. XYZ).
Evaluasi juga dilaksanakan YDBA pada setiap kegiatan pelatihan. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah dengan memberikan lembar evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan seputar pelatihan yang diberikan pada akhir pelatihan. Hasil dari tes tersebut nantinya akan dibagikan kepada para peserta pelatihan beserta sertifikat pelatihan. Selain evaluasi yang dilakukan oleh YDBA, PT. XYZ juga melakukan evaluasi kepada karyawan yang mengikuti pelatihan. Evaluasi yang dilakukan oleh PT. XYZ melalui Departemen HRD diberikan tiga bulan setelah pelatihan berlangsung. Evaluasi tersebut dilakukan dengan memberikan form
64
penilaian kepada atasan karyawan tersebut untuk menilai kerja mereka sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Hasil evaluasi tersebut akan diserahkan kembali ke Departemen HRD.
BAB VII MANFAAT PROGRAM PEMBINAAN
Program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA merupakan salah satu program unggulan PT. Astra Internasional Tbk. dalam mengembangkan masyarakat. Program pembinaan UMKM ini tidak hanya ditujukan bagi UMKM yang bergerak di bidang otomotif dan alat berat saja, tetapi juga diberikan kepada UMKM dibidang lain seperti agribisnis dan pertambangan serta UMKM yang bergerak di bidang kerajinan. Manfaat yang diperoleh dari pembinaan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek seperti peningkatan pengetahun, peningkatan keterampilan, dan peningkatan pendapatan. Ketiga manfaat tersebut akan lebih mudah teridentifikasi jika dilihat dari program pelatihan. Manfaat lainnya yang dapat dilihat dari adanya program pembinaan tersebut adalah adanya pasar baru, peningkatan daya kompetitif antar UKM binaan serta adanya program pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat sekitar.
7.1 Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Peningkatan pengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan Pada penelitian ini, manfaat pelatihan sebagai bentuk pembinaan pada UMKM diukur dengan memberikan pertanyaan untuk mengetahui aspek pengetahuan, keterampilan, serta pendapatan. Pengetahuan dan keterampilan tersebut merupakan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang kerjanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan jenis pelatihannya. Contoh jenis pelatihan yang pernah diikuti oleh karyawan PT. XYZ pada tahun 2009 sebanyak lima jenis. Maka, pertanyaan seputar pelatihan tersebut juga terdiri dari lima jenis yang satu sama lain berbeda yang juga disesuaikan dengan bidang kerjanya.
66
Tabel
5.
Jumlah dan Persentase Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, dan Tingkat Pendapatan Responden
Tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan responden Tingkat pengetahuan
Tingkat Keterampilan
Tingkat Pendapatan
Tingkat
Jumlah dan persentase
Rendah
4 (13,3)
Tinggi
26 (86,7)
Rendah
6 ( 20)
Tinggi
24 (80)
Rendah
22 (73,4)
Sedang
4 (13,3)
Tinggi
4 (13,3)
Terdapat 86,7 persen dari 30 responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan 13,3 persen lainnya memiliki pengetahuan yang rendah. Sebesar 80 persen responden memiliki tingkat keterampilan tinggi dan sebesar 20 persen lainnya memiliki keterampilan rendah. Selanjutnya, dari 30 orang responden 73,3 persen responden memiliki tingkat pendapatan rendah, 13,3
persen memiliki
tingkat pendapatan sedang, dan 13,3 persen memiliki pendapatan tinggi. Tingginya tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh responden dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya pelatihan serta adanya pertukaran pengetahuan dan keterampilan antar karyawan. Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya lama bekerja, penilaian terhadap kinerja karyawan, serta pendidikan terakhir.
7.1.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan. Karakteristik responden merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. Karakteristik responden tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, lama menjadi karyawan, dan keikutsertaan dalam pelatihan. Uji hubungan antara karakteristik dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima dimana
67
Ho: Tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. H1: Terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji Berikut ini merupakan penjabaran dari karakteristik individu responden. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik Responden
Umur
Jumlah dan presentase
Muda Dewasa
Tingkat Pendidikan
Lama Bekerja
20 (66,7)
Tua
8 (26,6)
Rendah
4 (13,3)
Sedang
22 (73,4)
Tinggi
4 (13,3)
Baru
13 (43,3)
Sedang
11 (36,7)
Lama Keikutsertaan dalam pelatihan
2 (6,7)
6 (20)
Tidak Ikut
10 (33,3)
Ikut
20 (66,7)
Sesuai dengan Tabel 6, terdapat 6,7 persen responden termasuk dalam kategori umur muda yaitu kurang dari dua puluh tahun, sebesar 66,7 persen responden termasuk dalam kategori umur dewasa yaitu antara 21-30 tahun. Sisanya, yaitu 26,6 persen termasuk dalam kategori umur tua. Sebesar 13,3 persen responden merupakan responden dengan tingkat pendidikan tinggi, 73,4 persen termasuk responden responden dengan tingkat pendidikan sedang serta 13,3 persen responden termasuk responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Pada Tabel 6 juga dapat diketahui lama bekerja dari keseluruhan responden. Sebesar 43,3 persen responden merupakan karyawan baru, 36,7 persen responden tergolong mempunyai lama bekerja sedang serta 20 persen responden termasuk karyawan lama. Responden tersebut juga dapat dibedakan menurut keikutsertaan responden dalam pelatihan yang diselenggarakan YDBA tahun 2009. Sebesar 33,3 persen responden merupakan responden yang mengikuti pelatihan
68
yang diselenggarakan YDBA atau 100 persen dari total karyawan yang mengikuti pelatihan yang dilaksanakan oleh YDBA. Sisanya, yaitu sebesar 66,7 persen merupakan responden yang tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA tahun 2009.
7.1.1.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. Diduga terdapat hubungan antara tingkat umur responden dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan (Ho). Uji hubungan antara umur dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 7. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square antara Umur dengan Pengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan Approx. Sig.
Keterangan
Pengetahuan
0,445
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan
0, 517
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan
0, 007
Ho. ditolak (ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx. Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15 for windows dengan model uji Crosstabs-Chi Square didapatkan hasil bahwa umur karyawan PT. XYZ tidak berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Umur hanya mempunyai hubungan nyata dengan pendapatan. Hubungan antara umur dengan pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan dijelaskan dalam tabel-tabel hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang.
69
Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dengan Pengetahuan Umur
Pengetahuan Rendah
Muda Dewasa Tua
Total Tinggi
0 (0)
2 (100)
2 (100)
4 (20)
16 (80)
20 (100)
0 (0)
8 (100)
8 (100)
Ket: Approx. Sig = 0,445
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen responden yang termasuk kelompok umur muda dan umur tua memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, walaupun jumlah responden dari kedua kelompok umur tersebut berbeda. Sedangkan 20 persen responden dari kelompok umur dewasa memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 80 persen sisanya memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara umur dengan tingkat pengetahuan. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden dengan umur muda, dewasa, dan tua memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap pekerjaan mereka. Oleh karena itu dapat disimpulkan semakin tua umur responden tidak berarti semakin tinggi pengetahuannya dalam bekerja. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dengan Keterampilan Umur
Keterampilan Rendah
Muda
Total Tinggi
0 (0)
2 (100)
2 (100)
Dewasa
4 (20)
16 (80)
20 (100)
Tua
2 (25)
6 (75)
8 (100)
Ket: Approx. Sig = 0, 517
Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat keterampilan responden yang termasuk dalam kelompok umur muda adalah 100 persen tinggi. Sedangkan pada kelompok umur dewasa, 20 persen mempunyai keterampilan rendah dan 80 persen memiliki keterampilan tinggi dalam bekerja. Pada kelompok umur tua, 25 persen responden memiliki keterampilan rendah dan sisanya 75 persen memiliki keterampilan tinggi dalam bekerja. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan
70
bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara umur dengan tingkat keterampilan. Sebanyak 25 responden (80 persen) dari 30 responden memiliki keterampilan yang tinggi dalam bekerja. Hal ini memperlihatkan bahwa semakin tua umur responden tidak berarti semakin terampil dalam bekerja. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Umur dengan Pendapatan Umur
Pendapatan Rendah
Sedang
Total Tinggi
Muda
2 (100)
0 (0)
0 (0)
2 (100)
Dewasa
17 (85)
2 (10)
1 (5)
20 (100)
Tua
3 (37,5)
2 (25)
3 (37,5)
8 (100)
Ket: Approx. Sig = 0,007
Sebesar 100 persen responden dari kelompok umur muda memiliki pendapatan rendah. Pada kelompok umur dewasa dan tua mempunyai pendapatan yang beragam yaitu 85 persen responden kelompok umur dewasa mempunyai pendapatan rendah, 10 persen berpendapatan sedang, dan sisanya yaitu 5 persen mempunyai pendapatan tinggi. Sedangkan pada kelompok umur tua, 37,5 persen responden mempunyai pendapatan rendah dan tinggi serta 25 persen responden mempunyai pendapatan sedang. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara umur dengan tingkat pendapatan. Pendapatan karyawan PT. XYZ mengalami kenaikan setiap tahunnya. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa responden atau karyawan yang sudah tua telah mengalami peningkatan pendapatan lebih banyak dari pada karyawan yang masih muda.
7.1.1.2 Tingkat Pendidikan Pada penelitian ini tingkat pendidikan responden dikelompokkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan (Ho). Uji hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
71
pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, keterampilan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan, Keterampilan, dan Pendapatan Approx. Sig.
Keterangan
Pengetahuan
1,000
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan
1,000
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan
0,049
Ho. ditolak (ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx. Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan karyawan PT. XYZ tidak berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Tingkat pendidikan hanya mempunyai hubungan nyata dengan pendapatan. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan dijelaskan dalam tabel-tabel hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang. Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Tingkat Pendidikan
Pengetahuan Rendah
Total Tinggi
Rendah
1 (25)
3 (75)
4 (100)
Sedang
2 (9,1)
20 (90,9)
22 (100)
Tinggi
1 (25)
3 (75)
4 (100)
Ket:Approx. Sig = 1,000.
Secara keseluruhan, responden yaitu karyawan PT. XYZ mempunyai tingkat pengetahuan tinggi walaupun mereka termasuk dalam kelompok tingkat pendidikan yang berbeda. Pada kelompok tingkat pendidikan rendah dan tinggi, 25 persen responden pada masing-masing kelompok mempunyai tingkat pengetahuan rendah dan sisanya 25 persen memiliki pengetahuan tinggi. Sedangkan pada kelompok tingkat pendidikan rendah hanya 2 orang atau sebesar 9,1 persen responden memiliki tingkat pengetahuan rendah. Sisanya yaitu 90,9 persen
72
memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan.
Artinya,
semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
tidak
berarti
meningkatkan pengetahuan responden mengenai pekerjaannya. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Keterampilan Tingkat Pendidikan
Keterampilan Rendah
Total Tinggi
Rendah
0 (0)
4 (100)
4 (100)
Sedang
6 (27,27)
16 (72,73)
22 (100)
Tinggi
0 (0)
4 (100)
4 (100)
Ket:Approx. Sig = 1,000.
Tabel 13 menunjukkan bahwa 24 (80 %) orang dari 30 orang responden memiliki keterampilan yang tinggi dalam bekerja. Secara detail dapat terlihat bahwa seluruh responden dengan tingkat pendidikan rendah dan tinggi memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Responden dengan tingkat pendidikan sedang 27,27 persennya memiliki tingkat keterampilan rendah dan 72,73 persen memiliki tingkat keterampilan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat keterampilan.
Artinya,
semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
tidak berarti
meningkatkan keterampilan responden dalam bekerja. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan Tingkat Pendidikan
Pendapatan Rendah
Sedang
Total Tinggi
Rendah
3 (75)
1 (25)
0 (0)
4 (100)
Sedang
18 (81,82)
2 (9,09)
2 (9,09)
22 (100)
Tinggi
1 (25)
1 (25)
2 (50)
4 (100)
Ket:Approx. Sig = 0,049.
Tabel 14 menunjukkan responden dengan tingkat pendidikan rendah memiliki tingkat pendapatan yang berbeda, yaitu 75 persen memiliki pendapatan rendah dan 1 persen memiliki pendapatan sedang. Pada responden dengan tingkat pendidikan sedang, 81,82 persen responden memiliki tingkat pendapatan rendah
73
dan masing-masing 9,09 persen responden memiliki tingkat pendapatan sedang dan tinggi. Sementara itu, responden dengan tingkat pendidikan tinggi masingmasing 25 persennya memiliki tingkat pendapatan rendah dan sedang. Sisanya yaitu sebesar 50 persen memiliki tingkat pendapatan tinggi. Hasil uji CrosstabsChi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat pendapatan. Pada awal masuk kerja, pendidikan terakhir menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya gaji awal. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka gaji yang akan didapatkannya akan semakin tinggi pula. Hal ini didukung dari pernyataan salah satu informan.
“…Pasti, pendidikan terakhir berpengaruh sama pendapatan dia. Berhubungan sama gaji awalnya juga ” …”(Ibu Sumarsih, Staff HRD PT. XYZ).
7.1.1.3 Lama Bekerja Lama bekerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan. Lama bekerja yaitu tahun yang sudah dilewati oleh responden untuk bekerja pada PT. XYZ. Pada penelitian ini lama bekerja dikelompokkan menjadi tiga, yaitu baru, sedang, dan lama. Diduga terdapat hubungan antara lama bekerja responden dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan (Ho). Uji hubungan antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Hubungan antara lama bekerja dengan pengetahuan, keterampilan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 15.
74
Tabel 15. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Lama Bekerja dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan Approx. Sig.
Keterangan
Pengetahuan
0,155
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan
0,354
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan
0,002
Ho. ditolak (ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx.Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15 for windows dengan model uji Crosstabs-Chi Square didapatkan hasil bahwa lama bekerja karyawan PT. XYZ tidak berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Lama bekerja hanya mempunyai hubungan nyata dengan pendapatan. Hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan dijelaskan dalam tabel-tabel hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja dengan Pengetahuan Lama Bekerja
Pengetahuan Rendah
Baru Sedang Lama
Total Tinggi
3 (23,08)
10 (76,92)
13 (100)
1 (9,1)
10 (90,9)
11 (100)
0 (0)
6 (100)
6 (100)
Ket:Approx. Sig = 0,155.
Tabel 16 menyajikan jumlah dan presentase responden menurut lama bekerja dengan pengetahuan. Sebanyak 23,08 persen responden yang termasuk dalam kategori baru untuk aspek lama bekerja memiliki pengetahuan rendah dan 76,92 persen lainnya dalam kategori ini memiliki pengetahuan tinggi. Sebanyak 9,1 persen responden yang termasuk dalam kategori sedang untuk aspek lama bekerja memiliki pengetahuan rendah dan 90,9 persen lainnya dalam kategori ini memiliki pengetahuan tinggi. Sementara itu, sebanyak 100 persen responden yang berasal dari kategori lama untuk aspek lama bekerja persen memiliki pengetahuan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara lama bekerja dengan tingkat pengetahuan. Artinya, semakin lama
75
responden bekerja (dalam satuan tahun) tidak berarti meningkatkan pengetahuan responden mengenai pekerjaannya. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja dengan Keterampilan Lama Bekerja
Keterampilan Rendah
Total Tinggi
Baru
3 (23,08)
10 (76,92)
13 (100)
Sedang
3 (27,27)
8 (72,73)
11 (100)
0 (0)
6 (100)
6 (100)
Lama Ket:Approx. Sig = 0,354.
Tabel 17 menyajikan jumlah dan presentase responden menurut lama bekerja dengan keterampilan. Sebanyak 23,08 persen responden yang termasuk dalam kategori baru untuk aspek lama bekerja memiliki keterampilan rendah dan 76,92 persen lainnya dalam kategori ini memiliki keterampilan tinggi. Sebanyak 27,27 persen responden yang termasuk dalam kategori sedang untuk aspek lama bekerja memiliki keterampilan rendah dan 72,73 persen lainnya dalam kategori ini memiliki keterampilan tinggi. Sementara itu, sebanyak 100 persen responden yang berasal dari kategori lama untuk aspek lama bekerja persen memiliki keterampilan tinggi. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Lama Bekerja dengan Pendapatan Lama Bekerja
Pendapatan Rendah
Baru
Sedang
Total Tinggi
12 (92,31)
1 (7,69)
0 (0)
13 (100)
Sedang
8 (72,73)
2 (18,18)
1 (9,09)
11 (100)
Lama
2 (33,33)
1 (16,67)
3 (50)
6 (100)
Ket:Approx. Sig = 0,002.
Tabel 18 menyajikan jumlah dan presentase responden menurut lama bekerja dengan pendapatan. Sebanyak 92,31 persen responden yang termasuk dalam kategori baru untuk aspek lama bekerja memiliki pendapatan rendah dan 7,69 persen lainnya dalam kategori ini memiliki pendapatan tinggi. Sebanyak 72,73 persen responden yang termasuk dalam kategori sedang untuk aspek lama bekerja memiliki pendapatan rendah, 18,18 persen responden memiliki pendapatan
76
sedang dan 9,09 persen lainnya dalam kategori ini memiliki pendapatan tinggi. Sebanyak 23,33 persen responden yang berasal dari kategori lama untuk aspek lama bekerja memiliki pendapatan rendah, 16,67 persen memiliki pendapatan sedang dan 50 persen memiliki pendapatan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara lama bekerja dengan tingkat pendapatan. Setiap tahun, karyawan PT XYZ akan mendapatkan kenaikan gaji dan diasumsikan bahwa karyawan yang sudah lama bekerja telah mengalami beberapa kali kenaikan gaji. Pada departemen tertentu, karyawan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan yang diperoleh dari lembur.
“…Setiap tahun pasti ada kenaikan gaji. Besarnya berbeda-beda tergantung dari karyawan yang bersangkutan. Tergantung dari kinerjanya juga sih…”(Ibu Sumarsih, Staff HRD PT. XYZ).
7.1.1.4 Keikutsertaan dalam Pelatihan Pada penelitian ini, keikutsertaan dalam pelatihan didefinisikan sebagai ikutsertanya responden dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA. Diduga terdapat hubungan antara keikutsertaan responden dalam pelatihan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan (Ho). Uji hubungan antara keikutsertaan dalam pelatihan dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan dilakukan dengan tabulasi silang dan analisis Crosstabs-Chi Square. Pengambilan keputusan berdasarkan Approx. Sig., jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Hubungan antara keikutsertaan responden dalam pelatihan dengan pengetahuan, keterampilan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 19.
77
Tabel 19. Hasil Analisis Crosstabs-Chi Square Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan, Keterampilan dan Pendapatan Approx. Sig.
Keterangan
Pengetahuan
0, 138
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Keterampilan
1,000
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Pendapatan
0, 110
Ho. diterima (tidak ada hubungan)
Ket: Ho ditolak jika Approx.Sig.< 0,05
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 15 for windows dengan model uji Crosstabs-Chi Square didapatkan hasil bahwa keikutsertaan karyawan PT. XYZ pada pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA tidak berhubungan nyata dengan pengetahuan, keterampilan yang mereka miliki,
serta
pendapatan.
Hubungan
antara
tingkat
pendapatan
dengan
pengetahuan, keterampilan, dan pendapatan akan dijelaskan dalam tabel-tabel hubungan antar variabel dalam bentuk tabulasi silang. Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Pengetahuan Keikutsertaan dalam Pelatihan Ya Tidak
Pengetahuan Rendah
Total Tinggi
0 (0)
10 (100)
10 (100)
4 (20)
16 (80)
20 (100)
Ket:Approx. Sig =.0, 138
Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa sebagian besar dari responden memiliki pengetahuan tinggi, baik yang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan YDBA maupun yang tidak. Responden yang mengikuti pelatihan dari YDBA seluruhnya memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Sementara itu, sebanyak 80 persen responden yang tidak mengikuti pelatihan tersebut memiliki pengetahuan tinggi dan 20 persen lainnya memiliki pengetahuan rendah. Hasil uji CrosstabsChi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara keikutsertaan responden dalam pelatihan yang diselenggarakan YDBA dengan tingkat pengetahuan. Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 20 menunjukkan bahwa 100 persen responden yang mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA memiliki pengetahuan yang tinggi, sedangkan pada responden yang tidak mengikuti pelatihan masih ada yang memiliki pengetahuan rendah.
78
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa pengetahuan tidak hanya didapatkan dari pelatihan yang diselenggarakan YDBA. Tingginya tingkat pengetahuan responden juga dipengaruhi oleh adanya transfer pengetahuan diantara karyawan. Diantara para karyawan terdapat difusi pengetahuan. Namun pada dasarnya, adanya pelatihan sangat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan karena pelatihan merupakan salah satu sumber pengetahuan. Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Keterampilan Keikutsertaan dalam Pelatihan
Keterampilan Rendah
Total Tinggi
Ya
2 (20)
8 (80)
10 (100)
Tidak
4 (20)
16 (80)
20 (100)
Ket:Approx. Sig = 1,000
Terdapat 20 persen dari sepuluh responden yang mengikuti pelatihan memiliki keterampilan rendah dan 80 persen memiliki keterampilan tinggi. Sementara itu, 20 persen responden yang tidak mengikuti pelatihan juga memiliki keterampilan yang rendah dalam bekerja dan 80 persen lainnya memiliki keterampilan tinggi dalam bekerja. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara keikutsertaan responden dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA dengan tingkat keterampilan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa keterampilan didapatkan bukan hanya dari pelatihan saja tetapi juga berasal dari sesama karyawan dan dari pengalaman selama bekerja. Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Keikutsertaan dalam Pelatihan dengan Pendapatan Keikutsertaan dalam Pelatihan Ya Tidak
Pendapatan Rendah
Sedang
Total Tinggi
5 (50)
3 (30)
2 (20)
10 (100)
17 (85)
1 (5)
2 (10)
20 (100)
Ket:Approx. Sig = 0, 110.
Terdapat 50 persen dari sepuluh responden yang mengikuti pelatihan memiliki pendapatan rendah, 30 persen memiliki pendapatan sedang, dan 20 persen memiliki pendapatan tinggi. Pendapatan responden yang tidak mengikuti
79
pelatihan juga memiliki keragaman, yaitu sebanyak 85 persen responden memiliki pendapatan rendah, 5 persen memiliki pendapatan sedang, dan 10 persen responden memiliki pendapatan tinggi. Hasil uji Crosstabs-Chi Square menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara keikutsertaan responden dalam pelatihan yang diselenggarakan YDBA dengan tingkat pendapatan. Hal ini didukung secara kualitatif melalui pernyataan dari seorang informan berikut ini.
“…Pendapatan tiap karyawan memang tidak dipengaruhi langsung oleh ikut tidaknya dia dalam pelatihan apapun, tetapi dipengaruhi oleh kinerjanya. Hubungan keduanya memang tidak nyata. Tapi pada dasarnya adanya pelatihan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan dalam bekerja yang nantinya dapat meningkatkan kinerja dia sehingga dapat pula meningkatkan persentase kenaikan gaji mereka…”(Bapak Hry, General Manager PT. XYZ).
7.2 Manfaat Kegiatan Pembinaan dalam Perluasan Pasar, Peningkatan Daya Kompetitif antar UMKM binaan, serta Kegiatan Pemberdayaan Lanjutan Bagi Masyarakat Sekitar 7.2.1 Perluasan Pasar Salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah dalam hal pemasaran. Bentuk kegiatan yang dilakukan juga beragam. Salah satunya adalah dengan menjadi perantara antara konsumen dengan UMKM binaannya. Selain itu, YDBA juga mengikutsertakan UMKM binaannya dalam beberapa pameran baik yang berskala nasional maupun internasional. Keikutsertaan UMKM binaan YDBA termasuk PT. XYZ dalam Pameran Indonesian Motor Show yang diselenggarakan setiap tahun, dapat memberikan kesempatan pada UMKM untuk mempromosikan produknya kepada para pengunjung. Tidak menutup kemungkinan dengan keikutsertaan UMKM pada pameran tersebut akan mempengaruhi peningkatan produksi dan perluasan pasar, bahkan sampai pada pasar internasional. Perluasan pasar tersebut juga dapat terwujud dengan mengikutsertakan UMKM binaan pada kegiatan studi banding ke luar negeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh seorang informan berikut ini.
80
“…YDBA sering mengajak PT. XYZ untuk ikut pameran-pameran. Keikutsertaan pada pameran-pameran tersebut juga bisa menjadi cara untuk mendapatkan pasar baru karena kita seringkali bertemu dengan calon customers. Tapi ya kita emang harus aktif juga mencari pembeli baru untuk memperluas pasar…” (Bapak Hry, General Manager PT. XYZ).
7.2.2 Peningkatan Daya Kompetitif antar UMKM binaan UMKM yang menjadi binaan dari YDBA terdiri dari beberapa jenis dengan skala yang beragam. Bagi PT. XYZ, salah satu manfaat yang didapat dari kegiatan pembinaan adalah mengetahui pangsa pasar dari produk yang dihasilkan serta pesaing-pesaing dari usahanya. Selain itu melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan terutama pelatihan, PT. XYZ dapat mengetahui selera konsumen. Adanya pengetahuan tersebut juga dapat digunakan untuk memprediksi posisi PT. XYZ dalam pasar dan para pesaingnya serta strategi bisnis yang digunakan dalam pemasaran produk, seperti halnya yang diungkapkan oleh seorang informan berikut ini.
“…Dari pelatihan akhirnya kita juga tahu standar produk yang bagus,paling nggak sesuai sama standar Astra dan punya nilai jual tinggi juga…”(Bapak Spy, peserta Pelatihan Teknologi Press Dies II).
YDBA juga sering menyelenggarakan silaturahmi dan Seminar UMKM. Acara ini dimanfaatkan oleh UMKM terkait untuk saling berdialog sambil membahas perkembangan dan peluang bisnis serta update informasi mengenai kondisi dan situasi bisnis saat ini. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang informan berikut.
“…Persaingan bisnis pasti ada, tapi ya tetap harus bersih. YDBA juga sering mempertemukan UKM binaannya dalam beberapa acara. Dari pertemuan itu kita juga saling bertukar informasi antar UKM binaan…”(Bapak Hry, General Manager PT. XYZ).
81
7.2.3 Kegiatan Pemberdayaan Lanjutan Bagi Masyarakat Sekitar YDBA mengkhususkan kegiatannya pada pembinaan UMKM, baik UMKM yang terkait dengan bisnis Astra ataupun tidak. Manfaat pembinaan dalam kegiatan pemberdayaan lanjutan bagi masyarakat sekitar khususnya PT. XYZ tidak terlalu terlihat. Hal ini disebabkan usaha yang dilakukan oleh PT. XYZ mengharuskan adanya keterampilan khusus karena PT. XYZ merupakan produsen dies dan komponen kendaraan bermotor lainnya. Bentuk pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT. XYZ bagi masyarakat sekitar adalah dengan merekrut masyarakat sekitar untuk bekerja di PT. XYZ. Namun, jumlahnya masih sedikit karena masyarakat tersebut seringkali tidak memenuhi standar karyawan. Biasanya, PT. XYZ juga berkoordinasi dengan Kepala Desa setempat. Hal ini didukung oleh pernyataan seorang informan berikut.
“…Dari keseluruhan karyawan, cuma tiga puluh persen dari masyarakat aja yang bisa jadi karyawan di sini. Kan kita juga punya standar calon karyawan yang memang harus dipenuhi…”(Bapak Spy, peserta Pelatihan Teknologi Press Dies II).
Sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat sekitar, PT. XYZ memberikan bantuan dana kepada masyarakat sekitar untuk membangun jalan serta masjid. Kegaitan tersebut dilakukan setiap tahun sebagai tindak lanjut dari proposal yang masuk ke PT. XYZ
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan Penerapan CSR oleh PT. Astra Internasional Tbk. dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Kegiatan CSR yang langsung dilakukan oleh PT. Astra Internasional Tbk. antara lain Program Sunter Nusa Dua dan bantuan bagi korban bencana alam. Kegiatan CSR yang tidak langsung dilakukan antara lain dilakukan melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). YDBA merupakan sebuah yayasan yang didirikan PT. Astra Internasional Tbk. untuk melakukan pembinaan kepada sejumlah UMKM yang ada di Indonesia. Program pembinaan UMKM yang dilakukan YDBA telah berbasis pemberdayaan masyarakat. Secara keseluruhan, jika diidentifikasi dengan menggunakan delapan instrumen pemberdayaan Verhagen, masing-masing instrumen menunjukkan bahwa program pembinaan UMKM yang dilakukan memiliki tingkat pemberdayaan yang tinggi. Kekurangannya adalah pada pengembangan gerakan dan perluasan proses. Pada proses ini peran UMKM juga diperlukan. Namun, PT. XYZ yang merupakan salah satu UMKM binaan kurang dapat menerapkan pemberdayaan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk lanjutan program pembinaan. Hal ini disebabkan ketidaksesuaian jenis usaha yang dijalankan oleh PT. XYZ, yaitu membuat metal part kendaraan bermotor dengan masyarakat sekitar. Jenis usaha ini memerlukan sumberdaya dan keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh masyarakat. Manfaat program pembinaan UMKM yang dilakukan YDBA pada PT. XYZ meliputi peningkatan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Telah terjadi proses penyebaran pengetahuan dan keterampilan dari karyawan yang mengikuti pelatihan kepada karyawan lain yang tidak mengikuti pelatihan sehingga program pembiaan bermanfaat juga bagi karyawan yang tidak mengikuti pelatihan. Manfaat lain dari program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA pada PT. XYZ adalah 1) karyawan PT. XYZ mengetahui standar mutu yang
83
diharapkan oleh konsumen, 2) PT. XYZ mempunyai kesempatan memperluas pasar dengan mengikuti beberapa pameran atas ajakan YDBA baik yang berskala nasional maupun internasional, 3) PT. XYZ dapat meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan usaha.
8.2 Saran Program pembinaan UMKM yang dilakukan oleh YDBA sudah terarah dan terorganisir, namun YDBA masih perlu memperbaiki dan meningkatkan kinerja program terutama dengan menambah jumlah Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada di daerah. Hal ini disebabkan masih banyak UMKM yang berada di daerah yang mengalami permasalahan baik dalam pelaksanaan usaha maupun pendanaan dan memerlukan kegiatan pembinaan. Bila mengacu pada hasil analisis terhadap pemberdayaan masyarakat, YDBA diharapkan dapat melakukan perbaikan pada beberapa hal. Misalnya, pada identifikasi calon mitra UMKM. Kriteria dari calon UMKM sebaiknya ditetapkan bersama dan didiskusikan dengan UMKM calon binaan. Selanjutnya, YDBA juga perlu melakukan pendampingan secara intensif kepada UMKM binaannya dalam pelaksanaan usaha secara keseluruhan, salah satunya adalah dengan melakukan pendampingan dalam kegiatan administrasi atau pembukuan. YDBA juga perlu melakukan diskusi-diskusi yang rutin dilaksanakan baik untuk membahas permasalahan yang ada dalam kegitan usaha, memberikan masukan pemecahan masalah, maupun hanya sekedar membicarakan kemajuan usaha dan bertukar informasi. Selain itu, YDBA perlu memotivasi seluruh UMKM binaannya untuk turut serta dalam usaha pemberdayaan masyarakat sekitar. Pada aspek pelaksanaan pelatihan, YDBA diharapkan dapat meningkatkan kuota peserta pelatihan. Peningkatan jumlah tersebut diharapkan akan menambah pula jumlah anggota UMKM yang mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya akan berguna bagi pengembangan usahanya
84
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. As’ari, Avira Amelia. 2009. Evaluasi Program Gerakan Sanitasi Total SaSukabumi (Gesit Sabumi) Dusun Ciseke, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI). 2001. Pola Pembinaan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi Dalam Rangka OtonomiDaerah.http://www.apkasi.or.id/modules.php?name=News&file= article&sid=109 diakses tanggal 28 Desember 2009 pukul 13.15 Budimanta, Arif et al. 2008. Corporate Sosial Responsibility Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD. Fauziah, Nur Rahmah. 2007. Evaluasi Program Pendampingan Kelompok Tani Oleh LSM Pada Usaha Tani Sayuran Organik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Hardinsyah. 2008.Pandangan Tentang Tanggung jawab Sosial Dan Lingkungan Dalam Pasal 74 Undang Undang Perseroan Terbatas 2007. http://hardinsyah.com/?p=15 diakses tanggal 27 Oktober 2009 pukul 10.15 Iqbal, Norpriandi M. dan Oop Sopyan. 2009. ”Corporate Social Responsibility”. http://operedzone.wordpress.com/2009/01/21/corporate-socialcesponsibility-csr/ diakses tanggal 9 November 2009 pukul 16.45 Musa, Safuri. 2005. Evalusi Program Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Y-Pin Indonesia. Nasdian, Fredian Tonny. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Bogor: Bagian Sosiologi pedesaan dan Pengembangan Masyarakat Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor Pangkaurian, Nurina. 2008. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial PT Jamsostek Persero (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed Oleh PT Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soedjono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah Dan Koperasi:Jakarta Saidi, Zaim et al. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaa: Profil dan Pola Distibusinya di Indonesia Survei 226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta: Piramedia. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.
85
Sukada, Sonny et.al. 2007. CSR for Better Life Indonesian Content, Membumikan Bisnis Berkelanjutan: Memahami Konsep dan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Indonesian Business Link. Sulisto, Suryo B. 2005. “Peran UKM Sangat Besar dalam Selamatkan Perekonomian Bangsa”. http://www.kapanlagi.com/h/0000061409.html diakses tanggal 9 November 2009 pukul 17.05 Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Data Karakteristik Responden Nores
Nama
1 Smrsh 2 Ydr 3 Ekp 4 Nwn 5 Srn 6 Spy 7 Cyd 8 Msl 9 Ads 10 Armn 11 Rndi 12 Ysn 13 Adks 14 Abdr 15 Arfh 16 Nfrn 17 Iskd 18 Amrh 19 Jnm 20 Why 21 Jka 22 Hri 23 Sdry 24 Hdr 25 Mrts 26 Jnla 27 Nrhy 28 Ynt 29 Trm 30 Ahms
Jenis_kelamin Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Laki-Laki Perempuan Perempuan Laki-Laki Laki-Laki
Umur (tahun) 23 20 25 31 37 29 24 38 29 35 21 32 23 27 29 23 30 29 34 28 23 23 20 27 30 23 28 22 24 34
Tingkat_pendidikan Lama bekerja Keikutsertaan (tahun) _Pelatihan SMK 2.8 ya D3 0.4 ya SMK 6 ya SMA 4 ya SMA 10 ya SMK 4.5 ya SMK 5 ya SMP 8 ya STM 4 ya D3 9 ya SMA 2 Tidak SMEA 6 Tidak SMA 2 Tidak SMK 2 Tidak STM 3.3 Tidak SMK 3.6 Tidak D3 5 Tidak SMA 6.3 Tidak SMA 9 Tidak D3 3.8 Tidak SMK 3.5 Tidak SMK 2.5 Tidak SMK 1 Tidak SMK 5.5 Tidak SMP 2.4 Tidak SD 4.6 Tidak SMP 10 Tidak SMA 2.7 Tidak SMA 5 Tidak STM 8 Tidak
88
Lampiran 2. Kriteria Aspek Pemberdayaan No 1
2
Aspek Pemberdayaan Identifikasi kelompok sasaran
Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris
Kriteria yang Diamati
Skor
Tidak ada kriteria bagi calon UMKM binaan Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBA. Kriteria calon mitra UMKM ditetapkan oleh YDBA dan UMKM dengan melakukan diskusi sebelumnya Keikutsertaan UMKM sebagai binaan sepenuhnya atas ajakan YDBA Keikutsertaan UMKM sebagai binaan sepenuhnya merupakan saran dari Grup Astra Keikutsertaan UMKM sebagai binaan merupakan usaha dari UMKM yang bersangkutan, walaupun masih terdapat campur tangan beberapa pihak contohnya rekomendasi dari Grup Astra pada UMKM calon binaan. Keikutsertaan UMKM sebagai binaan sepenuhnya merupakan usaha dari UMKM yang bersangkutan Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan ditentukan oleh YDBA Keikutsertaan anggota UMKM dalam pelatihan ditentukan oleh UMKM yang bersangkutan.
Skor: 0 Skor: 20 Skor: 30
Identifikasi masalah dilakukan oleh YDBA Identifikasi masalah dilakukan oleh UMKM Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKM dengan adanya masukan dari YDBA. Identifikasi masalah UMKM dilakukan oleh UMKM dengan didampingi YDBA. Penetapan masalah dilakukan oleh YDBA Penetapan masalah dilakukan oleh UMKM tanpa ada pendampingan Penetapan masalah UMKM ditentukan bersama dengan YDBA pada awal keanggotaan. YDBA lebih dominan. Penetapan masalah UMKM ditentukan bersama oleh UMKM yang bersangkutan dan YDBA pada awal keanggotaan Tidak ada diskusi terhadap permasalahan UMKM Diskusi mengenai permasalahan dilakukan oleh UMKM dan YDBA, namun sebelumnya UMKM telah melakukan identifikasi masalah. Diskusi bersifat umum dan dilakukan pada awal keanggotaan.
Skor: 10 Skor: 15 Skor: 20
Skor: 10 Skor: 20 Skor: 25
Skor: 30 Skor: 20 Skor: 40
Skor: 25 Skor: 10 Skor: 15 Skor: 20
Skor: 25
Skor: 10 Skor: 20
89
3
4
Pendidikan dan pelatihan timbal balik
Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang
Diskusi mengenai permasalahan dilakukan oleh UMKM dan YDBA secara mendetail dan dapat dilakukan selama kegiatan tersebut diperlukan Alternatif pemecahan masalah dilakukan sepenuhnya oleh YDBA Alternatif pemecahan masalah dilakukan sepenuhnya oleh UMKM tanpa adanya pendampingan Alternatif pemecahan masalah dilakukan oleh UMKM dan YDBA, tetapi YDBA lebih dominan Alternatif pemecahan masalah dilakukan bersamasama antara UMKM dan YDBA.
Skor: 25
Materi dan jenis pelatihan ditentukan oleh YDBA, UMKM tidak boleh meminta pelatihan Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKM dapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentu namun pada tahap pelaksanannya terdapat kuota peserta yang ditetapkan YDBA. Materi Pelatihan disediakan oleh YDBA dan UMKM dapat merekomendasikan jenis pelatihan tertentu sesuai dengan kebutuhannya. Tidak ada proses tanya jawab selama pelatihan Adanya proses tanya jawab selama pelatihan Tidak ada transfer pengetahuan dan keterampilan saat pelatihan Ada transfer pengetahuan dan keterampilan namun hanya dari pelatih kepada peserta Adanya transfer pengetahuan dan keterampilan selama pelatihan, walaupun porsinya tidak seimbang antara peserta dengan pelatih. Adanya kegiatan transfer pengetahuan dan keterampilan yang diusahakan seimbang selama pelatihan antara pelatih dengan peserta pelatihan
Skor: 0
Penilaian UMKM dilakukan sepenuhnya oleh YDBA
Skor: 0
Penilaian UMKM dilakukan sepenuhnya oleh UMKM tanpa adanya pendampingan dari YDBA Penilaian potensi UMKM dilakukan oleh UMKM dan YDBA, YDBA dominan. Penilaian potensi ini dilakukan pada saat YDBA melaksanakan kunjungan pada UMKM yang mengajukan surat atau proposal pembinaan. Penilaian potensi UMKM dilakukan bersama-sama oleh UMKM dan YDBA.
Skor: 15
Skor: 0 Skor: 15 Skor: 20 Skor: 25
Skor: 20
Skor: 25
Skor: 0 Skor: 50 Skor: 0 Skor: 10 Skor: 20
Skor: 25
Skor: 20
Skor: 25
90
5
6
Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan
Pengembangan gerakan dan perluasan proses
YDBA tidak memberikan kemudahan sama sekali bagi UMKM untuk mendapatkan sumberdaya YDBA memberikan kemudahan bagi UMKM untuk mendapatkan sumberdaya UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanya namun masih sepenuhnya bergantung dengan YDBA UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanya sendiri walaupun kadang-kadang masih bergantung pada YDBA. UMKM dapat mencukupi kebutuhan sumberdayanya sendiri YDBA dan UMKM tidak pernah melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan secara menyeluruh dan dilakukan pada awal kegiatan pembinaan. YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan tetapi waktunya tidak tentu YDBA dan UMKM melakukan diskusi tentang manajemen dan pembukuan secara detail dan kontinu.
Skor: 10
YDBA tidak memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan YDBA memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan pada awal kegiatan pembinaan tanpa melakukan pendampingan dan pengawasan. YDBA memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan di awal, namun kadang-kadang melakukan pendampingan dan pengawasan. YDBA memberikan pelatihan dan keterampilan pembukuan serta mengadakan pendampingan serta pengawasan.
Skor: 10
YDBA tidak memberikan informasi program pembinaan sama sekali Informasi program pembinaan UMKM hanya ada di berikan kepada Grup Astra Informasi program pembinaan UMKM masih terbatas hanya pada website dan melalui rekomendasi Grup Astra YDBA memberikan informasi program pembinaan kepada UMKM melalui berbagai pihak tanpa memerlemah keswadayaan UMKM.
Skor: 0
Skor: 30 Skor: 0 Skor: 35
Skor: 40 Skor: 10 Skor: 30
Skor: 40
Skor: 50
Skor: 30
Skor: 40
Skor: 50
Skor: 10 Skor: 35
Skor: 50
91
7
8
Pengembangan jaringan dengan pihak ketiga
Evaluasi terusmenerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik
UMKM tidak melakukan pemberdayaan kepada pihak lain YDBA tidak pernah menyarankan UMKM untuk melakukan pemberdayaan lanjutan kepada pihak lain Pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dan atau UMKM lainnya tidak bisa selalu dilakukan oleh UMKM karena beberapa kendala. YDBA melatih dan meningkatkan kesadaran UMKM binaannya untuk dapat melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat sekitar dan atau UMKM lainnya.
Skor: 0
YDBA tidak bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pembinaan dan pelatihan YDBA hanya bekerjasama dengan Grup Astra dalam pembinaan dan pelatihan. YDBA bekerjasama dengan pihak ketiga dalam pembinaan dan pelatihan. YDBA tidak pernah memberikan rekomendasi pihak ketiga oleh untuk memperluasan usaha misalnya adanya fasilitasi peminjaman modal kepada lembagalembaga keuangan. YDBA memberikan rekomendasi pihak ketiga oleh untuk memperluasan usaha misalnya adanya fasilitasi peminjaman modal kepada lembaga-lembaga keuangan. UMKM tidak dapat memperluas usaha dengan pihak ketiga UMKM dapat memperluas usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga terutama yang direkomendasikan YDBA. UMKM dapat memperluas usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga walaupun bukan atas direkomendasikan YDBA UMKM dapat merluas usaha melalui kerjasama dengan pihak ketiga baik yang direkomendasikan YDBA maupun hasil usaha UMKM sendiri.
Skor: 0
YDBA tidak pernah melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap UMKM binaannya YDBA melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap UMKM binaannya secara menyeluruh. YDBA melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap UMKM binaannya secara mendetail. YDBA tidak pernah melakukan evaluasi terhadap UMKM binaannya
Skor: 10
Skor: 10 Skor: 25
Skor: 50
Skor: 20 Skor: 40 Skor: 10
Skor: 30
Skor: 10 Skor: 20
Skor: 25
Skor: 30
Skor: 20 Skor: 30 Skor: 10
92
YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKM binaannya secara menyeluruh. YDBA melakukan evaluasi terhadap UMKM binaannya secara mendetail. YDBA dan UMKM tidak pernah mendiskusikan hasil pemantauan dan evaluasi YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauan dan hasil evaluasi, namun belum kontinu dan sifatnya menyeluruh YDBA dan UMKM mendiskusikan hasil pemantauan dan hasil evaluasi namun secara kontinu dan mendetail
Skor: 20 Skor: 30 Skor: 10 Skor: 30
Skor: 40
93
Lampiran 3. Hasil Wawancara Hari/Tanggal Narasumber Lokasi Waktu `
: Kamis, 28 Januari 2010 : Bapak Hry : PT. XYZ : 10.00-12.30
Bapak Hry merupakan General Manager dari PT. XYZ. PT. XYZ merupakan perusahaan yang sangat memperhatikan kualitas dari produk yang mereka hasilkan. Setiap pagi mulai pukul 09.00-10.00 para karyawan melakukan meeting Asakai yaitu rapat koordinasi antar departemen dengan agenda pelaporan permasalahan dan target dalam produksi beserta solusinya. PT. XYZmerupakan salah satu UKM binaan dari YDBA. Menurut keterangan beliau, peran Yayasan Dharma Bhakti astra cukup besar dalam pengembangan usaha PT. XYZ. Salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang ditujukan bagi para karyawan PT. XYZ. Keikutsertaan PT. XYZ dalam pelatihan-pelatihan tersebut nantinya diharapkan akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang akan memperluas usaha. Selain mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Yayasan Dharma Bhakti Astra, PT. XYZ juga mengikuti beberapa pelatihan yang diadakan oleh pihak selain dari pihak YDBA. PT. XYZ juga secara mandiri mengadakan pelatihan bagi karyawannya. Adanya pelatihan-pelatihan tersebut secara langsung dapat meningkatkan pengetahuan dari para karyawan. Adanya pelatihan-pelatihan tersebut juga berpengaruh pada peningkatan pendapatan walaupun tidak secara langsung. Peningkatan pendapatan dari PT. XYZ diperoleh dari adanya pertambahan penjualan produk. Sedangkan peningkatan pendapatan dari karyawan memang rutin dan besar persentase kenaikan tersebut juga dipengaruhi oleh hasil kerja dari masing-masing karyawan. Adanya pelatihan mempunyai andil dalam kegiatan kerja karyawan yang juga akan berpengaruh pada hasil kerja mereka.
94
Hari/Tanggal Narasumber Lokasi Waktu
: Senin, 1 Februari 2010 dan Kamis, 4 Februari 2010 : Ibu Smrsh : PT. XYZ : 13.00-15.00
Ibu Arsih merupakan salah satu karyawan Departemen HRD PT. XYZ. Beliau adalah lulusan SMK dan mulai bekerja di PT. XYZsejak April 2007. Tugas beliau adalah menangani pelatihan-pelatihan yang akan diadakan oleh PT. XYZ maupun yang akan diikuti oleh PT. NKP. PT. XYZ telah mengikuti beberapa pelatihan yang ditujukan bagi karyawannya baik yang diselenggarakan oleh YDBA maupun pihak lain. PT. XYZ juga pernah mengadakan pelatihan bagi para karyawan dengan narasumber yang berasal dari dalam (dari pihak PT. XYZ sendiri) maupun mengundang narasumber dari luar. Sebagai salah satu UKM binaan dari YDBA, PT. XYZ mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan akses informasi pelatihan yang diadakan oleh YDBA. PT. XYZ juga meminta plan training kepada YDBA, namun lebih sering informasi tentang pelatihan tersebut didapatkan langsung dari YDBA. Pada tahun 2009 sendiri, PT. XYZ mengikuti 5 pelatihan yang diadakan oleh YDBA. Setiap jenis pelatihan PT. XYZ mengirimkan 2 orang karyawan yang dipilih oleh atasan mereka masing-masing. Jenis pelatihan yang diikuti tergantung dari kebutuhan PT. XYZ. Namun sejauh ini, PT. XYZ selalu mengikuti kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA. Beberapa pelatihan yang pernah diikuti oleh PT. XYZ adalah pelatihan mengenai HRD, pelatihan penyelesaian hubungan industrial, dan beberapa pelatihan mengenai produksi lainnya. Bentuk evaluasi dari pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh YDBA adalah dengan memberikan lembar evaluasi berupa pertanyaan-pertanyaan seputar pelatihan yang diberikan di akhir pelatihan. Hasil dari tes tersebut nantinya akan dibagikan kepada para peserta pelatihan beserta sertifikat pelatihan. Sebagai tindak lanjut dari pelatihan, PT. XYZ juga melakukan evaluasi kepada para peserta pelatihan, yaitu dengan memberikan lembar evaluasi yang diberikan tiga bulan setelah pelatihan tersebut berlangsung.
95
Hari/Tanggal Narasumber Lokasi Waktu
: Jumat, 5 Februari 2010 : Bapak Hry : PT. XYZ : 13.00-16.00
PT. XYZ mulai menjadi salah satu UKM binaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra setelah menjadi subkon dari PT. Astra Honda Motor (1995) dimana pada saat itu sedang dilakukan proses lokalisasi part dari Jepang. Tujuan dan motivasi dari PT. XYZ saat bergabung menjadi UKM binaan dari YDBA yaitu untuk lebih menambah wawasan dan perbaikan dalam pengelolaan perusahaan sehingga dapat bersaing di dunia usaha. Selama menjadi binaan YDBA, PT. XYZ mendapatkan pelatihanpelatihan dari tingkat operator hingga pimpinan perusahaan, dari sisi manajerial hingga pelatihan teknik. Selain itu YDBA memberikan pelatihan manajemen dan administrasi, keuangan bahkan perpajakan. PT. XYZ bahkan mendapatkan kesempatan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh YDBA maupun yang dilakukan pihak lain yang bekerjasama dengan YDBA. Di lain kesempatan, PT. XYZ juga pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di luar negeri. Peran YDBA dalam peningkatan pasar antara lain dengan mengikutsertakan UKM binaannya dalam pameran-pameran termasuk pameran yang berskala internasional. PT. XYZ mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pameran Indonesian Motor Show yang dilaksanakan setiap tahun. Selain itu, pameran-pameran yang pernah diikuti oleh pihak PT. XYZ selama menjadi UKM binaan YDBA adalah pameran-pameran yang diselenggarakan atas kerja sama YDBA dengan Kementrian Koperasi dan UKM. YDBA juga berperan merekomendasikan PT. XYZ dan UKM-UKM binaan lainnya kepada calon costumers selain UKM tersebut juga secara mandiri mencari costumers. Bentuk evaluasi yang dilakukan oleh YDBA adalah keikutsertaan YDBA dalam proses evaluasi terhadap perkembangan usaha para UKM binaannya. Audit regular dilakukan oleh pihak Astra Internasional maupun oleh masing-masing UKM yang kemudian dilaporkan kepada YDBA. Manfaat yang diperoleh dengan menjadi UKM binaan dari YDBA adalah adanya kemajuan dalam beberapa hal, seperti bisa mendapatkan informasi perkembangan duania usaha saat ini sehingga PT. XYZ bisa mengantisipasi terhadap perkembangan dunia usaha saat ini. Keuntungan lainnya adalah adanya agenda rutin bench marking setiap anggota UKM binaan sehingga diantara UKM binaan dapat saling berbagi. Keuntungan lainnya adalah dengan adanya pelatihan yang diberikan oleh YDBA, PT. XYZ mengalami peningkatan omset, dimana dalam pelatihan-pelatihan tersebut diberikan bimbingan mengenai pengelolaan usaha, perencanaan produksi, penerapan 5 R, pengelolaan lingkungan kerja (LK3) dan lainnya. Selain itu, walaupun YDBA tidak memberikan bantuan modal, namun YDBA memfasilitasi para UKM binaannya termasuk PT. XYZ untuk mendapatkan modal dari pihak perbankan atau pihak ventura lainnya jika UKM tersebut membutuhkan bantuan modal. Sebagai bentuk penghargaan YDBA kepada UKM binaannya, YDBA kerap kali memberikan penghargaan kepada setiap UKM yang berhasil mengelola
96
lingkungan kerja dengan merekomendasikan ke Kementrian Koperasi dan UKM maupun kementrian Tenaga Kerja untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan lebih lanjut ataupun pelatihan yang dilakukan di luar negeri. Selain itu, penghargaan kepada UKM binaan juga dilakukan oleh PT. Astra Internasional. PT. XYZ mendapatkan penghargaan Astra Green Company Award 2008 dari PT. Astra Internasional.
97
Hari/Tanggal Narasumber Lokasi Waktu
: Selasa, 2 Februari 2010 : Bapak M. Kosasih : Yayasan Dharma Bhakti Astra : 08.15-10.30
YDBA memandang UKM sebagai sebuah unsur perekonomian nasional yang cukup kuat karena ditengah goncangan perekonomian uang melanda Indonesia, UMKM masih tetap bertahan sampai saat ini. Lebih lanjut Astra juga menganggap bahwa tanpa adanya UKM, Astra tidak akan tumbuh dengan baik. Awalnya, program YDBA adalah bantuan modal kerja, mesin, dan peralatan yang dibutuhkan oleh UKM serta pembinaan kepada KUD nelayan, petani, serta Koperasi Industri dan Kerajinan (KOPINKRA) di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Lampung. Kini, dengan visi YDBA sebagai bagian dari value chain otomotif, agribisnis dan pertambangan Grup Astra, YDBA berperan aktif meningkatkan perekonomian nasional khususnya dalam penguatan dan pembinaan UKM, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan bisnis Grup Astra. Tujuan dari pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah agar UKM bisa menjadi UKM yang tumbuh berkembang dan menjadi UKM yang mandiri, yaitu UKM yang bukan hanya dalam hal pemasaran dan sumberdaya manusianya saja yang baik, namun bisa menangani kegiatan usahanya sendiri. Pada tahun 2009, lebih dari lima ribu UKM telah menjadi binaan YDBA yang terdiri dari UKM yang terkait dengan bisnis Astra (10 persen) dan UKM yang tidak terkait dengan bisnis Astra (90 persen). Untuk menjadi anggota binaan YDBA, calon-calon UKM mengajukan proposal atau surat permohonan yang ditujukan kepada YDBA. UKM tersebut juga harus memenuhi persyaratan sebagai UKM potensial yang memiliki produk yang diminati pasar. Persyaratan lainnya adalah pemilik UKM calon binaan mempunyai keinginan menumbuhkembangkan usahanya serta maju bersama Astra. Sebagai tindak lanjut dari permohonan calon UKM binaan, pihak YDBA akan melakukan kunjungan atau tinjauan langsung ke UKM tersebut. Kunjungan tersebut ditujukan untuk menilai layak atau tidaknya usaha tersebut. Pada saat kunjungan itu berlangsung juga dilakukan diskusi-diskusi tentang permasalahan yang dialami UKM calon binaan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut berbeda antara satu UKM dengan UKM lainnya, yaitu antara satu minggu sampai satu bulan. YDBA menargetkan lamanya pembinaan yaitu sekitar tiga tahun. Diharapkan dalam kurun waktu tersebut UKM-UKM yang menjadi binaan mencapai tahap mandiri. Bentuk pembinaan yang dilakukan oleh YDBA adalah memberikan pelatihan teknik, manajemen, fasilitasi pasar/modal, dan informasi pengembangan UKM. Kegiatan pebinaan tersebut dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan pada tiga departemen yang ada pada YDBA, yaitu Departemen Otomotif, Perbengkelan, dan Alat Berat; Departemen Agribisnis dan Pertambangan; serta Departemen Fasilitas Pembiayaan, LPB, dan Galeri. YDBA tidak memberikan dana bantuan modal, tetapi hanya memfasilitasi UKM untuk bertemu dengan lembaga-lembaga keuangan yang nantinya akan memberikan bantuan modal. Lembaga-lembaga keuangan tersebut antara lain bank dan PT. Astra Mitra Ventura. Besarnya pinjaman disesuaikan dengan kebutuhan UKM. Fasilitasi pasar
98
yang dilakukan salah satunya adalah dengan mengikutsertakan UKM binaan pada beberapa pameran sehingga UKM tersebut mempunyai kesempatan memperluas wilayah pasar produk mereka. YDBA juga menyediakan Galeri UKM yang berada di kantor YDBA. Galeri tersebut berisi produk-produk yang dihasilkan oleh UKM binaan, baik produk otomotif maupun produk lainnya. Galeri UKM tersebut dibuat sebagai ruang pamer dari produk-produk UKM. Tidak menutup kemungkinan para pengunjung UKM tersebut tertarik dengan produk yang dipamerkan dan membelinya. Pelatihan bagi UKM binaan juga merupakan bagian dari pembinaan yang dilakukan oleh YDBA. Materi pelatihan yang diberikan YDBA sesuai dengan kebutuhan dan YDBA akan memberikan informasi mengenai pelaksanaan pelatihan kepada para UKM binaannya. Pada satu kali pelatihan, YDBA membatasi anggota UKM atau perwakilan UKM yang akan mengikutinya yaitu dua orang untuk masing-masing UKM. Hal ini bertujuan agar pelatihan tersebut dapat diikuti oleh banyak UKM. Dana yang digunakan untuk dalam pelatihan sebagian besar berasal dari YDBA dan kontribusi UKM (10-20 persen).Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu kali pelatihan juga berbeda-beda, antara dua hari sampai dua minggu. Jenis, bentuk, serta materi pelatihan yang diterima oleh UKM-UKM binaan tersebut berbeda antara satu UKM dengan UKM lainnya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis usaha dan kebutuhan UKM. Fasilitas yang diberikan dalam pelatihan tersebut antara lain handout, wearpack (tergantung jenis pelatihan), instruktur, akomodasi, dan sertifikat. Instruktur atau trainer dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh YDBA berasal dari Grup Astra dan luar Grup Astra, sesuai dengan kompetensinya masing-masing. YDBA selalu melakukan monitoring dan evaluasi kepada UKM binaaannya. Monitoring dilakukan setiap enam bulan sekali. Kegiatan monitoring tersebut menyeluruh meliputi kinerja, sumberdaya manusia, produk, dan keuangan. Hasil monitoring tersebut dipertanggungjawabkan pada manajemen Astra dan didiskusikan pula dengan UKM binaan yang bersangkutan. YDBA mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk membantu pengembangan UKM yang berada di daerah. Untuk mengembangkan program pembinaan, pihak YDBA juga melakukan kunjungan ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Vietnam, Thailand, dan Jepang. Kunjungan tersebut juga dimaksudkan untuk bertukar pengalaman dengan lembaga terkait yang diharapkan dapat menciptakan alternatif pembinaan bagi UKM. Selama menjalankan program pembinaan, YDBA mendapatkan banyak manfaat, walaupun bukan dalam bentuk materi. Para pengurus dan karyawan YDBA mendapatkan kepuasan karena mampu melaksanakan Catur Dharma Astra sebagai wujud kepedulian sosial perusahaan (Grup Astra). Kepuasan batin juga dirasakan saat UKM-UKM binaan mereka berhasil maju. Keuntungan lainnya yang didapat selama melakukan pembinaan adalah pencitraan positif dari masyarakat terhadap YDBA dan PT. Astra Internasional pada umumnya. Kerugian materi tidak pernah dialami oleh YDBA tetapi hanya rasa ketidakpuasan apabila ada UKM yang menjadi binaan tidak dapat tumbuh dan berkembang lebih baik lagi.
99
Hari/Tanggal Narasumber Lokasi Waktu
: Jumat, 12 Februari 2010 : Bapak M. Iqbal : Yayasan Dharma Bhakti Astra : 08.30-10.00
Konsep pengembangan masyarakat menurut Astra mengacu pada falsafah “Berikan kail bukan ikan”. Dengan falsafah ini diharapkan masyarakat yang dibina oleh YDBA tidak terus menggantungkan diri pada bantuan/hibah dari perusahaan. Sepaham dengan falsafah tersebut, konsep pengembangan masyarakat menurut YDBA adalah menciptakan masyarakat yang bebas dari budaya meminta-minta karena “tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah”. Persyaratan untuk menjadi UKM binaan YDBA antara lain 1) sudah berbadan hukum, misalnya CV atau PT, 2) masuk kriteria UMKM menurut Kementerian Koperasi dan UKM, 3) merupakan jenis usaha yang potensial untuk dikembangkan baik yang terkait bisnis maupun tidak bisnis Astra, dan 4) bersedia untuk dibina oleh YDBA. Untuk menjadi anggota binaan YDBA, calon UMKM binaan bisa mengajukan surat permohonan yang ditujukan kepada YDBA. Sebagai tindak lanjut dari permohonan itu, YDBA akan melakukan kunjungan atau tinjauan langsung ke UMKM tersebut. YDBA akan menilai UMKM dari segi legalitas, kepemilikan atau pendiri, jumlah dan kualifikasi karyawan, peralatan dan perlengkapan, serta omset perusahaan. Setelah dinilai memenuhi persyaratan YDBA akan mengundang UMKM di atas untuk mengikuti pelatihan Basic Mentality (Mentalitas Dasar) untuk menanamkan budaya kerja Astra kepada UMKM binaan. UKM tersebut juga didata dan dimasukkan ke dalam database YDBA. YDBA selalu memonitor perkembangan bisnis UMKM binaannya. Monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari UMKM. Melalui langkah ini YDBA bisa segera mengetahui dan mengatasi permasalahan UMKM sesegera mungkin. Untuk membantu mempromosikan produk-produk UMKM serta sebagai media edukasi bagi masyarakat luas, YDBA mendirikan Galeri UMKM-YDBA. Galeri ini berada di kantor YDBA, Sunter, Jakarta Utara, berisi produk-produk UKM binaan terkait bisnis Astra seperti komponen otomotif roda-2 dan roda-4, komponen alat berat, produk olahan kelapa sawit, dan prototipe bengkel sepeda motor, serta tidak terkait seperti kerajinan, batik dan furnitur. Galeri UMKM ini didirikan juga sebagai ruang pamer. Pengunjung yang tertarik dengan produk yang dipamerkan di Galeri UMKM-YDBA bisa membeli langsung produk tersebut. Produk-produk yang dipamerkan merupakan produk yang telah memenuhi standar Quality, Cost dan Delivery (QCD), artinya mempunyai kualitas yang baik (Q), memiliki harga yang bersaing (C), serta pengirimannya tepat waktu termasuk jangka waktu kerja yang sesuai dengan ketentuan (D). Untuk memperluas jaringan pembinaan UMKM di daerah, YDBA mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB). Lembaga ini juga bisa dikatakan perpanjangan tangan YDBA di daerah. Sebagai tenaga pelaksana
100
(fasilitator) LPB, YDBA merekrut para pemuda putera-puteri daerah setempat, misalnya para pemuda/pemudi Dayak untuk LPB di Kutai Barat, Kalimantan Timur, begitu juga untuk daerah lainnya. Personil LPB tersebut sebelumnya diberi pelatihan (TOT) oleh YDBA mengenai pembinaan UMKM. Sampai akhir tahun 2009 sudah didirikan 8 LPB yang tersebar di Aceh Utara, Jakarta, Sidoarjo, Tegal, Gianyar, Mataram, Balangan dan Kutai Barat. Setiap tahun YDBA melakukan Raker LPB sekaligus mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan selama satu tahun, rancangan kegiatan di tahun mendatang, serta perbaikan-perbaikan yang diperlukan dalam proses pengembangan. Selain LPB, YDBA juga memiliki Lembaga Keuangan Mikro (LKM). LKM ini dibentuk untuk membantu mengatasi masalah pembiayaan/ modal yang seringkali dialami oleh UMKM. Sistem pinjaman tersebut dibagi menjadi dua jenis, yaitu konvensional (sistem bunga) dan syariah (bagi hasil). Sampai dengan 2009 sudah 7 LKM yang didirikan YDBA yaitu di Tabalong, Balangan dan Tapin (Kalsel), Barito Timur dan Barito Selatan (Kalteng), Mamuju Utara dan Mamuju (Sulbar).
101
Hari/Tanggal Narasumber Lokasi Waktu
: Jumat, 12 Februari 2010 : Bapak A. Karim Suwandono : PT. Astra Internasional Tbk. : 14.30-17.15
Asal mula program CSR PT. Astra Internasional Tbk. adalah bagaimana Astra dapat memberikan manfaat dan melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan Catur Dharma Astra dan visi Astra yaitu menjadi perusahaan yang memberikan manfaat pada masyarakat. Salah satu fokus CSR Astra adalah komitmen untuk mengembangkan masyarakat. Partisipasi Astra dalam berbagai proses kegiatan pengembangan masyarakat bermula dari kesadaran para pendiri beserta manajemen dan staff bahwa membantu dan mendukung pengembangan masayarakat merupakan salah satu tanggung jawab yang harus dijalankan. Program tanggung jawab sosial Astra awalnya dimulai dari prinsip berbuat baik yang selalu ditekankan oleh para pendiri Astra. Selanjutnya berkembang menjadi program pengembangan masyarakat, dan sampai saat ini dikenal dengan program CSR. Untuk melakukan program CSR, Astra khususnya Divisi ESR tidak mempunyai budget khusus. Besarnya anggaran dana tergantung dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Secara umum, kegiatan CSR yang dilakukan oleh Astra dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan rutin serta kegiatan yang sifatnya insidental. Kegiatan rutin sudah memiliki alokasi dana tersendiri, sedangkan alokasi dana untuk kegiatan yang sifatnya insidental tidak memiliki patokan tertentu, disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan serta kondisi dan situasi yang terjadi. Sebelum memberikan bantuan, Astra terlebih dahulu melakukan survei untuk melihat kondisi dan memperkirakan bentuk bantuan yang akan diberikan Astra. Program CSR yang dilakukan oleh Astra tidak bertujuan untuk membentuk citra positif, namun citra positif tersebut akan terbentuk dengan sendirinya. Sama halnya dengan pembentukan citra, pihak Astra tidak pernah bertujuan untuk mencari keuntungan dari program CSR yang dilakukan karena pihak direksi telah menanamkan prinsip-prinsip bahwa program ini ditujukan sebagai salah satu cara bagi Astra untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat. Untuk memberikan arahan pada seluruh Grup Astra dalam penerapan kebijakan di bidang LK3 dan Social Responsibility, Astra telah mengembangkan dua kerangka kerja yang sistematis, yaitu Astra Friendly Company (AFC) dan Astra Green Company (AGC). Astra juga memberikan panduan penerapan sistem manajemen dan implementasi program dengan metode pengukurannya. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mewujudkan pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan untuk mencapai keberhasilan di bidang ekonomi, lingkungan, dan sosial. Konsep CSR yang dilakukan Astra bukan sekedar pengembangan masyarakat saja, namun juga memperhatikan enam stakeholders yang terkait dengan Astra. Keenam stakeholders tersebut adalah shareholder, kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan, customers, supplier, lingkungan, serta masyarakat. Contoh program pengembangan masyarakat yang dilakukan Astra
102
adalah pengembangan masyarakat di bidang pendidikan dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pengembangan masyarakat pada bidang pendidikan yang telah dilakukan salah satunya adalah membangun sekolah di Aceh tahun 2004. Sekolah tersebut dibangun bagi masyarakat di sekitar lokasi yang terkena bencana Tsunami. Pembangunan infrastruktur sekolah tersebut dilakukan oleh masyarakat sekitar. Astra tidak hanya membangun sekolah saja namun masih terus memantau perkembangan pendidikan siswa-siswanya sampai tahun 2011 nanti. Astra juga memperhatikan kualitas dan kompetensi para pengajar di sekolah tersebut. Pada saat ini, Astra sedang membuat sekolah hijau di lingkungan sekitar. Sekolah hijau merupakan sekolah yang memenuhi kriteria Adiwiyata dari Menteri Lingkungan Hidup. Sekolah tersebut antara lain harus mempunyai kebijakan, kurikulum yang mengarah pada lingkungan, mempunyai kegiatan ekstrakulikuler yang berhubungan dengan lingkungan (misalnya berkebun, membuat kompos, daur ulang dan lain-lain), infrastruktur yang dimiliki harus ramah lingkungan dan lain-lain. Untuk melaksanakan program ini, Astra juga bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta dalam membuat kurikulum sekolah hijau tersebut. Program peningkatan pendapatan atau Income Generating Activities (IGA) merupakan salah satu cara Astra untuk berupaya menumbuhkan semangat kewirausahaan, memberikan pelatihan, dan pendidikan yang dibutuhkan, serta membnagun jaringan yang dapat mendukung pertumbuhan usaha kecil. Prinsip utamanya adalah bagaimana membuat kegiatan yang dapat mendatangkan pendapatan bagi masyarakat. IGA merupakan bentuk pengembangan masyarakat dengan maksud membangun kemandirian masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan. Contoh kegiatan IGA yang dilakukan Astra adalah pembuatan kompos dan kain majun yang dilakukan oleh masyarakat sekitar. Pupuk kompos dan kain majun yang dihasilkan juga dibeli oleh Astra.