EVALUASI PELAKSANAAN STANDAR PENILAIAN JENJANG SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN D. I. YOGYAKARTA Oleh : Drs. Suharj, M.Pd Widyaiswara LPMP D.I. Yogyakarta email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: a). untuk mengetahui pemahaman pendidik terhadap penilaian pembelajaran
kurikulum
2013,
b).untuk
mengetahui
kendala
pelaksanaan
penilaian
pembelajaran kurikulum 2013 yang dilakukan pendidik jenjang sekolah dasar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi, dengan model pendekatan Instalasi Desaint-proses-Produk. Data dikumpulkan dengan angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitian adalah sekolah dasar yang melaksanakan kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta, dengan subjek penelitian guru kelas. Data penelitian yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian adalah sebagai berikut : hasil evaluasi instalasi desain: a). pemahaman standar penilaian pada perencanaan terutama dalam merencanakan ulangan harian atau formatif pencapaiannya 52% kualifikasi cukup, masih sangat perlu ditingkatkan, b). pengembangan metode penilaian proses dan hasil belajar nilai capaiannya 71% kualifikasi cukup, masih sangat perlu ditingkatkan. Evaluasi proses : evaluasi proses capaiannya 73% dengan kualifikasi cukup sangat perlu ditingkatkan. Evaluasi produk: a). evaluasi pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian pemahaman peserta didik capaiannya 80% dengan kualifikasi baik, perlu ditingkatkan. 2). pemanfaatan hasil penilaian uintuk pelaporan terhadap orang tua cukup membanggakan nilai capaiannya 90% dengan kualifikasi amat baik, perlu dipertahankan. Kendala pendidik dalam melaksanakan standar penilaian yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pemahaman tentang kegunaan analisis hasil penilaian proses, pengkoleksian nilai proses dan hasil belajar, penilaian autentik, serta pendeskripsian laporan belum sepenuhnya dipahami dengan baik oleh pendidik.
Kata Kunci : Evaluasi, Standar penilaian
1
I.
PENDAHULUAN Standar Nasional Pendidikan “berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu”. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan) standar, salah satunya adalah Standar Penilaian yang bertujuan untuk mengendalikan mutu hasil pendidikan: (a) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip prinsip penilaian, (b) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan (c) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar
penilaian
pendidikan
pendidik, satuan pendidikan, dan
ini
pemerintah
disusun pada
sebagai acuan
satuan
penilaian bagi
pendidikan untuk
jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kemampuan atau profesionalisme guru (pendidik) sangat menentukan prestasi siswa baik dalam kelas maupun diluar kelas seperti yang diatur dalam Permendikbud no 66 tahun 2013 yaitu standar penilaian, karena guru sebagai orang yang bertugas menjadi fasilitator untuk para peserta didik dalam belajar dan dalam pengembangan kemampuan serta potensi dasar yang dimilikinya secara maksimal. Untuk mengetahui tingkat kemampuan dan prestasi siswa maka guru harus melakukan penilaian kepada siswa sehingga guru mampu menyimpulkan siswa itu mengalami perkembangan yang positif atau tidak. Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu kompetensi. Data yang diperlukan dapat dijaring dan dikumpulkan selama pembelajaran berlangsung melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, sehingga diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum. Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik. Dalam juknis petunjuk penilaian yang dikeluarkan Kemdikbud (2009), Berdasarkan laporan hasil pelaksanaan kegiatan bimtek pada tahun 2009 diperoleh data dan informasi
2
antara lain sebagai berikut: 1) sebagian besar sekolah belum melakukan analisis standar penilaian, meskipun dalam penyiapan perangkat dan pelaksanaan penilaian sudah mengacu pada berbagai ketentuan yang ditetapkan dalam standar penilaian; 2) sebagian besar guru belum memahami manfaat/kegunaan hasil analisis standar penilaian. Selain itu, mereka juga belum memahami tata cara pelaksanaan analisis standar penilaian; dan 3) belum ada naskah panduan/petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan bagi sekolah untuk melakukan analisis standar penilaian secara benar dengan hasil yang optimal. Hasil diskusi dengan teman sejawat atau kolegial yang se-profesi sesama Widyaiswara yang berjumlah 18 orang, pada hari rabu, tanggal 1 April 2015 semuanya menyatakan guru mengalami kesulitan dalam menyusun instrument, melakukan penilaian proses dan menindaklanjuti hasil penilaian khususnya untuk penilaian sikap. Hasil diskusi peniliti sebelum melakukan penelitian dengan beberapa guru yang melaksanakan kurukulum 2013 pasa saat FGD dengan guru Instruktur Nasional (IN) menyatakan, mengalami kesulitan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan untuk penilaian sikap. Hasil kajian pustaka dari internet, angket terhadap guru di semarang yang diadakan oleh FMIPA UNNES diperoleh data: angket yang dibagikan terhadap guru, 87 % (20 dari 23 guru) mengalami kesulitan dalam memahami cara penilaian, 70% (16 dari 23 guru) kesulitan dalam pembuatan instrumen observasi, 66 % (15 dari 23 guru) kesulitan dalam memahami model-model pembelajaran, dan 79% (18 dari 23 guru) mengalami kesulitan membuat instrumen penilaian. Ini artinya guru (pendidik) di sekolah belum dapat melakukan prinsip, prosedur dan teknik penilaian hasil belajar. Dalam Web Kemdikbud yang dirilis pada tgl 30 Januari 2014 menyatakan: Salah satu hal yang berubah dalam Kurikulum 2013 adalah pola penilaian rapor siswa yang tidak lagi menggunakan angka, melainkan melalui penilaian otentik dalam bentuk deskriptif. Pola penilaian semacam ini diyakini dapat menilai secara utuh seluruh kompetensi siswa yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Terkait dengan itu kepala SD Negeri Kleco I No. 7, Surakarta, Jawa Tengah, Gitono mengungkapkan, pola penilaian baru tersebut telah diterapkan di sekolahnya untuk siswa kelas 1 dan 4. SD Negeri Kleco I No. 7 merupakan sekolah sasaran implementasi Kurikulum 2013 tahun pelajaran 2013/2014 yang lalu. Gitono mengungkapkan, meski guru harus bekerja lebih untuk penilaian siswa ini, namun guru tetap senang melakukannya, demi mewujudkan generasi emas Indonesia di masa datang. Sementara itu, Siti Nurhasanah, guru kelas 4 SD Negeri Kleco I No. 7 Surakarta mengatakan, pola penilaian yang berbeda seiring dengan penerapan Kurikulum
3
2013 di sekolahnya, cukup membuatnya kewalahan. Hal ini karena setiap hari, untuk setiap kegiatan harus ada penilaiannya. “Ini pekerjaan yang lumayan (berat) juga,” ujarnya. Meski demikian, Siti mengaku pola pembelajaran Kurikulum 2013 lebih baik dibandingkan kurikulum sebelumnya. Menurutnya, peserta didik menjadi lebih aktif, kreatif, berani, dan percaya diri, serta senang karena dalam pembelajarannya sering melibatkan siswa. Hal ini berbeda dengan kurikulum yang lalu, di mana anak terbebani dengan materi yang begitu banyak. Lebih lanjut Ibu Siti menyatakan: “Kalau dulu, soal A jawabannya hanya satu. Sekarang, soal A, jawabannya bisa berbeda-beda dari pemikiran anak. Itu harus kita tampung semua,” tuturnya. Siti menjelaskan, saat pembagian rapor semester pertama yang lalu, banyak di antara orangtua siswa yang terkejut dengan pola penilaian baru tersebut. Di dalam penilaian itu tidak disebutkan berapa nilai yang siswa peroleh untuk tema-tema pelajaran tertentu. Banyak orangtua yang minta penjelasan kepadanya sebagai wali kelas anak-anak, mengapa rapornya menjadi seperti yang ia terima model rapor sekarang, lebih lanjut Bu Siti menjelaskan: “bahwa inilah bedanya penilaian pada Kurikulum 2013,” tambah Siti yang sudah tujuh tahun mengajar. Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas maka perlu dilakukan penelitian evaluasi penilaian pendidikan di SD se-Kabupaten Sleman D.I.Yogyakarta, guna memberikan informasi yang menyeluruh, obyektif dan akurat tentang kesesuiaan pelaksanaan penilaian pendidikan dengan standar penilaian pada permendikbud no 66 tahun 2013. Disamping itu, diharapkan
dapat
mengungkap
berbagai
permasalahan,
kendala,
hambatan
dan
kekurangan yang dialami selama ini oleh guru, dengan demikian dapat diketahui cara pemecahan masalahnya sehingga pada gilirannya guru akan dapat meningkatkan kualitas kinerjanya.
a. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi dengan tujuan untuk menggali informasi mengenai pemahaman dan kendala pelaksanaan standar penilaian oleh pendidik jenjang Sekolah Dasar (SD) yang melaksanakan kurikulum 2013 yang berlokasi di Kabupaten Sleman D.I. Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pendidik/guru
kelas
Sekolah
Dasar
(SD)
negeri
dan
swasta
yang
menyelenggarakan kurikulum 2013 yang terdiri dari 14 Sekolah, dengan jumlah guru responden sebanyak 132 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel.
4
Instrumen penelitian disusun berdasarkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pemahaman pendidik terhadap penilaian pembelajaran kurikulum 2013 di sekolah dasar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta b. Untuk mengetahui kendala pelaksanaan penilaian pembelajaran kurikulum 2013 yang dilakukan pendidik (guru) di sekolah dasar di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, komponen yang dievaluasi adalah: 1). Instalasi desain, gambaran keefektifan standar penilaian dengan realita yaitu: perencanaan penilaian, pengembangan metode penilaian proses, dan pengembangan metode penilaian hasil. 2) proses, gambaran keefektifan standar penilaian dengan realita yaitu: pelaksanaan penilaian evaluasi proses dan evaluasi hasil. 3). Produk, gambaran keefektifan standar penilaian dengan realita yaitu: pengambilan keputusan hasil penilaian, dan pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan tujuan untuk melihat efektivitas pelaksanaan penilaian kurikulum 2013 yang dilakukan oleh pendidik yang melaksanakan kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman. Dalam analisis deskriptif kuantitatif data yang diolah berasal dari angket yang berhasil dikumpulkan, kemudian dianalisis dengan metode persentase. Dari penyajian data dalam bentuk persentase selanjutnya dideskripsikan dan diambil kesimpulan tentang masing-masing komponen dan indikator berdasarkan kriteria yang ditentukan. Besarnya persentase menunjukkan pada kategori tertentu tentang informasi yang diungkapkan. Dengan perhitungan persentase yang diungkapkan langsung dapat diketahui posisi masing-masing aspek dalam keseluruhan maupun bagian-bagian masalah yang diteliti. Semua data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif.
II. PEMBAHASAN Kata efektivitas biasanya digunakan dalam kaitannya dengan manajemen dan pendidikan,
misalnya
keefektifan
pengelolaan,
keefektifan
organisasi,
keefektifan
kepemimpinan, keefektifan program. Secara umum keefektifan dihubungkan dengan pencapaian sasaran yang telah ditentukan, atau perbandingan antara hasil nyata dengan ideal ( Cowan, 1985). Menurut Fincher seperti yang dikutip Cowan keefektifan menunjukkan
5
pada evaluasi terhadap proses yang menghasilkan suatu keluaran yang diamati. Dengan demikian keefektifan dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh tindakan atau usaha mendatangkan hasil dan dapat mencapai tujuan dengan cara yang tepat. Untuk menentukan keefektifan terhadap sesuatu diadakan evaluasi. Keefektifan pelaksanaan penilaian oleh pendidik dalam penelitian ini dilihat dari hasil analisis: pertama efektivitas Instalation Desain, kedua efektivitas proses dan ketiga efektivitas produk. Untuk menentukan efektif atau tidaknya kegiatan yang telah dilakukan, maka hasil ketiga evaluasi tersebut dikonfirmasikan dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun kriteria yang digunakan berdasarkan pada kriteria empiris yang dikembangkan dilapangan dengan acuan/ pertimbangan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Dari hasil analisis data pada evaluasi Instalation Desain, proses, dan produk dapat disajikan sebagai berikut: 1. Efektivitas evaluasi Instalation Desain Keefektifan instalasi desain dilihat dari: (1) pencapaian keberhasilan perencanaan penilaian, (2). pengembangan metode penilaian proses dan pengembangan metode penilaian hasil. Dari capaian dan kualifikasi hasil melalui analisis prosentase berdasarkan kriteria yang tercantum pada bab III, maka hasilnya terlihat pada tabel berikut: Tabel-1 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Instalasi Desain No.
Pernyataan
Capaian
Kualifikasi
1
Penyiapan sebelum melakukan penilaian
64%
Cukup
2
Prosedur ulangan harian atau formatif
52%
Kurang
3
Prosedur tugas harian
48%
Kurang
4
Prosedur UTS dan UAS
61%
Cukup
82%
Baik
55%
Baik
dikembangkan pendidik
79%
Baik
8
Bentuk instrumen tes yang dikembangkan:
52%
Kurang
9
Bentuk instrumen non-tes yang
58%
Kurang
5 6 7
Peyampaian bentuk dan kriteria penilaian di awal semester kepada siswa. Pendidik membuat kisi-kisi untuk UTS/UAS Bentuk instrumen penilaian yang
6
61% (Cukup )
71% (cukup)
dikembangkan: Sebaran instrumen UTS dan UAS yang 10
dikembangkan pendidik memperhatikan sebaran soal mudah-sedang-sukar.
11 12 13
14 15 16
Amat 88%
Baik Amat
Keberadaan pedoman penyekoran soal tes.
98%
Baik
Keberadaan penyusunan rubrik non-tes.
77%
Baik
65%
Cukup
Kesesuaian antara instrumen dan kompetensi yang dinilai. Kesesuaian penetapan kriteria penskoran hasil
Amat
ulangan/ujian/tugas/projek peserta.
96%
Baik
Penelaahan Instrumen UTS dan UAS.
57%
Kurang
54%
Kurang
Kesesuaian menyusun butir soal dengan materi yang diajarkan. Rekap Capaian
66%
Kualifikasi
Cukup
Rekapitulasi capaian hasil evaluasi instalasi desain adalah 66% kualifikasi cukup yaitu : (1). perencanaan 61% dengan kualifikasi cukup dan (2). pengembangan metode penilaian proses dan hasil belajar capaiannya 71% dengan kualifikasi cukup. Berdasarkan kriteria: perencanaan penilaian, pengembangan metode penilaian proses dan penilaian hasil cukup efektif, untuk itu perlu dikembangkan lagi dalam merencanakan penilaian, mengembangkan metode penilaian proses dan hasil belajar. Memperhatikan tabel diatas yang sangat perlu mendapat perhatian untuk ditingkat adalah: Prosedur ulangan harian atau formatif yaitu tugas yang diberikan mudah-sedang-sukar dikerjakan sesuai dengan indikator dari muatan pelajaran, ada variasi dalam mengerjakan yaitu kerja individu dan kelompok, dan perlu dipertahankan kebiasaan pendidik dalam memberikan motivasi terhadap hasil ulangan harian yang diberikan pendidik, hal yang sama terhadap prosedur tugas yang diberikan pendidik terhadap siswa. Indikator bentuk instrument tes dan non tes kualifikasi capaiannya kurang, untuk itu perlu ditingkatkan dalam membuat intrumen non tes yaitu: penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal. Sedangkan untuk tes perlu dikombinasikan dalam pembuatan
7
soal yaitu pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, uraian singkat dan uraian terbuka. Hal yang sama perlu ditingkatkan dalam penelaahan instrument UTS dan UAS dan dalam menyusun butir soal perlu disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Perlu diperhatikan oleh pendidik dalam pembuatan sebaran instrument UTS dan UAS
dengan
memperhatikan
sebaran
soal
mudah-sedang-sukar.
Berdasarkan
wawancara dengan pendidik menyatakan pembuatan soal UTS dan UAS dilakukan dalam kelompok Musyawarh Kerja Kepala Sekolas (MKKS). Kesesuaian penetapan Prosedur pensekoran hasil ulangan/ ujian/ tugas/ proyek perlu dipertahankan. 2. Efektivitas Evaluasi Proses Keefektifan proses dapat dilihat dari taraf pencapaian keberhasilan pelaksanaan penilaian, evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar, berikut pembahasannya. Dari capaian dan kualifikasi hasil melalui analisis prosentase, berdasarkan kriteria yang tercantum pada bab-III, maka hasilnya terlihat pada Tabel berikut: Tabel-2. Rekapitulasi Hasil Evaluasi proses
No 1 2 3
Pernyataan
Capaian
Kualifikasi
Melakukan atau menggunakan bentuk atau jenis penilaian.
68% Cukup
Tindakan setiap melakukan penilaian pendidik
76% Baik
Pembuatan soal selalu memperhatikan tingkat kemampuan peserta didik.
62% Cukup
4
Betuk Penilaian sehari-hari yang digunakan.
58% Kurang
5
Bentuk penilaian yang biasa digunakan pendidik.
50% Kurang
6 7 8
9
Penilaian yang digunakan pendidik dalam mengajar kegiatan ketrampilan.
72% Cukup
Aspek saat melakukan penilaian proses.
79% Baik
Memberikan motivasi pada penilaian proses pembelajaran.
98% Amat Baik
Penekanan penilaian proses pembelajaran yang dilakukan pendidik.
70% Cukup
10
Pemberian tugas kepaa pendidik/siswa
96% Amat Baik
11
Aspek dalam melakukan penilaian.
93% Amat Baik
8
12
Domain penilaian, yang sering dilakukan pendidik.
60% Cukup
13
Penilaian sikap oleh pendidik.
63% Cukup
14
Penilaian pengetahuan oleh pendidik.
96% Amat Baik
15
Penilaian keterampilan yang dilakukan pendidik.
86% Amat Baik
16
Instrumen penilaian kinerja/unjuk kerja yang disusun Ibu/Bapak:
58% Kurang
17
Instrumen penilaian projek yang disusun Ibu/Bapak:
64% Cukup
18
Kapan penilaian keterampilan dilakukan?
89% Amat Baik
19
20
21
22
Bentuk instrumen pengetahuan pada ulangan harian yang dilakukan pendidik
57% Kurang
Aspek yg dinilai pendidik saat mengajar mata pelajaran yang dominan praktik atau di laboratorium.
68% Cukup
ungkapan kemampuan tingkat tinggi untuk aspek pengetahuan.
69% Cukup
Teknik yang digunakan untuk melakukan penilaian hasil pembelajaran pada akhir pembelajaran.
73% Cukup
Capaian
73%
Kualifikasi
Cukup
Mencermati tabel di atas untuk evaluasi proses capaian dan kualifikasi adalah 73% cukup, sangat perlu untuk ditingkatkan terutama pada indicator : bentuk penilaian seharihari yang digunakan yaitu berupa jurnal persentase capaiannya 32%. Untuk indikator yang digunakan aspek pengetahuan masih belum menggunakan variasi dari benuk soal untuk mengukur aspek pengetahuan. Indikator untuk mengukur aspek ketrampilan yaitu penilaian kinerja masih kurang, masih perlu ditingkatkan terutama untuk penilaian fortofolio. Indikator ulangan harian yang diakukan pendidik jarang menggunakan penilaian dalam bentuk pertanyaan lisan. Pertanyaan lisan lebih banyak mengungkap respon siswa baik sikap, pengetahuan maupun ketrampilan, untuk itu perlu ditingkatkan lagi dalam penggunaan pertanyaan lisan. Indikataor lain yang perlu juga ditingkatkan adalah indikator yang nilai capaiannya 60% ≤ x <75% dengan kualifikasi cukup terutama pada kegiatan: penggunaan bentuk penilaian fortofolio nilai capainnya masih rendah sebesar 54%, penilaian sikap masih kurang, peserta didik lebih banyak memperhatikan atau mengutamakan penilaian pengetahuan, padahal penilaian pengetahuan, sikap dan ketrampilan menurut standar
9
penilaian seimbang atau pada kelas rendah lebih banyak pada penilaian sikap yaitu dalam bentuk observasi dan jurnal. Pada indikator instrument penilaian yang disusun, pendidik masih belum melengkapi rubrik, nilai capaiannya masih kurang sebesar 51%, padahal pendidik
wajib
melengkapi
petunjuk
penilaian
serta
penyekorannya
dan
rubrik
penilaiannya, untuk itu sangat perlu pendidik ditingkatkan pengetahuan dalam menyusun intrumen penilaian dan rubrik penilainya baik aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan. 3. Efektivitas Produk Keefektifan produk dapat dilihat dari: (1). pencapaian keberhasilan pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian dan (2). pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Dari capaian dan kualifikasi hasil melalui analisis prosentase berdasarkan kriteria yang tercantum pada bab-III, maka hasilnya terlihat pada Tabel berikut. Tabel-3 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Produk
No 1
2
3
4
5
6
Pernyataan
Capaian
Tindakan setelah melakukan analisis penilaian proses. Tindakan setelah melakukan analisis penilaian hasil belajar (UTS/UAS). Penggunaan penilaian untuk pengambilan keputusan. Kesesuaian Kompetensi Dasar dengan penilaian yang dilakukan. Kesesuaian penilaian yang dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kesesuaian penilaian yang dilakukan sesuai dengan metode yang dipilih.
Kualifikasi
78%
Baik
78%
Baik
82%
Baik
95%
Amat Baik
98%
Amat Baik
93%
Amat Baik
98%
Amat Baik
85%
Amat Baik
Kesesuaian penilaian yang dilakukan 7
sesuai dengan materi pembelajaran yang dikembangkan.
8
Pendidik mencatat kesulitan-kesulitan
10
87% ( Amat Baik)
saat melakukan penilaian. 9
1 2 3
4
5
Pendidik melakukan kajian atas hasil penilaian. Penentukan sendiri ketuntasan belajar siswa. Waktu menentukan ketuntasan belajar. Hasil ketuntasan belajar, hasil penilaian tersebut dikomunikasikan. Pendidik melaporkan hasil belajar siswa. Menindaklanjuti hasil penilaian untuk pembelajaran
79%
Baik
63%
Cukup
39%
Kurang
83%
Baik
55%
Kurang
76%
Baik
73%
Cukup
73%
Cukup
64%
Cukup
90%
Amat Baik
73%
Cukup
73% (Cukup)
Dasar pertimbangan untuk 6
menentukan siswa yang memerlukan remedial.
7
Strategi pendidik dalam melaksanakan remedial? Perancang program pengayaan,
8
komponen yang menjadi pertimbangan pendidik.
9
10
Aspek benntuk laporan hasil penilaian pendidik. Penggunaan hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran oleh pendidik.
80%
Rekap Capaian
Amat Baik
Kualifikasi
Memperhatikan hasil rekap pada tabel diatas terhadap evaluasi produk yaitu: Pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian dan pemanfaatan hasil penilaian serta evaluasi untuk kepentingan pembelajaran rekap capaiannya 80% dengan kualifikasi Amat Baik, untuk itu pendidik sangat memahami pengambilan keputusan bedasarkan hasil penilaian , pemanfaatan hasil penilaian, dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
11
Jika kita simak dari tabel di atas masih ada kendala yang perlu mendapat perhatian dari pemangku kepentingan yaitu untuk indikator: penentukan ketuntasan belajar capaiannya 39% dengan kualifikasi kurang, hal ini disebabkan penentuan ketuntasan belajar sebagian guru tidak melakukan, hanya 35% pendidik yang melakukan pada setiap akhir pertemuan, 23% setelah selesai indikator, 54 % setelah selesai KD dan 44 % diakhir semester, hal ini harus mendapatkan perhatian untuk ditingkatkan kemampuan guru dalam memahami penentuan ketuntasan belajar peserta didik. Indikator pendidik melaporkan hasil belajar siswa, rerata capainnya 55% dengan kualifikasi kurang, ini menunjukan bahwa pendidik kesulitan mendeskripsikan sesuai pencapaian kompetensi masing-masing siswa dan masing-masing muatan setiap kompetensi dasar, pendidik lebih senang jika melaporkan dalam bentuk daftar nilai, hal ini butuh pemahaman dan kebiasaan pendidik dalam mendeskrisikan hasil penilaian yaitu: diskripsi sikap, pengetahuan dan ketrampilan dalam buku laporan/ raport. Rekapitulasi dari hasil evaluasi: (1).
instalasi desain: perencanaan penilaian dan
pengembangan metode penilaian proses dan hasil belajar; (2). Proses: pelaksanaan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (3). Produk: pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian, serta pemanfatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut: Tabel-4 Rekapitulasi Keseluruhan Hasil Evaluasi No
Yang di Evaluasi
KOMPONEN
CAPAIAN
Kualifikasi
66%
Cukup
73%
Cukup
80%
Baik
73%
Cukup
Perencanaan penilaian 1
Instalasi desain
Pengembangan metode penilaian proses dan hasil belajar
2
Proses
pelaksanaan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Pengambilan keputusan b erdasarkan hasil penilaian
3
Produk
Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran CAPAIAN MENYELURUH
12
Memperhatikan Tabel rekap hasil evaluasi keseluruhan untuk instalasi desain capainnya 66% dengan kualifikasi cukup, masih sangat perlu ditingkatkan. Evaluasi proses capainnya 73% dengan kualifikasi cukup sangat perlu ditingkatkan., Evaluasi produk capainnya 80% kualifikasi baik perlu ditingkatkan. Rekap capaian keseluruhan pelaksanaan standar penilaian oleh pendidik capainnya 73% dengan kualifikasi cukup, ini berarti pelaksanaan standar penilaian oleh pendidik masih sangat perlu ditingkatkan terutama kendala-kendala yang dihadapi. Berdasarkan hasil analisis diatas serta diskusi
dengan guru diperoleh hasil yaitu
pemahaman standar penilaian pada perencanaan dan pelaksanaan ulangan harian atau formatif
yang pencapainnya 52% masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal
membagi-bagian untuk menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dan bagaimana mendokumentasikan ke dalam nilai harian, serta prosedur pembuatan soal UTS dan UAS. Hal ini disebabkan di sekolah dasar pembelajarannya tematik yaitu dikelompokkan tema dan subtema, berarti Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan dalam UTS dan UAS tersebar dalam Tema dan Sub tema hal ini menyulitkan bagi guru karena belum terbiasa, hal ini terungkap juga pada saat peneliti wawancara dengan kepala sekolah dan waktu Focus Group Diskusi (FGD) dengan pendidik di pertemuan guru sasaran (GS). Penyebab lainnya pelaksanaan UTS dan UAS dikelompok dalam tema bukan muatan pelajaran. Pembuatan instrumen yang digunakan untuk pengetahuan nilai capaiannya 52 % ditemukan kurang variasinya dalam menggunakan bentuk tes, untuk mengungkap aspek pengetahuan lebih banyak pada uraian singkat. Bentuk tes dalam standar penilaian dapat digunakan bermacam-macam bentuk tes yaitu (1). tes tertulis, (2). observasi yaitu diskusi kelompok, tanya jawab secara lisan, dan percakapan, dan (3). Penugasan, Pemahaman penilaian autentik juga terungkap saat diskusi pendidik masih sangat perlu ditingkat melalui forum komunikasi antar guru maupun pelatihan-pelatihan. Pembuatan instrument untuk aspek sikap capainnya 58%, peserta didik masih sangat perlu ditingkatkan pemahamannya.
Pembuatan instrument non-tes untuk
mengungkap sikap peserta didik yaitu (1). bentuk observasi, (2). penilaian diri, (3). penilaian antar teman, dan (4). Jurnal. Kelemahan lainnya adalah dalam pembuatan rubrik untuk penilaian sikap. Evaluasi pelaksanaan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar pendidik dalam melakukan penilaian pada indikakator selalu melakukan penilaian ke tiga aspek
13
yaitu penilain sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dengan nilai capaian reratanya 60% kualifikasi cukup, pendidik dalam melakukan penilaian dari ketiga domain yang paling sering dilakukan adalah pengetahuan dengan capaian 95%, penilaian ketrampilan 44% capaiannya kurang, sedangkan yang terahir adalah penilaian sikap nilai capaian 40% dengan kulifikasi kurang, dari ketiga domain seharusnya ada keseimbangan untuk domain sikap, pengetahuan dan ketrampilan, untuk jenjang sekolah dasar yang paling banyak adalah pembentukan karakter yaitu sikap siswa. Evaluasi pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian dan pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran berdasarkan hasil instrument pada tabel diatas, hasil diskusi dengan beberapa kepala sekolah di sekolah dan pendidik (guru) pada saat pertemuan dengan guru di guru sasaran kurikulum 2013 didapati pemahaman peserta didik capaiannya 80% dengan kualifikasi baik. Namun masih ditemukan kendala pelaksanaannya disekolah diantarannya adalah: pada pertanyaan apakah bapak ibu melakukan analisis setelah melakukan penilaian proses, 88% pendidik menjawab ya, hal ini membanggakan namun ditemukan hasil dari analisis hanya 58% pendidik digunakan memperbaiki proses pembelajaran penyebabnya adalah pemahaman tentang kegunaan analisis hasil penilaian proses belum bisa difahami sepenuhnya oleh pendidik. Pelaporan terhadap orang tua cukup membanggakan nilai capainnya 90% dengan kualifikasi amat baik, namun di sekolah masih banyak ditemukan kendala, yaitu: (1) pemahaman pengkoleksian nilai pada muatan pembelajaran dimana KD tersebar dalam tema dan sub tema masih menjadi masalah bagi pendidik, baik sikap, pengetahuan dan ketrampilan. (2). Pendeskrepsian dalam laporan oleh pendidik yang ditulis dalam buku laporan masih menjadi masalah untuk pendidik, untuk itu diperlukan pembiasaan oleh pendidik yang sebelumnya berupa nilai angka, untuk itu diperlukan kemampuan teknologi informasi untuk menunjang kesuksesan dan kemampuan kerja pendidik. III. PENUTUP A. Kesimpulan. Berdasarkan diskripsi data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka kesimpulan yang didapat adalah sebagai berikut. 1. Pemahaman pendidik (guru) terhadap penilaian pembelajaran kurikulum 2013
14
Pemahaman peserta didik terhadap penilaian pembelajaran kurikulum 2013, evaluasi keseluruhan untuk instalasi desain capainnya 66% dengan kualifikasi cukup, masih sangat perlu ditingkatkan. a. Instalasi desaian 1) Pemahaman
standar
penilaian
pada
perencanaan
terutama
dalam
merencanakan ulangan harian atau formatif yang pencapainnya 52% masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam hal membagi-bagian untuk menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dan bagaimana merencanakan pendokumentasian ke dalam daftar nilai harian, serta prosedur pembuatan soal UTS dan UAS. 2) Pengembangan metode penilaian proses dan hasil belajar nilai capaiannya 71% kualifikasi cukup, masih perlu ditingkatkan terutama dalam hal pembuatan intrumen yang digunakan untuk pengetahuan nilai capaiannya 52 % ditemukan kurang fariasi dalam menggunakan bentuk tes, untuk mengungkap aspek pengetahuan lebih banyak pada uraian singkat. 3) Pembuatan instrument untuk aspek sikap capainnya 58%, peserta didik masih sangat perlu ditingkatkan pemahaman pembauatan instrument non-tes. b. Proses Evaluasi proses capainnya 73% dengan kualifikasi cukup sangat perlu ditingkatkan. Evaluasi pelaksanaan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar pendidik dalam melakukan penilaian selalu melakukan penilaian ke tiga aspek yaitu penilain sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dengan nilai capaian reratanya 60% kualifikasi cukup, dalam melakukan penilaian dari ketiga doman yang paling sering dilakukan adalah pengetahuan dengan capaian 95%, penilaian ketrampilan 44% kualifikasi kurang, sedangkan yang terahir adalah penilaian sikap nilai capaian 40% dengan kulifikasi kurang. Dari ketiga domain seharusnya ada keseimbangan untuk domain sikap, pengetahuan dan ketrampilan, untuk jenjang sekolah dasar yang paling banyak adalah pembentukan karakter yaitu sikap siswa. c. Produk Evaluasi untuk produk capainnya 80% kualifikasi baik perlu ditingkatkan.
15
1) Evaluasi pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian pemahaman peserta didik capaiannya 80% dengan kualifikasi baik, pada instrument pertanyaan apakah babak ibu melakukan analisis setelah melakukan penilaian proses, 88% pendidik menjawab ya, namun belum menindaklanjuti hasil analisisnya hasil capainnya
58%, pemahaman tentang kegunaan
analisis hasil penilaian proses belum bisa difahami sepenuhnya oleh pendidik. 2) Pemanfaatan hasil penilaian uintuk pelaporan terhadap orang tua cukup membanggakan nilai capainnya 90% dengan kualifikasi amat baik, namun di sekolah
masih
banyak
ditemukan
kendala,
yaitu:
(1)
pemahaman
pengkoleksian nilai pada muatan pembelajaran dimana KD tersebar dalam tema dan sub tema masih menjadi masalah bagi pendidik, baik sikap, pengetahuan dan ketrampilan. (2). Pendeskrepsian dalam laporan oleh pendidik yang ditulis dalam buku laporan masih menjadi masalah untuk pendidik, untuk itu diperlukan pembiasaan oleh pendidik yang sebelumnya berupa nilai angka, untuk itu diperlukan kemampuan teknologi informasi untuk menunjang kesuksesan dan kemampuan kerja pendidik. d. Capaian standar penilaian Rekap capaian keseluruhan pelaksanaan standar penilaian oleh pendidik capainnya 73% dengan kualifikasi cukup, ini berarti pelaksanaan standar penilaian oleh pendidik masih sangat perlu ditingkatkan 2. Kendala Pelaksanan Penilaian a. Kendala pelaksanaannya disekolah diantarannya adalah: pada pertanyaan apakah babak ibu melakukan analisis setelah melakukan penilaian proses, 88% pendidik menjawab ya, hal ini membanggakan
namun ditemukan hasil dari
analisis hanya 58% pendidik digunakan memperbaiki proses pembelajaran penyebabnya adalah pemahaman tentang kegunaan analisis hasil penilaian proses belum biasa difahami sepenuhnya oleh pendidik, kendala lainnya adalah pemahaman penilaian autentik masih kurang untuk itu perlu didiskusikan pada forum pertemuan guru (KKG) atau pelatihan-pelatihan yang dilakukan LPMP D.I. Yogyakarta. b. Pelaporan terhadap orang tua cukup membanggakan nilai capainnya 90% dengan kualifikasi amat baik, namun di sekolah masih banyak ditemukan
16
kendala, yaitu: (1) pemahaman pengkoleksian nilai pada muatan pembelajaran dimana KD tersebar dalam tema dan sub tema masih menjadi masalah bagi pendidik, baik sikap, pengetahuan dan ketrampilan. (2). Pendeskripsian dalam laporan oleh pendidik yang ditulis dalam buku laporan masih menjadi masalah untuk pendidik, untuk itu diperlukan pembiasaan dan pemhaman pendeskripsian rapor oleh pendidik yang sebelumnya berupa nilai, untuk itu diperlukan kemampuan teknologi informasi untuk menunjang kesuksesan dan kemampuan kerja pendidik. B. Saran 1. Penilaian pembelajaran sangat diperlukan yaitu mengetahui kelemahan dan kekuatannya, pendidik dan peserta didik memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan refleksi mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajaran dan belajar untuk itu guru selaku guru yang professional diajibkan mengethui dan melaksanakan standar penilaian, melalui diklat mandiri atau diklat penilaian di LPMP D.I. Yogyakarta 2. Penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan alat untuk mewujudkan akuntabilitas profesionalnya, dan dapat juga digunakan sebagai dasar dan arah pengembangan pembelajaran remedial atau program pengayaan bagi peserta didik yang membutuhkan, serta memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran, kendala yang dihadapi merupakan cambuk untuk maju lebih baik untuk menjadi guru yang professional.
17
Daftar Pustaka Fernades, H.J.X. (1984). Evaluation of educational programs. Jakarta: National Educational Planing, Evaluation and Curriculum Development. Gronlund, N. E. (1985). Measurement and evaluation in teaching. London: Collier Macmillan Publishers. Guba, E. G. & Lincoln, Y. S. (1981). Effective evaluation. San Francisco: Jossey-Bass Publisher. Isaac, S., & Michael, B. W. (1982). Handbook in research and evaluation. San Diego, California: EDITS Publishers. Kirkpatrick, D.L. (1996). Evaluating training programs. San Francisco: Berrett Kochler Publishers. Kemdikbud, 2013, Petunjuk Penilaian Kurikulum 2013 ………….., 20003, Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Posavac, E. J. & Carey, R.G. (1985). Program evaluation methods and case studies. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Akademik dan Kompetensi Guru Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah …………Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan …………Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum …………Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran …………Nomor 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik jeng sekolah dasar dan menengah. Worthen, B. R. & Sanders, J.R. (1984). Educational evaluation theory and practice. Worthington: Jones Publishing Company. Yusuf Tayibnapis, Farida (2000). Evaluasi program. Jakarta: Rineka Cipta.
18