EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI-SUNGAI DI KAWASAN DAS BRANTAS HULU MALANG DALAM KAITANNYA DENGAN TATA GUNA LAHAN DAN AKTIVITAS DI SEKITARNYA
Elvi Yetti
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:
Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembirnbing, kecuali dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenaramya. Bogor, Maret 2007
Elvi Yetti NRP. PO25010351
ABSTRAK ELVI YETTI. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya. Dibimbing oleh DEDI SOEDHARMA dan SIGID HARIYADI. Sungai Brantas saat ini sedang mengalami pencemaran termasuk di bagian hulunya. Hal ini ditandai dengan tercemarnya Waduk Karangkates dan Waduk Sengguruh. Perkembangan kawasan DAS Brantas Hulu yang cukup pesat sejak tahun 2000 dari segi jumlah penduduk dan industri yang tumbuh di sekitarnya, mengakibatkan peningkatan dalam penggunaan air sungai sekaligus peningkatan pencemaran terutarna pencemar organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kualitas air sungai yang berada di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan mengacu pada baku mutu air sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 serta dilihat keterkaitannya dengan tata guna lahan dan aktivitas yang berlangsung di sekitarnya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003 dengan mengambil sampel air sungai di 18 stasiun pengamatan di Kabupaten clan Kota Malang, Jawa Timur. Pengarnatan kualitas air dilakukan dengan mengukur nilai parameter fisika yaitu suhu, konduktivitas, kekeruhan, d m total padatan tersuspensi serta parameter kimia yaitu pH, DO, BOD, COD, N-nitrat, total nitrogen, ortofosfat dan total fosfor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Huh dibandingkan dengan data kualitas air tahun 1997-2002. Disarnping itu ditemukan juga nilai COD yang melebihi ambang batas hampir di seluruh lokasi penelitian. Hasil penentuan status mutu air menunjukkan bahwa hampir seluruh sungai di kawaan DAS Brantas Hulu telah tercemar. Penelitian ini juga mengidentifikasi 2 (dm) faktor utama yang mempengaruhi kualitas air sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu, yaitu keberadaan industri clan permukiman penduduk di sepanjang DAS. Industri merupakan faktor yang paling dominan menyebabkan pencemaran dan penurunan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang.
ABSTRACT ELVI YETTI. The Water Quality Evaluation of Rivers at Malang Upper Brantas River Basin Area in Relation to Land Use System and Its Surroundings Activity. Under Direction of DEDI SOEDHARMA and SIGID HARIYADI. Brantas River has been polluting including in the upper area.This is signed by the pollution of Karangkates and Sengguruh Reservoir. The fast development of people and industries since 2000 around this area, leading to increasing of river water utility and pollution particularly that come from organic pollutant. The objective of this research was to evaluate the water quality of rivers at Malang Upper Brantas River Basin Area, referred to water quality standard inserted on Government Regulation Number 82 1 2001 (PP No. 82 tahun 2001) and to observe its relation to land use system and its surrounding activity. This research is conducted in 2003, by taking sample of rivers water at 18 monitoring station in District and Municipality of Malang, East Java. Water quality observation was conducted by measuring the physical parameters values such as temperature, conductivity, total suspended solid, and turbidity and also chemical parameters such as pH, DO, BOD, COD, N-nitrate, total nitrogen, orthophosphate and total phosphorous. Research result showed that, the quality of rivers water at Upper Brantas River Basin Area has been decreasing, referred to 1997-2002 water quality data. Besides that almost at all research station found that value of COD has exceeded maximum limit threshold. The determination result of water quality status also showed that almost of rivers at Upper Brantas River Basin Area have been polluted. This Research also identified two dominant factors that influence the quality of rivers water at Upper Brantas River Basin Area, they are the presence of industrial and people settlement along that river basin. The industrial is the most dominant factor that causing pollution and decreasing of rivers water quality at that area.
EVALUASI KUALITAS AIR SUNGAI-SUNGAI DI KAWASAN DAS BRANTAS HULU MALANG DALAM KA~*ANNYA DENGAN TATA G m A LAHAN DAN A~TIVITASDI SEKITARNYA
Elvi Yetti
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Judul Tesis
: Evaluasi ~uafitasAir Sungai-sungai di Kawasan DAS
Brantas Hulu Malzing dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya Nalma
: Elvi Yetti
m
: PO25010351
Program Studi
: Ilmu Pengelolaafi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA Ketua
Diketahui Ketua Program Studi Pengelolaan Stimberdaya Alam dan Lingkungan
Dr. Ir. Suriono H. SuQahio.MS Tanggal Ujian : 9 Februari 2007
Dekan Sekolah Pascasarjana
/ Tanggal Lulus : 1 5 MAR 2007
PERSEMBAHAN Sesungguhnya Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu (Al-Quran). Tiada kesulitan dan penderitaan yang menimpa orang-orang yang beriman, melainkan mereka mendapat ampunan dari Allah SWT atas dosa-dosa mereka (Al-Hadits). Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan (QS. Al-lnsyirah: 6)
Kupersembahkan karya ini untuk: oAlm. Ayahanda Dafris Nawi dan lbunda Nurmisal, Suami, Adik-adik, serta keluarga di Bekasi, yang selalu mendoakan dan menyemangati.
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tesis ini berjudul Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya. Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2003. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Hefhi Effendi. M. Phil selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberi saran untuk perbaikan tesis ini. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada rekan-rekan atas dorongannya agar penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tak lupa penghargaan tulus penulis persembahkan buat Suamiku tercinta Brillian Nugraha atas do'a dan dorongannya sehingga penulis &pat terus maju menyelesaikan tesis ini. Ungkapan terimakasih juga penulis sarnpaikan kepada Almarhum Papa, Mama, adik-adik di Pekanbaru dan Mama, Ayah serta saudarasaudara di Bekasi atas do'anya. Semoga karya tulis ini bermanfaat Bogor, Maret 2007
Elvi Yetti
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekanbaru pada tanggal 25 Januari 1977 dari ayah Alm. Dafiis. N dan ibu Nurmisal. Penulis merupakan anak pertarna dari 11 bersaudara. Penulis menarnatkan pendidikan SD, SMP, SMA di Pekanbaru. Penulis lulus SMA pada tahun 1995 dan melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas MIPA Jurusan Kimia Universitas Riau Pekanbaru. Pada tahun 1999-2001 penulis bekej a sebagai tentor Lembaga Pendidikan Primagama Pekanbaru. Kemudian pada pertengahan tahun 2001 penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan magister di Program Studi PSL Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. Saat ini penulis bekerja sebagai staf di Puslit Bioteknologi LIP1 sejak tahun 2002.
DAFTAR IS1
Halaman v DAFTAR ISI.. ....................................................................-.
DAFTAR TABEL.. ................................................................
...
viii
DAFTAR GAMBAR.. ............................................................. DAFTAR LAMPIRAN.. .......................................................... I. PENDAHULUAN.. ............................................................. 1.1. Latar Belakang.. .............................................................
..
1.2. Kerangka Pem~kiran......................................................... 1.3. Perurnusan Masalah.. .........................................................................
.. ..
1.4. Tujuan Penelitian...........................................,................................... 1.5. Manfaat Penelitian.............................................................................
..
1.6. Ruang Lingkup Penelitian..............................................................,... 11. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 2.1. Konsep Dasar Ekosistem................................................................... 2.2. Morfologi Sungai...............................................................................
..
2.2.1 . Definisi....................................,.......................................,............ 2.2.2.Daerah Aliran Sungai (DAS)........................................................ 2.3. Profil Sungai Brantas dan Kawasan DAS Brantas Hulu Malang...... 2.4. Air dan Kualitas Air...........................................................................
2.5. Pencemaran Air.. ............... .. ................. .........................2.6. Sifat Fisik dan Kimia Perairan Sungai.. ........ . ......................... 2.6.1. Sifat Fisika Perairan................................ .............................. .......
....... 2.6.1.2. Kekeruhan (turbiditas)........................................................... 2.6.1.1. Suhu................................................................................
2.6.1.3. Konduktivitas atau Daya Hantar Listrik (DHL).................... 2.6.1.4. Total Padatan Tersuspensi.......... .............................. .............
. .
2.6.2. Sifat Kimia Perairan.....................................................................
xii
2.6.2.2. Oksigen Terlarut...................................................
18
2.6.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)....................................
19
2.6.2.4. Kebutuhan Oksigeil Kimia (COD)...................................
20
2.6.2.5. Nitrat dan Total Nitrogen (TN)..............................................
21
2.6.2.6. Ortofosfat dan Total Fosfor (TP).........................................
21
I11. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN..................................
23
3.1. Letak dan Luas DAS Brantas llulu Malaqg....................................... 3.2. Topografi............................................................................................ 3.3. Keadaan Tanah................................................................................... 3.4. Iklim...................................................................................................
..
3.5. Kondisi Sosial Ekonomi.....................................................................
IV . METODA PENELITIAN...................................................................... 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ 4.2. Bahan d m Alat ...................................................................................
..
4.3. Rancangan Penelitian......................................................................... 4.3.1. Metoda Pengumpulan Data ............................................ 4.3.2. Penentuan Stasiun Pengarnatan.................................................... 4.3.3. Pengambilan Sampel Air............................................................. 4.3.4. Metoda Analisis Data................................................................... V . HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 5.1. Kondisi Fisik Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang......................................................................... 5.2. Evaluasi Kualitas Air di Sungai-sungai pada Kawasan DAS
Brantas Hulu Malang....................................................................... 5.2.1. Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai pada Kawasan DAS
Brantas Hulu Malang.............................................................. 5.2.2. Evaluasi Kualitas Air Berdasarkan Masing-masing Karakteristik .............................................................................. 5.2.2.1. Suhu................................................................................... 5.2.2.2.Daya Hantar Listrik (Konduktivitas).................................. 5.2.2.3. Total Padatan Tersuspensi (Total suspended solid, TSS) . 5.2.2.4. Turbiditas (Kekeruhan) .....................................................
5.2.2.5. pH ....................................................................................
47
5.2.2.6. Oksigen Terlarut (DissolvedOxygen)...............................
49
5.2.2.7. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) ....................................
51
5.2.2.8. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD) ...............................
53
5.2.2.10. Total Nitrogen .................................................................
56
5.2.2. 12. Total Fosfor ..................................................................
59
5.2.3. Evaluasi Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang................................................................
61
5.2.4. Klasifikasi Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu B e r k k a n Kegiatan yang . Berlangsung di Sekitarnya........................................................... 65
5.3. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya .........................................................................
66
5.3.1. Kondisi Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitar Kawasan DAS Brantas Hulu Malang....................................................
66
5.3.2. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Malang Berkaitan dengan Tata Guna Brantas Hulu Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya ........................................
71
5.3.3. Identifikasi Faktor-faktor Doininan yang Mempengaruhi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasm- DAS Brantas Hulu Malang .......................................................................
83
VI . KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
86
6.1. Kesimpulan..........................................................................................
86
6.2.Saran ....................................................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
88
LAMPIRAN.................................................................................................
91
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tujuh kriteria dari h g s i das yang berrhubungan dengan karakteristik lokasi dan aliran sungai, relevansinya dengan multi pihak yang tinggal di daerah aliran hilir serta beberapa . . mdlkatornya........................................................................................ 2. Klasifikasi umum dari bahan pencemar air ........................................
3. Beberapa komponen primer air buangan dari sistem buangan air kota ................................................................................................ 4. Kelarutan jenuh oksigen dalam air pa& berbagai temperatur di
bawah tekanan udara 760 mm Hg ......................................................
5. Perbandingan beberapa tipe nilai BOD ..............................................
6. Sebaran luas daerah dengan berbagai bentuk permukaan di daerah tangkapan Bendungan Irigasi Sutami DAS Brantas Hulu............... 7. Penyebaran Penduduk DAS Brantas Hulu .........................................
8. Parameter yang diukur, alat, dan metoda analisis .............................. 9. Cara penanganan sample untuk masing-masing parameter ............... 10. Evaluasi Nilai PIi untuk menentukan status mutu air ........................ 11. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 tahun 2003) berdasarkan Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987........................................................... 12. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 tahun 2003) berdasarkan PP No. 82 tahun 200 1........................................................................ 13. Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu............................................ 14. Daftar industri yang menghasilkan limbah cair pada DAS Brantas
Hulu.. ............................................................................... 15. Perbandingan komposisi kimia limbah cair industri gula di beberapa negara.............................................................................
16. Sifat-sifat air buangan pembuatan pulp pada bermacarn-macm proses dari berbagai negara di dunia.............................................
17. Buangan polutan yang dikeluarkan oleh pabrik kertas di Indonesia.. 18. Karakteristik limbah cair pada berbagai industri tapioka................... 19. Kandungan rata-rata kualitas air tiap tahap proses produksi industri penyamakan kulit di India ..................................................... 20. Karakteristik rata-rata limbah domestik .............................................
2 1. Potensi beban pencemaran limbah pertanian.. .........................
DAFTAR GAMBAR Halarnan 1.Diagram alir kerangka pemikiran ...............................................................
4
2. Daerah Aliran Sungai ................................................................................
10
3 . Peta wilayah DAS Brantas ........................................................................
24
4. Peta kawasan DAS Brantas Hulu ..............................................................
30
5. Titik -titik lokasi pengamatan dan pengambilan sampel ..........................
31
6. Grafik parameter suhu setiap stasiun pengamatan dari hulu kehilir Bulan September 2003 ............................................................................
7. Grafik parameter konduktivitas setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003 ..................................................................... 8. Grafik perubahan nilai konduktivitas pada beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003 .........................................................................................
9. Grafik parameter total padatan tersuspensi setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.................... 10. Grafik perubahan nilai padatan tersuspensi pada beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003 .......................................................... 11 Grafik parameter kekeruhan setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003............................................................... 12. Grafik Parameter pH setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003....................................................................... 13. Grafik perubahan nilai pH pada 2 (dua) lokasi penelitian...................... 14. Grafik perubahan nilai pH beberapa lokasi penelitian tahun 20022003 ......................................................................................................... 15. Grafik parameter oksigen terlarut setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003...................................................
.
Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada 2 (dua) lokasi pengamatan........................................................................................
17. Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada beberapa lokasi penelitian tahun 200 1-2003.....................................................................
18. Grafik parameter COD setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003...........................................................................
19. Grafik perubahan nilai COL) di beberapa lokasi penelitian tahun 200 1-2003......................................... ;......................................................
20. Grafik parameter nilai BOD setiap stasiun pengamatan Bulan September 2003...................................................................................
.. 21. Grafik perubahan nilai BOD beberapa lokasi penelitian tahun 200122. Grafik parameter nitrat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003 ............................................................................ 23 Grafik perubahan nilai nitrat 2 (dua) lokasi penelitian............................ 24. Grafik parameter total nitrogen setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003............................................................... 25. Grafik perubahan nilai total nitrogen beberapa lokasi penelitian............ 26. Grafik parameter fosfat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003 ............................................................................ 27. Perubahan nilai fosfat 2 (dua) lokasi penelitian ...................................... 28 Grafik parameter total fosfor setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003 ..................................................................... 29. Grafik perubahan nilai total fosfor beberapa lokasi penelitian ............... 30. Peta Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu .............................................. 3 1. Lokasi industri di sepanjang DAS Brantas Hulu ..................................... 32. Perbandingan nilai COD dan BOD sungai-sungai di kw~asanDAS Brantas Hulu ............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN Halarnan 1. Hasil Analisis Kualitas Air Menururt Kep. Gub. Jatirn Tahun1987 dan PP No. 82 tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas hulu Malang..........................................................................
91
2. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang Dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH no. 115 tsahun 2003) (Air Golongan C). .......................
100
3. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep Men LH No. 115 Tahun 2003) Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 (Air Golongan 111) .......................................................................
108
4.. Rata-rata tahunan Kualitas Air untuk Total Nitrogen & Fosfor Kali Brantas, Kali Lesti dan Kali Metro....................................................
116
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan. Pepatah tersebut tidaklah berlebihan karena kenyataan telah membuktikan bahwa hidup tidak dapat berlangsung tanpa adanya air sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa kualitas hidup manusia sangat ditentukan oleh kualitas air. Namun, masalah yang muncul saat ini adalah justru penurunan kualitas air itu sendiri. Bila ditinjau kernbali, penurunan kualitas air dapat disebabkan oleh pencemaran bahan-bahan kimia, sampah organik dan anorganik serta partikel-partikel yang mengakibatkan kekeruhan. Sungai merupakan salah satu sumber air yang penting bagi manusia karena dipergunakan qmtuk berbagai keperluan seperti air minum, kegiatan domestik rumah tangga, transportasi dan lain-lain. Namun sayangnya, semakin meningkat kebutuhan manusia, maka semakin sering pula terjadi pencemaran sungai. Sungai Brantas atau yang sering disebut Kali Brantas merupakan salah satu sungai yang berperan penting bagi masyarakat, khususnya masyarakat Jawa Timur. Keberadaan Kali Brantas diakui sangat vital oleh masyarakat karena merupakan pemasok bahan baku air terbesar untuk PDAM Kota Surabaya dan Malang. Pada zaman kolonial, Kali Brantas juga berfungsi sebagai sarana transportasi kota. Sungai Brantas saat ini merupakan salah satu sungai di Indonesia yang mengalami pencemaran cukup parah, baik Sungai Brantas yang melewati Kota Surabaya maupun yang melewati Kota Malang. Kawasan Sungai Brantas di Kota Malang menunjukkan kemunduran kualitas air akibat limbah domestik mengingat sebagian besar penduduk di pinggiran Sungai Brantas mengandalkan air sungai tersebut untuk surnber kebutuhan airnya disamping adanya penurunan kualitas lingkungan sungai itu sendiri (Pyerwianto, 1998). Selain itu pabrik-pabrik yang berada dekat dengan pinggir sungai turut juga membuang limbahnya ke dalam sungai. Tercatat sedikitnya ada 10 pabrik yang di duga membuang limbahnya ke dalam sungai (Sinar Harapan, 2002). Sungai Brantas yang melewati Kota Malang dan Kabupaten Malang pada kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas Hulu saat ini sedang mengalami pencemaran yang ditandai dengan pencemaran Waduk Karangkates (Waduk
Sutami) dan Waduk Sengguruh. Pusat Penelitian Sumberdaya Air LIP1 bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta I Malang (2002) melaporkan bahwa Waduk Karangkates telah tercemar akibat p e n g a d dari surnber air yang mengalir ke dalam waduk tersebut. Pencemaran Waduk ini sudah cukup parah sehingga menyebabkan banyak ikan mati dan pingsan (Suara Merdeka, 2004). Waduk Karangkates merupakan waduk andalan terbesar di DAS Brantas Hulu yang membendung sungai-sungai dalam kawasan tersebut seperti Sungai Brantas, Kali Lesti dan Kali Metro. Perkembangan kawasan DAS Brantas Hulu Malang yang cukup pesat sejak tahun 2000 dari segi jumlah penduduk clan industri yang tumbuh di sekitarnya mengakibatkan peningkatan dalam penggunaan air sungai sekaligus peningkatan pencemaran terutama pencemar organik. Sarnpah-sampah organik ini sebagian besar berasal dari kegiatan domestik penduduk dan pembuangan limbah industri di sekitar sungai. Dalam penelitian ini dievaluasi kualitas air sungai yang berada di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan mengacu pada baku mutu air sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air . Evaluasi kualitas air sungai-sungai pada DAS Brantas Hulu Malang juga dilakukan dengan melihat kaitannya dengan tata guna lahan dan aktivitas yang berlangsung di sekitar sungai, sehingga dapat diidentifikasi faktor-faktor dominan yang m e m p e n g d i kondisi kualitas air di kawasan tersebut. 1.2. Kerangka Pemikiran
Kawasan DAS Brantas Hulu Malang saat ini telah mengalami penurunan kualitas lingkungan baik daerah di sepanjang pinggiran sungai maupun air Sungai Brantas sendiri. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat sejauh mana penurunan tersebut, namun perlu dilakukan suatu evaluasi kualitas air, penentuan status mutu air dan melihat sejauh mana pengaruh tata guna lahan di sub DAS Brantas Hulu mempengaruhi kualitas air sungai. Untuk mendukung penelitian ini, maka digunakan beberapa analisis diantaranya adalah analisis kualitas air yang dilakukan untuk melihat bagaimana kondisi kualitas air pada sungai-sungai yang berada di kawasan DAS Brantas Hulu Malang. Kualitas air sungai dilihat dari 2
(dm) parameter yaitu parameter fisik dan kimia. Selanjutnya analisis status mutu air dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran dari Sungai Brantas dan sungai-sungai lainnya di kawasan DAS Brantas Hulu dengan menggunakan Metoda Indeks Pencemaran berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kep. Men. LH) No. 115 tahun 2003. Metoda Indeks pencemaran merupakan suatu metoda untuk menentukan status mutu air yang urnum digunakan. Dengan metoda Indeks Pencemaran ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda ini adalah menbandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Indeks ini dinyatakan sebagai Indeks Pencemaran (Pollution Indeks) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan. Indeks ini memiliki konsep yang berlainan dengan dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality Indeh). Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai. Evaluasi juga dilakukan dengan melihat kemungkinan adanya penurunan kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu dengan membandingkan data yang diperoleh dalarn penelitian ini dengan data-data kualitas air tahun-tahun sebelurnnya. Diagram alir kerangka pemikiran disajikan dalam Gambar 1.
Penduduk Yota Malang dan Kabupaten Malang semakin padat
*
v Peningkatan beban pencemaran dari limbah domestik
Peningkatan beban pencemaran dari berbagai kegiatan di DAS (industri, pertanian dan lain-lain)
v
v
Kualitas air sungai Brantas dan sungai-sungai lain di DAS Brantas Hulu makin menurun
++
Adanya peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap air yang berkualitas yang baik
I Perlu adanya evaluasi kualitas air sungaisungai di DAS Brantas Hulu berkaitan dengan tata guna lahan dan aktivitas di sekitarnya
1 Sebagai modal untuk pengelolaan DAS Brantas yang
dominan ymg mempengaruhi kualitas air sungai di DAS Brantas Hulu
c
berkesinambungan J
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran.
\
1.3. Perurnusan Masalah
Sungai Brantas yang melewati Kota Malang dan Kabupaten Malang termasuk ke dalam kawasan DAS Brantas Hulu. Di kawasan ini terdapat Waduk Karangkates yang merupakan waduk andalan terbesar di Kota Malang dan Kabupaten Malang. Mengingat besarnya peranan waduk ini terhadap masyarakat, maka perlu adanya perhatian terhadap kualitas airnya. Menurut laporan Pusat Penelitian Sumberdaya Air LIP1 bekerjasarna dengan Perurn Jasa Tirta I Malang (2002), Waduk Karangkates saat ini tengah mengalami pencemaran oleh masuknya sumber nutrisi dan zat organik yang mengendap pada dasar waduk. Pada dasarnya karakteristik kualitas air 'Waduk Karangkates dipengaruhi oleh surnber-swnber air yang mengalir ke &lam waduk tersebut, yaitu Kali Metro, Kali Brantas dan Kali Lesti. Di bagian hulu waduk ini juga terdapat Waduk Senggud4 yang membendung dua sungai yaitu Kali Brantas dan Kali Lesti. Waduk Sengguruh berfimgsi sebagai waduk harian dan airnya dikeluarkan setiap 12jam. Kualitas air Sungai Brantas, Metro, dan Lesti yang mengalir dan bermuara di Waduk Karangkates kemungkinan sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang terdapat di sepanjang sungai. Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi kualitas air sungai yang berada pada kawasan DAS Brantas Hulu Malang sehubungan dengan berbagai kegiatan yang berlangsung di sekitarnya. Di samping itu diidentifikasi juga faktor-faktor dominan yang mempengaruhi penurunan kualitas sungai di kawasan tersebut. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kondisi kualitas air dan tingkat pencemaran dari sungai-sungai yang berad~lpada kawasan DAS Brantas Hulu Malang dibandingkan dengan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan baku mutu kualitas air dan dikaitkan dengan tata guna lahan
DAS Brantas Hulu serta aktivitas yang berlangsung di sekitarnya.
Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui kualitas air secara fisik dan kimia dari sungai-sungai yang berada dalam kawasan DAS Brantas Hulu Kota dan Kabupaten Malang sehubungan dengan tata guna lahan dan berbagai aktivitas yang berlangsung di sekitarnya. 2. Untuk menentukan tingkat pencemaran sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang.
3. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang menyebabkan p e n m a n kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu berkaitan dengan tata guna lahan dan aktivitas di sekitarnya. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai informasi bagi stake holders Sungai Brantas tentang kualitas air di sungai-sungai pada kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan faktor dominan apa saja yang menyebabkan penurunan kualitas air sungai di kawasan tersebut. Dengan hasil penelitian diharapkan stake holder yang terlibat dalam pengelolaan DAS Brantas Hulu khususnya dan DAS Brantas urnumnya dapat melakukan langkah konkret untuk perbaikan kualitas sungai sekaligus pengelolaan DAS Brantas secara berkesinambungan..
1.6. Ruang Lhgkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah evaluasi kualitas air pada sungaisungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya diwakili oleh 18 stasiun. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air sungai dengan menggunakan parameter fisika dan kimia. Selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan menggunakan dua acuan yaitu Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur (SK. Gub. Jatim) No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No.
82 tahun 200 1. Dari hasil perbandingan tersebut ditentukan status mutu air untuk melihat sejauh mana tingkat pencemaran sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Penentuan status mutu air dilakukan dengan menggunakan Metoda Indeks
Pencemaran berdasarkan Kep. Men LH No. 1 15 tahun 2003. Evaluasi kualitas air dalam penelitian ini juga dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dalam penelitian dengan data-data tahun sebelumnya sehingga dapat dilihat perubahan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Hasil evaluasi kualitas air selanjutnya dikaitkankan dengan tata guna lahan dan aktivitas yang ada di sekitmya.
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Dasar Ekosistem
Odum (1996) mendefinisikan ekosistem sebagai satuan yang mencakup semua organisme di dalam suatu daerah yang saling mempengaruhi dengan lingkungan fisiknya, sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman biotik dan daur-daur bahan yang jelas di dalam sistem. Sedangkan menurut Amsyari (1986), ekosistem diartikan sebagai kesatuan dari daerah tertentu (abiotic community) di mana di dalamnya tinggal suatu komposisi dari organisme hidup (biotic community) yang diantara keduanya terjalin suatu interaksi yang harmonis dan stabil, terutarna dalam jalinan bentukbentuk sumber enersi kehidupan. Suatu kesatuan ekosistem senantiasa mengarah kepada keadaan seimbang ("equilibrium") yakni bahwa seluruh komponen dalam ekosistem tersebut berada dalam suatu ikatan-ikatan interaksi yang harmonis dan stabil, sehingga keseluruhan ekosistem itu berbentuk suatu proses yang teratur dan terus-menerus. 2.2. Morfologi Sungai 2.2.1. Definisi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai, pengertian sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan krinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Menurut Sunaryo (2001), suatu sungai dalam artian daerah pengaliran sungai merupakan suatu kesatuan wilayah hidrologis yang dapat mencakup beberapa wilayah adrninistratif yang ditetapkan sebagai satu kesatuan wilayah pembinaan yang tidak dapat dipisahpisahkan. Air yang mengalir di dalam sungai dapat berasal dari: a. air hujan b. mata air (surnber, spring) c. air tanah yang merembes di sepanjang tebing sungai d. limpasan air hujan yang masuk ke dalam sungai (dari aliran perrnukaan)
Air yang mengalir di dalam sungai bukanlah air murni. Bahan yang terkandung di dalamnya tergantung pada kondisi daerah alirannya. Bahan yang diangkut dapat berupa bahan yang larut dan yang tidak larut atau berupa material padat (batu, kerikil, pasir). Sungai yang bermata air di gunung berapi airnya dapat mengandung belerang; yang mengalir di daerah aliran yang kritis akan banyak mengadung~lurnpuryang kaya akan unsur hara sebagai hasil pengikisan (erosi) lapisan tanah yang subur (Sunaryo, 2001). Menurut Memed dan Sadeli (1988), sebagai salah satu wadah air yang penting di daratan, maka sungai memiliki banyak manfaat antara lain:
1. Sebagai wadah dam untuk menampung air dari daerah alirannya dan kemudian mengalirkannya secara gravitasi ke daerah yang lebih rendah samgai dengan ke laut.
2. Sebagai sumber air yang dapat digunakan untuk keperluan irigasi, pertanian, air minum, industri, pembangkit tenaga, perikanan, perkebunan, peternakan dan sebagainya.
3. Pembawa air buangan dari daerah aliran, untuk pencegahan banjir, saluran drainase alamiah, mengangkut air sampai ke laut. 4. Pembawa kotoran untuk dibuang ke laut.
5. Memperbaiki air tanah di daerah kiri kanan sungai. 6. Mendesak air asin ke hilir. 7. Sumber material bahan pembangunan (pasir, kerikil, batu atau material lain). 8. Prasarana transportasi 9. Batas wilayah teknis atau administratif.
2.2.2. Daerah Aliran Sungai @AS)
Daerah aliran snngai adalah suatu luasan dimana aliran permukaan mengalir menuju ke suatu titik konsentrasi tertentu. Suatu daerah aliran sungai dibatasi oleh garis imajiner, yang dapat ditentukan di peta topografi dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi disekeliling daerah tersebut. Daerah aliran sungai didefinisikan oleh Environmental Protection Agency (EPA) sebagai daerah geografis dimana air, sediinen dan material terlarut mengalir ke dalam saluran yang lebih besar seperti danau, dasar perairan, muara atau samudra termssuk juga
aliran air tanah (AGWA, 2004). Menurut Reynold dan Peter in Lundqvist et al. (1985), daerah aliran sungai atau daerah tangkapan air adalah sistem terintegrasi
yang dapat mengubah presipitasi, radiasi sinar matahari, variabel lingkungan lain menjadi modal untuk produk perkayuan, peternakan, kehidupan liar, rekreasi, keindahan dam dan air. Salah satu tipe sistem Daerah aliran sungai diperlihatkan pada Gambar 2. Daerah aliran sungai mempunyai peranan penting yaitu sebagai daerah tangkapan hujan yang fhgsinya antara lain:
1. Penyediaan air pada musim kemarau 2. Pengendali sedimentasi waduk
3. Pengendali banjir (Sunaryo, 200 1). Menurut Noordwijk et al. (2004), kriteria f h g s i DAS tersebut berbeda relevansinya bagi setiap multi pihak sesuai dengan kepentingan dan sudut pandang masing-masing (Tabel 1).
I\
typical wrrlcnhtd ryslrm (-1
S w d Wnkr Qlulily Ac~Loriry.L%?t.
Gambar 2. Daerah aliran sungai.
Tabel 1. Tujuh Kriteria dari fimgsi DAS yang berhubungan dengan karakteristik lokasi dan aliran sungai, relevansinya dengan multi pihak yang tinggal di daerah hilir serta beberapa indikatornya (Noordwijk et al., 2004) Karakteristik Alami A. Curah Hujan B. Bentuk Lahan C. Jenis Tanah
D.
Fungsi DAS yang dipengaruhi oleh alih guna lahan (kriteria) 1. Transmisi air
Semua pengguna air, terutama masyarakat yang berada di daerah hilir 2. Menyangga pada Masyarakat yang tinggal kejadian puncak dan bergantung pada bantaran sungai dan hujan bantaran banjir 3.Pelepasan air Masyarakat yang tidak secara bertahap memilki sistem penyimpanan air untuk ketersediaan air pada musim kemarau (water reservoir: misalnya danau, waduk, embung atau tandom air) 4.Memelihara Masyarakat yang tidak kualitas air memiliki sistem purifikasi Petani dan nelayan
Akar vegetasi 5.Mengurangi alami sebagai longsor jangkar tanah
E. Iklim Makro
Relevansi dengan penggunaan dan pihak terkait lainnya
6. Mengurangi erosi
Indikator urnum
Hasil air per curah hujan tahunan Kejadian banjir relatif terhadap kejadian hujan Ketersediaan air selama musim kemarau
Ketersediaan air bersih sepanjang waktu Keberadaan jenis ikan tertentu Biodiversitas dan bioindikator (adanya bentos, nirnfa bangsa Plecoptera Intensitas kejadian longsor
Masyarakat yang tinggal di kaki bukit yang berpotensi tinggi tejadi (tertimpa) aliran lumpur, banjir dan tanah longsor PLTA sehubungan dengan umur paruh waduk Petani Ketebalan seresah dan ketebalan lapisan tanah atas
7. Mempertahankan iklim mikro
Petani dan wisatawan
Suhu clan udara
kelembaban
2.3. Profil Sungai Brantas dan Kawasan DAS Brantas Hulu Malang
Sungai Brantas merupakan sungai terbesar keduz di Pulau Jawa dan terbesar pertama di Jawa Timur dengan panjang L- 320 m2, curah hujan rata-rata 2000 rnrn dan limpasan perrnukaan (surface run off) sebesar 12 miliar m3 pertahun. Luas daerah aliran sungai (DAS) Brantas meliputi kurang lebih seperempat luas wilayah provinsi Jawa Timur. Sungai Brantas terletak antara Gunung Welirang
dan Gunung Andjasmoro di daerah dengan ketinggian
+ 1500-1600 m diatas
permukaan laut (Trihardono dan Rachimoellah, 1988). Sungai Brantas yang merupakan sungai utama Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas mengalir dari Surnber Brantas, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Asal muasal sumbernya terletak di lereng sebelah tenggara Gunung Andjasmoro. Sungai ini mengalir mula-mula ke tenggara ke arah Kota Malang, terus menuju selaian. Sctelab melampaui Kota Blitar dan Tulungagung, alirannya membelok melingkari Gunung Kelud hingga Kota Kediri. Dari Kota Kediri, Sungai Brantas mengalir ke timur menuju Kota Kertosono. dari sana mengalir hingga Mlirip dimana alirannya bercabang menjadi dua sungai, yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong, keduanya bermuara di Selat Madura. Panjang total Sungai Brantas, termasuk Sungai Mas dan Sungai Porong dilaporkan secara bervariasi yaitu 252 km dan 300 km (Djuharsa and Erftemeijer, 1988). Berdasarkan rencana pengembangan Kali Brantas secara menyeluruh, di DAS Kali Brantas ada 6 (enarn) bendungan besar yaitu Sutami (Karangkates, Selorejo, Bening, Labor, Wlingi dan Sengguruh, 3 (tiga) bendungan bergerak yaitu Ladoyo, Mrican dan Lengkong Barn serta beberapa bendungan irigasi. Diantara bendungan-bendungan tersebut Sutami atau Karangkates adalah bendungan terbesar yang digunakan untuk keperluan irigasi dan PLTA terdapat di DAS Brantas Hulu Malang, salah satu dari sekian banyak sub DAS Brantas (Sunarhadi et al., 200 1). Bagian hulu tersebut terletak di daerah Kabupaten Malang, tepatnya daerah Kotatif Batu yang terletak di dataran tinggi (up land), dengan kondisi topografis yang tidak merata dan mempunyai ketinggian > 500 meter. Daerah Aliran Sungai Brantas dan sekitar Arboretum Sumber Brantas merupakan kawasan yang seharusnya terjaga konservasinya dan terbebas dari aktivitas manusia. Sebagai daerah konservasi, maka bagian hulu Sungai Brantas mempunyai peranan yang penting bagi masyarakat di sepanjang sungai sehingga rusaknya kawasan ini akan menyebabkan rusaknya ekosistem yang mengalir di bawahnya (Sunarhadi et al., 2001).
2.4. Air dan Kualitas Air Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali laut dan air fosil. Surnber air adalah wadah air yan terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Sedangkan pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas tetap dalam kondisi ilmiahnya. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 200 1, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas: a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minurn, clan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. b. Kelas
dua,
air
yang
peruntukannya
dapat
digunakan
untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk pertanaman, dan atau peruntulian lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. c. Kelas
tiga,
air
yang
peruntukannya
dapat
digunakan
untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyarztkan mutu air dengan kegunaan tersebut. d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air sama dengan kegunaan tersebut. Pengertian kualitas lingkungan (perairan) adalah sebagai faktor biofisikakimia yang mempengaruhi kehidupan organisme perairan dalam ekosistemnya. Air yang kita pergunakan h m s memenuhi kualitas sesuai dengan peruntukannya (Soemanvoto, 200 1). Menurut Wardoyo (198 I), perairan yang ideal adalah perairan yang dapat mendukung organisme dalam menyelesaikan daur hidupnya.
2.5. Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Air dapat tercemar oleh bahan-bahan kimia yang bersifat organik, anorganik, unsur-unsur renik dan lain-lain. Klasifikasi secara umum dari zat pencemar air diperlihatkan dalam Tabel 2. Salah satu fenomena yang sering dijumpai dalam perairan adalah eutrofikasi. Menurut Achmad (2004), istilah eutrofikasi berasal dari bahasa
Yunani yang berarti nutrisilhara baik, yang menjelaskan suatu kondisi danau atau penampungdsumber air yang menyebabkan kemerosotan kualitas airnya. Langkah pertama dalam eutrofikasi adalah adanya masukan dari hara-hara tanaman yang berasal dari buangan hara atau nutrien, mencapai badan air yang kemudian menghasilkan sejumlah besar biomassa tanaman melalui fotosintesis. Biomassa yang mati terakumulasi di dasar danau yang sedikit demi sedikit mengalami pembusukan, dan menghasilkan kembali gas C 0 2 , fosfor, nitrogen, dan kalium. Bila danau tidak terlalu dalam, aka-akar tanaman di dasar danau mulai tumbuh, meningkatkan akumulasi dari material padat dalam danau atau kolam. Tabel 2. Klasifikasi umum dari bahan pencemar air Jenis Bahan Pencemar Unsur-unsur renik Senyawa organ logam Polutan anorganik Asbestas Hara-ganggang Radionuklida Asiditas, alkalinitas, salinitas tinggi Zat pencemar organik renik Pestisida PCB Karsinogen Limbah minyak Patogen Detergen Sedimen Rasa, bau, dan warna
Pengaruhnya Kesehatan. biota akuatik Transpor logam Toksisitas. biota akuatik Kesehatan manusia Eutrofikasi Toksisitas Kualitas air. kehidupan akuatik Toksisitas Toksisitas. biota akuatik, satwa liar Kesehatan manusia Penyebab kanker Satwa liar. estetik Kesehatan Introfikasi. estetik Kualitas air. estetik Estetik
Sumber: Manahm (1 994) dalam Achmad (2004).
Buangan domestik, komersial, proses pembuatan makanan, dan industri merupakan sumber yang mengandung bahan-bahan polutan yang cukup banyak, termasuk jenis bahan pencemar organik seperti diperlihatkan dalam Tabel 3. Sebagian dari bahan pencemar ini terutama zat-zat yang membutuhkan oksigen seperti minyak, gemuk, dan beberapa padatan yang dikeluarkan dari proses pengolahan , air primer dan sekunder. Sedangkan bahan-bahan pencemar lain seperti garam-garam, logam-logam berat dan bahan-bahan orgznik yang tahaii urai dapat dihilangkan dengan efisiensi (Achmad, 2004). Tabel 3. Beberapa komponen primer air buangan dari sistem buangan air kota Komponen (Konstituen) Zat-zat yang membutuhkan oksigen Bahan organik tidak terdegradasi Virus Deterjen
Minyak dan lemak Fosfat Garam-garam Logam berat Agen chelat Padatan
Sumber potensial Efek dalam air Bahan-bahan organik terutama Mengurangi oksigen terlarut feses Buangan industri, produk-produk Toksik terhadap kehidupan rumah tangga akuatik Buangan manusia Menyebabkan penyakit Rumah tangga Terganggunya estetika, menghambat penghilangan minyak, toksik terhadap kehidupan akualtik Proses pembuatan makanan dan Estetika, berbahaya bagi limbah industri kehidupan akuatik Deterjen Nutrisi bagi ganggang Buangan manusia, pelunakan air, Meningkatnya salinitzs limbah industri Limbah industri Toksisitas Laboratorium kimia, beberapa Pelarutan logam berat deterjen, limbah industri transportasinya Semua sumber Estetika, kehidupan akuatik
Sumber: Manahan (1994) dalam Achmad (2004). 2.6. Sifat Fisik dan Kimia Perairan Sungai
Air adalah pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan sehingga air merupakan media transport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan atau sampah yang dihasilkan oleh proses kehidupan. Hal ini mengakibatkan air di bumi tidak pernah dijumpai dalam keadaan murni. Pencemaran air dapat ditunjukkan oleh sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisika dan kimia badan air sangat mempengaruhi kehid~panakuatik (Achmad, 2004).
2.6.1. Sifat Fisika Perairan
Menurut Mays (1996), sifat-sifat atau karakteristik fisika air secara kualitatif ditentukan oleh temperatur (suhu) melalui sentuhan; kecepatan arus, kekeruhan, dan padatan tersuspensi melalui penglihatan serta rasa dan bau melalui perasa dan penciuman Selanjutnya sifat fisika perairan ini dapat mempengaruhi sifat kimia maupun biologis suatu perairan dan nilai manfaat dari perairan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (Wardoyo, 1981). 2.6.1.1. Suhu
Suhu normal air bervariasi antara 0-35 'C tergantung pada sumber, kedalaman, dan musirn. Suhu air mempengaruhi beberapa sifat dan karakteristik air seperti densitas, viskositas, tegangan permukaan, kapasitas termal, entalpi, tekanan, konduktivitas jenis, salinitas, dan kelaritan gas seperti oksigen dan karbon dioksida. Kecepatan reaksi kimia dan biologis meningkat dengan adanya kenaikan suhu. Kecepatan reaksi biasanya meningkat dua kali lipat jika suhu naik 10 O C (Mays, 1996). Perubahan suhu akan mempengaruhi proses kimia dan biologi. Perubahan suhu yang besar akan berakibat terhadap kelangsungan hidup biota perairan seperti ikan dan lainnya. Baku mutu air yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan ikan, peternakan, dan pertanaman tidk boleh melebihi kisaran OC
*3
dari kondisi alaminya (PP. No. 82 tahun 2001).
2.6.1.2. Kekeruhan (turbiditas)
Kekeruhan adalah suatu ukuran dari sifat biasan cahaya oleh air yang disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dan padatan koloid dari suatu pencemar. Kekeruhan atau turbiditas berbanding terbalik dengan kecerahan. Kekeruhan mendukung kehidupan mikroorganisme (Mays, 1996). Sebaliknya air yang keruh kurang disukai oleh bentos disebabkan pengendapan partikel tanah yang berlebihan. Kekeruhan juga mengharnbat penetrasi cahaya secara mencolok sehingga menyebabkan penurunan aktivitas fotosintesis alga dan fitoplankton. Akibatnya produktivitas perairan akan menurun (Wardoyo, 1981).
2.6.1.3. Konduktivitas atau Daya Hantar Listrik (DHL)
Konduktivitas atau daya hantar listrik menunjukkan adanya ion-ion dalam suatu perairan. Konduktivitas sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis limbah yang masuk ke dalam suatu perairan. Ion-ion yang biasanya terkandung dalam air antara lain 'adalah ion sulfat, klorida, kalsium dan lain-lain (Wardoyo, 1981). Menurut Mays (1996), konduktivitas mengukur kapasitas air terhadap arus listrik yang dapat dihantarkan. Konduktivitas meningkat bila konsentrasi padatan terlarut meningkat dalam air.
Peningkatan padatan terlarut dan konduktivitas
mempengaruhi kelarutan senyawa seperti CaC03 dan gas 02.Hal ini berakibat timbulnya perkaratan. 2.6.1.4. Total Padatan Tersuspensi
Menurut Turk and Turk (1984), partikel tersuspensi adalah partikel yang mempunyai diameter lebih dari 1 mikrometer. Keberadaan total padatan tersuspensi dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah dan jenis limbah yang masuk ke dalamnya. Padatan tersuspensi sangat mcmpengaruhi penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga mempengauhi
proses pada perairan
tersebut. Akibat yang dapat ditimbulkan oleh padatan tersuspensi adalah mengurangi daya pemurnian alami dengan mengurangi proses fotosintesis dan menutupi organisme dasar (Wardoyo, 1981). Menurut Mays (1996), padatan tersuspensi dapat berupa bahan organik dan a~organikyang berasal dari berbagai surnber seperti pembusukan alga, padatan dari limbah industri, limpasan pertanian, perkotaan, dan degradasi fisik dari batu-batuan. 2.6.2. Sifat Kimia Perairan 2.6.2.1. pH
Nilai pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili konsentrasi ion hidrogennya. pH tidak mengukur seluruh keasaman atau seluruh alkalinitas. Secara langsung organisme perairan membutuhkan kondisi air dengan tingkat keasaman tertentu. .4ir dengan pH yang
terlalu tinggi atau terlampau rendah dapat mematikan organisme, demikian pula dengan perubahannya. Umumnya organisme perairan dapat hidup pada kisaran
pH 6,7-9 (Mays, 1996). Penambahan suatu senyawa ke dalam perairan hendaknya tidak menyebabkan perubahan pH menjadi lebih kecil dari 6,7 atau lebih besar dari 8,5 (Achrnad, 2004).
2.6.2.2. Oksigen Terlarut Lohani (198 1); Mays (1 996) menyatakan bahwa oksigen terlarut (dissolved oksigen) yang sering disebut DO adalah parameter hidrobiologis yang dianggap sangat penting karena keberadaannya menentukan hidup matinya organisme. Selain itu dinarnikanya berkaitan dengan parameter yang lain. Organisme perairan tidak selalu nyaman hidup pada air dengan kandungan oksigen tinggi. Air dengan oksigen terlarut hingga 20% jenuh, bahkan dapat membahayakan organisme. Kelarutan oksigen dalam air tergantung dari suhu (persamaan ClasiusClaplyron), tekanan parsial oksigen dalam atmosfer dan kandungan garam dalam air. Pengaruh suhu ini sangat berarti penting dalam kasus oksigen (Achmad, 2004). Konsentrasi oksigen terlarut dalam air di berbagai sungai di dunia berkisar antara 3-9 mg/L dengan kondisi saturasi pada suhu 20
OC.
Sedangkan kisaran
konsentrasi oksigen terlarut dalam air sungai di dunia adalah 0 mg/L (kondisi anoksik) dan 19 mg/L (kondisi supersaturasi). Kondisi supersaturasi disebabkan oleh blooming alga dan biasanya terjadi menjelang malam pada musim panas. Sedangkan pada malam hari terjadi konsumsi oksigen oleh alga dan bakteri sehingga mengakibatkan kondisi anoksik atau anaerobik. Kondisi ini disebut juga dengan periode oksigen terlarut no1 (Mays, 1996). Kelarutan oksigen dalam air pada berbagai suhu digambarkan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kelarutan jenuh oksigen dalam air pada berbagai temperatur di bawah tekanan udara 760 mrn Hg Temperatur (0 OC)
Kelarutan Oksigen ( m a )
Tekanan uap air (mm Hg)
0
14,6
5
Sumber: Manahan (1994) dalam Achrnad (2004).
2.6.2.3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Biochemical Oxygen Demand (BOD) menunjukkan jurnlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan organik buangan dalam air (Wardoyo, 1981). Nilai BOD juga didefinisikan sebagai kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme selama penghancumn bahan organik dalam waktu tertentu pada suhu 20
OC.
Oksidasi biokimiawi ini merupakan proses yang lambat dan secara teoritis memerlukan reaksi sempurna (95-99%) dalam waktu 20 (duapuluh) hari sedangkan dalam waktu 5 (lima) hari seperti yang unlurn digunakan untuk pengakuran BOD kesempurnaan oksidasinya rnencapai 60-70%. Suhu 20
OC
digunakan karena merupakan nilai rata-rata untuk daerah perairan arus lambat di daerah iklim sedang dan mud& ditiru dalam inkubator. Namun sering tejadi hasil
yang berbeda pada suhu yang berbeda karena kecepatan reaksi biokimia tergantung dari suhu (Achrnad, 2004). Nilai BOD biasanya diukur dalam milligram oksigen per liter air. Air murni tersaturasi dengan udara pada suhu 25' C mengandung 0,0085 g atau 8,4 mg oksigen per liter air (Turk and Turk, 1984). Tabel 5 menunjukkan perbandingan nilai BOD pada beberapa tipe air. Tabel 5. Perbandingan beberapa tipe nilai BOD Tipe Air BOD (mg/L) Air Murni 0 2-5 Air alami segar Lirnbah domestik Ratusan Limbah setelah purifikasi 10-20 primer dan sekunder Sumber: Turk and Turk, (1984).
2.6.2.4. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik di dalam air secara kimiawi (Mays, 1996). Nilai COD merupakan h a n dari pencemaran air oleh bahan-bahan organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses kimia dan mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. COD merupakan ukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam kondisi
khusus untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi
(Wardoyo, 1981). Menurut Achmad (2004), COD yaitu kebutuhan ~ksigenuntuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimiawi dengan menggunakan kaliumbikarbonat yang dipanaskan dengan asam sulfat pekat. Turk and Turk (1984) menyatakan bahwa beberapa bahan organik seperti hidrokarbon klorida yang dihasilkan dalam proses industri tidak dapat digunakan sebagai makanan oleh bakteri sehingga tidak teroksidasi dan tidak terakarnodasi oleh nilai BOD. Hal ini mengakibatkan uji COD urnumnya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD karena jumlah senyawa kimia yang dapat dioksidzsi lebih besar dibandingkan oksidasi secara biologis (Achrnad, 2004).
2.6.2.5. Nitrat dan Total Nitrogen (TN)
Senyawa nitrogen terdapat dalam beberapa bentuk terlarut atau tersuspensi dalam air. Nitrogen dalam perairan dapat berbentuk gas nitrogen (N2), yang berlipat ganda jumlahnya, nitrit (Nod, nitrat (NO3-) dan amoniak (NH~'),. Nitrogen memiliki peranan yang sangat penting dalarn daur organik dalam menghasilkan asam-asam amino yang membuat protein. Dalam ha1 ini jaringan organik yang mati diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasuk di dalarnnya bakteri pengikat nitrogen yang mengikat nitrogen molekuler menjadi bentuk-bentuk gabungan
(NO2, NO3, N h ) dan bakteri denitrifikasi yang melakukan ha1
sebaliknya (Romimohtarto dan Juwana, 1999). Nitrogen perairan merupakan penyebab utarna perturnbuhan ymg sangat cepat dari ganggang yang mengakibatkan eutrofikasi. Pada umumnya. nitrogen anorganik dalam perairan aerobik terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5, yaitu sebagai NO3-, dan dengan bilangan oksidasi +3 dalarn keadaan anaerobik sebagai N H ~ yang + stabil. Pada proses pengolahan limbah terjadi reaksi oksidasi metanol oleh ion nitrat dalam kondisi anaerob. Reaksi tersebut disebut denitrifikasi. Dalam kondisi ini terjadi perubahan semua senyawa tersebut menjadi ion N&' (Achmad, 2004). 2.6.2.6. Ortofosfat dan Total Fosfor (TP)
Di dalam perairan alami, fosfor berada dalam berbagai senyawa-senyawa yang umum terdapat dalam senyawaan dengan unsur Fe, Al, dan Ca; kekuatan ikatannya tergantung pada pH. Menurut Romimohtarto dan Juwana (1999), sebagian fosfor terdapat dalam senyawa organik seperti protein dan gula, sebagian dalam butiran-butiran kalsiurn fosfat (Capo4) dan besi fosfat (FeP04) anorganik, dan sebagian terlarut sebagai fosfat anorganik. Ortofosfat (Orthophosphate) adalah senyawa fosfat anorganik yang teramat berlimpah dalam daur fosfor. Senyawa ini dihasilkan dari proses pemecahan fosfat organik oleh bakteri dari pembusukan jaringan organik. Proses ini relatif mudah dan sederhana dan sering terjadi di dalam kolom air sehingga dihasilkan fosfor untuk diserap oleh twnbuh-tumbuhan. Hal ini berakibat bahwa meskipum
fosfor kadarnya jauh di bawah nitrogen, namun unsur ini mudah diperoleh dari tempat yang tembus cahaya matahari (Romihtarto dan Juwana, 1999). Fosfor merupakan suatu komponen penting sekaligus sering menimbulkan permasalahan lingkungan dalarn air. Fosfor termasuk salah satu dari beberapa unsur yang esensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan ganggang yang berlebihan dapat menyebabkan pencemaran air. Sumber fosfor adalah limbah industri, hanyutan dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik, dan mineral fosfat. Sejumlah industri dapat membuang polifosfat berupa bahan pencuci yang mengapung di atas permukaan air (Achmad, 2004).
111. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Letak dan Luas DAS Brantas Hulu Malang Secara geografis DAS Brantas Hulu terletak antara 5°20'-6018 'LU dan 7'8'15 'BT, meliputi 30 kecarnatan di Kabupaten Malang dan 3 (tiga) kecarnatan dalarn Kota Malang. Secara terperinci batas-batas DAS Brantas Hulu adalah sebagai berikut: a. Di sebelah barat laut dibatasi oleh Gunung Anjasmoro, Gunung ArJuno (3.339 m dpl), Gunung Bedukasu (1-450 m dpl), Gunung Serayu (1.103 m dpl), Gunung Tunggangan (1.208 m dpl), Gunung Gendis (1.284 m dpl), Gunung Dukutan (1.260 m dpl), Gunung Manggungan, Gunung Kukuan (1.481 m dpl), Gunung Keciri (2.305 m dpl), dam kompleks Pegunungan Tengger (2.432 m dpl) yang meliputi Gunung Pucungcentong (2.331 m dpl), Gunung Ijo (2.413 m dpl) dan Gunung Pusungkutan (2.320 m dpl). b. Di sebelah timur dibatasi oleh kompleks Pegunungan Tengger (2.432 m dpl) dan kompleks Pegunungan Semeru (3.675 m dpl) yang meliputi Gunung Ayek-ayek (2.819 m dpl), Gunung Pangerancilik, Gunung Kukusan dan Gunung Jembangan (3.020 m dpl). c. Di sebelah selatan dibatasi oleh sederetan pegunungan sepanjang pantai selatan Pulau Jawa (Pegunungan Kapur Selatan). d. Di sebelah barat dan barat laut dibatasi oleh Gunung Pitrang (2.540 m dpl), Gunung Panjeran (2.037 m dpl), Gunung Kawi (2.561 m dpl), Gunung Gendonggowak (2.171 m dpl), Gunung Butak (2.868 m dpl). Gunung Waturjuwadah (1.629 m dpl), Gunung Argogayang (2.158 rn dpl), Gunung Kejoro (2.352 m dpl), dan Gunung Biru (2.337 m dpl).
Gambar 3. Peta wilayah DAS Brantas. Luas daerah aliran sungai (DAS) Brantas meliputi kurang lebih 12.000 km2 atau seperempat luas wilayah Provinsi Jawa Timur (Pyenvianto, 1998). Adapun luas DAS Brantas Hulu adalah: Sub DAS Sumber Brantas
: 55.084,94 ha (27,51 %)
Sub DAS Bango
: 24.546,89 ha (1 1,97 %)
Sub DAS Amprong
: 33.616,50 ha (16,40 %)
Sub DAS Metro
: 49.3 13,09 ha (24,06 %)
Sub DAS Lesti
: 46.3 18,33 ha (22,59 %)
3.2. Topografi
Keadaan topografi DAS Brantas Hulu bagian tengah pada umumnya datar dari daerah Malang dan sekitarnya, hingga Kepanjen dan Dampit.
Tabel 6. Sebaran luas daerah dengan berbagai bentuk permukaan di daerah tangkapan Bendungan Irigasi Sutarni DAS Brantas Hulu -
No.
Bentuk Permukaan
Datar Berombak Berbukit Bergelombang Bergunung-gunung Jumiah Surnber: Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1966 1. 2. 3. 4. 5.
Luas
Ha 129.406 36.1 11 6.868 13.085 19.380 205.000
%
63,lO 17,72 335 6,40 9,43 100
Di lereng kompleks Pegunungan Tengger dengan puncaknya Gunung Bromo (2.303 m dpl) dan Gunung Semeru (3.675 m dpl ) bentuk lapangan berombak pada ketinggian 650-850 m dpl, bergelombang pada ketinggian 8501.050 m dpl, berbukit pada ketinggian 1.050-1.250 m dpl dan di atas ketinggian 1.350 m dpl sudah bergunung-gunung. DAS Brantas Hulu memiliki bentuk perrnukaan tanah yang bervariasi seperti di perlihatkan dalam Tabel 6. 3.3. Keadaan Tanah
Berdasarkan peta tanah tinjauan dari Pusat Penelitian Tanah tahun 1966 skala 1:250.000, pada DAS Brantas Hulu dijumpai tanah dari jenis alluvial, litosol, regosol, mediteren, andosol, glei humus, latosol dan brown forest soil, yang diuraikan penyebarannya sebagai berikut: a) Komples alluvial kelabu dan alluvial coklat kekelabu-kelabuan, terdapat membujur dari Singosari ke selatan melalui Malang, Gadang, Kepanjen
sampai Sengguruh membelok ke timur menyusuri Kali Lesti sampai Sunderejo. b) Aluvial coklat kekelabuan, terdapat di sekitas Slorok. c) Asosiasi litosol dan mediteren coklat kemerahan, di sekitar Kali Lesti sebelah selatan. d) Regosol kelabu, terdapat di kompleks Pegunungan Tengger ke selatan sampai Gunung Semeru. e) Regosol coklzt kekuningan, di sekitar puncak Gunung Arjuno.
f) Regosol coklat, terdapat di sebelah selatan Batu sampai ke Cakung melebar ke barat di kaki Gunung Kawi. Terdapat pula mulai dari Pakis, Turnpang, Watesbetung, Wajak ke arah barat sampai Bululawang da ke selatan sampai Gondanglegi dan Turen. g) Brown Forest Soil, terdapat di sebelah utara Pakis, ke timur sampai Jabung, ke barat sampai sebelah timur Karanglo dan ke utara sampai Manggis dan Bedali. h) Asosiasi andosol dan regosol kelabu, terdapat sebaran terpencar di sisi sebelah timur Punten, Junggo sampai Sumber Brantas. i) Asosiasi andosol coklat dan glei humus, di sepanjang aliran Kali Brantas dari Batu di sebelah selatan Karanglo sampai Sengkaling. j) Andosol coklat, di Seta dan sekitarnya. k) Asosiasi andosol coklat dan regosol coklat, terdapat di hulu Kali Amprong mulai dari Gubukklakah, hulu Kali Lesti, hulu Kali Aranaran dan hulu Kali Bambang. 1) Kompleks andosol coklat dan litosol, terdapat di sekitar Gunung Butak sampai Gunung Argowayang. m) Mediteren coklat kemerahan, mulai dari Sengkaling ke selatan sarnpai Wagir, Ngajum, dan Bangelan. Terdapat pula di sekitar Kedali. n) Latosol coklat, terdapat di sebelah tenggara Punten, di sebelah utara Karangploso dan Klampok. Juga terdapat di sebelah tenggara Malang sarnpai Tjinan dan sekitarnya. o) Asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu, terdapat mulai dari Cakung, Sengkaling ke selatan sampai Sengon, Patungsewu dan Bumirejo. p) Latosol coklat kemerahan, terdapat di hilir Aranaran sampai Surnberwungu
(codo), hilir Kali Bambang, Kali Genteng dan meliputi daerah Darnpit dan sekitarnya. q) Latosol merah kekuningan, terdapat mulai dari sebelah timur Manggis ke
selatan sampai Kemiri, sebelah barat Gubukklakah, Poncokusuma dan Pandasari Kidul.
3.4. Iklim
Iklim DAS Brantas secara urnum terutama dipengaruhi oleh pergeseran tahunan dari "The Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ)" dan perubahan musim dari angin muson. Data iklim terutama dikurnpulkan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kantor Proyek Irigasi Jawa Timur, dan kantor Proyek pengembangan DAS Brantas, disamping oleh kantor-kantor Dinas Pertanian. Musim hujan terjadi Bulan November dan April bersamaan dengan berhembusnya angin muson barat laut, sedangkan musim kemarau terjadi Bulan Mei dan Oktober bersamaan dengan angin muson tenggara. Perbedaan musim ini biasanya cukup mencolok dengan 80% dari hujan tahunan rata-rata pada musim hujan, dan musim kemarau dicirikan oleh hari-hari tanpa hujan. Seperti umumnya di wilayah-wilayah khatulistiwa, suhu udara memiliki fluktuasi musimam yang kecil. Di Malang, rata-rata suhu harian adalah 23.8 dan di Mojosari dalam delta Brantas suhunya adalah 27,5
OC.
OC,
Sugakan
kelembabannya cukup tinggi dengan kelembaban nisbi harian rata-rata mencapai puncaknya 84% pada Bulan Maret, dan minimum 76% pada Bulan agustus. Variasi ~ ~ u s i m ademikian n lazim dijumpai di seluruh wilayah DAS. Rata-rata laju angin tahunan adalah 1,86 mls. Di daerah ini juga sering terjadi evatranspirasi yang potensial untuk tanaman acuan (Eto) yang dihitung dengan Metoda Modifield Penman memberikan angka rata-rata tahunan untuk Malang 1300 mrn dan 1650 untuk untuk daerah delta. Nilai tertinggi terjadi selama bulan September dan Oktober. Zonasi agroklimatik wilayah DAS Brantas secara keseluruhan
menunjukkan bahwa daerah pegunungan agak basah dan sebagian dataran rendah mengalami musim kemarau selama empat bulan (Proyek Pengembangan Rencana Pengelolaan DAS terpadu, 1992). 3.5. Kondisi Sosial Ekonomi
Kota Malang sendiri memiliki luas 124.456 km2, dihuni oleh
* 700.000
warganya. Kepadatan penduduk mencapai 5.000 - 12.000 jiwa per kilometer persegi dengan tingkat pertumbuhan 3.9 % per tahun. Sedangkan penduduk yang tersebar di Daerah Aliran Brantas Hulu f 2.500.000 jiwa seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 7 . Etnik masyarakat Malang terkenal religius, difiarnis, suka bekerja
keras, lugas dan bangga dengan identitasnya sebagai Arek Malang (AREMA). Komposisi penduduk asli berasal dari berbagai etnik terutama suku Jawa, Madura, sebagian kecil keturunan Arab dan Cina. Masyarakat Malang sebagian besar adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan sebagian kecil Hindu dan Budha. Malang juga banyak didatangi oleh pendatang. Kebanyakan pendatang adalah pedagang, pekerja dan pelajar atau mahasiswa yang tidak menetap dan dalarn kurun waktu tertentu kembali ke daerah asalnya. Sebagian besar masyarakat di sekitar kawasan DAS Brantas Hulu Malang mempunyai mata pencaharian dari pertanian sawah hingga tanaman semusim jenis hortikultura. Adanya perubahan di lapangan tentang tata guna lahan DAS Brantas Hulu salah satunya disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang membuka usaha pertanian di kawasan ini. Masyarakat bahkan banyak yang tidak hanya menjalankan usaha tani berskala kecii tetapi terdapat pula usaha tani berskala besar seperti industri jamur dan peternakan. Para petani banyak yang mengusahakan tanaman sayuran yang sebelumnya merupakan kawasan hutan ataupun milik mereka sendiri. Selain pertanian, masyarakat banyak juga yang mempunyai mata pencaharian sebagai buruh di pabrik-pabrik yang memang banyak berdiri di sepanjang pinggiran sungai.
Tabel 7. Penyebaran penduduk DAS Brantas Hulu No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 2 1. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 3 1.
Kecamatan Kab & Malang Batu Bumiaji Junrejo Singosari Karangploso Dau ' Tcmpang Pakis Jabung Poncokusumo Buluwang Gondanglegi Pagelaran Wajak Tajiman Turen Dampit Tirtoyudo Sumber Manjig Kepanjen Pakisaji Sumber Pucung Kromengan Ngajum Wonosari Wagir Pagak Kalipare Buntu Gedangan Kota Malang (5 Kecamatan) Jurnlah
Surnber: BPS KabupatenIKota Malang, 1999/2000
Jumlah Penduduk (Jiwa) 75.53 1 49.703 39.405 136.533 59.762 52.30 1 69.4 12 102.750 64.542 87.2 17 61.305 73.132 60.047 74.988 46.843 104.154 90.421 . 22.57 1 85.727 9:.:45 69.106 7.644 35.921 45.206 40.89 1 65.95 1 21.801 5.906 12.935 7.277 7 19.804 2.449.927
IV. METODA PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 18 stasiun yang merupakan titik-titik lokasi pengambilan sampel air sungai pada kawasan DAS Brantas Hulu Kota dan Kabupaten Malang Jawa Timur. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Analisis laboratorium untuk sampel sebagai data primer dari
parameter kimia dilaksanakan di Laboratorium Environmental Engineering Pusat Penelitian Lirnnologi LIP1 Cibinong. Pengamatan kualitas air dilaksanakan pada tanggal 17-20 September 2003 pada musim kemarau yang terdiri dari penentuan parameter fisika air yaitu suhu, konduktivitas, total padatan tersuspensi dan kekeruhan serta parameter kimia pH, DO, BOD, COD, N-nitrat, total nitrogen, ortofosfat dan total fosfor. Penelusuran data sekunder dilakukan mulai Juni 2003 hingga Juni 2005.
Gambar 4. Peta kawasan DAS Brantas Hulu.
Gambar 5. Titik-titik lokasi pengamatan dan pengambilan sampel.
4.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air yang diambil di sejumlah titik sampel seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah Water Sampler tipe Vandorn-2 dengan kapasitas 0,5 liter. Selain itu digunakan juga peralatan untuk mengukur parameter fisika dan kimia sampel seperti diperlihatkan pada Tabel 8. Bahan kimia HzS04digunakan sebagai zat pengawet sampel air. Tabel 8. Parameter yang diukur alat, dan metoda analisis (Greenberg et al., 1985) No.
Parameter
Satuan
Metoda Analisis
1.
Fisika Suhu
2.
Konduktivitas
3.
Total Padatan tersuspensi
mg/L
Gxvimetrik
4.
Kekeruhan
NTU
Intensitas cahaya
5.
Kimia pH
OC
mhoslcm
Pemuaian
Alat Termometer air raksa
Pengukum resistant
Conductivify Instrument
Timbangan analitik Turbidirneter
Penentuan aktivitas ion hidrogen secara potensiometri
pH Meter
mg/L
Titrasi Winkler's
Alat titrasi
Inkubasi, & Titrasi Metoda Winkler's
Inkubator, alat titrasi
Destruksi, pemanasan,
Reaktor, alat titrasi
7.
BOD
mg/L
8.
COD
mg/L
Metoda
& titrasi refluks
mg/L
Kolorimetri Brucine
Metoda
Spektrofotometer
10.
Total nitrogen
mglL
Oksidasi, pemanasan & Kolorimetri Metoda Brucine
Autoklaf, Spektrofotometer
1 1.
Ortofosfat
mg/L
Kolorometri Metoda Asam Askorbat
Spektrofotometer
12.
Total fosfor
mg/L
Pemanasan & Kolorimetri Metoda Asam Askorbat
Spektrofotometer
4.3. Rancangan Penelitian 4.3.1. Metoda Pengumpulan Data
Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data tentang kualitas air sungai-sungai pada kawasan DAS Brantas Hulu baik parameter fisik maupum kimianya, foto-foto tentang lokasi penelitian dan data tentang kondisi fisik sungai yang dikumpulkan dengan menggunakan lebih dari satu metoda antara lain survey lapangan dan wawancara. Untuk pengukuran parameter suhu, daya hantar listrik, kekeruhan, dan pH dari kualitas air dilakukan secara in situ di lokasi penelitian. Sedangkan parameter total padatan tersuspensi, DO, BOD, COD, nitrat, total nitrogen, ortofosfat, dan total fosfor dilakukan di laboratorium. Data sekunder antara lain adalah data tentang tata guna lahan, gambaran aktivitas di sekitar DAS ,dm data kualitas air dari tahun-tahun sebelumnya. Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan cara penelusuran literatur dan pengumpulan data yang tersedia di instansi yang terkait dengan penelitian. 4.3.2. Penentuan Stasiun Pengsmatan
Metoda penentuan stasiun pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu cara penentuan stasiun dengan melihat pertimbangan kondisi suatu keadaan daerah penelitian dari pengamatan langsung di lapangan. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari: Stasiun 1
: Sungai Brantas titik 1 yang terletak di daerah Sumber Brantas
Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Sungai ini agak gundul vegetasinya, daerah pertanian terutama ape1 dan sayur-sayuran. Stasiun 2
: Sungai Brantas titik 2 yang terletak di daerah Sumber Brantas
Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang, sama dengan stasiun 1 karena berdekatan namun letaknya lebih ke hilir. Stasiun 3
: Sungai Brantas yang terletak di Kelurahan Beji Kecamatan
Junrejo, daerah tumbuhan barnbu, pisang serta pertanian sayuran terutama kol dan bayam.
Stasiun 4
: Kali Pendem di Kecamatan Junrejo (Sungai Brantas orde 2):
sungai agak besar, daerah pasir berbatu dan banyak tumbuhan bambu. Stasiun 5
: Kali Pendem di Kecamatan Junrejo (Sungai Brantas orde 3),
sungai lebih besar daripada orde 2, berbatu dan banyak tumbuhan bambu. Stasiun 6
: Kali Bango di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing
(Sungai Brantas orde 2) Kota Malang, daerah berbatu, terjal, curam, banyak tumbuhan bambu dan pisang. Stasiun 7
: Kali
Amprong
Kelurahan
Kedungkandang
Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang, daerah berbatu curam, banyak tumbuhan bambu dan terdapat pemukiman penduduk. Stasiun 8
.
: Sungai Brantas Kelurahan Keduldalem Kecamatan Klojen Kota
Malang, air sungai kotor dan banyak pemukinan penduduk di tepi sungai. Stasiun 9
: Kali
Bango
Kelurahan
Kedungkandang
Kecamatan
Kedungkandang (Sungai Brantas orde 3) Kota Malang, daerah berbatu, banyak tumbuhan bambu, dekat jembatan, banyak pemukinan penduduk di tepi sungai, air sungai agak kotor dan masyarakat menjadikan sungai sebagai sarana MCK. Stasiun 10
: Kali Lesti Kelurahan Sananrejo, daerah persawahan, banyak
tumbuhan kelapa dan bambu dan terdapat suatu sumber air yang dikenal masyarakat sebagai "lurnbang betowo". Stasiun 11
: Kali Lesti Kelufahan Tolok Kecarnatan Turen, merupakan daerah
persawahan, sedikit berbatu. Stasiun 12
: Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang, daerah berbatu dan banyak tumbuhan bambu. Stasiun 13
: Kali Lesti Wonokerto Suwaru, sungainya agak besar, ada
jembatan, banyak pohon kelapa, air sungai dalam. Stasiun 14
: Kali Lesti Bermuara Sengguruh, merupakan muara Kali Lesti di
Waduk Sengguruh, banyak enceng gondok dan tbmbuhan pisang.
Stasiun 15
: Waduk Sengguruh Tengah, daerah persawahan, di sekitar waduk
banyak enceng gondok. Stasiun 16
: Kali Babar (Sungai Metro orde 1) di Desa Karangpandan
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang, daerahnya cukup curam, dijadikan masyarakat sebagai tempat pemandian dan banyak tumbuhan bambu serta berbatu. Stasiun 17
: Sungai Metro
Mojosari-Kedungmonggo Kecamatan Pakis
Kabupaten Malang, dijadikan masyarakat di sekitarnya sebagai sarana MCK, airnya cukup keruh dan di sekitarnya terdapat tumbuhan bambu. Stasiun 18
: Sungai Metro Kelurahan Talangagung Kecamatan Kepanjen
Kabupzten Malang, diatasnya ada jembatan, banyak terdapat pohon bambu dan pisang di sekitarnya.
4.3.3. Pengambilan Sampel air Sampel air diambil langsung di tiap stasiun pengamatan pada lapisan permukaan air atau kedalaman 50 cm. Pengambilan sampel air dilakukan di seluruh stasiun pada musim kemarau antara pukul 08.00-16.00 WIB selama 4 (empat) hari. Penanganan sarnpel dilakukan dengan berpedoman pada Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater (Greenberg et al., 1985). Sampel
air yang diambil dari setiap stasiun dimasukkan dalam botol dengan memberi label, ditutup rapat dan selanjutnya siap untuk dianalisis. Caria penanganan sampel
untuk masing-masing parameter disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Cara penanganan sampel untuk masing-masing parameter (Greenberg et al., 1985) Parameter
Cara penanganan sampel
Suhu
Analisis in situ
Kekeruhan
Analisis in situ
Konduktivitas
Analisis in situ
TSS
Pendinginan dalam ice box Analisis in situ Asidifikasi dengan pereaksi Winkler's, MnS04 & H2S04 pekat, titrasi ex situ
BOD
Pendinginan dalam ice box
COD
Penambahan H2SO4hingga pH 2 Penambahan H2SO4hingga pH 2, didinginkan 'dalam ice box Penambahan box
hingga pH 2, didinginkan dalam ice
Ortofosfat
Didinginkan dalam ice box, simpan dalam freezer
TP
Didinginkan dalam ice box, simpan dalam freezer
Sarnpel air dianalisis di Laboratorium Environmental Engineering Pusat Penelitian Lirnnologi LIPI. Analisis untuk parameter suhu, DHL, kekeruhan, dan pH dilakukan di lapangan (in situ) (Tabel 9). 4.3.4. Metoda Analisis Data Evaluasi kualitas air dilakukan dengan mengacu kepada dua peraturan yaitu Swat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 tentang Baku Mutu Air golongan C dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2001 tentang Baku
Mutu air golongan 111. Penggunaan 2 (dua) acuan ini berdasarkan pasal
9
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 ayat b yang menjelaskan bahwa sumber air yang berada dalam dua atau lebih wilayah KabupatenKota dapat diatur dengan Peraturan Daerah dan pasal 12 yaitu baku mutu air dengan ketentuan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi. Sedangkan evaluasi dengan acuan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintd No. 82 tahun 2001 dengan peruntukan air yang sama dengan ketentuan Surat Keputusan Gubernur Jatim
No. 187 tahun 1988 bahwa Sungai Brantas merupakan air golongan C yang diperuntukan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Dengan peruntukan yang sama maka berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, Sungai Brantas termasuk ke dalam air golongan I11 yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan
untuk pembudidayaan ikan air tawar, petemakan, dan air untuk pertanaman. Parameter-parameter kualitas air yang telah melewati arnbang batas maksimum yang diperbolehkan, dipelajari sejauh mana penyimpangannya dari baku mutu yang telah ditetapkan. Untuk menentukan status mutu air maka digunakan Metoda Indeks Pencemaran berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 115 tahun 2003. Polution Indeks (PI) atau Indeks Pencemaran (IP) ditentukan untuk suatu peruntukan
air kemudian dapat
dikembangkan untuk beberapa pemtukan bagi seluruh badan air atau sebagian dari suatu sungai. IP mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independen dan bermakna. Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu Air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari h a i l analisis cuplikan air pada suatu lokasi pengambilan cuplikan dari suatu alur sungai, maka Pij adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari CiLLij.
Pij=Z(Clj/Llj, C2/L2j9...,Ci/Lijl Pada model PI dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolok ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai
Ci/Lij bernilai lebih besar dari 1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum.
P@= Z {(Ci/Lij)& (Ci/Lij!M) Dengan (Ci/Lij)~: nilai CiILij rata-rata; (Ci/Lij)M:nilai Ci/Lij maksimum. Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan ( j ) jika (Ci/LijlRdan atau
(Ci/Lijl~adalah lebih besar dari 1,0, maka
Evaluasi nilai PI untuk menetukan status mutu air disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10. Evaluasi nilai PI untuk menentukan status mutu air Rentang Nilai Plj 0 1 PIj 11,O 1,O I PIj < 5,O
Status Mutu Memenuhi baku mutu Cemar ringan
5,O
10 Cemar berat Sumber: SK Meneg. LH No. 115,2003 Hasil evaluasi kualitas air juga dikaitkan dengan tata guna lahan di kawasan DAS Brantas Hulu dan aktivitas yang berlangsung di sekitarnya. Kajian ini dilakukan secara deskriptif berdasarkan Peta Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu tahun 2003, Peta Lokasi Industri di sepanjang DAS Brantas Hulu dari Penun Jasa Tirta I Malang, dan pengarnatan langsung di lapangan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Fisik Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang
Kondisi fisik kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu yang diwakili oleh 18 stasiun pengamatan dijelaskan sebagai berikut: Stasiun 1
: Sungai Brantas titik 1 yang terletak di daerah Sumber Brantas
Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Sungai ini dangkal, mempunyai kedalaman Stasiun 2
10 cm.
: Sungai Brantas titik 2 yang terletak di daerah Sumber Brantas
Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumi Aji, Kabupaten Malang. Kondisinya tidak j x i berbeda dengan stasiun 1 karena ,
berdekatan narnun letaknya lebih ke hilir. Stasiun 3
: Sungai Brantas yang terletak di Kelurahan Beji Kecamatan
Junrejo Kabupaten Malang. Sungai ini mempunyai kedalaman 10-30 cm dan lebar 1,2 meter. Titik pengambilan sampel pada
*
lokasi ini mempunyai kedalaman 20 cm.. Stasiun 4
: Kali Pendem di Kecamatan Junrejo Kabupaten Malang (Sungai
Brantas orde 2) yang mempunyai lebar
* 5 meter dan kedalaman
30-50 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai
*
kedalaman 30 cm. Stasiun 5
: Kali Pendem di Kecamatan Junrejo (Sungai Brantas orde 3), sungai lebih besar daripada orde 2 dengan lebar
* 5,15 meter dan
kedalaman 40-50 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman h 40 cm. Stasiun 6
: Kali Bango Kelurahan Pandanwangi Kecarnatan Blimbing
(Sungai Brantas orde 2) Kota Malang. Sungai ini mempunyai
*
lebar 4 meter dan kedalaman Stasiun 7
: Kali
Arnprong
Kelurahan
* 70 cm. Kedungkandang
Kedungkandang Kota Malang mempunyai lebar
Kecamatan
*
5 merer.
kedalaman 30-50 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman k 35 cm. Stasiun 8
: Sungai Brantas Kelurahan Keduldalem Kecamatan Klojen Kota
Malang. Sungai ini mempunyai lebar
* 5,5 meter dan kedalaman
30-70 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai
*
kedalaman 50 cm. Stasiun 9
: Kali
Bango
Kelurahan
Kedungkandang
Kecamatan
Kedungkandang (Sungai Brantas orde 3) Kota Malang. Sungai mempunyai lebar
* 6 meter dan kedalaman 40 cm-1 meter. Titik
pengambulan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman + 50 cm. Stasiun 10
: Kali Lesti Kelurahan Sananrejo yang mempunyai lebar
* 4,5
meter dan kedalaman 40-80 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman h 50 cm. Stasiun 11
: Kali Lesti Kelurahan Tolok Kecamatan Turen yang mempunyai
*
lebar 4 meter dan kedalaman 50 cm-1 meter. Titik pengambilan
*
sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman 50 cm. Stasiun 12
: Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang yang mempunyai lebar 5 3 meter dan kedalaman 40-80 meter. Titik pengambilan sampel mempunyai
*
kedalaman 50 cm. Stasiun 13
: Kali Lesti Wonokerto Suwaru, sungainya lebar
kedalaman
* 7 meter dan
* 1,5-2 meter. Titik pengambilan sampel pada lokasi
ini mempunyai kedalaman * 1 meter. Stasiun 14
: Kali Lesti Bermuara Sengguruh, merupakan muara Kali Lesti.
Sungai ini mempunyai lebar + 1,6 meter dan kedalaman 50-70 cm. Titik pengambilan sampel pada lokasi ini mempunyai kedalaman Stasiun 15
* 50 cm.
: Waduk Sengguruh Tengah mempunyai lebar 5-7 meter dan
kedalaman 50 cm-2,5 meter. Titik pengambilan sampe! pada lokasi ini mempunyai kedalaman 5 50 cm.
Stasiun 16
: Kali Babar (sungai Metro orde 1) di Desa Karangpandan
Kecamatan Pakisaji kabupaten Malang. Sungai ini mempunyai
* 4,5 meter dan kedalaman 30-70 cm, Lokasi pengambilan sampel mempunyai kedalaman * 30 cm. lebar
Stasiun 17
: Sungai Metro Mojosari-Kedungrnonggo
Kecamatan Pakis
* 4 meter dan kedalaman 3060 cm. Lokasi pengambilan sampel mempunyai kedalaman * 50
Kabupaten Malang yang lebarnya cm. Stasiun 18
: Sungai Metro Kelurahan Talangagung Kecamatan Kepanjen
Kabupaten Malang. Sungai ini mempunyai lebar h 5 meter dan kedalaman 40 cm-1 meter. Titik pengambilan sarnpel pada lokasi
*
ini mempunyai kedalaman 40 cm.
5.2. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang 5.2.1. Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang Sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang memiliki peranan yang penting bagi masyarak~tMalang khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. Pada awalnya kawasan ini ditetapkan sebagai jalur hijau, namun kenyataan yang terlihat di lapangan menunjukkan bahwa kawasan DAS Brantas Hulu Malang telah berkembang ke arah yang justru melanggar rencana tata ruang tersebut. Hal ini tentu mengakibatkan perubahan kondisi kualitas air pada sungai Brantas secara keseluruhan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air maka pemantauan kualitas air kawasan Sungai Brantas dan sekitarnya menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah Jawa Timur. Sesuai dengan peraturan tersebut maka Gubemur Kepala daerah Dati I Jawa Timur menetapkan bahwa peruntukan Sungai Erantas termasuk dalam golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Selanjutnya dalam Keputusan Gubernur Jatim Nomor 4 13 Tahun 1987 ditetapkan juga penggolongan dan baku mutu air di Jawa Timur. Evaluasi kualitas air dilakukan terhadap parmeter fisika yaitu suhu, kekeruhan
(turbiditas), daya hantar listrik (konduktivitas), dan padatan tersuspensi (TSS) serta parameter kimia yaitu pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen kimia (COD), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), konsentrasi nitrat, total nitrogen, konsentrasi ortofosfat dan total fosfor yang selanjutnya dibandingkan dengan SK Gubernur Jawa Timur Nomor 413 tahun 1987 sesuai dengan peruntukan Sungai Brantas untuk keperluan perikanan dan petemakan. Selain itu kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang juga langsung mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 dengan pedoman bahwa pada peruntukan sama maka Sungai Brantas termasuk pada air golongan 111. Kualitas Air juga dievaluasi dengan menentukan status mutu air menggunakan metoda Indeks Pencemaran berdasarkan Kep MenLH no. 115 tahun 2003.
5.2.2. Evaluasi Kualitas Air Berdasarkan Masing-masing Karakteristik 5.2.2.1. Suhu Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu pada stasiun-stasiun pengamatan dari hulu ke hilir cenderung stabil dan tidak berbeda secara nyata. Perbedaan mencolok hanya tarnpak pada stasiun 1 dan 2 yang terletak di daerah Sumber Brantas. Kedua stasiun ini memiliki suhu rendah yaitu 16,7 & 16,5
OC.
Hal ini
disebabkan karena kawasan ini merupakan daerah sumber air Sungai Brantas yang paling hulu dan merupakan lokasi terdekat dengan sumber air (Gambar 6). Menurut SK Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987, baku mutu air yang peruntukannya untuk keperluan perikanan dan peternakan adalah suhu normal atau suhu alami
* 2 OC. Berdasarkan acuan tersebut terdapat 7 lokasi yang
sebenarnya tidak lagi layak untuk peruntukan yang dimaksud karena perubahan suhunya dibandingkan kondisi alami pada daerah tersebut sudah melebihi ambang batas yaitu Sungai Brantas Kedung Pedarigan, Kali Lesti Wonokerto, Kali Lesti yang bermuara di Sengguruh, Waduk Sengguruh tengah, Kali Babar Kecamatan PakisajiSungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis, dan Sungai Metro Talangagung.
43
30 -
-
v
25
-
20
-
3
e 3
r
15-
3
V)
10 5
-
o
\
2
8
b
h
~ 8
6
~ 8
2
eP eP eP eP eP eP eP eP eP,$'*,&
%
,
0
\\
l
*'& & &. & 8 b ,t
\h
\6
~
,
$+,8
Stasiun
Gambar 6. Grafik parameter suhu setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003. Dari 7 (tujuh) lokasi tersebut terdapat stasiun yang suhunya cukup jauh melebihi ambang batas (2 3' C) yaitu Sungai Kedung Pedarigan Kepanjen. Sedangkan 11 lokasi lain masih disebut layak peruntukan. Sumber Brantas memiliki suhu ekstrim karena lokasinya yang dekat dengan sumber namun ha1 ini wajar karena sesuai dengan kondisinya. Suhu alami daerah Sumber Brantas adalah sekitar 18°C. Suhu air sangat berkaitan dengan kenyamanan clan kelangsungan kehidupan di suatu perairan. Disamping itu suhu air juga mempengaruhi kecepatan reaksi proses kimia di dalam perairan. Oleh karena itu perubahan yang besar dari suhu di dalam ekosistem perairan dapat mengakibatkan kerugian bagi biota yang hidup di dalamnya. Berdasarkan acuan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, air golongan 111 memiliki baku mutu suhu normal
* 3 ' ~ . Stasiun yang suhunya melebihi
ambang batas yaitu Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan dengan suhu 28,3'~. Ini berarti bahwa kawasan tersebut berarti tidak layak lagi untuk peruntukan perikanan dan peternakan.
~
~
5.2.2.2. Daya Hantar Listrik (Konduktivitas)
Daya hantar listrik (DHL) suatu perairan menunjukkan banyaknya ion-ion yang terdapat di dalam perairan tersebut. Hal ini merupakan indikasi keberadaan garam-garam terlarut dalam air. Sebagai salah satu sumber air tawar, sungai yang paling ideal tidak dapat menghantarkan arus listrik. Walaupun kenyataannya tidaklah pernah demikian karena sungai biasanya sudah dimasuki oleh bahanbahan yang mengandung gararn terlarut. Berdasarkan grafik pada Gambar 7 terlihat bahwa daya hantar listrik pada lokasi penelitian dari hulu ke hilir berfluktuasi, namun terdapat perbedaan mencolok pada stasiun 1 dan 2 yang terletak di Sumber Brantas yang konduktivitasnya sangat rendah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi kawasan ini yang masih relatif asli dan jauh dari surnber pencemaran. Hasil pengukuran daya hantar listrik secara in situ di 18 stasiun juga menunjukkan nilai konduktivitasnya rata-rata rendah yaitu seluruhnya dibawah 1. Nilai baku mutu daya hantar listrik untuk sungai golongan C adalah 150-400 mhoslcm. Ini menunjukkan bahwa nilai konduktivitas di seluruh stasiun pengamatan masih jauh di bawah baku mutu namun tidak layak untuk peruntukan sungai golongan C.
Gambar 7. Grafik parameter konduktivitas setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.
0.4 0.35 0.3 -
5 0.25 3= 0.2 c.
-
E
0.15 0.1
-
0.05 0
-
Juni 2002
Juni 2003
Waktu pengamatan (tahun)
Sept.2003
+- Kali Lesti Wonokelto ,
-m-
Kali Metro
t-Sungai Brantas Kedung
Pedarigan
Gambar 8. Grafik perubahan nilai konduktivitas pada beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003. Nilai konduktivitas di beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003 seperti yang disajikan dalam Gambar 8 juga tidak memperlihatkan perubahan yang berarti dan nilainya masih sangat jauh dari ambang batas maksimum berdasarkan acuan Kep. Gub. No. 417 tahun 1987 dan PP No. 82 tahun 2001. 5.2.2.3. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS)
Kandungan total padatan tersuspensi di 18 lokasi penelitian dari hulu ke hilir terlihat berfluktuasi. Dalam Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 tidak disebutkan ambang batas untuk total padatan tersuspensi air golongan C, sedangkan berdasarkam PP No. 82 tahun 2001 ditetapkan nilai ambang batas
400 mg/L untuk air golongan 111. Data dari 18 stasiun pengarnatan menunjukkan bahwa nilai total padatan tersuspensi air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang masih jauh dari ambang batas. Total padatan tersuspensi terbesar ditemukan pada stasiun 5 di Kali Pendem (Brantas orde 3) yaitu 88 mg/L dan nilai terkecil terdapat di daerah Sumber Brantas 1 yaitu tanpa nilai total padatan tersuspensi atau 0 mgll. Berdasarkan karakteristik kandungan total padatan tersuspensi maka seluruh lokasi penelitian masih layak bagi peruntukan sungai golongan C dan I11 (Gambar 9).
Gambar 9. Grafik parameter total padatan tersuspensi setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003. 90 80 -
70 -
60 -
-
$50E
+
40
-
30 20
-
10
-
0Juni 2002
Juni 2003
Waktu pengamatan (tahun)
+- Kali Lesti Wonokerto
Gambar 10. Grafik perubahan nilai total padatan tersuspensi pada beberapa lokasi penelitian tahun 2002-2003. Data total padatan tersuspensi tahun 2002-2003 menunjukkan bahwa di Sungai Brantas Kedung Pedarigan, Kali Metro, dan Kali Lesti Wonokerto terlihat perubahan nilai total padatan tersuspensi yang berarti (Gambar 10). Total padatan tersuspensi merupakan parameter yang mempengamhi kekeruhan dan kecerahan air sehingga mempengaruhi proses fotosintesis. Nilai total padatan tersuspensi
yang besar juga mengakibatkan berkurangnya kemampuan pemurnian alami (self purijication) dengan mengurangi fotosintesis dan menutupi organisme dasar.
5.2.2.4. Turbiditas (kekeruhan) Kekeruhan merupakan indikasi jernih atau tidaknya air sungai. Grafik kekeruhan dari 18 stasiun menunjukkan bahwa stasiun 17 yaitu Sungai Metro Talangagung merupakan lokasi yang paling tinggi tingkat kekeruhannya. Hal ini memang jelas sekali terlihat di lapangan sedangkan stasiun yang paling jernih airnya adalah stasiun 1 di daerah Surnber Brantas (Gambar 1 1).
$.?$.7$.'+.
***
b ' Y % " ~ % Q \ ? , b . $ ! + + + +. +. $. +. $.? +? +. &J#
+.
'32
Stasiun
Gambar 11. Grafik parameter kekeruhan setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hlir Bulan September 2003.
Tingkat keasaman air sungai dapat dievaluasi dengan derajat keasarnan atau pH. Naik atau turunnya nilai pH dipengaruhi oleh banyaknya bahan-bahan kimia yang masuk kedalam sungai. Berdasarkan Surat Keputusan Gubemur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 ditetapkan nilai baku pH Sungai golongan C adalah 5-9. Dari 18 stasiun pengamatan diketahui bahwa pH selunrh lokasi sarnpel masih berada dalam rentang nilai baku mutu. Hal yang sama juga terlihat dengan membandingkan pH 18 stasiun tersebut dengan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001
yaitu 6-9. Hasil ini menunjukkan bahwa keasaman air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu masih normal (Gambar 12). Pada beberapa lokasi penelitian seperti Sumber Brantas dan Sungai Brantas Desa Kedul Dalem memang terlihat adanya peningkatan pH dibandingkan dengan tahun 1997 (Gambar 13), namun di Kali Lesti, Kali Metro dan Sungai Brantas Kedung Pedarigan nilai pHnya berfluktuasi (Gambar 14).
*?
*'
*? *?+b *y
$22g g
5,$b*+
*+*9g
Stasiun
Gambar 12. Grafik parameter pH setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.
Mei 1997
Sept.2003
Waktu pengamatan
--t SurrberBrantas
-m-
Desa Kedul Dalem
Gambar 13. Grafik perubahan nilai pH pada 2 (dua) lokasi penelitian.
49
9
-
8
-
7
-
6
-
5I
P
4
-
3
-
2
-
1
-
-m-
0
I
Juni 2002
Kali Metro
I
Juni 2003
Sept.2003
+-Sungai
Brantas Kedung
Waktu pengamatan(tahun)
Gambar 14. Grafik perubahan nilai pH beberapa lokasi penelitian tahun 20022003 5.2.2.6. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Secara umum kandungan oksigen terlarut (DO) pada seluruh lokasi penelitian cukup tinggi dan masih memenuhi syarat untuk perikanan dan peternakan baik mengacu pada Kep. Gub. No. 4 17 tahun 1987 ataupun PP No. 82 tahun 200 1. Dari 18 stasiun pengamatan hanya 2 (dua) stasiun yaitu stasiun 14 (Kali Lesti yang bermuara di waduk sengguruh) dan stasiun 15 (Waduk Sengguruh Tengah) yang nilai oksigen terlarutnya di bawah 4 mgll. Sedangkan 13 stasiun menunjukkan nilai DO yang cukup tinggi (Gambar 15). Oksigen terlarut pada stasiun 16, 17, dan 18 tidak diperlihatkan dalam Gambar 15 karena tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya. Oksigen terlarut adalah parameter hidrobiologis karena merupakan penentu hidup matinya organisme di dalam air. Semakin tinggi nilai oksigen terlarut (DO) maka semakin tinggi kemungkinan adanya kehidupan di dalam sungai. Namun, kandungan oksigen terlarut yang sangat tinggi di dalam air sebenarnya tidak baik juga untuk kehidupan organisme di dalarnnya.
I1
1I
Stasiun
Gambar 15. Grafik parameter oksigen terlarut setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003. Pada daerah Sumber Brantas terlihat adanya penurunan nilai oksigen terlarut pada saat penelitian dibandingkan dengan data tahun 1997, sedangkan di Desa Kedul Dalem nilai oksigen terlarutnya cenderung stabil (Gambar 16).
Mei 1997
Sept. 2003
Waktu pengnmatan
-m-
Desa Kedul Delem
Gambar 16. Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada 2 (dua) lokasi pengamatan.
12
-
10 -
M
8-
8
i
6 4
-
2
-
0
I
I
I
I
I
I
I
I --e Brantas Kedung/ Marigan
+Bendungan Sen guruh
+K ~ fesb L Waktu pengamatan
++-
Wonokerto Kali Metro
Gambar 17. Grafik perubahan nilai oksigen terlarut pada beberapa lokasi penelitian tahun 2001-2003. Pada kawasan Sungai Brantas di Kedung Pedarigan dan Kali Metro terdapat kecenderungan peningkatan kadar oksigen terlarut. Kandungan oksigen terlarut di Kali Lesti berfluktuasi sedangkan di Bendungan Sengguruh menunjukkan p e n m a n nilai DO (Gambar 17).
5.2.2.7. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD) Nilai COD yang diperoleh pada suatu perairan memberikan petunjuk tentang banyaknya
senyawa organik baik yang bersifat biodegradable maupun non
biodegradable di dalam perairan sehingga dapat dijadikan indikator tinggi
rendahnya tingkat pencemaran. COD diperlukan untuk menilai kualitas lingkungan suatu perairan karena banyak senyawa organik tidak dapat diurai secara biologis oleh mikroorganisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai COD dari 18 stasiun pengamatan seluruhnya sudah melebihi ambang batas maksimurn untuk air golongan C yaitu sebesar 10 mg/L. Dari 18 stasiun pengamatan terdapat 14 stasiun mencapai nilai COD diatas 100 mg/L dengan COD terbesar terdapat di stasiun 17 yakni Sungai
Metro Mojosari yaitu 435,913 mg/L. Nilai COD terendah ditemukan pada stasiun 1 (Sumber Brantas I)yaitu 10,557 mg/L. Tingginya rata-rata nilai COD pada seluruh stasiun pengamatan menunjukkan bahwa besarnya kandungan senyawasenyawa organik baik yang mudah terdegradasi maupun yang sulit temai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya sekaligus menjadi indikator buruknya kualitas air sungai di kawasan ini. Bila mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 maka nilai baku mutu COD untuk air golongan I11 adalah 50 mg/L. Dengan nilai acuan ini diperoleh bahwa rata-rata COD pada stasiun pengamatan juga sudah melebihi ambang batas maksimum. Dari seluruh stasiun ada 16 stasiun yang melewati ambang batas sedangkan 4 stasiun masih di bawah ambang batas. Nilai COD pada sitiap stasiun pengamatan disajikan dalam Gambar 18.
Gambar 18. Grafik parameter COD setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.
'8 .-E
150-
0
100
0 Wdargan
+Bendungan Sengguruh
+Kali Lesti Waktu pengamatan
Wonokerto
Gambar 19. Grafik perubahan nilai COD di beberapa lokasi penelitian tahun 200 1-2003. Data pengukuran COD yang diperoleh tahun 2001-2003 menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan nilai COD di beberapa lokasi yaitu Bendungan Sengguruh, Sungai Brantas dan Kedung Pedarigan (Gambar 19). 5.2.2.8. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Kebutuhan oksigen biokimia merupakan parameter yang menunjukkan besarnya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik dalam proses dekomposisi secara kimia. Nilai BODs juga dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran dalam perairan. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 nilai baku mutu BOD untuk air golongan C adalah 6 mg/L. Dari 18 stasiun pengamatan ada 6 stasiun yang nilai BODnya melebihi ambang batas yaitu di stasiun 4 (Kali Pendem Junrejo) sebesar 7,975 mg/L, stasiun 7 (Kali Bango desa Kedungkandang, Sungai Brantas orde 3) 7,532 mg/L, stasiun 12 (Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan Kecamatan Kepanjen) 8,419 mg/L, stasiun 16 (Kali Babar Karangpandan Pakisaji) 6,794 mg/L stasiun 17 (Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis) 9,748
mg/L, dan stasiun 18 (Sungai Metro Talangagung Kepanjen) sebesar 8,566 mg/L dengan nilai BOD tertinggi ditemukan pada stasiun 17. Perbandiigan dengan menggunakan PP No. 82 tahun 2001 menunjukkan hasil yang tidak berbeda untuk air golongan I11 karena nilai baku mutunya sama (Gambar 20). Hasil penelitian juga rnenunjukan bahwa terdapat perbedaan yang sangat jauh antara nilai COD 18 stasiun dengan nilai BODnya. Hal ini berarti bahwa kandungan sampah organik yang bersifat non biodegradable pada sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya sangat besar. Uji COD yang menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidaasi dalam uji COD. Nilai BOD untuk beberapa stasiun pada data tahun 2001-2003 menunjukkan nilai berfluktuasi dan sulit ditentukan polanya (Gambar
2 1). Namun dari gambar tersebut terlihat adanya peningkatan yang mencolok pada nilai BOD di Sungai Brantas Kedung Pedarigan Bulan Desember 2002. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya buangan sampah organik pada saat itu dari industri yang ada di atasnya yakni industri gula.
I
Stasiun
I
Gambar 20. Grafik parameter nilai BOD setiap stasiun pengamatan Bulan September 2003.
35 30 25
S
-
a
20
p
I5
-
10
-
S
5
-
0 -m--
Waktu pengamatan (tahun)
Bendungan Senggu~h
+- Kali Lesti Wonokerto +Kali Metro
Gambar 21. Grafik perubahan nilai BOD beberapa lokasi penelitian tahun 20012003. 5.2.2.9. Nitrat
Senyawa-senyawa nitrat dan nitrit terdapat dalarn perairan alami sebagai garam-garam yang terlarut, tersuspensi atau berupa endapan. Dalam bentuk nitrat, nitrogen dapat diserap lebih mudah oleh fitoplankton. Kandungan nitrat dapat meningkat dengan masuknya senyawa organik ke dalam air. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 4 13 tahun 1987 nilai baku mutu konsentrasi nitrat untuk air golongan C adalah 10 mg/L. Hasil penelitian yang diperoleh dari 18 stasiun menunjukkan konsentrasi nitrat di seluruh stasiun masih berada di
bawah ambang batas maksimum dengan nilai terbesar di stasiun 8 (Sungai Brantas Keduldalem) yaitu 3,790 mgL dan terkecil di stasiun 2 (Sumber Brantas 11) yaitu 0,087 mg/L. Sedangkan dalam PP No. 82 tahun 200 1 tidak diatur tentang baku mutu konsentrasi nitrat dalam air (Gambar 22). Sedangkan data nilai nitrat
pada saat penelitian dibandingkan dengan tahun 1997 menunjukkan peningkatan yang cukup besar pada Sungai Brantas di Desa Kedul Dalem dan cenderung stabil pada daerah Sumber Brantas (Gambar 23).
Gambar 22. Grafik parameter nitrat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.
1 ":, - I I
1 --+-Sumber Brantas Mei 1997
Sept.2003
+Desa Kedul Dalem
Waktu pengamatan
Gambar 23. Grafik perubahan nilai nitrat 2 (dua) lokasi penelitian 5.2.2.10. Total Nitrogen
Senyawa nitrogen terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi. Senyawa tersebut diperlukan dalam proses reaksi bilogis dalam suatu perairan Nirogen dalam perairan dapat berbentus gas nitrogen (N2), amoniak (Nl&+),nitrat (NO3-)
dan nitrit ( N o d . Total nitrogen merupakan salah satu indikator banyaknya senyawa organik terutarna kandungan unsur pupuk di dalam perairan. Total nitrogen mewakili konsentrasi seluruh ion nitrogen seperti nitrat dan nitrit dalam suatu senyawa organik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 ambang batas maksimum untuk total nitrogen untuk air golongan I11 adalah 20 mg/L. Dari hasil pengukuran di 18 stasiun terlihat bahwa konsentrasi total nitrogen di selwuh lokasi masih jauh dari ambang batas dengan nilai terbesar terdapat di stasiun 4 ( Kali Penden Junrejo) yaitu 5,5195 mg/L dan terkecil di stasiun 2 ( Surnber Brantas 11) yaitu 1,3788 mg/L (Gambar 24). Tingginya nilai total nitrogen pada stasiun 4 karena daerah ini dekat dengan kawasan pertanian yang banyak mengkonsumsi pupuk. Nilai total nitrogen di beberapa lokasi penelitian juga terlihat berfluktuasi berdasarkan data tahun 1998-2003 (Gambar 25).
Garnbar 24. Grafik parameter total nitrogen setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.
Waktu pengamatan (tahun)
Gambar 25. Grafik perubahan nilai total nitrogen beberapa lokasi penelitian. 5.2.2.11. Fosfat
Kandungan fosfat di seluruh stasiun pengamatan masih relatif kecil berdasarkan Kep. Gub. No. 417 tahun 1987. Sedangkan dalam PP No. 82 tahun 2001 tidak ditetapkan ambang batas untuk parameter fosfat (Gambar 26). Pada daerah Surnber Brantas terlihat adanya penurunan nilai fosfat dibandingkan dengan data tahun 1997 sedangkan pada Sungai Brantas Desa Kedul Dalem terlihat peningkatan kadar fosfat (Gambar 27).
Stasiun
Gambar 26. Grafik parameter fosfat setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.
0
1
r
Mei 1997
Se t.2003
Wnktu peopmafao
i
I
--e- Sunhr Brantas -m-
bra w u l ~ebrnl
Garnbar 27. Grafik perubahan nilai fosfat 2 (dua) lokasi penelitian
5.2.2.12. Total Fosfor Selain total nitrogen, total fosfor juga merupakan indikator kandungan unsur-unsur pupuk di dalam perairan. Total fosfor mewakili seluruh kandungan fosfor di dalam perairan. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 menetapkan baku mutu total fosfor sebesar 1 mg/L untuk air golongan 111. Dari hasil pengukuran yang dilakukan di 18 stasiun seperti yang disajikan dalam Gambar 28
ditemukan ada 3 lokasi yang kandungan total fosfornya melebihi ambang batas maksimurn stasiun 4 (Kali Pendem) dengan konsentrasi 1,0797 mg/L, stasiun 7 (Kali Bango Desa Kedungkandang) yaitu 1,0823 mg/L, dan stasiun 8 (Sungai Brantas Keduldalem) dengan nilai 1,0340 mg/L sedangkan 13 stasiun lainnya masih di bawah ambang batas. Gambar 31 menunjukkan perubahan nilai total fosfor pada tiga lokasi yaitu Sungai Brantas Desa Kedung Pedarigan dan Kali Lesti Wonokerto
Gambar 28. Grafik parameter total fosfor setiap stasiun pengamatan dari hulu ke hilir Bulan September 2003.
2.5 -
2-
2
-2
1.5 -
3
-#8
'C
1-
I-
0.5 -
0 -, 1998
1999
2000
2001
2002
2003
Waktu pengamatan (tahun)
Gambar 29. Grafik perubahan nilai total fosfor beberapa lokasi penelitian.
5.2.3. Evaluasi Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang Banyak faktor yang kemungkinan menyebabkan p e n m a n kualitas air Sungai Brantas di kawasan hulu. Menurut Sunarhadi et al. (2001) pada Rencana Tata Ruang Kota Malang periode 199311994-2003/2004, lahan DAS Sungai Brantas di Kota Malang direncanakan untuk jalur hijau dan konservasi, namun kenyataannya rencana tata ruang tersebut telah dilanggar. Di sisi kiri dan kanan sungai saat ini telah banyak ditemui bangunan yang sangat bervariasi dan makin meningkat kepadatannya. Perkembangan kawasan ini antara lain disebabkan oleh 1) semakin tumbuhnya pusat pendidikan dan terminal angkutan urnum sehingga mendukung jumlah kos mahasiswa dan pertokoan penyedia kebutuhan sehari-hari,
2) semakin banyaknya pembangunan perumahan yang mendekati sungai, 3) keberadaan pabrik yang menyebabkan semakin banyaknya jumlah tempat hunian karyawan dan saat ini jarak antar bangunan rapat sekali, 4) pembangunan lahan pertanian yang pengaturannya melanggar ketentuan Tata Kota, disamping penebangan hutan untuk membuat lahan yang bertujuan untuk menanam tanaman semusim juga semakin luas. Hal ini bahkan mengakibatkan puncak perbukitan gundul sehingga terjadi pengikisan lahan yang menyebabkan banjir lumpur bila hujan deras.
Penurunan kualitas air yang sudah terlihat jelas di kawasan DAS Brantas Hulu Malang akan membawa banyak akibat buruk saat ini dan masa yang akan datang, seperti akan timbulnya penyakit perut karena meminurn air yang kurang sehat atau penyakit kulit yang disebabkan penggunaan air tersebut untuk mandi dan mencuci pakaian. Hal ini besar kemungkinan terjadi karena berdasarkan pengamab', banyak masyarakat yang langsung mengambil air sungai untuk konsurnsi nunah tangga mereka dan anak-anak yang mandi di sungai secara bebas. Dari hasil penelitian ini di 18 stasiun dapat ditentukan status mutu air sungai
di kawasan DAS Brantas Hulu pada 15 stasiun dengan menggunakan Metoda Indeks Pencemaran berdasarkan Kep Men LH No.115 Tahun 2003. Hasil penentuan status mutu air dari 15 stasiun terbagi menjadi 2 yaitu cpertama mengacu pada baku mutu dari Keputusan Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987 dan kedua mengacu kepada Peratutan Pemerintah No. 82 tahun 2001.
Hasil penentuan status mutu air yang mengacu pada SK Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987 menunjukkan bahwa seluruh sungai di kawasan DAS Brantas
Hulu Malang sudah tercemar. Harnpir setengah lokasi (7 stasiun) bahkan memiliki status cemar sedang dan 8 lokasi yang masih berstatus cemar ringan. Hal yang cukup mengejutkan adalah daerah Surnber Brantas yang diperkirakan masih alami dan bersih sudah tergolong cemar ringan (Tabel 11).
Tabel 11. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran ( Kep Meneg. LH No. 115 tahun 2603) berdasarkan Kep. Gub. Jatim No.4 13 ~ a h u n1987 Stasiun
Lokasi
Nilai PIj
Status Mutu Air
1.
Sumber Brantas 1
1,269
Cemar ringan
2.
Sumber Brantas 2
2,677
Cemar ringan
3.
Sungai Brantas Beji
5,628
Cemar sedang
4.
Kali Pendem Jumejo
5,377
Cemar sedang
5.
Kali Pendem ( Brantas Orde 3 )
5,436
Cemar sedang
8.
Sungai Brantas Keduldalem
5,324
Cemar sedang
6.
Kali Bango Torongdowo Blimbing
4,540
Cemar ringan
( Brantas orde 2)
9.
Kali Bango Kedungkandang
4,404
Cemar ringan
7.
Kali Amprong Kedungkandang
4,765
Cemar ringan
12.
Sungai Bractas Kedung Pedarigan
3,818
Cernar ringan
Kec. Kepanjen 10.
Kali Lesti Sananrejo
4,355
Cemar ringan
11.
Kali Lesti Tolok Turen
5,835
Cemar sedang
13.
Kali Lesti Wonokerto Suwaru
5,698
Cernar sedang
14.
Kali Lesti Bermuara Sengguruh
4,22 1
Cemar ringan
15.
Waduk Sengguruh tengah
5,784
Cemar sedang
Berdasarkan hasil penentuan kedua status mutu tersebut jelas sekali terlihat
bahwa hampir seluruh sungai di kawasan DAS Brantas Hulu memang telah tercemar. Perbedaaan terdapat pada kondisi stasiun 1 dan 2 di daerah Surnber Brantas yang status mutu airnya masih dalam kondisi baik dari hasil evaluasi dengan mengacu pada PP No. 82 tahun 2001 (Tabel 12). Di samping itu juga terdapat perbedaan tingkat status mutu dari 16 stasiun pengarnatan yang berstatus cemar ringan dengan acuan kedua.
Tabel 12. Hasil penentuan status mutu air sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metode Indeks Pencemaran ( Kep Meneg. LH No. 115 tahun 2603) berdasarkan PP No.82 Tahun 200 1 Stasiun
Lokasi
Nilai PIj
Status Mutu Air
1.
Sumber Brantas 1
0,414
Kondisi baik
2.
Sumber Brantas 2
0,505
Kondisi baik
3.
Sungai Brantas Beji
3,079
Cemar ringan
4.
Kali Pendem Junrejo
2,842
Cemar ringan
5.
Kali Pendem ( Brantas Orde 3 )
2,886
Cemar ringan
8.
Sungai Brantas Keduldalem
2,811
Cemar ringan
6.
Kali Bango Torongdowo Blimbing
1,993
Cemar ringan
(Brantas orde 2 ) 9.
Kali Bango Kedungkandang
1,842
Cemar ringan
7.
Kali Arnprong Kedungkandang
2,210
Cemar ringan
12.
Sungai Brantas Kedung Pedarigan
1,668
Cemar ringan
Kec. Kepanjen 10.
Kali Lesti Sananrejo
1,800
Cemar ringan
11.
Kali Lesti Tolok Turen
3,278
Cemar ringan
13.
Kali Lesti Wonokerto Suwaru
3,124
Cemar ringan
14.
Kali Lesti bermuara sengguruh
1,655
Cemar ringan
15.
Waduk Sengguruh tengah
3,223
Cemar ringan
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya indikasi bahwa secara keseluruhan sungai-sungai di kawasan DAS Brantas seluruhnya sudah mengalami pencemaran yang mengkhawatirkan karena pencemaran di daerah hulu merupakan indikasi pencemaran yang lebih buruk dibagian hilimya.
Dari dua aliran sungai yang dievaluasi status mutu aimya yaitu Sungai Brantas dan Kali Lesti, terlihat bahwa Kali Lesti merupakan sungai yang paling parah pencemarannya yaitu Kali Lesti Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Sedangkan Sungai Brantas yang pencemarannya paling berat adalah Kali Pendem yang merupakan anak sungai Brantas orde 3 di Kecamatan Junrejo Kabupaten Malang.
5.2.4. Klasifikasi Kondisi Kualitas Air Sungai-sungai di ffiwasan DAS Brantas Hulu Berdasarkan Kegiatan yang Berlangsung di Sekitarnya
Pengarnatan kualitas air di 18 stasiun penelitian menunjukkan kondisi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang dapat diklasifikasian berdasarkan kegiatan di sekitar DAS ke dalam 3 (tiga) kategori yaitu: 1.
Daerah yang bercirikan kegiatan pertanian
terutama buah-buahan dan
sayur-sayuran diwakili oleh sungai yang berada di daerah Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kabupaten Malang. Sungai-sungai di daerah ini memiliki karakteristik parameter kualitas air yang relatif rendah seperti suhu (* 17' C), daya hantar listrik (f 0,9 mhos/cm), total padatan tersuspensi (< 3 mg/L), oksigen terlarut masih tinggi (> 5 mg/L), BOD, nitrat, fosfat,
TN dan TP juga relatif rendah. Air sungai juga tergolong jernih, namun nilai COD di daerah ini ternyata cukup tinggi dan melebihi ambang batas maksimum untuk acuan SK Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987. Air sungai tergolong sedikit tercemar namun lebih cenderung masih dalam kondisi baik bila menggunakan acuan peraturan pemerintah terbaru. 2.
Daerah yang bercirikan perkotaan dengan banyaknya pemukiman penduduk di tepi sungai. Kondisi fisik sungai juga curarn dan berbatu dan banyak juga terdapat tumbuhan bambu di sekitar sungai. Sungai-sungai di daerah ini memiliki karakteristik tingginya nilai beberapa parameter kualitas air seperti BOD (1,3-7,6 mg/L) bahkan Kali Bango di daerah Kedungkandang Kota Malang nilai BODnya melebihi ambang batas maksimurn. CODnya juga
tergolong sangat tinggi ( 100-202 mg/L). Air sungai di daerah ini terlihat kotor dan keruh serta banyak digunakan masyarakat sebagai sarana MCK. Tingkat pencemaran sungai di daerah ini juga cukup mengkhawatirkan antara ringan dan sedang.
3.
Daerah yang pemukiman di luar Kota Malang yakni di Kabupaten Malang yaitu Sungai dan anak-anak sungainya ( Kali Babar, Sungai Metro Mojosari. dan Sungai Metro Talangagung). Sungai di kawasan ini sangat keruh dan banyak digunakan oleh masyarakat sebagai sarana MCK. Swgai di kawasm
ini memiliki karakteristik nilai BOD yang tinggi (seluruhnya di atas bku mutu) dan COD yang sangat tinggi. Nilai COD tertinggi bahkan terdapat di sungai pada kawasan ini yaitu di Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Sungai di kawasan ini juga dijadikan tempat pembuangan limbah industri gula yaitu PT. Kebonagung yakni Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis. Sungai Metro di kawasan Talangagung Kepanjen juga dijadikar~ sebagai tempat pembuangan limbah industri tapioka yaitu UD. Singkong Artha Mas. 4.
Daerah setelah pusat kota yang bercirikan kegiatan persawahan, banyak terdapat tumbuhan kelapa, perkebunan pisang,
dan terdapat turnbuhan
bambu di sekitar sungai daerahnya. Daerah ini diwakili oleh sungai yang berada di Kelurahan Sananrejo, Kecamatan Turen, Kedung Pedarigan Kecamatan Kepanjen ,dan daerah sekitar Waduk Sengguruh. Sungai-sungai di kawasan ini memiliki karakteristik nilai beberapa parameter kualitas air yang mulai naik seperti suhu (24-27,5' C), pH masih relatif normal, COD tinggi (90-250 mg/L), BOD masih rendah (0,8-4 mg/L), nitrat, TN agak meningkat dibanding kategori pertarna (> 1 m@), fosfat dan TP relatif rendah. Tingkat pencemaran sungai di daerah ini cukup menghawatirkan terutama Kali Lesti di daerah Turen yang memiliki tingkat pencemaran tertinggi di pada penelitian ini. 5.3. Evaluasi Kuaiitas Air Sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dalam Kaitannya dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya 5.3.1. Kondisi Tata Guaa Lahan dan Aktivitas di Sekitar Kawasan DAS Brantas Hulu Malang
Dalam Tata Ruang Wilayah Kota Malang periode 199311994-200312004 selebar 15 meter sepanjang kanan kiri jalur Sungai Brantas ditetapkan sebagai jalur hijau. Namun kenyataan yang terlihat di lapangan adalah jalur hijau tersebut telah dilanggar oleh pembangunan yang berlangsung (Sunarhadi et ai.,2001). Selanjutnya menurut
Sunarhadi et al. (2001) pesatnya peckembangan
pembangunan di kawasan tersebut dipengaruhi oleh mode pertumbuhan berupa pusat pendidikan d m terminal angkutan m u m . Hai ini mengakibatnya seinakin
banyaknya fasilitas kos untuk pelajar dan pertokoan penyedia kebutuhan seharihari. Di samping Sungai Brantas ,kawasan DAS Brantas Hulu secara keseluruhan
juga menunjukkan ha1 yang sama. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan banyaknya pembangunan perurnahan mendekati sungai meskipun tidak berada di sempadan sungai. Hal ini turut memicu berkembangnya kawasan artificial menuju sempadan Sungai Brantas. Kondisi ini diperburuk dengan keberadaan pabrik yang mengakibatkan tumbuhnya kawasan artificial guna hunian karyawan atau pemasoknya juga menjadikan banyak bangunan yang berjarak 0 meter dari sungai. Tabel 13. Tata guna lahan DAS Brantas Hulu No
3 1.
Kecamatan
Kawasan Sawah Terbangun (b2i Batu 4,66 Bumiaji 4,57 Junrejo 3,19 Singosari 19,83 Karangploso 7,87 Dau 7,Ol 11,66 Tumpang Pakis 10,59 Jabung 9,48 Poncokusumo 18,lO Bululang 8,8 1 Gondanglegi Pagelaran 11,94 Wajak 13,61 Tajinan 6,53 Turen 15,78 Dampit 11,66 Tirtoyudo 4,75 Sumbermanjing 20,32 Kepanjen 8,59 Pakisaji 1 1,52 Sumberpucung 0,84 Kromengan 6,40 Ngajum 17,49 Wonosari 65 Wagir 10,:2 Pagak 6,57 Kalipare 1,12 Bantur 3,90 Gedangan 0,16 Kota Malang 62.13 17.26
TegaladKebun
Jumlah seluruhnya
Sumber: BPS Kota Malang, 1999
18.37
Hutan
Perkebunan Lainlain
-
1779
2210,21
Ddam tata guna lahan tahun 2001 seperti terdapat dalam Tabel 13
\
disebutkan bahwa jumlah kawasan terbangun mencapai 325,7 km2 dari luas lahan atau 4,54%. Tata guna lahan tiap kawasan DAS Brantas Hulu
2210,21
Malang dan sekitarnya ditunjukkan juga pada Gambar 30 .
I
I 11mm
H2YSG-E
KAdM SEDIMENTAS YANG MAWK
KE WADUK m O U I U H DAN KARAMKATES d%?$R&JLA~~ WB w s BRbNTAS CULU
-Sung.' MdUk
J -r
ma.,
5"b DPS
I -a I s1"h.r W." W." J,.
-@
b
C-J
u
n C-mourn
mrl
Rmuldman
mei3 BPl $sg *mar
I T.0.l WLKI Bnnn n u ~ . i 9 9 6
Gambar 30. Peta Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu.
I llm€
Berdasarkan tata guna lahan pada Tabel 13 dan Garnbar 30 terlihat bahwa sebenarnya kawasan pemukiman di wilayah DAS Brantas Hulu Malang dan sekitarnya masih banyak didominasi oleh hutan, tegalan dan sawah. Pemukiman penduduk menduduki urutan keempat dalam tata guna lahan di DAS Brantas Hulu. Narnun terlihat pemukiman banyak yang letaknya dekat dengan sungai bahkan di pinggir sungai seperti Kali Bango, Lesti dan Metro. Kawasan terluas merupakan hutan dan tegalan diikuti oleh sawah dan daerah pemukiman Di sarnping adanya perubahan penggunaan lahan berbagai aktivitas pun dilakukan di sekitar sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Dari hasil pengamatan langsung di lapangan dalam penelitian ini dijumpai masih banyak masyarakat yang menggunakan sungai sebagai tempat mandi, cuci clan kakus (MCK) seperti halnya dijurnpai di Kali Bango, Kali Arnprong dan Sungai Brantas. Selain itu banyak pula berdiri pabrik-pabrik seperti pabrik tapioka, kulit, rokok, makanan dan lain-lain di sepanjang sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Lokasi industri yang terdapat di sepanjang kawasan DAS Brantas Hulu diperlihatkan dalarn Gambar 3 1.
Gambar 3 1. Lokasi industri di sepanjang DAS Brantas Hulu. Keterangan: MLG030= CV Nasional, produksi karet MLG029= PT. Kebalen Timur, produksi kulit MLG036=Pem.Hewan Malang, produksi daging MLGO 1O=PG. Kebonagung, produksi gula MLG002=PT. Penamas, produksi rokok MLG 138=UD. Singkong Artha. M, produksi tapioka -
MLG006=PT.Kasin, produksi kulit MLG02 1=CV. Usaha Loka, produksi kulit MLG137=UD. Caragenan Ind., produksi jelly MLG004=PG. Krebet Baru, produksi gula MLGO 19=PT. Sumber Timur, produksi tapioka MLGO 17=PT. Sumber Tani, produksi tapioka MLGOOS=PT.Intaf, produksi tapioka MLG003= PT. Ekamas Fortuna, produksi kertas
5.3.2. Evaluasi Kualitas Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu
Malang Berkaitan dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas di Sekitarnya
Hasil evaluasi kualitas air di 18 lokasi penelitian menunjukkan sebagian besar sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu buruk kualitasnya. Dari data kualitas yang diperoleh terdapat beberapa stasiun yang memiliki nilai parameter baik mefiggunzkan acuan Keputusan sudah melebihi ambang batas maksirl~ur~ Gubernur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 maupun berdasarkan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001. Daerah Surnber Brantas yang diperkirakan masih memiliki kualitas air yang baik temyata juga tergolong sudah tercemar. Pada lokasi ini baik di stasiun 1 dan stasiun 2 ditemukan nilai COD yang yang sudah melebihi ambang batas maksimurn menwvt acuan Kep. Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987. Khusus untuk nilai COD, berdasarkan acuan Kep. Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987 ditemukan bahwa seluruh lokasi kadar CODnya sudah melebihi ambang batas maksimurn, sedangkan berdasarkan PP No. 82 tahun 200 1 harnpir seluruh lokasi nilainya diatas baku mutu. Pencemaran paling berat berdasarkan perhitungan status mutu air terdapat di Kali Lesti Kecamatan Turen Kabupaten Malang (stasiun 11). Ini ditunjukkan oleh Indeks Pencemarannya yang tertinggi baik menggunakan acuan pertama yaitu 5,835 (tercemar sedang) maupun acuan kedua sebesar 3,278 (tercemar ringan). Dari hasil pengamatan di lapangan, sungai di kawasan ini merupakan daerah persawahan. Pencemaran yang kemungkinan lebih berat adalah di stasiun 17 yaitu Sungai Metro Mojosari dimana ditemukan nilai COD tertinggi dan peningkatan mencolok nilai parameter tersebut dibandingkan dengan data terakhir bulan Juni 2003. Pencemaran yang tergolong cukup mengkhawatirkan juga terjadi di Sungai Brantas Beji, Kali Pendem Junrejo, Kali Pendem, Sungai Brantas Keduldalem. Sungai Brantas yang bermuara di Waduk Sengguruh, waduk Sengguruh tengah: dan Kali Lesti Wonokerto, yang semuanya berstatus cemar sedang berdasarkan Kep. Gubemur Jatim No.4 13 tahun 1987. Hasil evaluasi juga menunjukkan bahwa telah tcrjadi penurunan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu dan sekitarnya. Penurunan kualitas air terlihat dari data-data kualitas air dari tahun 1997-2002. Bila dibandingkan dengan data dari tahun-tahun tersebut terjadi peningkatan kadar parameter kualitas air
yang mencolok dari nilai COD di beberapa stasiun pengamatan yaitu di Sungai Metro Mojosari, Sungai Brantas Kedung Pedarigan, Bendungan Sengguruh, dan Kali Lesti Wonokerto. Berdasarkan data terakhir bulan Juni 2003 terjadi peningkatan nilai COD yang cukup nyata di Kali Lesti Wonokerto dibandingkan dengan data Desember 2002. Sedangkan untuk parameter lain seperti
BOD,
Nitrat, TN; fosfat dan total fosfor nilainya cenderung berfluktuasi. Parameter COD menjadi indikator banyaknya sampah organik yang mencemari air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu terutarna senyawa organik yang bersifat non biodegradable. Hasil evaluasi kualitas air di masing-masing sungai selanjutnya dapat dikaji dalam kaitannya dengan tata guna lahan. Hasil penelitian memberikan inforrnasi bahwa dari tiga aliran sungai yang diamati maka Sungai Lesti yang. memiliki tingkat pencemaran terberat adalah Kali Lesti di Kecamatan Turen Kabupaten Malang. dan Sungai Brantas dengan pencemaran paling berat adalah Sungai Brantas Beji di wilayah Kecamatan Junrejo Batu Kabupaten Malang. Sungai Metro Mojosari menunjukkan kemungkinan pencemaran tertinggi bila dilihat dari nilai CODnya yang jauh menyimpang dari baku mutu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang kemunglunan dipengaruhi oleh tata guna lahan yang ada di wilayah tersebut. Hal ini didasari oleh Peta Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu tahun 2003 (Gambar 30). Dalarn peta tersebut terlihat kawasan pemukiman sebenarnya tidak terlalu mendominasi tata guna lahan pada DAS tersebut, namun kawasan banyak yang dekat dan melalui daerah aliran sungai Hal ini didukung pula dari hasil pengamatan langsung di lapangan yang menggambarkan bahwa pemukiman tersebut letaknya sangat dekat dengan sungai sehingga kemungkinan menimbulkan pengaruh terhadap penurunan kualitas air. Keberadaan pemukiman ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air sungai di kawasan ini karena aktivitas yang berlangsung di kawasan pemukiman seperti kegiatan limbah rumah tangga, hotel, asrama dan rumah sakit
berpotensi
mempengaruhi kualitas air sungai dengan limbah domestik yang dihasilkannya. Adanya pengaruh penggunaan lahan sebagai kawasan pemukiman terhadap kualitas air sungai di Kav~asanDAS Brantas Hulu menjadi indikator bahwa salah
satu penyebab banyaknya senyawa organik yang terkandung di dalam air sungai sebenamya dapat berasal dari aktivitas yang ada di sepanjang DAS sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas pertama yang kemungkinan berperan dalam penurunan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu adalah pemukiman. Berdasarkan pengamatan, pada stasiun-stasiun yang memilii status tercemar sedang memang terlihat adanya penggunaan sungai sebagai tempat MCK dan pembuangan limbah m a h tangga. Sungai-sungai ini semuanya berwarna keruh. Selanjutnya aktivitas kedua adalah ditemukannya banyak aktivitas industri yang berlangsung di sepanjang DAS Brantas Hulu. Berdasarkan data Perurn Jasa Tirta I (2000) tercatat sekitnya 20 industri di sepanjang DAS Brantas Hulu (Tabel 14) yang berpotensi m e m p e r b d kondisi kualitas air secara keseluruhan. Perusahaan Umurn Jasa Tirta memperlihatkan lokasi 14 industri yang. berdiri di sepanjang sungai di kawasan DAS Brantas Hulu ( Gambar 3 1 ). Bila dilihat dari tingginya nilai COD pada kawasan ini rnaka ha1 tersebut kemungkinan sangat dipengaruhi oleh banyaknya pabrik-pabrik yang menjadikan sungai sebagai tempat pembuangangan limbah. Pabrik-pabrik ini merupakan produsen dengan jenis limbah yang sulit urai seperti pabrik kulit, karet, kertas clan tepung tapioka. Limbah-limbah organik sulit urai inilah yang menyebabkan tingginya nilai COD hampir di semua lokasi penelitian. Di samping itu terdapat pula RPH, pabrik agar-agar, rokok dan peternakan babi.
Tabel 14. Daftar industri yang menghasilkan limbah cair pada DAS Brantas Hulu No.
Nama Industri
Produksi
PT. Kebalen Timur CV. Nasional CV. Usaha Loka PT. Kasin RPH Kota Malang PT. Penamas UD Caragenan Indonesia PG Kebonagung
Kulit Karet Kulit Kulit Daging sapi Rokok Agar-agar Gula
PG Krebet Baru
Gula
Air Limbah
Tapioka Tapioka Tapioka Tapioka Kertas Cold Storage Udang Tapioka PT Naga Mas Sakti Babi Persh. Delta Peaiwen Babi Persh. Babi Gunawan 19. Persh. Babi Bang Slamet Babi 50 m3/hr 20. Persh Sempulur Babi 25 m'/hr Sumber: 1. Puslit Sumberdaya Air &Perum Jasa Tirta I. 2002 PD Singkong Artha Mas PT Intaf Turen PT Sumber Tani PT Sumber Timur PT Ekamas Fortuna PT Bumi M. Internusa
Perairan Penampung S. Brantas S. Brantas S. Brantas S. Brantas S. Brantas S. Metro S. Brantas S. Metro S. Irigasi Mergan Sal.Irigasi S. Brantas S. Metro S. Lesti S. Lesti S. JuwoWS.Lesti S. Lesti S. Biru S. Biru S. Biru S. Metro S. Lesti S. Biru
Tingginya pencemar organik cii beberapa lokasi penelitian dapat dikaitkan dengan keberadaan pabrik-pabrik tersebut. Kali Lesti Tolok Turen
yang
merupakan Kali Lesti dengan tingkat pencemaran tertinggi pada penelitian irli merupakan perairan tempat pembuangan air limbah dari PT. Intaf Turen, PT Surnber Tani, dan PT. Surnber Timur yang seluruhnya merupakan produsen tapioka. Aliran limbah ketiga pabrik ini &an menjadi faktor yang mempengaruhi kualitas Kali Lesti di sekitarnya karena ketiganya menjadikan Kali Lesti sebagai tempat pembuangan limbahnya (Tabel 14). Di sarnping itu Kali Lesti juga menjadi perairan tempat pembuagan air limbah dari PT. Ekamas Fortuna, sebuah produsen kertas. Sungai Metro Mojosari Kecamatan Pakis juga merupakan sungai dengan pencemaran berat dilihat dengan nilai parameter COD yang sangat tinggi. Sungai ini menjadi tempat pembungan limbah dari sebuah industri gula yaitu PT. Kebonagung. Disamping itu Sungai Metro Talangagung Kepanjen juga merupakan tempat penampung limbah bagi industri tapioka UD. Singkong Artha Mas.
Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada Sungai Brantas. Beberapa stasiun pada Sungai Brantas juga dilalui oleh beberapa pabrik karet, kulit dan makanan. Dari 20 (duapuluh industri) yang ada di sepanjang sub DAS Brantas Hulu tercatat ada 7 (tujuh) industri yang menjadikan Sungai Brantas sebagai penampungan limbah cairnya yaitu CV Nasional (produsen karet), PT Kebalen Timur (produsen kulit), RPH Kodya Malang, PT Kasin (produsen kulit), CV usaha Loka (produsen kulit), UD. Caragenan Ind (produsen jelly) dn PT. Krebet Baru (produsen gula). Industri-industri ini berada di sepanjang sungai Brantas terutama di Kotarnadya Malang. Hubungan antara keberadaan industri-industri ini dengan pencemaran Kali Brantas dapat dilihat dengan tingkat pencemaran Kali Brantas di Kiduldalem Klojen Kota Malang (stasiun 8) yang letaknya sangat dekat dengan industri-industri ini dan menjadi perairan tempat pembungan limbah terdekat dari CV Nasional (produsen karet), PT. Kebalen Timur (produsen kulit),
RPh Kota Malang, PT. Kasin (produsen kulit) dan CV Usaha Loka (produsen kulit). Sungai di kawasan ini berstatus cemar sedang. dan airnya juga keruh serta banyak pemukiman penduduk di sekitarnya. Selain itu terdapat pula industri dengan jumlah limbah terbesar yaitu PG Krebet Baru, sebuah pabrik gula tebu dan menjadikan saluran irigasi Sungai Brantas sebagai perairan penampungnya. Sungai Brantas Beji yang merupakan Sungai Brantas dengan tingkat pencemaran tertinggi pada penelitian ini tidak termasuk daerah yang dekat dan dilalui oleh industri, narnun kemungkinan pencemaran tersebut dapat berasal dari aktivitas masyarakat yang banyak bermukim di sekitarnya. Kawasan ini juga merupakan daerah pertanian sayur-sayuran terutama kol dan bayam. Selain itu sub DAS Amprong yang diwakili dengan Kali Amprong di daerah Kedungkandang Kota Malang yang merupakan percabangan dari aliran Sungai Brantas mendapat pengaruh aliran limbah dari industri terdekat yaitu CV Nasional (produsen karet), PT Kebalen Timur (produsen kulit), RPH Kota Malang, PT Kasin (produsen kulit), CV Usaha Loka (produsen kulit), UD. Caragenan Ind. (produsen jelly) dan PT. Krebet Baru (produsen gula). Sungai di kawasan ini memiliki tingkat pencemaran yang cukup mengkawatirkan dengan nilai Pij 4,765. Tabel 14 juga menunjukkan daftar industri di sepanjang DAS Brantas Hulu dan jumlah limbah yang dihasilkan oleh masing-masing industri tersebut.
Berdasarkan jumlah limbah yang dihasilkan maka dapat diidentifikasi bahwa terdapat sedikitnya 7 industri di sepanjang DAS Brantas Hulu yang berpeluang menyurnbangkan limbah terbesar dan melalui aliran sungai yang diamati dalam penelitian ini yaitu 1) PG Krebet Baru (produksi gula), 2) PG Kebonagung (produksi gula), 3) PT Ekamas Fortuna (produksi kertas), 4) PT. Sumber Tani (produksi tepung tapioka),S) PT. Intaf Turen (produsen tapioka), 6) PT. Sumber Timur (produksi tapioka), dan 7) CV Usaha loka (produksi kulit). PG Krebet Baru merupakan perusahan gula tebu yang beralamat di Kecamatan Lawang Kabupaten Malang dan memberikan konstribusi limbah cair terbesar yaitu 40.600 m3/hari dengan perairan tempat pembuangan limbah Saluran Irigasi Sungai Brantas. Saluran irigasi ini tentunya melalui daerah aliran sungai. Tingginya nilai COD di kawasan yang dilalui oleh pabrik ini sepertidi Sungai Brantas Kedul Dalem Kota Malang, Kali Arnprong Kedungkandang Kota Malang, Kali Bango Kedungkandang (Sungai Brantas orde 3) maupun salah satu muara Brantas di Waduk Sengguruh kemungkinan dipengaruhi oleh keberadaan pabrik ini. Bahkan Sungai Brantas di Kedung Pedarigan juga menunjukkan peningkatan nilai COD yang cukup nyata dibandingkan bulan Juni 2003 (Gambar 19). Perusahaan gula terbesar kedua dalam jumlah limbah adalah PG. Kebonagung yang menjadikan Sungai Metro Mojosari sebagai tempat pembuangan limbahnya. Kadar COD yang sangat tinggi dan peningkatan nilai COD di lokasi ini kemungkinan sangat dipengaruhi oleh aliran limbah industri tersebut. Pabrik gula tebu memiliki peluang besar untuk menyurnbangkan COD karena memiliki karakteristik limbah yang dominan terhadap nilai parameter ini (Tabel 15).
Tabel 15. Perbandingan komposisi kimia limbah cair industri gula di beberapa negara Parameter COD~O~I BOD TS VS TSS VSS pH TN NH4+-~ SO, total K+ Na+ ca++t~td
Satuan dL dL
Brazil 22 15
India 80- 120 27-52 50-140
g/L g/L g/L
I ,48
2-14
g/~
g/L mg/L g/L dL
a
g/L
12 395 0,4 5 0,4 0 0,17
3,445 0,33-1,73 55-900 3-16 4-10 0,5-0,7
Venezuela 109 43 117 84 14 13 3,4
12 600 63 6,3 1,6
Sumber: Stewart, 2004 Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa limbah industri gula mempunyai karakteristik nilai COD dan BOD yang dominan. Hal ini mendukung hasil penelitian ini bahwa tingginya nilai COD di beberapa stasiun yang dilalui oleh aliran limbah pabrik ini kemunglunan dapat disebabkan oleh keberadaan industri gula tersebut. Industri ketiga yang menghasilkan limbah terbesar adalah PT. Ekamas Fortuna, sebuah perusahaan kertas. Pabrik ini me~ijadikanSungai Lesti sebagai perairan tempat pembuagan limbah cairnya. Keberadaan pabrik ini kemungkinan sangat mempengaruhi kualitas air Sungai Lesti terutama aliran sungai terdekat dengan pabrik tersebut yaitu
Kali Lesti Wonokerto Suwaru. Pada lokasi ini
terlihat adanya peningkatan nilai COD yang cukup tinggi dibandingkan dengan bulan desember 2002 sebesar 9,3 mgA menjadi 233,3625 mg/l. Industri kertas merupakan jenis industri yang menghasilkan zat pencemar yang mengandung senyawa organik dan anorganik dalam konsentrasi yang relatif tinggi. Selain itu dihasilkan pula limbah dalarn bentuk padatan tersuspensi, koloid dan terlarut. Pada dasarnya karakteristik limbah industri kertas didominasi oleh nilai BOD, COD, dan padatan tersuspensi (Tabel 16).
Tabel 16. Sifat-sifat air buangan pembuatan pulp pada bermacarn-macam proses dari berbagai negaradi dunia Proses
Mekanis Semi-kimia Sulfat Soda Sulfit
Kebutuhan airljumlah cairan buangan m3/ton pulp
Zat padat tersuspensi
kglton
MdL
Kglton
m a
15-200 40-370 110-355 150 600
1-24 10-200 45-65 52-800 260-540
700- 1450 650-1850 780-2850 750-2350 980-2540
2-35 4-80 1 1-90 580-600 25-60
280 300-900 280-2500 380-4000 550-2589
BODS
PH
2,5-6,8 2.9- 12 2,9-12 12-6,8
Sumber: Dep. Perindustrian, 1983 Disarnping itu beberapa pabrik kertas di Indonesia mengeluarkan limbah cair dengan karakteristik seperti terlihat dalam Tabel 17. Berdasarkan karakteristik limbah tersebut, maka kualitas air yang terkena aliran lirnbah industri kertas kemungkinan akan mengalami peningkatan BOD, COD, dan penurunan pH. Aliran Lesti seperti Kali Lesti Sananrejo, Kali Lesti Tolok Turen, Kali Lesti Wonokerto Suwaru, dan Kali Lesti yang bermuaran di Waduk Sengguruh menunjukkan nilai COD yang tinggi dan sudah melebihi ambang batas. B a h h Kali Lesti Tolok Turen merupakan lokasi yang tertinggi tingkat pencemarannya dalarn penelitian ini. Sedangkan Kali Lesti Wonokerto menunjukkan penmgkatan nilai COD dan kecenderungan nilai BOD yang berfluktuasi sejak tahun 2001. Nilai padatan tersuspensinya mengalami penurunan dan pH yang relatif stabil. Sehingga kemungkinan industri kertas ini memberikan konstribusi peningkatan
COD dan lebih banyak mengeluarkan senyawa organik non biodegradable. Tabel 17. Buangan polutan yang dikeluarkan oleh pabrik kertas di Indonesia Jenis Kertas
Koran Tissue Krafi Karton RO~O
Jumlah air buangan (m'lton)
BODS(mg/L)
26- 180 30-135 7-40 53-240 10-150
72-535 230-1098 250-700 246- 1735 700-4000
Sumber: Sugiono, 1990
Zat padat tersuspensi (mg/L) 36-750 398-987 309-1309 365-1550 330-2000
COD (mg/L)
1197-1817 1080-2796 1790-3009 1365-3550 1459-4900
Pencemaran Sungai Lesti lebih buruk lagi dengan keberadaan PT.Surnber Tani, PT. Intaf Turen, dan PT. Sumber Timur, ketiganya produsen tapioka. Banyaknya limbah dari dari ketiga pabrik ini tentu sangat mempengaruhi kualitas air di daerah aliran Sungai Lesti disamping karakteristik limbah industri tapioka sendiri. Industri tapioka merupakan jenis industri pengolahan singkong yang menghasilkan limbah cair berasal dari proses pencucian, ekstraksi, dan pengendapan. Sebagian besar mengandung pati terlarut, sianida, nitrogen dan fosfor dalam konsentrasi rendah. Karakteristik limbah cair industri tapioka diperlihatkan pada Tabel 18.
A
Berdasarkan karakteristik limbah cair tapioka seperti yang disajikan dalam Tabel 18 terlihat bahwa nilai COD clan BOD merupakan parameter yang dominan akan dipengaruhi oleh adanya limbah ini. Bila dilihat nilai COD pada perairan penampung maka dapat diketahui bahwa peningkatan nilai COD pada Sungai Lesti Wonokerto dan tingginya COD pada Sungai Lesti Tolok Turen dan Sananrejo Kabupaten Malang banyak disebabkan oleh keberadaan industri ini disarnping karena adanya industri kertas di sekitar sungai ini. Untuk nilai BOD tidak terlihat peningkatan pada Sungai Lesti Wonokerto dan nilai yang masih rendah pada Sungai Lesti Tolok Turen dan Sananrejo. Hal yang sama juga terjadi pada nilai TSS ketiga lokasi ini. Tabel 18. Karakteristik limbah cair pada berbagai industri tapioka Karakteristik Bahan baku Debit
Satuan tonihari
Kecil 5
PPm
0,1265
Industri Tapioka Menengah
Besar
20
200-600
0,117
0,200
BOD
COD SS
pH
sianida
Sumber: BPPI Semarang, 1996
Industri ketujuh adalah CV Usaha Loka, sebuah produsen kulit. Pabrik kulit ini menjadikan Sungai Brantas sebagai perairan penarnpung limbahnya. Aliran Sungai Brantas yang dilalui oleh aliran limbah dari CV Usaha Loka tentu akan mendapat pengaruhnya terutarna Sungai Brantas Kedul Dalem yang dekat sekali dengan aliran limbah ini (Gambar 3 1). Berdasarkan proses pengolahan bahan baku kulit, maka limbah yang dihasilkan pada umurnnya terdiri dari zat pencemar yang berasal dari zat protein tersuspensi serta bahan kimia penunjang dalam proses pengolahan bahan baku kulit. Secara umum, karakteristik air limbah industri penyamakan . kulit menghasilkan beberapa parameter kualitas air yang dominan mengandung warna, zat tersuspensi, zat organik, amonium, klorida, kromium serta pH tertentu. Kandungan rata-rata kualitas air limbah tiap tahap produksi industri kulit, disajikan dalam Tabel 19. Berdasarkan karakteristik limbah tersebut terlihat bahwa parameter BOD paling dominan, kemudian padatan tersuspensi dan COD. Hal ini berarti aliran air yang terkena pengaruh dari limbah penyamakan kulit akan memiliki kecenderungan tingginya nilai BOD, padatan tersuspensi dan COD. Bila dilihat dari kualitas air drri sungai yang dilalui oleh limbah industri CV. Usaha Loka yaitu Sungai Brantas Kedul Dalem Kota Malang, Kali Arnprong Kedungkandang Kota Malang, Kali Bango Kedungkandang (Sungai Brantas orde 3) maupun salah satu muara Brantas di Waduk Sengguruh maka diketahui bahwa parameter BOD pada sungai di kawasan ini cukup tinggi (> 1 mg/L) bahkan di Sungai Brantas Kedul Dalem Kota Malang BODnya sudah melebihi ambang batas maksimum (6 mg/L) yaitu sebesar 5,532 mg/L.
Tabel 19. Kandungan rata-rata kualitas air limbah tiap tahap proses produksi industri penyamakan kulit di India (Rao and Datta, 1 9 7 9 ) Proses Pengolahan Bahan Baku Parameter
Debit rata-ratan (cm3kr) pH A lkalinitas CaC03 (mg/L)
Perendaman
Pengapuran
Pem buangan kapur
Pengikisan
Penyamakan nabati
Penyaamakan klorin
176
123
73
13,4
82
41
8,4
12,s
9,3
9,9
5,4
3,2
600
1.600
800
600
Total padatan (mg/L) Zar tersuspensi (mglL) BOD (mg/L) COD (mg/L) Khrorniuni (mg/L)
16,4 632
Gabungan Air limbah 1,310 899 260
Asiditas CaC03 (mg/L) Klorida (mg/L)
Pencelupan
2.560
5.400
16.800
8.900
400
240
3.000
Tdk ada data
35.800
38.240
27.450
5.000
34.800
7.480
4.500
3.590
445
1.060
2.660
705
3.584
12.000
2.500
2.374
30.240
3.584
708
7.300
775
887
16.000
1.ooo 1.ooo 4.255 1.255 6.720
4.280 10.505 10.080 3.700 1.725
t
2800
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa aktivitas pertama yang kemungkinan mempengaruhi kondisi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu seperti adalah banyaknya pemukiman yang letaknya dekat dengan sungai
dan menghasilkan limbah domestik dari berbagai aktivitas yang
berlangsung di dalamnya. Aliran limbah domestik ini berpengaruh terhadap kualitas air sungai penarnpungnya. Aktivitas yang berlangsung di pemukiman seperti kegiatan rumah tangga, rumah sakit, asrama, ataupun hotel dapat menghasilkan limbah domestik. Bila dilihat dari karakteristik limbahnya maka faktor ini kemungkinan memang cukup berpengaruh terhadap kondisi kuditas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Berdasakan hasil analisis kualitas air dalam penelitian ini ditemukan adznya peningkatan nilai COD di beberapa lokasi dan nilai BOD yang melebihi baku mutu sebagai indikasi pencemaran yang disebabkan oleh banyaknya senyawa organik yang terlarut dalam air. Limbah domestik adalah jenis limbah yang terdiri dari senyawa organil terlarut, koloid dan padatan tersuspensi. Karakteristik limbah domestik digambarkan pada Tabel 20. Karakterskti limbah domesitik dalarn Tabel 20 menunjukkan domimannya nilai BOD, COD dan padatan tersuspensi di dalam komposisinya. Hal ini menunjukkan bahwa selain keberadaan industri maka pemukiman juga merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Tabel 20. Karakteristik rata-rata limbah domestik Parameter BOD COD pH
Satuan mg/L mg/L
TS
mg/L
TDS
mg/L
TN Amoniak bebas TP Klorida Sulfat Alkalinitas Lemak
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Sumber: Stewart, 2004
Tinggi 350 800 7,5 1200 850 60 30 20 150 40 350 150
Rata-rata 200 400 7,O 700 500 40 15 10 100 20 225 100
Rendah 100 200 6-5 400 300 20 10 5 50 10 150 50
Kemudian aktivitas lain yang kemungkinan juga mempengaruhi kualitas air sungai di DAS Brantas Hulu adalah banyaknya dijurnpai kegiatan pertanian hortikultura di sepanjang DAS. Berdasarkan Tata Guna Lahan DAS Brantas Hulu maka daerah tersebut banyak digunakan sebagai daerah pertanian seperti sawah, kebun dan tegal. Kegiatan pertanian ini dapat meningkatkan beban limbah pertanian yang diakibatkan oleh pemakaian pupuk urea, TSP dan lain-lain. Karakteristik limbah pertanian biasanya terdiri dari dominannya nilai TN dan TP yang berasal dari pemakaian pupuk tersebut. Potensi beban pencemaran akibat limbah pertanian diperlihatkan dalam Tabel 2 1. Dalam penelitian ini parameterparamer tersebut nilainya masih jauh dari baku mutu. dan tidak menunjukkan peningkatan berarti dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tabel 2 1. Potensi beban pencemaran limbah ~ertanian Luas Beban Total Kabupatenl Jenis pemupukan Nitrogen (TN) Kota Pertanian (tonlhari) (Ha) 37.580 25,50 Kab. Malang Sawah Tegalkebun 64.655 19,90 1,17 1.726 Kota Malang Sawah Tegalkebun 0,57 1.837 Jumlah Sawah 26,65 39.309 Tegallkebun 66.492 20.49 Total beban pencemaran 94,28 Surnber: BPS KotaIKabupaten Malang, 1999
Beban Total Fosfor (tonkari 0,19 0,32 0,009 0,009 0,19 0.33 1,048
5.3.3. Identifikasi Faktor-faktor Dominan yang Mempengaruhi Kualitas Air Sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Berdasarkan analisis yang dilakukan dalarn penelitian ini maka Tata Guna Lahan berpengaruh terhadap penurunan kualitas air pada sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu. Dalam hal ini unsur tata guna lahan yakni pemukiman
yang
sebenarnya tidak mendominasi
ternyata cukup besar
pengaruhnya terhadap kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu karena limbah domestik yang dihasilkannya. Keberadaan industri di sepanjang DAS Brantas Hulu merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas air sungai di kawasan ini. Dari 20 (duapuluh) industri yang berlokasi di sepanjang DAS Brantas Hulu ada 5 (lima)
industri yang sangat berpengaruh terhadap penurunan kualitas air. Industriindustri ini merupakan industri yang memiliki karakteristik utarna sebagai penyumbang COD sehingga parameter ini menjadi parameter yang kadar dan peningkatannya tinggi di beberapa stasiun penelitian. Di samping itu diketahui pula bahwa pabrik-pabrik tersebut menjadikan sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu sebagai perairan tempat pembuangan limbah cairnya. Industri tersebut yaitu 1) Industri Gula yang diwakili oleh PG Gula Krebet Baru, 2) PG Kebon Agung, 3) Industri Kertas (PT Eka Mas Fortuna), 4) Industri Tapioka (PT. Sumber Tani dan PT. Intaf Turen, dan 5) Industri Kulit yang diwakili oleh CV Usaha Loka. Keempat jenis industri ini menghasilkan limbah dalam jurnlah yang besar per hari (2200 m3/hari). Hasil penelitian ini
mengidentifikasi kegiatm pemukiman da?, industri
sebagai faktor-faktor dominan yang mempengaruhi kualitas air sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu. Dari kedua faktor ini dapat juga dianalisis faktor apa yang paling memdominasi kondisi kualitas air di kawasan DAS Brantas Hulu. Hal ini didasari oleh analisis sebagai berikut. Bila dilihat dari karakteristik limbah dan parameter apa yang dipengaruhi diketahui terdapat perbedaan antara limbah industri dan limbah domestik. Limbah domestik memiliki karakteristik sebagian nilai BOD terdapat dalam bentuk suspensi dan koloid sedangkan limbah industri sebagian besar BODnya dalam bentuk terlarut. Kemudian nilai COD limbah industri sangat tinggi (>400 mgll) sedangkan COD pada limbah limbah domestik rendah (< 200 mgll) (Stewart, 2004). Bila dibandingkan dengan seluruh data kualitas air yang dihasilkan dalam penelitian ini terlihat tingginya nilai COD hampir di seluruh lokasi penelitian dan menunjukkan adanya peningkatan mencolok di beberapa lokasi. Hal ini kemungkinan besar berasal dari banyaknya industri-industri yang berada di sepanjang DAS. Kemudian padatan tersuspensi seluruh stasiun dalam penelitian ini masih tergolong rendah dan berada di bawah ambang batas. Selain itu terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara COD dan BOD di seluruh stasiun seperti diperlihatkan dalam Gambar 32. Hal ini merupakan indikasi bahwa limbah domestik lebih kecil pengaruhnya daripada limbah industri terhadap kualitas air di kawasan DAS Brantas Hulu.
Gambar 32. Perbandingan Nilai COD dan BOD sungai-sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan studi dan evaluasi terhadap pennasalahan yang dikernukakan dalam penelitian ini, maka beberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berkut: 1. Sebagian besar sungai-sungai di kawasaan DAS Brantas Hulu Malang tidak lagi
memiliki kualitas air yang layak untuk peruntukan perikanan dan pertanian baik menurut Kep. Gubernur Jatim No. 413 tahun 1987 maupun Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 200 1. 2. Kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang telah mengalami penurunan terutama disebabkan oleh limbah organik. 3. Berdasarkan hasil penentuar, status mutu air dapat diketahui bahwa hampir
seluruh sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang telah mengalami pencemaran yang mengkhawatirkan dan menjadi indikasi kualitas air yang lebih buruk di bagian hilimya. 4. Semakin menurunnya kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan dan aktivitas yang ada di sekitar DAS yaitu faktor keberadaan industri di sepanjang DAS dan permukiman penduduk yang berada dekat dengan sungai. 5. Faktor yang paling mempengaruhi penurunan kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang adalah banyaknya industri yang letaknya dekat dengan sungai bahkan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah terutama industri gula, industri kertas, industri tapioka, dan industri kulit.
6.2. Saran Dari hasil penelitian ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan aeuan dalam pengelolaan DAS Brantas Hulu Malang dan DAS Brantas secara keseluruhan yaitu: 1. Untuk pengelolaan kualitas air sungai di DAS Brantas Hulu yang berkesinambungan,
maka diperlukan pemantauan kualitas air sungai secara periodik setiap musim atau minimal 2 (dua) kali dalam setahun.
2. Penyuluhan dan kampanye lingkungan terutama tentang pengelolaan DAS perlu lebih
digiatkan agar penduduk yang berada di sepanjang DAS mengerti dan menyadari tentang perlunya menjaga kualitas air sungai sehingga tidak menggunakan sungai sebagai sarana MCK, membuang limbah domestik secara sembarangan dan tindakan menurunnya kualitas air sungai. lain yang da~at~menyebabkan
3. Industri-industri yang berada di sepanjang DAS Brantas Hulu perlu memperhatikan dan memperbaiki sistem Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang dimilikinya untuk mencegah semakin buruknya kualitas air sungai di kawasan DAS Brantas Hulu Malang.
4. Untuk mengetahui lebih dalam tentang faktor penyebab penurunan kualitas air dan sekaligus memperbaiki sistem pengelolaan DAS Brantas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang sistem pengelolaan limbah atau IPAL industri yang ada di sepanjang DAS Brantas Hulu karena diketahui bahwa industri merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas air sungai di kawasan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Achrnad, R. 2004. Kimia Lingkungan. ANDI. Yogyakarta. AGWA. 2004. What is A Watershed?. Arana Gulch Watershed Alliance (AGWA) (AGWA) [serial online]. http://www. aranagulch. org/Image/watershed.gif [15 AguStus 20041. Amsyari, F. 1986. Prinsipprinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Ghalia Indonesia. Jakarta. Anonymous. 1966. Profil DAS Brantas. Pusat Penelitian Tanah Departemen Pertanian. Bogor. Anonymous. 2000a. Kota Malang dalam Angka Tahun 1999. Biro Pusat Statistik Kota Malang. Anonymous. 2000b. Kabupaten Malang dalam Angka Tahun 1999. Biro Pusat Statistik Kabupaten Malang. BPPI Semarang. 1996. Laporan Teknologi Pengolahan Air Buangan Industri Tapioka. BPPI. Semarang. Departemen Kehutanan Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Direktorat Konservasi Tanah. 1992. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Brantas. Departemen Kehutanan. Jakarta. Departemen Perindustrian. 1983. Buku Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Industri Pulp dan Kertas. Departemen Perindustrian. Jakarta. Djuharsa, E. and P. Erfterrneijer. 1988. Survey of Coastal Wetlands and Waterbirdsin the Brantas and Solo Deltas East Java. Indonesia. Asian Wetlands Bureau-PHPmTERWADER. Bogor. Eka. Tanggulangi pencemaran Waduk Karangkates. Sinar Harapan [serial online] (4 1 18). [24 Mei 20021. Greenberg, A.E., Trussell R.R, Clesceri, L.S. [Editor]. 1985. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. American Public Health Association (APHA), American Water Works Association (AWWA), Water Pollution Control Federation (WPCF). Washington. Hehanusa, P.E., G.S. Haryani, Hidayat dan A. Harnid. 2004. Katalog Sungai Indonesia, Jilid 1. Puslit Lirnnologi LIPI. Cibinong.
Jo-58R. Bendungan Sutami tercemar. Suara Merdeka [serial online]. [4 September 20041. Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. 1991. Peraturan Pemerintah RI No. 35 tahun 1991 tentang Sungai. Kementerian Lingkungan Hidup RI. Jakarta. Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. 2001. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun. 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Kementerian Lingkungan Hidup RI. Jakarta. Kernenterian Negara L~ngkunganHidup RI. 2003. Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003. tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Kementerian Lingkungan Hidup RI. Jakarta. Lohani, B.N. 1981. Environmental Quality Management. AIT. Bangkok. Lundqvist, J., h h m , U. and Falkenmark. 1985. Strategy for River Basin Management: Environmental Integration of Land and Water in a River Basin. D. Reidel Publishing Company. Dordrecht. Memed, M. dan Sadeli, L. 1988. Aspek-aspek Teknik Pengamanan Morfologi Sungai dan Bangunan Airnya terhadap Kegiatan Penambangan " Bahan Galian C". Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia. Jakarta. Mays, L.W. 1996. Water Resources Handbook. McGraw-Hill. New York. San Fransisco. Washington. Auckland. Lisbon. Bogota. Tokyo. Singapore. Noordwijk, M.V.F., Agus, D. Suprayogo, K. Hairiah, G. dan Pasya. 2004. Peranan agroforestri cialam mempertahankan fungsi hidrologi daerah aliran sungai. Agrivita 6: 1. Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi. Samingan, T. [Penerjemah]. Terjemahan >dari:Fundamental of Ecology. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Timur. Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 tahun 1987 tentang PEnggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur. Pemda Jawa Timur. Surabaya. Pyenvianto, A. 1998. Kualitas Ekologik Kali Brantas di Daerah Malang Ditinjau dari Struktur Sungai dan Kualitas Air Untuk Penentuan Pola Umum Konservasi. [Tesis]. Program Pascasarjana ITS. Surabaya. Puslit Sumberdaya Air dan Perum Jasa Tirta I Malang. 2002. Pengkajian Awal Kasus Pencemaran Waduk Karangkates Malang Jawa Timur. Puslit Sumberdaya Air Bekejasama Dengan Perum Jasa Tirta 1. Malang. Rao, M.V. and A.K. Datta. 1979. Waste Water Treatment Rational Methods of Design and Industrial Practices. Oxford and IBH Publishing. CG.Calcuta.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 1999. Biologi Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi-LIPI. Jakarta. Soemanvoto, 0 . 2001. Atur-Diri-Sendiri Paradigma Baru Lingkungan Hidup. Gajahrnada University Press. Yogyakarta.
Pengelolaan
Stewart, W.$. 2004 Co-Generation opportunities utilizing sugar industry wastewater through the use of biological treatment system. Electricity Supply Industry in Transition: Issues and Prospect for Asia [serial online]:43-5 1.114-16 Januari 20041. Sugiono. 1990. Penentuan Konstanta Pengurangan Air Limbah Pabrik Kertas dengan Proses Lumpur Aktif. [Tesis]. Program Pascasarjana ITB. Bandung. Sunarhadi, M. A., S.R. Utarni, dan Sudarto. 2001. Pengelolaan sempadan Sungai Brantas di Kota Malang Jawa Timur. Biosains 1(3):88-94. Sunaryo, M. T. 2001. Pengelolaan Daerah Pengaliran Sungai. Makalah Seminar Peranan Lingkungan Dalam Pengelolaan Daerah Pengaliran Sungai. Jakarta, 27 Maret 200 1. BAPEDAL. Jakarta. Trihardono dan Rachimoellah. 1988. Kualitas air Kali Brantas ditinjau dari kandungan logam. Lingkungan dan Pembangunan 1:3-4. Turk, J. and A. Turk. 1984. Environmental Science. Third edition. Saunders College Publishing. Philadelphia. Wardoyo, S. T.H. 1981. Kriteria Kualitas Air Sungai untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Makalah Training Amdal Kerjasama PPLH-UNDP-PUSDI PSL-IPB 19-31. Bogor.
Lampiran 1. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang
Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan ,Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 1 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
1
Satuan
I
Nilai pengamatan
I
Nilai Baku Mutu 1
OC
mdL mhoslcm NTU
I I
Nilai Baku Mutu 2 Normal *3 400
11. Kimia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
mg/L mg/L
mg/L mg/L mdL mgll mg/l
Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 2 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Satuan
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
/
16,500 2,909 0,093 24,333
Normal+2
Normal +3 400
1
7,233 5,908 0 33,705 0,087 0,033 1,954 0,239
5-9 >4 6 10 10
I
OC
mg/L mhoslcm NTU
1
150-400
11. Kimia
PH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
mdL mg/L mdl mgll mg/L mdL
6-9 >3 6 50
I I
; I
I
I i
20 1
I I
Tabel 3. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 3 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
Normal*2
mg/L mhoslcm NTU
24,200 50,000 0,405 44,000
Normal 5 3 400
mg/L mg/L mg/L mg/l mgll m a m a
6,900 4,874 2,658 226,128 1,026 0,244 1,379 0,85 1
5-9 >4 6 10 10
Satuan OC
150-400
11. Kimia
PH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
6-9 >3 6 50 -20 1
Tabel 4. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 4 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Satuan OC
mdL mhoslcm NTU
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
24,900 19,000 0,378 36,000
Normal*2
Normal +3 400
7,686 9,OO 1 7,975 191,406 0,020 0,202 5,5 19 1,080
5-9 >4 6 10 10
150-400
11. Kimia
PH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
mgk mg/L mg/L mdl mdL mg/L
6-9 >3 6 50
20 1
Tabel 5. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di di Stasiun 5 Kawasan DAS BI Parameter I Satuan Nilai Baku Mutu 1 ( Nilai Baku Mutu 2 1
1
I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
I
Oc
Normal 5 3 400
mg/L mhosfcm NTU
11. Kimia pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
Tabel 6. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 clan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 6 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan 11. Kimia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
1
Satuan
Oc mg/L mhos/cm NTU
1
Nilai pengamatan
I
Nilai Baku Mutu 1
1
I
Nilai Baku Mutu 2 Normal *3 400
,
Tabel 7. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 7 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Satuan OC
mg/L mhos/cm NTU
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
25,000 10,000 0,2 16 19,666
Normal52
Normal *3
1
400
150-400
11. Kinia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
Tabel 8. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 8 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan 11. Kimia pH DO BOD COD Nitrat
Posfat TN TP
I
Satuan
O c mg/L mhos/cm NTU
I
Nilai pengamatan
1
Nilai Baku Mutu 1
Tabel 9 Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 d m Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 9
r
Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Satuan OC
mg/L mhoslcm NTU
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
25,200 23,000 0,293 32,667
Normal52
Normal *3 400
7,223 7,827 7,532 101,704 3,355 0,277 3,0121
5-9
150-400
11. Kimia
PH DO BOD COD Nitrat Posfat
I
TN
mg/L m@ mg/L mfl mg/L
>4
6 10
6-9 >3 6 50
-
10
20 1
Tp
Tabel 10. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malarkg di Stasiun 10 Parameter I Satuan I Nilai pengamatan [ Nilai Baku Mutu 1 ] Nilai Baku Mutu 2 I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
' 11. Kimia pH DO BOD COD Nitrat Posfat
TN TP
I OC
mg/L mhos/cm NTU
25,200 24,500 0,228 6 1,800
Normal *3 400
Tabel 11. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 d m Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS 3rantas Hulu Malang di Stasiun 1 1 Parameter Satuan 1 Nilai pengamatan I Nilai Baku Mutu 1 ( Nilai Baku Mutu 2 I. Fisika DHL Kekeruhan
I
I
I
Normal +3
mhoslcm NTU
,
11. Kimia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
Tabel 12. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 d m Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 12 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
Nonnal*2
Normal 2 3
m!YL mhoslcm NTU
28,300 2,000 0.348 9,000
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/l mgfl
7,238 9,748 8,419 66,882 3,280 0,129 2,995 0,403
5 -9 >4 6 10 10
Satuan OC
400 150-400
11. Kimia
PH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
I
I
6-9 >3 6 50
20 1
Tabel 13. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatirn No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 13 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Satuan OC
mg/L mhoslcm NTU
,
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu I
Nilai Baku Mutu 2
27,600 0,500 0,228 352,400
Normal*2
Normal *3 400
150-400
11. Kimia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
Tabel 14. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 14 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan 11. Kirnia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
1
Satuan
O c mg/L mhoslcm NTU
1
Nilai pengarnatan
I
Nilai Baku Mutu 1
( Nilai Baku Mutu 2
Tabel 15. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 4 13 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 15 Parameter
Satuan
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
27,233 5,000 0,3 19 15,333
Normali2
Normal i 3 400
7,3 13 3,692 2,511 249,273 2,010 0,095 2,398 0,188
5-9 >4 6 10 10
1. Fisika
Suhu SS DHL Kekeruhan
OC
mg/L I~~OS/CIII NTU
,
150-400
11. Kimia
PH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/l mg/l
6-9 >3 6 50
20 1
Tabel 16. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang di Stasiun 16 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
I
Satuan
I
I
Nilai pengamatan
I
Nilai Baku Mutu 1
Nilai Baku Mutu 2
OC
Normal *3
mg/L mhoslcm NTU
400
11. Kimia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat TN TP
6-9 >3 6 50
1
Tabel 17. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 41 3 tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS )rantas Hulu Mala lsz di Stasiun 17
I
Parameter 1. Fisika
Nilai pengamatan
Nilai Baku Mutu 1
O c
Suhu
ss
DHL Kekeruhan
Satuan
,
1 I
Nilai Baku Mutu 2 Normal *3 400
mg/L mhos/cm NTU
11. Kirnia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat
TN TP
Tabel 18. Hasil Analisis Kualitas Air Menurut Kep. Gub. Jatim No. 413 tahun 1987 d m Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pada Sungai-sungai di Kawasan DAS ~rmtaspH;lu Mall lg di Stasiun 18 Parameter I. Fisika Suhu SS DHL Kekeruhan
Satuan OC
mg/L mhoslcm NTU
Nilai en amatan
Nilai Baku Mutu 1
I Nilai Baku Mutu 2 Normal *3 400
11. Kimia
pH DO BOD COD Nitrat Posfat
6-9 >3 6 50
TN TP
20 1
Lampiran 2. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep Men LH No. 115 Tahun 2003) Berdasarkan Kep. Gub. Jatim No. 413 Tahun 1987 (Air Golongan C) Tabel 1. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 1) CiILiX Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu Parameter (Ci) (Lix) 0,650 Suhu OC 16,700 18*2 2,711 DHL mhoslcm 150-400 0,089 0,257 7,5 13 5-9 pH 0,010 Nitrat mg/l 0,098 10 -0,050 >4 DO mgll 7,680 BOD 0,222 6 1,330 mg/l 1,118 10 10,557 COD mg/l 5,008 Total Ci/Lix (Ci/Lij)M 2,711 (Ci/Lij)R 0,715 PIj dan status 1,269= cemar ringan
Tabel 2. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 2) CiILiX Parameter I Satuan I Hasil Pengukuran 1 Baku Mutu (Lix) (Ci) Suhu OC 0,750 16,500 18*2 DHL mhoslcm 2,711 150-400 0,093 7,233 0,117 5-9 pH Nitrat mg/l 0,087 0,009 10 DO 5,908 >4 0,09 1 mg/l mgll BOD 0 6 0,000 mg/l COD 33,705 3,639 10 Total CiILix 7.3 17 (Ci/Lij)R PIi dan status
1,045 2.677= cemar rinean
Tabel 3. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. i 15 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 3) CiLiX Hasil Pengukuran Baku Mutu Parameter Satuan (Lix) (Ci) 0,400 25*2 24,200 OC Suhu 2.71 1 150-400 0,405 DHL mhoslcm 0,050 5-9 6,900 pH 0,103 10 Nitrat 1,026 mz1 >4 0,177 DO mgll 4,874 0,443 6 BOD 2,658 mg/l 7,772 10 COD 226,128 mgA 12,019 Total CiILix (Ci/Lij)M 7,772 (Ci/Lij)R 1,717 5,628= cemar sedang PIj dan status
Tabel 4. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda 1ndeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 4) Parameter Hasil Pengukuran Baku Mutu Satuan CiILiX (Lix) (Ci) Suhu OC 25*2 24,900 0,050 DHL mhoslcm 150-400 0.378 2.709 5-9 7,686 0,343 pH Nitrat 10 0,020 0,002 mgll DO 9,OO 1 >4 -0,167 mdl BOD mg/l 6 1,618 7,975 COD 191,406 10 7,410 mgA Total CiLix 1 1,963 (CilLij)~ 7,4 10 (Ci/Lij)R 1,709 PIj dn status 5,377= cemar sedang
,
Tabel 5. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 5) Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Pengukuran Ci/LiX (Ci) (Lix) Suhu OC 24,800 25k2 0,100 DHL mhoslcm 0,334 2,709 150-400 7,856 0,428 5-9 pH Nitrat 1,080 10 0,108 mg/! -DO 6,646 >4 0,030 mdl BOD 1,329 mg/l 0,222 6 COD 201,533 7,522 10 mg/l Total Ci/Lix 11,116 (CilLij)M 7,522 (CilLij)R 1,588 PIj dan status 5,436= cemar sedang
Tabel 6. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Men. Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. . LH No. 115 Tahun 2603) untuk Air Golongan C (stasiun 6) Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu Ci5iX (Ci) (Lix) Suhu U~ 24,300 25*2 0,350 DHL mhoslcm 0,287 150-400 2,710 7,203 5-9 0,102 pH Nitrat mgll 3,173 10 0,3 17 DO 8,566 >4 -0,131 mdl BOD mg/l 1,920 6 0,032 COD mg/l 113,279 10 6,27 1 Total CiILix 9,653 (Ci/Lij)M A
(Ci/Lij)R PIj dan status
6,271
1.379 4,540= cemar ringan
Tabel 7. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 7) Ci/LiX Hasil Pengukuran Baku Mutu Parameter Satuan (Lix) (Ci) Suhu 0,000 OC 25,000 25*2 2,707 DHL mhoslcm 150-400 0,2 16 0,170 5-9 7,340 pH Nitrat 0,263 10 2,630 mg/l DO >4 0,066 6,203 mg/l BOD 0,222 1,329 6 mg/l COD 6,580 130,640 10 mg/l Total Ci/Lix 10.010 (Ci/Lij)R PIj dan status
1,430 4,765= cemar ringan
Tabel 8. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 8) Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu Ci/LiX (Ci) (Lix) Suhu OC 26,600 25*2 0,800 DHL mhoslcm 0,393 150-400 2,709 7,350 5-9 0,175 pH Nitrat 3,790 10 0,379 midl DO 5,169 >4 0,153 midl BOD mgll 3,988 6 0,665 COD mgll 188,521 10 7,376 Total Ci/Lix 10,565 (Ci/Lij)M 7,376 (Ci/Lij)R 1,509 PIj dan status 5,324= cemar sedang
Tabel 9. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 9) CiILiX Parameter Hasil Pengukuran Baku Mutu Satuan (Lix) (Ci> 0,100 2.54~2 Suhu 25,200 OC 2,710 150-400 0,293 DHL mhoslcm 0,112 5-9 7,223 pH 0,336 Nitrat 10 3,355 mg/l >4 -0,069 DO mg/l 7,828 1,494 BOD 6 7,532 mg/l 10 COD 6,03 7 mg/l 101,704 Total CiLix 10.717
I PIj dan status
4,404= cemar ringan
Tabel 10. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 10) Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu CiILiX (Lix) (Ci) Suhu OC 25,200 25*2 0,100 DHL mhos/cm 0,228 2,710 150-400 7,587 0,292 5-9 PH Nitrat mg/l 2,240 10 0,224 DO 8,566 >4 -0,131 mg/l BOD mg/l 2,068 6 0,345 COD mgll 100,257 10 6,006 Total CiLix 9,548 (CilLij)~ 6,006 (CilLij)~ 1,364 PIj dan status 4,355= cemar ringan
I
/
Tabel 11. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 11) CiILiX Parameter I Satuan I Hasil Pengukuran I Baku Mutu (Lix) (Ci) 0,350 25*2 Suhu OC 24,300 2,710 0,314 mhoslcm 150-400 DHL 0,285 7,570 5-9 pH 0,186 Nitrat mg/l 1,860 10 -0,093 mg/l 8,123 >4 DO 0,148 0,886 6 BOD mdl 8,082 260,257 COD 10 md Total CiILix 11.669
1 PIj dan status
5,835= cemar sedang
Tabel 12. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 12) Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu CiILiX (Ci) (Lix) Suhu OC 28,300 25*2 2,087 DHL mhoslcm 0,348 2,709 150-400 7,238 0,119 5-9 pH Nitrat 3,280 0,328 10 mdl DO >4 9,748 -0,229 mdl BOD 8,4 1 9 6 1,736 mg/l COD 66,882 10 5,127 mg/ Total CitLix 11,886 (CilLij)~ 5,127 (Ci/Lij)R 1,698 PIj dan status 3,s 1% cemar ringan
-
1
]
Tabel 13. Hasil Brantas LH No. 1 Parameter 1 Suhu DHL pH Nitrat DO BOD COD Total CiILix
I PIj d m stsltus
Tabel 14. Hasil Brantas LH No. Parameter Suhu DHL pH Nitrat DO BOD COD Total CiILix (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R PIj d m status
Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 13) Satuan I Hasil Pengukuran I Baku Mutu CiILiX (Lix) (cij 1,560 25k2 27,600 OC 2,710 150-400 mhoslcm 0,228 0,121 5-9 7,242 1,157 10 mgll 1,570 0,054 >4 mg/l 6,35 1 0,566 mgll 6 3,397 7,840 10 mgll 233,362 12.978
5,698= cemar sedang
Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 14) Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu CiILiX (Lix) (Ci) OC 27,600 25*2 1,560 mhos/cm 150-400 0,312 2,710 5-9 7,163 0,082 mgll 10 2,115 0,2 12 mgll >4 0,25 1 3,988 mgll 0,000 6 0,000 d l 10 90,130 5,774 10,591 5,774 1,513 4,22 1= cemar ringan
1
1
Tabel 15. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan C (stasiun 15) Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu Ci/LiX (Ci> (Lix) Suhu OC 27,233 25&2 1,239 DHL mhoslcm 0,319 150-400 2,127 7,3 13 5-9 0,157 pH Nitrat mgll 2,010 10 0.20 1 DO mg/l >4 3,692 0,276 BOD 2,5 11 6 0,419 mg/l COD 249,273 10 7,983 mg/l 12,474 Total CiILix (Ci/Lij)M 7,983 (Ci/Lij)R 1,782 PIj dan status 5,784= cemar sedang
Lampiran 3. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep Men LH No. 115 Tahun 2003) Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 (Air Golongan 111)
Tabel 1. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 1) Ci/LiX Hasil Pengukuran Baku Mutu Parameter Saturn (Lix) (Ci) 16,700 18*3 Suhu u~ 0,433 0,000 DHL 400 0,000 mhoslcm 7,5 13 6-9 0,009 pH BOD 1,330 6 0,222 mg/l COD 10,557 50 0,211 ms/l DO -0,043 7,680 3 mgn TN 1,404 20 , 0,070 mg/l Ti) 0,296 mg/l 1 0,296 T ~ t aCi/Lix l 1,198 (Ci/Lij)M 0,567 (Ci/Lij)R 0,150 PIi dan status 0.414= kondisi baik
Tabel 2. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan 111 (stasiun 2) Parameter Suhu DHL pH BOD
COD DO TN TP Total CiILix (CilLij)~ (Ci/Lij)R PIj dan status
Satuan OC
mhoslcm mdl mgll mg/l mgll mg/l
Hasil Pengukuran (Ci) 16,500 2,909 7,233 0,000 33,7053 5,908 1,955 0,239
Baku Mutu (Lix) 18*3 400 6-9 6 50 3 20 1
Ci/LiX 0,500 0,007 0,178 0,000 0,678 0,09 1 0,098 0,239 1,791 0,678 0,224 0,505=kondisi baik
Tabel 3. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 1 15 Tahun 2003) Untuk Air Goiongan I11 (stasiun 3) Parameter Suhu DHL ' pH BOD COD DO TN TP Total CiLix (CilLij)~ (Ci/Lij)R PIj dan status
Satuan OC
mhos/cm mgfl mg/l m mg/l mgll
Hasil Pengukuran (Ci)
Baku Mutu (Lix)
24,200 50,000 6,900 2,658 226,128 4,874 1,379 0,85 1
25*3 400 6-9 6 50 3 20 1
CiILiX
0,267 0,125 0,400 0,443 4,276 0,177 0,069 0,85 1 6,608 4,276 ' 0,826 3,079= cemar ringan
Tabel 4. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 4) Parameter Hasil Pengukuran Satuan Baku Mutu Ci/LiX (Ci) (Lix) Suhu OC 24,900 25*3 0,033 DHL mhoslcm 19,000 400 0,0475 7,686 6-9 0,362 pH BOD mgll 7,975 6 1,617 COD mgll 191,406 50 3,915 DO 9, O O 1 3 -0,168 mdl TN 5,519 20 0,276 mdl TP mg/l 1,080 1 1,167 Total CiLix 7,248 (CilLij)~ 3,915 (Ci/Lij)R 0,906 PIj dan status 2,842= cemar ringan
Tabel 5. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan 111(stasiun 5) Parameter Suhu DHL pH BOD COD DO TN TP Total CiILix (CilLij)~ (Ci/Lij)R PIj dan status
Satuan OC
mhos/cm mg/l mgll mgll mgll mgll
Hasil Pengukuran (Ci) 24,800 88,000 7,856 1,329 20 1,533 6,646 1,963 0,408
Baku Mutu (Lix) 25*3 400 6-9 6 50 3 20 1
CiILiX
0,067 0,220 0,237 0.222 4,027 0,030 0,098 0.408 5,304 4,027 0,663 2,886= cemar ringan
Tabel 6. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu Ci/LiX (Ci) (Lix) Suhu OC 24,300 25*3 0,233 DHL mhoslcm 22,000 400 0,055 7,203 6-9 0,198 pH BOD mgll 1,920 6 0.320 COD mgll 113,279 50 2,776 DO mgll 8,566 3 -0,131 TN mg/l 2,675 20 0,134 TP mgll 0,384 1 0,389 Total Ci/Lix 3,876 (CilLij)~ 2,776 (Ci/Lij)R 0,485 PIj dan status 1,993= cemar ringan
-
Tabel 9. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 9) Parameter CiILiX Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu (ci) (Lix) OC 25,200 25i3 0,067 Suhu DHL rnhoslcm 400 23,000 0,056 0,185 6-9 7,233 pH BOD 1,494 mg/l 6 7,532 2,542 COD 50 101,704 -0,069 DO 3 7,028 mdl TN mgll 0,151 20 3,012 TP mgll 1 1.172 1,082 5,600 Total CiILix (Ci/Lij)M 2,542 (Ci/Lij)R 0,700 PIj dan status 1,842= cemar ringan
Tabel 10. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 10) Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu CiILiX (Ci) (Lix) Suhu OC 25,200 25i3 0,067 DHL mhos/cm 24,500 400 0,06 1 7,584 6-9 0,056 pH BOD mg/l 2,068 6 0,344 COD mgll 100,257 50 2,5 11 DO 8,566 3 -0,131 mdl TN mgll 2,398 20 0,120 TP 1 0,253 0,253 mdl Total CiILix 3,228 (CilLi~)~ 2,5 11 (Ci/Lij)R 0,411 PIj dan status 1,800= cemar ringan
I
Tabel 11. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 11) Parameter Satuan Hasil Pengukuran ( Baku Mutu Ci/LiX (Lix) (Ci) 0,233 Suhu 24.300 25*3 OC 0.0837 400 33,500 DHL mhoslcm 0,047 7,570 6-9 pH 0,148 0,886 BOD 6 mdl 4,587 50 COD mgll 260,852 -0,094 3 DO 8,123 mg/l 0,141 TN 2,829 20 mgn 0.223 TP m~ll 1 0.223
I
(Ci/Lij)R PIi dan status
I
I
0,671 3.278= cemar rinnan
Tabel 12. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 12) Parameter Satuan CiILiX Hasil Pengukuran Baku Mutu (Ci) (Lix) Suhu U~ 28,300 25St3 1,207 DHL 2.000 0.005 mhoslcm 400
(Ci/Lij)M (Ci/Lij)R PIj dan status
1,735 0,598 1,668= cemar ringan
Tabel 13. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 13) I Parameter I Satuan 1 Hasil Pengukuran I Baku Mutu / CiILiX (ci) (Lix) 0,867 Suhu "C 27,600 25*3 0,OO 1 DHL 0,500 mhos/cm 400 0.172 7-242 6-9 DH 0,566 EOD mgll 3,397 6 4,345 mg/l COD 233,362 50
TP Total CiILix (Ci/Lij)M (Ci/Lij)R PIj dm status
mdl
0,263
1
0,263 6.384 4,345 0,798 3,124= cemar ringan
Tabel 14. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan 111 (stasiun 14) Parameter Satuan Hasil Pengukuran CiILiX Baku Mutu (Ci) (Lix) Suhu OC 27,600 25*3 0,867 mhos/cm DHL 1,500 0,004 400 6-9 7,163 0,225 pH BOD mg/l 6 0,000 0,000 mgll COD 90,000 2,280 50 mgil DO 0,25 1 3 3,988 TN 2,786 0,139 20 mg/l TP mgll 1 0,473 0,473 Total CiILix 4,270 (Ci/Lij)M 2,280 (Ci/Lij)R 0,530 PIj dm status 1,655= cemar ringan
Tabel 15. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai-sungai di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang dengan Metoda Indeks Pencemaran (Kep. Men. LH No. 115 Tahun 2003) Untuk Air Golongan I11 (stasiun 15) Parameter Satuan Hasil Pengukuran Baku Mutu Ci/LiX (Lix) (Ci) Suhu OC 27,333 25*3 0,744 DHL mhos/cm 0,013 5,000 400 0,125 7, 3 13 6-9 pH BOD 6 0,4 19 2,511 mg/l COD 4,489 249,273 50 DO 3,692 3 0,276 mg/l TN 0,120 2,398 20 mg/l TP 1 0,118 0,188 mg/l Total Ci/Lix 6.376 (Ci/Lij)M 4,489 (Ci/Lij)R 0,797 PIj dan status 3,223= cemar ringan
Lampiran 4. Rata-rata Tahunan Kualitas Air Untuk Total Nitrogen & Total Posfat Kali Brantas, Kali Lesti, dan Kali Metro Tahun 1998-2002 Stasiun Kedung Pedarigan (Kali Brantas) Jembatan Wonokerto (Kali Lesti) Jembatan Metro (Kali Metro)
1998 1999 TN TP TN TP 3,1664 1,5072 3,823 1,637
2000 Rata-rata 200 1 2002 TP TN TN TP TN TP TN TP 2,5349 1,8476 3,0782 2,0037 3,7703 2,0037 3,2746 1,7998
2,7116
3,3766
0,8358 3,3 15
2,9388
0,8358
1,1686
1,0488 2,2034 0,5881
Sumber: Puslit Sumberdzya Air, 2002
1,9605 0,5951
1.8563
2,9127
1,3715 2,5734
0.595 1 2,8553 0,8061
1.2596 2,393
1,067
,